group 21 - problem 4 respiratory emergency
Post on 27-Jan-2016
224 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Problem 4 Respiratory Emergency
Group 21Faculty of Medicine
Tarumanagara University
Group 21Authors Dr. Jensen
405090126 Julita Suhardi
405090128 Wahyu Yessika Setiawan
405090270 Lois T. Kezia Sitorus
405100024 Frisca
405100098 Eric Pangestu
405100125 Boe Obet Agung Sanjaya
405100134 Steven Herbert
405100139 Ratih Sri Adi Utami SW
405100140 Irwan Deputra Hamdani (Ketua)
405100158 Denny Purbawijaya (Sekretaris)
405100223 Pany Chandra Lestari (Penulis)
405100287 Stevan
Case• A 40 years old male was admitted to the hospital with shortness of breath and left
side chest pain. He had recurrent cough 6 months and went to several doctor but did not get better. Sometimes cough with blood streak and getting worse since 4 weeks ago.
• On physical examination, he looks severe ill, body height: 165 cm, body weight: 52 kg, blood pressure: 160/90 mmHg, heart rates: 110 beats per minute, respiratory rates: 40 breaths per minutes, body temperature: 37.3 oC, conjungtiva looks pale.
• Chest physical examination was found: left thorax larger than the contralateral side. Tactile fremitus was absent in the left lung. The percussion note is hypersonor at the left lung. The breath sound was reduced on left lung. Regular heart sounds, no murmurs and gallops. Abdominal physical examination is within normal limits.
• Laboratory finding: Hb 10.8 mg/dL,Leucosit count: 12.100/uL, trombosit 251.000/mm3, Liver and renal function test SGOT 19, SGPT 22, ureum 23 and creatinin 0,7. blood electrolit: Na+: 145mEq/L, K+: 3,7 mEq/L, Cl-: 101 mEq/L, Ca++: 1.13mEq/L, Blood sugar: 105mg/dL.
• Arterial blood gas analysis: pH: 7,55, pCO2: 34 mmol/L, pO2: 75mmol/L, HCO3-: 23 mmol/L, Sat O2: 91 %, BE : -1.
• Chest radiograph shows ifiltrates, pleural visceral line and hiperluscent in left lung.
Mind Mapping
Gagal NafasPemeriksaan
Definisi
Treatment (Primary Survey & secondry Survey)
DiagnosisManifestasi Klinis
Klasifikasi
EtiologiKomplikasi & Prognosis
Learning Objectives
1. Menjelaskan tentang Gagal Nafas2. Menjelaskan tentang Terapi Oksigen
LO 1. Menjelaskan tentang gagal nafas
DEFINISI
• Kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh
• Dua bentuk dasar gagal napas :– Hipoksemia (PaO2 < 60 dengan fiO2 21%)– Hiperkapneu (PaCO2 > 45)– Bisa juga campuran keduanya
FAKTOR PREDISPOSISI• Struktur anatomi• Kerentangan terhadap infeksi• Kelainan konginetal• Faktor fisiologis dan metabolik• Imaturitas struktural beberapa organ dan jalan
napas• Imaturitas imunologis• Kebutuhan oksigen lebih besar dibanding orang
dewasa. Untuk bayi sehat kira-kira 3x/kgBB lebih besar dari orang dewasa
FAKTOR PREDISPOSISI1.Struktur anatomiDinding dada• Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga yang
kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan otot interkostal yang belum sempurna, menyebabkan pergerakan dinding dada terbatas.
Saluran pernafasan• Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Besar trakea
neonatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½ dewasa, sedangkan ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas saluran pernafasan 75 %.
Alveoli• Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘ elastic recoil ’ untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli relatif lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah alveoli akan bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
2.Kerentangan terhadap infeksiBayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia,
pada anak kerentangan terhadap infeksi traktus respiratorius merupakan faktor predisposisi gagal nafas.
3.Kelainan konginetalKelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem
pernafasan atau organ lain yang berhubungan dengan alat pernafasan.
