analisis hpp dan bep produksi cpo (ika ariyanti, dkk.)

14
1 Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.) ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DAN BREAK EVENT POINT (BEP) PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO) PADA PT. SANDABI INDAH LESTARI COST OF PRODUCTION ANALYSIS AND BREAK EVENT POINT OF CRUDE PALM OIL PRODUCTION ON PT. SANDABI INDAH LESTARI Ika Ariyanti, Bambang Sumantri, Sriyoto dan Eko Sumartono Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu [email protected] Diterima: 8 Januari 2018, disetujui 11 April 2018 ABSTRACT To determine the exact cost of production, the compony must take into account precisely the elements of the production cost. Elements of the production cost on the research is raw material cost, direct labor cost, and manufacture overhead cost. Break event point analysis relate to sale, fixed cost, and variable cost. All of these cost are costs associated with the production process of Crude Palm Oil. Make, this research count the cost of production and break event point Crude Palm Oil PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) from 2009-2014.This research uses design research of descriptive analysis and quantitaive analysis. Cost of production CPO to use method of full costing because used data represent and have passed accounting period. Cost of production and break event point of the research analysed in 2 form that is on the basis of rupiah and on the basis unit. Result of research indicate that sales revenue of CPO more than cost of production and break event point in rupiah and also in unit. Matter this means that company have obtained profit of production. Keyword: Cost of Production, Break Event Point, and Crude Palm Oil Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354 email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

1

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DAN BREAK EVENT POINT(BEP) PRODUKSI CRUDE PALM OIL (CPO)

PADA PT. SANDABI INDAH LESTARI

COST OF PRODUCTION ANALYSIS AND BREAK EVENT POINT OFCRUDE PALM OIL PRODUCTION ON PT. SANDABI INDAH LESTARI

Ika Ariyanti, Bambang Sumantri, Sriyoto dan Eko SumartonoJurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

[email protected]

Diterima: 8 Januari 2018, disetujui 11 April 2018

ABSTRACT

To determine the exact cost of production, the compony must take into account precisely theelements of the production cost. Elements of the production cost on the research is raw materialcost, direct labor cost, and manufacture overhead cost. Break event point analysis relate tosale, fixed cost, and variable cost. All of these cost are costs associated with the productionprocess of Crude Palm Oil. Make, this research count the cost of production and break eventpoint Crude Palm Oil PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) from 2009-2014.This research usesdesign research of descriptive analysis and quantitaive analysis. Cost of production CPO touse method of full costing because used data represent and have passed accounting period.Cost of production and break event point of the research analysed in 2 form that is on the basisof rupiah and on the basis unit. Result of research indicate that sales revenue of CPO more thancost of production and break event point in rupiah and also in unit. Matter this means thatcompany have obtained profit of production.

Keyword: Cost of Production, Break Event Point, and Crude Palm Oil

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 SALATIGA 50711 - Telp. 0298-321212 ext 354

email: [email protected], website: ejournal.uksw.edu/agric

Terakreditasi Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan T inggi berdasarkan SK No 21/E/KPT/2018

Page 2: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

2

ABSTRAK

Untuk menentukan biaya pasti produksi, komposisinya harus memperhitungkan secara tepat unsur-unsur biaya produksi. Unsur biaya produksi pada penelitian adalah biaya bahan baku, biaya tenagakerja langsung, dan biaya overhead pembuatan. Break event point analysis berhubungan denganpenjualan, biaya tetap, dan biaya variabel. Semua biaya ini adalah biaya yang terkait dengan prosesproduksi Crude Palm Oil. Maka, penelitian ini menghitung biaya produksi dan break event pointCrude Palm Oil PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) dari 2009-2014. Penelitian ini menggunakandesain penelitian analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Biaya produksi Crude Palm Oil (CPO)menggunakan metode full costing karena data yang digunakan mewakili dan telah melewati periodeakuntansi. Biaya produksi dan titik impas penelitian dianalisis dalam 2 bentuk yaitu atas dasarrupiah dan atas dasar unit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan penjualan Crude PalmOil (CPO) lebih besar dari biaya produksi dan break event point dalam rupiah dan juga dalamsatuan. Hal ini berarti perusahaan telah memperoleh laba produksi.

Kata Kunci: Biaya Produksi, Break Event Point (BEP), dan Crude Palm Oil (CPO)

PENDAHULUAN

Faktor perkebunan merupakan sumberpendapatan bagi jutaan petani di Indonesia.Selain sebagai sumber pendapatan bagimasyarakat, sub-sektor perkebunan jugaberperan sebagai penyumbang devisa negara,penyedia lapangan kerja, dan alat pemicu bagipertumbuhan sentra ekonomi (GAPKI, 2014).Perkebunan kelapa sawit yang diusahakan diIndonesia ada tiga bentuk perkebunan yaituperkebunan rakyat, perkebunan swasta, danperkebunan negara. Perkebunan Kelapa sawitmerupakan primadona perdagangan eksporIndonesia pada sub-sektor perkebunan.Kelapa sawit adalah salah satu komoditasagribisnis Indonesia yang memiliki daya saingdi pasar Internasional. Tandan buah segar(TBS) merupakan bahan baku dalam industripembuatan Crude Palm Oil (CPO). Sukiyonoet al., (2017) mengatakan bahwa minyak sawittelah menjadi tulang punggung ekonomi bagisebagian besar rumah tangga di ProvinsiBengkulu. Industri pengolahan TBS selainmenghasilkan CPO juga menghasilkan PKO(Palm Kernel Oil) dan shell (cangkang). CPOdiolah lebih lanjut menjadi produk turunan

