selective management of flail chest and pulmonary contusion

Post on 04-Jul-2015

1.416 Views

Category:

Health & Medicine

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Presented at the Annual Meeting of the American Surgical Association,Boston, Massachusetts, April 21-23, 1982. J. DAVID RICHARDSON, M.D., LEE ADAMS, M.D., LEWIS M. FLINT, M.D.

TRANSCRIPT

Peter Giarso

Perkembangan terapi flail chest:• Stabilisasi mekanik (dulu)

• Ventilator (menurunkan mortalitas namun

meningkatkan morbiditas)

• 1970: selective patient without ventilator

• Trauma tumpul dada dengan kontusio pulmoner:

Resusitasi cairan

Supportif: chest physiotherapy, suctioning, pain relief

Latar belakang, Richardson dkk :• Evaluasi dari tatalaksana “severe blunt chest

trauma” termasuk flail chest dan pulmonary

contusion

• Masing-masing modalitas terapi

• Prospektif

• 5 tahun

• Deskriptif

427 pasien dengan trauma tumpul thorax

berat, yg didiagnosis satu atau lebih:1. Flail chest

2. Pulmonary contusion

3. Hemothorax

4. Pneumothorax

5. Multiple rib fracture without flail segment

Initial management:• Resusitative

• Airway

• Treatment of shock

• Hypotensive with RL

Pada pasien dng Flail segmen yg jelas

(mencegah overload):• Close monitoring (Vena sentral dan urin)

• Retriksi cairan p.r.n (Furosemid 20 sd 40 mg)

• Steroid tdk digunakan

Penilaian status pulmoner:• RR

• PF

• Analisa gas darah

Indikasi intubasi endotrakeal:• Hipoksia dan respiratory distress

(pO2 < 55 mmHg di udara biasa atau < 60 mmHg pada pemberian O2)

• Cedera berat lain (shock, severe neurogenicinjury)

• Membutuhkan anestesi umum

• Obstruksi jalan nafas

• (CO2 >55mmHg)

• (flail chest dan gambaran rongten tdk menjadikriteria inklusi)

Indikasi ekstubasi endotrakeal:• Nafas spontan

• Tidak membutuhkan bantuan ventilasi

• Kadar oksigen baik

• (tidak menunggu sampai nafas paradoksal hilang

atau gambaran rongten normal)

Tindakan lain:• Semua dirawat di ICU

• Supportive:

Intercostal nerve block

Incentive spirometry

Nasotracheal suctioning

Identifikasi:

• 427 pasien

• 304 laki, 123 wanita

• Usia 14-86, mean 39,5

• 268 KLL mobil (62 %), ¾ total transportasi

Identifikasi:• Op dng Anestesi Umum : 130 pasien

• Cedera penyerta non thorax:

Distribusi trauma thorax:

Frekuensi modalitas terapi:

Intubasi ET dan ventilasi mekanik: 99

Non intubasi dan ventilasi 328

Outcome: non intubated

Outcome: intubated

Outcome: lama intubasi

Analysis

Analysis

Mortalitas severe injury belum turun scr

bermakna

Intubasi dan PEEP (positive end-expiratory

pressure) vs non intubasi

Trakeostomi dan ventilasi rutin tidak ideal

High risk suggest intubasi dan ventilasi:• Usia di atas 30 thn

• Shock

• Fraktur iga >7

• Bilateral flail chest

• Cedera lain yang membutuhkan laparotomy

• Butuh darah lebih dari 6 unit

• Cedera kepala

• Fraktur tulang panjang dng traksi skeletal

Kebiasaan yang tidak benar:• Tidak intubasi dan tidak menggunakan ventilasi

dianggap tidak mengobati

• Penggunaan intubasi dan ventilasi dpt

menyebabkan ignorasi:

Overload cairan

Pulmonary toilet tidak adekuat

Tidak melakukan blok nyeri

top related