pengembangankemampuansiswa meneliti sejarah …
Post on 16-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KEMAMPUANSISWA MENELITISEJARAH LOKAL MELALUI MODEL INKUIRI
(Studi Kasus di SMA Negeri 5 Purwokerto)
Suwamo dan KartonoFKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
AbstractThe purpose of this study is know effectivity of inquiry's model in developing
pupil's ability studying local history at SMA Negeri 5 Purwokerto year of 20062007. This study is a classroom action research with subject mailer of history andtopic about principles historical research. There are four phase in this classroomactiOn research, i.e.: planning, classroom action, observation and reflection.
The result of this study shows that inquiry'S model effective enough todeveloping pupil's ability in studying local history. There is significant improvingin instructional process of historical subject matter by inquiry's model from firstcydies toward third cyclies. The significan, improving could be seen by pretest andPOSllest values in every cyclies, angket value in first cyclies, and collective's dutiesfrom first cyclies toward third cyclies.
Keywords: inquiry's model; local history, historical subject mailer
A. PendahuluanKurlkulum Berbasis Kompetensi
(KBK) dalarn konteks pengajaran sejarah di SMA terfokus pada tujuanpengajaran agar siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis, memiliki pengetahuan tentang masa lalu yangdapat digunakan untuk menjelaskandan memahami proses perkembangandan perubahan masyarakat, serta keragaman sosial-budaya guna menumbuhkembangkan jatidiri bangsa di tengahkehidupan masyaraka! dunia yangsemakin global.
Berkenaan dengan itu, salah satukompetensi dasar yang perlu dikembangkan dalam pengajaran sejarah diSMA, mengacu Kurikulum 2004 SMAPedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Sejarah (2003) pada kelas X sudah diarahkan agar siswa dapa! mendeskripsikan
hakikat ruang lingkup, dan prinsipprinsip dasar dalam penelitian sejarah.Mater! tersebu! dapat dikatakan barukarena dalam kurikulum sebelumnya(1994) tidak masuk dan belum pemahdiajarkan. Deskripsi tentang hakikat,ruang lingkup dan prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sejarah dapat mendekatkan siswa dengan sejarah lokal,yang berarti bahwa siswa dapat menyelarni dan memahami perkembanganserta perubahan masyarakat di sekitarternpat tinggalnya.
Permasalahan yang timbul dari Kurikulum BerbasisKompetensi (KBK) mata pelajaran Sejarah ketika dipraktikkanuntuk pertama kalinya ylmg diterapkanoleh guru pada kelas X SMA umunmyamengeluh terlalu sedikitnya jam pelajaran Sejarah, yakni hanya 1 jam pelajaran/minggu. Pengalaman yang dirasakan oleh guru Sejarah kelas X SMANegeri 5 Purwokerto ketika mengajar-
251
kan pokok bahasan dasar-dasar penelitian sejarah adalah kesulitan untukmengajarkan pokok bahasan tersebutseeara mendalam karena terbatasnyajam pelajaran Sejarah. Pokok bahasantersebut hanya diajarkan seeara sekilas,apalagi guru sejarah belum terbiasa untuk menerapkan pokok bahasan dasardasar penelitian sejarah ke dalam sebuah penelitian, khu$usnya dengan topik sejarah lokal.
Pentingnya penelitian ini adalah sebagai implementasi dari KBK untukpengajaran sejarah, yang salah satukompetensi dasamya adalah siswa dapat mendeskripsikan hakikat, ruanglingkup, dan prinsip-prin$ip dasar da"lam penelitian sejarah. Kompetensi inidapat diarahkan untuk mengembang"kan kemampuan siswa dalam melakukan penelitian sejarah lokal.
Sekurang-kurangnya terdapat duamasalah yang ingin dipeeahkan dalampenelitian ini. Pertama, adalah bagaimana pemahaman dan penguasaan siswa kelas X-6 terhadap hakikat, ruanglingkup dan dasar-dasar penelitian sejarah. Kedua, sejauh mana pemahamandan penguasaan atas materi tersebutdapat dipraktikkan melalui sebuah penelitian mengenai sejarah lokal di wilayah Banyumas, khususnya kondisi maosyarakat kota Purwokerto pada sekitartahun 1945-1949.
Masalah pertama akan dieari jawabannya lewat soal pre-tes dan pos-tes pada setiap siklus (I, II dan III) seeara individual. Masalah kedua akan ditelusuri jawabarmya melalui model (pendekatan) inkuiri dengan tugas kelompok pada masing-masing siklllS.
Pokok masalah yang akan dikajidalam penelitian ini adalah: Apakahmodel inkuiri dapat diaplikasikan seeara efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa meneliti sejarah lokal
252
pada siswa kelas X SMA Negeri 5 Purwokerto tahlln ajaran 2006-2007.
Penulis memandang bahwa modelinkuiri dapat diterapkan seeara efektifuntuk mengembangkan kemampuansiswa melakukan penelitian sejarah 10kal. Beberapa alasan dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, untukmeneliti sejarah lokal siswa dituntutmemiliki sikap kreatif, sedangkan model inkuiri berpangkal pada kreativitassiswa. Kedua, dalam meneliti sejarahlokal siswa perlu terjun ke tengahtengah masyarakat, mengumpulkansumber-sumber sejarah seeara langsung, termasuk meiakukan wawanearadengan sejumlah narasumber. Hal inisesuai dengan model inkuiri yang menuntut adanya temuan pengalamanbaru.
B. Landasan TeoriInkuiri merupakan model pembe
lajaran yang melibatkan siswa dalamtanya jawab, meneari informasi, danmelakukan penyelidikan. Model inkuiriyang paling sering digunakan adalahpemeeahan masalah. Dalam pemeeahanmasalah, terdapat lima tahap yang dapat dikembangkan dalam model inkuiri, yaitu: (1) mendefinisikan masalah;(2) pengajuan hipotesis; (3) pengumpulan data; (4) mengevaluasi bukti-bukti;dan (5) membuat simpulan (Sunarto,1989: 117). Menurut Nurhadi, et al.(2003: 43-44), kegiatan inkuiri sebenarnya merupakan sebuah siklus yang terdiri atas empat langkah: (1) merumuskan masalah; (2) mengumpulkan dati>me1alui observasi; (3) menganalisis danmenyajikan hasil dalam tulisan, laporan, gambar, dan lain-lain; serta (4) menyajikan hasil karya kepada pembaeabaik teman sekelas maupun audiensyang lain.
