86267989 laporan problem based learning i
TRANSCRIPT
Laporan Problem Based Learning I Blok Reproduksi
ldquo Kehamilan ldquo
Tutor dr Catharina Widiartini MMedEd
Disusun Oleh
Kelompok 10
Karina Adistiarini B G1A009010
Dera Fakhrunnisa G1A009020
Gita Ika Irsatika G1A009030
Sukma Setya N G1A009040
Purindri Maharani G1A009050
Bunga Wiharning G1A009060
Sadam Husein S G1A009070
Herlinda Yudi S G1A009080
Aris Wibowo G1A009108
Rendha Fatima R G1A009123
Firman Pranoto G1A009134
Kaharudin G1A007134
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Skenario
Informasi 1
Seorang pasien nama Ny Hartini usia 32 tahun datang yang pertama kali ke Puskesmas
Gumelar untuk memeriksakan kehamilannya Dia datang ditemani oleh suaminya bernama
Tn Tarno usia 37 tahun
Informasi 2
1 HPHT 6 Januari 2011
Interpretasi Dengan menggunakan rumus neaggle (+7 -3 +1) dapat ditentukan
taksiran persalinannya yaitu tanggal 23 Oktober 2011
2 Paritas G3P1A1
Interpretasi Hamil 3 kali melahirkan dengan kelahiran hidup 1 kali abortus 1 kali
3 Riwayat pernikahan Menikah selama 5 tahun dengan suami sekarang belum pernah
mengguanakan kontrasepsi selama menikah dan hubungan seksual teratur normal
Interpretasi Infertilitas sekunder
4 Riwayat persalinan saat ini Gerakan janin masih dirasakan baik dan sering sudah
merasakan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu lendir-darah sudah keluar dari lan lahir
sejak 4 jam yang lalu air ketuban belum dirasakan keluar
Interpretasi Janin hidup pasien sudah inpartu
5 Riwayat persalinan sebelumnya Hamil pertama kegugran saat usia kandungan 3 bulan
dikuret di RS Hamil kedua sehat anak lahir normal saat usia kandungan 9 bulan di bisan
jenis kelamin perempuan berat badan saat lahir 2800 gram Saat ini usia anak 5 tahun dan
sehat
6 Riwayat penyakit dahulupenyakit keluarga tidak ada
Interpretasi Normal
Informasi 3
Hasil Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum Baik kesadaran compos mentis tidak anemis tidak sesak nafas
2
Interpretasi Normal
2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh
364degC axiller
Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal
3 Status internus dalam batas normal
4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala
masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik
intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris
Interpretasi Inpartu Kala I fase laten
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak
pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi
belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of
direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)
Interpretasi Malposisi janin
Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin
Interpretasi Normal
Informasi 4
Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup
intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan
telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
3
BAB II
PEMBAHASAN
A Klarifikasi istilah
Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1
B Mengidentifikasi masalah
1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan
2 Ditemani oleh suami 37 tahun
C Analisis Masalah
1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut
D Penjelasan Mengenai Permasalahan
1 Anamnesis
a Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami
5) Nama suami
b Keluhan utama
1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-
pengaduan lain yang penting
c Riwayat haid
1) Menarche
2) Haid teratur atau tidak
3) Lama haid
4) Volume darah yang keluar
5) Disertai nyeri atau tidak
6) Hari pertama haid terakhir
4
d Riwayat perkawinan
1) Sudah menikah atau belum
2) Pernikahan ke berapa
3) Lama pernikahan
e Riwayat kontrasepsi
1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak
2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi
f Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
g Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
h Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi virus
5) Alergi
6) Inkompatibilitas rhesus
7) Paparan sinar - X
i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
1) Dilatase dan kuretase
2) Reparasi vagina
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Skenario
Informasi 1
Seorang pasien nama Ny Hartini usia 32 tahun datang yang pertama kali ke Puskesmas
Gumelar untuk memeriksakan kehamilannya Dia datang ditemani oleh suaminya bernama
Tn Tarno usia 37 tahun
Informasi 2
1 HPHT 6 Januari 2011
Interpretasi Dengan menggunakan rumus neaggle (+7 -3 +1) dapat ditentukan
taksiran persalinannya yaitu tanggal 23 Oktober 2011
2 Paritas G3P1A1
Interpretasi Hamil 3 kali melahirkan dengan kelahiran hidup 1 kali abortus 1 kali
3 Riwayat pernikahan Menikah selama 5 tahun dengan suami sekarang belum pernah
mengguanakan kontrasepsi selama menikah dan hubungan seksual teratur normal
Interpretasi Infertilitas sekunder
4 Riwayat persalinan saat ini Gerakan janin masih dirasakan baik dan sering sudah
merasakan kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu lendir-darah sudah keluar dari lan lahir
sejak 4 jam yang lalu air ketuban belum dirasakan keluar
Interpretasi Janin hidup pasien sudah inpartu
5 Riwayat persalinan sebelumnya Hamil pertama kegugran saat usia kandungan 3 bulan
dikuret di RS Hamil kedua sehat anak lahir normal saat usia kandungan 9 bulan di bisan
jenis kelamin perempuan berat badan saat lahir 2800 gram Saat ini usia anak 5 tahun dan
sehat
