repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · web view...

47
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN BER-VITOMOLT TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla sp.) SKRIPSI HERIYANTO YASIN L 221 04 026 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

Upload: others

Post on 28-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN BER-VITOMOLT TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN

KEPITING BAKAU (Scylla sp.)

SKRIPSI

HERIYANTO YASINL 221 04 026

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI KADAR KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN BER-VITOMOLT TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN

KEPITING BAKAU (Scylla sp)

Oleh:HERIYANTO YASIN

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

PadaFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2011

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

ABSTRAK

HERIYANTO YASIN. Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Karbohidrat dan Lemak Pakan Ber-Vitomolt Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla sp). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.P dan Prof. Dr. Ir. Yushinta Fujaya, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai kadar karbohidrat dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan kepiting bakau (Scylla sp). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010 di tambak Bawanamarana, Desa Marana, Kabupaten Maros. Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla sp) jantan dan betina dengan ukuran rata-rata 100g/ekor.

Ada 4 perlakuan kombinasi kadar karbohidrat dan lemak pakan yang di cobakan, yaitu : A. (40,1 : 10,2) B. (43,26 : 4,1) C. (45,19 : 8,05) dan D. (48,89 : 7,2) masing-masing dalam persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan bobot mutlak dan efisiensi pakan meningkat seiring dengan penambahan kadar-kadar karbohidrat dan pengurangan kadar lemak. Rata-rata pertumbuhan bobot mutlak kepiting bakau terendah pada formula pakan A sebesar 3.83 g, dan tertinggi pada formula pakan D sebesar 11.87 g , untuk formula pakan B dan C masing-masing sebesar 6.51 dan 8.44 g. Seperti halnya rata-rata pertumbuhan mutlak, efisiensi pakan terendah pada formula pakan A yaitu sebesar 43.74% dan tertinggi pada formula pakan D sebesar 67.89%, formula pakan B dan C masing-masing sebesar 53.07% dan 62.06%. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa kualitas air selama pemeliharaan berada pada kondisi yang optimal.

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

J u d u l : Pengaruh Pemberian Berbagai Kadar Karbohidrat dan Lemak Pakan Ber-vitomolt Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla sp)

N a m a : Heriyanto Yasin

Stambuk : L 221 04 026

Program Studi : Budidaya Perairan

Skripsi ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. S iti Aslamyah, M.Si Prof. Dr. Ir. Yusinta Fujaya, M.SiNip. 196904011993032003 Nip. 196501231989032002

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Budidaya Perairan

Prof. Dr. Ir. Hj. A. Niartiningsih, MP Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.SiNip. Nip. 19690401 19930320 03 001

Tanggal Lulus : September 2011

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Sinar dan

Cahaya-Nya yang selalu menuntun kita untuk berpikir dan bersyukur akan

Nikmat-Nya, tak lupa pula Salam dan Shalawat atas junjungan kita Nabiullah

Muhammad SAW atas contoh teladannya sehingga menjadikan semangat bagi

penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini ada begitu banyak rintangan yang penulis

hadapi, baik yang timbul dari diri pribadi maupun dari lingkungan pergaulan

penulis. Sehingga timbul kebosanan dan kejenuhan dalam diri penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Tapi dengan adanya kemauan serta ada perasaan

bersalah yang begitu dalam jika penulis tidak menyelesaikan skripsi terutama

bagi kedua orang tua yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan hingga ke bangku kuliah. Oleh karena itu skripsi ini

penulis mempersembahkannya kepada Ayahanda dan Ibunda , apa yang penulis

lakukan selama di bangku kuliah belum dapat membanggakan serta

membahagiakan keduanya, serta saudara – saudaraku. Pada kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan penghargaan yang begitu tinggi dan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Ir. Siti Aslamyah, M.Si selaku Pembimbing Utama dan, Prof. Dr. Ir.

Yusinta Fujaya, M.Si selaku Pembimbing Anggota yang senantiasa

memberikan masukan yang begitu besar dalam penyusunan skripsi ini.

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

2. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Yusri

karim, M.Si, bapak Dr. Ir. Zainuddin, M. Si dan ibu Dr. ir. Hariyati, M.Si

sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

3. Teman-teman Perikanan angkatan 04 khususnya anak-anak BDP 04 serta

teman-teman yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.

4. Serta semua pihak yang telah turut membantu selama ini, namun tidak

mungkin dapat penulis sebutkan namanya satu per satu dalam kesempatan

ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu melalui kesempatan ini penulis sangat

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif.

Akhirnya Kepada Allah SWT jualaah Penulis menghaturkan sembah sujud

sebagai rasa terimakasih, Wassalam

Penulis,

Heriyanto Yasin

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

RIWAYAT HIDUP

enulis dilahirkan pada tanggal 2 Maret 1985 di Wajo,

Sulawesi Selatan. Orang tua bernama Muh. Yasin dan

Maccaya . Pada tahun 1998 lulus SD Negeri 136

Sajowangi, , tahun 2001 lulus Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 1 Sajowangi, dan tahun 2004 lulus Sekolah

Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Majauleng. Pada tahun 2004 penulis berhasil

diterima pada program studi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama kuliah

di Jurusan Perikanan, penulis aktif dalam di organisasi Aquatic Study Club

Makassar (organisasi keilmuan).

