allicin repaired)

40
MAKALAH FARMASETIKA NUTRISI ALLICIN PADA GARLIC Disusun oleh: Alip Mutakim Aprilla Fauzy (0806327710) Michelle Gozal (0806327906) Septi Hanna Dwisari (0806328083) Devi Sofawati (0806) DEPARTEMEN FARMASI

Upload: aprilla-fauzy

Post on 25-Jun-2015

972 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Allicin Repaired)

MAKALAH FARMASETIKA NUTRISI

ALLICIN PADA GARLIC

Disusun oleh:

Alip Mutakim

Aprilla Fauzy (0806327710)

Michelle Gozal (0806327906)

Septi Hanna Dwisari (0806328083)

Devi Sofawati (0806)

DEPARTEMEN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

2010

Page 2: Allicin Repaired)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas

terselesaikannya makalah mengenai ‘Allicin pada Garlic”. Tidak lupa penulis

berterima kasih kepada Ibu Effionora, pembimbing dalam mata kuliah

Farmasetika Nutrisi atas pengarahannya dalam pembuatan makalah ini. Selain itu,

penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam

pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini penulis buat dengan tujuan untuk menjelaskan pengetahuan

baru tentang banyaknya nutrisi-nutrisi yang terdapat dalam bahan makanan sehari-

hari namun terkadang masyarakat kurang mengenal dengan baik fungsinya.

Nutrisi dalam pangan bahkan sekarang pengembangannya sudah sangat pesat dan

sudah banyak beredar produk-produk nutrisi yang diisolasi dari bahan pangan

untuk kemudian dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik. Dalam hal ini, penulis

akan mencoba untuk membahas lebih dalam nutrisi yang terdapat dalam bawang

putih, khususnya adalah kandungan allicin.

Akhir kata, penulis mengharapkan agar apa yang tertulis di dalam makalah

ini bukan hanya untuk menambah pengetahuan semata, namun juga dapat berguna

dan bermanfaat. Berikut ini adalah isi makalah ‘Allicin dalam Garlic’. Selamat

Membaca.

Depok, 1 Oktober 2010

Tim penulis

Page 3: Allicin Repaired)

Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................i

Daftar Isi.....................................................................................................ii

Abstrak .......................................................................................................1

I. Pendahuluan.................................................................................2

II. Isi

III. Penutup........................................................................................

IV. Daftar Pustaka..............................................................................

Page 4: Allicin Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kesehatan menjadi prioritas utama bagi banyak orang karena tanpa

adanya tubuh yang sehat akan terasa sangat sulit untuk menjalani aktifitas

sehari-hari. Oleh karena itu, dewasa ini banyak sekali tenaga-tenaga

kesehatan yang berusaha untuk menemukan suatu produk yang dapat menjaga

agar tubuh tetap segar dan sehat selama menjalankan aktifitas. Salah satu

produknya adalah dengan produk nutrasetikal.

Nutrasetikal adalah suatu sediaan farmasi yang komponennya berasal

dari komoditi pangan. Produk-produk nutrasetikal telah banyak beredar dan

menjadi suatu trend tersendiri, misalnya adalah produk-produk vitamin yang

banyak tersedia dalam bentuk sediaan farmasetika. Tentu saja, bagi orang-

orang yang ingin selalu bugar ditengah padatnya aktifitas, produk nutrasetikal

memiliki daya tarik tersendiri.

Zat allicin yang ada pada bawang putih juga dapat digunakan sebagai

salah satu zat yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan produk nutrasetikal.

Saat ini memang bawang putih belum menjadi suatu daya tarik bagi

konsumen, namun ternyata kandungan allicin pada bawang putih memiliki

banyak manfaat yang dapat menunjang kehidupan manusia. Akan tetapi, hal

ini belum diketahui oleh masyarakat banyak sehingga bawang putih belum

banyak dimanfaatkan sebagai produk nutrasetikal.

I.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan penjelasan

mengenai zat allicin yang terdapat dalam bawang putih berserta dengan

manfaatnya bagi tubuh manusia.

