analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAPORAN KEUANGAN
MELALUI INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING) DALAM WEBSITE
PERUSAHAAN
Oleh :
ARUM KUSUMAWARDANI HERRY LAKSITO, S.E., M.Adv.Acc., Akt. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Internet application in bussiness has influenced the traditional forms of
presentation of corporate information. In addition, the rapid development of the Internet creates new ways for companies to communicate with investors. Internet could be used by companies for reporting financial information or usually called Internet Financial Reporting (IFR). Disclosure of information on the company's website is a signal of the firm to outsiders, one form of reliable financial information and will reduce the uncertainty about the prospects of companies that will come
The objectives of this study were to observe the effects of firm size, profitability, liquidity, industry type, leverage, auditor reputation, listing age, public ownership, foreign ownership to Internet Financial Reporting. This study uses secondary data are taken from the non financial companies listed in Bursa Efek Indonesia. 77companies as sample were taken using proportional stratified random sampling from the period 2009. The analytical method for this study uses The Logistic Regression with significance level of 5%.
The result of this study shows that the profitability and public ownership have positive and significant impact on the internet financial reporting. However, the firm size, liquidity, industry type, leverage, auditor reputation, listing age and foreign ownership haven’t significant impact on the internet financial reporting.
Keywords : Financial reporting, Voluntary disclosure, Internet financial reporting
2
PENDAHULUAN Dalam beberapa dekade terakhir ini perkembangan teknologi semakin
berkembang pesat, terutama dalam bidang komunikasi. Perkembangan teknologi
ini telah membawa perubahan bukan hanya dalam pola pikir masyarakat, tetapi
juga cara bisnis suatu perusahaan dan bagaimana informasi dipertukarkan. Sejalan
dengan cepatnya perkembangan bidang teknologi tersebut, perusahaan juga
semakin terpacu untuk menggunakan teknologi yang maju sebagai senjata untuk
tetap survive dan memenangkan persaingan yang kian hari terasa semakin ketat
dan berat.
Salah satu perkembangan terbesar di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dalam kurun waktu setengah abad ini adalah perkembangan internet.
Internet merupakan suatu media yang tepat untuk digunakan sebagai sarana
mengakomodasi perubahan yang dibutuhan dalam pelaporan perusahaan.
Perkembangan teknologi dalam dunia bisnis ditunjukkan dengan mulai banyaknya
perusahaan yang memiliki website pribadi. Perusahaan menggunakan website
bukan hanya untuk menyebarkan informasi non-finansial tetapi juga informasi
finansial.
Penggunaan internet dalam dunia bisnis telah mempengaruhi bentuk
tradisional penyajian informasi perusahaan (Seetharaman dkk.,2006). Selain itu
perkembangan internet yang cepat menciptakan cara baru bagi perusahaan untuk
berkomunikasi dengan investor. Internet yang digunakan perusahaan untuk
melaporkan informasi keuangan kepada investor biasa disebut Internet Financial
Reporting (IFR).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pencantuman laporan keuangan melalui internet (Internet
Financial Reporting). Penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur listing,
tingkat kepemilikan saham oleh publik (public ownership), serta tingkat
kepemilikan saham oleh pihak asing (foreign ownership).
3
TELAAH PUSTAKA Teori keagenan dan teori sinyal merupakan dasar dari penerapan praktik
IFR oleh perusahaan. Teori keagenan muncul karena adanya perbedaan
kepentingan sehingga masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan
bagi diri sendiri. Jika pihak-pihak tersebut bertindak untuk kepentingannya
sendiri, maka hal tersebut akan menimbulkan konflik antara prinsipal dan agen.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa prinsipal menginginkan pengembalian
yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang mereka tanamkan, salah
satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang mereka
miliki. Sedangkan agen menginginkan kepentingannya diakomodir dengan
pemberian kompensasi/bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya atas
kinerja yang telah mereka lakukan.
Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi adalah karena terdapat assimetri informasi antara manajer
perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan
mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan
datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Perusahaan dapat meningkatkan
nilai perusahaan dengan mengurangi asimetri informasi tersebut. Salah satu cara
untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada
pihak luar, berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang
sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et
al., 2000).
Perkembangan penelitian empiris terkait dengan Internet Financial
Reporting (IFR) yang merefleksikan perkembangan bentuk pengungkapan
informasi perusahaan mulai berkembang pesat sejak tahun 1995. Pada umumnya
penelitian ini lebih banyak berfokus pada negara-negara yang maju, seperti
Inggris, Amerika Jerman, Australia, dan Cina. Namun hanya sedikit penelitian
mengenai IFR yang dilakukan di negara berkembang, seperti Indonesia.
4
Asbaugh (1999) mensurvei 290 perusahaan Amerika Serikat yang secara
tradisional praktek pelaporan keuangannya telah dievaluasi oleh AIMR. Dari
pengujian didapatkan hasil bahwa hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh
signifikan terhadap praktek pelaporan keuangan melalui internet.
Marston (2003) melakukan penelitian terhadap praktik IFR di Jepang pada
tahun 2003. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara
ukuran perusahaan terhadap IFR. Sedangkan tipe industri, profitabilitas dan
overseas listing status tidak berpengaruh terhadap praktik IFR di perusahaan-
perusahaan yang ada di Jepang.
Chariri dan Lestari (2005) melakukan pengukuran terhadap tujuh faktor
yang mempengaruhi IFR (ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis
industry, leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan). Dari ketujuh
faktor tersebut terdapat lima faktor yang berpengaruh positif terhadap IFR (ukuran
perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan).
Sedangkan profitabilitas dan jenis industri terbukti tidak berpengaruh terhadap
IFR.
