20130424007 grafik oke
DESCRIPTION
statistikTRANSCRIPT
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 1/24
Jurnal Ilmu dan Riset ManajemenVolume 1 Nomor 2, Maret 2013
179
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU: BUKTIEMPIRIS DARI SEKOLAH MENENGAH ATAS HANG TUAH I SURABAYA
Dhany Feby [email protected]
SoedjonoSuwitho
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
This study aimed to determine the influence of the leadership styles consists of autocratic, militaristic, paternalistic, charismatic, and democratic to performance of teachers of SMA Hang Tuah I Surabaya. The study
was conducted on sample of 51 people who are teachers in SMA Hang Tuah I Surabaya. The analysis used inthis study is a multiple linear regression analysis with F test to test the simultaneous effect and t tests toexamine the partial effect.Based on the results revealed that the F test results indicate that overall the independent variable leadership styleconsists of autocratic, militaristic, paternalistic, charismatic and democratic simultaneously have significantinfluence on the performance of teachers in SMA Hang Tuah I Surabaya. From the results of the t test alsoknown that paternalistic leadership style, charismatic, and democratic partially have significant affect on the performance of teachers in SMA Hang Tuah I Surabaya, and the dominant effect is democratic leadership style.While autocratic and militaristic style of leadership partially have not significant influence on the performance ofteachers in SMA Hang Tuah I Surabaya.The results of this study can be used as reference for school principals of SMA Hang Tuah I Surabaya to paymore attention and focus on the application of democratic leadership style in a more humane and togetherness in
improving teacher performance.Keywords: leadership styles, autocratic, militaristic, paternalistic, charismatic, democratic, teacher performance
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah yang terdiridari otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis dan demokratis terhadap kinerja guru SekolahMenengah Atas Hang Tuah I Surabaya. Penelitian dilakukan pada sebanyak 51 orang sampel yangmerupakan guru di Sekolah Menengah Atas Hang Tuah I Surabaya. Analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan uji F untuk menguji pengaruh simultandan uji t untuk menguji pengaruh parsial.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil uji F menunjukkan bahwa keseluruhan variabelbebas gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis, dan demokratismemberikan pengaruh simultan yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah ISurabaya. Dari hasil uji t diketahui bahwa gaya kepemimpinan paternalistis, kharismatis, dandemokratis secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA HangTuah I Surabaya, dan yang berpengaruh dominan adalah variabel gaya kepemimpinan demokratis.Sedangkan gaya kepemimpinan otokratik dan militeristis secara parsial tidak mempunyai pengaruhyang signifikan terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah I Surabaya.Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi kepala sekolah SMA Hang Tuah I Surabayaagar lebih memperhatikan dan memfokuskan penerapan gaya kepemimpinan demokratis denganpendekatan yang lebih manusiawi dan kebersamaan dalam upaya peningkatan kinerja guru.
Kata kunci: gaya kepemimpinan, otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis, demokratis, kinerja
guru
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 2/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
180
PENDAHULUANPendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia, yaitu manusia yangberkualitas baik secara fisik maupun psikis. Melalui pendidikan itulah kita ingin
mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri danbersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Karena itu sepantasnyalahpembangunan di bidang pendidikan ini terus dilanjutkan agar pembangunan bangsa dannegara ini juga tetap dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatubangsa, dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta saranadalam membangun watak bangsa (nation character building). Masyarakat yang cerdas akanmemberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara progresif akan membentukkemandirian. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuangke luar dari krisis dan menghadapi dunia global.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan formal aspek guru mempunyai peranan
penting dalam mewujudkannya, disamping aspek lainnya seperti sarana dan prasarana,kurikulum, siswa, manajemen, dan pengadaan buku. Guru merupakan kunci keberhasilanpendidikan, sebab inti dari kegiatan pendidikan adalah belajar mengajar yang memerlukanperan guru di dalamnya.
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam prosespendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik.Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anakdidik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didikagar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif dan mandiri.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerakorganisasi untuk mencapai tujuan (Mulyono, 2008:143). Pemimpin yang baik pasti akan
mendapatkan hasil pekerjaan lebih banyak dari bawahannya dengan sikap sebagaipemimpin yang baik. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang sesuai, mereka tidakhanya melihat posisinya sebagai pemimpin yang menghendaki segalanya telah dilakukan,tetapi mereka harus pula bekerja dalam struktur yang ada secara efektif.
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang ditunjukkanseseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain (Darma dalam Nawawi,2006:115). Setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yangsatu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelekdari pada gaya kepemimpinan yang lainnya.
Macam gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam lembaga pendidikan dapatmembantu menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi para guru. Adanya gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah maka guru akan lebihsemangat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dan mempunyai harapanterpenuhinya kebutuhan.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul“Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otokratik, Militeristis, Paternalistis, Kharismatis DanDemokratis Seorang Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Menengah AtasHang Tuah I Surabaya”
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan yangterdiri dari Otokratik, Militeristis, Paternalistis, Kharismatis dan Demokratis berpengaruhsecara simultan terhadap kinerja Guru; (2) mengetahui pengaruh parsial gayakepemimpinan yang terdiri dari Otokratik, Militeristis, Paternalistis, Kharismatis dan
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 3/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
181
Demokratis terhadap kinerja Guru; dan (3) mengetahi gaya kepemimpinan yangberpengaruh dominan terhadap kinerja Guru.
TINJAUAN TEORETIS
KepemimpinanKepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan
atas berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau usaha sebab kepemimpinan yang suksesmenunjukkan bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil dilaksanakan dengan suksespula. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan ataukelebihan-kelebihan tertentu pada diri manusia. Disatu pihak manusia terbataskemampuannya untuk memimpin, dipihak lain ada orang yang mempunyai kelebihankemampuan untuk memimpin. Disinilah timbul kebutuhan akan pemimpin dankepemimpinan.
Beberapa pengertian kepemimpinan yang dikutip oleh Nawawi (2006:27) adalahsebagai berikut:
1. Hemhill & Coons, mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorangindividu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yanghendak dicapai bersama
2. Weschler & Massarik, kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankandalam suatu situasi tertentu, yang diarahkan melalui proses komunikasi ke arah satuatau beberapa tujuan tertentu.
3. Rauch & Behling, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitassebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.