6 Riwayat penyakit dahulupenyakit keluarga tidak ada
Interpretasi Normal
Informasi 3
Hasil Pemeriksaan Fisik
1 Keadaan umum Baik kesadaran compos mentis tidak anemis tidak sesak nafas
2
Interpretasi Normal
2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh
364degC axiller
Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal
3 Status internus dalam batas normal
4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala
masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik
intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris
Interpretasi Inpartu Kala I fase laten
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak
pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi
belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of
direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)
Interpretasi Malposisi janin
Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin
Interpretasi Normal
Informasi 4
Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup
intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan
telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
3
BAB II
PEMBAHASAN
A Klarifikasi istilah
Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1
B Mengidentifikasi masalah
1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan
2 Ditemani oleh suami 37 tahun
C Analisis Masalah
1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut
D Penjelasan Mengenai Permasalahan
1 Anamnesis
a Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami
5) Nama suami
b Keluhan utama
1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-
pengaduan lain yang penting
c Riwayat haid
1) Menarche
2) Haid teratur atau tidak
3) Lama haid
4) Volume darah yang keluar
5) Disertai nyeri atau tidak
6) Hari pertama haid terakhir
4
d Riwayat perkawinan
1) Sudah menikah atau belum
2) Pernikahan ke berapa
3) Lama pernikahan
e Riwayat kontrasepsi
1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak
2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi
f Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
g Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
h Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi virus
5) Alergi
6) Inkompatibilitas rhesus
7) Paparan sinar - X
i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
1) Dilatase dan kuretase
2) Reparasi vagina
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2
Interpretasi Normal
2 Tanda vital TD 11090 mmHg Nadi 88xmenit RR 22xmenit temperatur tubuh
364degC axiller
Interpretasi TD normal nadi normal RR normal temperatur tubuh normal
3 Status internus dalam batas normal
4 Status obstetrikus Janin tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala kepala
masuk rongga panggul gt 13 bagian kepala his 3-4x dalam 10 menit durasi 20 detik
intensitas sedang serta fundal dominant dan simetris
Interpretasi Inpartu Kala I fase laten
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Vulva vagina dan uretra tenang (tidak ada kelainan) porsio konsistensi agak lunak
pendataran 80 posisi di tengah pembukaan 2-3 cm kulit ketuban positif (utuh) presentasi
belakang kepala kepala sudah turun di bidang khayal hoge I ndash II penunjuk (point of
direction) ubun ndash ubun kecil di jam 5 air ketuban (-) sarung tangan lendir darah (+)
Interpretasi Malposisi janin
Pemeriksaan Laboratorium Hb normal tidak ada protein urin
Interpretasi Normal
Informasi 4
Diagnosis Seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin tunggal hidup
intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase Laten Persalinan
telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
3
BAB II
PEMBAHASAN
A Klarifikasi istilah
Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1
B Mengidentifikasi masalah
1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan
2 Ditemani oleh suami 37 tahun
C Analisis Masalah
1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut
D Penjelasan Mengenai Permasalahan
1 Anamnesis
a Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami
5) Nama suami
b Keluhan utama
1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-
pengaduan lain yang penting
c Riwayat haid
1) Menarche
2) Haid teratur atau tidak
3) Lama haid
4) Volume darah yang keluar
5) Disertai nyeri atau tidak
6) Hari pertama haid terakhir
4
d Riwayat perkawinan
1) Sudah menikah atau belum
2) Pernikahan ke berapa
3) Lama pernikahan
e Riwayat kontrasepsi
1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak
2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi
f Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
g Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
h Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi virus
5) Alergi
6) Inkompatibilitas rhesus
7) Paparan sinar - X
i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
1) Dilatase dan kuretase
2) Reparasi vagina
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3
BAB II
PEMBAHASAN
A Klarifikasi istilah
Tidak ada kata sulit dalam skenario PBL kasus 1 info 1
B Mengidentifikasi masalah
1 Pasien NyHartani 32 th kunjungan pertama untuk pemeriksaaan kehamilan
2 Ditemani oleh suami 37 tahun
C Analisis Masalah
1 Anamnesis yang perlu dieksplorasi dan digali dari informasi pasien tersebut
D Penjelasan Mengenai Permasalahan
1 Anamnesis
a Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pekerjaan pasien atau pekerjaan suami
5) Nama suami
b Keluhan utama