Chandra (2008) mengukur pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, likuiditas, public ownership, foreign ownership serta listing age
terhadap pencantuman informasi perusahaan di website pada perusahaan
manufaktur. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa ukuran perusahaan, public
ownership dan foreign ownership berpengaruh signifikan terhadap pencantuman
informasi perusahaan di website. Sedangkan profitabilitas, leverage. Likuiditas,
dan listing age tidak berpengaruh signifikan.
Meskipun fenomena IFR berkembang pesat akhir-akhir ini, akan tetapi
masih banyak juga perusahaan-perusahaan yang memilih untuk tidak melakukan
praktik IFR. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi pilihan perusahaaan untuk menerapkan IFR atau tidak. Pengaruh
faktor tersebut terhadap praktik IFR dapat dilihat pada bagian berikut:
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap IFR
Perusahaan yang besar memiliki agency cost yang tinggi karena
perusahaan yang besar memiliki kewajiban yang lebih besar pula dalam
5
menyampaikan pelaporan keuangannya secara lengkap da cepat kepada
shareholder sebagai wujud pertanggungjawaban manajemen kepada para
shareholdernya. Menurut Oyelere et.al. (2003), agency cost tersebut berupa biaya
penyebarluasan laporan keuangan, termasuk biaya cetak dan biaya pengiriman
laporan keuangan kepada pihak-pihak yang dituju oleh perusahaan. Salah satu
cara yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi agency cost tersebut adalah
dengan menerapkan praktik IFR dalam menyebarluaskan laporan keuangan
perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap IFR.
b. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan terhadap IFR
Profitabilitas merupakan suatu aspek penting yang dapat dijadikan acuan
oleh investor atau pemilik untuk menilai kinerja manajemen dalam mengelola
suatu perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable akan memiliki
dorongan yang lebih kuat untuk menyebarluaskan informasi perusahaan, terutama
informasi keuangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan para
investor terhadap perusahaan tersebut. Menurut Marston (2003) semakin
profitable suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi keuangan tambahan, termasuk melakukan praktek IFR
sebagai salah satu sarana untuk menyebarluaskan goodnews. Karena profitabilitas
yang tinggi merupakan salah satu indikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap IFR.
c. Pengaruh Likuiditas Perusahaan terhadap IFR
Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk melunasi
utang jangka pendeknya maka semakin likuid perusahaan tersebut. Belkoui (1979,
dalam Prayogi, 2003) berkeyakinan bahwa kekuatan perusahaan yang ditunjukkan
dengan rasio likuiditas yang tinggi akan berhubungan dengan pelaporan keuangan
selengkap mungkin. Hal ini didasarkan pada harapan bahwa perusahaan dengan
finansial yang kuat akan cenderung melaporkan keuangan selengkap dan seluas
6
mungkin daripada perusahaan yang memiliki kondisi finansial yang lemah.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap IFR.
d. Pengaruh Jenis Industri terhadap IFR
Pada umumnya industri dengan kompleksitas yang tinggi cenderung akan
mengikuti perkembangan jaman dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu cara
yang dilakukan in adalah dengan menggunakan teknologi yang sedang
berkembang saat ini yaitu internet sebagai media pelaporan keuangan dan
pengembangan interaksi antara perusahaan dan lingkungan. Marston (2003, dalam
Lordanita, 2006) menyatakan bahwa terkait dengan pelaporan keuangan di
internet, perusahaan-perusahaan di dalam industri yang berteknologi tinggi dalam
hal ini adalah industri manufaktur ingin menunjukkan kesadaran teknologi mereka
melalui IFR dibandingkan perusahaan diluar industrinya. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
H4: Jenis industri berpengaruh positif terhadap IFR.
e. Pengaruh Leverage Perusahaan terhadap IFR
Dalam Teori Keagenan dijelaskan bahwa semakin tinggi leverage
perusahaan, semakin baik transfer kemakmuran dari kreditur kepada pemegang
saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam
struktur permodalannya akan mempunyai biaya agensi yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban yang
lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang (Chow,
2007). Di sisi lain dengan proporsi leverage yang lebih tinggi, maka kebutuhan
informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya oleh
kreditur akan lebih tinggi. Salah satu cara untuk mengurangi biaya agensi serta
konflik kepentingan yang muncul yaitu dengan melakukan pengungkapan
informasi yang lebih banyak, yaitu dengan menyajikan pengungkapan informasi
keuangan melalui website perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H5: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap IFR.
7
f. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap IFR
Penggunaan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang bereputasi merupakan
salah satu sinyal positif bagi perusahaan karena perusahaan akan dianggap
memiliki informasi yang tidak menyesatkan dan melaporkan informasi
keuangannya secara lebih transparan. Perusahaan akan cenderung menggunakan
KAP yang memiliki reputasi yang baik yaitu KAP yang masuk dalam Big Four
yaitu Ernst&Young, Deloite Touche Tohmatsu, KPMG, serta Price Waterhouse
Copper. KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four tersebut dianggap memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk bertahan dari tekanan klien, lebih peduli pada
reputasi mereka, memiliki sumberdaya yang lebih besar berkaitan dengan
kompensasi individu dan teknologi maju yang dimiliki serta memiliki strategi dan
proses audit yang lebih baik (Chariri, 2005). Dengan demikian hipotesis yang
diajukan:
H6: Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap IFR.
