pengaruh kompetisi dan kinerja perbankan terhadap
Post on 16-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 Universitas Indonesia
Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur Di Indonesia pada Periode 2009-2014
Ma’ruf Saragih, Rofikoh Rokhim
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
maruf.saragih@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetisi dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada periode 2009-2014. Kompetisi perbankan diukur dengan menggunakan proksi Lerner Index. Indikator kinerja perbankan yang digunakan yaitu efisiensi diproksikan oleh rasio BOPO, profitabilitas diproksikan oleh ROA, dan stabilitas diproksikan oleh Z-Score dan Non-performing loan (NPL). Pertumbuhan industri manufaktur diukur dengan nilai tambah (value added). Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi perbankan berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri, kinerja perbankan yaitu efisiensi berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, dan stabilitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri. Keywords: Value added, kompetisi, efisiensi, profitabilitas, dan stabilitas The Impact of Banking Competition and Performance on The Growth of
Manufacturing Industry in Indonesia for Period 2009-2014
Abstract
This study aims to examine the impact of banking competition and performance on the growth of manufacturing industry in Indonesia for period 2009-2014. Banking competition is measured by using proxy Lerner Index. Indicators of banking performance were used are efficiency is proxied by BOPO, profitability is proxied by ROA, and stability is proxied by Z-Score and Non-performing loan (NPL). The growth of manufacturing industry measured by value added. Research is conducted with quantitative methods and hypothesis testing using the Generalized Least Square (GLS). Overall, the results showed that competition affect negatively significant on the growth of the industry, efficiency affect positively significant on the growth of the industry, profitability affect positively significant on the growth of the industry, and stability affect significant on the growth of the industry. Keywords: Value added, competition, efficiency, profitability, and stability
Pendahuluan/Latar Belakang
Proses industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan transformasi struktur ekonomi
dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian berubah menuju ke sektor industri.
Industrialisasi dapat didefinisikan sebagai proses modernisasi ekonomi dengan inovasi
teknologi dan memiliki dampak ke seluruh sektor ekonomi. Artinya perkembangan sektor
industri (pengolahan), di mana sektor industri pengolahan sebagai leading sector, akan turut
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
2
Universitas Indonesia
memacu dan mengembangkan sektor-sektor lainnya (Arsyad, 2004). Sektor industri atau
industri pengolahan merupakan salah satu lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan
nasional menurut pendekatan produksi (Badan Pusat Statistik, 2016). Sektor industri
merupakan kontributor tertinggi terhadap PDB Indonesia di tengah resesi ekonomi dunia
dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Dari tahun 2011-2015, sektor industri menjadi kontributor tertinggi terhadap PDB. Pada tahun
2015, sektor industri menyumbang 18,18% terhadap PDB, diikuti oleh sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebagai kontributor tertinggi kedua sebesar 13,52%. Kinerja
industri yang stabil membuat perekonomian Indonesia mampu tumbuh lebih baik
dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari tahun 2013 hingga 2014, laju pertumbuhan
PDB Indonesia merupakan yang tertinggi kedua dibandingkan dengan negara anggota
ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina). Hasil penelitian Szirmai
(2012) juga menunjukkan bahwa negara-negara maju telah mengandalkan industri
manufaktur sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 1950, industri manufaktur
telah berkontribusi sangat tinggi terhadap PDB di negara-negara maju.
Salah satu faktor penting bagi setiap perusahaan, baik itu yang berada di sektor
industri manufaktur maupun di sektor lainnya adalah pada masalah pembiayaan. Secara
umum, perusahaan-perusahaan yang berada di setiap sektor industri memiliki dua alternatif
pembiayaan untuk mengembangkan usaha atau investasinya. Alternatif yang pertama dengan
menggunakan aliran kas internal (internal cash flow) yang dihasilkan perusahaan dalam satu
tahun periode operasi atau yang biasa disebut pembiayaan internal. Alternatif yang kedua
dengan menggunakan sumber pembiayaan eksternal seperti utang atau menerbitkan saham.
Jika perusahaan-perusahaan tersebut lebih bergantung kepada alternatif yang kedua, maka
kompetisi dan perkembangan kinerja dari perbankan atau pasar keuangan akan mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan (Mirzaei & Moore, 2015). Namun, teori keuangan Pecking Order
menunjukkan bahwa informasi asimetris antara issuers dan investors, menyebabkan
pembiayaan eksternal menjadi jauh lebih mahal daripada pembiayaan internal. Oleh sebab itu,
perusahaan akan menggunakan pembiayaan internal sebagai alternatif utama karena paling
aman dan murah. Jika pembiayaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan menerbitkan utang
terlebih dahulu, dan menerbitkan common stock sebagai pilihan terakhir (Myers & Majluf,
1984). Akibatnya struktur utang yang optimal akan berpotensi positif mempengaruhi kinerja
perusahaan (Fosu, 2013). Perusahaan dapat dengan cepat berkembang, melakukan ekspansi
bisnis, dan memenangkan persaingan jika dapat memaksimalkan manfaat dan
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
3
Universitas Indonesia
mengefisiensikan biaya dari pembiayaan utang tersebut. Umumnya, utang bank lebih disukai
di struktur modal, karena menyediakan insentif yang lebih efisien untuk dipantau dan
meminimalkan biaya renegosiasi jika kualitas kredit perusahaan memburuk (Rajan & Winton,
1995). Kompetisi dan kinerja keuangan perbankan memainkan peran vital bagi perusahaan
yang struktur pendanaannya berasal dari utang bank. Memastikan kinerja perbankan nasional
dalam kondisi baik merupakan hal yang krusial karena memiliki dampak yang cukup besar
terhadap perekonomian nasional dan stabilitas keuangan.
Diego et al, (2010) dalam penelitiannya mengenai persaingan bank di wilayah negara
Timur Tengah dan Afrika bagian utara menyatakan bahwa mengukur persaingan bank
merupakan hal yang penting karena kompetisi perbankan yang lebih tinggi berpengaruh
positif terhadap harga produk perbankan yang lebih murah, peningkatan akses keuangan, dan
efisiensi bank yang lebih besar. Tingkat persaingan dapat menjadi faktor dalam memengaruhi
efisiensi produksi, kualitas produk, dan tingkat inovasi perbankan yang akhirnya mengarah
pada kemampuan bank menghasilkan keuntungan. Kompetisi bank dapat meningkatkan
aksesibilitas layanan perbankan untuk usaha kecil dan menengah pada biaya yang terjangkau.
Beberapa studi empiris menemukan bahwa persaingan perbankan meningkatkan kinerja
ekonomi secara keseluruhan (Claessens & Laeven, 2005; Liu & Mirzaei, 2013; Maudos &
Fernandez de Guevara, 2006). Dalam hal ini, kompetisi merupakan pondasi utama proses
penguatan perbankan nasional sehingga perubahan tingkat kompetisi antar bank akan
mengubah juga perilaku perbankan dalam melakukan bisnisnya.
