alkohol absolut b-1

25
8 I. PUSTAKA Funiss BS, et al,1978, Vogel’s Textbook of practical organize chemistry, 4 th edition, The English Language Book Society and Longman, London, 831-269. Mc Murry j, 2000, Organic Chemistry, 5 th edition, Brooks/ Cole Publishing Company Pasific Grove, USA, 654-656. II. PROSEDUR Ethanol of a high degree of purity is frequently required in preparative organic chemistry. For some purposes ethanol of c.99,5 per cent purity is satisfactory; this grade may be purchased (the ‘absolute alcohol’ of commerce), or it may be conveniently prepared by the dehydration of rectified spirit with calcium oxide. Rectified spirit is the constant boiling point mixture which ethanol forms with water, and usually contains 95,6 per cent of ethanol by weight. Whenever the term ‘rectified spirit’ is used in this book, approximately 95 per cent ethanol is to be understood. Ethanol which has been denatured by the incorporation of certain toxin additives, notably methanol, to render it unfit for consumption, constitutes the industrial spirit (IMS) of commerce; it is frequently a suitable solvent for recrystallisations. Dehydration of rectified spirit by calcium oxide. Pour the contents of a Winchester bottle of rectified spirit (2- 2,5 litres) into a 3-litre round-bottomed flask and add 500

Upload: laurentiaoktavia

Post on 01-Jan-2016

134 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kimia organik

TRANSCRIPT

Page 1: Alkohol Absolut B-1

I. PUSTAKA

Funiss BS, et al,1978, Vogel’s Textbook of practical organize chemistry, 4th edition,

The English Language Book Society and Longman, London, 831-269.

Mc Murry j, 2000, Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/ Cole Publishing

Company Pasific Grove, USA, 654-656.

II. PROSEDUR

Ethanol of a high degree of purity is frequently required in preparative organic

chemistry. For some purposes ethanol of c.99,5 per cent purity is satisfactory; this grade

may be purchased (the ‘absolute alcohol’ of commerce), or it may be conveniently

prepared by the dehydration of rectified spirit with calcium oxide. Rectified spirit is the

constant boiling point mixture which ethanol forms with water, and usually contains 95,6

per cent of ethanol by weight. Whenever the term ‘rectified spirit’ is used in this book,

approximately 95 per cent ethanol is to be understood. Ethanol which has been denatured

by the incorporation of certain toxin additives, notably methanol, to render it unfit for

consumption, constitutes the industrial spirit (IMS) of commerce; it is frequently a

suitable solvent for recrystallisations.

Dehydration of rectified spirit by calcium oxide. Pour the contents of a

Winchester bottle of rectified spirit (2-2,5 litres) into a 3-litre round-bottomed flask and

add 500 g of calcium oxide which has been freshly ignited in a muffle furnance and

allowed to cool in desiccator. Fit the flask with a double surface codenser carrying a

calcium chloride guard-tube, reflux the mixture gently for 6 hours (preferably using a

heating mantle) and allow to stand overnight. Reassamble the condenser for donward

distillation via a splash head adapter to prevent carry-over of the calcium oxide in the

vapour stream. Attach a receiver adapter which is protected by means of a calcium

chloride guard-tube. Distill the ethanol gently discarding the first 20 ml of distillate.

Preserve the absolute ethanol (99,5 per cent) in a bottle with a well fitting stopper.

‘Super dry’ ethanol. The yields in several organic preparations (e.g. malonic ester

synteses, reductions involving sodium and ethanol, etc.) are considerably improved by

the use of ethanol of 99,8 per cent purity of higher. The very high grade ethanol maybe

1

Page 2: Alkohol Absolut B-1

prepared in several ways from commercial absolute alcohol or from the product of

dehydration of rectified spirit with calcium oxide.

The method of Lund and Bjerrum depends upon the reactions :

Mg + 2 EtOH → H2 + Mg(OEt)2 (1)

Mg(OEt)2 + 2 H2O → Mg(OH)2 + 2 EtOH (2)

Reaction (1) usually proceeds readily provided the magnesium is activated with

iodine and the water content does not exceed 1 per cent. Subsequent interaction between

the magnesium ethanolate and water gives the highly insoluble magnesium hydroxide;

only a slight excess of magnesium is therefore necessary.

