analisis pengaruh rasio rasio keuangan …eprints.undip.ac.id/29313/1/jurnal_c2a007103.pdf · yang...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN TERHADAP PREDIKSI
KEBANGKRUTAN BANK
(Studi Empiris Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Direktori
Bank Indonesia periode 2004-2008)
Disusun oleh : Reny Sri Harjanti ( C2A007103)
Dosen Pembimbing : Drs. R. Djoko Sampurno. MM.
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of the ratio of financial ratios such as the CAR
(Capital Adequecy Ratio), NPL (non performing loans), ROA (Return On Asset), ROE
(Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (operating costs compared with
operating income), and LDR (Loan Deposit Ratio) to the prediction of bank bankruptcy
empirical studies on private bank with foreign exchange from year observation period 2004-
2008, and data obtained from the Directory of Banking and Infobank sampling of this study
using a purposive sampling technique with a period observations in 2004-2008. Data
obtained from Bank Indonesia and Infobank directory.
The method used for this research is logistic regression. Based on the feasibility of
the 27 banks selected for 2004, 2005, 2006, 2007 and 2008 using logistic regression, it can
be concluded that the appropriate variable to analyze the variables above the prediction of
insolvency in the bangking sector.
The results of this study indicate that financial ratios such as CAR, NPL, ROA, ROE,
NIM, BOPO and LDR can be used to predict the bank's bankruptcy. The resulting
regression equation is Y = -0.509 - 0.060 + 0.006 CAR NPL ROA + 0.155 - 0.147 + 0.300
ROE NIM BOPO +0.015 - 0.014 LDR. From the results obtained by the CAR regression,
NIM, and BOPO no significant effect on bank bankruptcy prediction, this is indicated from
its significance value less than 0.05, while the ROA, ROE, NPL and LDR have an influence
on bank bankruptcy prediction.
Keywords: bank bankruptcy prediction, CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, logistic
regression.
2
I. PENDAHULUAN
Pembangunan besar-besaran dalam bidang ekonomi seolah-olah menjadi tonggak
pada suatu negara. Indonesia memerlukan waktu yang panjang dalam menjalankan kegiatan
perekonomian untuk mencapai kemajuan yang pesat. Salah satu yang menjadi peran serta
strategis dalam menyelesaikan dan menyeimbangkan unsur dibidang pembangunan
ekonomi, adalah perbankan.
Pengertian Perbankan menurut UU No. 10 Tahun 1998:
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Perbankan memiliki suatu peran yang vital, hal ini tidak lepas dari fungsi bank
sendiri, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dengan lebih efektif dan efisien. Jadi dengan demikian bank bisa
menjadi andalan dalam pembangunan di bidang ekonomi. Jika sistem dan kelembagaan
industri perbankan baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.
Dengan demikian proses penyaluran pembiayaan perbankan harus dilakukan secara aktif,
berhati hati, dan didasarkan pada pengetahuan atau informasi yang tepat mengenai sektor /
industri usaha tertentu yang produktif.
Krisis perbankan yang lalu disamping selain masih menyisakan pengalaman yang
pahit bagi pelaku ekonomi, juga telah memakan biaya rehabilitasi sistem yang cukup
signifikan (Tarmizi dan Willyanto, 2003). Di Indonesia, akibat terjadinya krisis ekonomi
sebanyak 64 (25,78%) bank telah dilikuidasi selama tiga tahun berturut-turut (1997-1999).
Bank yang telah terlikuidasi akan berakibat buruk mengingat sektor perbankan mempunyai
peranan yang cukup dominan dalam menggerakkan sektor riil (Januarti, 2002). Pada
umumnya bank-bank di Indonesia mengalami masalah yang serupa yaitu dalam hal struktur
permodalan, permasalahan dalam likuiditas bank, permasalahan dengan kredit macet, biaya
operasi yang tinggi, tingginya spread antara bunga tabungan dengan bunga kredit,
permasalahan ekonomi makro, dan permasalahan krisis kepercayaan yang mulai terlihat dari
adanya beberapa bank yang mengalami rush oleh masyarakat. (Sihol, Kalvin. 2007).
Dampak dari kejadian permasalahan perbankan tahun 1997 adalah banyaknya bank bank
yang di likuidasi atau pengehentian kegiatan usaha dan banyak juga bank yang dimerger
dengan bank yang lain (CAR/Capital Adequecy Ratio). Bank yang dilikuidasi adalah bank
yang memiliki CAR minus. Sedangkan bank yang harus di merger adalah bank yang
memiliki CAR kurang dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan
3
Direksi Bank Indonesia No. 26/20/KEP/DIR yaitu sebesar 8%. (Sihol, Kalvin. 2007).