Cakrawala Pendidikan, November 2007, Th. XXVI, No.3
253
T"juan pokok pengajaran model inkniri adalah menyediakan cara bagisiswa untuk mengembangkan kelerarnpilan inlelektualnya yang berkailandengan berpikir krilis dan memecahkanmasalah. Oleh karena pengajaran model inkuiri berpusal pada siswa, makaperanan guru adalah sebagai fasililator,Mimulalor, dan pembimbing. Artinya,guru membantu siswa mengidenlifikasimasalah, mendorong dan membimbingmereka dalam melakukan penyelidikan(Sunarlo, 1989: 118'119).
Lima lahap pemecahan masalah dalam model inkuiri di atas hampir sarnadan relevan dengan lima lahap penelilian sejarah, sebagaimana dikulip dariKunlowijoyo (1995: 89). Kelima lahappenelilian sejarah lersebul melipuli: (1)pemilihan topik; (2) pengumpulan sumber; (3) verifikasi [kritik sejarah atau keabsahan surnber]; (4) interprelasi berupa analisis dan sinlesis; dan (5) penulisan. Tahap pertarna sebenamya merupakan lahap yang terpisah dengan empat lahap lainnya. Sedangkan tahap kedua hingga kelima rnerupakan satukesatuan tahap, berupa empal langkahmetode penelilian sejarah.
C. Metode PenelitianJenis penelitian ini adalah penelili
an lindakan kelas (PTK), sehingga akanmelibatkan guru, siswa, dan pengamalsecara kolaboralif. Adapun pernbagian
peran keliganya dapat dijelaskan se"bagai berikut.1. Guru, bertugas untuk merencanakan
pembelajaran yang berupa Silabusdan Satuan Acara Pernbelajaran(SAP). Oi samping itu, guru bertugas rnelaksanakan pembelajarandengan model inkuiri.
2. Siswa, yang dipilih adalah kelas X-6yang berjurnlah 40 orang siswa.Namun dalam praktiknya, pernbelajaran pada siklus I dihadiri oleh 39orang siswa, siklus II 37 orang siswa, dan siklus III hanya 33 orangsiswa. Hal ini disebabkan karenapenelilian ini diadakan pada kurunwaklu pertengahan Juli hingga pertengahan September 2006 di manasekolah banyak merniliki kesibukan,di antaranya hari ulang lahun SMANegeri 5 dan peringalan hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus sehingga proses pembelajaran lidakberlangsung secara optimal.
3. Pengarnat, bertugas untuk mengamati segala aktivitas siswa selamapelaksanaan tindakan. Semua hasilpengamatan dilulis dalarn catatankecil. Pengarnat juga mendiskusikanhasil arnatannya dengan guru danketua peneliti.Rancangan lindakan dalam peneliti
an ini rnengacu pada model yang dikernbangkan oleh Kurl Lewin, yaitusebagai berikut.
Tl~
T~O
i I ~
P ~R
T~O
i II ~
P ~R
T~O
i III ~
P~R
Keterangan:Tl =Pretes (tes awal)T2 = PosIes (tes akhir)I '= Tindakan kelas siklus I
P = PerencanaanII =Tindakan kelas siklus IIo =Observasi
P~g~mbanganKeinampuan Siswa Meneliti SejarahLokal Meialui Model Inkuiri
III = Tindakan kelas siluus IIIR = RefleksiT = Tindakan (Depdiknas, 1999:20)
Rancangan lindakan dalam penelilian ini dibedakan menjadi dua lahap,yakni: rancangan persiapan, dan rancangan pelaksanaan. Penelilian lindakan kelas ini rnenggunakan liga siklus (I,II, dan III) yang masing-masing lerdirialas 4 langkah, yaitu: (1) perencanaan;(2) pelaksanaan lindakan; (3) observasi/pengamalan; dan (4) refleksi.
Pernbelajaran model inkuiri dalampenelilian tindakan kelas (PTK) studikasus di SMA Negeri 5 Purwokerlo inidilakukan pada seliap sOOus. Pada sikIus I, siswa diberi tugas secaraberkelompok dalam kelompok sedang (510 orang) untuk menyebulkan peristiwa, bukti, sumber dan fakla sejarahsehingga dapal membedakan keempal
Tabell. Skenario Pembelajaran
254
konsep tersebut. Pada siklus II, siswadiberi tugas secara berkelompok untukmelakukan Wawancara dengan salahseorang narasumber (pelaku atau saksisejarah) dan menyusun transkripsi hasilwawancara tersebut. Sernentara padasiklus III, siswa diberi tugas secara perkelompok (melanjutkan kelornpok padasiklus II) untuk menyusun laporan hasilpenelilian sejarah lokal mengenai keadaan masyarakat kota Purwokertodalam masa Revolusi Fisik (19454949)baik secara politik, sosial-pendidikandanekonomi serta reaksi perlawananTentara Nasional Indonesia (TNl) ber~
sama-sarna dengan rakyat di sekitarwilayah Purwokerto.
Rancangan lindakan dan pembelajaran model inkuiri dalam penelilianini dapat disimak dalam sebuah skenario pembelajaran, sebagai berikut.