P

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Biologi Kepiting Bakau...................................... 4B. Kebutuhan Pakan dan Nutrien Kepiting Bakau ...................... 5C. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan ......................................... 6D. Kualitas Air Kepiting Bakau..................................................... 8

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat .................................................................. 9 B. Materi Penelitian ..................................................................... 9

C. Prosedur Penelitian ................................................................. 10 D. Perlakuan................................................................................. 11

E. Parameter yang diamati........................................................... 12F. Analisis Data.............................................................................. 13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ........................................................................................ 13B. Pembahasan ........................................................................... 15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................ 19B. Saran......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

DAFTAR GAMBARNomor

Halaman

Teks

1. Morfologi kepiting bakau (Afrianto dan Liviawaty) ……………….. 2

2. Penempatan unit percobaan ………………………………………….. 1

3. Pertumbuhan bobot mutlak dan relatif (A) serta pertumbuhan lebar karapas mutlak dan relatif (B) pada masing-masing perlakuan Konstruksi gill net permukaan yang dioperasikan di perairan

Kabupaten Bantaeng ............................................................................. 13

4. Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuan.......................... 14

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepiting bakau (Scylla sp) merupakan salah satu komoditas

perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Menurut Karim (2005)

permintaan konsumen akan kepiting terus meningkat baik di pasaran

dalam negeri maupun di luar negeri, menjadikan organisme tersebut

sebagai salah satu komoditas andalan untuk ekspor non migas

mendampingi udang windu.

Untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi perlu dilakukan

peningkatan produksi kepiting bakau baik jumlah maupun kualitasnya.

Salah satu perkembangan teknologi dalam budidaya perikanan untuk

meningkatkan produksi kepiting bakau adalah produksi kepiting lunak

atau soft shell. Menurut Fujaya (2007) harga jual kepiting lunak dapat

mencapai dua kali lipat disbanding kepiting berkulit keras.

Pada mulanya produksi soft shell dilakukan dengan cara mutilasi,

namun dianggap kurang efektif. Selain tingkat mortalitas tinggi, juga

menyebabkan peningkatan bobot kepiting lambat. Oleh karena itu, Fujaya

dkk. (2007) menggunakan ekstrak bayam (Amaranthus tricolor) sebagai

stimulan molting. Ekstrak bayam tersebut dikenal dengan sebutan vitomolt

yang mengandung fitoekdisteroid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

vitomolt efektif mempercepat dan menyerentakkan molting, tidak

menyebabkan kematian, pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Namun, aplikasi vitomolt yang diberikan dengan cara penyuntikan kurang

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

efisien dilakukan dalam skala besar. Upaya yang dapat dilakukan adalah

menggunakan pakan buatan sebagai media aplikasi vitomolt.

Pengkajian persentasi nilai nutrisi pakan terhadap pemanfaatan

vitomol, sangatlah penting mengingat bahwa kebutuhan dan fungsi-fungsi

akan nutrisi pakan akan mempengaruhi laju pertumbuhan kepiting bakau.

Menurut Susanti (2009), pakan buatan dalam bentuk moist dengan kadar

air 66,65% dengan komposisi nutrien sebagai berikut protein 50,91%,

lemak 5,84%, serat 8,24%, dan BETN 25,76% dalam berat kering, dapat

mempercepat pertumbuhan dan molting dengan dosis vitomolt 933 ng/g

pakan. Selanjutnya, Busri (2010) membuktikan bahwa penggunaan

vitomolt dalam pakan dengan kadar protein 30.62 %, BETN 41.72 %, dan

lemak 6.31 % mampu mempercepat molting dan meningkatkan

pertumbuhan kepiting bakau.

Terkait hal tersebut di atas, Anonim (2010) dalam www.scribd.com

(2010) menerangkan bahwa crustesea memerlukan karbohidrat dalam

jumlah yang banyak, karena selain diperlukan sebagai pembakaran dalam

proses metabolisme juga diperlukan dalam sintesis khitin dalam kulit

keras. Selanjutnya, menurut Anonim (2010) dalam id.wikipedia.org (2010)

menerangkan bahwa lemak yang merupakan salah satu nutrisi pakan

memiliki fungsi dasar, yaitu menopang fungsi senyawa organik sebagai

penghantar sinyal, seperti pada prostaglandin dan hormon steroid dan

kelenjar empedu. Ditambahkan oleh (Koolman dan Röhm, 1995) bahwa

lemak dalam bahan makanan adalah pembawa energi yang penting. Pada

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

pemberian pakan yang benar, lemak dalam bahan makanan dapat

memberikan sekitar 30 – 35% energi tambahan. Menurut Serang (2006)

pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat

mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal

dengan protein sparing effect. Terjadinya protein sparing effect,

karbohidrat dan lemak dapat menyediakan sumber energi untuk

pemeliharaan metabolisme, sehingga energi yang berasal dari protein

dapat digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bukan digunakan untuk

sumber energi.

Mengingat hal tersebut atas maka perlu adanya pengkajian tentang

kadar karbohidrat dan lemak pada pakan bervitomolt terhadap efisiensi

pemanfaatan pakan dan pertumbuhan kepiting bakau.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi berbagai kadar

karbohidrat dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan

pertumbuhan kepiting bakau (S. olivacea).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi kadar

karbohidrat dan lemak pakan optimum dengan tingkat efisiensi pakan dan

pertumbuhan terbaik untuk produksi kepiting cangkang lunak pada skala

besar.