seperti oleopangan (minyak goreng, margarin,dan shortening) dan oleokimia (fatty acid, fattyalkohol, dan glycerine) (Machfud, 2008). Padaumumnya setiap perusahaan berorientasi padaprofit/laba. Pencapaian laba yang maksimaldiperoleh apabila perusahaan dapat memini-mumkan Harga Pokok Produksi (HPP). PT.Sandabi Indah Lestari (SIL) merupakan salahsatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaanini terletak di Desa Lubuk Banyau KecamatanPadang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. PT.Sandabi Indah Lestari (SIL) memiliki pabrikpengolahan CPO dengan kapasitas 45 ton TBS/jam. PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) memilikiareal perkebunan seluas 14.700 ha yangtersebar di tiga wilayah yaitu Lubuk Banyau,Seluma dan Ketahun. Perusahaan ini memasokbahan baku yang berasal dari kebun sendiri danmasyarakat luar. Kegiatan yang dilakukan untukmenghimpun dan mengolah TBS menjadi CPOmengandung berbagai komponen biaya yangharus diperhitungkan. Agar HPP mencerminkanbiaya yang sesungguhnya maka harus dilakukanpengelompokan biaya secara tepat. Fluktuasiproduksi terus terjadi karena adanya keterbatasan

Page 3: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

3

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

TBS sehingga penjualan pun menjadi tidakpasti. Agar perusahaan tetap memperolehkeuntungan maka perusahaaan harus mem-produksi CPO dalam jumlah tertentu. Dengandemikian hasil penjualan CPO dapat menutupisejumlah biaya produksi yang telah dikeluarkanoleh perusahaan dengan keuntungan samadengan nol (0). Kondisi yang demikian dikenaldengan istilah Break Event Point (BEP)/titikimpas.

Perhitungan HPP dan BEP sangat penting bagisetiap perusahaan, khususnya perusahaanmanufaktur. Nilai HPP digunakan sebagai dasardalam menentukan harga jual produk gunamemperoleh laba yang diinginkan. Selain itu,perhitungan nilai HPP dapat dijadikan sebagaiacuan untuk memantau realisasi biaya produksibagi pihak manajemen. HPP mengandung ber-bagai unsur biaya yang harus diklasifikasikansecara tepat untuk menghasilkan nilai HPPyang akurat. Apabila perusahaan mengetahuijumlah produksi yang dapat memberikankondisi BEP maka perusahaan bisa melakukanperencanaan laba yang diinginkan denganmemperkirakan penjualan. Hal ini dapatmeminimumkan risiko kerugian bagi peru-sahaan. Pentingnya kedua hal tersebut bagimanajemen perusahaan menjadi alasan bahwafenomena ini menarik untuk diteliti. Banyakpenelitian yang sama dan sejenis mengenaiAnalisis Harga Pokok Produksi (HPP) danBreak Event Point (BEP), namun berbedalokasi menurut Arifin, (2013) dan Handoko,(2011) untuk tanaman sawit, Arianti et al,(2007) untuk Produk Makanan Olahan(Brem); Chairunissa et al, (2017) untuk produkikan tenggiri.

produksi CPO PT. SIL dan menghitung tingkatproduksi dan harga CPO yang memberikanBreak Event Point bagi PT. SIL.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sandabi IndahLestari (SIL) yang terletak di Desa LubukBanyau Kecamatan Padang Jaya KabupatenBengkulu Utara. Pemilihan lokasi penelitianditentukan secara sengaja (purposive sampling)dengan pertimbangan bahwa PT. SIL merupakansalah satu perusahan perkebunan kelapa sawityang memasok TBS dari perkebunan rakyatdan dapat memberikan data-data yang terkaitdengan penelitian. Penelitian ini dilakukan padatahun 2016-2017.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunderperusahaan. Data sekunder merupakan datayang diperoleh oleh peneliti dari sumber lainatau data yang telah diarsipkan oleh suatulembaga/perusahaan. Data-data yang digunakanadalah data biaya produksi dan hasil penjualantahun 2009-2014.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian inibertujuan untuk menghitung harga pokok

Metode Analisis Data

a. Analisis Harga Pokok Produksi (HPP)

Analisis HPP yang dilakukan dalam penelitianini menggunakan metode full costing menurutFirdaus et al, (2012), Rochmayanto, Yanto danLimbong, A., (2013), Mardi Hendrich (2013),Dewi Listyati et al (2011), Yhonita, E et al(2015) dan Mandei, et al (2011), Reinaldo, G.,et al. (2011), Mustafa, (2011), Slat, AndreHenri (2013), Gunawan et al (2016), Suryanto(2016) dan Suryandari, et al (2015), karenadata yang digunakan merupakan data sekunder.

Page 4: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

4

Dengan demikian, biaya produksi yangdigunakan merupakan biaya riil dan telah mele-wati periode akuntansi. Metode pengumpulanharga pokok yang digunakan adalah metodeharga pokok proses karena perusahaan me-ngolah barang tidak berdasarkan pesanan.Penelitian ini memperhitungkan HPP dariseluruh aktivitas produksi pada tahun 2009-2014 berdasarkan biaya produksi yang telahdikeluarkan. Setelah diperoleh nilai HPP tahun2009-2014, selanjutnya dilihat pola perkem-bangan/trend HPP tersebut.

b. Analisis Break Event Point (BEP)

BEP dapat juga diartikan sebagai kondisi titikimpas dimana perusahaan tidak mendapatkankeuntungan dan tidak menderita kerugiankarena total biaya yang dikeluarkan samadengan total penerimaan (Hansen dan Mowen,2000). BEP dapat dinyatakan dalam Rupiah(Rp) ataupun satuan tertentu (Kg/Unit).Besarnya nilai BEP dianalisis secara kuantitaifdengan menghitung nilai BEP berdasarkanhubungan biaya, laba, dan volume (Supriyono,2011). Formulasi yang sama juga digunakanoleh beberpa peneliti untuk mengitung berbagaiproduk, misalnya Dianti, T et al (2014),Junianto, R (2015), Suhardi, (2016) danWibowo, S et al (2015). Sama halnya denganHPP, besarnya BEP juga akan dihitung pertahun yakni tahun 2009-2014 sehingga dapatdilihat pola perkembangn BEP setiap tahunnya.

