document
DESCRIPTION
pengembangan energi alternatif di Kabupaten Kapuas HuluTRANSCRIPT
![Page 1: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/1.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. i
PENGANTAR Laporan ini merupakan laporan awal konsultan dalam rangka
Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk
Ketenagalistrikan di Kabupaten Kapuas Hulu yang dilaporkan
kepada Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, sebagai laporan awal dan
kemajuan pekerjaan yang diperintahkan kepada konsultan
sampai pada akhir Bulan Agustus 2013.
Laporan Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menyampaikan
gagasan konsultan mengenai pentingnya penyusunan Rencana
Pengembangan Energi Alternatif Untuk Ketenagalistrikan serta
pemahaman konsultan terhadap seluruh substansi pekerjaan
tersebut antara lain mengenai persiapan dan rencana kerja yang
akan dilaksanakan, dilengkapi dengan pemahaman awal terhadap
potensi dan permasalahan pengembangan energi alternatif dan
kondisi Kabupaten Kapuas Hulu secara umum. Secara sistematis,
pada bagian awal dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan dan
sasaran, pengertian, manfaat dan ruang lingkup pekerjaan. Pada
bab-bab selanjutnya dipaparkan gambaran umum Kabupaten
Kapuas Hulu, Pendekatan dan Metodologi serta Rencana
Operasional Kerja.
Dengan laporan ini diharapkan terjadi persamaan persepsi antara
konsultan dan seluruh stakeholder yang berkepentingan dalam
pembangunan Kabupaten Kapuas Hulu, tentang langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam proses pengembangan energi
alternatif, terutama mengenai tujuan dan sasaran serta konsep
dasar pengembangan energi alternatif untuk ketenagalistrikan
Kabupaten Kapuas Hulu.
Terima kasih.
Putussibau, Agustus 2013
konsultan
![Page 2: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/2.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. ii
DAFTAR ISI PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Dasar Hukum ........................................................................... 3
1.3 Tujuan dan Sasaran .................................................................. 5
1.4 Ruang Lingkup Perencanaan .................................................... 6
1.4.1 Lingkup Substansi ......................................................... 6
1.4.2 Lingkup Wilayah Perencanaan ..................................... 7
1.5 Sistematika Laporan Pendahuluan .......................................... 8
2. Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu .................................. 9
2.1 KARAKTERISTIK FISIK LAHAN .................................................... 9
2.1.1 Kondisi Fisik Dasar ........................................................ 9
2.1.2 Penggunaan Lahan ..................................................... 16
2.2 POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA ........................................ 18
2.2.1 Distribusi dan Perkembangan Penduduk ................... 18
2.3 Profil Perekono-mian Wilayah ............................................... 46
2.3.1 Pertumbuhan Perekonomian Wilayah ....................... 47
2.3.2 Struktur Perekonomian .............................................. 50
2.4 DAYA DUKUNG PRASARANA WILAYAH .................................. 52
2.4.1 Sistem Transportasi Wilayah ...................................... 52
2.4.2 Sistem Pelayanan Energi Listrik .................................. 59
2.4.3 Sistem Pelayanan Pos dan Telekomunikasi ................ 62
3. METODOLOGI ............................................................................. 64
3.1 Perangkat Lunak LEAP ............................................................ 64
3.2 Data dan Skenario .................................................................. 69
4. RENCANA OPERASIONAL ............................................................ 72
4.1 Jadwal Penyelesaian Pekerjaan dan Pelaporan ..................... 72
4.1.1 Jadwal Kegiatan ......................................................... 72
4.1.2 Sistem Pelaporan ........................................................ 76
4.1.3 Teknik Penyajian ......................................................... 77
4.2 Organisasi Pelaksanaan Proyek ............................................. 78
4.2.1 Komposisi Tim ............................................................ 78
4.2.2 Jadwal Penugasan Tm ................................................. 83
![Page 3: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/3.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi semakin
meningkat, khususnya kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi
listrik akan meningkat lebih cepat dari kebutuhan energi secara
keseluruhan, seiring dengan pesatnya pembangunan di bidang
teknologi, industri dan informasi. Namun pelaksanaan penyediaan
energi nasional masih sangat kurang, akibat dari ketergantungan
akan bahan bakar minyak dan masih kurangnya penggunaan energi
baru terbarukan dan energi alternatif lainnya. Efek dari krisis energi
nasional ini berakibat langsung ke daerah-daerah yang ada di
Indonesia ini termasuk Kabupaten Kapuas Hulu. Ketersediaan
sumber daya kelistrikan merupakan sesuatu yang mutlak untuk
peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
![Page 4: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/4.jpg)
hal. 2
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Rencana umum energi nasional digunakan pemerintah daerah
sebagai acuan untuk menyusun rencana umum energi daerah.
Dengan dasar tersebut maka setiap daerah perlu menyusun
perencanaan energi dan kelistrikan daerah untuk mengubah
kebutuhan akan bahan bakar minyak dan beralih menggunakan
energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi energi daerah
yang akan menganalisa penggunaan energi baru terbarukan dan juga
energi alternatif lainnya.
Berdasarkan UU No.30 Tahun 2007 tentang energi, “Sumber daya
energi sebagai kekayaan alam merupakan anugerah Tuhan Yang
Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Selain itu, sumber
daya energi merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat
penting bagi hajat hidup rakyat banyak terutama dalam peningkatan
kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, dan ketahanan nasional maka
sumber daya energi harus dikuasai negara dan dipergunakan bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945”. Maka diupayakan Pengelolaan energi yang meliputi
penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan
secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu
guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Krisis energi saat ini sekali lagi
mengajarkan kepada bangsa Indonesia bahwa usaha serius dan
sistematis untuk mengembangkan dan menerapkan sumber energi
terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil perlu segera dilakukan.
Kabupaten Kapuas Hulu saat ini khususnya ibukota kabupaten dan
kota-kota kecamatannya masih mengandalkan energi listrik yang
berbahan bakar berasal dari fosil yaitu dengan menggunakan
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang bahan bakarnya solar.
Energi listrik yang tersedia sampai saat ini hanya sebesar 6,2 Mega
Watt, sehingga Untuk memenuhi energi listrik ke depan sangat
kekurangan, hal ini dapat dilihat dari jumlah antrian penyambunagn
listrik dan seringnya listrik mati secara bergiliran.
Guna mengantisipasi pemenuhan kebutuhan energi listrik ke depan
perlu dilakukan upaya dengan mencari sumber energi alternatif yang
lebih berwawasan lingkungan, mengingat Kabupaten Kapuas Hulu
sebagai Kabupaten Konservasi dan potensi sumber energi baru dan
terbarukan terutama tenaga air (hydro power) dan biofuel yang ada
sangat banyak. Untuk itu perlu dilakukan kajian atau studi yang rinci
dengan harapan output berupa rekomendasi pengembangan energi
alternatif yang tepat dan selanjutnya dapat dijadikan dasar bagi
![Page 5: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/5.jpg)
hal. 3
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
pelaksanaan perencanaan teknis dan pembangunan Pembangkit
Listrik dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah sesuai dengan grand strategi pembangunan
Kabupaten Kapuas Hulu, maka sangatlah diperlukan beberapa sarana
penunjang yang akan dapat memperlancar program tersebut.
1.2 Dasar Hukum Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif untuk
Ketenagalistrikan di Kabupaten Kapuas Hulu ini didasarkan pada
beberapa ketentuan peraturan dan perundang-undangan berikut :
1) Undang-Undang No.30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
2) Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
3) Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi
4) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
5) Undang-Undang No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi
6) Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2012 Tentang Usaha Jasa
Penunjang Tenaga Listrik
7) Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2012 Tentang Jual Beli Listrik
Lintas Negara
8) Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan
Batubara
9) Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2012 Tentang Kegiatan
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
10) Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 2009 Tentang Konservasi
Energi
11) Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air
12) Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2007 Tentang Kegiatan
Usaha Panas Bumi
13) Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan
Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif
14) Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1989 Tentang
Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
15) Peraturan Presiden RI No.9 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak Dan
Gas Bumi
16) Peraturan Presiden RI No.47 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006 Tentang
Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Untuk
Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Yang
Menggunkan Batubara
![Page 6: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/6.jpg)
hal. 4
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
17) Peraturan Presiden RI No.33 Tahun 2011 Tentang Kebijakan
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air
18) Peraturan Presiden RI No.28 Tahun 2011 Tentang Penggunaan
Kawasan Hutan Lindung Untuk Penambangan Bawah Tanah
19) Peraturan Presiden RI No.6 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2006 Tentang Tim
Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
20) Peraturan Presiden RI No.4 Tahun 2010 Tentang Penugasan
Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Untuk Melakukan
Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Yang
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara Dan Gas
21) Peraturan Presiden RI No.12 Tahun 2008 Tentang Dewan Sumber
Daya Air
22) Peraturan Presiden RI No.5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi
Nasional
23) Instruksi Presiden RI No.01 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan
Dan Pengawasan Terkait Kegiatan Usaha Pertambangan
Batubara
24) Instruksi Presiden RI No.13 Tahun 2011 Tentang Penghematan
Energi Dan Air
25) Instruksi Presiden RI No.2 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan Sebagai Bahan Bakar Lain
26) Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2006 Tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar
Lain
27) Peraturan Menteri ESDM No.19 Tahun 2013 Tentang Pembelian
Tenaga Listrik Oleh Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dari
Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota
28) Peraturan Menteri ESDM No.17 Tahun 2013 Tentang Pembelian
Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dari
pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik
29) Peraturan Menteri ESDM No. 04 Tahun 2013 Tentang
Pelimpahan Sebagian wewenang Urusan Pemerintahan Di Bidang
Energi Dan Sumber daya Mineral Kepada Gubernur Sebagai
Wakil Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi
Tahun Anggaran 2013
30) Peraturan Menteri ESDM No. 03 Tahun 2013 Tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi
Perdesaan Tahun Anggaran 2013
31) Peraturan Menteri ESDM No.30 Tahun 2012 Tentang Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negara
![Page 7: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/7.jpg)
hal. 5
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
32) Peraturan Menteri ESDM No.28 Tahun 2012 Tentang Tata Cara
Permohonan Wilayah Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk
Kepentingan Umum
33) Peraturan Menteri ESDM No.10 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
34) Peraturan Menteri ESDM No.04 Tahun 2012 Tentang Harga
Pembelian Tenaga Listrik Oleh PT PLN (Persero) Dari Pembangkit
Tenaga Listrik Yang Menggunakan Energi Terbarukan Skala Kecil
Dan Menengah Atau Kelebihan Tenaga Listrik
35) Peraturan Menteri ESDM No.04 Tahun 2010 Tentang Rencana
Strategis Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Tahun
2010-2014
36) Peraturan Menteri ESDM No.36 Tahun 2008 Tentang
Pengusahaan Gas Metana Batubara
37) Peraturan Menteri ESDM No.32 Tahun 2008 Tentang
Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
38) Peraturan Menteri ESDM No. 0045 Tahun 2005 Tentang Instalasi
Ketenagalistrikan
39) Peraturan Menteri ESDM No. 051 Tahun 2006 Tentang
Persyaratan dan Pedoman Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati
(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
40) Peraturan Menteri ESDM No. 02 Tahun 2006 Tentang
Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala
Menengah
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk
Kelistrikan Daerah di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu untuk
menyelenggarakan pembangunan kelistrikan daerah yang mengacu
pada suatu kerangka penataan ruang wilayah, sehingga dapat
berlangsung secara tertib, terorganisasikan dengan baik, berdaya
guna dan berhasil guna, sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk menjabarkan tujuan tersebut, perlu dicapai beberapa sasaran
yang konkrit yang harus terjawab di dalam dokumen Rencana
pengembangan energi alternatif yang memungkinkan
terselenggaranya pembangunan secara tertib dan terorganisasi,
serta terbuka peluang bagi masyarakat untuk berperan serta dalam
seluruh prosesnya.
