12 jurnal stis, desember 2014

Upload: mega-rizky-oktaviani

Post on 06-Jul-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    1/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA &

    KOMPUTASI STATISTIK

    KATALOG BPS: 1202031

    ISSN: 2086 –4132

    UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

    SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK

    (UPPM-STIS)

    Kajian Penghitungan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di Jawa, Bali, dan

    Nusa Tenggara Tahun 2011 –  2013

    EKARIA dan ATIKA NASHIRAH HASYYATI

    Metode C-Means Cluster dan Fuzzy C-Means Cluster pada Kasus Pengelompokan Desa

    Menurut Status Ketertinggalan (Studi di Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur)

    SUKIM

    Pengaruh Foreign Direct Investment ( FDI ) terhadap Pertumbuhan Ekonomi 10 Negara

    SEAN

    AISYAH FITRI YUNIASIH

    Daya Saing dan Variabel yang Memengaruhi Ekspor Batubara Indonesia di Delapan

    Negara Tujuan Ekspor Tahun 2002-2012

    HARIANTO SARDY PURBA dan FITRI KARTIASIH

    Framework  untuk Mendeteksi Pemalsuan Data pada Mobile Survey 

    IBNU SANTOSO

    Pengembangan Sistem Web Crawler Sebagai Sarana Riset Media Secara Otomatis

    (Studi di Subdit Neraca Rumah Tangga dan Institusi Nirlaba)

    ENGGELIN GIACINTA WONGKAR dan YUNARSO ANANG SULISTIADI

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    2/147

     

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

     Journal of Statistical Application & Statistical Computing

     No Publikasi / Publication Number : 02700.1004

    Katalog BPS / BPS Catalogue: 1202031

     No ISSN / ISSN Number : 2086-4132

    Ukuran Buku / Book Size: 14,8 cm x 21,5 cm

    Jumlah Halaman / Number of Pages: 139 + v 

    Diterbitkan oleh / Published by:

    Sekolah Tinggi Ilmu StatistikSTIS-Statistics Institute

    Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

     May be cited with reference to the source

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    3/147

     

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA &

    KOMPUTASI STATISTIK

    Pelindung : Dr. Hamonangan Ritonga, M.Sc.

    Pemimpin Umum Redaksi : Ir. Ekaria, M.Si.

    Mitra Bestari  : Prof. Dr. Abuzar Asra

    Dr. Hari Wijayanto

    Dewan Editor : Dr. Budiasih

    Dr. Said Mirza Pahlevi

    Dr. Muchammad Romzi

    Dr. I Made Arcana

    Dr. Setia Pramana

    Sekretaris Redaksi : Retnaningsih, M.E.

    Disain Grafis  : Ribut Nurul Tri W, M.S.E.

    Alamat Redaksi : Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

    Jl. Otto Iskandardinata 64C

    Jakarta Timur 13330

    Telp. 021-8191437 

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    4/147

     

    Kajian Penghitungan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di

    Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Tahun 2011 –  2013EKARIA dan ATIKA NASHIRAH HASYYATI

    1-18

    Metode C-Means Cluster dan  Fuzzy C-Means Cluster  pada Kasus

    Pengelompokan Desa Menurut Status Ketertinggalan (Studi di Kota

    Metro dan Kabupaten Lampung Timur)SUKIM

    19-51

    Pengaruh  Foreign Direct Investment ( FDI ) terhadap Pertumbuhan

    Ekonomi 10 Negara ASEAN  

    AISYAH FITRI YUNIASIH

    Daya Saing dan Variabel yang Memengaruhi Ekspor Batubara

    Indonesia di Delapan Negara Tujuan Ekspor Tahun 2002-2012HARIANTO SARDY PURBA dan FITRI KARTIASIH

    52-68

    69-93

     Framework   untuk Mendeteksi Pemalsuan Data pada  Mobile Survey 

    IBNU SANTOSO

    Pengembangan Sistem Web Crawler   Sebagai Sarana Riset MediaSecara Otomatis (Studi di Subdit Neraca Rumah Tangga dan Institusi

     Nirlaba)ENGGELIN GIACINTA WONGKAR dan YUNARSO ANANG

    SULISTIADI

    94-114

    115-139

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA &

    KOMPUTASI STATISTIK

    KATALOG BPS: 1202031

    ISSN: 2086-4132

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    5/147

     

    PENGANTAR REDAKSI

    Syukur  Alhamdulillah, di akhir tahun 2014 “Jurnal Aplikasi Statistika dan Komputasi

    Statistik” tahun 6, volume 2, Desember   2014 dapat diterbitkan. Jurnal kampus STIS ini dapat

    terwujud atas partisipasi Bapak/Ibu dosen di STIS beserta mahasiswa bimbingan skripsinya yang

    telah mengirimkan artikel kepada redaksi, serta peran dari para editor jurnal. Untuk atensi dan

    kerjasama yang baik guna keberlangsungan terbitnya jurnal ini redaksi mengucapkan

    terimakasih.

    Artikel yang dimuat dalam edisi jurnal kali ini menyajikan berbagai variasi penggunaan

    metode statistika yang diterapkan di bidang ekonomi, dan penggunaan teknologi komputasi

    dalam pengumpulan data statistik.

    Semoga artikel dalam jurnal ini dapat menambah pengetahuan para pembaca tentang

     penggunaan metode statistika serta komputasi statistik pada berbagai jenis data. Redaksi terus

    menunggu artikel-artikel ilmiah selanjutnya dari Bapak/Ibu guna dapat menghasilkan publikasi

    yang menjadi salah satu sarana untuk memberikan sosialisasi statistika bagi masyarakat.

    Jakarta, Desember 2014

    Salam,

    E k a r i a

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    6/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 1

    KAJIAN PENGHITUNGAN NILAI TUKAR PETANI TANAMAN PANGAN (NTPP)

    DI JAWA, BALI, DAN NUSA TENGGARA TAHUN 2011 –  2013

    Ekaria

    Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

    Atika Nashirah Hasyyati 

    Staf Badan Pusat Statistik

    Abstract

    This research was aimed to examine the relevance of the  Farmers’ Term of Trade

    (FTT) formula (Modified Laspeyres) by comparing with the Modified Laspeyres Plus and the Fisher-WM formulas. The result presented that FTT of Food Crop applying Fisher-WM had

    nearly similar patterns with the Modified Laspeyres, while the Modified Laspeyres Plus tended

    to fluctuative patterns. The FTT Fisher-WM had similar pattern with share of nonfood

    expenditure, farmers’ purchasing power, and farming cost. Foreasting of FTT (Fisher -WM)

     showed nearly similar result with FTT of BPS-Statistics Indonesia published in October and

     November 2013. The welfare quality of the food crop farmers in West Java, Banten, and DIY

     provinces was categorized as high welfare level; in Central and East Java provinces was

    categorized as middle welfare level; in Bali, West and East Nusa Tenggara provinces was

    categorized as low welfare level. Based on the results, the Modified Laspeyres formula has

    been still relevant to be applied, except in revealing the seasonal pattern of food crop

     production as shown by the Fisher-WM.

     Keywords: FTT, Modified Laspeyres, Modified Laspeyres Plus, Fisher-WM, welfare 

    I.  PENDAHULUAN

     Nilai Tukar Petani (NTP) yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sering menuai

    kritik karena dianggap kurang dapat mewakili kesejahteraan petani Indonesia sesungguhnya.

    Pada intinya, permasalahan tersebut ada karena kelemahan NTP yang di antaranya adalah

     penggunaan kesamaan kuantitas produksi antarwaktu, melalui NTP tidak dapat diketahui

    seluruh pendapatan yang diterima petani sesungguhnya, dan NTP hanya memandang

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    7/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    kesejahteraan petani dari segi kuantitatif. Walaupun demikian, NTP telah memuat separuh

    informasi tentang pendapatan petani sehingga disebut  proxy  kesejahteraan petani secara near

    real time dengan asumsi kesamaan kuantitas produksi antarwaktu (Tim Subdit Statistik Harga

    Perdesaan dan Unit Kerja Pimpinan BPS1, 2013). Kesamaan kuantitas produksi antarwaktu

    digunakan dengan terlebih dahulu menentukan waktu dasar yang selanjutnya data kuantitastersebut digunakan selama beberapa waktu ke depan.

    Penggunaan kesamaan kuantitas produksi antarwaktu dinilai kurang relevan karena

    dengan kuantitas tetap berarti NTP tidak mengakomodasikan kemajuan produktivitas

     pertanian, kemajuan teknologi dan pembangunan. Sebagaimana diketahui bahwa kemajuan

     produktivitas pertanian sebagai kunci penentu kenaikan produksi yang mana produksi setiap

    tahunnya berbeda –  beda. Ditambah lagi, tidak terakomodasinya kemajuan teknologi dan input  

     produksi yang menggambarkan pembiayaan usaha tani mengakibatkan tidak dapat diketahuinaik atau turunnya kesejahteraan petani pada tahun berjalan. Lagi pula, penggunaan tahun

    dasar dibandingkan dengan tahun berjalan berpotensi menjadi sumber kesalahan dalam

    menghasilkan indeks (Erickson, 1996).

    Di samping itu, melalui NTP tidak dapat diketahui seluruh pendapatan yang diterima

     petani sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh komponen penyusun NTP yang tidak memuat

     pendapatan di luar usaha tani, padahal hasil SPP 2013 menunjukkan bahwa pendapatan dari

    usaha di sektor pertanian hanya mencakup 46,7 persen dari total pendapatan rumah tangga

     pertanian. Apabila hanya mengandalkan usaha pertanian, petani akan sulit terbebas dari

    kemiskinan. Kemiskinan petani tergambar dari rendahnya pengeluaran nonmakanan

    dibandingkan dengan pengeluaran makanan. Oleh karena itu, pengembangan pendapatan di

    luar usaha tani akan sangat membantu peningkatan kesejahteraan petani seperti dengan

    mengolah hasil produk pertanian sehingga memiliki nilai tambah.