Peristiwa likuidasi yang menimpa banyak bank telah menimbulkan kepanikan pada
masyarakat karena hal ini diluar dugaan mereka. Selain itu alasan pemerintah dalam
melikuidasi dirasa kurang transparan. Penilaian kinerja perbankan mempunyai maksud
untuk menilai keberhasilan manajemen didalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini
diproksikan dengan, finnacial ratio, ketentuan penilaian kesehatan perbankan dalam
peraturan Bank Indonesia, fluktuasi harga saham dan return saham. Sedangkan pelaporan
keuangan diharpkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan
pertanggungjawaban manajemen bank kepada stakeholder bank. Namun menurut Pankoff
dan Vigill (1970) dalam Achmad dan Willyanto (2003) mengemukakan bahwa manfaat
laporan keuangan tidak dapat diukur hanya keakuratannya dalam mencerminkan keadaan
keuangan pada masa lalu tetapi juga harus diukur manfaatnya dalam memprediksi kondisi
keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.
Rasio keuangan berguna bagi analis internal untuk membantu manajemen membuat
evaluasi tentang hasil hasil opreasi perusahaan, memperbaiki kesalahan kesalahan dan
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. Suatu rasio akan lebih
bernilai bila diperbandingkan dengan rasio yang lain. (Handayani, 2005). Rasio rasio
keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan sangat berguna bagi para pelaku bisnis,
baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi
keuangan suatu perusahaan termasuk perbankan. Menurut Khasmir (2000) dalam Sihol
(2007), suatu metode analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja keuangan yang
telah ditetapkaan oleh Bank Indonesia dan berpengaruh terhadap kondisi perkembangan
bank biasanya disebut dengan CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity).
Aspek capital meliputi CAR, aspek aset meliputi NPL, aspek earning meliputi NIM, dan
BO/PO, sedangkan aspek likuidity meliputi LDR dan GWM. Untuk mengetahui sejauh
mana kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan berbagai rasio, diantaranya total
aset, rasio kecukupan modal /capital adequacy ratio (CAR), NPL-Gross (non performing
loan)/kredit bermasalah), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) untuk laba, net
interest margin (NIM), dan loan to deposit ratio (LDR). Makin besar CAR suatu bank,
berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Bank Indonesia menetapkan kebijakan standar minimum CAR untuk perbankan sebesar 8%.
NPL atau kredit tidak lancar yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank yang memiliki tingkat
NPL lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. LDR atau
4
perbandingan kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan,
baik berupa tabungan dan deposito. Bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank
tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Lalu ada ROA dan ROE, atau
dalam bahasa yang sangat sederhana, adalah laba. Dalam penelitian Surifah (1998) dalam
Tarmizi (2003) menunjukkan bahwa rata rata rasio CAMEL bank sukses lebih besar dari
bank bangkrut yang tahun tahun sebelumnya mengalami kebangkrutan. Sebaliknya
penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2007) rasio NPL memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap probabilitas sehat dan tidak sehat pada bank sedangkan rasio CAR, ROA, ROE,
LDR dan NIM menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidah berpengaruh dalam
menguji kesehatan bank. Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) rasio ROA tidak
memiliki pengaruh terhadap probabilitas bank bermasalah. Penelitian Almilia dan
Herdiningtyas (2005) rasio ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
probabilitas bank bangkrut. Sedangkan menurut Tarmizi dan Willyanto (2003) ROA tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebangkrutan bank.
Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) ROE tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap probabilitas bank bermasalah. Sedangkan menurut Surifah (1998) dalam
Tarmizi (2003) rasio ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas bank
tidak sehat. Menurut penelitian Aryati dan Balafi (2007) rasio NPL mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap probabilitas bank bermasalah. Sedangkan pada penelitian Almilia
dan Herdiningtyas (2005) NPL tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi
bermasalah bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas
(2005) adalah bahwa rasio BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah/bangkrut. Sedangkan menurut Yudhi, dkk
(2002) dalam Asmoro (2010) rasio BOPO tidak signifikan terhadap prediksi kondisi
kebangkrutan bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas
(2005) rasio LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank.
Sedangkan penelitian Tarmizi dan Willyanto (2003) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh
signifikan terhadap kebangkrutan bank.
