repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · web view...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN BER-VITOMOLT TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN
KEPITING BAKAU (Scylla sp.)
SKRIPSI
HERIYANTO YASINL 221 04 026
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN BER-VITOMOLT TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN
KEPITING BAKAU (Scylla sp)
Oleh:HERIYANTO YASIN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
PadaFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2011
ABSTRAK
HERIYANTO YASIN. Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Karbohidrat dan Lemak Pakan Ber-Vitomolt Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla sp). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.P dan Prof. Dr. Ir. Yushinta Fujaya, M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai kadar karbohidrat dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan kepiting bakau (Scylla sp). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010 di tambak Bawanamarana, Desa Marana, Kabupaten Maros. Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla sp) jantan dan betina dengan ukuran rata-rata 100g/ekor.
Ada 4 perlakuan kombinasi kadar karbohidrat dan lemak pakan yang di cobakan, yaitu : A. (40,1 : 10,2) B. (43,26 : 4,1) C. (45,19 : 8,05) dan D. (48,89 : 7,2) masing-masing dalam persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan bobot mutlak dan efisiensi pakan meningkat seiring dengan penambahan kadar-kadar karbohidrat dan pengurangan kadar lemak. Rata-rata pertumbuhan bobot mutlak kepiting bakau terendah pada formula pakan A sebesar 3.83 g, dan tertinggi pada formula pakan D sebesar 11.87 g , untuk formula pakan B dan C masing-masing sebesar 6.51 dan 8.44 g. Seperti halnya rata-rata pertumbuhan mutlak, efisiensi pakan terendah pada formula pakan A yaitu sebesar 43.74% dan tertinggi pada formula pakan D sebesar 67.89%, formula pakan B dan C masing-masing sebesar 53.07% dan 62.06%. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa kualitas air selama pemeliharaan berada pada kondisi yang optimal.
J u d u l : Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Karbohidrat dan Lemak Pakan Ber-vitomolt Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla sp)
N a m a : Heriyanto Yasin
Stambuk : L 221 04 026
Program Studi : Budidaya Perairan
Skripsi ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. S iti Aslamyah, M.Si Prof. Dr. Ir. Yusinta Fujaya, M.SiNip. 196904011993032003 Nip. 196501231989032002
Mengetahui,
Dekan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Budidaya Perairan
Prof. Dr. Ir. Hj. A. Niartiningsih, MP Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.SiNip. Nip. 19690401 19930320 03 001
Tanggal Lulus : September 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Sinar dan
Cahaya-Nya yang selalu menuntun kita untuk berpikir dan bersyukur akan
Nikmat-Nya, tak lupa pula Salam dan Shalawat atas junjungan kita Nabiullah
Muhammad SAW atas contoh teladannya sehingga menjadikan semangat bagi
penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini ada begitu banyak rintangan yang penulis
hadapi, baik yang timbul dari diri pribadi maupun dari lingkungan pergaulan
penulis. Sehingga timbul kebosanan dan kejenuhan dalam diri penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Tapi dengan adanya kemauan serta ada perasaan
bersalah yang begitu dalam jika penulis tidak menyelesaikan skripsi terutama
bagi kedua orang tua yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan hingga ke bangku kuliah. Oleh karena itu skripsi ini
penulis mempersembahkannya kepada Ayahanda dan Ibunda , apa yang penulis
lakukan selama di bangku kuliah belum dapat membanggakan serta
membahagiakan keduanya, serta saudara – saudaraku. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan penghargaan yang begitu tinggi dan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.Si selaku Pembimbing Utama dan, Prof. Dr. Ir.
Yusinta Fujaya, M.Si selaku Pembimbing Anggota yang senantiasa
memberikan masukan yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.
2. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Yusri
karim, M.Si, bapak Dr. Ir. Zainuddin, M. Si dan ibu Dr. ir. Hariyati, M.Si
sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Teman-teman Perikanan angkatan 04 khususnya anak-anak BDP 04 serta
teman-teman yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.
4. Serta semua pihak yang telah turut membantu selama ini, namun tidak
mungkin dapat penulis sebutkan namanya satu per satu dalam kesempatan
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu melalui kesempatan ini penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif.
Akhirnya Kepada Allah SWT jualaah Penulis menghaturkan sembah sujud
sebagai rasa terimakasih, Wassalam
Penulis,
Heriyanto Yasin
RIWAYAT HIDUP
enulis dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1985 di Wajo,
Sulawesi Selatan. Orang tua bernama Muh. Yasin dan
Maccaya . Pada tahun 1998 lulus SD Negeri 136
Sajowangi, , tahun 2001 lulus Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 1 Sajowangi, dan tahun 2004 lulus Sekolah
Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Majauleng. Pada tahun 2004 penulis berhasil
diterima pada program studi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama kuliah
di Jurusan Perikanan, penulis aktif dalam di organisasi Aquatic Study Club
Makassar (organisasi keilmuan).