g. Pengaruh Umur Listing (Listing Age) terhadap IFR
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung akan
melakukan pelaporan keuangannya secara lebih transparan dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum terdaftar di BEI. Hal tesebut
disebabkan perusahaan yang sudah lama listing di BEI memiliki lebih banyak
pengalaman dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Perusahaan yang
lebih berpengalaman tersebut akan melakukan pelaporan keuangan sesuai dengan
perkembangan jaman. Tidak hanya secara paper-based reporting system tetapi
sudah secara paper-less reporting system. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan:
H7: Umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap IFR
h. Pengaruh Public Ownership terhadap IFR
Public ownership atau proporsi kepemilikan saham oleh publik adalah
jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik, yaitu individu atau institusi
yang memiliki kepemilikan saham di bawah 5% yang berada di luar manajemen
dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Kepemilikan saham
ini bertujuan untuk diperdagangkan, bukan untuk dimiliki atau dipegang
8
selamanya. Informasi keuangan yang disampaikan manajemen, oleh para investor
digunaakan untuk menganalisis kinerja manajemen dan kondisi perusahaan di
masa yang akan datang guna mengurangi risiko investasi. Semakin besar
komposisi saham perusahaan yang dimiliki publik, maka dapat memicu
pengungkapan secara luas.Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H8: Public Ownership berpengaruh positif terhadap IFR
i. Pengaruh Foreign Ownership terhadap IFR
Foreign Ownership atau proporsi kepemilikan saham oleh pihak asing
adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan
dengan kepemilikan asing akan cenderung melakukan pengungkapan yang lebih
luas dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan domestik dengan
alasan :
1. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memiliki teknologi yang
cukup, sehingga mendukung terciptanya sistem informasi manajemen yang
lebih efisien, sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian
intern dan kebutuhan informasi bagi perusahaan induknya,
2. Perusahaan dengan kepemilikan asing cenderung memberikan pelatihan yang
cukup bagi tenaganya mengenai pekerjaan yang diberikan, kemungkinan juga
terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan dengan
kepemilikan asing dari pelanggan, pemasok dan analisa masyarakat (Fitriana,
2009).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H9: Foreign Ownership berpengaruh positif terhadap IFR
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu Internet Financial
Reporting sebagai variabel terikat (dependent) dan ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage , reputasi auditor, umur listing
perusahaan, tingkat kepemilikan saham oleh publik (Public Ownersip), serta
9
tingkat kepemilikan saham oleh pihak asing (Foreign Ownership) sebagai
variabel bebas (independent).
Variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log of market
capitalization yaitu hasil perkalian antara harga saham per 31 Desember dengan
jumlah saham yang beredar (Ang, 1997). Log of market capitalization lebih
representatif dibandingkan log of total assets terutama untuk perusahaan yang go
public (Marston dan Polei 2004 dan Oyelere et al. 2003).
Variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA (laba bersih
setelah pajak dibagi dengan total aktiva). Hal ini disebabkan ROA memiliki
tingkat yang lebih independen dalam mengukur profitabilitas dibandingkan ROE
(Oyelere et al., 2003).
Variabel likuiditas diukur dengan menggunakan pendekatan current ratio,
yaitu rasio aktiva lancar terhadap utang lancar (current ratio). Rasio aktiva lancar
terhadap utang lancar (current ratio) merupakan rasio yang populer dalam
mengukur likuiditas perusahaan (Oyelere et al., 2003).
Jenis industri dalam penelitan ini diukur dengan menggunakan variabel
dummy dengan melihat tingginya teknologi yang digunakan dalam industri
tersebut, kode 1 untuk sektor manufaktur dan 0 untuk sektor non-manufaktur.
Dalam penelitian ini, leverage perusahaan akan diukur dengan rasio utang
jangka panjang dengan ekuitas (Helfert, 1997).
Reputasi auditor diukur dengan menggunakan variable dummy dengan
melihat apakah KAP tersebut berafiliasi dengan KAP Big Four atau tidak. Kode 1
untuk KAP Big Four dan kode 0 untuk KAP Non Big Four. KAP yang termasuk
dalam KAP Big Four adalah Ernst &Young, Deloiitte Touche Tohmatsu, KPMG,
serta PriceWaterhouse Copper.
Umur listing perusahaan diukur dengan menggunakan selisih antara tahun
observasi laporan keuangan dengan tahun saat Initial Public Offering (IPO).
Public Ownership diukur dengan menggunakan persentase saham yang
dimiliki oleh publik terhadap total saham perusahaan.
Foreign Ownership diukur dengan menggunakan persentase saham yang
dimiliki oleh pihak asing terhadap total saham perusahaan.
10
Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan non-finansial
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 yang mempunyai website
perusahaan. Sampai dengan akhir 2009, tercatat sebanyak 402 perusahaan
terdaftar di BEI, yang terdiri dari 76 perusahaan finansial dan 326 perusahaan non
finansial.
Sampel dihitung dengan menggunakan formula Babbie (1983, dalam
Rizal, 2001):
N.pq
n=
B²
(N-1) + pq
4
Dimana:
n = Jumlah sampel yang diinginkan.
N = Populasi.
p = Probable value = 0,5 untuk meminimumkan risiko sampling.
q = (1-p) = 0,5
B = Bound of error atau kelonggaran kesalahan diperkirakan
berinterval range tidak lebih dari 10%.
326.0,5.0,5
n =
325.0,0025+0,5.0,5
= 76,89 ≈ 77 perusahaan atau 23,62 persen (77/326)
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan
proportional stratified random sampling. Dengan metode tersebut, populasi
dikelompokkan menurut jenis industri. Dari masing-masing kelompok tersebut
kemudian ditentukan sejumlah sampel secara proportional dan dipilih secara
random.
11
Metode Analisis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya
merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal) (Ghozali, 2005)
dan tidak memerlukan uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel
bebasnya. Gujarati (2003) menyatakan bahwa regresi logistik mengabaikan
heteroscedasity, artinya variabel terikat tidak memerlukan homoscedacity untuk
masing-masing variabel bebasnya.