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Biologi Kepiting Bakau

Kepiting bakau (Scylla sp.) (Gambar 1) memiliki ukuran lebar karapas

lebih besar daripada ukuran panjang tubuhnya dan permukaanya agak

licin. Pada dahi antara sepasang matanya terdapat enam buah duri dan

disamping kanan dan kirinya masing-masing terdapat sembilan buah duri.

Kepiting bakau jantan memiliki sepasang capit yang dapat mencapai

panjang hampir dua kali lipat daripada panjang karapasnya, sedangkan

kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting bakau juga

mempunyai 3 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting

bakau berjenis kelamin jantan ditandai dengan abdomen bagian bawah

berbentuk segitiga meruncing, sedangkan pada kepiting bakau betina

melebar (Kanna, 2006).

Gambar 1. Morfologi kepiting bakau (Afrianto dan Liviawaty).

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Menurut Kanna (2002) kepiting bakau mempunyai beberapa spesies

antara lain Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanic

dengan klasifikasi sebagai berikut :

Phyllum : Arthropoda

Class : Crustacea

Ordo : Decapoda

Family : Portunidae

Genus : Scylla

Spesies : Scylla sp

Habitat hidup kepiting bakau beraneka ragam, mulai dari lingkungan

air, baik tawar maupun asin dan lingkungan daratan. Ada beberapa jenis

kepiting yang menyukai hidup di lingkungan berbatu, namun ada pula

lebih senang hidup diantara akar tumbuh-tumbuhan air (Afrianto dan

Liviawaty, 1992).

B. Kebutuhan Pakan dan Nutrien Kepiting Bakau

Keberhasilan pembesaran kepiting bakau di tambak atau dalam

suatu wadah terkontrol sangat ditentukan oleh kesesuaian pakan yang

diberikan, baik jumlah maupun jenis. Kepiting bakau adalah hewan

omnivore scavenger artinya mereka dapat memakan segala jenis

makanan baik hewani maupun nabati bahkan bangkai sekalipun (Fujaya,

2008). Pakan yang baik terdiri dari beberapa komponen dengan komposisi

tertentu. Komponen tersebut adalah protein, karbohidrat, lemak, mineral

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

dan vitamin. Kekurangan salah satu komponen ini seiring menyebabkan

terganggunya pertumbuhan kepiting (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul utama dalam sel

organisme hidup mempunyai peranan penting sebagai sumber energi,

seperti energi cadangan dalam bentuk glikogen, sebagai komponen dalam

struktur membran sel dan dinding sel (Aslamyah, 2008). Pada organisme

hewan, glikogen berfungsi sebagai cadangan karbohidrat. Bila dibutuhkan,

dari glikogen dapat dibebaskan glukosa fosfat atau glukosa (Koolman dan

Röhm, 1995). Terkait hal tersebut, Anonim (2010) dalam www.scribd.com

(2010) menerangkan bahwa crustesea memerlukan karbohidrat dalam

jumlah yang banyak, karena selain diperlukan sebagai pembakaran dalam

proses metabolisme juga diperlukan dalam sintesis khitin dalam kulit

keras. Dan, karbohidrat dibongkar dari tempat penyimpanannya karena

dibutuhkan untuk sintesis protein. Terkait pada kebutuhan pakan kepiting,

Anderson dkk (2004) mengungkapkan bahwa kisaran komposisi nutrien

dalam pakan kepiting adalah protein 34 – 54%; lemak 4.5 – 10.8%; serat

2.1 – 4.3%; BETN 18.7 – 42.5%; abu 0.6 – 22.0%.

Seperti halnya karbohidrat, lemak mengandung karbon, hidrogen,

dan oksigen. Namun, lemak mengandung lebih banyak karbon dan

hidrogen daripada oksigen. Lemak memberikan lebih kurang 2.25 kali

lebih banyak energi daripada karbohidrat jika mengalami metabolisme

karena lemak mengandung hidrogen lebih tinggi daipada oksigen

(Murtidjo, 2001). Lemak dalam bahan makanan adalah pembawa energi

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

yang penting. Pada pemberian makanan yang benar, lemak dalam bahan

makanan dapat memberikan sekitar 30 – 35% energi tambahan. Lanjut

bahwa, lemak juga dapat berperan sebagai pengantara bagi vitamin-

vitamin yang larut dalam lemak. Lanjut bahwa, lemak di dalam tubuh

membentuk cadangan energi terbesar pada organisme hewan. Ia dapat

digunakan sebagai sumber atom karbon bagi berbagai sintesis yang

terjadi dalam tubuh sendiri (Koolman dan Röhm, 1995).

C. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan

Pertumbuhan pada kepiting bakau merupakan pertumbuhan bobot

badan dan lebara karapas yang terjadi secara berkala setelah terjadi

pergantian kulit atau molting (Sheen dan Wu 1999, Mayrand et al

2000;Catacuta 2002 dalam Karim 2005). Fujaya (2008) menambahkan

bahwa kepiting tidak dapat tumbuh secara linear sebagaimana hewan lain

karena kepiting memiliki cangkang luar yang keras (karapas) yang tidak

dapat bertumbuh, karenanya agar kepiting dapat bertumbuh maka

karapas lama harus diganti dengan yang baru dan lebih besar.

