analisis kelayakan finansial usahatani …digilib.unila.ac.id/55157/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA
CALIFORNIA DI KECAMATAN SUMBEREJO
KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh
Nadya Triana
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF CALIFORNIA PAPAYA
FARMING IN SUMBEREJO SUBDISTRICT OF
TANGGAMUS REGENCY
By
Nadya Triana
This research aims (1) to analyze the financial feasibility of the california papaya
farming, and (2) to analyze sensitivity rate of the California papaya farming. For
that purposes, the research is conducted in Sumberejo Subdistrict, Tanggamus
Regency. The number of respondents in the study was 36 california papaya
farmers who were selected using the purposive sampling method. The research
data was collected from May to June 2018. The data analysis method used is
Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PP), and
sensitivity analysis were analyzed using compounding factor (CF) 7 percent. The
results showed that (1) California papaya farming in Sumberejo Subdistrict,
Tanggamus Regency in terms of financial aspects at 7 percent interest rates were
feasible and profitable to be developed, and (2) based on sensitivity analysis,
California papaya farming was sensitive when cost of production increases by
3,78 percent, decreased selling prices by 10 percent, and decreased production by
7,82 percent. However, California papaya farming was still feasible and
profitable to cultivated.
Key words : california papaya, feasibility, financial, sensitivity
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA
CALIFORNIA DI KECAMATAN SUMBEREJO
KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Nadya Triana
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis secara finansial usahatani pepaya
california, dan (2) mengetahui tingkat sensitivitas usahatani pepaya california.
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
Jumlah responden pada penelitian yaitu 36 petani pepaya california yang dipilih
dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Mei sampai Juni 2018. Metode analisis data yang digunakan adalah
Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PP), dan
analisis sensitivitas dengan menggunakan compounding factor (CF) sebesar 7
persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) usahatani pepaya california di
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus ditinjau dari aspek finansial pada
tingkat suku bunga 7 persen layak dan menguntungkan untuk dikembangkan, dan
(2) usahatani pepaya california sensitif terhadap kenaikan biaya produksi sebesar
3,78 persen, penurunan harga jual sebesar 10 persen, dan penurunan produksi
sebesar 7,82 persen. Akan tetapi, usahatani pepaya california masih tetap layak
dan menguntungkan untuk dijalankan.
Kata Kunci : finansial, kelayakan, pepaya california, sensitivitas
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PEPAYA
CALIFORNIA DI KECAMATAN SUMBEREJO
KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
Nadya Triana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting, 21 Oktober 1996, buah hati dari
pasangan Bapak Triono Iryanto (alm) dan Ibu Sri Yuliana.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Jenjang
akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan
di Taman Kanak-Kanak (TK) Sari Teladan pada tahun 2002,
pendidikan Tingkat Dasar di SDN 1 Beringin Raya pada tahun 2008, pendidikan
tingkat menengah pertama di SMPN 14 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan
pendidikan menengah atas di SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2014.
Penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis
pada tahun 2014 melalu jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
Pada tahun 2015, penulis mengikuti kegiatan homestay (Praktik Pengenalan
Pertanian) selama 7 hari di Desa Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten
Tanggamus. Pada bulan Januari tahun 2017, penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik selama 40 hari di Desa Pujodadi, Kecamatan Trimurjo,
Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun yang sama, penulis melakukan Praktik
Umum (PU) selama 30 hari kerja pada 19 Juli – 23 Agustus 2017 di Koperasi
Pertanian Gerbang Emas Lembang. Penulis pernah aktif dalam organisasi
kemahasiswaan kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(HIMASEPERTA) sebagai anggota bidang Kewirausahaan periode 2015/2016.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Rabbisrahli sadri waysirli amri wakhlul ukdatam millisani yafkohu kouli
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
Pepaya California di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus” dengan
baik sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,
dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S. selaku dosen Pembimbing Pertama
dan Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
selama menjalani perkuliahan dan memberikan bimbingan, saran, arahan, dan
dukungan dari awal sampai selesainya penulisan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A. selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan, dan dukungan kepada penulis dari
awal sampai selesainya penulisan skripsi ini.
5. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S. selaku dosen Penguji yang telah memberikan
saran, arahan, dan masukan dalam penulisan skripsi.
6. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Bapak Solihin, Sriyadi, Talud, Agus, dan seluruh responden yang telah
memberikan bantuan, semangat, arahan, saran, dan motivasi selama
menjalankan penelitian.
8. Motivator terbesar dan teristimewa kepada Ayahku tercinta Triono Iryanto
(alm) dan Ibuku tercinta Sri Yuliana yang telah memberikan perhatian, kasih
sayang, dukungan, nasehat, motivasi, dan doa yang tiada henti kepada penulis
hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.
9. Kedua abangku yang kusayang, Ferlian Pratama dan Andika Dwi Putra, S.I.P.
yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, semangat, motivasi,
dukungan, dan masukan selama ini.
10. Kedua kakak iparku yang kusayang Novitya Syafitri dan Ria Cardilla, S.P.,
serta kedua keponakanku tersayang Livia Ananda Salsabila dan Keysha Putri
Azzahra atas semangat dan dukungan kalian selama ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan selama masa perkuliahan yang kucintai yaitu
Fira, Uty, Pingky, Resti, Marina, Naul, Pual dan Ubay yang selalu ada disaat
suka maupun duka dalam melaksanakan perkuliahan selama ini.
12. Teman-teman seperjuangan skripsi bimbingan Prof Ali yaitu Siska, Adek,
Oca, Widi, Olpa, dan Rangga yang saling memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi.
13. Sahabatku dari kecil yang kusayang Nicolia Gleradea, S.H. dan Agnes
Nabila, S.Si. yang selalu memberikan motivasi dan selalu meluangkan
waktunya untuk mendengarkan, menemani, menghibur, dan selalu menjadi
penyemangat selama ini.
14. Sahabat-sahabatku tersayang dari SMA yaitu Ara, Kenny, Rani, Feby, Onit,
Ayu, Marisya, Fadel, Nyoman, Diki, dan Putra yang selalu meluangkan
waktunya untuk menemani, memberikan motivasi, semangat, doa, dan
dukungan selama ini.
15. Keluarga KKN Trimurjo yaitu Eya, Nunun, Sutir, Omang, dan Opal atas
pengalaman berharga semasa KKN serta semangat dan dukungan kalian
selama ini.
16. Sahabat-sahabatku dari SMP yang kusayang yaitu Tie, Meli, Anis, Opi, dan
Nade atas semangat dan dukungan kalian selama ini.
17. Agribisnis 2014 kelas C yaitu Nanda, Novia C, Measi, Tuti, Bella, Rana,
Novia S, Bunda, Pcr, Naay, Uuk, Pued, Rinty, Nurjanah, Marita, Mala, Faiq,
Reza, Rifa’i, Sofyan, Mustopa, dan yang lainnya, yang telah memberikan
kebahagiaan selama masa perkuliahan di Universitas Lampung.
18. Agribisnis 2014 yang kubanggakan yang telah saling memberikan dukungan
selama masa perkuliahan di Universitas Lampung.
19. Kanda, yunda, dan adinda agribisnis 2012, 2013, 2015, 2016, 2017 atas
dukungan kalian selama ini.
20. Seluruh staf/karyawan Jurusan Agribisnis (Mbak Ayi, Mbak Tunjung, Mba
Iin, Mas Boim, dan Mas Buchori) atas semua bantuan dan saran yang
diberikan selama ini.
21. Almamater tercinta dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas
kebaikan dan pengorbanan mereka semua serta Skripsi ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Bandar Lampung,
Penulis
Nadya Triana
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
C. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 12
1. Sejarah Buah Pepaya ........................................................ 12
2. Klasifikasi dan Morfologi Pepaya .................................... 13
3. Macam-Macam Varietas Pepaya ...................................... 14
4. Karakteristik (Keragaan) Pepaya California ..................... 16
5. Analisis Usahatani ............................................................ 20
6. Analisis Kelayakan Finansial ........................................... 22
7. Analisis Sensitivitas .......................................................... 26
B. Kajian Penelitian Terdahulu ...................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 34
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ............................................................ 38
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .................................... 38
C. Batasan Operasional .................................................................. 44
D. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ............... 45
E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ............................... 47
F. Metode Analisis Data ................................................................ 47
1. Analisis Kelayakan Finansial ............................................. 48
2. Analisis Sensitivitas ........................................................... 52
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus .................................. 55
1. Keadaan Geografis ................................................................ 55
2. Keadaan Topografi dan Iklim ............................................... 56
3. Keadaan Demografi .............................................................. 57
B. Gambaran Umum Kecamatan Sumberejo ................................... 58
1. Keadaan Geografis ................................................................ 58
2. Keadaan Demografi .............................................................. 59
3. Keadaan Umum Pertanian..................................................... 60
C. Gambaran Umum Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan ..... 62
1. Keadaan Geografis ................................................................ 62
2. Keadaan Iklim ....................................................................... 62
3. Keadaan Demografi .............................................................. 63
4. Keadaan Umum Pertanian..................................................... 63
5. Sarana dan Prasarana............................................................. 64
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Petani ................................................................ 66
1. Umur dan Tingkat Pendidikan .............................................. 66
2. Pekerjaan Sampingan dan Jumlah Tanggungan Keluarga .... 68
3. Luas lahan dan Pengalaman Usahatani ................................. 70
B. Budidaya Pepaya California di Daerah Penelitian ...................... 72
1. Bibit ....................................................................................... 72
2. Persiapan Lahan dan Penanaman .......................................... 72
3. Pemeliharaan ......................................................................... 73
4. Panen dan Pasca Panen ......................................................... 75
C. Analisis Kelayakan Finansial ...................................................... 76
1. Biaya Usahatani Pepaya California ....................................... 76
a. Biaya Investasi ................................................................ 76
b. Biaya Operasional ........................................................... 81
2. Produksi dan Penerimaan Usahatani Pepaya California ....... 87
3. Pendapatan Usahatani Pepaya California.............................. 89
4. Analisis Kelayakan Finansial ................................................ 90
5. Analisis Sensitivitas Usahatani ............................................. 96
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 101
B. Saran ............................................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 103
LAMPIRAN .............................................................................................. 106
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2016 ................. 3
2. Kandungan gizi buah pepaya .............................................................. 4
3. Luas panen, produksi, dan produktivitas pepaya di Kabupaten
Tanggamus tahun 2016 ....................................................................... 5
4. Luas panen, produksi, dan produktivitas pepaya california di Kecamatan
Sumberejo tahun 2016......................................................................... 8
5. Kesimpulan dari tinjauan penelitian terdahulu ................................... 29
6. Sebaran penduduk Kabupaten Tanggamus menurut kelompok
umur tahun 2016 ................................................................................. 57
7. Jumlah penduduk Kecamatan Sumberejo menurut jenis kelamin
tahun 2016 ....................................................................................... 59
8. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Sumberejo tahun 2016 ..... 60
9. Luas lahan basah dan lahan kering menurut desa di
Kecamatan Sumberejo tahun 2016...................................................... 61
10. Sarana dan prasarana Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan
tahun 2017 ........................................................................................... 65
11. Sebaran petani pepaya california berdasarkan umur dan tingkat
pendidikan di Kecamatan Sumberejo tahun 2018 ............................... 67
12. Sebaran petani pepaya california berdasarkan pekerjaan sampingan dan
jumlah tanggungan keluarga di Kecamatan Sumberejo tahun 2018 ... 69
13. Sebaran petani pepaya california berdasarkan luas lahan dan pengalaman
usahatani di Kecamatan Sumberejo tahun 2018 ................................. 71
14. Rata-rata biaya penggunaan bibit usahatani pepaya california ........... 77
15. Rata-rata biaya penggunaan kapur dolomit usahatani pepaya california 78
16. Rata-rata biaya peralatan usahatani pepaya california ........................ 79
17. Rata-rata biaya invesatsi penggunaan tenaga kerja usahatani
pepaya california ................................................................................. 80
18. Rata-rata biaya pupuk usahatani pepaya california ............................. 82
19. Rata-rata biaya pestisida usahatani pepaya california ......................... 83
20. Rata-rata biaya tenaga kerja usahatani pepaya california ................... 85
21. Rata-rata biaya lain-lain usahatani pepaya california ......................... 86
22. Rata-rata jumlah produksi, harga jual, dan penerimaan usahatani pepaya
california di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus .............. 87
23. Pendapatan per tahun usahatani pepaya california di Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus ..................................................... 89
24. Hasil analisis finansial usahatani pepaya california di Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus ..................................................... 91
25. Perbandingan hasil analisis kelayakan finansial usahatani pepaya
california dengan usahatani pisang ..................................................... 95
26. Analisis sensitivitas usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus ........................................................................ 97
27. Identitas responden petani pepaya california di Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus ........................................................................ 107
28. Penggunaan sarana produksi usahatani pepaya california .................. 109
29. Produksi pepaya california tahun pertama .......................................... 115
30. Produksi pepaya california tahun kedua ............................................. 116
31. Produksi pepaya california tahun ketiga ............................................. 118
32. Produksi pepaya california selama 3 tahun ......................................... 120
33. Penggunaan alat-alat pertanian usahatani pepaya california ............... 121
34. Penggunaan tenaga kerja pengolahan lahan ........................................ 127
35. Penggunaan tenaga kerja penanaman.................................................. 128
36. Penggunaan tenaga kerja pemupukan ................................................. 129
37. Penggunaan tenaga kerja penyiangan ................................................. 131
38. Penggunaan tenaga kerja pengairan .................................................... 133
39. Penggunaan tenaga kerja pemberantasan HPT ................................... 135
40. Penggunaan tenaga kerja panen .......................................................... 137
41. Biaya lain-lain usahatani pepaya california selama 1 tahun ............... 139
42. Cashflow usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus ........................................................................ 140
43. Analisis kelayakan finansial usahatani pepaya california ................... 142
44. Analisis kelayakan finansial usahatani pepaya california saat terjadi
kenaikan biaya produksi sebesar 3,78 persen ..................................... 143
45. Analisis kelayakan finansial usahatani pepaya california saat terjadi
penurunan harga jual sebesar 10 persen .............................................. 144
46. Analisis kelayakan finansial usahatani pepaya california saat terjadi
penurunan produksi sebesar 7,82 persen ............................................. 145
47. Analisis sensitivitas usahatani pepaya california ................................ 146
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran analisis kelayakan finansial usahatani pepaya
california di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus ............ 37
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dan
berpotensi dalam menunjang perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari
peranan sektor pertanian sebagai penyedia lapangan kerja, penyedia bahan
pangan masyarakat, penyumbang devisa negara melalui ekspor, dan penyedia
bahan baku industri. Masyarakat Indonesia banyak yang menjadikan sektor
pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Besarnya penduduk yang bekerja
pada sektor pertanian didukung oleh lahan pertanian yang luas dan subur, serta
faktor iklim yang mendukung. Hortikultura merupakan salah satu subsektor
pertanian yang berpotensial dalam memberikan kontribusi besar terhadap
pembangunan perekonomian Indonesia.