Model regresi logistic yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai
berikut:
Ln : α + βSIZE + βPROF + βLIKUID + βINDUS + βLEV + βAUD
+ βUMUR + βPO + βFO + €
Keterangan:
Ln : Dummy Variable, kategori 1 untuk perusahaan IFR dan
kategori 0 untuk perusahaan non-IFR
α : Konstanta.
SIZE : Ukuran Perusahaan (Log of Market Capitalization).
PROF : Rasio Profitabilitas Perusahaan (ROA).
LIKUID : Rasio Likuiditas Perusahaan (Current Ratio).
INDUS : Dummy variable, kategori 1 untuk perusahaan manufaktur
dan kategori 0 untuk perusahaan nonmanufaktur.
LEV : Rasio Leverage Perusahaan (Long Term Debt to Equity
Ratio)
AUD : Dummy variable untuk reputasi auditor, kategori 1 untuk
KAP yang termasuk BIG FOUR dan kategori 0 untuk KAP
NON BIG FOUR.
UMUR : Umur Perusahaan.
PO : Public Ownership
FO : Foreign Ownership
є : Kesalahan Residual.
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sampel Penelitian
Berdasarkan data yang terdapat di dalam ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) pada 2009 terdapat 402 perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009. Perusahaan tersebut terdiri atas 326
perusahaan non-finansial serta 76 perusahaan finansial. Dari populasi sebanyak
326 perusahaan non finansial tersebut kemudian didapat sampel sebanyak 77
perusahaan. Penentuan sampel menggunakan metode proportional stratified
random sampling, sedangkan perhitungan sampel tersebut dengan menggunakan
formula Babbie.
Populasi perusahaan non-finansial sebanyak 326 perusahaan tersebut
terdiri dari 7 jenis industri yaitu Agriculture, Forest and Fishing sebanyak 11
perusahaan, Animal Feed and Husbandry sebanyak 6 perusahaan, Mining
sebanyak 22 perusahaan, Service sebanyak 42 perusahaan, Manufacturing
sebanyak 146 perusahaan, Whole Sale and Retail Trade 24 perusahaan, Real
Estate and Property sebanyak 50 perusahaan, serta Others sebanyak 25
perusahaan.
Dari 77 perusahaan sampel kemudian dari masing-masing jenis industri
diambil sejumlah sampel dengan proporsi 23,62%. Tujuh puluh tujuh perusahaan
sampel tersebut terdiri dari 3 perusahaan Agriculture, Forest and Fishing, 1
perusahaan Animal Feed and Husbandry, 5 perusahaan Mining, 10 perusahaan
Service, 34 perusahaan Manufacturing, 6 perusahaan Whole Sale and Retail
Trade, 12 perusahaan Real Estate and Property, serta 6 perusahaan Others.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi obyek dalam penelitian ini
selanjutnya dikelompokkan berdasarkan website perusahaan. Dari 77 perusahaan
sampel terdapat 48 perusahaan atau sebesar 62,3% memiliki website, sedangkan
sisanya sebanyak 29 perusahaan atau 37,7% tidak memiliki website. Hal ini
berarti, sebagian besar perusahaan sampel yang listing di Bursa Efek Indonesia
tahun 2009 memiliki website.
Kemudian 77 perusahaan sampel tersebut diklasifikasikan berdasarkan
praktik IFR, yaitu perusahaan-perusahaan yang melakukan praktik IFR dan
13
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan praktik IFR. Dari hasil penelitian
terdapat 41,6 % atau sebanyak 32 perusahaan melakukan praktik IFR. Sedangkan
sisanya 58,4% atau sebanyak 45 perusahaan tidak mealakukan praktik IFR.
Analisis Deskripsi Variabel
Statistik diskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi. Namun dalam penelitian ini statistik diskriptif hanya memberikan
gambaran atau deskripsi data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean) dan standar
deviasi. Variabel-variabel yang diukur dengan angka dummy tidak dihitung nilai
mean dan standar deviasinya, karena angka dummy tersebut hanya berfungsi
sebagai label kategori semata tanpa nilai intrinsik dan tidak memiliki arti apa-apa.
Jadi, tidaklah tepat menghitung nilai mean dan standar deviasi dari variabel jenis
industri, reputasi auditor, dan praktik IFR.
Dari tabel hasil olah data diketahui bahwa perbedaan nilai rata-rata (mean)
antara praktik IFR pada variabel ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (PROF),
reputasi auditor (AUD), umur perusahaan (UMUR) serta public ownership (PO)
lebih besar dibanding dengan nilai rata-rata (mean) praktik non-IFR. Hal ini
menunjukkan bahwa IFR lebih banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih tinggi, profitbilitas yang lebih
tinggi, reputasi auditor yang lebih baik (Big Four), umur listing yang lebih lama,
serta kepemilikan saham oleh publik yang lebih besar dibanding dengan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan praktik IFR.
Nilai rata-rata (mean) untuk variabel likuiditas (LIKUID), leverage (LEV),
serta foreign ownership (FO) untuk perusahaan yang melakukan IFR lebih rendah
jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan praktik IFR. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, dan foreign ownership tidak
mempengaruhi penerapan praktik IFR di perusahaan.
Sedangkan niali rata-rata untuk variabel jenis industri antara perusahaan
yang menerapkan praktik IFR dan yang tidak menerapkan praktik IFR sama. Hal
ini berarti jenis industri tidak sepenuhnya mempengaruhi penerapan praktik IFR.
