keanekaragaman burung kawasan hutan ndalir di...
Post on 10-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
189
KEANEKARAGAMAN BURUNG KAWASAN HUTAN NDALIR
DI TAMAN NASIONAL WASUR
(Birds Diversity Forest Ndalir In Wasur National Park)
Hadi Warsito dan Titiek Setyawati
Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari
Jl. Inamberi, Susweni Po. Box. 159 Manokwari 98131, Papua Barat
Telp. (0986) 213440 Fax. (0986) 213441; 213437; website : www.balithutmanokwari.com.
email: warsito08@gmail.com; ; titiek29@yahoo.com
Abstrak
Taman Nasional Wasur adalah salah satu kawasan konservasi yang perlu dilindungi dan
dijaga kelestariannya. Baik flora dan fauna di dalamnya merupakan aset bagi negara dari
bidang konservasi jenis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan
pengelompokan jenis pakan burung di beberapa tipe hutan di kawasan hutan Seksi Ndalir.
Dengan menggunakan metode Timed Count Species (TSCs) ditemukan sedikitnya 63 jenis
dari 32 famili di daerah tersebut. Dari lokasi pengamatan hutan monson ditemukan 21 jenis,
hutan pantai 17 jenis, hutan, melalueca 10 jenis dan 15 jenis pada ketiga tipe hutan
tersebut. Dari kelompok jenis pemakan diketahui Carnivora 34 (54%) merupakan jenis
burung dalam kelompok pemakan serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa
hewan kecil lainnya, kelompok Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan
kelompok Omnivora pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu
kelompok Insektivora pemakan serangga sebanyak 5 (8%)
Kata kunci: keanekaragaman burung, komposisi jenis, tipe habitat, Ndalir Wasur.
Pendahuluan
Kawasan konservasi adalah suatu unit kesatuan ekologi sangat penting sebagai
upaya pelestarian fungsi-fungsi ekologis dan penjaga keseimbangan alam. Penetapan
dan pengelolaan kawasan konservasi merupakan salah satu cara untuk dapat menjamin
agar sumberdaya alam dapat dilestarikan dalam memenuhi kebutuhan umat manusia dan
mahluk hidup lainnya sekarang dan dimasa yang akan datang. Konsep pelestarian yang
modern adalah pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya bumi secara bijaksana bukan
hanya sekedar melindungi yang menutup peluang pemanfaatan (MacKinnon et al.,
2005). Konsep kawasan konservasi di Indonesia saat ini mengacu pada UU No. 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang membagi
kawasan konservasi menjadi dua yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan
Pelestarian Alam (KPA). Taman Nasional termasuk dalam KPA dan termasuk kawasan
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
190
konservasi terpenting yang dikelola dalam bentuk zonasi dan diharapkan dapat
memberikan jalan tengah dalam pengelolaan kawasan yaitu guna tujuan perlindungan
dan pemanfaatan.
Secara geografis Taman Nasional Wasur (TNW) terletak pada 8o04’ – 9
o07’ LS
dan 140o29’ – 141
o00’ BT. Luas kawasan TNW sesuai dengan SK Menhut No.
282/Kpts-VI/1997 adalah sebesar 413.810 Ha. Secara umum kawasan TNW dibagi
menjadi dua daerah geografis yaitu dataran pantai dan dataran berbukit yang
bergelombang (plato), terbentang mulai dari pantai laut Arafuru ke arah utara melalui
dataran pantai yang rata dana perlahan-lahan bergelombang (kemiringan lahan kurang
dari 12o), serta dataran rata yang terpotong oleh plato yang bergelombang di bagian
utara kawasan dengan titik tertinggi 90 meter diatas permukaan laut yaitu terdapat di
daerah Waam.
Seksi Ndalir adalah salah satu dari 3 unit Seksi yang ada di TN. Wasur yang
terletak sebelah timur kota Merauke. Wilayah kerja dari seksi ini, hingga pada daerah
perbatasan wilayah Papua dengan Papua Nugini. Kawasan di seksi ini secara umum
dapat dibagi dalam kelompok hutan yang beragam, antara lain hutan pantai mangrove,
melalueca dan hutan monson (dek). Data dan informasi keberadaan burung di hutan
tersebut masih sangat minim. Padahal burung merupakan indikator perubahan
lingkungan yang dapat diandalkan (Primack et al., 2007). Sehingga adanya data dan
informasi yang terhimpun diharapkan menjadi bahan masukan dan rujukan dalam
pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan dan lestari. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung dan pengelompokan feeding
guilds pada tipe hutan di Seksi Ndalir TN. Wasur.
Metode
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilakukan pada tanggal 15-28 Juli 2013 yang berlokasi di kawasan
hutan Seksi II Ndalir, Taman Nasional Wasur. Merauke.
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
191
Gambar 1. Lokasi penelitian (research location)
Bahan dan Alat Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan kegiatan pengamatan seperti: Binocular Taxon
18x35, GPS Garmin 76CSx, peta 1:50.000 Km., alat tulis menulis dan kamera sebagai
alat dokumentasi.