Tindakan Gum Tindakan Siswa Tindakan Pen<>amalSiklus IPertemuan 1Apersepsi Mengerjakan soal pre- les Mengamati siswa yang tengahGuru memherikan 50a1 mengerja-kan soal pre-tespre-tes Mendengarkan penjelasan Mengamati aktivitas siswaMenjelaskan materi guru sambil menyimak dan guru, serta mencatatnyadengan pokok bahasan buku leks dalam lembar observasi
·tentang Bumber, bukti Menanyakan materi atau Mengamati aktivitas siswadan fakta sejarah hal yang belum jelas saat diberi kesempatan untukMemberikan kesempatan Mengerjakan lugas bertanyakepada siswa untuk kelompok Mengamati siswa saatbertanya mengerjakan tugas kelompokMembagikan lembar Mengerjakan soal pos-les Mengarnati siswa yangtugas kelompok dengan sedang mengerjakan soal pos-model inkuiri Menjawab pertanyaan lesMembagikan soal pos-les guru
Pertemuan 2 Mendengarkan pen-jelasan Mengamati respons siswaApersepsi guru sambiI menyimakMenyampaikan poIiok /buku leks pelajaranmateri pertemuansebelumnya dengan
..
Cakrawala Pendidikan, November 2007, Th. XXVI, No.3
255
_" .Tindakan Guru Tindakan Siswa Tindakan Pengamattanyajawab Mengamati aktivitas siswaMenjelaskan materi Mempresentasikan tugas dan guru, serta mencatat-nyatentang dasar-dasar kelompok pada lembar observasipenelitian sejarah,khususnyalangkahheuristik dan kIllikdalam metode penelitiansejarah Mengisi angket Mengamati siswa yangMemberikan waktu pacia mempresentasikan tugasmasing-masing kelompokkelompQk untukmempresentasikan tugasyang diberikan Mengerjakan soal pre-tes Mengarnati aktivitas siswasebelumnya yang tengah mengisi angketMembagikan angket Mendengarkan penjelasankepada seluruh siswa guru sambil menyimak
buku leka Mengamati siswa yangmengerjakan soal pre-tes
Siklus IIPertemuan3 Mengamati aktivitas siswaApersepsi dan guru serta -mencatatnyaGuru memberikan 50a1 Mengisi lemhar tugas dalam lembar observasipre-tes kelompok untukMenjelaskan materi menyusun panduanlanjutan tentang dasar- wawancaradasar penelitian sejarah, Melakukan wawancarakhususnya pendalaman dengan narasumber dan Mengamati siswa yangheuristik atan menyusun transkripsi sedang menyusun panduanpengumpulan sumber wawancara wawancaramelalui wawancaraMemberikan lembar Mengerjakan soal pos-Ies Mengainati siswa yanglugas kelompok untuk melakukan wawancaramenyusun panduan dengan narasumberwawancaraMemberikan tugaskelompok untukmelakukan wawancara Mengamati siswa yangdengan narasumber dan Mengerjakan soal pre-Ies mengerjakan soal pos-tesmenyusun.rranskripsiwawancara Mendengarkan penjelasanMemberikan soal p"s-les guru dan menyimak buku
leks
Siklus III Mengamati siswa yang-Pertemuan4 Mengerjakan tugas mengerjakan soal pos-IesApersepsi kelompok menyusunGuru memberikan soal lap6ran hasH penelitian Mengamati aktivitas siswapre-Ies dan guru serta .rnencatatnyaMenielaskan materi ,- dalam lembar observasi
Pongemhangan Kemampuan Siswa Menelili Sejarah Lokal Melalui Model Inkuiri
256
Tindakan Guru Tindakan Siswa - Tindakan Pengamatlanjutan dasar-dasar Menjawab pertanyaanpenelitian sejarah, guruterutama langkah Mengamati aktivitas siswainterpretasi dan yang tengah mengerjakanhistoriografi rngask~ompokmenyusun
Memberikan tugas Mendengarkan penjelasan laporan hasH penelitiankelompok yakni gurumenyusun laporan hasHpenelitian Mengamati respons siswa
Pertemuan5 Mengerjakan soal pos-'tes1. Apersepsi
Guru menerangkansecara ringkas rnateri Mengamati aktivitas siswasebelumnya dengan yangsedang mendengarkantanyajawab penjelasan guruMenjelaskan materitentang jejak-jejak masa Mengarnati siswa yanglampau, khususnya mengerjakan soal pos-tesberkaitan dengan sejarahlokalMemberikan 50a1 pos~tes
D. HasH Penelitian dan PembahasanPembahasan mengikuti tiga siklus
sebagai berikut.1. Siklus Ia. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, guru menvusun satuan acara pembelajaran(SAP)dengan topik "sumber, bukti danfakta sejarah" yang dijabarkan dalammetode penelitian sejarah dengan empat langkah, yakni: hemistik, verifikasi,interpretasi dan historiografi. Namun,fokus SAP pada siklus I ini adalah langkah pertama, heuristik, yakni pengumpulan sumber-sumber sejarah dengancara mengrumpun jejak-jejak sejarahdan mengumpulkan dokumen sejarah(Badrika, 2004: 23).
b. Pelaksanaan TindakanPada tahap ini, siswa kelas X-6 di
kenai dengan li,ma macam tindakan,yakni: pre-tes; pos-tes; penjelasan materi tentang sumber, bukti dan fakta
sejarah (yang hasilnya dijelaskan padatahap observasi); pemberian tugas kelompok melaIui model inkuiri kepadasiswa agar dapat membedakan antarasumber, bukti dan fakta sejarah; sertapemberian angket mengenai penguasaan kernampuan siswa atas dasar-dasarpenelitian sejarah.
HasH pre-tes pada siklus I (pertemuan I) menunjukkan bahwa dari 39siswa yang mengerjakan soal pre-tes,nilai terendah siswa adalah 40 (2 orang,atau 5,13 'Yo), kemudian 50 (6 orang,atau 15,38 'Yo), 60 (18 orang, atau 20,51'Yo), 70 (12 orang, atau 30,77 'Yo), dantertinggi 80 (11 orang, atau 28,21 'Yo).Sehubungan dengan penelitian ini yangmengacu pada konsep belajar tuntas(mastery learning) niJaj minimal 75,maka siswa yang telah memenuhi syarat adaIah yang memiliki nilai 80 (11orang, atau 28,21 'Yo).