4.Faktor fisiologis dan metabolik• Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi
lebih besar daripada dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan meningkat mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat. Kebutuhan oksigen tersebut di capai dengan menaikkan usaha pernafasan, dengan akibat pertama adalah kehilangan kalori dan air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang sempurna. Karena pada bayi dan anak kadar glikogen rendah, maka dengan cepat akan terjadi penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme anaerib akibatnya terjadi asidosis.
ETIOLOGIA. GANGGUAN EKSTRINSIK PARU B. GANGGUAN INTRINSIK PARU
1. PENEKANAN PUSAT PERNAPASAN• Overdosis obat (sedatif, narkotik)• Trauma serebral atu infark• Poliomielitis bulbar• Ensefalitis
1. GANGGUAN OBSTRUKTIF DIFUS• Emfisema, bronkitis kronik (COPD)• Asma, status asmatikus• Fibrosis kistik
2. GANGGUAN NEUROMUSKULER• Cedera medulla servikalis• Sind. Gullain-Barre• Sklerosis amiotrofik lateral• Miastenia gravis• Distrofi muskuler
2. GANGGUAN RESTRIKTIF PARU• Fibrosis interstisial (silica, debu)• Sarkoidosis• Skleroderma• Edema paru (Kardiogenik, Non)• Atelektasis• Pneumonia konsolidasi
3. GANGGUAN PLEURA & DINDING DADA• Cedera dadak• Pneumotoraks• Efusi pleura• Kifoskoliosis• Obesitas, sind.pickwickan
3. GANGGUAN PEMBULUH DARAH PARU• Emboli paru• Emfisema berat
ETIOLOGI
KELAINAN PRIMER PARU
Edema mukosa, lendir tebal, spasme otot polos
Lumen saluran napas menyempit
Udara terperangkap di bag. Distal sumbatan
Gangguan oksigenasi dan ventilasi
Hipoksia & hipercapnia
Ventilasi alveolus terganggu
Depresi pernapasan
Gangguan difusi & retensi CO2
+ Kerja pernapasan
Kelelahan & timbul asidosis
Gagal napas
Patofisiologi
KELAINAN PRIMER PARU
Hipoksemia Vasokonstriksi pembuluh darah
pulmonal
Tahanan alveolus
Kerja jantung
memberat
Gagal jantung
Aliran darah paru
Permeabilitas kapiler
Retensi CO2+ +
Metabolic rate +
bronkokonstriksi
Edema paru
Gangguan ventilasi & oksigenasi
Gagal napas
Patofisiologi
KLASIFIKASI
• Kelainan yang mempengaruhi parenkim paru (termasuk jalan
napas, ruang-ruang alveolar, interstisial, dan sirkulasi pulmoner)
– Hampir selalu ditandai dengan hipoksemia, tetapi dapat disertai
/ tidak disertai hiperkapnia tergantung pada tipe spesifik
penyakit dan derajat beratnya.
– Contoh : pneumonia bakterial, pneumonia viral, aspirasi isi
lambung, ARDS, emboli paru, asma, penyakit paru interstisial.
• Kelainan yang terutama mempengaruhi komponen
non-paru sistem pernapasan
– Umumnya menyebabkan hiperkapnia
– Contoh: penyakit yang menyebabkan kelemahan otot
pernapasan, penyakit SSP yang mengganggu pengendalian
ventilasi, kondisi yang mempengaruhi bentuk atau ukuran
dinding dada (seperti kifoskoliosis).
– Paru mungkin normal, tetapi hipoksemia yang tidak
proporsional terhadap hiperkapnia yang terjadi
menandakan adanya keterlibatan paru.
• Gagal nafas ada dua macam yaitu
– Gagal nafas akut : gagal nafas yang timbul pada
pasien yang parunya normal secara struktural
maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
– Gagal nafas kronik : terjadi pada pasien dengan
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).