4. Jacobs & Jacques, kepemimpinan adalah sebuah proses memberi makna (pengaruh yangbermakna) terhadap suatu kolektif dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukanusaha yang diinginkan dalam mencapai sasaran.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinanmerupakan kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi, mempengaruhi,mengarahkan, dan berkomunikasi dengan bawahannya untuk mencapai suatu tujuan yangtelah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan akan timbul dimanapunasalkan terdapat unsur-unsur seperti :1. Adanya orang yang dipengaruhi2. Adanya orang yang mempengaruhi3. Orang yang mempengaruhi mengarahkan kepada tercapainya suatu tujuan
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa seorang pemimpin dapat disebut pemimpin jika ia dapat mempengaruhi dan mengarahkan orang lain untuk mencapai suatu tujuanbersama, meskipun tanpa pengangkatan resmi dalam organisasi.
Gaya KepemimpinanBeberapa pengertian gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:1. Fiedler dalam Prasetyo (2006:28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan
dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinanseseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yangdiinginkan.
2. Tjiptono (2006:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpindalam berinteraksi dengan bawahannya.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 4/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
182
3. Dharma dalam Nawawi (2006:115), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yangditunjukkan seseorang pada saat mempengaruhi orang lain.
4. Hersey (2004:29), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinanadalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain untukmelakukan suatu tindakan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Tipe Gaya KepemimpinanTipe gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2006:115) ada 6 tipe, yaitu kepemimpinan
otokratis, kepemimpinan diktatoris, kepemimpinan demokratis, kepemimpinan kharismatik,kepemimpinan paternalis, dan kepemimpinan laissez-faire ( free-rein). Berikut ini akandijelaskan keenam tipe kepemimpinan tersebut.a. Kepemimpinan otokratis
Kepemimpinan otokratis dilaksanakan dengan kekuasaan berada di tangan satu
orang atau sekelompok kecil orang yang diantaranya selalu ada seseorang yangmenempatkan dirinya sebagai yang paling berkuasa. Pemimpin tertinggi bertindaksebagai penguasa tunggal.
Perilaku atau gaya kepemimpinan otokrat yang dilakukan oleh pimpinan menurutNawawi (2006:124) sebagai berikut:1) Tidak boleh terjadi kesalahan dalam melaksanakan tugas yang ditetepkan oleh
pimpinan dan diberikan melalui instruksi-instruksi agar hasil yang ditetapkan dapattercapai.
2) Pelaksanaan tugas tidak boleh menimpang atau keliru dari instruksi pimpinan.Setiap kesalahan diancam oleh sanksi atau hukuman yang berat.
3) Pemimpin bertolak dari prinsip bahwa “manusia lebih suka diarahkan tanpa
memikul tanggung jawab dari pada diberi kebebasan merencanakan danmelaksanakan sesuatu yang berarti harus memikul tanggung jawab”.
4) Tidak ada kesempatan bagi anggota organisasi untuk menyampaikan inisiatif,kreativitas, saran, pendapat dan kritik karena fungsinya adalah melaksanakan tugasbukan berpikir untuk menciptakan dan mengembangkan tugas/organisasi.
5) Tidak berorentasi pada hubungan manusiawi dengan anggota organisasi, yangdinilai sebagai kondisi yang membuat anggota organisasi menjadi lalai.Berprasangka negatif bahwa hubungan manusiawi antar anggota organisasi dalambekerja, hanya dipergunakan untuk bercengkrama atau bergunjing yang berakibattugas terganggu dan atau terbengkalai.
6) Tidak percaya pada anggota organisasi/orang lain, karena prasangka pemberian
kepercayaan cenderung akan disalah gunakan/diselewengkan. Oleh karena itucenderung tidak memberikan pelimpahan wewenang.
b. Kepemimpinan diktatoris Gaya kepemimpinan diktatoris mempunyai banyak persamaan dengan
kepemimpinan otokrat, sehingga sering sulit untuk membedakannya. Namun gayakepemimpinan diktatoris lebih keras dan cenderung lebih kejam dan sadis. Perilakuatau gaya kepemimpinan diktatoris yang dilakukan oleh pimpinan menurut Nawawi(2006:126) sebagai berikut:1) Berperilaku sebagai penguasa tunggal yang tidak dapat diganti karena merasa
dirinya diciptakan untuk berkuasa dan membawa organisasinya pada suatu cita-citatertentu.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 5/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
183
2) Setiap kehendak atau kemauan pemimpin harus terlaksana, meskipun harusdilaksanakan dengan menghalalkan segala cara, yang dapat berakibat fatal bagianggota organisasinya yang dianggap musuh, lawan atau penantang danpenghambat kepemimpinanya.
3)
Orentasi gaya kepemimpinannya hanya pada hasil, tidak perduli bagaimana caramencapainya meskipun mengorbankan orang lain terutama anggota organisasinya.4) Bersembunyi di balik slogan-slogan sebagai pelindung, penyelamat, pembela,
pahlawan, pemimpin besar yang akan mewujudkan suatu cita-cita bagi anggotaorganisasinya sehingga dipuja-puja dan kerap kali dikultuskan.
5) Ucapan dan perkataannya diberlakukan sebagai peraturan atau undang-undangyang tidak boleh dibantah dan harus dilaksanakan secara konsekuen. Anggota yangtidak melakukannya atau melanggar akan dijatuhi hukuman berat.
6) Senjata utama dalam melaksanakan kepemimpinannya adalah ancaman hukumanyang berat bagi yang menantang atau berkhianat.
7) Di antara anggota-anggota organisasi saling mencurigai, karena antara satu dengan
yang lain berprasangka sebagai antek-antek pimpinan.8) Anggota bukan saja tidak boleh berinisiatif atau menyampaikan gagasan, kritik dansaran, tetapijuga tidak boleh mengomentari ucapan, perkataan, keputusan, kebijakandan perintah pimpinan.
c. Kepemimpinan demokratis Gaya kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor penting
dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan orentasi padahubungan dengan anggota organisasi. Pada gaya kepemimpinan demokratis mengakuiharkat dan martabat manusia yang mempunyai hak asasi yang sama. Perilaku atau gayakepemimpinan demokratis yang dilakukan oleh pimpinan menurut Nawawi (2006:133)sebagai berikut:
1) Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual, yang memilikiperbedaan kemampuan antara yang satu dengan yang lain.
2) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu sebagai makhluksosial dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui prestasi masing-masing di lingkungan organisasinya sebagai semua masyarakat kecil.
3) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu untukmengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang satu dengan yanglainnya dengan menghormati nilai-nilai/norma-norma yang mengaturnya sebagaimakhluk normatif di lingkungan organisasi masing-masing.
4) Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam kebersamaanmelalui kerjasama yang saling mengakui, menghargai, dan menghormati kelebihan
dan kekurangan setiap individu sebagai anggota organisasi.5) Memberikan perlakuan yang sama pada setiap individusebagai anggota organisasi
untuk maju dan mengembangkan diri dalam persaingan yang fair dan sehat (jujurdan sportif).
6) Memikulkan kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam menggunakan hakmasing-masing untuk mewujudkan kehidupan bersama yang harmonis.
d. Kepemimpinan kharismatik Kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan dalamaspek/sifat kepribadian pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat, rasa segan dan
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 6/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
184
kepatuhan yang tinggi pada para pengikutnya. Untuk lebih jelasnya, karakteristik utamakepemimpinan kharismastik menurut Nawawi (2006:163) sebagai berikut:1) Percaya diri, pimpinan sungguh-sungguh percaya akan penilaian dirinya dan
kemampuan kepemimpinannya.
2)
Memiliki visi dan tujuan ideal yang menformulasikan suatu masa depan yang lebihbaik dari keadaan sekarang. 3) Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan visi secara gamblang. 4) Keyakinan yang kuat terhadap visi tersebut, komitmen yang kuat, bersedia
menerima resiko, mengeluarkan biaya yang tinggi dan melibatkan diri dalampengorbanan.
5) Perilaku yang keluar dari aturan, memunculkan perilaku baru, tidak konvensional,sering melawan norma-norma/aturan, dikagumi dan sering membuat kejuatankeadaan.
6) Dipahami sebagai agen perubahan bukan pengikut status quo 7) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mampu menilai lingkungan secara realistis,
melaksanakan manajemen sumber daya untuk perubahan. e. Kepemimpinan paternalis Kepemimpinan paternalis adalah pimpinan yang perannya diwarnai oleh sikap
kebapak-bapakan dalam arti sifat melindungi, mengayomi, dan menolong anggotaorganisasi yang dipimpinnya. Menurut Nawawi (2006:164) kepemimpinan paternalismempunyai karakteristi sebagai berikut:1) Pemimpin mempunyai sifat melindungi2) Semua anggota organisasi harus mematuhi setiap peraturan yang ditetapkan oleh
pimpinan.3) Tidak mementingkan diri sendiri4) Memberikan peluang pada anggota organisasi dalam menyampaikan ide/gagasan,
inisiatif dan kreativitas.f. Kepemimpinan laissez-faire ( free-rein)
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggotaorganisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurusdirinya masing-masing. Pemimpin memberikan sedikit dukungan untuk melakukanusaha secara keseluruhan. Kebebasan anggota kadang-kadang dibatasi oleh pimpinandngan menetapkan tujuan yang harus dicapai disertai parameter-parameternya.
Kemudian dikutip dalam judul gaya kepemimpinan dalam organisasi yangdiambil dalam alamat situs http://nat5u.wordpress.com/gaya-kepemimpian-dalam-organisasi. Tentang gaya kepemimpinan militeristik tidak hanya terdapat di kalanganmiliter saja, tetapi banyak juga terdapat pada instansi sipil (non-militer). Ciri-ciri
kepemimpinan militeristik antara lain;1) Dalam komunikasi lebih banyak mempergunakan saluran formal2) Dalam menggerakkan bawahan dengan sistem komando/perintah, baik secara lisan
ataupun tulisan3) Segala sesuatu bersifat formal4) Disiplin tinggi, kadang-kadang bersifat kaku5) Komunikasi berlangsung satu arah, bawahan tidak diberikan kesempatan untuk
memberikan pendapat6) Pimpinan menghendaki bawahan patuh terhadap semua perintah yang
diberikannya.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 7/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
185
Fungsi dan Sifat KepemimpinanMenurut Siagian dalam Yuli (2005:167) terdapat 5 (lima) fungsi kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi Penentu ArahSetiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil semuanya
pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan itu bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang harus dicapai denganmelalui kerja sama yang dipimpin oleh seorang pemimpin. Keterbatasan sumberdayaorganisasi mengharuskan pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan katalain arah yang hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupasehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang ada.
b. Fungsi Sebagai Juru BicaraFungsi ini mengharuskan seorang pemimpin untuk berperan sebagai
penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan sepertipemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga keuangan. Peran ini sangat pentingkarena disadari bahwa tidak ada satupun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan
dari pihak lain.c. Fungsi Sebagai KomunikatorSuatu komunikasi dapat dikatakan berlangsung dengan efektif apabila pesan yang
ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasarankomunikasi. Fungsi pemimpin sebagai komunikator disini lebih ditekankan padakemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran, strategi, dan tindakanyang harus dilakukan oleh bawahan.
d. Fungsi Sebagai MediatorKonflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dalam
organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin dalam menyelesaikan permasalahyang ada. Tidak akan ada seorang pemimpin yang akan membiarkan situasi demikian
berlangsung dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untukmenanggulanginya. Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan terhadapkepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi kemampuan menjalankanfungsi kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan netral merupakansalah satu indikator efektifitas kepemimpinan seseorang.
e. Fungsi Sebagai IntegratorAdanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta
diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan sikap,perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh karenanya tidak boleh dibiarkanberlangsung terus-menerus. Dengan perkataan lain diperlukan integrator terutama pada
hirarki puncak organisasi. Integrator itu adalah pimpinan. Setiap pemimpin, terlepasdari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah integarator, hanya sajacakupannya berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarkikepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna peranan tersebut.
Sifat-sifat kepemimpinan menurut Yuli (2005:171), antara lain:a. Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada di luar organisasimempercayainya, seorang pemimpin harus mempunyai watak dan kepribadian yangterpuji. Mereka adalah cermin dari bawahan, sumber identifikasi, motivasi, dan moralpara bawahan.
b. Keinginan melayani bawahan
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 8/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
186
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan. Ia mendengarkan pendapatmereka dan berkeinginan untuk membantu mereka menimbulkan dan mengembangkanketerampilan mereka agar karir mereka meningkat.
c. Memahami kondisi lingkungan
Seorang pemimpin tidak hanya menyadari tentang apa yang sedang terjadidisekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian memadai, sehingga dapatmengevaluasi perbedaan kondisi organisasi dan para bawahannya.
d. Intelegensi yang tinggiSeorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi. Ia
dituntut untuk mampu menganalisis problem dengan efektif, belajar dengan cepat, danmemiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali ilmu.
e. Berorientasi ke depanSeorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi, dan visi
sehingga dapat mengetahui sejak awal tentang kemungkinan-kemugkinan apa yangdapat mempengaruhi organisasi yang dikelolanya.
f. Sikap terbuka dan lugasPemimpin harus sanggup mempertimbangkan fakta-fakta dan inovasi baru. Lugasnamun konsisten pendiriannya. Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan carakerja yang baru yang dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan efektifbagi organisasi.
