an analysis of determinant factors affecting the
Post on 03-Oct-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA
(DUKUN BERANAK ) DI KEC.LIMBORO KABUPATEN POLEWALI MANDAR
AN ANALYSIS OF DETERMINANT FACTORS AFFECTING THE SELECTIONOF DELIVERY ALTERNATIVE OF MIDWIFE
(SANDO MEANA) IN THE DISTRICT OF LIMBORO, POLEWALY MANDAR REGENCY
AHID JAHIDIN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ii
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI
ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA
(DUKUN BERANAK ) DI KEC.LIMBORO
KABUPATEN POLEWALI MANDAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh
AHID JAHIDIN
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2012
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ahid Jahidin
Nomor Pokok : P1807210505
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, Juli 2012
Yang menyatakan,
Ahid Jahidin
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat merampungkan
proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor Determinan Yang
Mempengaruhi Alternatif Pemilihan Pesalinan Sando Meana ( Dukun
Beranak ) Di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar” guna
memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Konsentrasi Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan proposal penelitian
ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan
kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.Sc dan Bapak
Dr.dr.Burhanuddin Bahar,MS sebagai Dosen Pembimbing yang tidak
pernah lelah meluangkan waktu dan penilaian di sela-sela kesibukan
untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai
2. Bapak Dr. dr. H. M. Tahir Abdullah, M.Sc, MSPH, Bapak Dr.dr.Arifin
Seweng ,MPH dan Prof Dr.H Indar,SH.,MPH selaku tim penguji proposal
vi
yang telah memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan
penulisan proposal penelitian ini.
3. Bapak Prof. Dr. dr. Buraerah H. Abd. Hakim, M.Sc selaku ketua
konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
4. Bapak Dr. dr. H. Noer Bahry Noor, M.Sc selaku ketua Program
Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih untuk segala
bantuannya. Penulis tetap menyadari sepenuhnya bahwa penulisan ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak. Demi kesempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya terkhususnya lagi bagi diri penulis
sendiri. Amin.
Makassar, Februari 2012
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................... i
LEMBAR PENGAJUAN ........................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................. iv
PRA KATA ............................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................. vii
ABSTRACK ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………… 7
C. Tujuan penelitian ……………………………………………….. 8
D. Manfaat penelitian ……………………………………………… 9
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 10
A. Pengetahuan ………………………………………………… 7
1. Tingkat Pengetahuan ………………………………………… 12
2. Jenis pengvetahuan……………. …………………… 13
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan …………………. 14
4. Pengukuran Pengetahuan …………………………………… 16
B. Budaya ……………………………………………………….. 17
1. Pengertian Budaya ……………………………………… 17
C. Pendidikan …….. …………………………………………. 27
1. Pengertian Pendidikan ……………………………………………. 27
2. Sistem Pendidikan Nasional ………………………………. 28
3. Hubungan Pendidikan dengan Kesehatan ……………………. 31
D. Penolong Persalinan …………………………………………………… 32
1. Tenaga Kesehatan ………………………………………………….. 32
2. Non Tenaga Kesehatan ( Dukun Beranak ) ……………………… 35
3. Angka Kesakitan pada bayi ………………………………………. 38
E. Kerangka Teori …………………………………………………. 49
F. Kerangka Konsep ………………………………………………. 49
G. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 52
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 56
A. Desain Penelitian ………………………………………………. 56
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ………………………………….. 56
xi
C. Populasi Dan Sampel ………………………………………….. 56
D. Pengumpulan Data……………. ……………………………….. 57
E. Tehnik Pengolahan Dan Analisa Data ………………………. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….. 64
A. Desain Penelitian ………………………………………………. 64
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………..……………….. 100
A. Desain Penelitian ………………………………………………. 100
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan dengan Penolong Persalinan di
Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012 ................................ 65
2. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab.
Polman Tahun 2012 ......................................................................... 66
3. Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab.
Polman Tahun 2012 ........................................................................ 67
4. Distribusi responden berdasarkan jarak dengan pelayanan
kesehatan oleh ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di
Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012 .............................. 68
5. Distribusi responden berdasarkan paritas ibu yang mempunyai
bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun
2012 ................................................................................ 69
6. Distribusi responden berdasarkan frekuwensi hubungan
pengetahuan dengan penolong persalinan ..................................... 70
xiii
7. Distribusi responden berdasarkan sosial budayan dengan
alternatif pemilihan persalinan .......................................................... 72
8. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
penolong persalinan ........................................................................ 73
9. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan alternatif
pemilihan persalinan ....................................................................... 75
10. Distribusi responden berdasarkan jarak pelayanan kesehatan
terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga
kesehatan / bidan ............................................................................ 77
11. Distribusi responden berdasarkan paritas ibu terhadap
pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan /
bidan ............................................................................................... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
nomor halaman
1 Model Kerangka Teori ............................................ 43
2 Model Kerangka Konsep Penelitian ....................... 45
3 Model Desain Penelitian ........................................... 48
xv
DAFTAR LAMPIRAN
nomor
1 Kuesioner Penelitian
2 Master Tabel hasil penelitian
3 Print Out SPSS
4 Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNHAS
5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS
6 Surat Izin Penelitian dari KesbangPol Kabupaten Polewali Mandar
7 Surat Keterangan Telah Melakukan Peneltian Di Kecamatan Limboro
Kabupaten Polewali Mandar
8 Riwayat Hidup Penulis
xvi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Arti dan keterangan
AKB : Angka Kematian Bayi
ANC : Antenatal Care
ASI : Air Susu Ibu
APN : Asuhan Persalinan Normal
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
ICM : International Confederation Of Midwives
LL : Lower Limit
OR : Odds Ratio
PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
UL : Upper Limit
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 58%
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan professional artinya
masih banyak pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi
dengan cara tradisional yang dapat membahayakan keselamatan ibu
dan bayinya. Masalah ini sangat mengkhawatirkan karena masih
banyak ibu bersalin yang ditolong oleh paraji. Persalinan oleh paraji
sangat membahayakan status kesehatan baik ibu bersalin sendiri
maupun bayi yang dilahirkan. Hal tersebut dikarenakan persalinan
oleh paraji menggunakan peralatan yang tidak steril dan tindakan
yang tidak sesuai asuhan persalinan.
Setiap penolong persalinan harus memahami cara menolong
persalinan secara bersih dan aman. Hal ini tertuang dalam program
Safe Motherhood. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama
ditujukan bagi negara yang sedang berkembang karena 99%
kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara.
Di Indonesia, sekitar 70 – 80 % pertolongan persalinan pada
daerah pedesaan yang terpencil ditangani oleh dukun bayi (Sando
Meana). Propinsi Sulawesi Barat, berdasarkan data pada tahun 2010,
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan masih sekitar 76%,
2
sisanya 24% masih ditolong oleh penolong yang lain (Dinkes Sulbar,
2010). Angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Polewali Mandar baru mencapai 81,9% (2011) dari target
ibu bersalin yang ditetapkan.
Angka cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Kabupaten Polewali Mandar baru mencapai 81,9% (2011) dari target
ibu bersalin yang ditetapkan. Di sisi lain jumlah tenaga kesehatan
untuk bidan di Kabupaten Polewali Mandar masih kurang, jika
dibandingkan dengan kebutuhan yang ada. Angka yang dilaporkan
pada tahun 2011 sebanyak 135 bidan, dan bidan yang mempunyai
sertifikat APN sebanyak 58, sementara jumlah desa 167 buah.
Sedangkan jumlah dukun lebih banyak dari bidan yaitu tercatat 536
orang. Sementara itu kematian bayi selama periode tahun 2007-2010,
menunjukkan pada awal periode 2007-2009 tersebut tinggi kemudian
cenderung menurun tahun selanjutnya (2007:98; 2008: 106; 2009: 83;
2010: 39 ). Sementara kematian ibu selama periode tahun 2007-2010,
menunjukkan pada awal periode 2008-2009 naik 3 tahun berturut-
turut, kemudian cenderung menurun (2007:6; 2008: 18; 2009: 22;
2010: 15 ). Kematian ibu hamil berdasarkan penyebabnya dalam
tahun 2004. sebanyak 6 orang (3 orang disebabkan oleh perdarahan
persalinan postpartum dan 3 orang toxemia gravidarum) (Dinkes
Polman, 2010). Cakupan persalinan yang mencapai 81,9 % tidak
sesuai dengan hasil survei fisik yang dilakukan pihak dinkes
kabupaten polewali Mandar terhadap pesalinan, dimana tidak
3
menunjukkan keberhasilan karena masih ada 20-30% persalinan yang
ditolong oleh dukun tetapi terlambat dilaporkan.
Survey awal yang dilakukan dengan mewawancarai 10 orang
ibu bersalin didapatkan bahwa 6 orang memilih bersalin oleh dukun
dan hanya 4 orang yang memilih tenaga kesehatan. Berdasarkan
wawancara lanjutan keenam ibu bersalin yang memilih dukun kurang
mengetahui tetang persalinan yang bersih dan aman.
Memilih dukun atau tenaga non kesehatan sebagai penolong
dalam proses persalinan memang bukan hal baru dalam realitas
masyarakat kita. Pertolongan persalinan dengan tenaga non
kesehatan ini sudah banyak terjadi, terutama di sejumlah daerah yang
tidak terakses layanan kesehatan dengan baik. Pada beberapa
daerah, tenaga non kesehatan jumlahnya jauh lebih besar daripada
jumlah tenaga kesehatan (Bambang, 2006).
Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang
cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status kesehatan ibu
dan bayi, karena sekitar 40% kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh
dukun bayi. Keadaan ini semakin diperparah karena umumnya dukun
bayi yang menolong persalinan tersebut bukan dukun terlatih
(Koesno, 2003).
Dalam konteks budaya (tradisi) masyarakat kita sering terdapat
kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang merugikan kesehatan bagi
wanita hamil dan ibu pasca bersalin. Kondisi ini terjadi pada
masyarakat Papua Suku Kamoro dan Amungme. Sebagian besar
(67,65%) tidak memiliki larangan untuk melakukan kegiatan tertentu
4
selama kehamilan. Namun demikian, terdapat pula budaya lokal yang
menguntungkan, seperti adanya larangan-larangan selama kehamilan
terutama pada Suku Kamoro. Larangan tersebut berupa; tidak boleh
bekerja terlalu berat, keluar malam, dekat-dekat dengan api, bekerja
ringan seperti merapikan tempat tidur, berlari-lari/melompat,
berhubungan intim, membelah kayu dan sebagainya.
Suku Mandar merupakan suku terbanyak yang tersebar pada 3
kabupaten yaitu; Polmas, Majene, dan Mamuju di wilayah Propinsi
Sulawesi Barat sebesar 49% dari 938.245 jiwa. Selain proporsi
terbanyak di antara suku-suku lainnya seperti Bugis, Toraja, Jawa,
dan Makassar, Mandar juga memiliki karakteristik bahasa, adat dan
budaya tersendiri. Karakteristik ini dapat dilihat dari beberapa upacara
yang terkait dengan masa kehamilan dan pasca persalinan. Upacara
tersebut dilaksanakan oleh sando meana (dukun bayi), sebagai
perwujudan nilai budaya dan religi yang dianut oleh kalangan mereka.
Bagi seorang ibu yang sedang hamil akan mengalami masa-masa
krisis, sehingga perlu diupacarakan memohon keselamatan ibu dan
anaknya kepada Tuhan.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat
mengakibatkan kematian ibu dan bayi antara lain: terjadinya robekan
rahim karena tindakan mendorong bayi di dalam rahim dari luar
sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin, terjadinya
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh tindakan
mengurut-urut rahim pada waktu kala III, terjadinya partus tidak maju;
5
karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk
ke puskesmas atau rumah sakit (Syahlan, 1996 : 177).
Peran dukun ini cukup besar, sehingga eksistensinya masih
sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat Suku Mandar.
Keberadaannya tidak hanya dilihat dari sisi jumlah yang ada, tetapi
dari sisi budaya Mandar cukup menarik dalam kajian konteks masalah
kesehatan ibu dan anak. Hal ini terkait dengan upaya menjalin
kemitraan pembangunan kesehatan, yang bermuara pada
peningkatkan derajat kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak
bagi suku Mandar.
Banyak factor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih
penolong persalinan. Menurut Green (1980) perubahan perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu predisposing, enabling dan reinforcing.
Untuk mengamati perilaku suku Mandar dalam pemilihan penolong
persalinan oleh dukun bayi, dapat dilihat dari 3 faktor yang
mempengaruhinya. Pertama, predisposing factor seperti; pendidikan
dan pengetahuan tentang persalinan oleh dukun kedua, enabling
factor seperti: penyebaran bidan desa PTT sampai ke daerah
terpencil; ketiga reinforcing factor seperti: upacara adat kelahiran oleh
tokoh masyarakat Mandar yang melibatkan dukun bayi.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan perilaku
6
sekelompok masyarakat. Pengetahuan tentang persalinan dengan
segala aspeknya dapat membantu ibu hamil dalam menentukan
tempat persalinan. Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi
pengertian persalinan dan tenaga kesehatan, karena jarangya
melakukan konseling dengan tenaga kesehatan atau Bidan
(Notoatmodjo, 2010).
Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang
menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi
oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap
kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu
kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.
Memang tidak semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya
bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek
yang sesuai dengan ketentuan medis /kesehatan. Tingkat
kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa
wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena
kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih
senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun.
Selain pengetahuan dan budaya, pendidikan juga
mempengaruhi pola pengambilan keputusan seseorang. Semakin
tinggi pendidikan akan lebih mudah menerima dan mampu memahami
pesan atau informasi tentang memilih penolong persalinan yang
bersih dan aman dibanding yang berpendidikan formal lebih rendah.
Melalui proses pendidikan sesorang belajar memperoleh
7
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai
yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah kedewasaan
dalam bertindak.
Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga
yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi
kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian
bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan
pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang
seharusnya menjadi pilihan utama mereka.