1) Memperkirakan konsumsi energi di Kabupaten Kapuas Hulu
untuk masa mendatang.
2) Menganalisa penggunaan energi baru terbarukan untuk
menjamin pasokan energi listrik di Kabupaten Kapuas Hulu .
![Page 8: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/8.jpg)
hal. 6
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
3) Sebagai masukan dalam pemenuhan energi listrik di Kabupaten
Kapuas Hulu yang terancam krisis energi listrik.
4) Mendapatkan kajian tentang Penyusunan Rencana Induk Energi
dan Ketenagalistrikan di Kabupaten Kapuas Hulu sesuai dengan
potensi yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu .
5) Mencari suatu rujukan tentang sumber energi terbarukan dan
kebutuhan energi makro yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu
sebagai acuan penyusunan Rencana Umum Energi dan
Ketenagalistrikan.
6) Sebagai wacana penggunaan energi terbarukan di Kabupaten
Kapuas Hulu pada tahun-tahun yang akan datang.
1.4 Ruang Lingkup
Perencanaan
1.4.1 Lingkup Substansi
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan di Kabupaten
Kapuas Hulu ini adalah :
1) Persiapan
Pada tahap pekerjaan persiapan tim penyusun melaksanakan
kegiatan sebagai berikut :
a) Koordinasi dengan direksi pekerjaan.
b) Pengumpulan data awal, data primer dan sekunder, buku‐
buku referensi yang berhubungan dengan pekerjaan ini
sebagai bahan referensi medan/lapangan dan untuk
penyempurnaan program kerja sehingga akan dicapai suatu
hasil pekerjaan yang maksimal.
c) Desk studi dan diskusi awal
d) Pembuatan dan penyususunan program kerja, pembagian
tugas dan pengarahan.
2) Melakukan Survey Dan Pengukuran
Kegiatan survey ini meliputi :
a) Survey Lapangan untuk menginventarisasi fakta-fakta
berikut:
b) Sumber-sumber energy alternative yang tersebar di seluruh
kecamatan, meliputi jenis, potensi kapasitas, kelayakan
pengembangannya dan hambatan-hambatan maupun
dampak yang mungkin ditimbulkan dalam
pengembangannya
c) Karakteristik kelistrikan daerah Kabupaten Kapuas Hulu baik
dari aspek demand maupun supply
d) Survey Karakteristik Sosial Ekonomi masyarakat Kabupaten
Kapuas Hulu terutama dikaitkan dengan karakteristik
konsumsi energy dan listrik.
![Page 9: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/9.jpg)
hal. 7
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
e) Survey fisik dan pola pemanfaatan lahan dan kondisi sarana
prasarana wilayah yang berkaitan dengan usaha
pengembangan energy alternative untuk ketenagalistrikan
daerah.
f) Survey Penjaringan Aspirasi Masyarakat dengan metode
sampling
3) Evaluasi, Analisis dan Perencanaan Teknis, meliputi :
a) Kajian mengenai potensi pengembangan dan permasalahan
energi baru dan terbarukan difokuskan pada energi angin,
energi surya, biofuel, dan energi air. Pernbahasan dilakukan
secara global dari keempat sumber energi dan tidak pada
tiap lokasi sumber energi. Untuk energi air dikhususkan pada
pemanfaatan energi air untuk pembangkit tenaga listrik
skala kecil atau jenis mikrohidro.
b) Kajian teknis yang difokuskan pada perhitungan potensi
energi baru dan terbarukan dan pemilihan teknologi
pembangkit listrik yang digunakan.
c) Kajian kelayakan ekonomi dengan pertimbangan utama dari
harga energi yang dihasilkan.
d) Kajian mengenai dampak positif maupun negatif yang
ditimbulkan dari pemanfatan energy baru terbarukan.
e) Perkiraan/Proyeksi Kebutuhan Energi dan Kelistrikan di masa
datang
f) Perumusan Alternatif Rencana Pengembangan
g) Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia
h) Perumusan Strategi Pelaksanaan Rencana
1.4.2 Lingkup Wilayah
Perencanaan
Lingkup wilayah perencanaan pengembangan energi alternatif ini
adalah seluruh wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang batas-batasnya
sesuai dengan batas wilayah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2013-2033. Kabupaten
Kapuas Hulu secara administratif memiliki luas 107,82 km2, meliputi
enam kecamatan dan 29 kelurahan. Secara geografis Kota Pontianak
terletak antara 0,50º Lintang Utara sampai 1,4º Lintang Selatan dan
antara 111,40º Bujur Barat sampai 114,10º Bujur Timur dengan
Ibukota Putussibau (BPS Kapuas Hulu, 2012). Adapun Batas-batas
Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Serawak (Malaysia
Timur)
2) Sebalah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sintang
3) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan
Timur dan Kalimantan Tengah
![Page 10: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/10.jpg)
hal. 8
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
4) 4.Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Sintang
dan Provinsi Kalimantan Tengah.
1.5 Sistematika Laporan
Pendahuluan
Laporan pendahuluan ini dibagi dalam 4 bab dengan dengan rincian
sebagaii berikut :
1) Bab 1 merupakan bahasan Pendahuluan yang intinya
melaporkan latar belakang, tujuan dan sasaran, dasar hukum dan
ruang lingkup perencanaan baik lingkup substansial maupun
lingkup wilayah perencanaan.
2) Bab 2 merupakan bahasan mengenai pemahaman awal tim
penyusun tentang Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu
yang disusun secara sistematis meliputi kondisi geografis dan
administratif Kabupaten Kapuas Hulu, Kondisi Fisik dan
Sumberdaya Alam, Kondisi Pola Penggunaan Lahan, Kondisi
Demografis, Ketersediaan Sarana dan Prasarana Wilayah
Kabupaten, terutama aspek kelistrikan dan energi wilayah.
3) Bab 3 adalah laporan tim penyusun mengenai metodologi yang
akan digunakan dalam penyusunan Rencana Pengembangan
Energi Alternatif untuk Kelistrikan Kabupaten Kapuas Hulu.
4) Bab 4 merupakan laporan tim mengenai program kerja yang
akan dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini, mulai dari
tahapan-tahapan proses perencanaan, penjadwalan kegiatan
rinci, dan mobilisasi demobilisasi personil yang akan terlibat
angsung dalam proses perencanaan ini.
![Page 11: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/11.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 9
2. Gambaran Umum Kabupaten Kapuas Hulu
Pada bab dua ini meninjau karakteristik, potensi dan permasalahan
wilayah perencanaan. Ada beberapa aspek dasar yang dikaji dalam
bab ini antara lain adalah karakteristik fisik lahan yang meliputi
kondisi fisik dasar, penggunaan lahan dan status penguasaan lahan,
serta aspek daya dukung lahan yang mencakup kajian terhadap
limitasi dan kendala pengembangan wilayah dan wilayah yang berpo-
tensi untuk dikembangkan sesuai dengan lahan dan sumberdaya
alam yang terkandung di dalamnya.
2.1 KARAKTERISTIK FISIK
LAHAN
2.1.1 Kondisi Fisik Dasar
2.1.1.1 Fisiografi
Wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu secara fisiografis dibedakan menjadi tiga
wilayah yaitu wilayah dataran DAS Kapuas, wilayah Pegunungan
Kapuas Hulu dan wilayah Pegunungan Muller.
Wilayah Daerah Aliran Sungai ini merupakan rangkaian dari danau-
danau dan rawa-rawa yag dangkal dan teras-teras rendah yang
sangat luas, tanah bergambut dan tidak subur, kemudian dikelilingi
oleh pinggiran sempit yang meliputi dataran berombak dan bukit-
bukit yang terpencar sehingga kawasan tersebut minim sekali
daerah datar. Dengan rangkaian pegunungan mencapai ketinggian
![Page 12: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/12.jpg)
hal. 10
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
500 sampai 1800 meter di Gunung Lawit disebelah utara,
mengelilingi daerah seluas 10.780 Km2 ini hampir disemua sisinya.
Berdasarkan hasil investigasi, dataran-dataran di sekitar perbatasan
Daerah Aliran Sungai ini dianggap mengandung sumber batubara dan
minyak bumi. Kegiatan pertanian yang agak menetap dilakukan
secara insentif di dataran-dataran sungai sempit, sedangkan kegiatan
beladang dengan sistem berpindah-pindah banyak mempengaruhi
kawasan pinggir Daerah Aliran Sungai ini.
Tabel 1 : Nama Gunung Dengan Ketinggian di atas 1000 meter Menurut Lokasi Di Kabupaten Kapuas Hulu
Wilayah berikutnya adalah Pegunungan Muller dengan luas ± 18.370
Km2 (termasuk bagian Pegunungan Muller di Kabupaten Sintang)
yang dicirikan oleh gunung-gunung batu sendimen yang agak tinggi
dalam bentuk punggung-punggung yang memanjang, kuesta-kuesta
dan bukit-bukit di kaki gunung yang membatasi daerah aliran
pedalaman yang berbukit dan sumbat-sumbat vulkanik serta
kerucut-kerucut yang terpencil. Wilayah ini didrainase oleh Sungai
Kapuas sedangkan sebelah Selatan didrainase oleh Sungai Kapuas
dan Sungai Melawi (Kabupaten Melawi). Kabupaten Kapuas Hulu
memiliki beberapa gunung dengan ketinggian rata-rata di atas 1000
meter di atas permukaan laut (lihat Tabel 1).
2.1.1.2 Posisi Geografis
dan
Administrasi
Kabupaten Kapuas Hulu terletak di bagian Timur wilayah Propinsi
Kalimantan Barat, dengan koordinat 0,5 derajat Lintang Utara sampai
1,4 derajat Lintang Selatan dan antara 111,40 derajat Bujur Barat
sampai dengan 114,10 derajat Bujur Timur.
Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak (Malaysia Timur), sebelah
Barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang, sebelah Timur
berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah, sedangkan sebelah Selatan juga berbatasan dengan
Kabupaten Sintang. Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah
Barat ke Timur dengan jarak terpanjang adalah ± 240 Km dan
melebar dari Utara ke Selatan ±126,70 Km.
No. LOKASI NAMA GUNUNG TINGGI (M)
1 Putussibau Gunung Cemeru 1.681
Gunung Harung 1.359
Bukit Liang Cebung 1.394
2 Martinus Gunung Lawit 767
Gunung Batuang 1.151
3 Kalis Bukit Batu Sambung 1.770
Sumber: Kabupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012
![Page 13: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/13.jpg)
hal. 11
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Tabel 2 : Luas Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Perkecamatan
Kabupaten Kapuas Hulu terbagi menjadi 25 wilayah administratif
kecamatan dengan luas total 29.841,99 Km2 atau sekitar 20,33 % dari
luas Kalimantan Barat (146.807 Km2), sedangkan Kota Putussibau
sebagai ibukota kabupatennya dengan luas 4,122 Km2 atau sekitar
0,013 % dari luasan total Kabupaten Kapuas Hulu. Kecamatan terluas
di kabupaten ini adalah Kecamatan Hulu Kapuas dengan luas
5.279,85 km2, sedangkan kecamatan yang terkecil luasanya adalah
Kecamatan Putussibau Selatan dengan luas 72,45 Km2 (lihat Tabel 2).
