agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

24
67 Jurnal At-Tajdid PENINGKATAN ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) SISWA SMAN 1 PACITAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Agus Zamroni * Abstract: SQ (Spiritual Quotion) is the intelligence obtained through spiritual creativity that took focus around the area of the spirit. IQ (intelegency Quotion) is the intelligence obtained through a creative mind centered in the brain. EQ (Emotional Quotion) is the intelli- gence obtained through the emotional creativity centered in the soul. e owner of a high IQ is not a guarantee for success. Often found the owner of a high IQ but failed to achieve success; while the owner of a mediocre IQ achieved tremendous success because it is supported by EQ and SQ. EQ mechanism does not stand alone in contributing to a human being but the intensity and effectiveness is strongly influenced by elements of spiritual intelligence (SQ). e existence of a variety of immoral behavior, cases of pregnancy among learners out of wedlock and the number of students involved in drug use, showing the appreciation of the values of religious teach- ing students is not adequate. Crime is increasingly prevalent in society and animosity between followers of the teachings of religion are also assessed as a result of the limited understanding of religious teach- ings. it would require a strategy to improve the quality of learning PAI which not only emphasizes the aspect of knowledge (cognitive), but more important is learning PAI capable of providing guidance inten- sively on aspects psykomotorik and affective learners that the learn- ing strategy to improve spiritual intelligence and emotional lessons Islamic Education (PAI). so that will give birth to good behavior (be- havior commendable). rough learning Strategil PAI improve spiritual intelligence and emotional, can also increase the interest, the response and perfor- mance of learners. Because the implementation is more oriented to- wards the involvement of students (student centered learning) in the learning process in the classroom and are more cooperative learning * Guru PAI SMAN I Pacitan

Upload: at-tajdid

Post on 24-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

67

Jurnal At-Tajdid

PENINGKATAN ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) SISWA SMAN 1 PACITAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Agus Zamroni *

Abstract: SQ (Spiritual Quotion) is the intelligence obtained through spiritual creativity that took focus around the area of the spirit. IQ (intelegency Quotion) is the intelligence obtained through a creative mind centered in the brain. EQ (Emotional Quotion) is the intelli-gence obtained through the emotional creativity centered in the soul. The owner of a high IQ is not a guarantee for success. Often found the owner of a high IQ but failed to achieve success; while the owner of a mediocre IQ achieved tremendous success because it is supported by EQ and SQ. EQ mechanism does not stand alone in contributing to a human being but the intensity and effectiveness is strongly influenced by elements of spiritual intelligence (SQ). The existence of a variety of immoral behavior, cases of pregnancy among learners out of wedlock and the number of students involved in drug use, showing the appreciation of the values of religious teach-ing students is not adequate. Crime is increasingly prevalent in society and animosity between followers of the teachings of religion are also assessed as a result of the limited understanding of religious teach-ings. it would require a strategy to improve the quality of learning PAI which not only emphasizes the aspect of knowledge (cognitive), but more important is learning PAI capable of providing guidance inten-sively on aspects psykomotorik and affective learners that the learn-ing strategy to improve spiritual intelligence and emotional lessons Islamic Education (PAI). so that will give birth to good behavior (be-havior commendable). Through learning Strategil PAI improve spiritual intelligence and emotional, can also increase the interest, the response and perfor-mance of learners. Because the implementation is more oriented to-wards the involvement of students (student centered learning) in the learning process in the classroom and are more cooperative learning

* Guru PAI SMAN I Pacitan

Page 2: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201468

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

where knowledge learners built and developed as well as the internal-ization of religious values are reflected through the analogy of per-sonal (questions a material reflection of ) the can then be applied in everyday life.

Keywords: learning strategy, PAI, ESQ

PENDAHULUAN

ESQ (Emotional Spiritual Quotient) sebuah model pendidikan karakter, hasil pemikiran Ary Ginanjar Agustian. Sebagai sebuah para-digma baru ESQ mensinergikan science, sufisme dan psikologi modern secara Qurani dalam satu kesatuan yang terintegrasi. Jadi ESQ memba-has rasionalitas dunia melalui kacamata spiritualitas.

Dalam ajaran Islam terdapat ayat yang menyentuh kecerdasan spir-itual dan emosional seperti disebutkan dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 31 yang artinya: "… maka maafkanlah mereka dan biarkan mere-ka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” Kemudian di dalam al-Quran surat Ali Imron ayat 134 juga dijelaskan yang artinya: "… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema-afkan (kesalahan) orang, dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan".

Ayat tersebut merupakan bukti bahwa orang yang memiliki se-mangat hidup sebagai bagian dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan Spiritual (bahasa Inggris: spiritual quation, disingkat SQ) adalah ke-cerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan di-rinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif.1

Adanya berbagai perilaku maksiat, kasus kehamilan kalangan pe-serta didik di luar nikah serta banyaknya peserta didik terlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkan adanya penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama siswa belum memadai. Bahkan lebih jauh, ada-nya kasus-kasus korupsi di berbagai kalangan, tindak kriminal yang ma-kin marak dalam masyarakat dan permusuhan antar penganut ajaran agama juga dinilai sebagai akibat sempitnya pemahaman ajaran aga-

Page 3: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 69

Agus Zamroni

ma. Atas dasar asumsi tersebut, maka diperlukan strategi peningkatan mutu pembelajaran PAI yang tidak saja menekankan aspek pengetahu-an (kognitif), tetapi yang lebih penting adalah pembelajaran PAI yang mampu memberikan bimbingan secara intensif tentang aspek psiko-motorik dan afektif para peserta didik. Karena itu proses pembelajar-an Pendidikan Agama Islam sebagaimana telah berjalan saat ini perlu memperoleh sentuhan yang lebih inovatif agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam makin berkualitas.

