analisa kondisi drainase di kawasan jalan rambutan ... · pdf filekelurahan sukajadi khususnya...
TRANSCRIPT
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 67
Analisa Kondisi Drainase di Kawasan Jalan Rambutan
Kelurahan Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten OKU
Oleh: Roswinany Mutiara Hartawanty
Abstract
Baturaja city is one of the areas or regions that are developing in South Sumatra are still
experiencing the problem of flooding in some areas, this has happened in the District of East
Baturaja Village Sukajadi particular. Floods are common in the Village area of Rambutan
Street Sukajadi particular part of the road is M. Nur, caused among others by the very high
rainfall, poor drainage arrangement and human activities such as waste disposal and
improper drainage narrowing due to surface drainage mound.
Keywords: Drainage, flooding and road damage
Pendahuluan
Di kawasan Jalan Rambutan merupakan kawasan yang dikelilingi oleh 45% persawahan.
Jika dibukanya pemukiman baru, maka secara otomatis akan terjadi perubahan tata guna lahan
yang mana akan menimbulkan permasalahan baru. Saluran yang tersedia saat ini kondisinya
semakin buruk karena sidiment dari saluran ini sudah tinggi sekali. Secara garis besar,
umumnya penyebab kawasan menjadi daerah rawan genangan banjir yaitu kondisi tropografi
kelurahan Sukajadi khususnya Jalan Rambutan yang memiliki daerah dengan kontur tanah
rendah dan merupakan lingkungan yang 45% nya persawahan.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Masalah yang akan di bahas dalam penulisan penelitian ini adalah menganalisa kondisi
drainase disepanjang kawasan Gang Rambutan kelurahan Sukajadi dan kondisi sekitar wilayah
drainase tersebut.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi permasalahan/
kondisi drainase dan kondisi di sekitar drainase tersebut, karena adanya banjir pada saat
musim hujan disekitar kawasan gang Rambutan dimana drainase tersebut berada. Manfaat
penelitian yaitu memberi kontribusi kepada pihak pemerintah kabupaten OKU terhadap
penataan wilayah kota.
Adapun ruang lingkup penelitian ini yaitu menganalisis kondisi drainase itu sendiri dan
kondisi disekitarnya. Dari hasil analisis tersebut diharapkan dapat diidentifikasi apa masalah
dari drainase tersebut dan masalah disekitar drainase tersebut. Penelitian ini dibatasi pada
permasalahan yang ada di drainase tepatnya di gang Rambutan kelurahan Sukajadi, dengan
panjang ± 300 meter.
Dosen Tetap Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Baturaja
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 68
T
y
b
1
Z
Tinjauan Pustaka
Pengertian Drainase dan Jenisnya
Drainase (drainage) yang berasal dari kata kerja ‘to drain’ yang berarti mengeringkan
atau mengalirkan air, adalah terminologi yang dipergunakan untuk menyatakan sistem- sistem
yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah
permukaan tanah. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut (Suripin, 2004:7), drainase mempunyai
arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalirkan air.
Berdasarkan jenisnya drainase di bagi dua, yaitu: a) drainase alamiah (natural drainase),
dan; b) drainase buatan. Sedangkan menurut letak bangunannya, saluran drinase terbagi
menjadi; a) drainase permukaan tanah (surface drainage), dan; b) drainase bawah permukaan
(subsface drainage). Sementara berdasarkan fungsinya, drainase juga terbagi dua yaitu; a)
single perpose, dan; b) multi purpose. Menurut konstruksinya
Menurut kostruksinya saluran drainase terbagi menjadi :
a. Saluran terbuka
1) Penampang Trapesium
(2.4)
(2.5)
(2.6)
Untuk menghitung jari-jari hidrolis R rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
P
AR (2.18)
Untuk menghitung tinggi jagaan saluran H, digunakan persamaan berikut (Ven Te
Chow, Hidrolika Saluran Terbuka)
xyyH %30 (2.19)
Di mana :
A : Luas penampang basah (m2 atau cm
3)
P : Keliling basah (m2 atau cm
3)
R : Jari- jari hidrolis (m)
T : Lebar Puncak (m2 atau cm)
H : Tinggi penampang saluran (m2 atau cm)
y : Tinggi penampang basah (m2 atau cm)
b : Lebar dasar saluran (m2 dan cm)
z : perbandingan keniringan saluran
r : jari- jari lingkaran (m2 atau cm)
A = (b+ zy)y
P = b+ 2y 21 z
T = b + 2zy
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 69
T
H
b
y
b
2) Penampang Persegi Panjang
(2.1)
(2.2)
(2.3)
b. Saluran tertutup
Menurut penataan jaringannya saluran drainase terbagi menjadi: a) Jaringan primer; b)
Saluran sekunder; c) Saluran tersier, dan; d) Saluran kuarter.
Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan saluran drainase perlu diperhatikan beberapa hal untuk menjamin
saluran drainase berfungsi sebagaimana mestinya.
1) Koefesien Pengaliran (C); Besarnya debit aliran pada suatu daerah sangat diperlukan untuk
menentukan dimensi saluran. Oleh karena itu, kita memerlukan koefesien pengaliran untuk
dapat menghitung debit aliran itu. Besarnya pengaliran dapat dinyatakan dengan ukuran
tinggi. Kita sebut aliran tinggi. Kalau ukuran besarnya hujan (dalam mm) untuk daerah
luas yag sama kita sebut tinggi hujan, maka perbandingan antara tinggi aliran dan tinggi
hujan untuk jangka waktu cukup panjang disebut angka pengaliran, jadi:
hujanh
aliranhC (2.23)
Di mana:
C : koefesien pengaliran
h aliran : Tinggi aliran (m)
h hujan : Tinggi hujan (m)
2) Ukuran Saluran; luas saluran drainase dinyatakan dalam m3.
3) Macam material; lapisan dasar saluran dan dindingnya dapat terbuat dari beton, pasangan
batu kali, pasangan batu bata, aspal, kayu, besi cor, baja plastik, atau dari tanah. Pemilihan
material akan mempengaruhi kemiringan dinding saluran.
Tabel 2.1.