1) Apakah pasien datang untuk pemeriksaan kehamilan ataukan ada pengaduan-
pengaduan lain yang penting
c Riwayat haid
1) Menarche
2) Haid teratur atau tidak
3) Lama haid
4) Volume darah yang keluar
5) Disertai nyeri atau tidak
6) Hari pertama haid terakhir
4
d Riwayat perkawinan
1) Sudah menikah atau belum
2) Pernikahan ke berapa
3) Lama pernikahan
e Riwayat kontrasepsi
1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak
2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi
f Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
g Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
h Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi virus
5) Alergi
6) Inkompatibilitas rhesus
7) Paparan sinar - X
i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
1) Dilatase dan kuretase
2) Reparasi vagina
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4
d Riwayat perkawinan
1) Sudah menikah atau belum
2) Pernikahan ke berapa
3) Lama pernikahan
e Riwayat kontrasepsi
1) Memakai alat kontrasepsi atau tidak
2) Jenis alat kontrasepsi yang digunakan
3) Terakhir kali pemakaian alat kontrasepsi
f Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Asuhan antenatal persalinan dan nifas kehamilan sebelumnya
2) Cara persalinan
3) Jumlah dan jenis kelamin anak hidup
4) Berat badan lahir
5) Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan
6) Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir
g Riwayat kehamilan saat ini
1) Identifikasi kehamilan
2) Identifikasi penyulit (preeklampsia atau hipertensi dalam kehamilan)
3) Penyakit lain yang diderita
4) Gerakan bayi dalam kandungan
h Riwayat penyakit ibu
1) Penyakit yang pernah diderita
2) Diabetes mellitus infeksi saluran kemih
3) Penyakit jantung
4) Infeksi virus
5) Alergi
6) Inkompatibilitas rhesus
7) Paparan sinar - X
i Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan
1) Dilatase dan kuretase
2) Reparasi vagina
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5
3) Seksio sesaria
4) Serviks inkompeten
5) Operasi non - ginekologi
j Riwayat Keluarga
1) Penyakit keturunan dari keluarga
2) Anak kembar
3) Penyakit menular seksual
E Perumusan Sasaran Belajar
1 Apa definisi antenatal care
2 Apakah tujuan dari antenatal care
3 Bagaimana pemeriksaan antenatal care
4 Bagaimana melakukan pemeriksaan obstetri (leopard manufer amp caranya)
5 Bagaimana teknik pemeriksaan His
6 Bagaimana teknik pemeriksaan BJJ
7 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan VT apa saja indikasi dan kontraindikasinya
serta apa saja yang dinilai dalam pemeriksaan VT
8 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb
9 Sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan
10 Info apa yang bisa dijelaskan pada pasien dan suami
11 Bagaimana prognosis dari persalinan Apa saja yg mempengaruhi prognosis persalinan
12 Komplikasi persalinan apa saja yang terdapat pada kasus baik pada ibu maupun janin
13 Bagaimana pendapat saudara mengenai riwayat infertlitas sekunder pada kasus
14 Bagaimana pengawasan persalinan pada KALA I
15 Bagaimana cara menggunakan partograf sebagai alat bantu persalinan
16 Bagaimana penegakan diagnosis partus tak maju
17 Apa etiologi dari partus tak maju
18 Bagaimana jika partus tak maju karena adanya disposisi malposisi petopelvik karena
adanya malpresentasi malposisi panggul sempit inersia uteri sekunderdan ibu
kelelahan
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6
F Belajar Mandiri
1 Pengertian Antenatal Care
ANC adalah kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan Kunjungan yang dimaksud tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik di Posyandu pondok bersalin desa kunjungan
rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan standar dapat
dianggap sebagai kunjungan ibu hamil (Depkes RI 2008)
2 Tujuan dari Antenatal Care
Tujuan dilakukannya antenatal care diantaranya adalah sebagai berikut (Sarwono
2009)
a Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
b Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikandungnya
c Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya
d Mengidentifikasi dan menata laksana kehamilan resiko tinggi
e Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan dan merawat bayi
f Menghindarkan gangguan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas
kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang
dikandungnya
3 Pemeriksaan Antenatal Care
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi
a Keadaan Umum ibu hamil pemeriksaan sama dilakukan seperti pada pasien yang
lainnya yaitu dengan melihat keadaan umum yang meliputi kesadaran ibu hamil
ketika datang untuk pemeriksaan
b Vital sign meliputi tekanan darah nadi pernafasan dan suhu Pemeriksaan
umumnya masih sama seperti yang dilakukan pada pemeriksaan biasanya tetapi
pada saat pemeriksaan tekanan darah posisi ibu hamil harus berbaring dan miring ke
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7
kiri karena ada penekanan dari uterus sehingga sirkulasi dan aliran balik vena tidak
lancar dan apabila diukur pada saat posisi duduk maka hasilnya tidak akan akurat
Sedangkan untuk melihat respirasi rate bisa dilakukan juga ketika ibu hamil dalam
posisi berbaring miring (Cunningham et all 2005)
c Tinggi badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya
d Berat badan ibu hamil
Sama seperti pemeriksaan pada umumnya Berat badan ibu hamil harus terus dipantau
