analisis kinerja keuangan perbankan di indonesia dan …
Post on 05-Apr-2022
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
155
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN
DI INDONESIA DAN MALAYSIA
Fitria Marisya
Politeknik Darussalam
Email: fitriamarisya@gmail.com
Abstract. This research focuses on the analysis of Bank Financial Performance in Indonesia and
Malaysia in 2010 - 2014. The study tries to discover the influence of NPL (non performing loans), Good Corporate Governance (GCG), Operational Expenses Compared to
Operational Revenue (BOPO) and Capital Adequacy Ratio (CAR) toward profitability
(ROA) of banking Indonesia and Malaysia. Using the purposive sampling technique, 54 banks, 27 in Indonesia and 27 in Malaysia, were used as sample. The data were analyzed
using multiple regression analysis. The result show that (1) NPL partially gives negative
siqnificant contribution toward ROA of banks in Indonesia and Malaysia, while GCG,
BOPO, and CAR partially give positive siqnificant contribution toward it; (2) NPL, GCG, BOPO and CAR simultaneously give positive significant contribution toward ROA of
banks in Indonesia and Malaysia. The result of this study might be a metter of
consideration for investor in taking decision in investment particularly in banking sector both in Indonesia and Malaysia.
Keywords: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA)
Abstrak. Penelitian ini berfokus pada analisis Kinerja Keuangan Bank di Indonesia dan Malaysia tahun 2010 - 2014. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh NPL (Non
Performing Loan), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional
Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia. Dengan
menggunakan teknik purposive sampling, 54 bank, 27 di Indonesia dan 27 di Malaysia,
digunakan sebagai sampel. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) NPL secara parsial memberikan kontribusi negatif terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia, sedangkan GCG, BOPO, dan CAR
secara parsial memberikan kontribusi positif terhadapnya; (2) NPL, GCG, BOPO dan
CAR secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi khususnya di
sektor perbankan baik di Indonesia maupun Malaysia.
Kata Kunci: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational
expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA)
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh
perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
156
perkembangannya dapat diukur menggunakan analisis terhadap data-data keuangan yang
tercermin dalam laporan keuangan. Oleh karena itu sangat penting bagi sebuah bank untuk
mempertahankan tingkat kinerja yang baik. Tingkat kinerja bank yang baik meningkatkan
kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan dari bank tersebut.
Pengertian bank dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 31 tentang
Akuntansi Perbankan salah satunya yaitu bank merupakan salah satu industry yang dalam
kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank
perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga
likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik
atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini,
menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank
ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang
dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau aset lainnya yang dititipkan pada
bank (Rusdiana, 2012).
Sebelumnya sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum menggunakan sistem
penilaian yang dikenal dengan nama CAMELS (Capital, Asset quality, Management,
Earnings, Liquidity & Sensitivity to market risk) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan
oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 12 April 2004 dan mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan. Sekarang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum
menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari
komponen RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings, &
Capital) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada
tanggal 5 Januari 2011 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan (SE.Bank Indonesia, 2011)
Perubahan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dari CAMELS menjadi
RGEC disebabkan krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir
memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan
yang tidak diimbangi dengan penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat
menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada Bank maupun terhadap sistem
keuangan secara keseluruhan. Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut
mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko dan
GCG. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih
dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta
menerapkan GCG dan Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan
dalam menghadapi krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia
menyempurnakan metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan menambahkan
komponen Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) dalam sistem
penilaian tingkat kesehatan bank
umum.(http://pustakauntuksemua.blogspot.com/2016/06/penilaian-kesehatan bank -
rgec.html)
Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha
Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu,
Bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip
kehati-hatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk
melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya
dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Di lain pihak, Bank Indonesia
mengevaluasi, menilai Tingkat Kesehatan Bank, dan melakukan tindakan pengawasan
yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.(Putri, 2013)
2
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
157
Analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan bank tentunya bukan hal yang
mudah tetapi dapat dilakukan analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan
bank secara sederhana melalui laporan keuangan tahunan yang dipublikasi secara
umum oleh bank yang bersangkutan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan modal yang
dimiliki dan dikelola perusahaan untuk membantu para pengguna informasi akuntansi
dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahankeuangan perusahaan. Berdasarkan pasal 2
dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi
Keuangan Bank yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 13 Desember
2001 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dalam rangka peningkatan transparansi
kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan sebagaimana
terdiri dari Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan
Publikasi Bulanan dan Laporan Keuangan Konsolidasi.
Sebagai ukuran keberhasilan bank, kinerja keuangan bank dapat diukur melalui
laporan keuangan yang diterbitkan oleh bank yang berisi informasi mengenai laporan posisi
keuangan perusahaan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak eksternal maupun internal. Selain itu, kinerja
bank merupakan cerminan dari tingkat kesehatan bank. Hal itu dinyatakan dalam Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004 tentang “Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum” yang menyebutkan bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua
pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank
Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.
Kemudian Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan
bank umum tentang penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko
(Risk-Based Bank Rating) yang meliputi empat faktor pengukuran, yaitu profil risiko
(risk profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan
(capital) yang selanjutnya disingkat dengan RGEC. RGEC merupakan metode
penilaian kesehatan bank yang merujuk pada peraturan Bank Indonesia no.13/1/PBI/2011
tentang penilaian kesehatan bank umum sejak 1 januari 2012. Metode RGEC merupakan tata
cara penilaian bank yang menggantikan tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu
CAMEL. Dengan adanya pergeseran metode dari metode CAMEL ke RGEC maka
terdapat suatu perbaikan penilaian terhadap kesehatan bank.
Faktor yang mempengaruhi kinerja bank dapat bersumber dari berbagai kinerja
profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator (menurut Nasser & Titik Aryati dikutip
dari Manikam, 2013). Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas bank adalah
Return On Asset (ROA). Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dalam pemanfaatan aset yang dimilikinya. ROA merupakan
rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
bank semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang semakin besar pula.