    Berdasarkan paparan di atas, NTP penting untuk dikaji salah satunya dengan mengkaji

    relevansi formula NTP ( Modified Laspeyres) yang dapat dilakukan dengan

    membandingkannya dengan formula yang mengakomodasi penggunaan kuantitas periode

     berjalan. Penelitian ini dibatasi pada NTP subsektor tanaman pangan di Jawa, Bali, dan Nusa

    Tenggara. Hal ini disebabkan oleh subsektor tanaman pangan mendominasi subsektor

     pertanian di Indonesia (berdasarkan ST 2013, dari 31,7 juta petani di Indonesia, sebanyak 20,4

     juta petani adalah petani tanaman pangan). Subsektor tanaman pangan yang mendominasi

     pertanian di Indonesia sebagian besar rumah tangga usaha pertaniannya berada di wilayah

    Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Rumah tangga usaha tanaman pangan di delapan provinsi di

    1 Disampaikan oleh Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS RI, pada 28 Maret

    2013.

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    8/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 3

    Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mencapai sekitar 69 persen dari seluruh rumah tangga tanaman

     pangan di Indonesia (ST 2013). Selain itu, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dipilih

    karena memiliki pola hujan monsoon  (Daryatno, 2013) yang akan berpengaruh terhadap

     produksi tanaman pangan di wilayah tersebut.

    Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: (1) melakukan perbandingan NTPP Modified Laspeyres (publikasi BPS) dengan Modified Laspeyres Plus dan Fisher-WM di Jawa,

    Bali, dan Nusa Tenggara periode Januari 2011  –  September 2013; (2) mempelajari kemiripan

     NTPP dengan ukuran kesejahteraan lain (pengeluaran nonmakanan, daya beli petani, dan

     pembiayaan usaha tani); (3) mengetahui kesesuaian penghitungan NTPP dibandingkan dengan

     NTPP publikasi BPS; (4) mengetahui tingkat kesejahteraan petani di Jawa, Bali, dan Nusa

    Tenggara berdasarkan NTPP.

    II.  METODOLOGI

    Kesejahteraan Petani

    Badan Pusat Statistik (2010) menggunakan delapan indikator kesejahteraan yaitu

    kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,

     perumahan dan lingkungan, kemiskinan serta sosial lainnya yang menjadi acuan dalam upaya

     peningkatan kualitas hidup. Jadi, kesejahteraan dapat didefinisikan sebagai terpenuhinya

     beberapa aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan sesuai dengan

    standar kualitas hidup yang layak, yang dapat digambarkan pula melalui kemampuan

    memenuhi aspek –  aspek kehidupan tersebut.

    Pada hakikatnya, pembangunan sektor pertanian diperlukan untuk meningkatkan

    kesejahteraan petani. Adapun kesejahteraan petani ditunjukkan melalui perkembangan struktur

     pendapatan, perkembangan pengeluaran untuk pangan, dan perkembangan nilai tukar petani

    (Burhansyah, 2012). Perkembangan struktur pendapatan menunjukkan perkembangan dari

    sumber pendapatan utama keluarga petani. Selanjutnya Burhansyah, (2012) menjelaskan

     bahwa perkembangan pengeluaran untuk pangan dapat dipakai sebagai salah satu indikator

    keberhasilan ekonomi perdesaan. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya pangsa

     pengeluaran untuk pangan menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga tani masih

    terkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan dasar (subsisten). Hukum Engel menyatakan bahwa

    dengan asumsi selera seseorang adalah tetap, proporsi pengeluaran rumah tangga untuk pangan

    akan semakin kecil seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan (Susilowati, dkk.,

    2010). Selain perkembangan struktur pendapatan dan perkembangan pengeluaran untuk

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    9/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

     pangan, perkembangan nilai tukar petani secara konsepsi merupakan representasi tingkat

    kesejahteraan petani.

    Askari dan Cummings (1977: 258) yang membahas model Nerlove memberi suatu

    solusi bahwa harga riil dari output  pertanian dapat ditentukan dari salah satu hal berikut:

    (a) the price of the crop actually received by farmers; (b) the ratio of the price of the

    crop received by farmers to some consumer price index; (c) the ratio of the price of the crop

    received by f armers to some price index of the farmers’ input; (d) the ratio of the price of the

    crop received by farmers to some index of the price of competitive crops (or the price of the

    most competitive crops).

    Poin (a) yang merupakan harga yang diterima oleh petani termasuk komponen dari

     NTP. Sementara itu, poin (b) identik dengan daya beli rumah tangga tani, dan poin (c) dapat

    dipandang sebagai pembiayaan usaha tani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu proxy tingkat kesejahteraan petani di Indonesia. Berdasarkan konsep dan definisi Badan Pusat

    Statistik, Nilai Tukar Petani adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima

     petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.

    Formula Indeks Utama (Major I ndex Formula )

    Formula indeks utama adalah indeks Laspeyres, Paasche, dan Fisher. Indeks harga

    Laspeyres dengan kuantitas periode pertama (lebih awal) digunakan untuk mengetahui biaya

    yang diperlukan pada periode kedua, relatif terhadap periode pertama, untuk membayar

    keranjang barang dan jasa yang sama yang dibayar pada periode pertama (Pink, 2011).

    Pendekatan yang digunakan pada indeks Paasche adalah kuantitas periode kedua (periode yang

    lebih terkini). Hal ini untuk mengetahui biaya yang diperlukan pada periode pertama, relatif

    terhadap periode kedua, untuk membayar keranjang barang dan jasa dalam jumlah sama yang

    dibayar pada periode kedua (Pink, 2011). Indeks Fisher dengan kombinasi (rata  –   rata) dari

    kuantitas dua periode merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi beberapa

    kelemahan dalam penggunaan keranjang yang tetap pada kedua periode (Pink, 2011).

    Indeks Fisher diperoleh berdasarkan rata  –  rata geometrik dari perkalian antara indeks

    Laspeyres dan Paasche. Oleh karena itu, indeks Fisher dianggap sebagai indeks yang paling

    ideal. Selain itu, indeks Fisher dikatakan ideal karena hanya formula indeks Fisher yang

    memenuhi time reversal test  (Afriat dan Milana, 2009). Ketika sejumlah barang harganya naik

    sangat cepat, konsumen akan memilih barang substitusi yang harganya naik lebih lambat atau

    harganya lebih murah. Pada kondisi seperti itu, indeks harga  Fisher - Ideal   akan lebih

    mencerminkan efek substitusi daripada indeks Laspeyres sehingga indeks harga Fisher - Ideal  

    disebut indeks superlatif (McCully, Moyer, dan Stewart, 2007).

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    10/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 5

    Formula Indeks yang Dikembangkan BPS

    Untuk mengatasi permasalahan sering terjadinya perubahan kualitas dari jenis

     barang/jasa yang masuk dalam paket komoditas IHK, maka rumus indeks Laspeyres telah

    dimodifikasi (BPS, 2013).  Modified Laspeyres Plus  adalah modifikasi ulang dari formula Modified Laspeyres dengan tujuan indeks yang dihasilkan dapat lebih sensitif terhadap gejolak

    harga, namun memiliki standar error  yang tinggi, formula ini dikembangkan BPS pada 2010

    (Suprihartiningsih, 2012; Wibowo, 2013). Hal ini disebabkan oleh formula Laspeyres biasa

    hanya akan menghasilkan indeks yang representatif pada kondisi normal tanpa adanya

     perubahan harga yang ekstrem. Selain itu, untuk menghitung IHK pada 2011 BPS

    mengembangkan Fisher-WM yang memiliki tujuan sama dengan  Modified Laspeyres Plus,

    namun memiliki standar error   rendah (Wibowo, 2013). Hasil simulasi Herliati (2011), padadata empiris untuk penghitungan IHK, menyimpulkan bahwa indeks Fisher-WM merupakan

    indeks yang paling mendekati indeks Fisher.

    Metode Analisis

    Formula NTP yang digunakan BPS ( Modified Laspeyres) dalam penelitian ini

    dibandingkan dengan formula  Modified Laspeyres Plus  dan Fisher-WM. Cakupan wilayah

     penelitian adalah delapan provinsi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (kecuali DKI Jakarta)

    dengan menggunakan tahun dasar 2007 selama Januari 2011  –  September 2013. Data dalam

     penelitian ini merupakan data sekunder ( subround , bulanan, dan triwulanan) tahun 2011  –  

    2013 yang diperoleh dari Subdit Statistik Tanaman Pangan (luas panen dan produktivitas),

    Subdit Statistik Harga Perdesaan (NTP), dan Susenas Modul Konsumsi (jumlah konsumsi

    masing –  masing komoditas).

    Penelitian ini membahas hasil penghitungan NTPP ketiga metode dengan grafik dan

    tabel. Adapun kemiripan NTPP dengan ukuran kesejahteraan lain (pengeluaran nonmakanan,

    daya beli petani, dan pembiayaan usaha tani) dilihat melalui koefisien korelasi. Untuk

    mengetahui kesesuaian NTPP digunakan metode  Holt Winters’ Seasonal Additive.

    Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani tanaman pangan di Jawa, Bali, dan

     Nusa Tenggara digunakan analisis cluster .