Metode
Pengamatan keanekaragaman burung di kawasan ini dengan menggunakan
metode Timed Count Species (TSCs) (Bibby et al., 2000), dimana mencatat semua jenis
yang dijumpai di lokasi pengamatan dengan interval waktu selama 20 menit pertama.
Dan pada 20 menit berikutnya mencatat semua jenis yang baru ditemukan dan
seterusnya, sehingga akan diperoleh akumulasi jenis burung yang dilakukan di lokasi
pengamatan. Pengamatan dilakukan pada keterwakilan kawasan pantai, melalueca dan
monson di Seksi II Ndalir. Observasi lapang terlebih dahulu dilakukan dan sekaligus
mendata keragaman jenis burung yang ditemukan.
Data yang diperoleh di analisis dengan menggambarkan persentase komposisi
jenis dan kurva akumulasi spesies. Data yang terhimpun dikelompokan dalam beberapa
kategori seperti: kehadiran di habitat, kelompok jenis dan jenis yang dimakan/ feeding
guilds. Sementara untuk mengetahui status perlindungan dilakukan dengan telaah
pustaka dengan mengacu beberapa literatur yang ada seperti: Burung-burung Terancam
Punah di Indonesia dan Jenis-jenis hayati yang dilindungi Perundang-Undangan
Indonesia (Noerdjito & Ibnu M., 2007). Sedangkan untuk identifikasi burung
menggunakan Panduan Lapangan Burung-Burung di Kawasan Wallace (Coates &
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
192
Bishop, 1997) dan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Kawasan Papua (Beehler
et al., 2001).
I. Hasil dan Pembahasan
Keragaman Jenis Burung
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini keragaman burung
dikawasan Ndalir, dimana sejak tahun 1999 BTN Wasur tidak lagi melakukan
pendataan mengenai keragaman burung di kawasan ini. Kegiatan penelitian yang
dilakukan di kawasan hutan Seksi II Ndalir selama 13 (tigabelas) hari efektif
pengamatan, telah mendapatkan data dan informasi keanekaragaman burung. Penemuan
jenis burung ini merupakan hasil pengamatan di beberapa daerah pengamatan, yaitu:
hutan pantai, melalueca (bush) dan monson (dek). Dimana telah ditemukan sedikitnya
63 jenis burung dari 32 famili yang berada di kawasan tersebut (Lampiran 1.).
Penemuan jenis ini tergolong sedikit bila dibandingkan penemuan jenis yang dilaporkan
Purba (1999) terdapat sedikitnya 419 spesies, dan TN Wasur (1999) mengidentifikasi
403 spesies (74 jenis endemik, 114 jenis dilindungi). Hasil yang dilaporkan tersebut
merupakan pengamatan di seluruh kawasan TN Wasur dan dengan waktu pengamatan
lebih dari setahun untuk mengetahui keberadaan dan jenis burung di kawasan tersebut.
Sedangkan Gunawan (2002) melaporkan 68 jenis burung dari 29 famili yang ditemukan
di daerah mangrove Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Sementara itu, pada
kawasan yang sama diketahui 30 famili burung yang terdiri dari 76 jenis terdapat di
hutan mangrove Lonoluwu (Gunawan dan Anwar, 2004). Perbedaan jumlah penemuan
jenis burung di kawasan tersebut kemungkian disebabkan waktu pengamatan, kondisi
lokasi dan kondisi pengamat dalam melakukan penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan burung di kawasan seksi Ndalir, ditemukan
sedikitnya 17 jenis burung di pantai, melalueca 10 jenis dan monson 21 jenis burung.
Sementara itu, diketahui terdapat 15 jenis burung yang tercatat di habitat ketiganya
yaitu: pantai/melalueca dan monson. Komposisi jenis burung yang ditemukan di
beberapa habitat dapat ditampilkan pada Gambar 2.:
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
193
Gambar 2. Komposisi jenis burung yang ditemukan pada tipe hutan
(Composition bids spesies on type forest)
Pada kawasan melalueca dan monson tercatat 10 jenis burung di kawasan
tersebut (Lampiran 1.), dimana beberapa jenis dijumpai di keduanya merupakan
kelompok dari famili Alcedinidae, Myiagridae dan Sturnidae. Halcyon macleayi dan
Dacelo gaudichaud adalah salah satu jenis dari famili Alcendinidae dan Aplonis
cantoroides dari famili Sturnidae merupakan kelompok satwa burung yang menyukai
habitat yang terbuka untuk mendapat makannya berupa serangga (insektivora) maupun
beberapa jenis buah yang berukuran kecil. Jenis dari kelompok tersebut merupakan jenis
burung yang menyukai daerah terbuka dalam mencari makan dan beraktifitas lainnya
(Beehler et al., 2001; Stefan et al., 2008 ). Lambert & Collar (2002) kelompok spesies
sikatan Rhinomyas dan Ficedula yang merupakan kerabat Myiagridae di pengaruhi
secara negatif oleh kegiatan penebangan dan/atau fragmentasi hutan, meskipun ada
salah satu diantanya yaitu Kehicap Ranting (Hypothymis azuareai) meningkat secara
nyata setelah pembukaan lahan (Hussin, 1994). Sedangkan pada Monson penemuan
jenis burung relatif lebih tinggi, hal ini kemungkinan adanya faktor pendukung yang
mempengaruhi keberadaan burung didaerah tersebut seperti; ketersedianan pakan, jauh
dari gangguan dan aman untuk tempat berkembang biak.