Tanaman hortikultura mampu meningkatkan pendapatan petani melalui
peningkatan nilai tambah, perluasan peluang usaha, peningkatan kesejahteraan
petani dan kesempatan kerja. Komoditas tanaman hortikultura di Indonesia
dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu tanaman buah-buahan, tanaman
sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Buah-buahan merupakan
salah satu sumber pertumbuhan baru pertanian yang berperan menunjang
perekonomian masyarakat. Adanya peningkatan pendapatan masyarakat,
2
menyebabkan terjadinya pergeseran proporsi pengeluaran masyarakat dari
kelompok makanan yang mengandung karbohidrat seperti padi-padian dan
umbi-umbian ke kelompok makanan yang mengandung vitamin dan mineral
seperti buah-buahan (Soedarya, 2009).
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang cukup banyak di
konsumsi dan mempunyai peranan besar dalam pemenuhan gizi dan kesehatan
tubuh. Banyak jenis buah-buahan yang kini mulai dikembangkan di
Indonesia. Permintaan terhadap buah-buahan yang semakin tinggi juga dapat
membuka peluang bagi peningkatan agribisnis buah sehingga diharapkan
dapat bersaing dengan negara-negara lainnya terutama dalam menghadapi
perdagangan bebas saat ini. Peningkatan kualitas buah merupakan salah satu
upaya dalam mengatasi persaingan tersebut disamping peningkatan produksi
dan efisiensi usaha (Ashari, 2006).
Wilayah Provinsi Lampung yang sebagian datarannya memiliki kondisi
geografis yang berbukit serta udara yang sejuk, sangat menunjang untuk
dijadikan wilayah pertanian tanaman hortikultura terutama untuk tanaman
buah-buahan. Provinsi Lampung juga merupakan 5 besar sentra produksi
nasional dengan rata-rata total produksi pertahun untuk 22 jenis buah-buahan
sebesar 1,4 juta ton. Jumlah tersebut memberikan kontribusi terhadap
produksi nasional sebesar 7,3 persen dan terhadap produksi Sumatera sebesar
26,9 persen dari rata-rata total produksi (Antara News, 2014).
Produksi buah-buahan di Provinsi Lampung meliputi : Jeruk, Mangga, Apel,
Rambutan, Duku, Durian, Salak, Pisang, Pepaya, Semangka, dll.
3
Perkembangan buah-buahan di Provinsi Lampung tidak lepas dari tingkat
konsumsi masyarakat akan buah tersebut. Konsumsi buah di Provinsi
Lampung cukup beragam, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi buah penduduk Provinsi Lampung tahun 2016
Jenis buah Konsumsi Perkapita
Perhari (gram)
Konsumsi Perkapita
Perminggu (gram)
Jeruk 10,4 72,7
Mangga 0,5 3,8
Apel 1,8 12,6
Rambutan 12,6 87,9
Duku 6,6 46,2
Durian 3 20,8
Salak 3,8 26,5
Pisang 18,3 127,9
Pepaya 4,5 31,6
Semangka 5,3 37,4
Sumber : Badan Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2017.
Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi tertinggi terdapat pada buah pisang
dan terendah yaitu buah mangga. Pepaya merupakan salah satu buah yang
dikonsumsi oleh masyarakat Lampung dan mempunyai peranan besar dalam
pemenuhan gizi dan kesehatan. Konsumsi buah pepaya berada pada urutan ke
enam. Buah pepaya memiliki prospek pengembangan yang cukup baik.
Pepaya merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak
dihasilkan oleh Provinsi Lampung pada tahun 2016 dengan total produksi
sebanyak 881 ribu ton (BPS Provinsi Lampung, 2017).
Pepaya merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan yang digemari oleh
seluruh lapisan masyarakat. Sebagai “buah meja” pepaya memang sudah
tidak asing lagi. Selain rasanya yang manis dan menyegarkan serta banyak
mengandung air dan serat tinggi yang dapat mencegah sembelit dan
4
meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, pepaya juga mengandung gizi
yang tinggi dan lengkap. Kandungan gizi yang terdapat dalam buah pepaya
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan gizi buah Pepaya (100g)
Kandungan gizi Angka kecukupan gizi (%)
Folat 9
Kalsium 2
Karbohidrat 8
Magnesium 5
Niacin 2
Potasium 4
Riboflavin 2
Serat pangan 10
Vitamin A 32
Vitamin C 102
Vitamin E 2
Vitamin K 2
Zat besi 1
Sumber : Soedarya, 2009.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan gizi paling besar dalam buah pepaya
adalah vitamin C yaitu sebesar 102 persen dan mengandung vitamin A sebesar
32 persen. Pepaya juga kaya akan mineral terutama magnesium dan potasium,
kedua mineral ini sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh. Magnesium dan
potasium berperan penting dalam mengatur tekanan darah, menjaga kesehatan
tulang dan mencegah penyakit jantung.
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah
pepaya dapat meningkatkan permintaan terhadap pepaya sehingga jumlah
pasokan pepaya juga harus ditingkatkan. Peningkatan pasokan pepaya yaitu
dengan melakukan pengembangan budidaya pepaya dan perluasan skala
usaha. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu daerah sentra produksi
5
tanaman pepaya di Provinsi Lampung yang menempati urutan ketiga setelah
Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Selatan dengan total
produksi sebesar 73.786 ton (BPS Provinsi Lampung, 2017). Kabupaten
Tanggamus merupakan daerah tropis yang memiliki letak geografis, suhu, dan
curah hujan yang sesuai untuk melakukan budidaya pepaya. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus memiliki potensi yang cukup
baik dalam pengembangan usahatani pepaya di Provinsi Lampung.
Salah satu sentra produksi pepaya di Kabupaten Tanggamus terdapat di
Kecamatan Sumberejo. Kecamatan Sumberejo memiliki jumlah produksi
pepaya tertinggi di Kabupaten Tanggamus. Sebaran luas panen, produksi, dan
produktivitas pepaya di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas panen, produksi, dan produktivitas pepaya di Kabupaten
Tanggamus tahun 2016
Kecamatan Luas Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
Semaka 182 11.032 60,62
Talang Padang 103 4.759 46,21
Air Naningan 36 1.580 43,89
Kota Agung 136 9.670 71,10
Pematang Sewa 143 7.215 50,45
Sumberejo 227 11.730 51,67
Wonosobo 87 4.727 54,34
Kota Agung Barat 62 3.028 48,83
Bandar Negeri Semuong 172 11.460 66,63
Rata-rata
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus,
2017.
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Sumberejo merupakan salah satu
Kecamatan yang memiliki luas panen dan produksi pepaya tertinggi di
Kabupaten Tanggamus, namun produktivitasnya masih di bawah Kecamatan
6
Kota Agung dan Kecamatan Bandar Negeri Semuong. Produktivitas pepaya
di Kecamatan Sumberejo yaitu sebesar 51,67. Produktivitas tersebut belum
ideal atau belum memenuhi standar, yaitu harus mencapai 60 ton/ha/tahun
apabila ingin memiliki jumlah produksi yang ekonomis (Deptan.go.id, 2011).
Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani pepaya di Kecamatan Sumberejo
belum menghasilkan produksi dan keuntungan yang optimal bagi petani.
Saat ini, salah satu jenis pepaya yang sedang diminati konsumen dan
permintaannya tinggi yaitu pepaya california. Pepaya california merupakan
salah satu tanaman tahunan yang mampu berbuah tanpa mengenal musim.
Tanaman pepaya california dapat menjadi sebuah peluang usaha yang
prospektif bila dikelola dengan baik karena permintaan pasar terhadap pepaya
california cukup besar, baik pasar tradisional maupun supermarket serta proses
budidayanya yang tidak membutuhkan waktu panen yang terlalu lama,
sehingga peluang usahatani pepaya california dapat terbuka bagi siapa saja
dan sangat menguntungkan (Sujiprihatin dan Suketi, 2009).
1. Keunggulan Pepaya California dibanding Pepaya Lokal Lainnya
Tanaman pepaya california merupakan salah satu komoditas pertanian
daerah tropis yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai
usaha agribisnis dengan prospek yang cukup menjanjikan. Pepaya
california memiliki ukuran buah yang relatif kecil, daging buahnya lebih
tebal dan berwarna merah, bijinya lebih sedikit, dan memiliki rasa buah
yang lebih manis, serta dapat dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya
varietas lain menjadikan buah ini memiliki keunggulan tersendiri.
7
Pohon pepaya california sudah bisa dipanen setelah berumur delapan
bulan dan pohonnya dapat berbuah hingga umur tiga tahun. Pohon
pepaya california dapat dipanen hingga empat kali dalam satu bulan. Berat
buah pepaya california berkisar antara 0,5 hingga 2,0 kg per buahnya, satu
pohon pepaya california mampu menghasilkan hingga 4 buah setiap kali
panen dan dalam satu hektar lahan dapat mencapai 2 hingga 3 ton setiap
panen, karena itu varietas pepaya california sangat produktif, serta menjadi
salah satu alasan bagi petani untuk lebih membudidayakan pepaya jenis
california dibandingkan dengan varietas lainnya (Muktiani, 2011).
Pepaya california menjadi pepaya unggulan di Kecamatan Sumberejo
karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibanding dengan pepaya jenis
lainnya. Berdasarkan sisi harga, pepaya california memiliki harga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pepaya lainnya, sehingga keuntungan
dalam mengembangkan usahatani pepaya california lebih besar dari
pepaya lokal biasa.
Jumlah permintaan pasar yang semakin banyak terhadap pepaya california
di Provinsi Lampung menjadikan petani tertarik terhadap usahatani
tersebut, bahkan ada petani yang beralih dari petani sayuran untuk
mencoba melakukan usahatani pepaya california. Permintaan pasar yang
semakin besar akan pepaya california menjadikan lahan pertanian terhadap
pepaya california di Kecamatan Sumberejo semakin berkembang. Sebaran
luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman pepaya california di
Kecamatan Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 4.
