analisis pengaruh manajemen laba terhadap...
Post on 06-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN DENGAN
CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL
MODERATING
( Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun
2009-2010 )
Arum Setyo Mestuti
Siti Mutmainah S.E., M.Si.,Akt
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the influence of Earnings Management to
Corporate Social Responsibility and Corporate Governance as the moderating variable in
relations between them. Two proxies used for Corporate Governance mechanism are board
size and the number of audit commitee meetings. Firm size, firm’s leverage and profitability
are used as control variables. Earnings management is measured by discreationary accrual
by modified Jones model (1995).
The sample of this research is manufactured companies which are listed in
Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2009-2010. Data used in this study are taken from
annual reports and sustainable report of manufactured companies listed on the IDX.
Samples are obtained by purposive sampling method. Hypothesis testing method used is
multiple regression analysis. There are 56 companies fulfilling criterion as this research
sample.
Result of this research indicates that Earnings Management has a negative influence
to Corporate Social Responsibility. Firm’s size, firm leverage and profitability as control
variables have significant effects to the relationship between Earning Management and
Corporate Social Responsibility. Meanwhile result of the test to moderating variables show
that board size has not significant effect whereas the number of audit commitee meetings
have significant effect to the influence of Earnings Management to Corporate Social
Responsibility.
Keyword : Corporate Social Responsibility, Earnings Management, Corporate
Governance Mechanism, Board Size, The Number of Audit Commitee Meetings.
1
2
PENDAHULUAN
TJSL merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani
kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal diantaranyadengan komitmen
untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta
lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) adalah kontribusi sebuah
perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan program philantrophy,
dan kewajiban dalam kebijakan publik (Tanudjaja 2006). Di Indonesia, pelaksanaan aktivitas
dan pelaporan TJSL telah bergeser dari voluntary ke mandatory. Kewajiban untuk
melaksanakan peran TJSL semakin kuat dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yang berisi:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Menurut Sun et.al (2010) salah satu tujuan pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan yang dilakukan perusahaan adalah untuk menarik investor agar menanamkan
modalnya pada perusahaan, tetapi perkembangan yang terjadi adalah pengungkapan tanggung
jawab tersebut muncul sehubungan dengan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.
Menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan dalam pelaporan keuangan dengan penyusunan transaksi untuk mengubah
laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada
beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil
perjanjian (kontrak) yaitu pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Pengungkapan ini
digunakan manajer untuk mengalihkan perhatian investor atau pihak-pihak yang
berkepentingan dari pengawasan aktivitas manajemen laba.
Corporate Governance (CG) dapat digunakan untuk mengawasi kinerja manajemen
sehingga dapat meningkatkan implementasi maupun pengungkapan TJSL. Selain itu
3
mekanisme CG juga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai kinerja
manajemen berkaitan dengan kelonggaran manajemen laba yang dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kecurangan. Definisi CG menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengururs
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepetingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Dengan
adanya mekanisme CG ini maka diharpkan tindakan kecurangan yang dilakukan agen dapat
diminimalisasi sehingga tidak menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak.
Hubungan antara tanggung jawab sosial dan lingkungan dan manajemen laba telah
diteliti oleh Patten dan Trompeter (2003). Hasil penelitian Patten dan Trompeter
membuktikan adanya discretionary accruals negatif yang signifikan pada periode
terjadinya Bhopal chemical leak. Penelitian ini juga menunjukan hubungan positif antara
environmental disclosure dengan discretionary accruals.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menguji tingkat
pengungkapan TJSL dan faktor-faktor yang digunakan sebagai pertimbangan pengungkapan
TJSL. Hasilnya ada lima faktor yang dipertimbangkan dalam pengungkapan TJSL yaitu
faktor kepemilikan manajerial, hutang, ukuran, tipe perusahaan dan profitabilitas.
Penelitian yang dilakuakan oleh Nasution dan Setiawan (2007) menguji hubungan
discretionary accrual sebagai variabel dependen dengan komposisi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan sebagai variabel independen.
Hasil dari penelitian tersebut adalah keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap
akrual kelolaan (diskresioner laba) dan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris,
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap diskresioner laba secara parsial.
Prior et al. (2008) meneliti hubungan CSR dan EM dengan dasar asumsi praktek EM
akan berpengaruh negatif atas hubungan perusahaan dengan stakeholder dan reputasi
perusahaan. Penelitian ini membuktikan adanya hubungan positif antara CSR dengan EM
dan kombinasi praktik CSR dan EM yang berdampak negatif terhadap kinerja finansial
perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sun et.al. (2010) . Sun
et.al (2010) meneliti hubungan manajemen laba (earning management/EM) dan corporate
environmental disclosure dengan asumsi dasar perusahaan yang melakukan manajemen laba
mempunyai insentif untuk melakukan corporate environmental disclosure (CED) sebagai alat
untuk mengacaukan perhatian stakeholders atas kecurangan tersebut. Proksi CG yang
4
digunakan adalah ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan komite audit. Penelitian ini
dilakuakan pada semua perusahaan yang terdaftar di Financial Times dan the London Stock
Exchange (FTSE) periode 1 April 2006 sampai 31 Maret 2007. Sampel akhir yang didapat
adalah 245 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan antara EM dan CED begitu juga dengan ukuran dewan komisaris, sedangkan
jumlah pertemuan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh antara
earning management terhadap corporate environmental disclosure.
Sedangkan penelitian ini merupakan ekspansi dari penelitian Sun dan Salama (2010).
CED diperluas menjadi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) karena
pengungkapan CED pada annual report masih belum begitu banyak dilakuakan di Indonesia.
Sedangkan proksi CG yang digunakan adalah: ukuran dewan komisaris, dan jumlah
pertemuan komite audit. Variabel kontrol yang digunakan adalah profitabilitas yang diproksi
menggunakan return on asset (ROA), ukuran perusahaan yang diproksi dengan total asset,
dan leverage yang diproksi dengan debt equity ratio (DER). Sampel pada penelitian ini
diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2010.
Perbedaan dari berbagai hasil penelitian tersebut maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan
yang dilakukan oleh perusahaan?
