jurding (aetiology of suppurative corneal ulcers)

Post on 19-Jan-2016

11 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

jurnal mata

TRANSCRIPT

Aetiology of suppurative corneal ulcers in Ghana and South India,

and epidemiology of fungal keratitis

Oleh:

Vincensia Priska P Babay

Advendila Margaretha Arz

Pembimbing:

Dr. Rinanto Prabowo Sp.M

Pendahuluan Scar pada kornea akibat keratitis supuratif adalah penyebab kebutaan yang dapat dicegah.

Di beberapa negara-negara berkembang khususnya di daerah tropis, infeksi kornea merupakan penyebab kebutaan kedua tersering setelah ulkus kornea supuratif.

Dua pertiga dari kasus ulkus tersebut disebabkan oleh jamur.

Penyebab keratitis supuratif bervariasi antar benua dan negara. Maka penting untuk menentukan etiologi lokal dalam wilayah tertentu untuk merencanakan manajemen ulkus kornea.

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit di Ghana dan India untuk membandingkan etiologi keratitis supuratif di dua negara dan di benua yang berbeda.

Tujuan:Meningkatkan fasilitas diagnosis (laboratorium)

Menentukan penyebab mikroorganisme yang dominan

Identifikasi perawatan yang paling tepatRujukan cepat untuk pasien

Bahan

Studi prospektif keratitis supuratif dilakukan di

Ghana dan India selatan antara Juni 1999 – Mei

2001

Ghana: RS Pendidikan Korle Bu di Accra dan 2 RS pedesaan di Agogo

dan Bawku

India: 2 RS pedesaan di distrik Tiruchirapalli dan

Joseph Eye Hospital (JHE)

Ulserasi kornea didefinisikan: hilangnya ep kornea dgn infiltrat stroma dan nanah

(tanda radang) dengan atau tanpa hipopion

Yang diduga dan dikonfirmasi sebagai keratitis virus

dikeluarkan dari penelitian

PASIEN

Metode

Pemeriksaan Klinis dan LaboratoriumPasien menjalani pemeriksaan slit lampGambaran klinis dicatat dan digambarkan dalam

catatan medikHapusan korneal dilakukan oleh oftalmolog

menggunakan jarum steril no 21 atau sisi tumpul spatula Kimura, setelah sebelumnya dilakakuan pemberian anestesi lokal (amethaine hidroklorida 0,5% tanpa pengawet)

Di india: lignocaine (lidocaine) 4% diberikan secara rutin, sedangkan anestesi tanpa pengawet tidak selalu diberikan.

Jika pasien sedang dalam pengobatan antibiotik saat datang ke klinik, maka pengobatan dihentikan dan pemeriksaan ditunda selama 24 jam.

Bahan kornea

Pewarnaan gram

Lactophenol cotton blue mountant

Mikroskopik

Bahan kornea diinokulasikan

Agar darah domba 5%

Agar glukosa Sabouraud

Sabouraud broth

Kultur

Di India: agar glukosa Sabouraud digantikan oleh inhibitory mould agar (IMA)

Di pusat tertier, bila bahan kornea tersebut masih cukup, diinokulasikan pada media kultur tambahan: Brain Heart Infusion (BHI) broth Agar coklat Cysteine tryptone agar

• Agar darah• Cysteine tryptone agar• Brain Heart Infusion (BHI) broth

Diinkubasi 37˚C

• Agar Glukosa Sabouraud• Sabouraud broth • IMA

Diinkubasi 27˚C

Bila dicurigai sebagai keratitis Acanthamoeba diinokulasikan pada agar non-nutrient

Bakteri kemudian diidentifikasi menggunakan uji biokimia dan media selektif

Kultur mikroba dianggap signifikan bila tumbuh di 2 atau lebih di media kultur padat.

Identifikasi jamur dilakukan di London Micology Reference Laboratory

Hasil

• 1090 orang• India (800) Ghana (290)Total pasien

• India 44%• Ghana 37,6%Fungi

• India 29,3%• Ghana 13,8%Bakteri

• India 5,5%• Ghana 1,4%Mixed

• India: 7 orang• Ghana: 1 orang (pertama kali dilaporkan)Achantamoeba

• Mikroskopik: 80% kokus gram positif (200/249)

• Kultur: negatif India

• Mikroskopik & kultur negatif: 60% (87/144)

• Mikroskopik (+) Kultur (-): 14%• Mikroskopik (-) Kultur (+): 33 kasus

51% (fungi), 49% (bakteri)

Ghana

Bakteri penyebab infeksi kornea

India

• Streptococcus (46,8%)

• Staphylococcus (26,8%)

• Pseudomonas (14,9%)

Ghana

• Psudomonas (52,5%)

• Streptococcus (20%)

• Staphylococcus (10%)

Jamur penyebab infeksi kornea Fusarium spp dan Aspergillus spp merupakan

jamur penyebab keratitis supuratif di India dan Ghana

Meskipun Fusarium spp penyebab tersering di Ghana (42,2%), namun ada perbedaan spektrum jamur Di Accra (Ghana Selatan) : 63% (27/43)Bawku Hospital (Ghana Utara) : 31,3% (15/48)

Diskusi

Jamur merupakan etiologi utama dari ulserasi kornea

Berbagai literatur mengatakan terdapat pola geografi tertentu terhadap penyebab keratitis supuratif meskipun tidak semua peneliti setuju

Salah satunya Houang menyebutkan bahwa penyebab keratitis juga dipengaruhi oleh urbanisasi

Aspergillus spp dan Fusarium spp merupakan patogen tersering yang menyebabkan keratitis jamur di daerah tropis spora aspergilus tahan terhadap cuaca panas dan kering

Bakteri patogen penyebabnya sudah mulai berubah dibandingkan dengan yang terdahulu pemeriksaan laboratorium yang tradisional sering negatif walaupun gejalanya menunjukkan keratitis

Proporsi keratitis supuratif akibat jamur bedasarkan bujur lintang

Kesimpulan

Kita perlu untuk mengetahui etiologi lokal keratitis dari tiap daerah

Meskipun dua negara dengan iklim tropis yang sama dan bujur lintang yang hampir sama bisa saja memiliki perbedaan etiologi

Dalam satu negara dapat pula etiologinya berbeda Penelitian ini memberikan informasi dalam

pengelolah keratitis, karena banyak tempat yang belum mempunyai fasilitas mikroskop dan kultur.

Penelitian ini juga memberikan informasi tentang perubahan pola penyakit di negara berkembang

Jadi kita harus lebih peduli tentang perubahan etiologi dan resistensi antimikroba supaya dapat mengelolah kasus keratitis dengan lebih baik

TERIMA KASIH

top related