re-desain sistem instalasi lay-out engine room ...repository.ppns.ac.id/2272/1/0216030034 -...
Post on 06-Nov-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
TUGAS AKHIR (602502A)
RE-DESAIN SISTEM INSTALASI LAY-OUT ENGINE ROOM, BILGE SYSTEM, BALLAST SYSTEM, FIRE MAIN SYSTEM, DOMESTIC FRESH WATER DAN SEA WATER SUPPLY PADA KAPAL SV. GARUDA OFFSHORE
RANGGA ABDIYANTO 0216030034
DOSEN PEMBIMBING : TRI KARYONO, ST,. MT.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA
2019
2019
TUGAS AKHIR (602502A)
RE-DESAIN SISTEM INSTALASI LAY-OUT ENGINE ROOM, BILGE SYSTEM, BALLAST SYSTEM, FIRE MAIN SYSTEM, DOMESTIC FRESH WATER DAN SEA WATER SUPPLY PADA KAPAL SV. GARUDA OFFSHORE
RANGGA ABDIYANTO 0216030034
DOSEN PEMBIMBING : TRI KARYONO, ST,. MT.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK BANGUNAN KAPAL JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
ii
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
iii
iv
(Halaman ini sengaja dikosongkan).
v
vi
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dan juga Shalawat dan juga
salam selalu kita limpahkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena
rahmat dan karunia Nya-lah penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini
tepat pada waktunya dengan judul:
“RE-DESAIN SISTEM INSTALASI LAY-OUT ENGINE ROOM, BILGE
SYSTEM, BALLAST SYSTEM, FIRE MAIN SYSTEM, DOMESTIC FRESH
WATER DAN SEA WATER SUPPLY PADA KAPAL SV. GARUDA
OFFSHORE”
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar Ahli Madya (AMd) dan juga salah satu kurikulum yang ada di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis mendapatkan dukungan,
bantuan, bimbingan, pengalaman, dukungan dan kerja sama yang baik dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
2. Bapak Ruddianto, ST. MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
3. Bapak Ir. Hariyanto Soeroso, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Bangunan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
4. Bapak Tri Karyono, ST,. MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberi nasehat dalam penyelesaian Tugas Akhir saya.
5. Bapak Denny Oktavina Radianto, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Tugas
Akhir.
6. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
7. Kedua orang tua dan kakak saya yang selalu memberikan semangat, doa dan
dukungannya.
8. Teman-teman SB 2016 yang selalu membantu.
9. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
viii
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, penulis berusaha
semaksimal mungkin mengerjakan sebaik-baiknya. Namun penulis menyadari
bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu penulis
memohon saran dan kritik yang membangun diterima dengan senang hati guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis senantiasa berharap bahwa apa yang ada dalam laporan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, dan bagi pembaca pada
umumnya.
Surabaya,6 Agustus 2019
Penulis
ix
RE-DESAIN SISTEM INSTALASI LAY-OUT ENGINE ROOM, BILGE
SYSTEM, BALLAST SYSTEM, FIRE MAIN SYSTEM, DOMESTIC FRESH
WATER DAN SEA WATER SUPPLY PADA KAPAL SV. GARUDA
OFFSHORE
RANGGA ABDIYANTO
ABSTRAK
Permasalahan permasalahan ini terjadi pada peletakan alur pipa yang
seharusnya tidak boleh melewati crew rooma atau daerah yang seharusnya tidak
boleh dilewati alur pipa, penempatan pompa yang tidak sesuai dan seharusnya
mudah diakses crew, tidak mempersulit proses perbaikan pipa sewaktu terjadinya
kebocoran, posisi peletakan pipa yang rumit dan sulit dijangkau.Dimana akan
dilakukan perhitungan untuk menentukan daya pompa, kebutuhan setiap pipa,
serta kebutuhan valve pada kapal tersebut, sehingga awal untuk itu akan dilakukan
proses gambar redesain untuk mencari alternative.Pada pompa P1 daya pompa
dari capacity 150 m3/h dan head 145 m. Pada pompa P2 daya pompa dari capacity
150 m3/h dan head 145 m. Pada pompa P3 daya pompa dari capacity 60 m3/h dan
head 45 m. Pada pompa P4 daya pompa dari capacity 55 m3/h dan head 40
m.Penggunaan material pipa gambar redesain lebih efesien pada bagian, bilge
system, dan ballast system, dimana kebutuhan material pipa pada gambar redesain
ialah 9,06% dari gambar perusahaan. Dan pada gambar ballast system untuk
kebutuhan material pipa redesain 9,88% dari kebutuhan material pipa pada
gambar perusahaan.Penggunaan material valve pada gambar redesain lebih efesien
dari gambar redesain, dimana untuk gambar perusahaan pada bagian bilge system,
ballast system, dan fire system Sehingga kebutuhan material valve redesain 57%
dari kebutuhan material valve pada gambar perusahaan.
Kata kunci : Lay-Out Engine Room, Bilge System, Ballas System, Fire Main
System, Domestic Water System,Sea Water Sistem, redesain
x
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
xi
RE-DESIGN THE SYSTEM INSTALLATION LAY-OUT ENGINE ROOM,
BILGE SYSTEM, BALLAST SYSTEM, FIRE MAIN SYSTEM, DOMESTIC
FRESH WATER AND SEA WATER SUPPLY ON THE SHIP SV. GARUDA
OFFSHORE
RANGGA ABDIYANTO
ABSTRACT
Issue this issue occurs at the laying of the pipeline flow should not be
passing through the area or rooma crew should not be bypassed flow pipe, the
placement of the pump that are not appropriate and should be accessible to the
crew, not complicate the repair process pipeline when the occurrence of leaks,
pipe laying position are complicated and difficult to reach. Where the calculation
will be performed to determine the needs of each pump, power pipes, and valve on
the ship, so that it will be done for the initial process image redesain to look for
alternative. On the pump the pump power P1 of capacity 150 m3/h and head 145
m. on pump pump power P2 from capacity 150 m3/h and head 145 m. on P3
power pump pump capacity of 60 m3/h and head 45 m. on pump P4 power pump
capacity of 55 m3/h and head 40 m. use of material pipe image redesain more
efficiently on parts, bilge and ballast systems, system, where material needs pipe
in Figure redesain is 9.06% from the image of the company. And on the image of
ballast system for redesain pipe material needs 9.88% of the material needs of the
pipeline on the image of the company. The use of the material valve on the image
redesain more efficiently from the image redesain, which for the company image
on the bilge system, ballast systems, and fire system so that material needs valve
redesain 57% of needs the material valve on the image the company.
Keywords: Lay-Out Engine Room Bilge System, Ballas System, Fire Main
systems, Domestic Water systems, Sea Water system, redesain
xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................................2
1.3. Tujuan ...........................................................................................................2
1.4. Manfaat Kegiatan .........................................................................................3
1.5. Batasan Masalah ...........................................................................................3
BAB 2 DASAR TEORI .........................................................................................5
2.1. Pengertian Sistem Instalasi Perpipaan ..........................................................5
2.2. Bahan Pipa ....................................................................................................6
2.3. Ukuran Pipa ..................................................................................................8
2.4. Macam-Macam Katup ................................................................................10
2.5. Bahan Katup Dan Peralatan (Fitting) .........................................................12
2.6. Flens ...........................................................................................................13
2.7. Jenis-Jenis Flens Antara Lain .....................................................................14
2.8. Sistem Bilga ...............................................................................................17
2.9. Sistem Ballast .............................................................................................19
2.10. Fire main system ......................................................................................25
2.11. Sistem Air Tawar (Fresh Water System) ..................................................28
xiv
2.12. Perhitungan kapasitas head pmpa dan head losses .................................. 31
2.13. Gambar yang dibutuhkan ......................................................................... 36
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 41
3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 41
3.2. Tahapan Pelaksanaan ................................................................................. 42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 45
4.1. Ukuran Utama Kapal ................................................................................. 45
4.2. Perhitungan Head Pump dan Capacity Pump Gambar perusahaan dengan
Gambar Redesain ....................................................................................... 46
4.2.1. Perhitungan gambar perusahaan ........................................................... 46
4.2.2. Perhitungan Head Pump dan Capacity Pump redesain ..................... 66
4.3. Menentukan Daya Pompa .......................................................................... 86
4.3.1. Menentukan daya pompa pada gambar perusahaan sesuai dengan
gambar. ..................................................................................................... 86
4.3.2. Daya pompa pada gamabar redesain .................................................... 87
4.4. Rancangan Redesain .................................................................................. 89
4.4.1. Layout Engine Room .............................................................................. 89
4.4.2. Bilge System, Ballast System, dan Fire Main System ....................... 90
4.4.3. Domestic Fresh Water dan Sea Water .................................................. 92
4.5. Kebutuhan Material ................................................................................... 93
4.5.1. Bilga system ............................................................................................. 93
4.5.2. Ballast system .......................................................................................... 94
4.5.3. Fire system ............................................................................................... 95
4.6. Kebutuhan material valve .......................................................................... 96
4.6.1. Bilge system, ballast system dan fire figting ....................................... 96
4.6.2. Domestic fresh water .............................................................................. 97
xv
4.7. Analisa ........................................................................................................98
4.7.1. Daya penggunaan pompa ....................................................................... 98
4.7.2. Kebutuhan material pipa ........................................................................ 99
4.7.3. Kebutuhan material valve .................................................................... 100
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................103
5.1. Kesimpulan ...............................................................................................103
5.2. Saran .........................................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105
LAMPIRAN
xvi
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Seamless drawing steel pipe ... ...........................................................6
Gambar 2. 2. Seamless drawn pipe ..........................................................................6
Gambar 2. 3. Lap welded steel pipe ......................................................................7
Gambar 2. 4. Electric resistence welded ..................................................................7
Gambar 2. 5. Baja dari timah hitam .........................................................................7
Gambar 2. 6. Pipa galvanis ....................................................................................7
Gambar 2. 7. Butterfly valve ..................................................................................10
Gambar 2. 8. Reducing valve .................................................................................10
Gambar 2. 9. Non return valve ..............................................................................10
Gambar 2. 10. Termostatik valve ..........................................................................11
Gambar 2. 11. Gate valve ......................................................................................11
Gambar 2. 12. Globe valve ....................................................................................11
Gambar 2. 13. Katup kuningan .............................................................................12
Gambar 2. 14. Besi ................................................................................................12
Gambar 2. 15. Baja.................................................................................................13
Gambar 2. 16. Stainless steel .................................................................................13
Gambar 2. 17. Flens pada pipa baja .....................................................................13
Gambar 2. 18. Flens dari besi tuang .....................................................................14
Gambar 2. 19. Sip on .............................................................................................14
Gambar 2. 20. Weld neck flange ...........................................................................15
Gambar 2. 21. Blind flange ...................................................................................15
Gambar 2. 22. Socked weld flange ........................................................................15
Gambar 2. 23. Flens ..............................................................................................16
Gambar 2. 24. Ballast system ................................................................................19
Gambar 2. 25. Sea chest ........................................................................................21
Gambar 2. 26. Pipa cabang ...................................................................................22
Gambar 2. 27. Contoh pompa ballast ...................................................................23
Gambar 2. 28. Pompa sentrifugal sebagai pompa ballast .....................................23
Gambar 2. 29. Katup .............................................................................................24
xviii
Gambar 2. 30. Overboard ..................................................................................... 24
Gambar 2. 31. Pompa sentrifugal sebagai pompa fire main system ..................... 25
Gambar 2. 32. Hydrant ......................................................................................... 26
Gambar 2. 33. Fire hose ....................................................................................... 27
Gambar 2. 34. General arrangement ................................................................... 36
Gambar 2. 35. Layout engine room ...................................................................... 37
Gambar 2. 36. Bilge system, ballast system .......................................................... 38
Gambar 2. 37. Fire main system ........................................................................... 39
Gambar 2. 38. Domestic fresh water dan sea water ............................................. 40
Gambar 3. 1. Diagram alir penilitian ..................................................................... 41
Gambar 4. 1. Layout engine room ........................................................................ 89
Gambar 4. 2. Bilge system, ballast system, dan fire main system ......................... 90
Gambar 4. 3. Domestic fresh water dan sea water ………………………………92
Gambar 4. 4. Isometri diagram pipe bilge ............................................................ 93
Gambar 4. 5. Isometri diagram pipe ballast ......................................................... 94
Gambar 4. 6. Isometri diagram pipe fire .............................................................. 95
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki .............................................8
Tabel 2. 2. Standart ukuran pipa baja menurut “JIS” ..............................................9
Tabel 2. 3 .Ketentuan sambungan pipa dengan flens (BKI 2006 sec. 10) .............16
Tabel 4. 1. Minor head loos suction bilga .............................................................48
Tabel 4. 2. Minor head loss discharge bilge ..........................................................49
Tabel 4. 3. Minor head loss suction ballast ...........................................................53
Tabel 4. 4. Minor head loss discharge ballast .......................................................54
Tabel 4. 5. Minor head loos suction fire main system ...........................................58
Tabel 4. 6. Minor head loss discharge fire main system ........................................59
Tabel 4. 7. Minor head loos suction air tawar........................................................62
Tabel 4. 8. Minor head loss discharge air tawar ....................................................64
Tabel 4. 9. Rekapitulasi daya minimum pompa gambar perusahaan .....................66
Tabel 4. 10. Minor head loos suction bilge redesain .............................................68
Tabel 4. 11. Minor head loss discharge bilge redesain..........................................69
Tabel 4. 12. Minor head loss suction ballast redesain ...........................................73
Tabel 4. 13. Minor head loss discharge ballast redesain .......................................75
Tabel 4. 14. Minor head loos suction fire ..............................................................79
Tabel 4. 15. Minor head loss discharge fire ..........................................................80
Tabel 4. 16. Minor head loos suction fresh water..................................................83
Tabel 4. 17. Minor head loss discharge fresh water ..............................................84
Tabel 4. 18. Rekapitulasi daya minimum pompa gambar perusahaan ...................84
Tabel 4. 19. Rekapitulasi daya pompa ..................................................................84
Tabel 4. 20. Kebutuhan material pipe bilge system ...............................................93
Tabel 4. 21. Kebutuhan material pipe ballast system.............................................94
Tabel 4. 22. Kebutuhan material pipe fire system ..................................................95
Tabel 4. 23. Kebutuhan valve pada gambar perusahaan ........................................96
Tabel 4. 24. Kebutuhan valve pada gambar redesain .............................................96
Tabel 4. 25. Kebutuhan valve pada gambar perusahaan ........................................97
Tabel 4. 26. Kebutuhan valve pada gambar redesain .............................................97
xx
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tranportasi laut ialah modal transportasi yang masih diminati, baik
membawa manusia maupun barang, modal transportasi yang saat ini sarat
akan regulasi, sejak sejak awal dipesan hingga bisa beroperasi, selalu ada
peraturan yang harus dipatuhi dan didalam proses pelaksanaannya pun
dilakukan sebagai upaya mewujudkan keadaan terpenuhinya pesyaratan
keselamatan dan ketentuan yang menyangkut angkutan diperairan.