2. Apakah pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan
dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance yang diproksi dengan ukuran
dewan komisaris ?
3. Apakah pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan
dipengaruhi oleh mekanisme corporate governance yang diproksi dengan jumlah
pertemuan komite audit ?
TELAAH PUSTAKA
Teori Agensi (Agency Theory)
Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan merupakan hubungan agensi
yang muncul ketika saru orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent)
untuk memberikan suatu jasa kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
5
kepada agent tersebut. Yang dimaksud prinsipal dalam teori keagenan adalah investor
sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Munculnya manajemen laba
dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Investor sebagai principal diasumsikan hanya
menginginkan hasil investasi mereka bertambah atau mendapat keuntungan. Sedangkan para
agen yaitu manajer diasumsikan akan merasa puas bila mereka menerima kompensasi
keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Adanya perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan
bagi diri sendiri. Principal menginginkan keuntungan yang besar yaitu pengembalian yang
sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang diberikan, sedangkan agen
menginginkan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang juga sebesar-besarnya
atas kinerjanya. Dengan adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik
kepentingan dan asimetri informasi ini, maka perusahaan harus menanggung biaya
keagenan (agency cost). Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal
untuk biaya pengawasan terhadap agen, pengeluaran yang mengikat oleh agen, dan adanya
residual loss (Jensen dan Meckling, 1976). Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang
menghadapi biaya pengawasan dan biaya kontrak yang rendah cenderung akan
melaporkan laba bersih rendah atau dengan kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya
untuk kepentingan manajemen salah satunya biaya yang dapat meningkatkan reputasi
perusahaan di mata masyarakat. Kemudian sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer
sebagai agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan pihak prinsipal dengan
melakukan TJSL sebagai tindakan CSR.
Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi
mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Pengungkapan lingkungan
merupakan sebuah sinyal/informasi bagi investor tentang prospek perusahaan. Sinyal
goodnews diberikan apabila pengungkapan lingkungan yang dilakukan dengan tepat dan
sesuai dengan harapan stakeholders . Perusahaan melakukan pengungkapan lingkungan
6
dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan melalui peningkatan
harga saham.
Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja
perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga hubungan
dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder-
nya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya
yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas
produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi yang
digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah
dengan pengungkapakan informasi sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan ini,
diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan serta
dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Teori Kontijensi (Contingency Theory)
Pendekatan teori kontijensi digunakan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal
suatu pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan untuk
menjelaskan bagaimana prosedur operasi pengendalian organisasi tersebut. Premis yang
dikemukakan dalam akuntansi manajemen mengemukakan bahwa tidak ada sistem akuntansi
secara universal selalu tepat untuk dapat diterapkan pada setiap organisasi, tetapi hal ini
tergantung pada faktor kondisi atau situasi yang ada dalam organisasi. Beberapa peneliti
dalam bidang akuntansi Brownell (1982a), Murray (1990) dan Shield & Young (1993)
dalam Supomo (1998) menyatakan bahwa adanya kemungkinan variabel lain yang harus
dipertimbangkan/diteliti dalam hubungan antara partisipasi penetapan standar dengan kinerja
manjerial. Untuk menyelesaikan perbedaan hasil dalam penelitian tersebut maka dapat
dilakukan dengan pendekatan kontijensi. Pendekatan kontijensi dalam penelitian ini akan
digunakan untuk menguji keefektifan corporate governance terhadap pengaruh manajemen
laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Faktor kontijensi tersebut, akan
berperan sebagai variabel moderating dalam pengaruh manajemen laba terhadap tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
7
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Tanggung jawab sosial dan lingkunga yang dilakukan perusahaan merupakan
konsep yang cukup menarik yang perhatian dunia dan mendapat perhatian dalam
ekonomi global. Namun konsep dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
masih belum seragam dengan pandangan yang masih beragam tentang kegunaan dan
aplikasinya. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban organisasi yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan
kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif
terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada (Januarti dan Apriyanti, 2006).
Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan ini muncul karena mereka menyadari
bahwa kesuksesan yang didapat tidak hanya semata-mata karena pihak internal perusahaan
tetapi juga dipengaruhi pihak luar. Tindakan-tindakan yang dilakukan perusahaan tentu
membawa dampak bagi kualitas lingkungan sekitarnya.
Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan telah diubah dari
voluntary dan mandatory. Voluntary disclosure adalah pengungkapan berbagai informasi
yang berkaitan dengan aktivitas/keadaan perusahaan secara sukarela. Mandatory
disclosure adalah pengungkapan informasi berkaitan dengan aktivitas/keadaan
perusahaan yang bersifat wajib dan dinyatakan dalam peraturan hukum. Pelaporan yang
bersifat mandatory akan mendapat sorotan dan kontrol dari lembaga yang berwenang.
Terdapat standard yang menjamin kesamaan bentuk secara relatif dalam praktek pelaporan
dan juga terdapat persayaratan minimum yang harus dipenuhi. Mandatory disclosure juga
dapat menjadi jembatan atas asimetri informasi antara investor dengan manajer
perusahaan atas kebutuhan informasi.
Pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan tanggung jawab sosial dan perusahaan. Kewajiban tersebut termuat dalam
Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 Pasal 66 dan Pasal 74. Dalam pasal
66 ayat (2) dijelaskan bahwa perseroan wajib melaporkan pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan selain menyampaikan laporan keuangan. Sedangkan pasal 74 menjelaskan
perusahaan yang bidang usahanya berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanaman modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
8
Salah satu standar yang berkembang di Indonesia dalam pengungkapan CSR adalah
GRI (Global Reporting Index). Dalam GRI (GRI, 2006), indikator kinerja dibagi menjadi
enam komponen utama, yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, praktik tenaga kerja dan
pekerjaan yang layak, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Total
indikator dalam GRI tersebut adalah 79 yang terdiri dari 9 indiktor ekonomi, 30 indikator
kinerja lingkungan, 14 indikator praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, 9 indikator
hak asasi manusia, 8 indikator masyarakat, dan 9 indikator tanggung jawab produk.
