no k - unpar institutional repository
Post on 16-Oct-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
No K
No. I
Ho..l:. 1 • . · · · · · ·········
Dcri . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . .........••
RAGAM CITRA KOTA
lnterpretasi Sejarah, Memori Kolektif
dan Arketipe Arsitekturnya
���!. '1SR; { Pl/1
KAMAL A. ARIF 'd-b. tb 09
� PUSTAKA
BUSTANUSSALATIN
��N� '��NTF ..._ Recovery Acoh Nlas
, Trust Fund
lnterpretasi Sejarah, Memori Kolektif
dan Arketipe Arsitekturnya "1 . 11
�KAMAL A. ARIF
"'
H3JV VONVB VlO� VH!IJ WVDVH �l!lV V WWVJI
H3JV VON\18 \flO� V!Jli:J W\18\I!J �I!JII ·vwwv�
H3JI1VONI18 1110� lt�liJ rllt!llt� �lllV ·vwrJit�
CD
KAMAL A. ARIF RAGAM CITRA KOTA BANDA ACEH
Daftar Is i
PENGANTAR PENERBIT
PENGANTAR PENULIS
I. BANDA ACEH, CITRA KOTA DAN PARADIGMA KERAGAMAN
A. Permasalahan Citra Kota
Banda Aceh
1. Citra Banda Aceh yang
Memudar
2. "Banda Aceh", "Darussalam",
dan "Serambi Mekah"
•Sikap Warga Terhadap Citra
•Daur Ulang Budaya
3. Membangun Citra Kota
B. Keragaman Citra Arsltektur
Selat Malaka
1. Citra Bahari
• Pertemuan Dua Sistem
Angin
2. Permukiman Pesisir
Selat Maiaka
•Hidup di Atas Air
•Pola Permukiman Tepi
Pantai dan Tepi Sungai
3. Kencan Budaya Arsitektur
4. Aceh, Sebuah Entrepot
dalam Lintas Perdagangan
c. Keberagaman dalam
Arsitektur
1. Keseragaman versus
Keberagaman
•Arsitektur Seragam dalam
Paradigma Modernisme
2 •Arsitektur Beragam 36 dalam Paradigma
4 Postmodernisme
12 2. Paradigma Holistik-Dialogis 37 •Respondeo Ergo Sum 37
versus Cogito Ergo Sum
•Sunotul/oh 38 15 • Spiritualitas dan Seni Islam 39
3. Ide Komplementer: 42 15 Both-And
•Titik Balik Peradaban 43
21 4. Revisi Vitruvion Triad dan 44 Posisi Ego-Eco Actions
21 dalam Teori Arsitektur
22 •Re- everything 45 •Ego-Eco Actions 46
26 • Neo-rasionalist 47
27 D. Teori dan Model Perkotaan 48
1. Teori Figure & Ground 48 27 27 2. Teori Linkage 49
3. Teori Place 50 28 •ldentitas 50
• Karakter 51 28 • Kearifan Lokal 52 29
4. Model Metaforik Kota 53
31 E. Tentang Buku lni 54
32 1. Penelitian Disertasi 54
2. Tujuan dan Manfaat 55 34
3. Sistematika Pemikiran 57
34 4. Pengumpuian 59 dan Analisis Data
36
m
II WA RISAN SEJA R A H KOTA 66 oBanda Aceh, Kota 94 BANDA ACEH Pelabuhan Dagang lnterpretasi, Rekonstruksi, "Citra Aceh pad a Peta-peta 96 Transformasi, dan Konservasi Kartografer Asing