Burung merupakan jenis satwa yang dapat dijadikan indikator kualitas dalam
suatu habitat berdasarkan keragaman jenis yang ditemukan (Schultze et al., 2004;
Walter et al., 2004). Keragaman dan keberadaan jenis burung yang ditemukan relatif
sedikit atau kurang dalam suatu kawasan, dapat menandakan/ditengarai bahwa habitat
yang ada telah terdegradasi atau terfragmentasi. Reed (1999) bahwa tingkah laku yang
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
194
menyebar terbatas atau jarak penyebarannya pendek akan berefek pada penurunan
hubungan antara habitat terfragmentasi. Pada kondisi tersebut, spesies akan terikat
dengan habitat yang terbatas, tidak mampu bertahan mendapatkan habitat baru, dan bila
terjadi perubahan kualitas habitat maka spesies akan mati. Sedangkan bila suatu
kawasan hutan yang habitatnya masih utuh atau tidak terganggu oleh aktifitas manusia
yang dapat merusak, mempunyai kecenderungan lebih tinggi keragaman jenis satwa
yang berada dalam kawasan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudjatnika et al.
(1995) serta Shannaz et al. (1995) yang mengemukakan bahwa burung dengan
penyebaran sempit akan mengalami ancaman yang relatif besar dengan menurunnya
kualitas dan kuantitas habitat.
Sementara itu dari ketiga daerah pengamatan yang dilakukan, secara sederhana
dapat digambarkan kurva akumulasi jenis burung di daerah tersebut yang disajikan pada
Gambar 3. sebagai berikut:
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7
Hari pengamatan
Jum
lah jenis
pantai
melalueca
monson
Gambar 3. Kurva akumulasi jenis burung di lokasi pengamatan. Seksi II Ndalir.
Taman Nasional Wasur. Merauke ((Accumulation of bird species
during observation Ndalir II Secsion Wasur National Park Merauke)
Pada Gambar 3. nampak bahwa hari pengamatan di pantai lebih panjang
dibandingkan lokasi pengamat lainnya. Hal ini disebabkan, pondok kerja/camp terletak
di sekitar pesisir pantai. Sehingga mudah dalam melakukan pengamatan, baik pagi
maupun sore hari. Ini berbeda dari waktu pengamatan yang dilakukan di hutan monson.
Karena keterbatasan tenaga pengamat dan waktu kegiatan, dimana lokasi tersebut jauh
dari pondok kerja/pengamatan dan aksebilitas untuk masuk lokasi tersebut cukup sulit,
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
195
sehingga pengamatan dilakukan hanya beberapa hari saja. Meskipun terdapat
kemungkinan masih ditemukan penambahan jenis burung di daerah tersebut. Sedangkan
pada pengamatan di hutan melalueca dilakukan selama 4 (empat) hari pengamatan. Hal
ini disebabkan akses untuk menuju hutan tersebut masih dapat dijangkau hanya dengan
bantuan kendaraan roda 2 (dua). Waktu pengamatan di hutan melalueca tidak
dilanjutkan pada hari (kelima) berikutnya disebabkan tidak ditemukan lagi penambahan
jenis burung di daerah tersebut, sehingga pengamatan di akhiri pada hari tersebut.
Habitat dan Komposisi Pakan
Hutan monson atau dek adalah hutan yang umumnya berada pada daerah yang
tidak pernah tergenang air atau hutan yang berada pada daerah yang bertanah tinggi.
Beberapa jenis vegetasi yang terdapat di kawasan monson adalah: Decaspermum
fructicosum Forst, Neuburgia sp., Ixora sp, Phaleria macrocarpa Scheff., Acacia
mangium Willd, Dillenia indica L, dan Ficus sp., Acacia auriculiformis Benth, Vitex
pinnata Linn, Syzygium sp, Buchanania macrocarpa Merr dan Xanthomyrtus sp.
Hutan pantai (Littoral Forest) merupakan hutan yang tumbuh di sepanjang
pantai laut berpasir dengan tanah kering, tidak pernah tergenang air dan tidak lebar
tetapi justru memanjang. Keadaan hutan ini telah menyesuaikan diri dengan situasi
tempat tumbuh yang kering, tidak terdapat air tawar secara terus menerus dan air hujan
(Arief, 2003). Hutan pantai pada seksi Ndalir terdapat pada sepanjang pesisir pantai.
Kondisi hutan tersebut tidak terlalu luas karena umumnya berbatasan langsung dengan
lokasi pemukiman masyarakat dan keadaan hutan pantai di lokasi ini telah banyak
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh adanya abrasi air laur. Vegetasi pada hutan
pantai seksi Ndalir diketahui sedikitnya 5 (lima) jenis yang dominan pada kawasan
tersebut, jenis tersebut adalah Exocaria agallocha Linn., Premna corymbosa Burm.f.,
Terminalia catappa Linn., Pongamia pinnata L. dan Thespesia populnea Correa.