2.1.1.3 Iklim Iklim di Kabupaten Kapuas Hulu dikelompokkan sebagai “Afaw”,
(menurut sistem kopen) yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan
musim kemarau yang panas. Maksimum curah hujan ganda dan
dengan suhu rata-rata dalam bulan terpanas lebih tinggi dari 22
derajat celcius. Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu suhu berkisar
antara 22,90C ± 31,050C. sedangkan hari hujan berkisar antara 180
hingga 184 hari per tahun dengan curah hujan rata-rata tahunan
No KECAMATAN LUAS (KM2) PROSENTASE
1 Silat Hilir 1.177,10 3,94
2 Silat Hulu 1.061,80 3,56
3 Bunut Hulu 1.118,14 3,75
4 Mentebah 781,26 2,62
5 Bika 395,16 1,32
6 Kalis 1.857,84 6,23
7 Putussibau Utara 5.204,80 17,44
8 Putussibau Selatan 72,45 0,24
9 Hulu Kapuas 5.279,85 17,69
10 Embaloh Hilir 786,30 2,63
11 Bunut Hilir 844,10 2,83
12 Boyan Tanjung 824,00 2,76
13 Jongkong 422,50 1,42
14 Pangkadan 531,20 1,78
15 Hulu Gurung 432,90 1,45
16 Selimbau 510,53 1,71
17 Danau Sentarum 643,35 2,16
18 Seberuang 573,80 1,92
19 Semitau 562,70 1,89
20 Suhaid 465,91 1,56
21 Empanang 547,14 1,83
22 Puring Kencana 258,66 0,87
23 Badau 700,00 2,35
24 Batang Lupar 1.332,90 4,47
25 Embaloh Hulu 3.457,60 11,59
29.841,99 100,00
Sumber: Kapupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012
KABUPATEN KAPUAS HULU
![Page 14: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/14.jpg)
hal. 12
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
berkisar antara 4.000 mm sampai 4.727 mm. Jumlah hari hujan yang
tinggi disertai dengan curah hujan yang besar ini pada umumnya
merata di daerah kecamatan, sehingga hutan-hutan di Kabupaten
Kapuas Hulu cukup lebat dan subur.
Dampak hujan cukup besar ini menyebabkan proses pencucian tanah
berjalan dengan cepat disamping banjir musiman yang sering
melanda daerah sepanjang Sungai Kapuas yang lamanya antara 1/3
sampai 6 bulan.
Bila air sungai menjadi surut pada musim kemarau, maka terjadi pen-
dangkalan alur-alur sungai dan akibatnya transportasi menjadi
terhambat, terutama daerah pedlaman yang sungai-sungainya
menjadi urat nadi perhubungan dari dan ke ibukota Kabupaten.
2.1.1.4 Topografi Secara keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang
telah mengalami pengikisan dan sudah semakin tua, yang ditandai
dengan gradient sungai yang kecil dan berbelok-belok. Bentuk
permukaan bumi daerah Kabupaten Kapuas Hulu umumnya
berbentuk wajan (kuali) yang terdiri dari dataran rendah/cekung
yang terendam air memanjang dari hilir Nanga Manday terus ke arah
Barat mengikuti aliran Sungai Kapuas sampai Nanga Suhaid
Kecamatan Suhaid.
Pada dataran tinggi/miring diselingi oleh rawa-rawa memanjang
tetapi sempit atau diselingi oleh buit-bukit kecil. Dataran ini
termasuk kategori yang biasanya digenangi air pada waktu-wkatu
tertentu, yakni ketika terjadi curah hujan yang tinggi yang
menyebabkan banjir dan tergenang air selama 2-5 jam saja. Dataran
yang tinggi/miring ini terletak pada ketinggian sekitar 4.761 meter
dari permukaan laut.
Tabel 3 : Luas Kemiringan Lahan Di Kabupaten Kapuas Hulu
Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sebagian besar memiliki ketinggian
antara 25 ampai 500 meter. Sebagian besar daerah dengan
ketinggian di atas 500 meter terdapat di Pegunungan Kapuas Hulu di
sebelah Utara dan bagian Timur Kabupaten Kapuas Hulu yang
No KLAS KEMIRINGAN LUAS (Ha) PROSEN (%)
1 0 - 2 % 798.240 26,75
2 2 - 15 % 336.150 11,26
3 15 - 40 % 583.240 19,54
4 > 40 % 1.266.570 42,44
2.984.200 100,00
Sumber : Fakta dan Analisis, RTRWK Kapuas Hulu
JUMLAH
![Page 15: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/15.jpg)
hal. 13
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
melingkar sampai ke Pegunungan Muller dekat perbatasan dengan
Kalimantan Tengah. Daerah lembah dan lereng Pegunungan Kapuas
Hulu dan Pegunungan Muller umumnya memiliki ketinggian antara
100-500 meter. Sebagian kecil daerah perbukitan di sebelah Utara
dn Timur gugusan Danau Luar di Kecamatan Batang Lupar juga
memiliki ketinggian antara 100-500 meter.
Keadaan topografi Kapuas Hulu sangat bervariatif mulai dari dataran
alluvial perbukitan sampai pegunungan. Bentuk permukaan lahan
datar seluas 798.240 Ha dengan kemiringan 0-2 % umumnya berada
di wilayah dataran rawa Daerah Aliran Sungai Kapuas sedangkan
lahan yang tersebar di daerah-daerah kaki perbukitan di Kecamatan
Selimbau, Badau, Kecamatan Batang Lupar, Embau Bagian Selatan
dan Empanang Bagian Utara mempunyai kemiringan 2-15%.
2.1.1.5 Jenis Tanah Deskripsi dan analisis struktur dan jenis tanah pada laporan RTRWK
Kapuas Hulu didasarkan pada tinjauan Peta Tanah Eksplorasi Propinsi
Kalimantan Barat skala 1 : 1.000.000 oleh Lembaga Penelitian Tanah
Bogor ditemukan beberapa jenis tanah sebagai berikut :
1. Tanah Organosol, Gley Humus
Tanah organosol merupakan segolonhan tanah yang tersusun dri
bahan organik atau campuran bahan mineral dan bahan organik
setebal paling sedikit 50 cm mengandug paling sedikit 30 %
bahan organik (bila liat), atau 20 % (bila berpasir). Kepadatan
atau bulkdensity kurang dari 0,6 dan selalu jenuh air. Tanah ini
mudah mengerut tak balik, dan bila kering peka erosi dan mudah
terbakar.
Jenis tanah gambut terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu adalah
jenis oligotrop dengan tebal rata-rata 3 meter. Tanah gambut ini
sangat permeabel. Drainase dengan penggalian parit dengan
cepat menurunkan permukaan tanah karena proses eksidasi,
meneralisasi dan pengerutan yang dipercepat.
Di dataran rendah seperti datara berawa sekitar Sungai Kapuas
tanah gambut berasosiasi dengan tanah glei humus dan aluvial
hidromorf. Tanah di dataran ini sebagian besar dipengaruhi oleh
pasang surut. Di beberapa tempat, bagian yang mendapat
limpahan air pasang dengan ketebalan gambut kurang dari satu
meter banyak dimanfaatkan penduduk sebagai lahan
persawahan pasang surut. Jenis gambut yang berpotensi tingi
untuk pertanian adalah gambut eutrop dimana air yang
menggenanginya mengandung unsur hara dan mineral yang
cukup tinggi. Namun demikian, keban-yakan tanah gambut di
![Page 16: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/16.jpg)
hal. 14
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Kapuas Hulu yang merupakan gambut oligotrop umumnya
sangat kurus serta terancam racun dari humus yang masam
walaupun tanah gambut ini masih memberi kemungkinan untuk
pengembangan tanaman tanah kering (upland crops).
Kebanyak tanah gambut di temukan di dataran rendah aliran
Sungai Kapuas Hulu. Tanah gambut di daerah ini tergolong
sebagai tropohemist, troposaprist dan topofibrist dengan
kedalaman 6 meter. Gambut-gambut tersebut sangat masam,
mempunyai kemampuan pertukaran kation yang tinggi tetapi
tidak jenuh dan umumnya sangat miskin hara utama maupun
minor. Air banjir melalui endapan mineral dan bahan-bahan
organik segera dapat menghasilkan nitrogen berkadar sedang
atau bahkan tinggi, fosfor dan potasium di dlaam lapisan-lapisan
permukaan. Luas daerah dengan jenis tanah ini mencakup areal
seluas 552.000 ha atau sekitar 18,5% luas Kabupaten Kapuas
Hulu.
2. Tanah Podsolik Merah Kuning
Tanah jenis ini memiliki perkembangan profil sedng, erwarna
merah sampai kuning, horison argilic, masam, kurus dengan
kemampuan pertukaran kation dengan kejenuhan basah rendah.
Di Kapuas hulu tanah ini mencapai areal seluas ± 396.000 ha atau
13,27% luas dae-rah Kabupaten Kapuas Hulu.
Jenis tanah ini dibedakan menurut bahan induk yang
membentuknya yaitu PMK dengan bahan induk batuan endapan
dan PMK dengan bahan induk batuan beku. PMK dari batuan
endapan umumnya bertekstur halus sampai sedang, sedangkan
PMK dari batuan beku umumnya memiliki tekstur halus.
Penyebaran jenis tanah ini terdapat hampir di semua kecamatan
terutama di daerah yang berombak sampai bergunung.
Sebaiknya tanah ini diusahakan untuk pertanian tanah kering
atau perkebunan disertai dengan usaha-usaha konservsi tanah
karena jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi ditambah lagi
curah hujan di Kapuas Hulu yang relatif.
3. Kompleks PMK dan Litosol
Tanah litosol merupakan tanah mineral dengan perkembangan
profil yang sangat rendah di atas batuan kukuh dengan ketebalan
profil kurang dari 50 cm. Di Kapuas Hulu, tanah ini berasosiasi
dengan tanah podsolok merah kuning (PMK) di pegunungan
patahan yang tersebar luas di Pegunungan Kapuas Hulu dan
Pegunungan Muller. Hamparan tanah ini sebagian besar berbukit
![Page 17: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/17.jpg)
hal. 15
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
atau bergunung dan mencakup areal seluas 2.036.200 ha atau
sekitar 68,27% luas Kabupaten Kapuas Hulu. Gambaran
mengenai sebaran jenis tanah dapat dilihat pada Gambar ....
2.1.1.6 Hidrologi
Wilayah
Aliran Sungai Kapuas Hulu mempunyai panjang kira-kira 300
kilometer di mulai dari Kecamatan Putussibau bagian Timur dan
berakhir di Kecamatan Bunut Hilir. Sungai Embaloh sepanjang 168
km yang berhulu di Pegunungan Kapuas Hulu bagain Utara, Sungai
Manday sepanjang 140 km berhulu di Pegunungan Muller
merupakan beberapa anak Sungai Kapuas yang cukup penting
peranannya di Kabupaten Kapuas Hulu terutama sebagai sistem
transportasi pedalaman dan perikanan. Selain sungai terdapat juga
danau yang berlokasi di Kecamatan Batang Lupar, Badau, Selimbau.
2.1.1.7 Struktur Geologi
: Formasi
Pengendapan
Di wilayah dataran rawa sungai-sungai utama yang bermeander dan
beraliran lamban mengendapkan aluvium yang terkikis dari daerah-
daerah pedalaman ke tanggul-tanggul dalam cekungan-cekungan di
hilir selama banjir musiman berlangsung. Rawa gambut yang
menembus masuk ke daerah lahan berawa utama telah
menyebabkan aluvium sungai sangat tidak menentu, sehingga di
banyak tempat hampir tidak terdapat tanggul sungai yang
bermineral. Lebih ke hilir terdapat dataran-dataran aluvial dengan
sedimen di atas permukaannya pada dasarnya merupakan endapan
sungai, sedangkan lahan di permukaannya merupakan endapan
muara sungai. Arus pasang surut yang naik turun berpengaruh
kepada terjadinya endapan lumpur dan tanah liat. Endapan-endapan
ini banyak terdapat di wilayah dataran berawa, yang secara cepat
mengumpul di dasar sungai yang dangkal. Cekungan-cekungan liat di
antara sungai-sungai besar hampir semuanya tertutup lapisan
gambut oligotrop yang mengumpul secara cepat, yang terdiri dari
sisa-sisa bahan organik yang sedikit banyak terawetkan dengan baik,
yang umumnya berasal dari hutan rawa yang selalu tumbuh dalam
keadaan anaerobik. Pada umumnya ketebalan gambut lebih dari 2
meter, dan di rawa yang tertua dan yang paling berkembang dapat
mencapai kedalaman 10 meter.