•Rekonstruksi Banda Aceh 101 A. Memori dan Sejarah Kota 68 Berdasarkan Peta Florence
•Tata Ruang Lingkungan 105 L Kota Sebagai Memori 58 l(eraton (Dalam) Aceh
� 11ekonstruksi Kota Surga 106 2. Kota Sebagai Repositori 59 {Darussalam] dalam wujud
Sejarah Bustanussalatin of\uta ··- lstano 112
3. lnterpret<Jsi Sejarah 11 o Pulau Gajah 114 "Mukim A ceil Lhee Sagoe, us
4. Periodisasi Sejarah Kota ?3 Kuala, clan Toponimi Banda Aceh Kawasan Kosrnopolitan oMasa Pra Islam ?3 .. Masjid Ra�a Baiturrahman 111 oMasa Tamaddun Islam ?4 pada Masa Kesultanan •Masa Kolonial ?4 ., Kota Serambi Mel�ah 1.19 oMasa Pascal�;o!onial IS
c. Banda Aceh Periode 125 B. Banda Aceh Mas a Pra-lslam 76 Kolonial dan Pascakolonial
dan Mas a Tamaddun Islam
1. Masa Kolonial Belanda 12S 1. Masa Pra·lslam IG oMasulmva Belanda ke Aceh 12S
oPengaruh Hindu-Buddha IG 2. Rckonstruksi Masa Kolonial 133
2. Rekonstruksi 18 oBenteng Pertahanan dan 133 Aceh Lhee Sagoe Benteng !stan a
• Kota Bentcng 138 3. Masa Tamaddun Islam 81 oKota Kolonial dan Masjid 142
., Misteri Peralihan Agama 83 Ray a ., Islam Sufi di Aceh 84 oM a reo Polo dan Laksamana 84 3. Masa Pascakolonial 145
Cheng Ho ( 1945�-sekarang) "Kerajaan Maritim Islam di 85 • Era Ali Hasjmy 14?
Selat Malaka [Era Soekarno) oMelawan Portugis 87 "Era fbr<Jhim Hasan 149 oTa'aruf Aceh ke 88 [Era Soeharto)
Mancanegara "Era Abdullah Puteh 159 "'Iskandar Muda, Raja 89 [Era Refonnasi)
Pedagang (1GOI·1G3G) oPembangunan dan Tata 90 D. Transformasi Kawasan 164
Pemerintahan Bersejarah dan Obyek·
obyek Arsitektut di
4. Rckonstruksi Tata Ruang 94 Banda Aceh
Banda Acch Masa Tarnaddun Islam
f'M'li\L f\ id;'' fl/,GI-\f·i [!Tf�t\ fCl);'l\ llf\r·t'"J{\ ,\l:i_li
1. Kawasan Bersejcnah 1.54 o Pcrtanqa<�n·pertanq<�an 218
<>l_hee SagoC 1G4 dalarn Penelitim1 "Pelabuhan Kuala dan Ulee l?O LapGJi1gan
Lheue �Tingk;)t l<esado1ran Zlfl oSepc.1njangAliran Sungai l?1 Mc1Stj<HJkat Terh<Jdap Citra
K1·ueng t\ceh dan Krueng l<ota DarOq <>Obtjek-ob�jek uang 219
Menjadi flujukan Warga 2. Ob�Jek-ob�Jek Arsitektur 1.74
"'KerJton (Dalam] d8n 114 4. Deskripsi Lirn01 Citr<> Ut8ma 221
D Mc1sjid Ratja Elaitunahrnan dalam Mernori Masijarakat
� Me(!Jn l<h81Jtj81i 128 QCit1·a 8JndJ Aceh 221.
