223334349 patofisiologi tetanus

Upload: diah-kris-ayu

Post on 02-Jun-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    1/13

    TETANUS

    Definisi

    Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme,

    yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein kuat yang dihasilkan oleh Clostridium

    tetani.

    Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani, merupakan basil Gram positif anaerob. Bakteri

    ini nonencapsulated dan berbentuk spora, yang tahan panas, pengeringan dan desinfektan. Spora

    terdapat di mana-mana dan ditemukan di tanah, debu rumah, usus hewan dan kotoran manusia.

    Spora ini akan memasuki tubuh penderita, lalu mengeluarkan toksin yang bernama

    tetanospasmin.

    Patogenesis dan Patofisiologi

    Tetanus disebabkan oleh neurotoksin (tetanospasmin dari bakteri Gram positif anaerob,

    Clostridium tetani, dengan mula-mula ! hingga " minggu setelah inokulasi bentuk spora ke

    dalam tubuh yang mengalami cedera#luka (masa inkubasi. Penyakit ini merupakan ! dari $

    penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan

    eksotoksin (Tetanolisin dan Tetanospasmin. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa

    luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan %aringan lokal, tertanamnya benda asing

    atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang

    terkontaminasi tanah, trauma pada %ari tangan atau %ari kaki yang berhubungan dengan patah

    tulang %ari dan luka pada pembedahan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril. Bahkan

    apabila tidak ditemukan adanya luka, tetanus bisa ter%adi akibat adanya gigi berlubang atau otitis

    media supuratif kronis. Pada keadaan anaerobik , spora bakteri ini akan bergerminasi men%adi sel

    &egetatif bila dalam lingkungan yang anaerob, dengan tekanan oksigen %aringan yang rendah.

    Selan%utnya, toksin akan diproduksi dan menyebar ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran

    darah dan sistem limpa. Toksin tersebut akan berakti&itas pada tempat-tempat tertentu seperti

    pusat sistem saraf termasuk otak, sebelum mencapai otak penderita umumnya meninggal akibat

    gagal nafas. Ge%ala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan

    neuromuscular %unction serta syaraf autonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor

    1

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    2/13

    endplate dan setelah masuk lewat ganglioside di%alarkan secara intraa'onal ke dalam sel saraf

    tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang. Ge%ala klinis yang ditimbulkan dari

    eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat tersebut adalah dengan memblok pelepasan dari

    neurotransmiter sehingga ter%adi kontraksi otot yang tidak terkontrol# eksitasi terus menerus dan

    spasme. euron ini men%adi tidak mampu untuk melepaskan neurotransmitter. euron, yang

    melepaskan gamma aminobutyric acid (G)B) dan glisin, neurotransmitter inhibitor utama,

    sangat sensitif terhadap tetanospasmin, menyebabkan kegagalan penghambatan refleks respon

    motorik terhadap rangsangan sensoris. *ekakuan mulai pada tempat masuknya kuman atau pada

    otot masseter (trismus, pada saat to'in masuk ke medulla spinalis ter%adi kekakuan yang berat,

    pada e'tremitas, otot-otot pada dada, perut dan mulai timbul ke%ang. )pabila toksin mencapai

    korteks serebri, maka pasien akan mulai mengalami ke%ang umum yang spontan. *arakteristik

    dari spasme tetani ialah menyebabkan kontraksi umum ke%ang otot agonis dan antagonis.

    neurotoksin ini pertama kali menyerang saraf tepi terpendek yang berasal dari sistem saraf

    kranial, dengan ge%ala awal distorsi wa%ah dan punggung serta kekakuan dari otot leher.

    Tetanospasmin pada sistem saraf otonom %uga berpengaruh, sehingga ter%adi gangguan

    pernapasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan

    neuromuscular. Spasme laryn', hipertensi, gangguan irama %antung, hiperfle'i, hyperhidrosis

    merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu %arang ter%adi karena penderita

    sudah meninggal sebelum ge%ala timbul. +engan penggunaan diaepam dosis tinggi dan

    pernapasan mekanik, ke%ang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali dan di

    kelola dengan teliti.

    Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, beker%a pada beberapa le&el dari

    susunan saraf pusat, dengan cara

    Toksin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat pelepasan

    G)B) dari terminal ner&e di otot.