Fit a dry 1,5-or 2-litr round-bottomed flask with a double surface condenser and a

calcium chloride guard-tube. Place 5 g of clean dry magnesium turnings and 0,5 g og

iodine in the flask, followed by 50-75 ml of commercial absolute ethanol. Warm the

mixture until the iodine has a disappeared : if a lively evolution of hydrogen does not set

in, add a further 0,5 g portion of iodine. Continue heating until all the magnesium is

converted into ethanolate, then add 900 ml of commercial absolute ethanol and reflux the

mixture for 30 minutes. Distill of the ethanol directly into the vessel in which it is to be

stored, using an apparatus similar to that described for the dehydration of rectified spirit.

The purity of the ethanol exceeds 99,95 per cent provided adequate precautions are taken

to protect the distillate from atmospheric moisture. The super-dry ethanol is exceedingly

hygroscopic; it may with advantage be stored over a type 4A molecular sieve.

Absolute alcohol is 99,5 percent ethanol, and is obtained from rectified spirit.

When an aqueous solution of ethanol is fractionated, it forms a constant-boiling mixture

containing 96 per cent ethanol from which 100 per cent ethanol maybe obtained by

adding a small amount of benzene, and the distilling. The first fraction is the ternary

azeotrope, i.e., a constant-boilling mixture containing three constituents, b.p. 64,8˚C

(water, 7-4 per cent; ethanol , 18-5 per cent; benzene, 74-1 per cent). After all the water

has been removed, the second fraction that distils over is the binary azeotrope, b.p.

68,2˚C (ethanol, 32,4 per cent; benzene, 67,6 per cent). After all the benzene has been

removed, pure ethanol, b.p. 78,1˚C, distils over.

2

Page 3: Alkohol Absolut B-1

III. DASAR TEORI

1. Pengertian Alkohol

Etanol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen dalam

sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Etanol, disebut juga etil alkohol,

alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah

menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan

dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah

salah satu obat rekreasi yang paling tua.

Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan

rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol

sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil

(C2H5).

Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal

yang pernah dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga

telah diketahui sejak dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk

kegunaan industri dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.

Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan

untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa,

pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting

sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam

sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.

Pada pembahasan kali ini, kita hanya akan melihat senyawa-senyawa yang

mengandung satu gugus -OH.

2. Campuran Azeotrop

Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih cairan (kimiawi) pada ratio

tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa.

Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi

yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant

boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut

3

Page 4: Alkohol Absolut B-1

dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut :

Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi

sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan

dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan

terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya

hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan

karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada gambar di atas, titik azeotrop

digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid.

(ditandai dengan garis vertikal putus-putus)

Dalam bidang kimia, distilasi azeotropik merujuk pada teknik-teknik yang digunakan

untuk memecah azeotrop dalam distilasi. Dalam rekayasa kimia, salah satu teknik

untuk memecah titik azeotrop adalah dengan penambahan komponen lain untuk

menghasilkan azeotrop heterogen yang dapat mendidih pada suhu lebih rendah,

misalnya penambahan benzena (bisa juga dengan garam dan solvennya)ke dalam

campuran air dan alkohol.

Jika konstituen campuran tidak campur sempurna, azetrop akan terdapat

miscibility gap. Tipe azeotrop ini disebut azeotrop heterogen. Jika komposisi

azeotrop di luar miscibility gap atau konstituen campuran campur sempurna, tipe ini

disebut azeotrop homogen. Azeotrop yang mengandung dua konstituen disebut

azeotrop biner. Yang mengandung tiga konstituen disebut azeotrop tersier.

Metode Pemisahan Komponen Azeotrop

Banyak metode yang bisa digunakan untuk menghilangkan titik azeotrop

pada campuran heterogen. Contoh campuran heterogen yang mengandung titik

4

Page 5: Alkohol Absolut B-1

azeotrop yang paling populer adalah campuran ethanol-air, campuran ini dengan

metode distilasi biasa tidak bisa menghasilkan ethanol teknis (99% lebih) melainkan

maksimal hanya sekitar 96,25 %. Hal ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi

harus melewati terlebih dahulu titik azeotrop, dimana komposisi kesetimbangan cair-

gas ethanol-air saling bersilangan. Beberapa metode yang populer digunakan adalah :

Pressure Swing Distillation

Extractive Distillation

3. Destilasi

Destilasi merupakan suatu proses di mana zat cair dipanaskan hingga titik

didihnya dan mengalirkan uap ke dalam alat pendingin yang disebut kondensor, dan

mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.