[AIU!H\Iun) "Citm Dc.nussalam 224
o)stana 179 �Citr<J Serarnbi Mckah 226
"K.:mdc1ng (Makam Sultan] 180 <>Citr:J Aceh Lhee Sagoe 229
<�Peukan Aceh (P<1snr] 181 <>Citra Kutar<Jja 229
"Bustonussolotin 182
[Tam<Jn Putrot; Phong) S. Oeskripsi Em pat Gelar lain: 233
oGunongun dan Pint6 f<h6p 184 <>Tanah Rencong dan 233
o flumdh Tmdisional Aceh 1813 Gajah Putih sCokro Ddnyo 192 <>Bumi lsk<Jnd<H Mudd 233
aGajah Putih 194 "O<Jervh Modal 234
E. Konservasi 1�)6 5 Ob�Jek·obyek Al'sitektur 235
Uilng Mcnjadi Hujuk<H1 l. Noduri Mengub8h dan 196 flagam Citra l<ota
Mernelih<.Hd B. Arketipe Arsitektur Kota 238
2. Makna Heritogc (Wariso:m) 19? Banda Aceh
Bagi Mas�J<-H81\at Muslim 1. Pemahaman Tent;mg 238
3. Upa1J<1·Upa�Ja f<onservasi 19B Arketipe Heritage dan Revitalisasi "Tipe d8n Arketipe 238
l<ota Banda Aceh "Kembali ke Akar Arketipe 239
<>Arketipe flu;:mg Universal 24ll
Ill MEMORI KOLEKTIF DAN 206 "Malma lahir·Batin 242
ARKETIPE ARSITEKTUR 2. Arketipe ;\cch Lhee Sogoe 243
A. Memori Kolektif 208 <>Pola f<esatuan Tiga 244
<>Dari Tiga lndr8 ke Tiga Sagi 244
1. Kesadar<Jn dan 2[)8 Mukim l<ctidnks<Hiaran dalarn <>Atap Susun Tig01-Kubah 245
Arsitcktur l<embar Tiga ., reori e.G. Jung 209 <>{{umoh Act:h: Pembagian 242
<>Teori Freud 2[)9 rig<:� Huang d<HF Tulol<
Angen Berbentuk Segitiga 2. Menakwil Tdmsil dalam 210 "Po18 Pembagi<ln Tiga pad a 242
Arsitektur Batu Nisan Aceh oSerniotik<l 21[)
r Model Dyodic Sau:;sure 211 ]. Arketipe Band<J Aceh 250
d8n Tryodic Peirce o l(ota Pelabuhan 250
"Serniotika Arsitcktur 212 "l<rucng Aceh 251
oTakwil 21.] a flurnoh Aceh 252
"'ShOroh doJn Mo'no 2Ll <>Co lira [)6nyo 253
o Pencarian Mal\na Hal·dld 2.14 QGajah Putih 253
� QTarnsil (Metaforj dal<:ml 21S
i Arsitektur 4. Arketipe D<Jrussal<�rn 25G
I »Oarussc11am 256
3. Gambar<Hl Citr<1 l<ota 8c.noda 215 ., Flustanuss<FI8tin 2:17
I Acch Berd8smk;Jn <�Arlu:tipc L;1birin da •. 152
Memori l<olektif GunongJn
l Mas�Ji-H8kJtn�Ja <>l<nmpus Darw>sJia
S. Arketipe Serarnbi Mekah 262 <>Taman Pernbibitan di 316
<>$erambi 262 f3ant<:Han Sungai
<>Orientasi !<iblclt 264 "Acch Thanks The World 318
«MJsjid Haya Baiturrahrnan 2GS Memorial Garden
<>Makam (Kandang] 255 '"Konsep :l\8
·'"Peranc<Jngan 318
G. Arketipe 1\utnraja 258
<>Kutaraja, Kota Militer 258 3. Sosialisasi dan Penerbitan 322
"Kuta (Benteng) 259 Buku
•Keraton [Dalarn) 269 "Sosialisasi 322
<>GJjah 2?0 "Gui\U 323
<>Hencong 2?0 �· Buku l<hazanah 323
... Geconcentreerde linie. 1?0 T anaman Bunga dan
Buah Taman l?aja-rajo
?. Pengelompok<Jn /uketipe 214 Bustanussa/atin
Mimi Lobell dengan f�agam 1. Buku tvlenyiap/wn Toman 324
Al"ketipe Kota Banda Aceh Bustanussalatin
* Buku Ragam Ciira /(ota 324
