pengaruh leverage profitabilitas, dan ukuran …
Post on 02-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 70
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
Dosen STIE Mura Prodi Akuntansi, Mahasiswa STIE Prodi akuntansi
ABSTRACT
This research was conducted for analyzing the factors that affect the disclosure of
Islamic Social Reporting Index (ISR) on Sharia in Indonesia, analyze the data
carried on the annual report of 7 Sharia in the year 2012 to 2014, while the
factors that affect disclosue ISR index is leverage, profitability, and the size of the
company, the results of this study are expected to Sharia in order to apply the
principles of Islam in full disclosure with a more comprehensive way. The
sampling technique used is sampling considerations, obtained a sample of 7
Sharia in Indonesia. Data analysis technique used is multiple linear regression
and hypothesis testing using t-statistic to test coefficient and a similar partial f-
statistic to examine the effect together with significant levels of 0:05 or 5%. The
researcher also test the classical assumption of normality test, multikolonearitas,
test and test heterokedastisitas autokolerasi. The results of this research show that
leverage, profitability and firm size effect silmultan or jointly against Islamic
Social Reporting Index (ISR). While partially or individual which is leverage and
profitability does not affect the Islamic Social Reporting index (Index ISR).
Keywords: Sharia, Leverage, profitability and company size, Islamic Social
Reporting Index
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menganlisa faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan Islamic Social Reporting Index (Indeks ISR) pada Unit Usaha
Syariah di Indonesia, menganalisis data dilakukan terhadap laporan tahunan dari 7
Unit Usaha Syariah pada tahun 2012-2014, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan indeks ISR adalah leverage, profitabilitas, dan
ukuran perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan kepada Unit Usaha Syariah
agar dapat menerapkan prinsip Islam dalam pengungkapan penuh dengan cara
yang lebih komprehensif. Teknik sampling yang digunakan yaitu sampling
pertimbangan, diperoleh sampel sebanyak 7 Unit Usaha Syariah di Indonesia.
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji
hipotesis mengunakan t-statistik untuk menguji koefisien parsial setara dan f-
statistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat
signifikan 0.05 atau 5%. Selain itu dilakukan juga uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji normalitas, uji multikolonearitas, uji heterokedastisitas dan uji
autokolerasi. Hasil peneltian ini menunjukan bahwa faktor leverage, profitabilitas
dan ukuran perusahaan berpengaruh secara silmultan atau bersama-sama terhadap
Islamic Social Reporting Index (Indeks ISR). Sedangkan secara parsial atau
individu yaitu faktor leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Islamic Social Reporting index ( Indeks ISR).
Kata Kunci : Unit Usaha Syariah, Leverage, profitabilitas dan Ukuran
Perusahaan, Islamic Social Reporting Index
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 71
PENDAHULUAN
Sebuah kenyataan bahwa
hadirnya perusahaan di suatu
lingkungan akan membawa dampak
positif dan negatif bagi lingkungan
tersebut. Beberapa dampak positif,
seperti : memberikan kesempatan
kerja, menyediakan barang yang
dibutuhkan masyarakat untuk
dikonsumsi, membayar pajak,
memberi sumbangan, dan lain-lain.
Namun, beberapa kasus berskala
nasional maupun internasional,
seperti: global warming, polusi
udara, keracunan, kebisingan,
diskriminasi, pemaksaan, produksi
makanan haram, radiasi serta
munculnya berbagai penyakit
mematikan akibat infeksi bahan
kimia dari industrialisasi adalah
sederetan exessnegative externalities
industrialisasi (Harahap,2001, dalam
Gustani ,2013)
Mengingat masyarakat adalah
pihak yang tidak memperoleh kontra
prestasi langsung dari industrialisasi.
Gema corporate social responsibility
(CSR) nampaknya menjadi salah satu
alternatif yang banyak
dikembangkan perusahaan untuk
membagi tanggung jawab
perusahaan terhadap berbagai exess
negative externalities industrialisasi
CSR juga dapat dijadikan sebagai
strategi keberpihakan perusahaan
terhadap masyarakat dan lingkungan,
serta wahana menjaga dan
melakukan upaya-upaya prefentif
dan represif terhadap kemungkinan
munculnya dampak negatif
industrialisasi.
Saat ini CSR bukan lagi
wacana baru dalam dunia bisnis saat
ini. Kinerja sosial sebuah perusahaan
telah menjadi perhatian dari kalangan
pemerintah, aktivis, media,
pemimpin masyarakat, karyawan
perusahaan hingga para akademisi.
Fenomena ini menandakan bahwa
CSR merupakan hal penting dalam
aktivitas perusahaan. Dunia usaha
tidak lagi hanya memperhatikan
catatan keuangan semata (single
bottom line), melainkan juga
menjadikan aspek sosial dan
lingkungan sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari agenda
perusahaan. Sinergi antara aspek
keuangan, sosial, dan lingkungan
yang biasa disebut triple bottom line.
Corporate Social
Responsibility (CSR) menjadi
tuntutan tak terelakan seiring dengan
bermunculnya tuntutan komunitas
terhadap korporat. Korporat sadar
bahwa keberhasilannya dalam
mencapai tujuan bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor internal
melainkan juga oleh komunitas yang
ada disekililingnya. Ini artinya, telah
terjadi pergeseran hubungan antara
korporat dan komunitas. Korporat
yang semula memposisikan diri
sebagai pemberi donasi melalui
kegiatan charity dan phylantoraphy,
kini memposisikan komunitas
sebagai mitra yang turut andil dalam
kelangsungan eksetensi korporat.
Bila dilihat dalam perspektif
syariah, CSR sudah ada dalam ajaran
islam. Syafi’i et. al ( 2006 )
menyebutkan bahwa berbicara bisnis
dan ekonomi dalam islam, pada
dasarnya Islam memandang bahwa
bumi dan segala isinya merupakan
“amanah” dari Allah kepada manusia
sebagai khalifa dimuka bumi ini,
untuk dipergunakan sebesar-besarnya
bagi kesejahteraan umat manusia.
Salah satu jenis bisnis yang
menjalankan usahanya dengan
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam
adalah bank syariah yang didalamnya
juga terdapat Unit Usaha Syariah.
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 72
Berdasarkan Bank Indonesia dalam
statistik perbankan syariah sampai
bulan juni 2015, Bank Umum
Syariah (BUS) berjumlah 12, Unit
Usaha Syariah (UUS) berjumlah 22,
dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) berjumlah 161.
Menurut konsep etika dalam
Islam tersebut terbentuk akuntabilitas
dalam perspektif ekonomi Islam
yaitu pelaporan tanggung jawab
sosial perusahaan sesuai dengan
prinsip syariah. Dalam ekonomi
konvensional, pelaporan tanggung
jawab sosial dikenal sebagai
perpanjangan dari sistem pelaporan
keuangan yang merefleksikan
ekspektasi sosial yang lebih luas
sehubungan dengan peran
masyarakat dalam ekonomi atau
kegiatan bisnis perusahaan.