P
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi dan Biologi Kepiting Bakau...................................... 4B. Kebutuhan Pakan dan Nutrien Kepiting Bakau ...................... 5C. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan ......................................... 6D. Kualitas Air Kepiting Bakau..................................................... 8
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .................................................................. 9 B. Materi Penelitian ..................................................................... 9
C. Prosedur Penelitian ................................................................. 10 D. Perlakuan................................................................................. 11
E. Parameter yang diamati........................................................... 12F. Analisis Data.............................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................ 13B. Pembahasan ........................................................................... 15
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................ 19B. Saran......................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBARNomor
Halaman
Teks
1. Morfologi kepiting bakau (Afrianto dan Liviawaty) ……………….. 2
2. Penempatan unit percobaan ………………………………………….. 1
3. Pertumbuhan bobot mutlak dan relatif (A) serta pertumbuhan lebar karapas mutlak dan relatif (B) pada masing-masing perlakuan Konstruksi gill net permukaan yang dioperasikan di perairan
Kabupaten Bantaeng ............................................................................. 13
4. Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuan.......................... 14
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Karim (2005)
permintaan konsumen akan kepiting terus meningkat baik di pasaran
dalam negeri maupun di luar negeri, menjadikan organisme tersebut
sebagai salah satu komoditas andalan untuk ekspor non migas
mendampingi udang windu.
Untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi perlu dilakukan
peningkatan produksi kepiting bakau baik jumlah maupun kualitasnya.
Salah satu perkembangan teknologi dalam budidaya perikanan untuk
meningkatkan produksi kepiting bakau adalah produksi kepiting lunak
atau soft shell. Menurut Fujaya (2007) harga jual kepiting lunak dapat
mencapai dua kali lipat disbanding kepiting berkulit keras.
Pada mulanya produksi soft shell dilakukan dengan cara mutilasi,
namun dianggap kurang efektif. Selain tingkat mortalitas tinggi, juga
menyebabkan peningkatan bobot kepiting lambat. Oleh karena itu, Fujaya
dkk. (2007) menggunakan ekstrak bayam (Amaranthus tricolor) sebagai
stimulan molting. Ekstrak bayam tersebut dikenal dengan sebutan vitomolt
yang mengandung fitoekdisteroid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
vitomolt efektif mempercepat dan menyerentakkan molting, tidak
menyebabkan kematian, pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan kontrol.
Namun, aplikasi vitomolt yang diberikan dengan cara penyuntikan kurang
efisien dilakukan dalam skala besar. Upaya yang dapat dilakukan adalah
menggunakan pakan buatan sebagai media aplikasi vitomolt.
Pengkajian persentasi nilai nutrisi pakan terhadap pemanfaatan
vitomol, sangatlah penting mengingat bahwa kebutuhan dan fungsi-fungsi
akan nutrisi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan kepiting bakau.
Menurut Susanti (2009), pakan buatan dalam bentuk moist dengan kadar
air 66,65% dengan komposisi nutrien sebagai berikut protein 50,91%,
lemak 5,84%, serat 8,24%, dan BETN 25,76% dalam berat kering, dapat
mempercepat pertumbuhan dan molting dengan dosis vitomolt 933 ng/g
pakan. Selanjutnya, Busri (2010) membuktikan bahwa penggunaan
vitomolt dalam pakan dengan kadar protein 30.62 %, BETN 41.72 %, dan
lemak 6.31 % mampu mempercepat molting dan meningkatkan
pertumbuhan kepiting bakau.
Terkait hal tersebut di atas, Anonim (2010) dalam www.scribd.com
(2010) menerangkan bahwa crustesea memerlukan karbohidrat dalam
jumlah yang banyak, karena selain diperlukan sebagai pembakaran dalam
proses metabolisme juga diperlukan dalam sintesis khitin dalam kulit
keras. Selanjutnya, menurut Anonim (2010) dalam id.wikipedia.org (2010)
menerangkan bahwa lemak yang merupakan salah satu nutrisi pakan
memiliki fungsi dasar, yaitu menopang fungsi senyawa organik sebagai
penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan hormon steroid dan
kelenjar empedu. Ditambahkan oleh (Koolman dan Röhm, 1995) bahwa
lemak dalam bahan makanan adalah pembawa energi yang penting. Pada
pemberian pakan yang benar, lemak dalam bahan makanan dapat
memberikan sekitar 30 – 35% energi tambahan. Menurut Serang (2006)
pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat
mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal
dengan protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect,
karbohidrat dan lemak dapat menyediakan sumber energi untuk
pemeliharaan metabolisme, sehingga energi yang berasal dari protein
dapat digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bukan digunakan untuk
sumber energi.
Mengingat hal tersebut atas maka perlu adanya pengkajian tentang
kadar karbohidrat dan lemak pada pakan bervitomolt terhadap efisiensi
pemanfaatan pakan dan pertumbuhan kepiting bakau.
B. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai kadar
karbohidrat dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan
pertumbuhan kepiting bakau (S. olivacea).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi kadar
karbohidrat dan lemak pakan optimum dengan tingkat efisiensi pakan dan
pertumbuhan terbaik untuk produksi kepiting cangkang lunak pada skala
besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi dan Biologi Kepiting Bakau
Kepiting bakau (Scylla sp.) (Gambar 1) memiliki ukuran lebar karapas
lebih besar daripada ukuran panjang tubuhnya dan permukaanya agak
licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan
disamping kanan dan kirinya masing-masing terdapat sembilan buah duri.
Kepiting bakau jantan memiliki sepasang capit yang dapat mencapai
panjang hampir dua kali lipat daripada panjang karapasnya, sedangkan
kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga
mempunyai 3 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting
bakau berjenis kelamin jantan ditandai dengan abdomen bagian bawah
berbentuk segitiga meruncing, sedangkan pada kepiting bakau betina
melebar (Kanna, 2006).
Gambar 1. Morfologi kepiting bakau (Afrianto dan Liviawaty).
Menurut Kanna (2002) kepiting bakau mempunyai beberapa spesies
antara lain Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanic
dengan klasifikasi sebagai berikut :
Phyllum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla sp
Habitat hidup kepiting bakau beraneka ragam, mulai dari lingkungan
air, baik tawar maupun asin dan lingkungan daratan. Ada beberapa jenis
kepiting yang menyukai hidup di lingkungan berbatu, namun ada pula
lebih senang hidup diantara akar tumbuh-tumbuhan air (Afrianto dan
Liviawaty, 1992).
B. Kebutuhan Pakan dan Nutrien Kepiting Bakau
Keberhasilan pembesaran kepiting bakau di tambak atau dalam
suatu wadah terkontrol sangat ditentukan oleh kesesuaian pakan yang
diberikan, baik jumlah maupun jenis. Kepiting bakau adalah hewan
omnivore scavenger artinya mereka dapat memakan segala jenis
makanan baik hewani maupun nabati bahkan bangkai sekalipun (Fujaya,
2008). Pakan yang baik terdiri dari beberapa komponen dengan komposisi
tertentu. Komponen tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral
dan vitamin. Kekurangan salah satu komponen ini seiring menyebabkan
terganggunya pertumbuhan kepiting (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul utama dalam sel
organisme hidup mempunyai peranan penting sebagai sumber energi,
seperti energi cadangan dalam bentuk glikogen, sebagai komponen dalam
struktur membran sel dan dinding sel (Aslamyah, 2008). Pada organisme
hewan, glikogen berfungsi sebagai cadangan karbohidrat. Bila dibutuhkan,
dari glikogen dapat dibebaskan glukosa fosfat atau glukosa (Koolman dan
Röhm, 1995). Terkait hal tersebut, Anonim (2010) dalam www.scribd.com
(2010) menerangkan bahwa crustesea memerlukan karbohidrat dalam
jumlah yang banyak, karena selain diperlukan sebagai pembakaran dalam
proses metabolisme juga diperlukan dalam sintesis khitin dalam kulit
keras. Dan, karbohidrat dibongkar dari tempat penyimpanannya karena
dibutuhkan untuk sintesis protein. Terkait pada kebutuhan pakan kepiting,
Anderson dkk (2004) mengungkapkan bahwa kisaran komposisi nutrien
dalam pakan kepiting adalah protein 34 – 54%; lemak 4.5 – 10.8%; serat
2.1 – 4.3%; BETN 18.7 – 42.5%; abu 0.6 – 22.0%.
Seperti halnya karbohidrat, lemak mengandung karbon, hidrogen,
dan oksigen. Namun, lemak mengandung lebih banyak karbon dan
hidrogen daripada oksigen. Lemak memberikan lebih kurang 2.25 kali
lebih banyak energi daripada karbohidrat jika mengalami metabolisme
karena lemak mengandung hidrogen lebih tinggi daipada oksigen
(Murtidjo, 2001). Lemak dalam bahan makanan adalah pembawa energi
yang penting. Pada pemberian makanan yang benar, lemak dalam bahan
makanan dapat memberikan sekitar 30 – 35% energi tambahan. Lanjut
bahwa, lemak juga dapat berperan sebagai pengantara bagi vitamin-
vitamin yang larut dalam lemak. Lanjut bahwa, lemak di dalam tubuh
membentuk cadangan energi terbesar pada organisme hewan. Ia dapat
digunakan sebagai sumber atom karbon bagi berbagai sintesis yang
terjadi dalam tubuh sendiri (Koolman dan Röhm, 1995).
C. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Pertumbuhan pada kepiting bakau merupakan pertumbuhan bobot
badan dan lebara karapas yang terjadi secara berkala setelah terjadi
pergantian kulit atau molting (Sheen dan Wu 1999, Mayrand et al
2000;Catacuta 2002 dalam Karim 2005). Fujaya (2008) menambahkan
bahwa kepiting tidak dapat tumbuh secara linear sebagaimana hewan lain
karena kepiting memiliki cangkang luar yang keras (karapas) yang tidak
dapat bertumbuh, karenanya agar kepiting dapat bertumbuh maka
karapas lama harus diganti dengan yang baru dan lebih besar.
