analisis pengaruh economic value added eva , return on...
TRANSCRIPT
i
Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), Return on
Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
Firm Size dan Sales Growth
Terhadap Stock Return dan Market Value Added (MVA)
(Studi kasus pada 9 Sektor Industri Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2008)
Oleh
Eka Setiawati
Nim : 105081002564
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ii
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), RETURN
ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), FIRM SIZE,
DAN SALES GROWTH TERHADAP
STOCK RETURN DAN MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Studi Kasus Pada 9 Sektor Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
EKA SETIAWATI
NIM : 105081002564
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr.Achmad Rodoni,MM Indo Yama.N.SE.MAB
NIP : 196902032001121003 NIP : 197411272001121002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
iii
ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), RETURN
ON ASSETS (ROA), RETURN ON EQUITY (ROE), FIRM SIZE,
DAN SALES GROWTH TERHADAP
STOCK RETURN DAN MARKET VALUE ADDED (MVA)
(Studi Kasus Pada 9 Sektor Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
EKA SETIAWATI
NIM : 105081002564
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr.Achmad Rodoni,MM Indo Yama.N.SE.MAB
NIP : 196902032001121003 NIP : 197411272001121002
Penguji Ahli
Dr. Hj. Pudji Astuty.SE.MM
03110658400
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
iv
Hari ini selasa tanggal 10 bulan November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama EKA SETIAWATI NIM : 105081002564 dengan judul
Skripsi “ANALISIS PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA), RETURN
ON ASSETS (ROA), RETUN ON EQUITY (ROE), FIRM SIZE DAN SALES
GROWTH TERHADAP STOCK RETURN DAN MARKET VALUE ADDED (MVA)”
(Studi Kasus Pada 9 Sektor Perusahaan Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Herni Ali H.T, SE.MM Ella Patriana,MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr.Achmad Rodoni,MM
Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI
1. Nama : Eka Setiawati
2. Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 01 Maret 1988
3. Alamat : Jl. Pisangan Barat Rt 04 Rw 05 No: 37/62 Gg.Melati.
Cirendeu-Ciputat, 15419. Tangerang. Banten.
4. No Telepon Rumah : 021 – 99881035
5. No Handphone : +62817 - 124913
6. Agama : Islam
7. E-mail : [email protected]
B. DATA PENDIDIKAN
1. Tahun 1993-1999 SD Negeri II Cirendeu Tangerang
2. Tahun 1999-2002 SLTP Negeri I Ciputat Tangerang
3. Tahun 2002-2005 SMK Sasmita Jaya I Pamulang Tangerang
4. Tahun 2005-2009 FEIS Manajemen UIN Jakarta
C. DATA PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 2002 : Tim Paskibra SMK Sasmita Jaya I Pamulang
2. Tahun 2005 : Bendahara UKM KSR/PMI UIN Syahid
3. Tahun 2006 : Anggota Palang Merah Indonesia (PMI) Cab. Jakarta Selatan
D. DATA PENGALAMAN KERJA
Tahun 2004 : Job Training / Magang bagian Administrasi dan Validasi pajak
kendaraan bermotor di Dipenda (SAMSAT) Tangerang selama 2
bulan.
Tahun 2008 : Job Training / Magang bagian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong selama 1 bulan.
Tahun 2008 : Job Training / Magang bagian administrasi di Asuransi Jiwa Bersama
(AJB) Bumiputera 1912 selama 2 bulan.
Tahun 2009 : Job Training / Magang bagian Manajemen Risiko di Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) Jakarta / Indonesia Deposit Insurance
Corporation, sampai saat ini.
vi
ABSTRACT
The investment destination is get the profits. Efforts maximised the profit could be realised
with maximised the value of the company. Generally was said that the value of the company
that increased showed the achievement of the high company. Whereas to shareholder,
increase the value or the achievement of the reflected company from return that was
produced by the share or was we said stock return (Abdul Halim. 2004).
EVA and MVA as the implement measured the achievement from the side of finance and the
market that according to several researches it was considered had the capacity more
compare to the other achievement gauge (Lisa Linawati U. 1999; Roesyeni. 2002; Haris.
2003; Maya Sari. 2006). As for the other achievement implement that was used that is taking
the form of the ratio, where in this reseach used the ratio of the profitability they are ROA
and ROE. Young & O’byrne (2001) said the growth of sales was implement for measure the
achievement of finance that indicate the succsess of the company in gained the profit in the
future. Moreover, the measurement of the bigger company will have the level of the smaller
risk, because the bigger company had the ease in accurate information access and entered
the capital market.
Results of this research, that the variable ROA had the significant influence on stock return of
36,2% in the first equality. This indicated that ROA a company increased then will increase
the price of the share of the company that in the long run will increase the stock return . In
the second equality, variable EVA and Firm Size influential significant of 29,2% and 18,9%
against MVA. The data that was used in this research used the secondary data, that was
received from the Indonesian Stock Exchange (BEI). The election sample in this research was
all the companies that were registered in the Indonesian Stock Exchange (BEI) in nine
sectors of industry from 2005 to 2008.
Keywords: Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE),
firm size (Size), sales growth (Growth), stock return and Market Value Added (MVA).
vii
ABSTRAK
Tujuan suatu investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha memaksimumkan keuntungan
dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Secara umum dikatakan bahwa nilai
perusahaan yang meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang tinggi. Sedangkan untuk
pemegang saham, peningkatan nilai atau kinerja perusahaan tercermin dari tingkat pengembalian yang
dihasilkan oleh saham atau disebut juga dengan stock return (Abdul Halim. 2004).
EVA dan MVA sebagai alat ukur kinerja dari sisi keuangan dan pasar yang menurut beberapa peneliti
dianggap mempunyai kemampuan lebih baik dibanding pengukur kinerja lainnya (Lisa Linawati U.
1999; Roesyeni. 2002; Haris. 2003; Maya Sari. 2006). Adapun alat kinerja lain yaitu berupa rasio.
Dimana dalam penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas yaitu ROA dan ROE. Young &
O’byrne (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan alat untuk
mengukur kinerja keuangan yang mengindikasikan keberhasilan perusahaan dalam meraih tingkat
kemampulabaan di masa mendatang. Selain itu, ukuran perusahaan (firm size) yang lebih besar akan memiliki tingkat risiko yang lebih kecil, karena perusahaan lebih besar memiliki kemudahan dalam
akses informasi yang akurat dan mudah masuk ke dalam pasar modal.
Hasil dari penelitian ini, bahwa variable ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap stock return
sebesar 36,2% pada persamaan pertama. Ini mengindikasikan bahwa ROA suatu perusahaan
meningkat maka akan meningkatkan harga saham perusahaan, yang pada akhirnya akan
meningkatkan stock return yang diperoleh perusahaan tersebut. Dalam persamaan kedua, variabel
EVA dan ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan sebesar 29,2% dan 18,9% terhadap
MVA. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia di Sembilan Sektor Industry mulai dari tahun 2005 s/d tahun 2008.
Kata kunci: : Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), firm size (Size), sales growth (Growth), stock return and Market Value Added (MVA).
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Stock
Return dan Market Value Added (MVA) Pada 9 Sektor Industri Perusahaan yang Terdaftar
Aktif di Bursa Efek Indonesia” dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah agar dapat mengenal lebih jauh mengenai
analisis pemilihan investasi yang baik berdasarkan kinerja perusahaan, dalam hal ini saya
menganalisa pada perusahaan di 9 Sektor Industry Perusahaan yang berada di BEI.
Dalam penyusunan skripsi penulis telah mendapatkan bantuan, dorongan, bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak, maka dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima
kasih dan menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua Orang tuaku tercinta, Mama, Bapak dan Albi, yang telah memberikan dorongan
dan doa yang tak terhingga, serta om, tante, bude dan pa’de ku.
2. Prof.Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Jakarta
3. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof.Dr. Ahmad Rodoni., selaku Dekan Pudek bidang akademik Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staffnya dan sebagai dosen
pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan arahannya.
5. Bapak Indoyama Nasarudin SE.,MM, Selaku Kepala Jurusan Manajemen dan dosen
pembimbing II, sukses selalu ya pak.
6. Ibu Dr.Hj.Pudji Astuty.SE.MM, selaku penguji ahli sidang skripsi saya.
ix
7. Para Karyawan, staff dan pegawa fakultas Ekonomi yang selalu bekerja melayani kami
semua. Terima kasih banyak.
8. Keluarga Besar Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Jakarta dimana tempat saya bekerja
selama 8 bulan ini, khususnya Bapak Salusra Satria (Kadiv. Manajemen Risiko) dan
Bapak Hari Prasetya beserta staff-staff Manajemen Risiko; Mas Herman, Mbak Vera,
Mas Rizky, dan Mas Johan. Kadiv HRD, Ibu Sandra Bonita. Sahabatku di LPS Dwi, Ulfa,
mbak Indah, mbak Dewi, mbak Sarah, Sistha, mbak Lika dan mbak Rizka.
9. “Ayah” ku tersayang (Muhamad Yusuf) atas bimbingan, motivasi, cinta dan kasih sayang.
10. Sahabat sejatiku dirumah Vee-vee, Vira dan Uci.
11. Semua teman-teman angkatan tahun 2005 khususnya manajemen E dan special untuk
sahabat seperjuangan Jeng Rahma, Jeng Amy, Jeng Ana’oneng’, Jeng Thian, Jeng Fitri,
Jeng Rini, Jeng Intan, Jeng Desi, Jeng Cze-cze, Jeng Firdha, Jeng Lutve, Jeng Mifta, Jeng
Veta dan semuanya.
Saya menyadari sekali bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf dan berharap skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi semua. Dan saya berharap skripsi yang saya susun ini
menjadi suatu karya yang baik serta menjadi suatu persembahan terbaik bagi para dosen-
dosen yang berada di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial.
Demikianlah kata pengantar dari saya dan sebagai suatu intropeksi dalam diri, saya
mohon maaf atas kekuranganya. Dan kekurangan hanya terdapat pada diri saya, karena
kebenaran hanya milik Allah SWT saya ucapkan terima kasih
Jakarta, 30 November 2008
Penulis
Eka Setiawati
x
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam .............................................................................. i
Halaman Pengesahan Skripsi ...................................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ...................................................................... iii
Halaman Pengesahan Ujian Kompre ......................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. v
Abstract ....................................................................................................... vi
Abstrak ....................................................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................... viii
Daftar Isi....................................................................................................... x
Daftar Tabel ................................................................................................ xii
Daftar Gambar............................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan ....................................................15
B. Saham ..................................................................................................... 16
C. Economic Value Added (EVA) ............................................................... 21
D. Market Value Added (MVA) .................................................................. 45
E. Return On Assets (ROA) dan Return On Equty (ROE) ............................ 48
F. Ukuran Perusahaan (Firm Size)................................................................ 49
G. Tingkat Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) ...................................... 50
H. EVA dan Stock Return ............................................................................ . 51
I. EVA dan MVA ....................................................................................... .52
J. Penelitian Sebelumnnya........................................................................... .52
K. Kerangka Berfikir ................................................................................... 54
L. Perumusan Hipotesis ............................................................................... 58
xi
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 59
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 59
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 60
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 61
E. Uji Signifikansi Kofisien Jalur (t-test)...................................................... 67
F. Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 70
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................. 76
1. Sejarah Pasar Modal Indonesia ......................................................... 76
2. Bursa Efek Indonesia (BEI) ............................................................... 77
3. Jakarta International Classification (JASICA) ................................... 78
B. Hasil dan Analisis Pembahasan ............................................................... 81
1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 81
2. Koefisien Struktur 1 Analsis Jalur ..................................................... 93
3. Koefisien Struktur II Analsis Jalur ................................................... 103
4. Perhitungan Pengaruh Variabel ......................................................... 112
5. Pembahasan Hasil Penelitian..............................................................115
6. Diagram Jalur (Path) Struktur I dan II............................................... 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 121
B. Saran ..................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 125
xii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.
4.1 Sektor Pertanian (Agriculture) ............................................................. 79
4.2 Sektor Pertambangan (Minning)........................................................... 79 4.3 Sektor Industri Dasar & Kimia (Basic Industry&Chemicals)................ 79
4.4 Sektor Aneka Industry (Misscellaneous Industry) ................................ 79 4.5 Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry) ............ 79
4.6 Sektor Property, Real Estate and Building Construction .......................80 4.7 Sektor Infrastruktur dan Transportasi ................................................... 80
4.8 Sektor Keuangan (Finance) ................................................................. 80 4.9 Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi (Trade, Service&Investment) .. 80
4.10 ................................................................ Economic Value Added (EVA) 81
4.11 ......................................................................... Return On Assets (ROA) 83
4.12 ......................................................................... Return On Equity (ROE) 85
4.13 .......................................................................................Firm Size (Size) 87
4.14 .......................................................................................... Sales Growth 89
4.15 ............................................................................................Stock Return 91
4.16 ................................................................... Market Value Added (MVA) 92
4.17 ............................................................. Koefisien Determnasi Struktur I 93
4.18 ........................................................ Analisis Varian (Annova) Struktur I 94
4.19 ..........................................................Hasil Uji Parsial (T-test) Struktur I 96
4.20 ............................................................. Analisis Korelasi Antar Variabel 101
4.21 ............................................................Koefisien Determinasi Struktur II 103
4.22 ....................................................... Analisis Varian (Annova) Struktur II 104 4.23 .........................................................Hasil Uji Parsial (T-test) Struktur II 106
4.24 ............................................................. Analisis Korelasi Antar Variabel 110 4.25 ...................................................................................Korelasi Struktur I 114
4.26 ................................................................................. Korelasi Sturktur II 114
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal. 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Jalur ...................................................... 56
2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 57 4.1 Diagram Jalur (Path) ......................................................................... 120
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1 Perhitungan 7 Variabel Tahun 2006...................................128
2 Perhitungan 7 Variabel Tahun 2007...................................129
3 Perhitungan 7 Variabel Tahun 2008...................................130
4 Perhitungan Return Mareket & Risk Free ..........................131
5 Perhitungan Beban Pajak...................................................133
6 Perhitungan Tarif Pajak .....................................................134
7 Perhitungan NOPAT .........................................................136
8 Perhitungan K*D...............................................................137
9 Perhitungan Beta ...............................................................141
10 Perhitungan Ke..................................................................142
11 Perhitungan Wd dan We (Struktur Modal).........................146
12 Perhitungan WACC...........................................................150
13 Perhitungan EVA ..............................................................154
14 Perhitungan ROA dan ROE...............................................158
15 Perhitungan Firm Size .......................................................162
xiv
16 Perhitungan Sales Growth .................................................166
17 Perhitungan Return Saham ................................................167
18 Perhitungan Market Value Added ......................................179
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan suatu investasi ditinjau dari sudut pandang manajemen
keuangan adalah mendapatkan keuntungan. Tugas manajemen
perusahaanlah untuk menjadikan pemegang saham (shareholder) menjadi
lebih makmur. Usaha memaksimumkan keuntungan dapat diwujudkan
dengan memaksimumkan nilai perusahaan (Jogiyanto, 2003:48; Tandelilin,
2001:17). Bagi perusahaan yang telah go public nilai perusahaan akan
tercermin dari harga perusahaan tersebut.
Secara umum dikatakan bahwa nilai perusahaan yang meningkat
menunjukkan kinerja perusahaan yang tinggi. Sedangkan untuk shareholder
peningkatan nilai atau kinerja perusahaan tercermin dari return yang
dihasilkan oleh saham tersebut yang berupa deviden dan capital gain / loss
atau dapat kita sebut sebagai stock return (Abdul Halim, 2004:32). Deviden
merupakan pendapatn yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi
sedangkan capital gains / loss adalah keuntungan (kerugian) yang diperoleh
dari perubahan harga saham.
Dalam berinvestasi investor sebaiknya tidak hanya melihat seberapa
besar return yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi mereka harus terlebih
dahulu mengetahui konsep dasar dalam berinvestasi. Dengan memahami
konsep dasar investasi, investor akan mempunyai landasan berpijak dalam
setiap pengambilan keputusan. Secara khusus Tandelilin (2001:24)
mengemukakan bahwa dasar dalam proses keputusan investasi adalah
pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu
xvi
investasi. Hubungan tersebut adalah linier dan searah, artinya bahwa
semakin tinggi return suatu investasi akan membawa risiko yang tinggi juga.
Jika seorang investor telah memahami konsep dasar investasi,
tahapan berikutnya adalah melakukan analisis, baik menggunakan analisis
fundamental maupun teknikal (technical analysis) untuk menilai saham-
saham yang akan dipilihnya. Banyak indikator atau alat ukur (analisis
fundamental) yang dapat digunakan dalam penilaian, seperti ROA, ROE,
EPS, residual income, dsb. (Tri Purwani. 2003; Haris Wibisono. 2003).
Return On Assets dan Return On Equity merupakan rasio profitabilitas
dan merupakan alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan dalam
menghasilkan profit. Menurut Pradono dan Jogi C. Christiawan (2004) analisis
rasio keuangan akan membantu manajemen dalam (1) melakukan
perbandingan kinerja dengan perusahaan lain (dalam satu industri) dan (2)
mengevaluasi operasi perusahaan setiap waktu. Bagi stock analysis, analisis
rasio membantu dalam mengamati efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan
perusahaan.
Beberapa penelitian terdahulu seperti Lehn & Makhija (1996); dan Tri
Purwani (2003) menunjukkan bahwa analisis Return On Assets dan Return On
Equity berhubungan (signifikan) dengan stock return. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa Return On Assets dan Return On Equity yang positif
mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik (positif).
Disamping analisis rasio, investor dalam membuat keputusan investasi
juga mempertimbangkan skala/ukuran besar kecilnya perusahaan (size).
Artinya mereka akan cenderung memilih perusahaan besar. Pemilihan ini
didasari oleh anggapan bahwa perusahaan besar dianggap memiliki tingkat
risiko yang lebih kecil. Menurut Lisa Linawati U (1999), perusahaan besar lebih
xvii
baik dalam memiliki akses ke pasar modal. Penelitian yang dilakukan oleh
Hamid Usman (2006) menunjukkan bahwa perusahaan besar lebih akurat
karena informasi yang dimiliki lebih banyak.
Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan
perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi
para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan
nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur dari beberapa aspek,
yaitu berdasarkan ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), ROA (Return
on Asset), ROE (Return on Equity). Ukuran yang sangat lazim dipakai dalam
penelitian suatu perusahaan untuk menilai kinerjanya dinyatakan dalam rasio
finansial yang dibagi dalam empat kategori utama, (Abdul Halim, 2008:49)
yaitu :
1. Rasio Keuntungan (laba)
Rasio ini ditunjukkan untuk menilai seberapa bagus tingkat laba suatu perusahaan.
Termasuk dalam kelompok ini adalah Net Profit Margin (NPM), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment (ROI).
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini mencoba mengukur efisiensi dari kegiatan operasional perusahaan dan
mencoba mengungkapkan masalah - masalah yang selama ini tersembunyi.
Termasuk dalam kategori ini adalah Total Assets Turnover (TATO), Collection
Period, Inventory Turnover (ITO), Fixed Assets Turnover.
3. Rasio Leverage
xviii
Rasio ini ditunjukkan untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan
perusahaan. Termasuk dalam kategori ini adalah Debt Ratio, Debt Equity Ratio,
Time Interest Earned.
4. Rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur seberapa liquid perusahaan dalam memenuhi kewajiban –
kewajibannya dalam jangka pendek. Termasuk dalam kategori ini adalah
Current Ratio dan Quick Ratio
Tetapi penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur akuntansi
konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya
modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil
menciptakan nilai atau tidak. Maka agar kelemahan tersebut dapat teratasi
dikembangkanlah suatu konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added).
Pada tahun 1990-an, Steward & Stern mencetuskan EVA (Economic
Value Added) dan MVA (Market Value Added) sebagai alat ukur kinerja dari
sisi keuangan dan pasar yang menurut beberapa peneliti dianggap
mempunyai kemampuan lebih baik dibanding pengukur kinerja lainnya (Lisa.
1999; Roesyeni. 2002; Haris. 2003; azib. 2004; Ekadjaja. 2006; Maya Sari. 2006).
Anggapan ini didasari EVA memperhitungkan secara tepat semua faktor
yang berhubungan dengan penciptaan nilai. Disamping itu EVA
memperhitungkan seberapa besar biaya modal dari suatu investasi.
Economic Value Added (EVA) tidak lain merupakan laba operasi setelah
pajak dikalikan dengan modal operasi.
Jadi walaupun laba operasional setelah dikurangi pajak naik belum
tentu menaikkan EVA. Hal ini disebabkan dua hal pokok ; Pertama, naiknya
laba operasi akan menaikkan risiko bisnis yang dihadapi perusahaan apabila
perusahaan menginvestasikan pada bisnis baru, kenaikan risiko bisnis ini akan
xix
berdampak pada kenaikan rate of return yang pada akhirnya akan
berakibat pada naiknya biaya modal. Kedua, EVA dipengaruhi oleh struktur
modal yang akan menentukan tingkat risiko keuangan dan biaya modal.
Penciptaan nilai tambah dari EVA adalah dengan cara mengurangi biaya
modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan, dengan kata lain
biaya modal tersebut adalah pengorbanan yang dikeluarkan dalam
penciptaan nilai (Sapto Bayu Aji. 2003; Maya Sari. 2006; Anne M.Anderson &
Roger P.Bey. 2007; Muhammad Fajar Wahyudi. 2009).
Economic Value Added berbeda dengan pendekatan akuntansi
tradisional yang menggunakan return on assets (ROA) dan return on equity
(ROE), dimana kinerja perusahaan dilihat dari kemampuan perusahaan
menghasilkan laba tanpa melihat biaya modal yang dipergunakan (Nur
Samsi. 2006). Metode ini belum secara akurat dan komperhensif mampu
memberikan penilaian secara wajar atas kondisi suatu perusahaan. Sebagai
contoh, suatu perusahaan yang memiliki dua divisi, yaitu divisi A dan divisi B.
ROA dari divisi A dan divisi B masing-masing 14% dan 10% dengan
menggunakan kriteria ROA terlihat bahwa kinerja divisi A lebih baik dibanding
divisi B, tetapi hal tersebut belum tentu benar. Jika kita menggunakan
pendekatan EVA maka terlebih dahulu kita mengevaluasi tingkat risiko dari
kedua divisi tersebut. Misalnya tingkat risiko divisi A lebih tinggi dari divisi B
(16% dan 8%). Bila kita bandingkan antara tingkat pengembalian dan tingkat
biaya modal masing-masing divisi terlihat bahwa divisi B telah menciptakan
nilai bagi perusahaan dan sebaliknya divisi A telah mengurangi nilai
perusahaan.
Modal berasal dari dua sumber yaitu hutang dan modal sendiri yang
terbagi atas ekuitas dan laba ditahan. Besarnya tingkat biaya modal
xx
ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari tingkat bunga setelah
pajak serta tingkat biaya modal atas ekuitas sesuai dengn proporsinya
(dalam struktur modal perusahaan) atau Weighted Average Cost of Capital,
(G. Anto Listianto. 2003; Maya Sari. 2006; Eugene F.Fama & Kenneth R. French.
2003). Biaya modal dari hutang dilihat dari tingkat bunga yang dikenakan
akan tercermin dalam laporan rugi-laba, sedangkan biaya modal dari modal
sendiri tidak diperhitungkan dalam laporan tersebut. Hal ini merupakan salah
satu keunggulan dari penggunaan EVA yang mengikutkan biaya modal atas
ekuitas atau modal sendiri. Tingkat biaya modal atas ekuitas dapat
diperkirakan dengan menggunakan capital asset pricing model (CAPM)
atau menggunakan discounted cash flow model dan pendekatan bond-
yield-plus-risk premium (Young & O'Byrne. 2001:28; Jogiyanto. 2003; Nur Samsi.
2006).