IslamicSocial Reporting
(ISR) menggunakan prinsip syariah
sebagai landasan dasarnya. Prinsip
syariah dalam ISR menghasilkan
aspek-aspek material, moral, dan
spiritual yang menjadi fokus utama
dari pelaporan sosial perusahaan.
Islamic Social Reporting (ISR)
merupakan perluasan dari pelaporan
sosial yang tidak hanya berupa
keinginan besar dari seluruh
masyarakat terhadap peranan
perusahaan dalam ekonomi
melainkan berkaitan dengan
perspektif spiritual (Haniffa,2002).
ISR adalah standar pelaporan
kinerja sosial perusahaan-perusahaan
yang berbasis syariah. Indeks ini
lahir dikembangkan dengan dasar
dari standar pelaporan berdasarkan
AAOIFI yang kemudian
dikembangkan oleh masing-masing
peneliti berikutnya. Secara khusus
indeks ini adalah perluasan dari
standar pelaporan kinerja sosial yang
meliputi harapan masyarakat tidak
hanya mengenai peran perusahaan
dalam perekonomian, tetapi juga
peran perusahaan dalam perspektif
spiritual. Selain itu indeks ini juga
menekankan pada keadilan sosial
terkait mengenai lingkungan, hak
minoritas, dan karyawan (Fitria dan
Hartati, 2010).
LANDASAN TEORI
Pengungkapan (Disclosure)
Secara umum, pengungkapan
adalah konsep, metoda, dan media
tentang bagaimana informasi
akuntansi disampaikan kepada pihak
yang berkepentingan. Statement
keuangan dasar dan penyajian
informasi selain statemen keuangan
merupakan bentuk pengungkapan
informasi. Dalam arti sempit,
pengungkapan berarti penyampaian
informasi relevan selain melalui
statemen keuangan termasuk
penyampaian sarana interpretif.
Artinya, pengungkapan adalah
pengungkapan secara kuantitatif,
kualitatif, atau deskriptif lebih dari
apa yang telah termuat dalam
statement keuangan pokok sebagai
ciri central pelaporan keuangan,
Choi, Frederick D.S dan Meek, Gary
K. (2012).
Corporate Social Responbility
Pengertian Corporate Social
Responbility
CSR (Program Corporate
Social Reponsibility) adalah bentuk
pertanggungjawaban perusahaan
terhadap lingkungan sekitar,
sederhananya bahwa setiap bentuk
perusahaan mempunyai
tanggungjawab untuk
mengembangkan lingkungan
sekitarnya melalui program-program
social, yang ditekankan adalah
program pendidikan dan lingkungan.
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 73
Keuntungan CSR bagi perusahaan
Dalam sebuah perusahaan
ada beberapa keuntungan CSR,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Layak Mendapatkan sosial licence
to operate
b. Mereduksi Resiko Bisnis
Perusahaan
c. Melebarkan Akses Sumber Daya
d. Membentangkan Akses Menuju
Market
e. Mereduksi Biaya
f. Memperbaiki Hubungan dengan
Stakehoder
g. Memperbaiki Hubungan dengan
Regulator
h. Meningkatkan semangat dan
produktivitas karyawan
i. Peluang Mendapatkan
Penghargaan
Manfaat CSR bagi masyarakat
CSR memiliki fungsi atau
peran strategis bagi perusahaan, yaitu
sebagai bagian dari manajemen
risiko khususnya dalam membentuk
katup pengaman sosial (social
security). Selain itu melalui CSR
perusahaan juga dapat membangun
reputasinya, seperti meningkatkan
citra perusahaan maupun pemegang
sahamnya, posisi merek perusahaan,
maupun bidang usaha perusahaan.
Keputusan manajemen
perusahaan untuk melaksanakan
program-program CSR secara
berkelanjutan, pada dasarnya
merupakan keputusan yang rasional.
Sebab implementasi program-
program CSR akan menimbulkan
efek lingkaran emas yang akan
dinikmati oleh perusahaan dan
seluruh stakeholder-nya. Melalui
CSR, kesejahteraan dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat lokal
maupun masyarakat luas akan lebih
terjamin. Kondisi ini pada gilirannya
akan menjamin kelancaran seluruh
proses atau aktivitas produksi
perusahaan serta pemasaran hasil-
hasil produksi perusahaan.
Sedangkan terjaganya kelestarian
lingkungan dan alam selain
menjamin kelancaran proses
produksi juga menjamin ketersediaan
pasokan bahan baku produksi yang
diambil dari alam.
Bisnis Syariah ( Usaha Syariah )
Pengertian Bisnis Syariah
Menurut Syafi’I Antonio,
syariah mempunyai keunikan
tersendiri, Syariah tidak saja
komprehensif, tetapi juga universal.
Universal bermakna bahwa syariah
dapat diterapkan dalam setiap waktu
dan tempat oleh setiap manusia.
Keuniversalan ini terutama pada
bidang sosial (ekonomi) yang tidak
membeda-bedakan antara kalangan
Muslim dan non-Muslim. (Syariah
Marketing, Hal. 169).
Prinsip Dasar Dan Etika Dalam
Bisnis Syari’ah
Ada empat prinsip (aksioma)
dalam ilmu ikonomi Islam yang
mesti diterapkan dalam bisnis
syari’ah, yaitu: Tauhid
(Unity/kesatuan), Keseimbangan
atau kesejajaran (Equilibrium),
Kehendak Bebas (Free Will), dan
Tanggung Jawab (Responsibility).
Etika Bisnis Syari’ah
Etika dipahami sebagai
seperangkat prinsip yang mengatur
hidup manusia (a code or set of
principles which people live).
Perbedaan etika bisnis syariah
dengan etika bisnis yang selama ini
dipahami dalam kajian ekonomi
terletak pada landasan tauhid dan
orientasi jangka panjang (akhirat).
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 74
Prinsip ini dipastikan lebih mengikat
dan tegas sanksinya. Etika bisnis
syariah memiliki dua cakupan.
Pertama, cakupan internal, yang
berarti perusahaan memiliki
manajemen internal yang
memperhatikan aspek kesejahteraan
karyawan, perlakuan yang
manusiawi dan tidak diskriminatif
plus pendidikan. Sedangkan kedua,
cakupan eksternal meliputi aspek
trasparansi, akuntabilitas, kejujuran
dan tanggung jawab. Demikian pula
kesediaan perusahaan untuk
memperhatikan aspek lingkungan
dan masyarakat sebagai stakeholder
perusahaan.
Ciri Khas Bisnis Syari’ah
Bisnis syariah merupakan
implementasi/perwujudan dari aturan
syari’at Allah. Sebenarnya bentuk
bisnis syari’ah tidak jauh beda
dengan bisnis pada umumnya, yaitu
upaya memproduksi/mengusahakan
barang dan jasa guna memenuhi
kebutuhan konsumen. Namun aspek
syariah inilah yang membedakannya
dengan bisnis pada umumnya.
