abstract - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfpendahuluan setiap negara di...

25
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPENDUDUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PEMALANG Muh Mahdi Kharis Dra. Herniwati Retno Handayani, MS ABSTRACT Pemalang is one of regencies in Central Java province which have level of economic growth below average economic growth rate among 35 districts in Central Java province, so according to the typology criteria, it is included in relatively disadvantaged area. Meanwhile, Pemalang in recent years experienced an increase in the total of population, flucutation of labor, and also high rate on the dependency ratio. Economic growth is not only influenced by economic factors, some previous studies showed the influence of non-economic factors, one of which is the demographic factor. The purpose of this study is to analyize how the influence of population growth, labor and the dependency ratio on economic growth in Pemalang. The method used in this study is Ordinary Least Square (OLS). The data used are time series from 1993 to 2009. Regression analysis showed that the population growth variable is negative and significant impact on economic growth in Pemalang. Labor variable has positive but not significant impact on economic growth in Pemalang. While the variable dependency ratio is significant and negative impact on economic growth in Pemalang. Keywords: Economic Growth, Population Growth, Labor, Dependency Ratio, Pemalang Regency.

Upload: buidieu

Post on 16-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEPENDUDUKAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI KABUPATEN PEMALANG

Muh Mahdi Kharis

Dra. Herniwati Retno Handayani, MS

ABSTRACT

Pemalang is one of regencies in Central Java province which have level of

economic growth below average economic growth rate among 35 districts in

Central Java province, so according to the typology criteria, it is included in

relatively disadvantaged area. Meanwhile, Pemalang in recent years experienced

an increase in the total of population, flucutation of labor, and also high rate on

the dependency ratio. Economic growth is not only influenced by economic

factors, some previous studies showed the influence of non-economic factors, one

of which is the demographic factor.

The purpose of this study is to analyize how the influence of population

growth, labor and the dependency ratio on economic growth in Pemalang. The

method used in this study is Ordinary Least Square (OLS). The data used are time

series from 1993 to 2009.

Regression analysis showed that the population growth variable is negative

and significant impact on economic growth in Pemalang. Labor variable has

positive but not significant impact on economic growth in Pemalang. While the

variable dependency ratio is significant and negative impact on economic growth

in Pemalang.

Keywords: Economic Growth, Population Growth, Labor, Dependency Ratio,

Pemalang Regency.

Page 2: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

PENDAHULUAN

Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun

perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi merupakan perwujudan dari

serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah suatu

negara untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan

pekerjaan dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.

Menurut Todaro (dalam Sukirno, 1985), Pembangunan ekonomi adalah

suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur, sikap hidup,

dan kelembagaan. Mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan

ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan kemiskinan.

Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar saling

keterkaitan dan pengaruh antara faktor-faktor yang menghasilkan pembangunan

ekonomi tersebut dapat dilihat dan dianalisis.

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu dari proses pembangunan

ekonomi menjadi penting, karena pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari

pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar

proses pembangunan ekonomi (Boediono, 1985).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menjadi tolak ukur keberhasilan

suatu daerah di Indonesia untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan

suatu daerah. Dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada, dapat

ditentukan nilai pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Page 3: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Tabel 1

Kondisi Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Kriteria Tipologi Daerah

Tahun 2005-2009

Daerah Berkembang Cepat

Banyumas, Purbalingga, Purworejo,

Kab. Magelang, Sragen, Grobogan, Pati,

Jepara, Tegal, Brebes, Banjarnegara

Daerah Cepat Maju dan Cepat

Tumbuh

Cilacap, Sukoharjo, Karanganyar,

Surakarta, Salatiga, Kota Semarang,

Kota Tegal

(4,53%) Daerah Relatif Tertinggal

Kebumen, Wonosobo, Boyolali, Klaten,

Wonogiri, Blora, Rembang, Demak,

Temanggung, Batang, Kab. Pekalongan,

Pemalang

(Rp 4.263.827)

Daerah Maju Tertekan

Kudus, Kab. Semarang, Kendal, Kota

Magelang, Kota Pekalongan

Sumber: PDRB JAWA TENGAH 2005-2009, diolah

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Pemalang termasuk

dalam kriteria daerah relatif tertinggal karena nilai pertumbuhan ekonomi dan

PDRB perkapitanya dibawah nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi dan PDRB

perkapita rata-rata Provinsi Jawa Tengah.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan, ada beberapa

faktor kependudukan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. salah

satunya adalah faktor pertumbuhan penduduk. Menurut Todaro (2000)

pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong timbulnya masalah

keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh.

Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan hanya

karena banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka

terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju

migrasi dari desa ke kota. Selain itu, juga karena beban yang harus ditanggung

penduduk usia produktif meningkat.

Page 4: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Kabupaten Pemalang sebagai salah satu daerah yang termasuk dalam

kategori daerah relatif tertinggal memiliki pertumbuhan penduduk yang paling

cepat jika dibandingkan dengan daerah lain pada kategori daerah relatif terti

nggal, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten/kota Daerah Relatif Tertinggal

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (persen)

Kabupaten / Kota Rata-rata

Kebumen 0.36

Wonosobo 0.2

Boyolali 0.26

Klaten 0.16

Wonogiri -0,44

Blora 0.13

Rembang -0,12

Demak -0,01

Temanggung 0,29

Batang -0,41

Pekalongan 0,41

Pemalang 0,8

Sumber : JAWA TENGAH DALAM ANGKA 2005-2009, diolah

Menurut penelitian Neni Pancawati (2000), faktor penduduk merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Pertumbuhan

penduduk memberikan tekanan negatif terhadap pertumbuhan output (GDP).

Hasil yang sama didapatkan oleh Kelley dan Schmidt (1995), bahwa pertumbuhan

penduduk mempunyai hubungan negatif dengan pertumbuhan pendapatan

perkapita. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Pemalang diikuti

dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahunnya.

Pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten Pemalang diikuti oleh

peningkatan jumlah tenaga kerja. Faktor tenaga kerja juga merupakan salah satu

faktor kependudukan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian Neni

Pancawati (2000) mendapatkan hasil tenaga kerja memberikan dampak positif

Page 5: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

terhadap peningkatan pertumbuhan output (GDP). Tenaga kerja di Kabupaten

Pemalang mengalami naik turun selama periode tahun 2005-2009.

Faktor kependudukan lain yang diteliti dalam hubungannya dengan

pertumbuhan ekonomi adalah rasio beban tanggungan penduduk. Lee dan Lin

(1994) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dependency ratio penduduk

usia muda berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi. Rasio beban tanggungan penduduk di Kabupaten Pemalang selama 5

tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Kabupaten Pemalang menurut

kondisi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan kriteria tipologi

daerah tahun 2005-2009, termasuk dalam daerah relatif tertinggal karena nilai

pertumbuhan ekonominya, baik atas dasar PDRB perkapita ataupun pertumbuhan

ekonomi nilainya berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa

Tengah.

Menurut Todaro (2000), salah satu penyebab prospek pembangunan

menjadi semakin jauh adalah karena adanya pertumbuhan penduduk yang cepat,

terkonsentrasinya penduduk di daerah perkotaan, dan beban tanggungan yang

harus ditanggung oleh penduduk usia produktif tinggi.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor

kependudukan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pemalang karena

Kabupaten Pemalang dalam beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan

penduduk yang tinggi, naik turunnya jumlah tenaga kerja, serta rasio beban

tanggungan penduduknya yang tinggi.

Page 6: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

TELAAH TEORI

Teori Pertumbuhan Ekonomi klasik

Dalam teori pertumbuhan klasik terdapat kekurangan penduduk, produksi

merjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka pertambahan

penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk

sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan

mempengaruhi fungsi produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh

karenanya pendapatan nasional dan pendaptan perkapita menjadi semakin lambat

pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu

jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan

perkapita.

Gambar 1

Jumlah Penduduk Optimal

Sumber : Sadono Sukirno, 2000. Pengantar Ekonomi Makro

Teori Jebakan Kependudukan Malthus

Dalam model dasarnya, Malthus menggambarkan suatu konsep tentang

pertambahan hasil yang semakin berkurang (dimishing returns). Malthus

menyatakan bahwa umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan

untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda tiap 30-40

tahun, kecuali jika terjadi bahaya kelaparan. Pada saat yang sama, karena adanya

ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi

yang jumlahnya tetap (tanah dan sumberdaya alam) maka persediaan pangan

hanya akan meningkat menurut deret hitung. Dalam kenyataannya, karena setiap

Page 7: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

anggota masyarakat hanya memiliki tanah yang sedikit, maka kontribusi marginal

atau produksi pangan akan semakin menurun. Oleh karena pertumbuhan pangan

tidak dapat berpacu dengan pesatnya pertambahan penduduk, maka pendapatan

perkapita akan mempunyai tendensi turun sedemikian rendahnya sehingga

mencapai sedikit di atas tingkat subsisten.