Pertumbuhan didahului oleh pergantian karapas yang dimulai dengan
pembelahan sel-sel epidermis secara mitosis menjadi berbentuk padat,
rapat dan kolumner. Pembelahan sel-sel epidermis menyebabkan
terjadinya tegangan pada permukaan sel-sel epidermis sehingga kutikula
terpisah dari cairan epidermis. Cairan ganti kulit disekresikan pada ruang
antara kutikula dan epidermis hingga kutikula yang baru terbentuk
sempurna (Effendy dkk, 2006).
Menurut Karim (2006) ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan
pertumbuhan kepiting yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam yaitu
ukuran jenis kelamin dan kelengkapan anggota tubuh, sedangkan faktor
luar yaitu ketersediaan pakan, cahaya, suhu dan salinita. Karim (2005)
menambahkan bahwa pada umumnya pertumbuhan kepiting bakau
tergantung pada energi yang tersedia, bagaimana energy tersebut
digunakan dalam tubuh dan pertumbuhan hanya akan terjadi apabila
terdapat kelebihan energi setelah kebutuhan energi minimalnya (untuk
hidup pokok) terpenuhi.
Steffens (1987) dalam Purwanty (2006) dalam Juanda (2010)
menerangkan bahwa efisiensi pakan menunjukkan tingkat pemanfaatan
pakan untuk pertumbuhan. Efisiensi pakan terdiri atas dua, yaitu efisiensi
kotor dan efisiensi bersih. Efisiensi kotor mengambarkan kadar energi
(nilai parameter dalam bahan kering) dari pertumbuhan berat badan
sebagai proporsi yang menggambarkan energi yang termanfaatkan dari
pakan yang diberikan. Adapun efisiensi bersih dimaksudkan sebagai
pertumbuhan relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi
tersebut dari makan dicerna setelah mengurangi kadar energi feses dan N
hasil eksresi.
Menurut NRC (1983) dalam Hariyadi dkk (2005) efisiensi pakan
bergantung pada kecukupan nutrisi dan energi pakan. Apabila pakan yang
diberikan nutrisinya tidak mencukupi seperti energi tinggi atau rendah,
pertambahan bobot yang dihasilkan akan rendah juga.
D. Kualitas Air Kepiting Bakau
Suhu yang baik untuk kehidupan kepiting bakau adalah 24 – 32 oC
(Rustam, 1989). Selain itu menurut Boyd (1990) oksigen terlarut sangat
esensial dibutuhkan oleh kepiting bakau untuk respirasi yang selanjutnya
dimanfaatkan untuk kegiatan metabolisme. Oleh sebab itu, kandungan
oksigen terlarut harus selalu dipertahankan dalam kondisi optimum.
Secara umum, apabila kandungan oksigen terlarut rendah (<3 ppm) akan
menyebabkan nafsu makan dan tingkat pemanfaatan rendah. Untuk
budidaya kepiting bakau agar pertumbuhannya baik maka kandungan
oksigen sebaiknya lebih besar dari 3 ppm.
Amoniak dalam media budidaya dapat berasal dari buangan bahan
organik yang mengandung senyawa nitrogen seperti protein maupun
sebagai hasil ekskresi. Kepiting bakau dapat hidup dengan baik dengan
konsentrasi amoniak tidak lebih dari 0.1 ppm (Kuntiyo dkk., 1994).
Kepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi
selama pertumbuhan mereka lebih menyukai salinitas rendah antara 5 –
25 ppt. pH yang cocok berkisar antara 7 – 9. Selain sifat kimia air, kepiting
juga tidak menyukai air yang keruh. Lanjut bahwa, untuk menjaga kualitas
air tetap sesuai maka pergantian air setiap hari perlu dilakukan. Dapat
disesuaikan dengan kondisi pasang surut atau kira-kira 30 – 50% per hari
dan penggantian total dilakukan seminggu sekali (Fujaya, 2008).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010 di
tambak Bawanamarana, Desa Marana, Kabupaten Maros. Analisis
proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
B. Materi Penelitian
B.1. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla sp.) jantan
dan betina dengan ukuran rata-rata 100 g/ekor. Kepiting uji yang diteliti
berjumlah 60 ekor.
B.2. Wadah Penelitian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurungan plastik
berbentuk kotak (crab box) yang dilengkapi dengan rangka bambu
berpelampung sebagai rak penyimpanan crab box. Pada dasar wadah
dilapisi waring. Setiap kotak diisi dengan kepadatan 1 ekor kepiting uji.
