abstract - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfpendahuluan setiap negara di...
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPENDUDUKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI KABUPATEN PEMALANG
Muh Mahdi Kharis
Dra. Herniwati Retno Handayani, MS
ABSTRACT
Pemalang is one of regencies in Central Java province which have level of
economic growth below average economic growth rate among 35 districts in
Central Java province, so according to the typology criteria, it is included in
relatively disadvantaged area. Meanwhile, Pemalang in recent years experienced
an increase in the total of population, flucutation of labor, and also high rate on
the dependency ratio. Economic growth is not only influenced by economic
factors, some previous studies showed the influence of non-economic factors, one
of which is the demographic factor.
The purpose of this study is to analyize how the influence of population
growth, labor and the dependency ratio on economic growth in Pemalang. The
method used in this study is Ordinary Least Square (OLS). The data used are time
series from 1993 to 2009.
Regression analysis showed that the population growth variable is negative
and significant impact on economic growth in Pemalang. Labor variable has
positive but not significant impact on economic growth in Pemalang. While the
variable dependency ratio is significant and negative impact on economic growth
in Pemalang.
Keywords: Economic Growth, Population Growth, Labor, Dependency Ratio,
Pemalang Regency.
PENDAHULUAN
Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun
perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi merupakan perwujudan dari
serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah suatu
negara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan
pekerjaan dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
Menurut Todaro (dalam Sukirno, 1985), Pembangunan ekonomi adalah
suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup,
dan kelembagaan. Mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling
keterkaitan dan pengaruh antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan
ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisis.
Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu dari proses pembangunan
ekonomi menjadi penting, karena pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi (Boediono, 1985).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi tolak ukur keberhasilan
suatu daerah di Indonesia untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan
suatu daerah. Dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada, dapat
ditentukan nilai pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tabel 1
Kondisi Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah
Berdasarkan Kriteria Tipologi Daerah
Tahun 2005-2009
Daerah Berkembang Cepat
Banyumas, Purbalingga, Purworejo,
Kab. Magelang, Sragen, Grobogan, Pati,
Jepara, Tegal, Brebes, Banjarnegara
Daerah Cepat Maju dan Cepat
Tumbuh
Cilacap, Sukoharjo, Karanganyar,
Surakarta, Salatiga, Kota Semarang,
Kota Tegal
(4,53%) Daerah Relatif Tertinggal
Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten,
Wonogiri, Blora, Rembang, Demak,
Temanggung, Batang, Kab. Pekalongan,
Pemalang
(Rp 4.263.827)
Daerah Maju Tertekan
Kudus, Kab. Semarang, Kendal, Kota
Magelang, Kota Pekalongan
Sumber: PDRB JAWA TENGAH 2005-2009, diolah
Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Pemalang termasuk
dalam kriteria daerah relatif tertinggal karena nilai pertumbuhan ekonomi dan
PDRB perkapitanya dibawah nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi dan PDRB
perkapita rata-rata Provinsi Jawa Tengah.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan, ada beberapa
faktor kependudukan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. salah
satunya adalah faktor pertumbuhan penduduk. Menurut Todaro (2000)
pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah
keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh.
Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan hanya
karena banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka
terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju
migrasi dari desa ke kota. Selain itu, juga karena beban yang harus ditanggung
penduduk usia produktif meningkat.
Kabupaten Pemalang sebagai salah satu daerah yang termasuk dalam
kategori daerah relatif tertinggal memiliki pertumbuhan penduduk yang paling
cepat jika dibandingkan dengan daerah lain pada kategori daerah relatif terti
nggal, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/kota Daerah Relatif Tertinggal
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (persen)
Kabupaten / Kota Rata-rata
Kebumen 0.36
Wonosobo 0.2
Boyolali 0.26
Klaten 0.16
Wonogiri -0,44
Blora 0.13
Rembang -0,12
Demak -0,01
Temanggung 0,29
Batang -0,41
Pekalongan 0,41
Pemalang 0,8
Sumber : JAWA TENGAH DALAM ANGKA 2005-2009, diolah
Menurut penelitian Neni Pancawati (2000), faktor penduduk merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan
penduduk memberikan tekanan negatif terhadap pertumbuhan output (GDP).
