penerapan model kooperatif tipe think pair share …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
Post on 15-Apr-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 7
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Yudha Satria Nugraha1, Yulianti
2, Amiruddin Z.Gumay
3
E-mail : yudhad@ymail.com
ABSTRAK
This thesis entitled "Application of Cooperative Model Type Think Pair Share On
Learning Mathematics Seventh Grade Students of SMP 7 Lubuklinggau Academic Year
2014/2015". Formulation of the problem is whether the results of the research study
mathematics class VII SMP 7 Lubuklinggau after the application of cooperative models
significantly Think Pair Share thoroughly? This study aims to determine the completeness
of mathematics learning outcomes of students of class VII SMP 7 Lubuklinggau after the
implementation of cooperative models Think Pair Share. This type of research in the form
of quasi-experiment conducted in the absence of a comparison class. The population
around the seventh grade students of SMP Negeri 7 Lubuklinggau 2014/2015 school year
and as a class VII 1 sample taken randomly numbered 38 students. The data collection was
done by using a test in the form of essays. Once the data is collected, analyzed using t-test.
Based on the results of t-test analysis at significance level α = 0.05 was obtained t (2.798)>
t table (1.687), so it can be concluded mathematics learning outcomes seventh grade
students of SMP Negeri 7 Lubuklinggau after the implementation of cooperative models
significantly Think Pair Share thoroughly. The average value of math pre-test students is
30.47 and post-test results of students with average math scores of 80.96. With the
percentage of students who completed at 86.84%.
Keywords: Think Pair Share, Learning Outcomes.
A. Pendahuluan
Pendidikan berperan penting dalam kehidupan untuk bisa mewujudkan anak bangsa
yang cerdas dan kreatif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi dituntut
siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan tarjadi di masa akan datang.
Menurut Trianto (2009:1) pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua
tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Matematika memiliki peran penting dalam ilmu pengetahuan. Mata pelajaran
matematika telah diberikan kepada peserta didik sejak sekolah dasar sebagai bekal mereka
2
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
dengan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Hal ini diperlukan supaya peserta didik memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 7 Lubuklinggau
diperoleh data hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pada sekolah tersebut sebesar 75 dan
rata-rata nilai ulangan harian pada pelajaran matematika sebesar 68,85. Dari 230 siswa,
siswa yang tuntas 101 siswa (43,91%) dan yang tidak tuntas 129 siswa (56,09%) sehingga
mereka harus mengikuti remedial (perbaikan).
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menerapkan model kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasi belajar siswa agar lebih baik. Pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share akan menciptakan kondisi lingkungan di dalam kelas
yang saling mendukung melalui belajar secara kooperatif dalam kelmpok kecil, serta
diskusi kelompok dalam kelas. Aktivitas pembelajaran kooperatif tipe think pair share
menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan,
konsep, keterampilan tersebut kepada siswa yang membutuhkan dan setiap siswa merasa
senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberi siswa waktu lebih banyak untuk
berfikir, menjawab, dan saling membantu.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah
penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share secara signifikan sudah tuntas?”.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa
kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model kooperatif tipe Think Pair
Share.
B. Landasan Teori
1. Model Kooperatif Tipe Think Pair Share
Menurut Trianto (2009:81) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberikan siswa lebih
banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu.
Suyatno (2009:54) menyatakan bahwa Think Pair Share adalah model
pembelajaran kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan
3
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang
dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain).
Trianto (2009:132) langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share sebagai
berikut:
a. Berpikir, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit
untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
b. Berpasangan, selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan
atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberikan waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
c. Berbagi, pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk
berkeliling ruangan dari pasangan-kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan (Arends : 1997).
Menurut Lie (2008:46), kelebihan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair
Share antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan partisipasi siswa.
2. Cocok untuk tugas sederhana.
3. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.
4. Interaksi lebih mudah.
5. Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Kelemahan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share menurut Lie
(2008:46) antara lain sebagai berikut:
1. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
2. Lebih sedikit ide yang muncul.
3. Jika ada perselisihan, tidak ada penengah
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu, eksperimen jenis ini
dilakukan pada satu kelas tanpa adanya kelas pembanding. Arikunto (2010:90) juga
mengemukakan bahwa “desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh
peneliti sebagai gambaran kegiatan yang akan dilaksanakan”. Desain eksperimen yang
4
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
digunakan dalam penelitian ini adalah desain Pre-test and Post-test group dan dapat
digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
Keterangan :
O1 : pre-test
X : Perlakuan dengan penerapan Think Pair Share
O2 : post-test (Arikunto, 2010:124)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 230 siswa. Menurut Arikunto
(2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono
(2010:62) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Sebagai sampel adalah kelas VII 1 yang berjumlah 38 siswa yang
diberikan pembelajaran model kooperatif tipe Think Pair Share dengan teknik
pengambilan sampel secara acak (Random Sample). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk uraian sebanyak 8 soal.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII SMP 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2014/2015, dimulai dari tanggal 18 Agustus sampai dengan 18 September 2014. Jumlah
seluruh siswa kelas VII yaitu sebanyak 230 siswa dari 6 kelas yang ada. Setelah dilakukan
wawancara secara langsung dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh keterangan
bahwa kelas VII memiliki kemampuan yang homogen, sehingga masing-masing kelas
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas diberi nomor yang berbeda, kemudian
memilih salah satu nomor secara acak. Setelah dilakukan pengundian maka kelas VII 1
yang berjumlah 38 siswa terpilih sebagai kelas sampel dan diberi perlakuan dengan model
kooperatif tipe Think Pair Share. Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti
dan sesuai jadwal yang berlangsung disekolah tersebut.
Pemberian pre-test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share.
Setelah kemampuan awal siswa diketahui, dilakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share. Kegiatan pembelajaran
5
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pada akhir penelitian dilakukan post-test untuk
mengetahui hasil belajar siswa.
a. Kemampuan Awal Siswa (pre-test)
Pemberian tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada
materi pecahan. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebelum
mengikuti pembelajaran yang diberikan. Pemberian tes awal dilakukan pada tenggal 26
agustus 2014 yang diikuti 38 siswa pada kelas VII 1 SMP Negeri 7 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015. Pre-test ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum
penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share. Soal pre-test yang digunakan berbentuk
essay sebanyak 8 soal.
Berdasarkan analisis hasil pre-test. rekapitulasi data tes awal dapat dilihat pada
tabel 1:
Tabel 1
Rekapitulasi Data Tes Awal
Kategori
Keterangan
Nilai tertinggi 50
Nilai terendah 11
Rata-rata Nilai ( ̅) 30,47
Simpangan Baku 10,14
Siswa yang tuntas 0 siswa (0%)
Siswa yang tidak tuntas 38 Siswa (100%)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa
sebesar 30,47 dengan ketuntasan siswa sebesar 0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
deskriptif kemampuan awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share termasuk kategori belum tuntas.
b. Kemampuan Akhir Siswa (post-test).
Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan siswa setelah proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis, rekapitulasi data tes akhir dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2
Rekapitulasi Data Tes Akhir
Kategori
Keterangan
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 53
Rata-rata Nilai ( ̅) 80,96
Simpangan Baku 10,69
6
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
Siswa yang tuntas 33 siswa (86,84%)
Siswa yang tidak tuntas 5 Siswa (13,16%)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata ( ̅) nilai secara keseluruhan
sebesar 80,96. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share termasuk dalam
kategori tuntas.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata nilai tes awal adalah 30,47 dan untuk
rata-rata nilai tes akhir adalah 80,96. Ini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata
nilai dari pre-test ke post-test sebesar 50,49. Sedangkan persentase jumlah siswa yang
tuntas pada pre-test sebesar 0% dan pada post-test sebesar 86,84%. Untuk ketuntasan
belajar pun mengalami peningkatan sebesar 86,84%. Secara rinci peningkatan nilai rata-
rata dan ketuntasan belajar tersebut dapat dilihat pada grafik 1:
`
Grafik 1 Peningkatan Rata-rata Nilai dan ketuntasan Belajar
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes siswa berdistribusi
normal atau tidak. Hasil uji normalitas data pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Nilai Pre-test dan post-test
Uji Normalitas hitung2 Dk tabel
2 Kesimpulan
Pre-test 2,0513 6 12,592 Normal
post-test 6,4624 6 12,592 Normal
Dari tabel 4.3 menunjukkan nilai hitung2 data pre-test dan post-test lebih kecil
daripada nilai tabel2 . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan
0
20
40
60
80
100
RATA-RATA PERSENTASE KETUNTASAN
Pre-test 0%
Post-test
80.96
Post-test
86,84%
skor
rata
-rata
7
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
uji kecocokan 2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test
berdistribusi normal. pada taraf kepercayaan 05,0 . Karena tabelhitung22 .
b. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan, maka data hasil tes pada akhir pokok bahasan yang diberikan kepada siswa
dianalisis dengan menggunakan uji t, karena standar deviasi untuk populasi belum
diketahui (Sugiyono, 2007:96). Hipotesis yang diuji adalah:
Hipotesis (Ho dan Ha) dalam uraian kalimat:
Ha : Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan Think Pair Share lebih dari
75 ( 75).