Namun pada saat ini transportasi laut dikatakan sedang mengalami
masalah keadaaan kecelakaan laut yang menelan banyak korban jiwa dan
harta benda yang terjadi secara bergantian, atas penyebab kecelakaan laut
ditanganin secara serius sehingga bahaya yang selalu mengintai pengguna
jasa angkutan laut dapat diatasi.
Sehingga dibentuk Badan Klasifikasi yang menangani kapal baik itu
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Nipon Kaiji Kyokai (ClassNK), Registro
Italiano Navale (RINA), Bureau Veritas (BV), American Bureau Of
Shipping (ABS), dll, sehingga pada proses pembangunan kapal harus selalu
diawasi oleh class, baik itu pada proses pembangunan, hasil pengelasan,
superstructure, hingga sistem perpipaan. Pada saat melakukan pelaksanaan
magang, saya mengambil permasalahan pada bagian sistem instalasi
perpipaan, dimana sistem ini sangat rumit dari perancangan design yang
tidak sesuai dengan gambar general arrangement, sehingga ada beberapa
gambar yang keliru pada posisi peletakan tangki, yang dapat menyebabkan
menyulitkan proses perawatan pipa pada kapal.
Sistem pipa kapal merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk
mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah
ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan mesin atau pompa. Sistem
perpipaan merupakan sistem yang kompleks yang di desain se-efektif dan
se-efisien mungkin di dalam kapal untuk memenuhi kebutuhan kapal, crew,
2
muatan dan menjaga keamanan kapal baik saat kapal berjalan maupun
berhenti. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari
tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga
mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk
kebutuhan sehari-hari diatas kapal, untuk memasukan dan mengeluarkan
muatan.
Permasalahan permasalahan ini terjadi pada peletakan alur pipa yang
seharusnya tidak boleh melewati crew rooma atau daerah yang seharusnya
tidak boleh dilewati alur pipa, penempatan pompa yang tidak sesuai dan
seharusnya mudah diakses crew, tidak mempersulit proses perbaikan pipa
sewaktu terjadinya kebocoran, posisi peletakan pipa yang rumit dan sulit
dijangkau.
Berdasarkan hal tersebut, dalam Tugas Akhir ini penulis tertarik
mengangkat topik redesain sistem instalasi lay out engine room, bilge
system, ballast system, fire main system, domestic fresh water dan sea water
supply pada kapal SV. Garuda Offshore.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Berapa daya pompa yang dibutuhkan pada gambar redesain?
2. Berapa perbandingan kebutuhan material pipa antara gambar perusahaan
dengan gambar redesain?
3. Berapa perbandingan kebutuhan valve pada gambar perusahaan dengan
gambar redesain?
1.3. Tujuan
Adapun tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui daya pompa yang sesuai pada setiap gambar redesain
2. Untuk mengetahui kebutuhan material pipa pada saaat akan melakukan
pemasangan pipa pada kapal
3. Untuk mengetahui kebutuhan valve pada saat akan melakukan
pemasangan valve ke pipa pada kapal
3
1.4. Manfaat Kegiatan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui pengertian sistem intalasi perpipaan.
b. Mengetahui sistem instalasi perpipaan.
c. Mengetahui komponen-komponen intalasi perpipaan.
d. Mengetahui cara kerja sistem intalasi perpipaan
e. Mengetahui Head Pump dan Capacity Pump
2. Bagi perusahaan
Sebagai pertimbangan design umtuk kedepannya pada saat
pembangunan kapal baru, serta bisa meminimalisirkan pembiayaan yang
harus dikeluarkan.
1.5. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang akan dibahas, adapun batasan
masalah yang digunakan pada observasi ini yaitu :
1. Gambar acuan yang dibutuhkan Bilge systm, Ballast system, Fire system,
dan Domestic F.W and S.W supply,dan gambar tambahan General
Arragement, serta Lay-out engine room
2. Pada bagian ini tidak menghitung biaya material pipa pada kapal SV.
Garuda Offshore
3. Tidak menghitungan jam kerja dan waktu yang dibutuhkan pada saat
akan melakukan proses pemsangan pipe pada kapal SV. Garuda Offshore
4. Tidak mencari efesiensi mesin pompa pada SV. Garuda Offshore
5. Tidak menghitung daya aliran fluida pada pipa
4
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
5
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Pengertian Sistem Instalasi Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk
perencanaan dan pembangunannya. Sistem perpipaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan prinsip-prinsip analisa static dan dinamic stress,
thermodinamic, teori aliran fluida untuk merencanakan keamanan dan
efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan komponen yang akan
disambungkan dengan pipa perlu diperhatikan untuk mengurangi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan yang kompleks,
menghindari pipa melalui daerah yang tidak boleh ditembus, menghindari
penembusan terhadap struktur kapal, Jalur instalasi pipa sedapat mungkin
direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada struktur. Pada
perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan
instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan
maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai
peraturan- peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide
dari sistem pendukung permesinan (Windyandari & Iffa, 2013).
Sistem Sanitary atau bisa disebut domestic water system adalah
system distribusi air bersih (fresh water) di dalam kapal yang digunakan
oleh ABK dalam memenuhi kebutuhan akan air minum dan memasak, dan
lain-lain. Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan
perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut (sea water) yang
disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar mandi. Kedua sistem pelayanan
diatas memiliki dasar kerja yang sama menggunakan pompa otomatis untuk
mensuplai fluida ke tangki yang sudah memiliki tekanan (hydropore) yang
disuplai dari sistem udara tekan. Udara tekan ini direncanakan memiliki
head dan tekanan yang memadai untuk dapat mensuplai air ketempat yang
memerlukan, diantaranya kamar mandi, galley,. Pompa dioperasikan secara
otomatis dengan swicth tekanan yang bekerja berdasar level air yang
6
dikehendaki.(Pramono & Kurniawan, 2019)
2.2. Bahan Pipa
Menurut (Biro Klasifikasi Indonesia, 2016) Pemilihan bahan pipa
untuk sistem perpipaan dalam kapal harus memperhatikan peraturan-
peraturan dari Biro Klasifikasi Indonesia antara lain :
1. Seamless drawing stell pipe (Pipa baja tanpa sambungan)
Pipa ini digunakan untuk semua penggunaan dan dibutuhkan untuk
pipa tekan pada sistem bahan bakar dan untuk sistem pipa pengeluaran,
bahan bakar dari pompa injeksi bahan bakar.
Gambar 2. 1. Seamless drawing steel pipe
(Sumber : https://isibangunan.com/pipa-baja-seamless.html)
2. Seamless brown pipe (Pipa dari tembaga atau kuningan)
Pipa jenis ini tidak boleh digunakan pada temperatur lebih dari 406OF
dan tidak boleh digunakan pada super heated (uap dan panas lanjut).
Gambar 2. 2. Seamless drawn pipe
(Sumber ; https://www.arsitag.com)
3. Lap welded electric resistence welded stell pipe
Pipa jenis ini tidak diijinkan untuk digunakan dalam sistem di mana
tekanan kerja melampaui 350 Psi atau pada temperatur di mana sistem
yang dibutuhkan pipa tekanan tanpa sambungan.
7
Gambar 2. 3. Lap welded steel pipe Gambar 2. 4. Electric resistence welded
dsdsdsdsdsdsds steel pipe
(Sumber : https://www.alibaba.com) (Sumber : http://www.metalsteelpipe.com)
4. Pipa dari timah hitam
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis maka dapat digunakan
untuk supply air laut, dapat juga untuk saluran sistem bilga, kecuali
dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat
melebar dan merusak sistem bilga.
Gambar 2. 5. Baja dari timah hitam
(Sumber : http://distributor-besi-baja.blogspot.com)
5. Pipa dari baja tempa atau besi kuningan (besi tempa)
Pipa jenis ini digunakan untuk semua pipa bahan bakar minyak lumas.
6. Pipa Galvanis
Jenis ini digunakan untuk supplai air laut (sistem Ballast dan Bilga).
Gambar 2. 6. Pipa Galvanis
(Sumber : https://www.dekoruma.com)
8
2.3. Ukuran Pipa
Menurut (Sularso & Tahara, 1996) ukuran pipa dibagi menjadi berikut:
1. Pipa schedule 40
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu perlindungan
menyeluruh dengan system galvanis. Dengan sistem perlindungan
tersebut maka pipa dapat digunakan untuk suplai air laut, dapat juga
untuk saluran sistem bilga, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan
mudah terkena api sehingga dapat melebar dan merusak sistem bilga.
2. Pipa schedule 80 –120
Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal
dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa
schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa
dengan aliran fluida bertekanan tinggi.
3. Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki (BKI 2006 Sec 11 N 31)
Seperti yang terdapat pada tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2. 1. Ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki
No Kapasitas Tangki (Ton) Diameter dalampipa & Fitting (mm)
1 0-20 60
2 20-40 70
3 40-75 80
4 75-120 90
5 120-190 100
6 190-265 110
7 265-360 125
8 360-480 140
9 480-620 150
10 620-800 160
11 800-1000 175
12 1000-1300 200
13 1300-1700 215
9
4. Ukuran pipa berdasarkan JIS (Japan International Standart)
Ukuran pipa yang ditetapkan oleh JIS (Japan International Standart)
terdapat pada tabel 2.2. (OCDI, 1999)
Tabel 2. 2. Standart ukuran pipa baja menurut “JIS”
No
Inside
Diameter
(mm)
Nominal
Size
(inch)
Outside
Diameter
(mm)
SGP
Tebal
Min
(mm)
Sch
40
(mm)
Sch
80
(mm)
1 8,5 ¼ 10,5 2,0 1,7 2,4
2 15 3/8 17,3 2,3 2,3 3,2
3 18,9 ½ 21,7 2,8 2,8 3,7
4 23,4 ¾ 27.2 2,8 2,9 3,9
5 30,8 1 34.0 3,2 3,4 4,5
6 39,2 1 ¼ 42,7 3,5 3,6 4,9
7 45,1 1 ½ 48,6 3,5 3,7 5,1
8 66,7 2 60.5 3,8 3,9 5,5
9 72,1 2 ½ 76.3 4,2 5,2 7,0
10 87,9 3 89.1 4,2 5,5 7,6
11 97,4 3 ½ 101,6 4,2 5,7 8,0
12 109,8 4 114.3 4,5 6,0 8,6
13 134,3 5 139.8 4,5 6,6 9,5
14 160,2 6 165.2 5,0 7,1 11,0
15 210,5 8 216.3 5,8 8,2 12,7
16 260,8 10 267.4 6,6 9,3 -
17 312,6 12 318.5 6,9 10,3 -
18 348,7 14 355.6 7,9 11,1 -
10
2.4. Macam-Macam Katup
Menurut (Windyandari & Iffa, 2013), Macam-macam katup dibagi
menjadi sebagai berikut:
1. Butterfly valve
Katup untuk membuka dan menutup fluida, dan mengontrol
kebutuhan fluida, Katup ini mudah dalam pengoperasiannya dan harganya
murah.
Gambar 2. 7. Butterfly valve
(Sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
2. Reducing valve
Reducing valve merupakan katup yang paling berbeda dengan katup-
katup lainnya, karena katup ini memiliki fungsi untuk mengontrol
tekanan fluida.
Gambar 2. 8. Reducing valve
(Sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
3. Non return valve ( Check valve )
Non return valve adalah katup yang arah aliran fluidanya hanya satu
arah.
Gambar 2. 9. Non return valve
(Sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
11
4. Termostatik valve
Merupakan katup untuk mengontrol suhu fluida.
Gambar 2. 10. Termostatik valve
(Sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
5. Gate valve ( Katup pintu )
Untuk menutup aliran baik dengan membuka atau menutup katup
sesuai dengan kebutuhan
Gambar 2. 11. Gate valve
(sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
6. Globe valve ( Katup bola atau safety valve )
Digunakan untuk membuka seluruhnya atau menutup sama sekali
alirannya.
Gambar 2. 12. Globe Valve
(Sumber : http://www.kitomaindonesia.com)
12
2.5. Bahan Katup Dan Peralatan (Fitting)
Bahan katup dan peralatan (fitting) yang diijinkan menurut (Biro
Klasifikasi Indonesia, 2016) antara lain :
1. Kuningan atau bross
Katup dari bahan kuningan digunakan untuk temperatur dibawah
450OF. Bila temperatur lebih besar 550OF maka digunakan material
perunggu yang besar diameternya minimal 3 inchi dan tekanan lebih
besar dari 230 Psi.
Gambar 2. 13. Katup kuningan
(Sunber : https://www.tokopedia.com)
2. Besi (Iron)
Berbagai macam besi mulai dari cast iron yang biasanyadigunakan
untuk katup-katup kecil sampai hight strenght alloy cost yang dipakai
untuk katup besar. Cost iron tidak boleh digunakan untuk katup yang
memerlukan temperatur rendah atau aliran korosi.
Gambar 2. 14. Besi
(Sumber : http://indonesian.yuloncasting.com)
3. Baja atau steel
Digunakan untuk temperatur dan tekanan yang tinggi
13
Gambar 2. 15. Baja
(Sumber : http://indonesian.eccentric-butterflyvalve.com)
4. Stainless steel
Digunakan untuk katup yang memerlukan gambar detail pipa air
tawar, menembus sekat atau deck dengan temperatur rendah atau korosif.
Gambar 2. 16. Stainless steel
(Sumber : https://indonesian.alibaba.com)
2.6. Flens
Bahan flens untuk sistem pipa dapat dipasang pada pipa dengan
memperhatikan material yang dipakai, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Flens pada pipa baja
Pipa baja dengan ukuran diameter normal lebih dari 12 inchi harus
dimuaikan (expended) ke dalam flens baja/dapat dibaut pada flens atau
dilas.