Kompetisi dan efisiensi di sektor perbankan juga turut mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat karena berhubungan dengan harga dan kualitas dari produk perbankan serta
peningkatan inovasi pada bisnis bank (Mirzaei & Moore, 2015). Efisiensi bank dapat
digunakan untuk melihat kemampuan bank untuk menggunakan teknologi yang tersedia dan
menggabungkan input ke dalam proses produksi untuk menghsilkan output secara optimal.
Oleh sebab itu, efisiensi bank dianggap sebagai kondisi yang diperlukan bank untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efektif. Penelitian-penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa sistem perbankan yang sehat memberikan kontribusi untuk alokasi yang
efisien dari sumber ekonomi riil dan manajemen yang efisien dari kekayaan dan akumulasi
modal.
Di tengah berbagai gejolak dan kerentanan ekonomi global maupun domestik,
ketahanan industri perbankan pada 2015 masih relatif terjaga dengan tingkat profiabilitas
yang positif. Jika dilihat dari tingkat profitabilitas, perbankan Indonesia menunjukkan kinerja
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
4
Universitas Indonesia
yang tidak mengecewakan. Hal ini tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) sebesar 2,25%
turun dari 2,87% (yoy), Return on Equity (ROE) sebesar 45,91%, turun dari 47,15% (qoq),
dan Net Interest Margin (NIM) sebesar 5,23% naik dari 4,24% pada triwulan IV-2014.
Stabilnya sistem perbankan dapat tercermin melalui kondisi perbankan yang sehat dan
berfungsinya peran intermediasi perbankan. Secara keseluruhan, di tengah kerentanan
ekonomi global maupun domestik, ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko
kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terjaga. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal
(CAR) Bank Umum pada tahun 2015 sebesar 21,16% naik dari 19,77% (yoy), jauh di atas
batas ketentuan minimal 8%. Tingginya CAR industri perbankan tersebut merupakan upaya
bank dalam mengantisipasi pemenuhan aturan permodalan sesuai Basel III dan potensi risiko
yang mungkin timbul. Sementara itu, Non-performing loan (NPL) gross bank umum tahun
2015 sebesar 2,49%, naik dari 2,22% (yoy) masih jauh di bawah threshold 5%. Sebagai
tambahan, penelitian ini juga membahas mengenai pengaruh perkembangan keuangan
(financial development) yang dapat dilihat dari sisi perkembangan pasar perbankan dan pasar
modal terhadap pertumbuhan industri manufaktur.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh
kompetisi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 2. Bagaimana pengaruh
efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 3. Bagaimana pengaruh antara
profitabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 4. Bagaimana pengaruh
antara stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 5. Bagaimana pengaruh
kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor swasta terhadap pertumbuhan industri
di Indonesia?; 6. Bagaimana pengaruh kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor
industri terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 7. Bagaimana pengaruh kapitalisasi
pasar modal terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Memberikan bukti empiris pengaruh kompetisi
bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 2. Memberikan bukti empiris pengaruh
efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 3. Memberikan bukti empiris
pengaruh profitabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 4. Memberikan
bukti empiris pengaruh stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 5.
Memberikan bukti empiris pengaruh kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor
swasta terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 6. Memberikan bukti empiris pengaruh
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
5
Universitas Indonesia
kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor industri terhadap pertumbuhan industri
di Indonesia; 7. Memberikan bukti empiris pengaruh kapitalisasi pasar modal terhadap
pertumbuhan industri di Indonesia?
Tinjauan Teoritis
Kompetisi Perbankan. Menurut Kocabay (2009), kompetisi bank dapat diartikan
sebagai sebuah proses persaingan antar bank dalam memenangkan bisnis yang bertujuan
untuk meningkatkan pangsa pasar dan mendapat keuntungan yang lebih besar. Kompetisi
terbentuk karena adanya beberapa penjual (perusahaan) yang memperebutkan konsumen yang
sama sehingga menciptakan sebuah struktur pasar, lingkungan persaingan dimana pembeli
dan penjual produk beroperasi (Salvatore, 2003). Seiring dengan kemajuan perkembangan
teknologi, inovasi dalam produk dan jasa, serta aktivitas perbankan yang terus meningkat,
persaingan antar bank tidak dapat terelakkan. Oleh sebab itu, perhitungan tingkat kompetisi
merupakan hal yang penting. Persaingan antar bank bisa terjadi karena perebutan sumber daya
yang produktif, misalnya pada deposito, tabungan, dan penyaluran kredit yang merupakan
sumber pendapatan. Kompetisi nonharga antar bank dapat berbentuk hadiah atau promosi
yang ditujukan untuk merangkul nasabah sebanyak-banyaknya. Secara umum, terdapat dua
pendekatan dalam mengukur tingkat kompetisi, yaitu pendekatan struktural dan nonstruktural
(Bikker & Haaf, 2002).
Pendekatan struktural didasarkan pada literatur organisasi industri tradisional
(konvensional) yang menganut paradigma Structure – Conduct – Performance (SCP) yang
menggunakan tingkat konsentrasi pasar (market concentration) untuk menghitung kompetisi
bank. Konsentrasi pasar dapat didefinisikan sebagai share dari presentase pangsa pasar
terbesar oleh beberapa pemain (perusahaan) di suatu industri (Beck et al., 2006). Untuk
indikator kompetisi bank dengan menggunakan tingkat konsentrasi pasar, ada dua proksi dari
konsentrasi bank yang dapat digunakan, yaitu Herfindahl-Hirschman Index (HHI) dan jumlah
bank yang ada dalam suatu industri (k-bank concentration ratio) atau CRn (concentration
ratio of n banks). Pendekatan nonstruktural atau pendekatan New Empirical Industrial
Organization (NEIO) ini dikembangkan sebagai reaksi atas kekurangan pandangan
tradisional. Pendekatan ini tidak menilai perilaku bank melalui analisis struktur industri pasar,
melainkan mengukur perilaku individu bank (Bikker, 2002). Terdapat empat indikator yang
sering digunakan sebagai pengukuran kompetisi bank dengan pendekatan nonstruktural yaitu
Bresnahan-Lau Model, Panzar-Rosse Model, Boone Indicator, dan Lerner Index. Pemilihan
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
6
Universitas Indonesia
Lerner Index pada penelitian ini didasarkan pada kelebihan yang dimiliki indikator ini seperti
mampu mencerminkan degree of competitiveness dari setiap individu bank, ukuran kekuatan
pasar yang komprehensif karena mengintegrasikan biaya dan pendapatan dalam satu ukuran,
serta dapat menangkap disparitas antara harga dan biaya marjinal, yakni sejauh mana bank
dapat meningkatkan harga (price) di atas biaya marjinal (marginal cost). Rentang nilai Lerner
Index berkisar antara 0-1, di mana nilai nol menunjukkan bahwa pasar berada dalam kondisi
yang kompetitif, yaitu pasar persaingan sempurna. Sementara itu, tingkat persaingan akan
menurun jika nilai Lerner Index naik. Nilai Lerner Index sama dengan atau mendekati satu,
mengindikasikan bahwa pasar berada dalam kondisi monopoli yang menunjukkan kekuatan
pasar yang besar hanya didominasi oleh satu atau beberapa perusahaan, yang menandakan
tingkat kompetisi yang rendah.