Di dataran DAS Kapuas Hulu tidak ditemukan endapan garis strada
tersier muda dan tersier menengah. Endapan-endapan tebal yang
merupakan endapan-endapn kuarter muda mengelilingi bagian-
bagian dalam yang bersifat metamorf dan granit tersisa, yang
membentuk sebagian besar teras-teras di daerah ini. Di bagian Barat
endapanya berasal dari campuran bahan-bahan sungai estuari
dengan tekstur yang bervariasi dari halus sampai kasar. Sedagkan
endapan organik yang dominan di wilayah iniadalah gambut yang
mengisi bagian permukaan, cekungan dan lebah-lembah sempit yang
![Page 18: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/18.jpg)
hal. 16
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
menembus pinggiran teras. Endapan aluvial juga terdapat di daerah
pegunungan, walaupun tidak cukup luas, terutama di jalur-jalur
sempit sepanjang sungai. Endapan-endapan yang agak baru dari
zaman Kuarter dan Pleistosen ditemukan di daerah pegunungan di di
hulu DAS Kapuas yang sedikit terangkat dan tertoreh dengan tekstur
dominan pasir-pasir kuarsa yang tidak terkosolidasi. Endapan ini
berasal dari rangkaian pegunungan yang bersebelahan yang
mengandung batu pasir dengan proporsi tinggi dan didominasi oleh
endapan yang berasal dari bahan silika,pasir dan lempung.
Di sekeliling cekungan DAS Kapuas Hulu terdapat formasi endapan
yang berasal dari zaman Kuarter awal sampai tersier pertengahan,
yang terkonsolidasi lemah. Endapan-endapan ini berbentuk dari batu
pasir masa karbon yang berbutir halus sampai sedang serta batu
lempung mika dan batu lumpur merah.
2.1.1.8 Struktur Geologi
: Batuan Dasar
Beberapa batuan beku yang diantaranya berasal dari zaman Pra
Tersier dari masa kapur dan juga mendasari Daerah Aliran Sungai
Kapuas Hulu. Batuan yang meliputi granit biotit yang pucat dan
berbutir sedang, basalt dan gabbro ini berperan sebagai pembentuk
topografi di daerah Pegunungan Kapuas Hulu, batuan utama diduga
berupa gneis, sekis, filit, kuarsit, andesit dan basalt. Batuan-batuan ii
terdapat sebagai blok-blok terpatah-patah yang membentang seluas
satu kilometer persegi, sampai pada potongan-potongan yang
tersusun seperti genting yang berukuran hanya beberapa meter
persegi saja.
2.1.2 Penggunaan Lahan
2.1.2.1 Status
Penguasaan
Lahan
Ada beberapa status peruntukan, penguasaan dan pengusahaan
hutan yang telah di tetapkan di Kabupaten Kapuas Hulu untuk
kegiatan berskala besar (HPH dan HTI), transmigrassi, perkebunan
negara dan swasta, dan Kuasa Pertambangan. (lihat Gambar .... ).
Sampai tahun 2010 kawasan hutan di Kabupaten Kapuas Hulu
memiliki luas 3.098.632,87 hektar yang terdiri dari, hutan lindung
seluas 815.236,00 ha, hutan produksi terbatas seluas 481.623,31 ha,
hutan produksi biasa seluas 171.082,27 ha, hutan produksi yang
dapat dikonversi seluas 107.470,29 ha. Luas masing-masing untuk
jenis hutan mengalami kenaikan dari tahun 2000. Hutan lindung
mengalami perluasan sebesar 186.263,00 ha, hutan produksi
terbatas mengalami perluasan sebesar 240.507,31 ha, hutan
produksi biasa mengalami pengurangan sebesar -30.633,73 ha dan
terakhir hutan produksi yang dapat dikonversi mengalami perluasan
sebesar 27.208,29 ha.
![Page 19: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/19.jpg)
hal. 17
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Tabel 4 : Luas Hutan Di Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Menurut Fungsinya
Sumber : Disbunhut Kab. Kapuas Hulu, 2010
Jumlah ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam
(IUPHHK-HA) di Kabupaten Kapuas Hulu yang masih berlaku ijin
konsesinya sebanyak 5 (lima) unit, 1 (satu) unit di antaranya
merupakan unit manajemen baru, sedangkan perijinan usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT)
yang aktif tidak ada. Daftar IUPHHK-HA di Kabupaten Kapuas Hulu
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 : Daftar IUPHHK-HA yang masih aktif di Kabupaten Kapuas Hulu
Untuk ijin pemanfaatan kawasan hutan yang masih dalam proses
permohonan pada saat ini belum ada. Namun peluang untuk
mengajukan permohonan atau ijin baru pada kawasan ini masih
sangat memungkinkan mengingat terdapat wilayah yang saat ini ijin
pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPPHK) yang ada telah diusulkan
untuk dicabut dan masih menunggu proses persetujuan oleh menteri
kehutanan.
NO. FUNGSI HUTAN LUAS (Ha)PERSENTASE
(%)
1 Hutan Produksi (HP) 171.082,27 5,52
2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 481.623,31 15,54
3 Hutan Lindung (HL) 815.236,00 26,31
4 Hutan Produksi Konversi (HPK) 107.470,29 3,47
5 Taman Nasional 939.329,00 30,31
6 Areal Penggunaan Lainnya 583.892,00 18.84
Jumlah 3.098.632,87 100,00
NO. NAMA PERUSAHAANLUAS AREAL
(Ha)PERIJINAN KETERANGAN
1. PT. Bumi Raya Utama Wood Industries 110.500Kepmenhut Nomor :
268/Menhut-II/2004
Tgl. 21-7-2004
Aktif
2. PT. Toras Banua Sukses 24.920Kepmenhut Nomor :
107/Menhut-II/2006Tgl. 17-
4-2006
Aktif
3. PT. Dwipa Bakti Kariza 11.000Kepmenhut Nomor :
423/Menhut-II/2006Tgl. 15-
8-2006
Aktif
4. PT. Karya Rekanan Bina Bersama 43.810Kepmenhut Nomor :
263/Menhut-II/2004Tgl. 21-
07-2004
Aktif
5. PT. Kawedar Wood Industry 92.500Surat Menhut Nomor
:S.298/Menhut-VI/2007
Tanggal 17-05-2007
HPH Baru
![Page 20: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/20.jpg)
hal. 18
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Proses pengusulan pencabutan ijin ini dilakukan karena setelah
sekian lama diberikan hak kelola, pemegang ijin tidak pernah aktif
untuk melakukan pengelolaan sehingga kawasan yang telah
diberikan ijin tidak memberikan manfaat yang nyata kepada
pemerintah daerah maupun masyarakat secara ekonomi dan juga
secara sosial wilayah pengelolaan yang diberikan masih diakui
masyarakat sebagai wilayah kelola adat mereka.
2.2 POTENSI SUMBER
DAYA MANUSIA
Aspek sosial yang merupakan faktor penting dalam perencanaan
wila-yah/kota adalah kependudukan. Kajian diarahkan ke identifiksi
potensi dan permasalahan sumberdaya manusia di Kabupaten
Kapuas Hulu dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada kajian ini
akan dijelaskan jumlah dan penyebaran penduduk di berbagai
wilayah kabupaten dan kondisi sosial ekonominya yang meliputi
tingkat pendidikan atau tingkat keahlian, tingkat kemampuan
ekonomi, kesehatan dan kemampuan atau kemudahan penduduk
menikmati berbagai macam fasilitas pelayanan sosial.
2.2.1 Distribusi dan Perkembangan
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Kapuas Hulu sampai pada tahun 2010
(hasil sensus penduduk 2010) mencapai 221.952 orang, terdiri dari
113.036 laki-laki (50,83%) dan 108.016 perempuan (49,17%). Angka
ini meningkat sebesar 0,99 persen dibanding tahun sebelumnya.
Dengan angka Sex Rasio untuk tahun 2010 adalah 104. hal ini berarti
setiap 100 perempuan terdapat 104 laki-laki. Jumlah penduduk
tertinggi terdapat di Kecamatan Putussibau Utara ± 221.952 orang
dengan persentase 10,47 % dari jumlah penduduk kabupaten.
Jumlah penduduk terendah terdapat di Kecamatan Puring Kencana ±
2.215 orang dengan persentase 1,0%. Beberapa kecamatan yang
memiliki penduduk relatif besar adalah Silat Hilir, Bunut Hulu, Hulu
Gurung, dan Putussibau Selatan (lihat Tabel 6 ).
Bila dilihat dari kepadatan penduduknya, rata-rata Kabupaten
Kapuas Hulu memiliki kepadatan penduduk 7 orang per km2. Namun
beberapa kecamatan memiliki kepadatan jauh di atas rata-rata yaitu
Putussibau Selatan dengan kepadatan 178 orang per km2, Kecamatan
Hulu Gurung 29 orang per km2, Jongkong 23 orang per km2 dan
Selimbau 20 orang per km2. Beberapa kecamatan juga ada yang
memiliki kepdatan penduduk sangat rendah yaiu Kecamatan Hulu
Kapuas dan Kecamatan Embaloh Hulu masing-masing 1 orang per
km2.
Kepadatan penduduk tinggi umumnya tersebar di pusat-pusat
kecamatan di sepanjang jalur Jalan Sintang-Putussibau. Sedangkan
kepadatan rendah terdapat di wilaya-wilayah pedalaman Sungai
Kapuas.
![Page 21: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/21.jpg)
hal. 19
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Tabel 6 : Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Di Rinci Perkecamatan Tahun 2011
Tabel 7 : Kepadatan Penduduk Dalam Kabupaten Kapuas Hulu Dirinci Per Kecamatan Tahun 2001
Sumber : Kabupaten Kapuas Hulu Dalam Angka Tahun 2012
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Silat Hilir 8.970 8.189 17.159 7,732 Silat Hulu 5.546 5.206 10.752 4,843 Hulu Gurung 6.207 6.241 12.448 5,614 Bunut Hulu 6.675 6.327 13.002 5,865 Mentebah 4.553 4.309 8.862 3,996 Bika 2.175 2.049 4.224 1,907 Kalis 5.998 5.815 11.813 5,328 Putussibau Selatan 6.539 6.354 12.893 5,819 Hulu Kapuas 3.012 2.840 5.852 2,64
10 Embaloh Hilir 2.761 2.610 5.371 2,4211 Bunut Hilir 4.339 4.216 8.555 3,8512 Boyan Tanjung 5.244 4.898 10.142 4,5713 Pengkadan 3.976 3.991 7.967 3,5914 Jongkong 4.929 4.934 9.863 4,4415 Selimbau 5.049 5.076 10.125 4,5616 Danau Sentarum 1.992 1.876 3.868 1,7417 Suhaid 4.162 3.978 8.140 3,6718 Seberuang 5.333 4.975 10.308 4,6419 Semitau 4.008 4.069 8.077 3,6420 Empanang 1.448 1.434 2.882 1,3021 Purung Kencana 1.157 1.058 2.215 1,0022 Badau 2.556 2.484 5.040 2,2723 Batang Lupar 2.225 2.336 4.561 2,0524 Embaloh Hulu 2.292 2.300 4.592 2,0725 Putussibau Utara 11.890 11.351 23.241 10,47
113.036 108.916 221.952 100,00
Sumber: Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, BPS Kapuas Hulu, 2012
NO KECAMATANJUMLAH PENDUDUK PERSENTASE
(%)
JUMLAH
No KECAMATAN LUAS (KM2)JUMLAH
PENDUDUKKEPADATAN
(ORANG/KM2)
1 Silat Hilir 1.177,10 17.159 152 Silat Hulu 1.061,80 10.752 103 Bunut Hulu 1.118,14 13.002 124 Mentebah 781,26 8.862 115 Bika 395,16 4.224 116 Kalis 1.857,84 11.813 67 Putussibau Utara 5.204,80 23.241 48 Putussibau Selatan 72,45 12.893 1789 Hulu Kapuas 5.279,85 5.852 110 Embaloh Hilir 786,30 5.371 711 Bunut Hilir 844,10 8.555 1012 Boyan Tanjung 824,00 10.142 1213 Jongkong 422,50 9.863 2314 Pangkadan 531,20 7.967 1515 Hulu Gurung 432,90 12.448 2916 Selimbau 510,53 10.125 2017 Danau Sentarum 643,35 3.868 618 Seberuang 573,80 10.308 1819 Semitau 562,70 8.077 1420 Suhaid 465,91 8.140 1721 Empanang 547,14 2.882 522 Puring Kencana 258,66 2.215 923 Badau 700,00 5.040 724 Batang Lupar 1.332,90 4.561 325 Embaloh Hulu 3.457,60 4.592 1
29.841,99 221.952 446
Sumber: Kapupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012
KABUPATEN KAPUAS HULU
![Page 22: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/22.jpg)
hal. 20
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Perkembangan penduduk perkecamatan seperti yang tersajikan pada
Tabel 7, memperlihatkan bahwa Kecamatan Putussibau masih
merupakan kecamatan yang paling diminati penduduk dalam periode
tahun 1991-2001 pertambahan penduduk kecamatan ini mencapai ±
6.122 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 5,60% pertahun.