Gambar 2

Teori Jebakan Kependudukan Malthus

Sumber : Todaro M.P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga

Sumbu vertikal mewakili pertumbuhan (dalam persen) untuk variabel

penduduk (P) dan pendapatan (Y), sedangkan sumbu horisontal mewakili

pendapatan perkapita (Y/P). Kurva P yang menggambarkan hubungan antara

pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita. Pada pendapatan perkapita

yang sangat rendah (Y0), tingkat perubahan jumlah penduduk adalah nol, yang

berarti tingkat pertumbuhan penduduk dalam keadaan stabil. Y0 dapat mewakili

konsep mengenai “kemiskinan absolut” Angka kelahiran dan kematian berimbang

dan penduduk bertahan pada tingkat absolutnya. Situasi ini mirip dengan Tahap I

dari teori transisi demografi. Pada tingkat pendapatan perkapita di atas Y0

(bergerak ke sebelah kanan Y0), jumlah penduduk akan mulai meningkat yang

disebabkan menurunnya angka kematian. Meningkatnya pendapatan akan

mengurangi bahaya kelaparan dan penyakit sehingga menurunkan angka

kematian. Namun, angka kelahiran masih tetap bertahan tinggi, yang memberikan

dorongan bagi pertumbuhan jumlah penduduk (Tahap II). Pada tingkat

pendapatan perkapita sebesar Y2, laju pertumbuhan penduduk mencapai laju

Page 8: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

pertumbuhan maksimumnya yang diperkirakan sekitar 3,3 %. Diasumsikan laju

pertumbuhan penduduk tersebut akan tetap bertahan sampai terjadi perubahan

pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Selanjutnya, meningkatnya pendapatan

perkapita ke tingkat yang lebih tinggi. Sesudah itu (di sebelah kanan dari Y5),

sejalan dengan Tahap III dari teori transisi demografi, angka kelahiran akan mulai

menurun dan kurva pertumbuhan penduduk kemiringannya menjadi negatif dan

kembali mendekati sumbu horisontal

Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Tingkat fertilitas yang tinggi memacu pertumbuhan penduduk secara cepat, dan

dalam jangka panjang dapat menciptakan tenaga kerja yang dapat membantu

pertumbuhan ekonomi, jika selama masa tunggu jangka panjang tersebut calon

tenaga kerja mendapat pendidikan dan ketrampilan yang baik sehingga kualitas

sumber daya manusianya baik. Sebaliknya, jika tingkat fertilitas rendah maka

tenaga kerja produktif yang diharapkan akan membantu peningkatan pertumbuhan

ekonomi pun menjadi tidak tersedia, dan berpengaruh tidak baik bagi

pertumbuhan ekonomi

Faktor migrasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika migrasi

yang masuk di suatu daerah diisi oleh tenaga kerja yang mempunyai produktivitas

yang baik. sebaliknya, jika tenaga kerja hanya menjadi pengangguran di daerah

yang didatangi, maka akan menjadi beban bagi perekonomian daerah tersebut dan

menurunkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Hubungan Antara Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan tenaga kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu

faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, dimana semakin besar jumlah

tenaga kerja berarti akan menambah jumlah tenaga kerja produktif sehingga akan

meningkatkan produktivitas dan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika

penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam

kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen.

Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antar daerah mengakibatkan

Page 9: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral

sehingga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi (Purba, 2008).

Hubungan Antara Rasio Beban Tanggungan penduduk Dengan

Pertumbuhan Ekonomi

Rasio beban tanggungan penduduk dapat digunakan sebagai indikator yang

secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah tergolong

wilayah maju atau sedang berkembang. Rasio beban tanggungan merupakan salah

satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase rasio beban

tanggungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk

produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak

produktif lagi. Sedangkan persentase rasio beban tanggungan yang semakin

rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang

produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif

lagi.

Menurut Sriyana (2008), peningkatan rasio beban tanggungan penduduk

salah satunya disebabkan oleh meningkatnya jumlah kelahiran. Peningkatan

fertilitas akan mengakibatkan peningkatan penduduk usia muda yang tidak

produktif. Penduduk usia produktif pun akan mengalokasikan pengeluaran yang

seharusnya untuk investasi dan saving kepada penduduk usia tidak produktif,

yang akan berakibat pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, penyebab lain pada peningkatan rasio beban tanggungan

penduduk adalah percepatan pertumbuhan penduduk tua yang disebabkan oleh

kenaikan angka harapan hidup. Peningkatan penduduk tua yang tidak produktif

akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pensiun dan kesehatan,

sehingga pengeluaran pemerintah pada sektor lain seperti sektor investasi akan

mengalami penurunan. Turunnya pengeluaran pemerintah untuk investasi dapat

mengakibatkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan penduduk tua

yang tidak produktif juga mengakibatkan turunnya supply tenaga kerja. Dengan

asumsi tingkat produktifitas konstan, penurunan jumlah input akan menurunkan

output yang dihasilkan. Dengan kata lain, perubahan penduduk menua akan

berdampak pada pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.

Page 10: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel penelitian, yaitu variabel

dependen berupa Pertumbuhan Ekonomi (GR) dan variabel independen berupa

Pertumbuhan Penduduk (GP), Tenaga Kerja (TK) dan Rasio Beban Tanggungan

Penduduk (DR).

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda (Multiple

Regression) dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS).

model yang digunakan dikembangkan dari penelitian Neni Pancawati (2000) yang

memadukan korelasi sederhana, fungsi produksi dan model konvergensi sehingga

didapatkan model :

GR = 𝛽0 + 𝛽1 GP + 𝛽2 TK + 𝛽3 DR + 𝜀1

Dimana:

GR = Pertumbuhan ekonomi (dalam rupiah)

GP = Pertumbuhan penduduk (dalam persen)

TK = Tenaga Kerja (dalam jiwa)

DR = Rasio beban tanggungan penduduk (dalam persen)

𝛽0 = Intersep/konstanta

𝛽1 = Koefisien regresi pertumbuhan penduduk

𝛽2 = Koefisien regresi tenaga kerja

𝛽3 = Koefisien regresi rasio beban tanggungan penduduk

e = Disturbance Error

Pengujian Model

Pengujian model dimaksudkan untuk memperoleh kepastian tentang

konsistensi model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang

melandasinya. Pengujian model dalam penelitian ini menggunakan Eviews 6.1.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model

regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu

model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),

Page 11: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas. Untuk mendapatkan hasil

yang memenuhi sifat tersebut perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang

meliputi : uji multikolinearitas atau kolinearitas berganda, uji autokolerasi, uji

heterokedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinearitas (Multicollinearity Test)

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti

diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan variabel dari model

regresi (Gujarati, 1999). Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana satu atau

lebih variabel independen memiliki hubungan linier terhadap variabel independen

lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independennya.

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam sebuah model regresi

dapat dilakukan dengan melakukan regresi bantuan (auxiliary regression), yaitu

dengan cara melakukan auxiliary regression antar variabel independen. Nilai R²

dari masing-masing regresi antar variabel independen kemudian dibandingkan

dengan R² model utama, jika nilai R² dari hasil auxiliary regression lebih besar

dari R² model utama, maka terdapat multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi (Autocorrelation Test)

Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residu (kesalahan penganggu)

tidak bebas dari satu observasi lainnya (Gujarati, 1999).

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah

dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test) atau dengan nama lain uji Langrange

Multiplier (LM). Secara manual apabila X² tabel lebih besar dibandingkan dengan

nilai Obs*R-squared, maka model tersebut bebas dari autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity Test)

Heteroskedasitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua

pengamatan. Heteroskedasitas juga bertentangan dengan salah satu asumsi dasar

regresi homoskedasitas yaitu variasi residual sama untuk semua pengamatan.

Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedasitas maka penaksir OLS (Ordinary

Page 12: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Least Square) tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tidak lagi efisien baik

dalam sampel kecil maupun sampel besar (asimtotik). Penelitian ini menggunakan

uji White untuk menguji ada tidaknya heteroskedasitas.

Dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Ada beberapa cara untuk mendeteksi adanya

heteroskedasitas antara lain dengan menggunakan uji white. Uji white dapat

menjelaskan apabila nilai probabilitas obs*R-square lebih kecil dari α (5%) maka

data bersifat heteroskedasitas begitu pula sebaliknya.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal, apabila asumsi ini dilanggar maka uji

statistik menjadi tidak berlaku (Imam Ghozali, 2005).

Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi dapat digunakan Jarque-

Bera (J-B) Test, apabila J-B hitung < nilai χ² (Chi-Square) tabel, maka nilai

residual terdistribusi normal.

1. Pengujian Statistik

Di samping uji asumsi klasik, dilakukan juga justifikasi / uji statistic.

Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan apakah variabel bebas, baik secara

parsial maupun simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variable

tidak bebas.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model untuk menerangkan variabel dependen. Nilai R2 dapat dilihat

dari hasil output data hasil regresi menggunakan Eviews 6.1.

Nilai R2 antara 0 sampai dengan 1. Suatu nilai R

2 apabila sama dengan 1

maka garis regresi yang dicocokkan menjelaskan 100 persen variabel Y (ada

kecocokan sempurna) dan bila R2 sama dengan 0 berarti variabel-variabel

independen yang digunakan tidak dapat menjelaskan satupun variasi dalam

variabel dependen. Nilai R2 yang lebih baik apabila semakin dekat dengan 1.

Page 13: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel

dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-

variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan

sebagai berikut:

1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya

variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi

variabel yang dijelaskan secara signifikan.

2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang artinya

variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi

variabel yang dijelaskan secara signifikan.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel

bebas secara individual dalam menjelaskan varias variabel tak bebas secara

individual dalam menjelaskan variasi tak bebas. Uji t dalam penelitian ini

menggunakan pengujian hipotesis satu arah (one tail test), yaitu pengujian

hipotesis satu arah negatif dan pengujian hipotesis satu arah positif. Hipotesis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Dengan ketentuan Ho ditolak bila probabilitas lebih kecil dibandingkan

tingkat kepercayaan 5% dan Ho diterima bila probabilitas lebih besar dibanding

tingkat kepercayaan 5%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dengan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan

pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk

sebagai variabel independen dari data time series 1993-2009, serta menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS) sebagai metode pengolahan, didapatkan

hasil regresi utama sebagai berikut:

Page 14: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Tabel 3

Hasil Regresi Utama

Variabel Coefficient Prob.

C 5080306 0,0082

Pertumbuhan Penduduk (GP) -144178.3 0,0415

Tenaga Kerja (TK) 0.613126 0,7174

Rasio Beban Tanggungan Penduduk (DR) -42100.40 0,0013

R-Squared 0,855925

Variabel Dependen:

Pertumbuhan

Ekonomi (GR)

F-statistik 25.74355

Prob. F-statistik 0,000010

N 17

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi antar variabel-

variabel independen antara satu dengan yang lainnya. Untuk mengetahui ada

tidaknya korelasi diantara variabel-variabel independen, dapat digunakan

pengujian dengan membandingkan nilai R² regresi parsial (auxiliary regression)

dengan R² regresi utama.

Tabel 4

Hasil Uji Auxiliary Regression

Variabel Independen R² Auxiliary R² Regresi Utama

Pertumbuhan Penduduk 0.225538 0.855925

Tenaga Kerja 0.748251 0.855925

Rasio Beban Tanggungan Penduduk 0.762609 0.855925

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)

Pada tabel 4.5 diatas dapat terlihat bahwa nilai R² auxiliary ketiga

variabel independen adalah sebesar 0.225538, 0.748251, dan 0.762609. Ketiga

nilai R² regresi parsial tersebut masih dibawah nilai R² regresi utama sebesar

0.855925, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas

pada persamaan.

Page 15: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan penganggu periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (periode sebelumnya). Salah satu cara untuk melakukan uji

autokorelasi adalah dengan Langrange Multiplier (LM) test.

Tabel 5

Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test :

F-statistic

0.407234 Prob. F 0,5354

Obs*R-squared 0.557979 Prob. Chi-Square 0,4551

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)

Pada tabel 5 dapat kita lihat bahwa nilai Obs*R-squared adalah

0.557979. Sedangkan Nilai χ² tabel = 23,6848, df =14 (17-3), dan α = 5%. Nilai χ²

tabel = 23,6848 lebih besar dari nilai Obs*R-squared = 0.557979, sehingga model

tersebut bebas dari autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah kesalahan

penganggu merupakan varian yang sama atau tidak. Salah satu cara untuk

mengetahui suatu model terkena heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji

white.

Tabel 6

Hasil Uji White

Probability Obs*R-Square Taraf Nyata

0,3224 0,05

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)

Dari hasil pengujian dengan melakukan uji white, didapatkan nilai

Probability Obs*R-Square sebesar 0,3224. Nilai Probability Obs*R-Square yang

besarnya diatas nilai taraf nyata sebesar 0,05 menunjukkan bahwa model bebas

dari heteroskedastisitas.

Page 16: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data

terdistribusi dengan normal atau tidak digunakan Jarque-bera test.

