femoral hernia

Post on 26-Nov-2015

16 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Penelitian ini merupakan studi retrospektif kasus hernia femoralis yang dikelola oleh penulis selama 15 tahun (periode Januari 1995-Desember 2009). Data-data pasien yang ditinjau mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis, sisi lokasi hernia femoralis, jenis operasi, dan tindak lanjut (follow up). Tinjauan pustaka dengan topik sama dibandingkan.

TRANSCRIPT

Egyptian Journal of Surgery Vol. 30, No. 4, October 2011ORIGINAL ARTICLE

HERNIA FEMORALIS: PENGALAMAN TERBATAS DENGAN LESI JARANG DI KELOMPOK USIA ANAK-ANAKKhairi Ahmed,1 Shehata Sameh,1 Hassab Hani21Pediatric Surgery Units, Alexandria Faculty of Medicine, Alexandria University, Egypt, 2King Fahad Medical City,Riyadh, KSAAbstrakTujuan: Hernia femoralis jarang dijumpai pada anak-anak. Angka insidensinya 0,1% sampai 1% dari keseluruhan hernia di daerah inguinal pada kelompok usia anak-anak. Seringkali diagnosis luput secara klinis. Kami mempresentasikan pengalaman kami dan membandingkannya dengan yang lain.Metode: Penelitian ini merupakan studi retrospektif kasus hernia femoralis yang dikelola oleh penulis selama 15 tahun (periode Januari 1995-Desember 2009). Data-data pasien yang ditinjau mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis, sisi lokasi hernia femoralis, jenis operasi, dan tindak lanjut (follow up). Tinjauan pustaka dengan topik sama dibandingkan.

Hasil: Sebanyak tujuh belas kasus hernia femoralis pada dua belas anak (lima anak laki-laki dan tujuh anak perempuan) diperbaiki. Usia anak-anak berada dalam rentang 3-10 tahun (rata-rata 6,4). Sebanyak empat kasus (33%) hernia di sisi kanan, tiga kasus (25%) di sisi kiri, dan lima (42%) bilateral. Terdapat tujuh (58%) pasien dengan diagnosis preoperatif yang tepat. Lima (42%) pasien keliru didiagnosis sebagai hernia inguinalis. Tiga belas kasus (76%) dioperasi dengan pendekatan rendah (infra-inguinal) dan empat kasus (24%) melalui pendekatan tinggi (inguinal). Tidak ada rekurensi selama periode tindak lanjut. (1-3 tahun).Kesimpulan : Diagnosis preoperatif yang keliru masih tinggi pada kasus hernia femoralis anak-anak. Mengingat di antara diagnosis banding pembengkakan pada pangkal paha di kelompok usia anak-anak, disertai dengan kemampuan dalam mengenalinya intraoperatif, dapat mencegah operasi kedua yang tidak perlu.

Kata kunci: Femoralis, Inguinalis, Hernia, Pangkal paha, Anak-anak.

PENDAHULUANHernia femoralis jarang terjadi pada anak-anak. Insidensi berkisar antara 0,1%-1% dari semua hernia di daerah inguinal pada anak-anak. Seringkali diagnosis luput secara klinis dan biasanya muncul baik sebagai awal rekurensi pembengkakan pangkal paha setelah operasi hernia inguinalis, atau temuan intraoperatif jika eksplorasi inguinal tidak menunjukkan kantong biasa dari hernia inguinalis. Tujuan penelitian ini adalah untuk meninjau pengalaman kami dan membandingkannya dengan yang lain.

PASIEN DAN METODE

Penelitian ini merupakan studi retrospektif kasus-kasus hernia femoralis yang dikelola oleh penulis selama periode 15 tahun (Januari 1995-Desember 2009). Data-data pasien yang ditinjau mencakup usia, jenis kelamin, diagnosis, sisi lokasi hernia femoralis, jenis operasi, dan tindak lanjut (follow up). Tinjauan pustaka (Medline search) dengan topik sama dibandingkan.