Konsep dan Pengukuran Variabel

a. Kelapa sawit merupakan salah satu jenistanaman palem yang berbatang tinggi danmemiliki bunga berupa tandan bercabangdengan buah kecil-kecil dan banyak sertaberwarna merah kehitaman.

tandan atau kumpulan yang berisi buahkelapa sawit yang telah matang dan siapuntuk diolah menjadi CPO. Satuan yangdigunakan yaitu Kg.

c. Crude palm oil (CPO) merupakan hasil daripengolahan TBS yang berupa cairan minyakmentah. Satuan yang digunakan yaitu (Kg).

d. Harga beli TBS merupakan harga TBS rata-rata/tahun pada saat terjadinya prosespembelian TBS dari petani. Satuan yangdigunakan adalah (Rp/Kg).

e. Harga jual CPO merupakan harga rata-ratayang diterima oleh perusahaan dalam satutahun pada saat terjadinya proses penjualanCPO. Satuan yang digunakan adalah (Rp/Kg).

f. Rugi yang dialami perusahaan pembuatCPO merupakan kondisi dimana hasilpenjualan CPO/tahun yang diterima olehperusahaan lebih kecil daripada hargapokok produksi CPO/tahun. Cara mengukur-nya yaitu dengan mengurangkan hasilpenjualan CPO dengan harga pokokproduksi CPO, apabila nilainya negatifberarti perusahaan menderita rugi. Satuanyang digunakan adalah (Rp/tahun).

g. Laba yang dialami perusahaan pembuatCPO merupakan kondisi perusahaan padasaat hasil penjualan CPO/tahun lebih besardaripada harga pokok produksi CPO/tahunyang dikorbankan oleh perusahaan. Caramengukurnya yaitu dengan mengurangkanhasil penjualan CPO dengan harga pokokproduksi CPO, apabila nilainya positifberarti perusahaan memeproleh laba.Satuan yang digunakan adalah (Rp/tahun).

b. Tandan buah segar (TBS) merupakan suatu

h. Total biaya produksi pembuatan CPOmerupakan seluruh biaya yang dikorbankanoleh perusahaan atas penggunaan seluruhfaktor produksi baik yang bersifat variabel

Page 5: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

5

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

maupun tetap yang digunakan untukmemproduksi CPO. Cara mengukurnyaadalah dengan mengalikan masing-masingfaktor produksi dengan harga faktorproduksi tersebut, dengan asumsi bahwafaktor produksi yang digunakan merupakanseluruh sumberdaya yang digunakan dariproses penerimaan TBS hingga menjadiCPO. Satuan yang digunakan adalah (Rp/tahun).

i. Biaya bahan baku pembuatan CPO merupa-kan sejumlah biaya yang dikorbankan olehperusahaan atas penggunaan faktor produksiberupa TBS yang digunakan dalam prosesproduksi CPO yang dilakukan perusahaan.Cara mengukurnya adalah dengan men-jumlahkan TBS yang digunakan dalam satutahun dan dikalikan dengan harga rata-rataTBS di tingkat pabrik dalam satu tahun.Satuan yang digunakan adalah (Rp/tahun).

j. Biaya tenaga kerja pembuatan CPO merupa-kan sejumlah biaya yang dikorbankan olehperusahaan untuk membayar balas jasakaryawan yang berperan dalam kegiatanproduksi CPO baik secara langsung maupuntidak langsung. Cara mengukurnya adalahdengan mengalikan jumlah karyawan denganjumlah hari kerja dalam satu tahun dan upahkerja perhari. Satuan yang digunakan adalah(Rp/tahun).

kan dengan harga beli masing-masing faktorproduksi tersebut, kemudian membagi nilaitersebut dengan umur ekonomis masing-masing peralatan dan bangunan. Satuanyang digunakan adalah (Rp/tahun).

l. Biaya variabel pembuatan CPO merupakansejumlah biaya yang dikorbankan olehperusahaan atas penggunaan faktor produksivariabel berupa TBS, bahan kimia, reparasi,listrik, dan air. Cara mengukurnya yaitudengan mengalikan jumlah faktor produksidengan harga masing-masing faktorproduksi. Satuan yang digunakan adalah(Rp/tahun).

m. Biaya overhead pembuatan CPO merupa-kan sejumlah biaya yang dikorbankan olehperusahaan atas atas penggunaan faktorproduksi di luar biaya bahan baku dan biayatenaga kerja langsung. Cara mengukurnyayaitu dengan mengalikan jumlah faktorproduksi dengan masing-masing hargafaktor produksi. Satuan yang digunakanadalah (Rp/tahun).

n. Margin kontribusi (Contribution Margin/CM) CPO merupakan selisih antara hasilpenjualan CPO dengan biaya variabelproduksi CPO. Satuan yang digunakanadalah (Rp).

o. Rasio margin kontribusi (ContributionMargin Ratio/CM Ratio) CPO merupakanperbandingan antara margin kontribusi CPOdengan total penjualan CPO dikalikan100%. Satuan yang digunakan adalah(Persen/%).

k. Biaya tetap pembuatan CPO merupakansejumlah biaya yang dikorbankan olehperusahaan atas penggunaan faktor produksitetap berupa penggunaan peralatan pabrik,bangunan pabrik, pemeliharaan hingga ope-rasional kendaraan. Biaya tetap berupaperalatan dan bangunan dihitung berdasar-kan nilai penyusutan peralatan dan bangunantersebut. Cara mengukurnya yaitu denganmengalikan alat dan bangunan yang diguna-

p. Harga Pokok Produksi (HPP) CPO meru-pakan sejumlah biaya yang dikorbankanoleh perusahaan untuk memproduksi CPO.Cara mengukurnya yaitu dengan menjumlahbiaya bahan baku, biaya tenaga kerja