Kemiringan Saluran Sesuai Dengan Bahan
No. Bahan Saluran Kemiringan 1. Batuan/ cadas 0
2. Tanah lumput 0,25
3. Lempung keras 0,5- 0,1
4. Tanah dengan pasangan batu 1
5. Lempung 1,5
6. Tanah berpasir lepas 2
7. Lumpur berpasir 3
Sumber: Hidrologi, Teori Masalah, Penyelesaian
A = by
P = b+ 2y
T = b
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 70
Kimiringan saluran adalah kemiringan dasar saluran dan kemiringan dinding saluran. Kemiringan dasar saluran maksimum yang diizinkan adalah 0.005- 0,008 tergantung pada bahan yang digunakan dan kecepatan maksimum yang diizinkan kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan, pada umumnya sebesar 0,6- 0,9 m/detik.
Tabel 2.2.
Koefesien Pengaliran (C)
Type Daerah Pengaliran Harga C Rerumputan
Tanah pasir, datar 2%
Tanah pasir rata- rata 2%-7%
Tanah pasir curam 7%
Tanah gemuk datar 2%
Tanah gemuk rata- rata 2%- 7%
Tanah gemuk curam 7%
0,5- 0,1
0,1- 0,15
0,15- 0,20
0,13- 0,17
0,18-0,22
0,25- 0,35
Business Daerah kota
Derah pinggiran
Derah single family
Multi unit/ tertutup
Sub urban
Daerah rumah/ apartement
0,75- 0,95
0,50- 0,70
0,30- 0,50
0,40- 0,60
0,60- 0,75
0, 50- 0,70
Industri Daerah ringan
Daerah berat
0,50- 0,80
0,60- 0,90
Pertamanan, kuburan 0,10- 0,25
Tempat bermain 0,20- 0,35
Halaman kereta api 0,20- 0,40
Daerah yg tdk dikerjakan 0,10- 0,30
Jalan Aspal
Beton
Batu
0,70- 0,85
0,80- 0,95
0,75- 0,85
Untuk berjalan 0,75- 0,85
Atap 0,75- 0,95
Sumber: Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan
Tabel 2.3.
Koefesien C untuk Daerah yang Berkarakteristik
Karakteristik daerah C 1. Daerah perdagangan
a. Pusat kota
b. Pinggiran kota
0,70- 0,95
0,50- 0,70
2. Daerah pemukiman (Kota)
a. Perumahan terdiri dari rumah- rumah tinggal
untuk satu keluarga
b. Perumahan terdiri dari rumah-rumah untuk
banyak keluarga
c. Perumahan terdiri dari rumah- rumah gandeng
untuk banyak keluarga
0.30- 0,50
0,40- 0,60
0,60- 0,75
3. Daerah pemukiman (luar kota) 0,25- 0,40
4. Apatement 0,50- 0,70
5. Daerah perindustrian
a. Industri berat
b. Industri ringan
0,60- 0,90
0,50- 0,80
6. Taman, fasilitas umum 0,10- 0,25
7. Lapangan taman bermain 0,20- 0,30 Sumber: E.W.STEEL, TERENCE. J, MCGHEE “WATTER SUPLAYAND SEWERANGE”
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 71
Tabel 2.4.
Koefesien Kekasaran Manning (n)
Dinding
saluran Kondisi n
Kayu Papan- papan rata dipasang rapi
Papan- papan rata kutang rapi/ tua
Papan- papan kasar dipasang rapi
Papan- papan kasar kurang rapi/ tua
0,010
0,012
0,012
0,014
Pasangan batu Plesteran semen halus
Plesteran semen kasar
Beton dilapisi baja
Beton dilapisi kayu
Batu bata kosongan yang baik kasar
Pasngan batu
0,010
0,012
0,012
0,013
0,015
0,020
Batu kosongan Halus dipasang rata
Batu bongkahan, batu pecah, batu belah, batu guling
dipasang dalam semen
Krikil halus dan padat
0,013
0,017
0,020
Tanah Rata dan dalam keadaan baik
Dalam keadaan biasa
Dengan batu- batu dan tumbuhan
Dalam keadaan jelek
sebagian terganggu oeh batu atau tumbuhan
0,020
0,025
0,025
0,035
0.050 Sumber : Hidrologi, untuk perencanaan bangunan air, Ir. Imam Subarkah
Curah dan Karakteristik Hujan
Curah hujan yang dipergunakan untuk penyusupan suatu rancangan pemanfaatan air dan
pengendalian banjir adalah curah hujan harian maksimum yang terjadi pada daerah yang akan
di analisa yang terukur pada stasiun pencatat hujan.
Sedangkan karakteristik hujan dilihat dari; a) Durasi: durasi hujan adalah lama kejadian
hujan (menitan, jam-jaman, harian) diperoleh terutama dari hasil pencatatan alat pengukur
hujan otomatis; b) Intensitas hujan: intensitas hujan adalah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu.
Perhitungan intensitas hujan menurut rumus Mononobe:
(2.24)
Di mana :
I : Intensitas hujan (mm/jam)
t : Curah hujan (mm)
tc : time of contrentration (jam)
tc : to + td (2.25)
3
2
24 24
24
t
RI
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 72
Waktu Kosentrasi
Waktu kosentrasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari titik yang
paling jauh dalam daerah aliran untuk mengalir menuju ke suatu titik control atau profil
melintang saluran tertentu yang ditinjau dibagian hilir suatu daerah pengaliran setelah tanah
menjadi jenuh dan depresi- depresi kecil terpenuhi (Suripin, 2003).
Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung waktu pengaliran adalah dengan
persamaan yang dikembangkan Kirpich (1940), dan dapat ditulis sebagai berikut:
385,0
2
.1000
.8,0
S
LT (2.27)
Di mana :
tc : waktu kosentrasi
L : panjang lereng (km)
S : kemiringan lereng
Pada saluran buatan nilai kecepatan aliran dapat dimodofikasi berdasarkan nilai
kekasaran dinding saluran menurut Manning, Chezy atau yang lainnya.
Tabel 2.5
Tabel Kecepatan untuk Saluran Alami
Kemiringan rata- rata
Dasar saluran( %)
Kecepatan rata- rata
(Meter/detik)\
Kurang dari 1
1-2
2-4
4-6
6-10
10-15
0,40
0,60
0,90
1,20
1,50
2,40
Hujan Rata-Rata Daerah Aliran
Hujan rata- rata untuk suatu daerah dapat dihitung dengan cara:
a. Cara Rata-Rata Aljabar
Metode ini adalah cara yang paling sederhana, yaitu dengan cara merata- rata tinggi curah
hujan yang terukur dalam daerah yang ditinjau secara aritmatik. Keuntungan cara ini
adalah lebih obyektif jika dibandingkan dengan cara lain. Hasil yang diperoleh dengan
cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan cara lain jika dipakai pada: 1)
Daerah datar; 2) Stasiun penakarnya banyak dan tesebar merata, dan; 3) Masing- masing
data tidak bervariasi banyak dari nilai rata- ratanya.