8
Tabel 4. Luas panen, produksi, dan produktivitas pepaya california di
Kecamatan Sumberejo tahun 2016
Desa/Kelurahan Luas Panen
(Ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
Dadapan 56 3.047 54,41
Kebumen 24 1.674 69,75
Sidomulyo 32 1.627 50,84
Sidorejo 26 1.263 48,61
Simpang Kanan 42 2.220 52,86
Tegal Binangun 17 930 54,70
Wonoharjo 7 437 62,43
Rata-rata
Sumber : Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Sumberejo, 2017.
Tabel 4 menunjukkan bahwa Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan
memiliki produksi pepaya california terbesar pertama dan kedua di
Kecamatan Sumberejo dengan total produksi sebesar 3.047 ton dan 2.220
ton. Namun, kedua desa tersebut masih memiliki produktivitas yang
rendah dan belum ideal atau belum memenuhi standar, yaitu harus
mencapai 60 ton/ha/tahun (Deptan.go.id, 2011). Rendahnya tingkat
produktivitas tersebut disebabkan karena cara bercocok tanam yang masih
tradisional, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan para petani,
kurangnya kemampuan petani dalam mengelola, mengatur dan
menggunakan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien. dan adanya
berbagai serangan hama dan penyakit, serta kondisi iklim dan cuaca yang
tidak stabil atau berubah-ubah.
Petani pepaya california di Kecamatan Sumberejo mengalami beberapa
kendala dalam mengelola usahataninya yang dapat menyebabkan produksi
pepaya california menurun. Pada umumnya, petani banyak yang belajar
sendiri tentang budidaya pepaya california, teknologi yang digunakan juga
9
masih tergolong tradisional dan sederhana. Tinggi rendahnya tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para petani untuk
melakukan kegiatan budidaya pepaya california, sangat berpengaruh
terhadap besarnya jumlah produksi yang dihasilkan.
Kondisi alam serta adanya serangan hama dan penyakit juga dapat
berpengaruh terhadap produksi pepaya calfironia. Tingginya curah hujan
dapat menyebabkan banyaknya bunga pepaya yang rontok akibat tersiram
hujan terus menerus, serta dapat menyebabkan banyaknya buah yang
terserang hama dan penyakit jamur. Adanya serangan hama dan penyakit
dapat mengakibatkan produksi menjadi turun sehingga penerimaan petani
pepaya california juga dapat menurun.
Harga jual pepaya california juga terkadang berfluktuatif, yaitu dapat
terjadi kenaikan dan juga penurunan harga. Petani pepaya california
menjual hasil produksinya kepada para pedagang pengumpul di
daerahnya, sehingga petani menerima harga jual yang rendah. Rendahnya
posisi tersebut dapat mempengaruhi tingkat penerimaan yang diperoleh
petani pepaya california.
Semua petani pepaya california berharap mendapatkan pendapatan serta
keuntungan dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Beberapa petani
seringkali hanya memikirkan keuntungan dalam jangka pendek, dimana
para petani bisa memproduksi suatu produk dalam jangka waktu singkat
dan bisa memberikan pendapatan untuk keluarganya. Petani kurang
memahami bagaimana suatu kegiatan usahatani itu mampu bertahan dan
10
menguntungkan sampai jangka panjang. Selama ini belum diketahui
seberapa besar usahatani pepaya california dapat memberikan manfaat
atau keuntungan.
Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan terhadap usahatani pepaya
california supaya dapat memberikan gambaran kepada petani apakah
kegiatan usahatani pepaya california layak atau tidak untuk dijalankan atau
dikembangkan, dan mampu atau tidak usahatani tersebut membayar
kembali biaya yang telah dikeluarkan, serta seberapa besar kemampuan
usahatani tersebut memberikan manfaat atau benefit yang lebih besar dari
biaya yang telah dikeluarkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana kelayakan finansial usahatani pepaya california di
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus?
2) Apakah usahatani pepaya california sensitif bila terjadi perubahan
biaya produksi, harga jual pepaya california, dan jumlah produksi dari
usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Menganalisis kelayakan finansial usahatani pepaya california di
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
11
2. Mengetahui sensitivitas usahatani pepaya california apabila terjadi
perubahan biaya produksi, harga jual pepaya california, dan jumlah
produksi dari usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Tanggamus.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam mengambil keputusan
pada kegiatan usahatani pepaya california.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi
terkait dalam merumuskan kebijakan sebagai usaha peningkatan produksi
dan pengembangan usahatani pepaya california.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peneliti lain yang akan
mengkaji masalah yang sama.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Sejarah Buah Pepaya
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah yang telah lama
dikenal dan berkembang luas di Indonesia yang berasal dari Meksiko
Selatan dan Amerika Tengah. Dalam bahasa Indonesia, nama pepaya
diambil dari bahasa Belanda,"papaja", yang pada gilirannya juga
mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa
pepaya disebut "kates" dan dalam bahasa Sunda "gedang”. Tanaman
pepaya dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Tanaman pepaya
tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari tanaman pekarangan hingga
tanaman yang ditanam intensif di perkebunan.
Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa
Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah dan Lampung. Besarnya
produksi pepaya di Indonesia disebabkan karena pepaya mempunyai
beberapa keistimewaan dibandingkan tanaman buah-buahan lainnya.
Keistimewaan buah pepaya yaitu mudah dibudidayakan, cepat
berbuah/berproduksi, buahnya tersedia sepanjang tahun dan tidak
13
memerlukan lahan yang luas sehingga dapat ditanam di pekarangan rumah
(Soedarya, 2009).
2. Klasifikasi dan Morfologi Pepaya
Menurut Muktiani (2011), klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan)
tanaman pepaya termasuk ke dalam:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Vioales
Famili : Caricaeae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Pepaya merupakan jenis tanaman herba, yaitu tanaman dengan batang
tunggal, berongga, silindris, tidak berkayu atau sedikit mengandung kayu
dan tumbuh tegak. Semua bagian tanaman mengandung lateks. Pohon
pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga
setinggi 5–10 m dengan perakaran yang kuat serta daun-daunan yang
membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daun pepaya
berwarna hijau, bentuk daunnya menyirip lima dengan tangkai yang
panjang dan berlubang di bagian tengah. Daun pepaya termasuk tunggal,
14
bulat, ujung meruncing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, dan memiliki
diameter 25-75 cm. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti
lilin. Berdasarkan keberadaan bunganya, pepaya termasuk monodieucius
yaitu berumah tunggal. Bunga ini berbentuk bintang dan berada di ketiak
daun. Bunga jantan mempunyai kelopak kecil, berwarna kuning, mahkota
berbentuk terompet, sedangkan bunga betina berdiri sendiri, mahkota
lepas, kepala putik berjumlah lima, dan berwarna putih kekuningan
(Muktiani, 2011).
3. Macam-Macam Varietas Pepaya
Pada saat ini, pepaya telah memiliki begitu banyak varietas yang
menyebar keseluruh dunia, salah satunya adalah Indonesia.
Pengelompokkan tanaman pepaya ke dalam beberapa varietas didasarkan
pada bentuk, ukuran, warna dan tekstur buahnya. Muktiani (2011)
menyebutkan bahwa banyak macam varietas pepaya di Indonesia, antara
lain:
1) Pepaya Cibinong
Pepaya Cibinong mempunyai ciri tersendiri, yaitu buah yang masak
terlihat pada warna kulit buahnya, warna kulit buah bagian ujung
umumnya kuning, namun bagian yang lain terus hijau. Bentuk
buahnya panjang dengan ukuran besar, bobot tiap buah rata-rata 2,5
kg, pangkal buah kecil lalu membesar dibagian tengah serta melancip
dibagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus namun tidak
15
rata, daging buah berwarna merah kekuningan, rasanya manis dan
segar, teksturnya keras, serta tahan sepanjang pengangkutan.
2) Pepaya Bangkok
Pepaya bangkok bukan hanya tanaman asli Indonesia. Pepaya
bangkok didatangkan dari Thailand sekitar tahun 70-an. Pepaya
bangkok diunggulkan, karena ukurannya sangat besar di banding jenis
pepaya lainnya, beratnya bisa meraih 3,5 kg per buahnya. Pepaya
bangkok memiliki daging buah yang tebal, berwarna jingga
kemerahan, terasa manis dan segar, teksturnya keras, permukaan kulit
buah kasar serta tidak rata.
3) Pepaya Hawai
Pepaya hawai merupakan pepaya yang memiliki ukuran yang kecil
serta beratnya yang hanya mencapai 0,6 kg. Saat ini pepaya hawai
lebih dikenal dengan sebutan pepaya solo, karena pepaya hawai hanya
bisa dimakan oleh satu orang saja. Ciri-ciri dari pepaya hawai yaitu
memiliki ukuran yang kecil, bentuknya agak bulat atau bulat panjang,
kulit buah yang telah matang akan berwarna kuning, rasa daging buah
pepaya hawai tebal, sangat manis dan rasanya segar ketika dimakan.
4) Pepaya California
Pepaya california yaitu komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi
dan primadona diantara jenis pepaya lain di pasaran, terutama
supermarket/hypermarket. Pepaya california memiliki buah lebih kecil
serta lebih lonjong dari pepaya jenis lainnya. Pepaya california bisa
16
tumbuh subur sepanjang tahun (tanpa mengetahui musim) di
Indonesia. Pohon pepaya california lebih pendek di banding jenis
pepaya lainnya, tingginya kurang lebih 2 meter. Daunnya berjari
banyak serta mempunyai kuncung di permukaan pangkalnya, buahnya
berkulit tebal serta permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, serta
rasa manisnya lebih terasa, bobotnya berkisar antara 600 gr s/d 2 kg.
4. Karakteristik (Keragaan) Pepaya California
Pepaya California merupakan hasil pemuliaan tanaman dari Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB) bernama IPB-
9 atau Calina. Tanaman pepaya california mempunyai ukuran lebih
pendek dibandingkan jenis pepaya lainnya. Ukuran paling tinggi lebih
kurang dua meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncung di
permukaan pangkalnya. Daging buah pepaya california berwarna jingga
kemerahan. Buahnya berkulit tebal dan permukaannya rata, dagingnya
kenyal, tebal, dan rasanya manis. Secara fisik, tanaman ini mempunyai
ciri di bagian pangkal helai daun terdapat daun bendera yang berdiri dan
tanaman ini memiliki ukuran buah yang seragam (Muktiani, 2011).
1) Syarat Tumbuh Pepaya California
Pepaya california memiliki batang basah dan bunga yang tumbuh pada
ketiak daun, menunjukkan bahwa tanaman pepaya membutuhkan
cahaya dan panas matahari serta kelembaban udara yang tinggi.
Tanaman pepaya california termasuk tanaman yang memerlukan
intensitas cahaya matahari secara penuh yaitu sebesar 100%. Hal ini
17
dibutuhkan karena cahaya matahari yang cukup dapat mempercepat
tanaman pepaya untuk berbunga dan berbuah karena daun pepaya yang
mendapat cahaya matahari secara optimal dapat melakukan proses
fotosintesis secara optimal. Cahaya matahari yang cukup juga akan
mempercepat proses pemasakan buah, bahkan cahaya matahari yang
cukup dapat menambah rasa manis buah karena kadar gula dalam buah
meningkat.
Pepaya california tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan
1000-2000 mm per tahun dan memiliki ketinggian sekitar 300 mdpl.
Suhu udara optimum untuk pertumbuhan pepaya california berkisar
antara 25º - 30º C dengan kelembaban udara sekitar 40%. Angin
diperlukan untuk penyerbukan bunga, agar tanaman pepaya california
dapat tumbuh dengan baik maka angin tidak boleh terlalu kencang.
Tanah yang baik untuk tanaman pepaya california adalah tanah yang
subur, gembur, yang kaya bahan organik, serta akan tumbuh optimal
jika ditanam di tanah yang sedikit mengandung pasir tetapi banyak
mengandung humus dan memiliki daya menahan air yang tinggi.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk tanaman pepaya
california adalah netral dengan pH 6-7.
Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam
kehidupan tanaman pepaya california. Air menggenang dapat
mengundang penyakit jamur perusak akar hingga tanaman menjadi
layu (mati). Apabila kekeringan air, maka tamanan akan kurus, daun,
18
bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam
daripada 50–150 cm dari permukaan tanah (Muktiani, 2011).
