1682 1132-1-pb

9
ASPEK KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA KEMATIAN NEONATAL AKIBAT ASFIKSIA LAHIR SEBELUM DAN SETELAHINTERVENSI MANAJEMEN ASFIKSIA DI KABUPATEN CIREBON Pregnancy and Delivery Aspect Of Neonatal Death Caused By Birth Asphyxia Before and After Asphyxia Management Intervention In Cirebon District Dwi Hapsari Tjandrarini* dan Sarimawar Djaja* Abstract. Birth asphyxia is one of the mayor causes of neonatal death in Indonesia. Management resuscitation training for village midwives in Cirebon district has successfully decreased the neonatal mortality rate caused by asphyxia. The purpose of this study is to get information about the relation between neonatal death caused by asphyxia and post asphyxia management training intervention for village midwives in Cirebon district.Total sample number was 215 death cases for baseline survey and 264 death cases for evaluation survey. Verbal autopsy method has been applied with the same population that is mothers who had neonatal death history before and after the training for the village midwives about the asphyxia newborn baby management intervention. Villages were chosen by using stratified random sampling. Data analysis using bivariate, to find out the relation between independent variable (newborn death babies cause by asphyxia) and dependent variable (mother's characteristic, pregnant history, ANC, delivery process, birth attendant, various preventions done by birth attendant to make the newborn babies healthy). Bivariate analysis result showed that the factors related to the decrease of neonatal death caused by asphyxia in relation with intervention of post asphyxia training management was preventive efforts by birth attendant to make the newborn babies healthy. The effort made were make clearing the airway, drying the baby, rubbing the baby's backbones, swaddling the baby, putting the baby on the mother breast, warming the baby, except for the baby put into the incubator and given oxygen. Those prevention efforts that had been done by professional birth attendant should be maintained to decrease the neonatal death caused by asphyxia. Keywords: Neonatal death, asphyxia management, pregnancy PENDAHULUAN Kondisi/penyakit pada bayi baru lahir yang menyebabkan kematian di Indonesia umumnya spesifik yaitu prematuritas dan gangguan pertumbuhan, gangguan pernapasan, infeksi, dan jaundice (Sarimawar, 2003; Badan Litbangkes, 2007). Kondisi/penyakit tersebut berhubungan erat dengan faktor intrinsik selama bayi tersebut dikandung (Milsom I., 2002; Chen ZL, 2009). Bayi yang mengalami asfiksia lahir biasanya berkaitan dengan kondisi medis pada bayi itu sendiri (direct medical causes of death) seperti asfiksia dan cedera lahir, infeksi, lahir cacat, dan lainnya. Selain penyebab langsung, ada faktor penyebab dasar kematian yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan, yaitu perawatan yang tidak adekuat selama kehamilan, persalinan, dan perawatan postpartum dan bayi baru lahir (Lawn, 2001). Deklarasi Millenium Development Goals menyepakati target penurunan kematian ibu dan bayi, yaitu pada tahun 2015 angka kematian bayi (AKB) harus turun dua per tiganya dari keadaan pada tahun 1990 (Dean T. Jamison, et al 2006). Kematian neonatal mempunyai kontribusi terhadap besaran AKB. Di Indonesia, angka kematian neonatal 20 per 1000 KH (SDKI 2003), berarti setiap jam terjadi 10 kematian neonatal. Dari hasil survei kematian bayi baru lahir di Kabupaten Cirebon menunjukkan 88 persen kematian neonatal adalah kematian neonatal dini (0-7 hari) dan asfiksia lahir merupakan salah satu penyebab kematian yang terbanyak (Sarimawar, 2005). Departemen Kesehatan bersama- sama Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Program for Appropriate Technology in Health (PATH), dan Save the Children telah melaksanakan program intervensi untuk meningkatkan kesehatan bayi baru lahir yang dilakukan selama kurang lebih enam bulan di tahun 2004. Intervensi tersebut berupa pelatihan manajemen asfiksia untuk seluruh bidan di desa (BDD) agar mereka mampu menangani kasus asfiksia pada bayi baru * Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan 1057

Upload: yabniel-lit-jingga

Post on 16-Jul-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1682 1132-1-pb

ASPEK KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA KEMATIAN NEONATALAKIBAT ASFIKSIA LAHIR SEBELUM DAN SETELAHINTERVENSI