8. Temuan Varian Arketipe 211 Banda Aceh
L.ainnlja di Banda Aceh <>Arketipe Tat<J Ruang 211
KerJton GI-OSARIUM 328 "Arketipe Segitiga dengan 218
Pusat [Aceh Lhee Sagoe] OAFTAR PUSTAKA 333 .. fuketipe Kubah Bawang 219
<>Relasi Anton Ragarn Ob\JCk 280 DAFTAR GAM BAR 340 dan I"Xag<Jm Arketipe Arsitekturn�a DAFTAR DIAGRAM 350
IV. IMPLEMENTASI GAGASAN 284 OAFTAR TABEL 351
A. Banda Aceh sebagai 288 TENTANG PENULIS 352 Panggung Memori dan
Sejarah INOEKS 354
B. Citra Banda Aceh 291 Berdasarkan Ragam
Arketipen�a
c. Citra Kota Air yang Semakin 293 Pudar
D. Upaya·upaya Mewujudkan 296 Citra Kota Banda Aceh
1. Membangun Kegiatan 295
1--/eritagc
"Mas\:ja!"akat Pusaka 295
Nanggroe "Jalur .JejJk Buda�a 299
*Peta Heritage Trails 299
otPiakat 304
2. Membangun Taman 308
<�Taman Bustanussalatin 308
.. Konsep 308
·1'Perancangan 308
>>Maket 308
»Peta Taman 312
Bustanussalatin »99 Titik Pohon Tin 314
KAMAL A ARIF RAG AM CITRA KOTA BANDA ACEH
:. BANDA ACEH, sebuah kota tua berusia lebih dari 800 tahun, adalah panggung memori dan sejarah. Hari lahirnya ditetapkan jatuh pad a
1 Ramadhan 601 H (22 April1205), bertepatan dengan didirikannya istana Kerajaan Aceh Darussalam oleh Sultan Johansyah di Gam pong Pande 1• Kota ini sarat dengan pengalaman sejarah dan menyimpan banyak kenangan. Sejak awal berdiri hingga kini, Banda Aceh terusmenerus berperan sebagai ibukota, baik pada masa kerajaan, masa kolonial Belanda, sampai saat daerah ini berstatus propinsi dalam Negara Republik Indonesia. Maka, melalui Banda Acehlah kita dapat mengenali puncak-puncak kebudayaan dan karya arsitektur Aceh secara keseluruhan.
Gam bar 1.1 Gamba ran citra kota Banda Aceh dalam litograf1 yang dibuat pada abad ke-18. Sumber: Bosry, 1990
Kota pantai di ujung utara pulau Sumatera ini
meliputi wilayah seluas 6.136 ha yang dihuni
oleh sekitar 250.000 penduduk. Menurut sensus
yang dilakukan setelah bencana tsunami,
jumlah penduduk kota Banda Aceh berkurang
hingga 2?%-dari 263.668 jiwa tereduksi hingga
192.194 jiwa 2. Topografi Banda Aceh relatif
datar dengan kontur antara 0,45 m- 4,5 m
dari permukaan laut dan dengan kemiringan
0-8%. Secara geografis, Banda Aceh memiliki
potensi strategis, berada pada jalur pelayaran
internasional yang menghubungkan Samudera
Hindia dan Selat Malaka serta didukung oleh
keberadaan kota Sabang yang akan difungsikan
kembali sebagai pelabuhan bebas. Banda Aceh
dialiri oleh beberapa sungai, yaitu Krueng Aceh,
Krueng Daroy, Krueng Day, Krueng Lueng Paga,
Krueng Cut, dan sejumlah anak sungai.
1 Pemcr intah Kotamadya OT II Banda Aceh ( 1988: 238). Oitetapkan pad a Seminar Hari Jadi Kota Banda Aceh,28 Maret 1988, di Banda Ace h.