    Korelasi

    Alternatif koefisien korelasi adalah korelasi Rank Spearman (Siegel, 1986):

    nn

    d61r 

    3

    2

    i

    s

        (1)

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    11/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    Korelasi Rank Spearman ini digunakan untuk data yang minimal berskala ordinal.

    Selain itu, korelasi Pearson digunakan untuk data yang minimal berskala interval,

    korelasi ini cocok untuk sepasang data yang memiliki hubungan linier.

    2i

    2i

    2i

    2i

    iiii

    YYnXXn

    YXYXnr    (2)

    Makna kekuatan hubungan dari besaran koefisien korelasi adalah semakin mendekati -1 atau 1

    maka terdapat hubungan yang sangat kuat, sebaliknya semakin mendekati nilai nol maka

    hubungan sangat lemah atau semakin kurang berarti.

     Holt Winters’ Seasonal  

    Metode ini digunakan khusus untuk data dengan pola musiman ( seasonal ) yang tidak

    efektif apabila dimodelkan dengan regresi  polynomial . Metode yang dikenal dengan metode

    Winters’, diperkenalkan oleh Holt pada 1957 dan Winters pada 1960. Metode ini dibagi

    menjadi dua  seasonal adjustment   yaitu additive  dan multiplicative  (Montgomery, Jennings,

    dan Kulahci, 2008).

    1. Addi tive Seasonal Model  

    Metode additive digunakan ketika terdapat trend  linier dan pola musiman yang bersifat

    additive. Hyndman, dkk. (2008) menuliskan metode Holt-Winters’s additive sebagai berikut.

     Additive Seasonality (A, A Method)

     Level   : lt = l(yt - st-m) + (1 - etholt-1 + bt-1)  (3)Growth  : bt = β

    * (lt - lt-1) + (1 - β*) bt-1  (4)Seasonal   : st = so(yt - lt-1 - bt-1) + (1 -  st-m  (5)

     Forecast   : ŷ t+h|t = lt + bt h + st-m+hm+   (6)

    2. Mul tipli cative Seasonal Model  Model ini digunakan apabila pola musimannya bersifat multiplicative. Hyndman, dkk

    (2008) dalam  Forecasting with Exponential Smoothing   menuliskan persamaan dasar untuk

    metode Holt-Winters’ Multiplicative sebagai berikut:

     Level : lt = elyt

    st-m + (1 -  berlt-1 + bt-1)  (7)

    Growth:  bt = β* (lt - lt-1) + (1 - +*) bt-1  (8)

    Seasonal : st =γ yt

    lt-1 + bt-1 + (1 -  st-m  (9)

     Forecast : ŷ t+h|t = (lt + bt h) st-m+hm+   (10)

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    12/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 7

    Keterangan:

    m: panjang seasonal  (jumlah bulan musiman setahun)

    lt: level series 

     bt: pertumbuhan

    st: komponen seasonal  ŷ t+h|t: peramalan pada periode hhm

    + =1, 2, . .., m 

    Parameter (α,β*,dan γ) nilainya berkisar antara 0 dan 1.

    Analisis Cluster  

    Pengelompokan berdasarkan analisis Cluster   dilakukan melalui ukuran kemiripan

    ( similarity) atau ketakmiripan (dissimilarity). Salah satu ukuran kemiripan adalah jarak

    Euclidean. Johnson dan Wichern (2007) menyebutkan bahwa jarak Euclidean (garis lurus)

    antara dua p-dimensi observasi (items) x' = [x1, x2, ..., x p] dan y' = y1, y2, ..., y p adalahdx,y =  (x1 - y1)2 + (x2 - y2)2 + ala x p - y p2 = (x - y)'(x - y)  (11)Selain jarak Euclidean, jarak dari dua observasi berdimensi p dapat dihitung dengan

     jarak Mahalanobis. Jarak Mahalanobis dengan A = S-1, dengan S  yang memuat varian dan

    kovarian dari sampel. Dengan demikian, jarak Mahalanobis memperhitungkan korelasi

    antarvariabel. Jarak Mahalanobis dapat dihitung dengan rumus:

    dx,y =  (x - y)' A (x - y)  (12)

    1.  Metode Berhierarki

    a.  Teknik Penggabungan (Agglomerative )

    Teknik ini dimulai dari satu individu/objek dilanjutkan dengan penggabungan objekyang paling banyak memiliki kemiripan. Begitu seterusnya, penggabungan dilanjutkan

     berdasarkan kemiripannya. Ada beberapa metode yang menggunakan dasar kemiripan

    antarobjek, yaitu pautan tunggal ( single linkage  atau jarak minimum atau nearest neighbor ),

     pautan lengkap (complete linkage  atau jarak maksimum atau  farthest neighbor ), average

    linkage (jarak rataan), centroid  (sentroid), median, dan metode ward’s. Menurut Seber (2004),

    metode median dan metode centroid   memiliki kesamaan. Perbedaannya adalah pada metode

    median, cluster   baru digantikan dengan rata-rata tidak tertimbang, x̅  =1

    2  (x̅ 1 + x̅ 2)  (Gowerdalam Seber, 2004). Metode median digunakan untuk mengatasi kelemahan metode centroid ,

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    13/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    apabila kelompok yang kecil digabungkan dengan yang besar akan menghilangkan

    identitasnya dan sentroid baru akan ada di kelompok yang besar.

    b.  Teknik Pembagian (Divisive )

    Berbeda dengan teknik penggabungan, teknik pembagian bekerja dengan membagi

    sebuah objek menjadi dua sedemikian rupa sehingga antarobjek tersebut terbentuksubkelompok yang “jauh dari” objek lainnya. Selanjutnya, subkelompok tersebut dibagi

    kembali menjadi subkelompok yang lebih kecil sehingga berbeda, begitu seterusnya.

    2.  Metode Nonhierarki

    Jumlah cluster , K, ditentukan terlebih dahulu sebagai tahap awal dari prosedur

    mengelompokkan dan biasanya metode ini lebih digunakan untuk mengelompokkan objek

    daripada variabel. Metode ini dapat dimulai dengan membagi objek ke dalam kelompok-

    kelompok atau dengan membentuk pusat (nuclei) cluster  terlebih dahulu.

    Perbandingan Formula Indeks

    Data harga (Pt , P0 ) dan volume/kuantitas (Q0) diperlukan untuk menghitung NTPPtelah tercakup dalam data diagram timbang penghitungan BPS. Penghitungan NTPP untuk

    indeks harga yang diterima petani (IT) dengan menggunakan data volume produksi tanaman

     pangan periode berjalan (bulanan) yang diperoleh dengan mengalikan luas panen (bulanan)

    dengan produktivitas ( subround ). Komoditas dalam IT dengan kuantitas periode berjalan

    adalah kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai karena harganya yang fluktuatif selama periode

     penelitian. Indeks harga yang dibayarkan petani (IB) menggunakan periode berjalan (bulanan)

    untuk komoditas beras, cabai, dan bawang merah dalam Indeks Konsumsi Rumah Tangga

    (IKRT) dan periode dasar untuk Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal

    (BPPBM). Komoditas beras, cabai, dan bawang merah dipilih dengan mempertimbangkan

    fluktuasi harganya. Volume periode berjalan (bulanan) untuk IKRT diperoleh melalui nilai

    elastisitas permintaan setiap bulan Maret dan September di tahun yang bersangkutan dari data

    Susenas Triwulan I dan III. Nilai elastisitas permintaan suatu barang menggunakan rumus

    sebagai berikut (Pyndick dan Rubinfeld, 2008):

    ΔP/P

    ΔQ/QE p     (13)

    Dengan Q dan P adalah kuantitas dan harga, yang berarti bahwa persentase perubahan

    kuantitas barang yang diminta disebabkan oleh persentase peningkatan harga dari barang

    tersebut.

    Modif ied Laspeyres

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    14/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 9

    1i

    i0i0

    1i

    i01)i(t

    1)i(t

    it

    ML(t)

    QP

    QPP

    P

    I   (14)

    ML(t)

    I   : Indeks Modified Laspeyres periode ke-t

    itP   : Harga komoditas ke-i periode ke-t

    1)i(tP   : Harga komoditas ke-i periode ke-(t-1)

    i01)i(t   QP   : Nilai konsumsi komoditas ke-i, periode ke-(t-1)

    k : Jumlah jenis komoditas; k = 7 (IT), k = 361 (IB)

    Modif ied Laspeyres Plus

     

     

    M

    1i

    i0i0

    it1)i(t

    1i   1)i(t

    itio1)i(t

    r M

    1i   1)i(t

    it

    (t)ML

    QP

    QPP

    PQP

    P

    P

    I   (15)

    (t)MLI   : Indeks Modified Laspeyres Plus periode ke-t

    itP   : Harga komoditas ke-i, periode ke-t

    1)i(tP   : Harga komoditas ke-i, periode ke-(t-1)

    i01)i(t   QP   : Nilai konsumsi komoditas ke-i, periode ke-(t-1) dengan kuantitas

    tahun dasar

    it1)i(t   QP   : Nilai konsumsi komoditas ke-i, periode ke-(t-1) dengan kuantitas

     periode ke-t

    i0i0  QP   : Nilai konsumsi di periode dasar

    M - r   : Jumlah jenis komoditas yang dihitung dengan kuantitas periode

    dasar

    r   : Jumlah jenis komoditas yang dihitung dengan kuantitas terkini

    M  : Jumlah seluruh komoditas yang tercakup dalam penghitungan NTP

    Fisher-WM

    s

    1i

    sM

    1 j

     jt j0i0i0

    s

    1i

    sM

    1 j

     jt jti0it

    WM(t)F

    QPQP

    QPQP

    I   (16)

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    15/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    WM(t)FI   : Indeks Fisher-WM periode ke-t

    M  : Jumlah seluruh komoditas yang tercakup dalam penghitungan NTP

    s  : Jumlah seluruh komoditas yang dihitung dengan kuantitas periode dasar

    M - s  : Jumlah seluruh komoditas yang dihitung dengan kuantitas periode berjalan.