Sehingga bisnis syariah selain
mengusahakan bisnis pada
umumnya, juga menjalankan syariat
dan perintah Allah dalam hal
bermuamalah. Untuk membedakan
antara bisnis syariah dan yang bukan,
maka kita dapat mengetahuinya
melalui ciri dan karakter dari bisnis
syariah yang memiliki keunikan dan
ciri tersendiri. Beberapa ciri itu
antara lain:
a. Selalu Berpijak Pada Nilai-Nilai
Ruhiyah.
b. Memiliki Pemahaman Terhadap
Bisnis yang Halal dan Haram.
c. Benar Secara Syar’iy Dalam
Implementasi.
d. Berorientasi Pada Hasil Dunia dan
Akhirat.
e. kebahagiaan abadi di yaumil
akhir.
Lembaga Bisnis Syariah
Secara umum lembaga bisnis
syariah masih sebatas pada lembaga
keuangan. Namun kini lembaga
bisnis syariah sudah mencakup pada
perhotelan dan usaha sector riil.
Lembaga bisnis dapat dikategorikan
dalam lembaga bisnis syariah apabila
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Memproduksi barang yang halal
2. Tidak melakukan transaksi yang
bertentangan dengan syariat
3. Mendapatkan modal (kerjasama)
dengan cara-cara yang sah
menurut Islam.
4. Terdapat pengawas syariah pada
perusahaan tersebut.
Islamic Social Reporting ( ISR )
ISR adalah standar pelaporan
kinerja sosial perusahaan-perusahaan
yang berbasis syariah. Indeks ini
lahir dikembangkan dengan dasar
dari standar pelaporan berdasarkan
AAOIFI yang kemudian
dikembangkan oleh masing-masing
peneliti berikutnya. Secara khusus
indeks ini adalah perluasan dari
standar pelaporan kinerja sosial yang
meliputi harapan masyarakat tidak
hanya mengenai peran perusahaan
dalam perekonomian, tetapi juga
peran perusahaan dalam perspektif
spiritual. Selain itu indeks ini juga
menekankan pada keadilan sosial
terkait mengenai lingkungan, hak
minoritas, dan karyawan (Fitria dan
Hartati, 2010).
Indeks ISR
Indeks ISR adalah item-item
pengungkapan yang digunakan
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 75
sebagai indikator dalam pelaporan
kinerja sosial institusi bisnis syariah.
Haniffa (2002) membuat lima tema
pengungkapan Indeks ISR, yaitu
Tema Pendanaan dan Investasi,
Tema Produk dan Jasa, Tema
Karyawa, Tema Masyarakat, dan
Tema Lingkungan Hidup. Kemudian
dikembangkan oleh Othman et al
(2009) dengan menambahkan satu
tema pengungkapan yaitu tema Tata
Kelola Perusahaan.
Pengertian Leverage,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan.
Leverage
Sofyan, (2010, hal 306) rasio
ini menggambarkan hubungan antara
utang perusahaan terhadap modal
maupun aset. Rasio ini dapat melihat
seberapa jauh perusahaan dibiayai
oleh utang atau pihak luar dengan
kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal (equity).
Rumus : Leverage = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Profitabilitas
Sofyan, (2010, hal 304) juga
menyebutkan bahwa profitabilitas
menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan,dan
sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya. Rumus : Return on
Equity = 𝐿𝑎𝑏𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
Ukuran Perusahaan
Cooke (2012) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan bisa
diukur dengan berbagai cara diantara
lainya menggunakan total akitiva,
jumlah karyawan, jumlah pemegang
saham, aset tetap, penjualan
perusahaan ataupun modal dari
perusahaan tersebut. Dalam
penelitian ini ukuran perusahaan
diukur dengan menggunakan total
aktiva. Jika semakin besar total
aktiva, penjualan dan kapitalisasi
pasarnya maka semakin besar pula
ukuran perusahaan tersebut. Ketiga
variabel tersebut dapat digunakan
untuk menentukan ukuran
perusahaan karena dapat mewakili
seberapa besar ukuran perusahaan
tersebut, misal semakin besar aktiva
maka akan semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka akan semakin
besar pula perusahaan itu dikenal
dalam masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan ISR
1. Ukuran Perusahaan
Semakin besar ukuran
perusahaan, biasanya informasi yang
tersedia untuk investor dalam
pengambilan keputusan sehubungan
dengan investasi dalam perusahaan
tersebut semakin banyak (Siregar dan
Utama, 2005) dalam Septi (2012).
Pengungkapan sosial yang lebih
besar merupakan pengurangan biaya
politis bagi perusahaan (Hasibuan,
2001). Dengan mengungkapkan
kepedulian pada lingkungan melalui
pelaporan keuangan, maka
perusahaan dalam jangka waktu
panjang bisa terhindar dari biaya
yang sangat besar akibat dari
tuntutan masyarakat. Selain itu,
perusahaan yang berukuran lebih
besar cenderung memiliki public
demand terhadap informasi yang
lebih tinggi dibanding perusahaan
yang berukuran lebih kecil.
Banyaknya pemegang saham
menandakan jika perusahaan tersebut
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 76
memerlukan lebih banyak
pengungkapan yang dikarenakan
adanya tuntutan dari para pemegang
saham dan para analisis pasar modal.
2. Profitabilitas
Dari perspektif Islam, perusahaan
harus bersedia untuk memberikan
pengungkapan penuh tanpa melihat
apakah perusahaan memberikan
keuntungan atau tidak (Haniffa,
2002). Namun, Janggu (2004)
berpendapat bahwa perusahaan
dengan profiatabilitas yang lebih
tinggi kemungkinan akan
mengungkapkan informasi yang
lebih dibandingkan perusahaan
dengan profitabilitas yang kurang.
3. Leverage
Sebuah perusahaan dapat
melakukan pendanaan melalui dua
cara yaitu melalui pemegang saham
atau melalui kreditur dengan
meminjam dana, kedua cara ini dapat
mempengaruhi tingkat
pengungkapan perusahaan. Hasil
penelitannya menemukan pengaruh
signifikan dan negatif leverage
terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Hal ini
sesuai dengan teori keagenan dimana
manajeman dengan tingkat leverage
yang tinggi akan mengurangi
pengungkapan sosialnya demi
menghindari pemeriksaan dari
kreditur.
METODE PENELITIAN
Ada 2 (dua) variabel yang
akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu variabel independen atau
variabel bebas yang selanjutnya
dinyatakan dalam simbol X dan
variabel dependen atau variabel
terikat yang selanjutnya dinyatakan
dalam simbol Y. Dalam penelitian ini
hanya Unit Usaha Syariah yang
diangkat dalam penelitian. Karena
belum pernah ada yang meneliti pada
Unit Usaha Syariah Di Indonesia.