selama melakukan ANC hal ini penting untuk menentukan apakah nutrisi ibu hamil
tercukupi atau tidak Pada ibu hamil terdapat anjuran pertambahan berat badan
dengan janin tunggal yaitu
1) BMI rendah lt198 bertambah 125-18 kg
2) BMI normal 198-26 bertambah 115-16 kg
3) BMI tinggi gt26029 bertambah 7-115 kg
4) Kegemukkan BMIgt29 bertambah lt7 kg (Cunningham et all 2005)
4 Pemeriksaan Obstetri (Leopold manuver)
Manuver Leopold membantu menentukan (Bickley 2008)
a Letak janin atau posisi janin terhadap punggung wanita (longitudinal dan
transversal)
b Presentasi atau ujung janin yang masuk ke dalam pintu atas panggul (kepala atau
bokong)
c Lokasi punggung janin
d Engagement atau seberapa jauh bagian presentasi janin yang turun ke dalam panggul
ibu
e Taksiran berat janin
Teknik pemeriksaan (Manuaba 1993)
a Leopold I kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
uteri dan bagian apa yang ada di fundus pada letak membujur atau kosong pada letak
lintang
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8
b Leopold II Telapak tangan ke samping fundus untuk menentukan punggung janin
pada letak bujur dan kepala kanankiri pada letak lintang
c Leoplod III tangan memegang bagian terendah di atas symphisis menentukan
kepala atau bokong
d Leopold IV pemeriksaan dilakukan menghadap kaki penderita kedua tangan di atas
symphisis Bila bagian terendah masuk PAP melebihi lingkaran terbesar maka tangan
akan divergen sedangkan bila belum melalui lingkaran terbesar tangan akan
konvergen
5 Teknik Pemeriksaan His
His yang sempurna bila terdapat
a) Kontraksi yang simetris
b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi di fundus uteri
c) Sesudah itu terjadi relaksasi
His yang paling tinggi terletak di fundus uteri karena memiliki lapisan otot
yang paling tebalSedangkan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterussesudah tiap his otot ndash otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada
sebelumnya yang disebut sebagai retraksi Oleh karena serviks kurang mengandung
otot serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan pembukaan) lebih ndash lebih jika ada
tekanan oleh bagian janin yang keras misalnya kepala (Joewono 2008)
Pemeriksaan HIS dilakukan dengan pengukuran kontraksi uterus secara klinis
dilakukan dengan meletakkan tangan pada daerah fundus dan mencatat frekuensi
interval dan durasinya (Joewono 2008)
His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban
pada permulaan kala I dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke
rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks
hingga pembukaan menjadi lengkap (Joewono 2008)
6 Teknik pemeriksaan Detak Jantung Janin
Berikut adalah teknik pemeriksaan detak jantung janin
a Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
9
b Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan posisi punggung janin
c Letakkan stetoskop Leanec pada punggung janin dengan sedikit ditekan
d Perhitungan DJJ dapat dilakukan pada 5 detik pertama 5 detik ketiga dan kelima
Setelah itu jumlahkan ketiganya dan hasilnya dikalikan dengan 4
Interpretasi Normal 120-160 xmenit (Prawirohardjo 2009)
7 Pemeriksaan Vaginal Toucher
a Indikasi vaginal toucher pada kasus kehamilan atau persalinan adalah sebagai
berikut
1) Sebagai bagian didalam menegakkan diagnosa kehamilan muda (Depkes RI
2004)
2) Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan untuk
melakukan evaluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik ) dan menentukan
apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan dapat mengganggu
jalannya proses persalinan pervaginam (Depkes RI 2004)
3) Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase persalinan
dan diagnosa letak janin (Depkes RI 2004)
4) Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses persalinan
sesuai dengan yang diharapkan (Depkes RI 2004)
5) Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya prolapsus
bagian kecil janin atau talipusat (Depkes RI 2004)
6) Pada saat inpartu ibu nampak ingin meneran dan digunakan untuk memastikan
apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II (Depkes RI 2004)
b Teknik vaginal toucher (Depkes RI 2004)
1) Didahului dengan melakukan inspeksi pada organ genitalia eksterna
2) Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir
3) Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum ( Gambar 1 )
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
10
4) Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dalam posisi lurus dan rapat
dimasukkan kearah belakang - atas vagina dan melakukan palpasi pada servik
(Gambar 2)
Gambar 1 Sisihkan kedua labia major dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri
Gambar 2 Memasukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan dalam keadaan lurus
kedalam vagina
5) Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase)
6) Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah bila sudah
pecah tentukan warna bau jumlah air ketuban yang mengalir keluar
7) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)
serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion (gambar 3 )
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
11
Gambar 3 Derajat desensus kepala melalui pemeriksaan vaginal dengan titik 0 (zero
point) setinggi spina ischiadica
8) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
9) Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin
10) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan pelvimetri klinik
a) Pemeriksaan bentuk sacrum
b) Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak
c) Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak
d) Mengukur distansia interspinarum
e) Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul
f) Meraba promontorium bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis)
g) Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica
8 Teknik Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
pada
a Pada trimester I umur kehamilan sebelum 12 minggu
b Pada trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (Mannaba 2001)
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12
Pemeriksaan Hb dilakukan dengan Metode Sahli berikut adalah cara
pemeriksaannya
a Alat yang dipergunakan
1) Alat untuk mengambil darah vena atau kapiler
2) Hemometer Sahli yang terdiri dari
a) Tabung pengencer panjang 12 cm dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) sd
22 ( atas )
b) Tabung standart Hb
c) Pipet Hb dengan pipet karet panjang 125 terdapat angka 20 ul
d) Pipet HCL
e) Botol tempat aquadest dan HCL 01 N
f) Batang pengaduk ( dari kaca )
Gambar 4 Hemometer Sahli
b Prinsip pemeriksaan
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi
asam hematin setelah penambahan HCL 01 N ( tidak semua Hb terukur )
Sampel yang digunakan biasanya adalah darah vena maupun darah kapiler
c Cara pemeriksaan
1) Isi tabung pengencer dengan HCL 01 N sampai angka 2 (plusmn 5 tetes)
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
13
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 ul jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut terhisap
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet
4) Tuang darah kedalam tabung pengencer bilas dengan HCL bila masih ada darah
dalam pipet aduk sampai darah dan reagen tercampur
5) Diamkan 1 ndash 3 menit
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes aduk dengan batang kaca pengaduk
7) Bandingan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart
8) Persamaan campuran dgn batang standard harus dicapai dalam waktu 3 ndash 5 menit
setelah darah tercampur dengan HCL
9) Bila sudah sama warnanya penambahan aquadest dihentikan baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer gr 100 ml darah
d Interpretasi
Nilai normal 125 gr
Tidak anemia 11 gr
Anemia ringan 9-10 gr
Anemia sedang 7-8 gr
Anemia berat lt7 gr (Mannaba 2001)
9 Sikap dan Tindakan yang Harus Dilakukan
Sikap dan tindakan yang akan dilakukan adalah membantu pasien melakukan
persalinan normal Berikut adalah langkah yang harus dilakukan
1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2frac12 ml ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan mencuci tangan degan sabun dan air
mengalir
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
14
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan isi dengan oksitosin
dan letakan kembali ke dalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah)
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 05
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 05
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ
dalam batas normal (120 ndash 160 xmenit))
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
ada his bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan berjongkok atau mengambil posisi nyaman jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm
16) Meletakan kain bersih yang dilipat 13 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 ndash 6 cm memasang handuk
bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
15
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar pegang secara biparental
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala lengan dan siku sebelah bawah Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas
tanpa kesulitan (b) Apakah bayi bergerak aktif
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks Ganti handuk basah dengan
handukkain yang kering Membiarkan bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 13 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pasca persalinan jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada
sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
16
35) Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis untuk
mendeteksi Tangan lain menegangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal Jika
plasenta tidak lahir setelah 30 ndash 40 detik hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati
Bila perlu (terasa ada tahanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya
selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
44) Setelah satu jam lakukan penimbanganpengukuran bayi beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral
45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di
paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
17
47) Mengajarkan ibukeluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 05 untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT Membersihkan sisa cairan
ketuban lendir dan darah Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu
ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 05
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 05 melepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 05
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf ( Sarwono 2006)
10 Informasi yang Harus Dijelaskan Pada Pasien dan Suami