Hutan Melaleuca adalah hutan yang terdapat pada daerah yang sering tergenang
air pada musim hujan. Tipe hutan ini umumnya banyak ditumbuhi oleh vegetasi
Melaleuca spp. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada hutan dominan melaleuca adalah
sebagai berikut; Melaleuca cajuputi Powell., Laphostemon sp., Terminalia sp.,
Alpitonia macrocarpa Mansf., Trichospermum sp., Decaspermum fruticosum J.R.
Forst & G. Forst. dan Eucalyptus alba Reinw.
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
196
Berdasarkan Gambar 2., penemuan jenis burung di monson lebih tinggi dan
beragam dibandingkan kawasan lainnya. Kondisi hutan monson (dek) merupakan hutan
primer yang masih lebat dan rapat vegetasinya yang kemungkinan membuat burung
merasa lebih nyaman akan kondisi lingkungannya. Hutan primer pada umumnya
merupakan tipe habitat yang mendukung lebih banyak bentuk kehidupan (Schultz et al.,
2004; Primack et al., 2007; Indriyanto, 2006). Pada hutan ini (monson), penemuan jenis
burung (Lampiran 1.) umumnya merupakan dari jenis burung teristerial yang relatif
lebih beragam dibandingkan jenis burung pantai. Selain itu, adanya vegetasi yang rapat
dan ketersediaan pakan bagi burung yang cukup melimpah menjadikan kawasan
tersebut menjadi habitat ideal bagi burung teristerial.
Penemuan jenis burung di kawasan melalueca sangat rendah, hal ini
kemungkinan disebabkan karena kondisi hutan melalueca bukan habitat yang ideal bagi
beberapa jenis burung. Jenis tanaman melalueca merupakan jenis invasif dan tidak
menghasilkan buah yang tumbuh di daerah tersebut, sehingga ketersedian berupa pakan
buah alami bagi burung tidak diperoleh. Hal ini yang kemungkinan menyulitkan bagi
beberapa jenis burung lainnya untuk mencari makan. Namun ketersediaan pakan berupa
insekta relatif lebih mudah. Sehingga pada penemuan jenis burung pemakan insektivora
relatif banyak dijumpai pada hutan ini (Lampiran 2.).
Ketersedian pakan di suatu habitat berpengaruh pada kehadiran satwa di daerah
tersebut (Guevera, 1986; Hietz-Seifert et al., 1996; Primack et al., 2007). Jenis burung
yang ditemukan di hutan Monson diketahui sebagian besar adalah dari jenis pemakan
buah, nektar dan seranga lainnya. Sedangkan pada penemuan jenis burung di pantai
yang pada umumnya dari kelompok pemakan vertebrata kecil, artropoda dan kadal.
Dari hasil komposisi jenis berdasarkan kelompok jenis makanannya (feeding
guild) ditampilkan pada Gambar 4.
Serangga; 5; 8%
Buah/nektar; 11; 17%
Ve/Invertebrata,ikan,
artropoda; 34; 54%
Serangga/nektar/buah
; 13; 21%
Gambar 4. Kelompok pakan jenis burung di Seksi II Ndalir (Fiding guild bird spesies
in Seksi II Ndalir)
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
197
Berdasarkan kelompok jenis makanannya (Lampiran 1.), diketahui 34 jenis atau
54% dikelompokan dalam Carnivora (serangga, ikan, av/invetebrata, crustacea,
artropoda dan kadal), Omnivora 13 jenis atau 21% (buah, kadal dan serangga),
Herbivora 17% (buah) dan tercatat 8% dari kelompok hanya pemakan serangga.
Gunawan et al. (2005) mencatat 30 jenis burung yang ditemukan di Wanariset Malili
dikelompokan berdasarkan jenis pakan, diketahui 35% merupakan kelompok herbivora
dan 24% dalam kelompok pemakan serangga. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena kondisi hutan Wanariset Malili pada sebagian kawasannya telah
menjadi habitat buatan dimana didalamnya perkebunan rakyat. Sementara kawasan
hutan Ndalir lebih cenderung pada kawasan perairan, dimana jenis burung yang
sebagian kehidupan atau seluruhnya tergantung pada perairan sangat mendominasi
kawasan tersebut.
Diketahui famili Alcidinidae dari jenis raja udang yang termasuk dalam
kelompok carnivora, jenis ini banyak di jumpai di kawasan hutan mangrove dan
merupakan penghuni tetap kawasan tersebut. Beehler (2001), banyak jenis dari
kelompok famili Alcidinidae di pulau Papua, hidup di hutan dan savana dan memakan
artropoda, jenis-jenis kadal dan katak kecil, beberapa lainnya memangsa burung dan
mamalia kecil. Sedangkan pada jenis burung yang dikelompokkan dalam herbivora
diketahui dari famili Psittacidae dan Columbidae. Famili Psittacidae dari jenis Cacatua
galerita dan Psittaculilostris desmarestii merupakan jenis yang dapat di jumpai di hutan
mangrove maupun di kawasan hutan lainnya. Watling (1983); Coates and Bishop
(1997), mengatakan di Sulawesi, burung Kakatua jambul kuning merupakan burung
yang hidup di hutan primer dan sekunder yang tinggi di dataran rendah, perbukitan dan
pinggiran hutan, di antara perdu dan lahan pertanian. White & Bruce (1986),
MacKinnon & Phillipps (1993), Jones et al. In prep. dalam Shannaz et al. (1995)
melaporkan, di Sulawesi ditemukan di habitat berhutan di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m dan di Nusa Tenggara sampai pada ketinggian 800 m, kadang-kadang
1.200 m. Sementara itu, Beehler et al. (2001) mengemukakan jenis kakatua dapat
dijumpai sendirian, dalam kelompok kecil (lek) di hutan, tepi hutan dan lahan yang
ditumbuhi pepohonan. Sedangkan pada famili Columbidae dari jenis D. bicolor dan D.
