bab ii kajian literatur a. pengertian judul 1. · makhluk hidup dari semua sumber / ekosistem,...
Post on 09-Mar-2019
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 8
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. PENGERTIAN JUDUL
1. Judul
“ Desain Interior Pusat Konservasi Flora Fauna Biodiversitas Gunung
Lawu di Tawangmangu dengan Konsep Hi – Tech”
2. Definisi Judul
Desain Interior : Interior design is the planning, layout and
design of the interior space within buildings.
These physical settings satisfy our basic need for
shelter and protection, they set the stage for and
influence the shape of our activities, they nurture
our aspirations and express the ideas which
accompany our action, they affect our outlook,
mood and personality.The purpose of interior
design , therefore, is the functional improvement,
aesthetic enrichment, and psychological
enhancement of interior space. oleh D.K. Ching
(2002:46)
Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior
adalah sebuah perencanaan tata letak dan
perancangan ruang dalam di dalam bangunan.
Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita
akan naungan dan perlindungan, mempengaruhi
bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan
mengekspresikan gagasan yang menyertai
tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior
juga mempengaruhi pandangan, suasana hati dan
kepribadian kita. Oleh karena itu tujuan dari
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 9
perancangan interior adalah pengembangan
fungsi, pengayaan estetis dan peningkatan
psikologi ruang interior.
Pusat Konservasi : Pusat Konservasi adalah suatu area yang
memiliki fungsi melindungi sistem penyangga
kehidupan, mengawetkan keanekaragamanhayati
dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara
optimal (Wardani 2007:3).
Flora : Dilihat dari segi bahasa Flora berasal dari bahasa
latin yaitu Flora, yang bisa diartikan sebagai alam
tumbuhan atau nabatah yang menyangkut semua
aspek mengenai macam jenis tumbuhan dan
tanaman. Biasanya dalam penggunaanya akan
selalu diberi imbuhan dengan naman geografis,
misalnya saja nabatah Jawa, nabatah Asia atau
nabatah Australia, atau nabatah Eropa
(http://www.satwa.net/19/pengertian-flora-dan-
fauna.html Diakses pada 27 April Pukul 14:47
WIB)
Funa : Fauna atau satwa menurut Pasal 1 butir 5
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah
semua jenis sumber daya alam hewani, baik yang
hidup di darat maupun di air (Leden Marpung
1995:64)
Biodibersitas : Biodiversitas adalah keanekaragaman diantara
makhluk hidup dari semua sumber / ekosistem,
termasuk dari daratan, lautan, dan dari ekosistem
akuatik lain serta kompleks – kompleks ekologi
dimana keanekaragaman ini menjadi bagiannya
sehingga mencakup keanekaragaman di dalam
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 10
spesies, diantara spesies dan keanekaragaman
ekosistem (Anonim, 1992:1993)
Gunung Lawu : Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau
Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status
gunung ini adalah gunung api istirahat dan telah
lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi
serta puncaknya yang tererosi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Lawu
Diakses 28 April Pukul 06:19 WIB)
Tawangmangu : Tawangmangu adalah sebauh kecamatan di
kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tawangmangu,_Kara
nganyar Diakses 28 April pukul 06:22 WIB).
Hi - Tech : High dalam Bahasa Indonesia berarti tinggi.
Tinggi disini maksudnya adalah sesuatu yang
mengacu pada moderenisasi dan hal yang baru.
Tech merupakan kata lain dari Technology.
Dalam Bahasa Indonesia, kata ini berubah dan
diserap menjadi teknologi yang artinya adalah
suatu metode yang dipakai dalam suatu
pemecahan masalah perancangan. Masalah
perancangan yang dimaksud disini adalah
masalah struktur, serta pemakaian bahan yang
terkait dengan sistem konstruksi yang
mendukung untuk bangunan yang dirancang.
(http://arch07.blogspot.com/2009/11/
high-tech-architecture.html). Dari penjabaran
diatas, maka diperoleh pengertian bahwa
Arsitektur High-Tech adalah gaya perancangan
suatu bangunan atau lingkungan binaan dengan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 11
beberapa standar tertentu yang kemudian ditata
dan diatur agar pemecahan masalah yang ada
berhasil dicapai dengan pemakaian bahan
bangunan yang fungsional dan estetis. Menurut
Colin Davies, dalam bukunya High Tech
Architecture, pengertian high tech dalam
arsitektur berbeda dengan pengertian high tech
dalam industri. Bila dalam industry pengertian
high tech diartikan sebagai teknologi canggih
seperti elektronik, komputer, robot, chips, dan
sejenisnya.
Dari penjabaran judul diatas maka “ Desain Interior Pusat Konservasi
Flora Fauna Biodiversitas Gunung Lawu di Tawangmangu dengan Konsep Hi –
Tech” adalah perancangan dan perencanaan sebuah area pusat perlindungan
keanekaragaman flora dan fauna yang dikemas kedalam kawasan rekreasi dan
edukasi dengan fasilitas dan sarana yang modern dengan memunculkan atmosfer
high technology. Dengan begitu terdapat banyak pengguna mulai dari masyarakat
awam, pelajar, hingga peneliti domestik maupun mancanegara yang akan
mengakses pusat konservasi tersebut.
B. TINJAUAN UMUM PUSAT KONSERVASI
1. Pengertian Pusat Konservasi
Konservasi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata
Conservation yang terdiri atas con (together) dan servare (keep/save)
yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita
punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide
ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang
Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.
Pengertian konservasi saat ini adalah, sering diterjemahkan sebagai the
wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana).
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 12
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan
dating (Anonim, 2010)
Menurut Robinson, (1983:228) konservasi seringkali disalah
gunakan sebagai pengawasan. Konservasi memiliki beragam arti, namun
intinya menyatakan penggunaan sumber-daya secara rasional dan bijaksana,
menghindari limbah, mencegah kritis, dan memelihara ketersediaannya bagi
kebutuhan manusia. Konservasi tidak berarti sama dengan pengawetan,
meskipun pengawetan adalah salah satu elemen dari konservasi (Sarwono
dan Rita Novita 2005:9)
Senada dengan pendapat diatas konservasi diartikan sebagai
memelihara kelestarian sesuatu (stoott, 1984: 156) sesuatu yang diberikan
harus dijaga dengan baik keberadaannya. Ancaman terbesar terhadapa
kelangsungan hidupumat manusia bias saja akhirnya bukan perang nuklir,
melainkan perusakan sumber daya alami di bumi oleh kebodohan,
kerancuan berfikir, dan keserakahan manusia (Sarwono dan Rita Novita
2005:9)
Pada pernyataan yang dibuat oleh Odum (1971 :408) tentang
konservasi di sisi lain, kata konservasi atau pelestarian memberi kesan
kepada kata “penimbunan”, seolah-olah gagasan tersebut hanyalah berarti
persediaan tetap cadangan sehingga ada sesuatu yang tertinggal untuk masa
yang akan datang. Dalam pandangan masyarakat awam seorang
“konservativ” (ahli konservasi) seringkali digambarkan sebagai orang yang
bersifat anti sosial yang menentang setiap “pembangunan”. Arti sebenarnya
yang ditentang kaum konservasi adalah pembangunan tanpa rencana yang
melanggar hukum ekologi dan hukum manusia. Odum mengungkapkan
tujuan ganda dari konservasi yang sebenarnya (1). Memastikan pengawetan
kualitas lingkungan yang mengindahkan estetika dan kebutuhan rekreasi
maupun hasilnya; dan (2). Memastikan kelanjutan hasil tanaman, binatang,
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 13
dan bahan – bahan yang berguna dengan menciptakan sirkulasi seimbang
antara pembahaaruan. Enger & Smith (2000 :47) menarik kesimpulan bahwa
Konservasi menekankan keseimbangan penggunaan sumberdaya dan
ketersediaan sumberdaya (Sarwono dan Rita Novita 2005:9)
Senada dengan pengertian diatas The International Union for
Conservation of Natural Resources (IUCN) mengeluarkan Dokumen
Strategi Konservasi Dunia (World Conservation Strategy) dalam dokumen
tersebut konservasi didefinisikan sebagai pengelolaan pemanfaatan biosfer
sehingga dapat memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya secara
berkelanjutan bagi generasi sekarang, sekaligus memelihara potensi-
potensinya bagi kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Konservasi
sumberdaya pada definisi tersebut mengemukakan tiga tujuan utama
konservasi sumberdaya hayati : (1). Memlihara proses ekologi yang esensial
serta sistem penyangga kehidupan, (2). Memelihara keanekaragan
kehidupan hayati; dan (3). Menjamin pemanfaatan secara lestari spesies
serta ekosistemnya (zakaria, 1994: 94). Dari pengertian konservasi tersebut
mengandung dua kata kunci yaitu memelihara dan pemanfaatan.
Konservasi sumberdaya hutan penting menurut Kendle & Forbes
(1997:115) adalah: (1). Sebagai perlindungan (proteksi) sumberdaya alam
terutama erosi genetic spesies, yang hasilnya amat berguna bagi kesehatan,
pertanian (tanaman baru) ; (2). Sebagai keseimbangan ekosistem, semua
spesies berinteraksi dalam suatu jaringan yang mendukung kehidupan di
bumi. Senada dengan pendapat itu, manfaat konservasi hutan sebagai wadah
keanekaragaman hayaati adalah: (1). Hutan meningkatkan ketersediaan
pangan dan obat – obatan serta hasil industri: (2). Hutan mempunyai potensi
besar untuk pengembagan baru dan peningkatan hasil di masa mendatang
sebagaimana masih banyak spesies yang belum dimanfaatkan: (3). Hutan
mampu meningkatkan dan memelihara fungsi ekologi, termasuk udara dan
air bersih, tanah garapan, dan pemukiman. Kualitas dari hidup dan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 14
ekosistem tergantung pada fungsi ini; (4). Konservasi hayati memberikan
nilai-nilai spiritual, etika, rekreasi, dan estetika (anonym, 2003: 3)
Berbagai cara atau strategi dilakukan untuk melakukan konservasi
sumberdaya. Kandle & Firbes (1997: 1290) mengemukakn bebrapa elemen
kunci strategi konservasi di masa mendatang, yaitu; (1). Meningkatkan
metode ex-situ untuk konservasi: (2). Pemulihan habitat dan teknik intervasi
serupa: (3). Fokus pada mekanisme dan kebijakan pemerintah untuk
penyelamatan dari situs kecil terisolasi: (4). Pendidikan lingkungan guna
memperoleh dukungan politik dari masyarakat banyak untuk perlindungan
keanekaragaman hayati: (5). Eksplorasi metode-metode penggunaan lahan
berkelanjutan dimana kebutuhan manusia akan bertemu dengan
tanggungjawab dan menjadi sahabat lingkungan.
Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati arti,
pemeliharaan dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam untuk
kehidupan. Setiap penggunaan dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragamannya, menghindari eksploitasi sehingga
sumberdaya dapat digunakan dalam jangka panjang. Dengan demikia,
penggunaan itu tidak menimbulakan kesalahan pengelolaan atau kerusakan
lingkungan yang akan mengakibatkan bencana bagi manusa.
2. Jenis – jenis Konservasi
Kegiatan Konservasi sumber daya alam hayati adalah upaya
pengelolaan sumber daya alam hayati dengan memperhitungkan
kelangsungan dan tetap memelihara serta meningkatkan kualitasnya. Tujuan
dari kegiatan konservasi adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian
sumber daya alam dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mutu
kehidupan manusia(R. Afif Pranaya Jati, dkk 2014: 8). Dibawah ini adalah
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 15
jenis – jenis kegiatan konservasi yang sering dilakukan yakni antara lain
adalah;
a. Konservasi in-situ
Konservasi in-situ adalah kegiatan konservasi flora/fauna yang
dilakukan di dalam habitat aslinya. Konservasi in-situ mencakup
kawasan suaka alam meliputi Cagar alam dan Suaka Margasatwa
sedangkan kawasan pelestarian alam yakni meliputi Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, Taman Buru dan Taman Wisata Alam(Bambang
Pamulardi 1999: 186). Konservasi in-situ merupakan upaya
pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar di dalam kawasan suaka
alam yang dilakukan dengan jalan membiarkan agar populasinya tetap
seimbang menurut proses alami di habitatnya. Pengelolaan di dalam
habitatnya dapat dilakukan dalam bentuk identifikasi, inventarisasi,
pemantauan habitat dan populasinya, penyelamatan jenis, pengkajian,
penelitian dan pengembangan. (R. Afif Pranaya Jati, dkk 2014: 9).
b. Konservasi ex-situ
Konservasi ex-situ yaitu kegiatan konservasi flora/fauna yang
dilakukan di luar habitat asalnya. Konservasi ex-situ dilakukan oleh
lembaga konservasi, seperti kebun raya, arbetrum, kebun binatang,
taman safari, dan tempat penyimpanan benih dan sperma
satwa(Bambang Pamulardi 1999: 187). Konservasi ex-situ
dilakukan adalah untuk menghindarkan adanya kepunahan suatu
jenis karena terjadinya berbagai tekanan terhadap populasi maupun
habitatnya. Untuk melakukan kegiatan konservasi ex-situ berbagai
persyaratan yang perlu dipenuhi, yaitu tersedianya tempat yang
cukup luas, aman dan nyaman, memenuhi standart kesehatan
tumbuhan dan satwa, serta mempunyai tenaga ahli dalam bidang
medis dan pemeliharaan. Begitu pula untuk melakukan
perkembangbiakan jenis di luar habitatnya, persyaratan yang perlu
dipenuhi yaitu dapat menjaga kemurnian jenis dan keanekaragaman
genetik, dapat melakukan penandaan dan sertifikasi, serta dapat
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 16
membuat buku daftar silsilah. Contoh kawasan konservasi ex-situ
adalah kebun binatang, kebun raya, arboretum, dan taman safari(R.
Afif Pranaya Jati, dkk 2014: 9).
Kelebihan dan kekurangan konservasi in-situ dan konservasi ex-situ
Konservasi in-situ
Kelebihan Kekurangan
• upaya konservasi paling
efektif
• perlindungan dilakukan
di dalam habitat asli
• tidak diperlukan proses
adaptasi tumbuhan ke
tempat yang baru
• penyebaran sempit
• tanpa diketahui terjadi
perubahan habitat
• jika terjadi bencana
(kebakaran), seluruh
jenis yang terdapat di
dalamnya terancam
musnah dan tidak ada
yang dapat dicadangkan
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Konservasi in-situ
Sumber: Kegiatan Konservasi.pdf (Bambang Pamulardi 1999: 187).
Konservasi in – situ
Kelebihan Kekurangan
• mencegah kepunahan
lokal berbagai jenis
tumbuhan, akibat
bencana alam dan
kegiatan manusia
• dapat dipakai untuk
arena perkenalan
berbagai jenis
tumbuhan dan wisata
alam bagi masyarakat
• memerlukan kegiatan
eksplorasi dan penelitian
terlebih dahulu
• dibutuhkan dana yang
cukup besar
• dibutuhkan tenaga ahli
dan orang yang
berpengalaman
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 17
luas
• berguna untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi terutama yang
berkaitan dalam
kegiatan budidaya
tumbuhan
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Konservasi in-situ
Sumber: Kegiatan Konservasi.pdf (Bambang Pamulardi 1999: 187).
3. Fasilitas Konservasi
Fasilitas yang disediakan untuk subuah kawasan konservasi biasanya
menyesuaikan bentuk dari konservasi tersebut. Terdapat enam macam
kawasan konservasi di Indonesia, yakni antara lain adalah Cagar Alam, Suaka
Margasatwa, Taman Buru, Taman Hutan Raya, Taman Nasional, dan Taman
Wisata Alam. Kawasan – kawasan tersebut memiliki tujuan dan kepentingan
yang berbeda – beda. Secara garis besar kawasan konservasi tersebut lebih
mengutamakan pelestarian dan melindungi proses alam yang terjadi pada
kawasan tersebut. Adanya fasilitas yang mendukung tujuan – tujuan tersebut
adalah antara lain memudahkan akses pecapaian kawasan sebagai kawasan
potensi wisata, “yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan studi ilmiah,
pemantauan penelitian, pendidikan dan pemeliharaan sumber daya plasma
nutfah dalam suatu keadaan dinamis dan berevolusi” (A. Falahuddin Mahrus
& Jatna Supriatna 2005: 63)
a. OFFICE
1. Definisi Kantor
Menurut (Poerwodarminta 176) : Balai/gedung tempat menulis
atau mengurus suatu pekerjaan.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 18
Menurut Paul Mahieu Kantor adalah tempat dalam suatu badan
usaha dimana dilaksanakan pekerjaan administratif (tata usaha)
yang dapat dilakukan dengan mesin atau tangan. (The Liang Gie
105).