EVA atau nilai tambah ekonomis merupakan pendekatan baru dalam
menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi
penyandang dana. Tidak seperti ukuran kinerja konvensional, konsep EVA
dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisa perbandingan dengan perusahaan
sejenis ataupun membuat analisa kecenderungan (Trend). EVA adalah suatu
estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun
berjalan, dan hal ini sangat berbeda dengan laba akuntansi. EVA yang
mencoba mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan suatu
perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of capital)
yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. EVA berusaha
mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhatikan
biaya modal yang meningkat, karena biaya modal menggambarkan risiko
perusahaan. (Nur Samsi. 2006)
xxi
Metode EVA akan sesuai dengan kepentingan para investor. Maka
manajer akan berpikir dan bertindak seperti para investor, yaitu
memaksimalkan return (Tingkat pengembalian) dan meminimumkan tingkat
biaya modal sehingga value creation oleh perusahaan dapat dimaksimalkan
EVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu
investasi (Andy Porman T, 2007:181) Perusahaan berhasil menciptakan nilai
bagi pemilik modal ditandai dengan nilai EVA yang positif karena
perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi
tingkat biaya modal. Tetapi apabila nilai EVA negatif maka menunjukkan nilai
perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya
modal.(Haris Wibisono. 2003; Azib. 2004; Maya Sari.2006; Anne M. Anderson &
Roger P. Bay. 2007) Secara sederhana apabila EVA>0 maka telah terjadi
proses nilai tambah pada perusahaan, Sementara apabila EVA=0
menunjukkan posisi impas perusahaan. Sebaliknya apabila EVA<0 maka
menunjukkan tidak terjadinya proses nilai tambah pada perusahaan, karena
laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana.
Salah satu kekuatan terbesar EVA adalah kaitan langsungnya dengan harga
saham.
Seperti yang telah disebutkan di atas, return saham terdiri dari deviden
dan capital gain. Pembagian deviden dipengaruhi oleh kebijakan intern
perusahaan sedangkan capital gain dipengaruhi oleh fluktusai harga saham.
Naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor tetapi harga
saham yang wajar adalah merupakan cerminan dari seluruh informasi yang
ada di pasar. Secara teoritis dikatakan bahwa EVA berhubungan secara
langsung kepada nilai pasar instrinsik perusahaan. Nilai EVA yang
xxii
diproyeksikan dan di-discount ke dalam present value merupakan Market
Value Added, (Young & O'Byrne. 2001:51)
Market Value Added adalah ukuran komulatif kinerja perusahaan
yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada suatu waktu tertentu dari
nilai sekarang EVA di masa mendatang (Munari. 2001). Menurut Roesyeni,
(2002) Market Value Added adalah sama dengan nilai perusahaan yang
berasal dari penjumlahan total modal yang diinvestasikan dengan nilai
sekarang EVA yang diharapakan. Otavio Riveiro de Medeiros (2007)
menyatakan bahwa Market Value Added adalah memaksimumkan
kenaikan nilai pasar saham perusahaan dari modal saham yang ditanamkan
investor, tepatnya adalah selisisih antara nilai pasar dari saham dengan
modal ekuitas yang ditanamkan investor. Ini berarti pergerakan EVA akan
berhubungan dengan pergerakan harga pasar saham. Beberapa peneliti
telah menguji secara empiric (nyata dan jelas) hubungan antara EVA
dengan variasi harga saham di Amerika. Diantaranya adalah Dodd (1996)
(dalam skripsi Abdul Khoer) dan Lehn & Makhija (1996) yang menghasilkan
kesimpulan yang serupa, bahwa antara EVA dengan harga saham
menunjukkan hubungan yang signifikan (Nur Samsi. 2006).
Otavio Riveiro de Medeiros (2007) menegaskan bahwa kunci
keberhasilan dalam mengkalkulasi MVA adalah stock price. Ini berarti bahwa
perubahan harga saham akan berpengaruh terhadap market value added.
Menurut Brigham et al. (1999), MVA akan lebih efektif bila dilakukan dalam
jangka yang panjang. Jika tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan
dalam jangka panjang menunjukkan nilai yang positif akan berdampak
semakin positif juga untuk MVA nya. Banyak perusahaan yang menggunakan
tingkat pertumbuhan penjualan untuk menilik kinerja manajernya, artinya
xxiii
pertumbuhan yang tinggi akan menaikkan keuntungan perusahaan. Young
& O'Byrne (2001;64) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan
merupakan alat untuk mengukur kinerja keuangan dan tingkat pertumbuhan
penjualan yang tinggi mengindikasikan keberhasilan perusahaan dalam
meraih tingkat kemampulabaan di masa datang.
Oleh sebab itu apabila hasil dari pengukuran EVA dan MVA positif,
berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon oleh
meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian
saham (stock return) akan mengalami peningkatan atau perusahaan
berhasil menciptakan nilai tambah perusahaan bagi investor. Dan sebaliknya
jika EVA dan MVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja
yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan
sehingga tingkat pengembalian saham (stock return) akan mengalami
penurunan atau nilai perusahaan berkurang karena tingkat pengembalian
yang dihasilkan lebih rendah dari yang diharapkan investor (Sapto Bayu Aji.
2003). Dengan demikian nilai EVA dan MVA yang positif diharapkan akan
memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kenaikan tingkat
pengembalian saham (stock return) tersebut.
Secara teoritis dikatakan bahwa EVA berhubungan secara langsung
pada nilai pasar intrinsik perusahaan. Jika nilai EVA diproyeksikan dan di
discount ke dalam present value maka hasilnya adalah MVA, karena MVA
adalah ukuran kumulatif kinerja perusahaan yang memperlihatkan penilaian
pasar modal pada suatu waktu tertentu dari nilai EVA di masa mendatang
atau absolut antara nilai pasar saham perusahaan dengan modal yang
diinvestasikan.
xxiv
Menurut Munari (2001) MVA merupakan perbedaan antara nilai
modal yang ditanamkan di perusahaan sepanjang waktu dari investasi
modal, pinjaman, laba ditahan, dan uang yang bisa diambil sekarang atau
sama dengan selisih antara nilai buku dengan nilai pasar perusahaan. MVA
saat kini dianggap menjadi panduan terbaik untuk menilai manajemen
perusahaan publik apakah bagus atau tidak karena MVA menjawab
persoalan penting yang dibutuhkan investor atau kemempuan manajemen
perusahaan publik untuk menambah kekayaan mereka.
Konsep EVA dan MVA merupakan pendekatan relatif baru untuk
menilai kinerja perusahaan. Tidak seperti ukuran kinerja perusahaan
konvensional yang memerlukan analisis pembanding dengan perusahaan
pada industri yang sejenis, sedangkan EVA dan MVA dapat berdiri sendiri.
Metode EVA dan MVA yang berhasil diciptakan perusahaan adalah faktor
yang paling relevan dalam pembentukan nilai perusahaan yang akhirnya
akan berpengaruh pada return saham.
Suatu analisa perlu adanya dasar terori dan acuan yang tepat dalam
melakukan penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat teori-teori
pendukung berdasarkan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini akan
menganalisa kembali dari penelitian terdahulu dan sedikit perbedaan yang
dapat menjadi analisa baru. Adapun perbedaan dari analisa kali ini dengan
pernelitian terdahulu :
1. Pada penelitian terdahulu berjudul “Pengaruh Economic Value Added (EVA),
Residual Income (RI), Earnings dan Operating Cash Flow (OCF) terhadap Return
Saham”, sedangkan dalam penelitian ini akan ditambahkan variable dependen
“Market Value Added”, dan penambahan dua variabel lain yang
mempengaruhi Stock Return dan Market Value Added adalah Growth dan Size.
xxv
2. Pada penelitian terdahulu menganalisa perusahaan yang berada pada sektor
“manufaktur” dan “indeks LQ-45”, sedangkan pada penelitian ini menganalisa
lebih luas yaitu perusahaan di 9 sektor dengan kriteria perusahaan yang berada
dalam “50 Most Active Stocks by Trading Value”.
3. Pada penelitian ini akan menganalisa pada periode menggunakan data
tahunan yang berawal dari tahun 2006-2008.
4. Metode analisis data tidak hanya menggunakan model analisis regresi berganda,
tetapi menggunakan analisis jalur (Path Analyze) pada SPSS 16.00.
B. Perumusan Masalah
Keuggulan konsep EVA karena konsep ini bias mencakup tiga kriteria
cara penciptaan nilai, yakni (i) rate of return dari modal yang ada
bertambah, dimana laba operasi yang dihasilkan dapat meningkat tanpa
memasukkan lebih banyak dana ke dalam perusahaan, (ii) menambah lebih
banyak modal sepanjang tambahan laba yang dihasilkan manajemen atas
dana investasinya melebihi jumlah biaya atas penambahan modalnya, dan
(iii) membebaskan modal dan membayar pinjaman sepanjang laba yang
dihasilkan atas penambahan modal tersebut tidak bisa menutupi modalnya
(Roesyeni. 2002).
Selain itu manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa true cost of
capital dari bisnisnya sehingga tingkat penembalian bersih dari modal dapat
diperlihatkan secara jelas dan berapa jumlah sebenarnya dari modal yang
diinvestasikan ke dalam bisnis dengan tidak terpaku pada aturan-aturan
akuntansi. Manajemen juga dapat bertindak seperti halnya pemegang
saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian
xxvi
dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan (Young&O’Byrne, 2001:66).
Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang ada di pasar. Naik
turunnya harga saham ini akan mempengaruhi tingkat keuntungan
pemegang saham. EVA sebagai alat pengukur kinerja perusahaan dengan
memberikan nilai tambah ekonomis dapat memberikan penilaian terhadap
perubahan harga saham di pasar yang merupakan ukuran komulatif kinerja
perusahaan (MVA).
Beberapa bukti empirical di atas (antara penelitian di Indonesia dan di
luar Indonesia) dapat ditegaskan adanya perbedaan temuan dalam
penelitian. Perbedaan tersebut mendorong pemikiran untuk mengkaji lebih
mendalam pendekatan economic value added sebagai pengukur kinerja
keuangan.
Untuk lebih jelasnya peneliti mengembangkan dalam dua pertanyaan
pokok peneitian yang mengarahkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1. Berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung variable EVA, ROA, ROE,
firm size, sales growth terhadap return saham ?
2. Berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung variable EVA, ROA, ROE,
firm size, sales growth terhadap MVA ?
3. Berapa total pengaruh variable EVA, ROA, ROE, firm size, sales growth terhadap
stock return dan MVA ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian
ini bertujuan :
xxvii
1. Untuk mengetahui pengaruh EVA, ROA, ROE, firm size, sales growth terhadap
return saham.
2. Untuk mengetahui pengaruh EVA, ROA, ROE, firm size, sales growth, stock return
terhadap harga pasar saham (Market Value Added).
D. Manfaat Penelitian
Dengan menganalisis EVA dan beberapa pengukur kinerja lainnya
seperti ROA, ROE, size dan Growth diharapkan akan memberikan
pemahaman tentang EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan yang baru.
Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu paling tidak
memberikan suatu alternatif pilihan bagi calon investor dalam mengambil
keputusan suatu investasi di pasar modal. Penelitian ini juga memberikan
sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan kepada pihak-pihak yang
berminat dan ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang yang sama.
xxviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA dan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Bab ini akan membahas konsep variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini serta hubungan yang terjalin diantara variabel yang
ada. Selanjutnya di bahas juga hubungan antar variable ini dalam
membangun perumusan hipotesis-hipotesis.
A. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Secara periodik, suatu perusahaan akan membuat suatu laporan
yang biasanya disebut laporan keuangan. Laporan keuangan ini perlu untuk
dianalisis, agar perusahaan mendapatkan gambaran mengenai
perkembangan keuangan selama periode tersebut dan feedback yang
sangat berguna dalam menyusun strategi yang akan dilakukan di waktu
yang akan datang.
Menurut Donald Kieso, Jerry J. Wegganet, dan Terry D. Warfield
(2002:3) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Intermediate”, Laporan
keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama
kepada pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan
yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan Keuangan (Financial
xxix
Statement) yang sering disajikan adalah (1) Neraca; (2) Laporan laba-rugi; (3)
Laporan arus kas; (4) Laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham.
Menurut Donald Kieso, Jerry J. Wegganet, dan Terry D. Warfield
(2002:5), tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi kewenangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam
pengambilan keputusan.
2. Menunjukkan apa yang telah dicapai oleh manajer atau pertanggung jawaban
dari manajer atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya.
B. Saham
Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang diperdagangkan
pada Bursa Efek. Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu
perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari
pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya deviden
yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Andy Porman T,
2007:108).
1. Jenis Saham Berdasarkan Besaran Kapitalisasinya
Menurut Dr. Adler H. Manurung, M.Com. M.E (dalam skripsi Istiqomah.
2007) dalam bukunya yang berjudul “Memahami Seluk - Beluk Instrumen
Investasi”, maka berdasarkan besaran kapitalisasinya, saham terdiri dari 3
jenis, yaitu :
1. Saham Berkapitalisasi Besar (Big Market Capitalization).
Merupakan saham dimana nilai sahamnya dihitung atas hasil perkalian jumlah
saham dengan harga pasar dari saham itu sendiri. Bursa Efek Indonesia
xxx
menggolongkan saham-saham berkapitalisasi besar untuk saham-saham yang
mempunyai kapitalisasi pasar lebih dari Rp 1 Triliyun. Saham-saham jenis ini
memiliki pengaruh yang kuat terhadap peningkatan atau penurunan indeks
harga saham gabungan (IHSG). Saham jenis ini dikenal juga dengan istilah Index
Mover Stocks. Contonya antara lain Telkom, Gudang Garam, HM. Sampoerna,
Indosat dan lain-lain.
2. Saham Berkapitalisasi Menengah (Medium Market Capitalization).
Merupakan saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 100 Miliyar
sampai dengan kurang dari Rp 1 Triliyun.
3. Saham Berkapitalisasi Kecil (Small Market Capitalization).
Merupakan saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kurang dari Rp 100 Miliyar.
2. Jenis Saham Berdasarkan Fundamentalnya
Pengelompokkan saham dalam jenis ini berdasarkan atas kaitan
fundamental perusahaan (seperti laba perusahaan, kualitas manajemen
perusahaan, deviden yang dibayarkan kepada para pemegang saham dan
lain-lain) dengan situasi ekonomi yang sedang berlangsung. Menurut artikel
pada harian Pikiran Rakyat dengan judul “Mengenal Instrumen” (9 Mei 2004),
maka berdasarkan fundamentalnya, saham dapat dibedakan menjadi 5
jenis, yaitu :
1. Saham Unggulan (Blue Chips).
Saham-saham yang masuk dalam kelompok ini merupakan saham-saham yang
dikenal mempunyai historis yang kuat dan bagus. Misalnya pertumbuhan laba,
pembayaran deviden, serta reputasi terhadap kualitas manajemen, produk dan
jasa. Umumnya harga saham jenis ini relative mahal dan memberikan deviden
yang cukup lumayan. Contoh Telkom, Gudang Garam, HM. Sampoerna, Indosat,
Unilever, Astra dan lain-lain.
xxxi
2. Saham-saham Bertumbuh (Growth Stocks).
Ciri-ciri saham jenis ini adalah memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi
dari pertumbuhan beberapa tahun sebelumnya dan diharapkan terus
berlangsung sehingga mencapai pertumbuhan laba yang tinggi. Perusahaan
bertumbuh juga memperlihatkan kemampuan manajemen perusahaan yang
diatas rata-rata. Selain itu perusahaan juga mempunyai peluang investasi dalam
proyek-proyek yang menghasilkan tingkat pengembalian (rates of return) lebih
besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan (hurdle rate). Pertumbuhan
laba yang tinggi tersebut terefleksi pada harga saham sehingga investor juga
mendapatkan capital gain lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang lain.
Saham bertumbuh biasanya memberikan deviden yang kecil, atau tidak sama
sekali.
3. Saham-saham Siklikal (Cyclical Stocks).
Ciri-ciri saham jenis ini adalah memberikan tingkat pengembalian lebih baik dari
perubahan tingkat pengembalian pasar secara keseluruhan. Saham-saham
siklikal memiliki volatilitas atau gejolah harga yang mengikuti siklus ekonomi yang
terjadi. Perusahaan yang memiliki saham jens ini merupakan perusahaan yang
mempunyai unjuk kerja (penjualan dan laba) yang sangat dipengaruhi aktivitas
bisnis (ekonomi) secara makro. Perusahaan tersebut biasanya akan memberikan
kinerja sangat baik ketika siklus bisnis atau makro ekonomi sedang dalam posisi
bagus (expansion/booming) dan sebaliknya. Contohnya adalah saham-saham
yang masuk kategori industry kontruksi atau penerbangan.
4. Saham-saham Bertahan (Defensive Stocks).
Cirinya saham tersebut tetap stabil selama periode resesi. Sebab produk-produk
perusahaan tersebut tetap terjual karena memang dibutuhkan. Contoh saham
xxxii
jenis ini adalah saham-saham dari industry utilities, farmasi dan makanan. Seperti
Telkom, Indosat, Hero, Matahari, Alfa dan sebagainya.
5. Saham-saham Spekulatif (Speculative Stocks).
Cirinya, perusahaan-perusahaan ini beroperasi dengan kegiatannya memiliki risiko
usaha tinggi, namun memiliki kemungkinan memperoleh keuntungan besar.
Umumnya saham spekulatif mempunyai harga yang sangat berfluktuasi dan
jumlah yang dipergunakan banyak sekali.
3. Stock Return
Seperti yang telah disebutkan pada bab I bahwa dasar utama orang
melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan. Keuntungan dalam
investasi ini disebut sebagai return (Abdul Halim. 2004:32). Secara lebih spesifik
bila seseorang berinvestasi pada sebuah saham perusahaan, dia akan
memperoleh deviden dalam setiap periodenya dan bila saham itu dijual
maka investor ini akan memperoleh keuntungan / kerugian sebagai akibat
dari selisih harga pada saat membeli saham dengan harga pada saat
saham tersebut dijual (capital / loss) (Andy Porman T, 2007:111). Sesuatu yang
wajar bila seorang investor akan menuntut tingkat keuntungan tertentu atas
dana yang diinvestasikan. Konsep dasarnya adalah semakin tinggi tingkat
return yang diharapkan investor umumnya akan semakin tinggi juga risiko
yang dihadapi investor (Abdul Halim 2004:25). Investor akan memilih saham
yang tingkat risiko rendah dengan tingkat return semaksimal mungkin.
Menurut G. Anto Listianto (2003), return merupakan pengembalian dari
suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return terdiri merupakan
Capital Gain (loss) yang merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi
sekarang relative dengan harga periode yang lalu. Secara umum tingkat
Ri = )(
)(
1
1
−
−−
PT
PTPT
xxxiii
keuntungan (return) investasi dalm sekuritas dipasar modal dapat dituliskan
dalam persamaan matematis sebagai berikut :
Dimana :
Ri = Tingkat keuntungan investasi
PT = Harga saham atau lembar pada periode t.
1−PT = Harga saham atau lembar pada periode t-1.
Ada dua hal yang menarik bila kita mengamati komponen stock
return, antara capital gains / loss dengan deviden. Bagi perusahaan tidak
ada pilihan selain memberikan keuntungna yang maksimal bagi pemegang
saham. Terdapat kondisi yang bertentangan antara capital gains / loss
dengan besarnya deviden yang akan dibagikan. Jika menaikkan deviden
manajemen akan dihadapkan pada kendala kesulitan dana dengan biaya
modal yang murah, karena tidak lagi membayar biaya transaksi. Bila deviden
turun akan berdampak menurunnya harga sesuai dengan prinsip keuangan
(signaling), bahwa setiap tindakan perusahaan dalam membayarkan
deviden per lembar saham akan berdampak pada investor. (Tri Purwani.
2003).
Kebijakan pembagian deviden akhirnya akan tergantung pihak
menajemen, teori manakah yang akan mereka digunakan, apakah
menggunakan signaling hypotesis, The Bird in the hand, Clientle effect
ataukah teori perbedaan pajak. Lebih lanjut Tri Purwani (2003) menyatakan
bahwa untuk memutuskannya perusahaan harus tepat dan seimbang dalam
mengambil kebijakan pembayaran deviden dengan pertumbuhan ke
depan, dalam hal ini memaksimalkan harga saham. Dari beberapa
xxxiv
pendapat di atas nampak bahwa tolak ukur investor dalam melakukan
investasi bertujuan mendapatkan return.
C. Economic Value Added (EVA)
1. Definisi Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) saat ini merupakan salah satu metode
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi operasi sebuah perusahaan
dalam menggunakan modal untuk menciptakan nilai tambah atau
profitabilitas. Melalui konsep EVA, pihak manajemen dapat mengetahui
biaya modal yang sebenarnya dari lingkup bisnisnya, sehingga tingkat
pengembalian modal dapat terlihat jelas (Maya Sari. 2006).
Economic value added pertama kali dikemukakan dan sekaligus
digunakan oleh Stewart dan Stern pada tahun 1987, analisis keuangan dari
Stert Stewart& Co. of New York City (Agustin Ekadjaja. 2001; Sapto Bayu Aji
2003; Azib. 2004; Maya Sari. 2006). Economic value added merupakan alat
analisis fundamental yang relative baru untuk menilai kinerja perusahaan dari
sisi keuangan. Di Indonesia pendekatan ini belum banyak dikenal (G. Anto
Listianto. 2003; Maya Sari. 2006).
Economic Value Added (EVA) sebagai alat pengukur kinerja
keuangan didasarkan pada gagasan laba ekonomis yang menyatakan
bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan mampu
menutup biaya operasi dan biaya modal. EVA juga merupakan alat
komunikasi yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau
oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan untuk
berhubungan dengan pasar modal (Young & O’byrne. 2001:18).
xxxv
Penilaian merupakan suatu yang penting dalam melakukan proses,
baik itu perencanaan, pengendalian ataupun proses transaksional. Dengan
melakukan penilaian perusahaan dapat memilih strategi dan struktur
keuangannya, menentukan phase out terhadap unit-unit bisnis yang tidak
produktif, menetapkan balas jasa internal dan juga menentukan harga
saham secara wajar Azib (2004). Penilaian dalam investasi juga mutlak
dilakukan, seperti investasi di pasar modal untuk menentukan apakah suatu
saham atau kempulan portofolio yang dibentuknya layak untuk dibeli (Azib.
2004).
Selama ini dirasakan belum ada suatu metode penilaian yang secara
akurat dan komprehensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas
kondisi suatu perusahaan. EVA yang dicetuskan oleh G. Bennett dan Joel M
pada tahun 1990-an merupakan jawaban terhadap metode penilaian yang
lebih baik, mengingat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh EVA (Maya
Sari. 2006), yaitu: (1) memfokuskan penilainnya pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. (2)
relative mudah dilakukan, dan (3) dapat digunakan secara mandiri, artinya
tanpa memerlukan data pembanding sebagaimana konsep penialaian
dengan menggunakan analisis rasio.
EVA didifinisikan sebagai keuntunngan operasional setelah pajak
dikurangi dengan biaya modal atau pengukuran pendapatan sisa (residual
income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Sari Maya
(2006). Ada dua hal yang harus diketahui dalam kondep EVA, yaitu berapa
biaya modal yang sebenarnya dan berapa besar yang digunakan.
Ada dua jenis modal yaitu biaya modal dari hutang dan biaya modal
dari ekuitas. Biaya hutang dapat kita temukan dengan mudah dari tingkat
xxxvi
bunga yang dikenakan atas pinjaman sedangkan biaya modal dari ekuitas
orang sering melupakan dan menganggap seolah-olah gratis, padahal
modal ekuitas memiliki tingkat risiko sepertinya halnya modal yang didapat
dari pinjaman. Tingkat risiko ini merupakan batas minimal keuntungan yang
diminta oleh pemegang saham. Jadi konsep EVA adalah menggabungkan
kedua biaya tersebut (biaya hutang dan biaya ekuitas) menurut proposinya
atau yang dikenal sebagai Weighted Average Cost of Capital (WACC).