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 73
Cara ini adalah perhitungan rata- rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di sekitar
daerah yang bersangkutan.
R = 1 / n (R1 + R2 + ……… + Rn) (2.30)
Di mana :
R = curah hujan daerah
n = jumlah titik atau pos pengamatan
R1,R2…….Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan.
b. Cara Thiessen
Jika titik- titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik
pengamatan.
n
nn
AAA
RARARAR
......
.........
21
2211 (2.31)
A
RARARAR nn ......... 2211 (2.32)
nn RWRWRWR ......... 2211 (2.33)
Di mana :
R : curah hujan daerah
nRRR ,..., 21 : curah hujan ditiap titik pengamatan
nAAA ,..., 21 : bagian darerah yang mewakili tiap titik pengamatan.
A
A
A
A
A
AWWW n
n ,...,,..., 2121 (2.34)
Bagian daerah nAAA ,..., 21 , ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1) Cantumkan titik- titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah itu pada topografi,
kemudian dihubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus. Dengan
demikian akan terlukis jaringan segitiga yang menutupi seluruh daerah.
2) Daerah yang bersangkutan itu dibagi dalam polygon- polygon yang didapat dengan
mengabar garis bagi tegak lurus pada setiap sisi segitiga tersebut di atas. Curah hujan
dalam setiap polygon dianggap diwakili oleh curah hujan dari titik pengamatan dalam
tiap polygon itu. Luas tiap polygon diukur dengan planimeter.
Cara Thiessen ini memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara aljabar. Akan tetapi
penentuan titik pengamatan dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian hasil
yang didapat. Kerugian yang lain umpamanya untuk penentuan kembali jaringan segitiga
jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 74
3) Cara Isohyet
Cara ini merupakan cara rasional yang terbaik dalam merata- ratakan hujan pada suatu
daerah, jika garis- garis digambar dengan akurat. Cara ini dapat dipakai bila stasiun curah
hujan cukup banyak dan tersebar merata pada daerah aliran sungai.
Cara ini agak sulit mengingat proses penggambaran pada Ishoyet (serupa dengan garis
kontur pada peta topografi) harus mempertimbangkan topografi, arah angin dan faktor di
daerah yang bersangkutan. Lokasi stasiun dan besar datanya diplot dalam peta, kemudian
digambar garis yang menghubungkan curah hujan yang sama (prosesnya sama dengan
penggambaran garis kontur pada peta topografi) dengan perbedaan interval berkisar antara
10 sampai 20 mm. Luas bagian daerah antara dua garis Isohyet berdekatan yang termasuk
bagian-bagian daerah itu kemudian diukur dengan planimetri. Hujan rata-rata dapat
dengan rumus perdekatan:
n
nn
AAA
RARARAR
......
.........
21
2211 (2.35)
Di mana :
R : Curah hujan daerah
nRRR ,..., 21 : Curah hujan rata- rata pada bagian- bagian nAAA ,..., 21
nAAA ,..., 21 : Luas bagian- bagian antara garis isohyet.
Analisa Frekuensi (Curah Hujan rencana)
Tujuan dari analisa frekuensi curah hujan ini adalah untuk memperoleh curah hujan
dengan beberapa periode ulang. Pada analisis frekuensi digunakan metode- metode distribusi
yan sering digunakan antara lain yaitu: a) Metode Distribusi Normal; b) Metode Distribusi
Long Normal; c) Metode Distribusi Pearson Type III; d) Metode Distribusi Long Pearson
Type III, dan; e) Metode Distribusi Gumbell.
Untuk menentukan distribusi mana yang harus digunakan, terlebih dahulu harus diteliti
sifat-sifat khususnya antara lain menentukan parameter statistik, seperti rata-rata hitung data
iR , simpanan baku baku S, koefesien kemiringan Cs, koefesien ketajaman Ck, dan koefesien
variasi Cv. Rumus yang digunakan untuk menghitung parameter statistik curah hujan adalah
sebagai berikut:
1) Harga rata- rata ( iR )
n
i
Rin
iR1
1 (2.36)
2) Simpanan baku (S)
S =
2
1
1RiRi
n (2.37)
3) Koefesien kemiringan (Cs)
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 75
CS =
3
1
3
21 Snn
RRni
ii
(2.38)
4) Koefesien ketajaman ( Ck )
Ck =
3
1
4
321 Snnn
RRni
ii
(2.39)
5) Koefesien variasi (Cv)
Cv = iR
s (2.40)
Di mana :
n : Banyaknya data/ panjang data
Ri : Curah hujan (mm)
iR : Curah hujan rata- rata (mm)
S : Simpanan baku/ standar deviasi
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Metode Distribusi Normal. Merupakan
fungsi distribusi komulatif (CDF) normal atau dikenal dengaan distribusi Gauss
(Gaussian Distribusition). Sifat distribusi ini adalah Cs = 0, dan Ck= 3. Apabila besarnya
koefesien kemiringan Cs dan koefesien ketajaman Ck dari data hujan mendekati nilai
tersebut, maka tipe distribusi ini dapat digunakan. Pengambaran distribusi teoritisnya
mengikuti persamaan berikut :
TR KSRi (2.41)
wZK 32
2
001308,0189269,0432788,11
010328,0802853,0515517,2
www
w
(2.42)
W
5,0
11
pn (2.43)
TP
1 (2.44)
Dimana :
RT : Curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm)
iR : Curah hujan rata- rata selama tahun pengamatan (mm)
S : Simpanan baku / deviasi standar
K : Faktor frekuensi (didapat dari rumus atau tabel)
T : Periode ulang (tahun)
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 76
Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan harian maksimum yang terjadi pada
daerah tangkapan yang dapat diketahui pada stasiun pencatat hujan. Curah hujan maksimum
diurutkan dari curah hujan maksimum tertinggi hingga curah hujan maksimum terendah yang
dinyatakan dalam millimeter. Hal ini diperlukan untuk menentukan interval ulang atau interval
rata-rata dari suatu curah hujan tetentu dengan curah hujan yang sama atau lebih besar.
Menurut Linsey dan Franzini (1991), interval ulang didefinisika sebagai interval rata-
rata yang dihitung dala tahunan, yaitu antara besarnya suatu kejadian banjir dengan kejadian
banjir yang sama atau lebih besar. Banjir terbesar yang ke m dalam suatu rangkaian data curah
hujan telah disamai atau dilampaui m kali selama periode data yaitu sebanyak n tahun.