    III.  HASIL DAN PEMBAHASAN

    Perkembangan NTPP di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Tahun 2011 –  2013

     NTPP yang dihitung dengan tiga formula di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara selama

    Januari 2011  –   September 2013 tidak memiliki trend   naik atau turun (Lampiran). NTPP

     Modified Laspeyres  menunjukkan pola yang cenderung stabil, sedangkan NTPP Fisher-WM

    dan  Modified Laspeyres Plus  menunjukkan pola musiman. NTPP Fisher-WM terlihat turun

     pada setiap awal tahun sepanjang 2011  –   2013 yang dapat disebabkan oleh kegagalan panen

    akibat banjir yang dialami sebagian besar petani di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara atau musim

     panen yang menyebabkan rendahnya harga jual. Sementara itu, NTPP  Modified Laspeyres

     Plus memiliki pola musiman yang bervariasi di setiap provinsi amatan.

     NTPP Fisher-WM lebih stabil daripada NTPP  Modified Laspeyres Plus  karena

    memiliki error  yang lebih kecil di hampir setiap bulannya selama Januari 2011  –   September2013 dan hampir di seluruh provinsi. Selain itu, berdasarkan perbandingan erornya, varian

    error   dari NTPP Fisher-WM terhadap NTPP  Modified Laspeyres  jauh lebih kecil daripada

     NTPP  Modified Laspeyres Plus  terhadap NTPP  Modified Laspeyres. Rata  –   rata error   dari

     NTPP Fisher-WM terhadap NTPP Modified Laspeyres tidak mengalami perubahan yang tajam

    di setiap provinsi dan cenderung berada di atas nilai nol. Rata –  rata error  yang berada di atas

    nol berarti bahwa nilai NTPP Fisher-WM relatif lebih besar daripada nilai NTPP  Modified

     Laspeyres. Berbeda dengan NTPP Fisher-WM, nilai NTPP  Modified Laspeyres Plus  relatiflebih kecil dibandingkan dengan NTPP  Modified Laspeyres. Dengan demikian, NTPP Fisher-

    WM lebih mendekati NTPP  Modified Laspeyres  dibandingkan dengan NTPP  Modified

     Laspeyres Plus.

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    16/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 11

    Tabel 1. Perbandingan error  NTPP Modif ied Laspeyres Plus  dan NTPP

    Fisher-WM terhadap Modif ied L aspeyres

    Provinsi Modified Laspeyres Plus Fisher-WM

    Rata-Rata Error  

    Varian Error   Rata-Rata Error   Varian Error  

    (1) (2) (3) (4) (5)

    32 -6,1617 52,80258 8,83 70,56349

    33 -6,7864 67,3136 -0,12 19,42405

    34 6,01361 2505,74 -2,14 33,25952

    35 1,07903 60,60068 1,54 21,32397

    36 -6,6701 80,6071 6,76 74,36192

    51 -16,381 58,93031 2,27 71,81524

    51  -12,27 19,44458 0,00 11,5992

    52 0,30898 297,5408 6,83 15,49777

    53 -10,335 29,55026 -3,50 28,10694

    Kemiripan NTPP dengan Pengeluaran Nonmakanan, Daya Beli Petani, dan Pembiayaan

    Usaha Tani

    Pergerakan NTPP Fisher-WM sesuai dengan pergerakan pengeluaran nonmakanan,

    terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, NTB, dan NTT. Hal ini diperkuat oleh

    koefisien korelasi yang secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang kuat,

    korelasi yang sangat kuat terjadi di Provinsi Jawa Tengah dengan koefisien korelasi mencapai

    0,746 (Tabel 2). Sementara itu, hanya di Provinsi Banten yang koefisien korelasinya bertanda

    negatif, namun memiliki kemiripan yang dibuktikan oleh kuatnya korelasi keduanya. Pola

    yang tidak menentu dari pengeluaran total dan pengeluaran makanan juga terjadi pada

     penelitian Purwantini dan Ariani (2008) yang diduga karena rumah tangga dalam menentukan

     jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi tidak selalu mengacu pada pendapatannya. Hal ini

     berarti bahwa terdapat aspek lain yang menentukan pola konsumsi seperti budaya. Adanya

    indikasi bahwa petani akan banyak mengeluarkan biaya untuk produksi ketika terancam gagal

     panen sehingga kualitas produksi rendah dan kesejahteraan petani menurun. Hal ini terbukti

    dari grafik yang menunjukkan deviasi dari pergerakan NTPP dengan pengeluaran

    nonmakanan, deviasi ini terjadi di saat –  saat yang biasanya petani terancam gagal panen. Hal

    ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Foster dan Rausser (1990) bahwa petani harus

    mengalokasikan biaya dalam menghadapi kemungkinan gagal panen yang semakin meningkat.

    Selain itu, dalam komponen NTP, bobot BPPBM lebih tinggi dibandingkan dengan bobot

     ) Bali tanpa cabai 

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    17/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

     perumahan, sandang, pendidikan dan rekreasi, transportasi. Hal ini berarti bahwa dalam NTP

    sangat diperhitungkannya bobot keperluan usaha tani.

    Pergerakan NTPP Fisher-WM memiliki kemiripan dengan pergerakan daya beli

     petani/Nilai Tukar Konsumsi Petani (NTKP) selama Januari 2011  –  September 2013 di Jawa,

    Bali, dan Nusa Tenggara. Hal ini diperkuat oleh nilai koefisien korelasi yang terbilang kuat, bahkan sangat kuat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan NTT karena

    koefisien korelasi yang lebih dari 0,8 (Tabel 2). NTPP Fisher-WM di Jawa, Bali, dan Nusa

    Tenggara memiliki kemiripan dengan kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya. Hal

    ini ditunjukkan oleh pergerakan NTPP Fisher-WM dengan pembiayaan usaha tani/Nilai Tukar

    Faktor Produksi (NTFP) dan diperkuat oleh nilai koefisien korelasi yang menunjukkan

    hubungan kuat (Tabel 2). NTPP Fisher-WM paling mirip dengan NTFP di Provinsi Jawa Barat

    dengan nilai koefisien korelasi yang mencapai 0,908, sedangkan terendah di Provinsi JawaTengah sebesar 0,680. Kemiripan yang ditunjukkan oleh NTPP dengan tiga ukuran tersebut

    menunjukkan bahwa NTPP Fisher-WM dapat menggambarkan kesejahteraan petani dari sisi

     pengeluaran nonmakanan, daya beli petani, dan pembiayaan usaha tani. Tingginya pengeluaran

    nonmakanan, daya beli petani, dan pembiayaan usaha tani menandakan bahwa kesejahteraan

     petani tinggi.

    Tabel 2. Kemiripan NTPP dengan pengeluaran nonmakanan, daya beli petani, dan

    pembiayaan usaha tani

    ProvinsiPengeluaran

     NonmakananDaya Beli Petani

    PembiayaanUsaha Tani

    (1) (2) (3) (4)

    Jawa Barat 0,524 0,928 0,908

    Jawa Tengah 0,746 0,811 0,680

    DIY 0,662 0,787 0,768

    Jawa Timur 0,555 0,890 0,846

    Banten -0,591 0,763 0,744Bali 0,406 0,913 0,860

     NTB 0,648 0,660 0,709

     NTT 0,553 0,947 0,875

    Peramalan Nilai NTPP

    Berdasarkan peramalan yang dilakukan terhadap NTPP Fisher-WM di masing  –  

    masing provinsi, diperoleh model dengan nilai MAPE di bawah 10 persen (Tabel 3). Hal ini

     berarti bahwa peramalan sangat sesuai dengan publikasi NTPP BPS. Akan tetapi, peramalan di

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    18/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 13

    Jawa Barat, Banten, dan NTB memiliki error  yang paling besar di antara provinsi lainnya pada

    Oktober dan November 2013. Hasil peramalannya menunjukkan angka yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan data publikasi BPS, tetapi tidak berbeda jauh dengan data publikasi

    BPS. Selang prediksi dari hasil peramalan masih menunjukkan bahwa perbedaan dengan data

     publikasi BPS tidak begitu besar. Rata  –   rata error   pada Oktober 2013 sebesar -3,64,sedangkan rata –  rata error  pada November 2013 sebesar -4,8473. Hal ini menunjukkan bahwa

     peramalan NTPP di delapan provinsi tersebut memiliki nilai yang mendekati data publikasi

    BPS.

    Tabel 3. Peramalan NTPP di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Oktober dan

    November 2013

    Provinsi

     Forecast  

    MAPE

    Data Publikasi BPS

    Okt’13   Nov’13  Okt’13   Nov’13 

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    Jawa Barat 119,316 123,616 1,7898 108,27 108,81

    Jawa Tengah 104,985 105,763 1,5129 107,34 106,81

    DIY 115,378 120,034 1,7052 115,46 114,57

    Jawa Timur 103,252 101,678 1,1734 105,64 104,83

    Banten 125,744 128,750 1,8550 114,27 115,97

    Bali 92,5715 94,75 4,7305 90,51 90,98

     NTB 102,336 100,992 2,5366 88,39 88,88

     NTT 90,9182 89,3757 1,0194 95,48 95,33

    Pengelompokan Provinsi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Berdasarkan Kesejahteraan

    Petani Tanaman Pangan

    Pembentukan tiga kelompok di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghasilkan provinsi

    dengan tingkat kesejahteraan petani tanaman pangan yang tinggi adalah Provinsi Jawa Barat,

    Banten, dan DIY. Provinsi yang tergolong dengan tingkat kesejahteraan petani tanaman

     pangan yang sedang adalah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun provinsi yang

    tergolong dengan tingkat kesejahteraan petani tanaman pangan yang rendah adalah Provinsi

    Bali, NTB, dan NTT.