Pertumbuhan didahului oleh pergantian karapas yang dimulai dengan

pembelahan sel-sel epidermis secara mitosis menjadi berbentuk padat,

rapat dan kolumner. Pembelahan sel-sel epidermis menyebabkan

terjadinya tegangan pada permukaan sel-sel epidermis sehingga kutikula

terpisah dari cairan epidermis. Cairan ganti kulit disekresikan pada ruang

antara kutikula dan epidermis hingga kutikula yang baru terbentuk

sempurna (Effendy dkk, 2006).

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Menurut Karim (2006) ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan

pertumbuhan kepiting yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam yaitu

ukuran jenis kelamin dan kelengkapan anggota tubuh, sedangkan faktor

luar yaitu ketersediaan pakan, cahaya, suhu dan salinita. Karim (2005)

menambahkan bahwa pada umumnya pertumbuhan kepiting bakau

tergantung pada energi yang tersedia, bagaimana energy tersebut

digunakan dalam tubuh dan pertumbuhan hanya akan terjadi apabila

terdapat kelebihan energi setelah kebutuhan energi minimalnya (untuk

hidup pokok) terpenuhi.

Steffens (1987) dalam Purwanty (2006) dalam Juanda (2010)

menerangkan bahwa efisiensi pakan menunjukkan tingkat pemanfaatan

pakan untuk pertumbuhan. Efisiensi pakan terdiri atas dua, yaitu efisiensi

kotor dan efisiensi bersih. Efisiensi kotor mengambarkan kadar energi

(nilai parameter dalam bahan kering) dari pertumbuhan berat badan

sebagai proporsi yang menggambarkan energi yang termanfaatkan dari

pakan yang diberikan. Adapun efisiensi bersih dimaksudkan sebagai

pertumbuhan relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi

tersebut dari makan dicerna setelah mengurangi kadar energi feses dan N

hasil eksresi.

Menurut NRC (1983) dalam Hariyadi dkk (2005) efisiensi pakan

bergantung pada kecukupan nutrisi dan energi pakan. Apabila pakan yang

diberikan nutrisinya tidak mencukupi seperti energi tinggi atau rendah,

pertambahan bobot yang dihasilkan akan rendah juga.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

D. Kualitas Air Kepiting Bakau

Suhu yang baik untuk kehidupan kepiting bakau adalah 24 – 32 oC

(Rustam, 1989). Selain itu menurut Boyd (1990) oksigen terlarut sangat

esensial dibutuhkan oleh kepiting bakau untuk respirasi yang selanjutnya

dimanfaatkan untuk kegiatan metabolisme. Oleh sebab itu, kandungan

oksigen terlarut harus selalu dipertahankan dalam kondisi optimum.

Secara umum, apabila kandungan oksigen terlarut rendah (<3 ppm) akan

menyebabkan nafsu makan dan tingkat pemanfaatan rendah. Untuk

budidaya kepiting bakau agar pertumbuhannya baik maka kandungan

oksigen sebaiknya lebih besar dari 3 ppm.

Amoniak dalam media budidaya dapat berasal dari buangan bahan

organik yang mengandung senyawa nitrogen seperti protein maupun

sebagai hasil ekskresi. Kepiting bakau dapat hidup dengan baik dengan

konsentrasi amoniak tidak lebih dari 0.1 ppm (Kuntiyo dkk., 1994).

Kepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi

selama pertumbuhan mereka lebih menyukai salinitas rendah antara 5 –

25 ppt. pH yang cocok berkisar antara 7 – 9. Selain sifat kimia air, kepiting

juga tidak menyukai air yang keruh. Lanjut bahwa, untuk menjaga kualitas

air tetap sesuai maka pergantian air setiap hari perlu dilakukan. Dapat

disesuaikan dengan kondisi pasang surut atau kira-kira 30 – 50% per hari

dan penggantian total dilakukan seminggu sekali (Fujaya, 2008).

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2010 di

tambak Bawanamarana, Desa Marana, Kabupaten Maros. Analisis

proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

B. Materi Penelitian

B.1. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah kepiting bakau (Scylla sp.) jantan

dan betina dengan ukuran rata-rata 100 g/ekor. Kepiting uji yang diteliti

berjumlah 60 ekor.

B.2. Wadah Penelitian

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurungan plastik

berbentuk kotak (crab box) yang dilengkapi dengan rangka bambu

berpelampung sebagai rak penyimpanan crab box. Pada dasar wadah

dilapisi waring. Setiap kotak diisi dengan kepadatan 1 ekor kepiting uji.

B.3. Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 jenis pakan

buatan isokalori, pakan diformulasi (2850 kkal) dengan kadar protein 31%,

berbentuk pellet yang diperkaya vitomolt dengan persentase karbohidrat

dan lemak yang berbeda (tabel 1). Pakan uji diperkaya dengan vitomolt.