Sedangkan kecamatan lain yang memiliki pertambahan penduduk
relatif tinggi adalah Kecamatan Selimbau dengan pertambahan 8.438
jiwa (12,14%) Kecamatan Kedamin dengan pertambahan 4.406 jiwa
(4,26%), dan Kecamatan Seberuang 3.944 jiwa (6,12%).
Dari angka pertumbuhan ini dapat dihitung bahwa sampai tahun
2034 (tahun perencanaan) penduduk Kabupaten Kapuas Hulu
diperkirakan bertambah sebesar 219.138 jiwa dengan asumsi tingkat
pertumbuhan sebesar 1,33% pertahun tetap berlaku hingga akhir
tahun perencanaan.
Tabel 8 : Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2000-2010
2.3 Profil Perekono-
mian Wilayah
Profil perekonomian wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dikaji dari
tingkat pertumbuhan dan struktur ekonominya. Indikator yang
dipakai untuk mengetahui profil tersebut adalah perkembangan nilai
PDRB dan Sum-bangan setiap sektor terhadap nilai PDRB tersebut.
TAHUN 2000 TAHUN 2010 PERTAMBAHAN
1 Silat Hilir 12.043 17.159 5.116 3,602 Silat Hulu 8.905 10.752 1.847 1,903 Hulu Gurung 10.660 12.448 1.788 1,564 Bunut Hulu 9.368 13.002 3.634 3,335 Mentebah 6.635 8.862 2.227 2,946 Bika 6.602 4.224 (2.378) -4,377 Kalis 7.475 11.813 4.338 4,688 Putussibau Selatan 9.368 12.893 3.525 3,259 Hulu Kapuas 12.929 5.852 (7.077) -7,62
10 Embaloh Hilir 10.172 5.371 (4.801) -6,1911 Bunut Hilir 9.191 8.555 (636) -0,7112 Boyan Tanjung 6.369 10.142 3.773 4,7613 Pengkadan 7.230 7.967 737 0,9814 Jongkong 9.417 9.863 446 0,4615 Selimbau 11.170 10.125 (1.045) -0,9816 Danau Sentarum 1.201 3.868 2.667 12,4117 Suhaid 6.977 8.140 1.163 1,5518 Seberuang 8.807 10.308 1.501 1,5919 Semitau 6.003 8.077 2.074 3,0120 Empanang 2.552 2.882 330 1,2221 Purung Kencana 2.746 2.215 (531) -2,1322 Badau 4.576 5.040 464 0,9723 Batang Lupar 4.345 4.561 216 0,4924 Embaloh Hulu 4.616 4.592 (24) -0,0525 Putussibau Utara 5.197 23.241 18.044 16,16
184.554 221.952 37.398 1,86
NO KECAMATANJUMLAH PENDUDUK PERTUMBUHAN
(%/TAHUN)
JUMLAH
![Page 23: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/23.jpg)
hal. 21
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Laju pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari penyajian PDRB
atas dasar harga konstan, karena pengaruh inflasi telah ditiadakan.
Mengamati perjalanan pelasa-naan pembangunan sampai pada saar
ini, telah terjadi perubahan-perubahan sosial ekonomi di Kabupaten
Kapuas Hulu. Dari segi ekonomi, secara makro dicerminkan oleh
peningkatan pendapatan perkapita yang diikuti oleh laju
pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya atau dengan kata lain terjadi
perkembangan PDRB yang cukup tinggi.
2.3.1 Pertumbuhan Perekonomian
Wilayah
PDRB Kabupaten Kapuas Hulu atas dasar harga yang berlaku tahun
2010 sebesar Rp. 1.182.106,00 juta dan mengalami kenaikan sebesar
4,55 % atau meningkat menjadi Rp. 1.235.923,00 juta pada tahun
2011. Dengan demikian laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Kapuas Hulu lima tahun terakhir adalah rata-rata 4,06 % pertahun
(lihat Tabel 9). Angka ini lebih rendah dibandingkan tingkat
pertumbuhan Propinsi Kalimantan Barat 6,2% pada tahun 2011. Jika
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan penduduknya yang
mencapai 1,36 % berarti secara riil perekonomian Kabupaten Kapuas
Hulu mengalami peningkatan.
Tabel 9 : Nilai PDRB Dan Jumlah Penduduk Serta Pertumbuhannya Atas Dasar Harga Konstan
Untuk lebih meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang sekaligus
mewujudkan pemerataan pendapatan perlu adanya eksploitasi dan
optimalisasi potensi sumber daya alam, peningkatan sumber daya
manusia yang diikuti peningkatan infrastruktur.
Pertumbuhan ekonomi regional sangat ditentukan oleh
pertumbuhan ekonomi sektoralnya, sehingga penyajian pendapatan
regional secara sektoral merupakan alat bantu untuk melihat
perubahan dan perkem-bangan masing-masing sektor. Sedangkan
peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai
tambah pada periode tertentu akan menunjukkan struktur
perekonomian suatu daerah. Jika peranan sektoral tersebut disajikan
dalam beberapa tahun angka menggambarkan pergeseran struktur
ekonomi sebagai indikator adanya proses pembangunan.
NILAI PERTUMBUHAN JUMLAH PERTUMBUHAN
(jutaan Rp) (%) (jiwa) (%)
2007 1.053.981,00 215.434
2008 1.091.424,00 3,55 217.736 1,07
2009 1.131.792,00 3,70 220.043 1,06
2010 1.182.106,00 4,45 222.160 0,96
2011 1.235.923,00 4,55 227.424 2,37
Sumber: BPS Kabupaten Kapuas Hulu, 2013
TAHUN
PDRB PENDUDUK *)
![Page 24: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/24.jpg)
hal. 22
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011
sebesar 4,55 % terutama didukung oleh pertumbuhan Sektor
Angkutan/Komunikasi dan sektor Listrik dan Air Bersih masing-
masing sebesar 7,48 % dan 6,20 %; disusul sektor
Bank/Keuangan/Perum sebesar 5,78 %, sektor Bangunan 5,69 %; dan
sektor Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 5,26 %.
Bila dilihat secara sektoral, pada periode tahun 2007-2011 sektor
angkutan/komunikasi tumbuh dengan laju pertumbuhan paling
tinggi yaitu sebesar 7,48 % pertahun. Sedangkan laju pertumbuhan
terendah terjadi pada sektor industri pengolahan yang hanya
tumbuh 1,76 % pertahun. Selain sektor angkutan/komunikasi, ada
lima sektor lainnya tumbuh dengan laju di atas laju pertumbuhan
rata-rata yaitu sektor Listrik dan Air Bersih, sektor
Bank/Keuangan/Perum, sektor Bangunan dan sektor Perdagangan
Besar dan Eceran sebesar. (lihat Tabel 10).
Tabel 10 : Pertumbuhan Ekonomi per Sektor
2.3.2 Struktur Perekonomian
Untuk mengkaji struktur perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu
dapat di lihat berdasarkan kegiatan ekonomi yang digolongkan atas
tiga sektor yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Struktur
perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu sampai tahun 2011 masih
bersifat agraris (sektor primer). Hal ini dapat dilihat peranan dari
sektor pertanian yang masih sangat dominan. Namun demikian
peranan sektor ini cenderung mengalami penurunan, yaitu pada
tahun 2010 kontribusi sektor ini sebesar 47,35% menurun menjadi
46,56% tahun 1999. Dominannya sektor pertanian pada
perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu, terutama didukung oleh sub
sektor kehutanan dengan andil terhadap sektor pertanian sebeasr
55,95%, sub sektor tanaman bahan makanan (19,12%) dan sub
sektor perikanan (15,66%).
Rp. (Juta)
Pertumb
uhan
(%)
Rp. (Juta)Pertumb
uhan (%)Rp. (Juta)
Pertumb
uhan (%)Rp. (Juta)
Pertumb
uhan
(%)
Rp. (Juta)
Pertumb
uhan
(%)
Pertanian 524.724 3,55 506.744 3,78 488.309 3,65 471.116 2,04 461.680
Pertambangan 16.344 4,20 15.685 5,01 14.936 5,29 14.186 5,57 13.437
Industri Pengolahan 40.907 1,76 40.200 1,31 39.680 3,64 38.288 1,00 37.910
Listrik dan Air Bersih 4.641 6,20 4.370 7,69 4.058 9,71 3.699 9,76 3.370
Bangunan 182.616 5,69 172.791 5,27 164.138 1,77 161.284 6,85 150.943
Perdagangan, Hotel, Restoran 228.782 5,26 217.356 5,03 206.955 4,59 197.874 2,94 192.226
Angkutan/Komunikasi 49.973 7,48 46.494 6,70 43.573 3,66 42.035 9,77 38.293
Bank/Keu/Perum 66.659 5,78 63.017 5,22 59.891 3,03 58.132 9,55 53.066
Jasa 121.277 5,05 115.447 4,71 110.251 5,19 104.810 1,70 103.058
Total 1.235.923 4,55 1.182.106 4,45 1.131.792 3,70 1.091.424 3,55 1.053.981
Laju Pertumbuhan 4,55 4,45 3,70 3,55 -
SEKTOR
PDRB TAHUN
2011 2010 2009 2008 2007
![Page 25: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/25.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 23
Tabel 11 : Peranan Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Kab. Kapuas Hulu Tahun 2007-2011
Dari sembilan sektor ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga
sektor besar yaitu: Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian
dan sektor Pertambangan, Sektor Sekunder yang terdiri dari sektor
Industri Pengolahan, sektor Listrik, dan Air Bersih serta sektor
Bangunan. Sektor Tersier terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran, sektor Angktutan dan Komunikasi, sektor Bank, Keuangan
dan Perum serta sektor Jasa.
Pertumbuhan tersier yang tinggi dan juga di atas pertumbuhan
Kabupaten Kapuas Hulu berakibat pada peningkatan peranannya.
Sedangkan untuk sektor primer dan sekunder masih berada dibawah
pertumbuhan PDRB kabupaten dan peranannya juga menurun.
Dengan demikian struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu selama
lima tahun terakhir mengalami pergeseran dari sektor primer ke
sektor tersier (lihat Tabel 11).
2.4 DAYA DUKUNG
PRASARANA WILAYAH
Dalam konteks pengembangan wilayah tidak dapat dilepaskan dari
daya dukung dan potensi pengembangan dan sistem prasarana
wilayahnya. Daya dukung tersebut meliputi sitem transportasi,
sistem pos dan tele-komunikasi dan sitem pelayanan energi listrik.