Menurut Glen W. Howard Pusat dari kegiatan administrasi (tata
usaha) dan berperanan sebagai suatu kamar kerja dan belajar,
suatu ruang rapat, suatu tempat perundingan, suatu pusat
penerangan,suatu pusat pemberian pelayanan, suatu kamar untuk
berkas-berkas, suatu ruang perjamuan dan seringkali suatu
lambang dari kedudukan. (The Liang Gie 105) .
2. Klasifikasi Kantor
a. Berdasarkan Tujuan Usaha dan Lingkungan Suasana Kerja
Kantor administrasi pemerintah
Kantor administrasi perusahaan
Kantor administrasi sosial
b. Berdasarkan Pemiliknya
Pemerintah
Swasta
c. Berdasarkan Sifat dan Tujuan Kegiatan
Kantor yang sifatnya komersil untuk mencari keuntungan
(kantor sewa)
Kantor yang sifatnya non komersil (kantor yang dipakai
sendiri)
d. Berdasarkan Hirarki
Kantor pusat
Kantor cabang
Kantor perwakilan
3. Kebutuhan Aktivitas Kantor
Aktivitas merupakan inti pengembangan keputusan mengenai
sebuah tempat kerja, segala aktivitas memiliki baik kebutuhan fisik
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 19
maupun psikologis. Beberapa aktivitas memiliki baik kebutuhan fisiki
maupun kebutuhan psikologis. Beberapa aktivitas dapat mewakili
kebutuhan yang sama, dan dapat berjalan dengan baik dalam satu
ruang ataupun berdampingan, atau di waktu yang lain.
Sedangkan yang lain membutuhkan kedekatan satu dengan yang
lain, tetapi yang dibutuhkan saling berhambatan. Sedangkan yang lain
lebih baik jika dipisahkan. Hanya dengan menganalisa secara
menyeluruh kebutuhan ini dapat memberi ruang perencanaan yang
efektif
Analisa bisnis dapat digolongkan berdasarkan karakter mereka, yaitu:
(Raymond and Cunliffe 34) :
a. Creative. Brainstorming, designing, strategic planning, repost
waiting.
b. Persuasive. Negotiating, presenting, training, selling.
c. Absorbing. Reading, researching, training, selling
d. Reflective. Greeting, eating, exercising.
e. Hmdrum. Word Processing, filinf, photocopy, checking.
f. Refreshing. Greeting, eating, exercising.
g. Informative. Actively telling or passive overhearing.
h. Compassionate. Counseling, helping.”
4. Ruang
Dalam hal ini batasan orang yang dimaksud adalah area
beraktifitas dengan jangkauan sampai pada beberapa aktivitas yang
berbeda, dimana dilakukan serentak atau berurutan, dan batasan itu
sendiri dapat berupa nyata ataupun tidak nyata, bervariasi mulai dari
pemisahan lewat dinding partisi ataupun sebatas garis lantai di karpet
“we decide spaces needed by an organization into:
a. Primary. The principal workspaces (housing the core activities)
b. Ancillary. Space containing functions support the work of the
whole organization.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 20
c. Social. Space containing functions to do with the operation and
maintenance of the building.
d. Circulation. Space to do with movement around office”. (Raymond
and Cunliffe 59).
5. Jenis Ruang
a. „Workstation‟
Workstation menyediakan tempat bagi para pekerja, dan peralatan.
Ruang yang dimaksud adalah untuk membawa tugas – tugas, akses
langsung untuk penyimpanan, dan kebebasan bergerak. Kursi harus
nyaman untuk semua orang, apapun bentuk dan ukurannya.
Sedangkan meja yang paling utama adalah mendukung untuk
bekerja baik menulis ataupun membaca,terlebih untuk peralatan
komputer. Kemudian disekelilingnya terdapat rak penyimpanan
file, rak buku, tempat sampah, dan mungkin lampu berdiri.
b. Ruang Privat
Dalam sejarahnya, kantor personal disediakan untuk semua level
pada susunan hirarki manajemen yang tentunya menyediakan
tempat yang privat untuk bekerja, dan disesuaikan menurut
jabatannya. Namun sekarang hal itu sudah berubah, kantor privat
lebih banyak mengacu pada fungsi daripada sekedar kedudukan.
c. Ruang Kelompok
Adalah tempat dimana orang bertemu untuk berbicara,
mendengarkan, dan bersama – sama membuat solusi terbaik untuk
pekerjaan yang sedang ditangani.
d. Ruang Tambahan
Tempat pemrosesan kertas (fotokopi, printer, dll)
Tempat menyimpan file
Tempat bersantai
Toilet
e. Ruang Pendukung
1) Ruang Resepsionis / Lobby
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 21
Resepsionis adalah tempat dimana sebuah perkantoran
menyambut pengunjung, bagian utama atau pertama yang dapat
dilihat secara langsung oleh masyarakat umum.
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan resepsions adalah:
Keteraturan, rapih
Menarik perhatian
Tidak terhalang
Unit Penggandaan (reprographic units)
Tempat surat
Tempat Arsip
Area Tunggu
2) Ruang Sosial
Ruang sosial adalah bagian dari kantor diaman aktivitas orang
– orang tersebut lebih banyak tidak berkaitan dengan
pekerjaan.
3) Ruang Servis
Atria dan teras
Workshop
Ruang staff
Gudang
Ruang mesin
4) Ruang Sirkulasi
Menurut Francis DK Ching (1996) dalam bukunya Arsitektur:
bentuk, ruang dan susunan jalan sirkulasi dapat diartikan
sebagai tali yang terlihat yang menghubungkan ruang – ruang
suatu bangunan atau suatu deretan ruang – ruang dalam
maupun luar bersama.
Lifts dan lift lobby
Escalator
Tangga
Refuge
Koridor
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 22
Passages
Area pengiriman barang
6. Aspek – Aspek Pembentuk Ruang
a. Lantai
Lantai dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam
ruang, dapat memberi karakter dan dapat memperjelas sifat ruang
misalnya dengan memberikan permainan pada permukaan lantai itu
sendiri (Suptandar 123-124). Material karpet merupakan standarisasi
dari office building. Demikian yang telah dilontarkan oleh Alex M. dan
Joanna E.
Dalam bukunya Designing for Tomorrow‟s Workplace, bahwa
keistimewaan dari material tersebut dapat dipergunakan sebagai alat
absorbs suara, dapat memberikan suatu warna, serta individuality
dalam ruangan. Karpet berkarakter hangat dan tentunya hal tersebut
ramah terhadap lingkungan. karpet merupakan material yang mudah
dalam maintenancenya, dan dapat menangkal aliran elektrikal listrik
yang terdapat pada area kerja” (Alexi and Joanna 190).
b. Dinding
Jenis dinding dibagi menjadi 2 macam, yakni structural dan non
structural. Setiap dinding mempunyai tekstur dan karakter masing –
masing. Tekstrur yang kasar umumnya kurang memantulkan cahaya
begitu pula sebaliknya. Cermin merupakan bahan penutup dinding
dengan tekstur halus dan mengkilat dapat memantulkan cahaya secara
sempurna, dinding yang berwarna gelap menyerap cahaya, membuat
ruangan lebih sulit diterangi, dan menimbulkan kesan tertutup, intim.
Warna – warna terang dan hangat pada dinding menimbulkan kesan
hangat, sedangkan warna – warna terang dan dingin meningkatkan
kesan besarnya ruangan (Ching 185)
Pada umumnya dinding ruang dalam perkantoran merupakan
nonstructural wall (partisi). Pemasangannya pun dapat moveable
maupun tidak tergantung dari kebutuhan ruangannya. Dinding dapat
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 23
menghambat komunikasi. Dimana suatu ruang sedikit
membutuhkan komunikasi atau suatu ruang dimungkinkan syarat akan
merusak privasi atau menggangu konsentrasi maka ruang tersebut akan
dibuat menjadi single person office (Alexi and Joanna 109).
Itu sebabnya maka pada ruang yang syarat akan privasivitas peranan
dinding sangat dibutuhkan, terutama dinding yang dapat mengisolasi
suara seperti partisi gypsum.
c. Plafon
Dalam ruang komersial, sistem langit – langit gantung dengan
modul sering digunakan untuk mengintegrasikan dan menyediakan
fleksibilitas dalam tata letak peralatan lampu dan lubang –lubang
distribusi udara. Sistem biasanya terdiri dari unit – unit modul langit –
langit, yang disangga oleh grid metal yang digantung dari struktur
diatasnya. Unit – unit tersebut biasanya dapat dibuka sebagai akses
memasuki ruang langit – langit (DK. Ching 197)
Ruang perkantoran pada umumnya memakai material gypsum
untuk langit – langit. Hal tersebut dikarenakan oleh karakter material
gypsum atau gips yang dapat mengisolasi suara, sehingga ruang dalam
tidak terganggu oleh kebisingan di lingkungan luar. Papan gips dapat
dipasang dari atas rangka atau rangkat pengikat kayu atau logam.
Untuk meningkakan isolasi akustik dan lebih tahan api, dapat
digunakan papan gips dua lapis (DK. Ching 190)
7. Tinjauan Tentang Unsur – unsur Kondisional
“Office workers have suffed ,,sickness” for centuries, Infectious
diseases, such as Legionnaires” disease, in the transmission of which
building servicesed system play a role, are in different category and
need straigent measures by which to guard against them”. (Alexi and
Joanna 195)
Suatu gambaran di atas, bahwa pola aspek interior menentukan
produktifitas kerja penggunanya. Peranan tata kondisional harus diolah
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 24
sedemikian rupa agar humanis, tidak membuat civitas di dalamnya
menjadi ,,sakit”.
Bagaimana membaut tata kondisional yang sehat? “Comfort”
jawabnya. pendefinisian dari kenyamanan tidaklah mudah untuk
ditemukan, karean banyak variasai arti yang berbeda dari orang yang
berbeda pula, namun ,,nyaman” dapat dicapai dari hubungan ruang
terhadap temperatur, relative humanity, air movement, dan
pencahayaan tentunya (Dwi Setyowati 27)
Berikut syarat tata kondisional yang baik bagi workplace terkini
menurut Alexi M. and Joanna E. dalam bukunya Designing for
Tommorow‟s Workplace.
a. Pencahayaan
Dalam proses perancangan demikian pula dalam proses
“mengalami” secara utuh serta merasakan bentuk, warna, tektsur,
pola sebagai elemen – elemen pembatas dan pembentuk suasana,
karakter ruang, mutlak dibutuhkan kehadiran cahaya. Dengan
demikian cahaya merupakan unsur signifikan pada pencahayaan
ruang dalam.
“Aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam pencahayaan dan
pemandangan:
Illumination. Enough ligh, but not too much contrast. The
work more brightlylit than background, but not glairy so.
Direction. Enough directional light to define the shape and
location of object, but not so much as to throw heavy
shadows.
Colour. Light that renders colours accurately , and that
createsthe right atmosphere.
Concealment. Bright sources, whether windows or
luminaries (light fittings) and reflection kept out of the
main field of view.
Control. The ability to adjust the light to suit the task
and the worker.” (Raymond and Cunliffe 37)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 25
Besar intensitas cahaya yang dianjurkan untuk pekerjaan kantor
yaitu antara 200 hingga 2000 lux. Cahaya tersebut dapat didukung
pula oleh keberadaan task lighting di workstation, pada waktu –
waktu tertentu misalnya pada saat bekerja di depan komputer.
“For those working on computer, glare the veiling of reflections
are as much of concern as absolute lux levels”. (Alexi and Joanna
178-179)
“Windows are brilliant invention”. (---189). Keberadaan jendela
dapat mensuplai cahaya alami, menjaga ruang dalam agar tidak
terlalu panas, terlalu dingin, kotor, dan bising, serta memberikan
view.
b. Penghawaan
Standarisasi temperatur dalam ruang adalah 70-750F (21-240C) :
“…the range for comfort in sedentary work recommended by
the UK Health and Safety Executive, whose mission is the health
of people in the workplace, is 70 to 750F (21 to 240C) ambient air
temperature. An allowance of plus or minus 20F (10C) is
sometimes include in statement of a target range”. (Alexi and
Joanna 179)
Sistem air conditioning (AC) yaitu suatu sistem pengatur udara
dalam ruang yang dilakukan secara teratur dan konstan (Suptandar
275). Manusia menginginkan kenyamanan dan kesejukan udara
yang dapat membantu kenyamanan kerja. Pemilihan atau
keputusan untuk menggunakan AC oleh karena sistem mekanis
lainnya dianggap tidak mampu untuk mengatasi vebtilasi alam
yang kurang memenuhi persyaratan. Keadaan temperature dan
kelembapan udara yang kurang seimbang, keadaan lingkungan
hidup yang tidak memenuhi persyaratan ketentraman, terutama
yang disebabkan oleh polusi dan suara, serta udara bersih yang
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 26
tidak mencukupi untuk kebutuhan suatu ruang dengan jumlah
orang beserta aktivitasnya.
mencukupi untuk kebutuhan suatu ruang dengan jumlah orang
beserta aktivitasnya.
8. Akustik
Kenyamanan juga dipengaruhi oleh intensitas suara. Suara harus
cukup keras dan jelas. Masyarakat dapat berkomunikasi baik
berpasangan, dan berkelompok. Ketenangan di tempat kerja sebagian
besar berasal dari tingkat-tingkat kebisingan rendah: karpet dan
permukaan-permukaan penyerap lain.
Perancang interior harus memahami bagaimana pemilihan dan
peletakan material-material pemantul dan penyerap suara dapat
mempengaruhi kualitas akustik suatu ruang. Suara-suara yang tidak
dikehendaki yang timbul dari luar dapat dikendalikan dalam tiga cara.
Pertama, dikendalikan dengan mengisolasi suara tersebut pada
sumbernya. Kedua, dengan menghilangkan denah bangunan
sedemikian rupa sehingga daerah yang menimbulkan suara bising
diletakkan sejauh mungkin dari daerah yang tenang. Ketiga, dengan
menghilangkan kemungkinan jalur rambatan suaranya melalu udara
atau melalui struktur bangunan dimana suara bising dapat bergerak
dari sumbernya ke dalam ruang. (Ching 309)
Penyerapan Bunyi (Papan Akustik)
No Jenis Peredam Kegunaan
1 Peredam berpori dan
berserat
Baik untuk meredam frekuensi
tinggi. Harus tebal untuk
meredam frekuensi rendah
2 Peredam membran Baik untuk meredam frekuensi
rendah
3 Peredam resonan Dapat disesuaikan untuk
meredam frekuensi tertentu
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 27
4 Peredam panil
berongga (helmholtz
resonators
Merupakan paduan peredam
berpori dan resonan, baik utnuk
meredam frekuensi menengah
Tael 2.3 Jenis Bunyi dan Kegunaan
Sumber: (Architectural Interior System/Acustic Room/2013)
b. AREA EXHIBITION (PAMERAN)
1. Pengertian
Ruang pamer dalam bahasa Inggrisnya disebut Show Room, yaitu
….. “room used for the display of good or merchandise” (Ernst
Neufert, 1987:359). Pengertian tersebut dapat diterjemahkan
sebagai berikut, ruang pamer adalah ruangan yang digunakan
untuk kepentingan pemajangan benda – benda koleksi atau barang
– barang dagangan. Dari pengertian di atas, maka ruang pamer
pada area konservasi adalah suatu ruangan yang digunakan untuk
menata dan memamerkan benda – benda koleksi agar dapat dilihat
oleh pengunjung.
Sementara menurut Hadisutjipto (1998:34) ruang pamer
merupakan tempat untuk mewujudkan komunikasi antara benda
pamer dan pengunjung. Ruang pamer dapat dianggap sebagai
kunci pameran yang berbicara tentang kekayaan dan koleksi.