Page 5: Allicin Repaired)

I.3. Pembatasan masalah

Apakah allicin itu?

Bagaimana karakteristik dari allicin?

Produk pangan apa lagi yang mengandung allicin?

Bagaimana bioavailabilitas dari allicin?

Bagaimana cara mendapatkan allicin?

Apa saja bentuk sediaan yang mengandung allicin?

Bagaimana cara pembuatan tablet allicin?

Apa saja manfaat allicin bagi kesehatan?

Bagaimana farmakokinetik dari allicin?

I.4. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian dan penyusunan

makalah ini yaitu metode studi pustaka. Studi pustaka ini kami ambil dari

berbagai sumber, seperti buku dan internet untuk memperkaya dan

menyempurnakan makalah ini.

I.5. Sistematika Penyajian

Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri

dari latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penelitian,

dan sistematika penyajian makalah. Bab II berisi pembahasan mengenai zat

allicin, sumber penghasilnya, bioavailabilitas, cara mendapatkan (isolasi dan

ekstraksi), bentuk sediaan, metode pembuatan tablet, manfaat bagi kesehatan,

dan farmakokinetik dari zat tersebut. Bab III berisi penutup yang terdiri dari

kesimpulan dan saran.

Page 6: Allicin Repaired)

BAB II

ISI

II.1. Bawang Putih (Garlic)

Bawang putih cukup familiar di kalangan masyarakat terutama

sebagai bumbu masakan. Klasifikasi bawang putih adalah sebagai berikut

(Kartasaputro, 1992):

Devisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Liliiflorae

Famili : Liliiaceae

Genus : Allium

Spesies : Alllium sativum

Bawang putih adalah tanaman yang hampir selalu tumbuh sepanjang

tahun.

Uraian makroskopis bawang putih adalah sebagai berikut

(Kartasapoetra, 1992):

1. Merupakan umbi majemuk dengan bentuk rata-rata hampir bulat,

bergaris tengah sekitar 4 sampai 6 cm.

2. Berwarna putih, terdiri dari beberapa siung (8-20 siung), yang

seluruhnya terbungkus oleh 3-5 selaput tipis berwarna putih.

3. Tiap siungnya diliputi atau terbungkus pula dalam selaput tipis, selaput

luar berwarna mendekati putih dan agak longgar, sedangkan selaput

dalam membungkus ketat-melekat pada bagian luar daging siung,

berwarna merah jambu yang mudah dilepas atau dikupas.

Akar bawang putih berbentuk serabut dengan panjang maksimum 1

cm. Akar yang tumbuh pada batang pokok redumenter (tidak sempurna)

berfungsi sebagai alat penghisap makanan. Daunnya panjang, pipih dan tidak

berlubang, dengan banyak daun 7-10 helai pertanaman. Pelepah daunnya

yang memanjang merupakan batang semu. Bentuk bunga bawang putih

Page 7: Allicin Repaired)

adalah majemuk bulat dan dapat membentuk biji. Biji tersebut tidak bisa

digunakan untuk pembiakan. Tidak semua jenis bawang putih dapat berbunga

(Santoso, 1989).

Gambar 1. Bawang Putih dan bagian-bagiannya

II.2. Allicin

Bawang putih (Allium sativum), seperti tanaman lain, memiliki

sistem pertahanan yang baik dengan berbagai macam komponen seperti

pada sistem imun manusia. Untuk melindungi dirinya dari serangga dan

jamur, bawang putih secara enzimatik memproduksi allicin ketika terluka.

Dengan begitu, allicin merupakan suatu insektisida alami. Allicin ditemukan

oleh Cavallito pada tahun 1944 yang pertama kali mencatat mengenai

kemampuan antimikrobial bawang putih. Allicin mendapatkan paten atas

aktivitas antijamur dalam test tubes. Akan tetapi, tidak ada percobaan klinik

yang dilakukan dengan allicin dan tidak pernah dikembangkan menjadi obat

atau produk komersial karena ketidakstabilannya terhadap penyerapan dan

bau yang tidak menyenangkan. Allicin dianggap sebagai suatu komponen

yang jarang ditemukan dalam tubuh. Allicin dianggap hanya sebagai

senyawa transisi yang secara cepat terdekomposisi menjadi senyawa lain.