Model sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menggunakan
sampling pertimbangan jadi tidak
seluruh populasi yang ada dijadikan
sampel dalam penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang didapat
dari publikasi keuangan yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
Bursa Efek Indonesia serta Badan
Pusat Statistik dengan periode data
yang diambil mulai dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2014. Dalam
penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, karena penelitian ini
menganalisis hubungan antara
variabel bebas dengan variabel
terikat dengan mengacu kepada data
berupa angka-angka sehingga
dikategorikan sebagai penelitian
yang bersifat kuantitatif dan analisis
menggunakan statistik. Metode
analisis data variabel bebas
(independen) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis
regresi linier berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil pengolahan data yang
telah dilakukan oleh peneliti. Ada
dua macam hasil pengolahan data
dalam penelitian ini, yaitu pertama
mengenai hasil content analysis
islamic social reporting index untuk
mengetahui pengungkapan kinerja
laporan pertanggungjawaban sosial
dan yang kedua hasil pengolahan
data yang menggunakan SPSS
Statistics 16.00 untuk melihat apakah
variabel-variabel independen
mempengaruhi variabel dependen.
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 77
Hasil Content Analysis Islamic
Social Reporting Index
Dengan melakukan skoring
indeks ISR yang merupakan variabel
terikat dalam penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan metode
content analysis terhadap laporan
tahunan Unit Usaha Syariah (Annual
Report). Penelitian dilakukan pada 7
(Tujuh) Unit Usaha Syariah yang
telah menjadi sampel dengan kurun
waktu yang diambil yaitu periode
tahun 2012 sampai dengan tahun
2014.
Total indeks ISR berdasarkan
tema dari sampel Unit Usaha Syariah
yang dipakai dalam penelitian ini.
Tema ISR yang memperoleh nilai
yang tinggi yaitu tema tata kelola
perusahaan (Corporate Governance
Theme) yang menunjukan bahwa
sampel Unit Usaha Syariah yang
dipakai sudah cukup baik dalam
mengungkapkan tema tata kelola
perusahaan. Sedangkan tema ISR
yang memperoleh nilai terendah
yaitu tema lingkungan (Environment
Theme) dimana nilai terendah ini
menunjukan bahwa Unit Usaha
Syariah yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini masih dikatakan kurang
baik dalam melakukan
pengungkapan Islamic Social
Reporting terutama pada tema
lingkungan.
Dalam pengungkapan Islamic
Social Reporting Index pada Unit
Usaha Syariah di Indonesia terlihat
cukup baik karena mengalami
peningkatan di setiap tahun
walaupun ditahun 2012 dan 2014
mengalami penurunan pada tema
masyarakat (society theme) dan
lingkungan (environment theme).
Ada dua tema yang tidak mengalami
penurunan maupun peningkatan
disetiap tahunnya, yaitu tema
keuangan (finance and investment
theme). Berbeda dengan tema
karyawan (employee theme) yang
mengalami penurunan di tahun 2013
dan mengalami kenaikan lagi ditahun
2014, sedangkan yang mengalami
peningkatan yang cukup baik yaitu
tema produk dan jasa (products and
service theme) dan tema tata kelola
perusahaan (coporate governance
theme) yang cukup baik peningkatan
disetiap tahun dalam
pengungkapannya. Walaupun tidak
semua tema indeks ISR meningkat
hanya beberapa saja, ini sudah dapat
dikatakan bahwa Unit Usaha Syariah
yang melakukan kegiatan
oprasionalnya sesuai dengan prinsip
syariah telah melakukan peningkatan
dalam pelaksanaan, pelaporan dan
pengungkapan tanggung jawab sosial
yang sudah sesuai dengan prinsip
syariah selama kurun waktu 2012
sampai 2014. Hasil ini diharapkan
dapat memberikan dampak yang
segar dan positif bagi perkembangan
praktek tanggung jawab sosial dan
syariah di Indonesia.
Unit Usaha Syariah yang
memiliki nilai indeks ISR tertinggi
berdasarkan tema pengungkapan.
Dapat dilihat bahwa Bank Permata
Syariah merupakan Unit Usaha yang
cukup konsisten dalam
pengungkapan Islamic Social
Reporting Index berdasarkan
masing-masing item di setiap
tahunnya. Sehingga Bank Permata
Syariah memilki nilai pengungkapan
tertinggi di setiap tema dan tahunnya.
Dan jika ada pengungkapan dengan
nilai tertinggi maka ada juga Unit
Usaha Syariah yang memiliki nilai
pengungkapan dengan nilai terendah.
Unit Usaha Syariah yang
memiliki nilai indeks ISR terendah
berdasarkan tema pengungkapan.
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 78
Dapat dilihat bahwa BPD DIY masih
sangat sedikit mengungkapan ISR
sehingga nilai yang didapat lebih
rendah. Hasil Islamic Social
Reporting Index selama tahun 2012
sampai dengan tahun 2014 dari
sampel penelitian ini. Dilihat dari
rata-rata, total indeks ISR dari tahun
ketahun mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Dapat dilihat
dari data diatas yang mendapatkan
nilai rata-rata tertinggi dalam
pengungkapan indeks ISR yaitu
didapat oleh Bank Permata Syariah
dengan nilai rata-rata mencapai 40
dan yang mendapatkan nilai rata-rata
terendah dalam pengungkapan
indeks ISR yaitu didapatkan oleh
BPD DIY dengan nilai rata-rata 26.3.
Dari keseluruhan sampel Unit
Usaha Syariah (UUS) dapat dilihat,
bahwa yang memiliki nilai tertinggi
dalam indeks ISR dari tahun 2012
sampai dengan dengan tahun 2014
yaitu Bank Permata Syariah dengan
memperoleh 40 poin dari 53 poin
indeks ISR. Sedangkan yang
memiliki nilai terendah dalam indeks
ISR dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2013 yaitu BPD DIY dengan
memperoleh poin 26 dari 53 poin
indeks ISR, walau ditahun 2014 BPD
DIY mengalami peningkatan dengan
memperoleh 27 poin dari 53 poin
indeks ISR tetapi BPD DIY tetap
yang memiliki nilai terendah dari
beberapa sampel lainnya.
Hasil analisis diatas
menunjukan bahwa Unit Usaha
Syariah (UUS) yang memiliki nilai
indeks ISR tertinggi ditempati oleh
Unit Usaha Syariah yang sama setiap
tahunnya. Hal ini menunjukan
adanya tindakan yang cukup
konsisten dalam pengungkapan
Islamic Social Reporting di setiap
tahunnya. Unit Usaha Syariah yang
memiliki nilai terendah cenderung
hanya mengungkapkan pada bagian
Coporate Governance (tata kelola
perusahaan).