    *arakteristik spasme dari tetanus ter%adi karena toksin mengganggu fungsi dari refle'

    synaptik di spinal cord.

    *e%ang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh cerebral

    ganglioside.

    Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya

    aktifitas dari neuron yang mempersarafi otot masetter sehingga ter%adi trismus. leh karena otot

    masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap

    afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi %uga dihilangkannya kontraksi

    2

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    3/13

    agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas. )da dua hipotesis tentang cara

    beker%anya toksin, yaitu

    !. Toksin diabsorbsi pada u%ung saraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa ke kornu

    anterior medulla spinalis

    ". Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudianmasuk kedalam medulla spinalis.

    )kibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak pada

    &oluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol, sering disebut lock%aw karena biasanya

    pertama kali muncul pada otot rahang dan wa%ah. *ematian biasanya disebabkan oleh kegagalan

    pernafasan dan angka kematian sangatlah tinggi, ($,/,!!

    Gejala Klinis

    0asa inkubasi tetanus umumnya antara 1-!" hari, namun dapat singkat !-" hari dan kadang lebih

    satu bulan2 makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis. Terdapat hubungan antara %arak

    tempat masuk kuman 3lostridium tetani dengan susunan saraf pusat, dengan inter&al antara

    ter%adinya luka dengan permulaan penyakit 2 makin %auh tempat in&asi, masa inkubasi makin

    pan%ang. Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini berlangsung

    hingga "! hari setelah masuknya kuman tetanus ke dalam tubuh. Pada masa inkubasi inilah baru

    timbul ge%ala awalnya. Ge%ala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu

    !. Tahap awal

    4asa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan ge%ala awal

    penyakit ini. Satu hari kemudian baru ter%adi kekakuan otot. Beberapa penderita %uga

    mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama infeksi tetanus

    masih berlangsung.

    ". Tahap kedua

    Ge%ala awal berlan%ut dengan ke%ang yang disertai nyeri otot pengunyah( Trismus. Ge%ala

    tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai gigi

    mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. *ekakuan ini bisa

    men%alar ke otot-otot wa%ah, sehingga wa%ah penderita akan terlihat menyeringai (4isus

    Sardonisus, karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut. Selain itu, otot-otot perut pun

    3

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    4/13

    men%adi kaku tanpa disertai rasa nyeri. *ekakuan tersebut akan semakin meningkat

    hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang (phistotonus. *eadaan ini dapat

    ter%adi $5 %am setelah mengalami luka. Pada tahap ini, ge%ala lain yang sering timbul

    yaitu penderita men%adi lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan

    makanan. Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena berbicara

    melalui mulut atau gigi yang terkatu berat, dan gerakan dari langit-langit mulut men%adi

    terbatas.

    1. Tahap ketiga

    +aya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka ter%adilah ke%ang refleks.

    Biasanya hal ini ter%adi beberapa %am setelah adanya kekakuan otot. *e%ang otot ini bisa

    ter%adi spontan tanpa rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar.

    0isalnya cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya,ke%ang ini

    hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan

    frekuensi yang lebih sering. Selain dapat menyebabkan radang otot %antung (myocarditis,

    tetanus dapat menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan

    patah tulang belakang dapat ter%adi akibat adanya ke%ang otot hebat. Pernafasan pun %uga

    dapat terhenti karena ke%ang otot ini, sehingga beresiko kematian. 6al ini disebabkan

    karena sumbatan saluran nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk

    tidak memadai, dan penderita tidak dapat menelan.

    4

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    5/13

    Secara klinis, tetanus dibedakan atas

    !. Tetanus lokal

    +itandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka2 ge%ala ini dapat ter%adi

    selama beberapa minggu dan menghilang tanpa ge%ala sisa. Bentuk ini dapat berkembang

    men%adi bentuk umum2 kasus fatal kira-kira !7.

    ". Tetanus umum

    0erupakan bentuk tetanus yang paling banyak di%umpai, dapat timbul mendadak, trismusmerupakan ge%ala awal yang paling sering di%umpai. Spasmus otot maseter dapat ter%adi

    bersamaan dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan, biasanya disertai kegelisahan

    dan iritabilitas. *ontraksi otot meluas, pada otot-otot perut menyebabkan perut papan (defens

    muscular dan kontraksi otot punggung yang menetap menyebabkan opistotonus2 dapat timbul

    ke%ang ,selama periode ini penderita berada dalam kesadaran penuh.