Kinerja GuruPada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas,sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang guru akan nampak pada situasi dankondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan
tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Kinerja guru adalahkemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalamperencanaan program pengajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasilpembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesionalselama melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah(http://luluvikar.wordpress.com/2011/12/01/kinerja-guru/)
Anonim (2009:3) mengemukakan bahwa terdapat tugas keprofesionalan guru menurutUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru danDosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yangbermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan menurut Mulyasa(2007:21) dalam Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dikemukakan bahwa: Profesi Guru merupakan bidang pekerjaan khusus yangdilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan
akhlak mulia.c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas.d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidangh tugase. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalanf. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 9/24
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 10/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
188
indikator-indikator yang ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, sebagai tolak ukur terhadapkinerja guru sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini adalah motivasi, kepuasankerja dan hubungan komunikasi dengan organisasi.a. Motivasi
Perasaan atau kehendak dan keinginan yang mempengaruhi kemauan individu,sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak kearahterealisasinya tujuan yang telah diformulasikan. Dengan kata lain, motivasi adalah caramengarahkan daya dan potensi guru agar mau bekerja sama secara produktif berhasilmencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
b. Disiplin kerjaKedisiplinan kerja merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan
adanya kedisiplinan, dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuanorganisasi. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dariperilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturantertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi.
c. Kepuasan kerjaKepuasan kerja adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan iniberupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhanmampu memuaskan kebutuhannya. Dalam hal ini dibutuhkan suatu evaluasi, yangkemudian dikenal dengan penilaian kinerja.
d. Hubungan dengan organisasiDalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim
pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penilaiankinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untukmembangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian kinerjamenitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran sejauh mana kerja dari
orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.Hal terpenting dalam penilaian kinerja guru adalah penguasaan guru terhadap aspek-
aspek pembelajaran, antara lain:a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional,
dan intelektual,b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pengajaran,c. Melaksanakan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan,d. Melakukan tindakan reflektif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga pendidik dan kependidikansesuai dengan latar belakang ilmunya, guru dituntut dapat memahami siswa dalam prosesbelajar mengajar yang dilaksanakan, melengkapi perangkat pembelajaran, melakukan
evaluasi terhadap pembelajaran, dan membimbing serta mengarahkan siswa dalampengembangan potensi diri dalam belajar untuk mencapai hasil belajar yang baik.(http://luluvikar.wordpress.com/2011/12/01/kinerja-guru/)
HipotesisBerdasarkan pada landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:1. Gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis dan demokratis
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah ISurabaya.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 11/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
189
2. Gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis dan demokratismempunyai pengaruh secara parsial terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah ISurabaya.
3. Gaya kepemimpinan demokratis mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja
guru di SMA Hang Tuah I Surabaya.
METODA PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Populasi (objek) Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitiankuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafatpositivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknikpengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan datamenggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik/kuantitatif dengan tujuanuntuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono, 2011:8).
Metode yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei. Untuk metode
surveinya, penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan dibagikan kepada semua gurudi Sekolah Menengah Atas Hang Tuah I Surabaya.
Teknik Pengambilan SampelPopulasi menurut Sugiyono (2011:80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkanoleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasitersebut (Sugiyono, 2011:81). Objek didalam penelitian ini adalah Guru Sekolah MenengahAtas Hang Tuah I Surabaya. Jumlah Guru dalam penelitian ini berjumlah 51 orang. MenurutArikunto (2002:112), jika jumlah objek penelitian kurang dari 100, maka populasi tersebut
sekaligus dapat menjadi sampel dalam penelitian. Sehingga penelitian ini disebut sebagaipenelitian sensus karena memakai seluruh populasi sebagai responden.
Teknik Pengumpulan DataDalam melakukan pengumpulan data, dilakukan dengan prosedur-prosedur sebagai
berikut :1. Survei awal
Survei awal dilakukan sebagai pengamatan awal terhadap kondisi perusahaan yangmenjadi tempat dilakukannya penelitian dan menggali masalah yang ada, dan hal-halyang berhubungan dengan penelitian.
2. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan denganpenelitian tentang kompensasi dan kedisiplinan kerja Guru untuk menunjang dalampenyelesaian masalah.
3. Studi Lapangana. Kuesioner. Pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada
responden.b. Wawancara. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung.c. Observasi. Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap obyek.d. Dokumentasi. Pengumpulan data dengan mencatat berbagai informasi yang
berhubungan dengan penelitian.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 12/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
190
Definisi Operasional VariabelDefinisi operasional dari variabel-variabel yang dianalisis adalah sebagai berikut:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratik (X1)Adalah gaya kepemimpinan yang otoriter yang menganggap sekolah tergantung
dengan kekuasaan formalnya. Indikator yang digunakan untuk mengukurkepemimpinan otokratik menurut Nawawi (2006:124) adalah:a. Bawahan tidak boleh melakukan kesalahanb. Tugas tidak boleh menyimpang dari instruksic. Pimpinan berprinsip bawahan lebih suka diberi arahan daripada diberi tanggung
jawabd. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan inisiatife. Tidak berorentasi pada hubungan manusiawif. Tidak memberikan kepercayaan penuh pada bawahan
2. Gaya Kepemimpinan Militeristis (X2)Adalah gaya kepemimpinan yang selalu menekankan kedisiplinan dan suasana
formal pada setiap kegiatan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemimpinanadalah sebagai berikut: (http://nat5u.wordpress.com/gaya-kepemimpian-dalam-organisasi)a. Lebih banyak menggunakan saluran formalb. Menggunakan sistem komando/perintahc. Segala sesuatu bersifat formald. Disiplin tinggie. Komunikasi satu arahf. Pimpinan menghendaki bawahan patuh
3. Gaya Kepemimpinan Paternalistis (X3)Merupakan gaya kepemimpinan yang selalu melakukan kaderisasi secara non
formal kepada anggota yang dianggap mampu menggantikan posisinya sebagaipemimpin. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemimpinan Paternalistismenurut Nawawi (2006:164) adalah:a. Pemimpin mempunyai sifat melindungib. Semua bawahan harus mematuhi setiap peraturanc. Tidak mementingkan diri sendirid. Memberikan kesempatan pada bawahan dalam menyampaikan ide
4. Gaya Kepemimpinan Kharismatis (X4)Adalah gaya kepemimpinan mengenai keadaan tentang seorang pemimpin yang
demikian sangat diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnyayang positif. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemimpinan Kharismatis
menurut Nawawi (2006:163) adalah :a. Percaya diri b. Memiliki visi dan tujuan idealc. Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan visi d. Keyakinan yang kuat terhadap visie. Perilaku yang keluar dari aturan f. Agen perubahan bukan pengikut status quo g. Memiliki kepekaan terhadap lingkungan
5. Gaya Kepemimpinan Demokratis (X5)
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 13/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
191
Kepemimpinan demokratis mengakui harkat dan martabat manusia yangmempunyai hak asasi yang sama. Indikator yang digunakan untuk mengukurkepemimpinan demokratis menurut Nawawi (2006:133) adalah :a. Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual.