B.3. Pakan Uji
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 jenis pakan
buatan isokalori, pakan diformulasi (2850 kkal) dengan kadar protein 31%,
berbentuk pellet yang diperkaya vitomolt dengan persentase karbohidrat
dan lemak yang berbeda (tabel 1). Pakan uji diperkaya dengan vitomolt.
Pencampuran dilakukan dengan melarutkan vitomolt dengan etanol 80%
dengan perbandingan 1:1 kemudian dihomogenkan, larutan tersebut
disemprotkan secara merata ke pakan dengan dosis vitomolt 500 ng/g
kepiting uji untuk hari ke pertama sampai hari ke sepuluh, dan 200 ng/g
kepiting uji untuk hari ke sebelas. Selanjutnya, pakan dikering anginkan
kemudian disimpan dalam kantong pengak (packing) hingga siap untik
digunakan.
Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan uji
Komposisi PakanA B C D
Air (%) 10.55 10.16 10.3 10.2Abu (% bk) 13.52 12.01 11.11 8.15Protein (% bk) 30.2 30.4 30.15 30.06Lemak (% bk) 10.2 9.1 8.05 7.2Serat kasar (% bk) 5.98 5.23 5.5 5.7BETN (% bk) 40.1 43.26 45.19 48.89DE (kkal/kg)* 2885.7 2882.6 2837.05 2857.55C/P (DE/g Protein) 9.56 9.48 9.41 9.51
Keterangan : * Hasil perhitungan berdasarkan energy (NRC, 1988) :1 g karbohidrat = 2.5 kkal DE1 g Protein = 3.5 kkal DE1 g Lemak = 8.1 kkal DE
C. Prosedur Penelitian
Kepiting uji terlebih dahulu disortir untuk memperoleh kepiting yang
memiliki kondisi sehat, organ lengkap, dan bobot tubuh dan lebar
karapaks yang tidak terlalu jauh antar individu kepiting uji, yaitu
berdasarkan pada perhitungan faktor kondisi. Selanjutnya, kepiting uji
diadaptasikan selama empat hari pada wadah pemeliharaan agar kepiting
uji tidak mengalami stras akibat perbedaan kondisi lingkungannya
terhadap lingkungan penelitian. Sebelum diberikan perlakuan pada
kepiting uji, terlebih dahulu dilakukan penimbang bobot tubuh dan
pengukuran lebar karapaks sebagai data awal untuk melihat laju
pertumbuhan kepiting uji.
Kepiting uji dipelihara dalam crab box dengan padat penebaran satu
kepiting uji / crab box untuk menghindari kanibalisme selama
pemeliharaan terutama apabila setelah molting. Selama 30 hari penelitian,
dilakukan pemberian pakan sebanyak 3% / bobot tubuh / hari.
Selanjutnya, pada akhir penelitian dilakukan penimbang bobot tubuh dan
pengukuran lebar karapaks sebagai data akhir. Untuk kepiting uji yang
telah mengalami molting, tidak diberikan pakan selama 3 hari atau hingga
karapaksnya keras kembali.
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara langsung di
wadah kepiting uji meliputi salinitas yang diukur dengan menggunakan
handrefractometer, Suhu dan Dissolved Oxygen (DO) diukur dengan
menggunakan metode elektrometris (DO meter), dan pH diukur dengan
menggunakan kertas pH (pH water tester) pada pukul 06.00 dan 18.00
WITa, sedangkan pengukuran amonia untuk pukul 06.00 dan 18.00 WITa
dilakukan dengan menggunakan spectrofotometer di Laboratorium
Kualitas Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin.
D. Perlakuan
Perlakuan yang diuji adalah 4 jenis pakan buatan bervitomolt dengan
kadar karbohidrat dan lemak yang berbeda, yaitu;
1 Pakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)
2 Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)
3 Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)
4 Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)
Penempatan masing-masing unit percobaan dilakukan secara acak
pada wadah penelitian sebagai berikut:
A2 A4 B11 C1 A5 D10 C9 D13 B15 A7C5 D5 A3 C3 D7 C10 B9 B3 D15 C15C7 D14 A15 B7 D2 A6 B4 D9 C12 A14D4 C13 C2 A1 A13 B6 D1 D8 A12 B1
D15 A10 B8 D6 A8 C14 C4 C6 B2 D12B13 A9 D3 B10 C11 B14 B5 A11 D11 C8
Gambar 3. Penempatan unit percobaan
E. Parameter yang Diamati
Adapun parameter yang akan diamati selama penelitian meliputi:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan diukur dengan menimbang kepiting uji pada awal dan
setelah satu bulan pemeliharaan.