Teori profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2009:107), bahwa semakin
tingginya tingkat laba yang dihasilkan berarti prospek perusahaan untuk menjalankan
operasinya di masa depan juga tinggi sehingga nilai perusahaan yang tercermin dari harga
saham perusahaan akan meningkat pula.
Performance (kinerja) bank merupakan hal yang penting bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, karena dari sini kita bisa mengambil suatu keputusan.Pihak-pihak yang
berkepentingan dengan bank yaitu investor, kreditor, pelanggan, karyawan, pemerintah dan
masyarakat sekitar. Penilaian performance bank dapat dilakukan dengan cara melihat laporan
3
4
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
158
keuangan secara teratur diterbitkan oleh bank go public atau biasanya diterbitkan oleh Bank
Indonesia, berupa neraca,laporan L/R, laporan komitmen dan kontijensi serta laporan kualitas
aktiva produktif. Informasi pada laporan keuangan ini hanyalah angka-angka dari salinan
transaksi yang terjadi, namun angka-angka ini sangat berarti bagi semua pihak, ketika kita
mengetahui makna dan guna dari angka-angka tersebut.Analisis data yang sering dilakukan
pada laporan keuangan adalah analisis laoran keuangan yeng berupa rasio-rasio laporan
keuangan. Seperti rasio likuiditas, yang mana rasio ini digunakan untuk menunjukkan atas
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka waktu
pendek, kedua adalah rasio solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang, sedangkan rasio terakhir yaitu rasio
profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam keuntungan dengan sumber daya yang
dimiliki (Perkasa,2007).
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukana diantaranya: penelitian yang
dilakukan oleh Mahardian (2008) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum (2011). Sedangkan Perkasa (2007)
menyatakan hasil yang berbeda bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap ROA.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007) menemukan bahwa Loan to
Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa
dengan peneltian yang dilakukan oleh Mahardian (2008), Nusantara (2009) dan Ayuningrum
(2011). Namun hasil berbeda ditemukan oleh Rusdiana (2012) yang menyatakan bahwa LDR
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) menunjukkan hasil bahwa Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningrum (2011) dan Rusdiana (2012). Namun
Perkasa (2007) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu bahwa NPL berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap ROA.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007) menunjukkan bahwa Net
Interest Margin (NIM) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahardian (2008), dan Rusdiana (2012). Tetapi
hasil berbeda ditunjukkan oleh Ayuningrum (2011) yang menyatakan bahwa NIM
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan Ibrahim et.al. (2003) menyajikan beberapa alternatif
pengukuran kinerja dan laporan yang digunakan dalam bank Islam sesuai dengan tujuan
pendiriannya, yaitu sosio ekonomi yang berkeadilan dengan membandingkan antara Bahrain
Islamic Bank dengan Bank Islam Malaysia Berhad. Penelitian ini menggunakan
IslamicityDisclosure Index (IDI) dengan tiga indikator utama yaitu indikator ketaatan
terhadap syariah, indikator corporate governancedan indikator sosial / lingkungan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Bahrain Islamic Bank lebih baik daripada Bank
Islam Malaysia Berhad (BIMB)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menunjukkan bahwa
Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007), dan
Ayuningrum (2011). Tetapi hasil berbeda ditunjukkan oleh Sabir (2012) yang menyatakan
bahwa BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Maka peneliti melakukan
penelitian lanjutan mengenai pengaruh aspek RGEC yang diproksikan menggunakan rasio-
rasio keuangan sebagai berikut:Non Performing Loan (NPL), Good Corporate Govermance
(GCG), Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO),Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan menggunakan Return On Asset
6
5
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
159
(ROA). Sehingga adanya inkonsistensi hasil peneletian yang telah dilakukan perbankan
Indonesia dan adanya research gap yaitu adanya perbedaan perkembangan data keuangan
dengan teori yang ada, namun peneliti tidak untuk melakukan perbandingan atau
membandingkan dikedua negara tersebut karena ada beberapa hal yang tidak sepadan untuk
dibandingkan dilihat dari total aset (modal ) yang dimiliki dikedua negara, sehingga
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja keuangan
perbankan di Indonesia dan Malaysia yang di proksi ROA (Return On Assets). Penelitian ini
berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia dan Malaysia”
1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa
terdapat permasalahan adanya fenomena dan juga terdapat research gap dimana hasil
penelitian terdahulu menunjukkan adanya inkonsistensi pada hasil penelitian. Oleh karena itu,
penelitian untuk menganalisis mengenai pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan,
struktur modal, likuiditas, leverage, dan modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan
BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia ini dilakukan. Berdasarkan research gap yang
telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan (growth), struktur modal
(DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal kerja (WCT) terhadap profitabilitas
perusahaan BUMN dan BUMS ?
2. Apakah terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan
(growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal kerja (WCT)
terhadap profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS.
2. Untuk mengetahui perbedaan profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis,
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Aplikasi pemahaman konsep teoritis dan materi ilmu pengetahuan, yang telah diperoleh
dari Program Studi Magister Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi, Program Pasca
Sarjana Universitas Sriwijaya.
b. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan, kepemilikan institusional,
pertumbuhaan (Growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal
kerja (WCT) BUMN dan BUMS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan investasi.
b. Bagi Perusahaan
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
160
Penelitian ini dapat menghasilkan konsep mengenai perbedaan struktur kepemilikan,
pertumbuhan (growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, modal kerja
(WCT), dan kinerja keuangan perusahaan BUMN dan BUMS.
c. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian sejenis dan untuk
pengembangan penelitian berikutnya.