2 Rcv1si RTRW Kota'Banda Aceh 2006-2016, S KS·BRR lata Ruang Lingkungan dan Evaluasi Manfaat, halll-29.
;us
ga
1
a
.an
!h
eh,
A. Permasalahan Citra Kota Banda Aceh
PULU HAN tahun tanpa kedamaian di Aceh telah
mempersempit peluang bagi penciptaan karya seni
arsitektur. lni berdampak buruk bagi pertumbuhan
dan kualitas fisik kota yang tampak semakin
banal. Pembangunan yang berjalan sering tampak
serba segera, copy-paste dan terkadang juga
represif sehingga wajah kota-kota di Aceh seolah
kehilangan citra: Padahal, tanpa citra, arsitektur
tidak ada (Mangunwijaya, 1992: 1].
Gam bar 1.2
BAB I
1
BANDA ACEH, CITRA KDTA DAN PARADIGMA
KERAGAMAN
Citra Banda Aceh yang Memudar
ACEH tak pernah putus dilanda konflik politik dan
kekerasan. Perang yang berkecamuk sejak zaman
kolonial masih terus berlanjut dalam bentuk
konflik bersenjata sampai ketika saya melakukan
penelitian lapangan pacta tahun 2003-2004. Oi era
pemerintahan Soeharto, pembangunan Rumah
rumah Sangat Sederhana (RSS] secara massal,
ruko-ruko yang berjejer di sepanjang jalan3, SO
lnpres, Pasar lnpres, sampai kepada desain masjid
Amal Bakti Muslim Pancasila memperlihatkan
bentuk-bentuk yang seragam dan terkesan
monoton di seluruh bagian kota. Wajah arsitektur
bangunan dan kota cenderung membosankan,
kehilangan gairah, serta membungkam daya kreasi.
Di Aceh pernah muncul reaksi atas kebijakan
penyeragaman dari pusat ini. Rencana membangun
Masjid Amal Bakti, misalnya, pernah ditolak oleh
rakyat setempat.
Pembangunan kota yang terlampau berorientasi
ke darat telah melupakan karakter Banda Aceh
sebagai kota air. Kota ini sering mengalami banjir
bandang yang menyebabkan kehidupan kota
lumpuh dan rakyat menyebutnya Bola Nabi Noh.
Warga kota yang kecewa kemudian mencetuskan
beragam citra ida man yang seharusnya hadir di
kota mereka. Ungkapan citra idaman ini dinyatakan
dengan menyebutkan sejumlah nama, gelar, contoh
bangunan atau obyek-obyek arsitektur lain, baik
yang ada di Aceh maupun tempat-tempat lain, yang
Keude ktep adalah sindiran warga setempat yang kecewa menu rut anggapan mereka pernah atau akan berhasil. terhadap monotonitas deretan ruko di sepanjang jalan. Citra buruk ini mencapai punca k n y a di saat terjadi banjir bandang yang melumpuhkan seluruh kegiatan kota seperti pada saat banjir tahun 2001.
3 Kecewa dcngan pemandangan buruk dari ruko yang berjcjer·jejer, masyarakat setempat menycbutnya dengan sindiran keudll k/llp·[jejeran kios]
Gambar I. 3 F1gure-ground peta kota Banda Aceh yang dibuat berdasarkan peta satelit tahun 2000.
Sebagai warga kota yang sempat mengenyam
pendidikan di kota ini sejak SO hingga S M A pada
tahun 1961- 1972, saya mengenal kota ini
cukup baik. Sejak kecil pulang-pergi dari rumah
ke sekolah saya melewati jalan dan pematang
pematang sawah, bermain di empang-empang
ikan di Lamprit dan menunggu penyu bertelur
di Kuala. Di kawasan pantai, suhu udara terasa
panas dan tiupan angin amat kencang. Namun,
memancing kepiting di rawa-rawa Lampulo yang
dilindungi lebatnya hutan bakau dan nipah terasa
jauh lebih nyaman.
