_5_pmsr2003_des2004

7
  SURVEI CEMARAN MIKROBA, RESIDU ANTIBIOTIKA DAN SULFA PADA PRODUK ASAL HEWAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2003 (A Survey Microbilogical Contaminants, Antibiotic and Sulpha Residues of Livestock Products in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara Provinces in 2003) Handayani. N.M.S, A.A.S. Dewi dan N. Riti Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional VI Denpasar Abstrak Survei cemaran mikroba, residu antibiotika dan sulf a telah dilakukan di Rumah Potong Hewan, pasar tradisional dan peternakan ayam di Propinsi NTB dan NTT pada tahun 2003. Selama survei telah diambil 412 sampel, terdiri atas daging sapi, babi, ayam dan telur ayam. Cemaran mikroba diuji secara kuantitatif terhadap  E.coli, S.aureus, Coliform dan Salmonella sp, pengujian residu antibiotika dengan teknik Bioassay, sedangkan pengujian residu sulfa pada daging ayam secara kuantitatif menggunakan teknik High Performance Liquid  Chromatography (HPLC). Hasil survei menunjukkan, sebanyak 210 sampel (73,2%) mengandung Total Plate Count (TPC) dan 174 sampel (60,6%) mengandung  E.coli dan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). namun seluruh sampel tidak mengandung kuman Staphylococcus aureus dan Salmonella sp. Hasil pengujian residu antibiotika, 7 sampel (1,7%) mengandun g residu golongan tetrasiklin , 8 sampel (1,9%) golongan penisillin, 4 sampel (0,9%) golongan makrolida dan 6 sampel (1,4%) golongan aminoglikosida dari 412 sample yang diuji. Residu golongan tetrasiklin paling tinggi ditemukan pada daging ayam (11,4%). Residu sulfa ditemukan dalam sampel daging ayam. Dari 20 sampel yang diuji, 5 sampel (25%) diantaranya mengandung sulfamerazine dan 3 sampel (15%) sulfadiazine dan tidak memenuhi SNI.  Kata Kunci : Cemaran mikroba, Residu, Daging, Hati . Abstract A survey of microbiological contamin ants, antibiotic and sulfa residu es of livestock products w ere conducted in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara Provinces in 2003. Four hundred and twelve samples consistency of eggs, meats and liver were collected from different location, slaughter house, wet market and poultry farms. The samples were tested quantitativ ely for microbiological contaminants such as E.coli, S.aureus, Coliform and Salmonella. Mean while as the antibiotic residues were tested by bioassay technique. Quantitative test of sulpha residues from chicken meat sample were tested by High Performance Liquid Chromatography technique. The result indicated that, 73.2% Total Plate Count and containing 60.6%  E.coli and were not acceptable for the Indonesian National Standard. All samples were free from S. aureus and Salmonella sp contamination. The samples were found contained antibiotic and sulpha residues. The percentages antibiotic residues were 1.7% tetracycline group, 1.9% penicilline group, 0.9% macrolyde group and 1.4% aminoglycoside group. The sulpha residues are 25% sulphamerazine and 15% sulphadiazine are also not acceptable.  Keywords : Micr obiological contaminants, Residues, Meat, Liver .

Upload: mursyidah-amniati

Post on 15-Jul-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 1/7

 

 

SURVEI CEMARAN MIKROBA, RESIDU ANTIBIOTIKA DAN SULFA

PADA PRODUK ASAL HEWAN DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

DAN NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2003(A Survey Microbilogical Contaminants, Antibiotic and Sulpha Residues of 

Livestock Products in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara Provinces in

2003)