Tinjauan Pustaka
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) memiliki hubungan dengan kinerja bank, pencapaian
tujuan serta kinerja dari suatu perusahaan perbankan tidak dapat dipisahkan dengan
manajemen bank. Oleh karena itu, pemegang saham (principal) memiliki hubungan dengan
pihak manajer (agent). Hal tersebut sejalan dengan teori keagenan yang merupakan
keterkaitan antara dua atau lebih pihak. Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan
adalah hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pihak (principal)
melibatkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama principal. Kedua
belah pihak saling berkaitan karena disatukan oleh sebuah perjanjian untuk mengatur
wewenang dan tanggung jawab di antara mereka. Pemegang saham sebagai principal
memberikan wewenangnya kepada manajer (agent) untuk menjalankan perusahaan dan
menggunakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, dan membuat keputusan
yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Dengan adanya hubungan ini manajer
mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan hasil kerjanya kepada para pemegang saham
atau pemilik.
2.1.2. Bank
Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit. dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar
Akuntansi Keuangan No. 31 (2007) menyatakan bahwa: “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Berdasarkan beberapa uraian dari definisi
bank dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah suatu badan hukum yang kegiatannya
menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan
dana.
2.1.3. Kinerja Perbankan
Penilaian kinerja berkaitan dengan tingkat kesehatan bank. Menurut Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1992 tentang “Perbankan” sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati-hatian. Karena tujuan dari perbankan Indonesia adalah menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak
(Djumhana, 2010)
2.1.4. Risk Profile
8
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
161
NPL merupakan besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu bank dibanding dengan
total keseluruhan kreditnya. Kredit dalam hal ini merupakan kredit yang diberikan oleh bank
kepada pihak ketiga yaitu nasabah pribadi atau badan, tidak termasuk kredit kepada bank
lain. Kredit yang termasuk golongan kredit bermasalah adalah kredit kurang lancar,
diragukan, dan macet.
Semakin tinggi nilai NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan.
Standar NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan rasio
dibawah 5% maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan
bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar (dalam hal
ini kredit bermasalah) menjadi kecil (Mahardian, 2008). Bank dengan NPL yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga
berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005 dalam Perkasa, 2007).
2.1.5. Good Corporate Govermance
Ada beberapa teori mengenai corporate governance yang dapat diformulasikan dalam
model yang bersifat mainstream seperti yang dinyatakan oleh Syakhroza (2003), yaitu
finance model (agency theory), stewardship model (stewardship theory), stakeholder model
(stakeholders theory), atau political model (political theory), serta myopic market model.
Baghani, Rivandy, dan Saghiri (2014) juga menjelaskan definisi dan konsep corporate
governance sebagai berikut:
“Corporate governance is rules, regulations, structures, processes, cultures and
systems that achieve the goals of accountability, transparency, justice and rights of
beneficiaries. Generally, corporate governance is corporate control and guidance
systems in one company. A system that determines controls and guides the
relationship between the company and its stakeholders.”
Prinsip-prinsip dasar corporate governance yang dikeluarkan OECD yang dikutip
dalam Prasetyo (2009) juga menyatakan bahwa kerangka kerja corporate governance
seharusnya dapat (1) melindungi hak pemegang saham; (2) memperlakukan seluruh
pemegang saham dengan sama; (3) mengakui hak-hak stakeholder sesuai dengan hukum
yang berlaku dan menerapkan konsep corporate yang baik; (4) mengungkapkan seluruh hal
yang material perusahaan dengan akurat dan tepat waktu, termasuk kondisi keuangan,
kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan; serta (5) memastikan panduan strategik
perusahaan, pengawasan manajemen oleh dewan yang efektif dan pertanggungjawaban
dewan kepada perusahaan dan pemegang saham.
2.1.6. Rentabilitas (Earnings)
Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek
ini juga mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Efisiensi dan
daya saing institusi keuangan tidak dapat diukur dengan mudah, karena produk dan
layanannya yang bersifat tidak berwujud (Kosmidou dan Zopounidis, 2008). Dalam
perusahaan perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui operasi bank pada usaha
pokok bank telah dilakukan dengan benar atau sesuai dengan harapan manajemen atau
pemegang saham bank. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk
menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna
(Mawardi, 2005 dalam Mahardian, 2008).
2.1.7. Permodalan (Capital)
10
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
162
Untuk mengukur permodalan digunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalkan kredit yang diberikan
bank. Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung
resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal
sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Angka rasio CAR
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada
dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari
kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut
semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka akan
berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung
bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut.
2.1.8. Profitabilitas
Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian
yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas terdiri atas profit margin,
basic earning power, return on assets, dan return on equity. Menurut Gitman dan Joehnk
(2010) “profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the
firm's assets-both current and fixed-in productive activities.” Brigham dan Houston (2010)
mengatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Profitabilitas masa lalu perusahaan dan jumlah laba yang tersedia untuk ditahan
akan menjadi penentu yang penting dalam struktur pendanaan sekarang. Pencapaian laba
merupakan indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah
pada earning before tax (EBT).
.
2.1. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari satu variable dependen
yaitu kinerja bank yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).Dan empat variabel
independen yaitu NPL, Good Corporate Govermance, BOPO, and CAR.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
2.2. Hipotesis
Bank di
Indonesia
Kinerja Bank
ROA
Bank di
Malaysia
GCG
CAR
NPL
BOPO
H1
H2
H3
H4
H5
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
163
Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk
sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti
sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan
pustaka dan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan, maka dapat diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1: NPL (non performing loans) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010
sampai tahun 2014.
H2 : Good Corporate Govermance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010
sampai tahun 2014.
H3: Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan
terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank
Indonesia dan Malaysia tahun 2010 sampai tahun 2014.
H4 : CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010
sampai tahun 2014.
H5 : Secara simultan, NPL (non performing loans), Good Corporate Govermance (GCG),
Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO), CAR (Capital
Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang diproksikan
dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010 sampai tahun
2014.
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap perbandingan yang dilihat
pada perbankan di dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia, yang tecatat pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan Bank umum yang ada di Malaysia yang tercatat di Kuala Lumpur
Stock Exchange (KLSE) selama periode 2010-2014.