Gambar 2. 17. Flens pada pipa baja
(Sumber : https://indonesian.alibaba.com)
14
2. Pipa yang lebih kecil
Dapat dibaut ke dalam flens tanpa dilas, tetapi khusus dapat untuk
pipa uap air dan minyak juga dimuaikan supaya dapat memastikan
adanya kekedapan pada ulirnya.
3. Flens dari besi tuang
Dapat digunakan dengan sistem sambungan yang dibaut dan hanya
boleh dipakai dalam sistem dimana penggunaannya tidak dilarang.
Gambar 2. 18. Flens dari besi tuang
(Sumber : https://id.aliexpress.com)
4. Pipa non ferro
Untuk diameter lebih kecil atau sama dengan 2 inchi dapat dibaut.
2.7. Jenis-Jenis Flens Antara Lain
Menurut (Sularso & Tahara, 1996), Jenis-jenis Flens antara lain :
1. Slip on
yaitu flange hanya masuk sebagian sisi luar dan dalamnya akan di las,
oleh karena itu inside diameter flange slip on lebih besar dari pada
outside pipe.
Gambar 2. 19. Slip on
(Sumber :https://www.cnzahid.com)
2. Weld neck flange
Yaitu flange dilas dengan necknya. flange jenis ini paling banyak
digunakan dalam industry karena bisa digunakan untuk tekanan dan
temperature rendah maupun pada tekanan dan temperature tinggi.
15
Gambar 2. 20. Weld neck flange
(Sumber :https://www.cnzahid.com)
3. Blind flange
Jenis flange ini rata tidak berlubang yang berfungsi untuk menutup
aliran, seperti hal nya cap dalam fitting.
Gambar 2. 21. Blind flange
(Sumber :https://www.cnzahid.com)
4. Socked weld flange
Yaitu flange yang pada sisi terluar terdapat tahanan yang
menyebabkan pipa yang dimasukkan kedalamnya tidak tembus keluar.
Gambar 2. 22. Socked Weld Flange
(Sumber :https://www.cnzahid.com)
16
Sambungan antara pipa dengan flens harus sesuai dengan
ketentuan, dimana ketentuan tersebut seperti yang terdapat pada 2.2
Tabel 2. 3. Ketentuan sambungan pipa dengan flens (BKI 2006 sec. 10)
No D (mm) d1 (mm) Dc(mm) D (mm) T (mm) H (mm) Baut
1 15 21,0 60 80 9 12 4
2 20 27,7 65 85 10 12 4
3 25 34,0 75 95 10 12 4
4 32 42,7 90 115 12 15 4
5 40 48,6 95 120 12 15 4
6 65 76,3 130 150 14 15 4
7 80 89,1 145 180 14 15 4
8 100 114,3 165 200 16 19 4
9 125 159,8 200 135 16 19 8
10 150 165,2 135 265 18 19 8
11 200 216,3 280 320 20 20 8
Gambar 2. 23. Flens
(Sumber : Ketentuan Sambungan Pipa Dengan Flens (BKI 2006 sec. 10))
Keterangan:
d = Diameter dalam
d1 = Diameter luar pipa
Pe = Diameter letak baut flens
D = Diameter flens
t = Tebal flen
H = Diameter baut, J baut = Jumlah Baut
17
2.8. Sistem Bilga
Menurut (Windyandari & Iffa, 2013) Sistem bilga atau biasanya
disebut Bilge System merupakan sistem yang dapat melakuakan pemompoan
terhadap fluida yang ada pada doube bottom sehingga fluida yang
kemungkinan bercampur dengan minyak dapat dilakukan prosesing dan
kemudian air yang dapat dibuang keluar melalui over board
1. Susunan pipa bilga secara umum
Menurut (Biro Klasifikasi Indonesia, 2016) Susunan pipa bilga secara
umum harus ditentukan dengan persyaratan dari BKI :
a. Pipa-pipa bilga dan penghisapannya harus ditentukan sedemikian rupa
sehingga kapal dapat dikeringkan sempurna walaupun dalam keadaan
miring atau kurang sempurna (menguntungkan).
b. Pipa-pipa hisap harus diatur kedua sisi kapal pada ruangan-ruangan
kedua ujung masing-masing kapal cukup dilengkapi dengan satu pipa
hisap yang dapat mengeringkan ruangan-ruangan tersebut.
c. Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan di belakang tabung
poros propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem pompa bilga
umum harus dikeringkan dengan cara yang memadai
2. Pipa bilga yang melalui tangki-tangki
a. Pipa bilga yang melewati tanki-tanki pipa bilga tidak boleh dipasang
melalui tanki minyak lumas dan air minum.
b. Jika pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletakdiatas alas
ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai selama pelayaran
maka harus dilengkapi dengan check valve tambahan, tepat dimana
pipa bilga tersebut dalam tangki bahan bakar.
3. Pipa expansi
a. Dari jenis yang telah disetujui harus digunakan untuk menampung
expansi panas dari sistem bilga. Expansi karet tidak diijinkan untuk
dipergunakan dalam kamar mesin dan tangki-tangki.
4. Pipa hisap bilga dan saringan-saringan
a. Pipa hisap harus dipasng sedemikian rupa sehingga tidak menyulitkan
dalam membersihkan pipa hisap dan kotak pengering pipa hisap
18
dilengkapi dengan saringan yang tahan karat.
b. Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa hisap
tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.
5. Katub dan perlengkapan pipa bilga
a. Katub alih atau perlengkapan pada pipa bilga terletak pada tempat
yang mudah dicapai dalam ruangan dimana pompa bilga ditempatkan.
6. Perhitungan diameter pipa utama dan pipa cabang pada sistem bilga
a. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa utama pada sistem bilga
dH = 1,68 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐿 + 25 (2.1)
Keterangan :
dH = Diameter utama pipa (mm)
B = Lebar kapal (m)
H = Tinggi kapal (m)
L = Panjang Lpp (m)
b. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa cabang pada sistem bilga
dz = 2,15 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐶 + 25 (2.2)
Keterangan :
dz = Diameter utama uipa (mm)
B = Lebar kapal (m)
H = Tinggi kapal (m)
C = Panjang compartment (m)
7. Perhitungan kapasitas pompa bilga
Q = 5.75 x 10-3 x dH2 (2.3)
Keterangan :
dH = Diameter utama pipa (mm)
Q = Kapasitas pompa (m3/s)
19
2.9. Sistem Ballast
Gambar 2. 24. Ballast system
(Sumber : https://www.scribd.com)
Menurut (Windyandari & Iffa, 2013) Sistem ballast adalah salah satu
sistem yang ada didalam kapal yang berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan dalam kapal. Sistem ini ditunjukkan untuk menyesuaikan
derajat kemiringan dan draft kapal, sebagai akibat dari perubahan muatan
kapal sehingga stabilitas kapal dapat dipertahankan.
Pipa ballast ini dipasang pada tangki ceruk haluan dan juga tangki
ceruk buritan pada kapal (aft peak and fore peak tank), disamping itu pipa
ini juga dipasang pada bagian double bottom tank, deep tank, dan side tank.
Ballast yang ditempatkan di after peak tank dan fore peak tank ini
untuk menjaga kondisi trim pada kapal yang dikehendaki. Tangki ballast
diisi dan dikosongkan dengan saluran pipa yang sama, jika stop valve
dipasang pada sistem ini. Jumlah dari berat ballast yang dibutuhkan untuk
kapal rata-rata mencapai 10% sampai dengan 20% dan displacement kapal.
Keperluan sistem ballast dari kapal cargo (dry cargo ship) adalah jadi
satu dengan sistem pipa got di kamar mesin. Sistem pipa ballast harus
dapat/ bisa memenuhi sarat untuk menyediakan pengisian air ballast dan dry
20
cargo tank atau ruangan berdampingan. Hubungan antara saluran pipa got
dan saluran pipa ballast harus dengan katup satu arah (Non return valve).
Berikut merupakan rangkaian kerja atau olah kerja dari sistem bilga
yang mengacu pada diagram dari sistem ballast itu sendiri.
Pada sistem ballast ini, proses water ballast dibedakan menjadi dua
yaitu ballasting (pengisian air ballast) dan deballasting (pembuangan air
ballast). Prinsip kerja dari sistem ini sangat sederhana, dimana pompa
digunakan sebagai pemindah air laut dari sea chest dan dipindahkan ke
dalam tangki – tangki ballast atau mengosongkan air ballast pada tangki
overboard (O/B).
Rule and Regulation (Biro Klasifikasi Indonesia, 1996) Section 11 :
A. Jalur pipa ballast
a. Sisi pengisapan dari tangki air ballast diatur sedemikian rupa sehingga
pada kondisi trim air ballast masih tetap dapat dipompa.
b. Kapal yang memiliki tangki double bottom yang sangat lebar juga
dilengkapi dengan sisi isap pada sebelah luar dari tanki. Dimana
panjang dari tanki air ballast lebih dari 30 m, kelas mungkin dapat
meminta sisi isap tambahan untuk memenuhi bagian depan dari tanki.
B. Pipa yang melalui tangki
Pipa air ballast tidak boleh lewat instalasi tanki air minum, tanki air
baku, tanki minyak bakar, dan tanki minyak pelumas.
C. Sistem perpipaan.
a. Bilamana tanki air ballast akan digunakan khususnya sebagai
pengering palka, tanki tersebut juga dihubungkan ke sistim bilga.
b. Bilamana fore peak secara langsung berhubungan dengan suatu ruang
yang dapat dilalui secara tetap (mis. ruang bow thruster) yang terpisah
dari ruang kargo, katup ini dapat dipasang secara langsung pada
collision bulkhead di bawah ruang ini tanpa peralatan tambahan untuk
pengaturannya.
21
D. Pompa ballast
Jumlah dan kapasitas pompa harus memenuhi keperluan operasional
pada kapal.
1. Komponen sistem ballast
Adapula beberapa perlengkapan dalam sistem ballast yang berfungsi
sebagai penunjang dari sistem ballast tersebut, yaitu berupa komponen–
komponen pendukung bekerjanya sebuah sistem ballast, diantaranya:
A. Sea Chest
Seachest merupakan tempat di lambung kapal, dimana di sea
chest terdapat pipa saluran masuknya air laut. Selain pipa tersebut,
pada seachest juga terdapa dua saluran lainnya. Yaitu blow pipe
dan vent pipe.
Gambar 2. 25. Sea chest
(Sumber : Foto pribadi)
B. Pipa utama
Pipa utama yang digunakan berfungsi untuk melayani sirkulasi
air laut pada kamar mesin dan ruang pompa, sehingga menurut
klasifikasi diameter minimum (Dmin) yang diijinkan merupakan
fungsi dari ukuran kapal.
Adapula beberapa ketentuan menurut Biro Klasifikasi Indonesia
(BKI) mengenai hal yang bersangkutan dengan sistem bilga,
diantaranya :
22
a. Ketebalan minimum kategori pipa M atau D yang melewati
tangki (Tabel 11.4 BKI Vol 3, Section 11 and Tabel 11.5 BKI
Vol 3, Section 11).
b. Tipe pipa yang digunakan Galvanished Steel.
C. Pipa cabang
Pipa cabang yang digunakan untuk melayani dan mengatasi
khusus pada compartment saja, sehingga menurut klasifikasi
diameter minimum yang diijinkan merupakan fungsi ukuran
compartment.
Pada umumnya, rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia
mengenai pipa utama dan pipa cabang sama, kecuali dalam
perhitungan diameter dari pipa cabang.
Gambar 2. 26. Pipa Cabang
(Sumber : https://www.scribd.com)
Rule and Regulation BKI Vol 3 Section 11 :
a. Pipa terbuat dari steel pipe galvanise (BKI Vol 5 Section 4)
b. Ketebalan minimum kategori pipa M atau D yang melewati
tangki (Tabel 11.4 BKI Vol 3, Section 11 and Tabel 11.5 BKI
Vol 3, Section 11).
c. Sambungan pipa yang digunakan yaitu jenis butt-weld dan flens
(Table 11.11 and Table 11.12 BKI Vol 3 Section 11, D).
D. Pompa ballast
Pompa ballast digunakan untuk mensirkulasikan air laut dari sea
chest menuju ke tangki ballast melalui pipa utama dan pipa cabang,
pompa yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan pada
23
kapal dan persediaan dari pompa ini harus > 1. Apabila pompa 1
tidak dapat bekerja dengan baik, maka pompa 2 digunakan sebagai
cadangan. Biasanya dalam sistem ballast pompa yang digunakan
yaitu jenis pompa sentrifugal.
Gambar 2. 27. Contoh pompa ballast
(Sumber : https://www.scribd.com)
Gambar 2. 28. Pompa sentrifugal sebagai pompa ballast
(Sumber : https://www.scribd.com)
Pompa yang digunakan dalam sistem ballast, biasanya merujuk
pada jenis pompa sentrifugal. Karena efektif dinilai cara kerja dan
karakteristiknya. Berikut merupakan rekomendasi dari Biro
Klasifikasi Indonesia.,
Dimana untuk menentukan kapasitas daya pompa dapat dilihat
pada rumus (2.3)
24
E. Katup
Komponen ini berfungsi untuk mengatur aliran air yang terjadi
pada pipa, katup juga berperan penting untuk dapat
memaksimalkan kinerja dari sistem bilga, maka dari itu pemilihan
katup yang direkomendasikan oleh biro klasifikasi juga
berpengaruh.
Gambar 2. 29. Katup
(Sumber : https://www.scribd.com)
F. Overboard
Pada sistem bilga terdapat tempat untuk dapat menampung,
memisah serta membuang sumber air bilga. Overboard merupakan
jalur terakhir dari sistem bilga, dimana jalur ini merupakan jalur
pembuangan air yang telah dipisahkan dengan cairan – cairan yang
bercampur dengan air tersebut melalui sistem.
Gambar 2. 30. Overboard
(Sumber : https://www.scribd.com)
25
2.10. Fire main system
Sistem pemasukan air laut ke dalam pipa pemadam kebakaran
ditempatkan pada setiap kapal. Beberapa pompa pada kamar mesin akan
disusun atau ditata untuk membantu memasukan air ke dalam sistem
tersebut. Mulai dari jumlahnya, kapasitas yang diperbolehkan, semuanya
diatur oleh badan perundang-undangan (Department of Transport for UK
registered vessels). Pompa darurat yang digunakan untuk memadamkan api
juga ditempatkan di kamar mesin. Pada tiap sistem pengeluaran pemadam
kebakaran terdapat katup-katup yang terisolasi yang berada disekeliling
kapal dan pipa air dengan tepat akan mengunci penghubung yang
ditempatkan berdekatan dengan nozzle. Hampir di seluruh area kerja diatas
kapal sedemikian hingga tertutup dan pasokan air laut dapat dibawa untuk
digunakan sebagai pemadaman api pada tiap titik di bagian kapal.