Pertumbuhan mutlak dihitung dengan rumus:
Pertumbuhan mutlak = Bt 1 – Bt 0
Dimana: Bt1 = Bobot tubuh akhirBt 0 = Bobot tubuh awal
Pertumbuhan relatif dianalisis dengan rumus :
Pertumbuhan relatif ¿Wt−WoWo x 100
Dimana Wt = Bobot tubuh akhirWo = Bobot tubuh awal
2. Efisiensi pakan
Efisiensi pakan (EP) kepiting uji dihitung dengan rumus Takeuchi
(1988), yaitu:
EP = ((Bt1 + Bt0) - Btm) / F x 100
Dimana:Btm = Bobot tubuh kepiting uji yang telah matiF = Bobot total pakan yang dikonsumsi kepiting uji
F. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai kadar karbohidrat
dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan
hewan uji, maka hasil pengamatan dan pengukuran tiap parameter
dianalisis secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
1. Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Relatif
Rata-rata pertumbuhan bobot dan leabr karapas mutlak dan relatif
kepiting bakau setiap perlakuan pada akhir penelitian dapat dilihat pada
gambar berikut 2.
A.
B.
Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0
5
10
15
20
25
3.83
6.518.44
11.87
7.73
12.45
16.51
20.59
Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) Pertumbuhan bobot relatif
Perlakuan
Pert
umbu
han
bobo
t mut
lak
dan
rela
tif
Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0123456789
10
0.290.6700000000000
01
2.52
5.68
0.461
4.13
8.97
pertambahan lebar karapas mutlak pertambahan lebar karapas relatif
Perlakuan
Pert
amba
han
leba
r kar
apas
mut
lak
dan
re-
latif
Gambar 2. Pertumbuhan bobot mutlak dan relatif (A) serta pertumbuhan lebar karapas mutlak dan relatif (B) pada masing-masing perlakuan.
Pakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)
Berdasarkan gambar di atas, rata-rata pertumbuhan bobot mutlak
dan relative kepiting bakau terendah pada perlakuan formula pakan A
(karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %) yaitu sebesar 3.83 g dan
pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada perlakuan formula pakan D
(karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)yaitu sebesar 11,87 g,
sedangkan rata –rata pertumbuhan bobot mutlak perlakuan formula B
(karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %) dan C (karbohidrat : 45.19 %
dan lemak : 8.05 %) masing-masing 6.51 g dan 8.44 g.
2. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuan pada akhir
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :
Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0
10
20
30
40
50
60
70
80
43.74
53.07
62.0667.89
Perlakuan
Efisie
nsi P
akan
Gambar 3. Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuanPakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)
Berdasarkan gambar di atas, efisiensi pakan kepiting bakau
terendah pada perlakuan formula A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2
%) yaitu sebesar 43.74% dan yang tertinggi pada pelakuan formula D
(karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %) yaitu sebesar 67.89%,
sedangkan pelakuan formula B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)
dan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %) masing-masing sebesar
53.07% dan 62.06%.
3. Kualitas Air
Kisaran data pengukuran kualitas air lingkungan pemeliharaan
selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tebel 1 : Kisaran data pengukuran kualitas air lingkungan pemeliharaan selama penelitian
ParameterKisaran Alat ukur
Suhu (0C)Salinitas (ppt)
DO (ppm)pH
Amonia (ppm)
24.4 – 35.025 – 37
0.96 – 8.017 – 8
0.001 – 0.002
DO meter elektrometrisHendrefractometer
DO meter elektrometrispH water tester
Spectrofotometer
B.PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh
dari perlakuan pakan D dengan kadar karbohidrat 48.89% bk dan lemak
7.2% bk.Jika dibandingkan dengan perlakuan pakan A, B, dan
C,perlakuan pakan D yang memiliki kadar karbohidrat tertinggi dan kadar
lemak terendah. Hal ini menujukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak
kepiting bakau meningkat seiring dengan penambahan kadar karbohidrat
dan pengurangan kadar lemak dalam formula pakan.
Semakin tingginya kadar karbohidrat dalam formula pakan
menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan bobot mutlak kepiting
bakau, hal ini diduga karena karbohidrat mampu meningkatkan
metabolisme dalam tubuh kepiting. Menurut Aslamiyah (2008) dari segi
biologis, karbohidrat sangat esensial untuk proses-proses metabolisme
dalam tubuh. Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul utama dalam
sel organisme hidup mempunyai peranan penting sebagai sumber energi,
seperti energi cadangan dalam bentuk glikogen, sebagai komponen dalam
struktur membran sel dan dinding sel. Afrianto dan Liviawaty (2005)
menambahkan bahwa karbohidrat juga berperan sebagai prekursor untuk
berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan untuk
pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat.
Crustacea membutuhkan karbohidrat dalam jumlah yang relative besar
karena diperlukan dalam pembentukan kitin dan pengaturan
osmoregulasi.
.Berbeda halnya dengan karbohidrat, pertumbuhan bobot mutlak
kepiting bakau meningkat dengan penurunan kadar lemak dalam pakan.
Hal ini menunjukkan bahwa lemak sebagai salah satu sumber energi
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan sumber
energi yang lain seperti protein dan karbohidrat. Hadadi (2002)
menyatakan bahwa semakin tinggi karbohidrat pakan, konsumsi lemak
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena karbohidrat selain sebagai
sumber energy, juga dapat dikonversi menjadi lemak tubuh. Makin tinggi
kadar karbohidrat pakan menyebabkan kadar lemak tubuh makin tinggi.