Handayani. N.M.S, A.A.S. Dewi dan N. Riti

Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional VI Denpasar

Abstrak

Survei cemaran mikroba, residu antibiotika dan sulfa telah dilakukan di Rumah Potong Hewan,pasar tradisional dan peternakan ayam di Propinsi NTB dan NTT pada tahun 2003. Selama survei

telah diambil 412 sampel, terdiri atas daging sapi, babi, ayam dan telur ayam. Cemaran mikroba diuji

secara kuantitatif terhadap E.coli, S.aureus, Coliform dan Salmonella sp, pengujian residu antibiotika

dengan teknik Bioassay, sedangkan pengujian residu sulfa pada daging ayam secara kuantitatif 

menggunakan teknik  High Performance Liquid  Chromatography (HPLC). Hasil survei menunjukkan,

sebanyak 210 sampel (73,2%) mengandung Total Plate Count (TPC) dan 174 sampel (60,6%)

mengandung  E.coli dan tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). namun seluruh sampel

tidak mengandung kuman Staphylococcus aureus dan Salmonella sp. Hasil pengujian residu

antibiotika, 7 sampel (1,7%) mengandung residu golongan tetrasiklin, 8 sampel (1,9%) golongan

penisillin, 4 sampel (0,9%) golongan makrolida dan 6 sampel (1,4%) golongan aminoglikosida dari

412 sample yang diuji. Residu golongan tetrasiklin paling tinggi ditemukan pada daging ayam

(11,4%). Residu sulfa ditemukan dalam sampel daging ayam. Dari 20 sampel yang diuji, 5 sampel(25%) diantaranya mengandung sulfamerazine dan 3 sampel (15%) sulfadiazine dan tidak memenuhi

SNI.

 Kata Kunci : Cemaran mikroba, Residu, Daging, Hati .

Abstract

A survey of microbiological contaminants, antibiotic and sulfa residues of livestock products were

conducted in West Nusa Tenggara and East Nusa Tenggara Provinces in 2003. Four hundred and

twelve samples consistency of eggs, meats and liver were collected from different location, slaughter

house, wet market and poultry farms. The samples were tested quantitatively for microbiological

contaminants such as E.coli, S.aureus, Coliform and Salmonella. Mean while as the antibiotic residueswere tested by bioassay technique. Quantitative test of sulpha residues from chicken meat sample were

tested by High Performance Liquid Chromatography technique. The result indicated that, 73.2% Total

Plate Count and containing 60.6%  E.coli and were not acceptable for the Indonesian National

Standard. All samples were free from S. aureus and Salmonella sp contamination. The samples were

found contained antibiotic and sulpha residues. The percentages antibiotic residues were 1.7%

tetracycline group, 1.9% penicilline group, 0.9% macrolyde group and 1.4% aminoglycoside group.

The sulpha residues are 25% sulphamerazine and 15% sulphadiazine are also not acceptable.

 Keywords : Microbiological contaminants, Residues, Meat, Liver.

Page 2: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 2/7

 

 

PENDAHULUAN

Bahan makanan asal hewan seperti

daging dan telur selain sebagai sumber

protein yang nilainya tinggi juga

merupakan salah satu media yang baik 

bagi perkembang biakan

mikroorganisme dan dapat bertindak 

sebagai pembawa (transmitter)

beberapa jenis penyakit yang kadang-

kadang sifatnya berbahaya bagimanusia (Anon.,1991). Disamping itu,

  juga potensial mengandung residu,

karena pemakaian obat-obatan dalam

bidang peternakan tidak dapat

dihindarkan untuk menjaga kesehatan

dan sebagai pemacu pertumbuhan

ternak (Murdiati dan Bahri, 1991).

Pengawasan residu dan cemaran

mikroba dalam bahan makanan asal

hewan sangat penting terutama dalam

kaitannya dengan perlindungankesehatan dan keamanan konsumen.

Perdagangan internasional yang menuju

ke arah pasar bebas akan menyebabkan

tuntutan pembeli yang menekankan

kepada produk hewani yang bebas

residu atau residu free (Anon., 1997).

Berkaitan dengan hal tersebut, upaya

untuk memberikan jaminan terhadap

bahan makanan asal hewan terusdilakukan, salah satunya adalah dengan

melaksanakan program monitoring dan

surveilans residu (PMSR). Hasil

surveilans tahun 2002 di beberapa

wilayah kerja BPPV Regional VI

Denpasar menunjukkan bahwa, rata-

rata 80% sampel yang diuji

mengandung cemaran mikroba

melebihi Standar Nasional Indonesia

(Dartini dkk., 2003). Oleh sebab itu,

untuk mendapatkan gambaran secaragaris besar kandungan residu dan

sekaligus mengetahui tingkat cemaran

mikroba produk asal hewan yang

beredar di seluruh wilayah kerja BPPVRegional VI Denpasar maka tahun

2003 surveilans dilakukan di beberapa

derah NTB dan NTT yang belum

pernah dilakukan survei sebelumnya. 