    Kesejahteraan petani tinggi di Jawa Barat, Banten, dan DIY dapat disebabkan oleh

    lebih banyaknya penerimaan petani karena tidak terjadinya keterlambatan masa tanam di

    wilayah tersebut. Keterlambatan masa tanam disebabkan oleh El Nino dan La Nina yang

    menurut Juaeni, dkk. dalam Satiadi, dkk., (2010) tidak berpengaruh pada wilayah  –   wilayah

    yang memiliki topografi dataran tinggi (nilai elevasi lebih besar dari 100 meter dari permukaan

    laut). Topografi dataran tinggi tersebut banyak terdapat di wilayah Jawa Barat, Banten, dan

    DIY sehingga terdapat kadar air tanah yang cukup. Sementara itu, petani tanaman pangan di

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    19/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    Jawa Tengah dan Jawa Timur kesejahteraannya tergolong sedang. Apabila dilihat dari segi

    topografinya, wilayah dengan ketinggian di atas 100 mdpl di Jawa Tengah kurang lebih

    sebesar 46,73 persen, sedangkan di Jawa Timur wilayah dengan ketinggian di atas 100 mdpl

    hanya meliputi Kabupaten Trenggalek, Blitar, Malang, Bondowoso, Magetan, Kota Blitar,

    Kota Malang, dan Kota Batu. Hal ini berarti beberapa wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timurmudah terpengaruh oleh El Nino dan La Nina. Lebih jauh lagi, bagian timur Pulau Jawa

    umumnya lebih kering daripada bagian barat sehingga awal musim kemarau bergerak dari

     bagian timur ke arah barat (Satiadi, dkk., 2010). Adapun kesejahteraan petani tanaman pangan

    yang rendah di Bali, NTB, dan NTT menunjukkan bahwa di ketiga provinsi tersebut,

     penerimaan petani masih rendah padahal petani harus memenuhi konsumsi rumah tangga dan

    input   usaha tani dengan biaya yang tidak sebanding dengan penerimaannya. Wilayah Bali,

     NTB, dan NTT adalah wilayah yang umumnya berupa lahan kering beriklim kering dengancurah hujan

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    20/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 15

    dapat menjadi kurang efisien (dari segi biaya) dibandingkan dengan  Modified Laspeyres.

    Penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian (kurangnya periode penelitian dapat

    menjadi penyebab kemiripan dari formula  Modified Laspeyres  dengan Fisher-WM),

    menggunakan tahun dasar terbaru (2012 = 100), mencakup seluruh subsektor pertanian, dan

     pada 33 provinsi di Indonesia.

    DAFTAR PUSTAKA

    Afriat, S.N. dan Milana, C. 2009. Economics and the Price Index. New York: Routledge.

    Agus, F., Subagyono, K., dan Surmaini, E. 2003. Teknologi Konservasi Air dan IrigasiSuplemen Untuk Optimasi Pertanian Lahan Kering.  Prosiding Lokakarya NasionalSistem Integrasi Kelapa Sawit –  Sapi 2003. Bogor: Puslitbangnak.

    Askari, H. dan Cummings, J. T. 1977. Estimating Agricultural Supply Response with The Nerlove Model: A Survey. International Economic Review, Vol. 18 (2), 257-292.

    Badan Pusat Statistik. 2010.  Indikator Kesejahteraan Rakyat 2009. Jakarta: Badan PusatStatistik.

    Badan Pusat Statistik. 2013.  Pedoman Pengolahan Nilai Tukar Petani. Jakarta: Badan Pusat

    Statistik.

    Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Nilai Tukar Petani di Indonesia. Jakarta: Badan PusatStatistik.

    Burhansyah, Rusli. 2012. Dinamika Indikator Kesejahteraan Petani di Kabupaten Kubu Rayadan Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat . Siantan Hulu: Balai Pengkajian TeknologiPertanian Kalimantan Barat.

    Daryatno. 2013. Implikasi Perubahan Pola Curah Hujan Terhadap Waktu Tanam Jagung (Zeamays L.) pada Lahan Kering di Daerah Gerogak Kabupaten Buleleng. Tesis. Denpasar.

    Erickson, Timothy. 1996. Effects of Mismeasuring Base Period Prices When Estimating theLaspeyres Index: Some Idealized Cases.  Bureau of Labor Statistics Working Paper,284.

    Foster, William E. dan Rausser, Gordon C. 1990. Farmer Behavior Under Risk of Failure.Working Paper , 488.

    Herliati, Medya. 2011. Perbandingan Formula Penghitungan Indeks Harga Konsumen(Simulasi dan Studi Kasus pada Beras dan Cabai di DKI Jakarta Periode Januari 2010 –  Maret 2011). Skripsi. Jakarta.

    Hyndman, Rob J., dkk. 2008.  Forecasting with Exponential Smoothing: The State Space Approach. Berlin: Springer.

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    21/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    Johnson, Richard A. dan Wichern, Dean W. 2007.  Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

    McCully, Clinton P., Moyer, Brian C., dan Stewart, Kenneth J. 2007.  A Reconciliationbetween the Consumer Price Index and the Personal Consumption Expenditures Price

     Index. Washington: Bureau of Economic Analysis and Bureau of Labor Statistics.

    Montgomery, Douglas C., Jennings, Cheryl L., dan Kulahci, M. 2008.  Introduction to TimeSeries Analysis and Forecasting . New Jersey: John Wiley & Sons.

    Pink, Brian. 2011. Consumer Price Index: Concepts, Sources and Methods. Canberra:Australian Bureau of Statistics.

    Purwantini, Tri Bastuti dan Ariani, M. 2008. Pola Konsumsi Pangan pada Rumah TanggaPetani Padi.  Dinamika Pembangunan Pertanian dan Perdesaan: Tantangan dan

     Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Bogor: Departemen Pertanian.

    Pyndick, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. 2008.  Microeconomics, Seventh Edition. NewJersey: Pearson Education.

    Rachmat, Muchjidin. 2000. Analisis Nilai Tukar Petani Indonesia. Disertasi. Bogor.

    Rachmat, M., Rivai, Rudy S., dan Nuryanti, S. 2013.  Analisa Nilai Tukar Petani (NTP)Sebagai Bahan Penyusunan RPJMN Tahun 2015-2019. Jakarta: BAPPENAS.

    Satiadi, D., dkk. 2010.  Pengembangan Model Atmosfer Berbasis PC untuk Prediksi danSimulasi Iklim Skala Provinsi. Bandung: Lembaga Penerbangan dan Antariksa

     Nasional.

    Seber, George A. F. 2004. Multivariate Observations. New Jersey: John Wiley & Sons.

    Siegel, Sidney. 1986.  Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciences  (TerjemahanZanzawi Suyuti dan Landung Simatupang dalam Koordinasi Peter Hagul). Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

    Simatupang, Pantjar dan Maulana, Mohamad. 2007.  Kaji Ulang Konsep dan Perkembangan Nilai Tukar Petani Tahun 2003  –   2006 . Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi danKebijakan Pertanian.

    Sunarti, Euis dan Ali Khomsan. 2012.  Kesejahteraan Keluarga Petani Mengapa Sulit Diwujudkan http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/K elompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdf (Diakses 1 Februari, 2014).

    Suprihartiningsih, Erna. 2012. Perbandingan Formula Penghitungan Indeks Harga Konsumen(Simulasi dan Studi Kasus pada Beras dan Cabai di Samarinda dan Semarang PeriodeJanuari 2010 –  Desember 2011). Skripsi. Jakarta.

    Susilowati, S. H., dkk. 2010.  Indikator Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: KarakteristikSosial Ekonomi Petani Padi. Jakarta: Departemen Pertanian.

    http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdfhttp://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdfhttp://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdfhttp://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdfhttp://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdfhttp://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Petani.pdf

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    22/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 17

    Tim Subdit Statistik Harga Perdesaan dan Unit Kerja Pimpinan BPS. 2013. Nilai Tukar Petani.Jakarta: Badan Pusat Statistik.

    Wibowo, Sasmito. 2013.  Indeks Harga Konsumen dan SBH 2012. Jakarta: Badan PusatStatistik.