Hal ini diduga sebagai akibat adanya proses lipogenesis yang tinggi pada
tubuh yang menerima masukan karbohidrat yang tinggi.
Pertumbuhan bobot mutlak kepiting bakau dalam penelitian ini
cukup rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Juanda (2010),
dimana pertumbuhan bobot mutlaknya berkisar antara 12.29 – 14.97 g.
Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan komposisi nutrisi
dalam pakan terutama kadar protein dalam pakan dan kondisi lingkungan
selama pemeliharaan.
Sama halnya dengan pertumbuhan bobot mutlak, efisiensi pakan
tertinggi juga dihasilkan dari perlakuan pakan D. Semakin tingginya kadar
karbohidrat dalam pakan juga meningkatkan efisiensi pakan kepiting
bakau, hal ini diduga karena karbohidrat mampu meningkatkan
penyerapan atau kecernaan nutrient lain yang terdapat dalam pakan.
Linder (1992) dalam Hadadi (2002) menyatakan bahwa fungsi lain dari
karbohidrat adalah sebagai pengikat protein dan lipid yang merupakan
jaringan antigen seperti pada membran sel dan sekresi protein. Afrianto
dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa selain berfungsi sebagai sumber
energi bagi ikan, karbohidrat juga berperan dalam menghemat
penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang
diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efisien dalam
penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan
metabolik lainnya. Hubungan antara protein dan karbohidrat ini disebut
protein sparing effect. National Research Council (1983) dalam Hadadi
(2002) menambahkan bahwa jika pakan kekurangan energi dari
karbohidrat dan lemak maka ikan menggunakan sebagian dari proteinnya
untuk memenuhi kebutuhan energi.
Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pakan meningkat jika kadar
lemak dalam pakan berkurang. Seperti halnya dengan karbohidrat, lemak
merupakan salah satu sumber energy yang dapat meningkatkan
kecernaan nutrient lain dalam pakan. Seperti yang dinyatakan oleh
Supriatna dkk. (1999) bahwa kadar asam lemak pada tubuh ikan dapat
mempengaruhi fluiditas membrane sel yang selanjutnya dapat menunjang
metabolism sel secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi
penyimpanan protein pada tubuh ikan. Afrianto dan Liviawaty (2005)
menyatakan bahwa ikan cenderung menyimpan lemak sebanyak-
banyaknya terutama di dinding rongga perut dan saluran pencernaan, hal
ini sering menimbulkan penyakit nutrisional. Selain itu, meningkatnya
jumlah lemak di dinding perut dan saluran pencernaan akan menurunkan
bagian yang dapat dimakan dari ikan dan dapat mengakibatkan kerusakan
ginjal dan anemia. Pakan buatan yang mengandung lemak tinggi,
terutama asam lemak tidak jenuh, akan mengalami masalah dalam
penyimpanan. Lemak sangat mudah teroksidasi menjadi peroksida dan
senyawa toksik lainnya sehingga menimbulkan bau tengik yang tidak
disukai dan dapat menyebabkan keracunan pada ikan.
Sama halnya dengan pertumbuhan bobot mutlak, efisiensi pakan
dalam penelitian ini cukup rendah jika dibandingkan dengan hasil
penelitian juanda (2010), dimana efisiensi pakan yang diperoleh berkisar
antara 70.24 – 74.38%. Perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya
perbedaan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Menurut Fujaya
(2008), keberhasilan kepiting bakau di tambak atau dalam suatu wadah
terkontrol sangat ditentukan oleh kesesuaian pakan yang diberikan, baik
jumlah maupun jenis.
Selain faktor pakan, kondisi media pemeliharaan juga sangat
menentukan keberhasilan pemeliharaan kepiting bakau. Hasil pengukuran
kualitas air (Tabel 1) menunjukkan bahwa kisaran kualitas air
selama pemeliharaan berada pada kisaran yang optimal. Menurut Kumlu
dan Kir 2005 dalam Rusdi dan Karim 2006, kisaran suhu yang optimum
untuk kepiting bakau adalah 26 sampai 320C, pH berkisar 7,5 – 8,5 dan
ammonia < 0.1 ppm dan salinitas yang optimal adalah 16 – 34. Untuk
budidaya kepiting bakau agar pertumbuhannya baik maka kandungan
oksigen sebaiknya lebih besar dari 3 ppm (Kuntinyo dkk. 1994 dan
Christensen dkk. 2005 dalam Ghurdi 2006).
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan bobot mutlak dan efisiensi pakan tertinggi di hasilkan pada
perlakuan D yaitu formula pakan dengan kadar karbohidrat 48.89% dan
lemak 7.2%
2. Saran
Mengingat bahwa persentase kadar karbohidrat dan lemak sangat
penting dalam pertumbuhan dan efisiensi pakan pada kepiting bakau
maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kadar optimal
karbohidrat dan lemak dalam suatu formula pakan untuk kepiting bakau.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1992. Pemeliharaan kepiting. Kanisius. Yogyakarta.