MANAJEMEN ASFIKSIA DI KABUPATEN CIREBON

Pregnancy and Delivery Aspect Of Neonatal Death Caused By Birth AsphyxiaBefore and After Asphyxia Management Intervention In Cirebon District

Dwi Hapsari Tjandrarini* dan Sarimawar Djaja*

Abstract. Birth asphyxia is one of the mayor causes of neonatal death in Indonesia. Managementresuscitation training for village midwives in Cirebon district has successfully decreased the neonatalmortality rate caused by asphyxia. The purpose of this study is to get information about the relationbetween neonatal death caused by asphyxia and post asphyxia management training intervention for villagemidwives in Cirebon district.Total sample number was 215 death cases for baseline survey and 264 deathcases for evaluation survey. Verbal autopsy method has been applied with the same population that ismothers who had neonatal death history before and after the training for the village midwives about theasphyxia newborn baby management intervention. Villages were chosen by using stratified randomsampling. Data analysis using bivariate, to find out the relation between independent variable (newborndeath babies cause by asphyxia) and dependent variable (mother's characteristic, pregnant history, ANC,delivery process, birth attendant, various preventions done by birth attendant to make the newborn babieshealthy). Bivariate analysis result showed that the factors related to the decrease of neonatal death causedby asphyxia in relation with intervention of post asphyxia training management was preventive efforts bybirth attendant to make the newborn babies healthy. The effort made were make clearing the airway,drying the baby, rubbing the baby's backbones, swaddling the baby, putting the baby on the mother breast,warming the baby, except for the baby put into the incubator and given oxygen. Those prevention effortsthat had been done by professional birth attendant should be maintained to decrease the neonatal deathcaused by asphyxia.

Keywords: Neonatal death, asphyxia management, pregnancy

PENDAHULUAN

Kondisi/penyakit pada bayi barulahir yang menyebabkan kematian diIndonesia umumnya spesifik yaituprematuritas dan gangguan pertumbuhan,gangguan pernapasan, infeksi, dan jaundice(Sarimawar, 2003; Badan Litbangkes, 2007).Kondisi/penyakit tersebut berhubungan eratdengan faktor intrinsik selama bayi tersebutdikandung (Milsom I., 2002; Chen ZL,2009). Bayi yang mengalami asfiksia lahirbiasanya berkaitan dengan kondisi medispada bayi itu sendiri (direct medical causesof death) seperti asfiksia dan cedera lahir,infeksi, lahir cacat, dan lainnya. Selainpenyebab langsung, ada faktor penyebabdasar kematian yang berkaitan dengan sistempelayanan kesehatan, yaitu perawatan yangtidak adekuat selama kehamilan, persalinan,dan perawatan postpartum dan bayi baru lahir(Lawn, 2001).

Deklarasi Millenium DevelopmentGoals menyepakati target penurunankematian ibu dan bayi, yaitu pada tahun 2015

angka kematian bayi (AKB) harus turun duaper tiganya dari keadaan pada tahun 1990(Dean T. Jamison, et al 2006). Kematianneonatal mempunyai kontribusi terhadapbesaran AKB. Di Indonesia, angka kematianneonatal 20 per 1000 KH (SDKI 2003),berarti setiap jam terjadi 10 kematianneonatal. Dari hasil survei kematian bayibaru lahir di Kabupaten Cirebonmenunjukkan 88 persen kematian neonataladalah kematian neonatal dini (0-7 hari) danasfiksia lahir merupakan salah satu penyebabkematian yang terbanyak (Sarimawar, 2005).

Departemen Kesehatan bersama-sama Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon,Program for Appropriate Technology inHealth (PATH), dan Save the Children telahmelaksanakan program intervensi untukmeningkatkan kesehatan bayi baru lahir yangdilakukan selama kurang lebih enam bulan ditahun 2004. Intervensi tersebut berupapelatihan manajemen asfiksia untuk seluruhbidan di desa (BDD) agar mereka mampumenangani kasus asfiksia pada bayi baru

* Peneliti pada Puslitbang Ekologi & Status Kesehatan

1057

Page 2: 1682 1132-1-pb

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1057 - 1065

lahir. Untuk mendukung kegiatan tersebut,telah dilakukan dua kali survei yaitu surveidata dasar untuk mendapatkan gambaranstatus kesehatan bayi baru lahir (sebelumpelatihan) dan survei evaluasi (setelahpelatihan), untuk menilai apakah terjadipenurunan kejadian kematian bayi baru lahiryang merupakan indikator keberhasilanpenanganan asfiksia oleh bidan di desa.Bidan di desa dipilih karena merekamerupakan ujung tombak pelayananpertolongan persalinan ibu di perdesaan dankematian bayi baru lahir di KabupatenCirebon cukup tinggi.