Proses destilasi terdiri dari 3 tahap :

a. Mengubah substansi dalam bentuk uapnya

b. Memindahkan uapnya yang telah terbentuk

c. Mengkondensasi uap yang terbentuk menjadi cairannya kembali

Jika suatu zat cair yang murni didestilasi dan grafik antara temperatur

destilasi dan hasil destilasi digambarkan, diperoleh suatu garis lurus. Bila suatu zat

cair diletakkan dalam ruang tertutup, sebagian molekulnya masuk ke dalam fase uap

dan molekul fase uap masuk kembali ke fase cair. Akhirnya tercapai kesetimbangan

kadar molekul – molekul yang keluar dan masuk kembali ke fase cair yang sama.

Bila temperatur zat cair dinaikkan sampai suatu tingkat dimana tekanan uap melebihi

tekanan udara, zat cair itu mulai mendidih.

Superheating dan Bumping

Cairan yang mempunyai suhu yang lebih tinggi dari titik didihnya dikatakan

cairan mengalami superheating. Adanya perbedaan tekanan dan suhu yang besar di

antara bagian – bagian dari cairan dapat menimbulkan suatu percikan yang kuat atau

suatu ledakan. Peristiwa ini disebut bumping. Untuk mencegah destilasi pada tekanan

atm ditambah batu didih pada waktu masih dingin. Pada pendinginan biasa, bumping

dapat dihindari dengan : pengadukan, penambahan batu didih, pemanasan merata, isi

labu tidak lebih dari 2/3 volume labu.

5

Page 6: Alkohol Absolut B-1

Macam-macam destilasi:

1.Destilasi sederhana

Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih

nya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini

dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya

ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias

dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih

rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak.

2.Destilasi bertingkat (fraksionasi)

Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan.Pada

dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih

banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik

didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih

murni, kerena melewati kondensor yang banyak.

3.Destilasi azeotrop

Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau

lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan

senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan

tekanan tinggi.

4.Destilasi vakum(destilasi tekanan rendah)

Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bias rusak pada

pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga

akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap

dapat dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan tekanan.

4. Zat Pengering

Pada pemurnian zat cair diperlukan suatu zat anorganik yang sesuai sebagai

pengering untuk mengeringkan zat yang dimurnikan dari air. Syarat pemilihan zat

pengering:

1. Tidak bereaksi dengan zat organik

2. Kapasitas mengeringkan besar dan harus dapat bekerja dengan cepat

3. Tidak larut dalam cairan organik dan mudah dipisahkan

6

Page 7: Alkohol Absolut B-1

4. Tidak mempunyai efek katalitik untuk terjadinya reaksi kimia dari

senyawa organik, misalnya polimerisasi, reaksi kondensasi, oto-oksidasi

dan lain-lain.

5. Murah dan mudah didapat

Zat pengering ini dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

Zat pengering yang menghisap air secara reversibel

Hal ini didasarkan pada pembentukan hidrat dari senyawa eksikatus. Contoh :

MgSO4 eksikatus + 7 H2O MgSO4.7 H2O

Zat pengering yang menghisap air secara irreversibel

Hal ini didasarkan pada terjadinya reaksi kimia.

Contoh : Na + H2O NaOH + H2O

Beberapa sifat zat padat yang termasuk zat pengering antara lain :

Deliquescens

Yaitu zat yang akan membentuk larutan atau cairan bila dibiarkan di udara.

Contoh : NaOH, KOH, CaCl2

Efflorescence

Yaitu garam hidrat yang kehilangan air dan kemudian menjadi serbuk. Hal ini

dapat terjadi jika tekanan uap pada sistem hidrat lebih besar daripada tekanan uap

air di udara. Contoh : Na2SO4. 10 H2O

Higroskopis

Yaitu zat yang dapat menarik uap air (moisture) dari udara. Contoh : CuO, etanol

absolut, H2SO4 pekat.