pristrinaria merupakan kelompok burung yang menyinggahi kawasan pulau-pulau
kecil, mangrove, hutan pamah, semak dan tepi hutan. Sementara itu, hasil
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
198
pengelompokan berdasarkan status burung (Lampiran 2.) yang ditemukan di kawasan
hutan mangrove selama pengamatan yang mengacu telaah pustaka (Noerdjito. M &
Ibnu M., 2007., Shannaz et al., 1995. dan Beehler et al., 2001 ), diketahui terdapat 12
(35,29%) jenis burung yang termasuk kedalam status endemik Papua dan 13 jenis
burung yag mendapatkan perlindungan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Kawasan hutan seksi Ndalir diketahui sebanyak 63 jenis dari 32 famili burung
yang ditemukan di kawasan tersebut. Penemuan jenis burung di hutan Ndalir yang
terbagi dalam seksi pengamatan, di ketahui hutan Pantai 17 jenis burung, Monson 21
jenis burung, Melalueca 10 jenis burung dan ketiganya (Pantai, Monson, Melalueca )
diperoleh sebanyak 15 jenis burung. Berdasarkan kelompok jenis pemakan terbagi
dalam Carnivora 34 (54%) merupakan jenis burung dalam kelompok pemakan
serangga, av/vertebrata, artropoda, ikan dan beberapa hewan kecil lainnya, kelompok
Herbivora pemakan buah dan nektar 11 (17%), sedangkan kelompok Omnivora
pemakan serangga, nektar dan buah 13 (21%). Sementara itu kelompok Insektivora
pemakan serangga sebanyak 5 (8%).
Saran
Perlunya pengawasan secara menyeluruh di kawasan hutan Ndalir, hal ini
disebabkan karakteristik yang dimiliki hutan ini cukup beragam (pantai, Monson dan
melalueca), demikian pula kawasan ini merupakan akses penghubung antara kota
Merauke dengan daerah perbatasan Papua New Guinia (PNG). Selain itu perlu
dilakukan inventarisasi satwa burung secara berkala untuk mengetahui tren (naik-
turunnya) jenis burung dikawasan Ndalir, dimana berkaitan adanya burung migran yang
datang dari benua lain (Australia) di pesisir pantai Ndalir.
Daftar Pustaka
Arief, A. 2003. Hutan dan Kehutanan.. Yogyakarta. Penerbit Kanisius
Balai Taman Nasional Wasur. 1999. Rencana pengelolaan Taman Nasional Wasur.
Buku II. Balai Taman Nasional Wasur – WWF. Merauke.
Beehler, T.K. Pratt dan. D.A. Zimwerman. 2001. Panduan lapangan burung-burung di
Papua. Jakarta. Puslitbang Biologi LIPI
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
199
Bibby., C. M. Jones and Stuart Marsden. 2000. Teknik-teknik ekspedisi lapangan.
survey burung. BirdLife International Programme.
Coates, B.J. dan K.D. Bishop. 1997. Panduan lapangan burung-burung di Kawasan
Wallacea. Bird Life International-Indonesia Programme and Dove Publication.
Guevera, S. S. 1986. Plant spesies availability and regeneration in Mexican tropical
rain forest. Acta Universitatis Upsaliensis, Comprehensive Summaries if
Uppsala Dissertations for the Faculty of Science 48.
Gunawan, H. 2002. Peranan hutan mangove sebagai habitat satwaliar di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Buletin Penelitian
Kehutanan 8 (2) : 17-35.
Gunawan, H. dan C. Anwar. 2004. Keanekaragaman jenis burung mangrove di Taman
Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam I (3) : 294-308.
Gunawan, H., I.A.S.L.P. Putri dan M. Qiptiyah. 2005. Keanekaragaman jenis burung di
Wanariset Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam Vol II No. 3 Tahun 2005; 241-250. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Hussin, Bin. M. Z. 1994. Ecologial effec of selective logging in lowland dipterocarp
forest on avifauna, with special reference to frugivorous birds. Thesis tidak
diterbitkan. University Kebangsaan, Kuala Lumpur. Malaysia.