Efisiensi Bank. Efisiensi bank merupakan salah satu indikator kinerja bank.
Muazaroh et al. (2012) mendefinisikan efisiensi sebagai kemampuan organisasi untuk
memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu atau secara minimal untuk
menghasilkan output tertentu. Sementara itu, Mirzae dan Moore (2015) mendefinisikan
efisiensi bank sebagai kemampuan bank dalam menggunakan teknologi yang tersedia untuk
menggabungkan input ke dalam proses produksi secara optimal serta mampu mengalokasikan
sumber daya yang dimiliki secara efektif. Kelangsungan operasional perbankan bergantung
pada kemampuannya dalam mempertahankan efisiensi operasional. Rasio biaya operasional
terhadap pendapatan operasional merupakan menjadi salah satu indikator kunci kinerja utama
efisiensi bank. Oleh sebab itu, rasio BOPO dipilih peneliti sebagai proksi efisiensi bank.
Profitabilitas Bank. Peran utama dari sistem perbankan adalah untuk membantu
aliran dana dari penabung ke peminjam. Namun, lembaga keuangan tetap merupakan sebuah
perusahaan yang berorientasi profit, sehingga kegiatan bisnis bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menggunakan aset
produktifnya untuk menghasilkan keuntungan. Secara umum, terdapat tiga rasio untuk
menggambarkan profitabilitas bank yaitu rasio ROA, ROE, dan NIM seperti penelitian
Mirzaei & Moore (2015). Return on Asset (ROA) dapat memberikan informasi seberapa baik
perusahaan menggunakan setiap dollar yang diinvestasikan pada aset-aset tertentu untuk
menghasilkan laba (Subramanyam et al.,2009). ROA menjadi rasio utama dan telah menjadi
ukuran yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas bank dalam berbagai
literatur (Athanasoglou et al, 2008). Atas dasar tersebut, peneliti memilih menggunakan rasio
ROA sebagai ukuran profitabilitas perusahaan.
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
7
Universitas Indonesia
Stabilitas Bank. Stabilitas bank dapat didefinisikan sebagai sehatnya kondisi
perbankan dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan simpanan
masyarakat dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha (Warjiyo, 2006).
Ketika bank stabil, lebih banyak perusahaan yang pembiayaan eksternal bersedia untuk
membangun hubungan pinjaman dengan bank (Mirzaei & Moore, 2015). Selain itu,
perusahaan memiliki insentif yang lebih sedikit untuk menjalin hubungan pinjaman dengan
bank jika menduga bahwa bank-bank tidak berada pada kondisi stabil, atau mungkin akan
bangkrut karena krisis perbankan. Argumen ini menunjukkan bahwa jika kinerja sektor
perbankan dapat mempengaruhi ekonomi riil melalui pengaruh pada penyediaan kredit bank
(Pang & Wu, 2009). Oleh sebab itu, stabilitas memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
industri. Terdapat dua indikator yang umumya digunakan sebagai proksi stabilitas bank, yaitu
dengan indeks Z-Score dan rasio Non-performing loan atau yang biasa disingkat dengan NPL
(Beck, 2008). Z-Score dapat mencerminkan risiko bank secara keseluruhan sementara itu,
NPL dapat menggambarkan stabilitas bank dari risiko kredit bermasalah yang dihadapi bank.
Peneliti menggunakan kedua nya sebagai proksi stabilitas di dalam penelitian ini.
Pertumbuhan Industri Manufaktur. Metode pengukuran yang dapat digunakan
untuk melihat produktivitas atau kinerja industri besar dan sedang menggunakan pendekatan
produksi disebut nilai tambah industri. Nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai
tambah dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input atau
nilai tambah bruto (NTB). Output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan
industri yang berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri,
keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lain. Sementara
itu, input atau biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Badan
Pusat Statistik, 2016). Pemilihan nilai tambah sebagai pengukuran produktivitas atau kinerja
industri karena konsep nilai tambah (value added) memiliki beberapa keunggulan daripada
konsep gross output seperti memberikan makna yang lebih jelas karena nilai tambah
merupakan nilai bersih yang dapat menunjukkan kemampuan suatu industri untuk
menciptakan pendapatan, baik bagi pelaku usaha, wilayah, maupun negara dan ketersediaan
data yang lebih banyak daripada metode pengukuran lainnya sehingga metode ini lebih
banyak dipakai dalam mengukur pertumbuhan di tingkat industri atau agregat.
Penelitian Terdahulu. Ketika sistem perbankan kurang kompetitif, peminjam
cenderung tidak menggunakan jasa bank karena biaya pinjaman yang lebih tinggi. Layanan
yang diberikan oleh sistem yang tidak kompetitif bisa lebih mahal dan kualitasnya lebih
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
8
Universitas Indonesia
rendah. Kesulitan perusahaan-perusahaan dalam mengakses pembiayaan perbankan dapat
memperlambat pengembangan bisnis perusahaan dan juga pertumbuhan ekonomi. D'Auria et
al. (1999) menilai biaya kredit bank untuk perusahaan-perusahaan di Italia dengan
menentukan tingkat persaingan (proksi oleh indeks Herfindahl-Hirschman) ke dalam model,
menemukan bahwa persaingan dapat menurunkan biaya pendanaan. Beck et al. (2004)
menemukan bahwa konsentrasi yang lebih besar di sektor perbankan meningkatkan hambatan
finansial, khususnya, dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang kecil.
Teori menunjukkan bahwa efisiensi di sektor perbankan memiliki dampak yang tidak
dapat diremehkan pada proses akumulasi modal. Sektor perbankan yang efisien memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan perusahaan non-keuangan melalui beberapa saluran,
misalnya, dengan memilih proyek-proyek modal yang lebih menguntungkan, kurang berisiko,
dan jangka pendek atau modal kerja (Mirzaei & Moore, 2015). Bank-bank yang lebih efisien
memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah daripada bank yang tidak efisien yang
memungkinkan perusahaan-perusahaan non-keuangan untuk tumbuh lebih cepat. Dengan
demikian, efisiensi di sektor perbankan bisa memiliki dampak positif pada pertumbuhan
industri. Lucchetti et al. (2001) menemukan bahwa efisiensi bank memang memiliki efek
independen pada pertumbuhan riil. Hasan et al. (2009) juga menemukan bahwa efisiensi biaya
yang terkait dengan sektor perbankan memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi,
menggunakan sampel lebih dari 100 negara pada periode 1996-2005. Koetter & Wedow
(2010) juga menemukan bahwa efisiensi bank sebagai ukuran kualitas keuangan memiliki
pengaruh positif meningkatkan pertumbuhan.