Hasil yang sama didapatkan oleh Kelley dan Schmidt (1995), bahwa pertumbuhan
penduduk mempunyai hubungan negatif dengan pertumbuhan pendapatan
perkapita. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Pemalang diikuti
dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya.
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten Pemalang diikuti oleh
peningkatan jumlah tenaga kerja. Faktor tenaga kerja juga merupakan salah satu
faktor kependudukan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian Neni
Pancawati (2000) mendapatkan hasil tenaga kerja memberikan dampak positif
terhadap peningkatan pertumbuhan output (GDP). Tenaga kerja di Kabupaten
Pemalang mengalami naik turun selama periode tahun 2005-2009.
Faktor kependudukan lain yang diteliti dalam hubungannya dengan
pertumbuhan ekonomi adalah rasio beban tanggungan penduduk. Lee dan Lin
(1994) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dependency ratio penduduk
usia muda berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Rasio beban tanggungan penduduk di Kabupaten Pemalang selama 5
tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Kabupaten Pemalang menurut
kondisi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan kriteria tipologi
daerah tahun 2005-2009, termasuk dalam daerah relatif tertinggal karena nilai
pertumbuhan ekonominya, baik atas dasar PDRB perkapita ataupun pertumbuhan
ekonomi nilainya berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa
Tengah.
Menurut Todaro (2000), salah satu penyebab prospek pembangunan
menjadi semakin jauh adalah karena adanya pertumbuhan penduduk yang cepat,
terkonsentrasinya penduduk di daerah perkotaan, dan beban tanggungan yang
harus ditanggung oleh penduduk usia produktif tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor
kependudukan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pemalang karena
Kabupaten Pemalang dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan
penduduk yang tinggi, naik turunnya jumlah tenaga kerja, serta rasio beban
tanggungan penduduknya yang tinggi.
TELAAH TEORI
Teori Pertumbuhan Ekonomi klasik
Dalam teori pertumbuhan klasik terdapat kekurangan penduduk, produksi
merjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan
penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk
sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan
mempengaruhi fungsi produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh
karenanya pendapatan nasional dan pendaptan perkapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu
jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan
perkapita.
Gambar 1
Jumlah Penduduk Optimal
Sumber : Sadono Sukirno, 2000. Pengantar Ekonomi Makro
Teori Jebakan Kependudukan Malthus
Dalam model dasarnya, Malthus menggambarkan suatu konsep tentang
pertambahan hasil yang semakin berkurang (dimishing returns). Malthus
menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan
untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda tiap 30-40
tahun, kecuali jika terjadi bahaya kelaparan. Pada saat yang sama, karena adanya
ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi
yang jumlahnya tetap (tanah dan sumberdaya alam) maka persediaan pangan
hanya akan meningkat menurut deret hitung. Dalam kenyataannya, karena setiap
anggota masyarakat hanya memiliki tanah yang sedikit, maka kontribusi marginal
atau produksi pangan akan semakin menurun. Oleh karena pertumbuhan pangan
tidak dapat berpacu dengan pesatnya pertambahan penduduk, maka pendapatan
perkapita akan mempunyai tendensi turun sedemikian rendahnya sehingga
mencapai sedikit di atas tingkat subsisten.