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Pencampuran dilakukan dengan melarutkan vitomolt dengan etanol 80%

dengan perbandingan 1:1 kemudian dihomogenkan, larutan tersebut

disemprotkan secara merata ke pakan dengan dosis vitomolt 500 ng/g

kepiting uji untuk hari ke pertama sampai hari ke sepuluh, dan 200 ng/g

kepiting uji untuk hari ke sebelas. Selanjutnya, pakan dikering anginkan

kemudian disimpan dalam kantong pengak (packing) hingga siap untik

digunakan.

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan uji

Komposisi PakanA B C D

Air (%) 10.55 10.16 10.3 10.2Abu (% bk) 13.52 12.01 11.11 8.15Protein (% bk) 30.2 30.4 30.15 30.06Lemak (% bk) 10.2 9.1 8.05 7.2Serat kasar (% bk) 5.98 5.23 5.5 5.7BETN (% bk) 40.1 43.26 45.19 48.89DE (kkal/kg)* 2885.7 2882.6 2837.05 2857.55C/P (DE/g Protein) 9.56 9.48 9.41 9.51

Keterangan : * Hasil perhitungan berdasarkan energy (NRC, 1988) :1 g karbohidrat = 2.5 kkal DE1 g Protein = 3.5 kkal DE1 g Lemak = 8.1 kkal DE

C. Prosedur Penelitian

Kepiting uji terlebih dahulu disortir untuk memperoleh kepiting yang

memiliki kondisi sehat, organ lengkap, dan bobot tubuh dan lebar

karapaks yang tidak terlalu jauh antar individu kepiting uji, yaitu

berdasarkan pada perhitungan faktor kondisi. Selanjutnya, kepiting uji

diadaptasikan selama empat hari pada wadah pemeliharaan agar kepiting

uji tidak mengalami stras akibat perbedaan kondisi lingkungannya

terhadap lingkungan penelitian. Sebelum diberikan perlakuan pada

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

kepiting uji, terlebih dahulu dilakukan penimbang bobot tubuh dan

pengukuran lebar karapaks sebagai data awal untuk melihat laju

pertumbuhan kepiting uji.

Kepiting uji dipelihara dalam crab box dengan padat penebaran satu

kepiting uji / crab box untuk menghindari kanibalisme selama

pemeliharaan terutama apabila setelah molting. Selama 30 hari penelitian,

dilakukan pemberian pakan sebanyak 3% / bobot tubuh / hari.

Selanjutnya, pada akhir penelitian dilakukan penimbang bobot tubuh dan

pengukuran lebar karapaks sebagai data akhir. Untuk kepiting uji yang

telah mengalami molting, tidak diberikan pakan selama 3 hari atau hingga

karapaksnya keras kembali.

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan secara langsung di

wadah kepiting uji meliputi salinitas yang diukur dengan menggunakan

handrefractometer, Suhu dan Dissolved Oxygen (DO) diukur dengan

menggunakan metode elektrometris (DO meter), dan pH diukur dengan

menggunakan kertas pH (pH water tester) pada pukul 06.00 dan 18.00

WITa, sedangkan pengukuran amonia untuk pukul 06.00 dan 18.00 WITa

dilakukan dengan menggunakan spectrofotometer di Laboratorium

Kualitas Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin.

D. Perlakuan

Perlakuan yang diuji adalah 4 jenis pakan buatan bervitomolt dengan

kadar karbohidrat dan lemak yang berbeda, yaitu;

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

1 Pakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)

2 Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)

3 Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)

4 Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)

Penempatan masing-masing unit percobaan dilakukan secara acak

pada wadah penelitian sebagai berikut:

A2 A4 B11 C1 A5 D10 C9 D13 B15 A7C5 D5 A3 C3 D7 C10 B9 B3 D15 C15C7 D14 A15 B7 D2 A6 B4 D9 C12 A14D4 C13 C2 A1 A13 B6 D1 D8 A12 B1

D15 A10 B8 D6 A8 C14 C4 C6 B2 D12B13 A9 D3 B10 C11 B14 B5 A11 D11 C8

Gambar 3. Penempatan unit percobaan

E. Parameter yang Diamati

Adapun parameter yang akan diamati selama penelitian meliputi:

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan diukur dengan menimbang kepiting uji pada awal dan

setelah satu bulan pemeliharaan.

Pertumbuhan mutlak dihitung dengan rumus:

Pertumbuhan mutlak = Bt 1 – Bt 0

Dimana: Bt1 = Bobot tubuh akhirBt 0 = Bobot tubuh awal

Pertumbuhan relatif dianalisis dengan rumus :

Pertumbuhan relatif ¿Wt−WoWo x 100

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Dimana Wt = Bobot tubuh akhirWo = Bobot tubuh awal

2. Efisiensi pakan

Efisiensi pakan (EP) kepiting uji dihitung dengan rumus Takeuchi

(1988), yaitu:

EP = ((Bt1 + Bt0) - Btm) / F x 100

Dimana:Btm = Bobot tubuh kepiting uji yang telah matiF = Bobot total pakan yang dikonsumsi kepiting uji

F. Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai kadar karbohidrat

dan lemak pakan ber-vitomolt terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan

hewan uji, maka hasil pengamatan dan pengukuran tiap parameter

dianalisis secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

A.HASIL

1. Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Relatif

Rata-rata pertumbuhan bobot dan leabr karapas mutlak dan relatif

kepiting bakau setiap perlakuan pada akhir penelitian dapat dilihat pada

gambar berikut 2.