Beranjak dari permasalahan di atas, maka tulisan ini mencoba me-milih strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkat-kan kecerdasan spiritual emosional (ESQ) peserta didik.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Pelaksanaan pendidikan Agama Islam menjadi tanggung jawab set-mua pihak yang merupakan perintah Allah SWT dalam al-Quran yang berbunyi:

ادع اىل سبيل ربك بالكمة والوعظة السنة.وجدلم بالتى هي أحسن إن

ربك هو أعلم مبن ضل عن سبيله وهو أعلم بالهتدين.Artinya: Serulah manusia ke jalan (agama) tuhanmu dengan kebijak-sanaan dan pengajaran yang baik. Dan berdiskusilah dengan mereka dengan jalan yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengeta-hui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya, dan dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).

Ayat di atas menjelaskan untuk mengajak manusia kepada mengi-kuti ajaran agama Islam dengan sebuah pembelajaran yang baik. Akhir-akhir ini berbagai perilaku menyimpang telah terjadi dalam ma-syarakat baik dalam tatanan individual maupun dalam pandangan yang luas, hilangnya rasa saling hormat menghormati, saling menghargai, fit-nah, senang berbuat salah dan malu (takut) berbuat demi kebenaran. Fenomena seperti ini setiap hari kita saksikan dalam kehidupan ma-syarakat Indonesia pada umumnya, baik yang berhasil atau tidak diek-spos oleh media elektronik maupun cetak, terlebih lagi pada saat pesta

Page 4: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201470

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

demokrasi Pileg (Pemilu Legisltif) dan Pilpres (Pemilu Presiden) juga tidak ketinggalan dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) baik untuk jabatan bupati maupun gubernur yang selanjutnya saling dendam bah-kan berujung pada perkelahian antara sesama.

Perilaku menyimpang seperti ini ternyata tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat umum dalam memperebutkan kepentingan masing-masing dengan mengandalkan sifat egonya, akan tetapi kenyata-annya juga terjadi pada kalangan anak-anak, seperti pada siswa yang ma-sih berada dalam lingkungan pendidikan baik formal maupun informal. Pada dasarnya pendidikan2 diharapkan memberikan sebuah perubahan positif terhadap peserta didik oleh guru, karena tugas guru yang utama adalah memberikan pengetahuan (cognitive), sikap/nilai (affective), dan keterampilan (psychometer) kepada anak didik.3 Begitu juga halnya de-ngan pendidikan Islam, mengingat konsep dasar pendidikan Islam me-rupakan pendidikan yang berdasarkan Syariat Islam selaku agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.4

Pada hakikatnya pendidikan Islam menghendaki tiga aspek pembi-naan terhadap peserta didik, yakni (a) Pembinaan Iman (b) Pembinaan Ihsan atau akhlak dan (c) Pembinaan Islam, sebagaimana dengan sabda Rasulullah Saw:

عن عمر رضي الل عنه قال: بينما حنن جلوس عند رسول الل صلى الل عليه

وسلم: ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر, ل يرى

عليه أثر السفر ول يعرفه منا أحد حتى جلس اىل النبى صلى الل عليه وسلم فأسند

ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال: ياحممد, أخربنى عن السلم! فقال رسول

الل صلى الل عليه وسلم: السلم أن تشهد أن ل إله أل الل وأن حممدا رسول الل

وتقيم الصلة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وحتج البيت إن استطعت اليه سبيل.

Page 5: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 71

Agus Zamroni

قال: صدقت. قعجبنا له يسأله ويصدقه قال:فأخربنى عن اليان!قال: أن تؤمن

بالل وملئكته وكتبه ورسله واليوم الخر وتؤمن بالقدر خريه وشره. قال: صدقت.

قعجبنا له يسأله ويصدقه قال:فأخربنى عنالحسان قال: أن تعبد الل كأنك تراه فإن

ل تكن تراه فإنه يراك فأخربنى عن الساعة!قال: ماالسؤول عنها بأعلم من السائل.

قال: فأخربنى عن أماراتها! قال: أن تلد المة رتبتها وأن ترى الفاة العراة البنيان.

ثم انطلق. فلبثت مليا ثم قال: ياعمر أتدرى من السائل؟ قلت: الل ورسوله أعلم.

قال: فإنه جربيل أتاكم يعلمكم دينكم )رواه مسلم(.Artinya: Dari Umar r.a dia berkata: suatu hari ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya tanda-tanda Safar (perjalanan jauh) dan tidak ada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk dihadapkan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya pada lutut Rasulullah seraya berkata: “Hai Muhammad, beritau aku tentang Islam!” Maka bersabda Rasulullah Saw, Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunai-kan zakat, berpuasan Ramadhan, dan pergi haji jika mampu. “orang itu berkata, “Anda benar”. Kami heran kepadanya, dia yang bertanya, dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, “beritahu aku tentang iman!” Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Dia berkata, “Anda benar”. Kemudian dia berkata lagi, “beritahu aku tentang ihsan!” Lalu beliau bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak me-lihatnya, maka dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata, “Beritahu aku tentang “beritahu aku tentang hari kiamat!” Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata, “beritahu aku

Page 6: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201472

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

tentang tanda-tandanya!” Beliau bersabda, “Jika seorang budak mela-hirkan tuanya, dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin, dan kerjanya mengembala domba, berlomba-lomba me-ninggikan bangunannya.” Kemudian orang itu berlalu. Aku pun diam sebentar. Kemudian beliau bertanya, “Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. “Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. (H. R. Muslim)

Hadits di atas menerangkan tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam kata lain disebutkan akhlak adalah implementasi dari Iman, Islam, dan Ihsan dalam segala bentuk perilaku. Di antara contoh akhlak yang baik itu adalah apa yang telah diajarkan oleh Lukman kepada anaknya yang mencakup: akhlak anak terhadap kedua ibu bapaknya, akhlak terhadap orang lain dan akhlak dalam penampilan diri.5 Ringkasnya akhlak terha-dap diri sendiri dan juga akhlak terhadap orang lain.