Ketika memulai penelitian lapangan ini pada
tahun 2003, Banda Aceh terkesan kacau-balau,
banyak kontradiksi di sana-sini. Kawasan yang
dulu dipenuhi rawa-rawa dan pepohonan bakau
kini menjadi kawasan peru mahan yang luas dan
padat. Bahkan empang diuruk untuk pembangunan
gedung-gedung perkantoran. Di daerah itu juga
didirikan sebuah Rumah Sakit Umum, meskipun di
dekatnya terdapat gampong /e Masen [air asin).
Toponimi ini menunjukkan bahwa daerah itu
memiliki kadar salinitas yang tinggi.
"Banda Aceh" berasal dari kata "bandar" [pelabuhan]
dan "aca" [bahasa India, berarti "cantik"]. Bila kita
mengamati peta sate lit Banda Aceh, tampak jelas
kota ini memiliki lansekap sebagai kota air. Krueng
Aceh tamp ak membelah kota ini dengan indah.
Meskipun kota ini dikelilingi oleh Selat Malaka
dan Lautan Hindia, kedua pelabuhannya terlihat
sepi dan lengang. Baik di Ulee Lheue maupun di
pelabuhan Malahayati hanya terlihat satu kapal feri
yang mengangkut penumpang ke Sabang. Sangat
tidak memadai untuk memperoleh citra sebagai kota
"ban dar yang permai".
Bila kita perhatikan petafigure-ground di atas,
tampaknya perancangan kota ini dilakukan secara
parsial, didominasi oleh gerak perkembangan kota
secara alamiah. Maka terlihatlah banyak bagian
BAB I BANDA ACEH. CITilA KOTA OAN PARADIGMA KERAGANAN
Kehidupan modern dan nilai-nilai baru tampaknya
telah menyembunyikan warisan nilai-nilai lama
yang kian terpendam. Antoniades menyebutnya
obscure (tidak jelas, tersembunyi)-baik obscure
primordial maupun hibernating untouched
[ Antoniades, 1992: 87]. Banyak hal tersembunyi,
telah lama mati suri. Karena itu, diperlukan upaya
penelusuran yang mendalam untuk mengungkap
citranya melalui lapisan-lapisan sejarah dan
ingatan kolektif masyarakatnya. Menu rut
Antoniades, the more obscure their subject,
the more chances they will have to be original.
Penggalian beragam citra utama yang terpendam
di dalam kota ini sangat penting bagi proses kreatif
perancangan arsitektur.
PADA tahun 2003 Banda Aceh terlihat sepi. Jalan·
jalan dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju
ke pusat kota-beraspal hotmix, Iebar, panjang,
dan lurus-sangat menantang para pengendara
melaju dengan kecepatan tinggi. Pemandangan
di kiri-kanan jalan didominasi oleh deretan ruko
yang terkesan monoton. Di pusat kota, terutama
di sekitar Pasar Aceh, transportasi berubah macet
dan semrawut. Ruas Jalan Diponegoro di utara
pasar digunakan sebagai terminal angkutan kota
[masyarakat menyebutnya /abi-labi) sehingga
menutup mulut lorong-lorong permukiman lama
di jalan itu. Tempat parkir kendaraan umum
bercampur baur dengan kegiatan bongkar muat
dagangan pasar yang sesekali meruapkan bau
sampah. Tetapi, di balik hiruk-pikuk kegiatan
ekonomi kota, daerah pusat kota ini menyimpan
banyak memori dan aset bersejarah. Bekas jalur
kota yang tidak teratur. Sulit untuk memahami relasi rei kereta api buatan pemerintah kolonial Belanda
antara tatanan kota ini dengan sebutan-sebutannya yang telah dibongkar, misalnya, masih dapat
sebagai Kota Bandar, Serambi Mekah, Negeri Gajah ditandai dengan adanya nama lorong spoordijk di
Putih, atau sebutan lainnya. Jalan Diponegoro.
([)
KAMAL A. ARIF RAG AM CITRA KOTA BANDA ACEH
4
5
6
Masjid Raya Baiturrahman yang selalu ramai
pada hari Jumat terletak di tengah-tengah kota.