Hasil survei menunjukkanmanajemen resusitasi yang diajarkan kepadabidan desa berhasil menurunkan angkakematian neonatal karena asfiksia(Sarimawar, 2009). Dari survei sebelum dansetelah intervensi dilakukan analisis lebihlanjut untuk mengetahui hubungan kejadiankematian bayi karena birth asfiksia denganintervensi pasca pelatihan manajemenasfiksia pada bidan di desa di KabupatenCirebon, pada tahun 2005.

BAHAN DAN CARA

Survei bersifat crossectionaldilakukan pada ibu-ibu yang mempunyaibayi neonatal yang telah meninggal. Setiapibu yang mempunyai neonatal yangmeninggal dilakukan autopsi verbal (AV)sebelum dan setelah intervensi pelatihanbidan di desa mengenai manajemen asfiksiabayi baru lahir. Survei sebelum intervensidilakukan pada Februari 2004 denganperiode wawancara riwayat kematian selama1 tahun, sehingga diperoleh data penyebabkematian neonatal dalam kurun waktuFebruari 2003 sampai dengan Januari 2004.Survei setelah intervensi dilaksanakan padaOktober 2005 sehingga diperoleh datapenyebab kematian neonatal dalam kurunwaktu Oktober 2004 sampai denganSeptember 2005. Pelatihan manajemenasfiksia pada bayi baru lahir dilaksanakanpada bulan Februari 2004 sampai denganSeptember 2004.

Jumlah kasus kematian neonatalyang diperoleh sebanyak 215 kasus darisurvei data dasar (Sarimawar, 2005) dan 264dari survei evaluasi (Sarimawar, 2009).

Pemilihan desa dilakukan secara stratifiedrandom sampling. Desa yang terpilih padasurvei data dasar berjumlah 105 desa dandesa tersebut dipilih kembali pada surveievaluasi, dengan penambahan 59 desa barupada survei evaluasi guna mencukupi jumlahkasus kematian neonatal.

Analisis data univariat dilakukanuntuk mendapatkan distribusi masing-masingvariabel terhadap kematian neonatal karenaasfiksia sebelum dan sesudah intervensi, dananalisis bivariat dengan uji regresi logistiksederhana untuk mengetahui hubungan antarvariabel bebas dan terikat. Variabel yangdiikut sertakan dalam analisis bivariat adalahvariabel yang secara substansi diduga erathubungannya dengan variabel terikat.Variabel terikat adalah bayi baru lahir yangmeninggal karena asfiksia setelah intervensi.Variabel bebas adalah variabel karakteristikibu, riwayat dan pemeriksaan kehamilan(ANC), proses persalinan, penolongpersalinan, jenis-jenis perlakuan penolongpersalinan terhadap bayi baru lahir,kunjungan neonatal (KN).

Limitasi dalam penelitian ini adalahjumlah desa yang diambil dari ke dua surveitidak sama. Jadi kondisi kematian sebelumintervensi pelatihan bidan pada desa yangtidak diambil pada survei pertama tidakdiketahui. Seluruh variabel bersifat kategorimaka analisis ini hanya membandingkanproporsi kejadian kematian bayi akibat birthasfiksia sebelum dan sesudah intervensipelatihan bidan. Dalam hal ini, tidak dapatmelihat faktor-faktor yang berperan dalamperubahan kejadian kematian akibat birthasfiksia setelah intervensi pelatihan bidan.

HASIL

Analisis ini melihat danmembandingkan kejadian sebelum dansetelah intervensi. Faktor-faktornya dibagidalam lima kelompok yaitu: a. karakteristikibu dan riwayat kehamilan, b. prosespersalinan, c. penolong persalinan, d. jenis-jenis perlakuan penolong persalinan terhadapbayi, e. kunjungan neonatal.

Tabel 1 memperlihatkan faktor-faktor karakteristik ibu dan pemeriksaankehamilan dengan kejadian asfiksia lahir.Pada kelompok bayi yang dilahirkan tunggal

1058

Page 3: 1682 1132-1-pb

Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)

persentase kejadian asfiksia lahir lebihbanyak setelah intervensi. Berbeda denganjumlah bayi yang dilahirkan lebih dari satu.Pada kelompok umur berisiko (< 20 tahun

dan > 34 tahun) untuk melahirkan, persentaseasfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelumintervensi.