2. Tipe Ruang Pamer
Ruang pamer dapat dibagi menjadi dua jenis tipe yaitu:
a) Ruang pamer sementara, digunakan untuk memamerkan
materi pameran seperti Lukisan, patung, dan materi
pameran yang dapat dipindahkan maupun diganti –ganti.
Letaknya di lantai pameran utama, ataupun lantai bawah
dekat dengan lobby.
b) Ruang pamer permanen, terbagi menjadi dua jenis yaitu:
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 28
Pameran umum, obyeknya berukuran besar dapat
berupa ruang sejarah, informasi – informasi umum
tentang koleksi instansi maupun pameran kerja.
Pameran penelitian, obyeknya berukuran kecil,
memamerkan hasil – hasil penelitian.
Skala maupun proporsi ruang pamer dapat berubah seiring
dengan waktu dan kebutuhan. Untuk bangunan – bangunan masa
kini, lazim ruangan yang digunakan berukuran sedang, untuk
bangunan – bangunan kuno menggunakan ruangan – ruangan
berukuran besar.
Tipe – tipe Ruang Pamer, adalah sebagai berikut:
Kamar sederhana berukuran sedang merupakan
bentuk yang paling lazim.
Aula dengan balkon merupakan bentuk ruangan
yang juga lazim dan salah satu yang tertua.
Aula pengadilan (CIERE story hall) merupakan aula
besar dengan jendela – jendela tinggi di kedua
sisinya.
Galeri lukis terbuaka (Skylighted picture gallery)
merupakan tipe ruangan yang paling umum dalam
museum seni. Ruangan ini tampak lebih sederhana
bagi pengunjung maupun bagi arsitek dianggap
sebagai ruang yang paling sulit dirancang.
Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer
yang sesungguhnya bukan ruangan, tetapi
merupakan suatu jalan atau lorong. Digunakan
sebagai display supaya tidak tampak kosong.
Tipe ruangan yang bebas, dapat dibagi – bagi saat
ada pameran. Ruangan ini tidak berjendela namun
ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 29
3. Persyaratan Ruang
Persyaratan ruang pada ruang pamer sebagai fungsi utama dari
sebuah bangunan. Beberapa persyaratan teknis ruang pamer
sebagai berikut :
a) Pencahayaan
Pencahayaan yang disarankan pada ruang pamer adalah kurang
lebih sebesar 50 lux. Pencahayaan alami yang baik untuk ruang
pamer adalah pencahayaan alami yang diolah secara tidak
langsung. Beberapa contoh pencahayaan alami pada ruang pamer
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Pencahayaan Alami pada Ruang Pamer
Sumber: (Neufert 2006)
Pencahayaan pada ruang pamer dalam ruangan tersebut
menggunakan pencahayaan alami dan buatan. Karena obyek yang
digunakan merupakan obyek hidup seperti tanaman hasil penelitian
dari laboratorium sehingga pada beberapa sudut atau obyek
menggunakan pencahayaan buatan seperti:
General Lighting
General Lighting merupakan tipe pencahayaan yang paling
sederhana. Pencahayaan ini memiliki efek terang yang
merata sehingga dapat dijadikan sebagai penerangan utama
dalam ruangan.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 30
Task Lighting
Tipe pencahayaan ini memberikan pencahayaan pada objek
yang spesifik. Cahaya disorotkan pada area yang terbatas
dan tertentu seperti dalam menerangi obyek pamer.
Accent Lighting
Tipe pencahayaan ini dapat menciptakan mood pada
ruangan seperti memberi kesan dramatis, atau artistis.
b) Penghawaan
Penghawaan pada ruangan pamer tersebut menerapkan
penghawaan buatan yakni dengan menggunakan pengatur suhu
ruangan seperti AC atau exhaustfan. Keadaan ini
mempertimbangkan dari jenis obyek pamer yang merupakan
tumbuhan hidup dan berasal dari lingkungan yang berbeda.
c) Ergonomi dan Tata Letak
Tata letak obyek koleksi sangat berperan dalam memudahkan
pengunjung untuk melihat, mengapresiasi serta menikmati koleksi.
Standar peletakan obyek koleksi di dalam ruang pamer dengan
obyek pengamatan vegetasi yang berimensi cukup kecil adalah
152,4 cm, dan jarak pandang minimal adalah 76,2 cm (Penero and
Zelnik, 1979). Dalam upaya melindungi obyek pamer dari potensi
perusakan, panjang jangkauan tangan manusia juga perlu
dipertimbangkan dalam meletakkan obyek pamer, jarak maksimal
jangkauan laki – laki dewasa kurang lebih adalah 68,7 cm (Panero
and Zelnik, 1979). Berdasarkan hal tersebut maka penataan obyek
pamer dengan sistem yang terbuka dapat mengaplikasikan jarak
pembatas antara obyek pamer dengan area sirkulasi minimal
sebesar 68,7 cm. Menurut Tutt and Adler (1981) terdapat tiga
macam cara mendisplay atau menata
objek pamer , yaitu:
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 31
(Gambar 2.2. Perletakan Panel Koleksi)
(Sumber : Tutt and Adler , 1981;
gambar diolah dari Panero and Zelnik, 1979)
(Gambar 2.3 Perletakan Panel Koleksi)
(Sumber : Tutt and Adler , 1981;
gambar diolah dari Panero and Zelnik, 1979)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 32
(Gambar 2.4 Perletakan Panel Koleksi)
(Sumber : Tutt and Adler , 1981;
gambar diolah dari Panero and Zelnik, 1979)
d) Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan
informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang
dipamerkan.
(Gambar 2.5. Sirkulasi Ruang Pamer)
(Sumber: Data Arsitek 2006)
Sirkulasi interior di dalam ruang pamer memfokuskan bagaimana
pengunjung dapat menikmati koleksi vegetasi hasil reset laboratorium
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 33
secara efektif yaitu keseluruhan dari materi koleksi yang dipamerkan
dapat tersampaikan dengan baik dan maksimal. Pengelolaan pola
sirkulasi atau pergerakan pengunjung yang dating berasal dari
kelompok atau individu.
c. LABORATORIUM FLORA FAUNA
Laboratorium Flora Fauna ini merupakan sebuah fasilitas yang
mewadahi segala penelitian, pengobatan, pengembangan, atau
penanggulanagan penyakit bagi obyek pusat konservasi. Laboratorium
ini disediakan untuk menjaga kelestarian dan keawetan dari flora fauna
khas Gunung Lawu.
a. Klasifikasi Laboratorium
Berdasarkan buku Building Type Basics for Research Laboratories,
Daniel D. Watch, Perkins & Will, terdapat tiga tipe laboratorium yaitu
laboratorium swasta, laboratorium pemerintah dan laboratorium
pendidikan.
1) Laboratorium swasta
Desain laboratorium untuk sektor swasta yang dijalankan oleh
perusahaan swasta biasanya melakukan kegiatan dengan kebutuhan
untuk memajukan penelitian yang mempunyai potensi untuk
memperoleh keuntungan. Perusahaan swasta mengkhususkan
penelitian dalam membuat penemuan, menciptakan inovasi dan
memperkenalkannya ke pasar juga memperoleh keuntungan dari
pemegang saham penelitian. Karena laboratorium swastalebih
dijalankan untuk kepentingan memperoleh keuntungan, dibandingkan
dengan laboratorium pemerintah dan laboratorium pendidikan,
laboratorium swasta lebih ditekankan untuk lebih inovatif dan
memiliki keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan penelitian yang
baru.
2) Laboratorium pemerintah
Laboratorium pemerintah melakukan penelitian untuk kepentingan
umum. Fasilitas penelitian pemerintah sama dengan laboratorium di
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 34
sektor swasta, biasanya terdapat hanya atau tidak terdapat lab untuk
mengajar. Laboratorium pemerintah biasanya mengikuti sektor swasta
dalam mengembangkan fasilitas dan inovasi baru.
3) Laboratorium pendidikan
Laboratorium pendidikan selain mempunyai fasilitas untuk belajar-
mengajar tetapi juga mempunyai fasilitas penelitian untuk kepentingan
umum atau penelitian untuk mengembangkan potensi yang dapat
memperoleh keuntungan.
b. Berdasarkan “Time Savers Standard for Building Type”
membagi fasilitas laboratorium menjadi 4 kelas:
1) Laboratorium kelas A
Laboratorium khusus untuk penelitian ilmu pengetahuan dasar dan
penerapannya seperti biologi, kimia dan fisika. Laboratorium ini
didesain dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi pada penelitian
yang akan dilakukan.
2) Laboratorium kelas B
Laboratorium yang digunakan untuk penelitian yang tidak begitu luas
seperti laboratorium kesehatan, sosial, psikiatri, epidemilogi, dll.
3) Laboratorium kelas C
Lebih banyak digunakan sebagai fasilitas pelengkap untuk gudang
barang, kandang dan juga bengkel pesawat.
4) Laboratorium kelas D
Jenis laboratorium ini adalah untuk penelitian tertentu yang
membutuhkan lingkungan sendiri. Laboratorium jenis ini hanya
memiliki satu jenis penelitian seperti penelitian biotron, betatron,
ruang hyperbaric, dll.
c. Berdasarkan kebutuhan badan peneliti riset dan pengembangan
tanaman laboratorium dibedakan menjadi beberapa bagian
yakni antara lain:
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 35
1) Lab fisiologi tumbuhan
Lab fisiologi tumbuhan digunakan untuk meneliti mekanisme yang
ditimbulkan oleh variael leingkungan (seperti air, nutrisi mineral,
garam) yang mempenganruhi pertumbuhan tanaman. Fasilitas yang
disediakan antara lain psychrometers dan pressure bombs untuk
tekanan terhadap air; sebuah multichannel extensiometer
mendeterminasi pertumbuhan daun dan karakteristik selnya; dan
sebuah ruangan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman. Selain itu
lab fisiologi tumbuhan juga digunakan untuk mengetes bio-efficacy
dari bahan kimia yang berbeda. Mempelajari toleransi desikrasi,
phytotoxicity. Lab ini juga dilengkapi dengan transpiration
measurement systems, osmometer, cold centrifuges, plant canopy
analyzer and sapflow systems.
Gambar 2.6. Layout Laboratorium
Working areas: Small area for dangerous substances (wet area)
Dry area (small equipment) Large equipment/possibly wet area
Writing desk
Sumber: Research and Technology Buildings Manual
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 36
Gambar 2.7 Lab fisiologi tumbuhan
Sumber: http://www.recourcesdet/ht,
http://www.crida.ernet.in/more2.htm
2) Laboratorium patologi tumbuhan
Laboratorium patologi tumbuhan ini digunakan untuk mengisolasi,
mengkultur dan mengidentifikasi jamur patogen dan bakteri patogen
mendeteksi virus daun, menemukan penyakit melalui piranti lunak
komputer. Mengembangkan metode bio-control untuk pengendalian
penyakit tanaman. Meningkatkan efisiensi dari fungisida. Mengontol
kerusakan panen dan mengetes bio-efficacy fungisida.
Gambar 2.8 Layout lab
Working areas:
Small area for dangerous substances (wet area)
Dry area (small equipment)
Sumber: Research and Technology Buildings Manual
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 37
Gambar 2.9 Lab patologi tumbuhan
Sumber: http://www.recourcesdet/htm
3) Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman tersebut merupakan
sebuah laboratorium yang merupakan laboratorium untuk mengadakan
perbagai aktivitas penelitian tentang hama maupun penyakit pada
tumbuhan.
4) Laboratorium Kultur Jaringan
a. Laboratorium Kultur Jaringan adalah sebuah
laboratorium yang digunakan untuk pengembangan
Bioteknologi Tumbuhan. Metode dalam penelitian ini
merupakan prosedur pemeliharaan dan
pertumbuhanjaringan tanaman (sel, kalus, protoplas)
serta organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis
(in vitro).
Metode kultur jaringan diantaranya digunakan untuk perbanyakan
tanaman, modifikasi genotip (plant breeding), produksi metabolit
sekunder, pemeliharaan plasma nutfah, penyelamatan ebrio
(embryorescue) (Hartman dkk., 1997)
Menurut Pierik (1977), ada beberapa kelebihan metode kultur
jaringan dibandingkan metode yang lain yaitu:
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 38
1. Metode perbanyakan lebih cepat dibandingkan metode yang
lain
2. Metode ini digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sulit
diperbanyak dengan metode konvensional.
3. Tanaman hasil kultur jaringan mempunyai jaringan yang lebih
kuat disbanding dengan metode yang lain
4. Dapat digunakan untuk tanaman yang bebas penyakit dan tidak
terbatas oleh manusia dalam pelaksanaannya.
b. Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi
menurut Schwann dan Schleiden (1838) yang
menyatakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan
untuk tumbuh menjadi individu baru jika berada pada
lingkungan yang sesuai. Kondisi lingkungan untuk
kultur jaringan harus terkontrol baik dari segi suhu,
kelembaban, dan cahaya. Selain kondisi lingkungan
yang terkontrol, suplai nutrisi dan penambahan zat
pengatur tumbuh juga sangat penting.
c. Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan
Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari
ruangan-ruangan yang dipisahkan berdasarkan
fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area),
ruang penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan
(growing area). Seberapapun luasnya laboratorium,
ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang di atas
juga harus terpisah dari kebun bibit dan green
house untuk menghindari masuknya kontaminasi ke
dalam ruang
kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi harus terus
dijaga secara intensif (Hartman dkk, 1997).
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 39
2. Persyaratan Bangunan Laboratorium
a. Dalam “Himpunan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup” menyebutkan
bahwa persyaratan bangunan berdasarkan:
1) Jenis kegiatan dan beban laboratorium
2) Jenis, dimensi dan jumlah peralatan
3) Jumlah sumber daya manusia laboratorium
4) Faktor keselamatan
5) Jarak meja analisis dan koridor
6) Rencana pengembangan laboratorium
b. Lantai laboratorium harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1) Permukaannya rata dan halus serta kedap air
2) Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan
3) Mempunyai daya tahan struktur dan mekanik
4) Kompatibel cara kerja di laboratorium dan keamanan personil
5) Anti slip
6) Sambungan papan sebaiknya dihindari, namun bila harus juga
digunakan maka pelu ditutup dan terhindar dari penerasi bahan berbahaya
7) Perlu dibuat dan dirancang lubang di lantai untuk mengantisipasi
seandainya terjadi tumpahan cairan
8) Resiko terjadinya tumpahan cairan mungkin tidak dapat dihindari
sehingga sambungan antara lantai, dinding dan tiang yang terbuka, harus
dibuat saluran kecil untuk mempermudah pembersihan
c. Dinding di area kerja laboratorium harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut:
1) Permukaan rata dan halus serta kedap air
2) Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan
3) Mudah dibersihkan
d. Langit-langit area kerja laboratorium harus mempunyai konstruksi yang kuat,
permukaan yang halus, tidak menyerap bahan kimia, dilapisi eternit, dicat dengan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 40
bahan cat yag halus dan mudah untuk dibersihkan, serta berwarna terang. Secara
utilitas terdiri dari sistem penghawaan, sistem penerangan, sistem pengadaan air
bersih dan tata ruang. Sistem penghawaan terdiri dari 2 cara:
e. Lemari asam, digunakan untuk keamanan bagi pelaksana laboratorium saat
melakukan pekerjaannya dan juga untuk personil laboratorium lainnya. Secara
teknis, alat ini bekerja dengan cara menangkap uap, mengencerkannya dan
membuang semua resid yang bisa menyebabkan kontaminasi udara, khususnya
yang mengandung bahan berbahaya. Efisiensi dan keamanan dari alat ini
tergantung pada kelancaran udara yang masuk, daya tampung efektif, pemilihan
kontaminan udara dari raungan, hal tersebut berkaitan dengan mekanisme
pergerakan udara dan sistem pengahawaan, bahan yang dipakai dalam konstruksi,
sistem pembuangan kontaminan dan keamanan serta radius penyebaran
kontaminan ke atmosfir.
f. Sistem penghawaan
1) Sistem penghawaan alami yaitu sistem yang dilengkapi:
Ventilasi terbuka yang memiliki luas minimal 10% dari luas lantai
diding dan letaknya berseberangan agar terjadi perubahan udara yang
memadai.