Dari uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang faktor determinan yang mempengaruhi
alternatif pemilihan persalinan sando meana (dukun beranak) di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali Mandar”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, jelas
bahwa derajat kesehatan yang diukur melalui indikator kesehatan ibu
dan anak sangat ditentukan oleh faktor lingkungan sosial budaya,
termasuk keberadaan persalinan dukun dalam Suku Mandar. Peran
dukun dalam persalinan masih dibutuhkan oleh Suku Mandar di
Polewali Mandar. Seseorang menentukan alternatif penolong
persalinan didasarkan pada persepsi dan kepercayaan, serta faktor-
faktor pendukung lainnya. Rumusan masalah yang diteliti adalah
sebagai berikut : “ Bagaimana faktor determinan yang mempengaruhi
8
alternatif pemilihan persalinan sando meana (dukun beranak) di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali Mandar?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui faktor
determinan yang mempengaruhi alternatif pemilihan persalinan sando
meana (dukun beranak) di Kecamatan Limboro Kabupaten Polewali
Mandar.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besar pengaruh Pengetahuan ibu bayi 0-3 bulan
terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar
2. Menganalisis besar pengaruh sosial budaya ibu bayi 0-3 bulan
terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar
3. Menganalisis besar pengaruh pendidikan ibu bayi 0-3 bulan
terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar
4. Menganalisis besar pengaruh pekerjaan ibu bayi 0-3 bulan
terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana di
Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar
5. Menganalisis besar pengaruh jarak ibu bayi 0-3 bulan terhadap
alternatif pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro
Kabupaten Polewali mandar
9
6. Menganalisis besar pengaruh paritas ibu bayi 0-3 bulan terhadap
alternatif pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro
Kabupaten Polewali mandar
7. Menganalisis faktor determinan yang lebih menentukan alternatif
pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro
Kabupaten Polewali Mandar
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Sektor kesehatan, yaitu sebagai bahan masukan dalam
pembuatan kebijakan dalam pengaturan penyelenggara
persalinan non tenaga kesehatan.
2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan sarana
kesehatan, dan promosi pemanfaatan sarana kesehatan dalam
pelayanan kesehatan.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dalam
memilih/melakukan persalinan yang aman dan bermanfaat bagi
kesehatannya.
4. Dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya dan dimanfaatkan
sebanyak-banyaknya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Manusia dalam menjalani kehidupannya, sesuai dengan
tingkat kemampuan dalam memenuhi rasa ingin tahunya, dapat
memiliki berbagai jenis pengetahuan dan kebenaran.
Pengetahuan yang banyak penting kita miliki, karena
merupakan bahan dan sumber bagi tersusunnya ilmu
pengetahuan (Sadulloh, 2007).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang dalam pengertian lain
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan juga dapat
dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui obyek-obyek di alam
nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek
yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan
dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan
pengertian. Pengetahuan adalah kesimpulan asumsi atau
dugaan yang telah diverifikasi oleh orang atau lembaga yang
berwenang dengan berpedoman pada pendekatan generally
applicable yang disusun berdasarkan latar belakang persoalan
makro (Sadulloh, 2005).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang, pengetahuan termasuk,
11
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip dan prosedur yang probabilitasnya adalah benar atau
berguna (Sadulloh, 2005).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior). Meningkatnya pengetahuan dapat menimbulkan
perubahan persepsi, kebiasaan dan membentuk kepercayaan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
sikap positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang
melalui proses pengingat, atau pengenal suatu informasi, ide
yang sesudah diperoleh sebelumnya. Seseorang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang
tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan maka ia
dianggap mengetahui bidang tertentu (Notoatmodjo, 2010).
1. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2010), yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan diterima.
12
Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah paham terhadap objek harus dapat menyebutkan objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya
(real). Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan ini masih dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
e. Sintesis (Syntetis)
Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
13
keseluruhan yang baru, atau bisa juga kemampuan
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
ini berdasarkan suatu kriteria yang sudah ada.
2. Jenis Pengetahuan
Ada 4 jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat
diperoleh dan dimiliki manusia (Sadulloh, 2007), yaitu:
1) Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common
sense knowledge atau akal sehat.
2) Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara
singkat orang menyebutkan dengan sains.
3) Pengetahuan filsafat (philosophical knowledge) atau dengan
singkat saja disebut filsafat.
4) Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan
yang bersumber dari agama yang mencakup pengetahuan
mengenai hakekat perilaku sebagai pengungkap
supernatural melalui wahyu yang diterima utusannya yang
terpilih.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan
14
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
Ketidaktahuan seseorang tentang kesehatan dapat
disebabkan karena pendidikan yang rendah. Adanya tingkat
pendidikan yang terlalu rendah akan sulit mencerna pesan
atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain
maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Mantra, 2007).
b. Informasi
Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini
dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain: TV, radio,
koran, kader, bidan, puskesmas, majalah. Informasi
merupakan suatu pengertian yang diekspresikan melalui
ungkapan mengenai kejadian, kenyataan, atau gagasan
dengan menggunakan lambang-lambang yang telah
diketahui dan disepakati bersama, yaitu menyangkut angka,
suara, tulisan dan gambar
c. Budaya
15
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam
memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kebudayaan.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang
tentang sesuatu. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan
adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan
dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar
secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam bidang kerjanya.
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun
pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis yaitu:
16
a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda
(multiple choise), bentul salah, dan pertanyaan
menjodohkan.
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subyektif karena
penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari
penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai
satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu
yang lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah,
menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-
pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai. Dari
kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif
khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk
dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan
karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang
akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto, 2002).
Skala pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2009),
dikategorikan sebagai berikut :
a. Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden sebanyak 76 – 100 %
b. Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden sebanyak 56 – 75 %
c. Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar
oleh responden sebanyak ≤ 55 %
17
B. Budaya
1. Pengertian
Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diaturkan
atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (taylor
1989), sedangkan menurut sir Eduarel taylor (1871) dalam
Andrew dan boyle (2005), budaya adalah sesuatu yang
kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni,
moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan
kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi setempat.
Menurut pandangan antopologi tradisional, budaya dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Budaya material
Dapat berupa objek, seperti makanan, pakaian, seni dan
benda- benda kepercayaan (jimat).
b. Budaya non material
Yang mencakup kepercayaan, kebiasaan, bahasa dan
intitusi sosial.
2. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan
Anak
Salah satu faktor yang secara langsung dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang
diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang
menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang
seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-
anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia,
18
jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang
sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai
pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang
lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota
keluarga yang lain ; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu
dari pada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah
menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling
berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan
makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain
ibumempunyai peran sebagai gate-keeper dari keluarga.
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita
bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam prilaku yang
berkaitan dengan pola pemberian makanan pada bayi yang
berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh,
pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun
medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian
makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai
sesudah bayi berumur 4 tahun. Pada masyarakat tradisional
pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar
karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun
yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang
tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan
dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan
bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga
19
kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap
makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun
sesudah melahirkan.
Masalah kesehatan selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu
sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistem
teori penyakit lebih menekankan pada penyebab sakit, teknik-
teknik pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan
penyakit merupakansuatu institusi sosial yang melibatkan
interaksi beberapa orang. Persepsi terhadap penyebab
penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab
penyakit dapat dikategorikan kedalam 2 golongan yaitu
personalistik dan naturalistik.
3. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan
Ibu
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi
berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih
tingginya angka kematian ibu yang berhubungan
dengan persalinan. Menghadapi masalah ini maka pada bulan
Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang
mempunyai prioritas pada peningkatan pelayanan kesehatan
wanita terutama pada masa kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan. Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya
komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga
untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami
20
perilaku perawatan kehamilan ( ante natal care ) adalah penting
untuk mengetahui dampak kesehatan bayidan si ibu sendiri.
Pakta berbagai kalangan masyarakat Indonesia, masih banyak
ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang bisa,
alamiah dan kodrati. Mereka tidak perlu memeriksakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyak ibu-ibu
yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi
yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui
pada saat persalinan yang sering kali, karena kasusnya sudah
terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan
dan kurangnya informasi. Permasalahan lain yang cukup besar
pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaaan-kepercayaan dan
pantangan- pantangan terhadap beberapa makanan.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang
ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh
wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap
kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang
gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama didaerah
pedesaan.
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode
yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan
21
dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat ataudengan
kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam
proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu,
pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan
ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong
persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan
gawat. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang
biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan
ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-
praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si
ibu.Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau
anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.
Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitandengan
proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu
yang sebaiknyadikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI;
ada pula makanan tertentu yangdilarang karena dianggap
dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional,
ada praktek-praktek yang dilakukan dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dankesehatan si ibu. Misalnya
mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke
posisi semula ; memasukkan ramuan seperti daun-daunan
kedalam vagina denganmaksud untuk membersihkan darah
22
dan cairan yang keluar karena proses persalinan ;atau memberi
jamu tertentu untuk memperkuat tubuh ( Iskandar et al., 2006).
4. Hubungan Aspek Sosial Budaya Terhadap Kesehatan
Uraian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui
program-program pembangunan kesehatan perlu
memperhatikan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat.
Menempatkan petugas kesehatan dan membangun fasilitas
kesehatan semata, tidaklah cukup untuk mengatasi masalah-
masalah KIA di suatu daerah. Seperti diketahui ternyata
perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang
menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali
dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran
kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam
membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau
kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak
semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya
bertujuan untuk menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan
praktek yang sesuai dengan ketentuan medis /kesehatan.
Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab
sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya
upaya mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan
keyakinan ataupun kepercayaan-kepercayaan yang sudah
dianut secara turun-temurun sehingga lebih banyak
23
menimbulkan dampak-dampak yang merugikan bagi
kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat
membutuhkan waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan
ini pula dalam hal penempatan petugas kesehatan dimana
selain memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat juga
berfungsi sebagai agen perubah (change agent) maka
pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari petugas
kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan dan
ketrampilan memberi pelayanan kesehatan. Ada tujuh prioritas
pembangunan yakni menginternalisasi perubahan
paradigma pembangunan seluruh stakeholders pembangunan,
rehabilitasi dan pembangunan segera sarana dan prasarana,
perluasan lapangan kerja dan menurunkan angka
kemiskinan/ pengangguran, meningkatkan mutu pendidikan,
layanan kesehatan dan pemberdayaan perempuan, konkritisasi
keadilan, menghindari kebocoran pembangunan, dan
revitalisasi ke posisi semula ; memasukkan ramuan seperti
daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan;atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat
tubuh ( Iskandar et al., 2006).
5. Aspek Sosial Budaya Yang Berkaitan Dengan Kelahiran, Nifas,
Dan Bayi Baru Lahir
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode
yang kritis bagi para ibu hamil karena segala kemungkinan
24
dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan
kematian. Sejumlah faktor memandirikan peranan dalam
proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu,
pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan
ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan penolong
persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan
gawat. Berdasarkan survei rumah tangga (SKRT) pada tahun
1986, angka kematian ibu maternal berkisar 450 per 100.000
kelahiran hidup atau lebih dari 20.000 kematian pertahunnya.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator kesehatan
ibu yang meliputi ibu dalam masa kehamilan, persalinan, dan
nifas. Angka tersebut dikatakan tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN.
Angka kematian balita masih didapatkan sebesar 10,6
per 1000 anak balita. Seperti halnya dengan bayi sekitar 31%
penyebab kematian balita adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu infeksi saluran pernafasan, polio, dan
lain-lain.
Masih tingginya angka kematian ibu dan anak di
Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial budaya
masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya
wanita dewasa yang masih rendah, keadaan sosial ekonomi
yang belum memadai, tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang
masih rendah dan jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan
25
dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan dan adat
istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan
lain sebagainya.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas
kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih
percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang
sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan
meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan,
kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992
rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek
persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar dkk (2006) menunjukkan beberapa
tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi"
(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk
memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke
dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau
"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi
bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam
yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau
anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan.
26
Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitan dengan
proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu
yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi
ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap
dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia
(keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak
ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal
bagi ibu dalam proses persalinan. Sebenarnya, kelancaran
persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu.
Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan
seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental
berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja
persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu
dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang
terjadi selama persalinan. Disini peran bidan sangat diperlukan
dalam memberikan informasi yang tepat untuk mempersiapkan
mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi pesalinan dan
pasca persalinan.
27
C. Pendidikan
1. Pengertian
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya
semakin menambah pengetahuan yang dmiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Nursalam, 2003).
Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan yang
diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
2. Sistem Pendidikan Nasional
Ada 3 (tiga) jalur pendidikan yang dikenal dalam sistem
pendidikan di Indonesia, yaitu:
a. Formal
Jalur formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, dengan jenis pendidikan:
28
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan,
dan khusus. Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam
bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat
(Undang-Undang Sisdiknas, 2003). Pendidikan dasar yang
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah berbentuk sekolah dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur formal (TK, raudatul athfal, dan bentuk lain yang
sejenis), nonformal (kelompok bermain, taman/panti
penitipan anak) dan/atau informal (pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan).
Pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan
pendidikan dasar terdiri atas pendidikan umum dan
pendidikan kejuruan, serta berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau
bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi yang
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah, mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, dan doktor, yang diselenggarakan
dengan sistem terbuka Perguruan tinggi dapat berbentuk
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas,
yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
29
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dan dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi dan/atau
vokasi.