HasH pos-tes (pada pertemuan 2)menunjukkan bahwa dari 37 sisw~
Cakrawala Pendidikan, Noveinber 2007, Th. XXVI, No.3
257
yang menjawab soal pos-tes, nilaiterendab adalab 25 (2 orang, atau 5,41%), lalu 37,5 (2 orang, atau 5,41 %),50 (8orang, atau 2,70 %), dan 100 (2 orang,atau 5,41 %). Siswa yang sudab memenuhi syarat belajar tuntas barn 8 orang,atau 21,62 %). Dengan demikian, terdapat 3 orang siswa yang merasot hasil
.belajamya sehingga tidak memenuhisyarat be1ajar tuntas. Hal ini terjadi,menurut mereka, karena soal pos..,.teslebih sulit daripada soal pre-tes, meskipun sarna-sarna soal pilihan ganda(multiple choice).
Pada pemberian tugas kelompok,hal mana siswa dirninta untuk menjelaskan perbedaan antara bukti, sumber, dan fakta sejarab dengan mengacupada peristiwa tertentu, ternyata tidakada satu (dari delapan) kelompok punyang bisa menunjukkan dengan mengacu pada peristiwa sejarah. Kendatipunpeneliti sudab memberikan contoh mengenai peristiwa Perang Dipanegara(1825-1830), dengan bukti, misalnya baju Ontokusumo yang dipakai olehPangeran Dipanegara dan kini tersimpan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, sumbemya tertulis bernpa BabadDipanegara, dan faktanya adalab perlawanan terhadap pemerintab kolonialBelanda selama 5 tabun. Kenyataannya,siswa hanya dapat menjelaskan peristiwa yang barn-barn saja terjadi (recent)dan berkaitan dengan pengalamanyang mereka alami secara langsung.Sebagai contoh, adalab Bakti Sosial kegiatan Pramuka yang diadakan olehSMA Negeri 5 Purwokerto di DesaJatisaba Kecamatan Cilongok pada bulan Juli 2006, dengan bukti misalnyapemasangan bet ambalan, sumbernyalisan, dan faktanya adalab pengucaPansumpah. cinta terhadap SMA,Negeri 5purwokerto. Kendatipun hasilnya menyimpang dari rencana, namun hal
tersebut dapat menjadi awal yang baikuntuk memabami babwa sejarab tidakhanya terkait dengan masa lampau(past), tetapi juga masa sekarang (present) dan masa depan (future).
Hasil dari pengisian angket mengenai penguasaan kemampuan siswaatas dasar-dasar penelitian sejarab oleh37 siswa menunjukkan babwa nilai terendah adalab 54 (lorang, atau 2,70 %),sedangkan yang tertinggi 94 (lorang,atau 2,70 %). Siswa yang telab memenuhi syarat belajar tuntas dengannilai 75 ke atas berjumlah 13 orang(35,14 %). Sedangkan siswa yang belummemenuhi syarat belajar tuntas ada 24orang (64, 86 %). Hasil angket tersebutsudab cukup bagus karena siswa belummendapatkan penjelasan secara mendalam tentang dasar-dasar penelitiansejarah.
Dari hasil angket juga terungkapbabwa 97,30 % (36 dari 37 orang) siswatemyata menyukai mata pelajaran sejarab. Hal ini cukup mengejutkan karena mata pelajaran sejarah biasanya dianggap membosankan dan tidak menarik untuk dipelajari. Selanjutnya, siswa yang tertarik untuk meneliti sejarablokal berjumlab 75,68 % (28 orang);yang mengetabui bahwa metode penelitian sejarab terdiri atas 4 langkabada 86,49 % (32 orang); yang mengertibahwa metode penelilian sejarab meliputi heurislik, verifikasi atau kritik, interpretasi dan historiografi berjumlab33 orang (89,19 %). Kemudian, siswayang memabami dokumen sebagaisumber pokok penelitian sejarab adalab62,16 % (23 orang); yang mengerti babwa sumber lisan lewat wawancara hanya dimanfaatkan jika sumber tertulis /dokumen tidak ada sebanyak 40,54 %(15 orang). Siswa yang mengetabui tentang kritik ekstem untuk menguji otentisitas sumber sebanyak 48,65 % (18
P~ngembangan Kemainpi.1an Siswa Meneliti Sejarah Lokal Melalui Model Inkuiri
orang); yang mengetahni kredibilitas$umber diungkap melalui kritik internsebanyak 37,84 % (14 orang). Pemahaman siswa tentang interpretasi berdasarkan bukli sejarah ada sebanyak 59,46 %en orang); dan pemahaman atas histotiografi ada sebanyak 75,68 % (28Orang).
~, ObservasiObservasi yang dilakukan terhadap
siswa dan guru ketika PUM berlangsung pada siklus I menunjukkan dataseh,gai berikut. Pada saat guru menjelaskan materi tentang sumber, buklidan fakta sejarah, sebagian besar siswa(8c9,74% menurut pengamat I atau92,31% menutut pengamat II) antusiasmffidengarkan penjelasan guru. JumIahYang Sarna (89,74% menurut pengamatI, gan 92,31 % menurut pengamat II)II).enga~u pada siswa yang menyinIakl:>1J.ku teks pelajaran sejarah. Siswa yangmel'lgganggu temannya, balk pengarnatI maupun II, menghitung ada 1 orang(2,5/$%); sedangkan siswa yang mengant1J.k (menurut pengamat I ada 3 orang",tau 7,/$9%; dan menurut pengarnat IIlujnyaada 2 orang atau 5,13%). Se,la,njll.tflya, lidak ditemukan siswa yang",ktif bertanya kepada guru, men~atat
atau tidak pelajaran, membantu gurudalarn memberikan jawaban, dan yangglUai sendiri. Hal ini terjadi karena fol<Il.S utama pembelajaran pada sildus Iadalah diskusi kelompok.