Anderson, A., P. Mather, and Richardson. 2004. Nutrition of the mud crab Scylla serrata (forskal). dalam Proceeding of mud crab aquculture in Australia and Southeast Asia. Allan and D. Fielder (editor): 57 – 59.
Anonim. 2010. Lemak. [online] http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak [27 Juni 2010].
Anonim. 2010. Metabolisme Karbohidrat pada Crustacea (abstrak). [online] http://www.scribd.com/doc/27163046/Metabolisme-Karbohidrat-Pada-Crustacea [27 Juni 2010].
Aslamyah S. 2008. Pembelajaran berbasis SCL pada mata kuliah biokimia nutrisi (laporan modul). FIKP. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin.
Busri, M. H. 2010. Pengaruh berbagai kadar protein dan karbohidrat pakan ber-vitomolt terhadap molting, pertumbuhan, glukosa dan deposit glikogen kepiting bakau (Scylla olivacea). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Effendie, I. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Effendy, S., Sudirman, S. Bahri, E. Nurcahyono, A. Batubara, M. Syaichudin. 2006. Teknik pembenihan kepiting bakau (Scylla olivacea). Departemen kelautan dan perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Takalar. Takalar.
Fujaya, Y. Dan Trijuno, D. D. 2007. Profil Hormon Ekdisteroid dalam Hemolimph Kepiting Bakau (Scylla olivaceous Herbst 1796) Selama Periode Molting dan Pematangan Gonad. Laporan Penelitian Fundamental. Universitas Hasanuddin. Makassar 1 – 17
Fujaya, Y. 2008. Kepiting komersil di dunia, biologi, pemanfaatan, dan pengelolaannya. Citra Emulsi. Makassar.
Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman meramu pakan ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Kanna, I. 2006. Budidaya kepiting bakau, pembenihan dan pembesaran. Kanisius. Yogyakarta.
Koolman, J. dan Röhm K.H. 1995. Atlas berwarna dan teks biokimia. Penerjemah: S. I. Wanandi. Hipokrates. Jakarta.
Hadadi, Ahmad. 2002. Pengaruh Kadar Karbohidrat Pakan Berebeda Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lacepede) Ukuran 70 – 80 gr. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hariyadi, B., Haryono, A. dan Untung Susilo. 2005. Evaluasi Efesiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenopharyngodon idella Val) yang Diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan Energi yang Berbeda. Fakultas Biologi Unseod. Purwokerto.
Huska. 2008. Sintasan dan pertumbuhan post larva udang windu (Penaeus monodon) yang diekspose air pH rendah. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Juanda. 2010. Pengaruh berbagai kadar protein-karbohidrat pakan bervitomolt terhadap pertumbuhan, kecernaan, dan efisiensi pakan kepiting bakau (Scylla olivacea) di bak terkontrol. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Karim. Muh. Y. 2005. KInerja Pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata forsskal) Pada Berbagai Salinitas Media dan Evaluasinya Pada Salinitas Optimum Dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor
Serang, Abd. M. 2006. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Rajungan (Portunus pelagicus). Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Supriatna, Mokoginta, I., Ridwan Affandi, Maria Bintang. 1999. Pengaruh Kadar Asam Lemak-ω3 yang Berbeda dan Kadar Asam Lemak-ω6 Tetap Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Bawal Air Tawar. Fakultas Perikanan Institut Pertania Bogor. Bogor
Lampiran 1. Pertumbuhan bobot mutlak (g) dan laju pertumbuhan relatif (%), pertambahan lebar karapas mutlak (mm) dan pertambahan lebar karapas relatif (%), kepiting bakau setelah 30 hari perlakuan berbagai kadar karbohidrat lemak pakan buatan berekstrak bayam
PerlakuanRata-rata Pertumbuhan Setelah
MoltingRata - Rata Pertambahan
Lebar Karapas Setelah MoltingMutlak (g) Relatif (%) Mutlak (mm) Relatif (%)
Formula A 3.83 ± 0.33 7.73 ± 0.96 0.29 ± 0.22 0.46 ± 0.33Formula B 6.51 ± 2.08 12.45 ± 4.52 0.67 ± 0.63 1.00 ± 0.92Formula C 8.44 ± 0.14 16.51 ± 1.78 2.52 ± 0.34 4.13 ± 1.01Formula D 11.87 ± 1.37 20.59 ± 4.90 5.68 ± 3.08 8.97 ± 5.01
Lampiran 2. Efisiensi pakan kepiting bakau setelah 30 hari perlakuan berbagai kadar karbohidrat lemak pakan buatan berekstrak bayam
Perlakuan Efisiensi Pakan
Formula A 43.74 ± 1.71Formula B 53.07 ± 5.91Formula C 62.06 ± 4.98Formula D 67.89 ± 7.1