Perguruan tinggi juga dapat memberikan gelar
akademik, profesi atau vokasi sesuai dengan program
pendidikan yang diselenggarakan. Bagi perguruan tinggi
yang memiliki program doktor berhak memberikan gelar
doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu
yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan
jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau
seni. Selain itu masalah yang cukup aktual dan
meresahkan masyarakat, seperti pemberian gelar-gelar
instan, pembuatan skripsi atau tesis palsu, ijazah palsu dan
lain-lain, telah diatur dan diancam sebagai tindak pidana
dengan sanksi yang juga telah ditetapkan dalam UU
Sisdiknas yang baru.
b. Non formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat, dan berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
30
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
professional. Pendidikan non formal meliputi pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik. Satuan pendidikan nonformal meliputi
lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan majelis
taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
(pusat) dan pemerintah daerah dengan mengacu pada
standard nasional pendidikan.
c. Informal
Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri, yang hasilnya diakui sama dengan
pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
3. Hubungan Pendidikan dengan Kesehatan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
31
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi
baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya
tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
baru diperkenalkan. Orang yang berpendidikan tinggi akan
merespon yang lebih rasional dan akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan
tersebut dibanding dengan masyarakat yang berpendidikan
rendah atau yang tidak berpendidikan sama sekali.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
D. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk
mendapatkan nafkah atau pencaharian. Masyarakat yang sibuk
dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu
yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi. Dengan adanya
pekerjaan seseorang akan memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk menyelesaikan pekerjaan yang dianggap penting dan
memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk hanya memiliki
32
sedikit waktu untuk memperoleh informasi, sehingga pengetahuan
yang mereka peroleh kemungkinan juga berkurang
Pekerjaan diklasifikasikan menjadi :
a) Bekerja : buruh, tani, swasta dan PNS
b) Tidak bekerja
Pekerjaan juga diartikan sebagai aktifitas utama yang
dilakukan oleh manusia dalam arti sempit, istilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang
bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering
dianggap sinonim dengan profesi.
Tingkat fleksibilitas kerja yang rendah menjadikan wanita
sulit untuk menyesuaikan diri dengan jadwal pekerjaan kantor dan
tugas di rumah, bekerja merupakan pekerjaan yang menyita
waktu, bekerja bagi ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga. (Marku, dikutip oleh Nursalam dan siti Pariani
2001)
Kehamilan bukan merupakan halangan untuk bekerja
asalkan sesuai dengan kemampuan dan tidak melakukan kegiatan
yang dapat membahayakan kelangsungan kehamilan (Manuaba).
E. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak lahir hidup dan masih
hidup (Prawirohardjo, 2007).
33
Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi
tiga antara lain:
1. Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan
primipara (jumlah anak 1)
2. Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil
dan bersalin dua sampai empat kali. Pada paritas
sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada
kasus-kasus obstetrik yang jelek, serta interval
kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun
3. Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau
grandemulti, adalah ibu hamil dan melahirkan di atas 5
kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi
yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain: plasenta
previa, perdarahan postpartum, dan lebih memungkinkan
lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi
pre eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak
terjadi pada ibu usia lebih 35 tahun.
Paritas (Para)Parietas adalah jumlah anak yang
telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun
lahir mati.
34
Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan
atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan
sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang
menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim
dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001).
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
oleh seorang ibu (Nursalam, 2003). Dikatakan bahwa
terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas
rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Tetapi
kesemuanya ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut
(Notoatmodjo, 2008).
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu
yaitu persalinan yang kedua dan ketiga karena pada
persalinan keempat dan kelima secara dramatis akan
meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat paritas telah
menarik perhatian beberapa peneliti dalam hubungannya
dengan kesehatan ibu dan anak.
F. Jarak
Ascobat Gani dalam Azrul (Devi, 2005) menyatakan,
aksesibilitas ke tempat pelayanan kesehatan merupakan
penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu
seperti sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh
35
untuk menuju tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di
maksud di sini adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju
tempat pelayanan kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali
menjadi kendala bagi masyarakat dalam upaya pencarian
pengobatan.
Pada umumnya ibu akan mencari tempat pelayanan
kesehatan yang berlokasi dekat tempat tinggal mereka. Bila
karena alasan tertentu mereka mendatangi tempat pelayanan yang
jauh maka petugas kesehatan harus membantu dan menjelaskan
fasilitas kesehatan tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan bukan
merupakan faktor ekologi tetapi informasi sangat berguna untuk
meningkatkan pelayanan. Pengukuran faktor ekologi sangat
kompleks. Hal ini tergantung pada tipe jumlah staf, waktu yang
tersedia, dan tujuan survey. Yang penting adalah data yang
dikumpulkan dapat menggambarkan situasi sekarang dan berguna
untuk pengembangan program (Nyoman, 2002).
Sulitnya pelayanan kesehatan dicapai secara fisik (menurut
pengorbanan waktu), akan menurunkan tingkat pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan
merupakan penghambat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan sangat
tergantung pada cara pandang seseorang akan perlunya suatu
kesehatan. Dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional
misalnya adalah merupakan cerminan kepercayaan masyarakat
36
terhadap perawatan yang dianggap kemauan sendiri. Persepsi
tentang jeleknya kualitas pelayanan kesehatan pemerintah
menghambat pemanfaatan tempat pelayanan kesehatan.
Notoatmodjo (2003)
G. Penolong Persalinan
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan, baik berupa pendidikan
gelar D-III sampai S1, S2 dan S3.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 1996, tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan adalah tenaga Bidan,
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
(www.pdpersi.co.id, 2005).
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui
secara regular dalam program pendidikan bidan diakui secara
yuridis, di tempatkan dan mendapat kualifikasi serta terdaftar
disektor dan memperoleh izin melaksanakan praktek bidan.
37
Menurut International Confederation Of Midwives (ICM) bidan
adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan
yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan
diberi izin melaksanakan praktik kebidanan di Negara itu
(Salmah, 2006).
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bidan adalah
seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah
untuk melaksanakan praktik (50 tahun IBI, 2003).
Bidan mempunyai peran dan fungsi sebagai pelaksana
asuhan kebidanan berdasarkan ruang lingkup praktek
kebidanan, sebagai pengelola untuk mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan, sebagai pendidik, bidan
memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kesehatan
Ibu dan anak dan sebagai peneliti, bidan melakukan penelitian
terapan dalam bidang kesehatan secara mandiri maupun
kelompok (50 tahun IBI, 2003).
Wewenang bidan diatur oleh PERMENKES RI no 900 /
Menkes / Sk / VII / 2002 tentang praktek bidan. Salah satu
wewenang tersebut yaitu memberikan pelayanan kebidanan
(pasal 16) yang terdiri dari : 1). Penyuluhan dan konseling, 2).
Pemeriksaan fisik, 3). pelayanan antenatal pada kehamilan
normal, 4). Pertolongan pada kehamilan abnormal yang
38
mencakup ibu hamil dengan abortus Imines, hiperemesis
gravidarum tingkat I, pre eklamsi ringan dan anemia ringan, 5).
Pertolongan persalinan normal, 6). Pertolongan persalinan
abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala
didasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia
karena inersia uteri primer, 7) Pelayanan Ibu nifas normal, 8)
Pelayanan Ibu nifas abnormal yang mencakup retensio
plasenta dan infeksi ringan, 9). pelayanan dan pengobatan
pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan
tidak teratur dan penundaan haid (Wahyuningsih, 2005).
Ruang lingkup praktek kebidanan meliputi : 1). Asuhan
mandiri atau otonomi pada anak perempuan, remaja putri dan
wanita desa selama masa hamil, bersalin dan nifas, 2).
Menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan
merawat bayi baru lahir, 3). Pengawasan pelayanan kesehatan
masyarakat di posyandu (tindakan dan pencegahan), 4)
Penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada Ibu, keluarga dan
masyarakat termasuk persiapan menjadi orang tua,
menentukan keluarga berencana deteksi kondisi abnormal
pada ibu dan bayi, 5). Pelaksanaan pertolongan kegawat
daruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada pertolongan
medis (50 tahun IBI, 2003).
Penempatan bidan didesa ditujukan untuk meningkatkan
mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas
dan posyandu. Hal ini dilakukan dalam rangka menurunkan
39
angka kematian ibu, bayi dan anak balita dan meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
(Manuaba, 2007).
2. Non Tenaga Kesehatan (Paraji / Sando Menae)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada
umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta
memiliki keterampulan menolong persalinan secara tradisional
dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun,
belajar secara praktis atau cara lain melalui petugas kesehatan
(Depkes RI. 2007).
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan
dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan,
perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat (Depkes
RI, 2007).
Ada 3 faktor yang ikut mempengaruhi seseorang sehingga
tampil menjadi dukun bayi, yaitu sebagai berikut :
a. Faktor keturunan, hal ini merupakan gejala umum bahwa
pekerjaan sebaga dukun bayi adalah hasil keturunan dari
kerabat sebelumnya.
b. Faktor sosialisasi, dimana seseorang yang akan menjadi
dukun ditentukan oleh proses sosialisasi mereka yaitu ada
unsur pendidikan atau pelatihan sebelum menjadi dukun
bayi baik disadari atau tidak.
40
c. Faktor spirit supernatural, dimana seseorang yang menjadi
dukun bayi, sebagian ditandai dengan adanya hal yang
ajaib pada dirinya.
Struktur sosial, dukun bayi termasuk kelompok rakyat
biasa, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan peranan
dengan anggota masyarakat yang lain, seperti seorang petani,
sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai anggota
masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu.
Mereka berbeda status sosialnya karena keahlian yang dimiliki
dan keahlian tersebut dibutuhkan oleh masyarakat.
Keperibadian dukun bayi dalam kaitannya dengan status
sosial juga dinilai oleh masyarakat. Menurut pandangan
masyarakat, modal utama seorang dukun bayi, disamping
adanya bakat dan keberanian harus memiliki sifat telilit dan
hati-hati, kebersihannya baik, tidak enggan menolong sesama,
tidak mudah iri hati, selalu hadir bila dipanggil, mudah
dihubungi, serta tidak mengharapkan upah.
Peranan dan fungsi dukun bayi di masyarakat tidak hanya
dalam peristiwa persalinan saja, melainkan juga dalam aspek
sosial. Peranan dan fungsi dukun bayi dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Perawatan Kehamilan
Jika diminta, dukun bayi telah mulai berperan memberikan
perawatan sejak dari kehamilan di bulan pertama sampai
menjelang kelahiran. Terkadang dukun datang sendiri ke
41
rumah pasien, namun sebagian besar pasienlah yang
datang ke dukun bayi. Perawatan kehamilan yang dilakukan
dukun bayi dapat digolongkan sebagai pemeriksaan yang
berdasarkan pengalaman saja, tidak didasarkan kepada
pengetahuan. Sebagian dukun bayi sudah dilatih. Dari segi
kebutuhan uibu pelayanan antenatal oleh dukun bayi lebih
condong berhubungan dengan tradisi dan bukan secara
tepat mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin.
b. Menangani Kelahiran
Dukun-dukun bayi dalam menangani kelahiran mempunyai
cara tertentu, dapat memperkirakan lama dan tidaknya bayi
akan segera lahir; gejalanya menurut mereka adalah perut
mulai mual, ingin berak, keluar lendir dengan sedikit darah
dan jika tidak ada kelainan tertentu dengan tiga dorongan
yaitu gerakan alamiah perut ibu, gerakan sentakan bayi dan
kekuatan ibu, maka bayi tersebut akan lahir. Cara
pertolongan persalinan antara dukun satu dengan klainnya
tidak sama, baik yang terlatih maupun yang belum terlatih,
namun secara umum ada kesamaan dalam perawatan bayi
yang dilahirkan.
c. Perawatan bayi dan ibu yang melahirkan
Bayi yang dilahirkan oleh dukun, pada hari-hari selanjutnya
yaitu sampai kira-kira delapan bulan, scara tradisional masih
dalam perawatan dukun bayi, artinya tanpa dimintapun
dukun bayi tersebut akan datang untuk merawat bayi
42
tersebut, yaitu memandikan, pijat dan perawatan pada ibu
yaitu memberikan pijatan, memberikan jamu, yang diberikan
biasanya sampai umur bayi 40 hari.
d. Upacara-upacara adat
Selain memberikan pelayanan kepada ibu hamil,
melahirkan dan perawatan pasca melahirkan, dukun bayi
mempunyai peranan pada upacara-upacara adat yang
berkaitan dengan kehamilan dan pasca melahirkan. Ada
beberapa upacara adat yang memerlukan bantuan dukun
bayi, antara lain yaitu : upacara selamatan pada saat usia
kehamilan 7 bulan dan upacara selamatan karena lepasnya
tali pusat.
H. Hubungan pengetahuan dengan alternative pemilihan
persalinan
Hasil penelitian Rika (2002) menunjukkan ada hubungan
yang signifikansi antara pengetahuan tentang persalinan dengan
pemilihan penolong persalinan. Masyarakat di pedesaan telah
mengetahui keberadaan bidan desa yang menempati polindes di
pusat desa. Tetapi mereka cenderung memanfaatkan tenaga bidan
hanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan saja, sedangkan
untuk pertolongan persalinannya banyak yang memilih melahirkan
di dukun. Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh
tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko
komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau
43
kematian bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan
dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman
yang seharusnya menjadi pilihan utama mereka.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan
suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan
perilaku sekelompok masyarakat (Amiruddin; Jakir, 2009
http://ridwanamirudin.wordpress.com). Diharapkan dengan
pengetahuan yang didapat tentang perilaku memilih penolong
persalinan akan berdampak pada pemahaman dari orang akan
pentingnya bersalin di tenaga kesehatan. Makin rendah
pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005).
Pengetahuan tentang persalinan dengan segala aspeknya
dapat membantu ibu hamil dalam menentukan tempat persalinan.
Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi pengertian
persalinan dan tenaga kesehatan, karena jarangya melakukan
konseling dengan tenaga kesehatan atau Bidan. Namun mengingat
dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar
pengetahuan ibu hamil masih kurang, maka hal ini perlu
ditindaklanjuti melalui peningkatan pemahaman dan pengetahuan
tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang
persalinan
44
I. Hubungan sosial budaya dengan alternative pemilihan
persalinan
Rasa kepercayaan antar warga yang terbangun dalam
komunitas yang kohesif sangat tinggi. Kepercayaan yang diberikan
kepada warga lokal lebih tinggi daripada warga non-lokal. Dukun
merupakan aktor lokal yang dipercaya warga sebagai tokoh kunci di
masyarakat terutama yang berhubungan dengan kesehatan dan
keselamatan. Pada kasus persalinan, dukun tidak hanya berperan
saat proses tersebut berlangsung, namun juga pada saat upacara-
upacara adat yang dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan
anaknya seperti upacara tujuh-bulanan kehamilan, tatobik (mandi
dengan air panas) dan hatukahai (pendiangan di atas bara api).