Meskipun hasil pembelajaran PAI pada sekolah bervariasi, akan te-tapi dari berbagai fenomena dalam masyarakat, memperlihatkan bahwa secara umum hasil pembelajaran PAI di sekolah dewasa ini belum me-muaskan banyak pihak, dan bahkan dinilai kurang. Pendidikan agama Islam dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamal-an ajaran agama. Di antara indikator yang sering dikemukakan adalah bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpai banyak kasus tin-dakan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agama.

Sebuah tantangan bagi para guru untuk selalu mengikuti pesatnya perkembangan iptek serta aktualisasi diri dengan perkembangan dan perubahan orientasi berpikir peserta didik dan masyarakat yang sesuai dengan harapan pendidikan nasioanal, kerena pendidikan nasional dire-formasikan dalam rangka untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis atau masyarakat yang ber daya.6

Dengan sebuah harapan besar bukan malah yang terjadi sebaliknya, arti-nya pendidikan yang telah diformulasikan untuk membawa kepada per-ubahan positif malahan dampak negatif yang muncul kepermukaan.

Page 7: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 73

Agus Zamroni

STRATEGI PEMBELAJARAN PAI

Kondisi proses pembelajaran PAI sangat bervariasi, secara umum implementasi pembelajaran PAI di sekolah memang belum mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya anak didik yang memiliki kecerdasan intektual dan sekaligus memiliki kecerdasan spiri-tual dan emosional. Pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah pada saat ini umumnya dilakukan melalui dua pendekatan: yakni pendekatan in-trakurikuler7 dan ekstrakurikuler8.

Penyusunan dalam desain pembelajaran nilai-nilai keagamaan ini harus mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum 2013, berorientasi pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan stan-dar dan mengacu pada tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authent-hic assessment).

Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan peru-bahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menja-di pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmi-ah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembe-lajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembe-lajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampi-lan mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembu-dayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan membe-ri keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing ma-dyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik da-lam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajar-an yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja

Page 8: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201474

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Berikut adalah penjelasan beberapa contoh kegiatan belajar menga-jar (KBM) dan kemampuan guru yang bersesuaian.

Kemampuan Guru Kegiatan Belajar MengajarGuru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran

Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:• Percobaan• Diskusi kelompok• Memecahkan masalah• Mencari informasi• Menulis laporan/cerita/puisi• Berkunjung keluar kelas

Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:• Alat yang tersedia atau yang

dibuat sendiri.• Lcd• Gambar• Studi kasus• Nara sumber• Lingkungan

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan

Siswa:• Melakukan percobaan,

pengamatan, atau wawancara• Mengumpulkan data/jawaban dan

mengolahnya sendiri• Menarik kesimpulan• Memecahkan masalah, mencari

rumus sendiri.• Menulis laporan hasil karya lain

dengan kata-kata sendiri.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan

Melalui:• Diskusi• Lebih banyak pertanyaan terbuka• Hasil karya yang merupakan anak

sendiri

Page 9: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 75

Agus Zamroni

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa

• Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.

• Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.

Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.

• Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.

• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari

Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus

• Guru memantau kerja siswa.• Guru memberikan umpan balik.

Strategi pembelajaran PAI meningkatkan keceradasan spiritual dan emosional merupakan salah satu upaya pembelajaran dalam meningkat-kan apresiasi, implementasi dan kreatif peserta didik. Kreatif yang dimak-sudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga menyenangkan dan memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta di-dik. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenang-kan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada bela-jar sehingga waktu curah perhatiannya “time on task” tinggi terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan yang selama ini dirasakan sema-kin memudar dalam masyarakat, hal ini disebabkan oleh berbagai fak-tor baik dari tatanan personal maupun pengaruh besar dan lingkungan sekitar dari perilaku masyarakat yang hedonisme juga hilangnya rasa so-sial dalam masyarakat. Kecerdasan emosional dalam pembelajaran PAI ini diformulasikan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik dalam memberikan apresiasi dan sugesti kepada orang lain yang telah berusa-ha dengan sekuat tenaga dan mencurahkan segenap pemikirannya ter-hadap beragam karya ataupun kegiatan-kegiatan yang mereka hasilkan walaupun kadangkala hasilnya jauh dari harapan semua orang.

Page 10: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201476

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

KECERDASAN SPIRITUAL DAN EMOSIONAL (ESQ)

Emosi merupakan anugerah Allah kepada manusia sebagai bekal untuk tetap eksis dan adaptif terhadap kehidupannya. Munculnya emosi takut, marah, benci, cinta, kecewa, dan lainnya, merupakan respon atas apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar. Persoalan-persoalan yang muncul tidak semua dapat ditanggapi dan dipecahkan hanya dengan pi-kiran rasional, namun terdapat banyak hal dalam kehidupan ini harus direspon dan diselesaikan dengan melibatkan emosi secara cerdas.