Gambar 2
Teori Jebakan Kependudukan Malthus
Sumber : Todaro M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga
Sumbu vertikal mewakili pertumbuhan (dalam persen) untuk variabel
penduduk (P) dan pendapatan (Y), sedangkan sumbu horisontal mewakili
pendapatan perkapita (Y/P). Kurva P yang menggambarkan hubungan antara
pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita. Pada pendapatan perkapita
yang sangat rendah (Y0), tingkat perubahan jumlah penduduk adalah nol, yang
berarti tingkat pertumbuhan penduduk dalam keadaan stabil. Y0 dapat mewakili
konsep mengenai “kemiskinan absolut” Angka kelahiran dan kematian berimbang
dan penduduk bertahan pada tingkat absolutnya. Situasi ini mirip dengan Tahap I
dari teori transisi demografi. Pada tingkat pendapatan perkapita di atas Y0
(bergerak ke sebelah kanan Y0), jumlah penduduk akan mulai meningkat yang
disebabkan menurunnya angka kematian. Meningkatnya pendapatan akan
mengurangi bahaya kelaparan dan penyakit sehingga menurunkan angka
kematian. Namun, angka kelahiran masih tetap bertahan tinggi, yang memberikan
dorongan bagi pertumbuhan jumlah penduduk (Tahap II). Pada tingkat
pendapatan perkapita sebesar Y2, laju pertumbuhan penduduk mencapai laju
pertumbuhan maksimumnya yang diperkirakan sekitar 3,3 %. Diasumsikan laju
pertumbuhan penduduk tersebut akan tetap bertahan sampai terjadi perubahan
pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Selanjutnya, meningkatnya pendapatan
perkapita ke tingkat yang lebih tinggi. Sesudah itu (di sebelah kanan dari Y5),
sejalan dengan Tahap III dari teori transisi demografi, angka kelahiran akan mulai
menurun dan kurva pertumbuhan penduduk kemiringannya menjadi negatif dan
kembali mendekati sumbu horisontal
Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Tingkat fertilitas yang tinggi memacu pertumbuhan penduduk secara cepat, dan
dalam jangka panjang dapat menciptakan tenaga kerja yang dapat membantu
pertumbuhan ekonomi, jika selama masa tunggu jangka panjang tersebut calon
tenaga kerja mendapat pendidikan dan ketrampilan yang baik sehingga kualitas
sumber daya manusianya baik. Sebaliknya, jika tingkat fertilitas rendah maka
tenaga kerja produktif yang diharapkan akan membantu peningkatan pertumbuhan
ekonomi pun menjadi tidak tersedia, dan berpengaruh tidak baik bagi
pertumbuhan ekonomi
Faktor migrasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika migrasi
yang masuk di suatu daerah diisi oleh tenaga kerja yang mempunyai produktivitas
yang baik. sebaliknya, jika tenaga kerja hanya menjadi pengangguran di daerah
yang didatangi, maka akan menjadi beban bagi perekonomian daerah tersebut dan
menurunkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
Hubungan Antara Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu
faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, dimana semakin besar jumlah
tenaga kerja berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif sehingga akan
meningkatkan produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi.
Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika
penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam
kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.
Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah mengakibatkan
tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral
sehingga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi (Purba, 2008).
Hubungan Antara Rasio Beban Tanggungan penduduk Dengan
Pertumbuhan Ekonomi
Rasio beban tanggungan penduduk dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah tergolong
wilayah maju atau sedang berkembang. Rasio beban tanggungan merupakan salah
satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase rasio beban
tanggungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk
produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Sedangkan persentase rasio beban tanggungan yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif
lagi.
Menurut Sriyana (2008), peningkatan rasio beban tanggungan penduduk
salah satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah kelahiran. Peningkatan
fertilitas akan mengakibatkan peningkatan penduduk usia muda yang tidak
produktif. Penduduk usia produktif pun akan mengalokasikan pengeluaran yang
seharusnya untuk investasi dan saving kepada penduduk usia tidak produktif,
yang akan berakibat pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, penyebab lain pada peningkatan rasio beban tanggungan
penduduk adalah percepatan pertumbuhan penduduk tua yang disebabkan oleh
kenaikan angka harapan hidup. Peningkatan penduduk tua yang tidak produktif
akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pensiun dan kesehatan,
sehingga pengeluaran pemerintah pada sektor lain seperti sektor investasi akan
mengalami penurunan. Turunnya pengeluaran pemerintah untuk investasi dapat
mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan penduduk tua
yang tidak produktif juga mengakibatkan turunnya supply tenaga kerja. Dengan
asumsi tingkat produktifitas konstan, penurunan jumlah input akan menurunkan
output yang dihasilkan. Dengan kata lain, perubahan penduduk menua akan
berdampak pada pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel penelitian, yaitu variabel
dependen berupa Pertumbuhan Ekonomi (GR) dan variabel independen berupa
Pertumbuhan Penduduk (GP), Tenaga Kerja (TK) dan Rasio Beban Tanggungan
Penduduk (DR).