HASILSebanyak tujuh belas kasus hernia femoralis dioperasi pada dua belas anak selama periode penelitian ini; lima (42%) anak laki-laki dan tujuh (58%) anak perempuan). Usia anak-anak berada dalam rentang 3-10 tahun (rata-rata 6,4). Sebanyak empat kasus (33%) hernia di sisi kanan, tiga kasus (25%) di sisi kiri, dan lima (42%) bilateral. Tidak terdapat kasus hernia femoralis inkarserata. Sebanyak 4 anak (33%) memiliki karakteristik Marfan dengan jari tangan dan kaki salah satu di antaranya dengan hernia bilateral. Terdapat tujuh (58%) pasien dengan diagnosis preoperatif yang tepat. Lima (42%) pasien keliru didiagnosis sebagai hernia inguinalis. Pada kasus ini, satu pasien (20%) didiagnosis hernia femoralis intraoperatif, selama perbaikan bedah diduga hernia inguinalis. Sedangkan lima (80%) memiliki riwayat operasi hernia sebelumnya dan datang kembali dengan benjolan di pangkal paha yang berulang (Gambar 1). Interval waktu antara post operasi perbaikan hernia dengan munculnya kembali benjolan adalah 4 bulan. Tiga belas kasus (76%) dioperasi dengan pendekatan insisi rendah (infrainguinal) menggunakan metode Cooper. Empat kasus (24%) dioperasi dengan pendekatan insisi tinggi (inguinal) menggunakan metode McVay. Tidak ada rekurensi selama periode tindak lanjut. (1-3 tahun).

Fig 1. Femoral hernia; the anatomical relationshipwith the inguinal ligament. The scars of the previousrepairs of presumed inguinal hernias are seen; acommon situation.

PEMBAHASAN

Insiden hernia femoralis mencapai 5-10% dari keseluruhan kasus hernia selangkangan pada orang dewasa. Pada anak-anak, kasus ini lebih jarang dijumpai, yaitu kurang dari 1%, dan misdiagnosis seringkali dijumpai. Hal ini telah dikenal dengan baik dan didokumentasikan. Bahkan dokter ahli bedah anak memiliki pengalaman terbatas dengan kondisi tersebut. Seri terbesar memiliki maksimal 2-2,5 kasus per tahun di maksimal. Namun, sebagian besar seri lainnya memiliki rata-rata 1-1,5 kasus setiap 2-3 tahun.Pahaman dengan terjadinya kondisi ini dapat menyebabkan diagnosis yang keliru dan terapi yang tertunda. Diagnosis preoperatif yang tepat berkisar antara 12%-90% (rata-rata 44,3%) Tabel 1. Hal ini tergantung dari tingkat kesadaran terhadap kondisi antara diagnosis banding benjolan di pangkal paha pada anak-anak. Inspeksi yang cermat dan hubungan anatomis antara benjolan dan ligamentum inguinalis merupakan poin terpenting untuk diagnosis preoperatif yang tepat pada penelitian ini. Diagnosis intraoperatif pada kondisi ini memungkinkan, asalkan dokter bedah menyadari hubungan hernia femoralis ke funiculus. Tidak adanya sakus hernia inguinalis yang biasa harus dicurigai sebagai hernia femoralis. Namun, adanya hubungan prosessus vaginalis paten pada beberapa anak membuat kondisi ini menjadi lebih sulit.Rekurensi dini benjolan di paha setelah operasi pasien yang awalnya didiagnosis hernia inguinalis (rata-rata 2,5 bulan) juga harus dicurigai sebagai suatu hernia femoralis. Interval waktu antara post operasi perbaikan hernia dengan munculnya kembali benjolan adalah rata-rata 4 bulan. Bahkan beberapa penulis mengira bahwa operasi perbaikan hernia inguinalis dapat menjadi faktor pencetus terjadinya hernia femoralis di kemudian hari.Kami tidak pernah mendapatkan kasus inkarserata, namun dalam seri besar, insidennya berkisar antara 24%-48%. Kadang-kadang kondisi ini muncul sebagai awal presentasi klinis hernia femoralis. Empat kasus kami (33%) memiliki karakteristik seperti Marfan. Kami percaya bahwa kasus-kasus hernia di daerah inguinal dengan kelainan musculoskeletal harus mendapatkan perhatian khusus untuk suatu kemungkinan hernia femoralis. Meskipun operasi melalui insisi inguinal dapat dilakukan untuk kasus yang didiagnosis intraoperatif, pendekatan rendah (infrainguinal) relatif lebih mudah untuk kasus-kasus yang didiagnosis preoperatif seperti kasus dengan riwayat insisi inguinal sebelumnya; untuk menghindari timbulnya skar dan perlukaan jaringan perawan (Gambar 2). Arteri femoralis sangat berdekatan dengan leher dari sakus dan perlu diseksi secara hati-hati untuk mencegah terjadinya cedera apapun (Gambar 3). Baru-baru ini, operasi laparoskopik hernia femoralis pada anak-anak telah dilakukan oleh beberapa penulis.

Diagnosis preoperatif yang tidak tepat pada kasus hernia femoralis anak-anak masih cukup tinggi. Mengingat kasus ini merupakan salah satu diagnosis banding pembengkakan pada pangkal paha di kelompok usia anak-anak, disertai dengan kemampuan dalam mengenalinya intraoperatif, dapat mencegah operasi kedua yang tidak perlu. 3

top related