• Gagal napas dibagi menjadi :
– Hipoksemi (tipe I) : kegagalan transfer oksigen
dalam paru
– Hiperkapnia ( tipe II) : kegagalan ventilasi untuk
mengeluarkan CO₂
Gagal Napas Hipoksemia
• Lebih sering dijumpai• Nilai PaO2 rendah, tetapi PaCo2 normal atau
rendah • Menandakan penyakit yg mempengaruhi
parenkim paru atau sirkulasi paru– Pneumonia– Aspirasi isi lambung– Emboli paru– Asma– ARDS
Mekanisme Hipoksemia & Hiperkania pd Gagal napas• HIPOKSEMIA
– FIO2 rendah (ketinggian tempat)– Gangguan difusi– Hipoventilasi alveolar– Ketidakseimbangan [V/Q]
• Rasio V/Q rendah (perfusi yg terbuang, pirau fisiologik, perfusi vena mirip campuran, efek pirau)
– Pirau vena ke arteri (campuran vena sejati, pirau kanan ke kiri)
• Pirau anatomis kanan ke kiri (intrakardia, intrapulmonal)
• Pirau kapiler alveolar (atelektasis, pneumonia yg terkonsolidasi, edema atau eksudat alveolar)
MEKANISME HIPOKSEMIA
Gagal Napas Hiperkapnia
• Kadar PaCo2 tinggi CO2 banyak dlm ruang alveolus O2 tersisih PaO2 turun hiperkapnia + hipoksemia
Gagal Napas Hiperkapnia
• Mempunyai PaCO2 yg abnormal tinggi• Patofisiologi:
– Terjadi hipoventilasi alveolar• (ingat: hiperkapnia=hipoventilasi alveolar, dan sebaliknya)• Harus mengerti : VCO2, VA
– Ventilasi semenit (jumlah total udara yang bergerak masuk dan keluar kedua paru setiap menit, VE=VA+VD)
• VE di bawah normal• VE normal atau tinggi, tetapi rasio VD/VT meningkat• VE di bawah normal, dan rasio VD/VT meningkat
Mekanisme Hipoksemia & Hiperkania pd Gagal napas
• HIPERKAPNIA– Hipoventilasi alveolar– Ketidakseimbangan V/Q
• Efeknya kecil selama keseimbangan V/q dari alveoli yg berfungsi secara keseluruhan memadai
MEKANISME HIPERKAPNIA
Mekanisme Gagal Napas yg Disebabkan Kelainan Neuromuskuler
Manifestasi klinis• Gejala umum
– Kelelahan (fatique)– Berkeringat
• Respiratorik– Wheezing– Grunting ekspiratorik– Suara nafas hilang/ menurun– Napas cuping hidung– Retraksi– Takipneu, bradipneu atau apneu– Sianosis
• Cardiac– Bradikardi atau takikardia hebat– Hipotensi atau hipertensi– Pulsus paradoksus > 12 mmHg– Cardiac arrest
• Serebral– Kegelisahan– Iritabilitas– Sakit kepala– Mental confusion– Konvulsi– Koma
• Laboratotium– Hipoksemia– Hiperkapneu– Asidosis (respiratorik dan/
metabolik)– Kapasitas vital < 30% taksiran– Kapasitas vital > 30x volume tidal– Tekanan inspirasi maksimum > 20
cmH2O
TANDA dan GEJALA
Diagnosa
• Anamnesa : riwayat penyakit• Pemeriksaan fisik :
– Pemeriksaan umum, vital sign– Paru, kardiovaskuler, neurologis
• Laboratorium : – Analisa Gas Darah– Faal Paru– EKG
• Radiologis : X-foto toraks
Pemeriksaan penunjang
• Pemerikasan gas-gas darah arteri– Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHgSedang : PaO2 < 60 mmHgBerat : PaO2 < 40 mmHg