b.
Memberikan hak dan kesempatan yang sama dalam mengekspresikan danmengaktualisasikan diri.c. Memberikan hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemampuand. Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersamae. Memberikan perlakuan yang sama untuk majuf. Memikulkan kewajiban dan tanggung jawab yang sama
6. Kinerja Guru (Y)Kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengankriteria tertentu. Untuk mengukur kinerja guru, indikator yang digunakan adalah :(http://luluvikar.wordpress.com/2011/12/01/kinerja-guru/)
a. Menguasai karakteristik peserta didikb. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pengajaranc. Melaksanakan penilaian terhadap kegiatan pembelajarand. Melakukan tindakan reflektif terhadap pembelajaran
Dalam penelitian ini, pengukuran variabel yang akan digunakan dalam memberikanbobot jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yangditetapkan adalah dengan menggunakan skala Likert. Seluruh variabel akan menggunakanskala Likert, yaitu skala dengan 5 tingkatan penilaian yang terdiri dari :1. Kategori sangat tidak setuju (STS) dengan skor 12. Kategori kurang setuju (KS) dengan skor 23. Kategori cukup setuju (CS) dengan skor 3
4. Kategori setuju (S) dengan skor 45. Kategori sangat setuju (SS) dengan skor 5
Teknik Analisis Data1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linier Berganda mengukur ada atau tidaknya pengaruh antara gayakepemimpinan yang terdiri dari otokratik (X1), militeristis (X2), paternalistis (X3),kharismatis (X4) dan demokratis (X5) sebagai variabel independent (bebas) terhadapkinerja guru sebagai variabel dependent (terikat). Rumusnya adalah sebagai berikut:Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 (Sugiyono, 2011:192)
Keterangan:
Yab1,… b5 X1
X2
X3
X4
X5
::::::::
variabel terikat kinerja gurukonstantakoefisien regresi variabel bebas 1 sampai 5variabel bebas otokratikvariabel bebas militeristisvariabel bebas paternalistisvariabel bebas kharismatisvariabel bebas demokratis
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 14/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
192
2. Uji Asumsi KlasikUji melihat layak atau tidaknya model regresi yang digunakan untuk memprediksi
variabel dependent berdasarkan masukan variabel independent nya, maka model regresiharus terbebas dari beberapa asumsi, antara lain:
a. Uji NormalitasUji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
dependent dan variabel independent keduanya mempunyai distribusi normal atautidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui pendekatangrafik. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal(Santoso, 2000:212).
Dasar pengambilan keputusan uji normalitas adalah sebagai berikut:1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikut arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas.2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi Normalitas.b. Uji MultikolinearitasUji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar
variabel independent. Regresi yang baik adalah regresi yang variabel independent -nyatidak memiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadimultikolinearitas antar variabel independennya.
Ketentuan dalam pengujian ini adalah:1) Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar di
antara salah satu variabel independent dengan variabel-variabel independent yanglain (terjadi multikolinearitas).
2) Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
c. Analisis AutokorelasiUji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengankesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasiterjadi masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadiAutokorelasi di dalamnya.
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson(DW) dengan ketentuan sebagai berikut:1) 1,65 < DW< 2,35 maka tidak ada autokorelasi.2) 1,21 < DW< 1,65 atau 2,35< DW< 2,79 maka tidak dapat disimpulkan3) DW < 1,21 atau DW >2,79 maka terjadi autokorelasi.
d. Uji HeteroskesdastisitasUji terhadap adanya Heteroskesdastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual daripengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu kepengamatan yang lain tetap, maka ini disebut Homoskesdastisitas. Model regresi yangbaik adalah model regresi yang tidak terjadi Heteroskesdastisitas.
Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dandi bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidakterjadi Heteroskesdastisitas.
3. Uji Pengaruh Simultana. Analisis Koefisien Determinsi Berganda (R2)
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 15/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
193
Pengertian Analisis koefisien determinsi berganda merupakan alat ukuruntuk melihat besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikatsecara serempak/simultan. Rumus koefisien determinsi berganda adalah:
Ryx1x2 = 2
22
21
212121
1
2
x x
x x yx yx yx yx
r
r r r r r
(Sugiyono, 2011:191)
b. Uji FUji F dilakukan untuk menguji kesesuaian model regresi linear berganda. Uji ini
dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis pertama bahwa terdapat pengaruhsimultan yang signifikan antara gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik (X1),militeristis (X2), paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadapkinerja guru (Y). Uji F dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
F = 11 2
2
k n R
k R
(Sugiyono, 2011:192)
Dimana :R = Koefisien korelasi gandak = Jumlah variabel independenn = Jumlah anggota sampel
Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkatsignifikansi dari nilai F (α = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:1) Jika tingkat signifikansi uji F < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara otokratik (X1), militeristis (X2),paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadap kinerja guru (Y).
2) Jika tingkat signifikansi uji F > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinyatidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara otokratik (X1),militeristis (X2), paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadapkinerja guru (Y).