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda (Multiple
Regression) dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).
model yang digunakan dikembangkan dari penelitian Neni Pancawati (2000) yang
memadukan korelasi sederhana, fungsi produksi dan model konvergensi sehingga
didapatkan model :
GR = 𝛽0 + 𝛽1 GP + 𝛽2 TK + 𝛽3 DR + 𝜀1
Dimana:
GR = Pertumbuhan ekonomi (dalam rupiah)
GP = Pertumbuhan penduduk (dalam persen)
TK = Tenaga Kerja (dalam jiwa)
DR = Rasio beban tanggungan penduduk (dalam persen)
𝛽0 = Intersep/konstanta
𝛽1 = Koefisien regresi pertumbuhan penduduk
𝛽2 = Koefisien regresi tenaga kerja
𝛽3 = Koefisien regresi rasio beban tanggungan penduduk
e = Disturbance Error
Pengujian Model
Pengujian model dimaksudkan untuk memperoleh kepastian tentang
konsistensi model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang
melandasinya. Pengujian model dalam penelitian ini menggunakan Eviews 6.1.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu
model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),
yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas. Untuk mendapatkan hasil
yang memenuhi sifat tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang
meliputi : uji multikolinearitas atau kolinearitas berganda, uji autokolerasi, uji
heterokedastisitas, dan uji normalitas.
a. Uji Multikolinearitas (Multicollinearity Test)
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan variabel dari model
regresi (Gujarati, 1999). Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau
lebih variabel independen memiliki hubungan linier terhadap variabel independen
lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independennya.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam sebuah model regresi
dapat dilakukan dengan melakukan regresi bantuan (auxiliary regression), yaitu
dengan cara melakukan auxiliary regression antar variabel independen. Nilai R²
dari masing-masing regresi antar variabel independen kemudian dibandingkan
dengan R² model utama, jika nilai R² dari hasil auxiliary regression lebih besar
dari R² model utama, maka terdapat multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi (Autocorrelation Test)
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residu (kesalahan penganggu)
tidak bebas dari satu observasi lainnya (Gujarati, 1999).
Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah
dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test) atau dengan nama lain uji Langrange
Multiplier (LM). Secara manual apabila X² tabel lebih besar dibandingkan dengan
nilai Obs*R-squared, maka model tersebut bebas dari autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test)
Heteroskedasitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua
pengamatan. Heteroskedasitas juga bertentangan dengan salah satu asumsi dasar
regresi homoskedasitas yaitu variasi residual sama untuk semua pengamatan.
Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedasitas maka penaksir OLS (Ordinary
Least Square) tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tidak lagi efisien baik
dalam sampel kecil maupun sampel besar (asimtotik). Penelitian ini menggunakan
uji White untuk menguji ada tidaknya heteroskedasitas.
Dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Ada beberapa cara untuk mendeteksi adanya
heteroskedasitas antara lain dengan menggunakan uji white. Uji white dapat
menjelaskan apabila nilai probabilitas obs*R-square lebih kecil dari α (5%) maka
data bersifat heteroskedasitas begitu pula sebaliknya.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal, apabila asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak berlaku (Imam Ghozali, 2005).
Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi dapat digunakan Jarque-
Bera (J-B) Test, apabila J-B hitung < nilai χ² (Chi-Square) tabel, maka nilai
residual terdistribusi normal.
1. Pengujian Statistik
Di samping uji asumsi klasik, dilakukan juga justifikasi / uji statistic.
Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan apakah variabel bebas, baik secara
parsial maupun simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variable
tidak bebas.
a. Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model untuk menerangkan variabel dependen. Nilai R2 dapat dilihat
dari hasil output data hasil regresi menggunakan Eviews 6.1.