Tabel 1. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Karakteristik Ibu dan PemeriksaanKehamilan (ANC)

Tempat ANC

Jumlah bayi yang dilahirkan12-34+

Umur ibu saat melahirkan<20th20-34 th35+ th

Jumlah anak masih hiduptidak ada1-23+

Pemeriksaan kehamilan (ANC)baik (>=4 kali & 5T)kurang baiktidak anc

ANC di Rumah sakitYaTidak

ANC di PuskesmasYaTidak

ANC di Praktek dokterYaTidak

ANC di Praktek bidanYaTidak

ANC di PolindesYaTidak

ANC di DukunYaTidak

Asfiksia lahirsblm setelah intervensiintervensi , ...

(n=40) (n=43)

%

40.035.025.0

15.072.512.5

42.540.017.5

5.092.5

2.5

7.792.3

51.348.7

20.579.5

28.271.8

69.230.8

30.869.2

%

58.125.616.3

9.379.111.6

65.116.318.6

20.972.1

7.0

5.095.0

70.030.0

17.582.5

37.562.5

60.040.0

27.572.5

Total (n=83)

%

49.430.120.5

12.075.912.0

54.227.718.1

13.381.94.8

6.393.7

60.839.2

19.081.0

32.967.1

64.635.4

29.170.9

n

412517

106310

452315

1168

4

574

4831

1564

2653

5128

2356

Ibu dengan riwayat masih ada anakyang hidup sejumlah 1-2 orang, kejadianasfiksia lahir lebih banyak terjadi sebelumintervensi daripada setelah intervensi. Ibu

yang melakukan ANC di Rumah Sakit danPraktek Dokter terjadi penurunan kejadiankematian akibat asfiksia lahir.

1059

Page 4: 1682 1132-1-pb

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009:1057 -1065

Tabel 2. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Proses Persalinan

Asfiksia lahirsblm -_ i /-—OON

Proses Persalinan intervensi setelah intervensi (n=43)(n=40)

% % % nCara melahirkan, dengan

operasi caesarvakum ekstraktornormal tanpa alatbantu

Proses persalinanNormalSangat cepatLama/ sulit

Tindakan induksitidakya

Trauma kelahirantidak adaadatidak tahu

Perut ibu diuruttidak pernahpernah

Tali pusat dipotongdengan

guntingsilet/pisau/bambutidak tahu

Tali pusat dipotong, diberiAlcohol/ betadineramuan daun/ tidaktahutidak diberi apa-apa

2.55.0

92.5

45.022.532.5

72.527.5

85.012.52.5

47.552.5

92.55.02.5

45.0

32.522.5

7.07.0

86.0

30.232.637.2

76.723.3

83.714.02.3

46.553.5

95.30.04.7

23.3

23.353.5

4.86.0

89.2

37.327.734.9

74.725.3

84.313.32.4

47.053.0

94.02.43.6

33.7

27.738.6

45

74

312329

6221

70112

3944

7823

28

2332

Menurut variabel proses persalinan,kejadian kematian karena asfiksia lahirterlihat menurun setelah intervensi padakelompok yang melahirkan normal tanpa alatbantu. Pada faktor pemberian obat pada talipusat setelah dipotong yang tidak diberi

ramuan apapun, persentase kematian akibatasfiksia lahir terlihat menurun padakelompok yang anak yang tali pusatnyadipotong dan diberi alkohol atau betadine(Tabel 2).

1060

Page 5: 1682 1132-1-pb

Aspek Kehamilan dan Persalinan...(Dwi Hapsari & Sarimawar)

label 3. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Penolong Persalinan

Asfiksia lahir

Penolong Persalinan

Dokter sbg penolong pertamaDokter sbg penolong terakhirBidan/perawat sbg penolong pertamaBidan/perawat sbg penolong terakhirDukun sbg penolong pertamaDukun sbg penolong terakhirLainnya sbg penolong pertamaLainnya sbg penolong terakhir

sblmintervensi

(n=40)%

5.017.560.062.545.027.5

5.05.0

setelahintervensi

(n=43)%

7.025.660.555.832.620.9

0.00.0

Total (n=83)

% n

6.021.760.259.038.624.12.42.4

5185049322022

Pada tabel 3 menunjukkan hasilanalisis dari faktor penolong persalinan.Terjadi penurunan persentase kejadiankematian akibat asfiksia lahir justru padapenolong persalinan yang bukan tenagakesehatan setelah intervensi.