• Hemodinamik– Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG– Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di
sisi kanan– Disritmia
PEMERIKSAAN FUNGSI RESPIRASIPEMERIKSAAN MAKNA NILAI NORMAL NILAI KRITIS
PEMERIKSAAN FUNGSI VENTILASI
(f) Napas per menit Petunjuk umum distres napas 12-20 >35 atau <10
Vol.tidal (VT), ml Vol pertukaran dlm keadaan istirahat 500-700 <350
Ventilasi semenit (VE),L Petunjuk umum ventilasi 5-10 >10
Kapasitas vital paksa (FVC), ml/kg
Cadangan ventilasi 65-75 <15
Vol ekspirasi paksa dlm 1 det, ml/kg
Menilai cad.ventilasi pd COPD 50-60 <10
Daya inspirasi maks., cm H2O
Cadangan usaha ventilasi 75-100 <25
VO/VT Rasio ruang mati / volume tidal 0,25-0,40 >0,60
PaCO2, mmHg Kemampuan paru membuang CO2 35-45 >55
PEMERIKSAAN STATUS OKSIGEN
PaO2, mmHg Memadainya teg.Oksigen dlm darah arteri
80-100 <50-60
P (A-a)O2 atau (A-aD) Cadangan oksigenisasi 30-50 >450
QS / QT Proporsi jantung yg dipirau mll alveoli <5 >20
PEMERIKSAAN FUNGSI RESPIRASIPEMERIKSAAN MAKNA NILAI NORMAL NILAI KRITIS
PEMERIKSAAN STATUS ASAM BASA
PaCO2, mmHg 40 ± 5
pH darah arteri 7,35-7,45
HCO3, mEq/L 24 ± 3
DIAGNOSIS
• Diagnosis gagal napas akut ditegakkan apabila terdapat dua dari kriteria ini: – sesak napas akut– PaO2 < 60 mmHg pada udara kamar– PaCO2 > 50 mmHg– pH darah sesuai dengan asidosis respiratorik– perubahan status mental pasien.
PENATALAKSANAAN
Pre hospital
Initial stabilization
Ed treatment
PRE HOSPITAL• Assume a position of comfort for patient• 100% oxygen:
– Assisted bag-valve mask (BMV) ventilation if obtunded
• Airway adjunct devices (oral or nasal) to maintain patency if tolerated
• Intubation for severe respiratory distress• Needle aspiration of suspected tension
pneumothorax
INITIAL STABILIZATION
• ABCs• Ensure patent airway; BVM assist or intubate for
severe distress or arrest• IV fluids if hypotensive• 100% oxygen by face mask:
– Use cautiously in patients with severe COPD or chronic CO2 retention.
• Monitor BP, heart rate, respirations, pulse oximetry• Advanced cardiac life support for dysrhythmias or
arrest
Pneumothoraks
Pneumothoraks
Keadaan terdapatnya Udara/ Gas dalam Rongga Pleura.
Pada keadaan normal, Rongga Pleura Tidak terdapat udara.
Pneumotoraks
Spontan Traumatik
Primer Sekunder Iatrogenik Non-Iatrogenik
KLASIFIKASI PNEUMOTORAKS
ETIOLOGI LUAS TINGKAT KEGAWATAN
P. SPONTAN (90%)• ≠ fk. Predisposisi• Fk. Predisposisi
(TBC, kista dari jamur, abses paru, emfisema, dsb)
P. IDIOPATIK• Usia 18-40 thn• Terutama priaP. ARTIFISIAL• Direncanakan untuk
diagnostik/terapiP. TRAUMATIK• Ok. Luka tusuk /
tumpul + fraktur iga+pleura robek
P.IATROGENIK• O.k. pemasangan
alat• Frekuensi > ↑ o.k.