    LAMPIRAN

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n

       '   1   1

       F  e   b

       '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p

       '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v

       '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n

       '   1   2

       F  e   b

       '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p

       '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v

       '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n

       '   1   3

       F  e   b

       '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p

       '   1   3

     NTPP Jabar_Modified Laspeyres NTPP Jabar Modified Laspeyres Plus NTPP Jabar Fisher-WM

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP Jateng_Modified Laspeyres NTPP Jateng_Modified Laspeyres Plus NTPP Jateng_Fisher-WM

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP Jatim_Modified Laspeyres NTPP Jatim_Modified Laspeyres Plus NTPP Jatim_Fisher-WM

    0.00

    100.00

    200.00

    300.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP DIY_Modified Laspeyres NTPP DIY_Modified Laspeyres Plus NTPP DIY_Fisher-WM

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    23/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP Banten_Modified Laspeyres NTPP Banten_Modified Laspeyres Plus NTPP Banten_Fisher-WM

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP Bali_Modified Laspeyres NTPP Modified Laspeyres Plus NTPP Fisher-WM

    0.0050.00100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP Bali Tanpa Cabai_Modified Laspeyres NTPP Bali Tanpa Cabai_Modified Laspeyres Plus

     NTPP Bali Tanpa Cabai_Fisher-WM

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v

       '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v

       '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP NTB_Modified Laspeyres NTPP NTB_Modified Laspeyres Plus NTPP NTB_Fisher-WM

    0.00

    50.00

    100.00

    150.00

       J  a  n   '   1   1

       F  e   b   '   1   1

       M  a  r   '   1   1

       A  p  r   '   1   1

       M  e   i   '   1   1

       J  u  n   i   '   1   1

       J  u   l   i   '   1   1

       A  g  s   '   1   1

       S  e  p   '   1   1

       O   k   t   '   1   1

       N  o  v   '   1   1

       D  e  s   '   1   1

       J  a  n   '   1   2

       F  e   b   '   1   2

       M  a  r   '   1   2

       A  p  r   '   1   2

       M  e   i   '   1   2

       J  u  n   i   '   1   2

       J  u   l   i   '   1   2

       A  g  s   '   1   2

       S  e  p   '   1   2

       O   k   t   '   1   2

       N  o  v   '   1   2

       D  e  s   '   1   2

       J  a  n   '   1   3

       F  e   b   '   1   3

       M  a  r   '   1   3

       A  p  r   '   1   3

       M  e   i   '   1   3

       J  u  n   i   '   1   3

       J  u   l   i   '   1   3

       A  g  s   '   1   3

       S  e  p   '   1   3

     NTPP NTT_Modified Laspeyres NTPP NTT_Modified Laspeyres Plus NTPP NTT_Fisher-WM

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    24/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 19

    METODE C-MEANS CLUSTER DAN FUZZY C-MEANS CLUSTER PADA KASUS

    PENGELOMPOKAN DESA MENURUT STATUS KETERTINGGALAN (STUDI DI

    KOTA METRO DAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR)

    Sukim 

    Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

    Abstract

    Cluster analysis is a multivariate analysis technique used to classify objects such that

    the objects in a cluster are very similar and the objects in different clusters are quite different.

    This study will discuss the non-hierarchical clustering methods. The methods are C-Means

    Cluster and Fuzzy C-Means Cluster. These methods are suitable for large data andcontinuous variables. This study would also present the application of the methods on the

    case of village grouping according to the underdevelopment status in two regions

    of level II (Kota Metro and Kabupaten Lampung Timur) in Lampung Province. The unit of

    observations in this study are 257 villages in Kota Metro (22 villages) and Kabupaten

     Lampung Timur in Lampung Province obtained from the Village Potential Statistics (Podes -

     Potensi Desa) 2008.

    The results show that the optimal cluster in Kota Lampung data is 4, with a

    minimum value of the Fukuyama-Sugeno validity index is at -45.4649. As for the data of

     Kabupaten Lampung Timur, the optimum number of clusters is 13, with a minimum value

    of the Fukuyama-Sugeno validity index is at 196.9629.

     Keywords  : Analisis Cluster, C-Means Cluster , Fuzzy C-Means Cluster, Indeks Validitas.

    I. PENDAHULUAN

    Analisis cluster  (cluster analysis) adalah salah satu analisis peubah ganda (multivariate

    analysis) yang digunakan untuk mengelompokkan objek-objek sedemikian rupa sehingga

    objek dalam satu cluster yang sangat mirip dan objek di berbagai cluster cukup berbeda.

    Analisis cluster   banyak digunakan dalam penelitian-penelitian di bidang sosial, bidang

    kesehatan, bidang marketing, bidang akademik, dan bidang kewilayahan.

    Metode analisis cluster   (clustering methods) dibedakan menjadi dua yaitu metode

    hierarki (hierarchical clustering methods) dan metode tak berhierarki (non hierarchical

    clustering methods). Metode hierarki dibedakan menjadi dua, yaitu metode penggabungan

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    25/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    (agglomerative/bottom up) dan metode pemecahan (devisive/ topdown). Prosedur yang

    digunakan dalam metode hierarki adalah prosedur pautan tunggal ( single linkage), pautan

    lengkap (complete linkage), dan pautan rata-rata (average linkage). Hasil clustering   metode

     berhierarki secara umum membentuk diagram pohon (tree diagram) atau dendrogram yang

    menggambarkan pengelompokkan objek berdasarkan jarak. Metode tak berhierarki disebut juga metode partisi ( partitional methods). Metode tak berhierarki yang banyak digunakan

    adalah metode C-Means Cluster .

    Proses clustering   pada metode tak berhierarki (C-Means) pembentukan partisi

    dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap objek berada tepat pada satu partisi. Akan tetapi

     pada suatu saat secara alami hal ini sering tidak dapat dilakukan untuk menempatkan suatu

    objek tepat pada satu partisi, karena sebenarnya objek tersebut terletak di antara dua atau lebih

     partisi yang lain. Sehingga perlu dilakukan clustering   dengan menggunakan  fuzzy clustering. Pengelompokkan dengan metode ini mempertimbangkan derajat keanggotaan himpunan  fuzzy 

    sebagai dasar pembobotan. Pada penelitian ini dibahas metode C-Means Cluster   (CM ) dan

     Fuzzy C-Means Cluster  ( FCM ). Dua metode ini cocok digunakan untuk data berukuran besar

    dan memiliki tipe peubah kontinu.

    CM Cluster  merupakan metode pengelompokkan yang terkenal dan banyak digunakan

    di berbagai bidang karena sederhana, mudah diimplementasikan, memiliki kemampuan untuk

    mengelompokkan data yang besar, dan running time-nya linear O( NCT ) dengan  N   adalah

     banyaknya data, C   adalah banyaknya kelompok (cluster ), dan T   adalah banyaknya iterasi

    (Kumar, Verma, dan Shrma, 2010). Metode ini mengelompokkan secara partisi yang

    memisahkan data ke dalam kelompok yang berbeda. Dengan proses partisi secara iteratif, C-

     Means Cluster  mampu meminimalkan rata-rata jarak setiap data ke kelompoknya. Metode ini

    dikembangkan oleh MacQueen pada tahun 1967, yang merupakan pengembangan dari

    Steinhaus (1956). Kemudian dikembangkan terus sampai saat ini di berbagai bidang.

    Metode  FCM Cluster   pertama kali diusulkan oleh Dunn (1973), kemudian

    dikembangkan oleh Bezdek (1981) yang digunakan dalam bidang pengenalan pola ( pattern

    recognition), dan masih terus dikembangkan sampai saat ini. Dalam metode  FCM Cluster  ini

    dipergunakan variabel membership function uik , yang merujuk pada seberapa besar probabilitas

    suatu data bisa menjadi anggota ke dalam suatu kelompok (cluster ) dan variabel m  yang

    merupakan weigthing exponent   dari membership function  uik . Metode ini merupakan

     pengembangan dari C-Means Cluster  dengan pembobotan fuzzy.

    Penelitian terdahulu menggunakan  FCM dapat dilihat dari hasil penelitian Bezdek

    (1981), Gath dan Geva (1989), Huang, dkk. (1997). Pengembangan analisis cluster selanjutnya

    dilakukan dengan menggabungkan atau modifikasi distance space untuk menghitung jarak di

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    26/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 21

    antara suatu data dengan centroid , metode pengalokasian data kembali data ke dalam setiap

    kelompok (cluster ), dan fungsi objektif yang digunakan, juga telah diimplementasikan oleh

    Bezdek (1984), Miyamoto dan Agusta (1995), serta McLachlan dan Peel (2000).

    Pengelompokkan desa menurut status ketertinggalan perlu dilakukan sebagai bahan

     perencanaan, dan evaluasi sasaran program pemerintah terutama yang berkaitan dengan program pemberdayaan desa tertinggal di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan

     pemerintah, misalnya Instruksi Presiden mengeni desa tertinggal yang dilaksanakan dari tahun

    1994 sampai dengan tahun 1997. Pendekatan yang digunakan untuk menetapkan sasaran

     program adalah mengklasifikasikan seluruh desa di Indonesia ke dalam klasifikasi desa

    tertinggal dan desa tidak tertinggal. Dengan adanya informasi sampai tingkat wilayah desa ini

    diharapkan upaya pemberdayaan desa tertinggal lebih tepat sasaran (BPS, 2005).

    Penelitian sebelumnya di bidang kewilayahan telah dilakukan oleh Sarpono (2009)membahas tentang pengelompokkan desa tertinggal menggunakan metode regresi krigging.

    Pengelompokkan wilayah kecamatan menurut partisipasi sekolah dengan metode FCM pernah

    dilakukan oleh Pravitasari (2008). Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini

    akan dilakukan pengelompokkan desa menurut status ketertinggalan dengan menerapkan

    metode CM dan FCM berdasarkan data hasil pendataan Podes 2008. Kemudian dibandingkan

    hasil pengelompokkan dengan metode CM dan metode FCM . Pengelompokkan desa menurut

    status (desa tertinggal dan desa tidak tertinggal) seringkali menimbulkan kecemburuan antar

    daerah tingkat II (kabupaten/kota) di seluruh Indonesia. Pada kenyataannya batasan status desa

    tertinggal dan desa tidak tertinggal sangat tipis (halus) dan samar, sehingga penerapan metode

    CM yang dengan tegas mempartisi suatu kelompok menjadi kurang tepat digunakan. Metode

     FCM diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Pengelompokkan FCM memerlukan

    indeks validitas untuk mengetahui banyak cluster optimum yang terbentuk. Indeks validitas

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Fukuyama-Sugeno (Halkidi dkk, 2010).