Page 6: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

6

langsung, dan biaya overhead pabrik. Satuanyang digunakan adalah (Rp/tahun).

q. Hasil penjualan CPO merupakan hasil yangdiperoleh oleh perusahaan berupa uangdari transaksi penyerahan CPO kepadapihak buyer. Cara mengukurnya yaitudengan mengalikan jumlah CPO yang terjualdalam satu tahun dengan harga rata-rataCPO dalam satu tahun. Satuan yang digunakanadalah (Rp/tahun).

r. Break Event Point (BEP) CPO merupakantitik yang menunjukkan dimana hasilpenjualan sama dengan biaya produksi.Cara mengukurnya yaitu dengan menarikhubungan antara hasil penjualan CPO, biayavariabel, dan biaya tetap produksi CPO.Satuan yang digunakan adalah (Rp/Tahundan Kg/Tahun).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi Crude Palm Oil (CPO)PT. Sandabi Indah Lestari(SIL)

Analisis biaya produksi yang dilakukan dalampenelitian ini merupakan analisis keseluruhanbiaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalammemproduksi CPO. Biaya produksi tersebutakan dipisahkan menjadi biaya tetap dan biayavariabel. Pemisahan biaya dilakukan denganmenganalisis masing-masing biaya terhadapproduksi CPO. Apabila jumlah total biayatersebut berubah seiring dengan perubahanvolume produksi maka digolongkan sebagaibiaya variabel. Apabila jumlah total biayatidak berubah seiring dengan perubahan volumeproduksi maka biaya tersebut digolongkansebagai biaya tetap. Carter, William   ( 2009)menyatakan bahwa biaya variabel merupakanbiaya yang berubah secara proporsional denganperubahan volume produksi. Biaya tetap

merupakan biaya produksi yang tidaktergantung pada tinggi rendahnya volumeproduksi. Biaya tetap merupakan biayaproduksi yang tidak tergantung pada tinggirendahnya volume produksi. Pada Tabel 1disajikan biaya produksi PT. Sandabi IndahLestari (SIL) dari tahun 2009-2014.

Biaya tenaga kerja langsung dalam penelitianini dikelompokkan dalam biaya tetap karenajumlahnya tidak tergantung pada volumeproduksi. Hal ini terjadi karena upah tenagakerja langsung tersebut menggunakan sitemupah tetap per bulan. Menurut Supriyono(1999), perusahaan yang menggunakan sistemupah tetap per bulan, maka biaya tenaga kerjalangsung digolongkan dalam biaya tetap. Biayapenyusutan bangunan terdiri dari penyusutanbangunan kantor pabrik dan penyusutanbangunan pabrik. Biaya penyusutan kantorpabrik dihitung dalam penentuan harga pokokproduksi CPO dalam penelitian ini. Bangunankantor secara tidak langsung berperan dalamproses produksi CPO, bangunan tersebutbersifat sebagai fasilitas pendukung. Oleh sebabitu, penyusutan bangunan tersebut harusdiperhitungkan dalam menentukan harga pokokproduksi CPO.

Harga Pokok Produksi Crude Palm OilPT. Sandabi Indah Lestari (SIL)

Harga pokok produksi merupakan akumulasidari biaya yang dibebankan pada produk yangdihasilkan oleh perusahaan (Mardiasmo (2004)disitir dari Afriyanto, 2014). Harga pokokproduksi diperoleh dari penjumlahan biayabahan baku, biaya tenaga kerjalangsung danbiaya overhead pabrik. Jumlah total biayaadalah seluruh biaya yang dibebankan dalammelaksanakan kegiatan produksi (Supriyono,

Page 7: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

7

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

1999). Perusahaan tidak mengenal adanyapersediaan barang dalam proses awal danpersediaan dalam proses akhir sehinggabesarnya HPP sama dengan total biayaproduksi. TBS yang diolah langsung menjadiCPO dan disimpan dalam storage tanksehingga tidak ada persediaan barang dalamproses. Berdasarkan analisis yang telahdilakukan komponen HPP tertinggi adalahbiaya bahan baku yakni biaya pembelian TBS.Hal ini terjadi karena biaya pembelian TBSmerupakan biaya utama yang digunakan dalamproses produksi CPO. Tanpa adanya bahanbaku maka tidak akan terjadi proses produksi.Proses produksi PT. SIL menggunakan mesin

produksi, sehingga biaya tenaga kerja bukanmerupakan biaya utama. Biaya tenaga kerja danbiaya overhead pabrik termasuk dalam biayakonversi. Biaya konversi merupakan biaya yangdigunakan untuk mengolah atau mengubahbahan baku menjadi produk selesai (Supriyono,1999).

Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga pokokproduksi CPO mengalami fluktuasi dari tahun2009-2014. Pada tahun 2009-2011, hargapokok produksi CPO mengalami peningkatanyang cukup tajam. Tahun 2009 HPP CPOsebesar Rp207.753.146.215 dan padatahun 2011 HPP CPO mencapai angka