pemasangan ventilator
P. TOTAL• Meliputi seluruh
bagian paruP. PARSIAL• Hanya terjadi pada
sebagian paru, Tdd:P. APIKAL• Di Atas paruP. BASAL• Di bawah paruP. MEDIASTINAL• Di mediastinal
P. NON-EMERGENSI• tidak bahaya
P. Terbuka P. Tertutup
P. EMERGENSI•Tingkat bahaya tinggi
P. VENTILE• Gawat paru, o.k. fs restriktif
paru & perubahan sirkulasi yg tjd
P. TERBUKA • Bila diameter pleura robek =
/ > bsr dari diameter trakea• Vol. tidal = nilai kapasitas
vital, udara fungsional nol seluruh udara hanya di dead space & kavum pleura asfiksia
P.TERTUTUP (HIPERBARIK)P. pada COPD / pnykt paru+fs paru buruk
Pneumotoraks Spontan
• Setiap Pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenik)
• Terbagi atasA. Pneumotoraks spontan primer Pneumotoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit
paru yang mendasari sebeumnya. Umumnya pada individu sehat, dewasa muda, tidak
berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat, Terjadi pada saat istirahat dan sampai sekarang belum di ketahui penyebabnya.
B. Pneumotoraks spontan sekunder (PSS) : Terjadi karena penyakit paru yang mendasarinyaa.Tuberkulosis parub.PPOKc.Asma Bronkiald.Pneumoniae.Tumor paru
Pneumotoraks Traumatik
• Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma.
• 40 % dari semua kasus pneumotoraks.• Tidak harus disertai dengan fraktur iga• Tidak harus disertai dengan luka penetrasi
yang terbuka.
Berdasarkan Kejadiannya Pneumotoraks traumatik dibagi 2 jenis yaitu1. Pneumotoraks traumatik bukan iatrogenikPneumotoraks yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup.
2. Pneumotoraks IatrogenikAkibat komplikasi tindakan medisa. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental.Terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/
komplikasi dari tindakan tersebut. Misalnya : biopsi pleura.
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik atrifisial Pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisi udara ke dalam rongga pleura melalu jarum dengan suatu alat Maxwell Box (biasanya untuk terapi tuberkulosis, sebelum era antibiotik) atau untuk menilai permukaan paru.
• Berdasarkan Jenis fistulanya pneumotoraks terbagi 3.
1. Pneumotoraks tertutup (Simple Pneumotoraks)2. Pneumotoraks Terbuka ( Open Pneumothorax) Inspirasi : Mediastinum normal Ekspirasi : Mediastinum bergeser ke arah
dinding dada terluka (sucking Wound)3. Tension Pneumothorax
Table 12–2. Distinguishing Features of Conditions Causing Chest Pain, Hypotension, or Shock in Association with Distended Neck Veins.
Diagnosis Helpful Distinguishing Features
Tension pneumothorax Hyperresonant hemithorax with decreased breath sounds; chest X-rays diagnostic, trachea deviates away from affected side.
Cardiac tamponade Faint heart sounds; ECG with diffuse low voltage or electrical alternans. Pulmonary edema rare. Echocardiography diagnostic.
Cardiogenic shock (arrhythmogenic)
ECG or cardiac monitor shows severe bradycardia or tachycardia (ventricular rate < 50 beats/min, usually < 40 beats/min, usually > 180 beats/min). Signs of myocardial ischemia may also be present.
Cardiogenic shock (myocardial)
Pulmonary edema almost always present. ECG almost always shows pattern diagnostic of infarction.
Pulmonary embolism (massive)
Physical examination, ECG, and chest X-ray show signs of right heart strain. Chest X-ray may show infiltrates, effusion, or truncation of pulmonary vasculature. Confirm diagnosis by ventilation–perfusion scanning, spiral CT scan of chest or pulmonary arteriography.
Manifestasi Klinis
• Sesak nafas• Nyeri dada• Batuk-Batuk• Suara nafas melemah• Fremitus melemah sampai menghilang• Takikardi• Perkusi Hipersonor• Hipotensi• Deviasi mediastinum atau trakea
Hasil pemeriksaan Endoskopi:
• Derajat 1 : pneumotoraks dengan gambaran paru yang mendekati normal
• Derajat 2 : pneumotoraks dengan perlengketan diserati hemotoraks
• Derajat 3 : pneumotoraks dengan diameter bleb atau bulla
• Derajat 4 : pneumotoraks dengan banyak bulla yg besar, diameter > 2 cm
Patofisiologi Akibat peningkatan tekanan
Intrabronkial ( batuk/ bersin )↓
Tekanan diteruskan s/d alveoli( locus minoris / Bullae -
fibrotik pada alveoli )↓
Alveoli robek sehinggamerobek pleura di sekitarnya
↓Udara masuk intrapleura
↓Pneumotoraks
PNEUMOTORAKS PARTIAL• paru kolaps berwarna
kehitaman.• dengan garis kolaps
berwarna abu –abu.