Proses laboratorium dan instrumentasi yang tidak memiliki kontrol
temperature dan kelembaban yang wajib dipenuhi sesuai dengan
metode tertentu.
Ventilasi alamiah tidak digunakan sebagai cara utama untuk
pengenceran kontaminan atau kontrol.
Ventilasi laboratorium terpisah dari ruangan non-laboratorium. Partisi
antar laboratorium dan non-laboratorium tidak mempunyai akses
terbuka dan tidak ada pintu.
2) Sistem mekanik, yaitu sistem penghawaan mekanik untuk laboratorium
yang dirancang sebagai berikut:
Memenuhi kecepatan suplai udara minimum.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 41
Dilengkapi dengan ventilasi exhaus lokal sesuai dengan As 1668.2
dan kebutuhan proses khusus yang dihasilkan di laboratorium.
Mencegah dispersi yang tidak terkontrol dan akumulasi udara yang
berbahaya.
Mencegah pencampuran resirkulasi udara dengan udara lain untuk
suplai area non-laboratorium.
3) Sistem penghawaan buatan, kebutuhan AC diperhitungkan berdasarkan
perhitungan 1 PK untuk 20 m². Penggunaan AC terutama ditujukan untuk
memperoleh suhu optimal yang dibutuhkan dalam proses pengukuran dan
pengujian serta untuk memberikan perlindungan terhadap alat-alat
instrumentasi serta ruang-ruang lain yang tidak memungkinkan memakai
penghawaan alami maupun mekanik.
g. Sistem Penerangan Laboratorium
Sistem pengelolaan laboratorium harus dilengkapi dengan pencahayaan
yang memenuhi nilai iluminasi yang direkomendasikan dalam AS 1680.1. Sistem
penerangan terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1) Sistem penerangan alami, yaitu sistem yang memanfaatkan cahaya
matahari dengan jarak jangkauan sinar (sky light) dan ruang tepi berkisar
antara 6-7,5m.
2) Sistem penerangan buatan (listrik), diperlukan untuk membantu
penerangan ruangan terutama pada malam hari. Standar minimal
penerangan adalah LUX (lumen/m²) atau 5 watt/ m², kebutuhan listrik
lingkungan laboratorium sebaiknya 40 kVA. Sebagai cadangan sumber
listrik mati diperlukan generator set yang disesuaikan dengan kebutuhan
laboratorium.
h. Sistem Pengadaan Air Bersih
Sistem pengadaan air bersih, kebutuhan air bersih yang dipakai untuk
kegiatan laboratorium dan staff diperkirakansekitar 50-100 liter/orang/hari.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 42
i. Tata Ruang
Pembagian ruang terdiri dari bagian administrasi, laboratorium dan bagian
penunjang. Bagian administrasi terdiri dari ruangan yang terdiri atas ruang
pimpinan, tata usaha, penerimaan contoh, pengelolaan data, ruang rapat,
perpustakaan dan penyimpanan arsip.
j. Tipikal Laboratorium
Lab single corridor
Gambar 2.10 Lab single corridor
Sumber: Laboratory Design Guide
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 43
Lab double corridor
Gambar 2.11 Lab double corridor
Sumber: Laboratory Design Guide
d. SHOP (MEMORIBILLIA)
Suasana toko dirancang secara terintegrasi dan kreatif, yang
menggabungkan rangsangan visual, pendengaran, bau dan perasaan untuk
mencapai beberapa tujuan untuk menarik pengunjung. Berman dan Evans
(1997:445) menyatakan bahwa faktor-faktor pembentuk suasana toko
dibagi menjadi empat bagian seperti tersebut di bawah ini:
1. Tampak Depan Toko (Storefront)
Karakter storefront toko memiliki pengaruh yang besar pada store image
dan harus direncanakan secara matang. Facade toko dapat didefinisikan
dengan kondisi eksterior dari toko tersebut. Termasuk di dalamnya adalah
signage, pintu masuk, efek lighting, dan material konstruksi. Dengan
tampak luar yang unik dan atraktif, sebuah toko dapat menjadi menarik
untuk dikunjungi.
Pintu masuk sebuah toko memerlukan beberapa pertimbangan. Yang
pertama, berapa jumlah pintu masuk yang diperlukan. Untuk toko-toko
kecil hanya diperlukan satu pintu masuk, sedangkan untuk department
store bisa diperlukan lebih dari satu. Kedua, tipe pintu masuk juga
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 44
merupakan faktor yang patut dipertimbangkan apakah menggunakan tipe
push-pull (dorong-tarik) dan berputar otomatis (revolving) atau tipe yang
lain. Pintu masuk ini dapat memberikan kesan mengundang pengunjung
untuk masuk. Ketiga, jalan masuk yang cukup luas akan memberikan
kesan yang lega dan nyaman bagi para pengunjung.
Display windows juga mempunyai peranan yang penting yaitu untuk
mengidentifikasikan toko dan menarik perhatian pengunjung untuk masuk.
Proporsi bentuk yang menarik secara visual akan memperindah bentuk
eksterior. Dengan proporsi yang tepat akan memberikan kemudahan
pengunjung untuk melihat tampilan secara lengkap. Lebih jauh terdapat
beberapa artikel yang dipublikasikan yang telah menguji dampak
storefront toko pada perilaku pembeli. Ward (1992) menguji bentuk asli
sebuah desain toko (tingkat dimana sebuah toko memiliki atribut-atribut
umum seperti toko-toko lainnya) dan meneliti efek yang ditunjukkan
storefront windows. Ditemukan bahwa storefront memiliki pengaruh pada
perilaku konsumen retail.
2. Interior Toko
Termasuk di dalam lingkup pembentuk suasana ruang dalam adalah
bidang-bidang plafon, dinding dan lantai. Perpaduan penggunaan material
dan bahan yang tepat akan memberikan kesan serasi dan menyatu. Selain
elemen-elemen tersebut, warna, pencahayaan, bau-bauan dan sound.
Selain itu fikstur-fikstur mekanikal dan elektrikal sebaiknya mendapat
perhatian khusus karena perletakan yang baik dan terencana akan
memberikan kesan visual yang baik pula. Unsur-unsur interior banyak
menjadi obyek dalam berbagai penelitian yang dilakukan oleh Donovan,
Rossiter, Marcoolyn, dan Nesdale (1994). Akhter, Andrews, dan
Durvasula (1994), Donovan dan Rossiter (1982), Ward, Bitner, dan Barnes
(1992), dan Grossbart, Hampton, Rammohan, dan Lapidus(1990). Semua
studi ini menemukan bahwa general interior mempengaruhi perilaku.
Berbagai riset ini ini menunjukkan bahwa persepsi dari interior
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 45
mempengaruhi pendekatan atau penghindaran, waktu yang dihabiskan
dalam lingkungan belanja, dan penjualan.
Sejumlah riset telah menguji efek-efek dari variabel interior daris
berbagai sisi yang berbeda. Berdasarkan pada hasil riset sebelumnya ini,
terlihat bahwa musik yang diperdengarkan di toko bisa memiliki dampak
signifikan pada beragam perilaku termasuk penjualan, stimulasi (arousal),
persepsi dan waktu aktual yang dihabiskan dalam lingkungan, aliran lalu
lintas dalam toko, dan persepsi stimulasi visual dalam toko retail.
Bagaimanapun, musik yang dipergunakan bisa dimediai oleh umur
pembelanja (Yalch, 1990, Gulas, 1994), tempo musik (Milliman, 1986),
volume musik (Smith, 1966), pilihan musik (Herrington, 1996) dan
penggunaan musik latar belakang (background) atau latar depan
(foreground) (Yalch, 1990, dan Areni, 1993). Penemuan yang menarik
lainnya dari area penelitian ini adalah bahwa musik bisa mempengaruhi
perilaku bahkan ketika konsumen tidak menyadarinya (Gulas, 1994).
Sebuah variabel general interior lain yang sering diteliti adalah
aroma. Tiga riset terbaru telah menguji efek-efek dari aroma pada belanja
(Mitchell, 1995). Secara menarik, Mitchell menemukan bahwa tipe
berbeda dari aroma secara signifikan mempengaruhi perilaku, sedangkan
penelitian lain menemukan bahwa sifat aroma tidak memiliki sebuah
dampak pada perilaku konsumen tetapi keberadaan atau ketiadaan dari
sebuah bau mempengaruhi perilaku. Bersama dengan studi ini juga
menyatakan bahwa bau bisa mempengaruhi penjualan, waktu pemrosesan,
beragam perilaku mencari, dan waktu yang dihabiskan yang diterima
dalam sebuah toko.
Tiga eksperimen laboratorium telah menguji pengaruh warna pada
pembelanja retail. Warna nampak mempengaruhi pembelian yang
disimulasi, tingkat pembelian, waktu yang dihabiskan di toko, dan
perasaan senang (Bellizzi dan Hite, 1992, Crowley, 1993), stimulasi atau
arousal (Crowley,1993), toko dan image barang (Bellizi, Crowley, dan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 46
Hasty, 1983; Crowley, 1993), dan kemampuan untuk menarik konsumen
terhadap sebuah display retail (Bellizzi, Crowley, dan Hasty, 1983).
C. TINJAUAN UMUM BIODIVERSITAS (KEANEKARAGAMAN
HAYATI)
1. Biodiversitas (Keanekaragaman hayati)
“Biodiversitas (Keanekaragaman hayati) ialah keanekaragaman diantara
makhluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan,
lautandan ekosistem aquatik lainya yang mencakup keanekaragaman di
dalam spesies, diantara spesies dan ekosistem” (Harsono 2000: 36).
Konsep ini tidak hanya mencakup jumlah spesies tetapi juga meliputi
varitas, variabilitas dan keunikan gen, spesies dan ekosistem tempat
mereka berada (Savage, 1995; Anonim, 1992).
Posisi Indonesia yang terletak di katulistiwa, diantara dua benua (Asia
dan Australia), diantara dua samudra (Psifik dan Hindia), serta terbentang
dari mulai Sumatera di bagian barat hingga Irian Jaya Papua) di bagian
timur sepanjang lebih dari 5.000 km menjadikan Indonesia sebagai Negara
kepulauan terbesar di dunia dengan luasan wilayah daratan dan lautan
lebih dari 7,7 juta km2 (Anonim, 1997). Posisi ini merupakan anugerah
yang tidak ternilai dan menyebabkan terbentuknya bermacam – macam
ekosistem, yang dihuni oleh bermacam – macam spesies, termasuk
sejumlah besar spesies endemic dibebagai pulau yang terbesar, sehingga
Indonesia memiliki tingkat biodiversitas sangat tinggi (Anonim, 1993).
Indonesia merupakan pusat biodiversitas utama dunia, meskipun
luasnya hanya 1,3% permukaan bumi. Kawasan ini merupakan habitat
bagi 10% tumbuhan berbunga di dunia, 12% mamalia, 16 % reptilian, dan
amfibia, 17% burung, dan 25% ikan (Anonim 1993; Groombrige, 1990).
Ekosistem hutan di Indonesia sangat khas dan beragam, di dominasi flora
tropis dengan proporsi spesies endemic tinggi. Hutan Indonesia kaya akan
berbagai spesies tumbuhan, antara lain koleksi palemnya terbesar di dunia,
jumlah Dipterocarpaceae yang bernilai ekonomi tinggi lebih dari 400
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 47
spesies dan diperkirakan menyimpan 25.000 tumbuhan berbunga(Anonim,
1993).
2. Ciri – ciri Biodiversitas Gunung Lawu
Distribusi dan kelimpahan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
unsur – unsur luar yang dikenal sebagai faktor lingkungan. Faktor ini
meliputi faktor fisik seperti temperature, intensitas sinar matahri, curah
hujan, kecepatan angina, kebakaran, kelembaban udara, dan lain – lain.
Serta faktor biotik yang meliputi segenap organisme baik tumbuhan
maupun hewan yang hidup disekitarnya (Ahmad Dwi Setyawan dkk.,
2000: 10). Semua faktor – faktor tersebut secara sendiri –sendiri atau
bersama – sama dapat mempengaruhi distribusi dan kelimpahan
tumbuhan. Setiap spesies memiliki tingkat toleransi yang berbeda – beda
terhadap faktor – faktor tersebut (Rost dkk., 1989).
Suhu merupakan faktor utama yang mempengaruhi struktur dan
komposisi vegetasi tumbuhan. Rata – rata suhu dipermukaan laut kawasan
tropis adalah 26,3oC kemudian setiap naik 100 m dpl, suhu akan turun
0,61oC. Pada ketinggian 4700 m dpl suhu menjadi 0
o (Braak, 1923 dalam
Steenis, 1972). Setiap spesies memiliki tanggapan berbeda terhadap suhu,
sehingga terbentuk zonasi distribusi. Zonasi vertical karena ketinggian
serupa dengan zonasi horizontal karena garis lintang (Odum, 1983;
Steenis, 1972; Wood, 1971).
Setiap tumbuhan memiliki perbedaan tanggapan terhadap temperature,
sehingga mereka terpisah – pisah berdasarkan perbedaan tanggapan
terhadap temperature atau suhu, sehingga mereka terpisah – pisah
berdasarkan perbedaan kepekaannya ekologinya (Ahmad Dwi Setyawan
dkk., 2000: 11 ). Zonasi vertical ini serupa dengan zonasi horizontal yang
terbentuk karena garis lintang, dari daerah katulistiwa yang panas kearah
kutup yang dingin. Persatuan tanggapan tumbuhan terhadap garis lintang
dan ketinggian merupakan bukti bahwa temperature adalah salah satu
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 48
faktor yang sangat mempengaruhi distribusi tumbuhan (Odum, 1983;
Steenis, 1972).
Pada beberapa penelitian mengatakan hal yang sama, yakni
keanekaragaman vegetasi lereng Gunung Lawu dipengruhi oleh faktor –
faktor yang sudah disebutkan diatas. Menurut Soenarto (2000), vegetasi di
daerah lereng Gunung Lawu relative homogen, dimana tumbuhan yang
didominasi adalah: pinus (Pinus Merkusi), puspa (Schima Wallichii),
tumbuhan paku tiang, cemara (Casuarina junghuhniana), dan
kemlandingan gunugn (Albizia lopantha), sedangkan jenis – jenis hewan
yang terdapat di kawasan ini adalah kijang, macan tutul (Panthera pardus),
kera (Macaca fasciculatus), dan beberapa jenis burung. Daerah ini diduga
juga masih menyimpan harimau jawa (Panthera tigris sondaicus),
meskipun itu perlu verifikasi mendalam (Biodiversitas Journal of
Biological Diversity 2000: 146)
D. TINJAUAN FLORA FAUNA LAWU
Hampir semua spesies yang ditemukan dalam penelitian di daerah lereng
Gunung Lawu ini merupakan tumbuhan herba…… (Ahmad Dwi Setyawan &
Sugiayarto 2001: 119). Tumbuhan herba yang ukurannya relative kecil
memiliki kesempatan mendapatkan ruang hidup lebih luas, sehingga
memungkinkan kehidupan lebih banyak individu (kekayaan) dan lebih banyak
spesies (keanekaragaman) (Sutarno dkk., 2001: 158). Hampir semua spesies
yang ditemukan dalam penelitian di daerah lereng Gunung Lawu ini
merupakan tumbuhan herba, tanpa batang sejati kecuali rhizome, namun
beberapa diantaranya memiliki ciri – ciri mendekati habitus semak, seperti
Gleichenia linearis. Spesies yang dapat dipastikan berhabitus selain herba
hanya dua, yaitu Alsophia glauca da Angiopteris Avecta Hoofm., keduanya
dikenal sebagai paku pohon. Jumlah spesies yang tumbuh di tanah lebih
banyak, bahkan beberapa spesies dapat tumbuh pada kedua media tersebut,
khususnya Asplenium caudatum dan Davalia denticulate (Ahmad Dwi
Setyawan & Sugiyarto 2001: 120). Sedangkan semak atau pohon yang
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 49
memiliki ukuran sedang dan besar, kesempatan mendapatkan ruang hidup
alebih terbatas sehingga jumlah jenisnya lebih sedikit dibandingkan herba.