Tabel 1 Biaya Produksi Pembuatan Crude Plam Oil PT. SIL

Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

Page 8: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

8

Rp 406.240.399.936. Hal ini menunjukkanadanya peningkatan HPP CPO sebesar 49%.Kenaikan HPP CPO ini disebabkan karenaadanya kenaikan biaya produksi baik biayapembelian TBS, biaya tenaga kerja langsungmaupun biaya overhead pabrik. Biaya produksiyang secara nyata selalu mengalami kenaikanadalah biaya tenaga kerja langsung dan biayaoverhead pabrik. Hal ini terjadi karena upahtenaga kerja langsung tergantung pada UMRsehingga setiap tahunnya mengalami kenaikan.Selain itu, jumlah tenaga kerja juga mem-pengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan.Seiring dengan perkembangan dan peningkatankapasitas perusahaan maka jumlah tenagakerja yang direkrut juga semakin banyak.Dengan demikian besarnya biaya tenaga kerjalangsung juga semakin tinggi. Biaya overheadpabrik juga selalu mengalami kenaikan,meskipun biaya komponen pembentuk over-head juga berfluktuasi.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa besarnya penjualanCPO lebih tinggi dibandingkan besarnya hargapokok produksi CPO. Hal ini menunjukkanbahwa meskipun harga pokok produksi CPOberfluktuasi namun perusahaan tetap mem-peroleh keuntungan. Penjualan tertinggi yangditerima oleh perusahaan terjadi pada

tahun 2011 yakni mencapai Rp 552.986.582.500.Penjualan terendah terjadi pada tahun 2009yakni hanya sebesar Rp 241.808.864.950. Halini sesuai dengan harga CPO yang berlaku.Harga CPO yang tertinggi terjadi pada tahun2011, dan harga terendah terjadi pada tahun2009. Penjelasan mengenai harga CPO akandiuraikan pada bagian harga pokok produksi/Kg. Laba tertinggi yangdiperoleh perusahaantercapai pada tahun 2011 yakni sebesarRp 147.389.024.937. Laba terendah yangdiperoleh perusahaan adalah pada tahun2009 yaitu sebesar Rp 34.055.718.735. Labamerupakan selisih antara harga pokok produksidan penjualan CPO. Oleh sebab itu, besarkecilnya laba yang diperoleh perusahaantergantung pada kedua komponen tersebut.Laba dalam penelitian ini merupakan labaoperasi, karena masih mengandung unsur biayakomersil dan pajak.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga pokokproduksi CPO tertinggi pada tahun 2011 yaitusebesar Rp7.421/Kg. Pada tahun 2011-2014terjadi penurunan harga pokok produksisebesar 6% yakni menjadi Rp6.948/Kg.Perusahaan harus menetapkan harga jual CPO/Kg lebih dari harga pokok produksi tersebut.Apabila perusahaan menjual CPO di bawah

Tahun HPP(Rp/Tahun)

Penjualan(Rp/Tahun) Laba (Rp/Tahun) HPP

(Rp/Kg)

HargaJual

(Rp/Kg)

Laba(Rp/Kg)

2009 207.753.146.215 241.808.864.950 34.055.718.735 5.389 6.778 1.3912010 314.664.119.782 415.923.798.208 101.259.678.426 7.128 9.004 1.8852011 406.240.399.936 552.986.582.500 146.746.182.564 7.421 10.403 2.9942012 321.824.744.141 405.093.039.633 83.268.295.492 7.079 8.857 1.7802013 283.344.155.996 364.614.631.225 81.270.475.229 7.014 8.786 1.7732014 285.554.200.191 343.205.000.000 57.650.799.809 6.948 8.300 1.353

Tabel 2 Harga Pokok Produksi (HPP) Atas Dasar Rupiah, Penjualan, dan LabaPT. Sandabi Indah Lestari (SIL) Tahun 2009-2014

Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

Page 9: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

9

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

HPP/Kg maka perusahaan akan rugi, apabilaperusahaan menjual CPO sama dengan HPP/Kg maka keuntungan perusahaan samadengan nol yang berarti perusahaan beradapada kondisi impas. Pada Tabel 2 terlihatbahwa harga jual CPO lebih tinggi dibandingkandengan harga pokok produksi. Hal inimenunjukkan bahwa meskipun HPP CPO/Kgberfluktuasi namun perusahaan tetap mem-peroleh keuntungan. Dengan demikian usahayang dilakukan oleh perusahaan sudah efisiensehingga perusahaan tidak menderita kerugian.Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa harga pokokproduksi yang lebih tinggi memberikan hargajual yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkanbahwa harga pokok produksi berpengaruhpositif terhadap harga jual. Meskipun kondisidemikian telah memberikan keuntungan bagiperusahaan, namun para pemilik usaha tentumenginginkan harga yang stabil baik hargajual maupun harga bahan baku. Kestabilanharga akan memberikan jaminan pasar bagiperusahaan sehingga risiko kerugian dapatdiminimalisir. Informasi harga jual CPOdiperoleh dari data sekunder perusahaan.

Tinggi rendahnya harga jual CPO yang diterimaoleh perusahaan didasarkan pada kualitasCPO yang dihasilkan. Semakin tinggi kualitasCPO yang dihasilkan maka semakin tinggipula harga jual yang diterima perusahaan. Hargajual CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL)tahun 2009-2012 lebih tinggi dibandingkandengan harga jual CPO PTPN IV Simalungun.Harga jual PTPN IV Simalungun tahun 2009-2012 secara berturut-turut yaitu Rp5.798/Kg,Rp7.095/Kg, Rp7.595/Kg, dan Rp7.267/Kg(Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPO yangditerima oleh PT. Sandabi Indah Lestari (SIL)dan PTPN IV Simalungun mencapai 20%.Selisih tersebut cukup tinggi, mengingat harga

merupakan faktor yang mempengaruhipenerimaan perusahaan. Berdasarkan informasitersebut dapat dikatakan bahwa kualiats CPOPT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh lebih baikdibandingkan dengan kualitas CPO PTPN IVSimalungun.