Bank yang memiliki profitabilitas positif, memiliki kemampuan menyalurkan kredit
yang lebih tinggi. Satria dan Subegti (2010) menguji pengaruh variabel internal bank umum
(ROA, NPL, BOPO, CAR, DPK) dan variabel eksternal bank umum (penempatan dana pada
SBI, dan market share) terhadap penyaluran kredit bank umum di Indonesia periode 2006-
2009 dengan menggunakan model regresi panel data. Hasil penelitian menunjukkan CAR,
ROA dan SBI berpengaruh signifikan terhadap penetrasi kredit investasi dan modal kerja
perbankan. Selanjutnya, studi empiris mengenai hubungan kausalitas antara perkembangan
sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan seperti King &
Levine (1993), Levine (1998), dan Rajan & Zingales (1998) memberikan dukungan terhadap
dampak positif kredit perbankan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, baik di negara
maju maupun berkembang. Secara terpisah, Demirgüç-Kunt & Maksimovic (2002) dalam
studinya menunjukkan bahwa perusahaan penerima kredit cenderung mengalami peningkatan
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
9
Universitas Indonesia
pendapatan. Sektor perbankan yang sehat juga penting untuk pertumbuhan industri
(Fernández et al, 2013). Kesehatan sistem perbankan dapat diukur dengan tingkat
profitabilitas dan stabilitas. Sektor perbankan yang memiliki profitabilitas tinggi lebih mampu
menahan guncangan atau perisitiwa yang dapat menimbulkan krisis sehingga memberikan
kontribusi untuk stabilitas (Mirzaei & Moore, 2015). Pasar keuangan, pada umumnya, dan
sistem perbankan, khususnya, memiliki insentif yang lebih besar untuk membiayai
perusahaan-perusahaan non-keuangan selama periode keuangan stabil. Peran bank yang
sangat krusial memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Ketidakstabilan seperti kebangkrutan pada satu bank dapat memberikan efek domino negatif
terhadap stabilitas sistem keuangan keseluruhan sehingga berdampak besar terhadap
perekonomian (Kocabay, 2009).
Hipotesis Penelitian
Beberapa penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya keterkaitan antara kompetisi
dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri. Menurut Mirzaei & Moore (2015) yang
melakukan penelitian di negara Qatar, menunjukkan bahwa kompetisi bank yang berinteraksi
dengan financial dependence berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
industri di negara tersebut, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cetorelli &
Gamberra (2001) yang menemukan pengaruh negatif dari bank yang terkonsentrasi (kurang
kompetitif) terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, penelitian ini berlawanan dengan Liu et
al. (2014) yang menemukan pengaruh positif bank yang semakin terkonsentrasi. Penelitian
terbaru Khan et al (2016) yang menggunakan CR5, HHI, Lerner Index dan Boone Indicator
sebagai proksi kompetisi bank menunjukkan bahwa bank yang terkonsentrasi memiliki
dampak negatif terhadap pertumbuhan industri manufaktur di negara emerging market.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:
H1 : Kompetisi bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri
manufaktur.
Mirzaei & Moore (2015) menemukan bahwa efisiensi bank yang berinteraksi dengan
financial dependence berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Lucchetti et al. (2001) yang menemukan bahwa efisiensi bank di
Italia memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan riil ekonomi. Selain itu, Hasan et al.
(2009b) dan Koetter & Wedow (2010) menemukan bukti valid pengaruh efisiensi bank pada
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
10
Universitas Indonesia
pertumbuhan ekonomi secara agregat. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kedua dalam
penelitian ini adalah:
H2 : Efisiensi bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri
manufaktur.
Dari kinerja profitabilitas bank, Mirzaei & Moore (2015) menemukan bahwa
profitabilitas bank tidak mempengaruhi pertumbuhan industri di negara Qatar. Mirzaei &
Moore (2015) berargumen bahwa hal ini disebabkan oleh fakta bahwa profitabilitas yang
tinggi bank-bank di Qatar adalah konsekuensi dari suku bunga yang lebih tinggi untuk
pinjaman di pasar perbankan yang terkonsentrasi dan biaya yang lebih tinggi dari pinjaman
mengurangi pertumbuhan industri. Studi mengenai pengaruh langsung profitabilitas terhadap
pertumbuhan industri atau ekonomi masih sangat minim. Penelitian-penelitian sebelumnya
lebih banyak membahas kredit sebagai moderasi profitabilitas terhadap pertumbuhan ekonomi
di mana, profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan jumlah kredit perbankan, sehingga
pertumbuhan ekonomi ikut meningkat (Levine, 1998 dan Rajan & Zingales, 1998).
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:
H3 : Profitabilitas bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri
manufaktur.
Hasil penelitian Mirzaei & Moore (2015) menunjukkan bahwa stabilitas bank
memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan industri di negara Qatar. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh Kocabay (2009) di mana sistem perbankan yang tidak stabil
seperti kebangkrutan pada satu bank dapat memberikan efek domino negatif terhadap
stabilitas sistem keuangan keseluruhan sehingga berdampak besar terhadap pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:
H4 : Stabilitas bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri
manufaktur.
Metode Penelitian
Populasi dari sisi variabel independen yang menggambarkan kompetisi dan kinerja
perbankan adalah seluruh bank di Indonesia. Peneliti menggunakan sampel 26 bank
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014. Pemilihan
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
11
Universitas Indonesia
sampel ini didasarkan pada kriteria pemlihan sampel yaitu bank harus terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan memiliki data langkap selama periode tersebut. Dari sisi variabel dependen,
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lapangan usaha di Indonesia selama periode 2009-
2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor industri manufaktur besar
dan sedang, yaitu perusahaan/industri yang masuk ke sektor industri manufaktur yang
mempunyai tenaga kerja 20 orang atau lebih pada tahun 2009-2014 yang disajikan menurut
KBLI 2 digit.
Model Penelitian
Dalam penelitian ini model dasar telah dikembangkan untuk meneliti pengaruh
kompetisi dan kinerja bank serta perkembangan keuangan (financial development) pada
pertumbuhan industri secara umum; yaitu, tanpa mempertimbangkan interaksi dengan
karakteristik industri financial dependence.