Sedangkan peluang kemungkinan suatu hujan akan disamai atau dilampaui pada tahun
berikutnya menggunakan asas peluang J paling sedikit satu peristiwa yang sana atau tp tahun
sebanyak k tahun.
Interval ulang didapat dengan persamaan berikut :
m
ntp
1 (2.58)
Peluang kemungkinan suatu curah hujan didapat dengan persamaan : k
tpJ
111 (2.59)
Di mana :
Tp : Interval ulang kejadian banjir
N : Panjang periode data
M : Panjang kejadian hujan dalam suatu rangkaian data curah
Dari yang terbear sampai yang terkecil.
J : Peluang kejadian yang akan dating
k : Jangka panjang atau kemungkinan kejadian pada tahun k
Perhitungan Debit dan Debit Aliran (Hujan)
Dalam merencanakan debit maksimum pada suatu saluran di mana ada menyangkut
hidologi didalamnya, sering dijumpai dalam perkiraan puncak banjirnya dihitung dengan
metode yang sederhana dan praktis, dimana dalam teknik perhitungannya dengan
memasukkan faktor, curah hujan, keadaan fisik dan sifat hidrolika daerah aliran, pertumbuhan
penduduk yang mempengaruhi jumlah buangan limbah domestik, dan kapasitas saluran.
Debit aliran adalah yang akan digunakan untuk menghitung dimensi saluran, didapat dari
debit yang berasal dari limpasan air hujan dan debit air limbah rumah tangga, dengan rumus:
Qtotal = Qair hujan + Qair limbah rumah tangga…..(m/detik)
Debit banjir yang terjadi pada suatu area tergantung dari kondisi peruntukan area
tersebut. Pada area yang masih alami besarnya debit banjir cenderung lebih kecil
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 77
dibandingkan dengan area yang sudah dikembangkan pada kondisi kemiringan yang sama.
Untuk daerah kawasan meresapnya air diperkirakan sedikit dan kosentrasinya pendek,
sehingga keseimbangan air sering kali tidak tercapai. Metode yang digunakan adalah metode
rasional dengan formula sebagai berikut:
Q = 0,278 C.I.A …m³/det (2.62)
Di mana :
Q : Debit yang mengalir kedalam saluran (m³/detik)
C : Koefesien pengaliran
I : Intensitas hujan (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km²)
Debit Air Limbah Rumah Tangga
Debit air limbah rumah tangga didapat dari jumlah 60%- 70% suplay air bersih setiap
orang, diambil 70% saja, sisanya dipakai pada proses industri, penyiraman kebun dan lain-
lain dengan rumus: Qair kotor = jumlah orang x air bersih x 70%.
Untuk mempermudah hitungan, jumlah penduduk digunakan kepadatan penduduk rata-
rata = luasan
orangjumlahXrumahjumlah sehingga, Qair kotor = kepadatan penduduk rata- rata x
suplay air bersih x 70%. Dapat dihitung dengan rumus : Qlimbah = 70 % x p x q
(2.63)
Di mana :
Q : Debit air limbah rumah tangga (m³/detik)
p : Jumlah penduduk (jiwa)
q : Minimal kebutuhan air (liter/jiwa/hari
Standar pemakaian air bersih di Indonesia adalah 165 liter/jiwa/ hari.
Debit Saluran/Kapasitas Saluran
Kapasitas saluran didapat setelah melakukan pengukuran dimensi saluran dilapangan.
Penaksiran kapasitas tampung saluran pada sebagian tampang melintang adalah dengan
mengandaikan bahwa aliran saluran dalam kondisi seragam (uniform flow).
Rumus yang digunakan secara umum untuk perhitungan hidrolika pada penampang
saluran yang seragam digunakan persamaan manning, dengan mengalirkan kecepatan aliran
dengan luas penampang basah.
Qsaluran = V. A (2.64)
A = Q/ V (2.65)
Di mana :
Q : Debir saluran/debit hujan (m³/ detik)
A : Luas penampang melintang tegak lurus aliran (m²)
V : Kecepatan rata- rata (m/detik)
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 78
Kecepatan rata- rata dapat dihitung dengan beberapa persamaan antara lain sebagai
berikut:
1. Persamaan Manning
21
321
SRn
V (2.66)
dimana : V : Kecepatan rata- rata (m/det)
n: Koefesien kekasaran manning
R: Jari- jari hidrolis (m)
S: Kemiringan dasar saluran
2. Persamaan Chezy
RSCV (2.67)
R
RC
35,0
100
(2.68)
Di mana :
V : Kecepatan rata- rata (m/det)
C : Koefesien kekasaran Chezy
R : Jari- jari hidrolis (m)
S : Kemiringan dasar saluran
3. Persamaan Stickler
21
32
IRKv st (2.69)
Di mana :
V : Kecepatan rata- rata (m/det)
Kst : Koefesien kekasaran Chezy
R : Jari- jari hidrolis (m)
I : Kemiringan dasar saluran
Tabel 2.6.
Harga Koefesien Kekasaran Stickler
No Jenis Bahan Ket 1. Pasangan batu sisi 42
2. Pasangan batu dua sisi 45
3. Pasangan batu seluruhnya 50
4. Balok- balok beton satu sisi 45
5. Balok- balok beton dua sisi 50
6. Balok- balok beton seluruhnya 70
7. Pasangan batu 60
8. Pasangan beton 70
9. Saluran tanah 35- 45
10. Pipa- pipa 75
Sumber : Buku Teknik sipil Kekasaran Stickler
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 79
Tabel 2.7.
Koefesien Pengaliran C
Kawasan Tata Guna Lahan C Perkotaan
Pedesaan
Kawasan pemukiman
- kepadatan rendah
- kepadatan sedang
- kepadatan tinggi
- dengan sumur peresapan
- kawasan perdagangan
- kawasan industri
- taman, jalur hijau, kebun, dll
Perbukitan, kemiringan < 20%
- kawasan jurang, kemiringan >20%
- lahan dengan terasering
- persawahan
0,25 - 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,80
0,20 – 0,30
0,90 – 0,95
0,80 – 0,90
0,20 – 0,30
0,40 – 0,60
0,50 – 0,60
0,25 – 0,35
0,45 – 0,55
Metode Penelitian
Waktu Penelitian dan Lokasi
Waktu penelitian atau pelaksanaan survey akan ditentukan selama 4 bulan terhitung
mulai bulan Februari - Mei 2011, dengan melihat langsung kondisi saluran drainase yang
berada di gang rambutan kelurahan sukajadi dan memperhatikan masalah yang ada
dilapangan.