MATERI DAN METODE

1. Materi

Sampel yang diambil untuk analisa

adalah daging segar dan telur yang

diambil di derah NTB (Sumbawa,

Bima) dan NTT (Maumere,

Manggarai). Sebanyak 100-250 gram

untuk setiap sampel daging (sapi, babi,

ayam, kambing) diambil di rumah

potong hewan (RPH), tempat

pemotongan hewan (TPH), pasar

tradisional, sedangkan telur diambil di

peternakan. Jumlah keseluruhan sampel412 sampel.

2. Metode

2.1. Uji Cemaran Mikroba

Masing-masing sampel ditimbang 10

gram, dihomogenkan dan ditambahkan

90 ml pepton water 1%, kemudian

dikocok sampai homogen (pengenceran10-1). Sebanyak 1 ml dari campuran

tersebut diambil dan dimasukkan ke

dalam 9 ml pepton water ( pengenceran

10-2 ), demikian seterusnya sampai

pengenceran yang diinginkan. Masing-

masing pengenceran diambil 1 ml

dipupuk pada media nutrient agar

dengan sistem tuang, kemudian

diinkubasikan semalam pada suhu

370C. Koloni yang tumbuh dihitung

sebagai TPC (Total Plate Count). Daripengenceran 10

-1diambil 0,1 ml

Page 3: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 3/7

 

 

dipupuk pada media agar darah dan

Mac Conkey Agar, untuk pemeriksaan

 E.coli dan S.aureus. Untuk uji Salmonella, 25 gram sampel

dimasukkan ke dalam 225 buffer fosfat

air pepton, selanjutnya diinkubasi 24

  jam pada suhu 370

C. Diambil 1 ml,

dipupuk pada media “tetrationet broth”,

inkubasi pada suhu 370

C selama 24

  jam, diambil satu loop kemudian

dipupuk pada bismut sulfit agar,

inkubasi 34 jam pada suhu 370

C.

Koloni yang dicurigai diuji denganserum polyvalen O, apabila positif 

pemupukan dilanjutkan ke media

Shigella salmonella Agar. Apabila

positif dilanjtkan ke dalam uji biokimia

dan gula-gula.

2.2. Uji Residu Antibiotika

( Bioassay) 

Sampel ditimbang seberat 10 gram

dihomogenkan dan ditambahkan bufferphospat pH 7,0 sebanyak 20 ml.

Setelah disentrifugasi, diambil

supernatannya. Kertas cakram (paper

dish) ditetesi dengan sampel tersebut

sebanyak 75 µl dan diletakkan di atas

permukaan media agar yang telah

dicampur dengan biakan bakteri uji

kemudian diinkubasikan semalam..

Sampel dinyatakan positif mengandung

residu antibiotika bila terbentuk daerahhambatan minimal 2 mm lebih besar

dari diameter kertas cakram (Anon.,

2000).

2.3. Uji Residu Sulfa 

Sampel ditimbang seberat 10 gram,

ditambahkan 2 x 25 ml acetonitril

kemudian dihomogenkan dengan

homogenizer. Ekstrak yang sudah

homogen disaring dengan corong gelas

yang telah diisi kapas. Filtrat yang

dihasilkan ditambahkan 30 ml hexan  jenuh dan dikocok. Fase acetonitril

ditampung dalam labu florintin

kemudian dievaporasi sampai kering.

Residu dilarutkan dengan 5 ml 85 %

methanol.