(Jogiyanto, 2003:50-54)
Dari definisi diatas terlihat salah satu komponen penting dalam
perhitungan EVA adalah biaya modal (cost of capital). Sari Maya (2006)
mengindentifikasi bahwa biaya modal merupakan sesuatu yang penting
dalam melakukan investasi. Lisa Linawati Utomo (1999) mendefinisikan biaya
modal sebagai tingkat pengembalian yang diisyarakatkan oleh semua
investor. Biaya modal dalam konteks ini merupakan biaya modal rata-rata
tertimbang (weighted average cost of capital).
Haris Wibisono (2003) menyatakan bahwa pentingnya perhitungan
biaya modal didasarkan pada 3 alasan : 1) maksimisasi nilai perusahaan
mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan, 2)
keputusan penganggaran modal memerlukan suatu estimasi tentang biaya
modal, dan 3) keputusan-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga
memerlukan estimasi biaya modal.
Ada empat factor yang mempengaruhi besar kecilnya biaya modal
(Roesyeni Rasyid. 2002), yaitu :
1. Kondisi ekonomi secara umum, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi dan inflasi
akan menentukan besarnya tingkat pengembalian bebas risiko.
xxxvii
2. Kondisi pasar. Kemampuan pemasaran suatu sekuritas yang meningkat
menyebabkan tingkat pengembalian yang diisyratkan para investor akan
menurun, yagng berarti biaya modal perusahaan akan mengecil.
3. Keputusan operasi dan pembelanjaan. Investasi yang berisiko tinggi dan banyak
menggunakan sumber dana dari hutang serta saham akan menanggung risiko
yang tinggi. Akibatnya pemilik dana menuntut tingkat pengembalian yang
disyaratkan tinggi, ini berarti biaya modal yang harus ditanggung perusahaan
juga tinggi.
4. Jumlah pembelanjaan. Konsekuensi permintaan jumlah dana yang meningkat
adalah meningakatkan biaya modal.
Selanjutnya ada tiga asumsi dalam penerapan biaya modal. Pertama,
risiko bisnis adalah konstan. Artinya wighted average cost of capital hanya
tepat digunakan apabila hanya investasi yang mempunyai tingkat risiko
bisnis sama untuk aset-aset yang ada. Kedua, risiko keuangan konstan. Risiko
ini ditentukan oleh perbandingan sumber pendanaan jangka panjang
dalam struktur modal. Ketiga, kebijakan deviden konstan. Kebijakan deviden
akan menentukan tingkat pertumbuhan perusahaan, peningkatan
pertumbuhan ini menentukan perubahan dalam biaya modal.
Dalam Bab I disebutkan bahwa modal berasal dari dua sumber yaitu
hutang dan modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan dana hutang
atau pinjaman pihak ketiga maka biaya hutang adalah sama dengan
tingkat keuntungan yang dinikmati pihak pemberi pinjaman ataupun sama
dengan tingkat bunga yang dikenakan setelah dikurangi pajak. Apabila
dana yang dipergunakan adalah modal sendiri, dapat berupa laba ditahan
atau ekuitas maka biaya hutang dapat ditaksir dengan tiga cara, yaitu : (1)
Capital Asset Pricing Model, (2) Discounted Cash Flow Model, dan (3)
xxxviii
pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk Premium (Lhen & Makhija. 1996; Young &
O'Byrne. 2001:95; Nur Samsi. 2006; Maya Sari. 2006).
Dalam pendekatan kedua yaitu Discounted Cash Flow Model ada
tiga metode dengan asumsi yang berbeda, yaitu deviden tidak bertumbuh,
konstan dan bertumbuh tidak konstan. Jika asumsi yang digunakan adalah
deviden tidak bertumbuh atau deviden bertumbuh secara konstan maka
dalam penelitian ini tidak realistic. Jika asumsinya deviden bertumbuh secara
tidak konstan maka perhitungan nilai saham dierlukan beberapa langkah
dengan membuat estimasi pertumbuhan deviden terlebih dahulu sehingga
memerlukan perhitungan yang tepat. Jika pendekatan ketiga Bond-Yield-
Plus-Risk Premium yang dipergunakan maka diperlukan data tingkat obligasi
perusahaan dan tidak semua perusahaan di Indonesia menerbitkan obligasi.
Dengan demikian pendekatan yang tepat untuk menghitung tingkat
keuntungan yang diisyaratkan pemilik modal adalah menggunakan Capital
Asset Pricing Model (CAPM).
Perusahaan juga dihadapkan pada beberapa pilihan untuk
menentukan seberapa besar proporsi antara hutang dengan modal sendiri.
Besarnya masing-masing biaya modal didasarkan pada sasaran struktur
modal perusahaan yang dihitung dengan nilai pasa (market value)nya.
Kesimpulannya adalah setiap perusahaan harus dapat menyusun atau
memilih struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal untuk
dapat memaksimumkan harga saham (Young & O’byrne. 2001:96).
Untuk menghitung biaya modal secara keseluruhan dapat digunakan
Weighted Average Cost of Capital (WACC). Pengalokasikannya tidak semua
komponen modal diperhitungkan dalam penentuan WACC. Hutang dagang
tidak dapat diperhitungkan karena tidak terlalu dapat dikontrol oleh pihak
xxxix
manajemen tetapi diperlakukan sebagai arus kas modal kerja bersih dalam
proses penganggaran modal (Maya Sari. 2006)
Secara sederhana, konsep EVA dapat didefinisikan sebagai
perhitungan laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal rata-
rata tertimbang atau EVA adalah nilai tambah yang diciptakan perusahaan
dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan (Yevi
Dwitayanti. 2005)
2. Manfaat Economic Value Added (EVA)
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus
penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian
kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian
manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA,
para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang
saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian
dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan (Munari. 2001)
Hasil penelitian di Amerika Serikat ternyata menunjang digunakannya
EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan. Lehn dan Makhija (1996) meneliti
kaitan antara berbagai pengukur kinerja seperti EVA (Economic Value
Added), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) dengan tingkat
pengembalian saham (Stock Return) secara umum dianggap sebagai
pengukur terbaik dari kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa
dibandingkan dengan pengukuran lainnya, EVA mempunyai hubungan
xl
yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham. Temuan mereka
mendukung keefektifan EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan.
EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek
yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari pada biaya modalnya.
Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang
positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan
dan dengan demikian sebaiknya diambil. Sebaliknya, kegiatan atau proyek
tersebut tidak menguntungkan dan tidak perlu diambil. Penggunaan EVA
dalam mengevaluasi proyek akan mendorong para manajer untuk selalu
melakukan evaluasi atas tingkat risiko proyek yang bersangkutan. Dengan
EVA para manajer harus selalu membandingkan tingkat pengembalian
proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek
tersebut.
3. Metode Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Secara sederhana, EVA diperoleh dari laba usaha dikurangi biaya-
biaya (charges) atas capital yang diinvestasikan (invested capital), disebut
juga capital charges karena pendekatan EVA telah memasukkan semua
unsur dalam laporan laba rugi dan neraca perusahaan, maka EVA dikenal
juga sebagai pengukuran “total factor” kinerja. (Roesyeni Rasyid. 2002; Haris
Wibisono. 2003; Maya Sari. 2006)
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menghitung
Economic Value Added (EVA), sehingga dibutuhkan laporan keuangan
seperti neraca (balanced sheet) dan laporan laba rugi (income statement)
dalam menghitungnya (Andy Porman T, 2007:183) dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Menghitung biaya hutang (Cost of Debt).
xli
2. Menghitung biaya modal sendiri (Cost of Equity).
3. Menghitung struktur permodalan.
4. Menghitung biaya modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital /
WACC).
5. Menghitung Economic Value Added (EVA) yang bersangkutan.
a. Biaya Hutang (Kd)
Biaya hutang didefinisikan sebagai rate yang harus dibayar oleh
perusahaan untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Sapto
Bayu Aji (2003) mendefinisikan biaya utang sebagai biaya yang harus
ditanggung perusahaan karena menggunakan sumber dana yang berasal
dari pinjaman / utang. Ilustrasi perhitungan di atas dapat disederhanakan
sebagai berikut :
Dimana :
Kd = Biaya hutang efektif
Rd = Biaya hutang sebelum mengurangi penghasilan kena pajak
T = Tingkat marginal pajak (marginal tax rate)
b. Biaya Modal Sendiri (Ke)
Biaya modal sendiri suatu rate tertentu yang harus dicapai
perusahaan agar dapat memenuhi imbalan yang diharapkan (expected
return) oleh pemegang saham biasa (common shareholders) atas dana
yang digunakan pada perusahaan sesuai dengan risiko yang akan diterima.
Sari Maya (2006). Cost of Equity terdiri dari :
1) Biaya Saham Preferen (Cost of Prefferend)
Kd = Rd ( 1 –
xlii
Saham preferen adalah surat yang berharga yang mempunyai
konsep perpectual (tidak pernah mature atau jatuh tempo). Saham preferen
mempunyai deviden yang tetap dan biasanya dalam bentuk presentase
dari nilai perusahaan. Nilai saham preferen merupakan present value dari
semua deviden yang diterima investor di masa yang akan datang.
Dimana :
Kps = Biaya prefferen stock atau tingkat return
D = Deviden
P = Harga atau nilai prefferen stock
2) Biaya Saham Biasa (Cost of Common Stock)
Biaya saham biasa dapat terjadi melalui 2 komponen. Yang pertama
adalah melalui internal, yaitu dari laba ditahan perusahaan, dan yang kedua
adalah melalui eksternal dengan mengeluarkan saham biasa yang baru.
Capital yang diperoleh melalui internal dapat terjadi setelah
perusahaan membagikan labanya kepada kreditor dan pemegang saham
preferen. Sisa laba dimiliki oleh common shareholders. Manajemen
perusahaan dapat membagikan sisa laba ini dalam bentuk cash dividend
atau bahkan dapat menahannya untuk diinvestasikan kembali. Jika ternyata
laba digunakan untuk berinvesatsi maka para common shareholders tentu
saja secara rasional akan meminta tingkat pengembalian yang mereka
harapkan. Jika mereka mengelolanya sendiri setelah menerima dalam
bentuk deviden. Biaya internal ini adalah opportunity cost dari pemegang
saham. Opportunity cost adalah apa yang shareholders dapatkan dari
Kps =
D
xliii
penggunaan dana ini pada tingkatan risiko yang sama (Andy Porman T,
2007:83).
Perbedaan yang ada antara biaya internal dengan eksternal
hanyalah pada biaya dalam mengeluarkan saham biasa (cost of issuing
common stock). Kalau biaya internal merupakan opportunity cost dari
pengguna dana (laba), maka biaya eksternal (modal yang didapat dari
penjualan saham baru) merupakan penjumlahan dari opportunity cost dan
biaya mengeluarkan common stock.
Biaya mengeluarkan Common stock sulit untuk diestimasi karena sifat
dasarnya itu sendiri berupa ketidakpastian arus kas (cash flow) kepada para
pemegang saham. Para pemegang saham common stock menerima return
investasinya dari deviden dan perubahan nilai saham yang mereka miliki.
Besarnya deviden juga tidak tetap seperti saham preferen. Belum lagi sering
terjadi pihak manajemen perusahaan dengan otoritasnya menentukan
sendiri besarnya deviden yang dibayarkan kepada shareholders. Perubahan
nilai atau harga saham juga sulit diestimasi karena dipengaruhi oleh
ekspektasi investor terhadap arus kas perusahaan dimasa yang akan datang
(Andy Porman T, 2007:88)
Di dalam teori keuangan ada bermacam-macam pendekatan yang
biasa dipakai untuk menghitung besarnya biaya common stock, akan tetapi
Devidend Valuation Model (DVM) dan CAPM merupakan model yang sudah
umum dan sangat popular (Eugene F Fama and Kenneth R French. 2003).
Setiap model atau metode mempunyai asumsi yang berbeda-beda dalam
membangun fondasi rumusan metode tersebut sehingga akan menghasilkan
perhitungan yang berbeda-beda pula.
Devidend Valuation Model (DVM)
xliv
Metode ini berangkat dari asumsi bahwa harga saham bukanlah
sesuatu yang penting dibandingkan dengan present value dari cash
dividend dimasa yang akan dating. Perhitungan cost common stock dengan
menggunakan metode ini sebenarnya mempunyai dasar yang sama
dengan perhitungan cost of prefferend stock. Bedanya hanya pada
diikutsertakannya komponen tingkat pertumbuhan deviden (Andy Porman T,
2007:90). Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Maka cost common stock adalah :
Dimana :
P = Nilai atau harga saham.
D 0 = Deviden pada periode sekarang.
D 1 = Deviden pada periode berikut.
Ks = Cost common stock atau tingkat return.
G = Tingkat pertumbuhan deviden.
Model ini mempunyai beberapa kelemahan yang patut dinyatakan, yaitu :
1. Bagaimana jika pertumbuhan deviden tidak tetap? Model ini mengakomodasi
perhitungan untuk saham yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tidak
tetap.
2. Bagaimana jika deviden ditunda pembayarannya? Dalam kasus ini D1akan
menjadi 0, berarti nilai atu harga saham menjadi 0 juga. Hal ini tentu saja tidak
P = D 1/ ( Ks – g ); D 1= D 0 + ( 1 +
Ks =
(
D
xlv
masuk akal. Begitu pula kasusnya pada current dividend, bagaimana dengan
expected dividend?
3. Bagaimana jika ternyaa tingkat pertumbuhan deviden lebihbersar dari tingkat
pengembalian yang diharapkan (required rate of return)? Bagaimana harga
saham akan negative, dan tidak mungkin bukan?.
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) pada awalnua diperkenalkan
pada pertengahan tahun 1960 oleh Sharpe, Litner dan Mossin. Capital Asset
Pricing Model (CAPM) menjelaskan keseimbangan antara tingkat rasio yang
sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio
(Sartono, 2001:168). Konsep CAPM digunakan untuk mengkuantifikasikan
hubungan antara risk dan return. Titik awal asumsinya adalah bahwa investor
memegang portofolio yang telah didifersifikasikan itu dapat dioptimalkan
atau diminimalkan, logikanya risiko yang secara keseluruhan yang ada
dalam portofolio itu berhubungan pergerakkan pasar secara keseluruhan
yang berarti risiko pasarlah yang menentukan nilai investasi (Maya Sari. 2006).
CAPM terdiri atas asumsi di bawah ini :
1. Tidak ada biaya transaksi.
2. Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divisible).
3. Tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal.
4. Para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan buy dan
selling saham (analog dengan teori pasar persaingan sempurna).
5. Semua aktivitas bisa diperjualbelikan.
6. Pemodal mempunyai penghasilan yang homogen.
7. Pemodal diasumsikan akan bertindak semata-mata atas pertimbangan
expected value dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio.
xlvi
Pada prakteknya asumsi diatas tidak realistis. Ilustrasi dari metode
CAPM (Eugene F Fama and Kenneth R French. 2003), yaitu :
Dimana :
Kd = Tingkat hasil minimum para pemegang saham.
Rf = Tingkat bebas risiko risk free rate of return.
β = Beta coefficient for the market portofolio
Model CAPM ini juga mengasumsikan bahwa pasar akan memberikan
imbalan bagi investor untuk risiko sistematis yang mereka bersedia untuk
menanggungnya, semakin besar risiko sistematis maka tingkat pengembalian
yang diharapkan juga akan semakin tinggi. Tingkat risiko beta (β) adalah
ukuran dari besarnya risiko sistematis dari investasi saham tertentu.
Berdasarkan rumus untuk menghitung tingkat pengembalian saham biasa
tersebut, maka variabel yang diamati adalah :
a. Beta
Berdasarkan beta dapat dilihat faktor risiko perusahaan yang
menjadi parameter, dimana pengukur perubahan diharapkan pada
return suatu saham jika terjadi perubahan return pasar. Suad Husnan
(2001:112) menyatakan beta adalah ukuran resiko yang berasal dari
hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan pasar.
Risiko sistematis saham adalah beta saham. Beta saham dihitung
dengan menggunakan teknik regresi dengan model indeks tunggal.
Persamaan regrgesinya adalah:
Keterangan:
Kd = Rf + β (Rm – Rf
)
Ri = ai +βi . RM +
ei
xlvii
Ri = return saham perusahaan
RM = return pasar (IHSG)
ai = konstanta
βi = beta
ei = residual
Pengukuran beta lainnya yang dilakukan oleh penulis adalah
dengan menggunakan CAPM, CAPM digunakan secara luas dalam
literatur keuangan untuk menentukan return rata-rata yang dibutuhkan
pemegang saham dari aset tertentu berdasarkan kontribusinya bagi
risiko portofolio secara keseluruhan. (Andy Porman T, 2007:116).
b. Tingkat keuntungan portofolio atau return market (Rm)
Return pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham
yang beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan atas Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, dan perhitungan return
pasar ini dapat dilakukan dengan rumus (Sri Isworo A. 2005) :
Dimana :
Rm = Tingkat pengambilan pasar bulan ke t.
IHSG t = Indeks harga saham gabungan bulan ke t.
IHGS 1−t = Indeks harga saham gabungan bulan ke t-1
c. Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual (Ri)
E(ri) = rf + β (rm – rf)
1−
−−=
t
tt
IHSG
IHSGIHSGRm
xlviii
Return Individual dihitung berdasarkan data perkembangan harga
saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan return
individual dapat dilakukan dengan rumus (Nur Samsi. 2006)
Dimana :
PT = Harga saham atau lembar pada periode t.
1−PT = Harga saham atau lembar pada periode t-1.
Kelemahannya :
1. Dalam menghitung besarnya cost common stock model ini sangat bergantung
pada nilai histories. Tingkat pengembalian saham dan tingkat pasar merupakan
perhitungan model CAPM menggunakan nilai historis, sedangkan nilai historis
tidak merefleksikan future (misal depresiasi).
2. Sensitivitas stock return dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya jika
perusahaan merubah struktur modalnya.
3. Jika saham perusahaan tidak diperdagangkan secara umum maka tidak ada
sumber informasi untuk menghitung biaya modalnya (sekalipun itu nilai historis).
c. Struktur Modal
1) Pengertian Struktur Modal
Menentukan besarnya presentase masing-masing sumber modal yang
tersedia untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan menciptakan
struktur modal merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi suatu
perusahaan.
Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah hutang
jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham
preferen dan saham biasa. Penggunaan masing-masing jenis modal
Ri = )(
)(
1
1
−
−−
PT
PTPT
xlix
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap laba yang diperoleh sebab
harus membayar bunga yang bisa dimanfaatkan sebagai pengurang pajak
yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang
kompensasinya berupa pembayaran deviden diambilkan dari keuntungan
setelah pajak, karena itu pembayaran deviden diambilkan dari keuntungan
setelah pajak, karena itu perusahaan hati-hati dalam mengambil keputusan
yang menyangkut penentuan strukatur modal optimal sehingga mampu
memaksimalkan perusahaan (Lisa Linawati U. 1999).
2) Konsep Biaya Modal (cost of capital (COC))
Tidak seperti analisis rasio keuangan tradisional, EVA selalu
memperhatikan biaya modal dalam perhitungannya yaitu biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh modal yang diinvestasikan pada
perusahaan. Besarnya kompensasi tergantung pada tingkat risiko
perusahaan, makin tinggi risiko maka makin tinggi pula tingkat pengembalian
yang dituntut investor, makin rendah tingkat risiko maka makin rendah pula
ekspektasi pengembalian yang dituntut.
C.O.C atau biaya modal meruakan biaya yang diperlukan guna
memperoleh dana yang akan digunakan untuk modal suatu perusahaan.
Dana ini akan digunakan perusahaan untuk berinvestasi jangka panjang
yang diperoleh dari kreditor dan atau pemegang saham (shareholders),
dengan kata lain biaya ini merupakan gambaran dari tingkat pengembalian
minimum untuk bisa memuaskan tingkat pengembalian yang diharapkan
(required rate return) investor (Pradono dan Jogi C Christiawan. 2004).
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendanya C.O.C (Agustin Ekadjaja.
2001) :
1. Keadaan perekonomian secara umum
l
Salah satu indicator perekonomian adalah tingkat inflasi. Apabila terjadi inflasi yang
menyebabkan lemahnya daya beli, maka pengusaha akan menetapkan tingkat
pengembalian yang tinggi sebagai antisipasi terhadap kerugian.
2. Kondisi pasar sekuritas
Inti dari faktor ini adalah jika risiko investasinya cukup tinggi maka investor
menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi sebagai antisipasi terhadap
kerugian.
3. Kondisi operasi dan pembiayaan
Dinyatakan bahwa jika perusahaan menggunakan debt atau prefferen stock dalam
jumlah yang banyak, maka risiko perusahaan akan meningkat dan investor akan
meminta tingkat pengembalian yang tinggi pula. Sehingga akan membuat
C.O.C.
4. Jumlah perusahaan
Jika jumlah permintaan akan dana meningkat, maka C.O.C akan meningkat, begitu
pula sebaliknya.
Dalam melakukan perhitungan terhadap biaya modal (C.O.C) dari
masing-masing komponen harus ditentukan dahulu. Untuk itu ada tiga
langkah dasar yang perlu dilakukan :
1. Menghitung biaya modal masing-masing sumber dana secara terpisah, yang
terdiri dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan.
2. Menentukan presentase hutang, saham preferen dan saham biasa yang akan
digunakan untuk membiayai investasi selanjutnya.
3. Menghitung biaya modal secara keseluruhan atau bobot dari berbagai jumlah
pembiayaan yang dibutuhkan.
d. Biaya Modal Tertimbang
li
Perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham oleh
mendapatkan kembali pada modal yang diinvestasikan di atas biaya yang
modal. WACC (Rata-rata Biaya Modal) merupakan ekspresi dari biaya ini.
Digunakan untuk melihat apakah nilai yang ditambahkan pada saat tertentu
atau dimaksudkan strategi investasi atau proyek atau pembelian yang
dilakukan (Maya Sari. 2006). WACC dinyatakan sebagai persentase, seperti
bunga. Misalnya, jika sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan
WACC sebesar 12%, selain ini berarti hanya investasi harus dilakukan dan
semua investasi harus dilakukan, yang memberikan return lebih tinggi
daripada WACC sebesar 12%. Biaya modal untuk investasi, baik untuk seluruh
perusahaan atau untuk sebuah proyek, adalah tingkat pengembalian modal
yang selular ingin menerima jika mereka akan berinvestasi di tempat lain
mereka modal. Dengan kata lain, biaya modal merupakan jenis biaya
kesempatan.
Pemahaman konsep Weighted Average Cost of Capital (WACC)
sangatlah penting dalam penerapan konsep EVA. Sebagaimana dijelaskan
di atas bahwa EVA merupakan konsep adil mempertimbangkan harapan
dan kepentingan para investor yang dinyatakan dengan biaya modal rata-
rata tertimbang struktur modal yang ada. Perhitungan Weighted Average
Cost of Capital (WACC) menggunakan rumus (G.Anto Listianto. 2003) :
Dimana :
WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang
Kc : Biaya modal saham
Wc : Prpoporsi ekuitas
WACC = ( Kc x Wc ) + ( Kd x
lii
Kd : Biaya modal hutang
Wd : Proporsi hutang
e. Menghitung EVA
Secara sederhana, konsep EVA dapat didefinisikan sebagai perhitungan
laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.
Atau Eva adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan
system pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan
manajemen perusahaan, karena EVA berhubungan langsung dengan nilai
pasar sebuah perusahaan. Secara matematis, rumus yang digunakan untuk
menghitung EVA (Agustin Ekadjaja. 2001; Roesyeni Rasyid. 2002; G. Anto Listianto.