Page 8: Allicin Repaired)

Allicin yang diekstrak dari bawang putih dapat kehilangan khasiatnya

selama beberapa jam berubah menjadi senyawa yang mengandung sulfur yang

lain. Dialil trisulfat, yang mirip dengan allicin tetapi dibuat secara kimia, lebih

setabil dan digunakan untuk terapi terhadap bakteri, jamur, dan infeksi parasit.

II.2. Karakteristik Allicin

Struktur Kimia :

Gambar 2. Rumus Bangun Allicin

http://www.garlic-central.com/allicin-chemistry.html

Rumus Molekul C6H10OS2

Massa molar 162.28 g/mol

Titik leleh < 25oC

Berat jenis 1,112 gr/cm3

Allicin merupakan suatu bahan cair berminyak yang berwarna kuning,

dimana gugus SO yang dimilikinya menyebabkan bau yang khas pada

bawang putih

(North and Quadrini, 2001, www.chem.ox.ac.uk/mom/allicin/ALLICIN).

II.3. Sumber allicin

Allicin adalah zat yang sangat spesifik yang diproduksi oleh bawang

sebagai bentuk perlindungan diri terhadap bakteri ataupun jamur yang

menyerang pada saat bawang dilukai. Oleh karena itu, biasanya allicin bisa di

dapat dari tanaman dari suku Alliaceae atau suku bawang-bawangan.

Page 9: Allicin Repaired)

II.4. Ekstraksi

Bawang putih pertama kali diekstraksi oleh Theodor Wertheim,

seorang ahli kimia bangsa Jerman. Pada tahun 1844, dia mengekstrak

minyak bawang dari bawang putih menggunakan destilasi uap. Dari

penelitiannya ini, dia menemukan suatu bahan alami yang mengandung

sulfur yang ia sebut dengan “allyl”.

Ekstrak murni bawang putih diperoleh dari bawang putih yang telah

dikupas kemudian dihancurkan, dan cairan perasan dipekatkan dengan

bantuan evaporator. Sedangkan ekstrak air dan etanol dari bawang putih

diperoleh dari bawang putih yang telah dikupas dan dibersihkan kemudian

dihancurkan dan dimaserasi dalam pelarut air atau etanol selama 3 kali 24

jam.

Maserasi adalah suatu mekanisme ekstraksi dengan cara sepuluh

bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok

dimasukkan ke dalam sebuah bejana, lalu dituang 75 bagian cairan penyari,

ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering

diaduk. setelah lima hari campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci

ampasnya dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.

Lalu maserat dipindahkan dalam bejana tertutup dan dibiarkan dan

dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, maserat

diendaptuangkan atau disaring. (Anief, 1987)

Selain itu terdapat beberapa ekstraksi bawang putih lainnya untuk

mendapatkan kandungan kimianya. (Zhang, 1999).

a. Ekstraksi umbi bawang putih dengan etanol pada suhu di bawah 0oC,

akan menghasilkan alliin (2).

b. Ekstraksi dengan etanol dan air pada suhu 25oC akan menghasilkan

allisin (3) dan tidak menghasilkan alliin (2).

c. Sedang ekstraksi dengan metode distilasi uap (100oC) menyebabkan

seluruh kandungan alliin berubah menjadi senyawa allil sulfida

Page 10: Allicin Repaired)

Oleh karena, itu proses ekstraksi perlu dilakukan pada suhu kamar.

Pemanasan dapat menurunkan aktivitas anti-kanker ekstrak umbi bawang

putih. Pengolahan ekstrak dengan microwave selama 1 menit

menyebabkan hilangnya 90% kinerja enzim allinase. Pemanasan dapat

menyebabkan reaksi pembentukan senyawa allil-sulfur terhenti (Song dan

Milner, 2001)

Ekstrak segar umbi bawang putih dapat disimpan lama dalam

ethanol 15–20%. Penyimpanan selama sekitar 20 bulan pada suhu kamar

akan menghasilkan AGE (aged garlic extract). Selama penyimpanan,

kandungan allisin akan menurun dan sebaliknya diikuti naiknya konsentrasi

senyawa- senyawa baru.