Fase clean up dilakukan dengan cara

memasukkan 6 gram aluminium oksid

basa aktif I yang sudah dicuci dengan

10 ml methanol ke dalam gelas kolomyang pada bagian ujungnya telah diisi

glasswool. Kemudian dielusi dengan 25

ml methanol 85 %. Ekstrak residu

dituangkan ke dalam gelas kolom,

kemudian dielusi dengan 25 ml

methanol ; asam asetat : air (30 : 0,4 :

70). Eluat dicuci dengan 20 ml hexan,

evaporasi pada suhu 400C sampai

kering. Residu dilarutkan dalam 1 ml

fase gerak, kemudian disaring dengan

filter ukuran 0,2 µm. Cuplikan sampeldiinjeksikan ke HPLC sebanyak 20 µl

dengan kondisi alat HPLC kecepatan

alir 0,8 ml/menit dan detektor UV 267

nm.

HASIL

1. Hasil Uji Cemaran Mikroba

Hasil pengujian sampel menunjukkan,rata-rata prosentase sampel produk asal

hewan mengandung cemaran mikroba

yang tidak memenuhi SNI yaitu TPC  

(73,2%) dan  E.coli (60,6,%). Tingkat

cemaran tertinggi terdapat pada daging

ayam yaitu TPC  (91,4%) dan  E.coli 

(74,3%), disajikan pada tabel 1.

 

Page 4: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 4/7

 

 

Tabel 1 

Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba Berdasarkan Spesies Ternak 

Spesies TernakJumlah

SampelTidak Memenuhi SNI

TPC E.coli S. aureus Salmonella

Ayam (daging ) 35 32 (91,4%)  26 (74,3%)  0  0 

Sapi (daging&hati) 163 133 (81,6%) 101 (61,9%) 0 0

Babi (daging&hati) 51 27 (52,9%) 31 (60,8%) 0 0

Kambing (daging&hati) 38 18 (47,4%) 16 (42,1%) 0 0

Jumlah 287 210( 73,2%) 174 (60,6%) 0 0

Keterangan : Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Standar Nasional Indonesia

(SNI), No: 01-6366-2000 dalam satuan CFU/gram;Sampel daging : TPC : 1 x 104 ,

 E.coli : 5x 101 ; S.aureus:1x102 ; Salmonella sp:negatif  

2. Hasil Uji Residu Antibiotika 

Hasil pengujian residu antibiotika

menunjukkan, rata-rata 1,7%

mengandung residu golongan

tetrasiklin, 1,9% golongan penisillin,

0,9% golongan makrolida dan 1,4%

golongan aminoglikosida. Prosentase

tertinggi residu golongan tetrasiklin

terdapat pada daging ayam (11,4%),

disajikan pada tabel 4.

 

Tabel 4 

Hasil Uji Residu Antibiotika ( Bioassay) Berdasarkan Jenis Sampel

Hasil Uji Residu AntibiotikaJenis Sampel Jumlah Sampel

TC’s PC’s ML’s AG’s

Daging Sapi 163 2 (1,2%) 4 (2,4%) 2 (1,2%) 1 (0,6%)

Daging Ayam 35 4 (11,4%) 0 0 2 (5,7%)

Daging Kambing 38 1 (1,6%) 0 0 3 (7,9%)

Telur Ayam 125 0 2 (1,6%) 2 (1,6%) 0

Daging Babi 51 0 2 (3,9%) 0 0

Jumlah 412 7 (1,7%) 8 (1,9%) 4 (0,9%) 6 (1,4%)

Keterangan : TC’s: golongan tetrasiklin; PC’s: golongan penisillin; ML’s: golongan

macrolida; AG’s: golongan aminoglikosida; 0: negatif 

Berdasarkan asal sampel, prosentase

tertinggi residu golongan tetrasiklin

terlihat pada sampel dari Sumbawa

(5,2%), residu golongan penisillin

(6,2%) dan golongan Macrolida (2,1%)

pada sampel Manggarai dan golongan

aminoglikosida (3%) terdapat pada

sampel dari Bima, disajikan pada tabel

5.

 

Page 5: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 5/7

 

 

Tabel 5.