Beberapa peneliti mengambil lokasi untuk mendapatkan biodiversitas
lawu di daerah hutan Jobolarang. Hutan Jobolarang terdiri dari sekumpulan
bukit dan jurang yang sangat kompleks, terletak di lereng selatang Gunung
Lawu. Kawasan ini terdiri dari beberapa bukit dengan puncak utama Jobolarag
setinggi 2.298 m.dpl. (Suratno, dkk 2001). Lereng selatan Gunung Lawu
merupakan kawasan yang subur, karena merupakan daerah tangkapan huan,
dimana angina tenggara yang membawa dan mengandung uap air menabrak
gunung dan terangkat keatas, sehingga terjadi kondensasi dan titik – titik air
turun sebagai hujan. Sepanjang tahun lereng selatan relative mendapatkan
curah hujan lebih tinggi dari lereng lainnya (Setyawan), 2000). Sehingga
kawasan ini menjadi sumber air bagi pertanian dan pemukiman di sekitarnya.
NO FAMILI SPESIES
1 Acanthaceaea 1. Strobilanthes paniculata (Nees.)
Miq.
2 Aceraceae 2. Acer laurium Hassk.
3 Amaranthaceae 3. Achyranthes bidentata Bl.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 50
4. Alternanthera sessilis
5. Amaranthus gracilis
6. Amaranthus sp.
4 Amaryllidaceae 7. Crinum sp.
5 Apocyanaceae 8. Alyxia sp.
6 Araliaceae 9. Harmsiopanax aculeatus (D.C.)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 51
Boerl.
10. Schefflera aromatic
11. Schefflera fastigiata
7 Araucariaceae 12. Araucaria sp.
8 Aristolochiaceae 13. Aristolochia coadunata Back.
9 Asclepiadaceae 14. Dischidia lanceolata (Bl.) Deene
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 52
15. Dischidia nummularia R.Br.
10 Asteraceae
(Compositae)
16. Anaphalis javanica (Bl.) Boerl.
17. Anaphalis longifolia (Bl.) D.C.
18. Adenostema hirsutum (Bl.) D.C.
19. Ageratum conyzoides L.
20. Bidens biternata (Lour.) Merr. &
Scheff ex
Scheff.
21. Cosmos caudatus
22. Crassocephalum crepidiodes
(Benth.) S.Moore
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 53
23. Cromolaena odorata (L.) King &
Robinson
24. Erechtites sp.
25. Erechtites valerianifolia (Wolf.)
D.C.
26. Erigeron sumatrensis Retz.
27. Eupatorium riparium Reg.
28. Galinsoga parviflora Cav.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 54
29. Inula cappa (D.Don.) D.C.
11 Balsaminaceae 30. Impatiens javensis (Bl.) Stend
12 Begoniaceae 31. Begonia robusta Bl.
13 Caprifoliaceae 32. Viburnum coriaceum Bl.
14 Caryophyllaceae 33. Drymaria cordata (L.) Willd. ex R
& S.
34. Drymaria villosa Cham. &
Schlecht.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 55
35. Stellaria australis Zoll.
15 Celastaceae 36. Perrottetia alpestris (Bl.) Loes.
16 Commelinaceae 37. Aneilema sp.
17 Convolvulaceae 38. Cuscuta reflexa Roxb.
18 Cruciferae 39. Cardamine sp.
40. Raphanus sativus L.
19 Cucurbitaceae 41. Gynostemma pentaphyllum
(Thunb.) Malino
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 56
20 Cyperaceae 42. Carex baccans Nees.
43. Cyperus malacensis L.
44. Cyperus melanospermus (Ness)
Valek. Sur. L.
45. Cyperus rotundus L.
21 Ericaceae 46. Diplycosia heterophylla Bl..
47. Gaultheria leucocorpa Bl.
48. Gaultheria sp.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 57
22 Euphorbiaceae 49. Homalanthus giganteus Z & M.
23 Gesneriaceae 50. Aeschynanthus horsfieldii R.Br.
51. Cyrtandra picta Bl.
24 Graminae 52. Agrotis infirma Buse.
53. Andropogon contortus L.
54. Brachiaria sp.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 58
55. Brachypodium silvaticum (Huds.)
P.B..
56. Coelachne infirma Buse.
57. Digitaria sanguinalis
58. Eragrostis amabilis
59. Hierochloe horsfieldii (Kunth)
Maxim.
60. Imperata cylindrica (L.) Beauv.
61. Leersia hexandra
62. Paspalum sp.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 59
63. Pennisetum polystachyon (L.)
Schult.
64. Tripogon exiguus Buse.
25 Iridaceae 65. Gladiolus sp.
26 Labiatae 66. Leucas marrubioides Desf.
67. Paraphlomis oblongifolia Bl.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 60
68. Scutellaria discolor Benth.
27 Lauraceae 69. Cinnamomum burmanni
28 Leguminosae 70. Dolichos falcatus Klein & Willd.
71. Porochetus communis D.Don.
72. Acacia decurrens
29 Liliaceae 73. Cordiline sp.
30 Loganiaceae 74. Fragacea blumei G.Don
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 61
31 Malvaceae 75. Urena lobata L.
32 Melastomaceae 76. Melastoma malabathricum
77. Astronia spectabilis Bl.
33 Moraceae 78. Ficus religiosa L.
79. Ficus parietalis Bl.
80. Ficus padana Burm. f.
81. Ficus glandulifera (Miq.) Wall ex
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 62
King
82. Ficus sinuata Tunb.
34 Myrsinaceae 83. Ardisia javanica D.C.
35 Orchidaceae 84. Bulbophyllum bakhuizenii Stenn.
85. Coelogyne miniata Lindl.
86. Coelogyne rochussenii de Vr.
87. Dendrobium bigibbum Lindl.
88. Dendrochilum longifolium
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 63
89. Eria bogoriensis J.J.S.
90. Liparis caespitosa (Thou.) Lindl.
91. Liparis pallida (Bl.) Lindl.
92. Pholidota globosa (Bl.) Lindl.
93. Polystachya flavescens (Bl.) J.J.S
94. Spathoglottis plicata Bl.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 64
95. Trichoglottis sp
36 Oxalidaceae 96. Oxalis curniculata
37 Pandanaceae 97. Freycinetia javanica Bl.
38 Papilionaceae 98. Clitoria sp.
39 Piperaceae 99. Peperomea tetraphylla (Forst. F.)
Hook. & Arn.
100. Peperomea laevifolia (Bl.)
Miq.
101. Piper sulcatum Bl.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 65
102. Piper sp.
40 Plantaginaceae 103. Plantago major L.
41 Podocarpaceae 104. Podocarpus neriifolius
D.Don
42 Ramnaceae 105. Rhamnus napalensis (Wall)
Laws.
43 Ranunculaceae 106. Ranunculus blumei Stend.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 66
107. Clematis lechenaultiana
D.C.
44 Rosaceae 108. Rubus chrysophillus Miq.
109. Rubus fraxinifolius Poir.
110. Rubus lineatus Bl.
45 Rubiaceae 111. Lasianthus stercorarius Bl.
112. Mycetia cauliflora Reinw.
113. Rubia cordifolia L.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 67
46 Saurauriaceae 114. Saurauria bracteosa D.C.
47 Sapindaceae 115. Dodonaea viscosa Jacq.
48 Scrophulariaceae 116. Ruselia sp.
117. Wightia borneensis Hook.f.
49 Solanaceae 118. Solanum mammosum L.
Magn.
50 Theaceae 119. Schima wallichi (DC.)
Korth
51 Urticaceae 120. Debregeasia longifolia
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 68
(Burm. F.) Wedd.
121. Elatostema strigosum (Bl.)
Hassk.
122. Pilea sp.
52 Verbenaceae 123. Lantana camara L.
124. Diodia sp
53 Violaceae 125. Viola pilosa Bl.
54 Zingiberaceae 126. Hedychium roxburghii Bl.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 69
Tabel 2.4 Jenis – jenis tumbuhan Spermatophyta di hutan Jogolarang, Gunung
Lawu.
Sumber: Laporan Penelitian Sutarno, dkk FMIPA UNS 2001
NO FAMILI SPESIES
1 Agaricales
1. Agaricus campestris
2. Agaricus sp (I)
3. Agaricus sp (II)
4. Agaricus sp (II)
5. Agaricus sp (III)
2 Amanitaceae
6. Amanita muscarina
7. Amanita sp
3 Agaricales
8. Armillariella melea
4 Aphyllophorales
9. Cantharellus cibarus
10. Cantharellus sp
5 Clavariaceae 11. Clavaria vermicularis
12. Dacryopinax splatularia
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 70
6 Polyporaceae
13. Daedalea confragosa
14. Fomes aplanatus
15. Ganoderma amboinense
16. Ganoderma aplanatum
17. Ganoderma sp
7 Lycoperdaceae
18. Lycoperdon pratense
8. Agaricaceae
19. Mycena lux-coeli
9 Tricholomataceae
20. Pleurotus sapindus
10 Aphyllophorales
21. Polyporus sulphures
22. Polyporus versicolor
23. Rhizopogon sp.
11 Mucoraceae
24. Rhizopus sp
12 Schlerodermataceae 25. Schleroderma sp.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 71
13 Pezizaceae
26. Tuber aestivum
27. Tuber sp.
Tabel 2.5 Spesies Fungi di Hutan Jobolarang
Sumber: Laporan Penelitian Setyawan dan Sugiyarto FMIPA UNS 2001
NO FAMILI SPESIES
1 Lembhophyllaceae
1. Camtochaete arbuscula
2 Hypopterygiaceae
2. Cyathophorum bulbosum
3 Dicranaceae
3. Dicranoloma robustum
4 Bryaceae
4. Leptostomum inclinans
5 Acrobalbaceae 5. Marsupidium surculosum
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 72
6 Plagiochilaceae
6. Plagiochila retrospectans
7 Meteoriaceae
7. Weimouthia mollis
8. Ducranaceae
8. Dicranoloma dicarpium
9 Thuidiaceae
9. Thuidium furfurosum
10 Archidiaceae
10. Archidium alternifolium
11 Eurhynchiaceae
11. Eurhynchium oreganum
12 Fissidentaceae
12. Fissidens pungens
13 Aulacomniaceae 13. Leptotheca gaudichaudii
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 73
14 Marchantiaceae
14. Marchantia polymorpha
15 Mitteniaceae
15. Mittenia plumula
16 Nothofagaceae
16. Nothofagus gunii
17 Polytrichaceae
17. Polytrichum sp
18 Jungermaniaceae
18. Porella sp
19 Ricciaceae
19. Riccia sp
20 Sematophyllaceae
20. Sematophyllum leucocytus
Tabel 2.6 Spesies Bryophyta di Hutan Jobolarang
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 74
Sumber: Laporan Penelitian Setyawan dan Sugiyarto FMIPA UNS 2001
NO FAMILI SPESIES
1 Polypodiaceae 1. Adiantum polyphyllum
2 Cyateaceae 2. Alsophila glauca
3 Polypodiaceae 3. Antrophyum sp
4. Asplenium caudatum
5. Asplenium belangeri
6. Blechnum patersonii
7. Davalia denticulate
8. Dryopteris sp
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 75
9. Drynaria sparsisora
4 Gleiceniaceae 10. Gleichenia linearis
5 Hymenophyllaceae 11. Hymenophyllum javanicum
6 Schizaceae 12. Lygodium japanicum
7 Polypodiaceae 13. Nepholepis biserrata
14. Pterydium aquilinum
15. Platycerum bifurcatum
16. Polypodium sp
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 76
8 Hymenophyllaceae 17. Trichomanes sp
9 Polypodiaceae 18. Vittaria sp
10 Lycopodiaceae 19. Selaginella ornata Spring
11 Equisetaceae 20. Equisetum debile Roxb
12 Polypodiaceae 21. Adiantum farleyanse Moore
22. Adiantum terenum Sw.
13 Marattiaceae 23. Angiopteris avecta Hoofm
14 Polypodiaceae 24. Phymatodes lingissima J.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 77
25. Pitogramma calomelanes
Link.
Tabel 2.7 Spesies Pterydophyta di Hutan Jobolarang
Sumber: Laporan Penelitian Setyawan dan Sugiyarto FMIPA UNS 2001
NO FAMILI SPESIES
1 Brassicaceae 1. Brassica junceae (L.) Czern
2 Scrophulariaceae 2. Digitalis purpurea
3 Ericaceae 3. Gaultheria leucocarpa (BI.) Boerl.
4 Ericaceae 4. Gaultheria nummularioides D.Don
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 78
5 Lamiaceae 5. Mellisa axillaries Bakh
6 Plantaginaceae 6. Plantogo major L.
7 Polygonaceae 7. Polygonum chinense L.
8 Solanaceae 8. Solanum nigrum L.
9 Asteraceae 9. Sonchus asper Vill.
10 Asteraceae 10. Sonchus javanicus Jungh.
11 Vacciniaceae 11. Vaccinium varingiaefolium (bi.)Miq
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 79
Tabel 2.8 Jenis – jenis tumbuhan berkhasiat obat di sekitar puncak Gunung Lawu
Sumber: Laporan Penelitian Dwi Rahayu FMIPA UNS 2003
NO POHON INANG SPESIES ANGGREK
1 Araucaria sp
1. P. globosa
2 Astronia spectabilis
2. C. miniata,
3. P. globosa
3 Daphne composite
4. C. miniata,
5. D. bakhuizenii
4 Pinus merkusii
6. B. bakhuizenii
5 Saurauia bracteosa
7. P. globosa,
8. L. caespitosa,
9. L. pallida,
10. D. bigibbum,
11. Trichoglottis sp.
6 Schefflera fastigiata
12. E. bogoriensis,
13. Coelogyne miniata,
14. C. rochussenii,
15. D. bigibbum
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 80
7 Schefflera aromatic
16. P. globosa,
17. C. miniata,
18. D. longifolium
8 Schima wallichii
19. P. globosa
9 Wightia borneensis
20. B. bakhuizenii,
21. P. flavescens
Tabel 2.9 Spesies Anggrek dan pohon Inang
Sumber: Studi Keanekaragaman Anggrek Epifit di Hutan Jobolarang Marsusi
2001
Di Hutan Jobolarang ditemukan 11 spesies anggrek epifit alami yaitu
Bulbophyllum bakhuizenii Stenn., Coleogyne miniate Lindi., Coleogyne
rochussenii de Vr., Dendrobium bigibbum Lindl., Dendrochilum longifolium, Eria
bogoriensis J.J.S., Lipasis caespitosa (Thou.) Lindl., Lipasis pallida (BI.) Lindl.,
Pholidota globosa (BI.) J.J.S., dan Trichoglottis sp. Pohon inang yang paling
banyak ditempeli anggrek epifit alami adalah Schefflera fastigiata dan Saurauia
bracteosa.
NO FAMILI SPESIES
1 Polypodiaceae
1. Asplenium acantoides
2 Davalliaceae 2. Davalia sp.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 81
3 Polypodiaceae
3. Blechnum sp.
4. Sellinguae heterocarpa
5. Vittaria elongata
4 Aspleniaceae
6. Asplenium
5 Pteridaceae
7. Onychium siliculosum
8. Dryopterik cuculata
6 Marattiaceae
9. Angiopteris ebecta (G. Frest.)
7 Aspleniaceae
10. Aplenium nidus L.
8 Blechnaceae
11. Blechnum vulcanicum (Blum) Kuhn
9 Cyatheaceae
12. Cyathea contaminans
(Wall.ex Hook)
10 Gleicheniaceae 13. Dicranopteris linearis (Burm.f.)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 82
11 Lycopodiaceae
14. Lycopodiella cernua (L.) Pic. Serm.
12 Selaginellaceae
15. Selaginella doederleinii Hioeron
16. Athyrium macrocarpum (BI.) Bedd.
13 Aspleniaceae
17. Asplenium caudatum Forst.
18. Vitteria ensiformis Sw.
14 Gleicheniaceae
19. Gleichenia lineris atau Dictrinopteris
lineris
15 Polypodiaceae
20. Adiantum sp
21. Asplenium
16 Selaginellaceae
22. Selaginella belangeri
17 Cyatheaceae
23. Alsophila glauca
Tabel 2.10 Data Pteridophyta yang terdapat di Tahura Ngargyoso Karanganyar
Surakarta
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 83
Sumber: Laporan Penelitian Keragaman Pteridophyta di Tahura Ngargoyoso
Karanganyar Surakarta oleh Muzzayinah, dan Kusumo Winarno 2005
NO KELOMPOK SPESIES
1 Lichenes
1. Cetraria islandica
2. Cora pavonia
3. Parmelia acetabulum
4. Usnea dasypoga
2 Fungi
5. Ganoderma aplanatum
6. Bsidiomycetes
3 Briophyta
7. Dicranadontium asplerculu
8. Polytricum commune
9. Pogonatum cirrhatum
4 Pterydophyta
10. Adiantum pedatum
11. Asplenium nidus
12. Davalia trichomanoides
13. Niphrolepis biserrata
14. Ophioglossum pendulum
15. Poiypodium sundaicum C.chr.
16. Poiypodium triguetrum Bl.
17. Vitteria ensifonnis
18. Pterydophyta
5 Orchidaceae
19. Lparis pallida (Bl) Lindl.
20. Pholidota articulate Lindl.
6 Liana 21. Thunbergia alata Sims-Magn
22. Angiospermae
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 84
Tabel 2.11 Jenis – Jenis timbuhan epifit pada tegakan pohon puspa di lereng
selatan Gunung Lawu (Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang).