Sementara itu, hasil observasi terh;idap aklivitas guru bail< pada saat:WeJijelaskan materi pelajaran maupun~etika memberikan soal pre-tes dancpos_fes yang dilakukan oleh pengarnat IRan pengarnat II menunjukkan datayang sama sebagai berikut. Sebelum:Wemulai pelajaran, guru 'telah mem;~erikan rancangan belajar (pokok ba~",san) kepada siswa. Selarna .pelajaran
258
beriangsung, guru telah menjelaskanpelajaran secara baik. Guru juga aklifmendorong siswa bertanya, meskipunlidak ada satu pun siswa yangbertanya. Demikian pula, guru menerangkan tugas kelompok yang diberikankepadasiswa. Guru telah menyebutkansumber pelajaran yang digumkan, tetapi belum menggunakan media pembelajaran, belum melakukan variasi media dan metode, dan lidak membiarkansiswanya mencotek. Guru memuji siswa yang menjawab dengan benar, danmenegur siswa yang ramai sendiri ataumengganggu temannya.
Mengenai aklivitas siswa Yal'lg sedang mengerjakan soal, baik pre·tesmanpun pos-tes, gata observasi menunjukkan hahwa 97,44 % siswa mengerjakan soal sendiri, hanya ada 1 siswa(2,56 %) yang ribut dan ramai sendiri.Tidak ada siswa yang berusaha mencontek; dan tidak ada siswa yang menanYakan jawaban kepada temannya.Selain itu, juga lidak ada siswa yanglidak mengerjakan soal.
d. RefieksiMencennati data hasil penelitian di
atas dapatdianalisis bahwa ada beberapa hal yang perin dilakukan pembenahan atau perbaikan. Bertama, mengenal hasil pre-tes dan pos-tes yangmenurtjukkan bahwa hasil pos-tes lebihburuk dari pada hasil pre·tes, menurutpeneliti hal itu lebih disebabkan karenasOal untuk pos-tes memang sengaja dibuat dengan kadar kesulitan yang lebihberat dibandingkan dengan soal pre-teskendatipun sama jenisnya (multiplechoice atau pilihan ganda), yakni padapre-tes menekankan pada aspek ingatan sementara. pada pos-tes aspek pemahaman.
Solusi yang dapat ditawarkan unt1J.k mengatasi permasalahan tersebut
Cakiawala Pendidikan, November2007, TIt. XXVI, No.3
259
adalah: soal pos-tes dibuat dengan jenisyang berbeda dengan soal pre-tes, bukan multiple choice, melainkan essay ataujawaban yang cukup mendalam. Maksudnya, jika siswa dapat menjawab soalpos-tes berupa essay yang bersifat pemahaman karena mereka telah mendapatkan penjelasan dad guru. Apalagisoal essay pada pos-tes merupakanpenjabaran dari materi pre-tes.
Mengenai faktor guru yang mernoton dalam mengajar karena hanyamelakukan ceraillah, dapat diberikanjalan ke1uar untuk pertemuan berikutnya, antara lain dengan memanfaatkanmedia pembelajaran.
Kedua, tentang hasH tugas kelompok yang belum sesuai dengan petunjuk tugasnya dapat disiasati denganmenyajikan petunjuk tugas yang lebihjelas. Dalam hal ini, tugas siswa untukmenyusun panduan wawancara olehpeneliti dilengkapi dengan kisi-kisi, sehingga siswa tinggal menyusun daftarpertanyaan. Demikian pilla, petunjukuntuk menyusun transkripsi wawancara juga diberikan petunjuk yang jelas.
2. SiklusIIa. Perencanaan
Tahap perencanaan pada sikius ITdHakukan dengan cara guru menyusunsatuan acara pembelajaran (SAP) dengan pokok bahasan dasar-dasar penelitian s,ejarah, khususnya· pendalaman topik heuristik (pengumpillan sumber) mengenai prinsip-prinsip dasarmetode wawancara.
b. Pelaksanaan TindakanTahap pelaksanaan tindakan pada
sikius IT meliputi empat tindakan,yaitu:pre-tes, pos-tes, penjelasan materiyang hasilnya dianalisis pada tahapobservasi, dan pemberian tug'!s kelom-
pokmelalui model inkuiri. Mengenaipemberian tugas kelompok, ada tigajenis tugas, yakni: menyusun daftarpertanyaan sebagai panduan wawancara yang telah diberikan kisi-kisinya,melakukan wawancara dengan narasumber atau informan, dan menyusuntranskripsi wawancaranya.
Hasil pre-tes pada sikius IT menunjukkan rentang nilai dari yang terendah, 20 (3 orang, atau 8,11 %), 40 (7orang, atau 18,92 %), 60 (10 orang, atau27,03 %), 80 (15 orang, atau 40,54 %),dan 100 (2 orang, atau 5,41 %). DarihasH .tersebut berarti siswa yang memenuhi syarat belajar tuntas terdapat17 orang (45,95 %) dari 37 siswa yanghadir danmenjawab soal pre-tes.
HasH pas-tes pada sikius IT denganbentuk pertanyaan essay rnenunjukkandata sebagai berikul. Nilai terendahadalah 70 (7 orang, atau 18,92%), se"lanjutnya 75 (11 orang, atau 29,73%), 80(13 orang, atau 35,14 %), 85 (5 orang,atau 13,51%), dan 90 (lorang, atau2,70%). Hal ini berarti siswa yanginemenuhi syarat be1ajar tuntas dengannilai minimal 75 ada sebanyak 19 orang(51,35%).
Mengenai tugas kelompok denganmodel inkuiri yang terdiri atas tiga jenis, hasilnya dapat dikemukakan sebagai berikul. Pertama, tugas membuat.pertanyaan mengenai kondisi masyarakat di kota Purwokerto pada masa Revolusi Fisik sekitar tahun 1945-1949yangdiIihat dari keadaan politik/pemerintahannya, sosial/kemasyarakatannya, dan perekonomiannya dengankisi-kisi yang telah ditentukan menunjukkan bahwa semua (ada 8) kelompokdapat menyusun pertanyaan denganbalk.