Nozzle jet atau spray akan disetel untuk menyediakan penyemprot air
yang dapat digunakan untuk melawan api serta mendinginkannya tanpa
harus disemprotkan.
Untuk perhitungan diameter pipa utama dan diameter pipa cabang
dapat dilihat pada bagian sistem pada rumus (2.1) dan (2.2)
1. Kapasitas pompa fire main system
Gambar 2. 31. Pompa sentrifugal sebagai pompa fire main system
(Sumber : https://www.scribd.com)
Pompa yang digunakan dalam sistem fire fighting, biasanya merujuk
pada jenis pompa sentrifugal. Karena efektif dinilai cara kerja dan
karakteristiknya. Berikut merupakan rekomendasi dari Biro Klasifikasi
Indonesia.
26
Untuk menhitung kapasitas daya pompa dapat dilihat pada rumus (2.3)
Berdasarkan (International Convention for the Safety of Life at Sea
(SOLAS), 1974) Chapter II :
1) Reg. 10.2.2
Pompa yang digunakan oleh fire fighting system merupakan pompa
general service pump dan tidak digunakan untuk memompa minyak
2) Reg. 10.2.2.2
Jumlah fire pump pada kapal kargo yaitu 2 pompa
3) Reg. 10.2.2.4
Kapasitas pompa fire fighting :
a. Untuk cargo ship kecuali emergency pump kapasitas pompa tidak
kurang dari 4/3 dari pompa bilga.
b. Satu pompa pemadam kebakaran harus mempunyai kapasitas tidak
kurang dari 80% dari jumlah total kapasitas 2 pompa. Biasanya
tidak kurang dari 25 m³/hr
2. Hydrants
Sumber distribusi air laut yang terletak pada main deck disekitar
geladak ruang muat dengan jarak peletakannya tidak lebih dari 25 m
antara satu hydrant dengan hydrant lainnya dengan pertimbangan untuk
kemudahan awak kapal dalam menjangkau.
Gambar 2. 32. Hydrant
(Sumber : https://www.scribd.com)
27
Sistem hydrant terdiri dari :
1. Wet riser system : Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air
bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif
tetap.
2. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara
otomatis jika katup selang kebakaran dibuka.
a. Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem wet riser.
b. Pada sistem dilengkapi fire brigade connection yang diletakkan
diluar bangunan.
3. Fire hoses
Pada sistem pemadam kebakaran kapal, terdapat selang yang
berfungsi sebagai saluran yang mendistribusikan fluida yang digunakan
untuk memadamkan api, serta berfungsi untuk mengatur tekanan keluar
air.
Gambar 2. 33. Fire hose
(Sumber : https://www.scribd.com)
Berdasarkan SOLAS’07 Chapter II Reg. 10.2.3
1) Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak dan dapat
menjangkau ruangan yang dituju.
2) Setiap selang harus berisi nozzle dan coupling.
3) Fire hose mempunyai panjang minimal 10m, tetapi tidak lebih dari :
a. 15 m pada kamar mesin
b. 20 m pada ruangan lain dan geladak terbuka
c. 25 m untuk kapal dengan lebar 30 m
28
Ketentuan jumlah :
1. Untuk kapal ≥ 1000 GT : selang kebakaran 1 buah untuk setiap 30 m
dan jumlahnya tidak boleh kurang dari 5 buah.
2. Untuk kapal ≤ 1000 GT : biasanya berjumlah tidak kurang dari 3 buah.
2.11. Sistem Air Tawar (Fresh Water System)
Sistem pelayanan air ini biasanya terdiri dari system air tawar untuk
mandi, cuci dan minum, serta system air laut untuk keperluan sanitari.
Kedua sistem perencanaanya sama untuk otomatisasi pompa penyedia air ke
tanki yang mana ditekan oleh udara bertekanan. Tekanan udara disesuaikan
dengan kebutuhan penyediaan air dalam sistem (Windyandari & Iffa, 2013).
A. Fresh water system
Sistem ini dugunakan untuk mensuplai kebutuhan air tawar untuk
pelayanan awak kapal dan permesinan. Dalam system terdapat hydropore
tank, pompa air start dan stop dengan mendeteksi tekanan di hydropore.
Hydropore digunakan untuk mengurangi kerja pompa secara terus-
menerus dan untuk mendapatkan kuantitas supali air yang konstan.
B. Hot Water Sistem
Dalam sistem terdapat calorifier dan pompa sirkulasi air panas. Air
tawar dan hydropore air tawar dipanaskan di calorifier dan sirkulasikan
dengan pompa. Calorifie dipanaskan dengan heater listrik.
1. Susunan pipa secara umum
Susunan pipa air tawar secara umum adalah sebagai berikut.
a. Pipa-pipa yang berisi air tawar tidak boleh melalui pipa-pipa yang
bukan berisi air tawar. Pipa udara dan pipa limbah air tawar boleh
dihubungkan dengan pipa lain dan juga tidak boleh melewati tanki-
tanki yang berisi air tawar yang dapat diminum.
b. Ujung-ujung atas dari pipa udara harus dilindungi terhadap
kemungkinan masuknya serangga kapal ke dalam pipa tersebut,
juga harus cukup tinggi dari geladak, dan terbuka serta tidak boleh
melalui tanki isinya bahan cair yang bukan digunakan untuk air
29
minum. Pipa air tawar tidak boleh dihubungkan pipa yang bukan
air minum.
2. Rules dan rekomendasi
Pada peraturan (Biro Klasifikasi Indonesia, 2016) Vol.III Sec. 11.K
halaman 11/42 Dinyatakan :
a. Sistem untuk pendingin air tawar, Sistem pendingin air tawar diatur
hingga motor dapat secara baik didinginkan dibawah berbagai
kondisi suhu.
b. Menurut kebutuhan dari motor system pendingin air tawar yang di
perlukan:
a) Suatu sirkuit tunggal untuk keseluruhan pembangkit.
b) Sirkuit terpisah untuk pembangkit daya induk dan bantu.
c) Beberapa sirkuit independent untuk komponen motor induk
yang memerkukan pendinginan (cylinder, piston dan katup bahan
bakar) dan untuk motor bantu.
c. Sirkuit pendingin diatur sehingga bila salah satu sirkuit mengalami
kegagalan maka dapat diambil alih oleh sirkuit pendingin yang lain.
Bila mana perlu dibuatkan pengaturan untuk tujuan tersebut.
d. Sedapat mungkin pengatur suhu dari motor induk dan bantu
dibuatkan sirkuit yang terpisah dan independent satu sama lain
e. Bila mana pada motor pembangkit otomatis, penukar panas untuk
bahan bakar dan pelumas melibatkan sikuit air pendingin, system air
pendingin di monitor terhadap kebocoran dari minyak bahan bakar
dan pelumas.
f. Sistem air pendingin umum untuk pembangkit induk dan bantu
dipasangi katup shut-off untuk memungkinkan reparasi tetap tidak
menggangu pelayanan dari sistem tersebut.
g. Penukar panas dan pendingin
a) Pendingin dari sistem air pendingin, motor, dan peralatanya
dipasang untuk menjamin bahwa temperatur air pendingin yang
telah ditentukan dapat diperoleh dari bebagai jenis kondisi.
30
Temperatur air pendingin dipasang sesuai untuk keperluan yang
dibutuhkan oleh motor dan peralatan.
b) Penukar panas untuk peralatan bantu pada sirkuit air pendingin
utama jika memungkinkan dilengkapi dengan jalur by-pass, bila
mana terjadi gangguan pada penukar panas, untuk menjaga
kelangsungan operasi sistem.
c) Dipastikan bahwa peralatan bantu dapat tetap bekerja saat
perbaikan dan peralatan pendingin utama. Bila mana perlu
diberikan pengalih aliran ke penukar panas yang lain,
permesinan atau peralatan sepanjang suatu penukaran panas
sementara dapat diperoleh.
d) Katup shut-off dipasang pada sisi hisap dan tekan dari semua
penukar panas.
e) Tiap penukar panas dan pendingin dilengkapi dengan ventilasi
dan corong kuras.
3. Pompa pendingin air tawar
a. Pompa air pendingin utama dan cadangan harus terdapat disetiap
system pendingin air tawar.
b. Pompa air pendingin dapat digerakan langsung oleh motor induk
atau bantu yang mana dimaksudkan untuk mendinginkan sehingga
jumlah pasok yang layak dari air pendingin dapat dicapai pada
berbagai kondisi operasi.\
c. Pompa air pendingin cadangan digerakan secara independent oleh
motor induk.
d. Pompa air pendingin cadangan berkapasitas sama seperti pompa air
pendingin utama.
e. Motor induk dilengkapi sekurangnya oleh suatu pompa pending
utama dan cadangan.
f. Bila mana menurut konstruksi dari motor memerlukan lebih dari
satu sirkuit air pendingin satu pompa candangan dipasang untuk
tiap pompa pendingin utama.
g. Suatu pompa pendingin cadangan dari suatu sistem pendingin dapat
31
digunakan sebagai satu pompa cadangan untuk sistem lain yang
dilengkapai dengan lajur sanbungan yang memungkinkan. Katup
shut- off pada sambungan ini harus dilindungi dari penggunaan
yang tidak diinginkan.
h. Peralatan yang melengkapi sistem untuk pendinginan darurat dari
sistem lain dapat disetujui jika dan pembangkitnya sesuai untuk
tujuan ini.
i. Pengukur suhu, sirkuit air pendingin dilengkapi dengan pengatur
suhu sesuai yang diperluakan dan sesuai dengan peraturan yang
ada. Alat pengatur yang mengalami kerusakan dapat
mempengaruhi fungsi keandalan dari monitor yang dilengkapinya
atau saat dia bekerja
Untuk menghitung diameter pipa air tawar
Qb = 0,565 x Db2 (m3/h) (2.4)
Dimana :
Qb = Volume tangki air tawar (ton)
Db = Diameter dalam pipa air tawar (mm)
Sedangkan untuk menghitung kapasitas daya pompa daya lihat dari
rumus (2.3)
2.12. Perhitungan kapasitas head pmpa dan head losses
1. Kapasitas Head Pompa
Head pada pompa terbagi atas 3 tipe, yaitu head statis, tekanan dan
velocity. Dari ketiganya tersebut memiliki ketentuan tersendiri. Pada
intinya konsep antar ketiganya adalah skala perbandingan antara suction
dan discharge.
A. Head statis ( Hs )
Head statis merupakan salah satu bagian dari penentuan kapasitas
head pada pompa, untuk yang satu ini berkaitan dengan ketinggian.
Sesuai dengan refrensi mata kuliah mekanika fluida, untuk
mendapatkan nilai dari head statis dapat dilakukakan dengan
pendekatan sebagai berikut.
32
Hs = Hdb+ 0.75 (2.5)
Keterangan :
Hdb = Nilai tinggi dapat diambil dari nilai T (m)
B. Head tekanan ( Hp )
Sama halnya dengan head statis, perbedaan disini adalah
perbandingan tekanan pada sisi suction dan discharge, berikut formula
pendekatannya.
Hp = Pd - Ps / ρ.g
Keterangan :
Hp = Tekanan (m)
Pd = Tekanan discharge (m)
Ps = Tekanan suction (m)
ρ = Density (kg/m3)
g: = Gravitasi (9,8 m/s2)
Diketahui :
Nilai Hp sama dengan 0, hal ini disebabkan diameter dan luasan
pada suction dan discharge sama, sehingga tidak ada perbedaan antara
keduannya.
C. Head kecepatan ( Hv )
sama halnya dengan head statis, perbedaan disini adalah
perbandingan kecepatan pada sisi suction dan discharge, berikut
formula pendekatannya.
Hv = vd - vs / 2g
Keterangan :
Hv = kecepatan (m/s)
vd = Kecepatan discharge (3 m/s)
33
vs = Kecepatan suction (3 m/s)
g = Gravitasi (9,8 m/s)
Diketahui :
Nilai Hv sama dengan 0, hal ini disebabkan diameter dan luasan
pada suction dan discharge sama, sehingga tidak ada perbedaan antara
keduannya.