Yang dimaksud dengan
Islamic Social Reporting pada
dasarnya yaitu pengungkapan yang
dilakukan pada seluruh aspek
perusahaan baik itu peran perusahaan
dalam kegiatan ekonomi maupun
dalam hal spiritualitas seperti zakat,
wakaf, infaq/shadaqah, larangan
akan riba dan dana Qardh. Selain itu
ISR juga termasuk keadilan yang
dilakukan oleh perusahaan baik itu
kepada lingkungan maupun sesama
manusia (pegawai dan masyarakat
sekitarnya).
Bila dilihat dari keseluruhan
pelaksanaan aktivitas ISR, Unit
Usaha Syariah sudah hampir
memenuhi pengungkapan ISR karena
terlihat semuanya sudah melampaui
50% dari keseluruhan 100% indeks
ISR, walau hanya ditahun 2012 dan
2013 pada BPD DIY yang hanya
melampaui 49.05% dari keseluruhan
100% indeks ISR, tapi pada tahun
2014 mengalami peningkatan
sehingga sudah melampaui 50.94%
dari keseluruhan 100% indeks ISR.
Meski dalam
pengungkapannya masih belum
sesuai dengan Islamic Social
Reporting bukan berarti Unit Usaha
Syariah tidak melakukan tanggung
jawab sosial dengan baik dan benar.
Karena bisa saja Unit Usaha Syariah
tersebut tidak mengungkapan nya
dalam laporan tahunan walaupun
mereka sudah melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan baik
dan benar.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis selanjutnya terkait
dengan hasil regresi model dalam
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 79
penelitian ini. Keseluruhan
rangkuman data penelitian yang
digunakan dalam proses regresi
disajikan dalam lampiran.
Hasil analisis statistik
deskriptif. Data Islamic Social
Reporting (ISR) memiliki nilai
tertinggi didapat oleh bank Permata
Syariah dengan nilai pengungkapan
ISR sebesar 40 item dari 53 item
indeks ISR, yang dimana nilai
tertinggi tersebut diperoleh dari
tahun 2012 sampai dengan tahun
2014. Sedangkan untuk nilai
terendah dalam pengungkapan ISR
yaitu oleh BPD DIY dengan hanya
mendapat 26 item dari 53 item
indeks ISR, yang dimana nilai
tersebut didapat pada tahun 2012 dan
2013.
Rata-rata ISR atau mean yang
didapat adalah sebesar 31,57 dan
standar devisiasinya sebesar 4,44
yang berarti hanya 31 sampai 32
kompenen yang diungkapkan oleh
Unit Usaha Syariah terkait ISR
karena melebihi dari 50% dari 53
komponen indeks ISR. Standar
devisiasi ISR lebih kecil dari
Meannya, ini menunjukan bahwa
data variabel ISR cukup baik.
Perbedaan yang tidak cukup jauh
antara nilai minimum dan maksimum
ini dapat disebabkan karena
pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan terutama di bidang
syariah bukanlah suatu hal yang
diharuskan melainkan sukarela yang
dilakukan oleh setiap Unit Usaha
Syariah dan tergantung pada
kebijakan Unit Usaha Syariah
masing-masingnya.
Pada variabel Leverage, nilai
rata-rata yang diperoleh oleh
leverage adalah 7.73 dengan standar
devisiasi 1.98 menunjukan bahwa
rata-rata Unit Usaha Syariah yang
menjadi sampel dalam penelitian ini
masih banyak menggunakan hutang
dalam membiayai perusahaan. Nilai
minimum menunjukan bahwa Unit
Usaha Syariah ada yang hanya
menggunakan hutang untuk
membiayai perusahaan sebesar 4.30,
sedangkan nilai maksimum yaitu
10.73 hal ini menunjukan bahwa
adanya Unit Usaha Syariah yang
menggunakan hutang relatif tinggi
untuk membiayai perusahaannya.
Pada Variabel Profitabilitas,
nilai profitabilitas berasal dari return
on equity (ROE) yaitu seberapa besar
modal yang digunakan oleh Unit
Usaha Syariah ini menghasilkan
return bagi Unit Usaha Syariah itu
sendiri. Nilai Rata-ratanya yaitu 7.76
dengan standar devisiasi 10.11
berasal dari modal Unit Usaha
Syariah yang artinya bahwa rata-rata
kemampuan Unit Usaha Syariah
menghasilkan laba bersih dari setiap
satu rupiah modal yang digunakan
adalah sebesar 7%. Nilai minimum
pada profitabilitas yaitu 0.05 dan
nilai maksimumnya yaitu 23,57.
Nilai minimum pada profitabilitas
bernilai kecil karena ada beberapa
Unit Usaha Syariah yang mengalami
kerugian, sedangkan nilai maksimum
yang menunjukan bahwa adanya
Unit Usaha Syariah yang
mendapatkan laba bersih cukup
tinggi dari modal yang digunakan.
Pada variabel yang terakhir
yaitu variabel size atau ukuran
perusahaan, yang diukur dengan total
aset. Secara keseluruhan nilai rata-
rata total aset yang dimiliki oleh Unit
Usaha Syariah 2.92 dengan standar
devisiasi 4.09 atau 2% nilai rata-rata
ukuran perusahaan. Nilai minimum
sebesar 5.61 dan nilai maksimum
adalah sebesar 16.58. ada beberapa
kemungkinan mengapa total aset
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 80
suatu Unit Usaha Syariah bernilai
rendah, karena nature bisnis dari Unit
Usaha Syariah tidak membutuhkan
kepemilikan aset yang sangat besar
atau perusahaan tersebut masih baru
didirikan.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal.
Pada proses uji normalitas dilakukan
dengan uji statistik dan analisis
grafik, yaitu uji Kolmogrov-
Simirnov dan grafik histogram. Uji
Kolmpgrov-Simirnov merupakan
pengujian normalitas dengan
membandingkan distribusi data
dengan distribusi data normal baku.
Seperti pada uji beda biasa, jika
signifikan dibawah 0,05 berarti
terdapat perbedaan yang signifikan,
dan jika diatas 0,05 maka tidak
terjadi perbedaan yang signifikan.
Data tersebut menunjukan
nilai yang signifikan adalah 0,600 hal
ini menunjukan bahwa data yang
diuji adalah normal, kerena nilai
signifikan lebih besar dari pada α
yaitu sebesar 0,05.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika
ada hubungan linier yang sempurna
atau hamper sempurna antara
beberapa atau semua variabel
independen dalam model regresi. Uji
multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel
bebas (Ghozali, 2005).
Untuk menguji adanya
multikolinearitas dapat dilakukan
dengan menganalisis korelasi antar
variabel dan perhitungan nilai
tolerance serta variance inflation
factor (VIF). Multikolinearitas
terjadi apabila nilai tolerance lebih
kecil dari 0,1 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen
yang nilainya lebih dari 95%. Dan
nilai VIF lebih besar dari 10, jika
VIF kurang dari 10 maka dapat
dikatakan bahwa variabel
independen yang digunakan dalam
model adalah objektif dan dapat
dipercaya.