Pada Tabel terlihat bahwa harga pokok produksiCPO tertinggi pada tahun 2011 yaitu sebesarRp7.421/Kg. Pada tahun 2011-2014 terjadipenurunan harga pokok produksi sebesar 6%yakni menjadi Rp 6.948/Kg. Perusahaan harusmenetapkan harga jual CPO/Kg lebih dari hargapokok produksi tersebut. Apabila perusahaanmenjual CPO dibawah HPP/Kg makaperusahaan akan rugi, apabila perusahaanmenjual CPO sama dengan HPP/Kg makakeuntungan perusahaan sama dengan nol yangberarti perusahaan berada pada kondisi impas.Pada Tabel 2 terlihat bahwa harga jual CPOlebih tinggi dibandingkan dengan harga pokokproduksi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipunHPP CPO/Kg berfluktuasi namun perusahaantetap memperoleh keuntungan. Dengandemikian usaha yang dilakukan oleh perusahaansudah efisien sehingga perusahaan tidakmenderita kerugian. Tabel 2 menunjukkanbahwa harga pokok produksi yang lebihtinggi memberikan harga jual yang lebih tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa harga pokokproduksi berpengaruh positif terhadap hargajual. Meskipun kondisi demikian telah mem-berikan keuntungan bagi perusahaan, namunpara pemilik usaha tentu menginginkan hargayang stabil baik harga jual maupun harga bahanbaku. Kestabilan harga akan memberikanjaminan pasar bagi perusahaan sehingga resikokerugian dapat diminimalisir. Informasi hargajual CPO diperoleh dari data sekunderperusahaan.

Page 10: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

10

Tinggi rendahnya harga jual CPO yang diterimaoleh perusahaan didasarkan pada kualitasCPO yang dihasilkan. Semakin tinggi kualitasCPO yang dihasilkan maka semakin tinggipula harga jual yang diterima perusahaan. Hargajual CPO PT. Sandabi Indah Lestari (SIL)tahun 2009-2012 lebih tinggi dibandingkandengan harga jual CPO PTPN IV Simalungun.Harga jual PTPN IV Simalungun tahun 2009-2012 secara berturut-turut yaitu Rp 5.798/Kg,Rp 7.095/Kg, Rp 7.595/Kg, dan Rp 7.267/Kg (Arifin, 2013). Rata-rata selisih harga CPOyang diterima oleh PT. Sandabi Indah Lestari(SIL) dan PTPN IV Simalungun mencapai20%. Selisih tersebut cukup tinggi, mengingatharga merupakan faktor yang mempengaruhipenerimaan perusahaan. Berdasarkan informasitersebut dapat dikatakan bahwa kualiats CPOPT. Sandabi Indah Lestari (SIL) jauh lebih baikdibandingkan dengan kualitas CPO PTPN IVSimalungun.

Tabel 3 Analisis Break Event Point Produksi CPO

TahunMarginContributions(CM)

MarginContributions(CM)/unit

CM Ratio BEP Unit(Kg/Tahun)

BEP Rp(Rp/Tahun)

2009 4.349.215.159 996 0,1588 4.365.558 27.383.949.7782010 5.244.431.899 2.413 0,2561 2.173.666 20.480.749.7892011 6.230.078.233 2.794 0,2766 2.229.457 22.520.812.3972012 6.820.100.325 1.955 0,2194 3.488.005 31.080.645.6932013 8.431.354.224 2.221 0,2460 3.797.050 34.271.264.3652014 9.734.730.926 1.640 0,1963 5.936.939 49.580.500.310

Keterangan : CM = Margin Contributions BEP = Break Event Points

Sumber: Data Sekunder 2015, diolah

Break Event Point Crude Palm Oil PT. SIL

Break Event Point (BEP)/titik impas me-rupakan suatu analisis yang digunakan untukmengetahui kondisi impas dari suatu usaha yangdilakukan oleh perusahaan (Oktavianingsih,2010). Titik impas merupakan titik yang

menunjukkan dimana hasil penjualan yangditerima perusahaan sama dengan total biayayang dikeluarkan oleh perusahaan (Hansen danMowen, 2000).

Pada Tabel 3 terlihat bahwa besarnya nilai BEPdari tahun 2009-2014 mengalami fluktuasi. Halini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hargadan biaya produksi. BEP atas dasar unit me-nyatakan besarnya produksi minimal yang harusdicapai perusahaan agar perusahaan beradapada kondisi impas. Hal ini berarti bahwa padaproduksi BEP, besarnya penjualan yangditerima perusahaan sama dengan besarnyabiaya yang dikorbankan. Informasi tentang BEPatas dasar unit dapat dijadikan pertimbanganbagi pihak manajemen untuk menghimpun TBSsebanyak mungkin. Dengan demikian peru-sahaan dapat memenuhi produksi BEP tersebut.Tabel 3 menunjukkan bahwa BEP atas dasarrupiah dari tahun 2009-2014 terjadi fluktuasi.BEP dari tahun 2009 terjadi saat penerimaansebesar Rp 27.383.949.778. Pada tahun 2010terjadi penurunan BEP sebesar 25% sehinggaperusahaan akan berada pada kondisi impassaat penerimaan sebesar Rp 20.480.749.789.Kondisi BEP ini terus mengalami peningkatandari tahun 2010-2014. Peningkatan BEP daritahun 2011-2014 secara berturut-turut yaitu

Page 11: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

11

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

sebesar 10%, 38%, 10%, dan 45%. Pening-katan BEP yang tertinggi yaitu sebesar 45%,dari sebelumnya Rp 34.271.264.365 menjadiRp 49.580.500.310 pada tahun 2014. BEPtertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesarRp 49.580.500.310. Hal ini berarti bahwauntuk memperoleh laba maka perusahaan harusmemperoleh hasil penjualan CPO lebih dariRp49.580.500.310. Tingginya kondisi BEPpada tahun 2014, menunjukkan bahwa padatahun tersebut perusahaan berada pada posisikritis. Hal ini terjadi karena volume CPO yangdihasilkan terus mengalami penurunan dari tahun2011-2014, sedangkan biaya produksi cen-derung meningkat.