    Pengelompokkan dianggap optimum apabila menghasilkan cluster   yang mempunyai variansi

    minimum di dalam cluster  dan mempunyai variansi yang maksimum antar cluster .

    Kabupaten Lampung Timur sebagai wilayah penelitian adalah karena Lampung Timur

    termasuk lima kabupaten di Provinsi Lampung (14 kabupaten/kota) dengan kategori desa

    tertinggal (Umar Said dalam Antara news dan Republika, 2010). Di samping itu Kabupaten

    Lampung Timur juga merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga miskin terbanyak

    ke-3 se-Provinsi Lampung. Sedangkan kota Metro sebagai wilayah penelitian adalah karena

    merupakan kota dengan jumlah rumahtangga miskin paling sedikit di Provinsi Lampung (BPS,

    2008).

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    27/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    II. METODOLOGI

    Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: melakukan kajian

    metode CM Cluster   dan metode  FCM Cluster , standarisasi data, mengelompokkan data

    dengan mencoba berbagai nilai C   untuk metode CM Cluster   dan  FCM Cluster ,membandingkan hasil pengelompokkan yang terbentuk. Sedangkan alat bantu komputer yang

    digunakan adalah berupa piranti lunak ( software) yang terkait dengan pengolahan dan analisis

    statistik yaitu MATLAB versi 7.8.0.347 (2009a). Hasil yang dibandingkan meliputi jumlah

    kelompok, variansi kelompok (variansi within cluster   dan variansi between cluster ), dan

    menyimpulkan cluster  ideal pada masing-masing metode seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.

    mulai

    Mengkaji metode

    clustering

    CM dan FCM

    Cek kelengkapan

    data

    Standardisasi data

    Mnegelompokkan

    Dengan metode

    CM dan FCM

    Membandingkan:

    Hasil pengelompokkan

    dengan C = 2,3,4,C optimum :

    · Varians within

    · Varians between

    · Kompleksitas waktu

    Pembahasan

    Kesimpulan dan

    saran

    selesai

    data

     

    Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    28/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 23

    Tahapan Penelitian

    Tahapan-tahapan yang dilakukan berdasar pada tujuan penelitian yang meliputi :

    1.  Melakukan kajian tentang metode CM Cluster  dan FCM Cluster  

    2.  Membangun algoritma FCM  

    3.  Melakukan analisa statistik deskriptif4.  Melakukan preprosesing, meliputi menyusun matriks ukuran  N   x  p, di mana  N   adalah

     banyaknya observasi (banyaknya desa/kelurahan) dan p adalah banyaknya variabel atau

    atribut data (dimensi data), yaitu matriks ukuran 22 x 15 untuk Kota Metro dan matriks

    ukuran 257 x 15 untuk Kabupaten Lampung Timur.

    5.  Melakukan pengelompokkan dengan Metode FCM Cluster  

    a.  Formula optimasi fungsi objektif yang diberikan sebagai berikut

    1 1

    2, , ( ) ( , )

     N C 

    mik 

    k i

    k i J X U V u D x v

     , melalui optimasi  dan   b. Menguji konvergensi algoritma  FCM , yaitu menetapkan kondisi konvergen,

    menganalisis kondisi konvergen, mendapatkan kondisi matriks jarak

    6.  Melakukan Analisis data hasil pendataan Podes 2008 Kota Metro dan Kabupaten Lampung

    Timur di Provinsi Lampung.

    a.  Melakukan clustering   dari mulai C=2 sampai C   optimum, dilakukan dengan melihat

    dendrogram hasil hierarkikal clustering   untuk memperoleh gambaran jumlah cluster  

    optimum.

     b. Menentukan faktor  fuzzy  (weigthing exponent ) hasil pengelompokkan (m). Untuk

     penentuan nilai m,  belum terdapat teori yang memberikan landasan pemilihan nilai m 

    yang tepat. Pada penelitian ini digunakan m=2, sebagaimana telah umum diterapkan

    dalam banyak penelitian terdahulu (Zimmermann dalam Naik, V.C., 2004).

    c.  Menghitung fuzzy centroid cluster  (V i) dengan persamaan1

    1

     N m

    ik k 

    k i   N 

    m

    ik 

    u x

    v

    u

     

    d. Memperbaharui anggota matriks U  dengan persamaan1

    12

    1( , )

    ( , ) j

    C mk i

    ik 

    k j

     D x vu

     D x v

     

     

    e.  Membandingkan nilai keanggotaan dalam matriks U , jika sudah tidak banyak

    mengalami perubahan berarti konvergen dan kondisi keanggotaannya sudah optimum

    nilai mutlak dari (U k+1  –   U k ) < threshold   yang ditetapkan). Iterasi dihentikan dan

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    29/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    didapatkan hasil pengelompokkan. Jika belum terpenuhi kondisi optimum kembali ke

    langkah 6c.

    7.  Melakukan perhitungan indeks validitas clustering . Ada beberapa indeks validitas yang

    digunakan. Pada penelitian ini digunakan indeks validitas Fukuyama-Sugeno karena

    indeks ini dapat menunjukkan compactness  dalam cluster   dan distances of   clasters

    representative (Halkidi dkk., 2000).

    8.  Melakukan interpretasi hasil penerapan metode FCM pada kasus data Podes 2008 Kota

    Metro dan Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung.

    III HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bagian ini menyajikan analisis dan pembahasan dari ketiga tujuan penelitian,

    yaitu mengkaji metode CM Cluster   dan  FCM Cluster , algoritma pengelompokkan

    menggunakan metode FCM dengan indeks validitas yang berbeda, dan mengimplementasikan

    dalam kasus pengelompokkan desa menurut status ketertinggalan di Kabupaten Lampung

    Timur dan Kota Metro Provinsi Lampung. Hasil eksekusi algoritma program akan ditampilkan

    dalam pembahasan tujuan ketiga untuk algoritma FCM .

    Metode C-Means Cluster  

    Metode CM Cluster   pertama kali diperkenalkan oleh MacQueen (1967). Metode ini

    merupakan metode non hierarki yang umum digunakan yang termasuk dalam teknik

     penyekatan (partisi), dimana observasi (objek) dipisahkan ke dalam C   daerah bagian yang

    terpisah secara tegas. Pada CM Cluster , setiap objek harus masuk dalam kelompok (cluster )

    tertentu. Tetapi dalam satu tahapan proses tertentu objek yang sudah masuk dalam satu

    kelompok tertentu, pada tahap berikutnya masih memungkinkan objek berpindah ke kelompok

    yang lain.

    Proses pengelompokkan pada metode CM Cluster   diawali dengan menentukan jumlah

    cluster  yang ingin dibentuk, dengan mengasumsikan inisial cluster  2, 3,…,C . Alokasikan data

    ke dalam cluster   secara random. Kemudian menghitung inisial pusat cluster   (centroid) yang

    ada di masing-masing cluster , selanjutnya alokasikan kembali masing-masing data ke pusat

    cluster   yang terdekat dengan persamaan = 1,  untuk = m i n{ , }  dan = 0, untuk d  yang lainnya. Setelah data masuk pada pusat cluster   terdekat dan membentuk cluster  

     baru, pusat cluster  baru ditentukan kembali dengan menghitung rata-rata dari data yang ada di

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    30/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 25

     pusat cluster  yang sama. Jika masih ada data yang berpindah cluster  atau jika perubahan nilai

     pusat cluster   yang terbentuk di atas nilai threshold   yang ditetapkan, atau perubahan nilai

    fungsi objektif yang digunakan masih di atas nilai threshold   yang ditetapkan maka proses

     partisi penghitungan nilai pusat cluster   terus dilakukan sampai salah satu dari tiga kondisi

    terpenuhi.

    Optimasi Fungsi Objektif Algoritma C-Means Cluster  

    Optimasi fungsi objektif pada algoritma CM didapatkan dengan meminimalkan jarak

    antara objek dan pusat cluster nya (   2( , )k i D x v =|| xk   –   vi||2=(  xk   –   vi  )

    T( xk   –   vi) di mana vi 

    merupakan rata-rata anggota cluster  yang ke-i.

    Untuk menunjukkan jarak minimal antara objek dan pusat cluster   dituliskan kembali

    fungsi objektif sebagai berikut:

    1

    2

    2,...,1 ,

    1; , min

    c cC 

    i j

    c j K c K 

     K  K 

    i

     x J X xV  K 

     ekuivalen dengan

    1

    2

    ,..1

    .,; , min

    C C  K K 

    k i

    c k n

    v X V x J U 

      dimana1

    c

    i j

     j K c

    v x K   

        adalah rata-rata dari cluster  

    ke-i, K adalah banyaknya objek

    2

    2   1( )

    c c ck i k jk K k K j K  c

     x v x x K 

     

    2

    2, , ,

    2,

    2

    2,

    1( ), ( )

    1, , , ,

    1, ,

    1 12

    c c

    c c c c

    c c

    c

    k j k s

     j K s K c

    k k k s k j j s

    k K k s K k j K j s K  c

    k k k j

    k K k j K  c

    k j

    k j K c

     x x x x K 

     x x x x x x x x K 

     x x x x K 

     x x K 

     

    Untuk mengetahui bahwa persamaan fungsi objektif optimum (mempunyai nilai

    ekstrim), adalah dengan cara melakukan derivative pertama terhadap vi dan disamakan dengan

    nol sebagai berikut :

    20

    c

    k i

    k K i

    dy x v

    dv  

     

    ( ) ( ) 0T k i k ik K i

    dy x v x v

    dv  

     

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    31/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    2 2( ) 2( ) ( ) ( ) 0k i k ik K k K  i

    dy x v x K v

    dv  

     

    2 ( ) 2 ( ) 0k ik K 

     x K v

     

    2( ( ) ( )) 0k i

    k K 

     x K v

     

    ( ) 0k i

    k K 

     x Kv

     

    1( )k i

    k K 

     x v K   

    , yang merupakan rata-rata (mean) dari objek. 