Tabel 4 menunjukkan bahwa terjadipenurunan persentase kematian karenaasfiksia lahir yang dilakukan oleh penolongpersalinan terhadap bayi baru lahir yangsesuai dengan prosedur pemeliharaan bayi(pembersihan jalan nafas, bayi dimandikan,bayi dikeringkan, bayi digosok, bayidibedong/dibungkus), kecuali bayi yangdimasukkan ke inkubator dan atau diberioksigen.

Kunjungan neonatal (KN)merupakan program pendampingan bidan didesa terhadap ibu dan bayi yang baru lahir,dimana mereka memeriksa kesehatan bayibaru lahir, memberikan nasehat cara merawatbayi, meningkatkan ASI, menjaga kesehatanibu setelah melahirkan. Tujuan darikunjungan neonatal ini juga memantaukondisi bayi sampai dengan 15 hari. Padatabel 5 terlihat ada penurunan kejadianasfiksia lahir pada kunjungan neonatal keduayang dilakukan pada hari ke 8-15.

PEMBAHASAN

Penanganan problem kematian bayibaru lahir karena asfiksia lahir di Indonesiamemerlukan suatu penyelesaian yangkomprehensif. Apabila kita mengacu padakonsep kerangka kerja Lawn (2001) makaada dua hal yang perlu dicermati yaitupenyebab dasar kematian yang disebabkanoleh keterlambatan akses untuk memperolehtindakan preventif dan perawatan yangberkualitas, serta penyebab kematianfundamental yaitu berapa besar status ibudan bayi baru lahir menurut sudut pandangkeluarga, masyarakat, tenaga kesehatan,pemerintah daerah dan sektor lain yangterkait.

Departemen Kesehatan sendiri telahmenaruh perhatian secara global terhadapmasalah ibu dan bayi, sejak dicanangkannyaprogram safe motherhood pada tahun 1988,dilanjutkan dengan mendidik danmenempatkan bidan di desa pada tahun 1990-1996. Peraturan Menteri Kesehatan yangdikeluarkan pada tahun 1996 memberikankewenangan yang lebih besar kepada bidanuntuk memberikan pertolongan pertama padakasus obstetri dan neonatus, sera peningkatanprasarana Puskesmas untuk penangananrisiko tinggi (PONED) dan rumah sakit untukPONEK (DepKes, WHO, 2000)

1061

Page 6: 1682 1132-1-pb

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1057 - 1065

Tabel 4. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Tindakan Penolong Persalinan

Asfiksia lahir

Yang dilakukan bidan/dokter setelah sblm intervensimenolong persalinan (n=40) intervensi

(n— 4Jj

Total(n=83)

% % % nMencuci tangan

YaTidakTidak tahu

Jalan nafas dibersihkanYaTidakTidak tahu

Bayi dimandikanYaTidakTidak tahu

Bayi dikeringkanYaTidakTidak tahu

Bayi digosokYaTidakTidak tahu

Bayi dibedongYaTidakTidak tahu

Bayi diletakkan di dadaYaTidakTidak tahu

Bayi dihangatkanYaTidakTidak tahu

Bayi dimasukkan dim inkubatorYaTidakTidak tahu

Bayi diberi oksigenYaTidakTidak tahu

Bayi diberi ASIYaTidakTidak tahu

55.015.030.0

60.027.512.5

22.562.515.0

72.510.017.5

45.037.517.5

80.012.57.5

22.567.510.0

40.052.57.5

10.072.517.5

15.070.015.0

2.590.0

7.5

53.52.3

44.2

51.24.7

44.2

7.058.134.9

65.10.0

34.9

27.918.653.5

67.42.3

30.2

18.651.230.2

34.937.227.9

37.232.630.2

39.530.230.2

0.076.723.3

54.28.4

37.3

55.415.728.9

14.560.225.3

68.74.8

26.5

36.127.736.1

73.57.2

19.3

20.559.020.5

37.344.618.1

24.151.824.1

27.749.422.9

1.283.115.7

457

31

461324

125021

574

22

302330

616

16

174917

313715

204320

234119

16913

1062

Page 7: 1682 1132-1-pb

Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)

