slide referat kulit-p rosea edited baim
Post on 30-Nov-2015
44 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PITYRIASIS ROSEA – A REVIEW OF THE SPECIFICTREATMENTS
Proc R Coll Physicians Edinb 2001; 31:203-207
Oleh: Koas Kulit Periode
Journal Reading
Penyebab terjadinya PR tidak diketahui.
Lebih dari 50% pasien PR mengalami pruritus, dapat bersifat berat.
Terapi : spesifik maupun non-spesifik.
Terapi spesifik bertujuan memodifikasi perjalanan penyakit
Terapi non spesifik seperti emolien dan agen antipruritus digunakan untuk mengurangi gejala
Latar Belakang
Latar Belakang
Penelitian dengan double-blind controlled trials terkini, melaporkan manfaat yang potensial pada penggunaan makrolid eritromisin dalam memodifikasi perjalanan
penyakit.1
Penggunaan dari beberapa terapi spesifik lainnya telah dicoba.
Pemahaman tentang level bukti-bukti tentang manfaat terapi dapat memberi penjelasan tentang patogenesis
dari kondisi penyakit.
Tujuan
Evaluasi bukti penggunaan
terapi spesifik pada pityriasis
rosea (PR)
Mempelajari mekanisme kerja terapi
spesifik
Merekomendasikan strategi penggunaan
terapi spesifik
Metode
“Terapi spesifik
” ini didefini
sikan sebagai suatu terapi yang dapat
diberikan
dengan tujuan
mempersingkat /memodifikasi
perjalanan
penyakit tidak hanya untuk
mengurangi
gejala sementara saja
MEDLINE digunakan dalam pencarian artikel “pityriasis rosea”
dengan waktu input data yang tidak terbatas; semua artikel
yang berisi tentang terapi
spesifik dibahas dan diurutkan
peringkatnya ke dalam level-level
tertentu
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Eritromisin III-1 Sebuah laporan pada tahun 19545 mencatat respon parsial pada 12 pasien yang diterapi dengan eritromisin 200 mg 4 x sehari selama 3 minggu.
Sebuah penelitian double-blind , uji klinis dengan kontrol plasebo1, melaporkan bahwa dari 90 pasien penelitian, 33 pasien (73,33%) yang mendapat terapi eritromisin stearat (dosis 250 mg 4 x sehari selama 2 minggu untuk dewasa, dan 25-40 mg/kg dalam dosis terbagi menjadi 4 bagian, selama 2 minggu untuk anak-anak ), berespon baik dengan hilangnya lesi secara komplit dalam 6 minggu setelah terapi. Pada kelompok plasebo tidak ada yang mencapai respon terapi yang sama (p < 0,0001). Intensitas pruritus tidak dicatat.
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Sinar UV buatan IV Radiasi sinar UV buatan dipercaya dapat mengurangi lesi pada pityriasis rosea6-8. Dalam sebuah studi perbandingan tentang radiasi sinar UV bilateral9, Sisi kanan dari tubuh 20 pasien mendapat UV-B dengan dosis eritem minimal 80% pada hari-1 dengan peningkatan sebesar 17% tiap harinya. Sisi kiri tubuh pasien diberi penutup/pelindung. Dari 19 pasien dengan gejala awal pruritus, 15 tercatat mengalami respon yang baik, dengan 9 diantaranya tercatat mengalami perbaikan yang lebih besar pada sisi yang diberi sinar. Perbaikan akan lebih bermanfaat bila terapi diperoleh dalam minggu pertama terjadi erupsi.
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Sistemik IV Belum terdapat uji klinik tentang pemberian terapi sistemik. Sebuah review dalam waktu 1 tahun dari sebuah pusat penelitian kulit nasional11 melaporkan pemberian terapi singkat prednisolon pada 30 pasien dengan pityriasis rosea ekstensif (luas) menunjukkan sebagian besar m
Sebuah laporan klinis13 mencatat eksaserbasi pityriasis rosea pada 18 pasien yang diterapi dengan kortikosteroid sistemik.engalami perbaikan.
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Dapson IV Sebuah laporan kasus13 mencatat perbaikan pada kasus pityriasis rosea vesikuler.
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Rivanol IV Sebuah uji coba tanpa kontrol14 melaporkan perbaikan pada 33 pasien dari total 36 pasien yang diberi terapi dengan rivanol 0,05 gram 2 x sehari selama 10 hari.