Upacara adat ini tentunya tidak sejalan dengan aktivitas medis dan
tidak dapat dilakukan oleh seorang bidan. Hal inilah yang
menyebabkan dukun memiliki tempat yang terhormat dan
memperoleh kepercayaan lokal yang jauh lebih tinggi dari pada
bidan. Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan
turun-temurun untuk memediasi pertolongan medis dalam
masyarakat. Sebagian dari mereka juga memperoleh citra sebagai
“orang tua” yang telah “berpengalaman”. Profil sosial inilah yang
berperan dalam pembentukan status sosial dukun yang karismatik
dalam pelayanan medis tradisional.
Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang
menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali
dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran
45
kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam
membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan
individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai
kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku
masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga
kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan
ketentuan medis /kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat
kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah.
Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun
tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat
dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan,
kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.
J. Hubungan pendidikan dengan alternative pemilihan persalinan
Terdapatnya hubungan antara pendidikan dengan pemilihan
penolong persalinan menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan akan lebih mudah menerima dan mampu memahami
pesan atau informasi tentang memilih penolong persalinan yang
bersih dan aman dibanding yang berpendidikan formal lebih
rendah.
Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana,
teroganisir dan dilaksanakan di dalam kelas. Melalui proses ini
sesorang belajar memperoleh pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai yang menghantarkan orang
46
yang belajar tersebut kearah kedewasaan dalam bertindak. Dapat
diartikan bahwa pendidikan formal merupakan sarana yang dapat
mengubah pola pikir, sikap dan tindakan seseorang kearah kualitas
pribadi yang lebih baik, dengan tingkat pendidikan formal yang
semakin tinggi akan membantu seseorang untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang akan
membantu seserang berpikir rasional
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai
kesedaran akan pentingnya pemeriksaan antenatal, rata-rata
kunjungan pemeriksaan antenatal ibu yang berkepentingan tinggi
lebih sering dibanding dengan yang berpendidikan rendah. adanya
hubungan tingkat pendidikan dengan usaha pencaharian pelayanan
kesehatan terhadap janin yang dikandungnya. Tingkat pendidikan
ibu akan mamberi pengaruh dalam penerimaan informasi yang
diberikan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang
kehamilan resiko tinggi.
K. Hubungan ketrjangkauan sarana kesehatan dengan alternative
pemilihan persalinan
Ketersediaan dan kemudahan sarana kesehatan merupakan faktor
pemungkin bagi seorang ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan. Menurut Rukmawan (2002),
salah satu faktor yang berpengaruh dalam memilih jenis
persalinan adalah kemudahan pelayanan. Semakin tinggi
47
kemudahan pelayanan akan lebih banyak ibu hamil bersalin
dengan bantuan tenaga kesehatan.
Menurut Depkes. RI. (1992) dukun merupakan sumber daya
manusia dalam pertolongan persalinan. Dukun memiliki beberapa
kekurangan yang menjadi penghambat dalam melakukan
pertolongan, sebagai berikut:
1. Dukun bayi kurang menyadari manfaat penggunaan dukun
kit.
2. Dukun kurang menghiraukan cara pertolongan persalinan
bersih dan aman.
3. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali risiko
tinggi persalinan.
4. Dukun bayi kurang menyadari bahaya akibat keterlambatan
merujuk pada kasus risiko tinggi persalinan.
L. Hubungan parietas dengan alternative pemilihan persalinan
Pengalaman persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi ibu
dalam memilih tenaga penolong persalinan, karena melalui
pengalaman dapat timbul persepsi yang positif tentang ancaman
persalinan dengan dukun dan persepsi yang positif tentang manfaat
persalinan dengan tenaga kesehatan. Bila ibu telah mempunyai
persepsi yang positif, maka ibu akan memilih tenaga kesehatan
sebagai tenaga penolong persalinannya.
Persepsi tentang ancaman berhubungan langsung dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan, karena tindakan individu untuk
48
mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh
keseriusan panyakit tersebut atau ancaman yang dilihatnya. Bila ibu
hamil merasakan adanya ancaman keselamatan terhadap dirinya dan
bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong
persalinannya.
Tabel Sintesis
No Peneliti Tahun Hasil Temuan Sumber
1. Kusumawati 2007 faktor karakteristik ibu berdasarkan umur, paritas, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan, serta riwayat kehamilan tidak mempengaruhi penentuan jenis persalinan. Faktor yang berpengaruh adalah budaya dan kepercayaan terhadap dukun dan kurangnya sosialisasi kartu miskin. Penentuan persalinan tidak ditentukan sendiri tetapi oleh orangtua/mertua atau musyawarah
Jurnal
2. Iskandar 2007 Pengetahuan sando tentang etiologi dan metode penyembuhan penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sando dalam melakukan pengobatan dibagi menjadi beberapa jenis menurut keahliannya. Selain itu, sando memperoleh ilmu atau pengetahuan melalui keajaiban dan belajar dari suku lain
Jurnal,
3. Kambayong 2006 Factor yang berhubungan dengan pemilihan persalinan adalah tingkat pendidikan, sikap dan dukungan keluarga
Jurnal
4. Rian Anggorodi 2009 Dukun bayi dalam persalinan oleh masyarakat indonesia
Jurnal
5. Gita Setiawati 2010 Modal social dan pemilihan dukun dalam proses persalinan : apakah relevan
Jurnal
49
2.2. Kerangka Teori
(Teori Ander dan Marsall)
2.3. Kerangka Konsep
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Pengetahuan tentang
persalinan dengan segala aspeknya dapat membantu ibu hamil dalam
menentukan tempat persalinan. Ketidaktahuan mereka tentang
beberapa informasi pengertian persalinan dan tenaga kesehatan,
karena jarangya melakukan konseling dengan tenaga kesehatan atau
Bidan. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan
Pengetahuan: Mengetahui Memahami Pengaplikasikan Mengevaluasi Mensitesa Menganalisa
Budaya: Material Non material
Pendidikan: Pengetahuan Pemahaman Sikap Pekerjaan keterjangkauan sarana
Alternatif Pemilihan Penolong Persalinan - Tenaga
Kesehatan - Sandoe Menae
Kepercayaan Kebiasaan
Persalinan Yang bersih dan aman
50
masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi
tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk
memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan.
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan,
dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada
dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi,
sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu
dukun.
Semakin tinggi pendidikan akan lebih mudah menerima dan
mampu memahami pesan atau informasi tentang memilih penolong
persalinan yang bersih dan aman dibanding yang berpendidikan
formal lebih rendah. Melalui proses pendidikan sesorang belajar
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah
kedewasaan dalam bertindak.
Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga
yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi
kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian
bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan
pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang
seharusnya menjadi pilihan utama mereka.
Untuk lebih menjelaskan keterkaitan antara kejadian infertitas pada
pasangan usia subur maka dapat dilihat pada bagan kerangka konsep
sebagai berikut :
51
Variabel penelitian :
Variabel dependen : Pemilihan penolong persalinan
Variabel independen : Pengetahuan, pendidikan, sosial budaya,
pekerjaan, parietas, dan jarak pelayanan
kesehatan
Variabel perancu : status ekonomi dan pengambilan keputusan
2.4. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
a. Sosial Budaya adalah Kebiasaan/ kepercayaan secara turun
temurun yang terjadi pada ibu yang mempunyai bayi 0 – 3 bulan
Kriteria Obyektif :
Mendukung : Apabila skor dari kuesioner > rata - rata
Pemilihan Penolong Persalinan
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian
1. Pengetahuan 2. Sosial Budaya 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Jarak 6. Paritas
Variabel dependen
Variabel independen
Status ekonomi
Pengambilan keputusan
Variabel perancu
52
Tidak Mendukung : Apabila skor lebih < dari rata - rata
b. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang ditempuh ibu
yang mempunyai bayi 0 – 3 Bulan.
Kriteria objektif :
Dasar : Bila pendidikan yang ditempu SD atau sederajat
Menengah : Bila pendidikan yang ditempu SMP,SMA dan sederajat.
Tinggi : Bila pendidikan yang ditempuh D3,S1 dan seterusnya.
c. Pekerjaan adalah Aktivitas yang setiap hari dilakukan oleh ibu yang
mempunyai bayi 0 – 3 Bulan.
Kriteria objektif :
Bekerja : Bila ibu beraktivitas di lapangan kerja seperti
PNS, Swasta, dan Petani
Tidak bekerja : Bila ibu beraktivitas di rumah seperti IRT dan
tidak bekerja
d. Jarak adalah waktu tempuh untuk menuju tempat pelayanan
kesehatan oleh ibu bayi usia 0-3 bulan.
Kriteria objektif :
Terjangkau : Bila memenuhi salah satu atau lebih kondisi sebagai
berikut : dilalui kendaraan umum, memiliki
kendaraan pribadi, daratan, < 5 km.
Tidak Terjangkau : Bila tidak memenuhi salah satu atau lebih kondisi
sebagai berikut : dilalui kendaraan umum, memiliki
kendaraan pribadi, daratan, < 5 km.
53
e. Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu yang
mempunyai bayi 0 – 3 Bulan dan telah mendapatkan perawatan tali
pusat.
Kriteria objektif :
Anak I : Bila ibu yang melahirkan anak pertama
Anak II + : Bila ibu yang melahirkan anak kedua atau ketiga
f. Pemilihan persalinan adalah Persalinan yang dilakukan oleh sando
meana atau Bidan
Kriteria objektif :
Sando meana : Apabila jika persalinan dilakukan oleh sando meana.
Bidan : Apabila persalinan oleh tenaga kesehatan
2.4. Hipotesis
1. H0 Ada pengaruh Pengetahuan ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh Pengetahuan ibu terhadap alternatif
pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro
Kabupaten Polewali mandar
2. H0 Ada pengaruh budaya ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh budaya terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
54
3. H0 Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
4. H0 Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh Pekerjaan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
5. H0 Ada pengaruh jarak ibu terhadap alternatif pemilihan persalinan
sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali mandar
Ha Tidak ada pengaruh jarak ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana d di Kecamatan limboro Kabupaten
Polewali mandar
6. H0 Ada pengaruh Paritas ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh paritas ibu terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana d di Kecamatan limboro Kabupaten
Polewali mandar
55
7. H0 Ada pengaruh faktor determinan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana di Kecamatan limboro Kabupaten Polewali
mandar
Ha Tidak ada pengaruh faktor determinan terhadap alternatif
pemilihan persalinan sando meana di Kecamatan limboro
Kabupaten Polewali mandar
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional yang
mengkaji hubungan antara variabel sehingga peneliti dapat
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan mengujinya
berdasarkan teori yang ada.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Limboro Kabupaten
Polewali Mandar Waktu penelitian
Penelitian ini direncanakan pada bulan Februari 2012 sampai
dengan Mei 2012
C. Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2009). Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
bayi 0 – 3 bulan di kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2009). Tekhnik penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling, yaitu cara
57
pengambilan sampel secara acak karena jumlah populasi lebih dari
100 (Notoatmodjo, 2010). sampel yang akan dijadikan sebagai
subyek penelitian adalah 60 ibu bayi usia 0-3 bulan yang ditolong
oleh bidan dan sando meana (Dukun Beranak)
D. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden
untuk dijawabnya (Arikunto, 2009). Cara untuk memperoleh
data tersebut adalah dengan menggunakan kuisioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup dengan alasan agar
mempermudah responden dalam menjawab pertanyaan,
objektifitas waktu, memudahkan peneliti dalam pengolahan
data dan pertanyaan dibuat sesuai dengan tujuan penelitian.
Kuesioner digunakan untuk mengetahui faktor dominan.
2. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah:
a. Data primer.
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung
dari responden melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner terstruktur (Arikunto, 2002). Data primer pada
58
penelitian ini diperoleh dengan membagikan kuesioner untuk
mendapatkan data tentang factor dominan.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya,
biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan (Arikunto,
2009).
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada 30
ibu yang mempunyai bayi yang ditolong oleh bidan atau Sando
meana (Dukun beranak). Untuk mengetahui apakah kuesioner valid
dan reliabel, caranya adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Menurut Notoatmodjo (2003) validitas adalah suatu indeks
yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa
yang diukur. Langkah-langkah mengukur validitas:
1) Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan
diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan
terlebih dahulu sehingga operasionalnya dapat dilakukan.
2) Melakukan uji coba alat pengukur tersebut pada sejumlah
responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ada.
3) Mempersiapkan tabel tabulasi.
59
4) Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing
petanyaan dan skor total dengan memakai rumus korelasi
point biserial (rpbis) dengan rumus:
Keterangan :
Xp = rata-rata skor testi yang menjawab benar
Xt = rata-rata skor total untuk semua testi
st = simpangan baku skor total setiap testi
p = proporsi testi yang dapat menjawab benar butir soal
yang bersangkutan
q = 1 – p
Kaidah keputusannya, yaitu jika hitungr < tabelr berarti valid,
sedangkan jika hitungr > tabelr berarti tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukur dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat
ukur yang sama (Notoatmodjo, 2003).
Pendekatan statistik dengan menggunakan teknik
spearman brown yang lebih dikenal dengan sebutan tes belah
dua (tes ganjil genap) (Badriah, 2006:62).
60
1
1
11 v
pqv
k
kri
Keterangan:
ri1 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan
Vt : Variasi subjek yang menjawab benar pada sesuatu
butir
p : )1(
0
pq
skormendapatyangsubjekbanyaknya
Pertanyaan reliabel jika alpha hitung > r table berarti tidak
reliabel.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, untuk proses analisis
selanjutnya perlu dilakukan yang memasukan ke dalam program
komputer sebagai berikut:
a. Editing
Kegiatan ini meliputi pemeriksaan atas kelengkapan pengisian
kuesioner, jumlah kuesioner yang dikumpulkan sesuai tidaknya
dengan jumlah responden, kejelasan makna jawaban,
konsistensi antar jawaban, relevansi jawaban dan keseragaman
satuan pengukuran.