2) Budidaya Pepaya California
Menurut Sujiprihatin dan Suketi (2009), kegiatan budidaya pepaya
california meliputi: persiapan bibit, persemaian, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen.
a. Persiapan Bibit
Persiapan bibit untuk budidaya pepaya california diambil dari pohon
induk yang sudah berumur dua tahun dan masak di pohon atau
buahnya sudah cukup tua dengan kriteria rasa buah manis, berkulit
halus, bebas hama dan penyakit dan dipilih dari buah yang
bentuknya lonjong. Biji diambil dari bagian buah yang di tengah,
kemudian dicuci dan dibersihkan lapisan kulit bijinya. Setelah itu,
biji direndam dalam toples yang berisi air selama satu malam dan
dijemur di bawah sinar matahari selama dua hari dan siap untuk
digunakan.
b. Persemaian
Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polybag
dimana media tanamnya adalah tanah yang cukup gembur dan
dicampur dengan pupuk kompos. Setelah itu, dilakukan
penyemaian dengan memasukkan satu biji benih (bibit) pepaya ke
dalam polybag yang sudah berisi tanah dengan kedalaman 0,5
hingga 1 cm.
19
c. Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman, lahan perlu dibersihkan terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan membuat lubang tanam.
Penanaman dilakukan setelah bibit siap tanam dan telah berumur 45
hari setelah semai. Bibit yang siap dipindahkan harus sudah
mempunyai ketinggian tanaman berkisar antara 12 hingga 15 cm
dan tidak menunjukkan gejala terserang hama dan penyakit.
d. Pemeliharaan
Pada proses pemeliharaan perlu dilakukan dengan berbagai kegiatan
yaitu: penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemupukan,
pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan
pemeliharaan ini harus lebih teliti dilakukan agar jumlah dan
kualitas produksi buah pepaya california yang dihasilkan sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh pasar.
e. Panen dan Pasca Panen
Pemanenan pepaya california yang paling ideal adalah pada pagi
hari dan dapat dilakukan seminggu sekali tergantung pada tingkat
kematangan buah. Pepaya california dapat dipanen pada umur 7-9
bulan setelah tanam. Teknik pemanenan dapat dilakukan dengan
langsung memetik buah, kemudian dikumpulkan dalam keranjang
dan disimpan di tempat yang teduh. Getah buah dibiarkan keluar
agar tidak mengenai kulit buah. Buah yang sudah dikumpulkan
kemudian diangkut dari kebun ke bangsal pengolahan dengan
20
menggunakan mobil angkutan. Setelah itu, buah-buahan tersebut
disimpan untuk dihitung dari hasil panen yang didapat. Bentuk
buah pepaya california dapat beragam mulai dari yang bentuknya
bulat hingga lonjong. Sortasi dan grading dilakukan berdasarkan
jenis buah dengan cara yang sederhana, yaitu berdasarkan ukuran,
bentuk dan tingkat kerusakan buah.
Buah yang termasuk dalam grade A memliki kriteria: bobot berkisar
antara 500-1000 gram dengan bentuk buah lonjong dan berkulit
mulus. Buah grade B memiliki kriteria: bobot buah berkisar antara
1000-2000 gram, dengan bentuk buah lonjong dan berkulit mulus.
Kegiatan selanjutnya adalah mencuci buah pepaya california,
kemudian dikemas dalam kotak kemasan. Setelah dilakukan
pengemasan, pepaya california siap untuk diangkut dan dipasarkan.
5. Analisis Usahatani
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani
mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Tujuan seorang
petani melakukan kegiatan usahatani adalah untuk memperoleh
pendapatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha untuk
meningkatkan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan produksi.
Proses produksi pertanian adalah proses yang mengkombinasikan faktor-
faktor produksi pertanian (input) untuk menghasilkan produksi pertanian
(output).
21
Memperoleh produksi yang maksimum dari usahatani, diperlukan usaha
dalam memadukan berbagai faktor-fakor produksi dengan keterampilan
manajemen tertentu. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani
dipengaruhi oleh tingkat kecakapan petani dalam mengelola usahataninya
dari sumber produksi yang tersedia secara efisien sehingga dapat mencapai
tingginya produksi dan produktivitas (Gustiyana, 2004).
Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator
penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan
kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung per bulan, per
tahun, atau per musim tanam. Analisis pendapatan usahatani dapat dipakai
sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usahatani menguntungkan atau
merugikan, sampai seberapa besar keuntungan atau kerugian tersebut.
Dalam suatu anggaran kegiatan usahatani, unsur biaya adalah komponen
yang termasuk di dalamnya. Biaya usahatani adalah semua pengeluaran
yang dipergunakan dalam usahatani. Nilainya dinyatakan dengan uang,
semua yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan usahatani misalnya bibit,
pestisida, dan pengeluaran lainnya yang merupakan biaya usahatani.
Biaya usahatani berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap
(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).
a. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besarnya biaya
tetap tidak tergantung kepada besar-kecilnya produksi yang diperoleh
22
dan dapat digunakan lebih dari satu kali proses produksi. Biaya sewa
atau bunga tanah berupa uang adalah contoh dari biaya tetap.
b. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan dengan
besar kecilnya produksi dan habis dalam satu kali proses produksi.
Contoh dari biaya variabel yaitu pengeluaran membeli bibit, pupuk,
obat-obatan, pestisida, dll (Soekartawi, 2002).
Selain itu, biaya juga diklasifikasikan menjadi biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang
dikeluarkan oleh petani. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang
dibebankan kepada usahatani untuk penggunaan tenaga kerja dalam
keluarga, penyusutan alat-alat pertanian, dan biaya imbangan sewa lahan
serta digunakan untuk menghitung berapa besarnya keuntungan kerja
petani jika sewa lahan dan nilai tenaga kerja dalam keluarga
diperhitungkan (Soekartawi, 2002).
6. Analisis Kelayakan Finansial
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) studi kelayakan adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha
yang akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidak suatu usaha
dilakukan. Studi kelayakan bertujuan untuk menentukan apakah usaha
yang dilakukan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan
dengan biaya yang akan dikeluarkan. Ada lima tujuan penting melakukan
studi kelayakan yaitu:
23
1. Menghindari resiko kerugian keuangan dimasa mendatang yang penuh
dengan ketidakpastian.
2. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
3. Memudahkan perencanaaan.
4. Memudahkan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan dari
rencana yang telah disusun.
5. Memudahkan pengendalian dengan tujuan mengendalikan pelaksanaan
pekerjaan yang melenceng sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
Analisis finansial dalam studi kelayakan proyek dapat menggunakan
kriteria-kriteia penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio),
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C ratio) dan Payback Period. Metode
penilaian investasi tersebut digunakan untuk menilai suatu proyek
menguntungkan atau tidak (Kadariah, 2001).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan kelayakan
metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan
dengan biaya atau pengeluaran. NPV dapat dikatakan sebagai nilai
sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi. Metode
ini diukur dengan menghitung selisish antara nilai sekarang arus
manfaat dengan nilai sekarang arus biaya, dengan kriteria sebagai
berikut:
24
1) Bila NPV > 0, maka proyek dikatakan bermanfaat dan layak untuk
dilaksanakan (feasible).
2) Bila NPV <0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan (no
feasible).
3) Bila NPV = 0, maka proyek yang bersangkutan mampu
mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor
produksi modal sehingga proyek tersebut berada pada posisi break
event point.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah metode untuk menghitung tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang. IRR
merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang
(NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata
lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Kriteria
penilaiannya sebagai berikut:
1) Bila IRR >1, maka investasi dinyatakan layak (feasible).
2) Bila IRR < 1, maka investasi dinyatakan tidak layak (no feasible).
3) Bila IRR = 1, maka investasi berada pada keadaan break event
point.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)
Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present
value yang positif (sebagai pembilang) dengan present value yang
25
negatif (sebagai penyebut). Kriteria pengukuran pada analisis Net
Benefit Cost Ratio yaitu:
1) Jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
2) Jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk
diusahakan.
3) Jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan break event
point.
Nilai Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada
setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah.
d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C ratio)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara
penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah
dikeluarkan. Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
1) Jika Gross B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
2) Jika Gross B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk
diusahakan.
3) Jika Gross B/C = 1, maka usaha tersebut dalam keadaan break event
point.
e. Tingkat Pengembalian Investasi (Payback Period)
Payback Period merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan
untuk mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam
investasi suatu proyek. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat
investasi bisa kembali. Oleh karena itu, satuan hasilnya bukan
26
presentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Kriteria
penilaiannya adalah sebagai berikut:
1) Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis proyek,
maka proyek tersebut dikatakan menguntungkan dan layak untuk
dilanjutkan.
2) Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis proyek,
maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dilanjutkan.
(Kadariah, 2001).
7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu kegiatan menganalisis kembali suatu
proyek, untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila
suatu proyek terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya maupun manfaat/penerimaan. Analisis sensitivitas
mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan
bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat dipengaruhi unsur-unsur
ketidakpastian dan perubahan mengenai apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Dalam bidang pertanian, proyek-proyek sensitif untuk
berubah yang diakibatkan oleh empat masalah utama yaitu :
1) Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan
oleh turunnya harga dipasaran.
2) Keterlambatan dalam pelaksanaan usahatani, dalam proyek-proyek
pertanian dapat terjadi keterlambatan pelaksanaan karena adanya
kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan teknis atau inovasi baru yang
27
diterapkan atau karena keterlambatan dalam pemesanan dan
penerimaan peralatan.
3) Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan,
diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah.
4) Perubahan volume produksi.
Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi komponen cashflow
(inflow atau outflow) yang pada akhirnya akan mempengaruhi net benefit
dan mengubah kriteria investasi (Arifin, 2008).
Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap
setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya
pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan
nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan
pertambahan waktu. Analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai
berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat
mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi
tidak layak untuk dilaksanakan (Sofyan, 2004).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini. Kajian penelitian terdahulu diperlukan sebagai bahan referensi
dan pembanding terhadap penelitian yang dilakukan dengan penelitian
sebelumnya untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan metode
analisis data yang digunakan dalam pengolahan data.
28
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada metode
analisis data yang digunakan yaitu analisis kuantitatif untuk menganalisis
kelayakan finansial dengan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Gross Benefit/Cost Ratio (Gross
B/C), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period, serta analisis
sensitivitas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian
Muhammad Fariando Marga (2016) menganalisis kelayakan finansial
usahatani pisang, sedangkan pada penelitian ini menganalisis kelayakan
finansial usahatani pepaya california, serta lokasi yang akan diteliti pada
penelitian ini berbeda dengan peneliti terdahulu. Penelitian terdahulu
dilakukan di Kabupaten Pesawaran, sedangkan penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Kajian penelitian-penelitian
terdahulu dapat dilihat pada Tabel 5.
29
Tabel 5. Kesimpulan dari tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan acuan pada penelitian ini.
No Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis Hasil Penelitian
1 Dita Pratiwi, Ali
Ibrahim Hasyim, dan
Muhammad Irfan
Affandi (2016)
Analisis Finansial dan
Strategi Pengembangan
Nanas Madu di Kabupaten
Lampung Timur
1. Analisis finansial dengan
kriteria NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period
dengan menggunakan
faktor compounding (CF)
dan discount factor (DF)
14%.
2. Analisis SWOT.
Budidaya nanas madu di Lampung Timur
adalah layak dan menguntungkan. Secara
finansial, pertanian layak dilakukan karena
nilai NPV dan B/C lebih besar dari 1, dan nilai
IRR lebih besar dari suku bunga. Strategi
prioritas untuk pertanian pengembangan nanas
madu adalah : (1) memanfaatkan lahan subur
dan luas untuk meningkatkan produksi
dominasi pasar (2) memanfaatkan fasilitas
produksi yang mudah didapat dan iklim yang
sesuai untuk meningkatkan produksi, (3)
menghasilkan barang berkualitas baik untuk
mendominasi pasar.
2 Irma Fitriani
Kusmayadi, Dedi
Herdiansah Sujaya,
dan Zulfikar
Noormasyah (2017)
Analisis Kelayakan Finansial
Usahatani Manggis (Garcinia
Mangostana L) (Studi Kasus
Pada Seorang Petani Manggis
Di Desa Cibanten Kecamatan
Cijulang Kabupaten
Pangandaran)
Analisis kelayakan finansial
yaitu dengan menggunakan
rumus NPV, IRR, Net B/C
dan Payback Period.