    1. Tetanus sefalik

    8enis ini %arang di%umpai2 masa inkubasi !-" hari, biasanya setelah luka dikepala, wa%ah atau

    otitis media2 banyak kasus berkembang men%adi tipe umum. Tetanus tipe ini mempunyai

    prognosis buruk.

    $. Tetanus neonatorum

    5

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    6/13

    Bentuk tetanus ini ter%adi pada neonatus. Tetanus neonatorum ter%adi pada negara yang belum

    berkembang dan menyumbang sekitar setengah kematian neonatus. Penyebab yang sering adalah

    penggunaan alat-alat yang terkontaminasi untuk memotong tali pusat pada ibu yang belum

    diimunisasi. 0asa inkubasi sekitar 1-!9 hari. eonatus biasanya gelisah, rewel, sulit minum )S:,

    mulut mencucu dan spasme berat. )ngka mortalitas dapat melebihi /97.

    0enurut berat ringannya tetanus dibagi atas ( criteria berdasarkan stadium klinis pada anak

    !. Tetanus ringan Trismus lebih dari 1 cm, tidak disertai ke%ang umum walaupun

    dirangsang

    ". Tetanus sedang trismus kurang dari 1 cm dan disertai ke%ang umum bila dirangsang.1. Tetanus berat trismus kurang ! cm dan disertai ke%ang umum yang spontan.

    3ole dan ;oungman (!

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    7/13

    pernapasan2tanpa disfagia atau disfagia ringan

    :: Sedang Trismus sedang2 rigiditas dengan spasme

    ringan sampai sedang dalam waktu singkat2

    la%u napas>19'#menit2 disfagia ringan

    ::: Berat Trismus berat2 spastisitas umum2 spasmenyalama2 la%u napas>$9'#menit2 la%u nadi >

    !"9'#menit, apneic spell, disfagia berat

    :A Sangat berat (dera%at ::: gangguan sistem otonom

    termasuk kardio&askular 6ipertensi berat dan

    takikardia yang dapat diselang-seling dengan

    hipotensi relatif dan bradikardia, dan salah satu

    keadaan tersebut dapat menetap

    Diagnosis

    +iagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa

    ! .Ge%ala klinik

    *e%ang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile .

    ". )danya luka yang mendahuluinya. ?uka adakalanya sudah dilupakan.

    1. *ultur 3. tetani positif (biasanya sulit dilakukan.

    $. ?ab SGT, 3P* meninggi (tidak spesifik untuk mendiagnosis tetanus

    Cmumnya dengan ge%ala klinis yang cukup %elas dan pemeriksaan fisik diagnosis tetanus

    biasanya dapat ditegakkan (!1

    7

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    8/13

    Penatalaksanaan

    ). Cmum

    Tu%uan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin,

    mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pernafasan sampai pulih. +an tu%uan tersebut

    dapat diperinci sebagai berikut

    !. 0erawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa

    0embersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi %aringan nekrotik, membuang

    benda asing dalam luka serta kompres dengan 6"9", dalam hal ini penatalaksanaan

    terhadap luka tersebut dilakukan !-" %am setelah )TS dan pemberian )ntibiotika.

    ?akukan obser&asi ketat pada %alan nafas, perubahan posisi dan perawatan kulit untuk

    mencegah dekubitus

    ". +iet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut

    dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau parenteral

    (apabila pasase usus baik dan trismus minimal pemberian peroral merupakan pilihan

    utama

    1. :solasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita

    (metode ini mulai ditinggalkan .$. ksigen, pernafasan buatan dan tracheostomi bila perlu (apabila terdapat kekauan pada

    laring.D. 0engatur keseimbangan cairan dan elektrolit (rehidrasi.

    B. bat- obatan )ntibiotika

    +iberikan parenteral Peniciline D9.999 :C # *gBB#hari dibagi dalam 1 dosis selama !9 hari, :0..