Nilai R2 antara 0 sampai dengan 1. Suatu nilai R
2 apabila sama dengan 1
maka garis regresi yang dicocokkan menjelaskan 100 persen variabel Y (ada
kecocokan sempurna) dan bila R2 sama dengan 0 berarti variabel-variabel
independen yang digunakan tidak dapat menjelaskan satupun variasi dalam
variabel dependen. Nilai R2 yang lebih baik apabila semakin dekat dengan 1.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel
dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan
sebagai berikut:
1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya
variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang artinya
variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menjelaskan varias variabel tak bebas secara
individual dalam menjelaskan variasi tak bebas. Uji t dalam penelitian ini
menggunakan pengujian hipotesis satu arah (one tail test), yaitu pengujian
hipotesis satu arah negatif dan pengujian hipotesis satu arah positif. Hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dengan ketentuan Ho ditolak bila probabilitas lebih kecil dibandingkan
tingkat kepercayaan 5% dan Ho diterima bila probabilitas lebih besar dibanding
tingkat kepercayaan 5%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan
pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk
sebagai variabel independen dari data time series 1993-2009, serta menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai metode pengolahan, didapatkan
hasil regresi utama sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Regresi Utama
Variabel Coefficient Prob.
C 5080306 0,0082
Pertumbuhan Penduduk (GP) -144178.3 0,0415
Tenaga Kerja (TK) 0.613126 0,7174
Rasio Beban Tanggungan Penduduk (DR) -42100.40 0,0013
R-Squared 0,855925
Variabel Dependen:
Pertumbuhan
Ekonomi (GR)
F-statistik 25.74355
Prob. F-statistik 0,000010
N 17
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi antar variabel-
variabel independen antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi diantara variabel-variabel independen, dapat digunakan
pengujian dengan membandingkan nilai R² regresi parsial (auxiliary regression)
dengan R² regresi utama.
Tabel 4
Hasil Uji Auxiliary Regression
Variabel Independen R² Auxiliary R² Regresi Utama
Pertumbuhan Penduduk 0.225538 0.855925
Tenaga Kerja 0.748251 0.855925
Rasio Beban Tanggungan Penduduk 0.762609 0.855925
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)
Pada tabel 4.5 diatas dapat terlihat bahwa nilai R² auxiliary ketiga
variabel independen adalah sebesar 0.225538, 0.748251, dan 0.762609. Ketiga
nilai R² regresi parsial tersebut masih dibawah nilai R² regresi utama sebesar
0.855925, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas
pada persamaan.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penganggu periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (periode sebelumnya). Salah satu cara untuk melakukan uji
autokorelasi adalah dengan Langrange Multiplier (LM) test.
Tabel 5
Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test :
F-statistic
0.407234 Prob. F 0,5354
Obs*R-squared 0.557979 Prob. Chi-Square 0,4551
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)
Pada tabel 5 dapat kita lihat bahwa nilai Obs*R-squared adalah
0.557979. Sedangkan Nilai χ² tabel = 23,6848, df =14 (17-3), dan α = 5%. Nilai χ²
tabel = 23,6848 lebih besar dari nilai Obs*R-squared = 0.557979, sehingga model
tersebut bebas dari autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah kesalahan
penganggu merupakan varian yang sama atau tidak. Salah satu cara untuk
mengetahui suatu model terkena heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji
white.
Tabel 6
Hasil Uji White
Probability Obs*R-Square Taraf Nyata
0,3224 0,05
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)
Dari hasil pengujian dengan melakukan uji white, didapatkan nilai
Probability Obs*R-Square sebesar 0,3224. Nilai Probability Obs*R-Square yang
besarnya diatas nilai taraf nyata sebesar 0,05 menunjukkan bahwa model bebas
dari heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
terdistribusi dengan normal atau tidak digunakan Jarque-bera test.