3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analsis data kuantitatif, analisis
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Kuncoro,2009:145)
dimana analisis data kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu data interval dan data rasio, dalam
penelitian ini data yang dipergunakan adalah data analisis kuantitatif yang berskala rasio
Penelitian ini juga menggunakan data skunder dalam bentuk laporan keuangan
perbankan di Indonesia selama periode 2010-2014 yang telah dikumpulkan, data tersebut
diambil dari IDX (Indonesia Stock Exchange) yang telah dipublikasi melalui websaite IDX
yaitu www.idx.co.id dan untuk data laporan keuangan perbankan di negara Malaysia, data
tersebut di ambil dari KLSE (Kuala Lumpur Stock Exchange) yaitu
http://www.bursamalaysia.com
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiono (2009, 115) populasi adalah wilayah generalisasi dari objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karatristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan diambil kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan
12
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
164
yang terdaftar di BEI sebanyak 36 perusahaan perbankan untuk di Indonesia dan KLSE
sebanyak 27 perusahaan perbankan untuk di Malaysia dengan kurun waktu 5 tahun (2010-
2014)
3.3.2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2009:116), juga mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Adapun penentuan sampel dalam penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sanusi
(2012:95), yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang
memenuhi persyaratan dan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 41 perusahaan.
Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini berupa data panel dengan jumlah
pengamatan sebanyak 205 pengamatan.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi,
yaitu mengumpulkan data-data sekunder yang diperoleh dari PT. Bursa Efek Indonesia yang
berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian
selama periode 2009-2013. Peneliti juga mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan
metode studi pustaka seperti, mengumpulkan data berupa literatur-literatur, karya ilmiah
berupa jurnal, dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel
dependen, dan variabel independen. Variabel dependen adalah kinerja keuangan perusahaan
yang dihitung dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang berdasarkan kinerja
operasional perusahaan. sampel data sebanyak 54 dimana terdiri dari 27 bank umum di
Indonesia dan 27 di Malaysia.
3.6. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah metode penelitan yang bersifat deskriptif dan lebih banyak menggunakan
analisis. penelitan kuantitatif bertujuan mencari hubungan yang menjelaskan sebab - sebab
dalam fakta-fakta sosial yang terukur, menunjukan hubungan variabel serta menganalisa.
Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan hasil analisis untuk
mendapatkan informasi yang harus disimpulkan.
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis regresi berganda dan uji beda dengan
bantuan program SPSS 22.0. Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk
mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel
yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel
penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel
dependen.
3.6.1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variable independen (X1, X2, .Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
165
Penelitian ini untuk menguji pengaruh dari Permodalan yang diproksikan dengan Non
Performing Loan/ NPL (X1), GCG/ Good Corporate Govermance (X2), Biaya Operasi
dibanding Pendapatan Operasi/ BOPO (X3). Capital Adequacy Ratio/ CAR (4), Dalam
penelitian ini dengan variabel dependennya yaitu kinerja bank yang diproksikan dengan
Return On Asset (ROA). Berdasarkan variabel independen dan dependen tersebut, maka
dapat disusun persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2006):
Model regresi:
Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e
Ym = α + β1X1 + β2X2+β3X3 + β4X4+ e
Keterangan:
Yi= Return On Asset (ROA) Bank Indonesia
Ym= Return On Asset (ROA) Bank Malaysia
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1= NPL
X2= Good Corporate Govermance
X3= BOPO
X4= CAR
e= standard error
3.6.1.1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan Statistik Deskriptif, analisis ini digunakan untuk
memberikan gambaran secara umum data dalam penelitian. Deskripsi yang diberikan dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Metode yang digunakan dalam penelitian
deskriptif ini adalah metode numerik yang berfungsi untuk mengenali pola sejumlah data,
merangkum informasi yang terdapat dalam data, dan menyajikan informasi tersebut dalam
bentuk yang diinginkan (Ghozali, 2006).
3.6.1.2. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada
masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji
normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Uji
statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik
nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
nilai signifikan di atas (>0,05) maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan
jika hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai signifikan (<0,05) maka data residual
terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2006).
3.6.1.3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diperoleh dalam
penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar. Pengujian yang
dilakukan antara lain :
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas merupakan pengujian untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi yang signifikan antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi linear
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
166
berganda. Model regresi yang baik memiliki variabel-variabel bebas yang tidak berkorelasi.
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk uji multikolinearitas adalah dengan menghitung
nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value tiap-tiap variabel independen.
(Ghozali, 2006). Dasar analisisnya adalah jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai
VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
dalam model regresi. Sedangkan jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10,
maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variable bebas dalam model
regresi.
Uji Heterokadastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
2006). Heterokedastisitas berarti penyebaran titik data populasi pada bidang regresi
membentuk pola tertentu yang teratur. Gejala ini ditimbulkan dari perubahan situasi yang
tidak tergambarkan dalam model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut sebagai homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Uji
heterokedastisitas dapat menggunakan Uji Glejser. Uji ini menggunakan nilai absolute dari
residual dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(Ghozali, 2005). Autokorelasi muncul karena observasi yangberurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana
hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
3.6.1.4. Pengujian Hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis pengaruh struktur kepemilikan, ukuran
perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan (H1, H2,
dan H3) digunakan alat analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini, pengujian
hipotesis yang digunakan antara lain adalah uji koefisiensi regresi simultan (uji F), pengujian
signifikan parameter individual (uji t) dan Koefisien Determinan (Uji R2).
Uji Pengaruh Parsial (Uji t )
Menurut Ghozali (2006) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
Uji Pengaruh Simultan ( Uji F )
Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model memiliki pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Untuk menguji seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam menerangkan
variabel dependen (goodness of fit), yaitu dengan menghitung koefisien determinasi (R2).