Lokasi penelitian berada didaerah gang Rambutan kelurahan Sukajadi Baturaja Ogan
komering Ulu.
Data Primer dan Data Sekunder
Data- data yang dikumpulkan adalah data- data yang berkaitan dengan masalah, berupa
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data-data yang diambil langsung dari
lolaksi yaitu di Gang RambutanKelurahan Sukajadi, data ini diambil dengan cara: 1) Meninjau
lansung ke lokasi (data foto, data eksisiting), dan; 2) Mengadakan tanya jawab (interview).
Data sekunder ini meliputi data- data pendukung yang di dapat dari intansi terkait seperti data
curah hujan, peta kontur, data penduduk dan data- data lainnya.
Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan dan pembahasan ini digunakan adalah dengan menggunakan rumus-
rumus yang telah ada, antara lain:
1. Metode Distribusi Normal;
2. Rumus kemiringan lahan;
3. Perhitungan Waktu Kosentrasi (C);
4. Rumus Intensitas Hujan (I);
5. Perhitungan Debit Limbah Rumah Tangga;
6. Perhitungan Debit Aliran (Debit Hujan), dan;
7. Perhitungan Kapasitas Saluran.
40
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 80
Analisa Data dan Pembahasan
Analisa Data Hidrologi
1. Analisa Curah Hujan
Data curah hujan yang dipergunakan dalam perencanaan saluran adalah data curah hujan
harian maksimum selama 10 tahun pengamatan (2001-2010) yang didapat dari Badan
Perencanaan dan Pengembangan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu OKU
(BAPPEDA OKU). Tabel. 4.1.
Data Curah Hujan Maksimum Harian (mm)
No. Tahun Curah Hujan Harian 1. 2001 110
2. 2002 215
3. 2003 114
4. 2004 96
5. 2005 114
6. 2006 121
7. 2007 84
8. 2008 114.3
9. 2009 102.2
10. 2010 133 Sumber: BMKG Klas II Palembang & BAPPEDA OKU
Untuk mendapatkan besarnya curah hujan, maka digunakan empat dari lima metode
distribusi yang ada. Tujuannya untuk mendapatkan nilai ekstrim dari rangkaian data curah
hujan. Metode yang digunakan antara lain adalah metode distribusi Gumbell, distribusi
Normal, metode distribusi Log Normal, dan distribusi Log Pearson Type III dengan uraian
sebagai berikut:
a) Metode Distribusi Gumbell
Tabel 4.2.
Analisa Frekuensi Dengan Metode Distribusi Gumbell
Tahun iR RiRi 2ii RR 3ii RR 4ii RR
2007 84 -36.35 1321.3225 -48030.07288 1745893.149
2004 96 -24.35 592.9225 -14437.66288 351557.091
2009 102.2 -18.15 329.4225 -5979.01838 108519.1835
2001 110 -10.35 107.1225 -1108.71788 11475.23001
2003 114 -6.35 40.3225 -256.04788 1625.9040
2005 114 -6.35 40.3225 -256.04788 1625.9040
2008 114.3 -6.05 36.6025 -221.44513 1339.7430
2006 121 0.65 0.4225 0.274625 0.17850625
2010 133 12.65 160.0225 2024.28463 25607.20051
2002 215 94.65 8958.6225 847933.6196 802569171.1
1203.5 0 11587.105 779669.166 804816814.7
iR 120.35
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 81
Menentukan Curah Hujan Rata- rata Ri , menggunakan persamaan 2.36:
n
i
Rin
iR1
1= mm35,120
10
5.1203
Menentukan Standar Deviasi (simpangan Baku) S, menggunakan persamaan 2.37:
S =
2
1
1RiRi
n=
105.11587
110
135,8811
Menentukan Koefesien Asimetris (Cs), menggunakan persamaan 2.38 :
CS =
3
1
3
21 Snn
RRni
ii
=
39368,35210110
166,77966910
= 2,3441
Menentukan Koefesien Kurtosis (Ck), menggunakan persamaan 2.39 :
Ck =
3
1
4
321 Snnn
RRni
ii
=
3
2
8811,35310210110
7,80481681410
= 3456,760247
Menentukan Koefesien variasi (Cv) , menggunakan persamaan 2.40 :
Cv = iR
s= 2981,0
35,120
8811,35
Tabel 4.3.
Nilai Sebaran Gumbell Untuk Periode Ulang
Periode Ulang rT
(tahun)
Reduced Variate rYT
nY nS
2 0.3668 0.4952 0.9496
5 1.5004 0.4952 0.9496
10 2.2510 0.4952 0.9496
20 2.9709 0.4952 0.9496
50 3.9028 0.4952 0.9496
Sumber: Soewarno, 1995
Jadi, untuk mengetahui curah hujan dengan metode distribusi Gumbell, digunakan
persamaan 2.55:
RT = YnYs
sR
n
i
R2 = 120,35 + mm7145,1334952,03668,09496,0
8811,35
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 82
R5 = 120,35 + mm3909,1584952,05004,19496,0
8811,35
R10 = 120,35 + mm6937,1864952,02510,29496,0
8811,35
R20 = 120,35 + mm8955,2134952,09709,29496,0
8811,35
R50 = 120,35 + mm1078,2494952,09028,39496,0
8811,35
b) Metode Distribusi Normal
Tabel. 4.4.
Analisa Frekuensi dengan Metode Ditribusi Normal
Tahun iR RiRi 2ii RR 3ii RR 4ii RR
2007 84 -36.35 1321.3225 -48030.07288 1745893.149
2004 96 -24.35 592.9225 -14437.66288 351557.091
2009 102.2 -18.15 329.4225 -5979.01838 108519.1835
2001 110 -10.35 107.1225 -1108.71788 11475.23001
2003 114 -6.35 40.3225 -256.04788 1625.9040
2005 114 -6.35 40.3225 -256.04788 1625.9040
2008 114.3 -6.05 36.6025 -221.44513 1339.7430
2006 121 0.65 0.4225 0.274625 0.17850625
2010 133 12.65 160.0225 2024.28463 25607.20051
2002 215 94.65 8958.6225 847933.6196 802569171.1
1203.5 0 11587.105 779669.166 804816814.7
iR 120.35
Menentukan Curah Hujan Rata- rata Ri , menggunakan persamaan 2.36:
n
i
Rin
iR1
1= mm35,120
10
5.1203
Menentukan standar Deviasi, menggunakan persamaan 2.37:
S =
2
1
1RiRi
n8811,35105.11587
110
1
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 83
Tabel 4.5.