    Sedangkan untuk menunjukkan bahwa nilai ekstrim fungsi adalah minimum yaitu dengan

    cara melihat tanda yang positif ( > 0 ) dari turunan (derivatif) kedua sebagai berikut: 

    22

    2  ( 2 ( ) 2 ) 2

    c

    k i k i

    k K k K  i i

    d y dy x v x Kv K 

    dv dv

     

     Nilai derivatif kedua dari fungsi di atas adalah 2K yang lebih besar dari 0, sehingga

    nilai ekstrim yang dihasilkan adalah minimum.

    Konvergensi Algoritma C-Means Cluster  

    Algoritma CM Cluster  dapat diuraikan sebagai berikut:

    Input (masukan) dari algoritma CM Cluster berupa data set 1,..., , p

    n X X R  dalam ruang

    dimensi  p  (banyaknya variabel) dan banyaknya cluster   (C ) yang ingin dibentuk. Langkah

     berikutnya dilakukan inisialisasi pusat cluster   (0)( )iv   secara random,(0) (0)

    1   ,..., C v v . Kemudian

    dilakukan proses iterasi sampai mencapai konvergen dengan mengalokasikan tiap data set ke

     pusat cluster   terdekat, sehingga membentuk cluster    K 1(t+1) ,…,K C 

    (t+1)  dengan

    2 2( 1) ( ) ( ) , 1, ...,t t t 

     s C s i j X K X v X v j C   dan menghitung pusat cluster  baru dengan

     persamaan ( 1)( 1)

    1

    i

    i st  s K i

    v X  K 

      .

    Output (keluaran) berupa cluster   K 1 ,…,K C .

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    32/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 27

    mulai

    BanyaknyaCluster C

    Menghitung Pusat

    Cluster 

    Mengitung Jarak

    Objek ke Pusat

    Cluster 

     Alokasikan keCluster

    berdasarkan jarak

    minimum

    Tidak ada Objek

    berpindah Cluster?

    tidak

    ya selesai

     

    Gambar 2. Diagram Alur Algoritma CM

    Langkah-langkah metode CM Cluster  sebagai berikut :

    Misal X   suatu matriks ukuran  N   x  p, di mana  N   = banyaknya objek (data), dan  p  =

     banyaknya variabel (atribut).

    1.  Menentukan banyaknya inisial cluster , misal C , bentuk pusat cluster   (V i) sebanyak C  

    secara random.

    2.  Mengalokasikan semua anggota X   (=  xij) ke dalam C   kelompok yang dibentuk ke pusat

    cluster  terdekat.

    3.  Menghitung kembali pusat cluster  yang terbentuk.

    Ulangi langkah 3 sampai konvergen (sampai tidak ada perubahan berarti pada pusat

    cluster , V i.), yaitu kondisi terpenuhinya suatu threshold (  ( ) ( 1)t t 

    i iv v     ).

    Running time  Algoritma C-Means Cluster  

     Running time  proses clustering dengan algoritma CM adalah O( NCT ) di mana  N  

     banyaknya data (objek), C   banyaknya cluster, dan T   banyaknya iterasi (Kumar dan Sirohi,

    2010). Hal ini dapat ditunjukkan dengan menganalisis algoritma CM  sebagai berikut:

    Fungsi objektif metode CM yang akan dioptimalisasi adalah

    12

    1

    , , ( ) ( , ) N C 

    k ik k i

    i

     J X U V u D x v

     Dalam pseudocode dituliskan

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    33/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    Begin

    For k=1:N

    For i=1:C

    If d=min{   2( , )k i

     D x v }

    ik u = 1

    Else

    ik u = 0

    Endif

    ik u *   2( , )k i D x v  

    End

    Variabel yang dominan dalam algoritma CM  adalah C  dan N , sehingga running timenya

    adalah O( NC ). Variabel T   banyaknya iterasi jelas berbanding lurus dengan running time

    algoritma CM maka dapat dituliskan menjadi O( NCT ). Hasil menggunakan data Podes 2008

    Kota Metro dan Kabupaten Lampung Timur dengan menetapkan  N   dan T   konstan untuk

    mengevaluasi running time CM terhadap banyaknya cluster  didapatkan data sepeerti Tabel 1.

    Tabel 1. Running time   Algoritma CM data Podes 2008 Kota Metro dan Kabupaten

    Lampung Timur

    Banyak Cluster

    Waktu (detik) Iterasi

    MetroLampung

    TimurMetro

    LampungTimur

    2 0.037420 0.048745 2 2

    3 0.029578 0.034817 2 2

    4 0.026115 0.047218 2 2

    5 0.027023 0.061226 2 2

    6 0.040287 0.074604 2 2

    7 0.040635 0.066479 2 2

    8 0.028714 0.074693 2 2

    9 0.041965 0.077199 2 2

    10 0.098525 0.089858 2 2

    N kaliC kali

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    34/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 29

    Gambar 3. Running time  CM Terhadap Banyaknya Cluster

    Berdasarkan Tabel 1. dan Gambar 2. running time  CM terhadap banyaknya cluster  

    adalah mendekati linear. Menggunakan cara yang sama, running time  CM terhadap  N  

    diperoleh dengan menetapkan C  dan T  konstan.

    Metode Fuzzy C-M eans Cluster  

     Fuzzy clustering  merupakan salah satu teknik untuk menentukan cluster  optimum dalam

    suatu ruang vektor yang didasarkan pada bentuk normal  Euclidian  untuk jarak antar vektor

    [persamaan 2.4]. Konsep dasar FCM , menentukan pusat cluster  (vi) yang akan menandai lokasi

    rata-rata untuk tiap cluster  [persamaan 2.8]. Tiap titik data mempunyai derajat keanggotaan ke

    tiap cluster   (uik ) [persamaan 2.7]. Dengan cara mengupdate pusat cluster   dan derajat

    keanggotaan tiap titik data secara iteratif, akan didapat pusat cluster  yang “tepat”. Iterasi ini

    didasarkan pada minimisasi fungsi objektif ( J ) yang menggambarkan jarak titik data ke pusat

    cluster  dengan bobot derajat keanggotaan titik data tersebut [persamaan 2.9].

    Optimasi fungsi objektif Algoritma Fuzzy C-M eans Cluster  

    Kondisi fungsi objektif  J ( X;U,V ) seperti pada persamaan 2.9 akan mencapai optimum

    diberikan melalui optimasi parameter U  dan V  :

    1 1

    2, , ( ) ( , ) N C 

    m

    ik 

    k i

    k i J X U V u D x v

      (dari persamaan 2.9), di mana uik  dan vi diberikan

     pada persamaan berikut :

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.40.5

    0.6

    0.7

    0.8

    0.9

    1

    2 3 4 5 6 7 8 9 10

       W    k   t   u    (    d   e   t   i    k    )

    Banyaknya Cluster

    Lampung Timur

    Metro

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    35/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    1

    12

    1( , )

    ( , ) j

    C    mk i

    ik 

    k j

     D x vu

     D x v

     

      (dari persamaan 2.7)

    1

    1

     N m

    ik k 

    k i   N 

    m

    ik 

    u x

    v

    u

      (dari persamaan 2.8)

    Mencari nilai optimum uik   dan vi  dilakukan dengan menurunkan fungsi objektif secara

     parsial terhadap uik  dan vi sebagai berikut:

    1 1

    2, , ( ) ( , ) N C 

    m

    ik 

    k i

    k i J X U V u D x v

      (dari persamaan 2.9)

    dengan batasan 1   m , 0 1ik u , dan fungsi kendala

    1 1 1

    1 0 11, 0C C C 

    i k 

    i i

    k ik 

    i

    iu k u u

      (4.1)

    1

    0, N 

    ik 

    u i

    , dan 1 2, , ,   pC V v v v R  

    Di mana D( xk  ,vi)2 = || xk  - vi||

    2 = ( xk   –  vi)T( xk   –  vi) = ( xk   –  vi)

    2  jarak tiap data ke-k  ke pusat

    cluster   ke-i  dank 

       merupakan lagrange multiplier , dengan menggunakan teori pengganda

    lagrange, diperoleh fungsi baru sebagai berikut:

    J( X,U,V ,  k    ) = J( X,U,V ) +

    1

     N 

      

     G( X,U,V ) (4.2)

    di mana 1 1

    2, , ( ) ( , ) N C 

    m

    ik 

    k i

    k i J X U V u D x v

      (dari persamaan 2.9) dan G( X,U,V ) =

    1

    1C 

    ik 

    i

    u

     (dari persamaan 4.1) sebagai fungsi kendala, sehingga turunan pertama persamaan

    4.2. terhadap ui dan disamakan dengan nol, dapat dituliskan sebagai berikut :

    2

    1 1 1   1

    ( , ) 1

    0

    C N N m

    ik k i k  

    i k k    i

    i

    ik u D x v

    u

    u    

     

     

    1 2( ) ( , ) 0mik k i k  m u D x v    

     1

    2( )

    ( , )

    m   k ik 

    k i

    umD x v

        

  • 8/17/2019 12 Jurnal STIS, Desember 2014

    36/147

    JURNAL APLIKASI STATISTIKA & KOMPUTASI STATISTIK

    TAHUN 6, VOLUME 2, DESEMBER 2014 31

    1 111 11