Sumber: Laporan Penelitian Keanekaragaman Tumbuhan Epifit pada Tegakan
Pohon Puspa oleh Ahmad Dwi, dkk 2000
Dari segi kehidupan fauna di Gunung Lawu sering dijumpai Harimau
(Panthera tigris sondaicus) oleh penduduk sekitar, terutama yang lewat daerah
Dusun Mojosemi atau Singolangu. Demikian juga Babi Hutan dan Kijang banyak
dijumpai di Puncak Gunung Lawu, di sekitar Desa Sarangan dan Dusun Cemoro
Sewu, Kecamatan Plaosan. Jenis Burung Jalak Gading, hampir sepanjang jalan
dijumpai, lebih – lebih bagi para pendaki. Mereka selalu diikuti oleh burung yang
dianggap keramat ini sebagai penunjuk jalan. Burung Jalak Gading ini bentuknya
tidak besar dengan bulu warna coklat, dibagian dada agak kuning emas, paruh
kuning dan kaki kuning.
Gambar 2.12. Harimau-Panthera-tigris
Sumber: http://www.wwf.or.id/?17100/Harimau-Panthera-tigris
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 85
Gambar 2.13. Monyet Lawu
Sumber: http://explore1ndonesia.blogspot.com/2015/03/hewan-
yang-masih-sering-dijumpai-di.html
Gambar 2.14. Babi Hutan
Sumber: http://explore1ndonesia.blogspot.com/2015/03/hewan-
yang-masih-sering-dijumpai-di.html
Gambar 2.15 Jalak Lawu
Sumber: http://panji-cybersufi.blogspot.com/2013/05/lawu-dan-
jalak-gading.html#.VYgi1_mqqko
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 86
Gambar 2.16. Kijang Gunung Lawu
Sumber: www.kaskus.co.id
Di dalam hutan Jobolarang juga terdapat sungai – sungai kecil dimana
kehidupan didalamnya juga termasuk komponen yang masuk dalam rantai
makanan ekosistem hutan Jobolarang. Plankton erupakan salah satu komponen
perairan, yang hamper sealu hadir disetiap badan air. Kelompok ini bisa
dibedakan antara fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton berperan sebagai
produsen primer, sedangkan zooplankton berperan penting dalam memindahka
energi dari produsen primer ketingkat konsumen yang lebih tinggi (Ari
Susilowati, dkk 2001)
NO NAMA
1 Anguillospora
2 Alonopsis
3 Closterium
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 87
4 Diacyclop
5 Diatomella
6 Enteroplea
7 Epistylis
8 Euglena
9 Filinia
10 Keratela
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 88
11 Limnocalanus
12 Mesocyclop
13 Navicula
14 Nostoc
15 Notholca
16 Neidium
17 Oedogonium
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 89
18 Pachycladon
19 Peridinium
20 Pinnularia
21 Rhopalodia
22 Schizomeris
23 Staurastrum
24 Sentronella
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 90
25 Stentor
26 Surirella
27 Synedra
28 Tabellaria
29 Tricocerca
30 Triploceras
31 Ulotrix
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 91
32 Udang*
33 Vorticella
Tabel 2.12 Kekayaan fitoplankton, zooplankton dan dentitas plankton di sungai –
sungai kecil di Hutan Jobolarang
Sumber: Kekayaan Fitoplankton dan Zooplankton pada Sungai – sungai Kecil di
Hutan Jobolarang oleh Ari Susilowati, dkk 2001
Komunitas larva insekta yang masih dalam keadaan baik umumnya
terdapat di sungai – sungai kecil yang masih alami. Komutas ini memiliki
kekayaan dan keanekaragaman taksa yang tinggi. Sungai – sungai kecil di hutan
Jobolarang 1600-1875 m dpl, relatif masih alami. Komunitas bentik, terutama
larva insekta, dimungkinkan dapat ditemukan di tempat ini dengan ragam dan
komposisi yang khas.
NO ORDO FAMILI
1 Odonata
(larva capung)
Sub ordo:
Anisoptera
1. Aeshnidae
2. Corduliidae
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 92
2 Ephemeroptera
(mayflies)
3. Leptophlebiidae
4. Baetidae
3 Plecoptera
(stoneflies)
5. Perlidae
4 Tricoptera
(aaddisflies)
1. Calocidae atau
Helicophidae
2. Phylorheithridae
3. Hydrobiosidae
5 Coleoptera
4. Elmidae
6 Lepidoptera
5. …………)
Tabel 2.13 Kekayaan larva insekta di Hutan Jobolarang
Sumber: Keanekaragaman Larva Insekta pada Sungai – sungai Kecil di Hutan
Jobolarang oleh Edwi Mahadjoeno, dkk 2001
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 93
E. TINJAUAN UMUM GUNUNG LAWU.
1. Lokasi
Sebagian areal Gunugn Lawu, seluas 5.695 Ha, termasuk dalam
Kabupaten Magetan, Propinsi Jawa Tengah. Kawasan ini secara geografis
dibatasi:
Sebelah Barat:
Sungai Gandrong yang berasal dari kawasan Condrodimuko membelah
ke utara sampai ke Gunung Nitis atau garis trianggulasi dari puncak
tertinggi Argo Dumilah sampai ke Desa Cemoro Sewu.
Sebelah Timur:
Dusun Karang Gupito, Desa Karangrejo, Kecamatan Kendal,
Kabupaten Ngawi.
Sebelah Utara:
Dusun Girimulyo, Desa Klethekan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten
Ngawi.
Sebelah Selatan:
Dusun Cemoro Sewu, dan Dusun Singolangu, Desa Ngancar,
Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.
2. Ketinggian
Ketinggian Puncak Gunung Lawu mencapai kurang lebih
3265meter diatas permukaan air laut. Adapun suhu udara di puncak
Gunung lawu pada siang hari rata – rata 10-14o C, dan pada malam
hari rata – rata 0-4o C.
3. Topografi
Keadaan Gunung Lawu tidak berbeda dengan sifat – sifat gunung
yang lain yaitu, datar, landau, miring, curam, berbukit terjal dan
berjurang. Apabila mendaki lewat Dusun Cemoro Sewu, Desa
Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan akan diperoleh
gambaran sebagai berikut:
Pada kaki gunung, kemiringan 30o – 40
o, sampai perut gungung sekitar
2.000 meter dari permukiman laut semakin terjal dengan kemiringan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 94
40o – 50
o dan terus meningkat dengan kemiringan 50
o – 80
o, daerah ini
curam dan terjal. Setelah sampai antara leher gunugn sampai ke
puncak Argo Dumilah sejauh sekitar 1.000 meter medan sudah landau
dan hanya naik turun sedikit. Pada puncak Gunung Lawu terdapat
bukit kecil yaitu bukit Argo Dumilah, bukit Cokrosuryo, jurang dan
lembah bekas muntahan gunung yang membeku ribuan tahun lalu.
Disebelah timur puncak Argo Dumilah terdapat hamparan lembah
amat luas, sampai turun ke lereng bawah. Disebelah barat terdapat
jurang – jurang kawah Condrodimuko, Cokrosuryo dan Pawon Sewu.
Disebelah selatan terdapat hutan –hutan berbukit sampai turun
kelereng bawah, sedangkan di belahan utara tampak jelas lembah,
bukit Pasar Dieng dan Selo Pudutan.
F. TINJAUAN UMUM TAWANGMANGU
1. Tawangmangu
Tawangmangu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Kecamatan ini ternama karena merupakan daerah wisata yang
sangat sejuk.
2. Letak Geografis
Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan dari 17
kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota kabupaten
27 km arah timur. Luas wilayah Kecamatan Tawangmangu adalah 70,03 km2
dengan ketinggian rata – rata 1236 m di atas permukaan laut.
Batas wilayah Kecamatan Tawangmangu :
Sebelah Utara : Kec. Ngargoyoso dan Kec. Jenawi
Sebelah Selatan : Kec. Jatiyoso
Sebelah Barat : Kab. Matesih dan Kec. Karanganyar
Sebelah Timur : Propinsi JawaTimur
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 95
3. Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Tawangmangu adalah 7.003,16 Ha, yang
terdiri dari luas tanah sawah 713,39 Ha, dan luas tanah kering 6.289,77 Ha.
Tanah sawah termasuk irigasi sederhana 712,39 Ha. Sementara itu luas tanah
tegalan / lading 1.328,88 Ha. Di Kecamatan Tawangmangu 1.328,88 Ha. Di
Kecamatan Tawangmangu terdapat hutan Negara seluas 112,21 Ha.
4. Pembagian Wilayah
a) Bandardawung f) Nglebak
b) Blumbang g) Plumbon
c) Gondosuli h) Sepanjang
d) Kalisoro i) Tawangmangu
e) Karanglo j) Tengklik
G. PENDEKATAN DESAIN
1. High Technology
a. Pengertian
Pemahaman arsitektur high tech sampai saat ini belum ada
yang benar – benar pasti karna banyak muncul pendapat dari banyak
kalangan yang mendefinisikannya dari sudut pandang yang berbeda,
bahkan masih ada kerancuan tentang pengelompokan style high tech
sendiri. Ada yang berkata arsitektur yang menerapkan teknologi tinggi,
atau memberikan kesan bangunan yang berteknologi tinggi. Tapi ada juga
yang mengartikan bahwa bangunan high tech merupakan bangunan yang
memadukan arsitektur dengan material industri, Wujudnya dipaparkan
dalam buku yang berjudul High Tech: The Industrial Style and Source
Book for The Home oleh Joan Kron pada tahun 1978. Dimana buku ini
menunjukan bagaimana memadukan material industri dengan bangunan.
Jika bicara tentang high tech berarti juga erat kaitannya dengan waktu,
sampai kapan teknologi yang kita terapkan disebut high tech. Dan ada
kemungkinan juga bahwa high tech adalah sesuatu yang baik dan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 96
dikembangkan menjadi lebih baik lagi, dari segi struktur, utilitas maupun
konservasi energy .
High tech architecture termasuk dalam late modernism atau
structural expressionism, pada perkembangannya sejak tahun 1970an
arsitektur high tech sering disebut sebagai jembatan antara modern ke
post modern dan pada tahun 1980 high tech architecture mulai bersatu
dengan post modern.
Bicara tentang high tech itu sendiri berarti teknologi tinggi akan
tetapi teknologi cenderung termakan usia akhirnya hal yang saat ini
menjadi high tech, suatu saat akan berubah menjadi teknologi biasa atau
bahkan menjadi low tech,
Low tech sendiri berbeda dengan tradisional yang cenderung
kearah kerajinan atau craft karna craft tidak termakan oleh waktu
kerajinan tetaplah kerajinan. Arsitektur termasuk dalam craft karna
bangunan memiliki sebutan urban sculpture, dengan kata lain arsitektur
memiliki kemampuan meremajakan dirinya agar terus eksis dan tidak
menjadi sesuatu yang ketinggalan.
Jadi dari pemahaman ini ditarik kesimpulan bahwa arsitektur high
tech adalah kolaborasi antara arsitektur dan teknologi tinggi, yang saling
mengisi untuk mempertahankan penilaian high tech dari suatu
teknologi yang terpasang pada karya arsitektur, dan sebagai parameter
arsitektur “terkini” pada suatu generasi sebagai hasil perkembangan
yang lebih baik dari sebelum –sebelumnya.
b. Ciri – ciri Aplikasi pada bangunan
Dalam tulisannya Charles Jenks mengenai arsitektur High-tech,
“The Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles
Jenks juga menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya
sebaga berikut:
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 97
1.Inside out.
Bagian Interior (dalam bangunan) yang diperlihatkan keluar
dengan penggunaan material penutup yang transparan, seperti kaca.
Fungsi-fungsi yang umumnya tertutup/ditutupi namun ditonjolkan keluar,
seperti fungsi servis dan utilitas.
2. Celebration of process.
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya
bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga muncul
suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang ilmuwan.
Sebagai catatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman
Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang terkesan
dapat mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek manapun
dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya yang
mengembangkan suatu rancangan sesuai dengan zamannya sehingga
kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme
yang sempurna.
3. Transparan, pelapisan dan pergerakan.
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara
dramatis tanpa terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang
transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran,
tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator dan lift sebagai
suatu unsur yang bergerak merupakan karateristik dari bangunan high-
tech.
4. Pewarnaan yang cerah dan merata.
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas
mengenai jenis struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para
teknisi dalam membedakannya dan memahami penggunaannya secara
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 98
efektif. Pada karya Richard Rogers yaitu bangunan Pampidou Center
dan Inmos Factory menggunakan warna-warna yang cerah.
5. Light weight filigree of tensile members.
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High-
tech building, sekelompok kabel-kabel baja penopang dapat membuat
mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya
pada struktur.
6. Optimistic confidence in a scientific cultura
High-tech building adalah janji masa depan dari dunia yang
menanti untuk ditemukan. Bangunan yang dapat mewakili
kebudayaan/peradaban masa depan yang serba scientific, sehingga
pada saat itu tetap bisa dipakai dan tidak ketinggalan zaman. Hasilnya
lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada material,
warna-warna dan pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip
komposisi.
c. Aplikaasi pada Bangunan
Gambar. 2.17 The Centre Georges Pompidou, Paris
“Inside out” menjadikan pipa utilitas sebagai eksterior
(sumber :
http://stephburningham.blogspot.com/2010/10/inside-out-
architecture.html)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 99
Gambar. 2.18 Saint Marry Tower
Penyelesaiannya bangunan dengan menguasai site sehingga
menjadi point of interest.
(sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/File:30_St_Mary_Axe,27Gherki
n27.JPG)
Gambar. 2.19 Lloyd Building,
Bangunan yang menjadikan mesin dan teknologi sebagai
elemen estetis
( http://suicidetheater.blogspot.com/2010/10/tower-bridge-
gerken-lloyds-building.htmlPG)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 100
H. TINJAUAN PERANCANGAN INTERIOR PUSAT
KONSERVASI
1. Orientasi Ruang
Penyusunan setiap ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan
dan fungsi – fungsi ruang tersebut secara relatif atau pesan simbolisnya di
dalam suatu bangunan. Menurut Francis DK Ching ada lima bentuk
orientasi ruang yaitu:
a. Orientasi Terpusat
Pusat suatu ruang dominan dimana pengelompokan
sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat
bersifat stabil. Merupakan komposisi terpusat yang
dikelompokan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan
dominan.
Gambar 2.20 Organisasi Terpusat
Sumber: (Francis DK Ching : 2008)
Kelebihannya adalah:
1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisien dan
efektivitas yang tinggi
2) Menciptakan konfigurasi keseluruhan ruang yang secara
geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau
lebih.
Kekuranagnnya adalah:
1) Karena bentuknya teratur harus cukup ruang untuk
mengumpulkan sejumlah ruang sekunder disekitarnya
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 101
b. Orientasi Linier
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang
berhubungan langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan
melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi
linier biasanya terdiri dari ruang – ruang yang berulang, mirip
dalam hal ukuran, bentuk, dan fungsinya.