Hasil analisis menunjukkan:
Nilai NPV sebesar Rp. 10.383.611 berarti
responden memperoleh keuntungan pada
tingkat bunga 9% sebesar Rp. 10.383.611, Nilai
Net B/C sebesar 1,17 ini berarti setiap 1,00
modal yang ditanam pada usahatani manggis
akan memperoleh manfaat sebesar 1,17. Nilai
IRR yang diperoleh sebesar 11%, berarti
tingkat bunga bank maksimum yang mampu
dibayar oleh responden sebesar 11% pertahun
atau lebih besar dari tingkat bunga 9%, dilihat
dari nilai NPV, Net B/C dan IRR maka
usahatani manggis di Desa Cibanten
30
Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran
layak diusahakan. Payback Period yang
diperoleh pada usahatani manggis yang
diusahakan responden di Desa Cibanten
Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran
dicapai pada 13 tahun 1 bulan.
3 Harwan Sutomo, I
Ketut Sukanata, dan
Kadinda Retno
Martani (2015)
Perilaku Konsumen Terhadap
Pembelian Pepaya California
1. Analisis deskriptif.
2. Analisis komponen utama
(principal component
analysis / PCA).
Karakteristik dominan dari konsumen yang
membeli pepaya california di Pasar Harjamukti
sebagian besar adalah perempuan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keputusan
pembelian pepaya california adalah Faktor
lingkungan (budaya, kelas sosial, dan pengaruh
keluarga); Faktor perbedaan individu
(sumberdaya konsumen, motivasi, dan
pengetahuan); Faktor pengaruh psikologi
(pengelolaan informasi dan pembelajaran);
serta Faktor atribut pepaya dan atribut pasar
(harga, gizi, kualitas, lokasi, dan kemudahan
memperoleh). Proses keputusan pembelian
pepaya oleh konsumen yaitu melalui
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
proses pembelian, dan evaluasi.
4 Muhammad Azmi,
Wan Abbas Zakaria,
dan Ktut Muniarti
(2016)
Analisis Kelayakan Finansial
Dan Strategi Pengembangan
Usahatani Salak Pondoh di
Desa Wonoharjo Kecamatan
Sumberejo Kabupaten
Tanggamus
1. Analisis finansial (Gross
B/C, Net B/C, NPV, IRR,
dan PP) dan Analisis
sensitivitas dengan
menggunakan discount
factor (DF) dan compound
factor (CF) 12%.
Usahatani salak pondoh di Desa Wonoharjo
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus
secara finansial layak dan menguntungkan
untuk diteruskan. Usahatani salak pondoh
sensitif terhadap penurunan produksi,
penurunan harga, dan kenaikan biaya.
Strategi pengembangan usahatani salak pondoh
31
2. Analisis SWOT. yaitu : (a) memanfaatkan lahan yang subur
untuk meningkatkan produksi sehingga mampu
menguasai pasar, (b) memanfaatkan sarana
produksi yang mudah didapat, dan (c)
meningkatkan kualitas produksi salak pondoh.
5 Bayu Purwanto,
Suryanto, dan Mugi
Rahardjo (2013)
Studi Kelayakan Budidaya
Pepaya California (IPB-9)
Kabupaten Boyolali
Analisis kelayakan finansial
(NPV, IRR, Net B/C) dan
analisis sensitivitas.
Hasil analisis menunjukkan secara tekhnis
dapat dilaksanakan karena kondisi iklim dan
lingkungan di daerah penelitian (desa
Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten
Boyolali) kondusif untuk pengembangan usaha
budidaya tanaman pepaya california. Secara
finansial budidaya tanaman papaya california
menguntungkan dengan tingkat NPV>0 yakni
10.905.000, tingkat B/C Ratio >1 yaitu sebesar
1,09 dan IRR diperoleh 19,78% lebih besar dari
tingkat bunga bank umum yaitu sebesar 15%.
6 Emijar Asrianti (2013) Strategi Pengembangan
Usaha Pepaya California
Pada Mitra Alam, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat
Analisis SWOT dan QSPM. Alternatif strategi yang dapat dijalankan Mitra
Alam berdasarkan hasil analisis matriks IE
menempatkan Mitra Alam pada daerah II
kategori tumbuh dan kembangkan. Strategi
yang sesuai dilaksanakan untuk perusahaan
yang berada pada posisi ini yaitu strategi
penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk atau strategi integrasi.
Berdasarkan hasil analisis QSPM strategi yang
menjadi prioritas pertama untuk dilakukan oleh
perusahaan adalah melakukan pengembangan
usaha melalui peningkatan volume produksi.
strategi ini memperoleh nilai penjumlahan TAS
32
yang terbesar diantara alternatif strategi lain,
yaitu sebesar 13,4734. Strategi kedua yang
menjadi prioritas perusahaan adalah menjaga
kontinuitas produksi dengan nilai penjumlahan
TAS yang lebih kecil dari strategi prioritas
pertama, yaitu sebesar 11,5095.
7 Jufry Limbong (2012) Analisis Kelayakan Finansial
Usahatani Pepaya (Carica
Papaya L.) di Muang Dalam
Kelurahan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara
Analisis finansial (NPV, Net
B/C, IRR).
Keuntungan yang diperoleh usahatani pepaya
di Muang Dalam Kelurahan Lempake
Kecamatan Samarinda Utara adalah Rp.
556.727.000,- dan untuk rata-ratanya adalah
sebesar Rp. 111.344.400,-. Kelayakan finansial
usahatani pepaya di Muang Dalam Kelurahan
Lempake Kecamatan Samarinda Utara
diketahui bahwa Net B/C rasio sebesar
1,571254584 > 1 maka usaha ini layak
diusahakan, NPV sebesar 106.730.652,1 > 1
maka usaha ini layak untuk diusahakan dan
IRR yang didapatkan 206,4578329 > 13,75%
suku bunga yang diberlakukan maka usaha ini
layak untuk diusahakan.
8 Ikhsanul Irawan (2016) Analisis Kelayakan Usahatani
Pepaya California di Lahan
Pasir Pantai Desa
Karangsewu Kecamatan
Galur Kabupaten Kulon
Progo
Analisis finansial (NPV, IRR,
Net B/C, PP).
Usahatani pepaya california di Lahan Pasir
Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo layak untuk
diusahakan dengan nilai NPV Rp 31.749.295,
nilai Net B/C adalah 3,78, dan nilai IRR
sebesar 44,95%, nilai IRR lebih besar dari
bunga bank (4%). Payback period yang
diperoleh pada usahatani pepaya california
adalah 10 bulan 3 hari. Beberapa kriteria
33
investasi menunjukkan usahatani pepaya
california layak untuk diusahakan.
9 Muhammad Fariando
Marga (2016)
Analisis Kelayakan Finansial
Usahatani Pisang di
Kabupaten Pesawaran
Analisis pendapatan,
kelayakan usahatani dari
perhitungan NPV, IRR,
Gross B/C Ratio, Net B/C
Ratio, Payback Period, dan
Sensitivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
(1) Usahatani pisang di Kabupaten Pesawaran
ditinjau dari aspek finansial pada tingkat suku
bunga 14% layak diusahakan dan
dikembangkan. (2) Usahatani pisang di
Kabupaten Pesawaran masih tetap layak
diusahakan dengan kenaikan biaya produksi
sebesar 8,38% dan penurunan harga jual
sebesar 7,14%. Akan tetapi, pada penurunan
hasil produksi sebesar 30% nilai Payback
Period dari usahatani pisang lebih besar dari
nilai ekonomis usahatani pisang. Hal ini
menjadikan usahatani pisang tidak layak.
34
C. Kerangka Pemikiran
Buah-buahan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru pertanian yang
berperan menunjang perekonomian masyarakat. Salah satu jenis buah-buahan
yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat adalah pepaya. Buah pepaya
memiliki prospek pengembangan yang cukup baik. Saat ini, salah satu jenis
pepaya yang sedang diminati konsumen dan permintaannya tinggi yaitu
pepaya california. Banyaknya permintaan pasar terhadap pepaya california
menjadi daya tarik bagi para petani untuk melakukan kegiatan usahatani
pepaya california. Tanaman pepaya california merupakan salah satu
komoditas pertanian daerah tropis yang memiliki peluang besar untuk
dikembangkan sebagai usaha agribisnis dengan prospek yang cukup
menjanjikan. Tanaman pepaya california memiliki nilai ekonomi yang tinggi
serta dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat pedesaan.
Pepaya california memiliki ukuran yang relatif kecil, daging buahnya yang
merah dan rasanya yang manis, serta dapat dipanen lebih cepat dibandingkan
pepaya varietas lain menjadikan buah ini memiliki keunggulan tersendiri.
Pohon pepaya California sudah bisa dipanen setelah berumur 7-9 bulan dan
pohonnya dapat berbuah hingga umur tiga sampai empat tahun. Berdasarkan
sisi harga, pepaya california juga memiliki harga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pepaya lainnya, sehingga keuntungan dalam
mengembangkan usahatani pepaya california lebih besar dari pepaya lokal
biasa, hal tersebut dapat meningkatkan keinginan petani untuk mengusahakan
35
pepaya california, agar keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat
(Muktiani, 2011).
Usahatani pepaya california merupakan suatu kegiatan menanam dan
mengelola tanaman pepaya california dengan mengkombinasikan berbagai
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan produksi (output) dari kegiatan
budidaya. Petani pepaya california membutuhkan sejumlah biaya yang dapat
menunjang kegiatan usahatani pepaya california yaitu berupa biaya investasi
dan biaya operasional, dari kegiatan budidaya pepaya california, petani akan
menghasilkan output berupa buah pepaya california yang dapat dijual dan
dikonsumsi langsung.
Hasil produksi pepaya califronia yang didapatkan petani akan dijual dengan
tingkat harga tertentu, dari hasil penjualan tersebut petani akan memperoleh
imbalan berupa uang. Uang yang diterima petani disebut penerimaan atau
pendapatan kotor. Penerimaan atau pendapatan kotor tersebut bila dikurangi
dengan biaya-biaya produksi dari penggunaan faktor-faktor produksi pada
kegiatan usahatani disebut dengan pendapatan bersih. Setiap usahatani yang
dijalankan, semua petani berharap memperoleh pendapatan serta keuntungan.
Usahatani pepaya california perlu dilakukan suatu analisis proyek untuk
mengetahui apakah usahatani pepaya california yang dijalankan
menguntungkan atau tidak. Analisis proyek dilakukan dengan menggunakan
perhitungan yang diukur dari besarnya penerimaan dan biaya dari usahatani
pepaya california. Perhitungan yang dipergunakan adalah analisis finansial,
dari analisis tersebut akan diketahui apakah usahatani pepaya california di
36
Kecamatan Sumberejo mampu mengembalikan investasi yang telah
dikeluarkan dan dengan analisis tersebut juga diukur apakah usahatani pepaya
california dapat berkembang dan memberikan keuntungan bagi petani.
Kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C), Gross
Benefit/Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period, dan analisis sensitivitas.
Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani tersebut
masih layak dilakukan bila terjadi perubahan-perubahan harga output, tingkat
produksi, kenaikan biaya dan tingkat suku bunga. Hasil analisis sensitivitas
akan diinterpretasikan dan dibahas secara mendalam untuk memberikan
gambaran menyeluruh mengenai kelayakan usahatani pepaya california. Alur
kerangka pemikiran di atas dapat dilihat pada Gambar 1.
37
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan finansial usahatani Pepaya
California di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
Usahatani Pepaya California
Input :
1. Luas lahan
2. Bibit
3. Pupuk
4. Pestisida
5. Alat-alat pertanian
6. Tenaga kerja
Proses Produksi:
Budidaya Pepaya
California
Output:
Buah Pepaya California
Biaya Produksi Penerimaan Usahatani
Harga
Input
put
Harga
Output
Layak Tidak Layak
Kelayakan Usahatani
Analisis Finansial:
IRR, NPV, PP,
Gross B/C, Net B/C
Analisis Sensitivitas
Lanjut
38
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yakni
informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh
populasi. Metode survei adalah metode yang digunakan dalam penelitian
yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap suatu gejala dalam
populasi besar atau kecil dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data.