Informasi yang disampaikan ke pasien dan keluarganya adalah (Manuaba 2003)
a Tentang keadaan ibu
1) Tentang keadaan kesehatan ibu saat ini
2) Apakah ini primigravidamultigravida
3) Bagaimana keadaan jalan lahir ibu
4) Taksiran persalinan
b Tentang keadaan janin
1) Berapa umur kehamilan ibu saat ini
2) Apakah janin dalam kandungan ibu hidup atau mati
3) Apakah janin tunggal atau kembar
4) Bagaimana letak janin saat ini
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
18
5) Apakah intraekstra uterin
11 Prognosis Dari Persalinan dan Yang Mempengaruhi Prognosis Persalinan
Dilihat dari power passage dan passanger prognosis dari persalinan pada kasus
adalah baik dan dapat dilahirkan per vaginam meskipun ada malposisi tetapi masih bisa
dikoreksi Selain itu dengan menggunakan skor Bishop juga dapat ditentukan prediksi
dari persalinan pada kasus adalah baik
Tabel 1 Skor Bishop
Skor Faktor
Pembukaan
(cm)
Pendataran
()
Station Konsistensi
serviks
Posisi
Serviks
0 Tertutp 0 -30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40 - 50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60 ndash 70 -1 0 Lunak Anterior
3 ge 5 ge 80 +1 +2 - -
Jumlah skor yang didapat adalah 10 jika jumlah skor yang didapat ge 6 bayi dapat
dilahirkan per vaginam
Selain hal ndash hal diatas prognosis persalinan juga dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain sebagai berikut
a Paritas
Cervix yang pernah mengalami pembukaan sampai pembukaan lengkap
memberikan tahanan yang lebih kecil Juga dasar panggul seorang multipara tidak
memberikan tahanan banyak terhadap kemajuan anak
b Cervix
Cervix yang kaku memberikan tahanan yang jauh lebih besar dan dapat
memperpanjang persalinan
c Umur bumil
Primimuda (12-16 tahun) persalinan umumnya berlangsung seperti biasa tetapi
pada usia ini lebih sering didapatkan toksemia gravidarum Umur lanjut biasanya
membawa hipertensi obesitas dan mioma uteri sedangkan penyulit obstetrinya
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
19
adalah letak sungsang partus prematurus dan kelainan bawaan lebih sering dijumpai
misalnya mongolismus Primitua (pertama kali hamil usia 35 tahun atau lebih) ada
kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cervix yang kaku
atau inertia uteri (kelemahan his) Penyulit lain berupa hipertensi mioma uteri dan
iskemia rahim yang dapat menyebabkan hipoksia janin
d Interval antara persalinan
Jika interval antara persalinan gt 10 tahun maka kehamilan dan persalinan
menyerupai kehamilan dan persalinan pada primi tua Sebagai penyulit dapat berupa
persalinan lama plasenta previa dan solutio plasenta Kematian perinatal juga lebih
tinggi
e Besarnya anak
Jika bayinya besar maka ada kecenderungan untuk persalinan yang lebih lama
baik dalam kala I maupun kala II
12 Komplikasi Persalinan Pada Kasus
Komplikasi persalinan yang mungkin dapat terjadi pada kasus
a Pada ibu
1) Kemungkinan dapat menyebabkan hambatan terhadap kemajuan persalinan pada
ibu (Distosia)
2) Perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
3) Perdarahan
b Pada Janin
1) Malposisi
2) Trauma pada bayi
13 Pengawasan Persalinan pada KALA I
Berikut adalah hal ndash hal yang dilakukan dalam pengawasan KALA I
a Pemantauan Kesejahteraan Janin Selama Persalinan
Untuk mendapatkan hasil akhir kehamilan yang optimal harus dibuat program
yang tersusun rapi untuk memberikan surveilans ketat tentang kesejahteraan ibu dan
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
20
janin selama persalinan Semua observasi harus dicatat secara tepat Frekuensi
intensitas dan lamanya kontraksi uterus serta respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus tersebut harus diperhatikan benar aspek-aspek ini dapat dievaluasi
denga tepat dalam urutan yang logis (Cunningham et all 2005)
b Pemantauan Ibu
1) Tanda vital ibu
Suhu denyut nadi tekanan darah ibu dievaluasi setidaknya setiap 4 jam
2) Pemeriksaan vagina selanjutnya
Untuk mengetahui status serviks dan stasion serta posisi terbawah (presentasi
janin) (Cunningham et all 2005)
3) Asupan oral
Makanan harus ditunda pemberiannya selama proses persalinan aktif karenan
dapat dimuntahkan kembali Hal ini dikarenakan karena waktu pengosongan
lambung yang lambat dan memanjang sehingga makanan atau obat-obatan yang
masuk berada tetap di dalam lambung dan tidak direabsorpsi (Cunningham et all
2005)
4) Cairan intravena
Walaupun telah menjadi kebiasaan di rumah sakit untuk memasang infus
secara intravena tetapi pada ibu hamil jarang dilakukan saat awal persalinan
setidaknya sampai analgesik diberikan Pemberian infus ini menguntungkan
selama masa nifas dini untuk memberikan oksitoksin profilaksis dan seringkali
bersifat terapeeutik (Cunningham et all 2005)
5) Posisi ibu selama persalinan
Ibu yang dalam proses bersalin tdak perlu terus berbaring di tempat tidur
persalinan bisa disediakan kursi yang nyaman yang akan bermanfaat bagi
psikologis dan mungkin juga secara fisiologis (Cunningham et all 2005)
6) Analgesia
Perhatikan jenis analgesia jumlah dan frekuensi pemberian hendaknya
diberikan berdasarkan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri (Cunningham et all
2005)
7) Amniotomi
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
21
Perhatikan jika selaput ketuban masih utuh dalam persalinan normal pun
dapat dilakukan amniotomi dan harus diupayakan menggunakan teknin aspetik
(Cunningham et all 2005)
8) Fungsi kandung kemih