Gambar 2.21 Organisasi Linier
Sumber : (Francis DK Ching : 2008)
Kelebihannya adalah:
1) Dapat berfungsi sebagai petunjuk arah sekaligus
menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena
karakternya yang memanjang.
Kekurangannya adalah:
1) Bentuk ruangnya kurang variatif tapi dapat memaksimalkan
pencapaian ukuran luas.
c. Organisasi Radial
Organisasi ruang jenis radial memadukan unsur – unsur
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang
pusat yang dominan, darimana sejumlah organisasi – organisasi
linier berkembang seperti bentuk jari – jarinya. Organisasi radial
adalah sebuah bentuk ekstrovet yang mengembang keluar
lingkupnya. Dengan lengan – lengan liniernya, bentuk ini dapat
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 102
meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur – unsur tertentu
atau benda – benda lapangan lainnya.
Gambar 2.22 Organisasi Radial
Sumber : (Francis DK Ching : 2008)
Kelebihannya adalah :
1) Mudah menyesuaikan kondisi lingkungan
Kekurangannya adalah :
1) Membutuhkan banyak ruang
d. Organisasi Cluster
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan penempatan
peletakan sebagai dasar untuk menghubungkan suatu ruang
terhadap ruang lainnya. Seringkali penghubugannya terdiri dari sel
– sel ruang yang berulang dan memiliki fungsi – fungsi serupa dan
memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan
orientasi. Suatu organisasi cluster dapat juga menerima ruang –
ruang yang berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi
berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan dan
ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu.
Gambar 2.23 Organisasi Cluster
Sumber : (Francis DK Ching : 2008)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 103
Kelebihannya adalah :
1) Organisasi cluster dapat menerima ruang yang berlainan
ukuran, bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama
lainnya berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti
simestri atau menurut sumbunya.
2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan
pertumbuhan langsung tanpa mempengaruhi karakternya,
karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang
kaku.
Kelemahannya adalah :
1) Tidak adanya tempat utama yang terkadang di dalam pola
organisasi cluster signifikan sebuah ruang harus ditegaskan
pada ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya.
e. Organisasi Grid
Orgnisasi grid terdiri dari bentuk – bentuk ruang – ruang
dimana posisinya dalam ruang dan hubungan antar rung diatur
oleh pola grid tiga dimensi atau bidang. Suatu grid dibentuk
dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titik – tiik yang
menentukan pamer – pamer dari dua pasang garis sejajar. Suatu
organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama, walaupun
berbeda dalam ukuran, bentuk, atau fungsi.
Gambar 2.24 Organisasi Grid
Sumber : (Francis DK Ching : 2008)
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 104
Kelebihannya adalah:
1) Organisasi Grid ini dapat memiliki hubungan bersama
walau berbeda dalam hal ukuran, bentuk, atau fungsi.
2) Suatu grid juga dapat mengalami perubahan bentuk yang
lain dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau
dibuat berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap
dipertahankan oleh kemampuan mengorganisir ruang.
Kelemahannya adalah :
1) Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antara ruang semua
diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga
sifatnya tidak fleksibel. ( Francis DK Ching. Arsitektur
Bentuk, Ruang, dan Tatanan Edisi 3: 195)
2. Sistem Sirkulasi
a. Pola Sirkulasi
1) Sirkulasi Linier
Dicirikan dengan garis – garis gerakan yang
kesinambungan pada satu arah atau lebih. Merupakan
alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau
terdiri dari segmen – segmen, memotong jalan lain,
bercabang atau menbentuk kisaran (loop)
2) Sirkulasi Grid
Mempunyai karakteristik yang dapat memungkinkan
gerakan bebas dan banyak arah yang berbeda – beda.
Terditi atas dua set jalur sejajar dan berpotongan.
3) Sirkulasi Radial
Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik
pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian
sepanjang titik – titik tersebut yang merupakan tujuan
bagi pengunjung.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 105
4) Sirkulasi Spiral
Sebuah titik spiral dari titik pusat, berputar
mengelilinginya dengan jaraknya yang berubah.
5) Sirkulasi Network
Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan
yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.
a. Bentuk Ruang Sirkulasi
1) Tertutup membentuk koridor yang berkaitan dengan ruang –
ruang yang dihubungkan melalui pintu masuk pada bidang
dinding.
2) Terbuak pada slah satu sisi, untuk memberikan konkontinuitas
visual / ruang dengan ruang – ruang yang dihubungkan.
3) Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari ruang
yang ditembusnya.
b. Penerapan Pada Bangunan
Sirkulasi Eksternal Bangunan
1) Sistem Pencapaian Bangunan
Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar
dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena
pameran (outdoor and indoor) yang meninjolkan unsur
informatif dan memperlukan akses yang mendukung kondisi
tersebut. Selain itu pencapaian berputar juga sesuai dengan
bangunan multi fungsi dimanana akan mempermudah akses
terhadap fasilitas – fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 106
2) Pengolahan Sirkulasi Eksternal
Dikarenakan bangunan yang direncanakan merupakan
bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku
kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site tipe
- tipe pelaku tersbut. Pemisakan entrance site juga dilakukan
antara sirkulasi umum dengan sirkulasi dengan kegiatan
service.
3. Unsur Pembentuk Ruang
a) Lantai
Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang berhubungan
langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau
bergerak. Dalam merencanakan lantai ruang pamer perlu
diperhatikan beberapa hal yaitu:
1) Fungsi Lantai
Lantai berfungsi sebagai bidang dasar yang digunakan
untuk aktivitas manusia dalam melakukan kegiatan diatasnya dan
sebagai alasan dari suatu ruang.
2) Sifat Lantai
Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsiya.
Lantai dapat bersifat permnen maupun semi permanen.
3) Karakter lantai
Lantai dapat membentuk karakter ruang, yaitu dengan
menggunakan bentuk – bentuk pemilihan bahan, pola maupun
warna yang tepat maupun sesuai denan suasana ruang yang
ingin dicapai, sehingga karakter lantai dapat dicaai, karakter
berat, ringan, luas, sempit, dan sebagainya.
4) Konstruksi Lantai
Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana bahan lantai
dipasang. Bagaiman menempel pada dasaran lantaisehingga
tidak menimbulkan kelembaban atau menimbulkan panas yang
berlebihan, dan sebagainya.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 107
5) Macam Letak Lantai
a. Basement
Untuk menghindari pecahan akibat lantai melengkung,
maka digunakan tulangan tegak lurus arah pecah. Sisi
bawah tulangan lebih sedukit daripada atas.
b. Ground Floor
Jika lantai langsung di atas tanah, maka timbul
kemungkinan lantai akan bergelombang. Untuk
menghindari hal tersebut, maka di bawah lantai diberikan
pengerasan. Biasanya digunakan pasir untuk meratakan
gaya yang tidak sama.
c. Upper Floor
Untuk lantai ini yang bagian tanah diberi tulangan. Beban
lantai di atasnya disalurkan melalui beban pokok. Semua
beban lantai disalurkan melalui kolom – kolom dan
diteruskan pada struktur bahannya.
b) Dinding
Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk ruang –
ruang di dalam bangunan, sebagai suatu unsur desain bidang dinding
dapat bersatu dengan lantai dan langit – langit. Dalam merencanakan
dinding perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
1) Dinding pada Ruang Pamer secara struktur dinding dibedakan
menjadi
a. Dinding struktur (bearing wall)
Dinding jenis ini merupakan dinding yang mendukung
struktur diatasnya, misalnya sebagai pendukung ataupun
tumpuan atap atau sebagai penumpu lantai (pada bangunan
bertingkat).
b. Dinding non struktur / partisi (non bearing wall)
Pada banguna yang menggunakan sistem non struktur
kebebasan peletakan dinding dan permukaan pada dinding
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 108
dapat diatur menurut kehendak perencana, karena tumpuan
atap terletak pada kolom – kolom pendukung. Dinding non
bearing terdiri dari : pasangan batu bata, pasangan batako,
multipleks, asbes, plat alumunium, dan lain sebagainya.
Beberpa dinding jenis ini diantaranya adalah:
Party walls, adalah dinding pemisahan antara dua
bangunan yang bersandar pada masing – masing
bangunan.
Fire walls,adalah dinding yang digunakan sebagai
pelindung dari pancaran kobaran api
Certain or Panel walls, adalah dinding yang digunakan
sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau
beton.
Partition walls, adalah dinding yang digunakan sebagai
pemisah dan bentuk ruang yang lebih kecildi dalam
ruang yang besar, dibedakan menjadi:
2) Fungsi Dinding
Fungsi dinding ialah sebagai pemikul beban di atasnya,
sebagai penutup dan pembatas ruang, baik visual maupun
akustik.
3) Sifat Dinding
Dinding dapat menentukan sifat tertentu sesuai dengan
fungsinya. Misalnya dinding yang bersifat permanen maupun
semi permanen (dapat berubah – ubah)
4) Bahan Penutup Dinding
Bahan penutup dinding aialah bahan buatan yang fungsinya
sebagai pelapis dinding dengan pemasangannya menempel
pada dasar dinding. Beberapa jenis bahan yang berfungsi
sebagai penutup dinding asalah sebagai berikut:
a. Batu : asbes, coraltex, marmer
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 109
b. Kayu : papan, tripleks, bamboo, hardboard
c. Metal : alumunium, tembaga, kuningan
d. Gelas : kaca, cermin
e. Plastik : fiberglass, folding door, dsb
f. Cat : bermacam – macam cat tembok
g. Kain : batik sastra, wallpaper, dsb
Dinding pada ruang serbaguna selain sebagai pembatas ruang juga
memiliki fungsi akustik. Ada beberapa penyerap panel yang dapat
diterapkan pada dinding ruang serba guna, seperti panel kayu dan
hardboard, gypsumoard, pelat logam. Penyerap – penyerap panel ini sering
dipasangkan pada bagian bawah dinding. Bahan penyerap bunyi lainya
adalah resonator, berongga, resonator rongga individual, resonator panel
berlubang. Permukaan dinding memiliki pengaruh besar terhadap
pencahayaan dan atmosfer pada ruang pamer kecil. (Leslie L. Doelle. 1993
:42)
Dalam merencanakan dnding pamer perlu diperhatikan beberapa hla yaitu:
1) Fungsi Langit – Langit
Langit – langit disamping memilikifungsi sebagai penutup
ruang juga dapat dimanfaatkan untuk pengaturan udara panas,
pengaturan lampu dan elemen – elemen meningkat.
2) Penentuan Ketinggian
Penentuan ketinggian langit – langit itu sendiri, dapat juga
dilakukan berdasarkan pertimbangan proporsi dari ukuran
ruang (panjang besar, tinggi). Terlebih lagi jika ingin dibuat
permainan langit – langit (drop ceiling) canopy, pergola
3) Bentuk Penyelesaian
Bentuk penyelesaian dapat dilakukan berdasakan fungsinya,
jika sebagai vasilitas udara panas, maka bentuk lubang atau
penurunan langit – langit itu diselesaikan seperti bentuk –
bentuk polos rata, grid / berkotak – kotak, garis geometrik /
lurus, berpola, struktural.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 110
4) Konstruksi Pemasangan
Konstruksi langit – langit perlu diperhatikan bagaimana
pemasangannya atau bagaimana menempel pada dinding. Perlu
diperhatikan juga konstruksi pemasangan bidang penutup langit
– langit.
Langit – langit haruslah dapat menghindari pemantulan cahaya
dari benda – benda lain misal proyeksi dan pencahayaan
panggung.
4. Sinstem Interior
a) Sistem Penghawaan (Thermal System)
Merupakan pengaturan sistem sirkulasi udara dalam ruang, berupa
penghawaan alami melalui bukaan / vebtilasi maupun penghawaan
buatan yaitu dengan menggunakan AC atau penghawaan lainnya
yaitu exhauser fan. Tujuan dari direncanakan penghawaan ini
adalah terwujudnya kenyamanan user dengan standar kenyamanan
ruang yaitu :
1) Temperatur Udara : 18o – 26
o Celcius
2) Pergerakan Udara : 0,1 – 0,15 m/s
3) Kelembaban Relatif : 50% - 55%
4) Kebutuhan Udara Bersih : 0,85 m2 / s / orang
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif
seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kenyamanannya tidak dapat diwakilkan oleh satu angka tunggal.
Beberapa faktor lain yang sering dikaitkan dengan kenyamanan
tertentu , yaitu:
1) Ras, sebenarnya tidak ditemukan bukti bahwa ras
mempengaruhi penilaian terhadap kenyamanan.
Manusia mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 111
iklim (aklimatisasi) dengan baik. Normalnya orang
dapat menyesuaikan diri dalam dua minggu.
2) Jenis kelamin, perempuan pada umumnya menyukai
lingkungan yang 1o C lebih hangat dari laki – laki.
3) Usia, orang berusia lanjut lebih suka di lingkungan
yang lebih hangat dan tidak berangin. Hal ini
disebabkan oleh metabolisme pada orang yang berusia
lanjut cenderung lebih menurun.
Dari beberapa hal diatas, maka dapat dibedakan jenis
penghawaan yaitu:
1) Penghawaan Alami (Natural Thermal)
Penghawaan Alami (natural termal) adalah sistem
penghawaan yang menggunakan udara alam sebagai sumber
penghawaan. Contohnya seperti exhaust fan, jendela, pintu,
ventilasi udara, serta buka – bukaan yang lain yang dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan penghawaan yang diperoleh dari
alam.
Untuk merancang sistem penghawaan alami diperlukan
beberapa syarat awal, yaitu:
a) Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu
dan polutan lain yang mengganggu)
b) Suhu uadara luar tidak terlalu tunggi (maksimal 28o C)
c) Tidak banyak bangunan disekitar yang menghalangi
aliran udara horizontal (sehingga angin menembus
lancar)
d) Lingkungan tidak bising
2) Penghawaan Buatan (Artificial Thermal)
Penghawaan buatan (artifical termal) adalah sistem
penghawaan yang menggunakan udara buatan. Alat yang
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 112
digunakan untuk memperoleh udara buatan itu adalah AC (air
conditional) dan Kipas Angin (fan).
Beberapa keuntungan pemakaian AC adalah sebagai berikut:
a) Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur
b) Kecepatan dan arah angin mudah diatur
c) Kelembaban mudah diatur
d) Kebersihan udara dapat dijaga
e) Karena ruang AC tertutup, maka diperoleh keuntungan
sampingan yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan.
f) Serangga terbang dapat dicegah masuk ke dalam ruang.
Ada banyak tipe mesin AC, namun secara garis besar dapat dibagi
sebagai berikut :
a. AC Unit (Unit AC)
Tipe AC unit ini bagi menjadi dua jenis paket, yaitu:
1) Tipe Paket Tunggal.
Tipe paket tunggal dikenal sebagai tipe jendela (windows type).
Pada tipe ini pada seluruh bagian AC ada dalam suatu wadah.
AC tipe ini dipasang dengan cara meletakkan mesin langsung
menembus dinding.
2) Tipe paket pisah.
Tipe paket pisah dikenal sebagai tipe split (split type). Sesuai
namanya, AC ini memiliki dua bagian terpisah yaitu unit
dalam ruang (indoor unit) dan unit luar (outdoor unit). Unit
luar ruang berisi kipas, kompresor dan kondensor untuk
membuang panas, sedangkan unit dalam ruang berisi
evaporator dan kipas untuk mengambil panas dari udara dalam
ruangan.
Tipe terpisah ini dapat berupa tipe split tunggal (single split type,
suatu unit luar ruang melayani suatu unit dalam ruang) dan dapat berupa
tipe split ganda (multi split type, suatu unut luar ruangan melayani
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 113
beberapa unit dalam ruang). Selain itu, berdasarkan pemasangannya tipe
terpisah ini dibagi lagi menjadi beberapa tipe yakni antara lain:
a) Tipe langit – langit / dinding (ceiling / wall type); indoor unit
dipasang di dinding bagian atas.
b) Tipe lantai (floor type); indoor unit dipasang di lantai,
berbentuk seperti almari
c) Tipe kaset (cassete type); indoor unit dipasang dilangit – langit,
menghadap ke bawah.