Ho: Rata-rata hasil belajar siswa setelah penerapan Think Pair Share kurang dari
atau sama dengan 75 ( 75).
Hipotesis (Ho dan Ha) dalam model statistik:
Ha = ≥ 75
Ho = < 75
Berdasarkan uji normalitas, data berdistribusi normal. Karena simpangan baku
populasi belum diketahui maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t sebagai
berikut dapat dilihat pada tabel 4:
Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis Nilai Pre-test dan post-test
Data h itungt Dk
tabelt Kesimpulan
Pre-test
27,19 37 1,687 tabelh itung tt , Ho diterima
post-test 2,798 37 1,687 tabelh itung tt , Ho ditolak
2. Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu
apakah hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah
penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share secara signifikan sudah tuntas.
Setelah dilakukan perbandingan hasil tes awal dan tes akhir maka dapat diketahui
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Pada tes awal semua siswa tidak ada yang
mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 75 sebanyak 38 siswa yang nilainya kurang dari
KKM. Nilai tertinggi yang di peroleh siswa saat pre-test yaitu sebesar 50 dan nilai
terendah sebesar 11. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan pada data pre-test
diperoleh nilai rata-rata siswa ( ̅) sebesar 30,47. Dari data pre-test ini dapat diketahui
8
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
bahwa hasil tes awal siswa sebelum penerapan model kooperatif tipe Think Pair Share
adalah belum tuntas. Hal ini bisa disebabkan karena siswa belum mempelajari materi
pecahan yang disediakan guru dalam bentuk soal.
Kemudian peneliti menjelaskan materi pembelajaran menggunakan model
kooperatif tipe Think Pair Share. Dilanjutkan dengan post-test, dari hasil post-test
menunjukkan banyak siswa mendapatkan nilai lebih atau sama dengan KKM (KKM ≥ 75)
yaitu 33 siswa (86,84%) dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sebanyak 5
siswa (13,16%). Nilai tertinggi siswa 100 dan terendah adalah 53. Nilai rata-rata post-test
diperoleh ( ̅) = 80,96, S = 10,69, hitung2 tes akhir adalah 6,4624 dan tabel
2 adalah
12,592. Hal ini berarti hitung2 < tabel
2 maka dapat dikatakan data berdistribusi normal.
Besar h itungt (2,798) dan tabelt (1,687) dengan (dk) 1 n dan taraf signifikansi yang
digunakan adalah α = 0,05. Karena tabelh itung tt , maka hipotesis diterima artinya materi
pelajaran pecahan secara signifikan sudah tuntas.
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara signifikan
sudah tuntas.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dengan rincian satu
kali pre-test pada awal pertemuan, tiga kali pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan pertemuan akhir post-test untuk
mengetahui hasil belajar setelah diterapkan model Think Pair Share.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 September 2014. Sebelum proses
pembelajaran dimulai, peneliti menjelaskan secara singkat bentuk dari proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model Think
Pair Share dalam penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan berpasangan.
Peneliti membuat kelompok kecil dengan jumlah 2 orang berpasangan berdasarkan
kemampuan siswa yang dilihat dari hasil ulangan harian pada materi sebelumnya yaitu
bilangan bulat. Setelah terbentuk kelompok berpasangan sebangku-sebangku kemudian
peneliti menjelaskan materi tentang pengertian dan jenis-jenis pecahan. Dalam kegiatan
diskusi yaitu mengamati atau mencari jawaban, sehingga siswa dapat memahami serta
menemukan konsep tentang pengertian dan jenis-jenis pecahan.
Pada pertemuan pertama proses pelaksanaan pembelajaran mengalami sedikit
hambatan. Hambatan itu terjadi karena siswa masih merasa asing dengan model
pembelajaran yang digunakan dimana pembelajaran berpusat pada keaktifan siswa
9
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
sehingga siswa membutuhkan penyesuaian. Hambatan yang lainnya yaitu terjadi pada saat
siswa diperintahkan untuk berkelompok dan pengaturan tempat duduk tiap kelompok
membuat kondisi kelas menjadi gaduh sehingga banyak menyita waktu pembelajaran. Pada
pertemuan pertama ini masih sedikit sekali siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Melihat kondisi pada pertemuan pertama ini, pada akhir pembelajaran peneliti
menjelaskan bahwa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair
Share siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami langkah-langkahnya.