Variabel Reduksi Gauss (k) Distribusi Normal
Periode Ulang (T) 2 5 10 20 50
K 0 0.84 1.28 1.64 2.05 Sumber: Soewarno, 1995
Untuk menghitung curah hujan dengan metode Distribusi Normal digunakan
persamaan 2.41:
TR KSRi
R2 = 120,35 + (0) (35.8811) = 120,35 mm
R5 = 120,35 + (0,84) (35.8811) = 150,4901 mm
R10 = 120,35 + (1,28) (35.8811) = 166,2778 mm
R20 = 120,35 + (1,64) (35.8811) = 179,1950 mm
R50 = 120,35 + (2,05) (35.8811) = 194,9062 mm
c) Metode Distribusi Log Normal
Tabel 4.6.
Analisa Frekuensi dengan Metode Ditribusi Log Normal
Tahun iR Log Ri ii RR loglog 2loglog ii RR
2007 84 1.9243 -0.1562 0.02439
2004 96 1.9823 -0.0982 0.00964
2009 102.2 2.0095 -0.071 0.00504
2001 110 2.0414 -0.0391 0.00152
2003 114 2.0569 -0.0236 0.00056
2005 114 2.0569 -0.0235 0.00056
2008 114.3 2.0580 -0.0225 0.00050
2006 121 2.1461 0.0656 0.00430
2010 133 2.1643 0.0838 0.00702
2002 215 2.3324 0.2519 0.06345
1203.5 20.7721 0 0.11698
iR 120.35 2.07721
Menentukan standar Daviasi (simpangan Baku), menggunakan persamaan 2.46:
iRS log1
)log(log1
2
n
RRn
i
ii
= 110
105698,0
= 0,1140
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 84
Menentukan koefesien variasi (Cv), menggunakan persamaan 2.40 : Cvi
i
R
RS
log
log =
0772,2
1140,0= 0,0548
Menentukan Curah Hujan Rata- rata Ri , Menggunakan persamaan 3.51:
Logn
LongR
R
n
i
i
i
1 = 07721,2
10
7721,20 mm
Tabel 4.7.
Nilai untuk Cv = 0.05 Distribusi Log Normal
Periode Ulang (T) 2 5 10 20 50
Y -0.0250 0.8334 1.2965 1.6863 2.1341
Sumber: Soewarno, 1995
Untuk menghitung curah hujan dengan metode Distribusi Log Normal, menggunakan
persamaan 2.45 :
Log RT = log YsRi
2RLog 2,0772 + (-0,0250) (0,1084) = 2,07449 mm
5RLog 2,0772 + (0,8334) (0,1084) = 2,1675 mm
10RLog 2,0772 + (1,2965) (0,1084) = 2,2177 mm
20RLog 2,0772 + (1,6863) (0,1084) = 2,2599 mm
50RLog 2,0772 + (2.1341) (0,1084) = 2,3085 mm
d) Metode Distribusi Log Pearson Type III
Tabel 4.8.
Analisa Frekuensi dengan Metode Distribusi Log Pearson Type III
Tahun iR Log Ri ii RR loglog
2loglog ii RR
3loglog ii RR
2007 84 1.9243 -0.1562 0.02439 -0.0028955
2004 96 1.9823 -0.0982 0.00964 -0.0006040
2009 102.2 2.0095 -0.071 0.00504 -0.0001884
2001 110 2.0414 -0.0391 0.00152 -0.0000165
2003 114 2.0569 -0.0236 0.00056 -0.0000009
2005 114 2.0569 -0.0235 0.00056 -0.0000009
2008 114.3 2.0580 -0.0225 0.00050 -0.0000006
2006 121 2.1461 0.0656 0.00430 0.0000041
2010 133 2.1643 0.0838 0.00702 0.0001850
2002 215 2.3324 0.2519 0.06345 0.0187299
1203.5 20.7721 0 0.11698 0.0152122
iR 120.35 2.07721
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 85
Menentukan Curah Hujan Rata- rata Ri , menggunakan persamaan 2.51:
Logn
LongR
R
n
i
i
i
1 = 07721,2
10
7721,20 mm
Menentukan standar Daviasi (simpangan Baku), menggunakan persamaan 2.46 :
iRS log1
)log(log1
2
n
RRn
i
ii
= 110
105698,0
= 0,1140
Menentukan Koefesien Asimetris (Cs), menggunakan persamaan 2.38 :
CS =
3
1
3
21 Snn
RRni
ii
=
31140,0210110
0152122,010
= 1,4260
Tabel 4.9.
Nilai untuk Cs = 1.6 Distribusi Log Pearson III
Periode Ulang (T) 2 5 10 20 50
Y -0.0250 0.8334 1.2965 1.6863 2.1341 Sumber: Soewarno, 1995
Untuk menghitung curah hujan dengan metode distribusi log pearson type III,
digunakan persamaan 2.50:
Log RT = Long KSRi
2RLog 2.07721 + (-0,225) (0,1140) = 2,05156 mm
5RLog 2.07721 + (0,705) (0,1140) = 2,15758 mm
10RLog 2.07721 + (1.337) (0,1140) = 2,11562 mm
20RLog 2.07721 + (2.128) (0,1140) = 2,31980 mm
50RLog 2.07721 + (2.706) (0,1140) = 2,38569 mm
Hasil dari analisa curah hujan untuk data curah hujan maksimum dengan 4 metode
distribusi, yaitu distribusi gumbell, distribusi normal, distribusi log normal, dan
distribusi log pearson type III, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 86
Tabel 4.10.
Hasil Rekapitulasi Analisis Frekuensi Hujan
Periode
Ulang (T)
Analisa Frekuensi Curah Hujan Maksimum
Gumbell Normal Log Normal Log Pearson T III 2 133,7145 120,35 2,0744 2,05156
5 158,3319 150,4901 2,1675 2,15758
10 186,6937 166,2778 2,2177 2,11562
20 213,8955 179,1950 2,2599 2,31980
50 249,1078 193,9062 2,3085 2,38569
Dari hasil perhitungan analisis curah hujan di atas dapat dilihat beberapa hal sebagai
berikut: a) Untuk periode ulang 2 tahun, analisa hujan dengan metode gumbell
memberikan hasil yang paling besar; b) Untuk periode ulang 5 tahun, analisa hujan
dengan metode gumbell memeberikan hasil yang paling besar; c) Untuk periode ulang
10 tahun, analisa dengan metode gumbell memeberikan hasil yang paling besar; d)
Untuk periode ulang 20 tahun, analisa dengan metode gumbell memeberikan hasil
yang paling besar, dan; e) Untuk periode ulang 50 tahun, analisa dengan metode
gumbell memeberikan hasil yang paling besar.