Untuk menghitung nilai F digunakan software statistik SPSS4. Pengujian Pengaruh Parsial
a. Analisis Koefisien Determinasi Parsial (r2)Analisis koefisien determinasi parsial merupakan alat ukur untuk melihat
besarnya pengaruh antara masing-masing variabel bebas secara parsial terhadapvariabel terikat. Rumus yang digunakan adalah :
ryx1x2 =12212
2112
11 xr x xr
xrxryxryx
(Sugiyono, 2011: 194)
Kriteria keputusan koefisien determinasi parsial menurut Sugiyono (2011:184)adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1Kriteria Keputusan Koefisien Determinsi parsial (r2)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan0,00 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,7990,80 – 1,000
Sangat rendahRendahSedangKuatSangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:184)
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 16/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
194
b. Uji tUji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara antara
otokratik (X1), militeristis (X2), paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5)terhadap kinerja guru (Y). Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
t =2
1
3
p
p
r
nr
(Sugiyono, 2011:194)
Dimana :rp = Korelasi parsial yang ditemukann = Jumlah sampelt = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel
Kriteria pengujian dengan uji t adalah dengan membandingkan tingkatsignifikansi dari nilai t (α= 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:1) Jika tingkat signifikansi uji t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara otokratik (X1), militeristis (X2),paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadap kinerja guru (Y).
2) Jika tingkat signifikansi uji t > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinyatidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara otokratik (X1), militeristis(X2), paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadap kinerja guru(Y).
Untuk menghitung nilai t digunakan software statistik SPSS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANAnalisis Regresi Linear Berganda
Regresi linier berganda merupakan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan
antara lebih dari satu variabel bebas dengan satu variabel terikat. Regresi linier bergandaditerapkan dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antaravariabel bebas gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik (X1), militeristis (X2),paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadap variabel terikat kinerja guru(Y), serta mengetahui besar pengaruhnya.
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Program SPSS diperoleh hasilkoefisien regresi pada tabel 1:
Tabel 1Koefisien Regresi
Coefficientsa
-,394 ,461 -,854 ,398
,116 ,075 ,155 1,535 ,132 ,665 1,503
,065 ,115 ,063 ,565 ,575 ,549 1,821
,317 ,106 ,291 2,997 ,004 ,724 1,381
,186 ,085 ,205 2,185 ,034 ,774 1,291
,420 ,101 ,481 4,153 ,000 ,509 1,966
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
Model
1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 17/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
195
Tabel 1 menunjukkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan hubungan antaravariabel bebas gaya kepemimpinan yang terdiri dari otokratik (X1), militeristis (X2),paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5) terhadap variabel terikat kinerja guru(Y). Dari tabel 4.12, diperoleh model regresi linier berganda yaitu:
Y = -0,394 + 0,116 X1 + 0,065 X2 + 0,317 X3 + 0,186 X4 + 0,420 X5 Berdasarkan model regresi di atas dapat dijelaskan bahwa :1. Nilai a sebesar -0,394
Menunjukkan bahwa jika tanpa otokratik (X1), militeristis (X2), paternalistis (X3),kharismatis (X4) dan demokratis (X5), maka kinerja guru (Y) akan turun sebesar 0,394.
2. Nilai b1 sebesar 0,116Menunjukkan jika otokratik (X1) meningkat satu satuan, maka akan dapat menaikkankinerja guru (Y) sebesar 0,116 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
3. Nilai b2 sebesar 0,065
Menunjukkan jika militeristis (X2) meningkat satu satuan, maka akan dapat menaikkankinerja guru (Y) sebesar 0,065 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.4. Nilai b3 sebesar 0,317
Menunjukkan jika paternalistis (X3) meningkat satu satuan, maka akan dapat menaikkankinerja guru (Y) sebesar 0,317 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
5. Nilai b4 sebesar 0,186Menunjukkan jika kharismatis (X4) meningkat satu satuan, maka akan dapat menaikkankinerja guru (Y) sebesar 0,186 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
6. Nilai b5 sebesar 0, 420Menunjukkan jika demokratis (X5) meningkat satu satuan, maka akan dapat menaikkankinerja guru (Y) sebesar 0, 420 satuan dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan.
Uji Asumsi Klasik Persamaan regresi yang baik harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator ),
artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkankeputusan yang BLUE tersebut maka harus dipenuhi beberapa asumsi klasik sebagaiberikut:1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabelterikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Modalregresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso,2002:212). Untuk mendeteksi normalitas adalah dengan melihat penyebaran data/titik
pada sumbu diagonal dari grafik, dasar pengambilan keputusan adalah:a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.b. Jika data menyebar jauh garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 18/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
196
Normal P-P Plot of Regression
Dependent Variable: Y
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
E x p e c t e d C u m P
r o b
1,0
,8
,5
,3
0,0
Gambar 1Uji Normalitas
Dari gambar di atas diketahui bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsinormalitas. Dimana uji ini dihitung dengan menggunakan alat bantu ukur program SPSS.
2. Analisis AutokorelasiUji autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengankesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka diidentifikasi terjadi
masalah Autokorelasi. Regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi Autokorelasi didalamnya.Tabel 2
Nilai Durbin Watson
Model Durbin Watson
1 2,094
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW)dengan ketentuan sebagai berikut:a. 1,65 < DW< 2,35 maka tidak ada autokorelasi.
b. 1,21 < DW< 1,65 atau 2,35< DW< 2,79 maka tidak dapat disimpulkanc. DW < 1,21 atau DW >2,79 maka terjadi autokorelasi.
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa model regresi yang terbentuk tidak terjadiautokorelasi karena mempunyai angka Durbin Watson di antara 1,65 < DW< 2,35 sebesaryaitu 2,094.
3. Uji MultikolinearitasUji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel
independen (bebas). Regresi yang baik adalah regresi yang variabel bebasnya tidakmemiliki hubungan yang erat atau dengan kata lain tidak terjadi multikolinearitas antarvariabel independennya.
Ketentuan dalam pengujian ini adalah:
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 19/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
197
a. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terdapat korelasi yang terlalu besar diantara salah satu variabel bebas dengan variabel-variabel bebas yang lain (terjadimultikolinearitas).
b. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS diperoleh hasil nilai toleransi danVIF pada tabel 4.14:Tabel 3
Nilai Tolerance Dan VIF
No. Variabel Toleransi VIF
1 Otokratik (X1) 0,665 1,503
2 Militeristis (X2) 0,549 1,821
3 Paternalistis (X3) 0,724 1,381
4 Kharismatis (X4) 0,774 1,291
5 Demokratis (X5) 0,509 1,966
Dari 5 variabel bebas yang ada diketahui memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF <10 maka penelitian ini bebas dari Multikolinearitas.