Dimana pada tahap Think (berpikir) siswa masih banyak saling mencontek dengan
temannya, pada proses Pair (berpasangan) siswa diminta untuk berpasangan dengan
kelompok yang sudah dibentuk bukan dengan teman sebangkunya, sehingga membuat
siswa sedikit malu untuk berpasangan dengan pasangannya, sedangkan pada proses Share
(berbagi) siswa masih malu-malu untuk bertukar pendapat dengan kelompoknya dan ketika
diminta untuk maju sambil menjelaskan pada kelompok lain siswa masih malu, kemudian
masih banyak siswa yang tidak mau bertanya kepada kelompok yang menjelaskan bila
tidak mengerti atau memahaminya, dan siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan
benar sebanyak 3 pasang (15,79%) sedangkan yang tidak menyelesaikan tugas sebanyak
16 pasang (84,21%)
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 2 September
2014 dengan materi pokok pecahan yaitu mengubah suatu pecahan kebentuk pecahan lain.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua siswa sudah mulai memahami model
pembelajaran, sehingga mereka langsung menyelidiki dan menemukan jawaban dari
permasalahan yang diberikan peneliti dalam lembar kerja siswa, walaupun sebagian dari
mereka mengalami kesulitan mungkin karena minimnya pengetahuan konsep matematika
atau lupa pelajaran yang sudah dipelajari. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap
kelompok diharapkan mempresentasikan jawabannya didepan kelas, kemudian membuat
kesimpulan, pada pertemuan kedua siswa yang mampu menyelesaikan tugas dengan benar
sebanyak 8 pasang (42,11%) sedangkan yang tidak menyelesaikan tugas sebanyak 11
pasang (57,89%)
Pembelajaran pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 8 September 2014
dengan materi pecahan yaitu mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa dan
menyatakan pecahan dalam bentuk persen. Proses pembelajaran sama dengan pertemuan
pertama maupun kedua, pada pertemuan ketiga tidak ada siswa yang mengalami kesulitan
karena mereka sudah mengerti dengan model pembelajaran yang digunakan. Ketika guru
memberikan soal siswa langsung mencari jawabannya serta keaktifan siswa sudah terlihat,
10
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
mereka tidak malu-malu lagi untuk bertanya jika tidak mengerti tentang materi yang
diberikan kepada kelompok yang menjelaskan ataupun kepada guru. Siswa tidak segan-
segan lagi untuk maju mengerjakan soal yang diberikan dan mejelaskan dengan kelompok
lainnya. Melihat dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa keaktifan siswa sudah
terlihat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, dan siswa yang mampu
menyelesaikan tugas dengan benar sebanyak 16 pasang (84,21%) sedangkan yang tidak
bisa menyelesaikan tugas sebanyak 3 pasang (15,79%).
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengalami cukup banyak
kendala serta keterbatasan yang datang baik faktor dari dalam diri peneliti maupun faktor
luar yang sedikit banyaknya mempengaruhi berhasil atau tidaknya hasil yang diharapkan.
Kendala dan keterbatasan tersebut antara lain:
1. Masih kurangnya reverensi buku tentang model koopertaif tipe Think Pair Share.
2. Kurangnya ketersediaan sumber belajar, sehingga siswa masih mengandalkan sumber
belajar yang disediakan oleh guru maupun dari pihak sekolah.
3. Keterbatasan waktu penelitian untuk mengembangkan model pembelajaran ini dalam
proses mengajar.
Dengan semua keterbatasan yang ada membuat hasil penelitian belum sempurna
dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
E. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran
2014/2015 setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara
signifikan tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa sebesar 80,96 dan persentase jumlah siswa
yang tuntas mencapai 86,84%.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan , penulis menyarankan sebagai berikut
: 1. Siswa, lebih memotivasi diri untuk terlibat aktif dalam pembelajaran guna
meningkatkan hasil belajar matematika. 2. Guru, diharapkan dapat mempertimbangkan
model kooperatif tipe Think Pair Share untuk dijadikan salah satu alternatif dalam
pembelajaran matematika. 3. Sekolah, dapat mensosialisasikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada guru-guru karena
pembelajaran menggunakan model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Peneliti,
pembelajaran menggunakan model Think Pair Share Perlu dikembangkan diterapkan pada
11
1Mahasiswa,2 dan3 Dosen Prodi Matematika
materi pokok pecahan ataupun materi lainnya dan perlu adanya penelitian lebih lanjut
sebagai pengembangan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Bandung : PT Grasindo.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman. E dan Sukjaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka
Tim Penyusun Pedoman Makalah dan Skripsi. 2012. Pedoman Penulisan makalah dan
Skripsi mahasiswa STKIP PGRI Lubuklinggau. Lubuklinggau. STKIP-PGRI.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Prenada
Media.
top related