!"#$%&!,! = !! + !1 !"#$%#& !"#$%&'&'"(+ !! !"#$%#& !"#$%#&'()"!+ !! !"#!!"#$% !"#"$%&'"()! + !! !"#$ !"# !"#$%&!+ !5 !"#$% !" !"#$% !""#"!,!!! + !! !"#$%&'( !"##$! + !! !"#$ !"##$! + !!"
Dimana subscript i dan t masing-masing menunjukkan industri dan waktu. Peneliti
memasukkan financial development mengikuti penelitian Mirzaei & Moore (2015). Tabel 1
merangkum secara jelas definisi dan sumber data dari variabel yang digunakan di dalam
penelitian ini.
Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data dengan pendekatan fixed effect
sehingga metode regresi yang digunakan adalah Generalized Least Square (GLS). Hasil
penelitian ini sudah terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
Pembahasan
Analisis Statistik Deskriptif
Variabel Independen. Pada tabel 2, peneliti dapat menyimpulkan bahwa industri
perbankan di Indonesia selama periode 2009-2014 memiliki persaingan cukup kompetitif
karena LI memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2411. Nilai maksimum sebesar 0,2734 terjadi
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
12
Universitas Indonesia
pada tahun 2012 dan nilai minimum sebesar 0,2008 terjadi pada tahun 2009. Jika dilihat dari
individu bank, pada periode 2009-2014, Bank BRI memiliki rata-rata LI terbesar dengan nilai
0,5462, disusul oleh Bank BCA diurutan kedua dengan nilai LI 0,5338, Bank Mandiri, Bank
BNI, dan Bank Danamon masing-masing diurutan ketiga, keempat, dan kelima. Tingginya
market power dari kelima bank ini disebabkan karena kelima bank ini memiliki jumlah aset
yang besar, kantor cabang yang banyak, serta mesin ATM yang tersebar cukup luas di seluruh
pelosok negeri sehingga dapat menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.
Rasio BOPO disebut juga sebagai rasio inefisiensi karena rasio yang semakin tinggi
mencerminkan sebuah bank beroperasi semakin inefisien. Rasio BOPO dari sampel bank
memilki nilai rata-rata sebesar 82,82% selama periode 2009-2014, dengan standar deviasi
0,0304. Dari tahun 2009-2014, rasio inefisiensi perbankan di Indonesia cukup fluktuatif
dengan trend menurun. Artinya, dari tahun ke tahun, perbankan di Indonesia beroperasi
semakin efisien. Rata-rata tingkat efisiensi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan rasio
BOPO yang cukup rendah sebesar 79,25%. Sementara itu, tingkat efisiensi terendah industri
perbankan di Indonesia terjadi pada tahun 2009 sebesar 87,9%. Nilai rata-rata ROA
perbankan Indonesia selama periode 2009-2014 adalah 1,87% dengan nilai maksimum
sebesar 2,28% terjadi pada tahun 2013. Bank yang memiliki ROA tertinggi pada periode ini
adalah Bank Woori Indonesia, yang disusul oleh Bank BRI diperingkat kedua. Sementara itu,
nilai minimum dari profitabilitas perbankan Indonesia selama periode 2009-2014 adalah
1,429%. Rendahnya rasio ROA perbankan pada tahun 2009 diakibatkan oleh dampak krisis
ekonomi yang terjadi. Sejak tahun 2009 hingga 2014, rasio ROA dari 26 bank terus
mengalami peningkatan meskipun sedikit menurun di tahun 2014.
Stabilitas bank diukur dengan proksi ZSCORE dan NPL. Semakin tinggi nilai Z-
Score, bisa dikatakan bahwa bank tersebut semakin stabil. Sebaliknya, ketika rasio NPL
semakin tinggi, risiko yang dihadapi oleh bank untuk menanggung kredit macet semakin
besar, sehingga bank semakin tidak stabil. Nilai rata-rata kedua rasio tersebut secara berurutan
selama periode 2009-2014 adalah 51,28% dan 2,83%. Stabilitas tertinggi industri perbankan
terjadi pada tahun 2009 dengan nilai maksimum Z-Score sebesar 55,78%. Sementara itu,
stabilitas terendah industri perbankan terjadi pada tahun 2010 yang ditunjukkan oleh nilai
minimum Z-Score sebesar 49,43%. NPL tertinggi industri perbankan terjadi pada tahun 2010
dengan nilai maksimum NPL sebesar 4,65%. NPL tertinggi disumbang oleh Bank Pundi
Indonesia pada tahun 2010 dengan rasio NPL sebesar 50,96%. Sementara itu, NPL terendah
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
13
Universitas Indonesia
industri perbankan terjadi pada tahun 2013 yang ditunjukkan oleh nilai minimum NPL
sebesar 1,70%.
Tabel 1 Definisi dan Sumber Data Variabel Penelitian
Variabel Definisi dan Sumber Variabel Dependen
Growth i, t (Khan et al., 2016; Mirzae & Moore, 2015)
Tingkat pertumbuhan tahunan dari nilai tambah di sektor tertentu, di mana subskrip i dan t masing-masing merujuk ke industri i pada waktu t. Sumber: Badan Pusat Statistik dan hasil olahan peneliti.
Variabel Independen Financial Development
Credit provided by banking sector to private sector (Mirzaei & Moore, 2015)
Rasio total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor swasta terhadap PDB. Sumber: World Bank-World Development Indicators.
Credit provided by banking sector to industry sector
Rasio total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor industri terhadap PDB. Sumber: Laporan keuangan bank dan hasil olahan peneliti
Market Capitalization (Mirzaei & Moore, 2015)
Rata-rata kapitalisasi pasar saham seluruh perusahaan domestik yang terdaftar di bursa efek Indonesia terhadap PDB suatu negara. Sumber: World Bank-World Development Indicators.
Banking Competition Bank competition Lerner Index (Mirzaei & Moore, 2015; Khan et al., 2016)
Rata-rata indeks Lerner dari 26 bank. Indeks Lerner dihitung sebagai rasio selisih antara harga dan biaya marjinal sebagai persentase dari harga. Harga didefinisikan sebagai harga dari total aset; biaya didefinisikan sebagai biaya marjinal yang diperoleh dari fungsi translog biaya. Sumber: BankScope dan hasil perhitungan peneliti.
Banking Performance (Bank Efficiency, Profitability, and Stability)
Efficiency Cost to income ratio (Mirzaei & Moore, 2015)
Rata-rata rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 26 bank. Sumber: BankScope.
Profitability ROA (Mirzaei & Moore, 2015)
Laba sebelum pajak sebagai persentase dari rata-rata total aset, rata-rata 26 bank. Sumber: BankScope.