5
II. TELAAH PUSTAKA
2.1 PERBANKAN
Sebagai lembaga intermesidasi, bank sangat berperan penting dalam pembangunan
nasional. Tujuan perbankan dijelaskan dalam pasal 3 UU No. 10 / 1998 tentang perbankan
yaitu perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Judisseno (2005) dalam Asmoro (2010)
hakikat bank. adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan
agent of development. Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara
(intermediacy) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk
masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara
yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-
kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para
pelaku ekonomi. Menurut Wilopo (2001) meskipun setiap bank di Indonesia selalu diawasi
oleh Bank Indonesia dengan penilaian yang menggunakan rasio keuangan model CAMEL
serta laporannya selalu dipublikasikan media cetak, namun masih terdapat ebberapa bank
yang kinerjanya buruk sehingga harus dilikuidasi.
2.2 KEBANGKRUTAN BANK
Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam
menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi, 2003:79). Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh
keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga
disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan
dalam beberapa pengertian menurut Supardi (2003: 79) dalam Asmoro (2007), yaitu:
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed). Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa
perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai
sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed). Pengertian financial distressed menurut
Supardi (2003: 79) dalam Asmoro (2010) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam
arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
6
Menurut Willyanto (2002), kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah,
sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik, sedangkan financial
distress adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mengawali kebangkrutan. Semakin
awal tanda tanda kebangkrutan tersebut diketahui semakin baik bagi pihak manajemen
kareana mereka dapat melakukan perbaikan perbaikan sebelum terlambat, sedangkan
dipihak kreditur dan pemegang saham bias melakukan antisipasi berbagai kemungkinan
kemungkinan buruk. .
Menurut Beaver dalam Titi Aryati (1999: 29) rasio keuangan yang dapat digunakan
untuk mendeteksi kebangkrutan adalah:
1. Cash flow to total debt (arus kas terhadap total utang)
2. Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total aktiva)
3. Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap kewajiban lancar)
4. Total debt to tatal assets (total utang terhadap total assets)
5. Working capital to total assets (modal kerja terhadap total assets)
Menurut Payamta (1998) dalam Willyanto (2002) analisis kebangkrutan usaha sangat
membantu pembuatan keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang
mengalami kebangkrutan tersebut.
2.3 KINERJA PERBANKAN
Kinerja dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu sering kali digunakan sebagai
dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Kinerja yang baik
merupakan hal penting yang harus dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,
karena kinerja merupakan cerminan oleh perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan
sumber dananya (Mulyadi, 1999). Cara pengukuran kinerja perbankan salah satunya adalah
dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai
kegiatan yang dilakukan.
2.4 ANALISIS RASIO KEUANGAN
Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan
rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu
diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan
mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Kinerja keuangan perusahaan diukur dari
7
efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin di dalam keuangan
(Machfoedz, 1999) dalam Asmoro (2010).
2.5 CAR (Capital Adequecy Ratio)
CAR (Capital Adequecy Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan alat likuiditas yng
dimilikinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)
menunjukan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap kondisi bermasalah bank, semakin
rendah rasio ini maka akan semakin besar kemungkinan bank mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang
sehat harus memiliki CAR minimum sebesar 8%.
H1= CAR (Capital Adequecy Ratio) berpengaruh negatif terhadap prediksi
kebangkrutan bank.
2.6 NPL (Non Performing Loan)
Giniarto dan Ibad (2003) dalam Asmoro (2010) mengatakan semakin besar
prosentase NPL maka bertambah besar juga cadangan yang harus dibentuk, dan akan
semakin tinggi pula opportunity cost yang harus ditanggung oleh bank dan biasanya
mengakibatkan kerugian. Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci
untuk menilai kinerja bank, NPL yang tinggi akan menyebabkan gagalnya bank dalam
mengelola bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)
menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap kondisi bermasalah pada bank.
Semakin tinggi NPL maka akan semakin tinggi pula probabilitas bank bangkrut.
H2 = NPL (Non Performing Loan) berpengaruh positif terhadap prediksi
kebangkrutan bank.
2.7 ROA (Return On Asset)
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Menurut Aryati dan Balafi
(2007) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan perbankan yang berarti semakin
tinggi rasio ROA kemungkinan bank bangkrut semakin kecil.
H3= ROA (Return On Assets) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan
bank.
8
2.8 ROE (Retrun On Equity)
ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. ROE adalah
rasio yang berguna bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengetahui kemampuan
dalam memperoleh laba bersih. Menurut Wirda (2006) dalam Asmoro (2010) semakin
tinggi ROE maka kemungkinan bank akan bangkrut akan semakin kecil. Dalam Aryati dan
Balafi (2005) ROE berpengaruh negatif terhadap kemungkinan bank bangkrut, artinya
semakin kecil ROE maka probabilitas bank bangkrut semakin besar.