61
b. Skoring
Skoring adalah kegiatan pemberian skor pada setiap jawaban
dari responden.
c. Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data/jawaban
menurut kategorinya masing-masing. Setiap kategori jawaban
yang berbeda diberi kode yang berbeda pula. Dalam pekerjaan
ini yang diperhatikan adalah setiap jawaban yang masuk diberi
kode tertentu sesuai dengan kategorinya, setiap kategori yang
sama diberi kode yang sama dan antara kategori yang satu
dengan lainnya dipisahkan dengan tegas agar tidak tumpang
tindih.
d. Entry
Entry adalah kegiatan untuk memasukan data yang telah
dibersihkan ke dalam alat elektronik yaitu computer dengan
tujuan untuk mempercepat proses analisa data dan
meminimalisir kesalahan.
d.Tabulasi
Tabulasi adalah kegiatan untuk meningkatkan data yang masuk
(data mentah) ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan.
2. Analisis Data
a. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisa persentase dengan
tujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan
62
persentase dari variabel yang diteliti. Analisis univariat dilakukan
untuk mendeskripsikan semua variabel penelitian, baik variabel
bebas maupun variabel terikat. Dalam penyajiannya analisa
univariat ini berbentuk tabel distribusi frekuensi.
P = %100xN
F
P = Hasil yang dicari
F = Frekuensi sampel
N = Jumlah seluruh sampel
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara 2
variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Analisis
bivariat menggunakan uji statistik yang sesuai dengan tujuan
penelitian dan skala data yang ada.
Uji statistik yang digunakan dalam analisa ini adalah Chi
Square. Harga Chi Square dapat dicari dengan rumus:
fh
fhfo 22 )(
χ
Keterangan :
² : Chi-square
fo : Frekuensi yang diobservasi/diperoleh, baik melalui
pengamatan maupun hasil kuesioner.
fh : Frekuensi yang diharapkan.
Jika value < , maka Ha diterima dan Ho ditolak
63
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan uji statistik regresi logistik
berganda. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat komputer melalui program SPSS 16.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 April sampai tanggal 1 Mei
2012 di kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar, langkah awal
dimulai dengan survey lokasi untuk pengambilan data dan selanjutnya
dilakukan penelitian dengan melakukan wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner pada responden yang mempunyai bayi usia 0-3
bulan yang di kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar
Jumlah sampel di peroleh dengan menggunakan penentuan rumus
besar sampel yang ditetapkan dengan OR (Odds Ratio) dengan jarak 50%
dengan tingkat kepercayaan 95%, dan perkiraan OR adalah 2, perkiraan
populasi (P2) = 0,50 sehingga secara keseluruhan sampel dalam penelitian
ini yaitu 60 responden terdiri dari 30 respnden yang ditolong oleh bidan dan
30 responden yang ditolong oleh Sando meana (dukun beranak).
Untuk lebih operasional hasil penelitian ini maka disusun berturut-
turut yaitu karakteritik responden, analisis univariat, analisis bivarial, dan
analisis multivarial. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
65
1. Karakteristik responden
a. Pengetahuan responden
Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan
berdasarkan karakteristik tingkat pengetahuan yang telah
dikelompokkan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Distribusi responden berdasarkan Pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan dengan Penolong Persalinan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012
Pengetahuan Persalinan
Sando Bidan
Kurang n 12 11 % 40,0% 36,7%
Cukup n 18 19 % 60,0% 63,3%
Total n 30 30 % 100,0% 100,0%
Sumber : Data primer
Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai bayi
usia 0 – 3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun
beranak) mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak
18 (60,0%) responden dan pada tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 12 (40,0%) responden dan untuk kelompok ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan
mempunyai tingkat pengethuan cukup yaitu 19 (63,3%)
responden dan tingkat pengetahuan kurang yaitu 11 (36,7%)
responden.
66
b. Pendidikan
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pendidikan responden
dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2 : Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012
Pendidikan Persalinan
Sando Bidan
SD/SLTP
n 25 23 % 83,3% 76,7%
SLTA/PT n 5 7 % 16,7% 23,3%
Total n 30 30 % 100,0% 100,0%
Sumber : Data primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan
jenjang pendidikan yang telah diperoleh secara formal untuk ibu
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh Sando
meana (dukun beranak) pada jenjang pendidikan SD/SLTP
sebanyak 25 (83,3%) responden dan jenjang pendidikan terendah
antara SLTA/PT masing-masing terdapat 5 (16,7%) responden,
sedangkan untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3
bulan yang ditolong oleh bidan pada jenjang pendidikan SD/SLTP
sebanyak 23 (76,7%) responden dan jenjang pendidikan terendah
yaitu SLTA/PT yaitu 7 (23,3%) responden.
c. Pekerjaan
67
Hasil penelitian pada ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan
berdasarkan karakteristik pekerjaan diperoleh distribusi data
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3 : Distribusi responden berdasarkan Pekerjaan ibu
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012
Pekerjaan Persalinan
Sando Bidan
Tidak Bekerja n 14 16 % 46,7% 53,3%
Bekerja n 16 14 % 53,3% 46,7%
Total n 30 30 % 100,0% 100,0%
Sumber : Data primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan pekerjaan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan
untuk kelompok yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak)
terbanyak kategori bekerja yaitu 16 (53,3%) responden dan yang
tidak bekerja sebanyak 14 (46,7%) sebaliknya untuk kelompok ibu
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh bidan
karakteristik pekerjaan tertinggi pada kategori tidak bekerja pada
bagian swasta yaitu 16 (53,3%) responden, sedangkan jumlah
yang bekerja jumlahnya yaitu 14 (46,7%) responden.
68
d. Jarak
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan karakteristik
responden menurut Jarak atau waktu tempuh untuk menju tempat
pelayanan kesehatan, dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4 : Distribusi responden berdasarkan jarak dengan pelayanan kesehatan oleh ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012
Keterjangkauan Persalinan
Sando Bidan
Sulit n 19 6
% 63,3% 20,0%
Mudah n 11 24
% 36,7% 80,0%
Total n 30 30
% 100,0% 100,0%
Sumber : Data primer
Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan jarak responden dengan pelayanan kesehatan untuk
kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh
sando meana (dukung beranak) terbanyak pada kategori sarana
kesehatan sulit dijangkau yaitu sebanyak 19 (63,3%) responden
dan 11 (36,7%) untuk kategori jarak pelayanan kesehatan mudah
dijangkau oleh responden sedangkan untuk kelompok ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan tertinggi
pada kategori mudah dijangkau yaitu 24 (80,0%) responden,
69
sedangkan untuk kategori pelayanan kesehatan sulit dijangkau
yaitu 6 (20,0%) responden.
e. Paritas
Hasil penelitian berdasarkan paritas ibu yang mempunyai bayi usia
0-3 bulan pada kelompok yang ditolong oleh bidan dan ditolong
oleh sando meana (dukun beranak) dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut :
Tabel 5 : Distribusi responden berdasarkan paritas ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan di Kecamatan Limboro Kab. Polman Tahun 2012
Paritas Persalinan
Sando Bidan
Anak 2+ n 24 21
% 80,0% 70,0%
Anak 1 n 6 9
% 20,0% 30,0%
Total n 30 30
% 100,0% 100,0%
Sumber : Data primer
Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan paritas pada kelompok ibu yang mempunyai bayi usia
0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun Beranak)
tertinggi padab kategori persalinan ke dua atau lebih yaitu 24
(80,0%) respoden dan responden yang melahirkan anak pertama
sebanyak 6 (20,0) sedangkan untuk kelompok ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan juga lebih
70
banyak pada persalinan yang kedua atau lebih yaitu 21 (70,0%)
respoden dibandingkan responden yang melahirkan anak pertama
yaitu 9 (30,0%) responden.
2. Hubungan antar variabel independen dan dependen
a. Analisis besar pengaruh pengetahuan ibu bayi 0-3 bulan terhadap
alternatif pemilihan persalinan sando meana di kecamatan limboro
kabupaten polewali mandar
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pengetahuan terhadap
alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai
berikut ;
Tabel 6 : Distribusi responden berdasarkan frekuwensi hubungan pengetahuan dengan penolong persalinan
Pengetahuan
Penolong
P OR
95% Confidence Interval Sando Bidan
n % n % B.Baw
ah B.Atas
kurang 12 40,0 11 36,7
0,791 1,152 0,406 3,263 cukup 18 60,0 19 63,3
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari jumlah ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak12 (40,0%), cukup 18
71
(60,0%) sedangkan yang ditolong oleh bidan yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 11 (36,7%), dan cukup 19 (63,3%)
Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,791) >
0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh pengetahuan ibu yang
memiliki bayi usia 0-3 bulan dengan pemilihan penolong
persalinan.
Berdasarkan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai
Lower Limit - Upper Limit (LL-UL) mencakup nilai 1, berarti
frekuwensi pengetahuan mempengaruhi pemilihan persalinan.
Meskipun tidak bermakna secara statistik, pengetahuan 0,3 kali
lebih besar pada pemilihan persalinan oleh sando meana
dibandingkan pemilihan persalinan oleh tenaga kesehatan / bidan
(OR =1,1 ; CI 0,406 : 3,263).
b. Analisis besar pengaruh sosial budaya ibu yang mempunyai bayi
usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando
meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro
kabupaten polewali mandar
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh sosial budaya terhadap
alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai
berikut ;
72
Tabel 7 : Distribusi responden berdasarkan sosial budayan dengan alternatif pemilihan persalinan
Sosial budaya
Penolong
P OR
95% Confidence
Interval Sando
Bidan
n % n % B.Bawah
B.Atas
mendukung 26 86,7 19 63,3
0,037 3,763 1,038 13,64
6
Tdk mendukung
4 13,7 11 36,7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 30 ibu bayi 0-3 bulan
yang ditolong oleh sando meana (dukung beranak) yang
mempunyai sosial budaya ketegori mendukung sebanyak 26
(86,7%), dan yang tidak mendukung 4 (13,7%). Sedangkan ibu
bayi 0-3 bulan yang ditolong oleh tenaga kesehatan/ bidan yang
mempunyai sosial budaya ketegori mendukung sebanyak 19
(63,3%), dan yang tidak mendukung 11 (36,7%) responden.
Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,037) >
0,05. Hal ini berarti ada pengaruh sosial budaya ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di
kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar
Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower
Limit-Upper Limit (LL-UL) tidak mencukupi nilai 1 berarti bahwa
variabel sosial budaya signifikan mempengaruhi alrternatif
73
pemilihan kesehatan dimana pemilihan terhadap sando meana 3
kali lebih besar dibandingkan dengan pemilihan penolong
persalinan oleh tenaga kesehatan / bidan (OR=3,763 ; CI 1,038 :
13,646).
c. Analisis besar pengaruh pendidikan ibu yang mempunyai bayi
usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando
meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro
kabupaten polewali mandar
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pendidikan terhadap
alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai
berikut;
Tabel 8 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan penolong persalinan.
Pendidikan
Penolong
P OR
95% Confidence Interval Sando Bidan
n % n % B.Baw
ah B.Atas
SD/SLP 23 76.7 25 83.3
0.519 1.522 0,423 5,472 SLA/PT 7 23.3 5 16.7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 8 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan
jenjang pendidikan yang telah diperoleh secara formal untuk ibu
74
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh Sando
meana (dukun beranak) pada jenjang pendidikan SD/SLTP
sebanyak 25 (83,3%) responden dan jenjang pendidikan terendah
antara SLTA/PT masing-masing terdapat 5 (16,7%) responden,
sedangkan untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan
yang ditolong oleh bidan pada jenjang pendidikan SD/SLTP
sebanyak 23 (76,7%) responden dan jenjang pendidikan terendah
yaitu SLTA/PT yaitu 7 (23,3%) responden.
Hasil uji satistik chi-square menunjukkan nilai P (0,519) < 0,05
hal ini berarti tidak ada pengaruh pendidikan ibu yang mempunyai
bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando
meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro
kabupaten polewali mandar.
Berdasarkan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai Lower
Limit - Upper Limit (LL-UL) mencakup nilai 1, berarti tingkat
pendidikan ibu yang mempunyai bayi 0-3 bulan mempengaruhi
alternatif pemilihan persalinan. Meskipun tidak bermakna secara
statistik, pengetahuan 0,4 kali lebih besar pada pemilihan persalinan
oleh sando meana dibandingkan pemilihan persalinan oleh tenaga
kesehatan / bidan (OR =1,522 ; CI 0,423 : 5,472).
75
d. Analisis besar pengaruh pekerjaan ibu yang mempunyai bayi usia
0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana
dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro kabupaten
polewali mandar
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh pekerjaan terhadap
alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel 9 sebagai
berikut ;
Tabel 9 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dengan alternatif pemilihan persalinan
Pekerjaan
Penolong
P OR
95% Confidence Interval Sando Bidan
n % n % B.Baw
ah B.Atas
Tdk bekerja
14 46.7 16 53.3
0.606 0,766 ,278 2,111 bekerja 16 53.3 14 46.7
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 9 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan
pekerjaan responden untuk kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3
bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak) terbanyak
kategori bekerja yaitu 16 (53,3%) responden dan yang tidak bekerja
sebanyak 14 (46,7%) sebaliknya untuk kelompok ibu yang mempunyai
bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan karakteristik pekerjaan
tertinggi pada kategori tidak bekerja pada bagian swasta yaitu 16 (53,3%)
76
responden, sedangkan jumlah yang bekerja jumlahnya yaitu 14 (46,7%)
responden.
Hasil uji satistik chi-square menunjukkan nilai P (0,606) < 0,05 hal
ini berarti hal ini berarti tidak ada pengaruh pekerjaan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan
sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro
kabupaten polewali mandar.
Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-
Upper Limit (LL-UL) mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel jenis
pekerjaan signifikan tidak mempengaruhi alternatif pemilihan penolong
persalinan ibu yang bekerja antara sando meana dengan tenaga
kesehatan dengan 2 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja
melilih persalinan sando meana atau tenaga kesehatan / bidan
(OR=4,052 ; CI 2,401 : 6,839).
e. Analisis besar pengaruh jarak pelayanan kesehatan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di
kecamatan limboro kabupaten polewali mandar
77
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh jarak pelayanan kesehatan
terhadap alternatif pemilihan persalinan dapat dilihat pada tabel
10 sebagai berikut ;
Tabel 10 : Distribusi responden berdasarkan jarak pelayanan kesehatan terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan / bidan
Keterjangkauan sarana
Penolong
P OR
95% Confidence Interval Sando Bidan
n % n % B.Baw
ah B.Atas
Sulit 19 63,3 6 20,0
0,001 6,909 2,160 22,098 Mudah 11 36,7 24 80,0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 10 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan jarak responden dengan pelayanan kesehatan untuk
kelompok ibu yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan ditolong oleh
sando meana (dukung beranak) terbanyak pada kategori sarana
kesehatan sulit dijangkau yaitu sebanyak 19 (63,3%) responden
dan 11 (36,7%) untuk kategori jarak pelayanan kesehatan mudah
dijangkau oleh responden sedangkan untuk kelompok ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan tertinggi
pada kategori mudah dijangkau yaitu 24 (80,0%) responden,
sedangkan untuk kategori pelayanan kesehatan sulit dijangkau
yaitu 6 (20,0%) responden.
78
Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,001) > 0,05.
Hal ini berarti ada pengaruh jarak pelayanan kesehatan ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di
kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar
Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-
Upper Limit (LL-UL) tidak mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel
jarak pelayanan kesehatan signifikan mempengaruhi alrternatif
pemilihan kesehatan dengan mudahnya terjangkau sarana
kesehatan 6 kali lebih besar dibandingkan dengan pemilihan
penolong persalinan dengan sulit menjangkau sarana kesehatan
(OR=6,909 ; CI :2,160 : 22,098).
f. Analisis besar pengaruh paritas ibu yang mempunyai bayi usia 0-3
bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan sando meana
dangan tenaga kesehatan/ bidan di kecamatan limboro kabupaten
polewali mandar
Hasil penelitian berdasarkan pengaruh paritas ibu yang memiliki
bayi usai 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan persalinan dapat
dilihat pada tabel 10 sebagai berikut ;
79
Tabel 11 : Distribusi responden berdasarkan paritas ibu terhadap pemilihan persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan / bidan
Parietas
Penolong
P OR
95% Confidence Interval Sando Bidan
n % n % B.Baw
ah B.Atas
Anak 2+ 24 80,0 21 70,0
0,371 1,714 0,523 5,621 Anak 1 6 20,0 9 30,0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber : Data primer
Tabel 11 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan paritas pada kelompok ibu yang mempunyai bayi usia
0-3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun Beranak)
tertinggi padab kategori persalinan ke dua atau lebih yaitu 24
(80,0%) respoden dan responden yang melahirkan anak pertama
sebanyak 6 (20,0) sedangkan untuk kelompok ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan juga lebih
banyak pada persalinan yang kedua atau lebih yaitu 21 (70,0%)
respoden dibandingkan responden yang melahirkan anak pertama
yaitu 9 (30,0%) responden.
Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,371) >
0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh paritas ibu yang
mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
80
persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan di
kecamatan Limboro kabupaten Polewali Mandar
Berdasarkan analisis Odds Ratio (OR) diperoleh nilai Lower Limit-
Upper Limit (LL-UL) mencukupi nilai 1 berarti bahwa variabel
paritas tidak signifikan mempengaruhi alrternatif pemilihan
kesehatan dengan paritas ibu (OR=1,714 ; CI :0,523 : 5,621).
B. Pembahasan
Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, guna
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Depkes RI. 2004). Upaya meningkatkan derajat kesehatan terutama
ditujukan kepada golongan yang rawan terhadap penyakit, yaitu bayi, balita
dan ibu hamil. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan pada sektor
kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB).
Oleh karena itu, Program promosi kesehatan mempunyai peran yang
sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu proses
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat sesuai dengan
81
sosial budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya dalam
bidang kesehatan. Penolong persalinan merupakan salah satu indikator
perilaku hidup bersih dan sehat yang dipengaruhi oleh kondisi wilayah dan
budaya (Depkes, 2006)., dan memberikan kesempatan untuk memiliki bayi
yang sehat.
1. Pengetahuan dangan alternatif pemilihan penolong persalinan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Meningkatnya
pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi, kebiasaan dan
membentuk kepercayaan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
dan sikap positif akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
disadari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2010)
Pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang
sesuatu menyebabkab seseorang mempunyai sifat positif yang akan
mempengaruhi niat untuk melakukan suatu kegiatan. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding dengan
perilaku tanpa didasari pengetahuan yang baik. Keterkaitan anatara
pengetahuan dan sikap atau perbuatan seseorang sangat berpengaruh
dalam pengambilan keputusan untuk memilih alternatif pemilihan
penolong persalinan mana yang akan dipilih oleh ibu yang akan bersalin.
82
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Karena jika seseorang tidak
mengetahui sebuah obyek, obyek tersebut tidak akan menarik bagi
seseorang. Begitu juga dengan alternatif pemilihan penolong persalinan
oleh ibu.
Berdasarkan Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p
(0,791) > 0,05. Hal ini berarti tidak ada pengaruh pengetahuan ibu yang
memiliki bayi usia 0-3 bulan dengan pemilihan penolong persalinan.
dengan analisis Odds Ratio didapatkan bahwa nilai Lower Limit - Upper
Limit (LL-UL) yaitu (OR =1,1 ; CI 0,406 : 3,263), hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Meskipun tidak bermakna secara statistik,
pengetahuan ibu bayi usia 0-3 bulan 0,3 kali lebih besar pada pemilihan
persalinan oleh sando meana dibandingkan pemilihan persalinan oleh
tenaga kesehatan / bidan.
Wawancara yang dilakukan terhadap responden ada dua faktor
utama penyebab ibu memilih penolong persalinan sesuai dengan
keinginan mereka yaitu pengalaman dan informasi. Pengalaman disini
merupakan sesuatu yang pernah dialami seseorang tentang sesuatu.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Seperti Pengalaman belajar
dalam kebiasaan untuk menentukan pilihaan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar
selama menjalani suatu kebiasaan akan dapat mengembangkan
83
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah
nyata dalam bidang kerjanya. Sedangkan mengenai sumber informasi,
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. sama halnya dengan dalam
alternatif pemilihan kesehatan yang kurang akan informasi. Informasi
merupakan suatu pengertian yang diekspresikan melalui ungkapan
mengenai kejadian, kenyataan, atau gagasan dengan menggunakan
lambang-lambang yang telah diketahui dan disepakati bersama, yaitu
menyangkut angka, suara, tulisan dan gambar.
Pemahaman ibu bersalin tentang persalinan sando meana adalah
lebih sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kebiasaan lokal.
Kemampuan tersebut menyangkut; ketersediaan penolong, biaya,
kemampuan dukun, dan mampu mengatasi masalah persalinan Namun
demikian, ada juga persepsi bulin yang menyatakan tidak sesuai dengan
kesehatan dan dapat menyebabkan pertentangan keluarga.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari bahwa ibu yang mempunyai
bayi usia 0 – 3 bulan yang ditolong oleh sando meana (dukun beranak)
sebanyak 30 responden mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang
cukup sebanyak 18 (60,0%) responden dan pada tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 12 (40,0%) responden sedangkan untuk kelompok ibu
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan yang ditolong oleh bidan
84
mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu 19 (63,3%) responden dan
tingkat pengetahuan kurang yaitu 11 (36,7%) responden. Hal ini
menunjukan bahwa pada umumnya responden yaitu ibu yang memiliki
bayi usia 0-3 bulan baik itu yang ditong oleh bidan maupun yang ditolong
oleh sando meana (dukung beranak ) sudah cukup 37 (61,7%).
Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rika (2002)
yang mennyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikansi antara
pengetahuan tentang persalinan dengan pemilihan penolong persalinan.
Masyarakat di pedesaan telah mengetahui keberadaan bidan desa yang
menempati polindes di pusat desa. Tetapi mereka cenderung
memanfaatkan tenaga bidan hanya untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan saja, sedangkan untuk pertolongan persalinannya banyak
yang memilih melahirkan di dukun. Pertolongan persalinan yang tidak
aman dan sehat oleh tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan
resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan
atau kematian bayi. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan
dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang
seharusnya menjadi pilihan utama mereka.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan suatu hal yang
85
sangat dibutuhkan dalam perubahan pola pikir dan perilaku sekelompok
masyarakat (Amiruddin; Jakir, 2009 http://ridwanamirudin.
wordpress.com). Diharapkan dengan pengetahuan yang didapat tentang
perilaku memilih penolong persalinan akan berdampak pada pemahaman
dari orang akan pentingnya bersalin di tenaga kesehatan. Makin rendah
pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005).
Pengetahuan tentang persalinan dengan segala aspeknya dapat
membantu ibu hamil dalam menentukan tempat persalinan.
Ketidaktahuan mereka tentang beberapa informasi pengertian persalinan
dan tenaga kesehatan, karena jarangya melakukan konseling dengan
tenaga kesehatan atau Bidan. Namun mengingat dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu hamil masih
kurang, maka hal ini perlu ditindaklanjuti melalui peningkatan
pemahaman dan pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
penyuluhan tentang persalinan
2. Sosial budaya dengan alternatif pemilihan penolong persalinan
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap
masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi
86
oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan,
usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu.
Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja
sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang
lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang
lain ; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu dari pada anak
perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun
kebiasaan, namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu; dengan kata lain
ibumempunyai peran sebagai gate-keeper dari keluarga.
Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan
lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota komunikasi
setempat. sir Eduarel taylor (1871) dalam Andrew dan boyle (2005).
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat
konsepsi budaya yang terwujud dalam prilaku yang berkaitan dengan
ponolong persalinan pada ibu hamil. Berdasarkan analisis bivariat Dari
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh sosial budaya ibu
yang mempunyai bayi usia 0-3 bulan terhadap alternatif pemilihan
persalinan sando meana dangan tenaga kesehatan/ bidan melalui Hasil
uji statistik chi square menunjukkan nilai p (0,037) > 0,05.
87
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 ibu bayi 0-3 bulan yang
ditolong oleh sando meana (dukung beranak) yang mempunyai sosial
budaya ketegori mendukung sebanyak 26 (86,7%), dan yang tidak
mendukung 4 (13,7%). Sedangkan ibu bayi 0-3 bulan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan/ bidan yang mempunyai sosial budaya ketegori
mendukung sebanyak 19 (63,3%), dan yang tidak mendukung 11
(36,7%) responden. Dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang memilih
bidan atau sando meana dipengaruhi oleh Sosial Budaya yang
Kebiasaan/ kepercayaan secara turun temurun yang terjadi pada ibu.
Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan
dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah masih tingginya angka
kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan ini dipengaruhi oleh
perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat oleh faktor sosial-budaya.
Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan masyarakat
adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau
kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi
berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku
masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk menjaga kesehatan
dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai dengan ketentuan medis
/kesehatan. Apalagi kalau persepsi tentang kesehatan ataupun penyebab
sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya
mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan keyakinan ataupun
88
kepercayaan-kepercayaan yang sudah dianut secara turun-temurun
sehingga lebih banyak menimbulkan dampak-dampak yang merugikan
bagi kesehatan. Dan untuk merubah perilaku ini sangat membutuhkan
waktu dan cara yang strategis. Dengan alasan ini pula dalam hal
penempatan petugas kesehatan dimana selain memberi pelayanan
kesehatan pada masyarakat juga berfungsi sebagai agen perubah
(change agent) maka pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi dari
petugas kesehatan sangat diperlukan disamping kemampuan dan
ketrampilan memberi pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan responden dan
masyarakat sekitar Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas
kesehatan di kecamatan limboro masih rendah. Mereka masih percaya
kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi,
sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada dukun.
Kebiasaan dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya
dilakukan di rumah. Persalin melalui sando dianggap menguntungkan ibu
hamil, khususnya mereka dengan kondisi ekonomi yang rendah. Sando
selain pemberian upahnya tidak mahal, bentuknya lebih luwes, juga tidak
mesti membayar pada setiap kunjungan. Hal ini juga ditemukan Nyanzy
(2007) di Gambia bahwa dukun diberi penghargaan dengan cara
membantu pekerjaan dukun di sawah, memberi barang berupa buah,
daging, sabun beras atau makanan upacara. Di samping itu, ibu yang
89
ditolong umumnya juga adalah keluarga, sehingga bila mencari penolong
lain dapat menyebabkan keretakan hubungan keluarga. Menurut
Rosenstock (cit. Glanz, 1997) bahwa individu akan melakukan tindakan
pencarian pelayanan kesehatan bila ada faktor pencetus.Oleh karena itu
timbulnya biaya sosial dalam pelayanan sando meana merupakan faktor
pencetus untuk memilih sando meana sebagai penolong persalinan.
Rasa kepercayaan antar warga yang terbangun dalam komunitas
yang kohesif sangat tinggi. Kepercayaan yang diberikan kepada warga
lokal lebih tinggi daripada warga non-lokal. Dukun merupakan aktor lokal
yang dipercaya warga sebagai tokoh kunci di masyarakat terutama yang
berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan. Pada kasus
persalinan, dukun tidak hanya berperan saat proses tersebut
berlangsung, namun juga pada saat upacara-upacara adat yang
dipercaya membawa keselamatan bagi ibu dan anaknya seperti upacara
tujuh-bulanan kehamilan, tatobik (mandi dengan air panas) dan hatukahai
(pendiangan di atas bara api). Upacara adat ini tentunya tidak sejalan
dengan aktivitas medis dan tidak dapat dilakukan oleh seorang bidan. Hal
inilah yang menyebabkan dukun memiliki tempat yang terhormat dan
memperoleh kepercayaan lokal yang jauh lebih tinggi dari pada bidan.
Dukun dipercayai memiliki kemampuan yang diwariskan turun-temurun
untuk memediasi pertolongan medis dalam masyarakat. Sebagian dari
mereka juga memperoleh citra sebagai “orang tua” yang telah
90
“berpengalaman”. Profil sosial inilah yang berperan dalam pembentukan
status sosial dukun yang karismatik dalam pelayanan medis tradisional
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan
bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian
yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-
praktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu.