Nilai χ² tabel = 23,6848, df =14 (17-3), dan α = 5%. Sedangkan nilai J-B

hitung adalah 0,963996. Karena 0,963996 < χ² < 23,6848, berarti data terdistribusi

normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini :

Gambar 3

Uji Normalitas

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran C)

2. Uji Statistik

a. Koefisien Determinasi

Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa model yang

digunakan bebas multikolinearitas dan autokorelasi, serta tidak terjadi

heteroskedastisitas antara variabel pertumbuhan penduduk, tenaga kerja, dan rasio

beban tanggungan penduduk. Selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik,

salah satunya adalah pengujian koefisien determinasi (R²) yang bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen secara statistik.

Hasil koefisien determinasi (R²) menunjukkan nilai 0.855925, yang

berarti 85,5925% variabel dependen pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh

0

1

2

3

4

5

6

7

-200000 0 200000 400000

Series: Residuals

Sample 1993 2009

Observations 17

Mean 2.60e-10

Median -34221.08

Maximum 334893.4

Minimum -241938.4

Std. Dev. 167457.1

Skewness 0.548042

Kurtosis 2.600579

Jarque-Bera 0.963996

Probability 0.617548

Page 17: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

(LogGR) dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yaitu: pertumbuhan

penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk, sedangkan sisanya

sebesar 14,4075% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara

bersama-sama) terhadap variabel dependen secara statistik. Dengan taraf nyata

5% dan df = 14 (n-k = 17-3 =14), maka diperoleh F tabel sebesar 3,34.

Tabel 7

Uji Statistik F

F-statistik 25.74355

Prob (F-statistik) 0,000010

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)

Dari hasil regresi utama, diperoleh hasil F-statistik adalah 25.74355 dan

nilai probabilitas F-statistik adalah 0,000010. Dengan demikian F hitung > F tabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penjelas secara serentak dan bersama-

sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan secara signifikan (H0 ditolak dan

H1 diterima).

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara individual. Uji t dilakukan untuk menguji

kebenaran H0 dari hasil sampel. Keputusan untuk menolak atau menerima H0

didasarkan pada nilai uji statistik yang diperoleh dari hasil regresi utama, seperti

yang dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :

Page 18: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Tabel 8

Uji statistik t

Dependent Variable: GRA

Method: Least Squares

Date: 06/27/11 Time: 15:35

Sample: 1993 2009

Included observations: 17

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5080306. 1630227. 3.116319 0.0082

GP -144178.3 63734.50 -2.262170 0.0415

TK 0.613126 1.657366 0.369940 0.7174

DR -42100.40 10325.14 -4.077464 0.0013

R-squared 0.855925 Mean dependent var 2463155.

Adjusted R-squared 0.822677 S.D. dependent var 441172.9

S.E. of regression 185776.9 Akaike info criterion 27.30481

Sum squared resid 4.49E+11 Schwarz criterion 27.50086

Log likelihood -228.0908 Hannan-Quinn criter. 27.32429

F-statistic 25.74355 Durbin-Watson stat 1.374922

Prob(F-statistic) 0.000010

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Program Eviews 6.1 (Lampiran B)

Dari Tabel 8 diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua variabel independen

signifikan dalam model, dimana Prob. t-statistiknya > dari α sebagai derajat

kepercayaan estimasi yang digunakan (α = 5% = 0,05). Variabel pertumbuhan

penduduk (GP) nilai signifikansinya sebesar (0,0415) sehingga signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi (GR). variabel tenaga kerja (TK) dengan nilai

signifikansi (0,7174) yang berarti tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

(GR). Serta Variabel rasio beban tanggungan penduduk (DR) dengan nilai

signifikansi (0,0013) berarti signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (GR).

Page 19: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Berdasarkan hasil regresi linier berganda di atas, maka dapat dibentuk

persamaan hasil regresi sebagai berikut :

GRA = 5080305.84881 - 144178.257548GP + 0.613125698228TK

- 42100.4006786DR

Interpretasi dari hasil regresi persamaan diatas adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Penduduk (GP)

Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari pertumbuhan penduduk

menunjukkan angka - 144178.257548 yang berarti bahwa setiap pertambahan

penduduk sebesar 1% akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 144.178

rupiah. Variabel pertumbuhan penduduk mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Neni Pancawati (2000) dimana pertumbuhan

penduduk memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan penduduk di Pemalang cenderung lebih dipengaruhi oleh

meningkatnya tingkat fertilitas . Peningkatan fertilitas yang terjadi mengakibatkan

alokasi investasi dan saving berubah menjadi konsumsi untuk anak-anak yang

baru lahir. Perubahan alokasi tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi

menjadi turun karena investasi dan saving turun.