Berikut ini adalah metode pengekstraksian oleh Cavallito dan Bailey

(1994)

Page 11: Allicin Repaired)

Gambar 3. skema isolasi dari allicin (garlic 5)

II.6. Farmakokinetik

1. Absorpsi

Allicin kurang memiliki bioavailabilitas. Sebuah studi dengan

diikuti partisipan yang mengonsumsi sejumlah besar allicin (berkisar

90.000 mcg) melalui bawang putih yang hancur (25 gram, kurang lebih

10 siung) mengungkapkan allicin dan 16 komponen turunannya tidak

dapat dideteksi dalam darah ataupun urin dari 1-24 jam setelah

mengonsumsi.

Reaktifitas dari allicin ditunjukkan dengan metabolism sempurna

dalam hati. Jika allicin berada dalam darah (dibawa ke dalam tubuh),

suatu studi menunjukkan bahwa allicin akan berubah menjadi komponen-

komponennya dalam lima menit dan dalam prosesnya ini nanti dapat

Page 12: Allicin Repaired)

teroksidasi di dalam sel darah menyebabkan mereka kehilangan

kemampuannya untuk membawa oksigen. (Kodera, 1997).

Allinase dapat dengan mudah diinaktifkan oleh asam lambung

sehingga allicin menjadi tidak stabil sebelum diabsorpsi dalam aliran

darah.(all about fresh garlic). Baik aliin maupun aliinase, keduanya

cukup stabil ketika kering sehingga bawang putih kering masih dapat

berpotensi untuk menghasilkan allicin ketika dilembabkan. Akan tetapi,

allicin sendiri juga tidak stabil dalam panas ataupun pelarut organik yang

akan terurai menjadi beberapa komponen, yaitu diallyl sulfides (mono-,

di-, dan oligo-sulfida), vinyldithiin, dan ajoene (Dewick, 2009).

Gambar 4. Allicin dan komponen lainnya

Bioavailabilitas dari bahan aktif dalam bawang putih sangatlah

penting. SAC (S-allylcysteine) adalah salah satu senyawa organosulfur

dalam bawang putih yang larut air. Konsentrasinya meningkat selama

eksktraksi atau penyimpanan. Sifat farmakokinetik dari SAC telah

ditetapkan (Nagae et al. 1994). SAC dapat dideteksi dalam plasma, hati,

ginjal selama pemberian oral (Nagae et al. 1994).

Bioavailabilitas dari SAC adalah 103,0% dalam mencit, 98,2%

tikus dan 87,2% dalam anjing (Nagae et al. 1994). N-acetyl-SAC telah

diidentifikasi sebagai hasil metabolisme dari SAC dalam urin anjing dan

manusia. Ini membuktikan bahwa SAC dapat ditransformasi oleh N-

acetyltransferase. SAC dengan cepat diabsorbsi dari saluran

gastrointestinal. SAC dan hasil metabolismenya memungkinkan sebagai

penanda dalam studi klinis untuk bawang putih (Steiner and Li, 2001).

Page 13: Allicin Repaired)

2. Distribusi

1,2-vinyl dithiin, komponen yng terdapat dalam sediaan minyak

bawang putih terakumulasi pada jaringan lemak. Di sisi lain ,3-vinyl

dithiin lebih hidrofilik dan tereliminasi dari serum, ginjal, dan jaringan

lemak. SAC rupanya juga dapat ditemukan dalam cairan amniotik dan

juga kelenjar air susu.

3. Metabolisme

Allicin (Allyl thiosulfinate) menunjukkan first pass effect yang

luar biasa dan melewati hati tanpa dimetabolisme hanya dalam keadaan

konsentrasi tinggi yang nantinya dapat melukai sel. Diallyl disulfide dan

allyl mercaptan diidentifikasikan sebagai metabolit Allicin (Amagase,

dkk, 2001).