2.4.1 Sistem Transportasi
Wilayah
Sistem transportasi Kapuas Hulu merupakan perpaduan antara
subsistem transportasi jalan raya, subsistem transportasi sungai, dan
subsistem transportasi udara. Pada bagian ini akan dibahas masing-
masing subsistem transportasi tersebut yang mencakup beberapa
aspek yaitu: aspek suplai yang meliputi kuantitas dan kualitas sarana
dan prasarana transportasi, aspek potensi permintaan akan jasa
transportasi, serta pengelolaan sistem transportasi yang ada. Selain
aspek diatas, akan dikaji pula tigkat pelayanan seluruh sistem
transportasi yang ada dalam menunjang usaha pengembangan
wilayah.
Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) % Rp. (Juta) %
Pertanian 524.724 42,46 506.744 42,87 488.309 43,14 471.116 43,17 461.680 43,80
Pertambangan 16.344 1,32 15.685 1,33 14.936 1,32 14.186 1,30 13.437 1,27
Industri Pengolahan 40.907 3,31 40.200 3,40 39.680 3,51 38.288 3,51 37.910 3,60
Listrik dan Air Bersih 4.641 0,38 4.370 0,37 4.058 0,36 3.699 0,34 3.370 0,32
Bangunan 182.616 14,78 172.791 14,62 164.138 14,50 161.284 14,78 150.943 14,32
Perdagangan, Hotel, Restoran 228.782 18,51 217.356 18,39 206.955 18,29 197.874 18,13 192.226 18,24
Angkutan/Komunikasi 49.973 4,04 46.494 3,93 43.573 3,85 42.035 3,85 38.293 3,63
Bank/Keu/Perum 66.659 5,39 63.017 5,33 59.891 5,29 58.132 5,33 53.066 5,03
Jasa 121.277 9,81 115.447 9,77 110.251 9,74 104.810 9,60 103.058 9,78
Total 1.235.923 100,00 1.182.106 100,00 1.131.792 100,00 1.091.424 100,00 1.053.981 100,00
Laju Pertumbuhan 4,55 4,45 3,70 3,55 -
SEKTOR
PDRB TAHUN
2011 2010 2009 2008 2007
![Page 26: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/26.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 24
2.4.1.1 Sistem
Transportasi
Sungai
Secara geomorfologis Kabupaten Kapuas Hulu memiliki potensi yang
tinggi bagi pengembangan transportasi sungai mengingat banyaknya
sungai yang dapat dilayari. Besarnya peranan transportasi sungai ini
membawa akibat bagi terbentuknya pusat-pusat pemukiman,
pengumpulan dan distribusi barang yang juga merupakan pusat-
pusat perdagangan penduduk.
Secara umum, pusat-pusat pemukiman tersebut menyebar pada
posisi-posisi yang menguntungkan ditepi sungai yang dapat dilayari.
Sampai saat ini transportasi sungai masih merupakan sarana
pergerakan barang dan penumpang walaupun hanya sebatas pada
pergerakan dari dan ke pusat-pusat permukiman yang tidak
terjangkau oleh lalu lintas darat. (Lihat Gambar 8)
Hampir semua kota-kota di Kabupaten Kapuas Hulu yang berada
pada jalur Sungai Kapuas memanfaatkan sungai sebagai sarana
transportasi selain transportasi darat, dan mempunyai akses yang
cukup baik ke Pu-tussibau dan Sintang. Jalur pelayaran orde kedua
terjadi pada kota-kota pada jalur utama (Sungai Kapuas) dengan
kota-kota di pedalaman. Dari Putussibau kota-kota di jalur utama
dapat ditempuh antara 2 sampai 32 jam dengan motor tambang
berkapasitas di atas 10 ton. Sedangkan jalur pelayaran orde kedua
dapat ditempuh antara 5 sampai 10 jam dengan menggunakan
motor air di bawah 10 ton.
Sepuluh ibukota kecamatan berada pada jalur utama yang dapat
dilalui motor tambang berkapasitas di atas 10 ton sedangkan tiga
belas ibukota kecamatan lainnya hanya dapat dilayani oleh pelayaran
motor air berkapasitas dibawah 10 ton, bahkan ibukota kecamatan
Badau hanya dapat dijangkau dengan longboat dengan kapasitas
maksimal 2,5 ton.
2.4.1.2 Sistem
Transportasi
Jalan Raya
Ada dua jalur regional yang merupakan pengembangan sistem
perangkutan jalan darat di Kabupaten Kapuas Hulu yaitu dengan
mengembangkan jalan Lintas Selatan Sintang-Putussibau sebagai
per-panjangan jalur arteri primer Pontianak-Sintang serta
pengembangan jalan Lintas Utara dari Putussibau-Badau-Kabupaten
Sintang.
Konsekuensi logis dari pesatnya perkembangan sistem perangkutan
darat ini adalah perubahan terhadap struktur tata ruang Kabupaten
Kapuas Hulu secara keseluruhan dimana perlahan namun pasti pada
pada simpul-simpul strategis di sepanjang jalan Lintas Selatan
maupun Lintas Utara mulai tumbuh embrio pusat-pusat permukiman
yang hampir dapat dipastikan akan tumbuh menjadi pusat-pusat
![Page 27: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/27.jpg)
hal. 25
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
pelayanan bahkan pusat pertumbuhan regional yang baru.
Bagaimana juga transportasi darat memiliki keunggulan dan lebih
diminati oleh masyarakat dan orientasi pertumbuhan perekonomian
wilayah akan berubah sesuai pola jaringan jalan yang berkembang.
Tabel 12 : Panjang Jalan Kabupaten Kapuas Hulu Pada Tahun 2011 (Kilometer)
Keadaan prasarana jalan dapat dlihat dari panjang jalan kabupaten
tahun 2011 sepanjang 884,08 Km. Dengan rincian jenis perkerasan
masing-masing yang diaspal 226,58 Km, kerikil 251,96 Km, tanah
379,48 Km, dan tidak terinci sepanjang 26,06 Km. (lihat Tabel 12)
2.4.1.3 Sistem
Perangkutan
Udara
Sistem transportasi eksternal di Kabupaten Kapuas Hulu dilengkapi
dengan adanya dua jalur penerbangan yaitu Putussibau-Pontianak
dan Putussibau-Sintang. Kedua jalur penerbangan tersebut dilayani
oleh sebuah perusahaan penerbangan yaitu PT. Kalstar Aviation
dengan jenis pesawat ATR 72 melayani rute penerbangan Pontianak-
Putussibau dengan frekuensi penerbangan sekali sehari.
Satu-satunya bandara yang melayani jalur penerbangan komersial di
Kabupaten Kapuas Hulu adalah Bandara Pangsuma yang merupakan
pelabuhan udara perintis.
2.4.1.4 Jangkauan
Pelayanan
Sistem
Perangkutan
Wilayah
Berdasarkan hasil identifikasi sistem perangkutan yang ada saat ini
maka dapat disimpulkan bahwa belum seluruh wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu mendapat layanan jaringan transportasi yang baik. Jalur
pelayaran Sungai yang saat ini dianggap sebagai jalur yang memilii
akses yang cukup tinggi dari dan ke bagian lain wilayah kabupaten
merupakan wilayah yang digolongkan sebagai wilayah yang paling
mu-dah dicpai. Apalagi bila jalur jalan darat Lintas Selatan dapat
berfungsi dengan baik, maka wilayah jalur Sungai Kapuas ini akan
2000 2011 2000 2011
1. JENIS PERMUKAAN
a. Diaspal 229,60 229,60 199,63 226,58
b. Kerikil 0,45 1,50 201,45 251,96
c. Tanah - - 216,90 379,48
d. Tidak dirinci - - 238,37 26,06
jumlah 230,05 231,10 856,35 884,08
II. KONDISI JALAN
a. Baik 140,75 145,75 199,63 237,90
b. Sedang 49,20 52,25 201,45 85,78
c. Rusak 32,00 30,55 216,90 189,13
d. Rusak Berat 8,10 1,50 238,37 371,27
jumlah 230,05 230,05 856,35 884,08
Sumber: Kapupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012
KEADAAN
PANJANG JALAN (km)
PROPINSI KABUPATEN
![Page 28: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/28.jpg)
hal. 26
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
menjadi semakin penting dan melebar kearah selatan. Tetapi untuk
kondisi saat ini wilayah sekitar ruas jalan Lintas Selatan baru dapat
digolongkan sebagai wilayah yang memiliki akses sedang karena
ketergantungan wilayah ini terhadap wilayah jalur pelayaran Sungai
Kapuas masih tinggi.
Wilayah-wilayah lain seperti sekitar jalur pelayaran Sungai Embaloh
dan jalur jalan darat Putussibau-Tanjungkerja-Benua Martinus-
Lanjak-Badau-Nanga Kantuk sampai ke perbatasan Kabupaten
Sintang juga di-golongkan sebagai wilayah dengan aksesbilitas
rendah yang umumnya sangat sulit dicapai baik melalui sungai
maupun darat.
2.4.2 Sistem Pelayanan
Energi Listrik
Meningkatnya pembangunan terutama industri, menyebabkan
permintaan tenaga listrik juga menjadi meningkat oleh sebab itu
upaya memenuhi kebutuhan listrik perlu mendapat perhatian
dengan memanfaatkan bahan mineral dan bio massa sebagai sumber
alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik.
Tabel 13 : Banyaknya Pelanggan Listrik Menurut Jenisnya Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2011
Data listrik yang dikumpulkan diperoleh dari Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Ranting Putussibau, adapun pada tahun 2011 jumlah
pelanggan sebanyak 21.187 pelanggan (naik 3,36% pertahun dari
tahun 2001), dimana pelanggan terbesar yaitu pada rumah tangga
sebesar 18.955 pelanggan, diikuti pelanggan usaha 1.368, pelanggan
sosial sebanyak 597 pelanggan dan pemerintah sebanyak 287
pelanggan. (lihat Tabel 13).
RUTA USAHA SOSIAL PEMERINTAH RUTA USAHA SOSIAL PEMERINTAH
1 Ranting Putussibau 4.209 421 142 87 6.355 721 222 133
2 Sub Ranting bunut 524 19 13 4 621 15 20 7
3 Sub Ranting Jongkong 679 33 15 6 791 36 17 8
4 Sub Ranting Selimbau 868 39 13 4 967 29 16 6
5 Sub Ranting Semitau 1.156 91 38 17 1.444 96 49 20
6 Lisdes Sejiram 405 23 13 6 544 18 19 6
7 Lisdes Na. Embaloh 304 18 12 6 368 18 14 9
8 Lisdes Lanjak 219 32 7 3 326 33 7 4
9 Lisdes Badau 482 51 12 8 722 66 20 20
10 Lisdes Na. Kantuk 147 19 7 5 187 20 7 6
11 Lisdes Na. Suruk 808 52 23 3 1.069 48 42 9
12 Lisdes Na. Tepuai 1.547 112 46 12 2.361 134 71 18
13 Lisdes Na. Dangkan 460 28 15 5 542 25 15 6
14 Lisdes Ba. Martinus 135 4 7 1 214 2 8 4
15 Lisdes Mentebah 374 26 12 3 495 29 18 5
16 Lisdes Na. Seberuang 84 7 2 - 137 15 3 1
17 Lisdes Piasak 155 3 4 1 235 2 4 1
18 Lisdes Nibung 91 7 1 - 106 7 1
19 Lisdes Nanga Erak 138 9 7 - 192 10 6
20 Lisdes Ujung Said 309 1 8 - 412 2 7
21 Lisdes Belikai 120 9 3 - 213 15 4 1
22 Lisdes Mendalam 217 5 6 - 308 3 16
23 Lisdes Pulau Majang 94 9 2 - 134 6 4 1
24 Lisdes Ujung Said 98 1 1 - 212 18 7 2
13.623 1.019 409 171 18.955 1.368 597 267
Sumber: KaBupaten Kapuas Hulu Dalam Angka 2012
JUMLAH
NO. LOKASITAHUN 2001 TAHUN 2011
![Page 29: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/29.jpg)
hal. 27
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Sampai tahun 2011, Seluruh kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu
sudah terlayani pasokan listrik dengan kapasitas terpasang 40-100
KW.