2003; Sri Isworo Adiningsi. 2005; Sari Maya. 2006) adalah sebagai berikut :
Dimana :
EVA : Keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya
modal.
NOPAT : Laba operasi bersih setelah pajak
C* : Cost of capital yaitu ongkos modal baik dari modal berupa hutang
maupun modal berupa saham. Dalam hal ini C.O.C merupakan nilai
dari WACC.
Capital : Jumlah dana yang terdiri dari hutang berbunga dan ekuitas saham
yang tersedia di perusahaan untuk mendanai usaha perusahaan.
EBIT : Laba perusahaan sebelum dampak pembiayaan dan perpajakan.
TAX : Besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
EVA = NOPAT – (c* x Capital)
= EBIT – TAX – (WACC x Capital)
liii
4. Tolak Ukur Economic Value Added (EVA)
Menurut Haris Wibisono (2003) dan Maya Sari (2006) ada tiga ukuran
Economic Value Added yaitu :
1. Apabila EVA > 0, berarti nilai EVA positif yang menunjukkan telah terjadi proses
nilai tambah pada perusahaan.
2. Apabila EVA = 0 menunjukkan posisi impas atau Break Event Point.
3. Apabila EVA <0, yang berarti EVA negatif menunjukkan tidak terjadi proses nilai
tambah.
Dari uraian singkat diatas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa pada
dasarnya pendekatan EVA (Economic Value Added) berfungsi sebagai:
1. Indikator tentang adanya penciptaan nilai dari sebuah investasi.
2. Indikator kinerja sebuah perusahaan dalam setiap kegiatan operasional
ekonomisnya.
3. Pendekatan baru dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan
memperhatikan secara adil para penyandang dana atau pemegang saham.
5. Kelebihan Economic Value Added (EVA)
EVA memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. EVA dapat digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan yang
memfokuskan penilainya pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban
bunga modal sebagai konsekuensinya.
2. EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Artinya para manajer akan berfikir dan bertindak seperti
liv
halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat
pengembalian dan meminumkan tingkat modal sehingga nilai perusahaan
dapat maksimal.
3. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pemanding
standar industri atau data perusahaan lain, sehingga konsep penilaian dengan
menggunakan analisis rasio.
4. EVA menjadikan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur
modalnya.
5. EVA juga bisa digunakan sebagai dasar pemberian bonus kepada karyawannya.
6. EVA sangat membantu dalam identifikasi kegiatan atau proyek yang
memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modalnya.
6. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Meskipun EVA memiliki beberapa kelebihan, namun teknik ini juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan EVA antara lain :
1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
2. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas
perusahaan seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
3. EVA terlalu bertumpu dalam mengkaji dan mengambil keputusan dan untuk
menjual atau membeli saham tertentu. Padahal factor lain terkadang lebih
dominant.
4. Konsep ini sangat tergantung pada transparasi internal dalam perhitungan EVA
secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan
dalam mengemukakan kondisi internalnya.
5. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi bagi biaya modal dan untuk
perusahaan yang belum go public, estimasi ini sulit dilakukan.
lv
6. Secara konseptual EVA memang lebih unggul dari pada analisa keuangan,
namun secara praktis EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.
Semakin banyak perusahaan yang menggunakan EVA sebagai suatu
alat untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya untuk mengukur
penciptaan nilai. Perusahaan – perusahaan tersebut percaya bahwa
penggunaan EVA akan membuat kepentingan manajer semakin sesuai
dengan kepentingan pemilik modal. EVA mengukur besarnya nilai yang
diciptakan oleh suatu perusahaan karena berbeda dengan pengukuran
akuntansi tradisional, EVA memperhitungkan biaya modal atas investasi yang
dilakukan (Maya Sari. 2006). Dengan diperhitungkannya biaya modal, EVA
mengindikasikan seberapa jauh perusahaan telah menciptakan nilai bagi
pemilik modal. Namun demikian, dalam prakteknya EVA dapat menimbulkan
masalah, terutama karena diperlukannya estimasi atas tingkat biaya modal.
Untuk itu dalam menerapkan EVA, kita harus selalu memonitor dan
mengevaluasi atas kewajaran tingkat biaya modal yang digunakan (Anne M
Anderson & Roger P Bey. 2007).
D. Market Value Added (MVA)
1. Definisi Market Value Added (MVA)
Tujuan utama bagi perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Tetapi bagaimana? Tujuan ini dapat
lvi
diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan (market value of
firm). Memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga saham (Andy Porman T, 2007:161). Jika harga pasar saham maksimum
melebihi harga modal saham yang ditanamkan investor menurut Yevi
Dwitayantai (2005) disebut sebagai market value added. Lebih jelasnya
market value added atau nilai tambah pasar adalah besaran yang langsung
mengukur penciptaan nilai perusahaan berupa selisih nilai pasar ekuitas
(market value of equity) dengan jumlah ang ditanamkan investor dalam
perusahaan, sehingga kekayaan atau kesejahteraan pemilik akan
bertambah maksimal jika market value added maksimal (Roesyeni. 2002).
Lebih lanjut, Yevi mendefinisikan MVA sebagai berikut : “Market Value
Added adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaan
sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman dan laba ditahan dan uang
yang bisa diambil sekarang”. Munari (2001) , “Market Value Added dari
sebuah sekuritas perusahaan didasarkan pada ekspektasi dari cash flow
perusahaan dimana yang akan datang, secara esensi MVA adalah net
present value dari seluruh investasi perusahaan”. Dengan kata lain MVA
bukanlah suatu alat untuk mengukur atau menghitung kinerja perusahaan
secara historis tetapi lebih merefleksikan perspektif investor terhadap kinerja
perusahaan pada masa yang akan datang”.
Market Value Added merupakan suatu metode untuk mengukur
seberapa besar nilai tambah yang berhasil diberikan oleh manajemen
kepada penyandang dana perusahaan. Pada metode MVA, kepentingan
dan harapan penyandang dana sangat diperhatikan. Hal ini terlihat
seberapa besar perusahaan atau manajemen mampu memberikan
kesejahteraan kepada para penyandang dana. MVA adalah EVA yang
lvii
dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang
dipresentvalue-kan. MVA menuntut diterapkannya pasar modal yang efisien
dengan harga saham sebagai cerminan dari seluruh informasi yang tersedia.
Jika dilihat dalam periode waktu, penerapan EVA berjangka waktu
lebih fleksibel dalam arti dapat ditentukan oleh manajemen, sementara MVA
paling tidak memiliki jangka waktu perhitungan paling tidak 5 sampai 10
tahun sehingga dalam penerapannya MVA lebih banyak digunakan untuk
mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan selama usia perusahaan. Hal
ini selaras dengan system pemberian peringkat yang digunakan Otavio
Riveirro de Medeiros (2007) terhadap perusahaan kaitannya dengan
penciptaan kesejahteraan pemegang saham perusahaan berdasarkan
perbandingan tingkat MVA.
Dari pendapat di atas secara logika dapat kita hubungkan bahwa
nilai perusahaan yang telah go public sama dengan harga saham di pasar.
Jadi jika harga saham naik yang berarti menaikkan return akan berdampak
menaikkan market value added. Pada saat harga saham mencapai titik
puncak investor akan melakukan reaksi ambil untung dengan melakukan
penjualan-penjualan saham yang dipegangnya dan ini akan berdampak
menurunnya harga saham sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran (Nur Samsi. 2006; Hamid Usman. 2006).
2. Keunggulan Market Value Added (MVA)
Andy Porman T (2007:163) keuntungan dari penggunaan MVA adalah
bahwa para manajer dapat dengan penuh percaya diri memaksimalkan
MVA saat ini sehingga kelebihan pengembalian (excess return) juga akan
maksimal.
3. Kelemahan Market Value Added (MVA)
lviii
Andy Porman T (2007:165), Kelemahan MVA adalah :
1. MVA mengabaikan kesempatan biaya opportunitas dari modal yang
diinvestasikan pada perusahaan.
2. MVA adalah sebuah indicator “sekali bidik” yang mengukur perbedaan nilai
pasar dan modal yang diinvestasikan pada tanggal tertentu. Misalnya terdapat
dua perusahaan yaitu PT ABC dan PT BCD yang keduanya memiliki MVA yang
sama sebesar U$ 3 billion, jika dilihat dari segi MVA, kedua perusahaan tersebut
dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam menciptakan nilai bagi para
pemegang saham. Namun factor lainnya juga masih harus dilihat misalnya
apakan perusahaan tersebut membayarkan devidennya atau tidak.
4. Menghitung Market Value Added (MVA)
Dimana :
Market Value of Equity = Number of Shares (jumlah saham yang beredar) x Price
Share (harga saham individual).
Book Value of Equity = Total nilai modal yang diinvestasikan dalam perusahaan
E. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)
Return On Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang digunakan
untuk menilai kondisi keuangan dari suatu perusahaan dengan
menggunakan skala tertentu atau suatu alat untuk menilai apakah seluruh
asset yang dimiliki perusahaan sudah dipergunakan semaksimal mungkin
untuk mendapatkan keuntungan (Andy Porman T, 2007:147). Sedangkan
Return On Equity (ROE) merupakan rasio keuangan untuk menilai atau
mengukur tingkat pengembalian rata-rata dari investasi pemegang saham
(Haris Wibisono. 2003).
MVA = Market Value of Equity – Book Value of
lix
Dari definisi diatas terlihat bahwa keduanya merupakan suatu metode
untuk menilai kinerja suatu perusahaan dari sisi keuangan. Tri Purwani (2003)
juga menyatakan bahwa analisis rasio di desain untuk menggambarkan
hubungan antar akun laporan keuangan. ROE dipergunakan oleh para
pemegang saham sebagai dasar dalam menentukan kinerja keuangan
suatu perusahaan.
Rasio keuangan dihitung berdasarkan laporan keuangan pada satu
tahun saja tidak akan dapat memberikan informasi yang memadai. Menurut
Pradono dan Jogi C Christiawan (2004) untuk memperoleh informasi yang
lebih banyak rasio keuangan perusahaan harus dibandingkan dengan rasio
keuangan industri atau membandingkan rasio keuangan perusahaan dari
waktu ke waktu.
F. Size (Ukuran Perusahaan)
Hubungan atau pengaruh ukuran perusahaan terhadap sruktur
keuangan perusahan berdasarkan kenyataan bahwa apabila perusahaan
semakin besar menanamkan modalnya pada berbagai jeni usaha, lebih
mudah memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan
membayar bunga yang lebih rendah untuk dana yang dipinjamnya. Jadi
ada petunjuk bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan dan
berpengaruh secara positif terhadap struktur financial perusahaan (Lisa
Linawati Utomo. 1999).
lx
Kemampuan perusahaan satu dengan lainnya adalah berbeda.
Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Penelitian yang
dilakukan oleh Lisa Linawat Utomo. 1999) menghasilkan temuan bahwa
saham perusahaan kecil cenderung menghasilkan return yang lebih tinggi.
Wild & Kwon (1984); Elton & Gruber (1995) dalam penelitiannya menghasilkan
kesimpulan yang berbeda. Mereka menemukan bahwa perusahaan dalam
ukuran besar menghasilkan return yang lebih baik dibanding perusahaan
kecil karena perusahaan besar lebih akurat disbanding perusahaan kecil
dalam memperoleh informasi. Disamping itu, perusahaan besar dianggap
mempunyai risiko yang lebih kecil (memiliki akses ke pasar modal sehingga
dapat menekan risiko).
Ukuran dalam penelitian ini mencakup kapitalisasi pasar. Kapitalisasi di
bagi menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut (Djawahir Kusnan,
2002):
1. Kapitalisasi Besar (Big-Cap) : Saham ini nilai kapitalisasi pasarnya lebih besar atau
sama dengan Rp 5 Triliun. Saham ini biasa disebut oleh masyarakat umum
dengan saham Blue Chip/saham papan atas/lapis pertama.
2. Kapitalisasi Sedang (Mid-Cap) : Saham ini memiliki nilai kapitalisasi pasar berkisar
antara Rp 1 Triliun dan Rp 5 Triliun. Saham jenis ini menarik investor karena ROI
yang relatif sedang dan harga saham yang cukup besar dan berada di
industrinya dalam jangka waktu yang lama.
3. Kapitalisasi Kecil (Small-Cap) : Saham ini memiliki nilai kapitalisasi pasar di bawah
Rp 1 Triliun, harganya relative murah, tapi juga dengan risiko yang besar berupa
kerugian. Harga saham pada kelompok ini bersifat labil dan sebagian besar
merupakan saham tidur (saham yang tidak pernah ditransaksikan untuk waktu
yang cukup lama dengan frekuensi 1-2 frekuensi sebulan).
lxi
G. Growth
Sebagian besar perusahaan menggunakan tingkat pertumbuhan
penjualan dalam mengukur dan menilai kemampuan manajernya, mereka
beranggapan bahwa pertumbuhan penjualan yang tinggi akan menaikkan
keuntungan perusahaan. Pendapat ini tidak salah karena tingkat
pertumbuhan penjualan meruakan alat untuk mengukur kinerja keuangan
dilihat dari sisi market-nya (Young & O'Byrne, 2001).
Investor akan cenderung memilih perusahaan yang mempunyai
tingkat pertumbuhan tinggi karena mengindikasikan keberhasilan
perusahaan dalam meraih tingkat kemampulabaan di masa mendatang (G
Anto Listianto. 2003). Young & O'byrne (2001) lebih lanjut menyatakan bahwa
tingkat pertumbuhan berbanding lurus dengan market value added, karena
salah satu komponen nilai dari perusahaan adalah nilai pertumbuhan di
masa mendatang dan salah satu kuncinya adalah pertumbuhan penjualan.
H. Economic Value Added dan Stock Return
Penelitian Lehn & Makhija (1996) dan Sapto Bayu Aji (2006) tentang
hubungan antara lima pengukur kinerja (ROA, ROE, ROS, EVA, dan MVA)
dengan stock return menemukan bahwa kelima pngukur kinerja tersebut
berhubungan positif dengan stock return. Perbedaan diantara kelima
pengukur kinerja meskipun tidak terlalu besar, EVA berkorelasi lebih kuat
dengan stock return daripada korelasi keempat kinerja dengan stock return.
Secara teori EVA memiliki keunggulan dalam hal menciptakan nilai
tambah melalui pengurangan beban biaya modal yang timbul sebagai
akibat investasi yang dilakukan. Jika EVA bernilai positif berarti perusahaan
lxii
menunjukkan kinerja yang baik sehingga tujuan investor untuk mendapatkan
keuntungan atau return dapat diwujudkan (Maya Sari. 2006). Disamping itu
EVA memberikan penilaian secara wajar atas kondisi perusahaan, sementara
dalam pendekatan analisis rasio tidak memperhitungkan risiko bisnis sebagai
akibat dari investasi yang dilakukan (Nur Samsi. 2006).
I. Economic Value Added dan Market Value Added
Lehn & Makhija (1996) dan Munari (2001) menyatakan market value
added adalah present value of future EVA, yang berarti jika EVA positif maka
MVA juga positif. G Anto Listianto (2003), Yevi Dwitayanti (2005) dan Sri Isworo
Adiningsi (2005) yang menguji pengaruh EVA terhadap MVA menemukan
hubungan yang positif.
Menurut Andy Porman T (2007:162) kunci utama dalam menghitung
MVA adalah harga saham. Jika harga saham naik maka MVA juga akan
naik. Perubahan harga saham di pasar mempengaruhi tingkat keuntungan
pemegang saham, berarti EVA sebagai pengukur kinerja keuangan
perusahaan yang menciptakan nilai tambah bagi perusahaan akan
berhubungan searah dengan perubahan harga saham (Roesyeni Rasyid.
2002).
J. Penelitian Sebelumnya
lxiii
Penelitian yang akan dilakukan di sini merupakan replikasi dari Lehn &
Makhija. 1996; Lisa Linawati Utomo (1999); Haris Wibisono (2003); Sapto Bayu
Aji (2004). Temuan yang dihasilkan oleh Lehn dan Makhija adalah EVA
berkorelasi positif dengan return saham dan lebih kuat dibandingkan dengan
ROA dan ROE serta berkorelasi dengan MVA. Temuan dari Munari (2001)
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara economic value added
dengan market value added.
Yevi Dwitayanti (2005) dan Sri Isworo Adiningsi (2005). Mereka
menyatakan bahwa EVA berpengaruh signifikan terhadap MVA, karena EVA
dan MVA merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan, secara logis hasil analisis EVA dan MVA pada suatu
perusahaan, apabila EVA positif maka MVA juga positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Lehn & Makhija (1996) menghasilkan
kesimpulan bahwa ROA dan ROE berhubungan dan signifikan terhadap
stock return. Hasil penelitian dari Tri Purwani (2003) menunjukkan korelasi
antara ROA dengan return saham lebih kuat dan sifnifikan dibandingkan
antara EVA dengan return saham.
Dari penelitian Lehn & Makhija tersebut menunjukkan bahwa EVA
yang meningkat dan berkorelasi positif dengan return saham akan
memperbesar penghasilan para pemegang saham. Apabila EVA berkorelasi
dengna MVA menunjukkan bahwa harga saham di pasar mencerminkan
kinerja intern perusahaan. Penelitian yang dilakukan di Amerika yang kondisi
pasar modalnya bersifat efisien yang berarti bahwa harga pasar saham
mencerminkan seluruh informasi yang ada. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh G Anto Listianto (2003) menunjukkan bahwa EVA berkorelasi
kuat dengan setiap perubahan MVA. Dalam penelitiannya di New York Stock
lxiv
Exchange, perubahan EVA dalam waktu 5 tahun menjelaskan perubahan
nilai pasar saham sebesar 74% sedangkan perubahan dalam earning pada
periode yang sama hanya menjelaskan perubahan 24% dan 64%.
GBS III (1991) (dalam skripsi Istiqomah) dalam penelitiannya pada
perusahaan industri di pasar modal periode 1984-1988 dengan
menggunakan analisis regresi, dari setiap perubahan MVA terhadap EVA,
ROE, deviden, cash-flow, dan EPS, hasilnya adalah EVA memiliki korelasi (R2)
tertinggi. Beberapa penelitian tersebut di atas terlihat ada perbedaan hasil
antara penelitian yang dilakukan di luar dengan di Indonesia. Perbedaan
hasil penelitian ini terjadi disebabkan oleh kondisi (dimana investor Indonesia
belum banyak menggunakan pendekatan EVA dalam analisisnya) atau
terjadi perbedaan dalam perhitungan biaya ekuitas (Ruky.1997).
K. Kerangka Berfikir
Penilaian kinerja bagian keuangan suatu perusahaan, khususnya
perusahaan publik, merupakan pekerjaan yang sangat penting terutama jika
dikaitkan tentang bagaimana mensejahterakan pemilik atau pemegang
saham dan karyawan dalam perusahaan tersebut sederhananya
memaksimumkan nilai perusahaan. Oleh karena itu perusahaan berusaha
untuk memaksimumkan nilai perusahaan melalui memaksimalkan selisih
antara nilai pasar saham (market value of equity) dengan jumlah yang
ditanamkan investor perusahaan.
Alat penilai kinerja keuangan yang hingga sekarang masih digunakan
terutama di lingkungan praktisi adalah dengan menggunakan rasio
keuangan seperti Return on Equity (ROE), Return on Assets, atau Return on
Investment. Namun jika dicermati secara seksama penilaian kinerja dengan
lxv
mengganakan rasio keuangan mengandung kelemahan atau keterbatasan
yang sangat fundamental. Beberapa keterbatasan rasio keuangan tersebut
antara lain (Djawahir Kusnan 2002): (1) rasio keuangan tidak disesuaikan
dengan perubahan tingkat harga, (2) rasio keuangan sulit digunakan
sebagai pembandinga antar perusahaan sejenis jika terdapat perbedaan
metode akuntansinya, (3) rasio keuangan hanya menggambarkan kondisi
sesaat, yaitu pada tanggal laporan keuangan dan metode pelaporan
keuangan.
Mengacu pada berbagai kelemah-kelemahan yang terdapat dalam
pengukur kinerja tradisional muncullah alat pengukur kinerja keuangan baru
yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Pada
pendekatan EVA ini suatu perusahaan dianggap menciptakan nilai jika
pengembalian atas modal meningkat, terdapat pertumbuhan (growth) yang
menguntungkan, pengurangan biaya hutang dan pembiaayan ekuitas
beserta kompsisinya yang membentuk struktur modal. Secara logis apabila
hasil analisis EVA dan MVA pada suatu perusahaan, apabila EVA positif maka
MVA juga positif.
Tertarik dengan pengukur kinerja keuangan baru tersebut maka peneliti akan
menganalisis pengaruh EVA terhadap Stock Return dan MVA, dengan
menggunakan variabel lain sebagai variable control yaitu ROA, ROE, Size Firm dan
Sales Growth dengan menggunakan analisis jalur yang dikembangkan oleh Sewall
Wright pada tahun 1934 (Euis Soliha & Taswan. 2002) dengan tujuan untuk
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai
variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh langsung dan
tidak langsung secara relatif dinyatakan oleh besaran numerik koefisien jalur (path
analysis).
lxvi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Analisis Jalur: pengaruh Economic Value
Added terhadap Stock Return dan Market Value Added
ε1 ε2
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran: pengaruh Economic Value Added terhadap
Stock Return dan Market Value Added
EVA (x1)
ROA (x2)
ROE (x3)
SIZE (x4)
GROWTH
(x5)
STOCK RETURN (y1) MVA
(y )
lxvii
Kerangka Berpikir
L. Perumusan Hipotesis
Perusahaan di 9 Sektor Yang Go Publik
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Laporan Keuangan Perusahaan (Tahun 2006 sampai
Economic Value
Added
Return On Assets
Return On Equity
Pengaruh Economic Value Added terhadap Market
Value Added dan Stock Return
Economic Value
Added
Return On Assets
Return On Equity
Market Value
Added
SPSS 16.00
Path Analysis
Uji t Uji F
Interprestasi
Stock Return
lxviii
Hipotesis menyatakan hubungan yang di duga secara logis antara
dua variable atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat di uji secara
empiris, pengujian hipotesisnya sebagai berikut:
1. Berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel EVA, ROA, ROE,
firm size (Firm) dan sales growth terhadap stock return?
2. Berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel EVA, ROA, ROE,
firm size (Firm) dan sales growth terhadap MVA ?
3. Berapa besar pengaruh total variabel EVA, ROA, ROE, firm size (Firm) terhadap
stock return dan MVA ?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
lxix
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dalam penelitian
ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Economic Value
Added terhadap Market Value Added dan Stock Return yang diterima oleh
pemegang saham pada perusahaan di 9 sektor yang listed di Bursa Efek
Indonesia untuk periode tahun 2006 sampai tahun 2008.
Bab ini juga membahas tentang desain penelitian yang berisi sample
dan pengumpulan data. Di samping itu dibahas pula metode analisis data,
definisi operasional, pengukuran variable penelitian, model penelitian dan
hubungan antar variable.
B. Metode Penentuan Sampel
Untuk menentukan prosedur sample penelitian, peneliti
mengidentifikasi populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
di 9 sektor di Bursa Efek Indonesia, untuk periode tahun 2006-2008. Alasan
peneliti memilih saham-saham yang termasuk dalam perusahaan 9 sektor di
Bursa Efek Indonesia, karena saham-saham pada sektor tersebut merupakan
saham yang dalam perekonomian suatu negara sangat dibutuhkan dan
merupakan salah satu faktor pendukung untuk kemajuan suatu negara.
Pada tahun 2006 dan 2008, dilihat bahwa tingkat inflasi menurun, tingkat suku
bunga menurun, tingkat ekspor meningkat sehingga menjadikan
pertumbuhan ekonomi yang membaik.