Dalam sebuah penelitian allicin yang dapat ditemukan dari

isolasi hati tikus, menunjukkan first-pass effect yang luar biasa cepatnya

kemudian dimetabolisme menjadi DADS (diallyl disulfide) dan allyl

mercaptan. Allicin menghilang dengan sangat cepat ketika diinkubasi

dengan homogenasi hati sehingga tidak ada allicin yang terdeteksi dalam

serum maupun urin selama 1 sampai 24 jam setelah pencernaan 25 gram

bawang putih kasar (±90 mg allicin). Allicin dimetabolisme dalam hati

tikus dan terhomogenasi lebih cepat daripada vinyl dithiin, bahan utama

dalam sediaan minyak bawang putih.

Selain allicin, zat aktif lain yang terkandung dalam bawang putih

adalah SAC (S-allylcysteine) yang bersifat stabil, tidak berbau, senyawa

larut air dengan kemampuan kolesterol rendah (Yeh and Yeh 1994),

berperan sebagai sebuah antioksidan (Ide et al. 1997, Imai et al. 1994),

menghambat proses kanker (Amagase and Milner 1993, Li et al. 1995)

dan melindungi hati dari racun (Nakagawa et al. 1988). AGE, produk

terstandar untuk SAC, menunjukan efek kolesterol rendah dalam

beberapa studi klinis (Lau et al. 1987, Steiner et al. 1996, Yeh et al.

1995). Hasil metabolisme lain dari konstituen bawang putih, seperti N-

acetyl-S-(2-carboxypropyl)-cysteine, N acetylcysteine dan asam

Page 14: Allicin Repaired)

hexahydrohippuric, telah dideteksi dalam urin setelah pencernaan dari

bawang putih (Jandke and Spiteller, 1987).

Setelah mengkonsumsi bawang putih, N-acetyl-S-allyl-cysteine

ditemukan dalam urin manusia. SAC hanya dipercaya sebagai penanda

pemenuhan manusia dan digunakan untuk penelitian konsumsi bawang

putih karena zat ini dapat ditemukan dan menambah secara kuantitatif

dalam darah setelah pemberian oral dari kapsul bawang putih (Steiner

and Li 2001).

LD50:

• Minyak bawang secara intra vena 135 mg/kg mencit.

• Diallyl-thiosulfonate secara intra vena 70 mg/kg, po 600 mg/kg.

• Allicin 0.15 % (3 ml/kg) 2-kali sehari – 10 minggu, tidak toksik.

II.7. Cara Pembuatan Sediaan

Empat jenis sediaan dari bawang putih yang saat ini beredar di

Amerika Serikat adalah minyak esensial bawang putih, minyak hasil

maserasi bawang putih, serbuk bawang putih, dan ekstrak bawang putih

yang lama (AGE) (Helou dan Haris, 2000). Allicin biasanya dapat dikemas

dalam tablet, kapsul, krim, liquid, dan spray. Metode dasar pembuatan

sediaan yang mengadung allicin ini adalah sebagai berikut (Anief, 1987).

1. Tablet

Metode yang digunakan umumnya adalah metode granulasi basah

karena ekstrak bawang putih umumnya cair. Ekstrak bawang putih yang

telah dipekatkan digunakan untuk melarutkan pengikat, misalnya

povidon. Pengisi, misalnya laktosa dan sebagian zat penghancur (CMC

Na, Na Alginat, dll) dicampurkan. Larutan pengikat dan ekstrak

kemudian dicampurkan dengan pengisi dan penghancur. Campuran tadi

kemudian digranulasikan. Setelah granulasi kering, granulasi

ditambahkan pelicin (talk, Mg stearat, dan lain-lain) serta sebagian

penghancur. Campuran ini kemudian dicetak dengan mesin tablet.

