media massa dan konflik (ade armando)

Post on 04-Jul-2015

145 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Makalah Workshop "Merajut Toleransi Melalui Institusi Sekolah" diselenggarakan The Habibie Center dan Hanns Seidel Foundation

TRANSCRIPT

HannsSeidelFoundation

Workshop

Memperkuat ToleransiMelalui Institusi Sekolah

Bogor, 14-15 Mei 2011

Ade Armando

The Habibie Center, Bogor, 15 Mei 2011

“The media's the most powerful entity on earth. They have the power to make the innocent guilty and to make the guilty innocent, and that's power. Because they control the minds of the masses.”

Malcolm X

PENGETAHUAN

NILAI-NILAI

SIKAP

PERILAKU

Media tidak bisa diharapkan memiliki kesadaran untuk Mendidik

Di Indonesia, media massa adalah lembaga bisnis yang harus mengikuti logika bisnis:

Sebuah program dibuat untuk memperoleh keuntungan ginansial sebesar-besarnya

Biaya produksi ditekan

Segmen khalayakn dipilih yang paling menguntungkan untuk ditawarkan pada pengiklan

Pemasukan iklan ditingkatkan

Produk Mendidik sangat mungkin laku dijual

Contoh: Laskar Pelangi, Sherina atau Upin Ipin

Masalahnya: Tidak mudah membuatnya

Bisnis pertelevisian di Indonesia termasuk paling kompetitif di dunia

Sepuluh stasiun televisi bersaing memperebutkan iklan setiap jam

Logika rating

Contoh: acara stripping, seperti PUTRI YANG DITUKAR

- Kebutuhan Gambar yang menarik

- Drama

- Konflik

- Sensasi

Televisi Bahkan SANGGUP BERBOHONG Uya Kuya

Termehek-mehek

Bahkan rekayasa berita

Bagi televisi, konflik bukan hal yang perldu didamaikan atau dihindari

Konflik adalah jualan utama

Gambar konflik adalah gambar yang menjual

Media dapat berperan besar dalam upaya mendamaikan konflik

Media diharapkan tidak sekadar memberitakan konflik sebagai berita

Media diharapkan menjadi pihak yang terlibat aktif dalam membantu proses pencegahan dan penyelesaian konflik

Sensasional

Bad news is good news

Negatif

Konflik

Kekerasan

MEDIA SEHARUSNYA BERPERAN SEBAGAI EARLY WARNING SYSTEM

Masalahnya: media tidak merasa berkewajiban dan punya cukup waktu untuk menjadi „agen perdamaian‟

Yang ditampilkan terutama adalah dimensi dramatis dan sensasional dari konflik

Bahkan narasumber yang dikutip adalah narasumber yang biasa bicara keras!

MEDIA MASSA TIDAK DAPAT DIPAKSA UNTUK HANYA MENYAJIKAN MUATAN YANG POSITIF

DALAM ERA KEBEBASAN PERS, MEDIA MEMILIKI KEWENANGAN UNTUK MENENTUKAN SENDIRI APA YANG INGIN DITAMPILKANNYA

DIBUTUHKAN KHALAYAK YANG KRITIS

KARENA ITU PERLU ADA PENDIDIKAN LITERASI MEDIA:

MENYADARI EFEK POSITIF-NEGATIF

SELEKTIF

MEMPENGARUHI KELOMPOK2 LAIN

MENYUARAKAN PANDANGAN

MEMPRODUKSI SENDIRI

Pendidikan „literasi media‟ pada dasarnya adalah pendidikan yang mengajar khalayak agar tidak menerima begitu saja semua isi media massa, tapi juga mampu menganalisisnya, menilainya dan bahkan memproduksi sendiri media -- menyadari efek positif dan negatif dari isi media massa.

top related