polio miel it is

Post on 12-Jan-2016

5 Views

Category:

Documents

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

polio

TRANSCRIPT

POLIOMIELITIS

Definisi

• Penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh poliovirus yang mengakibatkan kerusakan dari sel saraf dan terutama menyerang anak-anak

What is Poliomyelitis?

• polio= gray matter• Myelitis= inflammation of the spinal cord• This disease result in the destruction of motor

neurons caused by the poliovirus.• Polio is causes by a virus that attacks the nerve

cells of the brain & spinal cord although not all infections result in sever injuries and paralysis.

Etiologi

• Penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus yang berasal dari genus enterovirus dan famili picorna viridae.

Virus polio

• Polio virus = single stranded RNA +• Mempunyai 3 tipe yang berbeda pada susunan rantai • Bentuk sferis ukuran kecil 20-32 nm• Tahan pH 3-10 sehingga dapat tahan terhadap asam

lambung• Virus ini tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1%, dan

macam-macam detergen• Inaktif pada pemanasan dengan suhu 55°C selama

30 menit, formalin, klorin, dan sinar ultraviolet

Tipe-tipe virus polio

• 3 tipe virus polio1. Tipe I (Brunhilde) merupakan tipe paling

berbahaya dan sering menimbulkan endemi2. Tipe 2 (Lansing) Kadang-kadang dapat

menyebabkan wajah yang sporadic3. Tipe 3 (Leon)

Cara penularan

• Virus ini menular melalui kotoran atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi serta melalui benda benda yang terkontaminasi

Resiko terjadinya polio:

• Belum mendapatkan imunisasi polio • Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan

polio • Kehamilan • Usia sangat lanjut atau sangat muda • Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru

menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)

• Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).

Cell Binding and Entry

Patogenesis

Pathophysiology

• Poliovirus enters the body through the mouth, infecting the first cells it comes in contact with—the pharynx (throat) and intestinal mucosa. It gains entry by binding to an immunoglobulin-like receptor, known as the poliovirus receptor or CD155, on the cell membrane.[The virus then hijacks the host cell's own machinery, and begins to replicate. Poliovirus divides within gastrointestinal cells for about a week, from where it spreads to the tonsils (specifically the follicular dendritic cells residing within the tonsilar germinal centers), the intestinal lymphoid tissue including the M cells of Peyer's patches, and the deep cervical and mesenteric lymph nodes, where it multiplies abundantly. The virus is subsequently absorbed into the bloodstream.

Target organ

• Virus ini hanya menyerang sel-sel saraf tertentu terutama medula spinalis daerah kornu anterior, batang otak pada nukleus vestibularis, dan inti-inti saraf serta formatio retikularis yang mengandung pusat vital

• Dapat juga mengenai substansia nigra dan nukleus rubra

Klasifikasi poliomieltis

Poliomielitis asimtomatis

(Setelah masa inkubasi 7-10 hari), tidak terdapat gejala karena daya

tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama

sekali.

Poliomielitis abortif :

Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.

Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,

muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri

abdomen.

• Poliomielitis non paralitik :

Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri

kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini berlangsung 2-10

hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian

remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot.

• Poliomielitis paralitik :

Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu

atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial.

Klasifikasi Poliomielitis

Spinal polio• Spinal polio is the most common

form of paralytic poliomyelitis; it results from viral invasion of the motor neurons of the anterior horn cells, or the ventral (front) gray matter section in the spinal column, which are responsible for movement of the muscles, including those of the trunk, limbs and the intercostal muscles. Virus invasion causes inflammation of the nerve cells, leading to damage or destruction of motor neuron ganglia.

Bulbar polio

• Making up about 2% of cases of paralytic polio, bulbar polio occurs when poliovirus invades and destroys nerves within the bulbar region of the brain stem. The bulbar region is a white matter pathway that connects the cerebral cortex to the brain stem. The destruction of these nerves weakens the muscles supplied by the cranial nerves, producing symptoms of encephalitis,

Anamnesis

• Demam kurang lebih 2 minggu• Sakit kepala yang hebat sampai mengganggu aktivitas

sehari-hari• Muntah disertai rasa mual, setiap di beri makan akan

dimuntahkan• Sakit tenggorokan, tidak bisa makan dan minum

dengan baik• Konstipasi• Kelumpuhan• Riwayat imunisasi polio

Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital di nilai pada infeksi virus polio. Gejala dapat bervariasi dari infeksi yang tidak jelas sampai paralisis.Pemeriksaan neurologis

– Kelemahan otot– Sensorik biasanya normal– Reflek tendon dalam biasanya mulai terlihat 3-5 minggu setelah

paralisis, dan menjadi lengkap dalam waktu 12-15 minggu serta bersifat permanen.