Nilai χ² tabel = 23,6848, df =14 (17-3), dan α = 5%. Sedangkan nilai J-B
hitung adalah 0,963996. Karena 0,963996 < χ² < 23,6848, berarti data terdistribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini :
Gambar 3
Uji Normalitas
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)
2. Uji Statistik
a. Koefisien Determinasi
Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model yang
digunakan bebas multikolinearitas dan autokorelasi, serta tidak terjadi
heteroskedastisitas antara variabel pertumbuhan penduduk, tenaga kerja, dan rasio
beban tanggungan penduduk. Selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik,
salah satunya adalah pengujian koefisien determinasi (R²) yang bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen secara statistik.
Hasil koefisien determinasi (R²) menunjukkan nilai 0.855925, yang
berarti 85,5925% variabel dependen pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh
0
1
2
3
4
5
6
7
-200000 0 200000 400000
Series: Residuals
Sample 1993 2009
Observations 17
Mean 2.60e-10
Median -34221.08
Maximum 334893.4
Minimum -241938.4
Std. Dev. 167457.1
Skewness 0.548042
Kurtosis 2.600579
Jarque-Bera 0.963996
Probability 0.617548
(LogGR) dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yaitu: pertumbuhan
penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk, sedangkan sisanya
sebesar 14,4075% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara
bersama-sama) terhadap variabel dependen secara statistik. Dengan taraf nyata
5% dan df = 14 (n-k = 17-3 =14), maka diperoleh F tabel sebesar 3,34.
Tabel 7
Uji Statistik F
F-statistik 25.74355
Prob (F-statistik) 0,000010
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)
Dari hasil regresi utama, diperoleh hasil F-statistik adalah 25.74355 dan
nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000010. Dengan demikian F hitung > F tabel
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penjelas secara serentak dan bersama-
sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan (H0 ditolak dan
H1 diterima).
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual. Uji t dilakukan untuk menguji
kebenaran H0 dari hasil sampel. Keputusan untuk menolak atau menerima H0
didasarkan pada nilai uji statistik yang diperoleh dari hasil regresi utama, seperti
yang dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8
Uji statistik t
Dependent Variable: GRA
Method: Least Squares
Date: 06/27/11 Time: 15:35
Sample: 1993 2009
Included observations: 17
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5080306. 1630227. 3.116319 0.0082
GP -144178.3 63734.50 -2.262170 0.0415
TK 0.613126 1.657366 0.369940 0.7174
DR -42100.40 10325.14 -4.077464 0.0013
R-squared 0.855925 Mean dependent var 2463155.
Adjusted R-squared 0.822677 S.D. dependent var 441172.9
S.E. of regression 185776.9 Akaike info criterion 27.30481
Sum squared resid 4.49E+11 Schwarz criterion 27.50086
Log likelihood -228.0908 Hannan-Quinn criter. 27.32429
F-statistic 25.74355 Durbin-Watson stat 1.374922
Prob(F-statistic) 0.000010
Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)
Dari Tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua variabel independen
signifikan dalam model, dimana Prob. t-statistiknya > dari α sebagai derajat
kepercayaan estimasi yang digunakan (α = 5% = 0,05). Variabel pertumbuhan
penduduk (GP) nilai signifikansinya sebesar (0,0415) sehingga signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi (GR). variabel tenaga kerja (TK) dengan nilai
signifikansi (0,7174) yang berarti tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
(GR). Serta Variabel rasio beban tanggungan penduduk (DR) dengan nilai
signifikansi (0,0013) berarti signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (GR).
Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas, maka dapat dibentuk
persamaan hasil regresi sebagai berikut :
GRA = 5080305.84881 - 144178.257548GP + 0.613125698228TK
- 42100.4006786DR
Interpretasi dari hasil regresi persamaan diatas adalah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Penduduk (GP)
Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari pertumbuhan penduduk
menunjukkan angka - 144178.257548 yang berarti bahwa setiap pertambahan
penduduk sebesar 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 144.178
rupiah. Variabel pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Neni Pancawati (2000) dimana pertumbuhan
penduduk memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan penduduk di Pemalang cenderung lebih dipengaruhi oleh
meningkatnya tingkat fertilitas . Peningkatan fertilitas yang terjadi mengakibatkan
alokasi investasi dan saving berubah menjadi konsumsi untuk anak-anak yang
baru lahir. Perubahan alokasi tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
menjadi turun karena investasi dan saving turun.