14
Standar deviasi digunakan untuk menilai sebaran data penelitian dengan
membandingkan nilai standar deviasi dengan nilai mean (Budi,2006). Apabila
nilai standar deviasi lebih besar daripada nilai rata-rata (mean), maka terjadi
outlier (penyimpangan data) (Supomo dan Indriantoro, 2002). Dari hasil analisis
dapat disimpulkan bahwa sebaran data masih tergolong kurang baik karena
variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, serta kepemilikan
saham oleh pihak asing memiliki standar deviasi yang lebih besar dibanding
dengan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki variabel tersebut. Akan tetapi hal
tersebut tidak menghalangi tahap analisis selanjutnya karena pengujian hipotesis
penelitian ini menggunakan logistic regression yang tidak memerlukan normalitas
data (Ghozali, 2005).
Uji Hipotesis dan Pembahasan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan
menggunakan model regresi logistik (logistic regression) dengan metode enter
pada tingkat signifikan (α) 5%.
Berdasarkan pengujian multivariate dengan regresi logistik atas seluruh
variabel terlihat bahwa terdapat dua variabel yang mempunyai nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 (5%) yaitu variabel profitabilitas dan public ownership. Pada
variabel profitabilitas didapat wald 4,939 (sig. 0,026) dan public ownership
didapat wald 5,499 (sig. 0,019). Hasil ini menunjukkan bahwa kedua variabel
tersebut mempengaruhi praktik IFR dalam penyampaian laporan keuagan
perusahaan pada level 5%.
Variabel ukuran perusahaan, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi
auditor, umur perusahaan, serata foreign ownership memilikin tingkat signifikan
lebih besar dari 5%, hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Artinya ke
tujuh variabel tersebut tidak mempengaruhi praktek IFR dalam penyampaian
laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan dapat diperoleh persamaan logistic
regression sebagai berikut :
Ln = 0,000SIZE + 10,707PROF – 0,266LIKUID – 0.235INDUS –
0,097LEV + 0,310AUD + 0,040UMUR + 4,500PO – 0,149FO - 1,842
15
Ukuran perusahaan (SIZE) bertanda positif yang berarti semakin besar
ukuran perusahaan maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk melakukan
praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena variabel ukuran perusahaan tidak
signifikan terhadap praktik IFR. Hal ini dikarenakan untuk era globalisasi saat ini
bukan hanya perusahaan besar yang terus mengikuti perkembangan teknologi.
Perusahaan menengah dan kecilpun mulai menerapkan kemajuan perkembangan
teknologi di dalam perusahaan salah satunya dengan menggunkan internet dalam
kegiatan bisnis mereka. Semua perusahaan ingin meningkatkan citra perusahaan
di kalangan publik, dengan menerapkan internet sebagai salah satu sarana untuk
pelaporan keuangan perusahaan, perusahaan berharap akan menarik minat para
share holder dan stakeholder untuk bekerjasama dengan perusahaan tersebut.
Profitabilitas (PROF) bertanda positif yang berarti semakin besar profit
perusahaan maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk melakukan praktik
IFR. Pernyataan ini akurat karena variabel profitabilitas signifikan terhadap
praktik IFR. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi
akan cenderung melaporkan posisi keuangan mereka sebagai salah satu good news
perusahaan. Perusahaan tidak hanya melaporkan posisi keuangan mereka dalam
bentuk paper namun juga pelaporan keuangan melalui internet. adanya pelaporan
keuangan perusahaan melalui interner ini diharapkan akan menarik minat para
stakeholder dan shareholder untuk bekerjasama dengan perusahaan.
Likuiditas (LIKUID) bertanda negatif yang berarti semakin besar likuiditas
perusahaan maka semakin rendah probabilitas perusahaan untuk melakukan
praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena variabel likuiditas tidak signifikan
terhadap praktik IFR. Alasan yang mendasari hasil penelitian yaitu pada era
globalisasi dengan tingkat perkembangan teknologi yang tinggi, seluruh
perusahaan baik itu perusahaan manufaktur maupun non manufaktur bersaing
untuk mengadopsi teknologi-teknologi baru seperti internet untuk mempermudah
aktivitas mereka, baik untuk promosi, pelayanan konsumen dan lain-lain termasuk
di dalamnya untuk pelaporan keuangan perusahaan agar dapat menjangkau luas
pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut sehingga dapat
mengurangi agency cost.
16
Jenis industri (INDUS) bertanda negatif yang berarti semakin tinggi
perbedaan jenis industri di perusahaan tersebut maka semakin rendah probabilitas
perusahaan untuk melakukan praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena
variabel jenis industri tidak signifikan terhadap praktik IFR. Alasan yang
mendasari hasil penelitian ini yaitu pada era globalisasi dengan tingkat
perkembangan teknologi yang tinggi, seluruh perusahaan baik itu perusahaan
manufaktur maupun non manufaktur bersaing untuk mengadopsi teknologi-
teknologi baru seperti internet untuk mempermudah aktivitas mereka, baik untuk
promosi, pelayanan konsumen dan lain-lain termasuk di dalamnya untuk
pelaporan keuangan perusahaan agar dapat menjangkau luas pihak-pihak yang
berkepentingan atas laporan keuangan tersebut sehingga dapat mengurangi agency
cost.
Leverage (LEV) bertanda negatif yang berarti semakin besar leverage
perusahaan maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk melakukan praktik
IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena variabel leverage perusahaan tidak
signifikan terhadap praktik IFR. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar
hutang suatu perusahaan, semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan
praktik IFR. Dalam menerapkan praktik IFR perusahaan tidak bergantung pada
tingkat leverage perusahaan. Praktik IFR digunakan perusahaan untuk
memberikan kemudahan bagi para stakeholder, seperti kreditur, pemerintah,
masyarakat, dan stakeholder lainnya dalam mengakses informasi keuangan.