Penelitian Iskandar dkk (2006) menunjukkan beberapa tindakan/praktek
yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina
dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok"
(memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan
placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi
bersandardan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat
menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Perilaku-perilaku kesehatan di masyarakat baik yang
menguntungkan atau merugikan kesehatan banyak sekali dipengaruhi
oleh faktor sosial-budaya. Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap
kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok
sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak
semua praktek/perilaku masyarakat yang pada awalnya bertujuan untuk
menjaga kesehatan dirinya adalah merupakan praktek yang sesuai
dengan ketentuan medis /kesehatan.Tingkat kepercayaan masyarakat
91
kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka
masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang
sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong
kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya
dilakukan di rumah
3. Pendidikan dengan pemilihanpenolong perrsalinan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-
hal yang menunjang kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya semakin
menambah pengetahuan yang dmiliki. Sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2003).
Berdasarkan analisis bivariat pendidikan tidak signifikan
mempengaruhi pemilihan penolong persalinan oleh ibu yang mempuyai
bayi usia 0-3 bulan ini berarti bahwa variabel pendidikan tidak ada
hubungan dengan pemilihan penolong persalinan (OR=1,305 ; CI 0,570 :
2,988).
Tidak Terdapatnya hubungan antara pendidikan dengan pemilihan
penolong persalinan pada penelitian ini dikerenakan masyarakat
92
setempat khususnya ibu hamil masih di pengaruhi oleh Sosial Budaya
yang Kebiasaan/ kepercayaan secara turun temurundri keluarga yang
terjadi pada ibu. Pendidikan pada ibu mayoritas masih rendah SD/SLTP
hanya 48 (80,0%) dari jumlah keseluruhan responden sedangkan tingkat
pendidikan atau SLTA/PT 12 (20,0%). Namun semakin tinggi pendidikan
akan lebih mudah menerima dan mampu memahami pesan atau
informasi tentang memilih penolong persalinan yang bersih dan aman
dibanding yang berpendidikan formal lebih rendah.
Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi biasanya mempunyai
kesedaran akan pentingnya pemeriksaan antenatal, rata-rata kunjungan
pemeriksaan antenatal ibu yang berkepentingan tinggi lebih sering
dibanding dengan yang berpendidikan rendah. adanya hubungan tingkat
pendidikan dengan usaha pencaharian pelayanan kesehatan terhadap
janin yang dikandungnya. Tingkat pendidikan ibu akan mamberi
pengaruh dalam penerimaan informasi yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan resiko tinggi.
Pendidikan formal merupakan pendidikan terencana, teroganisir dan
dilaksanakan di dalam kelas. Melalui proses ini sesorang belajar
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai yang menghantarkan orang yang belajar tersebut kearah
kedewasaan dalam bertindak. Dapat diartikan bahwa pendidikan formal
merupakan sarana yang dapat mengubah pola pikir, sikap dan tindakan
93
seseorang kearah kualitas pribadi yang lebih baik, dengan tingkat
pendidikan formal yang semakin tinggi akan membantu seseorang untuk
memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta nilai-nilai yang akan
membantu seserang berpikir rasional
4. Jenis pekerjaan dengan pemilihan penolong persalinan
Ratusan juta tenaga kerja diseluruh dunia saat ini bekerja pada
kondisi yang tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh karena
faktor pekerjaan juga dapat menyebabkan kematian, masalah lain adalah
ketulian, gangguan muskulokeletal, penyakit jiwa, system syaraf, dan
gangguan reproduksi.
Berdasarkan analisis bivariat jenis pekerjaan signifikan tidak
mempengaruhi alternatif pemilihan penolong persalinan ibu yang bekerja
antara sando meana dengan tenaga kesehatan dengan 2 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak bekerja melilih persalinan sando meana
atau tenaga kesehatan / bidan (OR=4,052 ; CI 2,401 : 6,839).
Pekerjaan diklasifikasikan menjadi dua kategori Bekerja : buruh,
tani, swasta dan PNS dan yang Tidak bekerja. Berdasarkan hasil
penilitian maka didapatkan ibu yang bekarja sebanyak 50% dan yang
tidak bekerja sebanyak 50 %. Ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dari jumlah ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja.
94
Masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh
informasi, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan
juga berkurang. Kehamilan bukan merupakan halangan untuk bekerja
asalkan sesuai dengan kemampuan dan tidak melakukan kegiatan yang
dapat membahayakan kelangsungan kehamilan (Manuaba).
5. Jarak atau keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan
penolong persalinan
Aksesibilitas ke tempat pelayanan kesehatan merupakan
penghambat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu seperti
sarana transportasi, keadaan geografis dan waktu tempuh untuk menuju
tempat pelayanan kesehatan. waktu tempuh yang di maksud di sini
adalah waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat pelayanan
kesehatan, waktu tempuh yang lama seringkali menjadi kendala bagi
masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan. Pada umumnya ibu
akan mencari tempat pelayanan kesehatan yang berlokasi dekat tempat
tinggal mereka.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 35 (58,3%)
responden terjangkau aksesnya menuju sarana kesehatan terdekat
(bidan). Sedangkan 25 (41,7%) akses menuju sarana kesehatan terdekat
tidak terjangkau. Hasil uji statistik dengan menggunakan Odds Ratio (OR)
diperoleh risk estimate yaitu nilai P = 0,001 (OR = 6,9 ; CI 0,3 : 1,2) hasil
95
tersebut menunjukkan bahwa nilai OR > 1, ini berarti bahwa variabel
jarak atau kleterjangkauan sarana signifikan mempengaruh ibu untuk
memlih penolong persalinan.
Sebagian besar responden yang terjangkau aksesnya menuju
sarana kesehatan memilih bidan untuk menolong persalinan. Sebagian
besar responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi
untuk menolong persalinannya. Responden yang memilih pertolongan
persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan masyarakat yang jarak
rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat sedangkan responden
yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan membutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karenan jaraknya yang
lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat
pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi
merupakan salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan
keputusan mencari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Ridwan Amirudin tahun 2006 yang menyatakan bahwa
keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan berhubungan dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan.
Menurut Rosenstock (cit, Glanz, 1997), Ketersediaan pelayanan
kesehatan merupakan faktor cues to action yang sangat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku (Rosenstock cit, Glanz, 1997). Tidak
adanya pelayanan kesehatan seperti bidan di desa, menjadikan sando
96
sebagai alternatif pertama dan utama bagi masyarakat. Hal ini
berdasarkan wawancara bahwa sando lebih mudah dipanggil dan tidak
merepotkan, terutama karena jarak yang dekat dibandingkan dengan
menghubungi penolong yang lain.
Menurut Alesich (2008), ketersediaan penolong persalinan menjadi
tuntutan penting bagi penduduk, seperti ketika dukun sedang berada
dikebun, maka ia segera datang untuk membantu persalinan. Penelitian
ini sejalan dengan yang dilakukan Hussein (2005) di Tanzania yang
menyebutkan ibu tidak memilih persalinan dengan bantuan tenaga
kesehatan karena rusaknya jalan yang menghubungkan dengan desa,
juga kurangnya sarana transportasi yang tersedia dengan cepat untuk
membawa bumil pada setiap persalinan. Hal yang sama dikemukakan
oleh Chalo (2005) di Uganda bahwa kebutuhan yang penting untuk
mengurangi kematian adalah penyediaan transportasi. Namun, hal ini
berbeda dengan penelitian Prawira (2000) dan Wijayanti (1999) yang
menyebutkan waktu tempuh ke penolong tidak berhubungan dengan
pemilihan penolong persalinan. Salah satu faktor yang berpengaruh
dalam memilih jenis persalinan adalah kemudahan pelayanan. Semakin
tinggi kemudahan pelayanan akan lebih banyak ibu hamil bersalin
dengan bantuan tenaga kesehatan
97
6. Parietas ibu dengan pemilihan penolong persalinan
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang
ibu (Nursalam, 2003). Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan
kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas
tinggi. Tetapi kesemuanya ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut
(Notoatmodjo, 2008).
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu persalinan
yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat dan kelima
secara dramatis akan meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat paritas
telah menarik perhatian beberapa peneliti dalam hubungannya dengan
kesehatan ibu dan anakKesehatan dan keselamatan kerja selalu akan
berhubungan dengan kelelahan, shift dan waktu kerja. Beberapa
penelitian berusaha menerangkan aspek-aspek dari shift dan waktu kerja.
Shift dan kerja malam hari adalah kondisi yang dapat menghambat
kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun sosial.
Shift kerja malam berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisik dan
mental.
Berdasarkan analisis bivariat paritas tidak signifikan
mempengaruhi alternatif pemilahan penolong persalinan ini berarti bahwa
variabel parietas ibu tidak mempengaruhi pemilihan penolong persalinan
nilai p (0,371) > 0,05 (OR=1,714 ; CI :0,523 : 5,621).
98
Pada penelitian ini diperoleh bahwa paritas ibu yang menjadi
responden sbanyak 60 yang melahirkan anak pertama sebanyak 15
(25,0%) dan melahirkan anak kedua dan ketiga karena pada persalinan
keempat dan kelima sebanyak 45 (75,0%). Pengalaman persalinan
sebelumnya dapat mempengaruhi ibu dalam memilih tenaga penolong
persalinan, karena melalui pengalaman dapat timbul persepsi yang positif
tentang ancaman persalinan dengan dukun dan persepsi yang positif
tentang manfaat persalinan dengan tenaga kesehatan. Bila ibu telah
mempunyai persepsi yang positif, maka ibu akan memilih tenaga
kesehatan sebagai tenaga penolong persalinannya.
Persepsi tentang ancaman berhubungan langsung dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan, karena tindakan individu untuk
mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh
keseriusan panyakit tersebut atau ancaman yang dilihatnya. Bila ibu
hamil merasakan adanya ancaman keselamatan terhadap dirinya dan
bayinya maka ibu akan mencari petugas kesehatan untuk menolong
persalinannya.
Persepsi tentang manfaat adalah keyakinan seseorang bahwa
manfaat dari perilaku yang direkomendasikan lebih besar dari segala
hambatan. Seseorang akan bertindak tergantung pada manfaat yang
dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil
tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan
99
daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan didalam
melakukan tindakan tersebut. Bila seorang ibu hamil yakin akan manfaat
persalinan dengan tenaga kesehatan, maka ibu tersebut akan memilih
petugas kesehatan untuk penolong persalinannya walaupun ada
hambatan-hambatan yang dihadapinya
.
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Limboro Kabupaten
Polewali Mandar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebahagian besar pertolongan persalinan sudah ditolong oleh tenaga
kesehatan, akan tetapi belum mencapai target nasional. Masih
tingginya angka pertolongan persalinan yang ditolong oleh dukun di
kecamatan Limboro kabupaten polewali mandar ini disebabkan oleh:
a. Sosial budaya
b. Keterjangkau akses menuju sarana kesehatan
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya, dan
keterjangkauan sarana kesehatan dengan pemilihan pertolongan
persalinan oleh sando meana (dukun beranak) dan tenaga kesehatan.
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan,
jenjang pendidikan, pekerjaan, serta parietas ibu dengan pemilihan
pertolongan persalinan oleh sando meana (dukun beranak) dan
tenaga kesehatan.
101
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Kecamatan Limboro
a. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan persepsi
masyarakat tentang manfaat persalinan dengan tenaga
kesehatan, maka disarankan kepada tenaga kesehatan di
kecamatan Limboro untuk meningkatkan komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE) kepada masyarakat terutama ibu-ibu dengan
tingkat pendidikan yang rendah secara berkesinambungan
seperti penyuluhan pada setiap kali posyandu dan
mengaktifkan kelas ibu. Materi yang dibutuhkan terutama
tentang berapa kali sebaiknya memeriksakan kehamilan, umur
yang aman untuk hamil dan melahirkan, siapa sebaiknya
penolong persalinan ibu, tanda bahaya dalam kehamilan dan
persalinan, kepada siapa sebaiknya memeriksakan diri bila
ditemui tanda bahaya dalam kehamilan, jarak persalinan yang
aman, dan berapa kali sebaiknya memeriksakan diri kepada
petugas kesehatan selama kehamilan.
b. Kepada bidan-bidan yang menolong persalinan diharapkan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kapada pasien dengan
lebih bersikap empati terhadap pasien, menyediakan waktu
yang cukup dan bersikap lebih sabar untuk menamani pasien
102
yang sedang dalam proses persalinan, membina hubungan
yang baik dengan keluarga pasien dan menjalin hubungan baik
dengan dukun.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar
a. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar
untuk menambah media promosi tentang persalinan yang aman di
wilayah kerja Puskesmas Limboro terutama tentang manfaat
persalinan dengan tenaga kesehatan seperti baliho yang dipasang
di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis di wilayah kerja
Puskesmas Limboro sehingga semua orang bisa melihat dan
membacanya.
b. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mnadar
untuk menganggarkan dana program kelas ibu dan pembinaan
desa siaga melalui APBD Kabupaten Polewali Mandar.
3. Bagi Pemda Kabupaten Polewali Mandar
Disarankan kepada Pemda Kabupaten Polewali Mandar agar lebih
menekankan kepada tentang pemanfaatan dana alokasi untuk
Kecamatan Limboro, agar minimal 10% dialokasikan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Limboro, seperti dana
transportasi untuk kader dan bantuaan untuk pengoptimalan desa
siaga.
103
4. Bagi Masyarakat Kecamatan Limboro
Disarankan kepada masyarakat agar dapat mengupayakan pendidikan
anak, terutama anak perempuan minimal sampai jenjang Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas dan menunda pernikahan anak perempuannya
sampai anak berusia minimal 20 tahun.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya yang juga ingin meneliti tentang
pemilihan tenaga penolong persalinan agar dapat meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemilihan
penolong persalinan yang lebih signifikan lagi seperti pengaruh suami
dan kepercayaan masyarakat terhadap pemilihan tenaga penolong
persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Apolo. Surabaya. Alimul, Aziz, 2002 .Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta .
Salemba Medika Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta. __________2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta. __________2007. Manajemen Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta. Ambiyatun, 2005. Manajemen Dini dan Kebidanan dalam Meningkatkan
Pelayanan Kepada Masyarakat. Jawa Barat. Daryanto, 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya. Apolo.
Depkes RI, 2007. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta. _________ 2007 Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta. Mochtar, 2002, Sinopsis Obstetri Fisiologis dan Patologi Jilid 2, Edisi 2,
Jakarta, ECG Notoatmodjo, S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.