Hietz-Seifert, U., P. Hietz dan S. Guvera. 1996. Epiphyte vegetation and diversity on
remmant trees after forest clerance in southren Veracus Mexico. Biological
Conservation 72 : 103-111.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Lambert, F. R dan N.J Collar 2002. The future for Sundaic lowland forest birds:long-
term effects of commercial logging and fragmentation. Forktail 18 : 125-146
MacKinnon, J. K, MacKinnon. G, Child. Dan J, Thorsell. 2005. Pengelolaan kawasan
yang dilindungi di daerah tropika. Gadjah Mada University Press (Cetakan II).
Yogyakarta
Noerdjito. M & Ibnu Maryanto. 2007. Jenis-jenis hayati yang dilindungi perundang-
undangan Indonesia. LIPI.
Purba, M. 1999. Prospek dan kontribusi Taman Nasional Wasur terhadap
pembangunan daerah. Makalah dalam Prosiding, Pertemuan Regional
Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Indonesia Timur. Kerjasama
Departemen Kehutanan dan NRM/EPIQ Program Protected Areas and Forest.
Manado, 12-14 Oktober 1999.
Primack, R.B., J. Supriatna, M. Indrawan dan P. Kramadibrata. 2007. Biologi
konservasi. Indonesia. Yayasan Obor.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999. Jakarta
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
200
Reed, J. M. 1999. The role of behavior in recent avian extinctions and endangerements.
Conservation Biology, Vol. 13 (2) : 232-241.
Sudjatnika, P. Jepson, T. R. Soehartono, M. J. Crosby & A. Mardiastuti. 1995.
Melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia pendekatan daerah burung
endemik. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Jakarta.
Stefan L., A. Weiss., S. Calme and Chrisian K. 2008. Bird communitas in rainforest
fragments: guild respon to habitat variables in Tabosco, Mexico. Biodiversitas
Conservasi 2008 17 : 173-190.
Shannaz, J., P. Jepson & Rudyanto. 1995. Burung-burung Terancam Punah di
Indonesia. PHPA/Birdlife International-Indonesia Programme. Bogor
Schultze, C.H., M. Waltert, P.J.A. Kess-ler, R. Pitopang, Shahabuddin, D. Veddeler, M.
Mühlenberg, S.R. Gradstein, C. Leuschner, I. Steffan-Dewenter, and T.
Tscharntke. 2004. Biodiversity indicator groups of tropical land use systems:
comparing plants, birds, and in-sects. Ecological Applications 14 (5):1321-
1333.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumber daya Alam dan
Ekosistemnya. Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1990. Jakarta.
Waltert, M., A. Mardiastuti, and M. Mühlenberg. 2004. Effects of land use on bird
species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology 18 (5) : 1339-
1346
Watling. D. 1983. Ornitological notes from Sulawesi. Emu 83 : 247-261
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
201
Lampiran (Appendix) 1. Jenis burung yang dijumpai selama pengamatan di Seksi II Ndalir Taman
Nasional Wasur. Merauke (Bird species found in Seksi II Ndalir Nasional Park Wasur. Merauke
during observation).
Jenis
(Spesies) Famili
(Family) Nama Ilmiah
(Scientific name) Habitat
(Habitat)
1 Egretta sacra Gmelin, 1789 Ardeidae Eastren Reef-Egret Pantai
2 Egretta intermedia Wagler, 1829 Ardeidae Intermdiate Egret Pantai
3 Egretta alba Linn, 1758 Ardeidae Great White Egret Pantai
4 Egretta garzetta Linn, 1766 Ardeidae Little Egret Pantai
5 Egretta ibis Forster, 1817 Ardeidae Catle Egret Pantai
6 Ardeola striata Boie, 1822 Ardeidae Striated Heron Pantai
7 Ardea pasifica Latham 1801 Ardeidae Pasific Heron Pantai
8 Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824 Pelecanidae Pelecanus conspicillatus Pantai
9 Threskiornis aethiopicus Latham, 1790 Threskiornithidae Black-necked Pantai
10 Platalea regia Gould, 1838 Threskiornithidae Royal Spoonbill Pantai
11 Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817 Accipitridae Collared Sparrowhawk Pantai/Melalueca/Monson
12 Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788 Accipitridae Grey Goshawk Pantai/Melalueca/Monson
13 Heliastus leucogaster Gmelin, 1788 Accipitridae White-billed Sea-eagle Pantai/Melalueca/Monson
14 Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875 Accipitridae New Gueinea Harpy-eagle Pantai/Melalueca/Monson
15 Heliastus indicus Boddaert, 1783 Accipitridae Brahminy Kite Pantai/Melalueca/Monson
16 Vanellus miles Boddaert, 1783 Charadriidae Masked Lapwing Pantai
17 Pluvinalis dominica Muller, 1776 Charadriidae Lesser Golden Plover Pantai
18 Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758 Charadriidae Grey Plover Pantai