Ghozali (2006) mengatakan Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
167
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Pengujian Hipotesis
4.1.1.1. Uji Pengaruh Parsial ( Uji t )
Pertama, berdasarkan hasil uji pengaruh parsial (Uji t) bahwa NPL perbankan Indonesia
mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.004< 0.050, maka
H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa NPL perbankan Indonesia memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROA. NPL perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan
lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.024 < 0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Non Performing Loan maka
Return on Asset yang diperoleh akan semakin kecil. Peningkatan Non Performing Loan akan
mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka
akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank.
Non Performing Loan (NPL) yang rendah mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin
baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Nusantara (2009) menunjukkan
hasil bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningrum (2011) dan
Rusdiana (2012). Namun Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa Loan to Deposit
Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
GCG perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai
probabilitas, yaitu 0.027< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
GCG perbankan Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia.
GCG perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,
yaitu 0.034 < 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa GCG
perbankan Malaysia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia.
Penerapan GCG yang konsisten diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dari
laporan keuangan perusahaan. Pihak manajemen cenderung tidak akan melakukan rekayasa
terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi yang transparan. Dalam hal ini
penerapan GCG bank perbankan diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan karena tingkat kualitas laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya dengan
adanya penyajian laporan keuangan yang transparan. Secara teoritis, pelaksanaan GCG dapat
meningkatkan nilai perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Kemungkinan terbesar
keadaan ini terjadi karena terbatasnya informasi. Padahal untuk mengukur GCG harus
mengetahui berbagai informasi tentang karakteristik, budaya dan hubungan keterikatan
pemerintah terhadap perusahaan dan semua informasi tersebut termasuk kriteria rahasia
perusahaan yang tidak dipublikasikan. Selain itu, jika dilihat dari jangka waktunya GCG
lebih bersifat jangka panjang sehingga tidak dapat diukur kesuksesannya jika hanya
mengandalkan satu periode akuntansi saja sedangkan perhitungan profitabilitas lebih bersifat
jangka pendek, dimana hasil yang dicapai dari periode tersebut merupakan hasil tambah
perusahaan yang dapat berdiri sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wati
18
19
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
168
(201) yang menemukan bahwa Good Corporate Governance yang mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan (ROE dan NPM). Berbeda dengan Windah dan Andono (2013) yang
menemukan menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara variabel independen GCG
terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA
BOPO perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai
probabilitas, yaitu 0.030< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
BOPO perbankan Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan
Indonesia. BOPO perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai
probabilitas, yaitu 0.012 < 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
BOPO perbankan Malaysia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan
Indonesia. Semakin besar BOPO maka akan semakin kecil atau menurun kinerja keuangan
perbankan. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan sehingga kemungkinan bank dalam memperoleh keuntungan
akan menjadi lebih besar. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin
tidak efisien suatu bank dalam melakukan operasi usahanya, sehingga kemungkinan
untuk mendapatkan keuntungan juga menjadi lebih kecil.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menunjukkan bahwa
BOPO berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Perkasa (2007), dan Ayuningrum (2011). Tetapi hasil berbeda
ditunjukkan oleh Sabir (2012) yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA.
CAR perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai
probabilitas, yaitu 0.044< 0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa
CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. CAR perbankan
Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.002 <
0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR perbankan Malaysia
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio
(CAR) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan semakin besar, karena
semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan
permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan
usahanya, sehingga kinerja bank juga akan meningkat. Selain itu, semakin tinggi
permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman.
Adanya ekspansi usaha pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank yang
bersangkutan.
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya: penelitian yang
dilakukan oleh Mahardian (2008) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum (2011). Sedangkan Sabir dkk (2012)
menemukan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
4.1.1.2. Uji Pengaruh Simultan ( Uji F )
Pertama, dari hasil uji pengaruh simultan (Uji F) perbankan Indonesia diperoleh nilai
Fhitung sebesar 7.309 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000. Nilai Fhitung (7.309) > Ftabel
(2.44), sedangkan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau 0.000 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL, GCG, BOPO, dan
CAR secara simultan terhadap kinerja keuangan Perbankan Indonesia.
Kedua, dari hasil uji pengaruh simultan (Uji F) perbankan Malaysia diperoleh nilai
Fhitung sebesar 7.378 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000. Nilai Fhitung (7.378) > Ftabel
(2.44), sedangkan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau 0.001 < 0.05. maka
20
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
169
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL, GCG, BOPO, dan
CAR secara simultan terhadap kinerja keuangan Perbankan Malaysia.
4.1.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pertama, berdasarkan Uji Koefisien Determinasi perbankan Indonesia dan Malaysia
“Model Summary” perbankan Indonesia dapat disimpulkan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan
CAR berpengaruh terhadap ROA sebesar 18,4% terhadap kinerja keuangan perbankan
Indonesia, sedangkan 81,6% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.“Model
Summary” Perbankan Malaysia dapat disimpulkan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR
berpengaruh Terhadap ROA sebesar 18,5% terhadap kinerja keuangan perbankan Malaysia,
sedangkan 81,5% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap ROA BUMN dan BUMS
Berdasarkan hasil pengujian data BUMN diperoleh bahwa besarnya pengaruh
kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan (ROA) adalah sebesar -2.931 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.005. Hal ini berarti bahwa semakin banyak kepemilikan
institusional, makan akan semakin tidak bagus kinerja keuangan (ROA) BUMN. Sedangkan
berdasarkan hasil pengujian data BUMS diperoleh bahwa besarnya pengaruh kepemilikan
institusional terhadap kinerja keuangan (ROA) adalah sebesar 2.102 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.037. Hal ini berarti bahwa semakin banyak kepemilikan institusional,
makan akan semakin bagus kinerja keuangan (ROA) BUMS.
Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah Abdurrahman dan Septyanto
(2008), Ardianingsih dan Ardiyani (2010), Hanifah (2011), Widowati (2012), Noviawan dan
Septiani (2013), Putra dan Wirawati (2013), Widyati (2013), Immanuela (2014),
membuktikan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
4.2.2. Analisis NPL terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia
Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia bahwa NPL mempunyai nilai t
hitung -2.932 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.004<
0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan Indonesia sedangkan perbankan
Malaysia diperoleh NPL mempunyai nilai t hitung -1.277 mempunyai nilai signifikan lebih
kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.024 < 0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan Malaysia. Dimana artinya jika rasio NPL naik maka rasio ROA akan turun, jika
kredit macet tinggi maka bank tidak akan mendapatkan pendapatan yang berasal dari bunga
kredit, jika pendapatan yang diperoleh tidak maksimal maka laba yang diperoleh juga tidak
maksimal, maka dapat kita bandingkan NPL pada perbankan di Indonesia lebih besar dengan
rata-rata 1.9624 ,dari hasil penelitian pada perbankan di Indonesia pada rasio BOPO rata-rata
perbankan diIndonesia lebih tinggi sebesar 78,56% dengan begitu NPL di Indonesia
dipengaruhi karena biaya operasional terhadap pendapatan yang tinggi sehingga
mempengaruhi kredit macet yang lebih tinggi yang berakibat NPL perbankan di Indonesia
dinilai tidak sehat. Dalam penelitian ini terjadinya ketidak sesuai terhadap teori yang
menjelaskan semakin tinggi NPL maka ROA semakin menurun namun dalam penelitian ini
berbeda terhadap teori yang terjadi di kedua negara ini baik di Indonesia maupun Malaysia
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mahardian (2008:13), yang menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
170
perbankan. Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Nusantara (2009) menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ayuningrum (2011) dan Rusdiana (2012), sedangkan Perkasa (2007) menunjukkan hasil
yang berbeda yaitu bahwa NPL berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA,
dikarenakan Perkasa hanya menggunakan data dalam kurun waktu 1 tahun yaitu pada tahun
2005 dan jumlah sampel yang lebih sedikit yaitu sebanyak 131.
4.2.3. Analisis GCG terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia
Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa GCG
mempunyai nilai t hitung 2.242 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,
yaitu 0.027< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa GCG
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. Perbankan Malaysia
diperoleh bahwa GCG mempunyai nilai t hitung 2.148 mempunyai nilai signifikan lebih kecil
daripada nilai probabilitas, yaitu 0.034< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa GCG memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.
Hal ini berarti bahwa variabel GCG memberikan pengaruh positif terhadap ROA Malaysia.
Pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai GCG mengindikasikan bahwa semakin tinggi
penerapan GCG dalam pengelolaan bank yang ditunjukkan dalam variabel GCG maka akan
meningkatkan pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.
Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan dengan
penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) antara lain peraturan Bank Indonesia
No. 8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006
tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum”, yang menunjukkan
keseriusan Bank Indonesia dalam meminta pengurus perbankan agar taat untuk menerapkan
manajemen risiko guna melindungi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan
masyarakat menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang ”highly regulated”.maka dapat
kita simpulkan bahwa pengaruh GCG ini dapat mempengaruhi nilai profitabilitas yang
diproksikan ke ROA karena semakin baik penerapan GCG pada perbankan di suatu negara
maka akan memberikan singnal kepada para investor sehingga dapat meningkatkan ROA.
Untuk perbankan di Indonesia dari tahun ketahun keterlibatan pemerintah atau rasio GCG
terhadap perbankan sudah lebih baik dari tahun ke tahun dari hasil penelitian ini rata-rata
GCG perbankan di Indonesia sebesar 20,21 berarti pengaruh GCG terhadap perbankan di
Indonesia hampir mencapai nilai sempurna sebesar 22. Sedangkan untuk di Malaysia
pengaruh GCG terhadap perbankan di Malaysia sudah dari tahun sebelumnya telah
diterapkan oleh pemerintah Malaysia dapat kita lihat dari tingkat perizinan terhadap
kepemilikan asing terhadap bank umum dimalaysia lebih rendah dari Indonesia dimana
malaysia sebesar 30% sedangkan di Indonesia terhadap perizinan kepemilikan asing terhadap
bank umum sebesar 99,9% (http://lampost.co/berita/integrasi-perbankan-nasional-masih-
kalah-dari-malaysia)
Menurut OECD corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk
mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance yang
mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap
kehidupan perusahaan, termasuk pemegang saham, Dewan Pengurus, para manajer, dan
semua anggota stakeholders non-pemegang saham. Dengan pembagian tugas, hak, dan
kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting, maka perusahaan
mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha (corporate objectives) dan
strategi untuk mencapai sasaran tersebut.
23
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
171
Kebutuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
dirasakan sangat kuat dalam industri perbankan. Situasi eksternal dan internal perbankan
semakin kompleks. Risiko kegiatan usaha perbankan kian beragam. Keadaan tersebut
semakin meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat (good
corporate governance) di bidang perbankan.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan
untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu Bank for International Sattlement
(BIS) sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut
oleh perbankan, telah pula mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Good Corporate
Governance (GCG) bagi dunia perbankan secara internasional. Pedoman serupa dikeluarkan
pula oleh lembaga-lembaga internasional lainnya.
4.2.4. Analisis BOPO terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia
Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa BOPO
mempunyai nilai t hitung 2.191 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,
yaitu 0.030< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa BOPO
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. Perbankan Malaysia
diperoleh bahwa BOPO mempunyai nilai t hitung 2.548 mempunyai nilai signifikan lebih
kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.002< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.
Hal ini berarti bahwa variabel BOPO memberikan pengaruh negatif terhadap ROA Malaysia.
Pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai BOPO mengindikasikan bahwa semakin tinggi
rentabilitas bank yang ditunjukkan dalam variable BOPO maka akan meningkatkan
pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.
Penelitian ini menghasilkan bahwa jika dibandingkan nilai BOPO pada perbankan di
Indonesia dan Malaysia, jika dilihat dari rata-rata BOPO di Indonesia lebih besar dari
Malaysia, mungkin hal ini lah yang mempengaruhi niali NPL pada perbankan Indonesia yang
lebih tinggi. Bank yang sehat adalah bank yang rentabilitasnya terus meningkat. Rasio yang
digunakan dalam aspek rentabilitas adalah BOPO (Biaya Operasional dibanding Pendapatan
Operasional). Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka
mengoperasikan usaha utama seperti biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi
lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yang diperoleh dari
penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.
Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah oleh Mahardian (2008)
menunjukkan bahwa Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan
oleh Perkasa (2007), dan Ayuningrum (2011). Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sabir (2012)
yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA karena
pada penelitian Sabir, melakukan penlitian terhadap bank umum konvensional di Indonesia
dan pada tahun yang berbeda.
4.2.5. Analisis CAR terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia
Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa CAR
mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.044< 0.050, maka
H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR memiliki pengaruh signifikan
25
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
172
terhadap ROA perbankan Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Malaysia
diperoleh bahwa CAR mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,
yaitu 0.002 < 0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR
memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia. Pengaruh positif yang
ditunjukkan oleh CAR mengindikasikan bahwa semakin tinggi modal ditunjukkan dalam
NPL maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori permodalan, yang menyebutkan bahwa modal
adalah faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung
kerugian. Dimana rasio kecukupan modal (CAR), berarti jumlah modal sendiri yang
diperlukan untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman asset yang
mengandung risiko (Veithzal, dkk, 2007:709).
Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah oleh Mahardian (2008) menyatakan
bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA.
Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum
(2011). Perkasa (2007) menyatakan hasil yang berbeda bahwa CAR berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap ROA dikarenakan peneliti tersebut hanya meneliti menggunakan
data tahun 2005 yang telah dipublikasi tahun 2006 dengan menggunakan data hanya
perbankan yang beroperasi di Indonesia dengan sampel 131.
4.3. Implikasi Penelitian
Implikasi penelitian mencakup dua hal yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis.
Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori NPL,
GCG, BOPO, dan CAR sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi temuan
penelitian terhadap pengembangan kebijakan pendanaan perusahaan dalam meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
4.3.1. Implikasi Teoritis
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel NPL dapat mempengaruhi kinerja
keuangan perbankan, hal ini menambah referensi penelitian. Variabel GCG dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perbankan secara signifikan, temuan ini menambah
referensi penelitian. Variabel BOPO dapat mempengaruhi kinerja keuangan perbankan secara
signifikan, temuan ini menambah referensi penelitian. Variabel CAR dapat mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan secara signifikan, temuan ini menambah referensi penelitian.
Dengan demikian, hasil temuan ini bermanfaat untuk mendukung konsep atau teori
perkembangan ilmu manajemen keuangan bank, khususnya berkaitan dengan NPL, GCG,
BOPO, CAR dan ROA.
4.3.2. Implikasi Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini ditujukan bagi perbankan dalam mengelola kebijakan-kebijakan
perusahaan terutama yang berkaitan dengan penggunaan sumber dana dan pemanfaatan dana.
Perbankan dapat menggunakan variabel yang ada dalam penelitian ini (BOPO, dan CAR)
sebagai pengunaan dana dalam meningkatkan kinerja bank (ROA) sedangkan terhadap
pemanfaatan dana menggunakan variabel (NPL) serta variabel GCG, maka dapat kita lihat
kekuatan dan kelemahan yang terjadi pada bank di kedua negara tersebut yaitu untuk
perbankan di Malaysia adalah penerapan GCG atau keterikatan hubungan pemerintah
terhadap perbankan di Malaysia lebih baik, total aset atau modal yang di miliki lebih besar,
perizinan terhadap kepemilikan asing terhadap bank umum hanya sebesar 35% sedangkan
pada perbankan d Indonesia dalam penerapan GCG atau hubungan pemerintah dengan
perbankan sudah lebih baik dari sebelumnya, namun perizinan pihak asing terhadap
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
173
kepemilikan bank umum di Indonesia lebih tinggi yaitu sebesar 99,9%, dari total aset atau
modal yang dimiliki jauh lebih rendah dari Malaysia.
b. Bagi Kreditur
Hasil penelitian ini ditujukan bagi kreditur (pemeberi pinjaman) agar dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui pemilihan struktur modal perusahaan, memberikan kredit
pada perusahaan dengan memperhatikan NPL, GCG, BOPO, dan CAR), dan kinerja
perusahaan (profitabilitas / ROA).
c. Bagi Investor
Hasil penelitian ini ditujukan bagi investor agar dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan investasi khususnya pada semua sektor
perbankan di Indonesia maupun perbankan di Malaysia yang go public terutama dalam
penerapan GCG.
Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh NPL, GCG, BOPO, dan CAR terhadap
kinerja keuangan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
Malaysia. Periode penelitian ini selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Berdasarkan hasil penelitian serta hasil analisis yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Pertama, secara parsial bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia.
2. Kedua, secara simultan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap
penelitian yang dilakukan. Adapun saran untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak perbankan, disarankan untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi dan efektivitas
dalam pengelolaan BOPO, dan CAR sehingga akan berdampak terhadap peningkatan
kinerja keuangan (ROA).
2. Bagi pihak investor, sebelum melakukan investasi sebaiknya mempertimbangkan NPL,
GCG, BOPO, dan CAR dan kinerja keuangan (ROA).
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah periode penelitian agar mendapatkan
hasil yang lebih digeneralisir dan perlu menambahkan variabel lain yang diprediksi bisa
mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).
5.3. Keterbatasan
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun
beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini antara lain:
1. Periode observasi yang digunakan pada penelitian ini selama lima tahun dari tahun
2010 sampai dengan 2014.
2. Variabel dalam penelitian masih terbatas (hanya menggunakan variabel NPL, GCG,
BOPO, dan CAR dan profitabilitas), sehingga apabila penelitian ini dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya perlu ditambahkan variabel lain untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
174
Daftar Pustaka
Ayuningtyas, Dwi dan Kurnia, 2013. “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan:
Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi Sebagai Variabel Antara”. Jurnal Ilmu
dan Riset Akuntansi, Volume 1 Nomor 1
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Budisantoso, T. dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba
Empat.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku
Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.