PNEUMOTORAKS TOTAL• paru kolaps nampak
seperti masa.• warna putih &
menempel pada hilus.
Komplikasi
• Gagal nafas akut• Pio-Pneumothoraks• Hidro-Pneumothoraks/ Hemo-Pneumothoraks• Henti jantung paru• Kematian• Pneumomediastinum dan emfisema subkutan
komplikasi pneumothoraks spontan sering karena pecahnya esophagus atau bronkus.
Penatalaksanaan
• Prinsip penanganan Pneumotoraks1. Observasi dan pemberiaan tambahan
oksigen2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan
pemasangan tube torakostomo dengan atau tanpa pleurodesis
3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan adanya bleb atau bulla
4. Torakotomi
Prognosis
• Sering mengalami kekambuhan perlu di pasang tube tracheostomy.
LO 2. Menjelaskan tentang terapi Oksigen
TERAPI OKSIGEN
• Tujuan– Mengatasi hipoksemia– Menurunkan usaha
napas– Mengurangi kerja
miokardium
• Indikasi– Cardiac-respiratory
arrest– Distress respiratori– Hipoksemia (SaO2 < 92%,
PaO2 < 60 mmHg)– Hipotensi (sistolik < 100
mmHg)– Curah jantung rendah– Asidosis metabolik (HCO3
< 18 mmol/l)
69
TEKNIK PEMBERIAN
70
TERAPI OKSIGENTEKNIK
PEMBERIANFLOW
(L/menit)FiO2 KETERANGAN KOMPLIKASI
SISTEM LOW FLOW
Kanul oksigen 1 – 6 24 – 40% Memberikan ± 4%/L, nyaman, baik untuk % rendah, murah, pasien dapat makan & bicara
FiO2 ↓jika VE↑, butuh patensi nasal, kering bila flow > 4L/menit, mudah lepas, iritasi
Kateter nasal 1 – 6 24 – 45% Sama dengan kanul oksigen
Sama dengan kanul oksigen, ditambah harus diganti tiap 8 jam, mudah tersumbat, distensi abdomen
71
TERAPI OKSIGENTEKNIK
PEMBERIANFLOW
(L/menit)FiO2 KETERANGAN KOMPLIKASI
SISTEM LOW FLOW
Sungkup oksigen 5 – 10 35 – 50% Memberikan ± 4%/L, FiO2 bervariasi, panas/tidak nyaman, mengganggu makan/bicara
Butuh minimal 5L/menit untuk menghilangkan CO2 dari masker, iritasi kulit >>, % kurang rendah untuk PPOM
Partial rebreathing mask
6 – 10 40 – 70% Memberi % tinggi sama seperti sungkup oksigen, FiO2 bervariasi
Flow harus cukup supaya kantung reservoir > ⅓ - ½ penuh saat inspirasi
Non rebreathing mask
≥ 10 60 – 80% Sama dengan partial rebreathing mask
Sama dengan partial rebreathing mask 72
TERAPI OKSIGENTEKNIK
PEMBERIANFLOW
(L/menit)FiO2 KETERANGAN KOMPLIKASI
SISTEM HIGH FLOW
Sungkup venturi Bervariasi 24 – 50% Konsentrasi O2 tepat, dapat digunakan untuk pemberian aerosol, alat pilihan untuk pasien yang perlu 02
Port mudah tersumbat
73
Nasal cannula
Advantages
• No rebreathing• Better tolerated• Easy to use• Disposable• Low cost
Disadvantages
• Flow > 3 L / min not tolerated
• Gastric distension• Drying of mucosa
• O2 wastage
• Jet lesion if vents are blocked
• Unstable
FiO2 range : 0.22 -0.45
74
Nasal cannula- Uses
• Home care patients needing long term therapy
75
Nasal catheterFiO2: 0.22-0.45
Advantages • Good stability• Disposable• Low cost