    Bila tidak sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin

    dosis 19-$9 mg#kgBB# "$ %am, tetapi dosis tidak melebihi " gram dan diberikan dalam dosis

    terbagi ( $ dosis . Bila tersedia Peniciline intra&ena, dapat digunakan dengan dosis "99.999

    unit #kgBB# "$ %am, dibagi = dosis selama !9 hari. Pemberian penicillin beberapa sumber

    mengan%urkan untuk tidak diberikan karena memiliki sifat G)B) antagonis yang %ustru akan

    menambah efek spasme pada pasien, lebih dian%urkan untuk pemberian metronidaol.

    )ntibiotika ini hanya bertu%uan membunuh bentuk &egetatif dari 3.tetani, bukan untuk toksin

    8

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    9/13

    yang dihasilkannya. Bila di%umpai adanya komplikasi, pemberian antibiotika broad spektrum

    dapat dilakukan.Tetrasiklin, Eritromisin dan 0etronidaole diberikan terutama bila penderita

    alergi penisilin. Tertasiklin 19-D9 mg#kgbb#hari dalam $ dosis

    Eritromisin D9 mg#kgbb#hari dalam $ dosis, selama !9 hari.

    0etronidaole loading dose !D mg#*gBB#%am selan%utnya /,D mg#*gBB tiap = %am. )T)C 1 ' !

    gr # hari. 0etronidaole %uga dapat diberikan untuk mengatasi kuman anaerob yang merupakan

    karakteristik dari C. Tetani. 0etronidaole lebih efektif menurunkan angka mortalitas dan

    morbiditas daripada penisilin. *uman penyebab dapat dihilangkan melalui perawatan luka yang

    dicurigai sebagai sumber infeksi dengan cara mencuci luka menggunakan larutan antiseptic,

    eksisi luka. )pabila tidak ditemukan sumber infeksi maka antimikroba merupakan satu F satunya

    usaha untuk menghilangkan kuman penyebab.

    )nti tetanus toksin

    Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam " bentuk

    Toksin bebas dalam darah

    Toksin bergabung dengan %aringan saraf.

    ;ang dapat dinertalisir adalah toksin yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung

    dengan %aringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin

    harus dilakukan anamnesa apakah ada riwayat alergi, tes kulit (skin test, dan harus sedia

    adrenalin !!999. Toksin yang masih beredar dinetralkan melalui pemberian )TS atau

    immunoglobulin tetanus manusia. )TS diberikan "9.999 :C#hari selama lima hari berturut F

    turut. Pada pemberian )TS harus diingat kemungkinan adanya reaksi alergi sehingga hal F hal

    yang telah disebutkan diatas harus disiapkan dan dilakukan terlebih dahulu

    )ntitoksin dapat digunakan 6uman Tetanus :mmunoglobulin ( T:G dengan dosis 1999-=999

    C, , pemberian tidak perlu diulang karena waktu paruh antibody ini 1 !#" F $ minggu secara

    :0 tidak boleh diberikan secara intra&ena karena T:G mengandung Hanti complementary

    aggregates of globulin H, yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius.

    Tetanus toksoid

    9

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    10/13

    Pemberian Tetanus Toksoid (TT yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian

    antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian

    dilakukansecara :.0. Pemberian TT harus dilan%utkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus

    selesai.(!!,$

    :ndikasi pemberian imunisasi tetanus

    :munisasi

    sebelumnya

    ?uka bersih ?uka *otor

    Toksoid )TS Toksoid )TS

    Tidak ada # tidak

    pasti

    ;aI Tidak ;aI ;a

    !' +T atau +TP ;aI Tidak ;aI ;a

    "' +T atau +TP ;aI Tidak ;aI ;a

    1' +T atau +TP Tidak Tidak Tidak Tidak

    *eterangan

    I J seri imunisasinya harus dilengkapi

    J kecuali booster terakhir sudah !9 tahun yang lalu

    J kecuali booster terakhir sudah D tahun yang lalu atau lebih

    3ara pemberian melalui intramuscular ()TS !D99 C# immunoglobulin "D9C ($

    )ntikon&ulsan

    Pemberian antikon&ulsan bertu%uan untuk mengontol spasme dan rigiditas. )dapun %enis obat

    yang dapat digunakan, tertera dalam teabel.