Ghozali dan Chariri (2007) berpendapat bahwa perusahaan akan mengungkapkan
semua informasi yang diperlukan dalam rangka berjalannya fungsi pasar modal.
Pendukung pendapat tersebut menyatakan bahwa jika suatu informasi tidak diungkapkan
hal ini disebabkan informasi tersebut tidak relevan bagi investor atau informasi tersebut
telah tersedia di tempat lain.
Manajemen Laba
Healy dan Wahlen (1999) mendefinisikan manajemen laba terjadi ketika manajer
menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan dengan penyusunan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba
kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil perjanjian (kontrak) yaitu tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Dalam hal ini berarti terdapat dua aspek yaitu intervensi manajemen laba terhadap pelaporan
keuangan dapat dilakukan dengan penggunaan pertimbangan, misalnya pertimbangan yang
dibutuhkan dalam mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk
ditunjukkan dalam laporan keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan perkiraan nilai
residu aktiva, tanggung jawab untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan
menurunkan nilai aset. Selain itu juga pilihan untuk metode akuntansi, misalnya metode
penyusutan dan metode biaya. Aspek kedua yaitu tujuan manajemen laba untuk menyesatkan
stakeholders mengenai kinerja ekonomi perusahaan ketika manajemen mempunyai informasi
yang tidak dapat diakses oleh pihak luar. Schipper (dalam Gumanti, 2000) mendefinisikan
manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
9
Corporate Governance
Corporate governance menurut Nasution dan Setiawan (2007) merupakan konsep
yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan. Corporate governance digunakan demi tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan.
Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2004) mendefinisikan
corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ
perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam
jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.
Corporate governance muncul sebagai solusi atas keterbatasan dalam teori keagenan.
Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal yang
mengakibatkan munculnya potensi konflik dapat mempengaruhi kualitas laba yang
dilaporkan. Manajemen akan menyusun laporan laba/rugi demi kepentingannya sendiri dan
bukan untuk kepentingan prinsipal sehingga diperlukan suatu pengendalian untuk
menyelaraskan perbedaan kepentingan tersebut. Apabila tercapai keselarasan kepentingan
maka akan meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham sehingga good corporate
governance dianggap perlu.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan
Munculnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan. Investor sebagai
principal diasumsikan hanya menginginkan hasil investasi mereka bertambah atau mendapat
keuntungan. Sedangkan para agen yaitu manajer diasumsikan akan merasa puas bila mereka
menerima kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Apabila manajemen dianggap mempunyai kinerja yang baik maka mereka akan mendapatkan
kompensasi/bonus yang besar. Oleh karena itu, salah satu cara yang digunakan agar kinerja
perusahaan terlihat bagus adalah dengan melakukan manajemen laba. Untuk mengelabuhi
10
atau mengalihkan perhatian stakeholder atas kecurangan ini maka manajemen melakukan
TJSL.
Adanya perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar
keuntungan bagi diri sendiri. Manajemen kemudian mengalihkan perhatian para investor
dengan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pengungkapan sosial sebuah
perusahaan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
terhadap masyarakat. Perusahaan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada
masyarakat karena mereka menyadari bahwa kegiatan yang mereka lakukan membawa
dampak bagi lingkungannya. Namun, disamping itu perusahaan yang melakukan tanggung
jawab sosial dan lingkungan ini juga memiliki beberapa alasan lain seperti menjaga reputasi
perusahaan agar semakin banyak investor tertarik atau agar perusahaan bisa bertahan di
lingkungan masyarakat sehingga tidak mengalami penolakan. Lebih jauh lagi, manajer
mempunyai dorongan untuk melakukan pengungkapan lingkungan ketika mereka ingin
melakukan manajemen laba. Konflik agensi muncul ketika manajer secara oportunis
memanipulasi manajemen laba karenanya tanggung jawab sosial dan lingkungan dijadikan
alat untuk mengamankan kecurangan mereka. Tanggung jawab sosial dan lingkungan ini
digunakan untuk mengalihkan perhatian investor dalam mengawasi praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer.
Sun et.al (2010) meneliti hubungan manajemen laba dan corporate environmental
disclosure dengan asumsi dasar perusahaan yang melakukan manajemen laba mempunyai
insentif untuk melakukan corporate environmental disclosure (CED) sebagai alat untuk
mengacaukan perhatian stakeholders atas kecurangan tersebut. Penelitian dilakuakan pada
semua perusahaan yang terdaftar di Financial Times dan the London Stock Exchange (FTSE)
periode 1 April 2006 sampai 31 Maret 2007. Sampel akhir yang didapat adalah 245
perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara manajemen laba dan CED.
Hipotesis 1 : Manajemen laba berpengaruh terhadap Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan perusahaan.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengaruh Manajemen Laba terhadap
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Dewan Komisaris memiliki peranan yang penting dalam sebuah perusahaan. Dewan
komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
11
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Jensen (1993) serta Lipton dan Lorsch (1992) dalam
Beiner et.al (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari
mekanisme corporate governance. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian
intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak
(Fama dan Jensen, 1983). Dewan komisaris yang dimaksud adalah banyaknya jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Sembiring (2005) semakin
besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief
Executives Officer (CEO) dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan ukuran dewan komisaris yang
dikemukakan oleh Akhtaruddin et al., (2009) semakin besar ukuran dewan komisaris, maka
komposisi pengalaman dan keahlian (experience and expertise) yang dimiliki dewan
komisaris semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktivitas monitoring dengan lebih
baik. Dengan proses monitoring yang lebih baik maka kemungkinan manajer melakukan
kecurangan dalam manajemen laba juga dapat diminimalkan.