PT. Asam Jawa Medan merupakan salah satuperusahaan perkebunan dan pabrik kelapasawit. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaantersebut akan berada pada kondisi impas saatpenerimaan sebesar Rp63.885.072.056.Penelitian dilakukan pada tahun 2011, namunanalisis data yang digunakan adalah data tahun2005-2006 (Handoko, 2011). PencapaianBEP perusahaan tersebut jauh lebih tinggidibandingkan dengan BEP PT. Sandabi IndahLestari (SIL). Hal ini terjadi karena, tahunanalisis yang digunakan berbeda sehingga harga-harga faktor produksi yang digunakan berbeda.Harga berbagai faktor produksi tersebut padaumumnya mengalami fluktuasi. Asumsi yangdigunakan dalam analisis BEP adalah hargainput dan output bersifat konstan (Supriyono,2001). Produksi CPO yang dihasilkan olehperusahaan pada kenyataannya tidak terjualsemua dalam periode produksi satu tahun. Olehsebab itu terdapat persediaan akhir CPO yangakan berubah menjadi persediaan awal padaperiode selanjutnya. Penerimaan yang diper-hitungkan dalam penelitian ini merupakan pene-rimaan aktual yang diterima oleh perusahaan.

Artinya, penerimaan tersebut bersumber dariCPO yang terjual pada periode yang ber-sangkutan. Hasil analisis menunjukkan bahwapenerimaan yang diperoleh perusahaan padatahun 2009-2014 telah melebihi penerimaanBEP. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwaperusahaan telah memperoleh laba dariaktivitas produksinya.

Produksi BEP tertinggi terjadi pada tahun 2014yaitu mencapai 5.936.939 Kg. Hal ini tejadikarena pada tahun 2014 ada peningkatankapasitas pabrik yang menyebabkan penam-bahan biaya produksi. Peningkatan kapasitasproduksi tersebut tidak diiringi dengan pening-katan volume produksi. Volume produksi cen-derung turun, sehingga produksi minimal yangharus dicapai perusahaan semakin tinggi. Halini berarti bahwa tahun 2014 perusahaan harusmemproduksi CPO lebih dari 5.936.939 Kgagar memperoleh laba. Apabila perusahaanmemproduksi CPO kurang dari 5.936.939 Kgmaka perusahaan akan mengalami kerugiankarena biaya produksi akan lebih besar dari-pada hasil penjualan yang diterima olehperusahaan.

Laba merupakan selisih antara total biayaproduksi dengan hasil penjualan yang diterimaoleh perusahaan. Melalui analisis BEP yangtelah dilakukan diketahui bahwa kondisi impasperusahaan tercapai dengan adanya produksiminimal. Batas produksi minimal tersebut selaluberubah setiap tahunnya. Hal ini terjadi karenasetiap tahunnya harga CPO berfluktuasi se-hingga penerimaan perusahaan juga berubahmeskipun produksinya sama. Unsur-unsur biayaproduksi juga mengalami kenaikan sehinggabiaya produksi CPO juga semakin tinggi. Hasilanalisis menunjukkan bahwa produksi CPOtahun 2009-2014 telah melebihi produksi BEP.

Page 12: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

12

Hal ini berarti bahwa perusahaan telah mem-peroleh laba dari aktivitas produksi yangdilakukan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanyang telah diuraikan maka dapat diambilbeberapa kesimpulan berikut ini:a. Harga pokok produksi CPO dari tahun

2009-2014 mengalami fluktuasi namun hasilpenjualan CPO lebih tinggi dibandingkandengan harga pokok produksi. Hal ini berartibahwa perusahaan telah memperoleh labadari aktivitas produksinya. Harga pokokproduksi CPO tertinggi terjadi pada tahun2011yaitu sebesar Rp406.240.399.936dan harga pokok produksi terendah terjadipada tahun 2009 yaitu sebesarRp207.753.146.215. Harga PokokProduksi CPO/Kg tertinggi adalah padatahun 2011 yaitu Rp7.421/Kg dan hargapokok produksi/Kg terendah adalah padatahun 2009 yaitu 5.389/Kg.

b. Jumlah produksi dan hasil penjualan CPOPT. Sandabi Indah Lestari selama tahun2009-2014 telah melampaui break eventpoint/titik impas baik dalam unit ataupunrupiah, sehingga perusahaan memperolehlaba dari aktivitas produksi CPO. Jumlahproduksi pada kondisi impas yang tertinggiterjadi pada tahun 2014 yaitu sebanyak5.936.939 Kg dan produksi terendah padatahun 2010 yaitu sebanyak 2.173.666 Kg.Jumlah penerimaan pada kondisi impas yangtertinggi terjadi pada tahun 2014 yaituRp49.580.500.310 dan penerimaanterendah pada tahun 2010 sebesarRp20.480.749.789.

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto. 2014. Unsur-Unsur yang Diper-hitungkan dalam Menentukan HargaPokok Produksi Crude Palm Oil (StudiKasus pada Pabrik PT. Sawit AsahanIndah Surau Gading. Jurnal Ilmiah CanoEkonomos 3 (2): 79-84.

Arianti Nyayu Neti; Sujalmo Sigit; RirinRetnoningrum P. 2007. PenentuanHarga Pokok Produksi, KontribusiPendapatan Usaha Dan PemasaranBrem di Desa Gebang KecamatanNguntoronadi Kabupaten WonogiriPropinsi Jawa Tengah. Jurnal AGRISEP.6 (1) : 68-86.

Arifin M.Z. 2013. Analisis Harga PokokTandan Buah Segar (TBS), CPO, danInti Sawit di kebun Gunung Bayu PT.Perkebunan Nusantara IV KabupatenSimalungun. Skripsi. Medan: UniversitasSumatera Utara.

Chairunissa Nurul, Reswita, reswita., Irnad,Irnad. 2017. Analisis Biaya, Volume, danLaba Pada Usaha Penggilingan IkanTenggiri di Kota Bengkulu (Studi KasusHome Industry Bintang Laut). JurnalAGRISEP. 16 (1): 33-40.