    8enis bat +osis Efek Samping

    +iaepam 9,D F !,9 mg#kg Berat badan #

    $ %am (:0

    Stupor, *oma

    0eprobamat 199 F $99 mg# $ %am (:0 Tidak )da

    *lorpromasin "D F /D mg# $ %am (:0 6ipotensi

    Kenobarbital D9 F !99 mg# $ %am (:0 +epressi pernafasan

    bat yang laim digunakan ialah

    10

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    11/13

    +iaepam. Bila penderita datang dalam keadaan ke%ang maka diberikan dosis

    9,Dmg#kgbb#kali i.&. perlahan-lahan dengan dosis optimum !9mg#kali diulang setiap kali

    ke%ang. *emudian diikuti pemberian diaepam peroral- (sonde lambung dengan dosis

    9,D#kgbb#kali sehari diberikan = kali.+iaepam diberikan karena memiliki margin of

    safetyyang cukup baik, onset ker%a obat ini cukup cepat, kumulasi cukup tinggi dalam /"

    %am.

    +osis maksimal diaepam "$9mg#hari. Bila masih ke%ang (tetanus yang sangat berat,

    harus dilan%utkan dengan bantuan &entilasi mekanik, dosis diaepam dapat ditingkatkan

    sampai $59mg#hari dengan bantuan &entilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi.

    +apat pula dipertimbangkan penggunaan magnesium sulfat, bila ada gangguan saraf

    otonom.

    Kenobarbital. +osis awal ! tahun D9 mg i.m.2 ! tahun /D mg i.m. +ilan%utkan dengan

    dosis oral D-< mg#kgbb#hari dibagi dalam 1 dosis. Kenotiain beker%a dengan cara

    meningkatkan akti&itas neurotransmitter G)B) begitu %uga dengan phenotiaine dan

    klopromaine.

    ?argactil. +osis yang dian%urkan $ mg#kgbb#hari dibagi dalam = dosis.

    Pencegahan

    0engingat banyaknya masalah dalam penanggulangan tetanus serta masih tingginya angka

    kematian (19 F =97, tindakan pencegahan merupakan usaha yang sangat penting untuk

    menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat tetanus. )da dua pencegahan tetanus, yaitu

    perawatan luka dan imunisasi aktif serta pasif.:munisasi aktif didapat dari penyuntikan toksoid

    tetanus untuk merangsang tubuh membentuk antibody. 0anfaat imunisasi aktif ini sudah banyak

    dibuktikan. :munisasi pasif diperoleh dari pemberian serum yang mengandung antitoksinheterolog ()TS atau antitoksin homolog (immunoglobulin antitetanus. Berdasarkan riwayat

    imunisasi dan %enis luka, baru ditentukan pemberian antitetanus serum atau toksoid. )da

    keraguan dalam memberikan serum antitetanus bersamaan dengan toksoid karena ditakutkan

    ter%adi netralisasi toksoid oleh )TS. 6al ini dapat dihindari dengan memberikannya secara

    terpisah pada tempat penyuntikan yang ber%auhan, misalnya lengan kanan dan paha kiri.($

    11

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    12/13

    +)KT)4 PCST)*)

    !. ingsih, S., and Litarti, ., "99/.Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus. )&ailable from

    www.pediatrik.com#perawatMpediatrik#9=!91!-%oiN!=1.doc. )ccested 8une "/, "9!1.

    ". ?ubis, C. ., "99$. Tetanus Lokal pada Anak. )&ailable from

    www.kalbe.co.id#files#cdk#files#!D. )ccested 8une "/, "9!1.

    1. :smoedi%anto, and +armowandowo, L., "99=. Tetanus. )&ailable from www.pediatrik.com.

    )ccested 8une "5, "9!1.

    $. +e 8ong. Buku )%ar :lmu Bedah. :n S%amsuhida%at 4, *arnadihard%a L, Prasetyono T6,

    4udiman 4, editors. 1 ed. 8akarta EG32 "9!"2 p. $D F D9.

    D. Bachsinar. B.,Bedah 0inor Tetanus . 8akarta. 6ipokrates 8akarta 2 !

  • 8/10/2019 223334349 Patofisiologi Tetanus

    13/13

    /. Taylor . ). 0., "99=. Tetanus, 3ontinuing Education :n )naesthesia 3ritical 3are and Pain.

    )&ailable from http##ceaccp.o'ford%ournals.org#)ccested 8uly !=, "9!1.

    5. Sherwood.? ., Kisiologi 0anusia dari sel ke system Kisiologi otot. Ed ". 8akarta. EG3,

    "99!2 p ""!