Tabel 5. Persentase Kejadian Asfiksia Lahir menurut Kunjungan Neonatal

Kunjungan Neonatal

kunjungan neonatal 11-2 hari3-7 hari

Asfiksia lahirsblm setelah

intervensi intervensi(n=40) (n=43)

% %

88.9 89.511.1 10.5

Total (n=83)

% n

89.3 2510.7 3

kunjungan neonatal 2tdk kn21-7 hari8-15 hari

88.90.011.1

78.921.10.0

82.114.33.6

2341

Di kabupaten Cirebon, kematian bayikarena asfiksia lahir sebesar 45 persen, dan90 persen dari kasus tersebut dapatdiintervensi dengan melakukan resusitasi.Data Riskesdas 2007 menunjukkan bahwaasfiksia menduduki urutan pertama sebagaipenyebab kematian (36 persen) pada bayibaru lahir (0-6 hari). Hasil pelatihanmanajemen asfiksia pada bidan desa telahberhasil menurunkan angka kematianneonatal secara signifikan dari 12.6 menjadi8.6 per 1000 KH. Hal ini membuktikanbahwa bidan desa di kabupaten Cirebonmampu melakukan pertolongan pertama padaneonatus dengan asfiksia lahir (Sarimawar,2009; Iwan Ariawan).

Bayi yang meninggal yang dilahirkandi rumah di kabupaten Cirebon sebesar 58persen. Keterlambatan penanganan bayidengan kasus asfiksia akan lebih mungkinterjadi di rumah dibandingkan bayi yang lahirdi fasilitas kesehatan. Cara melakukandiagnosis dini gawat janin dapat dilakukanoleh bidan dengan melakukan pemeriksaanauskultasi/dopler, dengan memperhatikantimbulnya denyut takhikardia ataubradikardia (Low JA, 1997). Ada beberapafaktor penyebab asfiksia lahir yang timbulsecara akut (Wiknjosastro GH, 1997) yaitutidak terdeteksi pada waktu dilakukanpemeriksaan kehamilan, seperti tali pusarmenumbung. Penyebab lainnya adalahkompresi tali pusat yang biasanya sulitdideteksi secara cepat oleh petugaskesehatan. Pada setiap proses persalinanpemeriksaan denyut jantung janin perludipantau dengan seksama. Pada bayi yanglahir, dua variabel nilai Apgar (pernapasan

dan denyut jantung bayi) dipakai sebagaiindikator terjadinya asfiksia/hipoksia(Pusponegoro TS, 1997). Apabila bidanmampu melakukan pendeteksian secara baik,maka keterlambatan penanganan atau rujukandapat dihindari. Untuk kasus asfiksia yangterjadi saat lahir, maka ketepatan dankecermatan melakukan manajemen asfiksiasangat menentukan kelangsungan hidup bayibaru lahir.

Demikian pula gangguan nutrisi padaibu hamil serta anemi kronik memberikontribusi terhadap timbulnya gawat janindengan gejala asfiksia (Wiknjosastro GH,1997). Dalam menghadapi masalah gawatjanin/asfiksia, tenaga kesehatan dalam hal inibidan di desa perlu memahami jenis asfiksiadan mengenal faktor risiko pada setiapkehamilan yang dapat mengakibatkan gawatjanin. Deteksi ini dapat dilakukan pada saatmelakukan pemeriksaan kehamilan. Padaumumnya deteksi yang dilakukan dengancermat akan menurunkan kejadian asfiksialahir, walaupun hubungan tersebut tidakbermakna. Bayi yang dilahirkan denganasfiksia lahir namun selamat, makakemungkinan menderita penyakit degeneratifpada kehidupan selanjutnya (Osmond C,1993), oleh sebab itu faktor-faktor risikoyang menimbulkan kelahiran bayi denganasfiksia lahir harus dicegah.