H4= ROE (Return On Equity) berpengaruh negatif terhadap prediksi kebangkrutan
bank.
2.9 NIM (Net Interest Margin)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Balafi (2007) rasio NIM
berpengaruh positif terhadap kebangkrutan bank yang artinya semakin tinggi rasio NIM
maka kemungkinan suatu bank mengalami kebangkrutan akan semakin kecil.
H5= NIM (Net Interest Margin) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan
bank.
2.10 BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional)
BOPO, Biaya Operasional merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat
kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,2009).
Semakin kecil BOPO maka berarti semakin kecil pula efisiensi biaya operasional bank
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya kebangkrutan bank itu juga akan
semakin kecil (Almilia,2005). Almilia (2005) dalam Asmoro (2010) menunjukkan bahwa
BOPO berpengaruh positif dalam kondisi bermasalah perbankan. Artinya semakin besar
rasio BOPO maka probabilitas bank bangkrut juga semakin besar.
H6= BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) berpengaruh positif
terhadap prediksi kebnagkrutan bank.
2.11 LDR (Loan to Deposit Ratio)
LDR merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu bank
dalam membayar kembali penarikan dana dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebgai sumber likuiditas. Menurut Santoso (2006) dalam Asmoro (2010) mengatakan bahwa
semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tinggi pula probabilitas kebangkrutan
9
banknya. Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) LDR berpengaruh positif terhadap
prediksi kebangkrutan bank, artinya semakin besar LDR maka semakin besar probabilitas
bank mengalami kebangkrutan.
H7= LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh positif terhadap prediksi
kebangkrutan bank.
Kerangka Pemikiran Teori
Sumber : Almilia dan Herdiningtyas (2005), Aryati (2007), Asmoro (2010), Wilopo (2001)
10
III. METODE PENELITIAN
3.1 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi yang terdapat di dalam penelitian ini adalah bank yang terdapat di Bank
Indonesia yang ada pada periode 2004 – 2008 sebanyak 104 bank. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, sehingga didapat 27
bank yang dapat dijadikan sampel. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan
sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria kriteria tersebut adalah:
(1) Bank Umum Swasta Devisa yang terdaftar di Direktori Bank Indonesia (periode tahun
2004 sampai 2008), (2) Bank Umum Swasta Devisa yang menyajikan laporan keuangan dan
data perhitungan rasio secara lengkap (periode 2004 sampai 2008), (3) Bank Umum Swasta
Devisa yang masih beroperasi pada periode 2004 sampai 2008. Dengan kriteria bank
bangkrut yaitu bank yang telah di merger, bank yang ijinnya telah dicabut oleh Bank
Indonesia pada tahun terakhir periode pengamatan dan bank yang menurun perolehan
labanya, maka dengan 27 sampel bank yang diamati dan periode pengamatan lima tahun
sebanyak 135 bank maka diperoleh bank dengan prediksi kemungkinan bank bangkrut
sebesar 33 bank.
3.2 METODE ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
A. CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar
jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari
sumber-sumber di luar bank. CAR minimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
adalah senilai 8%. Rasio CAR diperoleh dari modal yang dibagi dengan ATMR (Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai (SE BI Nomor 07/ 10
/DPNP tanggal 31 Maret 2005):
B. NPL (Non Performing Loan)
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL
dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan
11
dengan total kredit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10
/DPNP tanggal 31 Maret 2005):
C. ROA (Return On Assets)
ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank
yang bersangkutan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10
/DPNP tanggal 31 Maret 2005:
D. ROE (Return On Equity)
ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. ROE adalah
rasio yang berguna bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengetahui kemampuan
dalam memperoleh laba bersih. Semakin rendah nilai rasio ini maka akan probabilitas bank
bangkrut akan semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/
10 /DPNP tanggal 31 Maret 2005:
E. NIM (Net Interest Margin)
NIM (Net Interest Margin) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Rasio NIM diperoleh dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih dibandingkan
dengan rata-rata aktiva produktif. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor
07/ 10 /DPNP tanggal 31 Maret 2005 :
F. BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional)
BO/PO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap
12
pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10
/DPNP tanggal 31 Maret 2005:
F. LDR (Loan to Deposit Ratio)
LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan
cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini
untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para
nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada
para debiturnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10 /DPNP
tanggal 31 Maret 2005:
3.3 Perumusan Model
Uji Kolmogorov-Smirnov
Sebelum melakukan uji beda, pertama kali dilakukan uji kenormalan data dengan
menggunakan uji Kolmogorov –Smirnov (KS) dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai KS
signifikan (< 0,05) maka nilai residual tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya jika
nilai KS tidak signifikan (> 0,05) maka nilai residual terdistribusi secara normal. Uji ini
digunakan untuk mengetahui jenis alat analisis yang digunakan untuk melakukan uji beda
(non parametrik atau parametrik). Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non
parametrik dengan menggunakan Mann-Whitney U, sebaliknya jika data normal digunakan
uji T. Uji beda dilakukan untuk mengetahui jenis rasio keuangan model CAMEL yang dapat
membedakan bank yang bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut. Pengujian
nonparametrik (Mann-Whitney U) dan parametrik (T – test) digunakan dengan tingkat
signifikansi α = 5%. Jika tingkat signifikansi < 0,05 berarti terdapat perbedaan yang secara
statistik signifikan antara rasio keuangan CAMEL pada bank yang bangkrut dengan bank
yang tidak bangkrut.