Stability Z-score Non-performing loan (NPL)
Rata-rata Z-score dari 26 bank, yang diukur sebagai ROA ditambah CAR terhadap volatilitas (standar deviasi) ROA. Volatilitas yang diambil berdasarkan ROA tiga tahun. Sumber: BankScope dan hasil perhitungan peneliti. Rata-rata rasio kredit bermasalah (NPL gross) dari 26 bank terhadap total kredit. Sumber: Bankscope
Variabel Kontrol Real GDP growth (Mirzaei & Moore, 2015)
Pertumbuhan riil PDB atau pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan. Sumber: Badan Pusat Statistik
Share in value added i, t-1 (Mirzae & Moore, 2015)
Nilai tambah dari setiap industri sebagai persentase dari total nilai tambah dari seluruh sektor pada setiap tahun. Lag satu tahun (t-1) pada share nilai tambah digunakan untuk menangkap kemungkinan efek "konvergensi" pada tingkat sektoral karena sektor yang memiliki share yang besar dalam industri biasanya tumbuh lebih lambat. Mirzaei & Moore (2015) beralasan bahwa sektor yang telah
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
14
Universitas Indonesia
tumbuh tinggi dalam siklus hidup mereka di masa lalu, tidak mungkin terus tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi di masa depan. Sumber: Badan Pusat Statistik dan hasil olahan peneliti.
Variabel Dependen. Variabel dependen yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan (GROWTH) sebagai indikator pertumbuhan nilai tambah
industri. Growth didapatkan dari selisih nilai tambah tahun t dengan nilai tambah tahun
sebelumnya (t-1) terhadap nilai tambah tahun sebelumnya. Growth yang semakin tinggi dapat
mencerminkan sebuah perusahaan menghasilkan output yang semakin tinggi dan beroperasi
lebih efisien. tabel 2 menunjukkan bahwa variabel dependen GROWTH pada sampel
penelitian memiliki nilai mean sebesar 0,1566 atau 15,66% dengan standar deviasi sebesar
0,2458. Artinya, selama periode 2009-2014, rata-rata sektor industri manufaktur mencatatkan
pertumbuhan sebesar 15,66%, Selain itu, nilai maksimum dan minimum untuk GROWTH
masing-masing sebesar 1,0706 dan -0,5553. GROWTH tertinggi sebesar 1,0706 dimiliki oleh
sektor industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi pada tahun 2013.
Artinya, pertumbuhan industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi sebesar
107,06%. Pertumbuhan ini sangat tinggi. Berdasarkan laporan dari Asosiasi Pertambangan
Batubara Indonesia (APBI) dan Kementerian ESDM, produksi batubara di Indonesia memang
meningkat sangat tajam dari 412 juta ton di tahun 2012 menjadi 474 juta ton di tahun 2013.
Peningkatan ini terjadi karena permintaan terhadap batubara di pasar global meningkat,
mengingat 27% dari total output energi dunia dan lebih dari 39% dari seluruh listrik
dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara. Sementara itu, GROWTH terendah
sebesar -0,5553 dimiliki oleh sektor industri Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat
Tradisional pada tahun 2012.
Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif
Mean Maximum Minimum Std. Dev. Obs. GROWTH 0,156612 1,070000 -0,555265 0,245845 144
CRED_PRIV 0,285553 0,329435 0,243565 0,034135 144
CRED_INDS 0,035802 0,042225 0,029597 0,004752 144
MARKET_CAP 0,438829 0,477276 0,379906 0,037992 144
LI 0,241098 0,273436 0,200765 0,026046 144
BOPO 0,828260 0,879077 0,792486 0,030407 144
ROA 0,018723 0,022840 0,014296 0,003365 144
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
15
Universitas Indonesia
ZSCORE 0,512855 0,557805 0,494321 0,020900 144
NPL 0,028314 0,046469 0,017043 0,010649 144
REAL_GDP 0,056333 0,064000 0,046000 0,006495 144
SIVA 0,043605 0,255348 0,001473 0,043149 144
Tabel 3 Hasil Uji Regresi
!"#$%&!,! = !! + !1 !"#$%#& !"#$%&'&'"(! + !! !"#$%#& !"#$%#&'()"!+ !! !"#$#%"$& !"#"$%&'"()! + !! !"#$ !"# !"#$%&!+ !5 !"#$% !" !"#$% !""#"!,!!! + !! !"#$%&'( !"##$! + !! !"#$ !"##$! + !!"
SCORE Variabel Hipotesis Ekspektasi Koefisien Signifikansi Hasil Uji Hipotesis
LI H1 + 1,7080 0,019** (-) Signifikan BOPO H2 + -1,6644 0,019** (+) Signifikan ROA H3 + 11,5103 0,043** (+) Signifikan ZSCORE H4 + -3,4048 0,021** (-) Signifikan NPL H4 + -3,9941 0,020** (+) Signifikan CRED_PRIV + 1,6914 0,002*** (+) Signifikan CRED_INDS + 12,006 0,003*** (+) Signifikan MARKET_CAP Tidak signifikan -0,6725 0,218 Tidak signifikan
***signifikan pada level α = 1% (one tailed test) **signifikan pada level α = 5% (one tailed test) *signifikan pada level α = 10% (one tailed test)
Pengaruh Kompetisi Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 1
ditujukan untuk melihat pengaruh kompetisi bank terhadap pertumbuhan industri. Proksi yang
digunakan sebagai indikator kompetisi, yaitu Lerner Index (LI). Hasil regresi pada tabel 3
menunjukkan bahwa LI, yang mencerminkan market power dari sebuah bank berpengaruh
signifikan positif terhadap pertumbuhan industri pada tingkat signifikansi 5%. Lerner Index
sebuah bank mencerminkan market power dari masing-masing bank dalam menetapkan harga
jual aset nya. Contohnya adalah penetapan bunga pinjaman yang lebih tinggi dari marginal
cost nya. Untuk memperoleh tingkat persaingan perbankan secara keseluruhan dengan
menggunakan Lerner Index dalam satu periode, dapat dilihat dari rata-rata Lerner Index
semua bank (sesuai dengan sampel penelitian) yang ada pada periode tersebut. Koefisien LI
bertanda positif mengimplikasikan bahwa sektor industri yang mengandalkan pembiayaan
eksternal pada bank bisa tumbuh lebih cepat atau diuntungkan jika bank memiliki market
power yang semakin tinggi (kompetisi perbankan semakin rendah).
Jika ditelusuri lebih jauh, terdapat 5 bank dengan nilai LI jauh di atas nilai rata-rata.
Bank-bank tersebut adalah Bank BRI dengan nilai LI terbesar yaitu 0,5462, Bank BCA di
urutan kedua dengan nilai LI 0,5338, urutan ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut diisi
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
16
Universitas Indonesia
oleh Bank Mandiri dengan nilai LI 0,5077, Bank BNI dengan nilai LI 0,4787, dan Bank
Danamon dengan nilai LI 0,4201. Jika dilihat dari komposisi modal, kelima bank ini masuk
ke dalam 10 bank dengan aset terbesar. Nilai LI yang tinggi mengimplikasikan bank-bank ini
memiliki market power yang lebih besar daripada bank-bank lain. Market power yang tinggi
bisa disebabkan oleh pendapatan bunga dan non bunga bank yang lebih tinggi jauh di atas
biaya marjinalnya. Selain itu, dengan modal aset yang besar, kelima bank tersebut mampu
beroperasi lebih efisien sehingga biaya marjinalnya menurun. Jika dilihat dari sisi pendapatan,
di mana sumber pendapatan bank berasal dari bunga kredit yang disalurkannya, kelima bank
ini masuk ke dalam kategori bank yang memberikan kredit terbesar kepada sektor industri.