Gambar 2.25 Unit Indoor AC Spilt yang dipasang di Lantai
Sumber: http://hogeh.com/free-standing-heat-ac-units/
Gambar 2.26 Unit Indoor AC Spilt yang dipasang didekat
Langit – Langit
Sumber: http://www.cruiseac.com/universal-split-indoor-
outdoor.php
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 114
Gambar 2.27 Unit Indoor AC Type Kaset yang dipasang di Langit – langit
Sumber: http://www.supplyhouse.com/Sanyo-XHW2672R-24800-BTU-Mini-
Split-Ceiling-Recessed-Air-Conditioner-Indoor-Unit
b. AC Terpusat (Central C)
AC tipe besar yang dikendalikan secara terpusat untuk
melayani suatu gedung besar, baik yang berpembagian ruang
sederhana seperti toko grosir besar, maupun berpembagian ruang
rumit seperti ruang tinggi perhotelan maupun perkantoran. AC
Central melibatkan sistem jaringan distribusi udara (ducting) untuk
mengatur udara sejuk ke dalam ruang dan mengambil kembali
untuk diolah kembali. Lubang tempat udara dari sistem AC yang
masuk dalam ruangan disebut diffus (diffuser), sedangkan lubang
tempat udara kembali dari dalam ruangan ke jaringan disebut gril
(grill). Keuntungan dari AC terpusat yaitu memiliki tingkat
kenyamanan yang lebih baik, karena tersedianya ruang khusus
untuk penempatan mesin AC.
b) Sistem Pencahayaan (Lighting system)
Pencahayaan adalah suatu penerangan yang digunakan untuk
menerangi bangunan maupun ruangan. Pencahayaan merupakan faktor
yang pokok dalam perancangan suatu bangunan, karena apabila sistem
dari pencahayaan itu kurang baik maka dapat membuat suasana
bangunan / ruang menjadi gelap, remang – remang dan terang
benerang. Oleh karena itu untuk perancangan sistem pencahayaan ini
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 115
harus disesuaikan dengan jenis bangunan / ruangan yang akan dibuat.
Sistem pencahayaan dibagi lagi menjasi 2 yaitu :
1. Pencahayaan Alami (Natural Lighting)
Pencahayaan alami (natural lighting) adalah sistem penchayaan
yang menggunakan sumber cahaya alam yaitu sinar matahari. Sifat
dari sistem ini hanya sementara, artinya hanya pada waktu
matahari terbit hingga tenggelam, jadi tidak dapat dimanfaatkan
sepanjang hari. Fungsi dari adanya sistem pencahayaan alami
adalah sebagai berikut :
(a). Sumber cahaya diwaktu pagi hingga petang hari.
(b). Menciptakan adanya cahaya pantul sebagai unsur estetika.
(c). Memeberikan cahaya yang sangat terang diwaktu pagi hingga
sore hari.
2. Pencahayaan Buatan (artificial lighting)
Sistem pencahayaan buatan (artificial lighting) adalah
sistem pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya buatan
seperti lampu, armatur dan peralatan yang memendarkan cahaya.
Sifat dari cahaya buatan juga sementara karena hanya
dipergunakan pada malam hari saja sebagai sinar tambahan untuk
menerangi suatu ruang / bangunan.
(a). Fungsi dari adanya sistem pencahayaan buatan ini adalah :
1) . Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak
terjangkau pencahayaan disiang hari.
2). Digunakan bersama dengan natural light untuk
mereduksi terang gelap sumber cahaya langit.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 116
3). Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut
aktivitas dan kebutuhan.
(b). Teknik Pencahayaan
1). Penerangan Langsung (Direct lighting)
Merupakan teknik pencahayaan yang paling
sederhana, yaitu sumber cahaya diatur untuk menyinari
suatu area secara langsung. Teknik ini bisa digunakan di
area atau ruang yang membutuhkan cahaya yang cukup
kuat.
Teknik penerangan ini memungkinkan kualitas
cahaya yang maksimal karena cahaya lampu langsung jatuh
ke ruang atau benda yang disinarinya. Namun cahaya yang
dihasilkan kurang artistic atau cenderung menghasilkan
atmosfer ruang yang datar dan monoton.
Gambar 2.28 Penerangan Langsung (Direct Lamp)
Sumber : www.homesweethomefund.com
2). Penerangan Tidak Langsung (Indirect Lighting)
Merupakan teknik pencahayaan yang menempatkan
sumber cahaya secara tersembunyi. Cahaya yang terlihat
dan menerangi ruang merupakan hasil pantulan atau bukan
berasal dari lampu secara langsung. Lampunya sendir
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 117
biasanya diletankkan dibalik dinding, plafon, lemari, dan
sebagainya. Cahaya yang dihasilkan penerangan langsung.
Untuk menciptakan atmosfer ruang tertentu, kombinasikan
penerangan tidak langsung dengan penerangan langsung.
(3). Penerangan ke Bawah (Downlihgt)
Gambar : 2.29 Penerangan Tidak Langsung (Indirect
Lighting)
Sumber : www.pinteres.com
Merupakan teknik pencahayaan yang umum
digubakan, yaitu lampu diarahkan untuk menyinari benda
dibawahnya. Prinsipnya sama seperti pada pencahayaan
alami, saat matahari menyinari bumi yang ada dibawahnya.
Cahaya yang dihasilkan cenderung rata dan menyebar
dengan baik.
Gambar 2.30 Penerangan ke Bawah (Downlihgt)
Sumber : www.upshine.com
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 118
(4) Penerangan ke Atas (Uplight)
Merupakan teknik pencahayaan yang menyorotkan
sinar lampu keatas ruangan atau benda. Lmpu yang
digunakan biasanya diletakkan di lantai dengan arah cahaya
ke atas.
Cahaya yang dihasilkan kerap digunakan untuk
menghasilkan kesan megah dan dramatis, misalnya pada
kolom bangunan tempat kolom juga terlihat lebih menonjol.
Teknik pencahayaan ini tergolong teknik penerangan tidak
langsung karena cahaya yang dihasilkan tidak langsung
menyinari ruang maupun benda.
Gambar 2.31 Penerangan ke Atas (Uplight)
Sumber : www.dreamstime.com
(5) Penerangan dari Depan (Frontlight)
Merupakan teknik penerangan umum diterapkan
untuk menerangi lukisan atau hiasan dinding. Benda –
benda yang disorot akan terlihat lebih menonjol darpada
benda – benda lain disekitarnya.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 119
Gambar 2.32 Penerangan dari Depan (Fronlighting)
Sumber : www.desainic.com
(c). Sistem pencahayaan buatan berupa energy listrik
yang diubah menjadi sinar sehingga dapat menimbulkan
cahaya. Contoh sumber cahaya yang dihasilkan adalah :
1. Lampu Pijar (incandescent)
Lampu pijar terdiri tiga pokok yaitu basis, filament (benang
pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya (fluks
cahaya) yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang
menyala tergantung pada suhu filamennya. Jenis lampu ini
mempunyai keuntungan dan kekurangan, yaitu :
Keuntungan :
(a). Ukuran filament kecil, maka sumber cahaya dapat
dianggap sebagai titik sehingga pengaturan cahaya mudah.
(b). Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani
dengan sederhana pula.
(c). Pemakaian sangat luwes dan biaya awal rendah.
(d). tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban.
(e). Menampilkan warna – warna dengan sangat bagus
Kerugian :
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 120
(a). Lumen per watt (efikasi) rendah
(b). Umur pendek (750 – 1000 jam) makin rendah watt
makin pendek umur.
(c). Untuk Negara tropis, panas dari lampu akan menambah
beban AC
(d). warna cenderung hangat (kemerahan), secara
psikologis akan membuat suasana ruang kurang sejuk
2. Lampu Flourescent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung (tube lamp) maupun
bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu lampu pelepas
listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu
fluorescent generasi terbaru penggunaan listriknya semakin
efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi
speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya)
mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi
penyimpangan warna. Jenis lampu ini mempunyai
keuntungan dan kerugian, yaitu:
Keuntungan :
(a) Efikasi. (lumen per watt) tinggi
(b) Awet (umur panjang), hingga 20.000 jam (dengan
asumsi lama penyalaan 3 jam setiap penyalaan). Makin
sering dihidup matikan, umur makin pendek.
(c) bentuk lampu memanjang memenuhi area lebih luas.
(d) untuk penerangan yang tidak menghen bayangan,
lampu flourenscent lebih baik dibandingkan dengan
lampu pijar.
(e) warna cahaya yang cenderung putih – dingin
menguntungkan untuk daerah tropis lembab karena
psikologis akan menyejukan ruangan.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 121
Kerugian:
(a) Output cahaya terpengaruh oleh suhu dan
kelembaban
(b) Tidak mudah mengatur intensitas oleh cahaya
dengan dimmer
(c) Warna keputihan cenderung tidak alami, terutama
untuk warna kulit
(d) Kecerobohan pemasangan balas sering
menimbulkan bunyi dengung yang mengganggu dan
melelahkan
(e) Menimbulkan efek cahaya tang bergetar pada arus
bolak – balik (ac), sedangkan pada lampu fluorescent
arus searah (dc) efek ini tidak tampak
(f) Efisiensi lampu akan meningkat apabila suhu
dipertahankan tidak lebih dari 40OC.
3. Lampu HID (High- Intensity Disharge Lamp)
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap
zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari
lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi
uap merkuri bertekanan tinggi. Efeknya antara 40 –
60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3 – 8 menit
(untuk menguapkan merkuri) sebelum menghasilkan
cahaya maksimal. Karena itu disebut lampu metal –
helida. Jenis lampu ini memiliki keuntungan dan
kerugian yakni antar lain :
Keuntungan :
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 122
(1) Kecuali lampu mercury (yang kualitasnya
cahayanya lebih baik dari lampu pijar), efikasi
lampu HID jauh lebih tinggi disbandingkan lampu
pijar dan fluorescent
(2) Lebih awet dari lampu pijar dan kadang – kadang
lebih awet dari fluorescent juga
(3) Pendistribusian cahaya lebih mudah dari lampu
fluorescent
(4) Biaya operasional sangat rendah
(5) Tidak seperti lampu fluorescent, lampu HID tidak
terpengaruh oleh variasi suhu dan kelembaban
lingkungannya
Kerugian :
(1) Biaya awal sangat tinggi
(2) Seperti halnya dengan lampu fluorescent,
lampu HID butuh balas yang dapat
mengeluarkan suara mengganggu
(3) Lampumembutuhkan waktu sekitar 8 menit
untuk bersinar secara penuh
(4) Beberapa dapat mengeluarkan cahaya ungu –
ultra yang membahayakan kesehatan
(5) Lampu HID hanya cocok untuk ruangan,
dengan ketinggian langit – langit (3-5 m)
hingga tinggi (>5 m).
c) Sistem Akustik (Acoustics System)
Sistem akustik (acoustics system) adalah suatu sistem yang
digunakan untuk mengatur tingkat kebisingan suatu bangunan /
ruangan. Menurut tempatnya akustik dibandingkan menjadi 2 jenis
akustik :
a. Akustik Ruang
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 123
Akustik ruang dalam arsitektur merupakan perencanaan dan
perancangan ruang dengan memperhatikan sumber bunyi yang
mengganggu ruangan. Dalam perancangan desain akustik
sebuah ruangan ada beberapa faktor yang seharusnya kita
diperhatikan untuk mendapatkan tingkat kenyamanan akustik,
diantaranya adalah:
1) Bentuk bidang pembatas ruang yaitu dinding, lantai
ataupun langit – langit
2) Bahan bidang pembatas ruang, terutama untuk mengenal
karakter bahan yang akan kita gunakan dalam ruangan
tersebut perlu untuk dimengerti
Secara umum bahan dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Penyerap nada – nada tinggi
Yaitu bahan – bahan yang mengandung banyak hawa udara
atau pori – pori lembut. Miasalnya serabut gelas, serabut
kayu, serabut kelapa, merang jerami dan bahan sintetis
berbentuk busa seperti novolan, stiropor, moltopren dan
ataupun apung, vermikulit perlit dan sebagainya.
2. Penyerap nada – nada menengah dan rendah
Penyerap nada – nada menengah dan rendah (gelombang
panjang) bekerja pada prinsip pengubah energy bunyi ke
energy mekanis, yaitu gerak getaran suatu selaput,
membrane atau pelat yang relatif tipis tetapi padat dan
karenanya bisa bergetar secepat mungkin sehingga danyak
energy bunyi diubah menjadi getaran selaput / resonator.
3. Memperhatikan metode konstruktif pemasangan bahan,
yaitu pemasangan pelat –pelat akustik yang tepat. Misalnya
absorptive material, anspace gypsumboard dan furring.
4. Memberi isolasi dinding
b. Akustik Lingkungan.
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 124
Akustik lingkungan merupakan suatu akustik untuk
perpindahan bunyi dari suatu ruangan ke ruangan lain dalam
penanganan bunyi dari elemen – elemen bangunan, terutaman
desain yang memperhatikan ruang majemuk dalam bangunan
seperti flat sekolahan ataupun rumah sakit.
c. Sistem akustik ruang pamer
Untuk ruang pamer lebih baik diperhatikan kapasitas yang
berfluktuasi. Ruang pamer dengan volume mencapai sekitar
15.000 sampai 20.000 ft3 (425 – 570 m
3) atau dengan kapasitas
penonton antara 150 – 200 orang tidak akan membutuhkan
sistem penguat suara bila ruangan tersebut dirancang dengan
prinsip – prinsip akustik yang ada. Ruang pamer dengan bentuk
empat persegi, lantai datar dan daerah yang biasanya berkisar
antara 600 – 1.000 ft3 (56 0 95 m
3) jarang menimbulakn
masalah akustik yang serius. Dinding belakang ruang terhadap
dengan pembicara, walau tidak diberi lapisan akustik tidak
menimbulkan cacat akustik. Karena ukurannya kecil disamping
furniturnya yang membantu menghamburkan.
d) Konsep Warna
1. Pengertian Warna
Warna adalah spectrum tertentu yang terdapat di dalam suatu
cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna
ditentukan panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang
warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380
– 780 nanometer. Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti
interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya:
merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu.
Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hiaju, dan 100% biru
akan menghasilkan interpretasi warna magenta.
2. Pengelompokan warna
a. Warna netral, adalah warna – warna yang tdak lagi
memiliki kemurnian warna atau dengan kata lain bukan
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 125
merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini
merupakan campuran komponen tiga warna sekaligus,
tetapi tidak dalam komposisi tepat sama.
b. Warna kontras atau komplementer, adalah warna yang
berkesan berlawanan satu dengan yang lainnya. Warna
kontras bisa didapatkan dari warna yang bersebrangan
(memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer
dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan
pula membentuk kontras warna dengan mengolah nilai
ataupun kemungkinan warna. Contoh warna kontras adalah
merah dengan hiaju, kuning dengan ungu dan biru dengan
jingga.
c. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang
setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari
merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang,
semangat, marah, dan sebagainya. Warna panas
mengesankan jarak yang dekat.
d. Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentan
setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari
warna hijau hingga ungu. Warna ini menjadi symbol
kelembutan, sejuk, nyaman, dingin, dan sebagainya. Warna
dingin mengesankan jarak yang jauh.
3. Tiap – tiap warna memiliki arti khusus berdasarkan efek
psikologis pemilik warna , yaitu:
a. Merah memberi dampak dinamis dan cenderung
menstimulasi
b. Merah muda menggambarkan kemudaan, ceria dan
romantisme
c. Oranye memberikan energi, vitalitas dan berkesan ramah
d. Kuning mampu memancarakan kehangatan, bercahaya dan
cerah
e. Coklat berkesan rustic, melindungi, kaya, dan tahan lama
PUSAT KONSERVASI FLORA FAUNA LAWU | 126
f. Biru menggambarkan suatu yang konstan, kebenaran,
ketenangan dan ketergantungan
g. Hijau menyiratkan kesan alami, segar, dan misterius
h. Putih memberi kesan keaslian, ringan, tenang, dan murni
i. Hitam mengandung kekuatan, berkesan misterius, klasik
dan elegan.
top related