2. Head losses
A. Head mayor
Head mayor adalah kerugian yang disebabkan adanya gesekan
antara fluida dengan permukaan dari pipa
B. Head minor
Head minor adalah kerugian yang disebabkan adanya kelokan pipa
dan pemasangan fitting dari instalasi pipa
C. Viskositas ( u )
Pengertian dan difinisi dari viskositas adalah nilai atau takaran
kekentalan yang dimiliki oleh suatu fluida atau zat. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan nilai density dari jenis zat itu sendiri. Terdapat
formula yang sengaja diturunkan untuk mendapatkan nilai dari
viskositas ini, yaitu sebagai berikut
𝒖 = viscositys (2.6)
= 0.82 cst pada 30oC
= 0.0000008 m2/s
= 8,2 X 10-7
4) Reynold number ( Rn )
Reynold number adalah ketentuan atau parameter nilai yang dapat
menentukan jenis dari pada aliran fluida yang mengalir. Berikut ini
ketentuannya
Rn < 2300 :Aliran Laminer
Rn > 2300 : Aliran Turbulen
34
Rn = ( v x D ) / V (2.7)
Keterangan
V = Density fluida (m2/s)
v = Asumsi kecepatan aliran fluida (3 m/s)
D = Diameter dalam pipa (mm)
5) Friction ( λ )
untuk menentukan nilai gesekan fluida sangat bergantung sekali
pada nilai Rn, untuk Rn < 2300 pendekatan losses akibat gesekan
adalah dengan Rn / 64, sedangkan untuk Rn > 2300 pendekatan yang
dapat dilakukan untuk memperoleh koefisien gesekan adalah dengan
pendekatan sebagai berikut
λ = 0.02 + 0.0005 / D (2.8)
keterangan :
D = Diameter dalam pipa (mm)
6) Head losses suction dan discharge
➢ Mayor losses ( Hf )
Untuk menentukan nilai dari Hf, sebagaimana dengan difinisi
dari pada mayor losses adalah kerugian yang diakibatkan gesekan
antara fluida dengan permukaan dari instalasi perpipaan. Untuk itu
lah didalam melakukan pendekatan guna mendapati nilai Hf,
dapatdilakukan dengan formula sebagai berikut :
Hf = λ x Ls x v / D x 2g (2.9)
Keterangan
Ls = Panjang pipa suction (m)
V = Kecepatan aliran fluida (3 m/s)
D = Diameter dalam pipa (mm)
λ = 0.02
g = 9.8 (m/s)
35
➢ Minor losses ( Hm )
Head minor adalah kerugian yang disebabkan adanya kelokan
pipa dan pemasangan fiting dari instalasi pipa, oleh karenanya
untuk mendapatkan nilai Hm dilakukan pendekatan
Maka, Minor losses (hm) :
Minor losses (hm) = Ʃ nk x v² / 2g (2.10)
Keterangan :
Ʃ nk = perkalian antara jumlah katup dengan
ttttkoefisien setiap gesekan yang ditimbulkan
Total Head Suction :dan Discharge = Hf + Hm (mm)
= HfHm
7) Total head losses
Total head losses : Head losses suction + Head losses discharge
(2.11)
8) Total head pompa
Total head : Hs + Hp + Hv + Head losses (2.12)
36
2.13. Gambar yang dibutuhkan
1. General arrangement.
Gambar yang menunjukkan bagian dan ruang-ruangan pada kapal
secara umum baik untuk pengoperasian dan kegiatan pada saat kapal
berlayar dan berlabuh
Gambar 2. 34. General arrangement (Sumber :Gambar perusahaan)
37
2. Layout engine room.
Gambaran untuk menentukan mesin kapal dan komponen-komponn
lain pada bagian under main deck kapal tersebut, yang berguna untuk
peletakan komponen-komponen kapal untuk pengoperasian.
Gambar 2. 35. Layout engine room
(Sumber :Gambar perusahaan)
38
3. Bilge system, ballast systtem, dan fire main system
Bilge system adalah suatu tempat dengan ukuran tertentu yang telah
ditentukan untuk menampung berbagai kotoran dalam bentuk zat cair
yang ada di kapal dan akan dibuang melalui overboard
Ballas system adalah system pelayanan dikapal yang mengangkut dan
mengisi air ballast. System, untuk keseimbangan kapal pada saat kapal
berlayar dalam keadaan muatan penuh dan muatan kosong.
Gambar 2. 36.Bilge system, ballast system,
(Sumber : Gambar perusahaan)
39
Fire main system adalah System utama untukmenghadapi kebakaran
pada kapal, yang berhubung langsung Fire sprinkler dan Fire hydrant
Gambar 2. 37. Fire main system
(Sumber : Gambar perusahaan)
40
4. Domestic fresh water dan sea water supply
Domestic water system adalah sistem distribusi air bersih (fresh water)
di dalam kapal yang digunakan oleh ABK dalam memenuhi kebutuhan
akan air minum dan memasak, untuk mandi, mencuci dan lain-lain.
Sea water system adalah perencanaan system yang sama digunakan
sistem air laut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki
kamar mandi
Gambar 2. 38. Domestic fresh water dan sea water
(Sumber : Gambar perusahaan)
41
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3. 1. Diagram alir penilitian
Identifikasi masalah
Studi literatur Buku, Jurnal, Tugas
Akhir, Lapangan
Pengumpulan data :
• Gambar diagram pipe
• Gambar general arrangement
• Data material
Pengolahan data :
• Perhitungan head pump
• Perhitungan capacity pump
• Menetukan daya pump
Gambar hasil Re-desain
Menentukan perbandingan kebutuhan pipa yang dibtuhkan
antara gambar perusahaan dan gambar redesain
Menentukan perbandingan kebutuhan valve yang
dibtuhkan antara gambar perusahaan dan gambar Redesain
Kesimpulan
Mulai
Selesai
42
3.2. Tahapan Pelaksanaan
a. Identifikasi masalah
Pada Tahap ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi
dan dibuat berdasarkan kondisi nyata dari suatu sistem yang menjadi
objek penelitian. Dalam penelitian, identifikasi masalah dimulai dengan
mengidentifikasi tentang permasalahan yang sering terjadi pada sistem
perpipaan dan kemudian mengkaji masalah yang ada dalam sistem
perpipaan pada kapal SV, Garuda Offshore
b. Studi literatur
Studi literatur dilakukan bertujuan agar penulisan dan penggunaan
metode pada Tugas Akhir ini sesuai dengan konteks keilmuan yang ada,
studi literatur yang dilakukan adalah untuk mengetahui konsep tentang
sistem perpipaan pada kapal dan faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan permasalahan pada bagian sistem perpipaan. Selain itu
dilakukan dilakukan inspeksi atau pengecekan dilapangan supaya
mengetahui kondisi real yang terjadi pada sistem perpipaan tersebut,
adapun beberapa faktor pendukung tambahan untuk Tugas Akhir.
c. Pengumpulan data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang yang berhubungan
dengan permasalahan yag didapatkan, baik itu data berupa gambar
diagram pipe, kebutahan materrial pada saat pemasangan pipie.
d. Pegolahan data
Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan pada
pendahuluan data maka selanjutnya data-data yang telah terkumpul diolah
sesuai dengtan metode yang tepat untuk dipakai dalam menjawab
permasalahan. Pada tahap pengolahan data ini dilakukan pengolahan data
yaitu redesai pada beberapa gambar diagram pipe, serta menentukan nilai
kebutuhan material pada gamba ryang telah dilakukan redesain.
43
e. Perancangan (redesain)
Perancangan redesain dilakukan untuk mencari efesiensi kebutuhan
material dan valve, serta untuk merencakan alur pipa kapal yang tidak
boleh dilalui pipa, sehingga gambar redesain ini dapat diterima baikdari
pihak perusahaan mauun class.
b. Perhitungan kebutuhan material pipa dan valve
Perhitungan kebutuhan material pipa dan valve dilakukan untuk
mencari berapa kebutuhan material masing-masing system, dimana
perhitungan ini digunakan untuk membandingkan apakah gambar
redesain bias lebih efesien.
c. Kesimpulan
Dari data yang selesai diolah diterik kesimpulan berupa prosentasi
perbandingan head pump dan capasity pump dan kebutuhan material
pada pada bagian-bagian sistem tersebut.
44
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
45
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ukuran Utama Kapal
Data ukuran utama kapal Garuda Offhore milik PT. Barokah
Galangan Perkasa (BGP), berikut adalah data ukuran utama kapal
Gambar 4.1. General arrangement (Sumber :Gambar perusahaan)
Nama kapal : Garuda Offshore
Leng Of All (Loa) : 50,2 m
Leng Of PP (LPP) : 46 m
Breadth (B) : 12,5 m
Depth (H) : 5,25 m
Draught (T) : 4 m
Speed (Vs) : 12 Knot
Type : Supply Vessel
Tahun pebuatan : 2012
46
4.2. Perhitungan Head Pump dan Capacity Pump Gambar Perusahaan
dengan Gambar Redesain
4.2.1. Perhitungan gambar perusahaan
1. Bilge system
A. Perhitungan diameter pipa utama dan pipa cabang pada Sistem
bilga
a. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa utama pada sistem
bilga
Sesuai rumus pada (2.1)
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dH = 1,68 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dH = 74.056 mm (Diambil 84,9 mm)
= 3” (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 89,1 mm
2) Inner Diameter = 84,9 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = pipa Galvanis
b. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa cabang pada sistem
bilga
Seusai rumus pada (2.2)
Keterangan : C = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dz = 2,15 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dz = 87.78 mm (Diambil 97,4 mm)
= 31/2’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
47
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 101,6 mm
2) Inner Diameter = 97,4 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Baja Timah Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa bilga
Seusai rumus pada (2.3)
Keterangan : dH = 84,9 mm
Q = 5.75 x (10-3) x dH2
= 5.75 x (10-3) x 84,92
= 41,44 m3/h
= 0,0151 m3/s
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 84,9 mm
λ = 0,02 + (0,0005/84,9)
= 0,0200058, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa bilga
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai dengan rumus (2.7)
Ketereangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (84,9/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 3024940,62
48
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 16,2 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 84,9 mm
Hf = λ x Ls x v2/ (D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 16.2 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 1,4 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 1. Minor head loos suction bilga
No Accessories n K n x k
1 Strainer 2 2.5 5
2 Gate valve 2 2 4
3 Butterfly valve 2 0.3 0.6
4 SDNR 4 2 8
5 Socket weld 1 1 1
6 Ellow 90 o 1 1 1
7 T joint 1 1 1
Ʃ nk 20.06
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (20,06 x 32) / (2 x 9,8)
= 9,3 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 1,4 m + 9,3 m
= 10,7 m
49
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (84,9/1000 x 3)/ 8,49 x 10-7
= 3024940,62 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 8 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 84,9 mm
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 8 x 32 / 84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,9 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 2. Minor head loss discharge bilge
No Accessories n K n x k
1 SDNR 2 2.5 5
2 Gate valve 2 2 4
Ʃ nk 9
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
50
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (9 x 32) / (2 x 9,8)
= 4,13 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0,9 m + 4,13 m
= 5,03 m
E. Head loss
Pada rumus (2.11) = Head suction + Head discharge
= 10,7 m + 5,03 m
= 15,73 m
F. Head static (Hs)
Pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Pada rumus (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 15,73
= 21,74 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 21,74m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
51
2. Ballast system
A. Diameter pipa ballast sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki
air ballast
a. Volume displacement
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
T = 5,25 m
Cb = 0,64
= L x B x T x Cb
= 48 x 12,5 x 5,25 x 0,64
= 2016 m3
b. Perhitungan kapasitas ballast = 10% x Disp
= 10% x 2016
= 201,6 ton
c. Pehitungan volume ballast water = Wb/ Bj air laut
d. Berat jenis air laut = 1,025 ton / m3
= 201,9 / 1,025
= 196,68 m3, diambil 203,281 m3
Ukuran pipi berdasarkan kapasitas tangki (BKI 2006 Sec N 3.1):
Berdasarkan Tabel BKI untuk ukuran pipa 110 mm, sehingga
untuk penentuan diameter pipa sesuai JIS diambil yang
mendekati yaitu 109,8 mm, untuk inch nya 4“
1) Inner Diameter = 109,8 mm
2) Outside Diameter = 114,3 mm
3) Thickness = 4,5 mm
4) Material = Pipa Galvanis
B. Kapasitas pompa ballast utama
sesuai rumus pada (2.3)
Ketrangan : dH = 109,8 mm
Qb = 5,75 x 10-3 x dH2
52
= 5,75 x 10-3 x 109,82
= 69,33 m3 / jam
= 0,0192 m3 / s
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 109,8 mm
λ = 0,02 + (0,0005/109,8)
= 0,02000759732, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa ballast
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 109,8 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (109,8/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 39121140,1425 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 28,6 m
g = 9,8 m/s2
v = 3 m/s
D = 109,8 mm
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 28.6 x 32 / (109,8 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 2,7 m
53
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 3. Minor head loss suction ballast
No Accessories n K n x k
1 SDNR 23 2.5 52.9
2 T joint 6 1 6
3 Elbbow 90 o 15 1 15
4 Bellmouth 4 1 4
5 RT. Angle mud box 1 1 1
Ʃ nk 78.9
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (78,9 x 32) / (2 x 9,8)
= 36,22 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 2,7 m + 36,22 m
= 38,92 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 109,8 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-10 m2/s
Re = (D x v)/V
= (109,8/1000 x 3)/ 8,49 x 10-10
= 39121140,1425 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
54
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 1,3 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 109,8 mm
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 1,3 x 32 / (109,8 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,2 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 4. Minor head loss discharge ballast
No Accessories n K n x k
1 SDNR 1 2.5 2.5
2 Elbbow 90 o 1 1 1
Ʃ nk 3.5
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (3,5 x 32) / (2 x 9,8)
= 1,38 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0,2 m + 1,38 m
= 1,58 m
55
E. Head loss
Sesuai rumus pada (2.11) = Head Suction + Head Discharge
= 38,92 m + 1,58 m
= 40,5 m
F. Head static (Hs)
Sesuai pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Sesuai rumus pada (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 40,5
= 46,51m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 46,51 m
Kapasitas pompa (minimum) = 69,33 m3/h
56
3. Fire main system
A. Perhitungan diameter pipa utama dan pipa cabang pada sistem fire
main system
a. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa utama pada sistem fire
main system.