Kedua, tugas melakukan wawancara dengan narasumber atau informanyang merupakan salah seorang saksi
Pengembangan"Kemampuan SiSwa Meneliti Sejarah Lokal Me1alui Model Inkuiri
sejarah temyata hanya dapat dilakukanoleh 6 kelompok. Namun demikian,wawancara yang dilakukan denganBapak Soernardan (lahir tanggal 2 Juli1931, pendidikan terakhir SMA, pensiunan PNS, dan beralamat di 11.Sidanegara Tengah No.6 RT 07 jRW 05Kelurahan Purwokerto Kulon, Kecamatan Purwokerto Selatan) dapat berlangsung dengan baik di rumah narasumber jinforman.
Ketiga, tugas menyusun transkripsiwawancara, dari 8 kelompok yang adatemyata hanya dua kelompok yang menyertakan data identitas informan, lainnya tidak. Hal ini beradi cara menyusun transkripsi wawancara belumdikuasai dengan baik oleh para siswameskipun telah dijelaskan sebelurnnya.Hasil transkripsi wawancara yang isinya peneliti nilai sangat baik (nilai A)adalah dari kelompok 6, sedangkanyang dinilai terjelek (nilai D) adalahkelompok 1.
c. ObservasiPada siklus II, observasi dilakukan
bukan hanya pada aktivitas siswa danguru dalam PBM, termasuk saat mengerjakan soal pre-tes dan pos-tes, melainkan juga terhadap aktivitas siswayang melakukan wawancara dengannarasumber j informan.
Hasil observasi dari pengarnat 1dan 2 ketika guru tengah rnenjelaskanmateri pelajaran temyata sarna, dimulaidari siswa yang antusias mendengarkan penjelasan guru sebanyak 94, 59%.Jumiah yang sarna juga untuk siswayang menyimak buku teks pelajaran.Siswa yang aktif bertanya baru ada 1orang (2,70%), demikian pula siswayang mengantuk juga hanya 1 orang(2,70%). Tidak ada siswa yfulg mencatatpelajaran karena sudah ada buku teks.Demikian pula, tidak ada siswa yang
260
membantu memberikan jawaban guru.Siswa yang ramai sendiri dan mengganggu ternannya juga tidak ada.
Kemudian hasil observasi pada saatsiswa mengerjakan soal (pre-tes danpos-tes) menunjukkan bahwa 36 dari 37siswa (97,30%) mengerjakan soal sendiri. Siswa yang ribut/ramai saat mengerjakan soal hanyaada 1 orang(2,70%). Siswa yang tidak mengerjakansoal, yang berusaha mencontek danyang menanyakan jawaban kepada temannya tidak ada sama sekaIi.
Aktivitas guru selama PBM jugatidak luput diobservasi oleh pengamat1 dan 2, dengan hasil sebagai berikut.Baik pengamat 1 maupun pengarnat 2mencatat hasH yang sarna, yakni: gurutelah memberikan rancangan belajarkepada siswa, telah menjelaskan pelajaran dengan baik, telah menerangkantugas yang diberikan kepada siswa,telah menyebutkan sumber pelajaranyang dipergunakan, dan telah menggunakan media pembelajaran berupabagan dasar-dasar penelitian sejarah.Namun, guru belum melakukan variasimedia dan metode. Guru juga telahmemuji siswa yang menjawab denganbenar, tidak membiarkan siswa yangmencontek, dan menegur siswa yangramai sendiri (mengganggu ternan)yang mencoba mencontek.
Berikutnya, observasi terhadap aktivitas siswa saat melakukan wawancaradengan narasumber j informan menunjukkan hasil sebagai berikut. Sebelumwawancara dilakukan, siswa telah menyusun pedoman atau panduan wawancara dan menyiapkan alat tulis atauperekam ketika wawancara beriangsung. Selama berlangsungnya wawancara, siswa bertanya sesuai dengan per.:.tanyaan yang terdapat pada pedomanatau panduan wawancara. Siswa sangatantusias ketika bertanya kepada nara-
Cakrawala Pendidikan, November 2007, Th. XXVI, No.3
261
suwber/inforrnan yang merupakan salaKseorang saksi sejarah, meskipun wawancara belum berlangsung secara lerbuka.
d. RefleksiPada siklus II, lerdapat dua hal
yang perlu diperbaiki untuk mening"kalkan kualilas PBM siklus selanjutnya.Pertarna, nilai lertinggi pre-les (100)lernyala lebih baik dari pos-les (90). Halini menurul penelili disebabkan olehbelum optirnalnya guru dalam menyampaikan maleri pelajaran, kendalipun sudah menggunakan media pem~
belajaran namun belum melakukan variasi anlara media dengan metode.Sehllbungan dengan itu, pada siklus IIIdiupayakan agar guru melakukan variasi anlara penggunaan media (hagandasar-dasar penelilian sejarah) denganmelode (diskusi kelornpok).
Kedua, hasil dari lugas kelompokdengan model inkuiri, lerutarna penyusunan transkripsi wawancara yangbelum sesuai dengan petunjuk yangdiberikan oleh guru. Oleh karena itu,dalam siklllS III, tugas kelompok dengan model inkuiri yakni menyusunlaporan, maka petunjuk untuk tugasmenyusun laporan lersebul diupayakanlebih jelas dan gamblang.
3. Siklus IIIa. Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus J1]
dilempuh dengan kegialan guru menyusun satuan acara pembelajaran(SAP) melanjutkan pokok bahasandasar-dasar penelilian sejarah, khususnya lartgkah verifikasi/kritik sumber,inlerprelasi dan hisloriografi (untukperlemuan perlama). Sedangkan untukperlemuan kedua, disusun SAP mengenai jejak-jejak masa lampau yang dikailkan dengan sejarah loka!.
2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus
III lerdiri alas empal jenis tindakan,yaitu: pre-les, pos-les, penjelasan maleriyang hasilnya dianalisis pada lahap observasi, dan pemberian tugas keIompokberupa menyusun laporanalau semacam hisloriografi.