Hasil Uji Residu Antibiotika ( Bioassay) Berdasarkan Asal Sampel

Hasil Uji Residu AntibiotikaLokasi Sampling

Jumlah

Sampel TC’s PC’s ML’s AG’s

Sumbawa (NTB) 116 6 (5,2%) 0 0 3(2,6%)

Manggarai (NTT) 97 0 6 (6,2%) 2 (2,1%) 0

Bima (NTB) 100 0 2 (2%) 2 (2%) 3 (3%)

Maumere (NTT) 99 1 (1%) 0 0 0

Jumlah 412 7 (1,7%) 8 (1,9%) 4 (0,9%) 6 (1,4%)

Keterangan : TC’s: golongan tetrasiklin; PC’s: golongan penisillin; ML’s: golongan

macrolida; AG’s: golongan aminoglikosida; 0: negatif 

3. Hasil Uji Residu Sulfa 

Hasil uji terhadap 20 sampel daging

ayam yang berasal dari Sumbawa

terhadap residu obat golongan sulfa

(sulfadiazine dan sulfamerazine)

disajikan pada tabel 5. Sebanyak 25%

dari sampel yang diperiksa

mengandung residu sulfamerazine dan

15% residu sulfadiazine.

Tabel 6 

Hasil Uji Residu Sulfa pada Sampel Daging Ayam dari Sumbawa

Lokasi

Pengambilan

Sampel

Jumlah

Sampel

Tidak Memenuhi

SNI

SMZ SDZ

Pasar 20 5 (25%) 3 (15%)

Keterangan : SMZ : sulfamerazine; SDZ : Sulfadiazine 

  Batas Maksimum Residu dalam Standar Nasional Indonesia (SNI), No: 01-6366-2000 0,1 ppm. 

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian sampel

produk asal hewan yang tersaji dalam

tabel diatas, secara umum tingkat

hyegiene daging yang beredar di

Sumbawa, Bima (NTB) dan

Manggarai, Maumere (NTT) masih

rendah bila dibandingkan dengan

persyaratan yang ditetapkan dalam

Standar Nasional Indonesia. Rendahnya

hygiene daging yang diuji disebabkan

karena tingginya cemaran mikroba

terutama TPC  (73,2%) dan   E. coli 

(60,6%) yang mencemari sampel

tersebut.

Page 6: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 6/7

 

 

Terkontaminasinya sampel terhadap

mikroba sudah terjadi mulai dari rumah

pemotongan hewan (RPH) yangmerupakan unit pengolahan tingkat

pertama dalam mata rantai kegiatan

agribisnis yang mana fungsinya sebagai

tempat terjadinya perubahan dari ternak 

menjadi daging (Anon., 1997). Hal ini

dapat dilihat dari hasil uji sampel,

sebanyak 70,6% sampel daging yang

berasal dari RPH mengandung cemaran

mikroba terutama TPC tidak memenuhi

SNI. Pencemaran mikroba yang cukuptinggi di RPH sangat memungkinkan

mengingat kondisi RPH di NTB dan

NTT tidak memenuhi persyaratan

sanitasi lingkungan. Pegawai yang

terlibat dalam proses pemotongan

kurang peduli terhadap kebersihan

dirinya maupun tempat pemotongan.

Demikian pula halnya dengan kondisi

tempat pemotongan hewan (TPH) dan

pasar tradisional yang masih jauh dari

segi higienis.

Pemeriksaan terhadap bakteri

Salmonella sp dan Staphylococcus

aureus juga dilakukan terhadap seluruh

sampel daging. Namun demikian

semua sampel tidak ada yang

mengandung bakteri Salmonella sp dan

Staphylococcus aureus yang dapat

mengakibatkan diare maupun

keracunan (Marion and Hughes, 1975).

Hasil uji residu antibiotika

menunjukkan prosentase tertinggi

terdapat pada daging ayam (11,4%)

yaitu residu antibiotika golongan

tetrasiklin. Hal ini disebabkan karena

penggunaan antibiotika tetrasiklin

sering digunakan sebagai bahan

tambahan dalam makanan dan

minuman (Yoshimura dkk., 1990).