Hipotesis 2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengaruh manajemen
laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit terhadap Pengaruh Manajemen Laba
terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Teori agensi menyatakan adanya kepentingan yang berbeda membuat masing-masing
pihak yaitu agen dan prinsipal berusaha untuk memperbesar keuntungannya. Kelonggaran
yang diberikan atas pemilihan metode akuntansi dapat dimanfaatkan manajemen untuk
menghasilkan laba yang berbeda, sehingga praktik ini dapat memberikan dampak terhadap
kualitas laba yang dihasilkan (Boediono, 2006). Komite audit merupakan salah satu komite
penunjang dewan komisaris. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit
adalah pertemuan formal dan informal. Pertemuan formal dilaksanakan untuk mengevaluasi
kualitas laporan keuangan dan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan. Frekuensi dan isi
pertemuan komite audit tergantung pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Jumlah pertemuan komite audit dapat ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan
dan besarnya tugas yang dibebankan kepada komite audit. Menurut Hidayati (2000) komite
audit pada umumnya melakukan pertemuan dua sampai tiga kali dalam setahun yaitu sebelum
laporan keuangan dikeluarkan, sesudah pelaksanaan audit dan sebelum RUPS tahunan. Selain
melakukan pertemuan formal, komite audit juga melakukan pertemuan informal, misalnya
melakukan komunikasi dengan manajemen, akuntan publik dan auditor internal. Komite audit
12
biasanya membuat agenda rapat dengan menerima masukan dari manajemen, auditor internal
dan auditor eksternal. Dengan demikian, semakin banyak jumlah pertemuan audit diharapkan
akan semakin membuat informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih reliable.
Abbot et al., (2004) menemukan bukti bahwa komite audit yang melakukan
pertemuan kurang dari jumlah minimum memiliki kemungkinan besar untuk menyajikan
kembali labanya. Ia juga menemukan bukti bahwa kecurangan dan penyajian kembali laba
semakin banyak terjadi ketika anggota komite audit tidak memiliki kompetensi di bidang
keuangan.
Hipotesis 3 : Jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap pengaruh
manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, variabel yang diteliti dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi variabel dependen, variabel independen, variabel moderating dan
variabel kontrol.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tanggung jawab sosial dan lingkungan
(TJSL). Standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah GRI karena GRI merupakan
sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling
banyak menggunakan laporan berkelanjutan dan berkomitmen untuk terus menerus
melakukan perbaikan dan penerapan diseluruh dunia (www.globalreporting.org). Pengukuran
variabel ini dilakukan dengan mengamati ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan
dalam GRI yang diungkapkan dalam laporan tahunan. Dalam GRI disebutkan beberapa
indikator dalam pengungkapan yang dilakukan perusahaan, yaitu indikator kinerja ekonomi,
indikator kinerja lingkungan, praktik tenaga kerja dan pekerjaan yang layak, hak asasi
manusia, dan tanggung jawab produk. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
dalam annual report diukur dengan menghitung jumlah item yang diungkapkan, kemudian
dihitung indeksnya menggunakan CSDI. Corporate Social Disclosure Index (CSDI)
merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui seberapa luas pengungkapan tanggung
13
jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Penghitungan disclosure index
dilakukan dengan membagi jumlah item yang diungkapkan dengan jumlah item keseluruhan.
CSRIj = Σ X ij / nj ............................................................................................(3.1)
Keterangan :
CSRIj = Indeks pengungkapan informasi CSR perusahaan j
Xij = dummy variabel: diberi skor 1 jika item i diungkapkan; diberi skor 0 jika item i
tidak diungkapkan
nj = jumlah item untuk perusahaan j
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba
adalah derajat atau korelasi laba akuntansi suatu perusahaan (entitas) dengan laba
ekonominya. Untuk mengukur manajemen laba dilakukan dengan menggunakan proksi
discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model karena berdasar Dechow
et al. (1995) model ini lebih baik dibanding model Jones standar dalam mengukur kasus
manipulasi pendapatan.
Model penghitungannya adalah sebagai berikut :
TAC it = NI it – CFO it ...................................................................................................................(3.2)
Kemudian menghitung nilai total accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan
regresi berikut :
TAC it / TA it-1 = αi (1 / TA it-1) + β1i (∆ REV it /T A it-1 ) + β2i (PPE it / TAit-1 ) + β3i (ROA it /
TAit-1 ) +ε .......................................................................(3.3)
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas maka dapat dihitung nilai
nondiscretionary accrual (NDTA) dengan rumus :
NDTAC it = αi (1 / TA it-1) + β1i ((∆ REV it - ∆REC it ) / TA it-1 ) + β2i (PPE it / TAit-1 ) + β3i
(ROA it / TAit-1 ) +ε .......................................................(3.4)
Discretionary accrual (DTA) merupakan residual yang diperoleh dari estimasi total
accrual yang dihitung sebagai berikut :
DTAC =( TAC it /TA it-1 ) – NDTAC it .............................................................(3.5)
Keterangan :
DTAC it = Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
NDTAC it = Non Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
14
NI it = Net income perusahaan i pada periode t
TAC it = Total accrual perusahaan i pada periode t
CFO it = Aliran arus kas operasi perusahaan i pada periode t
TA it-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t
∆REV it = Perubahan penjualan perusahaan i pada periode t
PPE it = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆REC it = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
εit = error
Variabel Moderating
Variabel moderator adalah variabel yang selain bisa memperkuat hubungan antar
variabel, juga bisa memperlemah hubungan antara satu atau beberapa variabel independen
dan variabel dependen (Kurnia, 2009).Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian
ini adalah corporate governance dengan proksi antara lain :
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan banyaknya jumlah anggota dewan komisaris
dalam suatu perusahaan. Menurut Sembiring (2005) semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris maka semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer (CEO) dan
semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen.
Jumlah Pertemuan Komite Audit
Jumlah pertemuan komite audit merupakan banyaknya jumlah rapat yang dilakukan
komite audit dalam satu tahun. Penelitian Putri (2009) yang menemukan adanya hubungan
antara jumlah pertemuan komite audit yang berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan informasi laba perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering komite audit
mengadakan pertemuan maka pengungkapan informasi laba perusahaan semakin
transparan. Jumlah pertemuan komite audit diukur dengan menghitung total pertemuan audit
yang dilakukan komite audit yang dilakukan selama satu tahun.