2. Tenaga Kerja (TK)

Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari jumlah tenaga kerja

adalah 0.613125698228 yang berarti bahwa setiap pertambahan jumlah tenaga

kerja sebesar 1 orang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.61

rupiah. Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan.

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas,

dimana pertumbuhan produktivitas tersebut akan menjadi penggerak

pertumbuhan. Payaman (1985) berpendapat kemajuan suatu daerah sangat

dipengaruhi oleh kemampuan dan pendidikan sumber daya manusianya. Semakin

besar penduduk dengan pendidikan tinggi, tentunya akan semakin besar pula

penduduk dengan ketrampilan tinggi yang akan membantu memacu pertumbuhan

ekonomi.

Page 20: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Tidak signifikannya tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah

karena tenaga kerja yang ada masih memiliki tingkat ketrampilan yang rendah,.

Rendahnya ketrampilan tenaga kerja Kabupaten Pemalang dapat dilihat dari

tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun keatas yang

menamatkan pendidikan tinggi (SMA, Diploma, dan Sarjana), sebagaimana

ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 9

Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas

Tamatan Pendidikan Tinggi (SMA, Diploma, dan Perguruan Tinggi)

Tahun 1993-2009 (persen)

Tahun Tamat SMA, Diploma

dan Perguruan Tinggi

Total Penduduk Umur 10

Tahun Keatas menurut

Pendidikan Yang

Ditamatkan

Persentase

(%)

1993 56.387 889.382 6,34

1994 63.358 899.970 7,04

1995 65.166 909.705 7,16

1996 54.987 902.911 6,09

1997 102.107 923.206 11,06

1998 72.464 942.309 7,69

1999 80.370 964.831 8,33

2000 79.364 999.543 7,94

2001 102.425 1.008.125 10,16

2002 87.657 1.074.237 8,16

2003 112.754 1.058.726 10,65

2004 94.782 1.054.304 8,99

2005 92.739 1.135.116 8,17

2006 123.311 1.101.975 11,19

2007 119.587 1.110.375 10,77

2008 123.516 1.125.941 10,97

2009 146.726 1.147.194 12,79

Sumber: Kabupaten Pemalang Dalam Angka, 1993-2009

Dari Tabel 9 diatas, dapat kita lihat bahwa persentase tertinggi penduduk

berumur 10 tahun keatas yang menamatkan pendidikan tinggi berada pada angka

12,79%, masih cukup rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi meskipun

dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan.

Menurut Sitepu dan Sinaga (2004), dengan pendidikan yang lebih baik akan

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang diperlihatkan oleh ketrampilan

Page 21: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

seseorang. Peningkatan keahlian akan mendorong produktivitas kerja seseorang,

sehingga output yang dihasilkan pun akan meningkat. Peningkatan pada output

pada akhirnya akan meningkatkan Produk Domestik Bruto Riil (pertumbuhan

ekonomi).

3. Rasio Beban Tanggungan Penduduk

Persamaan hasil regresi menunjukkan koefisien dari rasio beban tanggungan

penduduk adalah - 42100.4006786 yang berarti bahwa setiap pertambahan rasio

beban tanggungan sebesar 1% akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi turun

sebesar - 42100.4006786 rupiah. Variabel Rasio Beban Tanggungan Penduduk

(DR) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ira Setiati

(1996) dimana Rasio Beban Tanggungan Penduduk (DR) memberikan pengaruh

negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas, nilai rasio beban

tanggungan yang masih tinggi dan cenderung meningkat disebabkan oleh

peningkatan pada jumlah penduduk usia tua (ageing population). Menurut Sriyana

(2008), meningkatnya jumlah penduduk tua yang disebabkan kenaikan angka

harapan hidup menyebabkan meningkatnya penduduk usia tidak produktif (umur

65+). Penurunan penduduk usia produktif akan menurunkan supply tenaga kerja.

Dengan asumsi tingkat produktifitas konstan, penurunan jumlah input (supply

tenaga kerja) akan menurunkan output yang dihasilkan, sehingga berdampak

kepada pelambatan kemajuan/pertumbuhan ekonomi.