2. Tenaga Kerja (TK)
Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari jumlah tenaga kerja
adalah 0.613125698228 yang berarti bahwa setiap pertambahan jumlah tenaga
kerja sebesar 1 orang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.61
rupiah. Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan.
Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas,
dimana pertumbuhan produktivitas tersebut akan menjadi penggerak
pertumbuhan. Payaman (1985) berpendapat kemajuan suatu daerah sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan pendidikan sumber daya manusianya. Semakin
besar penduduk dengan pendidikan tinggi, tentunya akan semakin besar pula
penduduk dengan ketrampilan tinggi yang akan membantu memacu pertumbuhan
ekonomi.
Tidak signifikannya tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
karena tenaga kerja yang ada masih memiliki tingkat ketrampilan yang rendah,.
Rendahnya ketrampilan tenaga kerja Kabupaten Pemalang dapat dilihat dari
tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun keatas yang
menamatkan pendidikan tinggi (SMA, Diploma, dan Sarjana), sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 9
Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas
Tamatan Pendidikan Tinggi (SMA, Diploma, dan Perguruan Tinggi)
Tahun 1993-2009 (persen)
Tahun Tamat SMA, Diploma
dan Perguruan Tinggi
Total Penduduk Umur 10
Tahun Keatas menurut
Pendidikan Yang
Ditamatkan
Persentase
(%)
1993 56.387 889.382 6,34
1994 63.358 899.970 7,04
1995 65.166 909.705 7,16
1996 54.987 902.911 6,09
1997 102.107 923.206 11,06
1998 72.464 942.309 7,69
1999 80.370 964.831 8,33
2000 79.364 999.543 7,94
2001 102.425 1.008.125 10,16
2002 87.657 1.074.237 8,16
2003 112.754 1.058.726 10,65
2004 94.782 1.054.304 8,99
2005 92.739 1.135.116 8,17
2006 123.311 1.101.975 11,19
2007 119.587 1.110.375 10,77
2008 123.516 1.125.941 10,97
2009 146.726 1.147.194 12,79
Sumber: Kabupaten Pemalang Dalam Angka, 1993-2009
Dari Tabel 9 diatas, dapat kita lihat bahwa persentase tertinggi penduduk
berumur 10 tahun keatas yang menamatkan pendidikan tinggi berada pada angka
12,79%, masih cukup rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi meskipun
dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan.
Menurut Sitepu dan Sinaga (2004), dengan pendidikan yang lebih baik akan
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan oleh ketrampilan
seseorang. Peningkatan keahlian akan mendorong produktivitas kerja seseorang,
sehingga output yang dihasilkan pun akan meningkat. Peningkatan pada output
pada akhirnya akan meningkatkan Produk Domestik Bruto Riil (pertumbuhan
ekonomi).
3. Rasio Beban Tanggungan Penduduk
Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari rasio beban tanggungan
penduduk adalah - 42100.4006786 yang berarti bahwa setiap pertambahan rasio
beban tanggungan sebesar 1% akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi turun
sebesar - 42100.4006786 rupiah. Variabel Rasio Beban Tanggungan Penduduk
(DR) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ira Setiati
(1996) dimana Rasio Beban Tanggungan Penduduk (DR) memberikan pengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas, nilai rasio beban
tanggungan yang masih tinggi dan cenderung meningkat disebabkan oleh
peningkatan pada jumlah penduduk usia tua (ageing population). Menurut Sriyana
(2008), meningkatnya jumlah penduduk tua yang disebabkan kenaikan angka
harapan hidup menyebabkan meningkatnya penduduk usia tidak produktif (umur
65+). Penurunan penduduk usia produktif akan menurunkan supply tenaga kerja.