Beberapa zat pengering yang biasa digunakan untuk senyawa organik antara lain :

Alkohol – Alkohol : CaO, K2CO3 anhidrat, CaSO4 anhidrat

Alkil halida / aril halida : CaCl2 anhidrat, CaSO4 / MgSO4 anhidrat

Hidrokarbon jenuh / aromatis, eter : CaCl2 anhidrat, CaSO4 anhidrat

Aldehid : CaSO4 anhidrat, MgSO4 anhidrat

Keton : CaSO4 anhidrat, MgSO4 anhidrat, K2CO3 anhidrat

5. Superheating dan Bumping

Superheating adalah suatu keadaan dimana cairan memiliki suhu yang lebih

tinggi dari titik didihnya. Adanya perbedaan tekanan dan suhu yang besar di antara

7

Page 8: Alkohol Absolut B-1

bagian – bagian dari cairan dapat menimbulkan suatu percikan yang kuat atau suatu

ledakan. Peristiwa ini disebut bumping.

Untuk mencegah bumping selama destilasi dapat ditambahkan batu didih pada

waktu masih dingin. Selain itu juga dapat digunakan :

- Pecahan batu kambang atau batu apung

- Teflon

- Kawat platina

- Glass wool

- Pipa kapiler 0,5 mm

Sedangkan pada pendidihan biasa atau refluks, bumping dapat dihindari dengan :

- Pengadukan

- Penambahan batu didih

- Pemanasan merata

- Isi labu tidak lebih dari 2/3 volume labu

IV. TUJUAN

Memahami cara memisahkan campuran azeotrop.

Mampu memperoleh alkohol absolut tanpa kontak dengan udara luar.

V. ALAT

1. Labu alas bulat 250 ml 9. Statif & klem

2. Penangas air 10. Adaptor

3. Pendingin balik 11. Erlenmeyer

4. Pendingin Leibig 12. Tabung CaCl2

5. Pipa bengkok 13. Api bunsen

6. Corong Buchner 14. Kaki tiga

7. Gelas ukur 15. Corong kaca

8. Labu Hisap 16. Termometer

8

Page 9: Alkohol Absolut B-1

VI. BAHAN

1. Etanol 95% 100 ml

2. CaO 10 gram

3. CaCl2 anhydrid q.s.

VII. MEKANISME REAKSI

C2H5OH . XH2O + CaO Ca(OH)2 + C2H5OH absolut

Etanol kalsium oksida kalsium hidroksida etanol absolut

VIII. CARA KERJA

1. Dimasukkan ke dalam labu alas bulat 100 ml etanol 95%,tambahkan 25 gram

CaO,kemudian tambahkan beberapa butir batu didih.

2. Dipasang pendingin balik ,di atas pendingin dihubungkan dengan tabung CaCl2.

3. Refluks campuran selama 1 jam,didiamkan selama 30 menit.

4. Dilakukan destilasi sederhana untuk memperoleh alkohol absolut ,dimana

penampung juga dihubungkan dengan tabung CaCl2 (2 tetes destilat pertama

dibuang).

5. Ditentukan titik didih,timbang hasil yang diperoleh.

9

Page 10: Alkohol Absolut B-1

IX. SKEMA KERJA

10

Etanol 95,5% 1OO ml + CaO 25 gram, + Batu didih

Panaskan pada water bath selama 1 jam dan menggunakan pendingin balik yang

berisi air

Diamkan 30 menit

Lakukan proses destilasi dengan menggunkan penangas air

Tampung hasil dalam labu hisap pada suhu kamar sekitar titik didihnya 78,50 C

(dihubngkan dengan tyabung CaCl2)

Catat didih didih, ukur indeks bias dan timbang hasilnya

Page 11: Alkohol Absolut B-1

X.

GAMBAR PEMASANGAN ALAT

11

1

2

3

4

Page 12: Alkohol Absolut B-1

XI. HASIL PERCOBAAN

Jumlah dalam gram

Hasil teoritis : 75, 8229 g

Hasil praktis : 22,5 g

Rendemen/Persentase Hasil

¿ 22,5 gram75 ,8229 gram

×100 %

= 33,63%

Indeks Bias Teoritis : 1,3610

Indeks Bias hasil praktikum

ᶯD341 : 1,3251

ᶯD342 : 1,3252

ᶯD343 : 1,3250

Rata-rata : ᶯD34 : 1,3251

XII. PEMBAHASAN

Pada praktikum destilasi etanol ini yang digunakan adalah destilasi sederhana.