Page 22: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan

penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tanggungan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pemalang didapatkkan kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengaruh variabel pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi

adalah negatif dan signifikan. Artinya peningkatan pada pertumbuhan

penduduk akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

2. Pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi adalah positif

tetapi tidak signifikan. Berdasarkan pengamatan, penyebab tenaga kerja tidak

signifikan adalah karena tingkat pendidikan yang rendah, sehingga

mengakibatkan ketrampilan tenaga kerja rendah. Akibatnya produktivitas

rendah yang kemudian akan mempengaruhi output yang dihasilkan tenaga

kerja, sehingga kurang memberikan pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi.

3. Pengaruh variabel rasio beban tanggungan penduduk adalah negatif dan

signifikan. Artinya peningkatan rasio beban tanggungan akan menurunkan

pertumbuhan ekonomi.

4. Nilai koefisisen determinasi R² sebesar 0,855925 yang berarti 85,5925%

variabel dependen pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel

pertumbuhan penduduk, tenaga kerja dan rasio beban tangungan penduduk.

Sisanya sebesar 14.4075% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari penelitian, maka saran

yang dapat diberikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor kependudukan sebagai

bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Pemalang adalah :

1. Menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk dengan mengendalikan angka

kelahiran melalui program keluarga berencana (KB). Turunnya nilai fertilitas

akan membuat dana untuk investasi dan saving yang sebelumnya dialokasikan

untuk bayi bisa dialokasikan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan

Page 23: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

turunnya angka kelahiran, beban yang harus ditanggung penduduk usia

produktif terhadap penduduk usia nonproduktif juga akan berkurang.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada tenaga kerja Kabupaten

Pemalang, melalui peningkatan pendidikan. Peningkatan pendidikan pada

tenaga kerja Kabupaten Pemalang diharapkan akan meningkatkan ketrampilan

tenaga kerja, yang nantinya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Dengan produktivitas yang lebih baik, output yang dihasilkan tenaga kerja pun

akan mengalami penigkatan dan memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Page 24: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Adearman Purba. 2008. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simalungun”. Tesis

Dipublikasikan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kelley , Allen C. and Robert M. Schmidt. 1995. ”Aggregate Population and

Economic Growth Correlations : The Role of the Components of

Demographic Change”. http://www3.pids.gov.ph. Diakses 26 Juni

2011

Ami Purwa Aditia. 2010. “Pengaruh Faktor-Faktor Demografi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Badan Pusat Statistik. Kabupaten Pemalang Dalam Angka berbagai edisi : Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah berbagai edisi :

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

. Jawa Tengah Dalam Angka berbagai edisi : Badan Pusat Statistik

Provinsi Jawa Tengah.

Lee , Bun S. and Shuanglin Lin. 1994. “Goverment Size, Demographic Change

and Economic Growth”. http://econ.snu.ac.kr. Diakses 26 Juni

2011.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zein.

Jakarta : Penerbit Erlangga

Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Edisi Kedua. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro.

Ira Setiati. 1996. Pengaruh Variabel Demografi Dalam Model Pertumbuhan

Ekonomi Kasus 25 Propinsi Di Indonesia 1983-1992. Jurnal

Ekonomi dan Keuangan Indonesia (JEKI) Vol . XLIV No. 2, P. 121-

161.

Page 25: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/29303/1/jurnal_pdf.pdfPENDAHULUAN Setiap negara di dunia mempunyai tujuan untuk membangun perekonomian negaranya. Pembangunan ekonomi

Jaka Sriyana. 2008. Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal Di

Indonesia. http://isjd.pdii.lipi.go.id. Diakses 28 Juni 2011.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi dan Pembangunan. Jakarta : Rajawali Press

Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Badan Penerbit

STIE YKPN

M. Suparmoko. 1998. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi keempat. Yogyakarta :

BPFE.

Mundiharno. 1998. Pengertian, Ruang Lingkup Dan Bentuk-Bentuk Analisis

Ekonomi Kependudukan. Diakses 6 Oktober 2010

Neni Pancawati. 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat

Pendidikan, Stok kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap

Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Indonesia, Vol.15, No. 2.

Payaman Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta

: LPFE UI.

Prijono Tjiptoherijanto. 2002. “Dimensi Kependudukan Dalam Pembangunan

Berkelanjutan”. Diakses 11 Oktober 2010.

Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga. “Dampak Investasi Sumber Daya

Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di

Indonesia. http://ejournal.unud.ac.id. Diakses 28 Juni 2011

Sadono Sukirno. 1985. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

. 2000. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Keempat. Jakarta :

Grafindo Persada.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Todaro , Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi kelima.

Jakarta : Penerbit Erlangga