SQ (Spiritual Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang mengambil fokus di sekitar wilayah roh. IQ (inte-legency Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak. EQ (Emosional Quotion) ialah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam jiwa. Pemilik IQ tinggi bukan jaminan untuk meraih kesuksesan. Seringkali ditemukan pemilik IQ tinggi tetapi gagal meraih sukses; sementara pe-milik IQ pas-pasan meraih sukses luar biasa karena didukung oleh EQ dan SQ. Mekanisme EQ tidak berdiri sendiri di dalam memberikan kon-tribusinya ke dalam diri manusia tetapi intensitas dan efektifitasnya sa-ngat dipengaruhi oleh unsur kecerdasan ketiga (SQ).9

Daniel Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional me-rupakan penentu yang lebih besar pendidikan akademik dan kesukse-san hidup seseorang dibandingkan IQ. Konsepnya “emotional literacy” menunjuk pada penemuan bahwa kemampuan emosional dan sosial anak-anak dapat diusahakan agar menjadi kegiatan dari kurikulum se-kolah dan dengan begitu akan meningkatkan pembelajaran kognitif dan daya pegas diri dalam menghadapi perubahan dan tantangan.10

Diceritakan, seorang wanita bernama Kathy berusia empat pulu-han. Kathy mengemukakan keluhannya kepada dokter syem our fischer bahwa ia senantiasa lelah tanpa melakukan kegiatan, sulit tidur (insom-nia), sering merasa nerveous. Nafsu makan tidak ada, ngantuk sepanjang pagi dan siang. Setelah diperiksa secara klinis, dokter tidak menemukan kelainan dengan organ tubuhnya, dokter mengambil kesimpulan bahwa Kathy sebenarnya tidak menderita sakit organic, hanya mengalami pen-

Page 11: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 77

Agus Zamroni

deritaan batin, yang kemudian melahirkan depresi, frustasi dan stress. Kathy mengalami gangguan emosi yang hebat.

Kasus di atas menunjukkan bahwa betapa emosi yang tidak terken-dali dapat membawa dampak negatif secara fisik maupun psikis bagi ke-hidupan manusia. menurut Aristoteles, apabila emosi terlampau ditekan terciptalah kebosanan dan jarak serta apabila emosi tidak dikendalikan, terlampau ekstrim, dan terus-menerus emosi akan menjadi sumber penyakit seperti depresi berat, cemas berlebihan, marah meluap-luap, dan gangguan emosi yang berlebihan.

Daniel Goleman mengatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam hidupnya 20% ditentukan oleh IQ dan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (EQ). Begitu besarnya pernanan EQ sehingga banyak orang mencari keterkaitan antara IQ dengan EQ atau antara kecerdasan dengan emo-si di dalam memecahkan masalah-masalah ataupun dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.11

Menurut al-Ghozali marah yang berlebihan akan melampaui batas yang ditentukan oleh akal dan syara’. Usman Najati mengatakan pelam-piasan emosi yang berlebih, marah misalnya, di samping mengakibatkan macetnya pemikiran seseorang dan kemampuan untuk memilih antara yang benar dan yang salah, secara fisik selama terjadinya emosi, marah kelenjar ginjal akan banyak keluar zat gula. Goleman berpendapat, aki-bat dari ketidakcerdasan emosi adalah munculnya berbagai tindakan ke-jahatan, dekadensi moral yang menimpa para remaja seperti kenakalan, minum-minuman keras, pengaruh narkoba, pembunuhan dan tingkah laku anti sosial lainnya. Bahkan emosi yang lepas kendali dapat membu-at pula orang pandai menjadi bodoh dan tidak dapat menggunakan ke-mampuan kognitifnya secara maksimal.

ESQ SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PAI

Strategi pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan emosional pada pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dan peng-gunaan strategi ini mencoba mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia khususnya pada potensi kecerdasan emosional mela-lui strategi pembelajaran aktif (active learning), sehingga nantinya akan

Page 12: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201478

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

melahirkan perilaku yang baik (perilaku terpuji), karena dengan akhlak demikian maka akan menata manusia secara pribadi dan berpengaruh terhadap lingkungan sosialnya dalam meningkatkan keimanan dan ke-taqwaan kepada Allah SWT, dan menjauhkan diri dari kesombongan di muka bumi Allah ini, sebagaimana firman Allah SWT telah ditunjukkan bagaimana berakhlak terhadap orang lain, yakni tidak sombong dan ti-dak pula angkuh. Al-Quran menganjurkan agar selalu sopan dalam ber-gaul, berjalan sederhana dan tidak bersuara kasar. Sebagaimana yang di-jelaskan dalam surat Lukman ayat 18-19 berikut ini:

ك للناس ول تش ف األرض مرحا إن الل ل يب كل متال فخور ر خدول تصع

)18( واقصد ف مشيك واغضض من صوتك إن أنكر األصوات لصوت المري )19(Artinya: Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia (kare-na sombong) dan jangan kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi mem-babanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lu-nakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (Q.S. Lukman: 18-19).

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai ideal PAI dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, sebagai berikut:1. Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan

hidup manusia di dunia. Dimensi nilai kehidupan ini mendorong kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia ini agar menjadi bekal sarana bagi kehidupan di akhirat.

2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusa-ha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan. Dimensi ini menuntut manusia untuk tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki, namun kemelaratan atau kemiskinan dunia harus diberantas, sebab kemelaratan dunia-wi dapat menjadi ancaman yang menjerumuskan manusia kepada kekufuran.