4. Uji HeteroskesdastisitasUji terhadap adanya heteroskesdastisitas adalah bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual daripengamatan satu ke pengamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan yang satu ke
pengamatan yang lain tetap, maka ini disebut homoskesdastisitas. Model regresi yangbaik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskesdastisitas.Santoso (2002:210) mengatakan bahwa jika sebaran titik-titik berada di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadiheteroskesdastisitas.
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2-3
R e g r e s s i o n S t u d e n t i z e d R e
s i d u a l
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
Gambar 2
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 20/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
198
Uji Heteroskesdastisitas
Dari gambar 4.3 diketahui bahwa titik-titik data tersebar di daerah antara 0 – Y dantidak membentuk pola tertentu, maka model regresi yang terbentuk diidentifikasi tidakterjadi heteroskesdastisitas. Karena data yang diolah sudah tidak mengandungheteroskesdastisitas, maka persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dapatdipergunakan untuk penelitian.
Pengujian Pengaruh Simultan1. Analisis Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Analisis koefisien determinasi berganda merupakan alat ukur untuk melihat kadarketerikatan antara variabel bebas dan terikat secara simultan. Analisis koefisiendeterminasi berganda menunjukkan persentase hubungan dari variasi turun naiknyavariabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat.
Tabel 4Koefisien Determinasi Barganda
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa koefisien determinasi berganda (R2) atau RSquare adalah sebesar 0,693 atau 69,3%, ini berarti bahwa gaya kepemimpinan yang terdiridari otokratik (X1), militeristis (X2), paternalistis (X3), kharismatis (X4) dan demokratis (X5)
secara bersama-sama mampu menjelaskan turun naiknya kinerja guru (Y) sebesar 69,3%,sedangkan sisanya sebesar 30,7% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.
2. Uji FUji signifikansi model dengan uji F digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi linier berganda yang telah didapatkan telah signifikan (telah sesuai untukmenggambarkan pengaruh simultan variabel bebas terhadap variabel terikat). Ujisignifikansi model ini dapat dilihat pada nilai F hitung yang telah diperoleh dari programSPSS pada tabel 4.16:
Tabel 5Analisis of Varians
Untuk mengetahui variabel-variabel independen berpengaruh secara simultan(bersama) terhadap variabel dependen digunakan uji F dengan tingkat signifikansi α =
Model Summaryb
,832a ,693 ,659 ,25340 2,094
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-W
atson
Predictors: (Constant), X5, X3, X4, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
ANOVAb
6,515 5 1,303 20,294 ,000a
2,889 45 ,064
9,405 50
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X5, X3, X4, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 21/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
199
0,05. Jika hasil statistik F pada tarif signifikansi ≤ 0,05 berarti variabel-variabel independenmempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat dansebaliknya. Karena nilai sig < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak, sehingga dapatdiambil kesimpulan bahwa keseluruhan variabel bebas gaya kepemimpinan yang terdiri
dari otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis dan demokratis secara simultanberpengaruh signifikan terhadap kinerja guru
Pengujian Pengaruh Parsial 1. Analisa Koefisien Korelasi Parsial
Koefisien korelasi parsial menunjukkan seberapa erat hubungan masing-masingvariabel bebas secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap variabel terikat. Kriteria keputusankoefisien korelasi parsial menurut Sugiyono (2011:184) dapat dilihat pada tabel 4.17:
Tabel 6Kriteria Keputusan Koefisien Korelasi Parsial (r)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,1990,20 – 0,3990,40 – 0,5990,60 – 0,7990,80 – 1,000
Sangat rendahRendahSedangKuatSangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011:184)
Adapun hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS tampak padatabel 7:
Tabel 7Koefisien Korelasi Parsial
Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat koefisien korelasi antara masing-masingvariabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu:a. Koefisien korelasi parsial antara variabel otokratik (X1) terhadap kinerja guru (Y) yaitu
sebesar 0,683, karena besarnya antara 0,60 – 0,799 maka disimpulan bahwa variabelotokratik mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja guru
b. Koefisien korelasi parsial antara variabel militeristis (X2) terhadap kinerja guru (Y)yaitu sebesar 0,758, karena besarnya antara 0,60 – 0,799 maka disimpulan bahwavariabel militeristis mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja guru.
Coefficientsa
-,394 ,461 -,854 ,398
,116 ,075 ,155 1,535 ,132 ,683 ,568 ,356
,065 ,115 ,063 ,565 ,575 ,758 ,696 ,216
,317 ,106 ,291 2,997 ,004 ,713 ,639 ,498
,186 ,085 ,205 2,185 ,034 ,615 ,556 ,425
,420 ,101 ,481 4,153 ,000 ,863 ,726 ,586
(Constant)
X1
X2
X3
X4
X5
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: Y a.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 22/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
200
c. Koefisien korelasi parsial antara variabel paternalistis (X3) terhadap kinerja guru (Y)yaitu sebesar 0,713, karena besarnya antara 0,60 – 0,799 maka disimpulan bahwavariabel paternalistis mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja guru.
d. Koefisien korelasi parsial antara variabel kharismatis (X4) terhadap kinerja guru (Y)
yaitu sebesar 0,615, karena besarnya antara 0,60 – 0,799 maka disimpulan bahwavariabel kharismatis mempunyai hubungan yang kuat dengan kinerja guru.e. Koefisien korelasi parsial antara variabel demokratis (X5) terhadap kinerja guru (Y)
yaitu sebesar 0,863, karena besarnya antara 0,80 – 1,000 maka disimpulan bahwavariabel otokratik mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan kinerja guru.
Dari nilai koefisien korelasi di atas dapat pula diketahui bahwa pengaruh dominanterhadap kinerja guru (Y) ditunjukkan oleh variabel demokratik (X5), karena mempunyainilai koefisien korelasi yang lebih besar daripada variabel bebas lainnya.
2. Uji tUji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui apakah model persamaan regresi
telah signifikan untuk digunakan mengukur pengaruh secara parsial variabel bebas gayakepemimpinan yang terdiri dari otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis dandemokratis terhadap kinerja guru. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakanProgram SPSS diperoleh hasil output t hitung tampak pada tabel 8:
Tabel 8Uji Parsial (Uji t)
Prosedur pengujian menggunakan uji t dengan tingkat signifikansi 0,05.a. Uji parsial antara variabel bebas otokratik (X1) terhadap kinerja guru (Y), dengan nilai
sig = 0,132.Karena nilai sig 0,132 > 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa variabel bebas otokratik secara parsial tidak berpengaruhsignifikan terhadap kinerja guru.
b. Uji parsial antara variabel bebas militeristis (X2) terhadap kinerja guru (Y), dengannilai sig = 0,575.