Sedangkan pemilihan Perusahaan di 9 Sektor, karena perusahaan-
perusahaan tersebut memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian
di Indonesia secara menyeluruh. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah "Purposive Sampling" yaitu pengambilan sampel yang
lxx
menyesuaikan diri dengan kriteria tertentu (Emory & Cooper. 1995) (dalam
skripsi Abdul Khoer).
Adapun kriteria data yang dipilih adalah sebagai berikut :
1. Merupakan perusahaan-perusahaan yang menjadi 50 perusahaan dengan
saham teraktif berdasarkan value (Rp) “50 Most Active Stocks by Trading Value”
pada Bursa Efek Indonesia dan tetap konsisten dari tahun 2005 sampai tahun
2008.
2. Terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2006
sampai tahun 2008.
3. Mempunyai kelengkapan data keuangan yang dibutuhkan secara konsisten
mulai tahun 2005 sampai tahun 2008 yang telah diaudit.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang berasalh dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun dari luar
Bursa Efek Indonesia sedangkan teknik dalam pengumpulan-pengumpulan
data tersebut dilakukan dengan cara :
1. Data Sekunder
Pengumpulan data dan keterangan mengenai saham perusahaan-perusahaa di 9
sektor , laporan keuangan dan data lain yang berhubungan dengan pelitian ini,
maka peneliti mengadakan penelitian ke Bursa Efek Indonesia secara langsung
guna memperoleh data-data yang diperlukan. Penelusuran data dilakukan
dengan 2 cara, yaitu : (1) Penelusuran secara manual untuk data dalam format
kertas hasil cetakan, dan (2) Penelusuran dengan komputer untuk data dalam
format laporan elektronik (Indriantoro dan Supomo, 2002:150).
2. Study Keperpustakaan (Library Research)
lxxi
Untuk dapat memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat
memecahkan permasalahan yang ada, maka peneliti mengadakan penelitian
kepustakaan dengan membaca literature-literatur berupa text book, surat
kabar, majalah dan lain-lainnya yang berhubungan dengan tema skripsi
3. Pencarian melalui Internet (Internet Research)
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam
diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to
date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan
penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet
sehingga data yang diperoleh up to date seperti: www.idx.go.id ,
www.bi.go.id , www.ssrn.com, www.yahoofinance.com dan lain-lain.
D. Metode Analisis Data
1. Identifikasi Variabel, terdapat dua variabel yaitu:
a. Variabel Endogen
Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
eksogen dan merupakan variabel antara. Ada dua variabel endogen
dalam penelitian yaitu stock return, dan Market Value Added (MVA).
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu: EVA (x1), ROA (x2), ROE
(x3), firm size (x4) dan sales growth (x5)
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Menurut Jonathan Sarwono (2007:147) Uji jalur (path) adalah alat analisis
statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap hubungan antara
variabel X dan Y.
lxxii
Analisi jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright ada tahun
1934. path analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan
dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah
menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel,
sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan
variabel akibat (Jonathan Sarwono, 2007:148).
Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini yaitu karena penulis
memandang antara satu variabel dengan variabel lainnya yang diteliti
mempunyai hubungan. Pengaruh langsung dilakukan dengan cara melihat
hubungan antara variabel eksogen terhadap variabel endogen tanpa
melalui variabel eksogen lainnya, sebaliknya untuk pengaruh tidak langsung
dilakukan dengan melalui variabel eksogen lainnya.
Langkah pertama dalam analisis jalur adalah dengan merancang
paradigma penelitian berdasarkan fakta, konsep dan teori. Rancangan ini
biasanya memerlukan telaah literatur yang relatif panjang dan dilakuakn secara
hati-hati berdasarkan masalah penelitian yang akan dicarikan jawabannya dan
tujuan penelitian yang akan dicapai. Paradigma penelitian kemudian
dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural berikut:
Y = Pyx1X1 + Pyx2X2 + Pyx3X3 + Py
ε1
Struktur I = Y1 = ρy1 x 1 + ρy1 x 2 + ρy1 x 3 + ρy1 x 4 + ρy1 x 5 + ε1
Struktur II = Y2 = ρy 2 x 1 + ρy 2 y 1 + ρy 2 x 5+ ε2
X1 = Economic Value Added (EVA)
X2 = Return on Asset (ROA)
lxxiii
X3 = Return on Equity (ROA)
X4 = Firm Size (Size)
X5 = Sales Growth (Growth)
Pada persamaan struktural pertama, X1, X2, X3, X4 dan X5 merupakan
variabel eksogen, Y1 sebagai variabel endogen, dan ε1 sebagai variabel residu.
Persamaan kedua X1 dan X5 sebagai variabel eksogen, Y2, Y1 sebagai variabel
endogen, dan ε3 sebagai variabel residu. Nilai ε (epsilon) dalam persamaan
struktural tersebut adalah variabel residu (residua’ variabel) atau kesalahan
pengganggu (disturbance error).
Langkah kedua dalam analisis jalur adalah memeriksa asumsi-asumsi
yang melandasi analisi jalur. Asumsi yang melandasi analisis jalur (Hair, Anderson,
Tatham dan Black, 1998) adalah:
a. Hubungan antar variabel adalah berbentuk linier dan bersifat aditif. Linier
secara sederhana tergambarkan bahwa pangkat dari variabel independen
adalah satu. Aditif berarti persamaan dalam bentuk penjumlahan (atau
pengurangan) bukan dalam bentuk perkalian, misalnya seperti pada fungsi
Cobb-Douglas (Y = a Kα Lβ)
b. Model yang dipertimbangkan adalah model rekursif. Artinya, sistem aliran
adalah dalam bentuk kausal satu arah. Sedangkan model yang
mengandung kausal resiprokal (dua arah) tidak dapat dilakukan analisis
melalui analisi jalur. Asumsi dalam model rekursif ini adalah nilai εi saling
bebas, dan antara εi juga dengan X1 juga saling bebas.
c. Semua variabel minimal dalam skala ukur interval. Dengan demikian berlaku
juga untuk skala ukur rasio. Jika skala ukur ordinal diubah lebih dulu menjadi
skala minimal skala skala ukur interval.
lxxiv
d. Observed variables diukur tanpa ada kesalahan. Dalam artian bahwa
instrumen pengukurannya harus valid dan realible.
e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori dan
konsep-konsep yang relevan. Dengan demikian pengetahuan seorang
peneliti dalam bahasan yang diteliti merupakan modal mutlak yang dan
penting untuk dapat menyusun suatu model. Penelusuran literatur secara
mendalam berdasarkan kondisi tempat dan waktu penelitian merupakan
suatu keharusan sebelum penelitian dilakukan.
Langkah ketiga adalah pendugaan parameter atau perhitungan
koefisien jalur antar variabel. Perhitungan pengaruh yang ditunjukkan dengan
anak panah satu arah menggunakan regresi variabel yang dibakukan secara
parsial pada masing-masing persamaan. Dari persamaan ini diperoleh koefisien
jalur sebagai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh
secara keseluruhan. Perhitungan koefisien jalur dapat dilakukan dengan langkah
berikut:
a. Menghitung matriks korelasi antar variabel dengan rumus:
=
1
...1
rx3xi...1
rx2xi...rx2x31
rx1xi...rx1x3rx1x21
R
b. Menghitung matriks invers R1 -1
lxxv
=
mn
4n
3n33
2n2322
1n131211
1-
1
C
C...
C...C
C...CC
C...CCC
R
Menghitung semua koefisien jalur
×
=
nn
32
22
11
mn
4n
3n33
2n2322
1n131211
nn
33
22
11
ry
...
ry
ry
ry
C
C...
C...C
C...CC
C...CCC
y
...
y
y
y
x
x
x
x
xP
xP
xP
xP
c. Menghitung koefisien determinasi total antara X1, X2, ...Xn dengan Y, misalnya
dengan rumus:
R2y(x1,x2,...xi) = (ρyx1, ρyx2, ..., ρxnxr)
nn
32
22
11
ry
...
ry
ry
ry
x
x
x
x
Koefisien jalur sama dengan xn)..., x2,(x1,y 2R-1
Jika matriks korelasi berukuran dua kali dua, perhitungan matriks invers dan
matriks pengaruh secara manual akan dengan mudah dapat dilakukan.
Akan tetapi jika matriks korelasi berukuran n kali n, akan sangat sulit dihitung
secara manual. Untuk mengatasi kesulitan ini, program SPSS, Amos dan Lisrel
dapat membantu untuk menghitung angka korelasi maupun pengaruh antar
variabel yang dianalisis.
Langkah keempat adalah pemeriksaan validitas model. Valid tidak nya
model sangat tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi,
lxxvi
seperti yang dilakukan dalam langkah kedua. Terdapat dua indikator tentang
valid tidaknya model, yaitu koefisien determinasi secara total dan terpenuhinya
teori Trimming (Augusty, 2002). Total keragaman data yang dapat dijelaskan
oleh model diukur dengan:
Rm2 = 1 – ρ εε1
2 ρε22 ... ρεn
2
Interpretasi terhadap Rm2 dilakukan sama dengan interpretasi dalam
koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Teori Trimming dimaksudkan untuk
menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah
dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka terjadi
trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara
menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna
atau tidak signifikan. Langkah pengujiannya adalah dengan terlebih dahulu
menyusun hipotesis statistik atau sering disebut hipotesis operasional.
Langkah terakhir dalah dengan melakukan interpretasi atas hasil analisis
berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa besarnya
pengaruh langsung dan tidak lansung antar variabel. Variabel mana saja yang
paling dominan, dalam arti yang memberikan pengaruh yang paling besar atau
pengaruh yang paling kuat terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan.
Bila perlu menyusun model lain yang sesuai dengan hasil analisis tersebut.
E. Uji Signifikansi Koefisien Jalur (t-test)
a. Uji t hitung (parsial)
Bertujuan membuat kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing variable
independen (X) terhadap variable dependen (Y). Maka penulis akan menggunakan uji
T dengan rumus sebagai berikut (Ridwan&Engkos, 2008:117) :
t hitung = ;( dk =n – k – 1 )
lxxvii
Keterangan :
Statistik diperoleh dari hasil komputasi dari SPSS untuk analisis regresi setelah
data ordinal ditransformasi ke interval.
Apabila t hitung > t table maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variable
independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable
dependen.
Struktur I t hitung : 1) >
2) >
Struktur II T hitung : 1)
2)
3)
Apabila t hitung < t table maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variable
independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variable dependen.
b. Uji F hitung (simultan)
Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) kita juga harus menyertai dengan
hipotesis alternatif (Ha), seperti di bawah ini :
1) Ho : X1Y1 = X2Y1 = 0 Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel X1 dan X2 terhadap Y1 dan Y2.
lxxviii
Ha : X1Y1 = X2Y1 ≠ 0 Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X1 dan X2 terhadap Y1 dan Y2.
2) Ho : X1Y2 = X2Y2 = Y1Y2 = 0 Ho : tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y1 dan Y2.
Ha : X1Y2 = X2Y2 = Y1Y2 ≠ 0 Ha : terdapat pengaruh yang signifikan
antara X1 dan X2 terhadap Y1 dan Y2
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
secara bersama-sama (simultan) dapat mempengaruhi terhadap variabel
dependen. Maka dilakukan uji F dengan rumus :
Keterangan :
n : jumlah sampel
k : jumlah variabel eksogen
: R Square
Apabila F hitung > F table maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya variabel
independen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Apabila F hitung < F table maka Ho di terima dan Ha di tolak, artinya variabel
independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
F hitung =
lxxix
F. Operasi Variabel Penelitian
Beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengkonfirmasikan dua model yang akan digunakan dalam pengujian
hipotesis. Disamping variabel utama ada empat variabel control dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Persamaan pertama dengan stock return sebagai variabel independen,
variabel dependennya adalah EVA, MVA, ROA, ROE, size dan sebagai variabel
kontrolnya ada adalah ROA, ROE dan size, (2) persamaan kedua, variabel
dependen adalah MVA dengan variabel independennya adalah EVA, stock
return, ROA, dan Growth. Pada persamaan kedua variabel kontrolnya ROA dan
Growth. Variabel control tersebut berfungsi untuk melihat apakah dengan
dimasukkannya sejumlah variabel control di dalam model, variabel
independensi utama secara signifikan menjadi lebih kuat, sehingga mampu
mengurangi error term (Cool & Henderson. 1993) (dalam skripsi Istiqomah).
2. Secara teoritis dapat dilihat pada gambar 1 menunjukkan estimasi pengaruh
antara variabel independent terhadap variabel dependen.
Secara garis besar variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Market Value Added
Variabel ini diberi symbol MVA, diukur dengan mengalikan jumlah
saham yang beredar terhadap harga saham dikurangi total modal sendiri.
Varibel ini untuk mengetahui manfaat harga saham terhadap tingkat
keuntungan yang diperoleh pemegang saham. Diharapkan adanya
peningkatan harga pasar saham akan menaikkan keuntungan pemegang
saham. Secara matematis diformulasikan sebagai berikut (Andy Porman T,
2007:161) :
MVA : (Shares Outstanding it ) (Stock Price it ) – (Total Common Equity it )
lxxx
Dimana :
Shares Outstanding it = Jumlah saham yang beredar untuk perusahaan i pada
periode t.
Stock Price it = Harga saham untuk perusahaan i pada periode t.
Total Common Equity it = Total modal sendiri untuk perusahaan i pada periode
t.
2. Economic Value Added
Haris Wibisono (2003) menyatakan EVA memiliki hubungan positif
terhadap return saham sedangkan G Anto Listianto (2003) dalam
penelitiannya menemukan EVA berhubungan kuat terhadap setiap
perubahan MVA. EVA merupakan indicator tentang adannya penciptaan
nilai dari suatu investasi.
Prinsip EVA memberikan system pengukuran yang baik untuk menilai
suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan, karena EVA
berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Secara
matematis, rumus yang digunakan untuk menghitung EVA (Martin dan Petty,
2000:88 dalam Maya Sari. 2006) adalah sebagai berikut :
EVA = NOPAT – (c* x Capital)
= EBIT – TAX – (WACC x Capital)
Dimana :
EVA : Keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya
modal.
NOPAT : Laba operasi bersih setelah pajak
lxxxi
C* : Cost of capital yaitu ongkos modal baik dari modal berupa hutang
maupun modal berupa saham. Dalam hal ini C.O.C merupakan nilai
dari WACC.
Capital : Jumlah dana yang terdiri dari hutang berbunga dan ekuitas saham
yang tersedia di perusahaan untuk mendanai usaha perusahaan.
EBIT : Laba perusahaan sebelum dampak pembiayaan dan perpajakan.
TAX : Besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan.
3. Return On Asset
Banyak penelitian menemukan hubungan positif antara ROA
terhadap return saham seperti: Tri Purwani (2003). ROA merupakan rasio
profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Menurut
Andy Porman T (2007:149), menyatakan bahwa profitabilitas berhubungan
positif dengan market value added sehingga variabel ROA dapat digunakan
sebagai proksi dan profitabilitas.
Untuk memudahkan variabel Return on Asset diberi symbol ROA.
Secara matematis variabel ini diformulasikan sebagai berikut :
it
it
TotalAsset
IncomeNetAssetOnturn =Re
Dimana :
Net Income it = Keuntungan bersih perusahaan i selama periode t.
Total Asset it = Total ativa perusahaan i pada periode t.
4. Return On Equity
lxxxii
Variabel ini sama dengan variabel return on asset yang menunjukkan
hubungan signifikan dan positif terhadap return saham. Penelitian yang
dilakukan oleh Tri Purwani (2003) menunjukkan hubungan tersebut. Variabel
ini diberi symbol ROE dan secara matematis diformulasikan sebagai berikut :
it
it
EquityCommonTotal
IncomeNetAssetOnturn =Re
Dimana :
Net Income it = Keuntungan bersih perusahaan i selama periode t.
Total Common Equity it = Total modal sendiri untuk perusahaan i pada periode t.
5. Size
Variabel size bermanfaat untuk memisahkan pengaruh perusahaan
besar dan perusahaan kecil. Menurut Banz (1981), return saham perusahaan
kecil cenderung memberikan keuntungan lebih dibanding perusahaan kecil.
Dalam penelitiannya Elton dan Grubber (1995); Wild dan Kwon (1984)
menemukan perusahaan besar memberikan keuntungan yang lebih baik
disbanding perusahaan kecil. Dalam penelitian ini diprediksikan perusahaan
besar memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan perusahaan kecil
karena perusahaan besar memiliki akses informasi ke pasar modal lebih
banyak dibandingkan perusahaan kecil. Jadi semakin besar size, return
saham cenderung akan semakin meningkat (hubungan positif). Dalam
penelitian ini size menggunakan nilai kapitalisais. Nilai kapitalisasi merupakan
nilai pasar seluruh saham yang beredar. Secara matematis dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Size it= (Shares Outstanding it ) (Stock Price it )
Dimana :
lxxxiii
Size it = Ukuran perusahaan i pada periode t
Shares Outstanding it= Jumlah saham yang beredar untuk perusahaan i pada
periode t.
Stock Price it = Harga penutupan saham perusahaan i pada periode t.
6. Stock Return
Tujuan investor berinvestasi di pasar modal, khususnya pada saham
adalah mendapatkan return yang tinggi. Investor akan berusaha memilih
dan mencari saham perusahaan yang dapat memberikan kemakmuran
maksimal.
Return saham berupa capital gain/loss ditambah deviden sehingga
perusahaan yang dapat menghasilkan return tertinggilah yang dipilih. Lehn
dan Makhija (1996), dalam penelitiannya menemukan return saham
berhubungan positif terhadap harga pasar saham (market value added),
secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
R it= 1
1
−
−−
it
itit
P
PP + D it
Dimana :
R it = Return saham untuk perusahaan i pada periode t
itP = Penutupan harga saham perusahaan i pada periode t
1−itP = Penutupan harga saham perusahaan i pada periode t-1
D it = Pembagian deviden perusahaan i pada periode t
7. Growth Rate
Tingkat pertumbuhan perusahan yang tinggi dapat diindikasikan
sebagai signal kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan dimasa
lxxxiv
mendatang. Young dan O'Byrne (2001), menyatakan pertumbuhan sejalan
dan berhubungan positif terhadap harga pasar saham (MVA).
Variabel ini diberi symbol Growth, diukur dari rata tingkat pertumbuhan
penjualan perusahaan, secara matematis dapat diformulasikan sebagai
berikut :
Git=
1
1
−
−−
it
itit
S
SS
Dimana :
Git = Tingkat pertumbuhan perusahaan i pada periode t
itS = Penjualan perusahaan i pada periode t
1−itS = Penjualan perusahaan i pada periode t-1
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Pasar Modal Indonesia
Pasar modal merupakan sebagian bagian dari sektor keuangan
bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di
lxxxv
Indonesia sebenarnya telah mulai sejak jaman kolonial belanda dan
tepatnaya pada tanggal 14 desember 1912 di Batavia. Pasar modal ketika
itu didirikan oleh pemerintah hindia belanda untuk kepentingan pemerntah
kolonial atau verening voor effectenhndel (voc). Dengan mendasarkan
pada pengalaman belanda, pendirian bursa efek (stock exchange) di
Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi
perkebunan milik belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia.
Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah hindia-belanda serta efek2 belanda lainnya.
Meskipun pasar modal telah ada sejah tahuhn 1912 perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia I dan II. Perpindahan kekuasaan dari peerintah kolonia kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagai mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977 dan berbagai tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
2. Bursa Efek Indonesia (BEI)
Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih
meningkatkan efisiensi serta daya saing di kawasan regional maka efektif
tanggal 3 Desember 2007 secara resmi PT Bursa Efek Jakarta digabung
dengan PT Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi PT Bursa Efek
Indonesia. Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
lxxxvi
Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30
november 2007. Selanjutnya bei mulai aktif 1 desember 2007 dimana Bursa
Efek Surabaya (BES) melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) pada tanggal 30 oktober 2007 untuk pembahasan rencana
merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih
menunggu persetujuan dari dephukham. Sebab badan hukum dan nama
kedua berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa
proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek Indonesia.
Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi2 masih ditempati oleh direksi2
kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas rups 2009 dilakukan.
3. Jakarta International Classification (JASICA)
Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat
di BEI di klasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah
ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification). Ke
sembilan sektor tersebut adalah:
A. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)
a. Sektor 1 : Pertanian
b. Sektor 2 : Pertambangan
B. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan / Manufaktur)
a. Sektor 3 : Industri dasar dan kimia
b. Sektor 4 : Aneka industri
c. Sektor 5 : Industri barang konsumsi
lxxxvii
C. Sektor-sektor Tersier (Industri Jasa / Non-Manufaktur)
a. Sektor 6 : Properti dan Real Estate
b. Sektor 7 : Infrastruktur dan Transportasi
c. Sektor 8 : Keuangan
d. Sektor 9 : Perdagangan, Jasa dan Investasi
Selain sembilan sektor tersebut di atas, BEI juga menghitung Indeks Industri
Manufaktur (Industri Pengolahan) yang merupakan gabungan dari saham-saham
yang terklasifikasikan dalam sektor 3, sektor 4 dan sektor 5.