Dianti Tiwi; Arifudin Lamusa dan Abdul Muis.2014. Analisis Titik Pulang PokokUsaha Keripik Pisang Pada IndustriCitra Lestari Production di Kota Palu.Agrotekbis. 2 (1): 101 -106.

Firdaus D.W. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi1. Yogyakarta: Graha Ilmu. GAPKI,2014. Industri Minyak Sawit IndonesiaMenuju 100 Tahun NKRI: MembangunKemandirian Ekonomi, Energi, danPangan Secara Berkelanjutan. Bogor.

Page 13: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

13

Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

Gunawan, Selamat Kurnia dan MuhammadSiddik Hasibuan . 2016. AnalisisPerhitungan HPP Menentukan HargaPenjualan Yang Terbaik Untuk UKM.Jurnal Teknovasi. 3 (2): 10-16

Handoko B. 2011. Analisa PerhitunganBreak Event Point pada PT. AsamJawa Medan. Jurnal Manajemen danBisnis. 11 (2): 11-125.

Hansen, R, dan Mowen, M. 2000. AkuntansiManajemen. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Junianto Riky, Syaiful Hadi, Didi Muwardi.2015. Analisis Usaha Kecil MenengahPengolahan Minyak Kelapa Rakyat diKecamatan Enok. Jom Faperta. 2 (1):1- 12.

Listyati, Dewi; Apri Laila Sayekti dan AbdulMuis Hasibuan. 2011. Analisis HargaPokok Produksi Benih Grafting, Bijidan Biodiesel Kemiri Minyak. Sirinov.7 (2): 15- 21.

Machfud dan Rika A.H. 2008. ModelPerencanaan Produksi pada RantaiPasok Crude Palm Oil dengan Memper-timbangkan Preferensi PengambilKeputusan.Jurnal Teknik Industri. 10 (1):38-49.

Mahdi Hendrich. 2013. Analisis PerhitunganHarga Pokok Produksi Pada UsahaPeternakan Lele Pak Jay di Suka-bangun II Palembang. ILMIAH. 5 (3):40 – 49.

Mandei, Julian R dan Theodora katiandagho.2011. Penentuan Harga Pokok Berasdi Kecamatan Kotamobagu timurKota Kotamobagu. Jurnal ASE. 7 (2):15-21.

Oktavianingsih, E. 2010. Analisis Break EventPoint (BEP) Komoditas Minyak Pala diPT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)Kebun Ngobo Semarang 2004-2008.Skripsi. Surakarta: Universitas SebelasMaret.

Reinaldo, G., C. Edgard. and K. Roberto.2012. Determining the ‘Plus’ in Cost-Plus Pricing: A Time-Based Mana-gement Approach. Journal of AppliedManagement Accounting Research. 10(1): 1-15.

Rochmayanto, Yanto dan Alfrida Limbong.2013. Penentuan Harga PokokProduksi Hutan Rakyat Kayu Pulp diKabupaten Kuantan Singingi, Riau.Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 10 (2):73 – 83.

Slat, Andre Henri. 2013. Analisis HargaPokok Produk Dengan Metode FullCosting dan Penentuan Harga Jual.Jurnal Emba. 1 (3): 110-117.

Suhardi, Muhammad. 2016. Analisis BreakEven Point (BEP) Usaha Ikan Asin DiDesa Tanjung Aru Kecamatan TanjungHarapan Kabupaten Paser. eJournalAdministrasi Bisnis. 4 (1): 142-156.

Suryandari, Ni Komang; I Ketut Satriawan,dan Amna Hartiati. 2015. PerhitunganHarga Pokok Produksi Keripik Salakdan Keripik Nangkaro industri Kelom-pok Tani Adi Guna Harapan Karang-asem Bali. Jurnal Rekayasa danManajemen Agroindustri 3 (3): 113 - 122

Sukiyono, Ketut; Indra Cahyadinata, AgusPurwoko; Septri Widiono; Eko Sumartono;Nyayu Neti Asriani and Gita Mulyasari.2017. Assessing Smallholder House-

Page 14: Analisis HPP dan BEP Produksi CPO (Ika Ariyanti, dkk.)

AGRIC Vol. 30, No. 1, Juli 2018: 1 - 14

14

hold Vulnerability to Price Volatilityof Palm Fresh Fruit Bunch in Bengku-lu Province. International Journal ofApplied Business and EconomicResearch. 15 (3): 1 – 15.

Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Manajemen1: Konsep Dasar Akuntansi Mana-jemen dan Proses Perencanaan. Edisi1. Yogyakarta: BPFE.

Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Mana-jemen 3: Proses Pengendalian Mana-jemen. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE.

Suryanto, Dony dan Eko Sumartono. 2016.Analisis Finansial Usaha KerambaJaring Apung di Perusahaan Per-seorangan Dobro. Jurnal AGRISEP. 15(1): 1-14.

S. Wibowo, A. Arysad, A. Yusdiarti. 2015.Analisis Nilai Tambah dan PendapatanUsaha Produk Olahan Kerupuk Worteldan Sirup Wortel (Daucus Carota L)(Kasus di Kwt Citeko Asri Desa CitekoKecamatan Cisarua Kabupaten BogorProvinsi Jawa Barat). Jurnal AgribiSains.1 (2): 33-38.

Usman, Mustafa. 2011. Analisis Stuktur Biayadan Harga Pokok Produksi PadaUsaha Jagung di Kecamatan LembahSeulawah Kabupaten Aceh Besar.Jurnal Sains Riset. 1 (2): 1-8.

Yhonita, Entri; Triana Dewi Hapsari AnikSuwandari . 2015. Analisis NilaiTambah dan Harga Pokok PadaAgroindustri Tapioka di Desa PogalanKabupaten Trenggalek. AGRISEP. 15(1): 33 – 4.

***