Bahwa nilai tolerance lebih
besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih
kecil dari 10,00 berarti tidak terjadi
multikolinearitas pada data ini,
kerena syarat tidak terjadi
multikolinearitas yaitu pada nilai
tolerance jika niali tolerance lebih
besar dari 0,10 dan terjadi
multikolinearitas, jika nilai tolerance
lebih kecil atau sama dengan 0.10.
sedangkan nilai VIF (Variance
Inflation Factor) tidak terjadi
multikolinearitas jika nilai VIF lebih
kecil dari pada 10,00 dan terjadi
multikolinearitas, jika nilai VIF lebih
besar atau sama dengan 10.00.
Uji Autokolerasi
Uji Autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya), uji
autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Run Test.
Metode ini digunakan untuk menguji
apakah antar residual terdapat
korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan
korelasi maka dikatakan bahwa
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 81
residual adalah acak atau random.
Apabila nilai signifikansinya di
bawah 0,05 berarti tedapat gejala
autokorelasi.
Hasil uji autokolerasi
menunjukan bahwa runs test Asymp.
Sig. (2-tailed) 0.182 > 0.05 yang
berarti menunjukan bahwa data
residual bersifat acak. Dengan kata
lain data yang dipergunakan dalam
penelitian ini cukup random sehingga
tidak terdapat masalah autokolerasi
pada data yang di uji.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah
terjadinya varians yang tidak sama
untuk variabel independen yang
berbeda. Heteroskedastisitas dapat
terdeteksi dengan melihat plot antara
nilai taksiran dengan residual dan
dengan melakukan uji statistik yaitu
uji park.
Ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu salah
satunya dengan melihat grafik plot
antara nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heterosledastisitas dapat
dilihat degan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah
residual yang telah di-studentized.
Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas pada grafik
scatterplot, dapat dilakukan dengan:
1. Jika ada pola tertentu seperti titik-
titik yang ada membentuk satu
pola yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit)
maka akan terjadi masalah
heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola jelas seperti
titik-titik yang menyebar di atas
dan di bawah angka nol pada
sumbu-sumbu, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Grafik scatterplot
menunjukan bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar
baik diatas angka nol maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulakan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai untuk
memprediksi Islamic Social
Reporting berdasarkan masukan
variabel leverage, profitabilitas dan
size.
Uji Hipotesis
Koefisien Determenasi (Adjusted
2)
Koefisien determinasi
(goodness of fit) yang dinotasikan
dengan Rmerupakan ikhtisar yang
menyatakan bahwa seberapa baik
garis regresi sampel mencocokkan
data. Koefisien determinasi bertujuan
untuk mengukur proporsi variasi
dalam varabel tidak bebas yang
dijelaskan oleh regresi. Nilai R2
berkisar antara 0 sampai 1, bila R2 =
0 berarti tidak ada hubungan yang
sempurna. Sedangkan apabila nilai
R2 = 1 maka ada hubungan antara
variasi Y dan X atau variasi dari Y
dapat diterangkan oleh X secara
keseluruhan.
Dari tampilan output SPSS
model summary besarnya adjusted R2
adalah 0.347 hal ini berarti 34.7%
variasi ISR dapat dijelaskan oleh
variasi dari ketiga variabel
independen yaitu Leverage,
Profitabilitas dan Size. Sedangkan
sisanya (100%-34.7% = 65.3%)
dijelaskan oleh sebab-sebab yang
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 82
lain diluar model yang merupakan
kontribusi variabel bebas lain diluar
ketiga variabel independen.
Uji F
Menurut Ghozali (2005) uji
statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimaksudkan dalam
model mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi
0,05 (α=5%). Ketentuan penerimaan
atau penolakan hipotesis adalah
sebagai berikut:
a. Jika nilai siginifikansi > 0,05
maka hipotesis diterima
(koefisien regresi tidak
signifikansi). Hal ini berarti
bahwa secara simultan keempat
variabel independen tersebut
tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Jika nilai signifikan < 0,05 maka
hipotesis ditolak (koefisien
regresi signifikan). Hal ini
berarti secara simultan keempat
variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
Dari perhitungan dengan F-
test dalam tabel diperoleh nilai F-
hitung sebesar 6.175 dengan nilai
signifikan (sig) sebesar 0.005. Oleh
karena nilai signifikan 0,005 = 0,005,
maka terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel leverage,
profitabilitas dan size terhadap
variabel ISR secara bersama-sama
(simultan) atau dapat diartikan
bahwa model dalam penelitian ini
layak untuk dilteliti.
Uji T
Uji t dilakukan untuk
mengetahui apakah pengaruh secara
parsial (individu) dari variabel-
variabel independen Leverage,
Profitabilitas dan Size terhadap
variabel dependen (ISR). Sementara
itu secara parsial pengaruh dari
ketiga variabel independen tersebut
terhadap ISR.
Dapat disusun persamaan
regresi linier berganda sebagai
berikut:
ISRa = 0,559 + 0,036 LEVa +
0,150 PROFITa + 0,685 SIZEa+ ℇ
Pembahasan
Pengaruh Leverage Terhadap
Pengungkapan Islamic Social
Reporting Index
Hipotesis yang pertama
diajukan menyatakan bahwa leverage
perusahaan berpengaruh positif
terhadap Islamic Social Reporting
Index. Dari hasil penelitian diperoleh
koefisien variabel Leverage sebesar -
0.202 dengan nilai signifikan sebesar
0.842 dimana nilai ini signifikan
pada tingkat signifikansi 0,05 karena
lebih besar dari α = 0,05, dengan
demikain Leverage tidak
mempengaruhi pengungkapan
Islamic Social Reporting, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa
Leverage berpengaruh positif
terhadap pengungkapan ISR ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Ali Rama,dkk (2014) dan
penelitian Desta (2013) yang
menyatakan bahwa Leverage tidak
berpengaruh terhadap pengungkapan
ISR yang dilakukan pada Perbankan
Syariah. Dalam penelitian Ayu
(2015) variabel leverage juga tidak
berpengaruh positif terhadap
pengungkapan ISR.
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 83
Dalam penelitian ini
membuktikan bahwa leverage
sebagai ukuran untuk menilai resiko
struktur pendanaan perusahaan
ternyata tidak berpengaruh terhadap
luas pengungkapan tanggung jawab
sosial secara syariah. Perusahaan
dengan leverage yang tinggi
memiliki kewajiban untuk
melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari pada perusahaan dengan
leverage yang lebih rendah.
Sehingga, perusahaan akan
menyediakan informasi yang lebih
kompherensif mengenai
pengungkapan sosialnya.
Hasil penelitian mengenai
leverage ini sesuai dengan
pernyataan Belkaoui dan Karpik
(1989) dalam Nisrina dan Puji (2014)
menyatakan bahwa semakin tinggi
leverage, kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami
pelanggaran terhadap kontrak utang,
maka manajer akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih
tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar
perjanjian utang. Supaya laba yang
dilaporkan tinggi maka manajer
harus mengurangi biaya-biaya
termasuk biaya untuk
mengungkapkan pertanggung
jawaban sosial.