Selain itu, pihak kreditur maupun investor juga kurang memperhatikan kualitas
leverage perusahaan sehingga tidak mempengaruhi pihak manajemen dalam
penerapan praktik IFR.
Reputasi auditor (AUD) bertanda positif yang berarti semakin bagus
reputasi auditor perusahaan maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk
melakukan praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat kareana variabel reputasi
auditor tidak signifikan terhadap praktik IFR. Auditor yang digunakan oleh suatu
perusahaan kurang mendapat perhatian dari pihak stakeholder, dimana
stakeholder kurang memperhatikan siapa auditor yang bekerjasama dengan suatu
perusahaan. Pihak stakeholder lebih memperhatikan informasi yang harus
17
diungkapkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih banyak
mengungkapkan informasi tambahan baik yang bersifat keuangan maupun non
keuangan melalui pengungkapan sukarela, seperti IFR.
Umur perusahaan (UMUR) bertanda positif yang berarti semakin lama
perusahaan tersebut beroperasi maka semakin tinggi probabilitas perusahaan
untuk melakukan praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena variabel umur
perusahaan tidak signifikan terhadap praktik IFR. Semua perusahaan baik yang
sudah lama maupun baru saja listing di Bursa Efek Indonesia cenderung akan
mengikuti perkembangan teknologi sebagai salah satu daya tarik bagi para
investor untuk menanamkan modal mereka di perusahaan. Selain itu perusahaan
yang baru saja listing di Bursa Efek Indonesia juga harus mampu bersaing dengan
perusahaan yang telah lama listing, salah satunya dengan penggunaan teknologi
dalam pelaporan keuangannya dalam hal ini menerapkan praktik IFR.
Public ownership (PO) bertanda positif yang berarti semakin besar
persentase public ownership maka semakin tinggi probabilitas perusahaan untuk
melakukan praktik IFR. Pernyataan ini akurat karena variabel public ownership
signifikan terhadap praktik IFR. Hal ini dikarenakan perusahaan yang lebih
banyak dimiliki oleh publik harus menyajikan laporan keuangannya secara
transparan sehingga semua pihak dapat mengakses laporan keuangan tersebut.
Salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan adalah menerapkan praktik IFR.
Dengan demikian semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dapat
mengakses laporan keuangan perusahaan secepat mungkin.
Foreign ownership (FO) bertanda negatif yang berarti semakin besar
persentase foreign ownership maka semakin rendah probabilitas perusahaan untuk
melakukan praktik IFR. Pernyataan ini tidak akurat karena variabel foreign
ownership tidak signifikan terhadap praktik IFR. Hal ini mengindikasikan bahwa
bahwa banyak perusahaan yang kurang mementingkan tingkat kepemilikan saham
oleh pihak asing, yaitu dengan tetap melakukan praktik IFR meskipun persentase
kepemilikan saham mereka sedikit dimiliki oleh pihak asing. Perusahaan akan
tetap menerapkan praktik IFR karena semua pihak dianggap memerlukan laporan
18
keuangan perusahaan secara cepat dan transparan baik pemilik saham domestik
maupun pihak asing.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Dari tujuhfaktor yang diteliti, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,
jenis industri, leverage, reputasi auditor, umur perusahaan, public ownerrship,
serta foreign ownership terbukti bahwa profitabilitas perusahaan dan public
ownership berpengaruh positif terhadap IFR. Ini berarti tingkat profitabilitas yang
tinggi serta persentase kepemilikan saham oleh publik yang besar mempengaruhi
keputusan perusahaan dalam menerapkan praktik IFR. Sedangkan faktor-faktor
lain yaitu ukuran perusahaan, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor,
umur listing serta foreign ownership terbukti tidak berpengaruh terhadap IFR.
Penelitian ini memiiki beberapa keterbatasan antara lain : hanya
mengelompokkan perusahaan berdasarkan jenis industri (manufaktur dan non
manufaktur) bukan jenis industri secara spesifik sehingga hasilnya kurang
mewakili seluruh jenis industry serta lebih banyak menganalisis pengaruh
variabel-variabel internal perusahaan tanpa memperhatikan variabel-variabel
eksternal perusahaan yang mungkin berpengaruh terhadap praktik IFR.
Dari keterbatasan yang ada tersebut, maka untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk mengelompokkan perusahaan ke dalam jenis industri yang lebih
spesifik, menambah variabel yang berhubungan dengan kondisi eksternal
perusahaan, melakukan penelitian praktik IFR pada saat ekonomi normal atau
membandingkan praktik IFR dalam kondisi ekonomi normal dan kondisi ekonomi
pada saat krisis, menggunakan data dari bursa efek luar negeri , menggunakan alat
analisis lain, serta mengelompokkan perusahaan menjadi 3 jenis yaitu : 1)
perusahaan tanpa website, 2) perusahaan dengan website tetapi tidak menerapkan
praktik IFR, dan 3) perusahaan dengan website dan menerapkan praktik IFR.
19
REFERENSI Abdelsalam, O.H., El-Masry, Ahmed. 2008. “The Impact Of Board Independence
And Ownership Structure On The Timeliness Of Corporate Internet Reporting Of Irish-Listed Companies”. Managerial Finance, Vol. 34 No. 12, 2008 pp. 907-918.
Abdelsalam, O.H., S. M., Bryant, dan D. L. Street. 2007. “An Examination of the
Comprehensiveness of Corporate Internet Reporting Provided by London- Listed Companies”. Journal of International Accounting Reasearch, Vol. 6, No.2, hal. 1- 33.
Ali, Syaiful dan Jogiyanto Hartono, “Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi
terhadap Tingkat Underpricing Saham Perdana,” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol.6, (2003), pp. 41-51.