Distensi kandung kemih harus dihindarkan karena dapat mengakibatkan
persalinan macet dan hipotonia serta infeksi kandung kemih Untuk mencegah hal
tersebut dilakukan pada saat pemeriksaan abdomen diinspeksi dan palpasi untuk
mendeteksi pengisian kandung kemih (Cunningham et all 2005)
14 Penggunaan Partograf Sebagai Alat Bantu Persalinan
Penggunaan partograf model WHO dengan prinsip (Hadiyanto ____)
a Persalinan fase aktif dimulai pada pembukaan servik 3 cm
b Persalinan fase laten sudah harus berakhir tidak lebih dari 8 jam
c Selama masa persalinan fase aktif rata-rata pembukaan servik tidak kurang dari 1
cm per jam
d Batas keterlambatan waktu 4 jam yang diberikan antara persalinan fase aktif
berjalan lambat dan kebuthan intervensi dimaksudkan jangan sampai sudah
terjadi jelek dari janin maupun ibu ataupun jangan sampai memberikan intervensi
yang sebetulnya belum dibutuhkan
e Pemeriksaan vaginal harus dilakukan sejarang mungkin sesuai dengan ldquosafe
practicerdquo (dianjurkan tiap 4 jam)
15 Penegakan Diagnosis Partus Tak Maju
Penegakan diagnosis partus tak maju adalah sebagai berikut (Manuaba 2003)
a Janin dengan kepala fleksi
b Janin dengan kepala defleksi
c Bekas seksio sesarea
d Ekstraksi vakum gagal
e Letak sungsang
f Letak lintang
g Presentasi rangkap
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
22
h Janin kembar dua
i Retensi janin kembar B
16 Etiologi Partus Tak Maju
a Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan
panggul ibu Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu
menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak
Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati
panggul Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien letak presentasi kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek
kedudukan abnormal ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin
Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan lt 145 cm dapat terjadi disproporsi
sefalopelvik kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi
sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi
obstetri
Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis hal
ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan
selamat Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal
atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan
37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai
ukuran lahir normal Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi
1) Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan relaksasi
sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan
berlangsungnya kelahiran pervaginam)
2) Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini
memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi)
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
23
3) Definit (ini berarti pelvis sempit bentuk kepala abnormal atau janin
mempunyai ukuran besar yang abnormal misalnya hidrosefalus operasi
diperlukan pada kelahiran ini)
b Presentasi yang abnormal
Hal ini bisa terjadi pada dahi bahu muka dengan dagu posterior dan kepala
yang sulit lahir pada presentasi bokong
1) Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian
terendah Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan
panggul saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga
panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali
bila bayi kecil atau pelvis luas persalinan dilakukan dengan tindakan
caesarea IR presentasi dahi 02 kelahiran pervaginam lebih sering pada
primigravida
2) Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur prematuritas obstruksi panggul
3) Presentasi Muka
Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala bila pelvis sempit atau
janin sangat besar Pada wanita multipara terjadinya presentasi muka karena
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
24
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung
ke depan atau ke lateral seringkali mengarah kearah oksiput Presentasi muka
tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal mungkin terkait dengan paritas
tinggi tetapi 34 presentasi muka terjadi pada primigravida
c Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya hidrosefalus
pertumbuhan janin lebih besar dari 4000 gram bahu yang lebar dan kembar
siam
d Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis stenosis vagina
kongenital perineum kaku dan tumor vagina
17 Partus Tak Maju Karena Adanya Disposisi Malposisi Petopelvik Karena
Adanya Malpresentasi Malposisi Panggul Sempit Inersia Uteri Sekunder dan
Ibu Kelelahan
Partus tak maju adalah ketidakmajuan proses persalinan pada kala I Jika partus
tak maju karena malpresentasi malposisi dan inersia uteri pada
a Presentasi dahi
Persalinan vaginal pada presentasi dahi akan meningkatkan resiko prolaps
tali pusat sebanyak 5 kali rupture uteri 17 kali transfuse darah 3 kali infeksi
pasca persalinan 5 kali dan kematian perinatal 2 kali Jika presentasi dahi
didiagnosis pada persalinan awal dengan selput ketuban yang masih utuh dapat
diobservasi untuk mengetahui kemungkinan perubahan presentasi secara spontan
(Saifuddin 2008)
Pemberian stimulasi oksitosin pada kontraksi uterus yang lemah dilakukan
secara hati-hati dan tidak boleh dilakukan jika tidak terjadi penurunan kepala atau
dicurigai adanya disproporsi kepala-panggul Presentasi dahi yang menetap
dengan selaput ketuban yang sudah pecah dilakukan penangan dengan bedah