Tidak signifikannya variabel
leverage dalam pengungkapan
indeks ISR dalam penelitian ini
mungkin saja disebabkan oleh
kemampuan kreditur untuk
memperoleh informasi dan
pengungkapan lainya selain dari
laporan tahunan. Kreditur dapat
memperoleh informasi dan
pengungkapan lainya melalui tanya
jawab secara langsung pada
perusahaan, perjanjian (devt
covenant), laporan interim
perusahaan ataupun
laporan/informasi keuangan dan
pembahasaan mengenai signifikan
informasi keuangan tersebut (Indah
2012). Oleh karena itu kreditur masih
bergantung dengan sumber informasi
yang lain maka kreditur tidak terlalu
menuntut pengungkapan yang
lengkap pada laporan tahunan yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
Sehingga tingkat leverage tidak dapat
mempengaruhi tingkat
pengungkapan ISR.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Pengungkapan Islamic Social
Reporting Index
Hipotesis yang kedua diajukan
menyatakkan bahwa profitabilitas
perusahaan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting Index. Dari hasil
penelitian diperoleh koefisien
variabel sebesar 0.867 dengan nilai
signifikan sebesar 0.398 dimana nilai
ini tidak signifikan pada tingkat
signifikan 0,05 karena lebih besar α
= 0,05, dengan ini artinya jika
profitabilitas perusahaan tidak
mempengaruhi Islamic Social
Reporting Index, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap
ISR ditolak.
Hal ini disebabkan kerena bank
yang menjadi objek penelitian adalah
unit usaha dari bank konvensional,
hal ini terbukti dari sampel yang
digunakan bahwa Unit Usaha
Syariah masih menerapkan sistem
beban bunga dan pendapatan bunga.
Hasil yang tidak signifikan ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ali,dkk (2014) dan
Desta (2013) yang menyatakan
bahwa Profitabilitas perusahaan
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 84
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ISR dan bertolak
belakang dengan penelitian yang
dilakukan Rizkiningsih (2012) dan
Ayu (2015) yang membuktikan
bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh yang positif dan siginifikan
terhadap pengungkapan ISR.
Dalam penelitian didapatkan
hasil bahwa penelitian ini tidak
terbukti atau tidak terdukung. Hasil
penelitian ini berhasil mendukung
teori legitimasi yang menyatakan
profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial. Dan dalam penelitian
ini juga ditemukan dugaan kuat
bahwa dana yang diguanakan untuk
dalam pelaksanaan tanggung jawab
sosial yang dilaksanakan oleh Unit
Usaha Syariah bukan berasal dari
profit yang diperoleh oleh Unit
Usaha Syariah itu sendiri, namun
berasal dari dana Zakat,
Infaq/Shadaqah maupun pendapatan
non halal.
Hal ini juga dijelaskan dalam
penelitian Desta (2013), bahwa
perusahaan yang mempunyai
profitabilitas yang tinggi belum tentu
banyak melakukan aktivitas sosial
kerena perusahaan lebih berorientasi
pada laba semata. Sedangkan pada
saat perusahaan memperoleh laba
yang rendah, maka terdapat persepsi
bahwa pengguna laporan senang
membaca bertita baik tentang kinerja
perushaan dalam bidang sosial.
Sesuai dengan pendapat Iman
Ghazali yang menyatakan bahwa
motif pelaku ekonomi adalah profit,
begitu juga dengan Unit Usaha
Syariah dalam melaksanakan
oprasionalnya berorientasi pada pada
profit, namun disamping itu Unit
Usaha Syariah juga mempunyai
tujuan lain, yaitu mensejahterakan
masyarakat yang salah satun caranya
dengan menjalankan kegiatan sosial
kemasyarakatan dengan
pengungkapan tanggung jawab sosial
secara syariah dengan baik dan
benar.
Sumber dana kegiatan salah
satunya biasa berasal dari profit
untuk melaksanakan kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaan.
Namun dalam penelitian ini
pernyataan tersebut tidak terdukung.
Kemungkinan dana kegiatan sosial
yang digunakan oleh Unit Usaha
Syariah dalam melaksanakan dan
menungkapkan kegiatan sosial
tersebut berasal dari Zakat,
Infaq/Shadaqah maupun ada juga
dari pendapatan non halal yang
dikumpulakan oleh Unit Usaha
Syariah. Baik semua dana tersebut
dikelola langsung oleh Unit Usaha
Syariah itu sendiri, lembaga
bentukan Unit Usaha Syariah
tersebut maupun lembaga
masyarakat yang bekerja sama
langsung dengan Unit Usaha Syariah
tersebut.
Dalam melaksanakan kegiatan
sosial tersebut, Unit Usaha Syariah
menjalankan prinsip distribusi
kekayaan yang detetapkan oleh
syariat Islam, harta hanya beredar
diantara orang-orang yang kaya,
karena dalam Islam tidak
diperbolehkan berlebih-lebhan dalam
berbagai hal atau melampaui batas.
Pengaruh Ukuran Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Islamic
Social Reporting Index
Hipotesis ketiga yang diajukan
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif
terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting Index. Dari hasil
penelitian diperoleh koefisieh
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 85
variabel Size sebesar 3.834 dengan
nilai signifikan sebesar 0.001 dimana
nilai ini signifikan pada tingkat
signifikan 0,05 karena lebih kecil
dari α = 0,05, dengan demikian dapat
disimpulakn bahwa ukuran
perusahaan mempengaruhi
pengungkapan Islamic Social
Reporting Index, sehingga hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan
ISR diterima.
Penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan Desta
(2013) dan Indah (2012) yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan (Size) berpengaruh
positif terhadap pengungkapan ISR
pada Unit Usaha Syariah. Yang
berarti bahwa setiap peningkatan
ukuran perusahaan atau total aset
mampu meningkatkan skor skor
indeks ISR. Namun penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil
penelitian Ayu (2015) yang
menyatakan bahwa ukuran
perusahaan tidak memberi pengaruh
yang signifikan terhadap
pengungkapan ISR.
Unit Usaha Syariah yang
memiliki total aset yang tinggi
identik dengan pengungkapan
tanggung jawab dengan baik
dibandingkan Unit Usaha Syariah
yang memiliki total aset yang rendah,
karena pelaksanaan tanggung jawab
tersebut dengan Unit Usaha Syariah
memiliki total aset yang tinggi.
Dengan demikian penelitian ini
sejalan yang dilakukan Ayu (2012)
membuktikan bahwa perusahaan
yang berukuran besar cenderung
memiliki pengungkapan informasi
yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang berukuran
lebih kecil karena dengan ukuran
perusahaan yang besar maka
tanggung jawab perusahaan akan
kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya akan semakin
diperhatikan oleh para investor
muslim dan para pengguna laporan
muslim lainnya. Selain itu
perusahaan yang berukuran besar
dianggap lebih mempunyai
kemampuan untuk memberikan
pengungkapan yang lebih luas.