Dengan asumsi tingkat produktifitas konstan, penurunan jumlah input (supply
tenaga kerja) akan menurunkan output yang dihasilkan, sehingga berdampak
kepada pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan
penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pemalang didapatkkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengaruh variabel pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah negatif dan signifikan. Artinya peningkatan pada pertumbuhan
penduduk akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
2. Pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif
tetapi tidak signifikan. Berdasarkan pengamatan, penyebab tenaga kerja tidak
signifikan adalah karena tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
mengakibatkan ketrampilan tenaga kerja rendah. Akibatnya produktivitas
rendah yang kemudian akan mempengaruhi output yang dihasilkan tenaga
kerja, sehingga kurang memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi.
3. Pengaruh variabel rasio beban tanggungan penduduk adalah negatif dan
signifikan. Artinya peningkatan rasio beban tanggungan akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi.
4. Nilai koefisisen determinasi R² sebesar 0,855925 yang berarti 85,5925%
variabel dependen pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel
pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tangungan penduduk.
Sisanya sebesar 14.4075% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari penelitian, maka saran
yang dapat diberikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor kependudukan sebagai
bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pemalang adalah :
1. Menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk dengan mengendalikan angka
kelahiran melalui program keluarga berencana (KB). Turunnya nilai fertilitas
akan membuat dana untuk investasi dan saving yang sebelumnya dialokasikan
untuk bayi bisa dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan
turunnya angka kelahiran, beban yang harus ditanggung penduduk usia
produktif terhadap penduduk usia nonproduktif juga akan berkurang.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada tenaga kerja Kabupaten
Pemalang, melalui peningkatan pendidikan. Peningkatan pendidikan pada
tenaga kerja Kabupaten Pemalang diharapkan akan meningkatkan ketrampilan
tenaga kerja, yang nantinya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Dengan produktivitas yang lebih baik, output yang dihasilkan tenaga kerja pun
akan mengalami penigkatan dan memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Adearman Purba. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simalungun”. Tesis
Dipublikasikan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kelley , Allen C. and Robert M. Schmidt. 1995. ”Aggregate Population and
Economic Growth Correlations : The Role of the Components of
Demographic Change”. http://www3.pids.gov.ph. Diakses 26 Juni
2011
Ami Purwa Aditia. 2010. “Pengaruh Faktor-Faktor Demografi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Badan Pusat Statistik. Kabupaten Pemalang Dalam Angka berbagai edisi : Badan
Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah berbagai edisi :
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
. Jawa Tengah Dalam Angka berbagai edisi : Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Tengah.
Lee , Bun S. and Shuanglin Lin. 1994. “Goverment Size, Demographic Change
and Economic Growth”. http://econ.snu.ac.kr. Diakses 26 Juni
2011.
Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zein.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro.
Ira Setiati. 1996. Pengaruh Variabel Demografi Dalam Model Pertumbuhan
Ekonomi Kasus 25 Propinsi Di Indonesia 1983-1992. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (JEKI) Vol . XLIV No. 2, P. 121-
161.
Jaka Sriyana. 2008. Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal Di
Indonesia. http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diakses 28 Juni 2011.
Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi dan Pembangunan. Jakarta : Rajawali Press
Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Badan Penerbit
STIE YKPN
M. Suparmoko. 1998. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi keempat. Yogyakarta :
BPFE.
Mundiharno. 1998. Pengertian, Ruang Lingkup Dan Bentuk-Bentuk Analisis
Ekonomi Kependudukan. Diakses 6 Oktober 2010
Neni Pancawati. 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan, Stok kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap
Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia, Vol.15, No. 2.
Payaman Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta
: LPFE UI.
Prijono Tjiptoherijanto. 2002. “Dimensi Kependudukan Dalam Pembangunan
Berkelanjutan”. Diakses 11 Oktober 2010.
Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga. “Dampak Investasi Sumber Daya
Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di
Indonesia. http://ejournal.unud.ac.id. Diakses 28 Juni 2011
Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
. 2000. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Jakarta :
Grafindo Persada.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
Todaro , Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kelima.
Jakarta : Penerbit Erlangga