Pada pelatihan manajemen asfiksia,bidan desa juga diberikan pelatihanpenyegaran pemeriksaan kehamilan,pertolongan persalinan, perawatan postpartum dan nifas secara komprehensif.Berdasarkan analisis bivariat dari penelitian

1063

Page 8: 1682 1132-1-pb

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3. September 2009:1057 -1065

ini menunjukkan bahwa faktor yangberhubungan dengan penurunan kematianneonatal karena asflksia lahir dengan adanyaintervensi pasca pelatihan manajemenasflksia adalah peningkatan perlakuanbidan/dokter kepada bayi segera setelah lahiryaitu jalan nafas dibersihkan, bayidimandikan, bayi dikeringkan, bayi digosok,bayi dibedong, bayi diletakkan di dadaibunya, bayi dihangatkan. Cara perawatanbayi yang kurang tepat dapat memicutimbulnya hipothermi yang dapatmenyebabkan kematian. Cara perawatanbayi baru lahir dianjurkan untuk tidakmemandikannya, tetapi dikeringkan dandibedong. Perawatan cara kangurumerupakan teknologi sederhana yang cukupefektif untuk membantu bayi dengan beratbadan lahir rendah dalam meningkatkan danmempertahankan suhu tubuh.

Sedangkan peningkatan kematianbayi dengan asflksia lahir setelah tindakanmemasukkan dalam inkubator, dan memberioksigen merupakan kasus asflksia beratbersama-sama dengan prematuritas danhipothermi yang ditangani oleh dokter dirumah sakit sebagai kasus rujukan. Hal inimenunjukkan bahwa tindakan tenagakesehatan merupakan suatu upaya preventifyang berkualitas dan seyogyanya terusdipertahankan untuk meminimalkanpenyebab dasar kematian yang diakibatkankarena sistem pelayanan kesehatan yanglemah. Menurut data sebelumnya, dari 58%bayi neonatal ylng mengalami gangguanpernapasan, 42% nya adalah bayi denganasflksia lahir yang dapat diintervensi denganmelakukan resusitasi (Sarimawar, 2005). Halyang menjadi tantangan adalah menjaga agarpenatalaksanaan asflksia dapat dilanjutkandan diterapkan dengan baik, mengingatsebagian besar dari persalinan bukan difasilitas kesehatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor-faktor yang terlihatmempunyai peran penurunan kematianneonatal karena asflksia lahir dengan adanyaintervensi pasca pelatihan manajemenasflksia adalah peningkatan perlakuanbidan/dokter terhadap bayi segera setelahlahir untuk memelihara kesehatan bayi yaitujalan nafas dibersihkan, bayi dikeringkan,

bayi digosok, bayi dibedong, bayi diletakkandi dada ibunya, bayi dihangatkan.

Berdasarkan hasil penelitian ini,disarankan untuk lebih meningkatkankualitas dan kuantitas pelatihan. Pelatihantidak hanya ditujukan kepada bidan di desa,tetapi juga kepada dukun. Hal ini disebabkankarena dukun masih mempunyai peran yangbesar terhadap pertolongan persalinan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih ditujukankepada PATH yang telah mempercayakanpelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbangkes, DepK.es (2008). Laporan HasilRiset Kesehatan Dasar (RISKESDAS^Indonesia-Tahun 2007. Kematian menurutkelompok umur; p.278-279.

Badan Pusat Statistik-Statistics Indonesia (BPS),National Family Planning CoordinatingBoard, Ministry of Health, ORC Macro(2003). Indonesia Demographic and HealthSurvey 2002-2003. Calverton, Maryland:BPS and ORC Macro.

Chen ZL, He RZ, Peng Q, Guo KY, Zhang YQ, YuanHH, Liu JX., (2009). Prenatal risk factors forneonatal asflksia: how risk for each?Department of Neonatology, Women andChildren's Health Care Hospital ofDongguang, Dongguang, Guangdong523002, China. [Cited 2009 April 28].Available fromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gOV/pubmed/i 92929-47?ordinalpos=6&itool=Entrez.Svstem2.PEntrez.Pubmed.PubmedResultsPanel.Pubmed

DefaultReportPanel.Pubmcd RVDocSum:Zhongguo Dang Dai Er Ke Za Zhi. [Articlein Chinese, czl350(a).vahoo.com.cn.]Mar;ll(3):161-5. Links

Dean T. Jamison, et al (2006). Maternal and NeonatalHealth. Cost-Effective Strategies for theExcess of Burden of Diseases in theDeveloping Countries. Priorities in Health.Diseases Control Priorities Project TheWorld Bank Group, [cited 2009 March 28].Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/bv.fcgi?rid=dcp2.section.3815

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, WHO(2000). Kehamilan adalah Berkah. PastikanA man dan Selamat!