2. Kapsul

Page 15: Allicin Repaired)

Kapsul yang ada di pasaran umumnya dapat berupa kapsul yang

berisi simplisia kering dari bawang putih ataupun ekstrak bawang

putihnya. Kapsul dari simplisia dibuat dengan cara simplisia kering

(umbi bawang putih yang kering) digiling dengan menggunakan grinder

sampai ukuran 40 mesh. Kemudian serbuk ini dikemas dalam kapsul.

Ekstrak kapsul dibuat dari hasil serbuk ekstrak kental dari bawang

putih. Ekstrak kental ini ditambahkan pada pengisi tepung beras 50% dan

dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 4000C, baru setelah

kering dapat dimasukkan ke kapsul.

3. Krim

Bahan-bahan krim ditimbang (fase air dan fase minyak). Untuk

fase air dilarutkan dengan pemanasan sedangkan fase minyak dilebur

dalam penangas air dengan suhu 70-750C. Kedua fase tadi lalu

dicampurkan dalam lumpang yang panas dan diaduk sangat kuat dengan

stamper. Setelah terbentuk massa krim, tambahkan ekstrak kental

bawang putih (allicin).

II.5. Sediaan

Dosis pada manusia adalah (Helou dan Haris, 2000):

4 g dari bawang putih segar, kurang lebih 1 siung (4–12 mg dari allicin

atau 2–5 mg dari allicin)

Dehydrated garlic powder, 600–1200 mg dalam dosis terbagi.

AGE, 1–7.2 g/hari

Umbi kering yang bebas udara, 2–5 g

Minyak bawang putih, 2–5 mg

Umbi kering, 2–4 g setiap hari

Tinktur (1:5 in 45% alkohol), 2–4 mL tiga kali sehari

Contoh Produk mengandung Allicin

1. Alimax® Garlic ekstrak

Page 16: Allicin Repaired)

Gambar 5. Allimax Garlic Extract®

Alimax Garlic Extract® adalah Ekstrak Bawang Putih dengan

Allicin Konsentrat. Berbeda dari dari suplemen bawang putih lainnya,

Nn Alimax Garlic Extract® SATU-SATUNYA yang benar

mengandung Allicin.

Berat : 0.1 kg, Harga: Rp.105.000

Detail Produk:

Sekarang dengan adanya Allimax Garlic Extract®, Setiap

kapsul Allimax mengandung 180 mg serbuk Allicin dari Inggris, di

ekstrak dan distabilkan dari bawang putih Spanyol, varietas terbaik dari

bawang putih, melalui proses revolusioner yang telah dipatenkan. Anda

akan mendapatkan manfaat yang optimal dari bawang putih untuk

penunjang kesehatan.

Allicin Dapat Digunakan untuk membantu proses penyembuhan

berbagai masalah kesehatan seperti: Kanker, Psoriasis, Tuberkulosis,

Koiesterol, Pneumonia, Sinusitis, Asma, Alergi, Keracunan makanan,

Diare, Demam berat, Infeksi kandung kemih, Batuk, Demam,

Influenza, Sakit tenggorokan, Keputihan, Peredaran darah lemah,

Infeksi saluran pernafasan atas, Luka, Jerawat, Jamur pada sela jari

kaki, Bisul, Jamur kuku, Demam alergi, Jamur pada kulit, Kutil, Ruam

syaraf, Kurap, Masalah kulit akibat terlalu lama berbaring, Sariawan.

2. Alligin®

Page 17: Allicin Repaired)

Gambar 6. Alligin®

Harga : $26.00

Menguatkan dan mendukung daya tahan tubuh dengan produk ini.

Alligin® mengandung Allicin dan Ginger, dimana telah dibuktikan di tes

laboratorium keduanya memiliki efek sinergis yang sangat kuat dalam

banyak hal.

Garlic (Allium sativum) banyak digunakan dalam pengobatan dan

penunjang kesehatan selama 5000 tahun. Garluc biasa digunakan oleh

orang dahulu pada daerah Assyria, Mesir, India, Yunani dan China. Baru-

baru ini, sekitar 1200 pharmakologis meneliti tentang garlic sejak 1997,

begitu juga ratusan penelitian dalam sifat kimia dari garlic.