Tetrasiklin untuk pengobatandiperbolehkan, tetapi dilarang sebagai

tambahan dalam bahan makanan dan

minuman. Selain residu golongan

tetrasiklin, residu golongan penisillin,makrolida dan aminoglikosida juga

ditemukan pada sampel. Ditemukannya

residu antibiotika pada beberapa

sampel karena ternak dipotong sebelum

waktu henti obat dilampaui atau

terdesak oleh keadaan ekonomi.

Antibiotika dalam tubuh masih

meninggalkan residu sampai waktu

henti/withdrawal time 5 hari (Lastari

dkk., 1987).

Hasil uji terhadap residu sulfa pada

sampel daging ayam menunjukkan

bahwa terdeteksinya residu sulfa pada

sampel daging ayam terjadi mengingat

obat golongan ini baik tunggal maupun

dikombinasikan dengan

diaminopyrimidine pemakaiannya

cukup luas dimasyarakat sebagai

antibakterial dan antikoksidiosis

(Endoh, dkk,1992). Penambahan feedadditive pada pakan ayam yang

dilakukan sendiri oleh peternak kurang

dapat dijamin ketepatan takarannya,

selain itu kurangnya pengetahuan

peternak mengenai waktu henti obat

dapat mempengaruhi tingginya

konsentrasi residu pada daging (Anon.,

1994).

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 1991. Pola Pengembangan dan

Pembinaan Kesehatan Masyarakat

Veteriner. Manual Kesmavet No.

40/1991-92. Direktorat Bina Kesehatan

Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan.

Departemen Pertanian Jakarta.

Anonimus, 1994. Hati-hati menggunakan Feed

Additive. Infovet. Edisi 014 Mei-Juni.

Anonimus, 1997. Manual Kesmavet . PedomanPembinaan Kesmavet. No. 47. Hal. 40.

Page 7: _5_PMSR2003_Des2004

5/13/2018 _5_PMSR2003_Des2004 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/5pmsr2003des2004 7/7

 

 

Anonimus, 2000. Pengembangan

Metode/Pelatihan Pengujian Residu

Obat dan Cemaran Mikroba. LokaPengujian Mutu Produk Peternakan.

Direktorat Jenderal Produksi

Peternakan.

Anonimus, 2000; Batas Maksimum Cemaran

Mikroba dan Batas Maksimum residu

dalam Bahan Makanan Asal Hewan.

Dewan Standarisasi Nasional-DSN.

Standard Nasional Indonesia-SNI No :

01-6366-2000. Direktorat Kesehatan

Masyarakat Veteriner. Jenderal Produksi

Peternakan Departemen Pertanian.

Dartini N.L., A.A.G.Putra, G. Kertayadnya,

A.A.,Dewi. 2003, Tingkat Cemaran

Mikroba, Residu Antibiotika Sulfa dan

Pestisida pada Bahan Asal Hewan di

Propinsi Bali, NTB dan NTT tahun

1996-2002. Makalah Workshop

Nasional Kesmavet tahun 2003. Balai

Penyidikan dan Pengujian Veteriner

Regional VI Denpasar.

Endoh,Y.S., Y.Takahashi and

M.Nishikawa.1992. HPLC

Determination of Sulfonamides, their

N4-Acetyl Metabolites and

Diaminopyrimidine Coccidiostats in

Chicken Tissues. Journal of Liquid

Chromatography .1992.

Lastari, P., Evie H.K., Noer Indah P., 1987,

Analisa Residu Tetrasiklin dalam Ayam

Broiller, Cermin Dunia Kedokteran No.46.

Marion, B and O. Hughes 1975, Introductory

Foods. 6th Edition.

Murdiati, T.B. and S. Bahri, 1991. Pola

Penggunaan Antibiotika dalam

Peternakan Ayam di Jawa Barat,

Kemungkinan Hubungan dengan

Masalah Residu. Proceeding Kongres

Ilmiah ke-8 ISFI, Jakarta.

Yoshimura, H., N.Osawa, F.S.C.Rasa,D.Hermawati, S.Werdiningsih,

N.M.R.Isriyanthi dan T.Sugimori 1991,

Residues of Doxycycline and

Oxytetracycline in eggs after medication

via drinking Water to Laying Hens,Food

Additives and Contaminants, 1991,

Vol. 8, No 1, 65-69.