Sebelum melakukan penelitian, perlu diketahui beberapa hal diantaranya
yaitu: konsep dasar dan definisi operasional, batasan operasional variabel
penelitian, lokasi dan waktu pengumpulan data penelitian, jenis data,
penentuan sampel dan jumlah sampel penelitian, serta metode yang digunakan
untuk menganalisis data.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan
pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis
yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan
operasional dalam penelitian ini adalah :
39
Petani pepaya california adalah sekelompok orang atau individu yang
melakukan usahatani pepaya california guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Usahatani pepaya california adalah suatu kegiatan menanam dan mengelola
tanaman pepaya california dengan mengkombinasikan berbagai faktor
sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan
untuk menghasilkan produksi dan memperoleh keuntungan maksimal.
Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan atas perbandingan atau rasio
manfaat (benefit) yang akan diperoleh dan biaya (cost) yang akan dikeluarkan
untuk melihat layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan.
Produksi pepaya california adalah jumlah output atau hasil panen pepaya
california dari luas lahan petani dalam satu musim tanam (satu kali proses
produksi) yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Proses produksi adalah proses interaksi antara berbagai faktor produksi untuk
menghasilkan buah pepaya california dalam jumlah tertentu.
Periode produksi adalah masa produksi tanaman pepaya california dari mulai
penyemaian hingga panen, yaitu selama 7-8 bulan.
Luas lahan adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan usahatani
pepaya california di atas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar
(ha).
Produktivitas merupakan hasil produksi pepaya california per hektar, diukur
dalam satuan ton per hektar (ton/ha).
40
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun
luar keluarga, baik pria maupun wanita yang digunakan dalam usahatani
pepaya california yang diukur dengan satuan Hari Orang Kerja (HOK). HOK
dihitung dengan cara jam kerja aktual dibagi jam kerja efektif (8 jam) dikali
dengan banyaknya tenaga kerja (orang) yang bekerja.
Jumlah bibit adalah banyaknya bibit yang digunakan petani pepaya california
pada proses produksi dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan batang.
Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk organik atau kimia yang digunakan
oleh petani pepaya california pada proses produksi dalam satu kali musim
tanam, yang diukur dalam satuan liter (L) bila berbentuk cair dan kilogram
(kg) bila berbentuk padat/butiran.
Jumlah pestisida adalah banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk
memberantas gulma serta hama dan penyakit tanaman pepaya california dalam
satu kali musim tanam, yang diukur dalam satuan liter (L) bila berbentuk cair
dan kilogram (kg) bila berbentuk padat/butiran.
Harga input adalah harga input faktor-faktor produksi, seperti sarana produksi
(pupuk dan pestisida) dan peralatan pertanian (cangkul, sabit, dll) yang harus
dibayar oleh petani pepaya california. Harga input dianggap sama dengan
harga input pada musim tanam terakhir (Rp).
Umur ekonomis tanaman pepaya california adalah jumlah tahun tanaman
pepaya california selama digunakan sampai tanaman pepaya california
41
tersebut tidak menghasilkan keuntungan atau tidak dapat digunakan lagi,
diukur dalam satuan tahun.
Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, sejak tahun
pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam
satuan tahun.
Biaya (cost) adalah jumlah seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk
usahatani pepaya california selama satu tahun dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi awal
pada usahatani pepaya california sebelum usahatani tersebut dijalankan dan
diharapkan dapat menghasilkan manfaat (benefit) beberapa tahun kemudian
yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
usahatani pepaya california yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya operasional usahatani pepaya california dihitung selama proses tanam
dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
usahatani pepaya california yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar
kecilnya hasil produksi pepaya california dan dapat digunakan lebih dari satu
kali proses produksi. Contohnya: biaya penyusutan (peralatan), pajak lahan,
biaya sewa lahan, dll. Biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp).
42
Biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam
kegiatan usahatani pepaya california yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
besar kecilnya hasil produksi dan habis dalam satu kali proses produksi.
Contohnya: biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida. Biaya tidak tetap
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap (fixed cost) dan
biaya tidak tetap (variabel cost) yang dikeluarkan pada saat produksi untuk
satu kali musim tanam. Total biaya diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Harga produksi adalah harga jual pepaya california yang diterima petani
dalam satu kali musim tanam dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram
(Rp/kg).
Penerimaan usahatani pepaya california adalah uang yang diterima petani dari
jumlah produksi pepaya california yang dihasilkan untuk satu kali musim
tanam dikalikan dengan harga pepaya california, yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani pepaya california dari
pekerjaan dan pengelolaan usahataninya, dihitung dengan mengurangi
penerimaan usahatani pepaya california dengan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam satu kali musim tanam. Pendapatan usahatani pepaya california diukur
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
Tingkat suku bunga atau discount factor adalah suatu bilangan yang lebih
kecil dari satu, yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang dimasa lalu
43
agar didapatkan nilainya pada saat ini, diukur dalam satuan persen (%).
Tingkat suku bunga yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan ketentuan
BRI yang terbaru dan sesuai dengan kriteria pinjaman maupun deposito objek
penelitian.
Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan suatu analisis
yang digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari
penerimaan dengan present value dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan,
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang
(NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain
tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol, diukur dalam satuan
persen (%).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara present
value total dari net benefit bersih yang telah di discount positif dengan present
value dari net benefit bersih yang telah di discount negatif, diukur dalam
satuan persen (%).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara
penerimaan manfaat dari suatu investasi (gross benefit) dengan biaya yang
telah dikeluarkan (gross cost), diukur dalam satuan persen (%).
Payback Period (PP) atau disebut juga periode kembali investasi, merupakan
suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang
44
diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur dalam
satuan tahun.
Analisis sensitivitas merupakan suatu perhitungan yang bertujuan untuk
melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan
dalam perhitungan manfaat dan biaya, seperti peningkatan biaya berdasarkan
pada tingkat inflasi yang terjadi dan peningkatan harga bahan baku, serta
penurunan harga jual hasil produksi berdasarkan keadaan lapang.
C. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Suku bunga dalam penelitian ini yang digunakan untuk perhitungan
analisis kelayakan finansial usahatani pepaya california adalah suku bunga
pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ritel BRI di Kabupaten Tanggamus
sebesar 7 persen per tahun.
2. Umur ekonomis usahatani pepaya california dalam penelitian ini adalah 3
tahun berdasarkan umur produktif tanaman pepaya california.
3. Skenario sensitivitas kenaikan biaya produksi 3,78 persen didasarkan atas
nilai rata-rata inflasi Bank Indonesia (BI) pada tahun 2017.
4. Skenario sensitivitas penurunan harga jual pepaya california 10 persen
didasarkan atas kondisi aktual yang pernah terjadi di lapangan diperoleh
melalui wawancara dengan petani pepaya california.
5. Skenario sensitivitas penurunan jumlah produksi pepaya california 7,82
persen didasarkan atas kondisi aktual di lapangan yang pernah dialami
oleh petani pepaya california.
45
D. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengenai analisis kelayakan finansial usahatani pepaya
california dilaksanakan di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Kecamatan Sumberejo merupakan salah satu daerah
pengembangan pepaya yang memiliki luas panen dan produksi pepaya
tertinggi di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2016 (Dinas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus, 2017).
Lokasi penelitian berada di Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan.
Pemilihan lokasi penelitian ini juga dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa di Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan
memiliki produksi pepaya california tertinggi di Kecamatan Sumberejo yaitu
sebesar 3.047 ton dan 2.220 ton pada tahun 2016 (Balai Penyuluhan Pertanian
Kecamatan Sumberejo, 2017).
Responden dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan data
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Artinya setiap subjek yang
diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan
pertimbangan tertentu. Kriteria responden yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu petani pepaya california yang memiliki lahan pepaya california yang
telah atau sedang berproduksi dan sudah memiliki pengalaman usahatani
pepaya california lebih dari tiga tahun.
46
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pra survei untuk
melihat keadaan umum calon responden. Populasi petani pepaya california di
Desa Dadapan berjumlah 86 petani, sedangkan di Desa Simpang Kanan
berjumlah 58 petani. Jumlah populasi petani pepaya california yang ada pada
dua desa berjumlah 144 petani. Menurut Arikunto (2010), jika populasi
sampel yang akan diteliti kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya,
jika populasi sampel lebih dari 100 orang, dapat diambil 10-15% atau 20-25%.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka jumlah sampel petani pepaya
california yang ada di dua desa tersebut yaitu:
Jumlah sampel = jumlah populasi x 25%
= 144 x 25%
= 36 petani
Kemudian dari jumlah sampel yang didapat, ditentukan alokasi proporsi
sampel tiap desa dengan rumus :
na =
nab
Dimana :
na = Jumlah sampel desa A (Dadapan 86 responden dan Simpang Kanan 58
responden)
nab = Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi desa A
Nab = Jumlah populasi keseluruhan
Jumlah sampel di Desa Dadapan diperoleh:
na Dadapan =
× 36
= 22 orang
47
Jumlah sampel di Desa Simpang Kanan:
na Simpang Kanan =
× 36
= 14 orang
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh jumlah petani yang akan
menjadi sampel di Desa Dadapan sebanyak 22 orang dan di Desa Simpang
Kanan berjumlah 14 orang. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada
bulan Mei –Juni 2018.
E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pengamatan
langsung di lapang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara
langsung kepada petani pepaya california dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data
sekunder diperoleh dari berbagai lembaga dan instansi-instansi pemerintah
yang terkait, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan
penelitian.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama
dan kedua, yaitu untuk menganalisis tingkat keuntungan dan kelayakan secara
finansial usahatani pepaya california, dengan kriteria kelayakan investasi,
48
yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Gross
Benefit/Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C), dan
Payback Period. Untuk menjawab tujuan kedua digunakan analisis
sensitivitas. Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode tabulasi dan komputerisasi (Microsoft Excel).
1. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Kelayakan Finansial digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
yang pertama yaitu menganalisis kelayakan finansial usahatani pepaya
california dengan menggunakan alat ukur atau kriteria investasi sebagai
berikut, yaitu NPV, IRR, Gross B/C, Net B/C, dan PP. Kriteria investasi
akan diuraikan sebagai berikut (Kadariah, 2001) :
a. Net Present Value (NPV)
NPV dapat dikatakan sebagai nilai sekarang dari arus pendapatan yang
ditimbulkan oleh investasi. NPV merupakan metode yang menghitung
selisih antara penerimaan dengan total pengeluaran selama umur proyek
pada tingkat diskonto tertentu. Rumus yang digunakan adalah:
∑
( )
Keterangan :
NPV = Net Present Value
Bt = Benefit (penerimaan)
Ct = Cost (biaya)
i = Tingkat bunga bank yang berlaku = 7%
t = Tahun (waktu ekonomis)
49
Penelitian ini menggunakan tingkat suku bunga sebesar 7 persen
berdasarkan tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Retail
Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berlaku pada saat ini, sedangkan
untuk umur ekonomis yang digunakan pada penelitian ini ialah selama
3 tahun atau setara dengan umur produktif tanaman pepaya california.
Berikut adalah penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV (Net
Present Value):
1) NPV > 0, artinya secara finansial usahatani pepaya california layak
untuk diusahakan, karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari
biaya yang dikeluarkan.
2) NPV < 0, artinya secara finansial usahatani pepaya california tidak
layak untuk diusahakan, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil
dari biaya yang dikeluarkan.
3) NPV = 0, artinya secara finansial usahatani pepaya california
dalam keadaan impas (Break Event Point), karena manfaat yang
diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang
menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh
investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan
NPV sama dengan nol. IRR dapat dihitung dengan rumus menurut
Kadariah (2001) sebagai berikut :
[
] ( )
50
Keterangan :
NPV1 = Net Present Value positif
NPV2 = Net Present Value negatif
i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
1) Bila nilai IRR > tingkat suku bunga, maka usahatani pepaya
california dinyatakan layak.
2) Bila nilai IRR < tingkat suku bunga, maka usahatani pepaya
california dinyatakan tidak layak.
3) Bila nilai IRR = tingkat suku bunga, maka usahatani pepaya
california dalam keadaan impas (Break Event Point).
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara present value dari net benefit
yang telah di discount positif dengan present value dari net benefit yang
telah di discount negatif, dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑
( )
∑ ( )
Keterangan :
Net B/C = Net Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit atau penerimaan bersih tahun (t = 1,2,3,.....n)
Ct = Cost atau biaya pada tahun t
I = Tingkat bunga
t = Tahun (waktu ekonomis)
51
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
1) Jika Net B/C > 1, maka usahatani pepaya california dinyatakan
layak.