Bentuknya yang sangat monumental memberi
kesan seolah-olah ia dimaksudkan untuk menutupi
semua hiruk-pikuk kota. Pada garis sumbu di
halaman depan masjid, dibangun sebuah menara
baru setinggi 45 m yang menjadi bangunan
tertinggi di Banda Aceh. Dari puncak menara ini
kita bisa melihat seluruh panorama Banda Aceh
hingga ke laut lepas. Meski dari segi fungsi menara
ini cukup berarti, kehadirannya seperti ingin
menyaingi bangunan masjid.
Tak jauh dari masjid mengalir Krueng Aceh yang
bersejarah dan menyimpan memori. Dari jembatan
Pante Pirak kita bisa menikmati pemandangan
sungai yang indah, ditandai dengan bangunan
Bank Indonesia dan gereja peninggalan kolonial
yang menghadap ke sungai itu. Tetapi, bangunan
bangunan lain yang didirikan setelah kemerdekaan
tidak lagi menghadap ke sungai sehingga
mengurangi kualitas panorama tepian sungai.
Suasana sungai juga tampak lengang, tidak
digunakan untuk sarana transportasi sehari-hari.
Pemandangan ini sangat berbeda dengan suasana
sungai pada masa lalu. Marsden [181 1) menjelaskan
bahwa sungai itu pernah dipenuhi oleh perahu nelayan
dalam kesibukan sehari-hari4• Dalam pembangunan
proyek normalisasi ali ran sungai, perencanaannya pun
hanya sebatas mengatasi masalah engineering {flood
control} tanpa diimbangi konsep yang berwawasan
arsitektur secara menyeluruh.
Gambar 1.4 Krueng Aceh yang Len gang Sumber: Ali, 1992: 14
Dalam pandangan Islam, air adalah perlambang
kesucian {thaharah]. Syarat sah shalat adalah
dengan terlebih dahulu berwudhu menggunakan
air bersih. Menurut catatan para pendatang asing
ke negeri Aceh Darussalam di masa kesultanan,
air Krueng Aceh sangat higienis dan berfungsi
juga sebagai obat. Orang yang mendapat hukuman
syariah berupa potong tangan atau anggota badan
lainnya, segera melakukan pengobatan dengan
cara berendam di dalam air Krueng Aceh ini dan
sembuh dalam dua sampai tiga minggu5• Di dekat
jembatan Pante Pirak bermuara anak sungai
Krueng Oaroy. Nuruddin ar-Raniri, mufti kerajaan di
masa Sultan Iskandar Tsani [1637-1642) menulis
dalam kitab Bustanussa/atin bahwa meminum
air Krueng Darcy dapat membuat kita sehat6.
Sungai kecil ini melintasi kawasan heritage. Oleh
Sultan Iskandar Muda [ 1607- 1636) anak sungai
ini sengaja dibelokkan ke dalam istana. Di tepian
sungai Krueng Oaroy inilah artefak-artefak zaman
kesultanan banyak ditemukan. Tampaknya telah
ada upaya pemerintah kota untuk memugar
kawasan heritage ini.
" ... Perahu kecil para nelayan seakan ridak habis·habisnya keluar dari sungai kerika mara han rerbir dan baru pulang kerika marahari relah masuk ke peraduannya. Kerumunan iiU seakan·akan kcrumunan lebah madu yang sedang mengisi guci penuh dengan hasil pekcrjaan." (Marsden 1811).
Fran�ois Manin, seorang pedagang Prancis pad a 1602 menulis: They go to bathe in the river. the water of which so healthy tl1at they use it as a remedy when they arc injured or when someone has cut off one of their limbs, os happens every day undertheir system of justice (Reid, 1995: 59).
"Dan pad a sam a tengah taman itu sungai bernama Oorullsyki berturap dengan batu, tcrlalu jernih airr1ya lagi a mat sejuk, barangsiapa meminum dia sehatlah tubuhnyaE"(Iskandar, 1966: 48).
top related