2.4.3 Sistem Pelayanan Pos
dan Telekomunikasi
Lalu lintas berita, uang dan barang merupakan jaringan yang penting
di setiap negara, dimana dibidang ini mempunyai jangkauan
terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi faktor
yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Peningkatan penyelenggaraan serta pembangunan pos
dan telekomunikasi ini telah meningkatkan penyebaran informasi
dalam segala aspek kehidupan seperti dibidang politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan dan mempunyai fungsi
sosial, menghilangkan isolasi daerah terpencil.
Penyelenggaraan telekomunikasi di kabupaten Kapuas Hulu
didukung oleh telepon umum, telex, dan telegram yang dikelola oleh
PT.Telkom. Untuk tahun 2011 banyaknya kapasitas sentral
meningkat 17,88% dari tahun 2010, demikian juga untuk sentral yang
terisi mengalami peningkatan sebesar 13,57%. Sedangkan jumlah
pelanggan terbesar tahun 2011 didominasi oleh pelanggan rumah
tangga sebesar 686 pelanggan, disusul pelanggan kategori
bisnis/usaha sebanyak 389 pelanggan, dilanjutkan oleh wartel, kios
phone, kantor telekomunikasi, dan sosial dengan jumlah pelanggan
masing-masing dibawah 32 buah.
2.4.4 Sistem Pelayanan Air
Bersih
Sampai tahun 2011 tercatat jumlah rumah tangga yang terlayani
jaringan air bersih PDAM sekitar 16,67 % dari seluruh rumah tangga
di Kabupaten Kapuas Hulu. Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu
sebagian besar (56,4 %) masih mengandalhkan air sungai langsung
sebagai sumber air bersihnya, sebagian lagi sekitar 9,4 % murni
menggunakan air hujan. Hanya 1,9 % saja masyarakat menggunakan
air dari sumur bor/sumur pompa, 3,3 % menggunakan air sumur
biasa dan 8,9 % memanfaatkan air dari mata air langsung di wilayah-
wilayah pegunungan.
![Page 30: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/30.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 28
3. METODOLOGI
Perencanaan ini menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range
Energy Alternatives Planning System) untuk membuat perencanaan
energi alternatif di Kabupaten Kapuas Hulu. Pada bab ini akan
diuraikan sekilas tentang LEAP, data, dan ruang lingkup perencanaan.
3.1 Perangkat Lunak LEAP
LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning System) adalah
perangkat lunak komputer berbasis window yang dapat digunakan
membuat perencanaan pengembangan energi alternatif.
Metodologi pemodelan berdasarkan akunting (accounting) yang
menyetimbangkan antara permintaan dan pasokan energi untuk
masing-masing jenis kegiatan. Kesetimbangan tersebut berdasarkan
simulasi dengan skenario tertentu bukan berdasarkan optimasi. LEAP
dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute yang berkantor
di Boston, Amerika Serikat. LEAP telah digunakan dibanyak negara
terutama negara-negara berkembang karena fleksible dalam
membuat simulasi kebijakan dan lisensi dapat diperoleh secara
gratis. Sebagai bottom-up model, LEAP menyediakan simulasi untuk
memilih pasokan energi mulai dari energi fosil sampai energi
terbarukan.
Elemen utama dari LEAP adalah karakteristik energi dan teknologi
energi baik sisi pasokan maupun sisi pengguna akhir. Lebih lanjut
LEAP dapat digunakan untuk menganalisis biaya-manfaat sosial yang
terintegrasi dengan membuat beberapa skenario (SEI, 2004). Dalam
model LEAP, prakiraan kebutuhan energi dihitung berdasarkan
besarnya aktivitas dikalikan dengan besarnya intensitas penggunaan
energi. Aktivitas dicerminkan oleh dua faktor pertumbuhan utama
![Page 31: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/31.jpg)
hal. 29
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
yaitu perekonomian dan jumlah penduduk. Meskipun demikian
faktor lain masih dapat masukkan untuk mendorong pertumbuhan
aktivitas bila dianggap penting. Sedangkan intensitas penggunaan
energi merupakan tingkat konsumsi energi per pendapatan atau
produk domestik bruto (PDB) untuk waktu tertentu. Intensitas energi
dapat dianggap tetap selama periode simulasi atau mengalami
penurunan untuk menunjukkan skenario meningkatnya efisiensi
pada sisi permintaan. Skenario merupakan deskripsi pola
pengembangan jangka panjang yang didorong oleh adanya kebijakan
pemerintah. Penetapan skenario terkait dengan evolusi sosial dan
ekonomi suatu negara dengan menggabungkan isu-isu penting yang
terkait dengan kebijakan pembangunan nasional seperti:
pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi, evolusi
demografi, perbaikan taraf hidup, serta kemajuan teknologi. Dalam
prakteknya, skenario dibuat dengan merubah suatu set asumsi
terhadap variabel-variabel kunci dimasa yang akan datang.
LEAP telah banyak digunakan di Indonesia baik oleh instansi
pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Pada tahun 2002
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) telah
menggunakan LEAP untuk membuat prakiraan energi Indonesia
2000-2010. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
bersama dengan Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL) pada tahun
2001 juga telah membuat perencanaan energi daerah untuk wilayah
Indonesia bagian Timur, seperti: Kabupaten Ende (Nusa Tenggara
Timur), Kabupaten Timor Tengah Selatan (Nusa Tenggara Timur),
Kabupaten Pasir (Kalimantan Timur), danKabupaten Tapanuli Utara
(Sumatera Utara). Penggunaan LEAP untuk perencanaan energi di
Propinsi DIY telah dilakukan oleh Ragil Lanang (2005) untuk periode
proyeksi tahun 2003-2018. Sedangkan Carepi (2008) melakukan studi
profil energi Propinsi DIY yang dikaitkan dengan pengembangan
jangka panjang untuk pengentasan kemiskinan.
Studi perencanaan ini dilakukan dengan beberapa tahapan, mulai
dari studi literatur, pengumpulan data, pembuatan model dengan
LEAP dan analisis. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh
gambaran tentang permasalahan yang dihadapi saat ini. Kemudian
dilakukan pengumpulan data yang berupa data sumber daya energi,
konsumsi energi, perekonomian, demografi, serta data lain yang
terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan enerrgi. Berdasarkan data
yang diperoleh dapat diformulasikan keterkaitan antara kebutuhan
energi dan perkembangan sosial ekonomi serta dapat dibuat model
alir kebutuhan dan pasokan energi dengan menggunakan LEAP.
Dengan mempertimbangkan faktor teknologi dibuat simulasi dan
![Page 32: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/32.jpg)
hal. 30
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
dianalisis sehingga dapat dirumuskan perencanaan energi daerah
yang optimal dengan mempertimbangkan energi alternatif.
Keseluruhan alur penelitian ditunjukkan pada Gambar ....
Gambar 1 : Kerangka Metodologi Perencanaan Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan Kabupaten Kapuas Hulu
3.2 Data dan Skenario
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
dikumpulkan dari lembaga pemerintah yang terkait, antara lain: PT
PLN (Persero), Dinas Pertambangan dan Energi, Pertamina, BPS
Kabupaten Kapuas Hulu, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kapuas Hulu.
Data yang dikumpulkan meliputi:
• Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengembangan sektor energi.
![Page 33: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/33.jpg)
hal. 31
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
• Data potensi sumber energi serta kondisi infrastruktur ESDM
saat ini, seperti: data kapasitas terpasang, penggunaan bahan
bakar, jaringan transmisi, dan penggunaan listrik di Kabupaten
Kapuas Hulu.
• Data (Data Series) PDRB serta jumlah penduduk Kabupaten
Kapuas Hulu.
• Data tekno-ekonomi tentang teknologi yang mungkin untuk
diterapkan dalam mendukung pengembangan infrastruktur
energi.
Pembangunan ekonomi memiliki sejumlah ketidakpastian. Disisi lain
pemerintah berkewajiban untuk mendorong pembangunan supaya
target yang ingin dicapai terpenuhi. Untuk mengakomodasi faktor
tersebut dibuat dua buah skenario yaitu skenario business as usual
(BAU) yang berdasarkan pertumbuhan sesuai dengan kondisi saat ini
dan skenario alternatif yang berdasarkan target untuk
mengembangkan energi alternatif yang lebih intensif. Tahun dasar
yang digunakan dalam model adalah tahun 2012 mengingat data
yang tersedia paling lengkap adalah pada tahun tersebut dan
diproyeksikan sampai dengan tahun 2034.
![Page 34: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/34.jpg)
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Hal. 32
4. RENCANA OPERASIONAL
4.1 Jadwal Penyelesaian
Pekerjaan dan Pelaporan
Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penyusunan Rencana
Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan Kabupaten Kapuas
Hulu, ditetapkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk proses
penyusunan rencana ini, hingga menghasilkan laporan akhir adalah
selama 120 hari kalender (atau ± 4 bulan). Kegiatan penyusunan
Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan
Kabupaten Kapuas Hulu dalam jangka waktu tersebut meliputi
enam tahapan kegiatan, seperti dijelaskan berikut ini.
4.1.1 Jadwal Kegiatan
Tahapan kegiatan terbagi dalam 6 (enam) bagian, yaitu persiapan,
pengumpulan data, analisis dan permumusan masalah,
penyusunan rencana, seminar dan penyempurnaan rencana akhir.
Penjabaran dari setiap tahap kegiatan adalah sebagai berikut ini.
A. Tahap Persiapan / Pendahuluan
Tahapan ini memiliki bobot 8% dari keseluruhan pekerjaan, dan
dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu. Tercakup dalam
tahapan ini antara lain: pemahaman secara seksama petunjuk
pelaksanaan penyusunan Rencana Pengembangan Energi
Alternatif Untuk Kelistrikan Kabupaten Kapuas Hulu ,
penjadwalan pekerjaan, penyusunan rencana kerja dan survey
pendahuluan (reconaissance survey).
![Page 35: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/35.jpg)
hal. 33
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
B. Tahap Survey dan Pengolahan Data
Setelah rancangan pekerjaan ditetapkan, pada tahap kedua ini
dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan
sesuai dengan alat analisis yang dipergunakan. Tahap ini
memiliki bobot 22% dari keseluruhan proses perencanaan dan
diselesaikan dalam jangka waktu lima minggu. Beberapa
kegiatan yang tercakup dalam tahapan ini adalah: penyusunan
daftar tilikan (checklist) data yang dibutuhkan, seleksi data awal
yang tersedia (data sekunder), pengumpulan data-data yang
belum didapatkan, survai lapangan untuk pengenalan wilayah
perencanaan, dan kompilasi data.
C. Tahap Analisis dan Perumusan Masalah
Tahapan analisis ini memiliki bobot 23 % dari keseluruhan
pekerjaan, dan pada dasarnya terdiri dari enam jenis analisis dan
appraisal, yaitu analisis kebijakan pengembangan energi daerah,
analisis kependudukan, analisis perekonomian wilayah, analisis
atau penerapan perangkat lunak LEAP, analisis daya dukung
sarana dan prasarana lainnya, serta analisis pembiayaan dan
kelembagaan. Diperkirakan tahapan ini diselesaikan dalam
waktu empat minggu.
D. Tahap Penyusunan Rencana
Tahapan ini merupakan tahapan akhir proses perencanaan
sebelum dilakukan seminar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam tahapan ini antara lain: penetapan arah, tujuan, strategi,
dan kebijaksanaan pengembangan energi alternatif daerah,
perumusan rncana pemanfaatan energi alternatif untuk
kelistrikan daerah, serta rekomendasi pembiayaan dan sistem
pengelolaan energi kelistrikan daerah. Mengingat pentingnya
penyusunan rancangan rencana ini, maka tahapan ini memiliki
bobot 39 % dari keseluruhan proses perencanaan dan
diselesaikan dalam waktu lima minggu.