Sesuai rumus pada (2.1)
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dH = 1,68 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐿 + 25
dH = 1,68 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dH = 74.056 mm (Diambil 84,9 mm)
= 3’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 89,1 mm
2) Inner Diameter = 84,6 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Pipa Galvanis
b. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa cabang pada sistem
fire main system
Sesuai rumus pada (2.2)
Keteranagan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dz = 2,15 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐶 + 25
dz = 2,15 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dz = 87.78 mm (Diambil 97,4 mm)
= 31/2’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.1)
57
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 101,6 mm
2) Inner Diameter = 97,4 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Pipa Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa fire main system
Seusai rumus pada (2.3)
Keterangan : dH = 84,9 mm
Q = 5.75 x (10-3) x dH2
= 5.75 x (10-3) x 84,92
= 41,44 m3/h
= 0,012 m3/s
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 84,9 mm
λ = 0,02 + (0,0005/8,49)
= 0,0200058, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa fire
1) Perhitungan head pada sisi suction
sesuai pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (84,9/1000 x 3)/ 8,4 x 10-10
= 3024940,62
58
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 28,9 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 84,9 mm
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 28.9 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 3,2 m
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai dengan rumus (2.10)
Tabel 4. 5. Minor head loss suction fire main system
No Accessories n K n x k
1 Fire Hydrant 6 2 12
2 Gate valve 2 2 4
3 Butterfly valve 2 2 4
4 SDNR 4 2.5 10
6 Ellow 90 o 1 1 1
7 T joint 2 1 2
Ʃ nk 33
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (33 x 32) / (2 x 9,8)
= 15,15 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 3,2 m + 15.15 m
= 18.35 m
59
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Sesuai dengan rumus (2,7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (84,9/1000 x 3)/ 8,49 x 10-10
= 3024940,62
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
λ = 0,02
Ls = 8,6 m
g = 9,8 m/s2
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 8.6 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,95 m
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai rumus pada (2.10)
Tabel 4. 6. Minor head loss discharge main system
No Accessories n K n x k
1 SDNR 3 2.5 7
2 Ellow 90 o 1 1 1
Ʃ nk 8
Keterangan : g = 9,8 m/s2
v = 3 m/s
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (8 x 32) / (2 x 9,8)
60
= 3,67 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0,95 m + 3,67 m
= 4,62m
E. Head loss
Sesuai dengan rumus (2.10) = Head Suction + Head Discharge
= 18,35 m + 4,62 m
= 22,97 m
F. Head static (Hs)
Sesuai pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Sesuai rumus pada (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 22,97
= 22,98 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 22,98 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
61
4. Domestic fresh water dan sea water supply system
A. Perhitungan diameter pipa air tawar
a. Diameter pipa utama
Sesuai rumus pada (2.4)
Keterangan : Qb = 16,65 ton
Qb = 0,565 x db2 (m3/jam)
dH = √𝑄𝑏/0,565
= √16,65/0,565
= 5,49 cm
= diambil nilai terdekatnya 56,7 mm
1) Out Diameter = 60,5 mm
2) Inner Diameter = 56,7 mm
3) Thickness = 3,8 mm
4) Material = Baja Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa air tawar
Seusai rumus pada (2.3)
Keterangan : dH = 56,7
Q = 5.75 x (10-3) x dH2
= 18,4 m3/h
= 0.000639 m3/s
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 56,7 mm
λ = 0,02 + (0,0005/56,7)
= 0,02000325, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa air tawar
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai pada rumus (2.7)
62
Keterangan : D = 56,7 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (56,7/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 202019,0023
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
Ketereangan : D = 56,7 mm
v = 3 m/s
λ = 0,02
Ls = 32,5 m
g = 9,8 m/s2
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 32,5 x 32 / (56,7 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 5,26 m
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai rumus pada (2.10)
Tabel 4. 7. Minor head loss suction air tawar
No Accessories n K n x k
1 Gate valve 12 2 24
2 Safety Relief Valve 10 2 20
3 Elblow 90 o 1 1 1
4 T joint 1 1 1
5 Stainer 1 2,5 2,5
6 Manifold 1 1 1
7 Bellmouth 12 1 12
Ʃ nk 61,5
Ketereangan : v = 3 m/s
g = 9,8 m/s2
63
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (61,5 x 32) / (2 x 9.8)
= 28,23 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 5,25 m + 28,23 m
= 33,58 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Sesuai pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 56,7 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (56,7/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 202019,0023
a. Major head loss (Hf)
Sesuai dengan rumus (2.9)
Ketereangan : D = 56,7 mm
v = 3 m/s
λ = 0,02
Ls = 16,8 m
g = 9,8 m/s2
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 16.8 x 32 / (56,7 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 2,72 m
64
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai dengan rumus (2.10)
Tabel 4. 8. Minor head loss discharge air tawar
No Accessories n K n x k
1 Safety Relief Vlve 5 2 10
2 Elblow 90 o 2 1 2
3 Non-Return Valve 1 2 2
4 Elblow 90 o 1 1 1
Ʃ nk 15
Keterangan : v = 3 m/s
g = 9,8 m/s2
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (15 x 32) / (2 x 9.8)
= 6.89 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 2,72 m + 6,89 m
= 9,61 m
E. Head loss
Sesuai pada rumus (2.11) = Head Suction + Head Discharge
= 30,33 m + 9,61 m
= 39,91 m
F. Head static (Hs)
Sesuai pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
65
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Sesuai pada rumus (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 39,91
= 45,02 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 46,22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 18,4 m3/h
5. Rekapitulasi daya minimum pompa pada gambar perusahaan
Tabel 4. 9. Rekapitulasi daya minimum pompa gambar perusahaan
No Sistem Head pompa (Min) Kapasitas pompa (Min)
1 Sistem Bilga 21,74 m 41,44 m3/h
2 Sistem Ballast 46,51 m 69,33 m3/h
3 Sistem Fire 22,98 m 41,44 m3/h
4 Sistem Fresh water 26,22 m 18,4 m3/h
66
4.2.2. Perhitungan head pump dan capacity pump redesain
1. Bilge system
A. Perhitungan diameter pipa utama dan pipa cabang pada sistem
bilga
a. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa utama pada sistem
bilga
Seusai rumus pada (2.1)
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dH = 1,68 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐿 + 25
dH = 1,68 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dH = 74.056 mm (Diambil 84,9 mm)
= 3’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 89,1. Mm
2) Inner Diameter = 84,9 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = pipa Galvanis
b. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa cabang pada sistem
bilga, Sesuai rumus pada (2.2)
Keterangan : C = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dz = 2,15 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐶 + 25
dz = 2,15 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dz = 87.78 mm (Diambil 97,4 mm)
= 3 1/2’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
67
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 101,6 mm
2) Inner Diameter = 97,4 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Pipa Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa bilga
Seusai rumus pada (2.3)
Keterangan : dH = 84,9 mm
Q = 5.75 x (10-3) x dH2
= 5.75 x (10-3) x 84,92
= 41,44 m3/h
= 0,0121 m3/s
C. Perhitungan bilge well
Kapasitas tampung dari bilge well dapat bernilai tidak kurang dari
0,2 m3.
Panjang = 0,8 m
Lebar = 0,8 m
Tinggi = 0,6 m
Volume = 0,384 m3
D. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 84,9 mm
λ = 0,02 + (0,0005/84,9)
= 0,02000465, diambil 0,2
E. Perhitungan head pompa bilga
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai dengan rumus (2.7)
68
Ketereangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-10 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (84,9/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 32568883,610
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 23,3 m
g = 9,8 m/s2
v = 3 m/s
D = 72,1 mm
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 23,3 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 2.52 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 10. Minor head loss suction bilga redesain
No Accessories n K n x k
1 Strainer (filter) 2 2.5 5
2 Gate valve 4 2 8
3 Non Return Valve 4 2 8
4 Elblow 90 o 4 1 4
Ʃ nk 25
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (25 x 32) / (2 x 9.8)
= 11,47 m
69
c. Head suction = Hf + Hm
= 2.52 m + 11,47 m
= 13,99 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-10 m2/s
Re = (D x v)/V
= (84,9/1000 x 3)/ 8,49 x 10-7
= 2568883,610 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 3,6 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 3,6 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,39 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4.11. Minor head loss discharge bilge redesain
No Accessories n K n x k
1 SDNR 1 2.5 2.5
2 Check Valve 1 1 1
Ʃ nk 3.5
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
70
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (3.5 x 32) / (2 x 9.8)
= 1.61 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0,39 m + 1,61 m
= 2 m
F. Head loss
Pada rumus (2.11) = Head Suction + Head Discharge
= 13,99 m + 2 m
= 15,99 m
G. Head static (Hs)
Pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
H. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
I. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
J. Total head
Sesuai dengan rumus (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 15,99
= 22 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,4 m3/h
71
Kesimpulan, perhitungan minimum daya pompa dapat
digunakan sebagai batas acuan kebutuhan daya pompa untuk bilge
system
2. Ballast system
A. Diameter pipa ballast sesuai dengan perhitungan kapasitas tangki
air ballast
a. Volume displacement
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
T = 5,25 m
Cb = 0,64
= L x B x T x Cb
= 48 x 12.5 x 5.25 x 0.64
= 2016 m3
b. Perhitungan kapasitas ballast = 10% x Disp
= 10% x 2016
= 201,6 ton
c. Pehitungan volume ballast water = Wb/ Bj air laut
d. Berat jenis air laut = 1,025 ton / m3
= 201,6 / 1,025
= 196,68 m3
B. Perhitungan kapasitas pompa ballast
Perkiraaan waktu untuk pengisian penuh ballast tank 2 jam
volume ballast water 196,68 m3
Jadi, perhitungan kapasitas pompa
Q = V/ T (2.3)
= 196,68/ 2
= 98,34 m3/ h
= 0.027 m3/s
72
C. Kalkulasi diameter pipa ballast
Jadi, saya akan menggunakan rumus kapasitas (Q=A x V)
Q = A x V
Keterangan :
dh = Diameter utama pipa
V = 3 m/s
Q = 0.027 m3/s
A = Q / V
1
4 𝜋. 𝑑
2 =
𝑄
𝑉
𝑑 =√4.𝑄
𝜋.𝑉
𝑑 =√4𝑥0.0277
3.14𝑥 3
d = 0.107 m
d = 0,107 mm, diambil 109,8
= 4’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Inner Diameter = 109,8 mm
2) Outside Diameter = 114,3 mm
3) Thickness = 4,5 mm
4) Material = Pipa Galvanis
D. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 109,8 mm
λ = 0,02 + (0,0005/109,8)
= 0,02000759732, diambil 0,2
E. Perhitungan head pompa ballast
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai pada rumus (2.7)
73
Keterangan : D = 109,8 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (109,8/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 39121140,1425 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 28,6 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 109,8 mm
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 13,67 x 32 / (109,8 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 1 m
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 12. Minor head loss suction ballast redesain
No Accessories n K n x k
1 Stainer 2 2.5 5
2 Gate Valve 4 2 8
3 Elbbow 90 o 1 1 1
4 Butterfly valve 1 2 2
5 T joint 1 1 1
Ʃ nk 17
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
74
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (17 x 32) / (2 x 9.8)
= 7,8 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 1 m 7,8 m
= 8,8 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Sesuai pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 109,8 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (109,8/1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 39121140,1425
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 3,1 m
g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
D = 109,8 mm
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 3,1 x 32 / (109,8 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,3 m
75
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 9. Minor head loss discharge ballast
No Accessories n K n x k
1 SDNR 1 2.5 2.5
2 Check Valve 1 2 2
3 T joint 2 1 2
4 Elbbow 90 o 1 1 1
Ʃ nk 7,5
Keterangan : g = 9,8 m/s2 (Gaya gravitasi)
v = 3 m/s
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (7,5 x 32) / (2 x 9,8)
= 1.14 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0,3 m + 1,14 m
= 1,44 m
F. Head loss
Sesuai rumus pada (2.11) = Head Suction + Head Discharge
=`8,8 m + 1,44 m
= 10,24 m
G. Head static (Hs)
Sesuai pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
H. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
76
I. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
J. Total head
Sesuai pada rumus (2.12) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 10,24
= 16,25 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 16,25 m
Kapasitas pompa (minimum) = 98,34 m3/h
Kesimpulan, perhitungan minimum daya pompa dapat
digunakan sebagai batas acuan kebutuhan daya pompa untuk
ballast system
3. fire main system
A. Diameter pipa fire
a. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa utama pada sistem
Fire
Sesuai rumus pada (2.1)
Keterangan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dH = 1,68 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐿 + 25
dH = 1,68 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dH = 74.056 mm (Diambil 84,9mm)
= 3’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.2)
77
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut
1) Outer Diameter = 89,1 mm