Karena campuran etanol dan air memiliki perbedaan titik didih yang besar, yaitu titik

didih etanol 78,5 0C sedangkan titik didih air 100 0C. Jika perbedaan titik didih rendah,

yaitu 5 0C sampai 10 0C maka dipakai destilasi fraksi. Pada proses destilasi ini banyak

yang perlu diperhatikan yaitu tentang pengambilan bahan dan pemasangan alat. Disini

etanol yang digunakan adalah etanol 95,6% dimana etanol merupkan salah satu campuran

azeotrop yaitu suatu campuran yang mempunyai sifat menyerupai suatu cairan yang

murni. Komposisi campuran cair akan selalu sama dengan komposisi uapnya, sehingga

campuran ini tidak bisa dipisahkan dengan cara destilasi fraksi menjadi komponen

penyusunnya. Contoh lain campuran azeotrop ialah :

7.4% air, 18.5% alkohol, 74.1% benzena (campuran azeotrop terner)

12

Page 13: Alkohol Absolut B-1

67.6% alkohol dan 32.4% benzena

Kita menggunakan sumbat gabus dalam praktikum ini. Sumbat gabus ini sangat

penting yaitu supaya pada peristiwa destilasi (khususnya pemanasan), supaya etanol kita

tidak menguap di udara terbuka.

Fungsi dari CaO yang kita tambahkan pada larutan etanol 95,6% adalah untuk

mendapatkan etanol absolute 99,5% karena CaO merupakan senyawa penarik air

(pengering) dikenal dengan peristiwa dehidrasi. Karakteristik CaO adalah merupakan :

a. tidak bereaksi secara kimia dengan komponen alkohol

b. mempunyai kerja yang cepat dan kapasitas pengering yang efektif.

c. tidak larut dalam alkohol dan mudah dipisahkan

d. tidak punya efek katalitik dalam reaksi kimia komponen alkohol

e. benar-benar murni

f. benar-benar kering dan disimpan di ruang kedap udara agar tidak menarik uap

air dari udara

g. ekonomis

Selain CaO, dapat juga digunakan pengering yang lain seperti :

Magnesium sulfat anhidrat (MgSO4 anhidrat)

Disebut juga garam inggris yang sering digunakan karena kapasitas

pengeringnya tinggi dan kerjanya cepat serta pengeringnya sempurna.

CaSO4 anhidrat (drierite)

Cara kerja sangat cepat dan efisien, bersifat inert dan tidak larut dalam pelarut

alkohol. Kelemahannya yaitu kapasitas absorbsinya yan terbatas ketika ia

berubah menjadi hemihidrat 2CaSO4.2H2O

K2CO3 anhidrat

Memiliki kapasitas pengeringan dan efektifitas rata-rata. Digunakan untuk

mengeringkan nitril, keton, ester dan alkohol tetapi tidak bisa digunakan untuk

asam, fenol dan substansi asam lain.

Sebelum proses pemanasan, kita tambahkan beberapa butir batu didih ke dalam

labu alas bulat. Fungsi dari penambahan batu didih ini adalah untuk menjaga agar tidak

13

Page 14: Alkohol Absolut B-1

terjadi bumping, karena pada proses destilasi etanol tidak dilakukan pengadukan (kita

tidak mungkin melakukan pengadukan, karena sifat etanol yang mudah menguap di udara

terbuka).

Air yang kita gunakan pada pendingin, baik pendingin bola maupun pendingin

Liebig, harus kita alirkan dahulu sampai konstan baru kita lakukan proses pemanasan.

Selain itu pada ujung atas pendingin bola dipasang tabung CaCl2. Tabung CaCl2 diisi

dengan CaCl2 anhidrat sampai bagian yang menggembung pada tabung CaCl2 penuh

(agar tidak tumpah, sumbat tabung CaCl2 dengan kapas sebagian ujung bawahnya). CaCl2

yang digunakan harus memenuhi persyaratan :

a. bersifat anhidrat

b. bekerja secara reversible

c. punya kapasitas pengering alkohol air yang tinggi

d. tidak punya efek katalitik untuk terjadinya reaksi

e. murah / ekonomi

Proses destilasi etanol diawali dengan refluks selama 6 jam dan didiamkan 1

malam. Namun dalam praktik, kami hanya melakukan refluks selama 1 jam dan

pendinginan selama 1 jam, setelah itu dilakukan proses destilasi sederhana karena

perbedaan titik didih yang jauh antara kedua campuran ini yaitu etanol dan air. Jika

perbedaan titik didih antara kedua campuran tidak jauh dilakukan destilasi fraksi. Pada

saat refluks dilakukan penggoyangan, penggoyangan ini dimaksudkan untuk

menghomogenkan alkohol dengan CaO yang ada labu alas bulat. Kita tidak mungkin

menghomogenkan dengan cara diaduk, sebab etanol mudah menguap di udara terbuka.