2. Analisa Kemiringan Lahan
Perhitungan kemiringan lahan diperlukan dalam menentukan waktu yang dibutuhkan air
hujan untuk mencapai saluran atau titik tinjau. Kemiringan tanah didapat dengan
mengukur daerah pengaliran dari titik tertinggi ke saluran terakhir yang ditinjau. Dimana
garis kontur yang didapat adalah dilihat dari perhitungannya menggunakan persamaan
2.60 sebagai berikut:
a. Kemiringan lahan untuk daerah I
00741,060.9,0
24,364,3
.9,0
10
L
HHS
b. Kemiringan lahan untuk daerah II
00233,0100.9,0
17,338,3
.9,0
10
L
HHS
3. Perhitungan Waktu Kosentrasi
Waktu kosentrasi untuk daerah pengaliran dapat diuraikan dengan menggunakan
persamaan 2.27 sebagai berikut:
a. Waktu kosentrasi untuk daerah I 385,0
2
1.1000
.8,0
S
Ltc
385,02
00714,0.1000
60,0.8,0
385,00403,0
jam2904,0
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 87
b. Waktu kosentrasi untuk daerah II
385,02
2.1000
.8,0
S
Ltc
385,02
00233,0.1000
100,0.8,0
385,00034,0
jam1121,0
Jadi, didapat waktu kosentrasi adalah :
21 tctctc
1121,02904,0
= jam4025,0
4. Analisa Intensitas Hujan
Karena tidak tersedianya data curah hujan jangka pendek (per-menit, per-jam) melainkan
yang tersedia hanya data hujan harian, maka untuk menganalisa curah hujan yang
digunakan adalah curah hujan metode gumbell dengan rumus Mononobe (Persamaan
2.24) sebagai berikut:
3
2
10 24
24
ct
RI
3
2
4025,0
24
24
6937,186
I
3
2
6273,59.7789.7I
jammmI /7265,118
Analisa Debit
Besarnya debit banjir didapat dari penjumlahan debit air hujan dan debit air limbah
rumah tangga (debit limbah domestik). Selanjutnya dianalisa kaapasitas tampungan saluran
eksisting, apakah masih mampu menahan jumlah laaju aliran puncak dari air hujan dan limbah
rumah tangga. Apabila saluran tidak lagi mampu menahan jumlah debit yang ada saat ini,
maka perlu direncanakan pendimentasian ulang saluran eksisting tersebut.
1. Analisa Debit Rumah Tangga
Jumlah debit air rumah tangga berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang ada, jumlah
penduduk yang ada di kelurahan Sukajadi sampai dengan akhir tahun 2010 adalah 7.397
jiwa. Luas catchment area hanya 2.8 % dari luas kelurahan Sukajadi yaitu sebesar 25.500
Ha, maka jumlah penduduk disesuaikan dengan persentase wilayah pengaliran yang
ditinjau. Diperoleh jumlah penduduk adalah sebagai berikut:
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 88
Jumlah penduduk = 2,8 % x 7.397
= 207,116 jiwa
Untuk perhitungan debitair limbah rumah tangga digunakan standar pemekaian air
bersih direncanakan 165 liter/jiwa/liter, menggunakan persamaan 2.63 sebagai berikut :
QLimbah = 70 % x p x q
= 0,7 x 207,116 x 165 liter/jiwa/hari
= 23921,898 liter/jiwa/hari
= harimliter
/92189,231000
898,23921 3
= ikmenitjam
m
det60.60.24
92189,23 3
= ik
m
det86400
92189,23 3
= ikm det/000276,0 3
2. Analisa Debit Hujan
Metode yang digunakan dalam memperkirakan debit puncak air hujan adalah metode
rasional menggunakan persamaan 2.62. metode rasional ini digunakan karena daerah
pengaliran yang ditinjau relative kecil, yaitu kurang dari 300 Ha. Debit yang dihitung
adalah debit yang ditampung oleh saluran sekunder I dan sekunder II engan
memperhtingkan jumlah limpasan air dari seluruh daerah pengaliran.
a. Daerah Sekunder I
Diketahui :
Catcment Area (A) = 2 Ha
= 20.000 m2
Koefesien Pengaliran (C) 0.70 (dari tabel 2.7 Koefesien pengaliran)
Itensitas Hujan ( I ) = 118,7265 mm/jam
= ik
m
det3600
1187265,0
= 0,000032 m/detik
Maka didapat debit hujan sebagai berikut :
QHujan = 0,278. C. I. A
= 0,278 x 0.70 x 0,000032 x 20000
= 0,1245 m3/detik
QMaksimum = QHujan + QLimbah
= 0,1245 m3/detik + 0,000276 m
3/detik
= 0,1247 m3/detik
b. Daerah Sekunder II
Diketahui :
Catcment Area (A) = 2 Ha
= 30.000 m2
Koefesien Pengaliran (C) 0.70 (dari tabel 2.7)
Itensitas Hujan ( I ) = 119,5856 mm/jam
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 89
105 cm
95 cm
90 cm z
1
= ik
m
det3600
1195856,0
= 0,1195856 m/jam
= 0,000032 m/detik
Maka didapat debit hujan sebagai berikut :
QHujan = 0,278. C. I. A
= 0,278 x 0.70 x 0,000032 x 30000
= 0,1868 m3/detik
QMaksimum = QHujan + QLimbah
= 0,1868 m3/detik + 0,000276 m
3/detik
= 0,1870 m3/detik
Analisa Kapasitas Saluran
Dari hasil pengamatan langsung dilapangan, diketahui bahwa tipe salurannya yaitu
saluran dengan penampang trapezium dan persegi empat:
1. Saluran sekunder I (Lihat denah dan tipe saluran pada halaman 76)
Diketahui :
Tinggi penampang basah (y) = 95 cm = 0,95meter
Lebar saluran = 90 cm = 0,9 meter
Perbandingan kemiringan saluran (z) = 0.1% atau 0.001
Luas penampang saluran (A) dihitung dengan persamaan 2.4, sebagai berikut:
yyzbA
28559,0
95,0).00095.09,0(
95,0.95,0.001.09,0
m
Keliling penampang basah (P) dihitung dengan persamaan 2.5 sebagai berikut:
2
2
2
80000095,2
000001,019,19,0
001.0195,0.29,0
12(
m
zybP
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 90
80 cm
80 cm 90 cm
Lebar puncak (T) dihitung dengan persamaan 2.6 sebagai berikut:
29019,0
0019,09,0
95,0.001.0.29,0
2
m
zybT
Radius hidrolik (R)saluran dihitung dengan persamaan 2.18 sebagai berikut:
m
P
AR
30567,0
80000095,2
8559,0
Kecepatan aliran pada saluran dihitung dengan persamaan Manning (persamaan 2.66.