– Gangguan fungsi otonom sesaat, biasanya ditandai dengan retensi urin.– Tanda-tanda rangsang meningeal– Gangguan saraf kranial (poliomielitis bulbar). Dapat mengenai saraf

kranial IX dan X atau III. Bila mengenai retikularis di batang otak maka terdapat ganguan bernafas, menelan, dan sestem kardiovaskuler.

Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal• Pemeriksaan CSF : Jernih, tekanan normal, pleositosis

antara 15-500 sel mm3 dengan sel limfosit yang predominan. Kadar protein normal pada minggu ke-1, meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3

• Isolasi virus Swab tenggorokan Tinja • Pemeriksaan immunoglobulin

mempunyai nilai diagnostik bila terjadi kenaikan titer 4x IgG atau di temukan IgM +

Diagnosis• Diagnosis polio ditegakkan dengan manifestasi klinis

yang tepat dan dapat didukung oleh isolasi virus dari tenggorokan, tinja, dan CSF

• Titer antibodi serum dengan virus polio juga dapat diukur, dengan jumlah peningkatan empat kali lipat dianggap diagnostik infeksi akut dapat ditegakkan

Diagnosis banding

• Aseptik meningitis• Meningitis purulenta

Perlu dilakukan pemeriksaan cairan serebropinalis; pembiakan kuman

• Guillaine barre sindromeGejala khas paralisis simetris, asenden, adanya gangguan sensibilitas. Pada cairan serebrospinalis, kadar protein meningkat tanpa kenaikan sel PMN. Pada pemeriksaan EMG terdapat penurunan kecepatan hantar saraf motorik.

• Mielitis transversaCairan serebrospinalis terliahat meningkat dan globulin meningkat, pleositosis dengan monosit predominan.

Penatalaksanaan

• Tidak ada pengobatan yang spesifik hanya simptomatis dan suportif saja

• Poliomielitis abortif – Antipiretik– Diberikan analgetika dan sedatifa untuk mengurangi mialgia– Diet yang adekuat– Istirahat yang cukup sampai suhu tubuh kembali normal

• Poliomielitis nonparalitik– Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif– Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan

bersamaan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam, dan kadang – kadang mandi air panas juga membantu

Penatalaksanaan

• Poliomielitis Paralitik– Membutuhkan perawatan di rumah sakit.– Istirahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut

dilampaui– Selama fase akut kebersihan mulut dijaga– Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga

persendian tanpa menyentuh otot dan hindari gerakan menekuk punggung.

– Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.

– Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik progresif.

Penatalaksanaan

• Poliomielitis bentuk bulbar– Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase

postural dengan posisi kaki lebih tinggi (20°- 25°), muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi, pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau perlu trakeostomi.

Komplikasi• Melena cukup berat sehingga memerlukan transfusi• Dilatasi lambung akut • Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu,

biasanya pada stdium akut• Ulkus dekubitus dan emboli paru• Hiperkalsuria• Kontraktur sendi, yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha,

lutut, dan pergelangan kaki• Pemendekan anggota gerak bawah, biasanya akan tampak salah satu tungkai

lebih pendek dibandingkan tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami atrofi otot

• Skoliosis• Kelainan telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam

Pencegahan

• Jangan masuk ke daerah wabah• Di daerah wabah sebaiknya dihindari faktor –

faktor predisposisi seperti tonsilektomi, suntik, dan lain – lain.

• Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan• Imunisasi aktif

Pencegahan

• Pemberian imunisasiRekomendasi dari WHO diberikan 4 kali sejak lahir dengan interval

waktu 6-8 minggu Pemberian imunisasi mulai

umur 0-1 bulanumur 2-4 bulanumur 6 bulanumur 18 bulan

JENIS IMUNISASI POLIO

• Inactivated Virus Vaccine ( Salk )– Diberikan secara suntikan– Merupakan vaksin Polio pertama yang dipasarkan sekitar

tahun 1950 an. Pada mulanya dibuat bentuk nonen hanced IPV dengan imunogenisitas kurang pada mukosa usus dan harus diberikan dengan cara parenteral, namun akhir – akhir ini dibuat bentuk Enhanced IPV dan terbukti bahwa bentuk ini tingkat imunogenisitasnya sama dengan vaksin polio oral ( OPV ). Vaksinasi dasar dimulai pada usia 2 – 3 bulan, diberikan 3 kali dengan interval 4 – 6 minggu .diberikan pada umur prasekolah.Suntikan ulangan diberikan pada umur prasekolah.

• Live Attenuated Virus Vaccine ( Sabin )– Diberikan secara oral– OPV telah digunakan sejak 1960 an, jenis vaksin ini

banyak digunakan sehingga banyak membantu menurunkan prevalensi penyakit polio diseluruh dunia. OPV ini telah digunakan di Indonesia dalam program imunisasi

ANATOMI

top related