2) Inner Diameter = 84,9 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Pipa Galvanis
b. Perhitungan dan pemilihan diameter pipa cabang pada sistem
fire
Seusai rumus pada (2.2)
Keteranagan : L = 48 m
B = 12,5 m
H = 5,25 m
dz = 2,15 √(𝐵 + 𝐻) 𝑥 𝐶 + 25
dz = 2,15 √(12.5 + 5.25) 𝑥 48 + 25
dz = 87.78 mm (Diambil 84,9 mm)
= 3’’ (Berdasarkan tebal JIS Tabel 2.1)
Maka dipilih pipa dengan spesifikasi sebagai berikut :
1) Outer Diameter = 89,1 mm
2) Inner Diameter = 84,9 mm
3) Thickness = 4,2 mm
4) Material = Pipa Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa fire main system
Seusai rumus pada (2.3)
Keterangan : dH = 72,1 mm
Q = 5.75 x (10-3) x 84,92
= 5.75 x (10-3) x 84,92
= 41,44 m3/h
= 0,0121 m3/s
78
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 84,9 mm
λ = 0,02 + (0,0005/72,1)
= 0,02000465, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa Fire
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai pada rumus (2.7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (84,9/1000 x 3)/ 72,1 x 10-10
= 309187279.152
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Pada rumus (2.9)
Keterangan : λ = 0,02
Ls = 28,9 m
g = 13,6 m/s2
v = 3 m/s
D = 84,9 mm
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 13,6 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,8 m
79
b. Minor head loss (Hm)
Pada rumus (2.10)
Tabel 4. 10. Minor head loos suction fire
No Accessories n K n x k
1 Gate Valve 2 2 4
2 T joint 2 1 2
3 SDNR 2 2,5 5
4 Butterfly Valve 1 1 1
6 Ellow 90 o 1 2 2
7 Check Valve 2 2 4
Ʃ nk 19
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (19 x 32) / (2 x 9.8)
= 3 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 0,8 m + 3 m
= 3,8 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Sesuai dengan rumus (2.7)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
V = 8,4 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V
= (72,1/1000 x 3)/ 8,49 x 10-10
= 3091872979.152
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
Keterangan : D = 84,9 mm
v = 3 m/s
λ = 0,02
80
Ls = 8,6 m
g = 9,8 m/s2
Hf = λ x Ls x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 1,26 x 32 / (84,9 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 0,2 m
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai rumus pada (2.10)
Tabel 4. 11. Minor head loss discharge fire
No Accessories N K n x k
1 Butterfly Valve 2 2 4
2 SDNR 2 2.5 5
3 T joint 2 1 2
Ʃ nk 10
Keterangan : g = 9,8 m/s2
v = 3 m/s
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (10 x 32) / (2 x 9.8)
= 4.67 m
c. Head discharge = Hf + Hm
= 0.9 m + 3.67 m
= 4.57 m
E. Head loss
Sesuai dengan rumus (2.11) = Head Suction + Head Discharge
= 3,8 m + 4.57 m
= 8,37 m
F. Head static (Hs)
Sesuai pada rumus (2.5) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
81
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Pada rumus (2,9) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 4,57
= 10,58 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 25.73 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
Kesimpulan, perhitungan minimum daya pompa dapat
digunakan sebagai batas acuan kebutuhan daya pompa untuk fire
main system
4. Domestic fresh water system
A. Perhitungan diameter pipa air tawar
Diameter pipa utama
Sesuai rumus pada (2.1)
Q = 16,65 ton
Sesuai dengan ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki (table
2.1), maka di dapatkan diameter dalam pipa sebesar 60 mm, 2 ½ ’’
1) Out Diameter = 76,3 mm
2) Inner Diameter = 72,1 mm
3) Thickness = 4,2 mm
82
4) Material = Pipa Galvanis
B. Perhitungan kapasitas pompa air tawar
Sesuai rumus pada (2.3)
Keteranga : dH = 72,1 mm
Q = 5.75 x (10-3) x 72,12
= 29,8 m3/h
= 0.0082 m3/s
C. Friction ( λ )
Pada rumus (2.8)
Keterangan : D = 72,1 mm
λ = 0,02 + (0,0005/72,1)
= 0,02000325, diambil 0,2
D. Perhitungan head pompa air tawar
1) Perhitungan head pada sisi suction
Sesuai pada rumus (2,7)
Keterangan : D = 72,1 mm
v = 3 m/s
V = 8,42 x 10-7 m2/s
Re = (D x v)/V 𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
= (72,1 /1000 x 3)/ 8,42 x 10-7
= 202019,0023
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2,9)
Ketereangan : D = 72,1 mm
v = 3 m/s
λ = 0,02
Ls = 32,5 m
g = 9,8 m/s2
83
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 32,5 x 32 / (72,1 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 5,26 m
b. Minor head loss (Hm)
Sesuai rumus pada (2.10)
Tabel 4. 12. Minor head loss suction fresh water
No Accessories n K n x k
1 Gate valve 12 2 24
2 Safety Relief Valve 10 2 20
3 Elblow 90 o 1 1 1
4 T joint 1 1 1
5 Stainer 1 2,5 2,5
6 Manifold 1 1 1
7 Bellmouth 12 1 12
Ʃ nk 61,5
Maka minor losses (Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (61,5 x 32) / (2 x 9.8)
= 28,23 m
c. Head suction = Hf + Hm
= 2.1 m + 28,23 m
= 30,33 m
2) Perhitungan head pada sisi discharge
Sesuai pada rumus (2.7)
Re = (D x v)/V
= (80/1000 x 3)/ 8,49 x 10-10
= 3091872979.152
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑅𝑒 > 2500 = 𝑇𝑢𝑟𝑏𝑢𝑙𝑒𝑠
a. Major head loss (Hf)
Sesuai rumus pada (2.9)
84
Keterangan : D = Diameter dalam pipa utama
v = asumsi kecepatan aliran (3 m/s)
V = 8,49 x 10-10 m2/s
λ = 0,02 + (0,0005/D)
= 0,02
L = 16.8 m
g = 9,8 m/s2
Hf = λ x L x v2/(D x 10-3 x 2g)
= 0,02 x 16.8 x 32 / (20 x 10-3 x 2 x 9,8)
= 7,72 m
a. Minor head loss (Hm)
Sesuai rumus pada (2.10)
Tabel 4. 13. Minor head loss discharge air tawar
No Accessories n K n x k
1 Safety Relief Vlve 5 2 10
2 Elblow 90 o 2 1 2
3 Non-Return Valve 1 2 2
4 Elblow 90 o 1 1 1
Ʃ nk 15
(Hm) = (Ʃ nk x v2) / 2g
= (15 x 32) / (2 x 9.8)
= 6.89 m
b. Head discharge = Hf + Hm
= 7,72 m + 2,17 m
= 9,89 m
E. Head loss
Sesuai rumus pada (2,11) = Head Suction + Head Discharge
= 30,33 m + 9,89 m
= 40,21 m
85
F. Head static (Hs)
Sesuai rumus pada (2,9) = T + 0,76 m
= 5,25 + 0,76
= 6,01 m
G. Head pressure adalah head karena perbedaan tekanan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena tekanan pada sisi suction dan
discharge pompa sama, maka nilai head pressure = 0
H. Head velocity adalah head karena perbedaan kecepatan pada sisi
suction dan discharge pompa. Karena kecepatan pada sisi suction
dan discharge pompa sama, maka nilai head velocity = 0
I. Total head
Sesuai rumus pada (2.9) = Hs + Hv + Hp + Head Loss
= 6,01 + 0 + 0 + 40,21
= 46,22 m
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat ditentukan nilai
minimum head pompa dan nilai minimum kapasitas pompa sebagai
berikut
Head pompa (minimum) = 46,22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 29,8 m3/h
Kesimpulan, perhitungan minimum daya pompa dapat
digunakan sebagai batas acuan kebutuhan daya pompa untuk fresh
water system
5. Rekapitulasi daya minimum pompa pada gambar redesan
Tabel 4. 18. Rekapitulasi daya minimum pompa gambar redesain
No Sistem Head pompa (Min) Kapasitas pompa (Min)
1 Sistem Bilga 22 m 41,44 m3/h
2 Sistem Ballast 16,25 m 98,38 m3/h
3 Sistem Fire 25,73 m 29,89 m3/h
4 Sistem Fresh water 46,27 m 29,8 m3/h
86
4.3. Menentukan Daya Pompa
4.3.1. Dari hasil perhitungan daya pompa, maka daya pompa yang
digunakan pada gambar perusahaan tersebut ialah :
1. Daya pompa bilge system pada gambar perusahan
Head pompa (minimum) = 21,74 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
Sehingga daya pompa yang digunakan pada gambar perusahan :
Capacity = 46 m3/h
Total Head = 30 m
2. Daya pompa ballast system pada gambar perusahan
Head pompa (minimum) = 46,51 m
Kapasitas pompa (minimum) = 69,33 m3/h
Sehingga daya pompa yang digunakan pada gambar perusahan :
Capacity = 80 m3/h
Total Head = 30 m
Pada penggunaan daya pompa gambar perusahaan tidak sesuai
dengan perhitungan minimum, sehingga pengunaan pompa tersebut
sangat tidak cocok.
3. Daya pompa fire main system pada gambar perusahan
Head pompa (minimum) = 22,98 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
Sehingga daya pompa yang digunakan pada gambar perusahan :
Capacity = 80 m3/h
Total Head = 50 m
4. Daya pompa fresh water system pada gambar perusahan
Head pompa (minimum) = 26,22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 18,4 m3/h
Sehingga daya pompa yang digunakan pada gambar perusahan :
Capacity = 60 m3/h
Total Head = 50 m
87
4.3.2. Dari hasil perhitungan daya pompa, maka daya pompa yang
digunakan pada gambar redesain tersebut ialah :
1. Daya pompa bilge system pada gambar redesain
Head pompa (minimum) = 22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 41,44 m3/h
2. Daya pompa ballast system pada gambar redesain
Head pompa (minimum) = 16,25 m
Kapasitas pompa (minimum) = 98,38 m3/h
3. Daya pompa fire main system pada gambar redesain,
Head pompa (minimum) = 25,73 m
Kapasitas pompa (minimum) = 29,89 m3/h
4. Daya pompa fresh water system pada gambar redesain,
Head pompa (minimum) = 46,22 m
Kapasitas pompa (minimum) = 29,8 m3/h
Sehingga penggunaan pompa sebagai berikut :
1) Pompa P1 menggunakan daya
Centrifugal Pump
Merk : TAIKO
Type : VS-250B
Capacity : 150 m3/h
Head : 145 m
Motor : 100 Kw
Pompa P1 menggunakan pompa dari Taiko, dimana bisa
digunakan untuk system bilga, system ballast, dan fire fighting
2) Pompa P2 menggunakan daya
Centrifugal Pump
Merk : TAIKO
Type : VS-250B
Capacity : 150 m3/h
Head : 145 m
88
Motor : 100 Kw
Pompa P2 menggunakan pompa dari Taiko, dimana bisa
digunakan untuk system bilga, GS (General Service), dan fire
fighting
3) Pompa P3 menggunakan daya
Centrifugal Pump
Merk : TAIKO
Type : EMCN
Capacity : 40 m3/h
Head : 65 m
Motor : 22 Kw
Pompa P3 menggunakan pompa dari Taiko, dimana bisa
digunakan untuk Emergency Fire Pump, merupakan salah satu
alat pemadam kebakaran yang wajid ada di kapal dan harus
berdiri sendiri independen menggunakan sumber energy
sendiri,.
4) Pompa P4 menggunakan daya
Centrifugal Pump
Merk : TAIKO
Type : TMS-1000
Capacity : 55 m3/h
Head : 40 m
Motor : 15 Kw
Pompa P4 menggunakan pompa dari Taiko, dimana untuk
digunakan pada bagian fresh water, sedangkan sea water
mengunakan kekuatan daya pompa yang sama dengan fresh water,
dan penambahan pompa cadangan dengan kekuatan daya yang
sama, apabila terjadi trouble pada salah satu pump atau keduanya
89
4.3.3. Menentukan daya pompa pada gambar perusahaan sesuai dengan
gambar.
Tabel 4. 19. Rekapitulasi daya minimum pompa gambar redesain
No Pompa
Gambar Perusahaan
Pompa
Gambar Redesain
Head
pompa
Kapasitas
pompa
Head
pompa
Kapasitas
pompa
1 Bilge
system 30 m 46 m3/h P1 145 m 150 m3/h
2 Ballast
system 30 m 80 m3/h P2 145 m 150 m3/h
3 Fire system 50 m 80 m3/h P3 65 m 40 m3/h
4 Fresh water
system 50 m 60 m3/h P4 40 m 55 m3/h
4.4. Rancangan Redesain
Pada bagian ini hasil rancang yang telah dibuat meliputi :
4.4.1. Layout engine room
Gambar 4. 2. Layout engine room
(Sumber :Gambar pribadi)
1. Untuk peletakan pada ballast pump dan ballast manifold pada gambar
perusahaan dipindahkan, dikarena posisi peletakan ballast pump dan
ballast manifold merupakan peletakan kamar ABK atau crew room,
sesuai dengan general arrangement,
90
2. Untuk peletakan daily oil Tank pada gambar perusahaan tidak sesuai
dengan perencanaan general arrangement, sehingga pada gambar
perencangan perusahaan menambah tangki yang dibuat, serta dapat
menambah pengeluaran biaya pada kapal dan berpengaruh pada lama
waktu nya proses pembuatan kapal.
3. pada gambar f.w pressure pumps, s.w pressure pump dan tank hot
circulation pump dan electrick calorifier dari perusahaan tidak sesuai
dengan general arrangement, dimana pada bagian itu merupakan
ruangan sport room,
4. Dimana butterfly valve pada bagian sea cheast saya ganti menggunakan
gate valve, untuk memudahkan perbaikan diatas laut, serta sebagai
cadangan pada saat gate valve sea cheast terjadi kerusakan.
5. Bilge pump, fire pump, f.w cargo pump, f.w Manifold dan posisi
diletakkan sesuai dengan gambar bilge system, ballast system, dan fire
main system serta gambar domestic f.w dan s.w Supply
4.4.2. Bilge system, ballast system, dan fire main system
Gambar 4. 3. Bilge system, ballast system, dan fire main system
(Sumber :Gambar pribadi
1. Dimana butter fly valve pada bagian sea cheast saya ganti
menggunakan gate valve, untuk memudahkan saat repair diatas laut,
91
serta sebagain cadangan pada saat sea cheast terjadi kerusakan atau
trouble.
Serta penambahan sea water stainer, dimana berfungsi sebagai jebakan
kotoran dari laut, dalam strainer tersebut dipasang filter. Kotoran
tersebut bila tidak tersaring dan diendapkan pada strainer akan masuk
kedalam sistem air laut dalam kamar mesin dan lain-lain. Pada periode
waktu tertentu strainer harus dibuka untuk dibersihkan bersama dengan
fillternya. Penampang strainer kurang lebih 1,5 sampai dengan 2 kali
penampang pipanya.
2. Hydrant valve pada bagian bridge deck dan wheel house deck dihapus
karna pada bagian itu sudah alat pemadam sendiri yaitu sprinkler.
3. Pada gambar bilge system dan ballast system dari perusahaan, terdapat
bagian yang membingungkan, dimana pada instalasi aliran masuk dan
keluarnya ballast system tidak ada pada gambar, sehingga mendesain
ulang pada bagian tersebut
4. Peletakan water ballast tank pada gambar perusahaan di bagian double
bottom, perancangan tangki tidak sesuai dengan general arrangement,
sehingga menggambar ulang sesuai dengan general arrangement, serta
menggambar ulang instalasi water ballast tank, untuk memudahkan
pada saat pengerjaan dan proses perbaikan.
5. Pada pipa discharge digunakan yang menggunakan S.D.N.R valve,
diganti dengan check valve , dimana check valve ini sebagai pengecahan
amasuknya air dari pipa overboard ke pompa (hanya menerima arus
keluar), sehingga tidak memakai handle pada valve
6. Untuk pipa akhir pada overboard dipasang angle S.D.N.R valve yang
bisa dipasang pada pipa dengan 900 derajat
7. Penggunaan strainet tipe Y sebelum aliran masuk pompa, supaya
pompa pada kapal tidak mudah mengalmi kerusakan akibat dari kotoran
pada poros motor pompa
92
4.4.3. Domestic fresh water dan sea water
Gambar 4. 4. Domestic fresh water dan sea water
(Sumber :Gambar pribadi)
1. Pada bagian ini seluruh instalasi perpipa gambar perusahan dirubah
semuannya, terlalu banyak manifold, sehingga proses pemgalairan
air sangat memakan banyak waktu, pada gambar perusahaan untuk
Fresh Water Cargo Pump berada pada Store Room, sehingga dapat
memperlambat proses baikan saat terjadi kerusakan.
2. Untuk penggunaan pipa pada air tawar dan air laut menggunakan
pipa yang sama yaitu pipa galvanis yang tahan lama dari karat.
3. Sedangkan untuk pompa, kedua pompa menggunakan pompa yang
berkekuatan yang sama.
93
4.5. Kebutuhan Material
4.5.1. Bilga system
1. Kebutuhan material pipa bilga system pada gambar perusahaan
Tabel 4. 20. Kebutuhan material pipe bilge system
No Pipe size Kebutuhan material pipe (mm)
1 300A 6200
2 100A 10500
3 80A 11300
4 60A 12400
5 50A 8490
6 40A 5900
7 32A 6900
8 20A 3500
Jumlah kebutuhan
keselurahan pipa 65170
Sehingga kebutuhan keselurahan ialah 65100 mm atau 65,1 m.