Koefesien kekasaran Manning (tabel 1.4) sebesar 0,012 dengan kemeringan dasar saluran
0.1% atau 0,001.
ikm
SRn
V
det/1957,1
)001.0.(30567,0012,0
1
.1
2
1
3
2
2
1
3
2
Kapasitas tampungan saluran dihitung dengan persamaan 2.64:
ikm
mxikm
AVQSaluran
det/0233,1
8559,0det/1957,1
.
3
2
2. Saluran sekunder II (Lihat denah dan tipe saluran pada halaman 76)
Panjang saluran (L) = 60 meter
Lebar saluran (b) = 80 cm = 0,8 meter
Tinggi penampang (y) = 80 cm = 0,8 meter
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 91
Luas penampang A saluran dihitung dengan persamaan 2.1 sebagai berikut:
meter
mm
ybA
64,0
8,0.8,0
.
Keliling penampang basah (P) dihitung dengan persamaan 2.2 sebagai berikut:
24,2
6,18,0
8,0.28,0
.2
m
ybP
Lebar puncak (T) dihitung dengan persamaan 2.3 sebagai berikut:
meter
bT
8.0
Radius hidrolik (R)saluran dihitung dengan persamaan 2.18 sebagai berikut:
m
P
AR
2667,0
4,2
64,0
Kecepatan aliran pada saluran dihitung dengan persamaan Manning (persamaan 2.66.
Koefesien kekasaran Manning (tabel 1.4) sebesar 0,012 dengan kemeringan dasar saluran
0.1% atau 0,001.
ikm
SRn
V
det/0918,1
)001.0.(2667,0012,0
1
.1
2
1
3
2
2
1
3
2
Kapasitas tampungan saluran dihitung dengan persamaan 2.64 sebagai berikut :
ikm
mxikm
AVQSaluran
det/6987,0
64,0det/0918,1
.
3
2
Didapat, perbandingan debit saluran eksisting dengan debit maksimum yang dianalisa
adalah sebagai berikut :
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 92
Tabel 4.11.
Hasil Rekapitulasi Analisis Kapasitas Saluran
Saluran
Eksisting
Debit Saluran
QSaluran (m3/detik)
Debit Maksimum
QMaksimum (m3/detik)
Ket
Sekunder I 1,0233 0,1247 Layak
Sekunder II 0,6987 0,1870 Layak
Pembahasan
Dari hasil perhitungan yang menggunakan Metode Distribusi Gumbell, Distribusi
Normal, Distribusi Log Normal, dan Distribusi Pearson Type III dengan data curah hujan
selama 10 tahun (2001-2010), ternyata besarnya curah hujan periode ulang 10 tahun yang
didapat yaitu sebesar 186,6937 mm pada Metode Gumbell dengan Intensitas Hujan 118,7265
mm/jam.
Berdasarkan hasil analisis/perhitungan kapasitas saluran diatas dapat dilihat bahwa debit
maksimum lebih kecil dari debit saluran, berarti saluran yang ada sekarang ini masih mampu
menampung aliran air pada drainase tersebut. Tetapi kenyataan dilokasi pada saat hujan banjir
sering terjadi karena:
1. Drainase tersebut banyak limbah kotoran (sampah) yang menggenang dan menyumbat
saluran dan Banyaknya sediment-sediment yang membuat pendangkalan terhadap saluran
tersebut.
2. Adanya limpasan dari saluran drainase utama dan limpasan air sawah yang ada di kiri dan
kanan drainase tersebut
3. Perlunya dilakukan pengerukan sedimentasi saluran dan pemeliharaan rutin dalam jangka
waktu tertentu. Perlu juga dilakukan pembersihan terhadap sampah dan tumbuhan liar
yang menyumbat aliran pada saluran, sehingga aliran menjadi lancar.
4. Kondisi saluran yang memperhatinkan yaitu adanya retak- retak dan pecah pada saluran
drainase baik saluran sekunder I yang berbentuk trapesium maupun sekunder II yang
berbentuk empat persegi panjang, maka dari hasil analisa perlu adanya perawatan dan
pemeliharaan saluran drainase dilokasi.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis data-data hidrologi terhadap drainase di Jalan Rambutan
Kelurahan Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur, maka didapat beberapa kesimpulan antara
lain sebagai berikut :
1. Daya tampung saluran yang ada masih memadai untuk menempung debit maksimum:
a. Saluran sekunder I : QSaluran > QMaksimum
1,0233 m3/ detik > 0,1247 m
3/ detik
b. Saluran sekunder II : QSaluran > QMaksimum
0,6987 m3/ detik > 0,1870 m
3/ detik
Teknika; Vol: 1, No: 2, September 2011 ISSN: 2087 – 1902
Roswinany Mutiara Hartawanty, Hal; 67-93 93
2. Penyebab terjadinya banjir adanya limpasan dari saluran utama dan limpasan air sawah di
kiri dan kanan saluran. Serta Terjadinya pendangkalan dan penyumbatan sampah di
saluran ini.
Selanjutnya, berdasarkan hasil dari analisis data-data hidrologi terhadap drainase di Jalan
Rambutan Kelurahan Sukajadi Kecamatan Baturaja Timur, maka dapat disarankan untuk
penelitian selanjutnya data primer atau data real dari kecepatan air pada saat terjadi banjir
seharusnya diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, Ve Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dake, Jones M.K. 1985. Hidrolika Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga Dake.
Sosrodarsono, S. 1976. Hidrologi untuk Perencanaan. Jakarta: Nova.
Soewarno. 1995. Hidrologi. Bandung: Penerbit Erlangga.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Erlangga.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.