Refluks dan destilasi sederhana menggunakan tangas air karena titik didih alkohol yang

didestilasi kurang dari 100 0C, sehingga digunakan penangas air bukan penangas udara.

Sebelum melakukan proses destilasi sederhana, kita harus menambahkan batu

didih yang baru karena batu didih yang ada pada saat refluks sudah jenuh dengan larutan

selama proses refluks. Pada saat akan dilakukan destilasi CaO tidak disaring terlebih

dahulu karena peristiwa penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan alkohol dengan

CaO yang ada labu alas bulat. Kita tidak mungkin menyaring CaO sebelum didestilasi

sebab etanol mudah menguap di udara terbuka sehingga mengurangi jumlah etanol yang

14

Page 15: Alkohol Absolut B-1

diharapkan, dan waktu menyaring terjadi akan terjadi kontak langsung dengan udara yang

menyebabkan komponen alkohol yang kita inginkan berubah sehingga alkohol yang

didapat bukan campuran alkohol murni.

Pada proses destilasi, kita menggunakan pipa bengkok yang fungsinya untuk

mengalirkan uar air yang terbentuk dari labu alas bulat menuju ke pendingin Liebig. Pipa

bengkok yang ideal adalah pipa bengkok yang mempunyai sadut kemiringan 600.

Pada praktikum ini kita menggunakan pendingin Leibig yang panjangnya 80 cm.

Karena untuk cairan yang titik didihnya di bawah 800C (titik didih etanol = 78.5 0C), kita

gunakan pendingin Leibig yang panjangnya 80 cm. Digunakan pendingin Leibig supaya

uap etanol dapat mengembun menjadi etanol absolute pada titik didihnya 78,50C. Untuk

cairan dengan titik didih di bawah 80oC digunakan pendingin Leibig yang panjangnya 80

cm. Aliran air pada pendingin leibigh tidak boleh terbalik karena hal ini menyebabkan

pendingin tidak terisi dengan penuh.

Fungsi dari adaptor yang kita hubungkan dari pendingin Leibig dengan labu hisap

adalah untuk melindungi destilat hasil proses destilasi dari kontaminasi debu dan agar

destilat tidak mudah menguap.

Labu alas hisap kita hubungkan terlebih dahulu dengan tabung CaCl2 yang berisi

CaCl2 anhidrat. Fungsi dari CaCl2 di sini adalah untuk menarik uap air yang ada di dalam

labu hisap dan yang ada di lingkungan sekitar.

Proses penampungan destilat setelah melewati adaptor :

1. 2 tetes pertama, kita tampung lalu dibuang.

2. Destilatnya berikutnya kita tampung dengan labu hisap yang telah dihubungkan

dengan tabung CaCl2 yang berisi CaCl2 anhydrid.

3. Proses penampungan kita hentikan ketika cairan dalam labu alas bulat tinggal

sedikit. Jangan sampai habis, sebab labu alas bulat dapat gosong dan retak.

Hal yang perlu diperhatikan pada percobaan ini adalah suhu dan batu didih.

Apabila suhu terlalu tinggi dan batu didih yang digunakan sebagai pengatur suhu terlalu

sedikit akan mengakibatkan bumping. Sehingga menyebabkan alkohol absolut yang

terbentuk kurang dari yang seharusnya karena sebagian alkohol menguap pada saat

15

Page 16: Alkohol Absolut B-1

bumping. Selain itu bumping juga menyebabkan adanya percikan sehingga CaO yang

akan dipisahkan ikut terdestilasi, akibatnya Alkohol yang didapat tidak murni.

XIII. KESIMPULAN

Pada proses pembuatan Alkohol Absolut didapat kristal Alkohol Absolut sebesar 25,5

gram. Hasil ini kurang dari hasil teoritis yaitu 75,8229 gram, sehingga didapatkan

persen hasil sebesar 33,63 %.

Kekurangan Alkohol Absolut yang didapat akibat dari terjadi penguapan Alkohol

Absolut saat proses destilasi karena masih ada pori pada sumbat gabus yang

digunakan walaupun sumbat itu sudah diberi lem kertas.

16

Page 17: Alkohol Absolut B-1

Tanda Tangan Praktikan

Praktikan 1, Praktikan 2,

Maria Lovenia Limantara I Putu Agus Yulyastrawan

17