Disadvantages • Difficult to insert• Change every 8 hrs• High flow increases
back pressure• DNS or polyp may
block insertion• May provoke
swallowing or gagging -aspiration
76
Nasal catheter- Uses
• 250ml- 8L flow• During bronchoscopy• Longterm care of
infants
77
Trans tracheal catheter
Advantages • Lower oxygen cost• No skin, nasal
irritation• Improved
compliance• Improved exercise
tolerance• Increased mobility• Enchanced image
Disadvantages • High cost• Surgical
complication• Infection• Mucous plugging• Lost track
FiO2 0.22-0.35
78
Trans tracheal catheter -Uses
• 250ml- 4L• Ambulatory
patients who need increased mobility
• Patients who do not accept nasal O2
79
Arus tinggi• Vanturi mask:
– Dgn prinsip jet mixing– Bermanfaat mengirimkan secara akurat konsentrasi
O2 rendah– Nyaman dipakai– Masalah rebreathing diatasi melalui proses
pendorongan dgn arus tinggi• Indikasi menggunakan arus tinggi:
– Pasien dgn hipoksia yang memerlukan pengendalian FiO2
– Pasien hipoksia dengan ventilasi normal
80
The ventimask
81
The ventimask…
• 24% blue• 28% white• 35% yellow• 40% red• 60% green
82
Sistem suplai Oksigen
• Harus disesuaikan dengan kondisi pasien:– Oksigen concentrators: sistem pemberian yang paling
hemat biaya• Menyaring molekul oksigen udara lingkungan dgn konsentrasi
O2: 90-98% dan aliran O2 maximum dapat mencapau 3-5L/m
– Compressed gas cylinders:• Menyediakan O2 kurang lebih 57jam dgn aliran O2: 2-15L/m
– Liquid oxygen reserviors:• Bertahan 5-7hri dgn aliran O2: 2L/m, dapat di isi ulang• Kerugian: mahal & kadang terjadi pembekuan pada klep &
kadang terjadi penguapan O2 cair apabila tdk digunakan
83
PEMANTAUAN TERAPI OKSIGEN
• AGD terlebih dahulu sebelum pemberian terapi• AGD atau oximetry diukur dalam 2 jam setelah
pemberian terapi oksigen (adekuat bila PaO2 > 7,8 kPa atau SaO2 > 92%)
• Monitor secara berkesinambungan dengan oximeter• Nilai AGD atau oximeter setiap hari
84
KONTRAINDIKASI TERAPI OKSIGEN
• Kanul oksigen dan kateter nasal tidak boleh diberikan pada pasein dengan obstruksi nasal
• Kateter nasal tidak boleh diberikan pada pasien dengan trauma maksilofasial, dicurigai fraktur basis cranii atau terdapat gangguan koagulasi
• Kateter nasal tidak cocok bila diguanakan pada neonatus (menurut pendapat the Clinicial Practice Guideline Steering Committee)
• Bayi yang diintubasi untuk proteksi jalan napas sebaiknya dipasang continuos positive airway pressure (CPAP)
85
Kesimpulan & Saran
Kesimpulan: Kami telah mempelajari:1.Mengenai gagal nafas2.Tension Pneumothoraks3.Terapi Oksigen
Saran: Segera dilakukan terapi untuk mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pasien.
Daftar pustaka
• Sjaifoellah Noer, Sarwono Waspadji, Muin Rachman A,lesmana LA, Djoko Widodo,dkk, editor. Ilmu Penyakit dalam. Jilid I edisi III. Jakarta:FKUI,1996
Thank You
top related