Karena nilai sig 0,575 > 0,05 maka H0 diterima, sehingga dapat diambilkesimpulan bahwa variabel bebas militeristis secara parsial tidak berpengaruhsignifikan terhadap kinerja guru.
c. Uji parsial antara variabel bebas paternalistis (X3) terhadap kinerja guru (Y), dengannilai sig = 0,004.
Coefficientsa
-,394 ,461 -,854 ,398,116 ,075 ,155 1,535 ,132 ,665 1,503
,065 ,115 ,063 ,565 ,575 ,549 1,821
,317 ,106 ,291 2,997 ,004 ,724 1,381
,186 ,085 ,205 2,185 ,034 ,774 1,291
,420 ,101 ,481 4,153 ,000 ,509 1,966
(Constant) X1
X2
X3
X4
X5
Model
1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 23/24
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah… - Nalasatria, Soedjono, dan Suwitho
201
Karena nilai sig 0,004 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat diambilkesimpulan bahwa variabel bebas paternalistis secara parsial berpengaruh signifikanterhadap kinerja guru.
d. Uji parsial antara variabel bebas kharismatis (X4) terhadap kinerja guru (Y), dengan
nilai sig = 0,034.Karena nilai sig 0,034 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat diambilkesimpulan bahwa variabel bebas kharismatis secara parsial berpengaruh signifikanterhadap kinerja guru.
e. Uji parsial antara variabel bebas demokratis (X5) terhadap kinerja guru (Y), dengannilai sig = 0,000
Karena nilai sig 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat diambilkesimpulan bahwa variabel bebas demokratis secara parsial berpengaruh signifikanterhadap kinerja guru.
Dari uji t dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap kinerja guru (Y)ditunjukkan oleh variabel demokratik (X5), karena mempunyai nilai signifikansi yang
paling kecil daripada variabel bebas lainnya.
SIMPULAN DAN SARANSimpulan
Dari hasil penelitian, dapat diambil beberapa simpulan yang dapat digunakan sebagaibahan pertimbangan, yaitu:1. Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi yang menunjukkan adanya
pengaruh gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis, dandemokratis terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah I Surabaya, namun pengaruhtersebut harus diuji lagi dengan uji F dan uji t.
2. Dari pengujian model regresi dengan uji F diketahui bahwa keseluruhan variabel bebas
gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalistis, kharismatis, dan demokratismemberikan pengaruh simultan yang signifikan terhadap kinerja guru di SMA HangTuah I Surabaya.
3. Dari pengujian model regresi dengan uji t diketahui bahwa gaya kepemimpinanpaternalistis, kharismatis, dan demokratis secara parsial mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah I Surabaya.
4. Dari pengujian model regresi dengan uji t diketahui bahwa gaya kepemimpinanotokratik dan militeristis secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikanterhadap kinerja guru di SMA Hang Tuah I Surabaya.
5. Dari hasil uji t dapat pula diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap kinerja guru diSMA Hang Tuah I Surabaya ditunjukkan oleh variabel gaya kepemimpinan demokratis,
karena memiliki nilai probabilitas yang paling kecil.
SaranBerdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diambil maka saran-saran
yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:1. Kepala Sekolah SMA Hang Tuah I Surabaya sebaiknya terus meningkatkan kinerja guru
dengan cara dengan cara mengkombinasikan gaya kepemimpinannya secara bersama-sama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2. Kepala Sekolah SMA Hang Tuah I Surabaya sebaiknya lebih sering menerapkan gayakepemimpinan demokratis, karena gaya kepemimpinan demokratis mempunyaipengaruh dominan terhadap kinerja guru.
7/21/2019 20130424007 GRAFIK oke
http://slidepdf.com/reader/full/20130424007-grafik-oke 24/24
Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen – Volume 1 Nomor 2, Maret 2013: 179-202
202
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian serupa dengan menambah jumlahvariabel dan jumlah sampel yang lebih banyak daripada penelitian ini, agar diperolehkesimpulan hasil penelitian yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKAAlma, B. 2010. Pengantar Bisnis. Cetakan Keempat Belas.Penerbit Alfabeta.BandungArikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka CiptaBurhanuddin, Y. 2001. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.Chang, S.C. 2007. A study on relationship among leadership, organizational culture, the
operation of learning organization and employees’ job satisfaction. The LearningOrganization, Emerald Group Publishing Limited. Vol. 14 No. 2, 2007. pp. 155-185
Handoko, T.H. 2011. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Cetakan KedelanBelas.BPFE. Yogyakarta.
Hersey. 2004. Kunci Sukses Pemimpin Situasional. Delaprasata. Jakarta.http://luluvikar.wordpress.com/2011/12/01/kinerja-guru/
http://nat5u.wordpress.com/gaya-kepemimpian-dalam-organisasi)Husain, U. Metode Reset Bisnis. 2005. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.Ilyas, Y. 2006. Kinerja: Teori Penilaian dan Penelitian. Jakarta: FKM UI. IQ. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka UtamaKurniawan. 2006. Pengaruh perilaku Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT.
Rajawali Nusindo Cabang Malang. Tesis. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia(STIESIA) Surabaya.
Lestari, E.D.B. 2005. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Badan PenelitianDan Pengembangan Kota Surabaya. Tesis. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia(STIESIA) Surabaya.
Melinda, T. 2007. Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Badan
Penerbit Mahardhika. SurabayaNasir, M. 2003, Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta Mulyasa, E, 2007. Standar Kompetensi dan Serifikasi Guru, Cetakan Pertama, Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.Nawawi, H. 2006. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Cetakan Kedua. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.Nugroho, S. 2000. Pelaksanaan Penilaian Jabatan Fungsional Guru. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.Prasetyo, E. 2006. Pengaruh Kepuasan Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta. Tesis. Pascasarjana UniversitasMuhammadyah Surakarta.
Santoso, S dan F. Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.Singgih, S. 2002. SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan Ke-13. Penerbit
Alfabeta. Bandung.Tjiptono. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: Dari Teori Ke Praktik.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.Yuli, B.S.C. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. UMM Press, Malang.