Variabel Kontrol
15
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti (Aditya, 2009). Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset
(ROA). ROA adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor baik pemegang obligasi
maupun pemegang saham (Riyanto, 2001). Return on asset merupakan ukuran
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. ROA dihitung dengan menggunakan rumus :
ROA = Laba bersih setelah pajak (EAT) / Total aktiva
Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Ukuran
perusahaan yang diukur dari total aset akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma
dengan tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain. Hal ini karena nilai total aset
perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain dalam
penelitian ini. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = Ln ( total aset)
Firm’s Leverage
Firm’s leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio
(DER). Leverage merupakan ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam
membiayai kegiatan operasinya. Maksudnya, berapa tingkat kelebihan kewenangan yang
dimiliki oleh debtholders dibandingkan dengan kewenangan shareholders. Leverage
dihitung menggunakan rumus :
DER = Total hutang / total ekuitas
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik
16
pengambilan sampel yang dilakukan dengan tujuan tertentu sesuai kriteria-kriteria yang
ditetapkandan harus dipenuhi oleh sampel.
Kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang menerbitkan annual report tahun 2009-2010 dan yang melaporkan laba.
2. Perusahaan yang melaporkan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam annual report-
nya
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki data tentang corporate governance yaitu data
tentang ukuran dewan komisaris dan jumlah pertemuan komite audit.
Model Penelitian
Model I
TJSL = α + β1 EM+ β2 ROA + β3 Ln TA+ β4 DER....................................(3. 6)
Model II
TJSL = α + β1 EM+ β2 DK + β3 RKA + β4 EM.DK + β5 EM.RKA + β6 ROA + β7 Ln TA+
β8 DER + ε ..............................................................................(3. 7)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koefisien Determinasi R2
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen terhadap variabel dependen. Model
regresi I menunjukkan nilai koefisien determinasi yang menunjukkan nilai adjusted R2
sebesar 0,413, yang berarti 41,3% variasi tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat
dijelaskan oleh manajemen laba. Sedangkan sisanya yaitu 58,7%, dijelaskan oleh variabel
lain. Pada tabel 4.17 model regresi II menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang
17
menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,379. Hal ini berarti bahwa 37,9% variasi tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat dijelaskan secara signifikan oleh manajemen
laba, ukuran dewan komisaris, jumlah pertemuan komite audit, return on asset, total asset
dan debt equity ratio sedangkan 62,1% tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
dapat dijelaskan oleh variabel lain. Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Model Regresi I
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,675a ,455 ,413 ,0919141745 1,921
a. Predictors: (Constant), DER, LN_TA, EM1, ROA
b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model regresi II
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,685a ,469 ,379 ,0945335125 1,917
a. Predictors: (Constant), DER, EM1_DK, RKA, LN_TA, ROA, DK, EM1_RKA, EM1
b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
18
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji pengaruh simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji statistik F
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Model Regresi I
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,360 4 ,090 10,661 ,000a
Residual ,431 51 ,008
Total ,791 55
a. Predictors: (Constant), DER, LN_TA, EM1, ROA
b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model Regresi II
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,371 8 ,046 5,191 ,000a
Residual ,420 47 ,009
Total ,791 55
a. Predictors: (Constant), DER, EM1_DK, RKA, LN_TA, ROA, DK, EM1_RKA, EM1
b. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
19
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Variabel independen dikatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen apabila tingkat signifikansinya kurang dari 5%. Berdasarkan hasil penelitian ini,
dari 8 variabel yang digunakan dengan signifikansi 5%, ada 3 variabel yang berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Model Regresi I
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,686 ,227 -3,017 ,004
EM1 ,026 ,064 ,043 ,410 ,683
ROA ,411 ,130 ,361 3,167 ,003
LN_TA ,041 ,008 ,538 5,055 ,000
DER ,000 ,000 -,231 -2,041 ,046
a. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Model Regresi II
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,802 ,281 -2,853 ,006
EM1 ,119 ,290 ,196 ,411 ,683
DK -,002 ,009 -,033 -,216 ,830
RKA 7,164E-5 ,003 ,004 ,026 ,980
EM1_DK -,022 ,028 -,321 -,797 ,430
EM1_RKA ,018 ,033 ,187 ,550 ,585
ROA ,434 ,142 ,382 3,058 ,004
LN_TA ,044 ,010 ,591 4,354 ,000
DER ,000 ,000 -,268 -2,109 ,040
20
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,802 ,281 -2,853 ,006
EM1 ,119 ,290 ,196 ,411 ,683
DK -,002 ,009 -,033 -,216 ,830
RKA 7,164E-5 ,003 ,004 ,026 ,980
EM1_DK -,022 ,028 -,321 -,797 ,430
EM1_RKA ,018 ,033 ,187 ,550 ,585
ROA ,434 ,142 ,382 3,058 ,004
LN_TA ,044 ,010 ,591 4,354 ,000
DER ,000 ,000 -,268 -2,109 ,040
a. Dependent Variable: TJSL
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Variabel tersebut adalah variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
return on asset (ROA), tottal asset (LN_TA) dan debt equity ratio (DER). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ROA mempunyai signifikansi 0,004, LN_TA dengan 0,000, dan
DER dengan signifikansi 0,040.
Pengaruh Manajemen Laba terhadap Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan
Hipotesis 1 pada penelitian ini adalah menguji apakah manajemen laba berpengaruh
terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan
nilai signifikansi 0,683 dengan koefisien -0,686. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak.
Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang
dilakukan perusahaan. Hasil analisis ini mendukung penelitian yang dilakukan Sun et.al
(2010). Hasil analisis ini juga mendukung teori stakeholder. Perusahaan harus menjaga
hubungan baik dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhannya, terutama stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber
daya yang digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas
produk perusahaan dan lain-lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Salah satu strategi yang
digunakan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder-nya adalah dengan
pengungkapan informasi sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta dapat mengelola
stakeholder agar mendapatkan dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap
21
kelangsungan hidup perusahaan untuk lebih meningkatkan nilai perusahaan dimata
stakeholder. Dengan demikian, kesadaran manajemen atas pentingnya peran stakeholder
membuat manajemen dengan suka rela melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
tanpa ada tujuan melakukan TJSL tersebut untuk menutupi kecurangan manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Hubungan antara Manajemen Laba dan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Hipotesis 2 pada penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap
hubungan antara manajemen dan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan signifikansi sebesar 0,830 dan nilai koefisien sebesar -0,022. Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan. Dengan demikian hipotesis 2 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sun et. al (2010) bahwa
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hubungan antara
manajemen laba dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Jumlah dewan
komisaris baik besar maupun kecil tidak mempengaruhi besarnya tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang dilakukan perusahaan dan belum berhasil mengurangi manajemen laba. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu
utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas
meknisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam
suatu organisasi (Jennings 2004a; 2004b; 2005a; Oliver, 2004) serta peran dewan komisaris
dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen (Cohen, et al. 2004; Jennings
2005b). Oleh karena itu pembentukan dewan komisaris perlu memperhatikan komposisi,
kemampuan, dan integritas anggota sehingga dapat melakukan fungsi pengawasan,
pengendalian dan mampu memberikan arahan kepada manajemen dengan baik.
Pengaruh Jumlah Pertemuan Komite Audit terhadap Hubungan Antara Manajemen
Laba dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Hipotesis 3 pada penelitian ini adalah jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap
pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan signifikansi 0,585 dan nilai koefisien sebesar 0,018. Dari hasil
tersebut maka dapat diketahui bahwa jumlah pertemuan komite audit tidak berpengaruh
secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak.
22
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lin et al. (2006) dan Fitriasari (2007)
bahwa jumlah pertemuan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh
manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Ia menemukan
bahwa anggota komite audit yang bertemu minimal empat kali dalam satu tahun tidak
mampu mengurangi terjadinya kecurangan dalam proses pelaporan keuangan. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pembentukan komite audit dalam perusahaan hanya bersifat mandatory
atas peraturan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini menyebabkan komite audit belum
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal sehingga fungsi dan perannya
tidak efektif. Selain itu ada kemungkinan bahwa pertemuan komite audit jarang dihadiri
baik oleh pihak manajemen maupun oleh auditor ekstemal. Hal tersebut menyebabkan
masalah-masalah yang terjadi dala perusahaan dan dalam proses laporan keuangan tidak
terungkap sehingga tidak diketahui oleh komite audit. Hal tersebut menyebabkan
masalah yang ada dalam proses pelaporan keuangan tidak menemukan penyelesaian.
Variabel Kontrol
Profitabilitas (Profitability)
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ROA. Hasil penelitian ini
menunjukkan nilai signifikansi 0,004 dengan koefisien sebesar 0,5434. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh
manajemen laba terhadap TJSL. Hal ini berarti profitabilitas akan meningkatkan TJSL yang
dilakukan perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perolehan laba yang semakin besar
akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Perusahaan di
Indonesia sudah menyadari bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan
penting untuk dilakukan, sehingga semakin besar laba yang diperoleh, semakin besar pula
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan akan diungkapkan. Seperti yang
dinyatakan oleh Alexander dan Bucholdz (1978) dalam Belkaoui dan Karpik (1989) bahwa
manajemen yang sadar dan memperhatikan masalah sosial juga akan mengajukan
kemampuan yang diperlukan untuk menggerakkan kinerja keuangan perusahaan (Sembiring,
2003). Selain itu, perusahaan di Indonesia menganggap bahwa pengungkapan tanggung
jawab sosial yang dilakukan akan memberikan nilai positif bagi perusahaan. Menurut
Solomon dan Hansen (1985) dalam Mc Guire et. al. (1985), dengan CSP (corporate social
performance) yang baik akan meningkatkan goodwill karyawan dan konsumen, sehingga
perusahaan akan mengalami penurunan masalah dengan tenaga kerja, konsumen akan lebih
23
setia kepada produk perusahaan. Moussavi dan Evans (1986) dalam Mc Guire et.al. (1988)
menyatakan bahwa aktivitas tanggung jawab sosial juga dapat meningkatkan hubungan
antara perusahaan dengan konstituen penting seperti bank, investor, dan pemerintah.
Peningkatan hubungan dengan pihak-pihak penting ini dapat memberikan keuntungan
ekonomi (Monika dan Hartanti, 2008).
Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan diproksi dengan total aset. Hasil penelitian menunjukkan nilai
signifikansi 0,000 dengan koefisien sebesar 0,044. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
total aset yang dimiliki perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh
manajemen laba terhadap TJSL.
Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Belkaoui dan Karpik
(1989), Hackston dan Milne (1996), Sembiring (2005), Rosmasita (2007), Amran dan Devi
(2008), Machmud dan Djakman (2008), dan Puspitasari (2009). Hasil tersebut berarti
semakin besar ukuran perusahaan, maka TJSL yang dilakukan semakin besar pula. Menurut
Sembiring (2005) perusahaan yang besar memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap
masyarakat dan memiliki pemegang saham yang lebih banyak yang tentu saja akan selalu
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan TJSL juga
semakin besar. Hasil ini juga dapat dijelaskan dengan menggunakan teori agensi, perusahaan
dengan ukuran yang besar lebih besar maka biaya keagenan yang dikeluarkan juga lebih
besar sehingga untuk mengurangi biaya tersebut perusahaan cenderung mengungkapkan
informasi yang lebih luas. Selain itu perusahaan besar biasanya mempunyai banyak emiten
yang disoroti, pengungkapan merupakan cara untuk mengurangi biaya politis sebagai wujud
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (Sembiring, 2005). Selain itu, perusahaan
yang besar mempunyai tekanan yang lebih besar, perusahaan besar mempunyai aktivitas
operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada masyarakat
dan pemegang saham yang lebih besar sehingga pengungkapan TJSL akan semakin besar.
Firm’s Leverage
Firm’s Leverage dalam penelitian ini diukur dengan DER. Hasil penelitian menunjukkan
nilai signifikansi DER sebesar 0,040 dengan koefisien sebesar 0,000. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa DER berpengaruh secara signifikan terhadap pengaruh manajemen laba
terhadap TJSL. Hal ini berarti bahwa tingkat leverage perusahaan berpengaruh terhadap
pengaruh manajemen laba terhadap TJSL.