sesar Penanganan dengan bantuan ekstrakssi vakum forceps atau simpisiotomi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Saifuddin 2008)
b Presentasi muka
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
25
Persalinan per vaginal dapat dilakukan jika posisi dagu anterior Jika
setelah pembukaan lengkap dagu masih berada di posterior maka dapat dilakukan
bedah sesar Penggunaan alat bantu ekstraksi vacuum tidak diperkenankan
stimulasi oksitosin diperbolehkan pada posisi dagu anterior dan tidak ada tanda-
tanda disproporsi (Saifuddin 2008)
c Presentasi majemuk
Pada presentasi majemuk penanganannya dimuali dengan mengetahui
adanya prolaps tali pusat atau tidak Jika terdapat prolaps tali pusat maka
dilakukan bedah sesar Hal-hal yang perlu diperhatikan pada presentasi majemuk
adalah presentasi janin ada tidaknya prolaps tali pusat pembukaan serviks
keadaan selaput ketuban kondisi dan ukuran janin ada tidaknya kehamilan
kembar (Saifuddin 2008)
Pada keadaan partus macet atau lambat dilakukan upaya reposisi
ekstremitas yang prolaps Tekanan ekstremitas yang prolaps oleh bagian terendah
janin dilonggarkan terlebih dahulu dengan cara membuat ibu dalam posisi dada
lutut jika ketuban masih utuh maka dilakukan amniotomi terlebih dahulu
Dorong ekstremitas yang prolaps kea rah cranial tahan hingga timbul his yang
akan menekan kepala atau bokong memasuki panggul Bersamaan sengan
turunnya bagian terendah janin jari penolong dikeluarkan perlahan Keberhasilan
upaya ini ditandai dengan tidak teraba lagi ekstremitas yang prolaps Jika reposisi
gagal maka dilakukan bedah sesar (Saifuddin 2008)
d Presentasi bokong
Jika terjadi keterlambatan kenajuan persalinan stimulasi oksitosin tidak
boleh dilakukan Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau
kegawatan pada janin perlu dilakuakan secara seksama Pengeluaran mekonium
sebelum janin masuk panggul merupakan indikasi terjadinya kegawatan
janinsebelum ibu dipimpin mengejan dicek terlebih dahulu apakah pembukaan
serviks sudah lengkap Sebelum pembukaan serviks lengkap ibu diminta tidak
mengejan untuk mencegah terjebaknya kepala akibat bagian janin yang lebih
kecil lahir sebelum pembukaan lengkap (Saifuddin 2008)
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
26
e Inersia uteri
Jika diagnosis inersi uteri telah ditetapka diperiksa keadaan serviks
presentasi serta posisi janin turunnya kepala janin dalam panggul dan keadaan
panggul Jika terdapat disproporsi cefalopelvik berat sebaiknya dilakukan bedah
sesar Pemberian oksitosin melalui infuse intravena diberikan beberapa jam saja
Jika ternyata tidak ada kemajuan pemberian dihentikan supaya penderita dapa
beristirahat Kemudian dicoba diberika oksitosi lagi untuk beberapa jam Jika
tetap tidak terdapat kemajuan maka lebih baik dilakukan seksio sesaria
(Saifuddin 2008)
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
27
BAB III
KESIMPULAN
1 Diagnosis pada kasus ini adalah seorang wanita G3P1A1 32 tahun hamil 40 minggu Janin
tunggal hidup intrauterine presentasi belakang kepala sudah dalam persalinan Kala I Fase
Laten Persalinan telah berlangsung 4 jam dengan riwayat infertil sekunder
2 Informasi yang harus disampaikan pada pasien dan keluarga pasien (suami) adalah mengenai
keadaan pasien seperti keadaan kesehatan saat ini keadaan jalan lahir taksiran persalinan
serta mengenai keadaan janin seperti janin dalam kandungan ibu hidup atau mati janin
tunggal atau kembar dan letak janin saat ini
3 Sikap dan tindakan yang harus dilakukan dokter pada kasus tersebut adalah membantu
persalinan pasien dengan cara pervaginam
4 Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kasus tersebut adalah hambatan terhadap kemajuan
persalinan pada ibu (distosia) perlukaan vagina atau serviks oleh karena adanya malposisi
serta perdarahan sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayinya adalah malposisi dan
trauma pada bayi
5 Prognosis dari persalinan pasien adalah baik dan dapat lahir pervaginam meskipun ada
malposisi pada janin tetapi masih dapat dikoreksi
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010 Buku Praktikum PK Blok Hematologi Immunologi Purwokerto FKIK Unsoed
Bickley L S 2008 Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates Jakarta EGC
Cunningham F Gary et all 2005 Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1 Jakarta EGC
Departemen Kesehatan RI 2004 Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar Berbasis Hak Asasi
Manusia dan Keadilan Gender Jakarta Depkes RI
Departemen Kesehatan RI 2008 Panduan Pelayanan Antenatal Jakarta Depkes RI
Hadiyanto B Pemantaun Persalinan dengan Partograf
Joewono Hermanto Tri 2008 His dan Tenaga Lain dalam Persalinan dalam buku Ilmu
Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba IGM 2003 Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan Jakarta EGC
Mannuaba 2001 Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB Jakarta
EGC
Manuaba I B 1993 Penuntun Biskusi Obstetri dan Ginekologi Jakarta EGC
Norwitrz E amp Schorge J 2007 At a Glance Obstetri and Ginekologi edisi 2 Jakarta Erlangga
Medical Series
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
29
Prawirohardjo Sarwono 2009 Ilmu Kebidanan Jakarta PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin Abdul Bari dkk 2008 Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Jakarta PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo