15049-44380-1-pb (1)

Upload: maria-goreti-vong

Post on 13-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    1/15

    PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM SAFETY TRAINI NG

    YANG BERBASIS PERILAKU CONSI STENCYSAFETY PADA JABATANOPERATOR GONDOLA DI PT. GHP

    Indah Martianti Kurnia, SPsi

    Taman Juanda Blok I1 No. 19 Bekasi Timur [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu rancangan program safety trainingyang berbasis perilaku consistencysafety bagi jabatan operator gondola di PT. GHP.Keselamatan kerja atau yang dikenal dengan ist ilahsafety adalah upaya untuk menjamin

    keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja yangberhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan, proses pengolahan, landasan tempatkerja, lingkungan serta cara melakukan pekerjaan agar menghindarkan karyawan

    terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan safety trainingadalah suatu kegiatandimana pekerja memperoleh pengetahuan akan bahaya kecelakaan kerja, memperoleh

    keterampilan baru, mendidik pekerja untuk menghadapi potensi bahaya sehinggapekerja memiliki perilaku sikap kerja yang aman dan peduli terhadap kondisikeselamatan ditempat kerja serta dapat mempertahankan perilaku yang aman di

    lingkungan kerja mereka secara umum, baik di kantor maupun di workshop/luarlingkungan. Perilaku consistencysafetydidasarkan atas teori safety dari Geller (1942).

    Operator gondola adalah orang yang bekerja dengan mesin gondola yang melakukanpekerjaan membersihkan kulit luar gedung, bekerja pada ketinggian, mempunyai mentalserta fisik yang bagus, memiliki pengetahuan serta keahlian khusus dibidangnya dan

    telah memiliki surat ijin operasional (SIO) sebagai operator gondola dari DepartemenTenaga Kerja (depnaker). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan disesuaikan

    dengan tahapan penyusunan rancangan safety training antara lain melakukan analisakebutuhan training, menentukan desain training, pengembangan training,implementasi/pelaksanaan training dan mengevaluasi program training. Subjek pada

    penelitian ini adalah jabatan operator gondola di PT. GHP. Yang diperbolehkanperusahaan untuk mengikuti training sebanyak 25 (dua puluh lima) orang. Teknik

    pengumpulan datanya adalah wawancara tatap muka untuk mendapatkan informasiyang diperlukan dalam menyusun program safety training ini. Pejabat yangdiwawancarai adalah general manager yaitu selaku pimpinan di PT. GHP, koordinator

    hrd, koordinator training dan operator gondola. Proses pengumpulan data iniberlangsung selama enam hari kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlu

    diadakan penambahan safety training dalam hal perilaku consistency safety bagioperator gondola agar operator gondola menyadari pentingnya bekerja dengan safetydan memiliki inisiatif untuk bertindaksafety tanpa harus diberikan instruksi dan diawasi

    oleh atasan/supervisor. Jika operator gondola bekerja dengan safety maka resiko

    kecelakaan kerja menjadi nol sehingga nama perusahaan menjadi baik dan customer

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    2/15

    banyak yang menggunakan jasa PT. GHP, perusahaan menjadi berjaya dan

    kesejahteraan karyawan meningkat.

    Kata Kunci : keselamatan kerja, safety training, perilaku consistency safety,operatorgondola.

    PENDAHULUAN

    Semakin ketatnya persaingan dibidang industri menuntut perusahaan harusmampu bertahan dan berkompetisi. Namun beberapa perusahaan mengesampingkan

    pentingnya keselamatan kerja dalam berkompetisi dengan perusahaan lain. Perusahaan

    mengorbankan keselamatan pekerjanya dengan dalih penghematan keuanganperusahaan. Padahal keselamatan kerja merupakan salah satu persyaratan untuk

    meningkatkan produktivitas kerja karyawan disamping itu keselamatan kerja adalah hak

    asasi setiap tenaga kerja (Indopos, Kamis 25 Maret 2010 hal. 10). Di era globalisasi,untuk memenangkan persaingan bebas, keselamatan kerja menjadi salah satu

    persyaratan yang harus dipenuhi oleh industri di Indonesia. Oleh karena itu,keselamatan kerja perlu diterapkan di semua tempat kerja untuk meningkatkan

    keselamatan kerja tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas tenaga kerja.Namun kesadaran perusahaan di Indonesia terhadap keselamatan kerja masih

    jauh dari yang diharapkan. Dari 26.000 (dua puluh enam ribu) perusahaan di Jakarta,

    hanya 200 perusahaan yang sudah menerapkan keselamatan kerja secara baik dankonsisten. Padahal di Indonesia telah memiliki undang undang mengenai keselamatan

    kerja yaitu Undang Undang No. 1 Tahun 1970 (Indopos, Kamis 25 Maret 2010 hal.10). Program-program keselamatan kerja pun sering menempati prioritas terendah dan

    terakhir bagi manajemen perusahaan. Memang keselamatan kerja bukanlah segala-galanya, namun tidak disadari bahwa tanpa keselamatan kerja segalanya tidak berartiapa-apa jika terjadi kecelakaan kerja berupa kematian yang dialami oleh tenaga kerja.

    Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Dede Sukendar (Indopos,Kamis 25 Maret 2010 hal. 10) mengatakan bahwa perusahaan baru menyadari

    pentingnya keselamatan kerja setelah terjadi kecelakaan kerja. Perusahaan yang dengan

    alasan penghematan mengorbankan keselamatan pekerjanya kurang melihat manfaatkeselamatan kerja dalam jangka panjang. Menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi

    semua orang dimanapun berada maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harusdipenuhi oleh setiap perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untukmeningkatkan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan komitmen semua pihak

    baik pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan sampai manajemen perusahaandan seluruh karyawan. Dengan tingkat keselamatan kerja yang baik kerugian akibat

    kecelakaan kerja berkurang, tenaga kerja lebih produktif sehingga keuntunganperusahaan meningkat dan kesejahteraan karyawan akan meningkat pula. Melihatkeadaan tersebut maka diperlukan suatu manajemen perusahaan yang berorientasi pada

    keselamatan kerja.Agar dapat berkompetisi dengan perusahaan lain yang memiliki core bisnisyang

    sama dengan PT. GHP, selain mengutamakan servicesPT. GHP juga mengutamakansafety. Manajemen PT. GHP telah menerapkansafetyuntuk pekerjaan operator gondola.Safety dalam pekerjaan operator gondola sangat diperlukan, karena pekerjaan operator

    gondola memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Operator gondola

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    3/15

    adalah seorang pelaksana bidang kebersihan kulit luar gedungyang mempunyai mental

    dan fisik yang bagus, umumnya mereka memiliki keahlian khusus dibidangnya dantelah memiliki surat ijin operasional (SIO) sebagai operator gondola dari Departemen

    Tenaga Kerja (Arif dalam http://gondolaman-bi.blogspot.com/). SOP (standard

    operation procedure) milik PT. GHP mengatakan untuk pekerjaan membersihkan kacagedung diatas ketinggian 2 meter wajib memakai mesin gondola. Dapat dikatakan

    operator gondolaadalah salah satu profesi yang memiliki resiko pekerjaan yang sangattinggi, untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang resiko dan peralatan

    yang menunjang pekerjaan tersebut agar dalam melakukan pekerjaan operator gondola dapat bekerja dengan aman.

    Untuk pekerjaan dengan resiko tinggi, perusahaan hendaknya memiliki program

    trainingatau pelatihan untuk pekerjanya agar terampil dalam bekerja dan dapat bekerjadengan aman. PT. GHP sudah memiliki program traininguntuk para pekerjanya yang

    dilakukan secara berkala agar sistem kerja yang efektif dapat tetap terjaga. Jenistrainingyang ada berupaproduct knowledge training untuk seluruh karyawan PT. GHP.

    Untuk operator gondola terdapat training tambahan mengenai pengetahuan tentangsafety equipmentdan safety body. Safety equipmentdan safety bodydiberikan kepadacalon karyawan operator gondola selama tiga hari masa training sebelum terjun ke

    lapangan. Dengan adanya program trainingberupa training safety equipmentdansafetybody, operator gondola diharapkan dapat mengetahui dan memahami betul akan

    pekerjaannya dan diharapkan operator gondola dapat menyelesaikan permasalahan yang

    dihadapi ketika bekerja terutama yang berhubungan dengan penggunaan safetyequipmentdan safety body sebagai alat pelindung diri. Dalam hal ini manajemen PT.

    GHP sudah memiliki program training yang berorientasi pada keselamatan kerja.Program trainingtersebut bersifat teknikal dan belum mengarah secara psikologis.Program safety training PT. GHP belum menyentuh segi psikologis karyawan. Segi

    psikologis perlu karena sistem kerja PT. GHP adalah mengadakan pendekatan secarakekeluargaan antara pimpinan dan karyawan. Sehingga yang terjadi penerapan disiplin

    terhadap penggunaan peralatan safety operator gondola agak kurang. Atasan/supervisorlebih sering melakukan intervensi kepada operator gondola untuk menggunakan

    peralatan safety sebelum melakukan pekerjaan. Sehingga kesadaran operator gondola

    kurang untuk menjalankan keselamatan kerja dilapangan/ditempat kerjanya.Untuk itulah perlu diadakan program safety training yang bersifat psikologis,

    dimana prinsip kekeluargaan yang telah terjalin di PT. GHP dapat mendukungterlaksananya keselamatan kerja secara baik. Penelitian dalam keselamatan kerja(safety), menurut Geller (1942) adalah pendekatan yang berbasis psikologis yang

    merupakan salah satu dari pendekatan yang direkomendasikan dalam aplikasikeselamatan kerja (safety). Namun belum ada jenis safety training yang berbasis

    psikologis secara umum, yang ada hanya bersifat teknikal. Menurut Geller (1942) adatraining yang mengacu kepada perilaku safety. Ilmu yang mempelajari tentang perilakumanusia dan binatang serta penerapannya pada permasalahan manusia, fokusnya kepada

    perilaku individual adalah pengertian psikologi secara umum, psikologi membahasperilaku yang dihasilkan berdasarkan adanya faktor stimulus, proses dan respon

    (Morgan, 1986).Safety training yang berbasis perilaku consistency safetymengacu kepada teori-

    teori behavior based safety (Geller, 1942), digunakan untuk merubah perilaku pekerja

    untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku yang akan dirubah adalah

    perilaku selamat yang mengacu kepada total safety culture. Total safety culture

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    4/15

    merupakan budaya untuk meningkatkan keselamatan ditempat kerja, budaya selamat

    tersebut terbentuk atas faktor lingkungan (environment), faktor individu (person) danfaktor perilaku (behavior).

    Menurut Heinrich (1990), penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah

    perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar10%. Oleh karena itu, pelaksanaan safety trainingyang berbasis perilaku consistency

    safety dapat mencegah perilaku yang tidak aman, dapat menimbulkan perilakuconsistencysafety dan memperbaiki kondisi lingkungan yang tidak aman. Sehingga

    safety training yang berbasis consistencysafety perlu diadakan untuk memunculkankesadaran berperilaku selamat pada operator gondola dan melindungi operator gondoladari kecelakaan kerja akibat faktor kelalaian manusia (human eror).

    Agar tujuan program safety training yang berbasis consistencysafety padajabatan operator gondola tepat sasaran, dalam pelaksanaannya trainer/pelatih akan

    membina hubungan baik dengan trainee/peserta training melalui pendekatan bersifatkekeluargaan, sehingga dapat memotivasi operator gondola untuk mengikuti

    keseluruhan rangkaian acara training dan tujuan perusahaan dapat tercapai yaituoperator gondola dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengutamakan safetydalam

    bekerja.

    Dengan diadakannya program safety trainingyang berbasis consistencysafetypada jabatan operator gondola, perusahaan akan mendapatkan keuntunganmeminimalkan resiko terjadinya kecelakaan dalam bekerja yang mengacu kepada

    perilaku consistency safetyoperator gondola, perusahaan akan mendapat kepercayaanpelanggan tetap dan memperoleh kepercayaan dari pelanggan baru karena

    mengutamakan safety sehingga keuntungan perusahaan meningkat maka kesejahteraankaryawan pun akan meningkat.

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

    suatu rancangan program safety trainingyang berbasis perilaku consistencysafetybagijabatan operator gondola di PT. GHP.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Keselamatan Kerja.Keselamatan kerja atau yang dikenal dengan istilah safety adalah upaya untuk

    menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja yangberhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan, proses pengolahan, landasan tempatkerja, lingkungan serta cara melakukan pekerjaan agar menghindarkan karyawan

    terhadap terjadinya kecelakaan kerja.Menurut Geller (1942) keselamatan kerja (safety) dapat ditinjau dari dua segi

    yaitu segi engineering/fisikal dan segi behavior/psikologis. Pada penelitian ini akandibatasi pembahasannya mengenai safety secara psikologis. Pelaksanaan safetyyang

    profesional ditanggapi dengan mengingatkan karyawan terus menerus atas resiko

    dengan pemberian memo, berita, pertemuan keselamatan, dan tanda-tanda.

    Ada tiga macam strategi intervensi safety:1. Instructional Intervention.

    Tujuannya adalah untuk memperoleh perhatian dari orang tersebut dan

    menginstruksikannya untuk bergerak dari tidak sadar (unconscious) ke kemampuan

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    5/15

    (competence). Intervensi ini akan efektif jika dilakukan secara spesifik dan satu

    lawan satu.2. Supportive Intervention.

    Intervensi ini memfokuskan pada penerapan konsekuensi positive. Ketika kita

    memberikan feedback pada perilaku safety seseorang berarti kita menunjukanpenghargaan kita atas usahanya untuk meningkatkan perbaikan atas perilaku yang

    safety.3.Motivational Intervention.

    Tujuannya adalah memotivasi orang lain untuk merubah perilakunya darikemampuan kesadaran menuju disadari. Implementasi jangka panjang darimotivasional intervensi disertai dengan dukungan yang konsisten terhadap proses

    intervensi itu dapat mengarah pada kebiasaan yang baik.

    Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh safety secarapsikologis yang menyeluruh :

    1. Mendapatkan dukungan dari manajemen.2. Membuat tim keselamatan.3. Membangun prosedur evaluasi yang valid.4. Membangun proses pendidikan & pelatihan.5. Mempertahankan perubahan budaya dengan aktivator, konsekuensi, teknik

    evaluasi, pelatihan sebagai tindak lanjut.

    6. Kesepakatan dengan pihak luar (kontraktor).7. Pemecahan masalah, penyelarasan yang baik & prosedur proses yang bervariasi.8. Memberi umpan balik konsekuensi.9. Konsekuensi yang nyata.10.Pengukuran dan evaluasi yang berkelanjutan.11.Follow-up instruction /booster session.12.Melibatkan kontraktor.13.Mengatasi masalah dan menyelaraskan dengan baik (fine tuning).

    Behavior Based Safety.

    Behavior Based Safety (Geller, 1942) merupakan aplikasi ilmu dari perilakuyang menangani permasalahan safety at work. Behavior based safety (BBS) berfokus

    kepada apa yang orang lain lakukan, kemudian menganalisa mengapa merekamelakukan hal itu dan menemukan intervensi yang tepat untuk meningkatkankemampuan orang tersebut. BBS biasanya digunakan untuk merubah perilaku pekerja

    untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Dr. Mena, seorang profesorpsikolog universitas chile (dalam Syaaf, 2007), dia berhasil mengembangkan BBS

    system yang memiliki langkah- langkah : mengidentifikasi perilaku, mengukur perilaku,intervensi dan evaluasi atau follow up. Untuk mengukur perilaku dilakukan observasiterhadap perilaku pekerja secara terus menerus.

    Kecelakaan Kerja.

    Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsurkesengajaan) dan tidak diharapkan karena mengakibatkan kerugian, baik materialmaupun penderitaan bagi pekerja yang mengalaminya.

    Langkah- langkah pencegahan kecelakaan kerja adalah :

    a. Berdoa sebelum bekerja.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    6/15

    b. Sehat jasmani dan mental.c. Memakai peralatan safety (safety body dan safety equipment).d. Teliti dalam bekerja.

    Ergonomi.Ergonomi berkaitan dengan safety, merupakan studi mendalam tentang

    hubungan antara lingkungan dan perilaku serta kemampuan untuk mengembangkanaction plan (seperti perlengkapan kerja, standar operasional yang aman, pelatihan, dsb)

    untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan dari interaksi antara lingkungandan perilaku tersebut. Lingkungan tersebut adalah lingkungan fisik dimana sesuatu yang

    berada di sekitar para pekerja yang meliputi warna, cahaya, udara, suara serta musik

    yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.(Moekijat, 1995).

    Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan fisik tempat kerjaadalah warna. Aspek warna dapat diaplikasikan dalam tempat kerja melalui permainan

    warna dalam desain baik desain peralatan, produk, atau media-media lain disekitartempat kerja seperti dinding, lantai, dan sebagainya.

    Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara arti warna dilihat dari

    sudut pandang aspek aesthetic, psychological, physiological, associative,dan symbolicdengan efek warna pada desain lingkungan kerja terhadap performansi kerja. Misalnya

    penelitian yang membuktikan bahwa warna merah cocok untuk meningkatkan

    pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi pada hal-hal yang detail yang sifatnyawaspada dan warna biru cocok untuk meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan

    kreativitas. Warna kuning menstimulasi tubuh dan pikiran, memberi kesan hati-hatisedangkan warna hijau memberikan kesan perasaan tenang(http://www.ergonomimakmur.co.cc/2011/03/pengaruh-warna-terhadap performansi.

    html).

    Gambar 1. Contoh Tanda-tanda Yang Biasa Digunakan Dalam Safety.Sumber : http://www.ergonomimakmur.co.cc/2011/03/pengaruh-warna-terhadap

    performansi. html).

    Usaha penerapan K3 mempunyai peranan penting dalam peningkatanproduktivitas kerja. Untuk itu perlu adanya suatu identitas dalam rangka

    memasyarakatkan K3. Identitas tersebut tertuang dalam keputusan menteri tenaga kerja

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    7/15

    No. KEP-1135-MEN-1987 mengenai bendera K3 (Lestari, 2000). Penjelasan mengenai

    bendera K3 tersebut adalah :

    Gambar 2. Bendera Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

    Sumber : Lestari (2000)

    Palang : bebas dari kecelakaan dan sakit akibat kerja. Roda gigi : bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani. Warna putih : bersih, suci. Warna hijau : selamat, sehat dan sejahtera. Sebelas gerigi roda : 11 Bab dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.Faktor-faktor Total Safety Cul tur e.

    Menurut Geller (1942) terdapat tiga faktor dalam total safety culture, yaitu :a. Environment Factors.

    Environment factors adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi keselamatan

    ditempat kerja, termasuk perlengkapan, peralatan, perawatan mesin, suhu dan standaroperasional prosedur.

    b. Person Factors.Person factorsadalah faktor individu yang mempengaruhi keselamatan ditempat

    kerja, termasuk sikap dan keyakinan yang berupa pengetahuan, keterampilan,

    kemampuan, inteligensi, dan motivasi dan kepribadian.c. Behavior Factors.

    Behavior factors adalah faktor perilaku yang mempengaruhi keselamatanditempat kerja, termasuk pelatihan, komunikasi, peduli secara aktif.

    Ketiga faktor itu disebut sebagai The Safety Triad yang bersifat dinamis dan

    interaktif. Perubahan pada satu faktor secara langsung akan mempengaruhi dua faktorlainnya. Berikut adalah gambar yang merepresentasikan hubungan ketiga faktor

    tersebut, yaitu :

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    8/15

    Gambar 3. Total Safety Cul tur e.

    Sumber : Geller (1942)

    Safety Training.

    Safety training adalah suatu kegiatan dimana pekerja memperoleh pengetahuan akanbahaya kecelakaan kerja, memperoleh keterampilan baru, mendidik pekerja untukmenghadapi potensi bahaya sehingga pekerja memiliki perilaku sikap kerja yang aman

    dan peduli terhadap kondisi keselamatan ditempat kerja serta dapat mempertahankanperilaku yang aman di lingkungan kerja mereka secara umum, baik di kantor maupun di

    workshop/luar lingkungan.Menurut Statt (2000) tujuan dan manfaat dari diadakannya trainingadalah :

    a. Meningkatkan produktifitas.b. Meningkatkan kualitas.c. Meningkatkan kuantitas.d. Meningkatkan semangat & moral kerja.e. Balas jasa tidak langsung.f. Meningkatkan kesehatan & keselamatan kerja.g. Kesempatan menjadi tenaga profesional.h. Kesempatan pengembangan dir i.

    Menurut Statt (2000) langkah-langkah melakukan trainingadalah :a. Training need analysis(analisa kebutuhan training).

    b. Menentukan desain training.c.

    Pengembangan training.d. Implementasi/pelaksanaan training.

    e. Mengevaluasi program training.Metode yang akan digunakan dalam program safety training yang berbasis

    consistency safetyadalah :1). Metode kuliah/ceramah, alasannya adalah metode ini memiliki tujuan untuk

    menyampaikan informasi terbaru mengenai safetyatau gagasan baru kepada pendengar,dengan sasaran intructor centered (dilaksanakan oleh instruktur) dan subject mastercentered(dirumuskan dalam bentuk topik dan konsep yang hendak diajarkan).

    2). Metode diskusi terkendali, alasannya ada diskusi untuk mengemukakan fakta, dapat

    menguji pemahaman peserta mengenai safety dan menimbulkan partisipasi dengan

    Perlengkapan,

    peralatan, perawatanmesin, suhu, standar

    prosedur operasional.

    Pengetahuan,keterampilan,

    kemampuan, inteligensi,

    motivasi, kepribadian.

    Safety

    Culture

    Person Environment

    Behavior

    Pelatihan, pengenalan,

    komunikasi, peduli

    secara aktif.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    9/15

    penyaji bertindak sebagai ketua, dengan sasaran trainee activity centered(dalam bentuk

    apa yang harus dilaksanakan oleh trainee).3). Metode sumbang saran, alasannya adalah ada diskusi spontan dari peserta untuk

    berfikir kritis mengenai pemecahan masalah mengenai safety sehingga terjadi

    pertukaran gagasan, dengan sasaran trainee activity centered (dalam bentuk apa yangharus dilaksanakan oleh trainee).

    4). Metode alat-alat modul, alasannya ada kuesioner sebagai tanggapan atas serangkaianpertanyaan yang diajukan dan menyadarkan keyakinan mereka akan safety, dengan

    sasaran intructor centered (dilaksanakan oleh instruktur) dan subject master centered(dirumuskan dalam bentuk topik dan konsep yang hendak diajarkan).

    Menurut Kirkpatrick (2006) model evaluasi pelatihan menggunakan empat level

    dalam mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi,pembela jaran, perilaku dan hasil. Keempat level dapat dirinci sebagai berikut:

    Reaksidilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang didesain agar mengetahui opinidari para peserta pelatihan mengenai program pelatihan.

    Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan padamateri pelatihan yang telah diberikan. Perilaku diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku

    peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Hasil untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secarakeseluruhan.

    Perilaku Consistency Safety.

    Perilaku consistencysafety didasarkan atas teori safety dari Geller (1942). MenurutGeller (1942) ada tiga jenis transisi perilaku, yaitu :

    1. Merubah kebiasaan yang beresiko menjadi perilaku yang konsisten.2. Merubah perilaku konsisten yang beresiko menjadi perilaku konsisten yang

    aman.

    3. Merubah perilaku konsisten menjadi kebiasaan yang selamat dan aman.Dalam peninjauan total safety culturemenurut Geller (1942) sudah melaksanakan atausudah menerapkan teori- teori tersebut.

    Operator Gondola

    Operator gondola adalah orang yang bekerja dengan mesin gondola yangmelakukan pekerjaan membersihkan kulit luar gedung, bekerja pada ketinggian,mempunyai mental serta fisik yang bagus, memiliki pengetahuan serta keahlian khusus

    dibidangnya dan telah memiliki surat ijin operasional (SIO) sebagai operator gondola dari Departemen Tenaga Kerja (depnaker).

    Modul kerja operator gondola (milik PT. GHP) mengatakan pekerja sepertioperator gondola yang bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan yang beresikotinggi. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang resiko dan peralatan

    yang menunjang pekerjaan tersebut agar dalam melakukan pekerjaan para operatorgondola dapat bekerja dengan aman.

    Dalam SOP (standard operation procedure) milik PT. GHP mengatakanuntuk pekerjaan membersihkan kaca gedung diatas ketinggian 2 meter wajib memakai :

    Mesin gondola.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    10/15

    Full body harnest. Helmet. Hand gloves. Kacamata safety. Safety shoes. Tambang.

    Sedangkan prosedur umum pekerjaan yang mengunakan mesin gondola :

    Memakai peralatan safety. Cek keranjang gondola, bersih dan nyaman. Cek kabel listrik sebelum naik keranjang gondola. Cek tambang. Cek peralatan kerja untuk pekerjaan cleaning. Jika ada masalah gondola sudah naik sampai tengah, gondola nya miring, gondola

    dimatikan dahulu, jangan panik, gondola dihidupkan lagi lalu diatur kembali

    supaya rata dan stabil.

    METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan tahapan penyusunan

    rancangan safety training antara lain melakukan analisa kebutuhan training,

    menentukan desain training, pengembangan training, implementasi/pelaksanaantrainingdan mengevaluasi program training.

    Subjek PenelitianSubjek pada penelitian ini adalah jabatan operator gondola di PT. GHP. Karena

    operator gondola PT. GHP memiliki pekerjaan membersihkan gedung bertingkat, yang

    beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dengan jumlah karyawan gondola

    sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang, yang diperbolehkan perusahaan untukmengikuti training sebanyak 25 (dua puluh lima) orang.

    Teknik Pengumpulan Data

    Peneliti menggunakan metode wawancara tatap muka untuk mendapatkan informasi

    yang diperlukan dalam menyusun program safety training ini. Pejabat yangdiwawancarai adalah general manager yaitu selaku pimpinan di PT. GHP, koordinator

    hrd, koordinator training dan operator gondola. Mereka adalah pihak manajemen danpemegang jabatan langsung yang mengetahui dan memahami tugas-tugas pekerjaanoperator gondola. Proses pengumpulan data ini berlangsung selama enam hari kerja.

    Dalam metode wawancara ini, alat yang akan digunakan adalah pedomanwawancara yang disusun peneliti berdasarkan job description operator gondola yang

    sudah ada di PT. GHP agar mendapatkan hasil wawancara yang sesuai dengan tujuanyang hendak dicapai yaitu melihat perilaku consistency safety, berdasarkan teorimengenai behavior basedsafetymenurut Geller (1942) dan langkah- langkah melakukan

    trainingmenurut Statt (2000). Behavior based safetydigunakan untuk mengumpulkaninformasi terperinci mengenai pekerjaan, sehingga karyawan akan diwawancarai secara

    mendetail mengenai perilakunya dalam bekerja, keterampilan dan pengetahuan apa sajayang dibutuhkan, apa saja hambatan dalam bekerja dan bagaimana cara mengatasinya.Dengan demikian peneliti memiliki panduan untuk melakukan wawancara kebutuhan

    training kepada pejabat yang berwenang, sehingga hasil wawancara mengarah kepada

    tujuan yang hendak dicapai.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    11/15

    Peneliti juga menggunakan pulpen dan kertas dalam proses pengambilan data

    utnuk mencatat hal-hal atau perilaku penting ketika melakukan wawancara mendalam.

    HASIL PENELITIANHasil Pelaksanaan Keselamatan Kerja PT. GHP.

    Hasil analisa pelaksanaan keselamatan kerja di PT. GHP dapat dilihat bahwa

    belum semua pelaksanaan keselamatan kerja sesuai dengan teori Geller. Yang belumdilaksanakan dan belum sesuai dengan teori Geller adalah belum menggunakan

    pendekatan perilaku manusia dalam pelaksanaan keselamatan kerjanya, belumergonomic (comprehensive ergonomic) yaitu belum menyesuaikan kondisi kerja dan

    perlengkapan kerja yang digunakan, belum sesuai cara mendesain peringatan yang

    sesuai dengan teori Geller, belum membuat perintah yang jelas, belum adanyapembuatan kode-kode dengan warna, tidak adanya laporan kecelakaan (near-miss

    reporting) padahal pernah terjadi kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan. Standar

    peralatansafety yang dimiliki oleh PT. GHP belum sesuai dengan teori Geller, sepertikelaikan mesin gondola masih jauh dari standar safety, masih sedikit pelatihan untuk

    menyampaikan informasi tentang keselamatan kerja, kemudian dorongan untukmenggunakan disiplin untuk berperilaku selamat dalam bekerja belum maksimal

    diterapkan. Belum menjalankan intervensi dengan konsekuensi dengan perilaku, belumada bentuk-bentuk reward atau imbalan yang diberikan oleh PT. GHP terhadapkaryawan, selain imbalan berupa pujian. Di PT. GHP belum mengajak seseorang untuk

    membuat komitmen mengenaisafety.Yang sudah dilaksanakan dan sesuai dengan keselamatan kerja Geller adalah

    mengikuti peraturan pemerintah (government action) mengenai pengadaan tim K3 diPT. GHP, ada pengawasan manajemen (management audit) yaitu dengan memberikan

    beberapa pelatihan kepada manajer untuk menerapkan Standard International SafetyRating (SISR). Ada manajemen stress (stress management) yaitu dengan mengajarkankepada karyawan dalam menghadapi stress kerja, sehingga tidak didapati karyawan

    yang stres. Melibatkan seluruh pekerja dalam mengurangi resiko kecelakaan kerja danada evaluasi untuk mengetahui perkembangan program keselamatan kerja. Manajemenmemberikan intervensi motivasi yaitu dengan cara memberikan motivasi kepada

    karyawan untuk berperilaku safety, sehingga komunikasi antar karyawan mendukunguntuk timbulnyasafety at work.

    Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan keselamatan kerja diPT. GHP, secara umum adalah PT. GHP belum menyentuh segi perilaku safety, dimana

    perilaku safety dianggap perlu untuk menciptakan budaya safety at work. Safetyyang

    ada di PT. GHP hanya kepada kewajiban untuk penggunaan peralatan safety. Peralatansafety juga kurang memenuhi standar safety dan tidak memenuhi ergonomi sehingga

    karyawan kurang nyaman dalam menggunakan peralatan safety. PT. GHP belum adatrainingsecara berkala, pemberian traininghanya dilakukan pada saat calon karyawanmemasuki masa orientasi kerja. Training hanya mengenai kewajiban menggunakan

    peralatansafetytanpa karyawan mengerti manfaat dari penggunaan peralatan tersebut.Namun pihak manajemen sudah berusaha untuk melakukan intervensi melalui

    komunikasi, dengan memberikan arahan mengenai safety at work dan memberikanpujian jika karyawan mengutamakan safety dalam bekerja. Pihak manajemen jugabersedia menerima masukan berupa pemberian safety training yang membahas

    mengenai perilaku safety ataupun mengenai budaya safety pada jabatan operator

    gondola yang diharapkan dapat meminimalkan kecelakaan kerja sehingga produktivitas

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    12/15

    kerja karyawan meningkat dan perusahaan mendapatkan kepercayaan dari customer

    yang ingin menggunakan jasa mereka.

    Hasil dan Pembahasan Analisa Kebutuhan Tingkat Organisasional PT. GHP.

    Berdasarkan data-data perusahaan, PT. GHP berdiri sejak tahun 1990 danbergerak dalam bidang industri jasa perawatan gedung seperti mall, apartement dan

    perkantoran. PT. GHP telah memiliki 38 klien. Untuk memberikan pelayanan yangoptimal kepada kliennya, manajemen PT. GHP memberikan training kepada

    karyawannya agar bekerja sesuai dengan visi dan misi perusahaan. PT. GHP sudahmelaksanakan training secara rutin untuk karyawan baru yaitu training orientasi

    perusahaan dan training product knowledge, untuk operator gondola yaitu safety

    trainingdalam halsafety body & equipment.PT. GHP membutuhkan sumber daya manusia (sdm) yang handal. Telah

    dilaksanakan proses rekruitmen yang ketat dan seleksi fisik untuk calon karyawan,proses pelatihan sik ap, kemampuan teknis dan manajerial untuk calon supervisordan

    sudah terdapat penilaian kinerja/jalur kerja. Sehingga proses kenaikan jabatan, promosi,mutasi ataupun resignsudah terdapat pengaturan administrasinya.

    Kebutuhan perusahaan akan sumber daya manusia yang handal menjadikan

    pelayanan PT. GHP berkualitas, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan.PT. GHP menerima perbaikan didalam perusahaan demi mendapatkan kualitas sdmyang sesuai dengan visi, misi dan nilai-nilai perusahaan. Maka perlu diadakan

    penambahansafety trainingdalam hal perilaku consistency safetybagi operator gondolaagar operator gondola menyadari pentingnya bekerja dengan safety dan memiliki

    inisiatif untuk bertindak safety tanpa harus diberikan instruksi dan diawasi olehatasan/supervisor. Jika operator gondola bekerja dengan safety maka resiko kecelakaankerja menjadi nol sehingga nama perusahaan menjadi baik dan customer banyak yang

    menggunakan jasa PT. GHP, perusahaan menjadi berjaya dan kesejahteraan karyawanmeningkat.

    Hasil dan Pembahasan Analisa Kebutuhan Tingkat Jabatan PT. GHP.Berdasarkan data-data perusahaan, operator gondola PT. GHP memiliki

    pekerjaan membersihkan gedung bertingkat, yang beresiko terhadap terjadinyakecelakaan kerja seperti terjatuh atau tersetrum. Untuk mengurangi kecelakaan kerja,

    PT. GHP telah memberikan operator gondola pelatihan safety training body danequipment. Operator gondola PT. GHP telah memiliki SOP namun dalam

    pelaksanaannya terkadang membutuhkan pengawasan dari supervisor. Maka itu, safety

    trainingyang berbasis perilaku consistencysafetyperlu diadakan agar dalam pelaksaankerja, operator gondoladisiplin menjalankan SOP.

    Hasil Rancangan Program Safety Training Yang Berbasis Perilaku ConsistencySafetyPada Jabatan Operator Gondola di PT. GHP.

    TUJUAN PELATIHAN

    1. Memiliki pengetahuan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.2. Menimbulkan kebiasaan untuk berperilaku safety.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    13/15

    3. Memahami ancaman resiko/bahaya kecelakaan di tempat kerja.4. Menggunakan langkah pencegahan kecelakaan kerja.

    PESERTA DAN WAKTU

    Peserta pelatihan : 25 operator gondola PT. GHP.

    Perkiraan waktu : 120 menit x 3 sesi pertemuan.

    METODE

    1. Penyampaian

    Metode yang digunakan dalam penyampaian trainingini adalah melalui :

    a. Teori/penyajian materi berupa kuliah/ceramah.b. Diskusi.c. Sumbang saran.d. Analisa kasus.e. Alat-alat berupa gambar.

    2. Evaluasi

    a. Pre test dan post test.

    b. Observasi pekerjaan.

    b. Kuesioner.

    MATERI

    1. Faktor-faktor dalam total safety culture. (waktu : 15 menit)2. Teori behavior based safety. (waktu : 15 menit)3. Cara untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja. (waktu : 15 menit)4. Langkah pencegahan kecelakaan kerja. (waktu : 15 menit)5. Bahan pre test dan post test. (waktu : @30 menit)6. Bahanfocus group disscussion. (waktu : 30 menit)7. Bahan analisa kasus. (waktu : 30 menit)

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    14/15

    KESIMPULAN DAN SARAN

    KesimpulanBerdasarkan hasil analisa kebutuhan training (training need analysis) PT. GHP

    untuk mengetahui kebutuhan karyawannya akan pengadaan training terutama padajabatan operator gondola, maka telah berhasil disusun rancangan program safetytrainingyang berbasis perilaku consistency safetypada jabatan operator gondola di PT.

    GHP.Adapun simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

    1. Analisa Pelaksanaan keselamatan kerja di PT. GHP, mencakup pendekatankeselamatan kerja, teori keselamatan kerja, total safety, resiko yang dirasa,adanya stres/distres, perilaku kritis, analisa terhadap perilaku selamat,

    intervensi, intervensi dengan konsekuensi, bentuk rewards/imbalan,intervensi dengan percakapan yang mendukung, kepedulian aktif, faktor

    pendukung kepedulian aktif, meningkatkan perilaku peduli aktif,

    meningkatkan kinerja tim, evaluasi peningkatan, memperoleh danmemelihara keterlibatan.

    2. Analisa kebutuhan training (training need analysis) PT. GHP mencakupanalisa kebutuhan tingkat organisasional dan analisa kebutuhan tingkat

    jabatan pada PT. GHP.3. Penyusunan kompetensi jabatan operator gondola PT. GHP mencakup

    keterampilan yang dibutuhkan, pengetahuan/pelatihan yang dibutuhkan dan

    attitude/kepribadian4. Rancangan programsafety trainingyang berbasis perilaku consistency safety

    pada jabatan operator gondola di PT. GHP mencakup pendahuluan, tujuantraining, peserta dan waktu training, metode training, materi training,

    ringkasan alur sesi training dan lampiran-lampiran (yang tertuang dalamhalaman lampiran).

    5. Evaluasi program safety trainingyang berbasis perilaku consistency safetypada jabatan operator gondola di PT. GHP mencakup evaluasi per sesi,evaluasi akhir pelatihan, evaluasi materi training, evaluasi panitia, evaluasioleh atasan dan pre test post test.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian serta memperhatikan penjabaran di bagian-bagian

    sebelumnya, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:1. Kepada pihak manajemen PT. GHP disarankan untuk :

    a. Menjalankan program safety trainingyang berbasis perilaku consistencysafetykepada karyawan baru operator gondola.

    b. Memberikan program safety trainingyang berbasis perilaku consistencysafetykepada atasan/supervisor operator gondola supaya atasan memilikikesamaan pemahaman dan pengetahuan mengenai perilaku consistency

    safety.c. Melakukan evaluasi per tiga bulan untuk melihat perubahan perilaku

    safetyoperator gondola.

  • 5/23/2018 15049-44380-1-PB (1)

    15/15

    d. Melengkapi peralatan safety sesuai standar dari depnaker yang belumdisediakan oleh perusahaan agar mengurangi resiko terjadinyakecelakaan kerja.

    e. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan operatorgondola sesuai dengan total safety culture.

    2. Kepada peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan standarisasi guna

    memperkuat keabsahan program safety training yang berbasis perilakuconsistency safety pada jabatan operator gondola di PT. GHP dan dibedakan

    untuk customerdengan bisnis mall, apartment dan perkantoran sehingga sasarantrainingdapat lebih efektif, karena peralatan safety untuk ketiga bisnis customertersebut dapat berbeda-beda dan penanganan kecelakaan kerjanya pun berbeda.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arif. Gondolaman. Diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari http://gondolaman-

    bi.blogspot.com/.Geller, E.S. 1942. The Psychology of Safety Handbook. United States of America:

    Lewish Publisher.Heinrich. B. 1990. Wildlife Rescue. Boston : Joy Streets Books.

    Indopos. Terbit Kamis 25 Maret 2010 hal. 10. Jakarta.Kirkpatrick, D.L. dan Kirkpatrick, J.D., 2006.Evaluating Training Programs: The Four

    Levels. San Fransisco : Berrett-Koehler Publishers, Inc.

    Moekijat. 1995. Tata Laksana Kantor. Bandung : Mandar Maju.Statt, D. 2000. Using Psychology in Management Training : The Psychological

    Foundation of Management Skills. London : Routledge.http://www.ergonomimakmur.co.cc/2011/03/pengaruh-warna-terhadap performansi.

    html.