24
Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dan Waryanti (2009) semakin tinggi tingkat leverage,
semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga
perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba yang lebih tinggi yang dapat dilakukan
dengan cara mengurangi biaya-biaya, termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial
agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Namun hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa leverage berpengaruh positif terhadap pengaruh manajemen laba terhadap TJSL,
sehingga semakin tinggi leverage maka semakin tinggi TJSL yang dilakukan perusahaan
untuk menutupi kecurangan manajemen laba.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan dengan corporate governance sebagai variabel
moderating. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2009-2010. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan pada
bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Manajemen tidak berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan. Kesadaran manajemen akan pentingnya peran stakeholder membuat
manajemen dengan suka rela melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan, tanpa
ada tujuan melakukan TJSL tersebut untuk menutupi kecurangan manajemen laba.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak.
2. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba
terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Besar kecilnya dewan
komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan
terhadap manajemen perusahaan. Efektivitas mekanisme pengendalian dan
pengawasan perusahaan salah satunya tergantung pada nilai, norma, dan kepercayaan
yang diterima dalam suatu organisasi, selain itu pembentukan dewan komisaris perlu
memperhatikan komposisi, kemampuan dan integritas anggota. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 ditolak.
3. Jumlah pertemuan komite audit berpengaruh terhadap pengaruh manajemen laba
terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan.Pembentukan komite audit dalam
perusahaan hanya bersifat mandatory atas peraturan pemerintah. Komite audit belum
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal sehingga fungsi dan
25
peranannya belum efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3
ditolak.
Keterbatasan
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antaralain :
1. Rendahnya koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa masih
banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi pengaruh manajemen terhadap
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
2. Penelitian ini menganalisis tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dilihat
dari annual report sehingga dalam penilaian tersebut unsur subjektifitas sangat tinggi.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian berikutnya adalah :
1. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel moderating lain untuk mengetahui
pengaruh variabel moderating tersebut terhadap hubungan antara manajemen laba
dan tanggung jawab sosial dan lingkungan seperti komposisi dewan komisaris dan
karakteristik sub-komite.
2. Penelitian selanjutnya perlu menggunakan jenjang tahun yang lebih laba agar
diperoleh hasil yang lebih detail tentang perusahaan sehingga bisa diketahui bahwa
suatu perusahaan melakukan kegiatannya kinerja maupun pengungkapan sosial
dan lingkungan dari perusahaan tersebut dilakukan secara berkesinambungan atau
tidak di setiap tahunnya.
3. Penelitian selanjutnya perlu memasukkan variabel-variabel lain yang juga
mempengaruhi pengaruh manajemen laba terhadap tanggung jawab sosial dan
lingkungan sehingga diperoleh koefisien determinasi yang lebih besar.
4. Perlu menghadirkan pihak ketiga dalam menilai tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan untuk mengurangi tingkat subjektifitas yang tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, LJ Parker dan Peters GF. 2004. “Audit Committee Characteristics and Restatement”.
Auditing: A Journal of Practice and Theory. Vol. 23, hal. 69-87.
Aditya, D. 2009. “Variabel Penelitian dan Definisi Operasional”. http://variabel-penelitian-
dan-definisi-operasional-variabel2.pdf. Diakses 28 Desember 2011.
Akhtarudiin M, Hossain MA, Hossain M, Yao Lee. 2009. ”Corporate Governance and
Voluntary Disclosure in Corporate Annual Report of Malaysian Listed Firms”. J.
Appl. Manage. Account. Res., 7 (1)
Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. “ Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”).
Simposium Nasional Akuntansi. Padang
Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An
Independent Corporate Governance Mechanism ?”
http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf. Diakses 1
Oktober 2011.
Belkaoui, A. 1981. “Accounting Theory”. New York: Harcourt Jovanovich.
______. Dan PG. Karpik. 1989. “ Determinants of The Corporate Decisions to Disclosure
Social Information”. Accounting, Auditing and Acoountability Journal. Vol. 2, No. 1, hal 36-
51
Boediono. 2006. “CSR, Elemen Utama Tata Laksana Kemasyarakatan yang Baik”
Republika 17 September 2006
Chih, H., Shen, C. and Kang, F.2008. ”Corporate Social Responsibility, Investor Protection,
and Earning Management: Some International Evidence”, Journal of Business Ethics,
Vol.79, hal. 179-98.
Chtourou, SM. Bedard J dan Courteau L. 2001. “Corporate Governance and Earnings
Management”. http://www.google.com. diakses tanggal 2 Nopember 20011 .
27
Dechow, P., Sloan, R. dan Sweeney, A. 1995.”Detecting Earning Management”. The
Accounting Review, Vol. 70 hal. 193-225
______dan Sweeney, A. 1996.”Causes and Consequences of Earning Manipulation: An
Analysis of Firms Subject to Inforcement Actions by The SEC”, Contemporary
Accounting Research, Vol. 13, hal. 1-36.
Deegan, C. 2000. “Financial Accounting Theory”. Australia: Mc.Graw-Hill Book Company
______2002. “Introduction: The Legitimising Effect of Social and Environmental Disclosure
- a Theoritical Foundation”, Accounting, Auditing, and Accountability Journal, Vol.
15, No. 3, hal. 282-311.
Fama. E.F. dan M.C. Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”. Journal Of Law
and Economics, Vol.26. hal.301-325.
Ferdinand, A. 2006. “Metode Penelitian Manajemen”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2004. “Peranan Dewan Komisaris dan
Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)
Stakeholders”, Jakarta: FCGI
Friedman, M. 1962. “Capitalism and Freedom”. Chicago: University of Chicago Press
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
_______dan A. Chariri 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Gray, R. H., 1993. “Accounting for the Envirinmental”. The Certified Accountants
Educational Projects Ltd.
Gumanti, Tatang Ary. 2009. “Teori Sinyal dalam Manejemen Keuangan”. Majalah
Usahawan Indonesia. 2009
Hackson, D., dan M.J. Milne. 1996. “Some determinants of social and environmental
disclosures in New Zealand companies”. Accounting, Auditing, and Accountability
Journal. Vol. 9, No. 1, hal 77-108.