Perlu diketahui, kredit yang disalurkan ke sektor industri memiliki pengaruh signifikan positif
terhadap pertumbuhan industri. Atas penjelasan inilah mengapa tingkat kompetisi yang
kurang kompetitif memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan industri. Dapat
disimpulkan, hasil penelitian ini mendukung Liu et al. (2014), namun bertentangan dengan
hasil penelitian Mirzaei & Moore (2015), Khan et al. (2016), dan Cetorelli & Gamberra
(2001) yang menyatakan bahwa market power yang semakin tinggi (industri perbankan
semakin kurang kompetitif) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri.
Pengaruh Efisiensi Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 2
ditujukan untuk melihat pengaruh efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri. Proksi yang
digunakan sebagai indikator efisiensi adalah rasio BOPO. Hasil regresi pada tabel 3
menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri
pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien BOPO bertanda negatif mengimplikasikan bahwa
sektor industri yang mengandalkan pembiayaan eksternal pada bank akan tumbuh lebih cepat
jika bank beroperasi semakin efisien. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, bank-bank
yang lebih efisien memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah daripada bank-bank yang
beroperasi kurang atau tidak efisien sehingga memungkinkan perusahaan-perusahaan non-
keuangan yang bergenatung secara finansial kepada bank untuk tumbuh lebih cepat. Rata-rata
rasio BOPO terendah selama periode 2009-2014, dimiliki oleh Bank BCA sebesar 63,37%,
Bank Mandiri 65,81%, dan Bank BRI 66,84%. Dengan efisiensi tersebut, ketiga bank mampu
memberikan suku bunga kredit yang cukup kompetitif dibandingkan dengan bank-bank lain.
Sebagai contoh, pada tahun 2014, rata-rata suku bunga kredit ke sektor korporasi mencapai
11,87%. Ketiga bank ini mampu memberikan suku bunga pinjaman di bawah angka rata-rata
tersebut. Hal yang serupa terjadi pada suku bunga kredit untuk sektor ritel. Pada tahun 2014,
rata-rata suku bunga kredit ritel mencapai 13,04%. Namun suku bunga kredit ketiga bank
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
17
Universitas Indonesia
tersebut kepada sektor ritel jauh di bawah angka tersebut. Suku bunga kredit yang kompetitif
ini menjadi salah satu penyebab penyaluran kredit oleh ketiga bank ini cukup besar. Dapat
disimpulkan, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Lucchetti et al. (2001), Koetter
& Wedow (2010), dan Mirzaei & Moore (2015).
Pengaruh Profitabilitas Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian
Hipotesis 3 ditujukan untuk melihat pengaruh profitabilitas bank terhadap pertumbuhan
industri. Proksi yang digunakan sebagai indikator profitabilitas yaitu ROA. Hasil regresi pada
tabel 3 menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan
industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien ROA bertanda positif mengimplikasikan
bahwa sektor industri yang mengandalkan pembiayaan eksternal pada bank akan tumbuh
lebih cepat jika bank menghasilkan net income yang lebih tinggi atau memiliki rasio ROA
yang semakin tinggi. Rasio ROA yang tinggi dapat disebabkan karena manajemen bank
mampu menghasilkan pendapatan bunga dan non-bunga yang lebih tinggi dengan aset yang
ada. Pendapatan bunga yang lebih tinggi bisa diperoleh bank dari penempatan di Bank
Indonesia, penempatan di bank lain, investasi surat berharga, kredit yang disalurkan, dan
lainnya. Sumber pendapatan operasional utama perbankan berasal dari pendapatan bunga atas
kredit yang disalurkan.
Pengaruh Stabilitas Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 4
ditujukan untuk melihat pengaruh stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri. Ada dua
proksi yang digunakan sebagai indikator stabilitas, yaitu Z-Score (ZSCORE) dan NPL. Hasil
regresi pada tabel 3 menunjukkan bahwa ZSCORE yang dapat mencerminkan stabilitas bank
dalam hal modal dan pendapatan, berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan
industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien ZSCORE bertanda negatif tidak serta merta
mengindikasikan bahwa bank yang semakin stabil akan menurunkan pertumbuhan sektor
industri yang bergantung secara finansial kepada bank. Komponen penyusun ZSCORE adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM),
ROA, dan standar deviasi dari ROA. Standar deviasi ROA dari 26 Bank selama periode 2009-
2014 cukup tinggi yaitu mencapai 0,6624. Menurut penelitian Wibowo (2016), standar
deviasi ROA dari perbankan Indonesia lebih dari dua kali standar deviasi ROA perbankan
Malaysia sehingga dengan kata lain, fluktuasi ROA perbankan Indonesia masih tinggi dan
mencerminkan stabilitas yang rendah. Meskipun tingkat permodalan perbankan relatif tinggi
dan stabil jauh di atas persyaratan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) Bank
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
18
Universitas Indonesia
Indonesia, berdasarkan tinjauan teoritis, modal bank tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap pertumbuhan industri.
Hasil regresi pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan
negatif terhadap pertumbuhan industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien NPL bertanda
negatif mengimplikasikan bahwa jika bank memiliki NPL yang semakin tinggi, akan
memperlambat pertumbuhan sektor industri yang bergantung secara finansial kepada bank.
Rasio NPL yang semakin tinggi akan membatasi bank untuk memberikan kredit kepada
sektor riil sebagai langkah antisipasi untuk mencegah rasio NPL semakin tinggi. Dari hasil
statistik deskriptif, rata-rata NPL dari 26 bank mencapai 2,83%, masih berada di bawah batas
NPL 5% yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis terhadap model penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kompetisi bank berpengaruh signifikan negatif
terhadap pertumbuhan industri; 2. Efisiensi bank berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan industri; 3. Profitabilitas bank berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan industri; 4. Stabilitas bank berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan industri; 5. Kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor swasta
berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri; 6. Kredit yang disalurkan
oleh sektor perbankan ke sektor industri berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan industri; 7. Kapitalisasi pasar modal tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan industri.
Saran Penelitian Selanjutnya
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan di antaranya:
1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini hanya industri manufaktur di
Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas cakupan ruang
lingkup penelitian, tidak hanya industri manufaktur dan negara Indonesia saja.