Page 13: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 79

Agus Zamroni

3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi. Keseimbangan dan ke-serasian antar kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak ke-hidupan yang mengoda ketenangan hidup manusia, baik bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomi maupun ideologis dalam ke-hidupan pribadi manusia.12

Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam secara filosofis berori-entasi kepada nilai-nilai Islami yang berdasarkan pada tiga dimensi hu-bungan manusia selaku khalifah di muka bumi ini, sebagaimana yang dijelaskan berikut ini:1. Menanamkan sikap hubungan yang seimbang dan selaras dengan

Tuhannya.2. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang

dengan masyarakatnya.3. Mengembangkan kemampuan untuk menggali, mengelola dan me-

manfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejah-teraan hidupnya dan hidup sesamanya dengan mengharap keridha-an Allah SWT sebagai sang Pencipta.13

Sesuai dengan pandangan di atas, Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi –salah seorang ahli pendidikan Mesir- dalam bukunya “at-Tarbiyatul Islamiyah” menyatakan bahwa:

“Tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan Akhlak al-karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak didik, sehingga anak akan terbiasa dalam berperilaku dan berfikir secara ro-haniah dan insaniah berpegang pada moralitas yang tinggi tanpa mem-perhitungkan keuntungan–keuntungan material".14

Tujuan ideal sebagaimana telah dijelaskan di atas tentunya sangat berpengaruh dengan pribadi dan sikap terhadap manusia lainnya, ka-rena setiap amalan yang dilakukan oleh masing-masing individu baik atau buruk akan membawa efek terhadap mereka sendiri, sebagaimana firman Allah SWT.

Page 14: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201480

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

لعبيد م ل من عمل صالا فلنفسه ومن أساء فعليها وما ربك بظل

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosa -nya) atas dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu mengani-aya hamba-hambanya. (Q.S. Fushshilat: 46).

Dalam firman Allah SWT surat al-Isra’ ayat: 9 juga dijelaskan:

الات أن لم أجرا ر الؤمنني الذين يعملون الصإن هذا القرآن يهدي للت هي أقوم ويبش

كبريا Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada paha-la yang besar. (Q.S. al-Isra’: 9).

Dari ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa ada dorongan yang dapat membangkitkan motivasi berupa penghargaan terhadap orang-orang yang taat yang selalu mengerjakan kebaikan dan amal shaleh. Allah SWT berjanji akan membalas kebaikan seseorang apa-bila orang tersebut berbuat kebaikan. Dan pada ayat berikutnya Allah SWT juga berjanji akan memberikan kebaikan yang sangat besar ke-pada orang-orang yang beriman lagi beramal shaleh. Masalah akhlak merupakan masalah yang sangat urgen dalam kehidupan manusia, se-hingga mendapat perhatian yang sangat serius, mengingat aspek akhlak merupakan titik awal dalam perubahan sikap masyarakat. Oleh Hasan al-Banna dalam Yusuf Qardhawi hal itu disebut tongkat pendobrak, ya-kni bagaikan tongkat yang dapat memindahkan arah kereta api dari satu jalan ke jalan yang lain atau dari satu arah ke arah yang lain, hal ini sesuai dengan kata-kata penyair: “Demi Tuhan suatu negeri tidak akan sempit akibat kepadatan penduduk tetapi negeri itu akan sempit karena akhlak mereka bejat”.15

Akhlak merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan se-imbang. Perilaku terpuji demi terwujudnya kehidupan yang damai pe-

Page 15: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 81

Agus Zamroni

nuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.16 Hal ini sangat berkai-tan dengan pembiasaan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengerjakan perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela atau menyimpang, maka diperlukan sikap kasih sayang dan kelembutan kepada manusia lainnya, firman Allah SWT:

من حولك وا ا غليظ القلب لنفض لنت لم ولو كنت فظ ن الل فبما رحة م

فاعف عنهم واستغفر لم وشاورهم ف األمر فإذا عزمت فتوكل على الل إن الل

لني يب التوك

Artinya: Maka disebabkan oleh rahmat Allah, kamu bersikap lemah lembut kepada mereka, dan seandainya kamu bersikap keras lagi ber-hati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan mohonkan ampun bagi mereka, dan ber-musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. (Q.S. Al-Imran: 159).

Dengan mengunakan Strategi Pembelajaran Meningkatkan Kecer-dasan Spiritual dan Emosional, diharapkan peserta didik dapat mema-hami secara baik dan benar terhadap materi PAI budi pekerti, dan perlu ditanamkan dalam keadaan bagaimanapun, di manapun dan kapanpun waktunya. Penjelasan lebih lanjut terhadap perilaku terpuji adalah suatu etika yang bertujuan mencapai kebaikan individu dan kebaikan masya-rakat, sehingga membentuk individu yang mempunyai perasaan (cons-cience) dan masyarakat pun mempunyai perasaan.17 Sedangkan yang di-maksud dengan perilaku tercela adalah sebaliknya dari pengertian per-ilaku terpuji. Dalam hal ini perilaku terpuji khusus berkaitan dengan bagaimana menghargai orang lain kaitannya dengan hasil karyanya dan upaya untuk menghindari penyimpangan dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku terpuji merupakan perintah dalam agama Islam yang patut dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, salah satu perilaku terpuji itu sendiri adalah menghargai hasil karya orang lain dengan ikhlas. Pada dasarnya sikap menghargai hasil karya orang lain tidaklah sulit dan rumit, akan tetapi

Page 16: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201482

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

karena manusia di saat mengedepankan sikap egoismenya, yaitu karena menilai sesuatu dilandasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga tidak memperdulikan kepentingan orang lain. Inilah yang menjadi puncak permasalahan menganggap remeh hasil karya orang lain. Firman Allah SWT:

ساء ن ن

نهم ول نساء م

ن قوم عسى أن يكونوا خريا م

يا أيها الذين آمنوا ل يسخر قوم م

نهن ول تلمزوا أنفسكم ول تنابزوا باأللقاب بئس السم الفسوق عسى أن يكن خريا م

الون يتب فأولئك هم الظ بعد اليان ومن لArtinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawa-kan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perem-puan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barangsi-apa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Hujarat: 11)

Allah SWT menyuruh manusia menahan diri dari mengolok-olok. Mengolok-olok dapat berupa menertawai kemalangan orang lain, ter-senyum sinis, menyindir, atau memandang rendah. Sikap-sikap seperti itu merupakan budaya orang-orang jahil dan tidak sesuai dengan orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Al-Quran memperingatkan kita bahwa orang yang memperturutkan sikap yang demikian akan men-derita karena api neraka akan merambat sampai membakar hati mereka. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:

ده )2( يسب أن ماله أخلده )3( كل زة )1( الذي جع مال وعد همزة لكل

ويل ل

لع على الوقدة )6( الت تط لينبذن ف الطمة )4( وما أدراك ما الطمة )5( نار الل

دة )9( د األفئدة )7( إنها عليهم مؤصدة )8( ف عمد م

Page 17: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 83

Agus Zamroni

Artinya: 1. Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. 2. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. 3. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya. 4. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. 5. Dan tahu-kah kamu apa Huthamah itu? 6. (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan. 7. Yang (membakar) sampai ke hati. 8. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka. 9. (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang. (Q.S. Al-Humazah: 1-9)

Segala sesuatu yang baik merupakan dambaan setiap insan di dunia ini, begitu juga hal dengan perilaku terpuji. Secara garis besar ciri-ciri perilaku terpuji adalah perilaku yang disukai masyarakat pada umumnya serta tidak pernah bertentangan dengan norma, hukum, dan aturan-aturan yang berlaku, baik dalam bernegara maupun beragama. Anak-anak yang baik adalah anak-anak yang terutama telah belajar dan menganggap serius gagasan serta hasrat untuk menjadi baik. Hidup se-suai dengan hukum, hormat pada orang lain, memiliki keterlibatan piki-ran, hati, dan jiwa pada keluarga, tetangga, dan bangsanya serta menge-tahui bahwa masalah kebaikan bukanlah sesuatu yang abstrak, melain-kan sesuatu yang konkret dan harus diungkapkan bagaimana mengubah omongan kebaikan menjadi tindakan, saat-saat yang meneguhkan kaha-diran kebaikan dalam penghayatan hidup tertentu.18 Firman Allah SWT:

يها فاستبقوا الريات أين ما تكونوا يأت بكم الل جيعا إن الل وجهة هو مول

ولكل

شيء قديرعلى كل

Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah: 148).

Adapun ciri-ciri kepribadian baik itu sendiri, meliputi:1. Mempunyai keikhlasan dan kejujuran dari segi nilai.2. Senantiasa berusaha bersungguh-sungguh melakukan kebaikan

dan meninggalkan keburukan.

Page 18: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201484

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3. Tidak mengharapkan balasan atas apa yang dilakukan.4. Siap sedia menerima dengan tenang sesuatu yang dianggap kesusa-

han dan kesengsaraan.19

Semua sifat, perilaku dan akhlak harus kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dalam hubungan dengan orang lain, sifat-sifat terpu-ji yang harus kita terapkan dan penyimpangan yang harus kita jauhkan. Sebab, kita berinteraksi dengan orang lain, baik berkomunikasi dan men-jalin hubungan, semua orang ingin saling menghormati dan menghar-gai dan juga saling mencintai.20 Oleh karena itu, manusia membutuhkan adanya hubungan yang kuat dengan orang lain untuk memenuhi kebu-tuhan spiritual, rohani dan materinya. Maka, dalam hidup bermasyara-kat hendaklah kita bersikap: pemaaf, jangan suka marah, jadilah orang yang suka memberi pelayanan, jangan membuat orang lain ricuh, sen-dirian lebih baik dari pada bergaul dengan orang jahat, berpikirlah se-belum berbicara, dapatkan simpati orang terlebih dahulu sebelum kita minta tolong kepadanya, dan jangan menyakiti siapa pun.21

Strategi pembelajaran yang penulis coba praktekkan dalam proses pembelajaran ini lebih menekankan pada kepribadian peserta didik, guru akan berpegang pada nilai-nilai tertentu, yang akan menampakkan diri dalam pembicaraan dan tingkah laku di sekolah, misalnya tanggung jawab di dalam bertindak, kebanggaan atas hasil jerih payah diri sendi-ri, kerelaan membantu sesama dan pengorbanan diri, dan lain sebagai-nya. Di samping hal-hal yang terdapat dalam kurikulum pengajaran dan buku-buku pelajaran, gurupun menyampaikan pesan-pesan kepada sis-wa, yang menyangkut nilai-nilai kehidupan. Maka proses pembelajaran dan guru sebagai pendidik merupakan komponen sangat menentukan terhadap keberhasilan yang dicapai bersama.22

Untuk menuju kepada keberhasilan pembelajaran maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegi-atan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiat-an mengajar yang dilakukannya seorang guru mampu mendorong para peserta didik agar mampu mengemukakan gagasan-gagasan yang besar dari muridnya.23 Maka dari itu, seorang guru dalam mengajar harus jeli