2) Jika Net B/C < 1, maka usahatani pepaya california dinyatakan tidak
layak.
3) Jika Net B/C = 1, maka usahatani pepaya california dalam keadaan
impas (Break Event Point).
d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross B/C merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya
yang telah dikeluarkan. Perhitungan Gross B/C pembilang merupakan
jumlah present value benefit dan penyebut adalah jumlah present value
cost. Rumus Gross B/C adalah sebagai berikut :
∑ (
( )
)
∑ (
( ) )
Keterangan :
Gross B/C = Gross Benefit Cost Ratio
Bt = Benefit atau pendapatan tahun (t = 1,2,3,.....n)
Ct = Cost atau biaya pada tahun t
I = Tingkat bunga
t = Tahun (waktu ekonomis)
Kriteria pengukuran pada analisis ini adalah:
1) Jika Gross B/C > 1, maka usahatani pepaya california dinyatakan
layak.
2) Jika Gross B/C < 1, maka usahatani pepaya california dinyatakan
tidak layak.
52
3) Jika Gross B/C = 1, maka usahatani pepaya california dalam keadaan
impas (Break Event Point).
e. Masa Pengembalian Investasi (Payback Period)
Payback Period (PP) merupakan penilaian kelayakan investasi suatu
proyek dengan mengukur jangka waktu pengembalian biaya investasi
maupun net benefit negatif, melalui pendapatan bersih yang diperoleh.
Secara matematis, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PP = Tahun pengembalian investasi
Io = Investasi awal
Ab = Manfaat bersih (benefit) yang diperoleh dari setiap periode
Kriteria kelayakannya :
1) Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha,
maka usahatani pepaya california layak untuk dikembangkan.
2) Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka
usahatani pepaya california tidak layak untuk dikembangkan.
2. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu
menganalisis sensitivitas kelayakan usahatani pepaya california, jika
terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau
benefit. Hal ini perlu dilakukan karena analisa proyek biasanya didasarkan
pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian dan perubahan
53
yang akan terjadi di masa mendatang, seperti naik turunnya biaya input dan
output, volume produksi, dan keterlambatan dimulainya proyek terhadap
kelayakan (Djamin, 1992).
Menurut Gittinger (1993), menyatakan bahwa dalam bidang pertanian,
proyek sensitif untuk berubah yang diakibatkan oleh empat masalah utama,
yaitu:
a) Harga, terutama perubahan dalam harga hasil produksi yang disebabkan
oleh turunnya harga di pasaran.
b) Keterlambatan pelaksanaan proyek. Dalam proyek pertanian dapat
terjadi keterlambatan pelaksanaan karena ada kesulitan-kesulitan secara
teknis atau inovasi baru yang diterapkan, atau karena keterlambatan
dalam pemesanan dan penerimaan peralatan.
c) Kenaikan biaya, baik dalam biaya konstruksi maupun biaya operasional
yang diakibatkan oleh perhitungan-perhitungan yang terlalu rendah.
d) Kenaikan hasil, dalam hal ini kesalahan perhitungan hasil.
Pada penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan
dan pengeluaran. Perubahan-perubahan yang akan dikaji pada analisis
sensitivitas diasumsikan adanya kenaikan biaya produksi yang diperoleh
dari nilai rata-rata tingkat inflasi yang terjadi di daerah setempat, penurunan
harga jual didapatkan dari tingkat fluktuasi harga pepaya california di
daerah penelitian berdasarkan hasil wawancara terhadap petani pepaya
california, dan penurunan produksi didasarkan atas kondisi aktual di
lapangan yang pernah dialami oleh petani pepaya california.
54
Menurut Gittinger (1993) laju kepekaan atau sensitivitas dapat dihitung
dengan rumus:
X
01 X-X x 100%
Laju Kepekaan =
Y
01 Y-Y x 100%
Keterangan:
X1 = NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP setelah perubahan
X0 = NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP sebelum perubahan
X = Rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C/ Gross B/C/PP
Y1 = Biaya produksi/jumlah produksi/harga jual setelah perubahan
Y0 = Biaya produksi/jumlah produksi/harga jual sebelum perubahan
Y = Rata-rata perubahan biaya produksi/jumlah produksi/harga jual
Kriteria laju kepekaan:
1) Jika laju kepekaan >1, maka hasil kegiatan usahatani pepaya
california peka atau sensitif terhadap perubahan.
2) Jika laju kepekaan <1, maka hasil kegiatan usahatani pepaya
california tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan.
55
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Provinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus diresmikan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997.
Kabupaten Tanggamus memiliki 20 kecamatan dan 302 desa/kelurahan.
Secara geografis, Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104°18’ -
105°12’ Bujur Timur dan antara 5°05’ - 5°56’ Lintang Selatan.
Kabupaten Tanggamus memiliki luas wilayah sebesar 4.654,96 Km², yang
terdiri dari luas wilayah daratan sebesar 2.855,46 Km2 dan luas wilayah
lautan sebesar 1.799,50 Km2 disekitar Teluk Semaka dengan panjang
pesisir 210 Km (Tanggamus Dalam Angka, BPS 2017).
Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Tanggamus yaitu sebagai
berikut:
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan
Kabupaten Lampung Tengah.
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
56
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat dan
Kabupaten Pesisir Barat.
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pringsewu.
2. Keadaan Topografi dan Iklim
Kabupaten Tanggamus memiliki keadaan topografi wilayah yang
bervariasi antara dataran tinggi dan dataran rendah, yang sebagian
merupakan daerah berbukit sampai bergunung yakni sekitar 40% dari
seluruh wilayah dengan ketinggian 0 sampai dengan 2.115 meter dari
permukaan laut. Kabupaten Tanggamus memiliki dua sungai utama yang
melintasi daerah-daerah tersebut, kedua sungai itu adalah Way Sekampung
dan Way Semangka.
Kabupaten Tanggamus merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki
curah hujan rata-rata 161,7 mm/bulan dengan rata-rata jumlah hari hujan
15 hari per bulan. Kabupaten Tanggamus dipengaruhi oleh udara tropical
pantai dan dataran pegunungan dengan temperatur udara yang sejuk yaitu
berselang antara 21,3ºC – 33,0ºC dan memiliki selang kelembaban relatif
antara 38% - 100%.
Potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Tanggamus
sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Terdapat
beberapa sumber daya alam lain yang memiliki potensi untuk
dikembangkan antara lain: pertambangan emas, bahan galian seperti
granit dan batu pualam atau marmer. Selain itu, terdapat juga sumber
57
air panas dan panas bumi yang memungkinkan untuk dikembangkan
menjadi pembangkit energi listrik alternatif.
3. Keadaan Demogafi
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2016 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 580.383 jiwa atau meningkat sebesar 1,13 persen dari tahun
2015. Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Tanggamus yaitu sebesar
302.474 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 277.909 jiwa, yang
berarti memiliki angka sex ratio penduduk sebesar 108,84.
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Tanggamus tahun 2016 mencapai 201 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk di 20 kecamatan cukup beragam, kepadatan penduduk tertinggi
terletak di Kecamatan Gisting dengan kepadatan sebesar 1.195 jiwa/km2
dan terendah di Kecamatan Limau sebesar 73 jiwa/km2. Sebaran
penduduk Kabupaten Tanggamus berada pada kelompok umur yang
sangat beragam, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran penduduk Kabupaten Tanggamus menurut kelompok
umur, tahun 2016
Kelompok umur Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%)
0-14 164.766 28,40
15-64 387.440 66,75
>64 28.177 4,85
580.383 100
Sumber : Tanggamus dalam angka, BPS 2017 (diolah).
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 jumlah penduduk
Kabupaten Tanggamus memiliki persentase yang besar pada kelompok
58
umur 15-64 tahun yaitu sebesar 66,75%. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk Kabupaten Tanggamus berada pada umur produktif sehingga
dapat berkontribusi aktif dan penuh dalam pembangunan pertanian. Hal
tersebut didukung oleh kondisi letak geografis Kabupaten Tanggamus
yang memiliki topografi di pegunungan sehingga dapat menjalankan
usahatani seperti, sayuran, buah-buahan, dan perkebunan.
B. Gambaran Umum Kecamatan Sumberejo
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Sumberejo merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang ada
di Kabupaten Tanggamus. Kecamatan Sumberejo memiliki 13
Desa/Pekon yang meliputi: Desa Margoyoso, Dadapan, Simpang Kanan,
Margodadi, Agropeni, Sumber Mulyo, Wonoharjo, Tegal Binangun,
Sumberejo, Sidomulyo, Kebumen, Agromulyo, dan Sidorejo. Kecamatan
Sumberejo berpusat di Desa Sumberejo. Kecamatan Sumberejo
merupakan salah satu kecamatan yang memberikan kontribusi cukup
besar dalam produksi tanaman hortikultura di Kabupaten Tanggamus
(Sumberejo dalam Angka, 2017).
Batas-batas administratif Kecamatan Sumberejo yaitu sebagai berikut:
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Panggung.
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung.
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pulau Panggung.
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gisting.
59
2. Keadaan Demografi
Penduduk di Kecamatan Sumberejo tersebar di 13 desa, jumlahnya
sangat fluktuatif namun merata pada tiap daerahnya. Persebaran
penduduk di Kecamatan Sumberejo menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah penduduk Kecamatan Sumberejo menurut jenis
kelamin tahun 2016
No Desa Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
1 Margoyoso 2.676 2.554 5.230
2 Dadapan 2.140 2.021 4.161
3 Simpang Kanan 1.452 1.360 2.812
4 Margodadi 1.395 1.316 2.711
5 Argopeni 1.300 1.253 2.553
6 Sumbermulyo 892 885 1.777
7 Wonoharjo 963 871 1.834
8 Tegal Binangun 722 717 1.439
9 Sumberejo 1.101 1.061 2.162
10 Sidomulyo 1.178 1.112 2.290
11 Kebumen 940 853 1.793
12 Agromulyo 1.005 910 1.915
13 Sidorejo 1.147 1.139 2.286
Jumlah 16.911 16.052 32.963
Sumber: Sumberejo dalam angka, BPS 2017.
Tabel 7 menunjukkan bahwa Kecamatan Sumberejo memiliki proporsi
penduduk laki-laki yang lebih banyak daripada penduduk perempuan.
Kecamatan Sumberejo memiliki jumlah penduduk total pada tahun
2016 sebanyak 32.963 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 16.911 jiwa atau sebesar 51,3 persen dan penduduk
perempuan sebanyak 16.052 jiwa atau sebesar 48,7 persen.
60
Penyebaran penduduk di Kecamatan Sumberejo memiliki persebaran
yang merata dan beragam pada setiap desa. Desa Dadapan memiliki
jumlah penduduk terbesar kedua yaitu sebanyak 4.161 jiwa atau
sebesar 12,6 persen, sedangkan Desa Simpang Kanan memiliki jumlah
penduduk sebanyak 2.812 jiwa atau sebesar 8,5 persen.
3. Keadaan Umum Pertanian
Sebagian besar wilayah Kecamatan Sumberejo merupakan dataran
tinggi. Penggunaan lahan pada sektor pertanian di Kecamatan
Sumberejo meliputi persawahan, tegalan, perkebunan, ladang,
pekarangan, kolam, pemukiman, dan lain-lain.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Sumberejo bekerja pada sektor
pertanian, karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
dianggap menguntungkan bagi sebagaian besar masyarakat.
Kecamatan Sumberejo memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
Luas lahan berperan sangat penting untuk petani dalam melakukan
kegiatan usahataninya. Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan
Sumberejo disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Sumberejo 2016
No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1 Persawahan/Rice Field 820 14,44
2 Ladang/Tegalan 796 14,02
3 Pekarangan/Lawn 596 10,50
4 Perkebunan Rakyat/Plantation 1.418 24,98
5 Kolam 28 0,49
6 Lainnya 2.019 35,56
Jumlah 5.677 100
Sumber: Sumberejo dalam angka, BPS 2017.
61
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagaian besar lahan yang ada di
Kecamatan Sumberejo digunakan untuk sektor pertanian. Luas lahan
yang terbesar adalah pada areal perkebunan yaitu sebesar 1.418 ha
atau sekitar 24,98%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Sumberejo bermata pencaharian di sektor
pertanian.