19 Charadrius lescahenaultii Lesson 1826 Charadriidae Large Sand Plover Pantai
20 Calidris tenuirostris Horsfield, 1821 Scolopacidae Gereat Knot Pantai
21 Himantopus leucochepalus Gould, 1837 Recurvirostridae White-headed Stilt Pantai
22 Haemotopus longirostris Vieillot, 1817 Haematopodidae Pied Oystercather Pantai
23 Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818 Rhipiduridae Northen Fantaill Pantai/Melalueca/Monson
24 Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874 Rhipiduridae Freindly Faintail Pantai/Melalueca/Monson
25 Rhipidura leuchophrys Latham, 1802 Rhipiduridae Willie-wagtail Pantai/Melalueca/Monson
26 Merops ornatus Latham, 1802 Meropidae Rainbow Bee -eater Pantai/Melalueca/Monson
27 Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830 Maluridae Emperor Fairy-wren Melalueca
28 Eurystomus orientalis Linn, 1766 Corciidae Oriental Dollar bird Monson
29 Dicrurus hottetontus Linn, 1766 Dicruridae Spangled Drongo Monson
30 Nectariania jugularis Linn, 1766 Nectaridae Yellow -Billed Sunbird Pantai/Melalueca/Monson
31 Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828 Nectaridae Black Sunbird Pantai/Melalueca/Monson
32 Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858 Meliphagidae Papuan Black Myzomela Pantai/Melalueca/Monson
33 Toxorhamphus novaeguineae Lesson, 1827 Meliphagidae Yellow-billed Longbill Monson
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
202
34 Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 Apodidae Glossy Swiftlet Pantai/Melalueca/Monson
35 Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798 Hirundinidae Pacific Swallow Pantai/Melalueca/Monson
36 Megapodius freycinet Gaimard, 1823 Megapodiidae Dusky Scrubfowl Pantai/Melalueca/Monson
37 Centropus phasianinus Latham, 1802 Cuculidae Pheasant Coucal Monson
38 Centropus bernsteini Schlegel, 1866 Cuculidae Black Billed Coucoll Monson
39 Centropus menbeki Less & Garnet, 1828 Cuculidae Greater black Coucal Monson
40 Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878 Zoesteropidae New Guinea White-eye Melalueca
41 Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824 Alcedinidae Rufous-billed Kookaburra Melalueca
42 Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830 Alcedinidae Forest Kingfisher Melaluce
43 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Alcedinidae Collared Kingfisher Melalueca
44 Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859 Alcedinidae Common Paradise-Kingfisher Melalueca
45 Gerygone magnirostris Gould, 1843 Acanthizidae Large-billed Gerygone Melalueca
46 Ducula bicolor Scopoli, 1786 Columbidae Pied Imperial Pigeon Monson
47 Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855 Columbidae Rainbow Bee-eater Monson
48 Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826 Psittacidae Large Fig Parrot Monson
49 Lorius lory Linn, 1758 Psittacidae Western Black-capped Lory Monson
50 Eclectus roratus Muller, 1776 Psittacidae Electus Parrot Monson
51 Micropsitta keiensis Salvadori, 1876 Psittacidae Yellow-capped Pygmy-parrot Monson
52 Cacatua galerita Lath, 1790 Psittacidae Sulphur-crested Cockatoo Monson
53 Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858 Psittacidae Red-cheeked Parrot Monson
54 Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871 Psittacidae Geelvink Pygmy-parrot Monson
55 Rhyticeros plicatus Forster, 1781 Buceroidae Blyth's Hornbill Monson
56 Myagra alecto Mathews, 1912 Myiagridae Shining Monarch Flycatcher Melalueca
57 Coracina lineata Swainson, 1825 Campephagidae Yellow-eyed Cuckoo-shrike Monson
58 Aplonis cantoroides Gray, 1862 Sturninae Singing Starling Melalueca
59 Aplonis magna Schlegel, 1871 Sturninae Long-tailed Starling Melalueca
60 Cracticus cassicus Boddaert,1783 Cracticidae Hooded Butcherbird Monson
61 Corvus orru Bonaparte, 1851 Corvidae Torresian Crow Monson
62 Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827 Pachycephalidae Variable Pitohui Monson
63 Mino dumonti Lesson 1827 Sturnidae Yellow- faced Myrna Monson
Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education),
Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan,
27 Agustus 2016
p-ISSN: 2540-752x
e-ISSN: 2528-5726
203
Lampiran (Appendix) 2. Keragaman jenis burung berdasarkan makananya dan status perlindungan di
Seksi II Ndalir Taman Nasional Wasur. Merauke (Bird spesies diversity, fiding guild and
protection status in Seksi II Ndalir, National Park Wasur. Merauke).