Alvarez, I.G., I.M. Gracia, dan L.R Dominguez. 2008. “Voluntary and
Compulsory Information Disclosed Online: The Effect of Industry Concentration and Other Explanatory Factors”. Online Information Review, Vol. 12, No. 5, hal. 596-622.
Aly, Doaa., Simon, Jon., and Hussainey, Khaleed. 2009. “Determinants Of
Corporate Internet Reporting: Evidence From Egypt”. Managerial Auditing Journal, Vol. 25 No. 2, 2010 pp. 182-202.
Andrikopoulos, Andreas. 2007. “Financial Reporting Practices On The Internet:
The Case Of Companies Listed In The Cyprus Stock Exchange”. Panteion University of Social and Political Sciences, Department of International and European Studies, Athens, Greece.
Ashbaugh, Hollis, K.M. Johnstone, dan T.D. Warfield. 1999. “Corporate
Reporting on the Internet”. Accounting Horizons, Vol 13, No. 3, hal. 241-257.
Baroka D.G, Rusmin, dan G. Tower. 2008. “Web Communication : An
Indonesian Perspective”. African Journal of Business Management, Vol. 2(3), pp. 053-058.
Budi, Triton Prawira. 2006. SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistik Parametrik.
Yogyakarta: ANDI Chariri, Anis dan Lestari, Hanny Sri. 2005. “Analisis Faktor–faktor yang
Mempengaruhi Pelaporan Keuangan di Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
20
Debreceny, R., G.L. Gray and A. Rahman, “The Determinants of Internet Financial Reporting, ”Journal of Accounting and Public Policy 21, (2002), pp. 371-394.
Ettredge, M., V. J. Richardson, and S. Scholz. 2002. “Dissemination of
Information for Investors at Corporate Web sites”. Journal of Accounting and Public Policy 21:357- 369.
Fitriana, Meinar Rakhma. 2009. “Analisis Pengaruh Kompetisi dan Karaktristik
perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Informasi Keuangan dalam website Perusahaan”. Skripsi Tidak Dipublikasikan , Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang: Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam dan M. Mansur, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpriced Di Bursa Efek Jakarta,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.4, April (2002), pp. 74-88.
Gujarati, Damodar. 2003. “Ekonometrika Dasar”. Jakarta; Erlangga. Hanifa, M. Hisham dan H-M Ab. Rashid. 2005. “The Determinant of Voluntary
Disclosures In Malaysia: The Case of Internet Financial Reporting.” Unitar E-Journal, Vol.2, No.1, hal 22-42.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Pt
Bumi Aksara. Helfert, E. A. 1997. “Teknik Analisis Keuangan”. Jakarta: Erlangga. Ismail, Tariq H. 2002. “An Empirical Investigation of Factors Influencing
Voluntary Disclosure of Financial Information on the Internet in the GCC Countries”. Working Paper Series. July 2002.
Khan, Tehmina. 2006. “Financial Reporting Disclosure On The Internet: An
International Perspective”. Faculty of Business and Law School of Accounting, Victoria University, Australia.
Lai, Syou-Ching., Lin, Cecilia., Lee, Hung-Chih., and Wu, Frederick H. 2002.
“An Empirical Study of the Impact of Internet Financial Reporting on Stock Prices”.
Laswad, F, R. Fisher, and P. Oyelere. 2005. “Determinents of Voluntary Internet
Financial Reporting by Local Government Authorities”. Journal of Accounting and Pubic Policy 24(2): 101.
21
Liu, L.S, 2001, “Chinese Characteristics Compared: A legal and Policy
Perspective of Corporate Finance and Governance in Taiwan and China”, Asian Business Law Review, No. 31.
Lordinata, Nia. 2006. Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Internet
Financial Reporting. Tesis Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.
Marston, Claire. 2003. “Financial Reporting on the Internet by Leading Japanese
Companies.” Corporate communication An International Journal, Vol. 8, No. 1, hal. 23-34.
Marston, C. And A. Polei, “Corporate Reporting on The Internet by German
Companies,”International Journal of Accounting Information Systems (2004), pp. 285-311.
Morris, R.D, 1987, “Signalling, Agency Theory and Accounting Policy Choice”,
Accounting and Business Research, Vol. 18, No. 69. Murtanto dan Elvina.2005.”Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar dalam BEJ”. Ekonomi dan Bisnis UNISULA, Vol. 6 No. 1, hal. 47-57.
Oyelere, P., F. Laswad and R. Fisher, “Determinants of Internet Financia
Reporting by New Zealand Companies,” Journal of International Financial Management and Accounting 14, (2003), pp. 26-62.
Pervan, Ivica. 2006. “Voluntary Financial Reporting On The Internet – Analysis
Of The Practice Of Croatian And Slovene Listed Joint Stock Companies”. Financial Theory and Practice. No, 30 (1), 1-27 (2006).
Prayogi. 2003. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan
Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan.
Putri, Aulia Chandra Ayu Liana. 2008. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pencantuman Pelaporan Keuangan di Website Perusahaan (Internet Financial Reporting)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
22
Rezaee, Zabihollah, “Causes, Consequences, and Deterence of Financial Statement Fraud,” Critical Perspective on Accounting, (2003), pp.1-22.
Rizal, Muhammad. 2001. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan di BEJ dan BES”. Tesis Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan.
Sari, Ratna Chandra dan Zuhrotun. 2006. “Keinformatifan Laba Di Pasar
Obligasi Dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.
Seetharaman, Arumugam, Ramaiyer Subramanian, dan Seow Yuan
Shyong.2006.”Internet Financial Reporting:Problem and Prospects.” Corporate Finance Review,ed.Juli-Agustus,hal.29-35.