Luas lahan yang diusahakan pada sektor pertanian di Kecamatan
Sumberejo terdiri atas beberapa jenis lahan diantaranya yaitu lahan
basah dan lahan kering. Lahan basah dapat berupa kolam dan sawah,
sedangkan lahan kering berupa kebun, tegalan, dll. Persebaran lahan
basah dan lahan kering dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas lahan basah dan lahan kering menurut desa di
Kecamatan Sumberejo tahun 2016
No Pekon/Desa Lahan basah (Ha) Lahan kering (Ha) 1 Margoyoso 67 73 2 Dadapan 145 605 3 Simpang Kanan 53 198 4 Margodadi 105 12 5 Argopeni 115 10 6 Sumbermulyo 32 40 7 Wonoharjo 45 370 8 Tegal Binangun 37 138 9 Sumberejo 150 5
10 Sidomulyo 175 185 11 Kebumen 20 158 12 Agromulyo 70 70 13 Sidorejo 55 103
Jumlah 1.069 1.967 Rata-rata 82,23 151,31
Sumber: Sumberejo dalam angka, BPS 2017.
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah lahan di setiap desa, baik lahan
basah maupun lahan kering memiliki nilai yang beragam. Penggunaan
62
lahan pertanian di Kecamatan Sumberejo sebagian besar dilakukan
pada lahan kering seperti lahan perkebunan, ladang, tegalan dan kebun
rakyat dengan jumlah rata-rata pada setiap desa sebesar 151,30 ha,
sedangkan jumlah rata-rata penggunaan lahan basah lebih rendah yaitu
sebesar 82,23 ha.
C. Gambaran Umum Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan
1. Keadaan Geografis
Penelitian ini dilakukan di dua desa di Kecamatan Sumberejo, yaitu Desa
Dadapan dan Desa Simpang Kanan. Desa Dadapan memiliki luas wilayah
sekitar 340 ha, yang terdiri atas 3 dusun yaitu Dusun Dadapan, Simpang
Rowo, dan Gunung Sari. Desa Simpang Kanan memiliki luas wilayah
sebesar 400 ha, yang terdiri atas 3 dusun yaitu Dusun Simpang Kanan,
Margo Mulyo, dan Simpang Rejo. Desa Dadapan dan Desa Simpang
Kanan berdekatan dengan pasar Gisting dan pasar Dadapan, sehingga
dapat mempermudah perputaran roda perekonomian masyarakat.
2. Keadaan Iklim
Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan memiliki kondisi agroklimat
yang mendukung karena berada pada kaki Gunung Tanggamus yang
beriklim sejuk sehingga sangat cocok dan memiliki potensi untuk
melakukan kegiatan usahatani. Desa Dadapan berada pada ketinggian
sekitar 500 dpl, sedangkan Desa Simpang Kanan berada pada ketinggian
sekitar 520 dpl dengan kondisi tanah yang subur serta tekstur tanah
lempung berpasir. Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan memiliki
63
suhu rata-rata harian 25º C dengan musim hujan lebih banyak dari musim
kering dengan curah hujan kurang lebih sekitar 1.200 mm per tahun.
3. Keadaan Demografi
Penduduk Desa Dadapan berdasarkan pencatatan oleh aparat desa hingga
tahun 2017 tercatat terdapat 1.303 KK dengan jumlah penduduk sebanyak
4.258 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 2.166 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 2.092 jiwa. Penduduk Desa Simpang
Kanan memiliki jumlah penduduk yang lebih sedikit dibandingkan Desa
Dadapan, jumlah penduduk di Desa Simpang Kanan berjumlah 2.904 jiwa
dengan 826 KK, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.508 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 1396 jiwa. Penduduk Desa Dadapan
dan Desa Simpang Kanan sebagian besar bersuku jawa.
4. Keadaan Umum Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama yang memegang
peran penting sebagai penyumbang pendapatan bagi masyarakat yang ada
di Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan. Masyarakat Desa Dadapan
dan Desa Simpang Kanan merupakan masyarakat yang mayoritas
penduduknya adalah petani. Masyarakat memanfaatkan lahan yang ada
untuk ditanami dengan berbagai macam tanaman sebagai mata
pencaharian mereka. Komoditas tanaman yang ditanam beragam mulai
dari tanaman perkebunan, padi, sayuran hingga buah-buahan.
Wilayah Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan merupakan wilayah
dataran dan pegunungan dengan agroekosistem yang cocok untuk
64
dijadikan wilayah pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Dadapan
dan Desa Simpang Kanan memiliki potensi di bidang pertanian. Desa
Dadapan dan Desa Simpang Kanan sebagian besar lahannya didominasi
oleh lahan kering seperti perkebunan, ladang, dan tegalan yang banyak
dimanfaatkan penduduk untuk melakukan kegiatan usahatani tanaman
hortikultura salah satunya yaitu tanaman buah-buahan.
Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan dipilih sebagai lokasi penelitian
dikarenakan di kedua desa tersebut banyak petani yang melakukan
usahatani pepaya california. Beberapa lahan kering yang dimiliki oleh
petani di Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan pun ada yang tersebar
di beberapa desa tetangga seperti Desa Wonoharjo dan Desa Agropeni,
oleh sebab itu petani banyak yang memiliki lahan yang tersebar tidak
hanya pada lahan yang ada di desa namun beberapa petani juga memiliki
lahan di desa lain.
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana sangat dibutuhkan dalam pertanian sebagai
pendukung usahatani baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sarana yang dimiliki oleh Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan seperti
kebanyakan desa pada umumnya. Sarana yang ada diantaranya adalah
sarana pendidikan, transportasi, pemerintahan, dan kesehatan. Secara
keseluruhan sarana yang dimiliki desa masih tergolong sederhana namun
tetap terjaga dan terawat. Keadaan sarana prasarana perekonomian di
Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan dapat dilihat pada Tabel 10.
65
Tabel 10. Sarana dan prasarana Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan,
tahun 2017.
No Sarana/Prasarana Desa Dadapan
(jumlah)
Desa Simpang
Kanan (jumlah)
1. Prasarana Pemerintah:
Balai Pekon
Kantor Pekon
1
1
1
1
2. Lembaga Pendidikan:
PAUD
TK
SD
SMP
SMA
2
-
3
1
-
1
-
3
-
1
3. Kesehatan:
Posyandu
Puskesmas
Rumah bidan
4
1
1
3
-
-
4. Transportasi:
Panjang Jalan Aspal
Jalan Tanah
Jembatan
6,5 Km
17 Km
6
2,6 Km
7 Km
4
Sumber: Monografi Desa Dadapan dan Desa Simpang Kanan, 2017
(tidak dipublikasikan).
Tabel 10 menunjukkan bahwa beberapa sarana belum dimiliki oleh Desa
Dadapan dan Desa Simpang Kanan. Keadaan sarana transportasi di Desa
Dadapan dan Desa Simpang Kanan sudah cukup memadai, seperti adanya
jalan aspal dan jembatan yang dapat memudahkan kegiatan pertanian
dalam pengangkutan dan pemasaran hasil usahatani, serta dapat
mempermudah penduduk yang ada di kedua desa tersebut untuk keluar
wilayah mencari tambahan pendapatan dalam mencukupi kebutuhan
hidupnya. Sarana yang dibutuhkan petani untuk kegiatan pertanian seperti
Koperasi atau lembaga lain yang dapat menyalurkan kredit kepada petani
belum dapat ditemukan di kedua desa tersebut. Salah satu sarana yang ada
yaitu kios pertanian yang ada di pusat desa yang menjual berbagai
kebutuhan sarana produksi pertanian.
101
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus secara finansial layak dan menguntungkan untuk diusahakan
dan dikembangkan pada tingkat suku bunga sebesar 7 persen.
2. Usahatani pepaya california di Kecamatan Sumberejo Kabupaten
Tanggamus sensitif terhadap penurunan jumlah produksi sebesar 7,82
persen, penurunan harga jual sebesar 10 persen, dan peningkatan biaya
produksi sebesar 3,78 persen, namun usahatani pepaya california masih
tetap layak dan menguntungkan untuk dijalankan.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka disarankan sebagai berikut:
1. Petani diharapkan tetap mengembangkan usahatani pepaya california dan
tidak beralih ke usahatani lain karena usahatani pepaya california layak
dan menguntungkan untuk dijalankan.
102
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini terutama
mengenai analisis harga pokok dan resiko dalam usahatani pepaya
california.
DAFTAR PUSTAKA
Antara News. 2014. Lampung Produksi 22 Jenis Buah-Buahan 14 Juta Ton per
Tahun. https://www.antaranews.com/berita/457679/lampung-produksi-22-
jenis-buah-buahan-14-juta-ton-per-tahun. Diakses pada tanggal 16
November 2017.
Aliyudin, D, D. Rochdiani dan M.N. Yusuf. 2017. Analisis kelayakan finansial
usahatani pepaya california di Desa Cidolog Kecamatan Cidolog
Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 4 (1) : 619-
623. https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/agroinfogaluh/article/view/1608/
1291. [18 Februari 2018].
Arifin, J. 2008. Perencanaan Bisnis. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Arikunto, S. 2010. Metodologi Penelitian. Bina Aksara. Yogyakarta.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.
Asrianti, E. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Pepaya California Pada Mitra
Alam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/63074. [19 Februari
2018].
Azmi, M, W.A. Zakaria, dan K. Murniati. 2016. Analisis kelayakan finansial dan
strategi pengembangan usahatani salak pondoh di Desa Wonoharjo
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. JIIA, 5 (1) : 15-21.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1670/1496. [18
Februari 2018].
Badan Ketahahan Pangan Provinsi Lampung. 2017. Konsumsi Buah Provinsi
Lampung Tahun. 2016. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung.
Lampung.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Lampung Dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2017. Tanggamus Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.
104
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2017. Sumberejo Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. Tanggamus.
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Sumberejo. 2017. Data Produksi Pepaya
California di Kecamatan Sumberejo. Kecamatan Sumberejo. Kabupaten
Tanggamus.
Bank Rakyat Indonesia. 2018. Kredit Usaha Rakyat. http://kur.ekon.go.id/bank-
rakyat -indonesia. [4 Maret 2018].
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanggamus. 2017. Produksi
dan Luas Panen Pepaya per-Kecamatan. Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Tanggamus. Lampung.
Djamin. 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek. LPEE UI. Jakarta.
Gittinger, JP. 1993. Analisa Ekonomi Proyek Pertanian, Cetakan Ketiga. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba Empat. Jakarta.
Hernanto, F. 2005. Ilmu Usahatani. Penerbit swadaya. Jakarta.
Irawan, I. 2016. Analisis Kelayakan Usahatani Pepaya California di Lahan Pasir
Pantai Desa Karangsewu Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3497. [16 Februari 2018].
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Kusmayadi, I.F, D.H. Sujaya, Z. Noormasyah. 2017. Analisis kelayakan finansial
usahatani manggis (Garcinia Mangostana L) (studi kasus pada seorang
petani manggis di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten
Pangandaran). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 4 (2) : 226-233.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/agroinfogaluh/article/view/720/62. [20
Februari 2018].
Marga, M.F. 2016. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Pisang di Kabupaten
Pesawaran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. http://digilib.
unila.ac.id/23483. [20 Februari 2018].
Muktiani. 2011. Bertanam Varietas Unggul Pepaya California. Pustaka Baru
Press. Yogyakarta.
105
Pratiwi, D, A.I. Hasyim, dan M.I. Affandi. 2016. Analisis finansial dan strategi
pengembangan nanas madu di Kabupaten Lampung Timur. JIIA, 4 (1) :
8-14. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1209/1106. [20
Februari 2018].
Purwanto, B., Suryanto dan M. Rahardjo. 2013. Studi kelayakan budidaya pepaya
california (IPB-9) Kabupaten Boyolali. Jurnal Bisnis dan Manajemen
Universitas Sebelas Maret, 36 (1) : 48-56. https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/
12894. [17 Februari 2018].
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Sutomo, H, I.K. Sukanata, dan K.R. Martani. 2015. Perilaku konsumen terhadap
pembelian pepaya california. Jurnal Agrijati, 28 (1) : 114-144. http://jurnal.
unswagati.ac.id/index.php/agrijati/article/view/177/125. [18 Februari 2018].
Soedarya. 2009. Agribisnis Pepaya. Pustaka Grafika. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Sofyan, I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sujiprihatin, S dan Suketi, K. 2009. Budidaya Pepaya California Unggul. Penebar
Swadaya. Bogor.