Hasibuan, Muhammad Rizal. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sosial ( Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan
BES”. Tesis S2 Magister Akuntansi Undip (Tidak Dipublikasikan)
Healy, P.M dan Wahlen, J.M. 1999. A Review of The Earning Management Literature and its
Implication for Standard Setting, Accounting Horizon (December), hal 365-383.
28
Hendriksen, E. S., dan Van Breda, M. F. 1992. Accounting Theory, 5 th Edition. The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Hidayati, A. 2000. “Kunci Sukses Komite Audit”. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Vol. 4. No.1.
Januarti, I dan Apriyanti D. 2005. “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan” . Jurnal MAKSI.
Jennings, M. M. 2004a. "Privilege, Financial Fraud, and Noisy Lawyers." Corporate Finance
Review, 8:4 Januari/Februari, hal.43-47.
_______. 2004b. "Parmalat: Ethical Collapse Goes Global." Corporate Finance Review, 8:5
(Maret/April), hal.43-46.
_______. 2005a. "The Ethical Lessons of Marsh and McLennan." Corporate Finance
Review, 9:4 (Januari/Februari), hal.43-48.
_______. 2005b. "Conspicuous Governance Failures: Why Sarbanes-Oxley Is not an Ethics
Warranty." Corporate Finance Review, 9:5 (Maret/April), hal.41-47.
Jensen, M. dan Meckling, W. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency
Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, hal. 305-60.
Klein, A. 2002. ”Audit Commitee, Board of Director Characteristic, and Earning
Management”. Journal of Accounting and Economic, Vol. 33 No. 3, hal. 375-401.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. “Pedoman Umum Good Corporate
Governance.” http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm. Diakses 13
September 2011.
Kurnia, A. 2009. “Konsep dan Jenis Variabel (Variabel Independen, Variabel Dependen,
Variabel Moderator, Variabel Intervening, dan Variabel Kontrol”. http://www.konsep-
dan-jenis-variabel-variabel.html Diakses 28 Desember 2011.
Kusuma, H dan Susanto, E. 2004. “Efektifitas Mekanisme Bonding: Kasus Perusahaan-
Perusahaan yang Dikontrol Komisaris Indeoenden”. Jurnal Akuntansi Auditing
Indonesia, Vol. 8, No. 1, hal. 104-115
Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoeeds. 2003. “Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya.
Nasution, M dan D. Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen
Laba di Industri Perbankan.” Simposium Nasional Akuntansi X, IAI. Makasar 2007.
29
OECD. 1998. “Bussiness Sector Advisory Group on Corporate Governance”
http://www.oecg.org. Diakses 21 Desember 2011.
Patten, D. M., dan Trompeter, G. 2003. “Corporate Responses to Politicl Costs: An
Examination of the Relation between Environmental Disclosure and Earning
Management”. Journal of Accounting and Public, 22. 1 January, 83-94.
Prior, D.,Surroca, J. dan Tribo, J. 2008. “Earning management and corporate social
responsibility”, Working paper No. 06-23, Business Economic Series 06, September
2007, Universidad Carlos III de Madrid, Madrid, hal. 1-42, available at: http://e-
archivo.uc3m.es/bitstream/10016/428/3/wb062306-1.pdf
Puspitsari, Apriani Daning. 2009. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) pada Laporan Tahunan Perusahaan di
Indonesia”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Diponegoro.
Rosmasita, H. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social
Disclosure) dalan Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia.
Sharma, S. Durand, R.M dan Gur-Arie, O. 1981. “Identification and Analysis of Moderator
Variables”. Journal of Marketing Research. Vo. XVIII
Scott, W.R. 2000. “Earning Management”. Financial Accounting Theory, Second Edition.
Ontario: Prectice Hall Canada Inc. 351-370
Sembiring, E. R. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercacat di Bursa Efek Jakarta”.
Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo, 15-16 September.
Setiawan, W. 2006. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap
Kualitas Laba”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 6 No.2 Agustus: 163-172
Siregar, Sylvia Veronica N.P & Bachtiar, Yanivi S. 2004. “Good Corporate Governance,
Information Asymetry, and Earning Management”. Simposium Nasional Akuntansi
VII. Denpasar Bali: hal 57-69.
Sun, Nan., A. Salama., K. Hussainey, dan M. Habbash. 2010. Corporate Environmental
Disclosure, Corporate Governance and Earnings Management. Managerial Auditing
Journal. Vol. 25. No. 7,hal. 680
Tanudjaja, Bing Bedjo. 2006. “ Perkembangan Corporate Social Responsibility di
Indonesia”. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/dkv/article/view/17049
Diakses 7 September 2011
Ujiyantho, Muh. Arief, dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
30
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Makalah Simposiu Nasional
Akuntansi X. Makassar, 26-28 Juli.
Ullman, A.A. 1985 “Data in Search of a Theory: A Critical Examination of the Relationships
among Social Performance, Social Disclosure, and Economic Performance of U.S.
Firms”. Academy of Management Review, Vol. 10, No. 3, hal. 540-577
Undang-Undang Tentang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007
Veronika, Sylvia dan Y.S Bachtiar. 2004. “Good Corporate Governance Information
Asymetry and Earnings Management”. Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar
tanggal 2 -3 Desember 2004
Wahyudiharto, E. 2009. ”Opini: Teori Keagenan (Agency Theory)”.
http://s2.wahyudiharto.com/2009/02/opini-teori-keagenan-agency-theory.html
Diakses 8 September 2011
Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit
terhadap Aktivitas Manajemen Laba”. Makalah SNA VII. Denpasar. 936-974
Wild, J. 1996. “The Audit Commitee and Earning Quality”, Journal of Accounting, Auditing
and Finance, Vol. 11, pp. 247-76
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L Dodd. 2000. “Accounting Theory: A
Conceptual and Institutional Approach”. South-Western College Publishing.
World Bank. 1999. “Corporate Governance: A Framework of Implementation”.
www.globarreporting.org
top related