2. Kebutuhan material pipa bilga system pada gambar redesain
Pada bagian ini untuk menentukan jumlah kebutuhan material
pipa mengunakan gambar isometri diagram pipe
Gambar 4. 5. Sometri diagram pipe bilge
(Sumber :Gambar pribadi)
1) Material yang dibutuhkan pipa 3”, sch (schedule) 80
2) Kebuthan material pipa sebayak 59200 mm, 59,2 m
94
4.5.2. Ballast system
1. Kebutuhan material pipa ballast system pada gambar perusahaan
Tabel 4. 21. Kebutuhan material pipe ballast system
No Pipe size Kebutuhan material pipe (mm)
1 300A 6200
2 100A 32900
3 80A 30200
4 60A 29700
5 50A 18200
6 40A 10400
7 32A 7300
8 20A 6800
Jumlah kebutuhan
keselurahan pipa 141700
Sehingga kebutuhan keselurahan ialah 141700 mm atau 141,7 m.
2. Kebutuhan material pipa ballast system pada gambar redesain
Pada bagian ini untuk menentukan jumlah kebutuhan material
pipa mengunakan gambar isometri diagram pipe
Gambar 4. 6. Isometri diagram pipe ballast
(Sumber :Gambar pribadi)
1) Material yang dibutuhkan pipa 4”, sch (schedule) 80
2) Kebuthan material pipa sebayak 127700 mm, 127,7 m
95
4.5.3. Fire system
1. Kebutuhan material pipa fire system pada gambar perusahaan
Tabel 4. 22. Kebutuhan material pipe fire system
No Pipe size Kebutuhan material pipe (mm)
1 300A 6200
2 100A 21600
3 80A 18700
4 60A 13800
5 50A 10500
6 40A 8800
7 32A 6900
8 20A 3900
Jumlah kebutuhan
keselurahan pipa 90440
Sehingga kebutuhan keselurahan ialah 90400 mm atau 99,4 m.
2. Kebutuhan material pipa fire system pada gambar redesain
Pada bagian ini untuk menentukan jumlah kebutuhan material
pipa mengunakan gambar isometri diagram pipe
Gambar 4. 7. Isometri diagram pipe fire
(Sumber :Gambar pribadi)
1) Material yang dibutuhkan pipa 3”, sch (schedule) 80
2) Kebuthan material pipa sebayak 107300 mm, 107,30 m
96
4.6. Kebutuhan material valve
4.6.1. Bilge system, ballast system dan fire figting
1. Material valve pada gambar perusahaan
Tabel 4. 23. Kebutuhan valve pada gambar perusahaan
No Size Description Qty
1 300A* Right gate valve 4
2 80A* Gate valve 1
3 80A Gate valve 45
4 40A Gate valve 1
5 32A Gate valve 2
6 80A* S.D.N.R. valve 5
7 80A S.D.N.R. valve 12
8 65A S.D.N.R. valve 9
9 50A* S.D.N.R. valve 1
10 50A S.D.N.R. valve 7
11 40A S.D.N.R. valve 3
12 300A Butter flt valve 2
Jumlah seluruh valve 92
2. Material valve pada gambar redesain
Tabel 4. 24. Kebutuhan valve pada gambar redesain
No Description Qty
1 gate valve 4
2 Butter fly 18
3 Angle S.D.N.R valve 2
4 Check valve 3
5 S.D.N.R valve 4
6 Angle suction valve 1
7 Non-return valve 2
8 Globe valve 3
97
10 Drain cock 2
Jumlah seluruh valve 39
4.6.2. Domestic fresh water dan sea water
1. Material valve pada gambar perusahaan
Tabel 4. 25. Kebutuhan valve pada gambar perusahaan
No Size Description Qty
1 80A Gate valve 28
2 40A Gate valve 13
3 32A Gate valve 9
4 25A Gate valve 5
5 80A Non-return valve 1
6 40A Non-return valve 3
Jumlah seluruh valve 59
2. Material valve pada gambar redesain
Tabel 4. 26. Kebutuhan valve pada gambar redesain
No Description Qty
1 Gate valve 28
2 Angle valve 1
3 S.D.N.R valve 5
4 Check valve 2
5 Remote solenoid valve 2
6 Bibcock 4
7 Flushing valve 17
8 Globe valve atau ball valve 79
Jumlah seluruh valve 138
Sudah masuk dengan jumlah valve yang dibutuh untuk
mengalirkan kekamar mandi, laundry room, galley
98
4.7. Analisa
4.7.1. Rekapitulasi daya penggunaan pompa
1. Pada gambar bilge system perusahaan (Tabel 4.19., hal 89) daya
pompa capacity ialah 46 m3/h dan head pumpnya ialah 30 m, sedangkan
pada gambar bilge system redesain (Tabel 4.19., hal 89) untuk capacity ialah
150 m3/h dan head pump yang dibutuhkan 145 m, kelebihan pengunaan
pompa redesain ini dapat digunakan untuk bilge, ballast, dan fire pump
sehingga dapat langsung dioperasikan 3 sistem atau 2 sistem sekaligus
2. Pada gambar ballast system perusahaan (Tabel 4.19., hal 89) daya
pompa capacity ialah 80 m3/h dan head pumpnya ialah 30 m, sedangkan
pada perhitungan rekapitulasi (Tabel 4.9., hal 65) untuk mencari minimum
capacity 69,33 m3/h dan head pumpnya iaalah 46,51 m, sehingga pompa
tersebut tidak cocok digunakan, dikarenakan pemakanan daya yang tinggi
tidak sesuai dengan head yang dibutuhkan. Sedang pada gambar pada
gambar ballast redesain (Tabel 4.19., hal 89) untuk capacity ialah 150 m3/h
dan head pump yang dibutuhkan 145 m, pompa yang digunakan ialah
pompa G.S (General Supply) untuk bilge, fire pump, dan ballast serta dapar
juga digunakan menjadi pompa cadangan (spare) pada kapal
3. pada gambar fire pump perusahaan (Tabel 4.19., hal 89) daya
pompa capacity ialah 80 m3/h dan head pumpnya ialah 50 m, sedangkan
pada gambar redesain (Tabel 4.19., hal 89) yang digunakan ialah emergency
fire pump dengan capacity 40 m3/h dan head pump ialah 65 m, dikarenakan
emergency fire pump harus ada disetiap kapal untuk memadamkan
kebakaran disaat darurat dan pompa pemdam kebakaran yang berada
dikamar mesin sudah tidak dapat difungsikan karena black out, pompa ini
biasanya ditempat diruang kamar mesin serta mudah dijangkau ABK
4. pada gambar fresh water perusahaan (Tabel 4.19., hal 89) daya
pompa capacity ialah 60 m3/h dan head pumpnya ialah 50 m, sedangkan
pada gambar redesain (Tabel 4.19., hal 89) yang digunakan ialah fresh water
dan sea water dengan capacity 55 m3/h dan head pump ialah 40 m,
99
dikarenakan pada gambar perusahaan memakai banyak pompa dan tidak
memiliki pompa cadangan, sehingga pompa cadangan memiliki daya pompa
yang sama dengan fresh water dan sea water
4.7.2. Kebutuhan material pipa
1. pada gambar bilge system perusahaan (Tabel 4.20., hal 93)
kebutuhan material pipa yang digunakan ialah 65,1 m serta pada gambar
redesain (Gambar 4.5., hal 93) kebutuhan material pipa yang dibutuhkan
ialah 59,2 m, sehingga kebutuhan marteral pipa pada gambar redesain lebih
kecil dari pada gambar dari perusahaan, sehingga untuk mendapakat nilai
persen dari efesien material pipa ialah
65,1 𝑚 − 59,2 𝑚
= 5,9 m
5,9 𝑚
65,1𝑚 𝑥 100% = 9,06%
Maka kebutuhan pipa dari gambar bilge system redesain 9,06% dari
kebutuhan material pipa gambar perusahaan
2. pada gambar ballast system perusahaan (Tabel 4.21., hal 94)
kebutuhan material pipa yang digunakan ialah 141,7 m serta pada gambar
redesain (Gambar 4.6., hal 94) kebutuhan material pipa yang dibutuhkan
ialah 127,7 m sehingga kebutuhan marteral pipa pada gambar redesain lebih
kecil dari pada gambar dari perusahaan, sehingga untuk mendapakat nilai
persen dari efesien material pipa ialah
141,7 𝑚 − 127,7 𝑚
= 14 m
14 𝑚
147,7 𝑚 𝑥 100% = 9,88%
Maka kebutuhan pipa dari gambar ballast system redesain 9,88%
dari kebutuhan material pipa gambar perusahaan
100
3. pada gambar fire system perusahaan (Tabel 4.22., hal 95)
kebutuhan material pipa yang digunakan ialah 99,4 m serta pada gambar
redesain (Gambar 4.7., hal 95) kebutuhan material pipa yang dibutuhkan
ialah 107,3 m sehingga kebutuhan marteral pipa pada gambar redesain lebih
besar dari pada gambar dari perusahaan, sehingga untuk mendapakat nilai
perbedaan dari efesien material pipa ialah
99,4 𝑚 − 107,3 𝑚
= -7,9 m
Maka kebutuhan pipa dari gambar fire system redesain lebih besah
7,9 m dari kebutuhan material pipa gambar perusahaan, dikarenakan untuk
fire system diberi penambahan aliran pipa yang berfungsi untuk
membersihkan rantai jangkar di hawse pipe.
4.7.3. Kebutuhan material valve
1. pada gambar bilge system, ballast system, dan fire system
perusahaan (Tabel 4.23., hal 96) kebutuhan material valve yang digunakan
ialah 92, serta pada gambar redesain (Tabel 4.24., hal 96) kebutuhan
material valve yang dibutuhkan ialah 39, sehingga kebutuhan marteral valve
pada gambar redesain lebih kecil dari pada gambar dari perusahaan, untuk
mendapakat nilai persen dari efesien material pipa ialah
92 − 39
= 53
53
92 𝑥 100% = 57%
Maka kebutuhan valve dari gambar redesain 57% dari kebutuhan
material valve gambar perusahaan
2. pada gambar domestic fresh water dan sea water supply perusahaan
(Tabel 4.25., hal 97) kebutuhan material valve yang digunakan ialah 59
serta pada gambar redesain (Tabel 4.25., hal 97) kebutuhan material valve
101
yang dibutuhkan ialah 138, sehingga kebutuhan marteral valve pada gambar
redesain lebih besar dari pada gambar dari perusahaan, untuk mendapakan
nilai selisih dari efesien material valve ialah
59 − 138
= -79
Maka kebutuhan material valve pada gambar redesain lebih banyak
79 valve dibandingkan dengan kebutuhan valve gambar perusahaan,
dikarenakan pada gambar perusahaan sudah termasuk juga kedalam
kebutuhan valve bagian kamar mandi, laudry room, dan galley.
102
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
103
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan pehitungan yang telah dilakukan
dari rumusan masalah yang diangkat.
1. Pada pompa P1 daya pompa dari capacity 150 m3/h dan head 145 m,
dimana pompa ini bisa digunakan 3 sistem sekaligus. Pada pompa P2
daya pompa dari capacity 150 m3/h dan head 145 m, pompa yang
digunakan ada pompa GS yang bisa digunakan untuk fire system, bilge
sistem, serta bisa dijadikan pompa cadangan (spare), Pada pompa P3
daya pompa dari capacity 60 m3/h dan head 45 m, hanya dikhusus kan 1
saja fungsinya untuk emergency fire pump, Pada pompa P4 daya pompa
dari capacity 55 m3/h dan head 40 m, yang digunakan untuk fresh water,
sea water dan pompa cadangan
2. Penggunaan material pipa gambar redesain lebih efesien pada bagian,
bilge system, dan ballast system, dimana pada bagian bilge system untuk
kebutuhan material pipa dibutuhkan sebanyak 59,2 m sedangkan gambar
bilge system perusahaan membutuhkan material pipa sebanyak 65,1 m,
sehingga kebutuhan material pipa pada gambar redesain ialah 9,06% dari
gambar perusahaan. Dan pada gambar ballast system untuk kebutuhan
material pipa sebanyak 127,7 m sedangkan kebutuhan materal pipa pada
gambar perusahaan mebutuhkan sebanyak 141,7 m, sehingga kebutuhan
material pipa redesain 9,88% dari kebutuhan material pipa pada gambar
perusahaan.
3. Penggunaan material valve pada gambar redesain lebih efesien dari
gambar perusahaan, dimana untuk gambar perusahaan pada bagian bilge
system, ballast system, dan fire system mebutuhkan 92 valve. Sedangan
untuk gambar redesain membutuhkan 39 valve saja. Sehingga kebutuhan
104
material valve redesain 57% dari kebuthan material valve pada gambar
perusaan.
5.2. Saran
Untuk lebih teliti lagi dalam pemasangan dan perhitungan, karna pada
bagian ini tidak hanya menilai Estetika, efesiensi keburuhan material,
kemudahan dalam perbaikan, tetapi proses ini juga harus memperhitungan
keselamatan, aliran fluida dan bagaimana bisa gambar tesebut dapat
diterima pihak class, serta tugas akhir ini dapat dilanjutkan untuk
menghitung tekan air dengan dimater pipe yang berbeda menggunakan
Sofware FUSION, dan ANSYS.
105
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia (3rd ed.). (1996). Rules for Machinery Installations.
Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia.
Biro Klasifikasi Indonesia (3rd ed.). (2016). Rules for Machinery Installations.
Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia.
International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS) (2nd ed.). (1974).
Retrieved from
http://www.imo.org/en/About/Conventions/ListOfConventions/Pages/Interna
tional-Convention-for-the-Safety-of-Life-at-Sea-(SOLAS),-1974.aspx
OCDI. (1999). The Technical Standard and Commentaries of Port and Harbour
Facilities. Japan: The Japan Port and Harbour Association.
Pramono, S., & Kurniawan, R. D. (2019). Sistim pipa kapal berdaya mesin 2655
HP. Retrieved from
https://www.academia.edu/27141220/SISTIM_PIPA_KAPAL_BERDAYA_
MESIN_2655_HP
Sularso, & Tahara, H. (1996). Pompa & Kompresor - Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan (PT.Pertja, ed.). Jakarta: PT.Padnya Paramitha.
Windyandari, A., & Iffa, J. J. (2013). Perancangan Sistem Perpipaan KM.
Nusantara (Piping System). 10(3), 154–163. Retrieved from
https://doi.org/10.12777/kpl.10.3.154-163
106
(Halaman ini sengaja dikosongkan.)
107
LAMPIRAN
108
109
top related