Page 19: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 85

Agus Zamroni

dalam memilih suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena pendekat-an pembelajaran sangat menentukan keberhasilan guru dalam melaksa-nakan proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan strategi menerapkan metode kerjasama (coo-perative learning) yang diaplikasikan melalui diskusi kelompok dan curah pendapat antar kelompok peserta didik yang berbeda. Dapat diketahui bahwa siswa kelas XI-IPA-3 SMAN I Pacitan nilai rata-rata motivasi tergo-long kurang mengalami penurunan sebesar 4,50%; (6,72-2,22) tergolong cukup turun 9,44%; (23,33-13,89), baik mengalami penurunan 0,84%; (45,28-44,44) dan baik sekali naik 14,77%. (24,67-39,44). Kerjasama ter-golong kurang mengalami penurunan sebesar 5,52%; (7,37-1,85) tergo-long cukup turun 5,37%; (13,52-8,15), baik tidak mengalami perubahan 0,00%; (39,44-39,44) dan baik sekali naik 10,89%. (39,67-50,56). Proses Pembelajaran tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 5,05%; (5,61-0,56) tergolong cukup turun 6,38%; (14,44-8,06), baik menga-lami penurunan 5,56%; (43,06-37,50) dan baik sekali naik 17,00%. (36,89-53,89). Tanggapan siswa tergolong kurang mengalami penurunan sebesar 7,83%; (8,39-0,56) tergolong cukup turun 8,33%; (18,61-10,28), baik mengalami penurunan1,95%; (40,56-38,61) dan baik sekali naik 16.45%. (32,44-48,89). Performen Guru tergolong kurang tidak ada sebe-sar 00%; tergolong cukup turun 8,80%; (15,63-6,83), baik mengalami pe-nurunan 0,11%; (39,58-39,47) dan baik sekali naik 14,12%; (44,79-53,70).

PENUTUP

Melalui strategi pembelajaran PAI meningkatkan kecerdasan spi-ritual dan emosional, juga dapat meningkatkan minat, respon serta prestasi peserta didik. Karena pelaksanaan lebih diorientasikan pada keterlibatan siswa (student centered learning) dalam proses pembelajar-an di kelas dan lebih bersifat cooperative learning di mana pengetahuan peserta didik dibangun dan dikembangkan serta internalisasi nilai-nilai agama yang direfleksikan melalui analogi personal (pertanyaan yang di-ajukan merupakan bahan cerminan diri) yang selanjutnya dapat diapli-kasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 20: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201486

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Sudah saatnya guru memilih strategi baru dalam proses belajar mengajar di kelas, khususnya terhadap pembalajaran PAI bukan hanya sebatas transformasi pengetahuan belaka, akan tetapi diharapkan dapat berorientasi kepada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada pe-serta didik, bersifat demokratis dan tidak mengedapankan sifat otoritas di kelas.

Diharapkan kepada guru PAI dapat bekerja dengan ikhlas mencer-daskan anak bangsa, bukan karena pengaruh faktor materi semata-mata, oleh karenanya guru diharapkan juga dapat menciptakan kondisi Cooperative Learning dalam kelas, karena dengan kerja sama, peserta didik terbantu dalam menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah. [ ]

ENDNOTES1 https://id.m. wikipedia.org.2 Kata pendidikan menurut pengertian dari tokoh adalah sebagai berikut: me-

nurut Poerbakawatja, Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang de-wasa dengan pengaruhnya meningkatkan anak ke tingkat kedewasaan yang mampu memikul tanggung jawab moril dan segala perbuatan. Lihat Soegar-da Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan ( Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm. 257. dan Ahmad D. Marimba mengatakan pendidikan adalah bim-bingan atau pertolongan secara sadar dan diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Lihat Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Siswa, 1962), hlm. 14. Sedangkan K.H. Dewantara mengatakan bahwa pendidik-an adalah daya upaya untuk memberitahukan pada segala tuntutan kodrat yang ada pada setiap diri anak-anak mereka, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai keselamatan hidup lahir dan ba-tin yang setinggi-tingginya. Lihat. K.H. Dewantara, Pendidikan Taman Siswa (Yogyakarta: Al-Ma’arif, 1980), hlm. 19. Sedangkan pengertian pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk mengarahakan pertumbuhan dan perkem-bangan anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah-Nya di bumi dalam pengabdian sebagai seorang hamba. Lihat Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi ( Jakarta: Ge-mawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 4. Adapun al-Taumiy mendefinisikan

Page 21: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 87

Agus Zamroni

pendidikan agama Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi serta sebagai suatu profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat. Lihat. Oemar Mohammad Al-Taumiy, Al-Falsafah Al-Tarbiyah Al-Islam (Terj.), diterjemahkan Oleh Ha-san Langgulung, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 399. Selain itu, Ahmad Tafsir juga memberikan pendapatnya menge-nai pendidikan agama Islam yaitu bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal dengan ajaran Islam atau ia dapat menjadikan muslim semaksimal mungkin. Lihat Ahmad Taf-sir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 32. Dengan demikian pendidikan agama Islam merupakan ke-giatan Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga se-kaligus untuk membentuk kesalehan sosial.

3 Zahara Idris. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya, 1981 hal. 76.

4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal.12.

5 M. Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran ( Jakarta: Madani Press, 2001), hlm. 140.

6 Mudjia Ragarjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas Pendi-dikan Islam, Sosial dan Keagamaan (Malang: UIN-Malang Press, 2006), hlm. 169.