Berikut ini penulis klasifikasikan berdasarkan masing-masing sektor dari sampel
perusahaan yang dipakai sebagai bahan analasis yang tergabung dalam 9 sektor
industri :
Tabel 4.1
Sektor Pertanian (Agriculture)
No Nama Perusahaan Kode
1 Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP
2 Astra Argo Lestari Tbk AALI
3 PP London Sumatra Plantations Tbk LSIP
Tabel 4.2
Sektor Pertambanngan (Minning)
No Nama Perusahaan Kode
1 Bumi Resources Tbk BUMI
2 Aneka Tambang Tbk ANTM
3
Tambang Batu Bara Bukit Asam
(Persero) Tbk PTBA
4 International Nickel Indonesia Tbk INCO
5 Energi Mega Persada Tbk ENRG
6 Timah Tbk TINS
7 Medco Energi International Tbk MEDC
lxxxviii
Tabel 4.3
Sektor Industri Dasar & Kimia (Basic Industry & Chemicals)
No Nama Perusahaan Kode
1 Indah Kiat Pulp &Paper Tbk INKP
2 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
3 Semen Gresik (PERSERO)Tbk SMGR
4 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
Tabel 4.4
Sektor Aneka Industry (Miscellaneous Industry)
No Nama Perusahaan Kode
1 Astra International Tbk ASII
Tabel 4.5
Sektor Industri Barang Konsumsi (Consumer Goods Industry)
No Nama Perusahaan Kode
1 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
2 Unilever Indonesia Tbk UNVR
Tabel 4.6
Sektor Property, Real Estate and Building Construction
No Nama Perusahaan Kode
1 Bakrieland Development Tbk ELTY
Tabel 4.7
Sektor Infrastruktur dan Transportasi (Infrastructure, Utilities and Transportation)
No Nama Perusahaan Kode
1 Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM
2 Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS
3 Indosat Tbk ISAT
lxxxix
4 Bakrie Telecom Tbk BTEL
5 Excelcomindo Pratama Tbk EXCL
Tabel 4.8
Sektor Keuangan (Finance)
No Nama Perusahaan Kode
1 Bank International Indonesia Tbk BNII
2 Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI
3 Bank Mandiri BMRI
4 Bank Central Asia BBCA
5 Bank Niaga Tbk BNGA
6 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
7 Panin Life Tbk PNLF
Tabel 4.9
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi (Trade, Services and Investment)
No Nama Perusahaan Kode
1 Bakrie & Brothers Tbk BNBR
2 United Tractors Tbk UNTR
B. Hasil dan Analisa Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan
Microsoft Excel Windows 2007 dan SPSS 16.00 untuk mempercepat perolehan
hasil yang dapat menjelaskan variabel – variabel yang diteliti yakni variabel
independen (variabel bebas) Economic Value Added (EVA), Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), Firm Size, Sales Growth dan yang menjadi
xc
variabel dependennya (variabel terikat) adalah Stock Return. Penjelasan
lebih lanjut sebagai berikut:
a. Economic Value Added (EVA) (Variabel Independen)
Tabel 4.10 Economic Value Added (EVA) (dalam jutaan)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU 1,819,1
09
5,13
2,34
2
6,730,11
8
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL 15,073,
404
18,0
94,4
53
12,5
50,4
29
3
Aneka Tambang Tbk
A 1,520,3
21
5,10
9,10
4
1,49
5,16
0
4 Astra International Tbk
AS
4,563,4
94
8,00
5,44
2
11,6
22,2
82
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P 1,954,9
99
1,69
9,73
6
1,88
6,21
9
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
266,268
481,
958
1,77
3,14
8
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
861,425
1,07
0,74
9
1,10
8,15
8
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB 5,817,3
34
7,04
2,22
8,99
3,71
xci
0 1
9 Bank Mandiri Tbk
B 3,914,9
00
7,58
4,97
0
9,78
4,16
7
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
191,591
116,
960
27,4
45,0
25
1
United Tractors Tbk
U 1,014,1
50
1,56
2,73
1
2,91
4,89
4
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U 162,782
132,
808
522,
552
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
4,583,2
97
10,7
76,2
89
4,25
8,05
1
1
Indosat Tbk
IS
1,759,7
63
2,43
8,72
8
2,29
4,91
0
1
Bank Central Asia Tbk
BB
6,376,0
48
6,31
8,55
3
7,78
0,06
8
1 Bakrieland Development EL 40,616 -
340,
513
818,
559
1
Energi Mega Persada Tbk
EN
-
13,
886
,18
9
654,
423
557,
776
1
Astra Agro Lestari Tbk
A 747,097
1,97
5,74
6
2,75
9,31
6
1
Timah Tbk
TI
190,717
1,72
8,03
5
1,40
4,19
3
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
980,596
1,48
4,57
0
2,31
3,47
8
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
-
5,8
33,
755
1,08
3,53
9
1,17
9,50
0
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
235,853
511,
998
1,04
9,00
4
2
Medco Energi International Tbk
M 748,373
718,
405
3,51
5,17
5
2
Bank Niaga Tbk
BN
1,388,1
50
2,71
2,72
9
2,88
8,36
3
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
B 3,343,6
96
3,72
4,46
9
3,94
2,15
0
2
Panin Life Tbk
P 247,987
394,
843
485,
972
2
Bakrie Telecom Tbk
BT -73,356
34,5
87
827,
654
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C 210,945
246,
452
483,
218
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX 779,086
617,
1,04
xcii
Sum
ber :
Dat
a
seku
nder
diol
ah
B
erd
asar
kan
tabel 4.10 Telekomunikasi Tbk pada tahun 2006 dan 2007 memiliki nilai EVA
tertinggi dan positif. Sedangkan di tahun 2008 nilai EVA tertinggi dimiliki oleh
Bakrie & Brothers Tbk. Nilai EVA yang positif tersebut menggambarkan bahwa
perusahaan tersebut berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik
modal, serta konsisten dengan tujuan adalah memaksimalkan nilai dari pada
perusahaan itu sendiri. EVA bernilai positif tersebut juga dikarenakan tingkat
pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut melebihi tingkat
biaya modal sendiri atau tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor
atas investasi yang ditanamkan. Sebaliknya, jika EVA bernilai negatif,
contohnya pada tahun 2006 dimiliki oleh Energi Mega Persada Tbk,
dikarenakan tingkat biaya modal yang dikeluarkan lebih besar dari tingkat
pengembalian yang dihasilkan, sehingga mengindikasikan nilai perusahaan
tersebut berkurang.
231 8,30
4
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S 1,226,8
18
1,65
9,94
9
2,58
4,96
0
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
547,695
931,
110
1,87
0,37
2
3
Unilever Indonesia Tbk
U 1,729,7
95
1,96
6,81
8
2,41
6,43
4
xciii
b. Return on Assets (ROA) (Variabel Independen)
Tabel 4.11 Return on Assets (ROA)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
d
e
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU
M
I
0.08844
293
9
0.279846
211
0.121311
341
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TLK
M
0.14647
591
5
0.156680
627
0.103691
407
3
Aneka Tambang Tbk
AN
T
M
0.21297
452
1
0.426357
851
0.133541
597
4 Astra International Tbk
ASI
I
0.06407
979
5
0.102634
041
0.113834
531
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
PG
A
S
0.12522
941
6
0.077282
173
0.093177
099
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
B
A
0.15627
785
4
0.193531
889
0.279649
435
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
I
I
0.01193
377
4
0.007339
408
0.008446
285
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB
R
I
0.02751
694
1
0.023746
546
0.024323
161
9 Bank Mandiri Tbk
BM
R
I
0.00905
14
0.013620
872
0.014822
12
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
B
R
0.02486
511
7
0.015799
177
0.623784
556
1
United Tractors Tbk
UN
T
R
0.08271
557
1
0.114825
867
0.116455
466
1 Bakrie Sumatra Plantations Tbk UN 0.09696 0.047919 0.036927
xciv
S
P
966 195 076
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
C
O
0.24183
830
9
0.621576
12
0.198004
057
1
Indosat Tbk
ISA
T
0.04119
626
9
0.045073
151
0.036339
742
1
Bank Central Asia Tbk
BB
C
A
0.02399
73
0.020592
426
0.023521
368
1 Bakrieland Development ELT
Y
0.02822
083
3
0.023508
168
0.032645
386
1
Energi Mega Persada Tbk
EN
R
G
0.02054
001
5
0.012330
412
-
0.006
4024
39
1
Astra Agro Lestari Tbk
AA
L
I
0.22514
387
5
0.368659
287
0.403543
457
1
Timah Tbk
TIN
S
1.16832
811
3
0.354598
475
0.232041
021
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
D
F
0.04103
710
1
0.033201
528
0.026124
718
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
K
P
-
0.03
509
849
8
0.016734
058
0.039515
773
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
P
0.10153
550
2
0.143223
451
0.188477
255
2
Medco Energi International Tbk
ME
D
C
0.02072
691
5
0.017957
994
0.138002
574
2
Bank Niaga Tbk
BN
G
A
0.01391
803
9
0.014037
951
0.006571
753
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
BD
M
N
0.01614
827
1
0.023676
536
0.014263
497
2
Panin Life Tbk
PN
L
F
0.06265
027
9
0.068099
916
0.062005
712
2
Bakrie Telecom Tbk
BT
E
L
0.03278
098
5
0.030931
166
0.016008
946
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
CP
I
N
0.05411
244
9
0.038955
646
0.071850
036
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX
C
L
0.05158
7
0.013320
043
-
0.000
5225
91
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
SM
G
R
0.17281
851
5
0.208498
024
0.238003
66
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
INT
P
0.06176
127
4
0.098211
397
0.154650
967
3
Unilever Indonesia Tbk
UN
V
R
0.37215
629
1
0.364992
277
0.370073
589
xcv
Sumber : Data sekunder diolah
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA tersebut merupakan rasio keuntungan
bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari
asset yang dimiliki oleh perusahaan. Dari tabel 4.11 terdapat nilai ROA yang
negatif dimiliki oleh Indah Kiat Pulp & Paper Tbk sebesar -0.035 pada tahun
2006. Di tahun 2008 dimiliki oleh Energi Mega Persada Tbk dan Excelcomindo
Pratama Tbk. ROA yang negatif tersebut disebabkan laba perusahaan
dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk
menghasilkan laba.
xcvi
c. Return on Equity (ROE) (Variabel Independen)
Tabel 4.12 Return on Equity (ROE)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU 0.61760
508
1
0.703236
172
0.409262
913
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL 0.39209
444
4
0.380964
722
0.273672
753
3
Aneka Tambang Tbk
A
0.36266
262
0.585658
05
0.169678
253
4 Astra International Tbk
AS 0.16589
809
7
0.241789
533
0.277841
596
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P
0.33943
576
0.249297
675
0.251655
698
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT 0.21157
850
7
0.271588
05
0.428105
914
7 Bank International Indonesia Tbk
BN 0.12058
601
2
0.075751
853
0.096764
799
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB 0.25224
364
2
0.248898
644
0.267721
48
9 Bank Mandiri Tbk
B
0.09192
647
7
0.148620
703
0.174111
68
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN 0.04812
491
5
0.045513
787
-
2.11
8778
166
1 United Tractors Tbk U 0.20249 0.260413 0.239025
xcvii
Sum
ber :
Dat
a
seku
nder
diol
ah
N
ilai
ROE
me
nunj
ukk
an
ke
ma
mp
uan
per
usa
haa
967
5
355 866
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U
0.26910
667
2
0.086603
544
0.070265
787
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN 0.30506
575
4
0.846023
99
0.241147
743
1
Indosat Tbk
IS 0.09275
862
7
0.123425
586
0.107901
372
1
Bank Central Asia Tbk
BB 0.23482
633
9
0.219612
126
0.248123
291
1 Bakrieland Development EL
0.05126
362
0.032468
059
0.060363
451
1
Energi Mega Persada Tbk
EN 0.11074
004
7
0.034495
462
-
0.02
1811
434
1
Astra Agro Lestari Tbk
A
0.28644
671
9
0.485993
949
0.510258
725
1
Timah Tbk
TI 0.12414
612
9
0.531279
417
0.351324
352
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN 0.13409
013
8
0.137563
151
0.121710
736
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
-
0.0
998
350
14
0.047145
51
0.109158
294
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
0.22520
618
2
0.243640
355
0.290127
583
2
Medco Energi International Tbk
M
0.07123
221
4
0.067160
278
0.381848
874
2
Bank Niaga Tbk
BN 0.13532
340
6
0.148072
663
0.072904
209
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
B
0.14036
668
6
0.195405
524
0.144627
296
2
Panin Life Tbk
P
0.08774
992
3
0.106167
639
0.084884
557
2
Bakrie Telecom Tbk
BT 0.04860
166
6
0.076934
399
0.026920
627
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C
0.20183
824
6
0.173912
228
0.273477
23
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX 0.15226
663
4
0.056168
174
-
0.00
3507
28
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S
0.23556
562
3
0.267894
645
0.312722
897
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
0.09826
378
0.142028
156
0.205348
279
3
Unilever Indonesia Tbk
U
0.72686
315
2
0.723086
941
0.776447
983
xcviii
n dalam menghasilkan suatu laba bagi pemegang saham biasa. Rasio ini
menunjukkan bagian keuntungan perusahaan yang berasal dari (atau
menjadi hak) modal sendiri. Rasio ini juga sering dipakai oleh para investor
dalam pengambilan keputusan pembelian saham suatu perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.12 Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2006 dan 2008
memiliki nilai ROE tertinggi yaitu 0.726 dan 0.776, sementara di tahun 2007
dimiliki oleh International Nickel Indonesia Tbk sebesar 0.846. Jika nilai rasio ini
nilainya tinggi atau positif dikatakan baik, karena menunjukkan penghasilan
yang diterima semakin baik.
xcix
d. Firm Size (SIZE) (Variabel Independen)
Tabel 4.13 Firm Size (SIZE) (dalam jutaan Rupiah)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU
20,
139
,34
3
11,1
26,8
98
48,3
09,0
77
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL
64,
888
,81
1
4,88
5,67
2
53,6
02,5
98
3
Aneka Tambang Tbk
A
11,
804
,21
2
7,07
2,36
6
18,1
88,0
68
4 Astra International Tbk
AS
35,
951
,83
2
2,01
3,02
0
21,7
48,4
97
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P
32,
804
,68
3
2,18
9,95
4
15,9
84,1
83
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
13,
062
,37
1
1,21
2,67
2
20,0
60,6
63
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
7,0
33,
194
1,40
7,41
1
24,8
11,4
43
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk BB
c
26,
341
,23
7
1,19
0,42
3
25,4
80,0
28
9 Bank Mandiri Tbk
B
51,
825
,74
3
2,62
9,78
8
21,5
05,9
58
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
10,
331
,60
9
1,07
2,41
3
3,60
6,30
1
1
United Tractors Tbk
U
11,
165
,92
5
599,
631
11,0
96,9
07
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U
6,1
98,
112
905,
102
4,44
2,08
2
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
6,5
89,
649
857,
588
8,14
1,31
1
1
Indosat Tbk
IS
27,
356
,29
6 904,816
19,171,7
98
1
Bank Central Asia Tbk
BB
16,
339
,58
5
1,52
3,36
4
18,7
79,8
88
1 Bakrieland Development EL
2,1
05,
535
1,24
6,98
7
3,36
0,64
1
1
Energi Mega Persada Tbk
EN
5,8
69,
623
2,76
1,20
8
1,38
9,73
0
1
Astra Agro Lestari Tbk
A
3,9
73,
414
570,
528
7,80
4,26
8
1
Timah Tbk
TI
3,6
94,
558
1,02
1,57
7
5,09
6,24
9
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
11,
133
,47
9
447,
919
6,54
2,74
6
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
2,5
78,
579
37,3
29
4,80
5,14
0
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
6,2
73,
062
272,
065
4,79
4,44
0
2
Medco Energi International Tbk
M
9,6
32,
839
854,
205
5,59
6,14
2
2
Bank Niaga Tbk
BN
10,
562
,74
1
489,
835
71,0
81
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
BD
9,7
21,
749
426,
024
4,52
3,50
7
2
Panin Life Tbk
PN
1,3
92,
8,96
4
397,
862
ci
Sum
ber
:
Dat
a
sek
und
er
diol
ah
K
em
am
pu
an
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain itu berbeda.
Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Apabila ukuran
perusahaan tersebut semakin besar maka kemampuan perusahaan tersebut
dalam menanamkan modal akan lebih besar dan perusahaan besar lebih
akurat dalam memperoleh informasi daripada perusahaan kecil. Size yang
besar memudahkan perusahaan dalam masalah pendanaan. Perusahaan
umumnya memiliki fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah
pendanaan melalui pasar modal. Size yang besar dan tumbuh bisa
merefleksikan tingkat profit dimasa mendatang. Berdasarkan tabel 4.13
Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2006 dan 2008 memiliki size tertinggi
402
2
Bakrie Telecom Tbk
BT
6,1
32,
812
404,
894
1,30
7,76
1
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C
582
,49
7
901,
759
2,58
2,61
5
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX
533
,79
4
19,5
01
1,12
6,53
9
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S
8,3
31,
002
213,
074
4,32
1,70
4
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
5,1
82,
792
174,
660
2,71
9,03
7
3
Unilever Indonesia Tbk
U
2,9
98,
115
167,
677
3,52
0,99
3
cii
dari perusahaan-perusahaan disektor lainnya, ini mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut cenderung menghasilkan profit margin yang lebih
tinggi.
e. Sales Growth (GROWTH) (Variabel Independen)
Tabel 4.14 Sales Growth (GROWTH)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU
0.0
6
0.25
0.74
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL
0.2
3
0.16
-0.25
3
Aneka Tambang Tbk
A
0.7
1
1.13
-0.20
4 Astra International Tbk
AS
-
0.26
0.38
ciii
0.0
9
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P
0.2
2
0.33
0.02
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
0.1
8
0.17
0.75
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
0.7
8
-
0.07
0.07
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB
0.2
4
0.11
0.22
9 Bank Mandiri Tbk
B
0.2
4
-
0.06
0.03
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
0.5
8
0.22
0.59
1
United Tractors Tbk
U
0.0
3
0.32
0.54
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U
0.3
4
0.65
0.50
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
0.3
9
0.78
-0.50
1
Indosat Tbk
IS
0.0
6
0.35
0.13
1
Bank Central Asia Tbk
BB
0.2
6
-
0.01
0.21
1 Bakrieland Development EL
0.2
0.99
0.35
civ
3
1
Energi Mega Persada Tbk
EN
0.1
1
-
0.31
0.20
1
Astra Agro Lestari Tbk
A
0.1
1
0.59
0.37
1
Timah Tbk
TI
0.2
0
1.10
0.06
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
0.1
7
0.27
0.39
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
0.0
3
0.21
0.03
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
0.1
7
0.35
0.33
2
Medco Energi International Tbk
M
0.1
7
-
0.44
1.30
2
Bank Niaga Tbk
BN
0.4
6
-
0.05
1.00
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
B
0.2
9
0.07
0.24
2
Panin Life Tbk
P
0.9
1
0.33
-0.45
2
Bakrie Telecom Tbk
BT
1.2
5
0.56
0.71
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C
0.1
5
0.36
0.15
cv
Sum
ber :
Dat
a
seku
nder
diol
ah
Berdasarkan tabel 4.14 pada tahun 2006 sales growth atau tingkat
pertumbuhan penjualan tertinggi dimiliki oleh Bakrie Telecom Tbk sebesar 1.25
atau sama dengan 125 %, di tahun 2007 dimiliki oleh Aneka Tambang Tbk
sebesar 1.13 atau sama dengan 113% dan di tahun 2008 dimiliki oleh Medco
Energi International Tbk sebesar 1.30 atau sama dengan 130%. Ini semua
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan
manajemen yang baik sehingga dapat menghasilkan tingkat penjualan
yang tinggi dan akan menaikkan tingkat keuntungan perusahaan tersebut.
Setiap usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang menimbulkan
pertumbuhan penjualan akan secara langsung membawa implikasi pada
penerimaan.
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX
0.5
3
0.38
0.88
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S
-
0.1
9
0.24
0.16
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
-
0.1
7
0.21
0.13
3
Unilever Indonesia Tbk
U
-
0.1
0
0.11
0.13
cvi
f. Stock Return (Variabel Dependen)
Tabel 4.15 Stock Return
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU
0.0167
0.178
3
-
0.11
32
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL
0.0477
0.002
7
-
0.02
54
3
Aneka Tambang Tbk
A
0.0787
0.033
0
-
0.10
08
4 Astra International Tbk
AS
0.0417
0.052
5
-
0.06
08
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P
0.01
24
0.030
7
-
0.09
68
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
0.20
59
0.265
5
-
0.01
89
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
0.03
89
0.017
5
0.04
23
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB
0.05
00
0.033
8
-
0.02
53
9 Bank Mandiri Tbk
B
0.05
25
0.020
5
-
0.02
92
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
0.02
92
0.059
3
-
0.09
38
1 United Tractors Tbk U -
cvii
0.05
11
0.047
4
0.03
12
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U
0.08
33
0.082
0
-
0.13
18
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
0.07
55
0.109
3
-
0.16
99
1
Indosat Tbk
IS
0.02
08
0.023
3
-
0.02
85
1
Bank Central Asia Tbk
BB
0.03
81
0.030
9
-
0.04
44
1 Bakrieland Development EL
0.02
33
0.114
7
-
0.12
94
1
Energi Mega Persada Tbk
EN -
0.02
64
0.103
6
-
0.19
01
1
Astra Agro Lestari Tbk
A
0.08
51
0.076
3
-
0.05
01
1
Timah Tbk
TI
0.10
47
0.189
1
-
0.12
47
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
0.03
97
0.059
7
-
0.06
61
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN -
0.00
95
-
0.005
2
0.06
12
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
0.07
67
0.048
1
-
0.06
94
2
Medco Energi International Tbk
M
0.00
84
0.035
0
-
0.06
14
cviii
Sumber : Data sekunder diolah
2
Bank Niaga Tbk
BN
0.07
75
0.004
4
-
0.03
12
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
B
0.03
40
0.018
1
-
0.05
85
2
Panin Life Tbk
P
0.02
62
0.018
0 -0.0426
2
Bakrie Telecom Tbk
BT
0.05
91
0.056
2
-
0.11
84
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C
0.05
86
0.055
5
-
0.05
18
2
Excelcomindo Pratama Tbk
EX
0.00
52
-
0.002
2
-
0.04
71
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S
0.05
83
-
0.074
5
-
0.01
77
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
0.04
56
0.036
3
-
0.03
04
3
Unilever Indonesia Tbk
U
0.04
00
0.004
3
0.01
23
cix
g. Market Value Added (Variabel Dependen)
Tabel 4.16 Market Value Added (MVA) (dalam jutaan Rupiah)
Periode N
Nama Peruasahaan
Ko
2006 2007 2008
1
Bumi Resources Tbk
BU
16,8
63,8
34
692,6
58
31,1
99,7
50
2 Telekomunikasi Indonesia Tbk TL
36,8
20,1
22
-
28,86
2,907
21,0
09,3
35
3
Aneka Tambang Tbk
A
7,52
2,61
0
-
1,691,
212
10,1
24,9
31
4 Astra International Tbk
AS
13,5
76,0
66
-
24,94
9,574
-
11,3
31,5
03
5 Perusahaan Gas Negara Tbk
P
27,2
28,6
50
-
4,118,
023
7,86
4,80
0
6
Tambang Batu Bara Bukit Asam (PERSERO)
Tbk
PT
10,7
66,9
11
-
1,586,
446
16,0
71,5
31
7 Bank International Indonesia Tbk
BN
1,77
7,94
1
-
3,935,
785
19,8
46,1
25
8 Bank Rakyat Indonesia Tbk
BB
9,46
2,42
-
18,24
7,212
3,12
3,33
cx
9 1
9 Bank Mandiri Tbk
B
25,4
85,0
73
-
26,61
3,944
-
9,00
7,91
1
1
Bakrie & Brothers Tbk
BN
5,85
3,67
9
-
3,835,
045
-
3,87
6,94
3
1
United Tractors Tbk
U
6,57
1,48
8
-
5,133,
704
-
34,7
00
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
U
5,55
5,62
7
-
1,480,
193
1,97
1,90
4
1
International Nickel Indonesia Tbk
IN
-
8,72
3,63
0
-
12,03
7,123
-
6,55
3,33
2
1
Indosat Tbk
IS
12,1
54,5
51
-
15,63
9,914
1,76
2,17
7
1
Bank Central Asia Tbk
BB
-
1,72
7,77
5
-
18,91
8,367
-
214,
013,
212
1 Bakrieland Development EL
786,
705
-
2,885,
844
-
1,14
7,03
7
1
Energi Mega Persada Tbk
EN
4,03
6,45
6
-
591,0
30
-
1,87
5,80
5
1
Astra Agro Lestari Tbk
A
1,22
4,84
7
-
3,490,
074
2,64
8,02
3
1
Timah Tbk
TI
2,01
7,92
9
-
2,337,
470
1,27
5,39
8
2
Indofood Sukses Makmur Tbk
IN
6,20
2,39
3
-
6,678,
677
-
1,95
6,00
3
2
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
IN
-
14,3
11,2
97
-
18,07
7,800
-
16,1
85,6
70
2
PP London Sumatra Indonesia Tbk
LSI
4,92
7,16
2
-
2,042,
962
1,59
7,38
1
2
Medco Energi International Tbk
M
4,75
6,53
4
-
4,272,
501
-
1,76
0,19
5
2
Bank Niaga Tbk
BN
5,77
5,64
6
-
4,713,
563
-
9,23
1,38
6
2
Bank Danamon Indonesia Tbk
B
279,
822
-
10,40
7,421
-
6,05
5,56
1
2
Panin Life Tbk
P -
2,29
2,83
2
-
4,197,
054
-
3,92
7,27
1
2
Bakrie Telecom Tbk
BT
4,63
7,39
0
-
1,470,
314
-
3,77
4,29
0
2
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
C -
195,
636
-
164,5
72
1,11
4,89
5
2 Excelcomindo Pratama Tbk EX - - -
cxi
Sumber : Data sekunder diolah
1. Koefisien Struktur 1
a. Persamaan Analisis Jalur Struktur 1
Y1 = ρy1 x 1 + ρy 1 x 2 + ρy1 x 3 + ρy 1 x 4 + ρy1 x 5 + ε1
Untuk melihat pengaruh EVA, ROA, ROE, firm size dan growth secara
gabungan terhadap stock return akan dilihat dari hasil perhitungan dalam
model summary.