E. Seminar
Seminar merupakan pembahasan terhadap hasil sementara
rencana pengembangan energi alternatif dihadapan
instansi/lembaga pemerintahan yang berwenang (kabupaten).
Didalam seminar ini, apa yang telah dihasilkan dapat diteliti/diuji
keakuratan dan kebenarannya. Rencana seminar
diselenggarakan pada minggu ke-15.
![Page 36: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/36.jpg)
hal. 34
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
F. Penyusunan Rencana Akhir
Setelah dilakukan seminar, kemudian rancangan rencana
disempurnakan sesuai dengan perbaikan dan masukan yang
diperoleh dari seminar sebelumnya. Tahapan ini diperkirakan
akan memakan waktu satu minggu, dan memiliki bobot sebesar
5% dari keseluruhan pekerjaan. Rencana akhir inilah yang
menjadi pedoman dan acuan bagi Pembangunan Kecamatan
Sungai Kakap hingga Tahun 2034.
Tabel 14 : Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
4.1.2 Sistem Pelaporan
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pelaksanaan penyusunan
Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan
Kabupaten Kapuas Hulu ini adalah 17 minggu (120 hari). Dalam
jangka waktu tersebut, pelaksana pekerjaan menyampaikan laporan
kemajuan kerja sebanyak tiga kali. Jenis laporan dan jangka waktu
penyelesaiannya dijelaskan berikut ini.
1. Laporan pertama berisikan tanggapan terhadap materi pekerjaan
serta rencana operasional penanganan pekerjaan. Laporan
pertama ini disebut dengan Laporan Pendahuluan. Laporan
TAHAPAN KEGIATAN BOBOT
MINGGU KE
% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
I. PERSIAPAN 8,0
1. Interpretasi pekerjaan 1,0 1,0
2. Penjadwalan pekerjaan 2,0 1,0 1,0
3. Penyusunan rencana kerja 1,0 1,0
4. Survai pendahuluan 2,0 1,0 1,0
5. Laporan Pendahuluan 2,0 1,0 1,0
II. SURVEY 22,0
1. Penyusunan checklist data 1,0 1,0
2. Survai sekunder 3,0 1,0 1,0 1,0
3. Studi literatur 2,0 1,0 1,0
4. Survai lapangan 8,0 2,0 2,0 2,0 2,0
5. Sistematisasi Data 2,0 1,0 1,0
6. Data Entry 3,0 1,0 1,0 1,0
7. Konfirmasi data 2,0 1,0 1,0
8. Peyempurnaan 1,0 1,0
III. ANALISIS, PERUMUSAN MASALAH 23,0
1 Persiapan Analisis 1,0 1,0
2 Analisis Kebijakan Pengembangan Energi dan Kelistrikan 2,0 1,0 1,0
3 Analisis Potensi dan Permasalahan Energi Daerah 3,0 1,0 1,0 1,0
4 Analisis Kependudukan / Demografi 3,0 1,0 1,0 1,0
5 Analisis Perekonomian Wilayah 3,0 1,0 1,0 1,0
6 Analisis menggunakan Perangkat lunak LEAP 3,0 1,0 1,0 1,0
7 Analisis Daya Dukung Sarana dan Prasarana Lainnya 2,0 1,0 1,0
8 Analisis Kelembagaan dan Pembiayaan 2,0 1,0 1,0
9 Penyusunan Laporan Antara 4,0 1,0 1,0 1,0 1,0
IV. PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA 39,0
1 Merumuskan Tujuan, Kebijaksanaan dan Strategi 4,0 2,0 2,0
2 Merumuskan Rencana Pengembangan Sumber2 Energi Alternatif 8,0 2,0 2,0 2,0 2,0
3 Merumuskan Rencana Pemanfaatan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan 8,0 2,0 2,0 2,0 2,0
4 Menyusun Rencana Pembiayaan dan Sistem Pengelolaan Energi 9,0 3,0 3,0 3,0
5 Penyusunan Draft Laporan Akhir 10,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
V. SEMINAR 1,0 1,0
VI. PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR 7,0 3,0 4,0
JUMLAH BOBOT 100,0 2,0 1,0 3,0 2,0 4,0 4,0 6,0 11,0 9,0 7,0 10,0 8,0 9,0 9,0 7,0 4,0 4,0
AKUMULASI (%) 2,0 3,0 6,0 8,0 12,0 16,0 22,0 33,0 42,0 49,0 59,0 67,0 76,0 85,0 92,0 96,0 100,0
SISTEM PELAPORAN:
I. Laporan Pendahuluan
II.Laporan Antara
III Laporan Akhir : Rencana
![Page 37: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/37.jpg)
hal. 35
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
pertama ini diserahkan pada minggu ke-4, pada saat
akumulasi pekerjaan mencapai 30%.
2. Laporan kedua (Laporan Antara) berisikan sistematisasi data
hasil survey dan ulasan, kajian serta penilaian terhadap
data/fakta tersebut. Laporan kedua ini diserahkan pada akhir
minggu ke-12 saat akumulasi pekerjaan mencapai 67%.
3. Laporan terakhir, yang merupakan laporan utama penyusunan
Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan
Kabupaten Kapuas Hulu , adalah produk Laporan Akhir setelah
dilakukan revisi terhadap draft laporan ini berdasarkan
pembahasan pada seminar. Dengan dimasukkannya laporan
ini, maka seluruh pekerjaan diperkirakan selesai 100% hingga
minggu ke-17.
4.1.3 Teknik Penyajian
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pekerjaan penyusunan
Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan
Kabupaten Kapuas Hulu ini akan menghasilkan tiga laporan yaitu
Laporan Pendahuluan, Laporan Antara, dan Laporan Akhir.
Penyajian buku-buku laporan dan hasil pekerjaan akan dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pengetikan dilakukan 1 (satu) spasi dengan teknik cetak
menggunakan inkjet printer berwarna di atas kertas HVS 80 gram
2. Kulit Buku berwarna putih dengan tulisan dan gambar sampul
cetakan warna
3. Ukuran kertas yang dipakai pada tiap-tiap laporan adalah sebagai
berikut :
a. Laporan Pendahuluan : A4 sebanyak 5 buku
b. Laporan Antara : A4 sebanyak 10 buku
c. Laporan Akhir : A4 sebanyak 10 buku
d. Executive Summary : A4 sebanyak 10 buku
e. Laporan Digital : 15 keping CD
4. Skala peta-peta yang disajikan di dalam buku laporan skalanya
disesuaikan dengan ukuran kertas laporan.
4.2 Organisasi Pelaksanaan
Proyek
4.2.1 Komposisi Tim
Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk
Kelistrikan Daerah di Kabupaten Kapuas Hulu ini akan dikerjakan oleh
sebuah tim kerja dengan struktur organisasi seperti terlihat pada
Gambar di bawah. Tim ini dipimpin oleh seorang ketua tim yang
dibantu oleh beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu dalam hal
teknis dan seorang administrator proyek dalam hal administrasi
proyek. Staf ahli dibantu oleh beberapa asisten ahli, dan pada
jenjang terbawah seluruh pekerjaan ditunjang oleh staf penunjang
yang terdiri dari juru ketik, juru gambar, surveyor dan operator
komputer. Tugas masing-masing anggota tim adalah sebagai berikut :
![Page 38: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/38.jpg)
hal. 36
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
A. Ketua Tim
Tugas utama ketua tim adalah mengkoordinasikan seluruh
proses pelaksanaan proyek baik teknis maupun administratif.
Ketua tim harus dapat mengarahkan jalannya proses
perencanaan sesuai dengan jadwal dan network yang telah
ditetapkan. Ketua tim, yang dalam proyek ini dirangkap oleh Ahli
Planologi, bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Perusahaan. Sebagai ahli planologi tugas utamanya adalah
menyusun rencana kerja, menyusun kerangka pendekatan dan
rincian proses perencanaan dari awal sampai akhir,
mempersiapkan materi persiapan survey, menyusun outline
setiap laporan serta secara teknis melakukan kajian-kajian
ketataruangan.
B. Ahli Lingkungan
Tugas utama ahli geodesi ini melakukan kajian potensi dan
kendala pengembangan jaringan listrik serta analisis kelayakan
pengembangan energi alternatif untuk mendukung
pengembangan kapasitas kelistrikan daerah.
C. Ahli Ekonomi Wilayah
Tugas utama adalah mengkaji struktur perekonomian wilayah
proprisi dan kabupaten serta peranan kelistrikan dalam
perekonomian wilayah. Dalam tahapan rencana, ahli ini
diharapkan dapat memberikan rujukan penting tentang strategi
pengembangan kelistrikan daerah dari aspek pembiayaan dan
nilai ekonomis yang bisa diperoleh dengan peningkatan
pelayanan kelistrikan daerah yang kemudian dijabarkan oleh
perencana kota dalam rencana tata ruang. Ahli ini juga terlibat
dalam proses analisis kemampuan pembiayaan daerah dan
proses penyusunan rencana pembiayaan pembangunan
kelistrikan sesuai dengan rencana yang telah dijabarkan dalam
program jangka menengah.
D. Ahli Perencanaan Prasarana Wilayah
Ahli ini bekerja sama dengan perencana / ahli planologi dan ahli
lingkungan bertugas merumuskan rencana pengembangan
sistem prasarana wilayah internal dan eksternal Kabupaten
Kapuas Hulu, setelah sebelumnya ikut survey lapangan untuk
mengkaji dan menilai aspek-aspek fisik pendukung
pembangunan prasarana wilayah baru.
![Page 39: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/39.jpg)
hal. 37
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
E. Ahli Sosiologi / Kebijakan Publik
Tugas utama dari Ahli Sosiologi ini adalah menganalisis
karakteristik penduduk Kabupaten Kapuas Hulu dari berbagai
aspek sosial-ekonomi dan budayanya. Hasil kajian ini menjadi
masukan penting bagi Ahli Planologi untuk merumuskan
kebutuhan ruang dan struktur ruang kegiatan agar sesuai dengan
karakteristik dan perilaku penduduk kabupaten.
F. Staf Pendukung
Staf pendukung terdiri dari seorang asisten ahli lingkungan, dua
orang surveyor, seorang administrator proyek, dan seorang
operator komputer (word processor & spreadsheet) serta
seorang pembantu umum (office boy), bertugas mendukung
keseluruhan proses penyelesaian pekerjaan dari tahap persiapan
sampai tahap penyelesaianlaporan akhir baik teknis maupun
admisitratif.
Gambar 2 : Struktur Organisasi Tim Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Kelistrikan Daerah di Kabupaten Kapuas Hulu
4.2.2 Jadwal Penugasan Tm
Pengerahan tenaga kerja disusun berdasarkan network dan tugas
masing-masing personil yang telah ditetapkan. Mobilisasi dan
demobilisasi serta beban personil (load) dapat dilihat pada tabel
berikut.
![Page 40: Document](https://reader033.vdocument.in/reader033/viewer/2022051623/55cf9a79550346d033a1e73b/html5/thumbnails/40.jpg)
hal. 38
RPEAUK Kabupaten Kapuas Hulu Laporan Pendahuluan
Tabel 15 : Jadwal Penugasan Tim Penyusunan Rencana Pengembangan Energi Alternatif Untuk Ketenagalistrikan Daerah di Kabupaten Kapuas Hulu
No. PERSONIL BULAN ORANG OB
MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
A. TENAGA AHLI
1. Ahli Planologi 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
2. Ahli Perencana Prasarana Wilayah 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
3 Ahli Teknik Lingkungan 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
4 Ahli Ekonomi Wilayah 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
5 Ahli Kebijakan Publik 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
B. TENAGA PENUNJANG
1 Asisten Ahli Lingkungan 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
2 Surveyor 3,00 1,00 3,00 0,24 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,24 0,24
3 Operator Komputer dan Data Entry 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
4 Administrator 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24
5 Office Boy 4,00 1,00 4,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24