Terapi Spesifik
Tingkat pembuktian efektivitas
terapi
Laporan Penelitian
Streptomisin IV Sebuah uji coba tanpa kontrol15 dilakukan pada 66 pasien. 53 diantaranya yang menjalani terapi lengkap, melaporkan hilangnya kemerahan dan pruritus dalam waktu yang cepat pada pemberian streptomisin intramuskular dengan dosis yang bervariasi.
Hasil
Sinar matahari dianjurkan untuk PR,
walaupun secara rasional terapi ini tidak
memodifikasi perjalanan penyakit secara spesifik.
Oleh karena itu sinar matahari dianggap sebagai terapi non
spesifik.
Tidak ada modalitas terapi
spesifik yang masuk dalam
peringkat level I atau II.
Eritromisin masuk dalam
level III-1.
Radiasi UV buatan, kortikosteroid
sistemik, dapsone, rivanol, dan streptomisin
masuk dalam level IV.
Hasil menunjukkan bahwa terlepas dari eritomisin dan rasiasi UV buatan, manfaat dari terapi spesifik lainnya tidak dievaluasi dengan uji klinis terkontrol.
Eritromisin
Penelitian double-blinded placebo
controlled trial pada
tahun 2000
90 pasien dengan PR
yang datang ke bagian
dermatologi di suatu
rumah sakit di India dari tahun 1996-1998 diteliti
Pasien dibagi dalam
kelompok terapi dan kelompok plasebo.
Sebanyak 33 pasien (66.0%)
dalam kelompok terapi
mencapai respon
sempurna setelah terapi
dengan eritromisin selama 2 minggu
Pada kelompok
kontrol tidak
didapatkan respon
terapi
Signifikasnsi
p<0.00001
Radiasi UV BuatanPeneli
tian perbanding
an bilate
ral denga
n meto
de yang lebih
ilmiah dilaku
kan oleh
Leenuthapong et al10
Sinar UV-B diberi
kan pada sisi
tubuh
kanan dari
17 pasie
n, deng
an sisi
tubuh kiri diberi penutup.
Sinar UV-A kemudia
n diberikan pada sisi
tubuh kiri sebagai
bentuk
terapi
plasebo.
Sebelum,
selama dan
sesudah 2
minggu
terapi, distribusi dan kepara
han dari
eritem dinilai
dengan memak
ai Pityrias
is Rosea Severity Score (PRSS)
Nilai skor menurun selama
periode
terapi,
namun
pruritus
tidak berkuran
g.
Selama 2
minggu dan 4
minggu setelah terapi,
baik sisi
yang diberi terapi
maupun yang tidak
diberi, tidak bisa
dibedakan
berdasarkan PRSS
maupun
pruritus.
Radiasi UV Buatan
Radiasi sinar UV buatan memiliki tingkat pembuktian derajat IV.
Efek samping jangka panjang dari radiasi sinar UV menjadikan penggunaannya secara rutin untuk pityriasis rosea tidak dianjurkan.
Kortikosteroid Sistemik
Hanya laporan kasus yang tersedia sebagai bahan penelitian
Tingkat pembuktian derajat IV
Penggunaannya dapat mengakibatkan efek samping
jangka pendek dan jangka panjang
Potensial berbahaya untuk kelompok tertentu pasien yaitu pada pasien dengan penyerta penyakit hepar atau yang sedang
hamil.
Dapson, Rivanol dan Streptomisin
Hanya didukung dengan uji coba tanpa kontrol atau laporan kasus
Penggunaannya memiliki tingkat pembuktian derajat IV
Penggunaan terapi tersebut dinilai bersifat terlalu toksik untuk penyakit yang bersifat self-limiting
(dapat sembuh sendiri).
Patogenesis Dasar PR
Bakteri atau Virus?
Eritromisin memberikan efek
membunuh bakteri,
antiinflamasi, imunomodulasi
terhadap PR
Data epidemiologi
dan penelitian mikrobiologi mendukung etiologi virus
sebagai penyebab PR
Timbul pertanyaan:
apakah manfaat eritromisin sesuai
dengan etiologi virus tersebut
Virus
Penelitian Drago et al → mendeteksi
DNA HHV 7 melalui nested-PCR pada
kulit, sel mononuklear darah perifer dan plasma
dari 12 pasien dengan pityriasis
rosea
Tidak terdeteksi DNA HHV 7 melalui
nested-PCR pada pasien
kontrol penelitian
Virus dan Disfungsi Imun
Hipotesis yang dianggap kuat : disfungsi imun sehingga
menimbulkan reaktivasi laten dari virus, termasuk HHV7
Disfungsi imun sebagai kejadian primer dapat menjelaskan manfaat
pemberian eritromisin yang berperan sebagai suatu agen
imunomodulasi.