Diharapkan Allicin mempunyai efek yang penting sebagai antibiotic

mikroba yang resisten dan sebagai obat penyakit bakteri yang baru (SARS,

Streptococcus, Virus radang otak “West Nile”, AIDS dan lain-lain) dimana

garlic memiliki spectrum aktivitas antimikroba yang luas.

Sekitar tahun 1999 diberitakan tentang Allicin dari Ankri dan

Mirelman bahwa aktivitas antimikroba untuk antibacterial, antifungi,

antiparasit, dan antiviral. Mikroba yang dapat dihambat antara lain E. coli,

Staphylococcus Aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis,

Pseudomonas aeruginosa, Acetobacter baumanii, Klebsiella pneumoniae,

Enterococcus faecium, Myco-bacterium tuberculosis, H. pylori,

Salmonella, Clostridium dan Shigella.

Page 18: Allicin Repaired)

3. HeartFast®

Gambar 7. HeartFast®

Mengandung : 60 vegetable capsules 450mg

Heartfast® adalah kombinasi Allicin, omega 3 dan 6 dari minyak

ikan, L-arginine and lada merah (cabai rawit). Heartfast dapat dengan

cepat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi ketegangan hati

(stress).

Dosis normal 1-2 kapsul diberikan perhari. Maksimal dosis 6 kapsul

perhari.

Harga : $32.00 perbotol

4. Lesterol

Gambar 8. Lesterol®

Lesterol® adalah kombinasi dari Allicin dan Beta sitosterol

(mengandung sterol dan sterolin) dimana mempunyai struktur yang mirip

kolesterol yang dibuat tubuh kita. Lesterol® aman, alami, dan efektif

Page 19: Allicin Repaired)

untuk suplemen diet melawan pembentukan kolesterol tidak sehat dalam

tubuh.

5. Allimax® Capsules

Gambar 9. Allimax® Capsule

Kapsul Allimax® mengandung allicin untuk membantu kesehatan

dan sirkulasi. Mengandung 100% allicin.

Isi : 30 Capsules/box; 180mg/Capsule

Dosis: 1 kapsul perhari

Harga : $23.00

Allimax® Cream

Gambar 10. Allimax® cream

Isi : 50 ml

Harga : $32.00

6. Nervita Garlic with Parsley®

Page 20: Allicin Repaired)

Gambar 11. Nervita Garlic witth Parsley®

Alicin juga dapat mengikat protein dan mengubah struktur protein

menjadi lebih mudah dicerna. Bawang putih juga mengandung

Germaniun,zat pembawa oksigen yang mempunyai efek anti kanker.

Sedangkan parsley selain digunakan untuk menghilangkan bau dari

bawang putih,juga mempunyai beberapa manfaat lainnya.

Zat aktif yang terkandung didalamnya bernama Apiol (minyak ekstrak biji

dan buahnnya) dapat menurunkan tekanan darah,mengurangi kolesterol

dan dapat menjega kesehatan jantung dan hati.

Nervita Garlic With Parsley® merupakan suplemen yang terbuat dari

bahan alami yang sangat bermanfaat untuk membatu meningkatlkan daya

tahantubuh.

Manfaat:

Menurunkan kadar kolesterol,trigliserida dan konsentrasi low density

lipoprotein (LDL).

Menurunkan kadar glukosa dalam pengobatan diabetes mellitus

Menurunkan tekanan darah

Setiap satu tablet mengandung: Garlic powder 425 mg, parsley 25 mg.

Petunjuk penggunaan:

1 tablet sehari seseudah makan, ditujukan kepada: yang memiliki tekanan

darah tinggi, kolesterol tinggi, ada gangguan jantung.

Terbuat dari bahan alami sehingga tidak memiliki efek samping dan tidak

menimbulkan bau badan.

Peringatan:

Tidak sesuai untuk ibu hamil, sedang dalam massa perawatan rumah sakit.

Page 21: Allicin Repaired)

Dalam penggunaan dapat dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi.

II.8. Manfaat