7 Pendekatan intrakurikuler, dalam hal ini, yang dimaksud dengan pendekatan intra kurikuler adalah proses belajar mengajar bidang pendidikan agama Is-lam secara formal, sesuai dengan standar isi dan standar kelulusan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Waktu pembelajaran siswa sangat terbatas pada jam-jam yang telah ditentukan oleh satuan pendidikan, yakni untuk tingkat sekolah dasar sebanyak 3 jam pelajaran perminggu, tingkat menengah per-tama dan menengah atas 2 jam pelajaran perminggu. Penggunaan waktu jam pelajaran dan kurikulum intrakurikuler mengikat bagi murid dan guru, sesuai dengan jadwal dan aturan-aturan yang berlaku secara nasional. Menurut pan-dangan sebagian para guru agama, terbatasnya waktu mengajar tersebut telah mengakibatkan tidak tuntasnya pembelajaran agama dan akhirnya mengaki-batkan kemampuan siswa menguasai pelajaran agama tidak bisa maksimal

8 Sedangkan untuk pengajaran agama ekstrakurikuler dilakukan di luar jam se-kolah. Materi dalam pembelajaran agama ekstrakurikuler umumnya diguna-kan sebagai media pendalaman atau pengembangan materi pendidikan Islam,

Page 22: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201488

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

yang dirasakan tidak cukup waktu pada intrakurikuler. Bagi sekolah, tam-bahan waktu pendidikan agama yang dilaksanakan melalui pengembangan pengajaran ekstrakurikuler ini dapat dinilai sangat bermanfaat. Pelaksanaan pengajaran ekstrakurikuler ini bersifat fleksibel, terutama karena waktunya tidak mengikat, dan sangat tergantung pada kemauan atau kesepakatan an-tara guru/pembina dan murid yang akan belajar. Sayangnya pembelajaran ekstrakurikuler ini belum dikembangkan secara maksimal pada kebanyakan sekolah. Terdapat beberapa hal yang perlu memperoleh perhatian dalam pembelajaran ini, yaitu pertama, implementasi pembelajaran ekstrakurikuler memerlukan seorang guru agama yang berkualitas dan bersedia mengabdi-kan diri secara penuh, tulus dan ikhlas memberikan bimbingan agama kepada para pelajar. Karena pembelajaran ekstrakurikuler tidak tersedia dana yang memadai, atau bahkan tidak ada dana sama sekali, maka pembelajaran ekstra-kurikuler ini kurang berkembang secara baik. Kedua, pembelajaran ekstraku-rikuler memerlukan kesediaan para siswa untuk menambah waktu belajar di luar jam sekolah. Namun, karena pembelajaran ekstrakurikuler lebih bersifat tidak mengikat, maka hanya sedikit para siswa yang biasanya berminat untuk belajar agama.

9 Elisabeth, Staveni, 2002 “Pendidikan Nasional” Diakses bulan Juni 2014, http://psikologi.net / main / Article27.html.

10 Daniel Goleman, Emotional Entelligence, 1995. Diakses bulan Juni 2014 http://www.kompas.com/entertainment/news/0201/14/1855.htm.

11 http://www.compas.com/intertainment/news /0201 /14/1855.htm, diakses bulan Juni 2014.

12 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hlm. 120.13 Ibid., hlm. 134.14 Ibid., hlm. 136-137.15 Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwahul Muslim, (Solo: Pustaka Mantiq,

1992), hlm. 58. 16 Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peser-

ta Didik, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 136. 17 SHM Jafri, Moralitas Politik Islam: Belajar dari Perilaku Politik Khalifah Ali bin

Abi Thalib, ( Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), hlm. 148.18 Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, ( Jakarta: Grame-

dia Pustaka Utama, 2003), hlm. 19.19 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosio-

nal, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.21.

20 Tim akhlak, Etika Islam ( Jakarta: Al-Huda, 2003), hlm. 54.

Page 23: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 2014 89

Agus Zamroni

21 Syafari Soma, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif (Ban-dung: Nuansa, 2000), hlm. 35.

22 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.

23 Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan ( Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994), hlm. 37.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005).

Elisabeth, Staveni, “Pendidikan Nasional” Jakarta, 2002http://psikologi.net/main/Article27.html.http://www.kompas.com/ entertainment/ news/0201/14/1855.htm.http://www.compas.com/ intertainment/ news /0201 /14/1855.htmKementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Solo: Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri, 2013.M. Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran, (Jakarta:

Madani Press, 2001),.Mudjia Ragarjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam, Pembacaan Realitas

Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan (Malang: UIN-Malang Press, 2006),

.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),.Muhammad ‘Athiah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam

(Terjemahan dari At-Tarbiyatul Islamiyah), hal. 23-24. Dikutip di dalam, M. Arifin, Filsafat Pendidikan...,

Mohammad Ali & Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).

Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994),

Piet A.Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),

Robert Coles, Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003),

Page 24: Agus zamroni peningkatan esq (emotional spiritual quotient) siswa sman 1 pacitan melalui pembelajara

Jurnal Ilmu Tarbiyah "At-Tajdid", Vol. 3, No. 2, Juli 201490

Peningkatan ESQ Siswa SMAN 1 Pacitan Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

SHM Jafri, Morralitas Politik Islam: Belajar dari Prilaku Politik Khalifah Ali bin Abi Thalib, Terj. Ilyas Hasan, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003),

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

Syafari Soma, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif, (Bandung: Nuansa, 2000),

Tim akhlak. Etika Islam, (Jakarta: Al-Huda, 2003)Yusuf Qardhawi, Sistem Kaderisasi Ikhwahul Muslim, (Solo: Pustaka

Mantiq, 1992), Zahara Idris. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya, 1998