Tabel 4.17
Koefisien Determinasi Struktur 1
Model Summary
Mod
e
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .330a .109 .060 .6954101
a. Predictors: (Constant), GROWTH, ROA, SIZE, EVA, ROE
Sumber : Data Sekunder 2006-2008
Pada Tabel Model Summary, didapat 1 model analisis jalur dengan nilai
koefisien korelasi (R) sebesar 0,330, nilai koefisien determinasi (R Square)
3,74
7,40
0
4,445,
305
3,18
1,35
8
3
Semen Gresik (PERSERO)Tbk
S
2,83
1,38
8
-
6,414,
188
-
3,74
7,88
1
3
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
IN
-
849,
970
-
6,751,
347
-
5,78
1,15
6
3
Unilever Indonesia Tbk
U
629,
588
-
2,524,
464
420,
681
cxii
sebesar 0,109 (10,9%). Nilai R Square sebesar 10,9%, ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana
variabel eksogen yaitu variabel EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4), Sales
Growth (x5) memiliki pengaruh terhadap variabel stock return (y1) sebesar
10,9%, sedangkan sisanya (100% - 10.9% = 89,1%) adalah kemungkinan
terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel stock return (y1).
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y1 = ρy1 x 1 + ρy 1 x 2 + ρy1 x 3 + ρy 1 x 4 + ρy1 x 5 + ε1
Untuk mengetahui apakah model regresi persamaan I sudah benar
atau salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan angka F,
sebagaimana tertera dalam tabel Annova.
Tabel 4.18
Analisis Varian (Annova) Struktur 1
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Regression 5.333 5 1.067 2.206 .049a
Residual 43.524 90 .484
1
Total 48.857 95
a. Predictors: (Constant), GROWTH, ROA, SIZE, EVA, ROE
b. Dependent Variable: STOCK RETURN
Sumber : Data sekunder 2006-2008
cxiii
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variabel EVA, ROA, ROE, Size dan
Growth berpengaruh signifikan terhadap stock return. Pengujian dilakukan
dengan uji F, hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : Tidak ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth
dengan stock return.
H1 : Ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth dengan
stock return.
Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel :
Jika Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < F tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 2,206. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 7-1 = 6, dan denumerator jumlah kasus – 5
atau 96 – 6 = 90, dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar 2,19.
Karena nilai F hitung (2,206) > nilai F tabel (2,19) maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth
dengan stock return. Dengan demikian, model regresi diatas sudah layak dan
benar.
Kesimpulannya, variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth, secara
gabungan berpengaruh signifikan terhadap stock return. Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,049 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan
yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
cxiv
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian secara Individu
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel EVA, ROA, ROE, size dan
growth secara parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk melihat besarnya
pengaruh digunakan angka Beta atau standardized coefficient.
Tabel 4.19
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur 1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficien
ts
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) -.634 .281 -2.255 .027
EVA -7.197E-8 .000 -.154 -1.528 .130
ROA .491 .193 .362 2.548 .013
ROE -.538 .274 -.286 -1.968 .052
SIZE 2.761 2.381 .118 1.159 .249
1
GROWTH -.201 .156 -.132 -1.290 .201
a. Dependent Variable: STOCK RETURN
Sumber : Data Sekunder 2006-2008
Pengujian dilakukan dengan uji T, hipotesisnya adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth
dengan stock return.
H1 : Ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, Size dan Growth dengan
stock return.
Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel :
Jika Thitung > Ttabel, maka Ho ditolak
Jika Thitung < Ttabel, maka Ho diterima
1) Hubungan antara EVA dan Stock Return
cxv
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,528, dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (-1,528) < nilai T tabel (1,984) maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara EVA dengan stock return. Dengan
demikian, model regresi diatas sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya,
EVA dengan stock return secara parsial tidak berpengaruh terhadap stock
return. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan tidak layak untuk
digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig
(0,130 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu
EVA dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap stock return.
Besarnya pengaruh EVA dan stock return sebesar -0,154 atau -15,4%.
2) Hubungan antara ROA dan Stock Return.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 2,548 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2, atau 96-2 =
94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena nilai T hitung
(2,548) > nilai T tabel (1,984) maka Ho ditolak. dan H1 diterima. Artinya, ada
hubungan linier antara ROA dengan stock return. Diketahui bahwa nilai sig
(0,013<0,05), jadi Ho ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama
dengan uji t yaitu ROA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap stock
return. Besarnya pengaruh ROA dan stock return sebesar 0,362 atau 36,2%.
3) Hubungan antara ROE dan Stock Return
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,968 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2, atau 96-2 =
94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena nilai T hitung (-
1,968) < nilai T tabel (1,984) maka maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya,
cxvi
tidak ada hubungan linier antara ROE dengan stock return. Dengan
demikian, model regresi diatas sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya,
ROE dengan stock return secara parsial tidak berpengaruh terhadap stock
return. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan tidak layak untuk
digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig
(0,052 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu
ROE dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap stock return.
Besarnya pengaruh ROE dan stock return sebesar -0,286 atau -28,6%.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismu Basuki
(2006), dalam pengujiannya ia menggunakan regresi berganda. Uji tersebut
menunjukkan bahwa ROE, NPM, OPM, PBV masing-masing memiliki angka
signifikansi sebesar 0,817, 0,577, 0,558, dan 0,524. Ini artinya bahwa stock
return tidak dipengaruhi secara signifikan (>0,05) oleh tingkat ROE, NPM, OPM
dan PBV. Dengan menggunakan uji t, nilai t-hitung yang diperoleh adalah
0,232, -0,561, 0,589, dan 0,640. Nilai t-table yang didapatkan adalah 1,671. Ini
berarti terima Ho dan tolak H1. Dengan kata lain, secara parsial ROE, NPM,
OPM dan PBV tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap stock
return.
4) Hubungan antara Firm Size (Size) dan Stock Return
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 1,159 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2, atau 96-2 =
94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena nilai T hitung
(1,159) < nilai T tabel (1,984) maka maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya,
tidak ada hubungan linier antara size dengan stock return. Dengan demikian,
model regresi diatas sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya, size
dengan stock return secara parsial tidak berpengaruh terhadap stock return.
cxvii
Sehingga model analisis jalur yang didapatkan tidak layak untuk digunakan.
Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,249 > 0,05)
sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu size dan secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap stock return. Besarnya
pengaruh size dan stock return sebesar 0,118 atau 11,8%.
5) Hubungan antara Sales Growth (Growth) dan Stock Return
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,290 dengan tingkat signifikansi
sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2, atau 96-2 =
94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena nilai T hitung (-
1,290) < nilai T tabel (1,984) maka maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya,
tidak ada hubungan linier antara growth dengan stock return. Dengan
demikian, model regresi diatas sudah tidak layak dan benar. Kesimpulannya,
growth dengan stock return secara parsial tidak berpengaruh terhadap stock
return. Sehingga model analisis jalur yang didapatkan tidak layak untuk
digunakan. Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig
(0,201 > 0,05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu size
dan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap stock return.
Besarnya pengaruh size dan stock return sebesar 0,132 atau 13,2%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rokhayati (2003),
dimana variable firm size dan sales growth, secara parsial tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap stock return.
Persamaan Struktural menjadi :
Y1 = -0,154X1 + 0,362X2 + (-0,286)X3 + 0,118X4 + (-0,132)X5 + ε1
Angka Residu sebesar 0,94 diperoleh dari 21 R−
= 109,01− = 0,94
cxviii
d. Korelasi antara variabel EVA, ROA, ROE, Size, Growth dan Stock Return.
Tabel 4.20
Analisis korelas antar variabel EVA, ROA, ROE, Size,
Growth dan Stock Return
Correlations
EVA
RO RO
SIZE
GROW
TH
STOCK
RETURN
Pearson
Correlation
1
- -
.354 -.028 -.121
Sig. (2-tailed) .14 .01.000 .789 .242
EVA
N 96 96 96 96 96 96
Pearson
Correlation
-
.
1
5
1
1
.66
-.043 -.023 .255*
Sig. (2-tailed) .141 .00
.677 .823 .012
ROA
N 96 96 96 96 96 96
Pearson
Correlation
-
.
2
4
7
*
.66
1 .107 -.027 .219*
Sig. (2-tailed) .015
.00 .300 .790 .032
ROE
N 96 96 96 96 96 96
Pearson
Correlation .354*
*
-
.101 -.062 -.077
SIZE
Sig. (2-tailed) .000
.67 .30 .547 .453
N 96 96 96 96 96 96
Pearson
Correlation
-
.
0
2
8
- -
-.062 1 .064
Sig. (2-tailed) .789
.82 .79.547 .538
GROWTH
N 96 96 96 96 96 96
Pearson
Correlation
-
.
1
2
1
.25 .21
-.077 .064 1
Sig. (2-tailed) .242
.01 .03.453 .538
STOCK
RETURN
N 96 96 96 96 96 96
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
cxix
Sumber : Data sekunder 2006-2008
Berdasarkan table diatas, dapat diketahui nilai korelasi antar variabel.
Angka koefisien bertanda positif (+) menunjukkan bahwa hubungan antara
kedua variabel tersebut bersifat berbanding lurus. Artinya peningkatan satu
variabel akan diikuti oleh peningkatan variabel lain. Untuk menentukan
keeratan hubungan (korelasi) digunakan kriteria berdasarkan :
0 – 0,25 Korelasi lemah
> 0,25 – 0,50 Korelasi cukup kuat
> 0,50 - 0,75 Korelasi kuat
> 0,75 - 1,00 Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
H1 : ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Pengujian berdasarkan probabilitas akan diterima apabila nilai probabilitas lebih
dari > 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai probabilita kurang dari < 0,05 maka
H0 ditolak.
Hubungan
Koefis
ie
n
K
or
el
as
i
Kategori
Proba
bilit
a
Kesimp
ulan
EVA (x1) dengan ROE (x3)
( 31 xxr ) -0,247
Lemah dan tidak
searah 0,015
Signifika
n
cxx
EVA (x1) dengan size (x4)
( 41 xxr ) 0,354 Cukup kuat 0,000
Signifika
n
EVA (x1) dengan stock return
(y1) ( 11 yxr ) -0,121
Lemah dan tidak
searah 0,012
Signifika
n
ROA (x2) dengan ROE (x3)
( 32 xxr ) 0,668 Kuat 0,000
Signifika
n
ROA (x2) dengan stock return
(y1) ( 12 yxr ) 0,255 Cukup Kuat 0,012
Signifika
n
ROE (x3) dengan stock return
(y1) ( 13 yxr ) 0,219 Lemah 0,032
Signifika
n
Berdasarkan hasil pengujian diatas, semua hubngan yang terjadi
antara dua variable memiliki hubungan yang signifikan, karena semua nilai
probabilitas lebih kecil < daripada 0,05.
2. Koefisien Struktur II
a. Persamaan Analisis Jalur Struktur II
Y2 = ρy2 x1 + ρy2 y1 + ρy2 x5 + ε2
Untuk melihat pengaruh EVA, ROA, ROE, firm size, growth dan stock
return secara gabungan terhadap MVA akan dilihat dari hasil perhitungan
dalam model summary.
Tabel 4.21
Koefisien Determinasi Struktur II
Model Summary
Mod
e
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the
Estimate
1 .393a .155 .098 2.3144230E7
a. Predictors: (Constant), STOCK RETURN, GROWTH, SIZE, ROE, EVA,
ROA
cxxi
Sumber : Data Sekunder 2006-2008
Pada Tabel Model Summary diatas, didapat 1 model analisis jalur
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,393 nilai koefisien determinasi (R
Square) sebesar 0,155 (15,5%). Nilai R Square sebesar 15,5%, ini menunjukkan
bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana
variabel eksogen yaitu EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4), Sales Growth
(x5) dan Stock Return (y1) memiliki pengaruh terhadap variabel endogen
Market Value Added (MVA) (y2) sebesar 15,5%. sedangkan sisanya (100% -
15,5% = 84,5%) adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki
pengaruh terhadap perubahan variabel MVA (y2).
b. Uji Hipotesis (Uji Simultan)
Y2 = ρy2 x1 + ρy2 y1 + ρx2 x5 + ε2
Untuk mengetahui apakah model regresi persamaan II sudah benar
atau salah, diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan angka F,
sebagaimana tertera dalam tabel Annova.
Tabel 4.22
Analisis Varians (Anova) Struktur II
Sumber : Data sekunder 2006-2008
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 8.733E15 6 1.456E15 2.717 .018a
Residual 4.767E16 89 5.357E14
1
Total 5.641E16 95
a. Predictors: (Constant), STOCK RETURN, GROWTH, SIZE, ROE, EVA, ROA
b. Dependent Variable: MVA
cxxii
Pada Tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang dapat
digunakan untuk menguji model apakah variable EVA, ROA, ROE, size,
growth dan stock return (y1) berpengaruh signifikan terhadap MVA (y2).
Pengujian dilakukan dengan uji F, hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : ρy2x1 = ρ y2y1 = ρ y2x5 = 0
H1 : ρy2x3 = ρ y2y1 = ρ y2x5 ≠ 0
Ho : Tidak ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, size, growth dan
stock return (y1) dengan MVA (y2).
H1 : Ada hubungan linier antara variabel EVA, ROA, ROE, size, growth dan stock
return (y1) dengan MVA (y2).
Pengujian keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan
Ftabel :
Jika Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak
Jika Fhitung < F tabel, maka Ho diterima
Dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 2,717. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan
numerator, jumlah variabel – 1 atau 7-1 = 6; dan denumerator jumlah kasus –
6 atau 96 – 5 = 90. dengan ketentuan tersebut diperoleh angka F tabel sebesar
2,19. Karena nilai F hitung (2,717) > nilai F tabel (2,19) maka Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya, ada hubungan linier antara EVA, ROA, ROE, size, growth,
dan stock return dengan MVA. Dengan demikian, model regresi diatas sudah
layak dan benar. Kesimpulannya, EVA, ROA, ROE, size, growth, dan stock
return secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap MVA. Sehingga
model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan. Atau jika dilihat
dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,018 < 0,05) sehingga memiliki
cxxiii
kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama dengan Uji F yaitu
terdapat kecocokan antara model dengan data.
c. Uji Parsial (T-Test) Pengujian Secara Individu
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel EVA, ROA, ROE, size,
growth dan stock return secara parsial, digunakan Uji T, sedangkan untuk
melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta atau standardized
coefficient
Tabel 4.23
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur II
Sumber : Data sekunder 2006-2008
Pada Tabel coefficients ditampilkan hasil uji T yang dapat digunakan
untuk menguji model apakah variabel EVA, ROA, ROE, size, growth dan stock
return (y1) berpengaruh signifikan terhadap MVA (y2). Pengujian dilakukan
dengan uji T.
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficien
ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -4.967E6 3.761E6 -1.320 .190
EVA 1.526 .574 .292 2.657 .009
ROA 2.204E7 1.844E7 .161 1.195 .235
ROE -1.687E7 1.128E7 -.208 -1.496 .138
SIZE .782 .211 .402 3.702 .000
GROWTH 1.089E6 2.811E6 .038 .387 .699
1
STOCK RETURN 2.296E7 3.278E7 .071 .700 .485
a. Dependent Variable: MVA
cxxiv
1) Hubungan antara EVA dan MVA
Untuk melihat apakah ada hubungan EVA dengan MVA, kita dapat menentukan
hipotesis :
Ho : Tidak ada hubungan linier antara EVA dengan MVA.
H1 : Ada hubungan linier antara EVA dengan MVA.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 2,657. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (2,657) > nilai T tabel (1,984) maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya, terdapat hubungan linier antara EVA dengan MVA. Diketahui bahwa
nilai sig (0,009<0,05), sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji
t yaitu EVA secara parsial berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya
pengaruh EVA dan MVA sebesar 0,292 atau 29,2%.
2) Hubungan antara ROA dan MVA
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 1,195 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (1,195) < nilai T tabel (1,984) maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara ROA dengan MVA. Dengan
demikian, model regresi diatas belum layak dan benar. Kesimpulannya, ROA
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA. Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika dilihat
dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,235 > 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu variabel ROA secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya pengaruh EVA dan MVA
sebesar 0,161 atau 16,1%.
cxxv
3) Hubungan antara ROE dan MVA
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar -1,496 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (-1,496) < nilai T tabel (1,984) maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara ROE dengan MVA. Dengan
demikian, model regresi diatas belum layak dan benar. Kesimpulannya, ROE
secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA. Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika dilihat
dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,138 > 0,05) sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu variabel ROE secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya pengaruh ROE dan MVA
sebesar -0,208 atau -20,8%.
4) Hubungan antara Size dan MVA
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 3,702 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (3,702) > nilai T tabel (1,984) maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya, terdapat hubungan linier antara size dengan MVA. Diketahui bahwa
nilai sig (0,000<0,05), sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan uji
t yaitu size secara parsial berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya
pengaruh size dan MVA sebesar 0,402 atau 40,2%.
5) Hubungan antara Growth dan MVA.
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,387 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
cxxvi
nilai T hitung (0,387) < nilai T tabel (1,984) maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara growth dengan MVA. Dengan
demikian, model regresi diatas belum layak dan benar. Kesimpulannya,
growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA. Sehingga
model analisis jalur yang didapatkan belum layak untuk digunakan. Atau jika
dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,699 > 0,05) sehingga
memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu variabel growth secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya pengaruh
growth dan MVA sebesar 0,038 atau 3,8%.
6) Hubungan antara Stock Return dan MVA
Dari perhitungan didapat nilai Thitung sebesar 0,700. dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% dan Derajat Kebebasan (DK) dengan ketentuan n – 2,
atau 96-2 = 94. Dari ketentuan tersebut diperoleh T tabel sebesar 1,984. Karena
nilai T hitung (0,700) < nilai T tabel (1,984) maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara stock return dengan MVA.
Sedangkan diketahui bahwa nilai sig (0,485>0,05), sehingga memiliki
kesimpulan yang sama dengan Uji T yaitu stock return secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap MVA. Besarnya pengaruh stock return
dengan MVA sebesar 0,071 atau 7,1%.
Persamaan strukturalnya menjadi :
Y2 = -0,292X1 + 0,071Y1 + 0,038X5 + ε2
Angka residu sebesar 0,92 diperoleh dari 21 R−
= 155,01− = 0,92
cxxvii
d. Korelasi antara variabel EVA, ROA, ROE, Size, Growth, Stock Return dan
MVA
Tabel 4.24
Anlisis korelasi antar variabel EVA, ROA, ROE, Size, Growth, Stock Return dan MVA
Correlations
E
ROA
R SI
GRO
W
T
H
STOCK
RETUR
N
M
Pearson
Corr
elatio
n 1 -.151
-.3
-.028 -.121
-
Sig. (2-
tailed
)
.141
.0 .0
.789 .242 .19
EVA
N 96 96 96 96 96 96 96
Pearson
Corr
elatio
n
-
1
.6 -
-.023 .255* .06
Sig. (2-
tailed
)
.1 .0 .6
.823 .012 .52
ROA
N 96 96 96 96 96 96 96
Pearson
Corr
elatio
n
-
.668*
*
1
.1
-.027 .219*
.02
Sig. (2-
tailed
)
.0
.000
.3
.790 .032 .78
ROE
N 96 96 96 96 96 96 96
Pearson
Corr
elatio
n
.3
-.043
.1
1 -.062 -.077
.26
Sig. (2-
tailed
)
.0
.677
.3
.547 .453 .01
SIZE
N 96 96 96 96 96 96 96
Pearson
Corr
elatio
n
-
-.023
- -
1 .064 .02
Sig. (2-
tailed
)
.7
.823
.7 .5
.538 .79
GROWTH
N 96 96 96 96 96 96 96
cxxviii
B
erda
sarka
n
table
diat
as,
dap
at
diket
ahui
nilai
korel
asi
antar variabel. Angka koefisien bertanda positif (+) menunjukkan bahwa
hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat berbanding lurus. Artinya
peningkatan satu variabel akan diikuti oleh peningkatan variabel lain. Untuk
menentukan keeratan hubungan (korelasi) digunakan kriteria berdasarkan :
0 – 0,25 Korelasi lemah
> 0,25 – 0,50 Korelasi cukup kuat
> 0,50 - 0,75 Korelasi kuat
> 0,75 - 1,00 Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
H1 : ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel.
Pearson
Corr
elatio
n
-
.255*
.2-
.064 1 .07
Sig. (2-
tailed
)
.2
.012
.0 .4
.538
.48
STOCK
RETU
RN
N 96 96 96 96 96 96 96
Pearson
Corr
elatio
n
-
.066
.0
.2
.028 .073 1
Sig. (2-
tailed
)
.1
.525
.7 .0
.790 .480
MVA
N 96 96 96 96 96 96 96
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2- tailed).
cxxix
Pengujian berdasarkan probabilitas akan diterima apabila nilai probabilitas lebih
dari > 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai probabilita kurang dari < 0,05 maka
H0 ditolak.
Hubungan
Koefis
ie
n
K
or
el
as
i
Kategori
Proba
bilit
a
Kesimp
ulan
EVA (x1) dengan ROE (x3)
( 31 xxr ) -0,247
Lemah dan tidak
searah 0,015
Signifika
n
EVA (x1) dengan size (x4)
( 41 xxr ) 0,354 Cukup kuat 0,000
Signifika
n
EVA (x1) dengan stock return
(y1) ( 11 yxr ) -0,121
Lemah dan tidak
searah 0,012
Signifika
n
ROA (x2) dengan ROE (x3)
( 32 xxr ) 0,668 Kuat 0,000
Signifika
n
ROA (x2) dengan stock return
(y1) ( 12 yxr ) 0,255 Cukup Kuat 0,012
Signifika
n
size (x4) dengan MVA (y2)
( 24 yxr ) 0,219 Cukup Kuat 0,010
Signifika
n
Sumber : Data sekunder diolah
Berdasarkan hasil pengujian diatas, semua hubngan yang terjadi
antara dua variable memiliki hubungan yang signifikan, karena semua nilai
probabilitas lebih kecil < daripada 0,05.
3. Perhitungan Pengaruh Antar Variabel
cxxx
Untuk menghitung pengaruh langsung, digunakan formula sebagai
berikut:
a. Pengaruh langsung
1) Pengaruh variabel EVA terhadap stock return
x1 y1 = -0,1542 = 0,024 = 2,4%
2) Pengaruh variabel ROA terhadap stock return
x2 y1 = 0,3622 = 0,131 = 13,1%
3) Pengaruh variabel ROE terhadap stock return
x3 y1 = -0,2862 = 0,082 = 8,2%
4) Pengaruh variabel Size terhadap stock return
x4 y1 = 0,1182 = 0,014 = 1,4%
5) Pengaruh variabel growth terhadap stock return
x5 y1 = -0,1322 = 0,017 = 1,7%
6) Pengaruh variabel EVA terhadap MVA
x1 y2 = -0,2922 = 0,085 = 8,5%
7) Pengaruh variabel growth terhadap MVA
x5 y2 = 0,0382 = 0,0014 = 0,14%
8) Pengaruh variabel stock return terhadap MVA
x1 y2 = 0,0712 = 0,005 = 0,5%
b. Pengaruh tidak langsung
1) Pengaruh variabel EVA terhadap MVA melalui stock return
x1 y1 y2 = -0,154 x 0,071 = -0,011 = -1,09%
2) Pengaruh variabel ROA terhadap MVA melalui stock return
x2 y1 y2 = 0,362 x 0,071 = 0,026 = 2,6%
3) Pengaruh variabel ROE terhadap MVA melalui stock return
x3 y1 y2 = -0,286 x 0,071 = -0,020 = -2%
cxxxi
4) Pengaruh variabel size terhadap MVA melalui stock return
x4 y1 y2 = 0,118 x 0,071 = 0,008 = 0,8%
5) Pengaruh variabel growth terhadap MVA melalui stock return
x5 y1 y2 = -0.132 x 0,071 = 0,009 = 0,9%
c. Pengaruh total
1) Pengaruh variabel EVA terhadap MVA melalui stock return
DEx1 y1 + DEy1 y1 = -0,154 + 0,071 = -0,083 = 8,3%
2) Pengaruh variabel ROA terhadap MVA melalui stock return
DEx2 y1 + DEy1 y2 = 0,362 + 0,071 = 0,433 = 43,3%
3) Pengaruh variabel ROE terhadap MVA melalui stock return
DEx3 y1 + DEy1 y2 = -0,286 + 0,071 = -0,215 = 21,5%
4) Pengaruh variabel size terhadap MVA melalui stock return
DEx4 y1 + DEy1 y2 = 0,118 + 0,071 = 0,189 = 18,9%
5) Pengaruh variabel growth terhadap MVA melalui stock return
DEx5 y1 + DEy1 y2 = -0,132 + 0,071 = 0,061 = 6,1%
Pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total
pada struktur I yakni dari variabel EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4),
Sales Growth (x5), terhadap stock return (y1). Sedangkan pada struktur II yaitu
EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4), Sales Growth (x5), stock return (y1)
terhadap MVA (y2). Berikut dibawah ini adalah tabel 4.25 pengaruh
langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total pada struktur I dan
tabel 4.26 pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total
pada struktur II.