Jakarta.
_________, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto _________2003, Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto Prawirohardjo, 2002. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo : Jakarta Sadulloh, 2007. Tahu dan Pengetahuan, Jakarta PT Rineka Cipta,.
Saifudin,A. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Syahlan, 1999. Kebidanan Komunitas. Yayasan Sumber Daya Kesehatan.
Jakarta.
_________2005. Kebidanan Komunitas. Yayasan Sumber Daya Kesehatan. Jakarta.
http://www.pdpersi.co.id. 2010 Armis , 2005, Karakteristik Individu //http/www.litbangdepkes.co.id/,
Tirtamiharja, 2005, Sistem Pendidikan dan Penolong Persalinan //http/www.litbangdepkes.co.id/,
Purwadarminta, 2005, Filsafat Administrasi, Jakarta, PT. Gunung Agung
Subroto, 2004, Filsafat Ilmu, Jakarta, PT. Gunung Agung
KUESIONER PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
1. Nomor Responden : _________________________
2. Umur Responden : tahun
3. Usia : _________________________
________________________
4. Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMU
4. D3 s/d S1
5. Pekerjaan : 1. Ibu Rumah Tangga
2. Buruh
3. Karyawan
4. Tani
5. Lainnya, sebutkan : _________________
6. Pendapatan Rata-Rata/Bulan : Rp………………………….
7. Jumlah anak/Parietas : ………………………….
8. Tanggal lahir Anak : ……..,……………,…….
9. Jarak Pelayanan Kes : …………………..
PENGETAHUAN
Silahkan anda silang (x) jawaban yang dianggap benar !
1. Berapakah usia kehamilan yang normal sampai dengan persalinan?
a. 36 minggu
b. 20 minggu
c. 33 minggu
2. Apa yang dimaksud dengan ibu hamil ?
a. Ibu hamil adalah ibu dengan keadaan perut besar tanpa sebab dan tidak
haid sudah beberapa bulan.
b. Ibu hamil adalah wanita yang tidak mendapatkan haid selama satu bulan
atau lebih disertai tanda-tanda kehamilan subyektif dan objektif
c. Ibu hamil adalah wanita yang tidak mendapatklan haid, disertai dengan
sakit perut yang hebat.
3. Persalinan yang tidak aman adalah ?
a. Persalinan di rumah
b. Persalinan di BPS
c. Persalinan di puskesmas.
4. Keuntungan persalinan oleh bidan adalah?
a. Bidan cepat tanggap jika terjadi kegawatdaruratan
b. Bidan tidak tanggap jika ada kelainan
c. Bidan sama dengan paraji
5. Pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan minimal … kali?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 4 kali
6. Pemeriksaan penyakit seksual menular ke pelayanan kesehatan dalam
persiapan kehamilan, yang tepat bertujuan untuk ?...
a. Untuk menghindari kecacatan pada janin
b. Untuk menghindari kekurangan zat besi
c. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada ibu, janin maupun bayi
yang dilahirkan
7. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menanamkan pola hidup sehat saat
hamil adalah ?
a. Hindarkan merokok dan menghindari minuman beralkohol
b. Pola makan yang tidak teratur dikarenakan terasa mual
c. Bebas dalam memilih makanan maupun meminum minuman beralhokol.
8. Kebiasaan apa yang bisa menyebabkan janin kekurangan oksigen dan
makanan bergizi ?
a. Merokok
b. Memakan makanan yang berlemak
c. Memakan makanan yang banyak mengandung protein
9. Manfaat persalinan oleh bidan ?...
a. Persalinan bersih dan aman
b. Persalinan lambat
c. Persalinan tidak aman
10. Persalinan oleh paraji merugikan ibu karena ?
a. Tidak menjamin kebersihan alat
b. Menjamin persalinan aman
c. Menjamin persalinan bersih
11. Persalinan yang menggunakan alat yang bersih adalah ?
a. Di BPS
b. Di Rumah
c. Di paraji.
12. Dibawah ini merupakan tempat persalinan yang bersih dan aman
a. Rumah sendiri
b. Puskesmas
c. Paraji
13. Menurut anda puskesmas dapat dijadikan tempat untuk bersalin...
a. Benar
b. Tidak tahu
c. Salah
17. Agar proses persalinan bersih dan aman, maka sebaiknya persalinan dilakukan
di… ….
a. Bidan Praktek Swasta
b. Paraji
c. Di Rumah
18. Agar dalam proses persalinan tidak ada penyulit, maka sewaktu hamil yang
harus dilakukan oleh ibu adalah… ….
a. Secara rutin memeriksakan kehamilan di BPS
b. Secara rutin memeriksakan kehamilan di paraji
c. Secara rutin memeriksakan kehamilan di rumah sendiri
22. Persalinan oleh tenaga kesehatan di BPS menguntungkan karena...
a. Bidan sudah terlatih
b. Bidan tidak mengetahui tanda bahaya
c. Bidan tidak ramah
23. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dianjurkan pemerintah,
karena...
a. Puskesmas mempunyai Tenaga kesehatan sudah terlatih
b. Di Puskesmas Tenaga kesahatan tidak dapat membantu persalinan yang
aman
c. Tenaga kesehatan puskesmas biayanya mahal
24. Persalinan yang bersih dan aman hanya dapat dilakukan oleh...
a. Puskesmas
b. Paraji
c. Paranormal
25. Agar terhindar dari infeksi setelah persalinan sebaiknya ibu bersalin di ?
a. Rumah sendiri
b. Di Puskesmas
c. Di rumah paraji
BUDAYA
1. Apakah ada pantrangan tertentu selama kehamilan
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ada pantrangan dalam pemilhan penolong persalinan
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ada anjuran tertentu supaya melahrkan nanti sesuai bulan dan hari
yang tepat
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya
persalinan tidak dilakukan di rumah sakit
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya
persalinan tidak dilakukan di puskesmas
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ada larangan dari orang yang dituakan ditempat ibu tinggal supaya
persalinan tidak dilakukan di rumah
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ada kepercayaan di lingkungan ibu tinggal bahwa pertolongan
persalinan oleh bidan mengakibatkan anak yang dilahirkan tidak patuh
orang tua
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ada kepercayaan turun temurun dar keluarga ibu supaya
pertolongan persalinan harus dilakukan oleh dukun bayi
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah ada pertolongan persalinan oleh dukun bayi merupakan adat istadat
yang sudah turun temurun di lingkungan tempat tnggal ibu?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah keluarga mendukung ibu untuk melakukan pertolongan persalinan
oleh bidan
a. Ya
b. Tidak
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25
TOTA
L
%SB
1
SB
2
SB
3
SB
4
SB
5
SB
6
SB
7
SB
8
SB
9
SB
10TOTAL
1 HS 15-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 7
2 NM 6-Feb-12 3 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6
3 SR 23-Feb-12 2 IRT BIDAN SMA 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 80 BAIK 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 6
4 MH 12-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6
5 MD 12-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8
6 LM 18-Jan-12 4 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 15 60 CUKUP 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 5
7 RM 15-Feb-12 5 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8
8 HJ 5-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 15 60 CUKUP 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7
9 NR 6-Feb-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 13 52 KURANG 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 6
10 SB 9-Jan-12 3 PNS BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8
11 SR 8-Jan-12 5 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8
12 NW 2-Feb-12 2 IRT BIDAN SMA 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5
13 RS 10-Jan-12 1 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5
14 NB 2-Jan-12 4 IRT BIDAN SD 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6
15 LS 13-Jan-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6
16 NW 4-Jan-12 2 IRT BIDAN SD 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 13 52 KURANG 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 4
17 SB 25-Feb-12 3 IRT BIDAN SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 19 76 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8
18 SR 6-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20 80 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7
19 HR 7-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 80 BAIK 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7
20 AR 8-Jan-12 3 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 92 BAIK 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
21 HS 9-Jan-12 2 SWASTA BIDAN SMP 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8
22 MR 10-Mar-12 1 IRT BIDAN SD 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 13 52 KURANG 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 4
23 MD 4-Mar-12 3 SWASTA BIDAN SMP 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 18 72 CUKUP 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 6
24 HM 9-Mar-12 2 IRT BIDAN SD 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 32 KURANG 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
25 HS 11-Mar-12 4 SWASTA BIDAN SMP 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 15 60 CUKUP 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7
26 ML 17-Mar-12 3 SWASTA BIDAN SMA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 14 56 CUKUP 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 5
27 NM 8-Mar-12 3 IRT BIDAN SMA 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 13 52 KURANG 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 5
28 NY 1-Feb-12 4 IRT BIDAN SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 14 56 CUKUP 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 5
29 NR 2-Feb-12 2 IRT BIDAN SMP 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 13 52 KURANG 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 5
30 RM 21-Jan-12 1 SWASTA BIDAN SMP 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 56 CUKUP 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 5
31 SS 12-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 6 24 KURANG 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
32 PT 6-Jan-12 2 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 6
33 NN 13-Jan-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMP 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 20 80 BAIK 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7
34 NT 22-Jan-12 3 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 17 68 CUKUP 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8
35 NR 26-Jan-12 2 PETANI SANDO MEANA SD 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7 28 KURANG 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 3
36 WT 28-Jan-12 4 TDK BKRJ SANDO MEANA SMP 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 13 52 KURANG 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6
37 SR 1-Feb-12 6 TDK BKRJ SANDO MEANA T.SD 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 21 84 BAIK 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8
38 HL 5-Feb-12 2 IRT SANDO MEANA T.SD 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 6 24 KURANG 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 4
39 HJ 5-Feb-12 2 IRT SANDO MEANA SMA 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 14 56 CUKUP 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7
40 NR 9-Feb-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 16 64 CUKUP 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8
41 MA 10-Feb-12 4 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 21 84 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
42 HD 12-Feb-12 1 SWASTA SANDO MEANA PT 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
43 HR 13-Feb-12 1 PETANI SANDO MEANA SMP 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 80 BAIK 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 7
44 SR 13-Feb-12 2 PETANI SANDO MEANA SMP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 14 56 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
45 FM 13-Jan-12 4 IRT SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 19 76 BAIK 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
46 SP 24-Feb-12 3 SWASTA SANDO MEANA SD 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 15 60 CUKUP 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8
47 NM 25-Feb-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8
48 LA 2-Mar-12 4 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 68 CUKUP 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 6
49 MR 7-Mar-12 2 IRT SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 18 72 BAIK 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
50 NL 10-Mar-12 2 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7
51 ND 11-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SMA 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 17 68 CUKUP 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 6
52 MW 17-Mar-12 3 TDK BKRJ SANDO MEANA SD 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7
SOSIAL BUDAYA
PEKERJAAN
MASTER TABEL ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA (DUKUNG BERANAK) DI KEC. LIMBORO KEB POLMAN
NO NAMATGL LAHIR
BAYI
PENDIDI
KAN IBU
PEMILIHAN
PERSALINAN
PENGETAHUAN
PARITAS KRITERIA
53 HJ 19-Mar-12 4 IRT SANDO MEANA SMP 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 88 BAIK 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
54 HS 20-Mar-12 3 IRT SANDO MEANA SD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 19 76 BAIK 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9
55 NM 20-Mar-12 1 SWASTA SANDO MEANA SD 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 9 36 KURANG 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 3
56 SR 11-Mar-12 3 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 14 56 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8
57 MH 8-Mar-12 2 IRT SANDO MEANA T.SD 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 13 52 KURANG 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
58 MD 27-Mar-12 2 TDK BKRJ SANDO MEANA T.SD 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 14 56 CUKUP 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7
59 LM 28-Feb-12 3 SWASTA SANDO MEANA SMP 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 13 52 KURANG 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9
60 RM 28-Mar-12 4 IRT SANDO MEANA T.SD 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 11 44 KURANG 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7
KETERANGAN :
PENGETAHUAN : 1 = BENAR BAIK = 76-100%
0 = SALAH CUKUP =56-75%
KURANG =<55%
SOSIAL BUDAYA : 1 = MENDUKUNGBENAR SOSIALBUDAYA =
0 = TIDAK MENDUKUNGSALAH
KETERJANGKAUAN SARANA : T.TERJANGKAU
TERJANGKAU
%
70 TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
50 T.TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
40 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
40 T.TERJANGKAU
60 T.TERJANGKAU
30 T.TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
50 TERJANGKAU
20 T.TERJANGKAU
60 T.TERJANGKAU
70 T.TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
30 T.TERJANGKAU
60 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
40 T.TERJANGKAU
70 T.TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
90 T.TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
80 T.TERJANGKAU
60 T.TERJANGKAU
90 TERJANGKAU
70 TERJANGKAU
60 T.TERJANGKAU
70 T.TERJANGKAU
KETERJANGKAUAN
SARANA KES.
SOSIAL BUDAYA
MASTER TABEL ANALISIS FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI ALTERNATIF PEMILIHAN PERSALINAN SANDO MEANA (DUKUNG BERANAK) DI KEC. LIMBORO KEB POLMAN
KRITERIA
90 T.TERJANGKAU
90 T.TERJANGKAU
30 T.TERJANGKAU
80 TERJANGKAU
90 TERJANGKAU
70 T.TERJANGKAU
90 TERJANGKAU
70 T.TERJANGKAU
FREQUENCIES VARIABLES=patrs pkrj pdk ketsarna pength
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 24-Apr-2012 11:06:36
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 30
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid
data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=patrs pkrj
pdk ketsarna pength
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.000
Elapsed Time 00:00:00.007
[DataSet0]
Statistics
paritas ibu pekerjaan ibu pendidikan ibu
keterjangkauan
sarana pengetahuan
N Valid 30 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
paritas ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 9 30.0 30.0 30.0
2 8 26.7 26.7 56.7
3 7 23.3 23.3 80.0
4 4 13.3 13.3 93.3
5 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
pekerjaan ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid IRT 16 53.3 53.3 53.3
PNS 1 3.3 3.3 56.7
SWASTA 13 43.3 43.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 4 13.3 13.3 13.3
SMA 7 23.3 23.3 36.7
SMP 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
keterjangkauan sarana
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid T.TERJAN 6 20.0 20.0 20.0
TERJANGK 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
top related