2. Penelitian ini hanya menggunakan 26 bank sebagai sampel bank, sehingga kompetisi
dan kinerja bank sebenarnya hanya merepresentasikan dengan tepat ke-26 bank
tersebut. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah bank.
3. Penelitian ini belum menggunakan variabel moderasi financial dependence. Peneliti
berharap penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel moderasi tersebut yang
secara teori memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan industri.
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
19
Universitas Indonesia
4. Penulis mengukur variabel kompetisi perbankan hanya dengan menggunakan Lerner
Index. Diharapkan, penelitian selanjutnya menggunakan proksi tambahan yang dapat
menggambarkan kompetisi perbankan dengan pendekatan struktural dan non-
struktural.
Daftar Referensi
Anzoategui, D., Martinez, P., Maria, S., and Rocha, R.R. (2010) "Bank Competition in the Middle East and
Northern Africa Region," Review of Middle East Economics and Finance: Vol. 6: No. 2, Article 2. Arsyad, Lincoln. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN Beck, T. (2008). Bank Competition and Financial Stability: Friends or Foes? Policy Research Working Paper. Beck, T., Demirguc-Kunt, A., & Maksimovic, V. (2004). Bank competition and access to finance: International
evidence. Journal of Money Credit and Banking, 36, 627–648. Bikker, J., & Haaf, K. (2002). Competition, concentration and their relationship: An empirical analysis of the
banking industry. Journal of Banking & Finance. Biro Perencanaan. (2016). Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Perindustrian. Cetorelli, N. (2004). Real effects of bank competition. Journal of Money Credit and Banking, 36(3), 543–558. de Rozas, Luis Guitierrez. (2007). Testing for the Competition in the Spanish Banking Industry: the Pazar-Rosse
Approach Revisited. Madrid: The Working Paper Series, Banco de Espana. Demirguc-Kunt, A., Levine, R. (1999). Bank-based and market-based financial systems: cross-country
comparisons. Research Working Paper. Demirgüç-Kunt, A., & Maksimovic, V. (2002) “Funding growth in bank-based and marketbased financial
system: Evidence from firm-level data” Journal of Financial Economics, 65, 337-363. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. (2015). Laporan Profil Industri Perbankan
(LPIP). Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. (2016). Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau
dari Penyaluran Kredit Perbankan Kepada Sektor Prioritas Ekonomi Pemerintah. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
D’Auria, C., Foglia, A., & Reedtz, P. (1999). Bank interest rates and credit relationships in Italy. Journal of Banking and Finance, 23(7), 1067–1093.
Fosu, Samuel. (2013). Capital structure, product market competition and firm performance: Evidence from South Africa. Working Paper No. 13/11 May 2013.
Fu, X., Lin, Y., Molyneux, P. (2014). Bank competition and financial stability in Asia Pacific. Journal of Bank. Finance ,38, 64–77.
Fungacova, Z., Solanko, L., Weill, L. (2014). Does competition influence the bank lending channel in the Euro area? Journal of Bank. Finance, 49, 356–366.
Hasan, I., Koetter, M., Lensink, R., & Meesters, A. (2009). Bank efficiency, financial depth, and economic growth. Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1475415.
Jacob, Jojo. (2005). Late Industrialization and Structural Change: Indonesia, 1975-2000. Oxford Development Studies, Vol. 33. No. 3&4. September-December 2005.
Khan, Habib Hussain., Ahmad, Rubi Binit., and Gee, Chan Sok. (2016). Market Structure, Financial Dependence, and Industrial Growth: Evidence from the Banking Industry in Emerging Asian Economies. Journal of PLOS ONE.
King, R. G., & Levine, R. (1993). Finance and growth: Schumpeter might be right. Quarterly Journal of Economics, 108(August (3)), 713–737.
Kocabay, S. (2009). Bank Competition and Banking System Stability: Evidence From Turkey. Thesis of Middle East Technical University.
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
20
Universitas Indonesia
Koetter, Michael., Inklaar, Robert. (2008). Financial dependence and industry growth in Europe: Better banks and higher productivity.
Laeven, L., & Levine, R. (2009). Bank governance, regulation and risk taking. Journal of Financial Economics, 93(2), 259–275.
Liu, G., Mirzaei, A., & Vandoros, S. (2014). The impact of bank competition and concentration on industrial growth. Economics Letters, 124(1), 60–63.
Lucchetti, R., Papi, L., & Zazzaro, A. (2001). Bank’s inefficiency and economic growth: A micro–macro approach. Scottish Journal of Political Economy, 48, 400–424.
Maudos, J., & Fernandez de Guevara, J. (2006). Banking competition, financial dependence and economic growth. MPRA Paper 15254, University Library of Munich, Germany., revised 2006.
Mirzaei, A., Moore, T., & Liu, G. (2013). Does market structure matter on banks’ profitability and stability? Emerging vs. advanced economies. Journal of Banking & Finance, 37(8), 2920–2937.
Mirzaei, A., & Moore, T. (2015). Banking performance and industry growth in an oil-rich economy: Evidence from Qatar. The Quarterly Review of Economics and Finance, 60 (2016), 58–69.
Muazaroh, Eduardus, T., Husnan, S., Hanafi., M.M. (2012). Determinants Of Bank Profit Efficiency: Evidence From Indonesia. International Journal Of Economics And Finance Studies. Vol 4, No 2, 2012 Issn: 1309-8055.
Murty, K.S., Sailaja, K. and Demissie, W.M. (2012). The Long-Run Impact of Bank Credit on Economic Growth In Ethiopia: Evidence from Johansen’s Multivariate Co-Integration Approach, European Journal of Business and Management, Vol. 4, No. 14.
Myers, S.C., and Majluf, N. (1984). Corporate financing and investment decisions when firms have information that investors do not have. Journal of Financial Economics, 13, 187-221.
Pang, J., & Wu, H. (2009). Financial markets, financial dependence, and the allocation of capital. Journal of Banking & Finance, 33(5), 810–818.
Rajan, R., Winton, A. (1995). Covenants and collateral as incentives to monitor. Journal of Finance 50, 1113–1146.
Rajan, R., & Zingales, L. (1998). Financial dependence and growth. American Economic Review, 88, 559–587. Salvatore, D. (2003). Microeconomics : theory and applications. New York : Oxford University Press. Satria, D., dan Subegti, R.B. (2010). Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia Periode 2006-
2009. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vo.14, No.3. Szirmai, Adam. (2012). Industrialisation as an engine of growth in developing countries, 1950-2005. Structural
Change and Economic Dynamics, 23 (2012), 406–420. Warjiyo, Perry. (2006). Stabilitas Sistem Perbankan Dan Kebijakan Moneter. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia. Wibowo, Buddi. (2016). Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan:
Analisis Per Kelompok Bank di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, 15(2), 2016, 172-195.
Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
top related