Hasil pre-les pada siklus III dari 31siswa yanghadir dan mengerjakan soalmenunjukkan ada kenaikan yang sangal signifikan pada nilai lerendah,bahkan jika dibandingkan dengan sikIus I (40), siklus II (20), dan siklus III(60). Siswa yartg mendapalkan nilai lerendah (60) berjumlah 2 orang (6,45%).Selanjutnya, siswa yang memperolehnilal 80 ada sebanyak 9 orang (29,03%).Semenlara itu, siswa yang mendapalkart nilai lertinggi pada siklus III (100)lerdapal 20 orang (64,52%). Dengandemikian, jumlah siswa yang lelah memenuhi syaral belajar tunlas nilai minimal 75 lerdapal sebanyak 29 orang(81,5 %).
Hasil pos-les pada siklus III dari 31siswa menunjukkan bahwa nilal lerendah adalah 65 (2 orang, alau 6,45%),selanjutnya 70 (7 orang, alau 22,58%),75 (11 orang, alau 35,48%), kemudian 80(8 orang, alau 25,81%), dan nilai lertinggi 85 (3 orang, alau 9,68%). Hal iniberarli bahwa siswa yang lelah memenuhi syaral belajar tunlas dengannilal minimal 75 lerdapal 22 orang(70,97%). Hasil pos-les siklus II!(70,97%) menunjukkan perkembanganyang sangal signifikan dibandingkandengan hasil pos-les siklus sebelumnya,yakni siklus I (21,62%) dan siklus II(51,35%).
Perkembangan hasil pre-les danpos-les dari masing-masing siklus dapal digambarkan pada Tabe12 berikut.
p..,gem!1ang;m Kemampuan Siswa Meneliti 5ejarah Lokal Melalui Modelln!<uiri
262
Tabel 2. Perkembangan Taraf Belajar Tunlas dari HasH Pre-Ies dan Pos-Ies
HasH Nilai Pre-tes (%) HasH Nilai Pos-tes (%)
Nilai Siklus I Siklus Siklus Nilai Siklus I Siklus SiklusIT III II III
<75 71,79 54,05 6,45 <75 78,38 48,65 29,03>75 28,21 45,95 93,55 >75 21,62 51,35 70,97
Salah satu alasan mengapa hasilnilai pas-tes lebih buruk ketimbang hasil nilai pre-tes, lerutama pada siklus !ldan III, adalah karena siswa yang tidakhadir pada pembelajaran siklus II (2orang) dan pada pembelajaran siklus III(6 orang) dimana mereka hadir padasiklus I (39 arang) merupakan siswayang pandai dan berprestasi. Namunmereka, khususnya 6 arang pada siklusm, diJibatkan pada kegiatan memperingati hari ulang tahun (HUT) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indanesia (RI) yang diselenggarakan alehPemerintah Kabupaten Banyumas, sehingga tidak bisa mengikuti pembelapran pada siklus Ill.
Hasil dari pemberian tugas kelompok beupa laparan hasil penelitianyang terutama didasarkan pada hasil\V,,'1wancara dengan narasumber/ informan menunjukkan data sebagai berikut. Ada 6 laparan yang berhasil diKurnpulkan dari siswa, 5 laporan dianL:cranya sudah diketik kamputerdCl1[;an rapi (MS Word) dan hanya 1laporan yang ditulis langan. Laparanvang ditulis tangan terkesan dikerjakansecara asal-asalan (yang penting jadi)dan belum memenuhi sistemalika laporan yang telah ditentukan, yaknipengantarI pendahuluan, pembahasan,simpulan dan ada daftar pustaka. Dari
laporan yang diketik rapi, penelitimenilai ada 1 laparan yang terbaik,vakni dari kelompok 5 karena dalampongantarI pendahuluan ada dicantum-
kan tentang alasan pemiJihan judul,tujuan penulisan dan metade pengumpulan data. Sementara 4 laparan lainnya di dalam pengantarIpendahuluantidak mencantumkan ketiga hal tersebut.
3. DbservasiPBM pada siklus III diabservasi
baik dalam hal aktivitas siswa ketikaguru menjelaskan materi pelajaran, saatsiswa mengerjakan saal pre-tes danpas-tes, maupun dalam hal kegiatanguru saat mengajar dan mengawasi siswa mengerjakan saal pre-tes dan pasles. Hasil abservasi dari pengamat 1dan pengamat 2 pada siklus III sama.
Data observasi siswa saat mendengarkan penjelasan guru menunjukkan bahwa 100 % siswa antusias dalammendengarkan penjelasan guru. Demikian pula siswa yang menyimak bukuteks pelajaran juga semua (100%). Ada2 dari 31 siswa (6,45%) yang aktif bertanya kepada guru. Kemudian, siswatidak meneatat pelajaran karena terfakus pada buku teks pelajaran, jugatidak ada siswa yang membanlu gurudalam memberikan jawaban. Siswayang ramai sendiri, mengganggu temannya dan mengantuk juga tidak ada.PBM lebih hidup. Saal mengerjakansaal pre-les dan pas-les, seluruh siswa(100%) mengeIjakan dengan lerlib.Tidak ada siswa yang berupaya menconlek, menanyakan jawaban kepadaternan, ribut atau ramaL
Cakrawala Pendidikan, November 2007, Th. XXVI, No.3
263
sep belajar tuntas (11Ulstery learning) de"ngan nilai minimal 75.
Dua permasalahan yang ingindi"peeahkan melalui PTK ini, yakni sejauh
, mana siswa memahami dasar~dasarpe;.."nelitian ·$~jaral:1J;l.an pemahaman tel'"
sebut dapat dipraktil<kan dalam sebuahpenelitian sejarsah lokal seeara sederhana, dapat terpenuhi semua indikator1<~berhasilannya.Hasil pre-tes dan postes dari masing-masing sikius menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam hal pemahaman siswa mengenaihakikat, ruang lingkup dan dasar-dasarpenelitian sejarah. Mengenai hasil pretes, peningkatan dari siklus I ke sikiusII sebesar 17,74 %, sedangkan darisiklus II ke sikius TIl sebesar 47,60 %.Untuk hasil pos-tes, peningkatan darisiklus I ke siklus II sebesar 29,73 %, dandari siklus II ke sikius III sebesar 19,62%.