A.

B.

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0

5

10

15

20

25

3.83

6.518.44

11.87

7.73

12.45

16.51

20.59

Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) Pertumbuhan bobot relatif

Perlakuan

Pert

umbu

han

bobo

t mut

lak

dan

rela

tif

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0123456789

10

0.290.6700000000000

01

2.52

5.68

0.461

4.13

8.97

pertambahan lebar karapas mutlak pertambahan lebar karapas relatif

Perlakuan

Pert

amba

han

leba

r kar

apas

mut

lak

dan

re-

latif

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Gambar 2. Pertumbuhan bobot mutlak dan relatif (A) serta pertumbuhan lebar karapas mutlak dan relatif (B) pada masing-masing perlakuan.

Pakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)

Berdasarkan gambar di atas, rata-rata pertumbuhan bobot mutlak

dan relative kepiting bakau terendah pada perlakuan formula pakan A

(karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %) yaitu sebesar 3.83 g dan

pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada perlakuan formula pakan D

(karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)yaitu sebesar 11,87 g,

sedangkan rata –rata pertumbuhan bobot mutlak perlakuan formula B

(karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %) dan C (karbohidrat : 45.19 %

dan lemak : 8.05 %) masing-masing 6.51 g dan 8.44 g.

2. Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuan pada akhir

penelitian dapat dilihat pada gambar berikut :

Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D0

10

20

30

40

50

60

70

80

43.74

53.07

62.0667.89

Perlakuan

Efisie

nsi P

akan

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Gambar 3. Efisiensi pakan kepiting bakau setiap perlakuanPakan A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2 %)Pakan B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)Pakan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %)Pakan D (karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %)

Berdasarkan gambar di atas, efisiensi pakan kepiting bakau

terendah pada perlakuan formula A (karbohidrat : 40.1 % dan lemak : 10.2

%) yaitu sebesar 43.74% dan yang tertinggi pada pelakuan formula D

(karbohidrat : 48.89 % dan lemak : 7.2 %) yaitu sebesar 67.89%,

sedangkan pelakuan formula B (karbohidrat : 43.26 % dan lemak : 9.1 %)

dan C (karbohidrat : 45.19 % dan lemak : 8.05 %) masing-masing sebesar

53.07% dan 62.06%.

3. Kualitas Air

Kisaran data pengukuran kualitas air lingkungan pemeliharaan

selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tebel 1 : Kisaran data pengukuran kualitas air lingkungan pemeliharaan selama penelitian

ParameterKisaran Alat ukur

Suhu (0C)Salinitas (ppt)

DO (ppm)pH

Amonia (ppm)

24.4 – 35.025 – 37

0.96 – 8.017 – 8

0.001 – 0.002

DO meter elektrometrisHendrefractometer

DO meter elektrometrispH water tester

Spectrofotometer

B.PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh

dari perlakuan pakan D dengan kadar karbohidrat 48.89% bk dan lemak

7.2% bk.Jika dibandingkan dengan perlakuan pakan A, B, dan

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

C,perlakuan pakan D yang memiliki kadar karbohidrat tertinggi dan kadar

lemak terendah. Hal ini menujukkan bahwa pertumbuhan bobot mutlak

kepiting bakau meningkat seiring dengan penambahan kadar karbohidrat

dan pengurangan kadar lemak dalam formula pakan.

Semakin tingginya kadar karbohidrat dalam formula pakan

menunjukkan terjadinya peningkatan pertumbuhan bobot mutlak kepiting

bakau, hal ini diduga karena karbohidrat mampu meningkatkan

metabolisme dalam tubuh kepiting. Menurut Aslamiyah (2008) dari segi

biologis, karbohidrat sangat esensial untuk proses-proses metabolisme

dalam tubuh. Karbohidrat sebagai salah satu makromolekul utama dalam

sel organisme hidup mempunyai peranan penting sebagai sumber energi,

seperti energi cadangan dalam bentuk glikogen, sebagai komponen dalam

struktur membran sel dan dinding sel. Afrianto dan Liviawaty (2005)

menambahkan bahwa karbohidrat juga berperan sebagai prekursor untuk

berbagai metabolisme internal yang produknya dibutuhkan untuk

pertumbuhan, misalnya asam amino non esensial dan asam nukleat.

Crustacea membutuhkan karbohidrat dalam jumlah yang relative besar

karena diperlukan dalam pembentukan kitin dan pengaturan

osmoregulasi.

.Berbeda halnya dengan karbohidrat, pertumbuhan bobot mutlak

kepiting bakau meningkat dengan penurunan kadar lemak dalam pakan.

Hal ini menunjukkan bahwa lemak sebagai salah satu sumber energi

dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan sumber

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

energi yang lain seperti protein dan karbohidrat. Hadadi (2002)

menyatakan bahwa semakin tinggi karbohidrat pakan, konsumsi lemak

cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena karbohidrat selain sebagai

sumber energy, juga dapat dikonversi menjadi lemak tubuh. Makin tinggi

kadar karbohidrat pakan menyebabkan kadar lemak tubuh makin tinggi.