Hubungan lainnya antara ukuran
perusahaan dengan tingkat
pengungkapan adalah semakin besar
suatu perusahaan maka semakin
banyak analis di bursa saham yang
tertarik untuk menganalisa kinerja
perusahaan tersebut, sehingga
dibutuhkan pengungkapan yang lebih
banyak.
Dengan Unit Usaha Syariah
memiliki total aset yang besar,
namun tetap diiriingi oleh suatu
kebijakan sosial yang lebih baik
dibandingkan Unit Usaha Syariah
yang memiliki total aset rendah.
Dengan total aset yang tinggi maka
Unit Usaha Syariah memiliki
kebebasan melaksanakan
hubungannya terhadap masyarakat
dan menjalankan kewajiban-
kewajiban terhadap Allah swt.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan tingkat
pengungkapan terhadap
pelaporan tanggung jawab
sosial dalam pandangan Islam
yang menggunakan Indeks ISR
menjelaskan bahwa Unit Usaha
Syariah yang memilki Indeks
ISR yang cukup tinggi di
peroleh oleh Bank Permata
Syariah yang berhasil meraih
nilai lebih dari 30 lebih
tepatnya 40 kompenen yang
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 86
diungkapkan dari total indeks
ISR 53 kompenen disetiap
tahunnya yaitu dari tahun
2012-2014.
2. Berdasarkan hasil uji
normalitas, uji autokolerasi, uji
multikolonearitas dan uji
heterokedastisitas menunjukan
bahwa data yang tersedia telah
memenuhi syarat untuk
menggunakan model regresi
linear berganda. Sedangkan
berdasarkan hasil regresi linear
berganda, secara keseluruhan
variabel leverage, profitabilitas
dan size berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel
indeks ISR. Secara bersama-
sama (simultan) dapat diartikan
bahwa model dalam penelitian
ini layak untuk digunakan.
3. Dan berdasarkan pengujian
hipotesis, didapat hasil bahwa
hanya ukuran perusahaan yang
berpengaruh positif terhadap
pengungkapan ISR. Sedangkan
Leverage dan Profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan ISR.
Saran
1. Penelitian selanjutnya di
harapkan dapat menambah
jumlah sampel. Dan untuk
perusahaannya agar
menerbitkan annual report
secara lengkap.
2. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menambah
jumlah variabel-variabel
independen yang mungkin
dapat mempengaruhi Islamic
Social Reporting atau variabel
independen lain selain yang
telah digunakan dalam
penelitian ini. Hal tersebut
untuk mengetahui faktor-faktor
lain yang mempengaruhi
pengungkapan Islamic Social
Reporting pada Unit Usaha
Syariah.
3. Penelitian selanjutnya dapat
menambah jumlah tahun,
minimal 5 tahun agar dapat
melihat perubahan
pengungkapan ISR dengan
lebih baik. Karena dalam
penelitian ini hanya
menggunakan laporan tahunan
Unit Usaha Syariah selama tiga
tahun (2012-2014).
DAFTAR PUSTAKA
Aldehita, Agung, Asrori.
(September,2014). Analisis
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Pengungkapan
Islamic Social Reporting (ISR).
Jurnal. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
Ali Rama, Meliawati, Yoghi Citra
Pratama. (2014,Maret).
Analisis Pengungkapan Islamic
Social Reporting study Kasus
Bank Umum Syariah Di
Indonesia. EQUILIBRIUM,
Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
2, No. 1, Januari 2014, h. 84-
103.
Ayu Kariza. (2015). Faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengungkapan islamic social
reporting pada perusahaan
yang listing di jakarta islamic
index. Jurnal Akuntansi.
Choi, Frederick D.S dan Meek,
Gary K. 2012. ”International
Accounting”, Edisi 6, Buku 1,
Jakarta: Salemba Empat.
Cooke, T. E. (2012). The Impact Of
Size, Stok Marketing Listing
And Industry Type On
Disclosure In The Annual
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEX PADA UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
[Indrawati Mara Kusuma dan Afri Jumariah]
ISSN : 2502-2911 Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah Indrawati Mara Kusuma, Afri Jumariah
JURNAL AKUNSTIE| Volume 02 No.01 Juni 2016 87
Reports Of Japananes Listed
Corporations. Accounting and
business research; summer
1192; 22 ;87 proquest. Pg.229.
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis
Multivarate dengan Program
SPSS, edisi kedua. Semarang:
BP Undip.
Gustani. (2015). Islamic Social
Reporting (ISR) sebagai Model
Pelaporan CSR Institusi Bisnis
Syariah. Didownload tgl 29
oktober 2015 dari
http://gustani.blogspot.co.id/20
13/02/indeks-isr-sebagai-
model-pelaporan-csr_16.html
Irham. (2013). Manajemen Kinerja
Teori dan Aplikasi.
ALFABETA,cv. Bandung:
Jl.Gegerkalong hilir No.84.
Nisrina dan Puji. (2014). Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Pada
Perbankan Syariah Di
Indonesia Dan Malaysia.JDA,
Volume 3, Nomor 2, Tahun
2014, Halaman 1-11.
Nurul. (2006). Metodelogi
Penelitian Sosial dan
Pendidikan (teori-
aplikasi).Jakarta : Jalan Sawo
Raya No.18
Otoritas Jasa Keuangan. (2015).
Statistik Perbankan Syariah
Juni 2015. Didownload tanggal
19 November 2015 dari
http://www.ojk.go.id/statistik-
perbankan-syariah-juni-2015.
Sofyan . (2010). Anlisis Kritis Atas
Laporan Keuangan. Ed.1-9.
PT.RajaGrafindo Persada.
Jakarta: Rajawali Pers
Sofyani, H., Ulum, I., Syam, D., &
Wahyuni, S. (2012, Maret).
Islamic Social Reporting
Sebagai Model Pengukuran
Kinerja Sosial Perbankan
Syariah (Studi Komparasi
Indonesia dan Melayu). JDA,
Vol. 4 No. 1, hal. 36-46.
Sugiyono, 2008. “Metode
Penelitian Bisnis”. Edisi 12,
Bandung: CV.Alfabeta
Suud Fuadi. (2008). Ekonomi dan
Bisnis Syariah Jun 14 2008.
Didownload tgl 29 oktober
2015 dari
http://www.mui.or.id/mui_in/pr
oduct_2/lks_lbs.php?id=69.
Yuliani. (2014). Pengertian, Fungsi
dan Manfaat CSR (Corporate
Social Responsibility).
Didownload tgl 29 Okt 2015
dari
infokitauntukkita.blogspot.co.i
d/2014/05/pengertian-fungsi-
dan-manfaat-csr.
top related