No Jenis
(Spesies) Famili
(Family) Jenis makan
(Fiding guilds) Kelompok (Claster)
Status perlindungan (Protection
status)
1 Egretta sacra Gmelin, 1789 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P
2 Egretta intermedia Wagler, 1829 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P
3 Egretta alba Linn, 1758 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P
4 Egretta garzetta Linn, 1766 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P
5 Egretta ibis Forster, 1817 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora P
6 Ardeola striata Boie, 1822 Ardeidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora
7 Ardea pasifica Latham 1801 Ardeidae Ikan Carnivora
8 Pelecanus conspicullatus Temminck, 1824
Pelecanidae Ikan Carnivora P
9 Threskiornis aethiopicus Latham, 1790
Threskiornithidae Vertebrata kecil Carnivora P
10 Platalea regia Gould, 1838 Threskiornithidae Vetebrata kecil Carnivora P
11 Accipiter cirrhocepalus Vieillot, 1817 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P
12 Accipiter novaehollandiae Gmelin, 1788
Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P
13 Heliastus leucogaster Gmelin, 1788 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P
14 Harpyopsis novaguinea Salvadori, 1875
Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P
15 Heliastus indicus Boddaert, 1783 Accipitridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora P
16 Vanellus miles Boddaert, 1783 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora P
17 Pluvinalis dominica Muller, 1776 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora
18 Pluvinalis squatarola Linnaeus, 1758 Charadriidae Artropoda/kodok/reptil kecil/ikan Carnivora
19 Charadrius lescahenaultii Lesson 1826
Scolopacidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora
20 Calidris tenuirostris Horsfield, 1821 Scolopacidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora
21 Himantopus leucochepalus Gould, 1837
Recurvirostridae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora
22 Haemotopus longirostris Vieillot, 1817
Haematopodidae Invertebrata/ikan/artropoda Carnivora
23 Rhipidura rufiventris Vieillot, 1818 Rhipiduridae Serangga Carnivora
24 Rhipidura albolimbata Salvadori, 1874
Rhipiduridae Serangga Carnivora
25 Rhipidura leuchophrys Latham, 1802 Rhipiduridae Serangga Carnivora
26 Merops ornatus Latham, 1802 Meropidae Serangga/nektar/buah Omnivora
27 Malurus cyanocephalus Quoy & Gaimard, 1830
Maluridae Serangga/nektar/buah Omnivora
28 Eurystomus orientalis Linn, 1766 Corciidae Serangga/nektar/buah Omnivora
29 Dicrurus hottetontus Linn, 1766 Dicruridae Serangga/nektar/buah Omnivora
30 Nectariania jugularis Linn, 1766 Nectaridae Nektar Herbivora
31 Nectariania aspia Lesson &Garnot, 1828
Nectaridae Nektar Herbivora
32 Myzomela nigrita G. R. Gray, 1858 Meliphagidae Serangga/nektar Omnivora P
Hadi Warsito, Titiek Setyawati – Keanekaragaman Burung Kawasan Hutan.....
204
33 Toxorxampus novaguenia Lesson, 1827
Meliphagidae Serangga/nektar Omnivora
34 Collocalia esculenta Linnaeus, 1758 Apodidae Serangga Carnivora
35 Hirundo tahitica J.F Gmelin, 1798 Hirundinidae Serangga Carnivora
36 Megapodius freycinet Gaimard, 1823
Megapodiidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Carnivora
37 Centropus phasianinus Latham, 1802
Cuculidae Vertebrata kecil/artropoa/kadal/buah
Carnivora
38 Centropus bernsteini Schlegel, 1866 Cuculidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Carnivora
39 Centropus menbeki Less & Garnet, 1828
Cuculidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Carnivora
40 Zosterops novaeguineae Salvadori, 1878
Zoesteropidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora
41 Dacelo gaudichaud Quoy & Gaimard,1824
Alcedinidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal Carnivora
42 Halcyon macleayii Jardin & Selby, 1830
Alcedinidae Artropoda/kodok/reptil kecil Carnivora P
43 Halcyon chloris Boddaert, 1783 Alcedinidae Artropoda/kodok/reptil kecil Carnivora P
44 Tanysiptera galatea G.R. Gray, 1859 Alcedinidae Serangga/kodok/reptil kecil Carnivora P
45 Gerygone magnirostris Gould, 1843 Acanthizidae serangga/buah Omnivora
46 Ducula bicolor Scopoli, 1786 Columbidae Buah Herbivora
47 Ducula pistrinaria Bonaparte, 1855 Columbidae Buah Herbivora
48 Psittaculirostris desmarestii Desmarest, 1826
Psittacidae Buah/nektar Herbivora
49 Lorius lory Linn, 1758 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P
50 Eclectus roratus Muller, 1776 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P
51 Micropsitta keiensis Salvadori, 1876 Psittacidae Buah/nektar Herbivora
52 Cacatua galerita Lath, 1790 Psittacidae Buah/nektar Herbivora P
53 Geoffroyus geoffroyi G.R. Gray, 1858
Psittacidae Buah/nektar Herbivora
54 Micropsitta geelvinkiana Schlegel, 1871
Psittacidae Buah/nektar Herbivora
55 Rhyticeros plicatus Forster, 1781 Buceroidae Buah/nektar Herbivora P
56 Myagra alecto Mathews, 1912 Myiagridae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Omnivora
57 Coracina lineata Swainson, 1825 Campephagidae Serangga/nektar/buah Omnivora
58 Aplonis cantoroides Gray, 1862 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora
59 Aplonis magna Schlegel, 1871 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora
60 Cracticus cassicus Boddaert,1783 Sturnidae Serangga/nektar/buah Omnivora P
61 Corvus orru Bonaparte, 1851 Cracticidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Omnivora
62 Pitohui kirhocephalus Lesson & Garnot, 1827
Corvidae Vertebrata kecil/artropoda/kadal/buah
Omnivora
63 Mino dumonti Lesson 1827 Pachycephalidae Serangga/nektar/buah Omnivora P
top related