Tabel 4.25
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung EVA, ROA, ROE, Firm Size dan Sales
Growth Terhadap Stock Return Pada Struktur I
cxxxii
Variabe
l
Pengaruh
Lansun
g
terhada
p stock
return
Pengaruh
tidak
lansung
terhada
p stock
return
Total
pengar
uh
langsun
g
Total
penga
ruh
tidak
langsu
ng
Total
pengar
uh
langsun
g dan
tidak
langsun
g
EVA (x1) (-0,154) 2 =
0,024
- (-0,154) 2 =
0,024
- (-0,154) 2 =
0,024
ROA
(x2)
(0,362) 2 =
0,131
- (0,362) 2 =
0,131
- (0,362) 2 =
0,131
ROE (x3) (-0,286)2=
0,082
- (-0,286)2=
0,082
- (-0,286)2=
0,082
Size (x4) (0,118) 2 =
0,014
- (0,118) 2 =
0,014
- (0,118) 2 =
0,014
Growth
(x5)
(-0,132) 2 =
0,017
- (-0,132) 2 =
0,017
- (-0,132) 2 =
0,017
Sumber : Data sekunder diolah
Tabel 4.26
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung EVA, ROA, ROE, Firm Size, Sales Growth
dan Stock Return Terhadap MVA Pada Struktur II
Variabel
Pengaruh
Langsu
ng
terhada
p MVA
Pengaruh tidak
langsung
terhadap
MVA melalui
stock return
Total
pengar
uh
langsun
g
Total
p
e
n
g
a
r
u
h
ti
Total pengaruh
langsung
dan tidak
langsung
cxxxiii
d
a
k
l
a
n
s
u
n
g
EVA (x1) (-0,292) 2 =
0,085
-0,154 x 0,071 = -
0,011
(-0,292) 2 =
0,085
-
0
,
0
1
1
0,085+(-0,011) =
0,074
ROA (x2) - 0,362 x 0,071 =
0,026
- 0,02
6
0,362 x 0,071 =
0,026
ROE (x3) - -0,286 x 0,071 = -
0,020
- -
0
,
0
2
0
-0,286 x 0,071 = -
0,020
Size (x4) - 0,118 x 0,071 =
0,008
- 0,18
9
0,118 x 0,071 =
0,008
Growth (x5) (0,038) 2 =
0,014
-0,132 x 0,071 =
0,009
(0,038) 2 =
0,014
0,00
9
0,014 + 0,009 =
0,023
Stock
Return
(y1)
(0,071)2=
0,005
- (0,071)2=
0,005
- (0,071)2= 0,005
Sumber : Data Sekunder diolah
4. Pembahasan Hasil Penelitian
cxxxiv
Untuk melihat pengaruh variabel EVA, ROA, ROE, size dan growth
sebagai variabel bebas dalam persamaan struktur 1 secara gabungan
(simultan), kita akan melihat hasil perhitungannya dalam model summary
(table 4.14), khususnya angka R Square. Besarnya angka R Square (r2) yang
didapat dalam persamaan I adalah 0,109. Angka ini dapat digunakan untuk
melihat besarnya pengaruh EVA, ROA, ROE, size dan growth terhadap stock
return. Dari angka R Square sebesar 0,109, kita dapatkan koefisien
determinasi (KD) sebesar 10,9%. Angka tersebut mempunyai maksud bahwa
pengaruh EVA, ROA, ROE, size dan growth secara gabungan terhadap stock
return adalah 10,9%. Adapun sisanya 89,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dengan kata lain, besar variabelitas stock return yang dapat diterangkan
dengan menggunakan variabel EVA, ROA, ROE, size dan growth adalah
10,9%, sedangkan pengaruh sebesar 89,1% disebabkan oleh variabel-
variabel lain di luar model ini.
Dalam persamaan struktur II besarnya R Square (r2) yang didapat
adalah 0,155 (15,5%). Nilai R Square sebesar 15,5%, ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model analisis jalur yang di dapatkan dimana
variabel EVA, ROA, ROE, Size, Growth dan Stock Return memiliki pengaruh
terhadap MVA sebesar 15,5%. sedangkan sisanya (100% - 15,5% = 84,5%)
adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh
terhadap perubahan variabel MVA.
Hasil komputasi program SPSS dengan metode path analysis terlihat
pada tabel 4.15. Berdasarkan persamaan pertama, stock return sebagai
variabel terikat (dependent variabel). Menghasilkan F-hitung sebesar 2,206
dengan tingkat signifikansi F-table sebesar 2,19. Ini menunjukkan bahwa
secara simultan. Varabel EVA, ROA, ROE, size dan sales berpengaruh secara
cxxxv
gabungan terhadap stock return pada perusahaan-perusahaan yang
dijadikan sample penelitian. Untuk mengetahui apakah model regresi dari
persamaan I sudah benar atau salah, diperlukan uji hipotesis dimana tedapat
dua uji hipotesis yang disajikan, yaitu uji F dan dengan membandingkan
angka taraf signifikan (sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikansi 5%
(0,05). Angka signifikansi didapatkan sebesar 0,049, dengan taraf 0,05 (<0,05).
Ini berarti ada hubungan linear antara EVA, ROA, ROE, size dan growth
terhadap stock return.
Hubungan signifikan secara simultan juga terdapat dalam persamaan
kedua, terlihat dari perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 2,717 dan nilai F
tabel sebesar 2,19 dengan taraf signifikansi 5% (0,05) Karena nilai F hitung (2,717) >
nilai F tabel (2,19) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan
linier antara EVA, ROA, ROE, size, growth, dan stock return dengan MVA. Atau
jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,018 < 0,05). Ini
berarti ada hubungan linear antara EVA, ROA, ROE, size, growth, dan stock
return terhadap MVA.
Secara parsial EVA dengan stock return tidak berpengaruh secara
signifikan, konsisten dengan penelitian Nur Samsi (2006), dalam hasil
pengujian t-test menunjukkan bahwa besarnya t-hitung adalah tahun 1999
sebesar 0.746, tahun 2000 sebesar 1.658 dan tahun 2001 sebesar 0.117
berada dalam wilayah penerimaan Ho. Artinya antara EVA dengan stock
return secara parsial tidak terdapat hubungan yang signifikan.
Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapto Bayu Aji
(2003) hasil pengujian besar statistik F=459,201, p=0,000 sedangkan statistik
t=21,429 dengan p=0,000. Jika digunakan tingkat signifikansi 0,05, maka
dapat dikatakan bahwa EVA berpengaruh positif dan signifikansi terhadap
cxxxvi
return saham. Jadi tinggi rendahnya return saham perusahaan di 9 sektor
dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap kinerja keuangan perusahaan
tersebut, khususnya kinerja keuangan yang diukur dengan EVA. Perbedaan
hasil penelitian ini dapat disebabkan; (1) EVA belum digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan oleh para investor. (2) Perbedaan dalam
menghitung komponen biaya modal terutama biaya ekuitas (Haris Wibisono.
2003). Variabel ROE, size dan growth juga tidak memiliki hubungan signifikan
terhadap stock return secara parsial.
Hubungan yang signifikan secara parsial didapatkan dari variabel
ROA. Terlihat dari nilai T hitung (2,548) > nilai T tabel (1,984) maka ROA secara
parsial. berpengaruh signifikan terhadap stock return. Return on Assets (ROA)
suatu perusahaan meningkat maka akan meningkatkan harga saham
perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan stock return yang
diperoleh perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka diharapkan
stock return juga semakin tinggi (Tri Purwani. 2003).
Secara parsial dalam struktur persamaan kedua, EVA memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap MVA. Penilaian diatas sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh G Anto Listianto (2003), Yevi Dwitayanti (2005)
dan Sri Isworo Adiningsi (2005). Mereka menyatakan bahwa EVA
berpengaruh signifikan terhadap MVA, karena EVA dan MVA merupakan
suatu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, secara
logis hasil analisis EVA dan MVA pada suatu perusahaan, apabila EVA positif
maka MVA juga positif. Dengan kata lain hal tersebut menunjukkan bahwa
kenaikan atau penurunan EVA ada hubungannya dengan kanaikan atau
penurunan MVA.
cxxxvii
Berbeda dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Munari (2003)
yang melakukan penelitian pengaruh EVA terhadap MVA pada perusahaan
Jasa telekomunikasi. Dalam penelitiannya setelah mendapatkan regresinya,
pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t dengan taraf signifikansi 5%.
T hitung=6,314 dan T tabel=5,928, dengan demikian pengaruh secara signifikan
terhadap hasil MVA tidak teruji kebenarannya.
Variabel lain yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap MVA
adalah size. Menurut Roesyeni Rasyid (2002), MVA merupakan nilai tambah
yang langsung mengukur penciptaan nilai perusahaan. Sama halnya
dengan pendapat tersebut, Lisa Linawati (1999) nilai tambah tersebut dapat
dijadkan sebagai ukuran keberhasilan kinerja manajemen perusahaan.
Kekayaan perusahaan dimana manajemen mempunyai kontrol dan sering
diasosiasikan dengan ukuran perusahaan (firm size) dan pertumbuhan
penjualan perusahaan (sales growth). Jadi bila suatu perusahaan dengan
ukuran yang besar dan didukung dengan pertumbuhan penjualan, akan
meningkatkan nilai baik EVA ataupun MVA-nya, sehingga tingkat
pengembalian (return) yang diterima juga akan meningkat. Didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapto Bayu Aji (2003), yaitu bahwa
firm size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EVA dan EVA tersebut
juga memiliki hubungan yang signifikan secara parsial terhadap MVA (G
Anto Listianto. 2003; Yevi Dwitayanti. 2005; dan Sri Isworo Adiningsi. 2005). Hal
inilah yang menjadi sumber acuan untuk memilih firm size sebagai variabel
yang dalam hasil penelitian berpengaruh terhadap MVA akibat dari firm size
berpengaruh signifikan terhadap EVA.
5. Diagram Jalur (Path) Struktur 1 dan Struktur II
ε1 = 0,94
cxxxviii
ρx2y1 = 0,362
ρx2x1 = -0,151 ρy2y1 = 0,071
ρy2x1 = 0,292 ρx2x4 = -0,043
ρx1x4 = 0,354 ρy2x4 = 0,092
ε = 0,92
ROA
(x2)
Stock
retur
EVA
(x1)
Firm
Size
MVA
(y2)
cxxxix
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV yang
menggunakan analisis tiga jalur dengan bantuan SPSS 17.0 tentang. Pengaruh
EVA, ROA, ROE, Firm Size, Sales Growth terhadap Stock Return dan Market Value
Added. Maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Analisis Jalur (Path Analysis)
Berdasarkan 7 variabel utama yang terdiri dari lima variabel bebas dan
dua variabel terikat dalam penelitian ini, terdapat dua stuktur analisis jalur yang
dapat dibentuk yaitu sebagai berikut :
a. Pada persamaan pertama dapat diketahui bahwa :
1) Pengaruh variabel EVA terhadap stock return sebesar -0,154.
2) Pengaruh variabel ROA terhadap stock return sebesar 0,362.
3) Pengaruh variabel ROE terhadap stock return sebesar -0,286.
4) Pengaruh variabel size terhadap stock return sebesar 0,118.
5) Pengaruh variabel growth terhadap stock return sebesar -0,132.
Y1 = ρy1 x1 + ρy1 x2 + ρy1 x3 + ρy1 x4 + ρy1 x5 + ε1
Y1 = -0,154x1 + 0,362x2 + (-0,286)x3 + 0,118x4 + (-0,132)x5 + 0,94
b. Pada persamaan kedua dapat diketahui bahwa :
1) Pengaruh variabel EVA terhadap MVA sebesar 0,292.
cxl
2) Pengaruh variabel stock return terhadap MVA sebesar 0,071.
3) Pengaruh variabel growth terhadap MVA sebesar 0,038.
Y2 = ρy2 x1 + ρy2 y1 + ρy2 x5 + ε2
Y2 = -0,292x1 + 0,071y1 + 0,038x5 + 0,92
2. Uji Simultan (F-Test)
Secara simultan hasil uji F dalam struktur I yaitu :
Y1 = x1 + x2 + x3 + x4 + x5
Menunjukkan bahwa variabel EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4), Sales
Growth (x5), berpengaruh signifikan terhadap stock return (y1). Sehingga model
analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan, atau jika dilihat dari nilai
signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,049 < 0,05) sehingga memiliki kesimpulan
yang sama dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
Begitupun pada struktur II yaitu Y2 = x1 + y1 + x5 menunjukkan bahwa
variabel EVA (x1), ROA (x2), ROE (x3), Firm Size (x4), Sales Growth (x5), dimana
variabel ROA, ROE dan firm size berpengaruh secara signifikan melalui stock
return (y1), dengan kata lain secara gabungan berpengaruh signifikan terhadap
MVA (y2). Sehingga model analisis jalur yang didapatkan layak untuk digunakan.
Atau jika dilihat dari nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0,018 < 0,05)
sehingga memiliki kesimpulan bahwa hubungan nya signifikan atau sama
dengan Uji F yaitu terdapat kecocokan antara model dengan data.
3. Uji Parsial (T-Test)
Secara parsial, hasil uji t menunjukkan bahwa variabel bebas pada
struktur I Y1 = x1 + x2 + x3 + x4 + x5. Menunjukkan bahwa variabel EVA (x1) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap stock return (y1). Terihat dari nilai T hitung (-
1,528) < nilai T tabel (1,984). Karena nilai T hitung (2,548) > nilai T tabel (1,984) maka
cxli
variabel ROA (x2) berpengaruh secara signifikan terhadap stock return (y1).
Variabel ROE (x3) nilai T hitung (-1,968) < nilai T tabel (1,984), ini mengindikasikan tidak
ada pengaruh secara signifikan antara variabel ROE (x3) dengan stock return
(y1). Variabel firm size (x4) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap stock
return (y1), hal ini terlihat dari nilai T hitung (1,159) < nilai T tabel (1,984). Sedangkan
variabel sales growth (x5) sama seperti variabel firm size yang tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap stock return (y1) karena nilai T hitung (-1,290) <
nilai T tabel (1,984).
Pada struktur II Y2 = x1 + y1 + x5 dimana dalam mengacu persamaan II,
variabel ROA, ROE, size untuk memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak
terhadap MVA (y2) melalui variabel stock return (y1). Pada Struktur II
menunjukkan bahwa variabel EVA (x1) memiliki nilai T hitung (2,657) > nilai T tabel
(1,984) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya, terdapat pengaruh secara
signifikan antara EVA dengan MVA. Variabel ROA (x2) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap MVA (y2) terbukti dari nilai T hitung (1,195) < nilai T tabel (1,984).
Pada variabel ROE (x3) tidak berpengaruh signifikan terhadap MVA, karena nilai
T hitung (-1,496) < nilai T tabel (1,984). Selain variabel EVA yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap MVA, ada variabel lain yang berpengaruh signifikan, yaitu
firm size (x4), yaitu dilihat dari T hitung (3,702) > nilai T tabel (1,984). Karena nilai T hitung
(0,387) < nilai T tabel (1,984), maka variaba sales growth (x5) tidak memilik
pengaruh signifikan terhadap MVA dan pada variabel stock return (y1) tidak
berperngaruh signifikan terhadap MVA, ini terlihat dari nilai T hitung (0,700) < nilai T
tabel (1,984).
B. Saran
cxlii
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu peneliti memberikan saran untuk penelitian lanjutan sebagai berikut:
1. Bagi investor agar dalam melakukan investasi di pasar modal
harusmemperhatikan kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi return
of saham atau tingkat pengembalian saham perusahaan tersebut seperti EVA
dan MVA.
2. Untuk peneliti selanjutnya lebih baik menggunakan periode waktu yang lebih
lama dari penelitian ini.
3. Jumlah variabel ditambahakan contohnya dengan memasukkan variabel
eksternal seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan lain-lain yang diperkirakan
mampu mempengaruhi dari variabel stock return dan MVA yang dapat
dijadikan untuk penelitian selanjutnya.
cxliii
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsi, Sri Isworo dan Sumarni. “Hubungan EVA dan MVA pada perusahaan yang
terdaftar di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 6. No1, Juli 2005.
Aji, Sapto Bayu. “Rasionalitas investor di BEJ didasarkan pada pengaruh EVA
terhadap return saham”. Jurnal Akuntansi YKPN Jogjakarta. Vol 6, No.2,
Agustus. 2003.
Anderson, Anne & Roger P. Bey. “Eva, Adjustment : much to Do about nothing”.
Journal of Applied Corporate Finance. 2007
Azib. “Economic Value Added dalam Menentukan Kinerja Keuangan Perusahaan”.
Jurnal Dimensia. Vol.1, No.3, Januari, 2004.
Brigham, E. F., Gapenski, L. C. & Daves, P.R. 1999. Intermediate Financial
Management. Sixth Edition. The Dryden Press. United States of America.
C, Donald Kieso & Jerry J. Weygandt. Akuntansi Intermediete. Edisi 10. Jilid 2.
Erlangga, Jakarta, 2002.
De Medeiros, Otavio Riveiro. “Empirical Evidence on Relationship between EVA,
MVA and Stock Return in Brazilian Firms”. Journal of Applied Corporate
Finance. 2007.
Djawahir, Kusnan M. “Saatnya Mengejar The True Economic Profit”. Majalah
Swasembada 20/XVII/4-17 Oktober, 2002.
Dwitayanti, Yevi. “Analisisi Pengaruh EVA Terhadap MVA Pada Industri Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Manajemen Keuangan. Vol 3 No 1, Maret, STIE
Darmajaya, Bandar Lampung, 2005.
Edward, Tandelilin. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. PT BPFE,
Yogyakarta, 2001
Ekadjaja. “Hubungan Antara Economic Value Added Dengan Harga Saham Dalam
Pengukuran Kinerja Perusahaan (Studi Kasus PT. X, Tbk)”. Jurnal
Akuntansi/ThX/02/Mei. Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2006.
Ekadjaja, Agustin. “Economic Value Added (EVA) How it Become Effective
Management Control Tool”. Jurnal Akuntansi/FE Untar/Th. V/02.2001.
Elton, J.E. & Grubber, M.j. 1995. Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. Fifth
Edition. John Wiley & Sons. Inc. Singapore.
Halim. Abdul. “Analisis Investasi”. Edisi 4, Salemba. Jakarta. 2008.
cxliv
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Pres. Grafika Karya Utama,
Jakarta:2004.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. “Management Accounting (Akuntansi
Manajemen), Buku 2, Edisi 7. Salemba Empat, Jakarta, 2005.
Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi 3. UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2001.
Istiqomah. “Pengaruh EVA, Residual Income, Earnings, Operating Cash Flow &
Ukuran Perusahaan terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham”.
Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2007.
Jogiyanto. “Teori Portofolio & Analisis Investasi”, Edisi 4. BPFE, Yogyakarta, 2003.
Keown, A.J., Scott, D.F. Jr., Martin, J.D. & Pretty, J.W. 1996. Basic Financial
Management. Seventh Edition. Prentice Hall. International (UK) Ltd.
Cambridge.
Khoer, Abdul. “Analisis Pengaruh EVA, Residual Income, Earnings dan Operating
Cash Flow terhadap Return Saham”. Skripsi FEIS UIN, Jakarta, 2008.
Linawati Utomo, Lisa. “Economic Value Added sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja
Manajemen Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 1, No.1, Mei,
1999.
Lehn, K & Makhija. “EVA & MVA as performance measures and signals for strategic
change”. Jurnal Strategic dan Leaderships. Juni, 1996. 34-38.
Listianto, G. Anto. “EVA: An Alternative of Financial Performance Measurement”.
Fokus Ekonomi. Vol.1, No.3, Desember. 2003.
Munari. “Perbedaan Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market
Value Added (MVA) Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi yang Go Public
di Bursa Efek Surabaya (BES)”. Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi. Vol.1, No.2,
September, 2001.
Porman T. Andy. Menilai Harga Wajar Saham. PT Elex Media Komputindo, Anggota
IKAPI Jakarta. 2007.
Pradhono. Jogi C Christiawan. “Pengaruh EVA, RI, Earning dan Arus Kas Operasi
terhadap Return yang diterima oleh pemegang saham”. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan. Vol 6 No 2. 2004.
Purwani, Tri. “Analisis Pengaruh Dividend Yield, Debt to Equity, ROA dan ROE
terhadap Return Saham”. Jurnal Ilmiah Informatika, Vol 5, No 16, September.
2003.
cxlv
Rasyid, Roesyeni. ”Pengukuran Nilai Riil Perusahaan dengan Menggunakan Konsep
Economic Value Added dan Market Value Added” Jurnal Ekonomi, Vol 1 No
2, Agustus, 2002.
Riduwan, Drs MBA., A.K Engkos, S.E., M.M “Cara Menggunakan dan Memaknai
Analisis Jalur”, Alfabeta, Bandung, 2008.
Samsi, Nur. “Analisis Economic Value Added (EVA) dan Return Saham di Pasar
Modal Surabaya” Jurnal Logos, Vol.3, No.2, Januari, 2006.
Sari, Maya. “Menciptakan Nilai dengan EVA”. Jurnal Ekonomi. Vol 68. Edisi Agustus
2006
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasinya”, Edisi Ketiga, BPFE,
Yogyakarta, 1999.
Sarwono, Jonathan. “Analisis jalur untuk riset bisnis dengan SPSS”. CV.Andi offset,
Yogyakarta, 2007.
Wibisono, Haris. “Economic Value Added: Menarik Bagi Investor?” Jurnal Ekonomi
dan Kewirausahaan. Vol.3, No.2, Agustus, 2003.
Young, S. David dan Stephen F. O’Byrne. “EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai,
Panduan Praktis Untuk Implementasi”. Salemba Empat, Jakarta, 2001.
cxlvi
Gambar 4.1
Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA), ROA, ROE, firm size dan sales
growth
Terhadap Stock Returndan Market Value Added (MVA) yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
ρy1x1 = -0,154
ρy2x1 = 0,292
ρy1x2 = 0,362 ε =
0,94 ε = 0,92
ρy1x3 = -0,286
ρy2y1 = 0,071
ρy1x4 = 0,118
ρy2x1 = 0,038
ρy1x5 = -0,132
EVA (X1)
ROA (X2)
ROE (X3)
Size (X4)
Growth (X5)
Stock Return (Y1)
cxlvii