Hal ini diduga sebagai akibat adanya proses lipogenesis yang tinggi pada

tubuh yang menerima masukan karbohidrat yang tinggi.

Pertumbuhan bobot mutlak kepiting bakau dalam penelitian ini

cukup rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Juanda (2010),

dimana pertumbuhan bobot mutlaknya berkisar antara 12.29 – 14.97 g.

Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan komposisi nutrisi

dalam pakan terutama kadar protein dalam pakan dan kondisi lingkungan

selama pemeliharaan.

Sama halnya dengan pertumbuhan bobot mutlak, efisiensi pakan

tertinggi juga dihasilkan dari perlakuan pakan D. Semakin tingginya kadar

karbohidrat dalam pakan juga meningkatkan efisiensi pakan kepiting

bakau, hal ini diduga karena karbohidrat mampu meningkatkan

penyerapan atau kecernaan nutrient lain yang terdapat dalam pakan.

Linder (1992) dalam Hadadi (2002) menyatakan bahwa fungsi lain dari

karbohidrat adalah sebagai pengikat protein dan lipid yang merupakan

jaringan antigen seperti pada membran sel dan sekresi protein. Afrianto

dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa selain berfungsi sebagai sumber

energi bagi ikan, karbohidrat juga berperan dalam menghemat

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

penggunaan protein sebagai sumber energi. Apabila pakan yang

diberikan kekurangan karbohidrat, ikan akan kurang efisien dalam

penggunaan pakan berprotein untuk menghasilkan energi dan kebutuhan

metabolik lainnya. Hubungan antara protein dan karbohidrat ini disebut

protein sparing effect. National Research Council (1983) dalam Hadadi

(2002) menambahkan bahwa jika pakan kekurangan energi dari

karbohidrat dan lemak maka ikan menggunakan sebagian dari proteinnya

untuk memenuhi kebutuhan energi.

Hasil penelitian menunjukkan efisiensi pakan meningkat jika kadar

lemak dalam pakan berkurang. Seperti halnya dengan karbohidrat, lemak

merupakan salah satu sumber energy yang dapat meningkatkan

kecernaan nutrient lain dalam pakan. Seperti yang dinyatakan oleh

Supriatna dkk. (1999) bahwa kadar asam lemak pada tubuh ikan dapat

mempengaruhi fluiditas membrane sel yang selanjutnya dapat menunjang

metabolism sel secara keseluruhan sehingga dapat mempengaruhi

penyimpanan protein pada tubuh ikan. Afrianto dan Liviawaty (2005)

menyatakan bahwa ikan cenderung menyimpan lemak sebanyak-

banyaknya terutama di dinding rongga perut dan saluran pencernaan, hal

ini sering menimbulkan penyakit nutrisional. Selain itu, meningkatnya

jumlah lemak di dinding perut dan saluran pencernaan akan menurunkan

bagian yang dapat dimakan dari ikan dan dapat mengakibatkan kerusakan

ginjal dan anemia. Pakan buatan yang mengandung lemak tinggi,

terutama asam lemak tidak jenuh, akan mengalami masalah dalam

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

penyimpanan. Lemak sangat mudah teroksidasi menjadi peroksida dan

senyawa toksik lainnya sehingga menimbulkan bau tengik yang tidak

disukai dan dapat menyebabkan keracunan pada ikan.

Sama halnya dengan pertumbuhan bobot mutlak, efisiensi pakan

dalam penelitian ini cukup rendah jika dibandingkan dengan hasil

penelitian juanda (2010), dimana efisiensi pakan yang diperoleh berkisar

antara 70.24 – 74.38%. Perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya

perbedaan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Menurut Fujaya

(2008), keberhasilan kepiting bakau di tambak atau dalam suatu wadah

terkontrol sangat ditentukan oleh kesesuaian pakan yang diberikan, baik

jumlah maupun jenis.

Selain faktor pakan, kondisi media pemeliharaan juga sangat

menentukan keberhasilan pemeliharaan kepiting bakau. Hasil pengukuran

kualitas air (Tabel 1) menunjukkan bahwa kisaran kualitas air

selama pemeliharaan berada pada kisaran yang optimal. Menurut Kumlu

dan Kir 2005 dalam Rusdi dan Karim 2006, kisaran suhu yang optimum

untuk kepiting bakau adalah 26 sampai 320C, pH berkisar 7,5 – 8,5 dan

ammonia < 0.1 ppm dan salinitas yang optimal adalah 16 – 34. Untuk

budidaya kepiting bakau agar pertumbuhannya baik maka kandungan

oksigen sebaiknya lebih besar dari 3 ppm (Kuntinyo dkk. 1994 dan

Christensen dkk. 2005 dalam Ghurdi 2006).

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan bobot mutlak dan efisiensi pakan tertinggi di hasilkan pada

perlakuan D yaitu formula pakan dengan kadar karbohidrat 48.89% dan

lemak 7.2%

2. Saran

Mengingat bahwa persentase kadar karbohidrat dan lemak sangat

penting dalam pertumbuhan dan efisiensi pakan pada kepiting bakau

maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kadar optimal

karbohidrat dan lemak dalam suatu formula pakan untuk kepiting bakau.

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1992. Pemeliharaan kepiting. Kanisius. Yogyakarta.