Cornett M. M, Guo, L. Khaksari, S. dan H. Tehrainan. 2009. The impact of state ownership
om performance differences in privately owned versus state owned bank on
international comparison, Tahun 2009. ISSN: 2146-7943
Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan,Edisi Keempat, Lembaga Penerbit
FakultasEkonomi Universitas Indonesia
Dewi, Kadek Ayu Krisna; Ni Kadek Sinarwati; Nyoman Ari Surya Darmawan. 2014.
PengaruhCapital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan
Perbandingan BiayaOperasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2012. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1. Volume 2. Nomor.1
Djumhana,Muhammad, 2012, Hukum Perbankan di Indonesia,Cetakan ke7 Bandung:Citra
Aditya bakti,
Ferry, M.G., dan Jones, W.H. (1979). Determinants of financial structure: A new
methodologicalapproach. Journal of Finance, 01 XXXXIV(3)
Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP
UNDIP.
Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP
UNDIP.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP
UNDIP.
Hendrayana, Y. 2015. Pengaruh Komponen RGEC pada Perubahan Harga Saham
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 10,2. 554-569
Ibrahim et al. 2003. American Journal of Public Health.Vol 93, No. 10.
Ika, S. R. dan Abdullah, N. 2011.A Comparative study of Financial performance of islamic
banks and conventional banks in Indonesia.Vol.2, No 15. Agustus 2011
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 8. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Jakarta
Kasmir.2008. Dasar-dasar Perbankan. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Margaretha, F. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan
Indonesia.Vol. 15, No.2.Desember 2013 Hal.133-141.
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021
P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X
DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.
175
Manikam, J., dan Syafruddin, M. 2012. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car),
Net Interest Margin (Nim), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Non 71 Performing Loan
(Npl) Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bank Persero Di Indonesia Periode 2005-
2012. Diponegoro Journal Of Accounting,2 (4): 110.
Mandasari, Jayanti. 2015. Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC
Pada BankBumn Periode 2012-2013.E-jurnal administrasi bisnis.Vo 3.No 2
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2003,Analisis Laporan Keuangan,AMP-
YKPN,Yogyakarta
Muftaqin, M.Z Kamaludin dan S.A, Prabawa. 2012. Analisis komparasi kinerja keuangan
antam perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang sebanding di
indonesia dengan menggunakan rasio camels. Vol 13.oktber 2012.
Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, 2011. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Edisi
Kedua.Yogyakarta: BPFE
Minarrohmah, K. Yaningwati, F. dan N. F. Nuzula. 2014. Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Dengan Menggunkan Pendekatan RGEC (Risk profile, Earnings, Good Corporate
Governance, dan Capital) (Studi pada PT. Bank Central Asia, Tbk Periode 2010-
2012). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 17, No. 1.Desember 2014. Universitas
Brawijaya.
Nusantara. 2009.Analisi pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas
Bank(Perbandingan Bank Umum Go Publikdan Bank Umum Non Go Publik di
Indonesia Periode Tahun 2005-2007). Dalamtesis,programstudi Magister
manajemen Universitas diponegoro Semarang.
Ongore, V. O. and Kusa G. 2013. Determinants of Financial Performance of Commercial
Banks in Kenya.Vol.3, No.1.
Panjaitan, dkk. 2004. Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan Risiko terhadap
Return yangdiharapkan Investor pada Perusahaan Saham Aktif. Balalnce. Vol 1 hal
56-72.
Perkasa, Ponttie Prasnanugraha. 2007.Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap
Kinerja Bank Umum di Indonesia. Tesis:Universitas Diponegoro.Purnamawati, I. G.
A. 2014.Analisis Komparatif kinerja keuangan perbankan ASEAN setelah krisis
global Vol.18, No.2.Mei 2014Hal.287-296.
Putri, D. 2013. Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasakan RGEC pada
Perusahaan Besar dan Kecil. E- jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2.Hal.483-
496.
Rimi, G.M and Dita, I, S. 2015. Evaluation of Banks Health Rate of Indonesia and Malaysia
Islamic Bank with RGEC Method. Vol 13, No.7 (2015): 5759-5787
Sabir, A. H. 2013. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Vol.1, No. 1. Juni 2012
Subandi dan Ghozali, I. 2013.Determinan efisiensi dan dampaknya terhadap kinerja
profitabilitas industri perbankan di indonesia. Vol.17, No. 1.Januari 2013.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D. Bandung: Alfabeta.
Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia
Fitria Marisya
176
Sudiyatno, B. 2010.Analisis pengaruh dana pihak ke 3, BOPO,CAR, LDR terhadap kinerja
keuangan pada sektor perbankan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Vo.2 No.2, Mei 2010 Hal.125-137,ISSN. 1979-4878
Sanusi, A. 2012.Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Suripto. 2013. Implementasi sistem bunga dan bagi hasi terhadap kinerja perbankan di
Indonesia. Vol.1, No.1.Juni 2013.
Sukarno, K. W dan Syaichu, M.(2006) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 3 (2), hlm. 46-58
Taswan.2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalamValuta Rupiah edisi ketiga. UPP STIM
YKPN : Yogyakarta.
Veithzal Rivai. (2007). Bank and Financial Institute Management. Jakarta: PT.
RajaGrafindoPersada
Wijaya dan Lukman. 2009. Manajemen Perbankan .Jakarta : Penerbit Ghalia.Indonesia
Widjaja. 2009. Akuntansi Manajemen. Harvindo: Jakarta
Yessi, S. M. 2015.Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Govermance, Earnings, Capital).JAB.Vol.1,
No.1.Januari 2015.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2009.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2010.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2011.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2012.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2013.
----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2014.
http://bankirnews.com/penilaian-tingkat-kesehatan-bank.html
http://www.bursamalaysia.com
http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/04/29/analisis-kesehatan-bank-camels-vs-rgec/
http://www.idx.co.id/
http://www.bnm.gov.my
top related