Demikian pula dengan hasil angketdengan aeuan belajar tuntas minimalnilai 75 sebesar 34,21 % menggambarkall pemahaman siswa yang cu1<up baiktentang dasar-dasar penelitian sejarahkarena angket hanya diberikan sekalidan siswa belum mendapatkan materitentang dasar-dasar penelitian sejarahseeara mend'llam.
Keti1<a pemahaman mengenai dasar-dasar penelitian sejarah itu diprak
········-·····nJ<kan·olehsiswa·kelas·X-6 ke dalampenelitian sejarah 101<al dapat disimpul1<an ada perkembangan seeara kualitatifyang eukups~giiliikim"'berda'sarkanhasil dari tugas kelompo1< di tiap-tiap sikIus. Bila pada sikius 1, siswa masih terlihat agak bingung dalam membedakansumbel', bukti dan fakta sejarah, makapada siklus IT. ketika siswa Seeara ke10mpo1< diminta untuk menyusun peedoman atau panduan wawaneara, m¢"lakukan wawaneara dan membu1tttranskripsi wawaneara sebagian besar
.,. Simpulan dan Saran1. Simpulan
Simpuhin yang dapat dipetik daripenelitian tinda1<an'kelas (PTK) ini adalab bahwa model inkuiri eukup efektifpntu1< mengembangkan kemampuan~wa meneliti sejarah lokal sebagaiJUalla tampak dari hasil penelitian yangffliaplikasikan kepada siswa kelas X-6SMA Negeri 5 Purwokerto tal).un ajaran~Q06/2007, dengan mengacu pada kOll-
4. RefleksiDari data hasil penelitian pada sik
Ius III qail< mengenai hasil pre-tes, posies maupun pengamatan terhadap aktivitas guru dalam PBM menunjukkanperkembangan dan kemajuan yang sangat berarti bila dibandingkan dengandata yang Sama pada siklus I dan sikiusII. H'll ini berarti tidak ada lagi persoalan penting yang perlu dipeeahkan.Dimgan demikian, semua indikator keberhasilan yang dipersyaratkan padamasing-masing siklus dapat tercapaikendatipun barangkali belum optimal.
Kegiatan guru selama PBM terlihatada peningkatkan, terutama karena gIiru melakukan variasi media dan metode pembelajaran dengan diskusi danpresentasi laporan penelitian. Sama seperti sebelumnya, guru telah memberikan raneangan belajar (pokok bahasan)kepada siswa, menjelaskan pelajaran
.dengan baik, mendorong siswa aktifbertanya, menerangkan tugas yang diberikan, menyebutkaJ? sumber pelajar"an yang dipergunakan, menggunakanmedia pembelajaran, memuji siswayang menjawab dengan benar, tidakmembiarkan siswa mencontek, dan menegur siswa yang ramai sendiri/ mengganggu temannya.
P<:ngemb;mgon Kemampuan Siswa Menelili SejarahLokal MeIalui M(>dellnkuiri
bisa mengerja!<an dengan baile Padasiklus III, saat dilleri tugas secara keIompok menyusun laporan penelitiansebagian besar dapat dikerja!<an dengan bail<, kendatipun belum optimal.
2, SaranBeberapa saran perlu dipertimbang
!<an untuk direkomendasikan, sebagaiberikut.a. Pokok bahasan dasar-dasar peneliti
an sejarah termasuk topik yang cukup berat untuk diajarkan kepadasiswa, apalagiuntuk siswa SMA dikelas X, karena topik ini menuntutpenguasaan secara mendaIam materi tersebut oleh gurU sejarah.Penguasaan guru terhadap pokokba.hasan ini juga menuntot untokdapat dikembangkan melaIui penelinan secara sederhana, khususnyamelaIui kajian sejarah 10kaI. Se'hubungan dengan itu, kiranya amatwajar bila pokok bahasan ini diajarkan pada kelas Xl atau kelas XlI.Pembelajaran model inkuiri menuntut siswa untok aktif dan kreatif. Halin! membutohkan pembelajaranyang variatif, khususnya dalam halmedia dan metode pembelajaran.Se~ubungandengan itu, hendaknyasenap sekolah dapat menyediakanfasilitas pembelajaran yang mema-
terutama melaIui fasilitas audiovisual sangat balk untuk pembela-
l'eJm.bdEljaJ·an sejarah secara konvenmonoton dan hanya
rn."I"lgaI"l(iaUkan ceramah sudah tidaklagi untuk pembelajaran seBerkenaan dengan ito, setiap
seJarah hendaknya membekalidengan menguasai berbagai medan metode pembelajaran.
264
Daftat Pustaka
Abdullah, T. (editor). 1996. Sejarah Lokaldi Indonesia. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Badrika, 1. W. 2004. Sejarah NasionalIndonesia dan Umum SMA untukKems X, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 1999. Penelitian Tindakan(Action Research). Jakarta: DiljenDlkdasmen Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas.
Direktorat Pendidikan MenengahUmum. 2003. Kuriku/um 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Silabl+sdan Penilaian Mala Pe/ajaranSejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah dan Umum.
Kamarga, H. 2004. Kurikulum SerbasisKompetensi dan Maten Sejarah Lokal. MakaIah pada Seminar Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal dalamPerspektif Integrasi Bangsa diJurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan IndonesiaBandung, 28 Februari 2004.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar IImu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
Nurhadi, B. Y, dan Senduk, A.G. 2003.Pembe/ajaran Kontekstual dan Penerapannya da/am KBK. Malang:Universitas Negeri Malang.
Priyanto, A. 2003. "Pendudukan Belanda di Purwokerto Tahun 1947 -
265
1949," Skripsi pada UniversitasMuhammadiyah Purwokerto (tidak dipublikasikan).
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.2002. Kurikulum Berbasis KQmpetensi: Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakarta: Pusat Kurikulum Balit,bang Depdiknas.
Sunarto. 1989. Strategi Belajar-MengajarIlmu Pengetahuan Sosiill. Malang:Penerbit IKIP Malang.
Pengembangan KemampuanS~aMeneJili Sejarah lobi Melaiui Model Inkuiri
top related