EBV sebagai Etiologi PR
Penelitian
Bonafe et al
Peran virus influenza A,B
dan parainfluenza
1,2,3, adenovirus, respiratory
syncitial virus, Mycoplasma pneumoniae,
ornithosis-psittacosis, Q-fever, herpes-virus, herpes-
virus varicellae,
cytomegalovirusdan EBV
pada pityriasis rosea
Hasil: sebagian
besar pasien
memiliki antibodi
yang positif terhadap EBV dan
tidak ditemukan
antibodi untuk tipe virus yang
lain
Disfungsi Imun dan Imunodefisiensi Sebagai Etiologi PR
Pengobatan memakai agen imunosupresif
kondisi imunocompromised (pasien dengan HIV-AIDS, pasien dengan Diabetes)
Pemberian preparat emas
Peran Radiasi Sinar UV Pada PR
Mekanisme aksi masih belum diketahui
Efek limfotoksik spesifik dan non-spesifik mungkin terlibat,
seperti pada kasus Psoriasis
Peran Kortikosteroid Sistemik Pada PR
Berperan sebagai
antiinflamasi dan
imunomodulasi
Sebuah penelitian melaporkan bahwa 28% pasien dengan pityriasis rosea memiliki antibodi limfositotoksik T, sebuah penanda autoimun yang muncul pada 82% pasien dengan penyakit Lupus
Karena kortikosteroid sistemik terkadang menyebabkan
eksaserbasi pityriasis rosea, sehinga proses autoimunitas
ataupun hipersensitivitas tidak dipertimbangkan
sebagai komponen tunggal dari patogenesis pityriasis
rosea
Mekanisme aksi dari terapi spesifik tersebut
sebenarnya masih belum sepenuhnya dipahami
penelitian lebih lanjut terkait EBV, bakteri atipik
dan disfungsi imunitas seluler sebaiknya terus
dilakukan
Strategi penggunaan terapi spesifik
Pasien tanpa pruritus
• Tidak ada terapi spesifik yang diberikan, kecuali rash meluas dan pasien secara psikologis mengalami distress karena adanya rash • Terapi ini tetap diberikan walaupun konseling yang adekuat menjelaskan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri telah diberikan
Pasien dengan pruritus ringan (tidak terganggu kualitas hidupnya)
• Membutuhkan terapi spesifik seperti emolien atau antihistamin sedatif, diberikan satu kali pada malam hari
Strategi penggunaan terapi spesifik
Pasien dengan pruritus yang mengganggu kualitas hidupnya
• Terapi nonspesifik terlebih dahulu selama 1 minggu, • Apabila gejala tidak turun, diberikan eritromisin, tes VDRL sebelumnya serta
biopsi terhadap lesi
Strategi penggunaan terapi spesifik
•Tidak boleh diberikan kepada pasien dewasa, kecuali pada PR rekalsitran dan simptomatik yang tidak respon terhadap terapi lainnya; •hasil tes VDRL harus sudah ada sebelum memulai terapi, •biopsi lesi harus dipertimbangkan jika ada lesi atipikal, •kontraindikasi, termasuk kehamilan harus dipastikan tidak ada;
Peran Kortikosteroid
Strategi penggunaan terapi spesifik
•Dalam mengenali tingkat keparahan gejala dan efeknya terhadap kualitas hidup, index kualitas hidup (QOL index) seperti Dermatology Life QualityIndex (DLQI) dan Children’s Dermatology Life Quality Index (CDLQI) dapat membantu proses pembuatan keputusan
Peran Index Kualitas Hidup (QOL index)
SIMPULAN
• Sebagian besar terapi spesifik untuk PR belum ditunjang bukti yang kuat mekanisme aksi dari terapi tersebut belum diketahui secara menyeluruh
• Penelitia lebih lanjut mengenai EBV, bakteri atipikal dan disfungsi imunitas seluler dapat sangat membantu
• Beberapa pasien PR tidak membutuhkan terapi spesifik; penggunaan eritromisin sebagai terapi spesifik PR secara umum masih controversial
• Penggunaannya ditujukan pada pasien dengan pruritus berat yang tidak berespon terhadap terapi nonspesifik
top related