Iwan Ariawan, Mardiana Agustini, Yancy Seamans,Vivien Tsu, James T Litch, M. SholehKosim. Managing Birth Asflksia in HomeBased Deliveries: The Impact of VillageMidwives Training and Supervision onNewborn Resuscitation in Cirebon. Indonesia

1064

Page 9: 1682 1132-1-pb

Aspek Kehamilan dan Persalinan...( Dwi Hapsari & Sarimawar)

[Internet]. PATH [Cited 2009 April 28].Available from:http://www.esdnroi.org/site/DocServer/NlC8

Iwan Ariawan.pdf?docID= 1098Lawn, J., Brian J. Me Carthy, Susan Rae Ross (2001).

The Healthy Newborn. Part 1. Care-CDCHealth Initiative, p.9-11.

Low JA. (1997). Intrapartum fetal asfiksia: definition.diagnosis and classification. Am J ObstetricGynecology 1997; 176: 957-9.

Milsom I, Ladfors L, Thiringer K, Niklasson A,Odeback A, Thornberg E (2002). Influenceof maternal, obstetric and fetal risk factors onthe prevalence of birth asfiksia at term in a

Swedish urban population [Internet]. Acta

Obstet Gynecol Scand.,Oct;81(10):909-17. [Cited 2009 April28]. Available fromhttp://w\vw.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/l 236648()?ordinalpos= 1 &itool=EntrezSvstem2. PEntrez.Pubmed.Pubmed^ResultsPanel.PubmedDiscovery-Panel.Pubmed Discovery RA&linkpos= 1 &log$=relatedarticles&logdbrrom=pubmed

Murray CJ, Lopez AD (1997). Alternative projectionsof mortality and disability by cause 1990-2020: Global Burden of Disease Study[Internet]. Harvard School of Public Health,

Boston, Massachusetts, USA. Lancet,

May 24;349(9064): 1498-504.[Cited 2009 April 28]. Available fromhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/Diibmed/9167458?ordinalpos=l&itool=EntrezSvstem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed ResultsPanel.Pubmed PiscovervPanel.Pubmed Discovery RA&linkpos=2&log$=relatedarticles&logdbfrom=pubmed

Osmond, C., Baker, D.J., Winter, P.O., Fall, C.H.,Simmonds, C.J. Early Fetal Growth andDeath from Cardiovascular Disease inWomen. Brit Med J1993: 307: 1519-1524.

Pusponegoro, TS. Tatalaksana neonatus di luar rumahsakit oleh bidan dan penggunaan algoritmepada manaiemen neonatus sakit. The Use ofAppropriate Technology for Reduction ofMaternal and Perinatal Mortality andMorbidity. Preceeding The VI NationalCongress of the Perinasia and InternationalSymposium, Menado, 13-17 September,1997. ed Hadi Pratomo, Imral Chair, dkk1997; 34-56.

Sarimawar Djaja, Dwi Hapsari, Soewarta Kosen(2006). Pengaruh Faktor Kesehatan Ibuterhadap Kematian Bavi Baru Lahir diKabupaten Cirebon. 2004. MajalahKedokteran Damianus Vol. 5 (3): 201-210.

Sarimawar Djaja, Felly P. Senewe, Iwan Ariawan(2009). Keberhasilan Pelatihan ManaiemenAsfiksia Bavi bam Lahir untuk Bidan Desa diKabupaten Cirebon. 2005. Jurnal EkologiKesehatan, Vol.8 (1): 874-885.

Sarimawar Djaja, Soeharsono Soemantri (2003).Penvebab Kematian Bavi Baru Lahir(Neonatal) dan Sistem Pelavanan Kesehatanyang Berkaitan di Indonesia. SurveiKesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001.Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol.31 (3):155-165.

Sarimawar Djaja, Soewarta Kosen, Felly P. Senewe,Iwan Ariawan (2005). Survei KematianNeonatal (Studi Autopsi Verbal) diKabupaten Cirebon. 2004. BulletinPenelitian Kesehatan, Vol.33 (1): 41-52.

WHO, 2003a (2003). Global Burden of Diseases.2000. Version c Geneva: WHO.

Wiknjosastro, GH. Pencegahan dan ManajemenHipoksia Janin. The Use of AppropriateTechnology for Reduction of Maternal andPerinatal Mortality and Morbidity.Preceeding The VI National Congress of thePerinasia and International Symposium,Menado, 13-17 September, 1997. ed HadiPratomo, Imral Chair, dkk 1997; 11-14.

1065