Anderson, A., P. Mather, and Richardson. 2004. Nutrition of the mud crab Scylla serrata (forskal). dalam Proceeding of mud crab aquculture in Australia and Southeast Asia. Allan and D. Fielder (editor): 57 – 59.

Anonim. 2010. Lemak. [online] http://id.wikipedia.org/wiki/Lemak [27 Juni 2010].

Anonim. 2010. Metabolisme Karbohidrat pada Crustacea (abstrak). [online] http://www.scribd.com/doc/27163046/Metabolisme-Karbohidrat-Pada-Crustacea [27 Juni 2010].

Aslamyah S. 2008. Pembelajaran berbasis SCL pada mata kuliah biokimia nutrisi (laporan modul). FIKP. Jurusan Perikanan. Universitas Hasanuddin.

Busri, M. H. 2010. Pengaruh berbagai kadar protein dan karbohidrat pakan ber-vitomolt terhadap molting, pertumbuhan, glukosa dan deposit glikogen kepiting bakau (Scylla olivacea). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Effendie, I. 2002. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Effendy, S., Sudirman, S. Bahri, E. Nurcahyono, A. Batubara, M. Syaichudin. 2006. Teknik pembenihan kepiting bakau (Scylla olivacea). Departemen kelautan dan perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Takalar. Takalar.

Fujaya, Y. Dan Trijuno, D. D. 2007. Profil Hormon Ekdisteroid dalam Hemolimph Kepiting Bakau (Scylla olivaceous Herbst 1796) Selama Periode Molting dan Pematangan Gonad. Laporan Penelitian Fundamental. Universitas Hasanuddin. Makassar 1 – 17

Fujaya, Y. 2008. Kepiting komersil di dunia, biologi, pemanfaatan, dan pengelolaannya. Citra Emulsi. Makassar.

Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman meramu pakan ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Kanna, I. 2006. Budidaya kepiting bakau, pembenihan dan pembesaran. Kanisius. Yogyakarta.

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Koolman, J. dan Röhm K.H. 1995. Atlas berwarna dan teks biokimia. Penerjemah: S. I. Wanandi. Hipokrates. Jakarta.

Hadadi, Ahmad. 2002. Pengaruh Kadar Karbohidrat Pakan Berebeda Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lacepede) Ukuran 70 – 80 gr. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hariyadi, B., Haryono, A. dan Untung Susilo. 2005. Evaluasi Efesiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper Rumput (Ctenopharyngodon idella Val) yang Diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan Energi yang Berbeda. Fakultas Biologi Unseod. Purwokerto.

Huska. 2008. Sintasan dan pertumbuhan post larva udang windu (Penaeus monodon) yang diekspose air pH rendah. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Juanda. 2010. Pengaruh berbagai kadar protein-karbohidrat pakan bervitomolt terhadap pertumbuhan, kecernaan, dan efisiensi pakan kepiting bakau (Scylla olivacea) di bak terkontrol. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Karim. Muh. Y. 2005. KInerja Pertumbuhan Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata forsskal) Pada Berbagai Salinitas Media dan Evaluasinya Pada Salinitas Optimum Dengan Kadar Protein Pakan Berbeda. Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor

Serang, Abd. M. 2006. Pengaruh Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Pakan Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih Rajungan (Portunus pelagicus). Sekolah Pascasarjana Insitut Pertanian Bogor. Bogor.

Supriatna, Mokoginta, I., Ridwan Affandi, Maria Bintang. 1999. Pengaruh Kadar Asam Lemak-ω3 yang Berbeda dan Kadar Asam Lemak-ω6 Tetap Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Komposisi Asam Lemak Ikan Bawal Air Tawar. Fakultas Perikanan Institut Pertania Bogor. Bogor

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1298... · Web view repository.unhas.ac.idKepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas 5 – 36 ppt tetapi selama

Lampiran 1. Pertumbuhan bobot mutlak (g) dan laju pertumbuhan relatif (%), pertambahan lebar karapas mutlak (mm) dan pertambahan lebar karapas relatif (%), kepiting bakau setelah 30 hari perlakuan berbagai kadar karbohidrat lemak pakan buatan berekstrak bayam

PerlakuanRata-rata Pertumbuhan Setelah

MoltingRata - Rata Pertambahan

Lebar Karapas Setelah MoltingMutlak (g) Relatif (%) Mutlak (mm) Relatif (%)

Formula A 3.83 ± 0.33 7.73 ± 0.96 0.29 ± 0.22 0.46 ± 0.33Formula B 6.51 ± 2.08 12.45 ± 4.52 0.67 ± 0.63 1.00 ± 0.92Formula C 8.44 ± 0.14 16.51 ± 1.78 2.52 ± 0.34 4.13 ± 1.01Formula D 11.87 ± 1.37 20.59 ± 4.90 5.68 ± 3.08 8.97 ± 5.01

Lampiran 2. Efisiensi pakan kepiting bakau setelah 30 hari perlakuan berbagai kadar karbohidrat lemak pakan buatan berekstrak bayam

Perlakuan Efisiensi Pakan

Formula A 43.74 ± 1.71Formula B 53.07 ± 5.91Formula C 62.06 ± 4.98Formula D 67.89 ± 7.1