Silva, W.M. dan Christensen, T.E. 2004. Determinant of Voluntary Disclosure of
Financial Information on The Internet by Brazilian Firm. Sortur, Shrikant. 2006. “Financial Reporting on Internet”. The Chartered
Accountant, hal. 996-1006. Sunariyah. 2004. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta: YKPN. Supomo, B. dan N. Indriantoro.2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE. Suripto, Bambang. 2006. “Pengaruh Besaran, Profitabilitas, Pemilikan Saham
oleh Publik, dan Kelompok Industri terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Keuangan dalam Website Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, No.1, hal 1- 27.
Suwardjono.2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Xiao, J. Z., H. Yang and C. W. Chow, “The Determinants and Characteristics of
Voluntary InternetBased Disclosures by Listed Chinese Companies,” Journal of Accounting and Public Policy 23, (2004), pp. 191-225.
Xiao. J.Z., M.J.Jones and Andy Lymer, 2005, “A Conceptual Framework for
Investigating the Impact of The Internet on Corporate Financial Reporting”, The International Journal of Digital Accounting Research, Vol.5, No.10.
23
Yularto, A. Dan A. Chariri, “Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis,” Jurnal Maksi vol. 2, Januari (2003), pp. 35-51.
Zuhrotun, “Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan Saham: Uji Liquidation
Option Hypothesis,” Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, (2006), pp. 101-122.
24
LAMPIRAN
Tabel Hasil Analisis Statistik
Tabel 1
Daftar Perusahaan Sampe Berdasarkan Jenis Industri
No. Jenis Industri Jumlah Perusahaan
Proporsi Jumlah Sampel
1. Agriculture, Forest and Fishing 11 23,62% 3 2. Animal Feed and Husbandry 6 23,62% 1 3. Mining 22 23,62% 5 4. Service 42 23,62% 10 5. Manufacturing 146 23,62% 34 6. Whole Sale and Retail Trade 24 23,62% 6 7. Real Estate and Property 50 23,62% 12 8. Others 25 23,62% 6 Jumlah 326 23,62% 77
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan diolah
Tabel 2
Deskripsi Perusahaan Berdasarkan Nilai Kapitalisasi Pasar
No. Kategori Jumlah IFR Non IFR
Persentase IFR
Persentase Non IFR
Total
1. Small Cap (<Rp 1Trilyun)
50 13 37 26% 74% 100%
2. Mid Cap (Rp1-5Trilyun)
13 7 6 53,8% 46,2% 100%
3. Big Cap (>Rp 5Trilyun)
14 12 2 85,7% 14,3% 100%
Total 77 32 45 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan diolah
25
Tabel 3
Deskripsi Perusahaan Berdasarkan Website Perusahaan
No. Kategori Jumlah Prosentase 1. Perusahaan memiliki website 48 62,3% 2. Perusahaan tidak memiliki
website 29 37,7%
Jumlah 77 100%
Tabel 4
Deskripsi Perusahaan Berdasarkan PraktikIFR
No. Praktik IFR Jumlah Persentase 1. Perusahaan yang melakukan praktik IFR 32 41,6% 2. Perusahaan yang tidak melakukan praktik IFR 45 58,4% Jumlah 77 100%
Tabel 5
Statisitik Deskriptif
Variabel IFR Non-IFR
Mean Std. Dev Mean Std. Dev
SIZE 12269117.22 12269227.22 1763697.67 6877636.768
PROF .09441 .09441 .01093 .112385
LIKUID 1.73903 1.206372 2.85783 3.750876
INDUS .44 .504 .44 .503
LEV .90569 .705432 2.04731 6.490426
AUD .59 .499 .33 .477
UMUR 13.44 8.092 10.49 6.771
PO .31188 .221045 .20933 .142213
FO .23563 .295645 .87889 3.900626
Sumber : Data sekunder dan diolah
26
Tabel 6
Crosstab antara Jenis Industri dan Praktik IFR
Praktik IFR Jenis Industri Total Non Manufaktur Manufaktur
Non IFR 25 (58,1%) 20 (58,8%) 45 (58,4%)
IFR 18 (41,9%) 14 (41,2%) 32 (41,6%)
Total 43 (100%) 34 (100%) 77 (100%)
Sumber : Data sekunder dan diolah
Tabel 7
Crosstab antara Reputasi Auditor dan Praktik IFR
Praktik IFR Reputasi Auditor Total Non Big Four Big Four
Non IFR 30 (69,8%) 15 (44,1%) 45 (58,4%)
IFR 13 (30,2%) 19 (55,9%) 32 (41,6%)
Total 43 (100%) 34 (100%) 77 (100%)
Sumber : Data sekunder dan diolah
Tabel 8
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square 1 75.108a .318 .428 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. Sumber : data sekunder dan diolah
Tabel 9
Hosmer and Lameshow Test
Step Chi-square Df Sig. 1 12.394 8 .134 Sumber : Data sekunder dan diolah
27
Tabel 10
Classification Table
Observed
Predicted PRAKTIK_IFR Percentage
Correct 0 1 Step 1 PRAKTIK_IF
R 0 39 6 86.7 1 10 22 68.8
Overall Percentage 79.2 a. The cut value is ,500
Sumber : Data sekunder dan diolah
Tabel 11
Hasil Uji Hipotesis
No. Variabel B Wald Signifikansi
1. SIZE 0,000 0,51 0,822
2. PROF 10,707 4,939 0,026
3. LIKUID -0,266 0,160 0,689
4. INDUS -0,235 2,377 0,123
5. LEV -0,097 0,372 0,542
6. AUD 0,310 0,232 0,630
7. UMUR 0,040 0,887 0,346
8. PO 4,500 5,499 0,019
9. FO -0,149 0,049 0,824
10. Constant -1,842 4,571 0,33
Sumber : Data sekunder dan diolah