13
Regresi Logistik
Menurut Hair, et all (2006) dalam Asmoro (2010) ada beberapa alasan mengapa
regresi logistik merupakan sebuah alternatif yang atraktif untuk analisis diskriminan di
mana variabel dependen hanya mempunyai dua kategori :
1. Regresi logistik dipengaruhi lebih sedikit dibandingkan analisis diskriminan oleh
ketidaksamaan variance/covariance dalam kelompok, sebuah asumsi dasar dari
analisis diskriminan.
2. Regresi logistik dapat menghandel variabel independent categorical secara mudah
di mana pada analisis diskriminan penggunaan variabel dummy menimbulkan
masalah dengan kesamaan variance/covariance.
3. Regresi logistik menghasilkan persamaan regresi berganda berkenaan interpretasi
dan pengukuran diagnosis casewise yang tersedia untuk residual yang diuji.
Persamaan uji regresi Logistik adalah sebagai berikut (Ghozali,2007):
Ln (p/1 – p) = Y = b0 +b1 CAR + b2 NPL + b3ROA+b4 ROE +b5 NIM +b6 BOPO
+b7LDR+e
Dimana:
Y = prediksi kebangkrutan bank
b0 = konstanta
b1- b5= koefisien regresi
CAR = Capital Adequecy Ratio
NPL = Non Performing Loans
ROA = Return On Assets
ROE = Return On Equity
NIM = Net Interest Margin
BOPO= Biaya Operasional/Pendapatan Operasional
LDR= Loan to Deposit Ratio
Langkah-langkah analisis dalam regresi logistik menurut Ghozali (2007) :
a. Menilai Model Fit
Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L dari model
adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan dapa input. Untuk
menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Cox dan Snell’s
R Squre merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang
didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)
sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien
14
Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat
diinterpretasikan seperti R2 pada multiple regression.
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data
empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti
model mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.
b. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Untuk menilai hasil analisis regresi kita menggunakan model persamaan kedua yang
memasukkan semua komponen dari variabel independen, yang dapat dilihat dari Variabel in
The Equation (Ghozali, 2007). Wald statistic untuk menguji signifikansi koefisien regresi
logistik masing-masing prediktor, dengan formulasi hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : r = 0
H1 : r ≠ 0 dimana r = 1, 2, 3, …, n
Kriteria:
Jika Sig. > α, maka H0 diterima
Jika Sig. < α, maka H0 ditolak
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif memperlihatkan nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata
rata pada hasil pengolahan data dengan variabel independen CAR, ROA, ROE, NPL, NIM,
BOPO,dan LDR.
N Minimum Maximum MeanStd.
Deviation
Statistik Statistik Statistik StatistikStd.
Error StatistikCAR 135 8.08 107.93 22.7221 1.40482 16.32249NPL 135 .17 29.58 3.5212 .31065 3.60944ROA 135 -152.99 7.66 .5536 1.16031 13.48153ROE 135 -165.09 42.70 10.0108 2.12556 24.69683NIM 135 -9.99 18.68 5.4130 .23227 2.69869BOPO 135 50.63 253.73 88.3839 2.19191 25.46764LDR 135 21.35 110.90 69.6428 1.53903 17.88192Valid N(listwise) 135
CAR dengan nilai minimum sebesar 8,08 % , nilai maksimum sebesar 107,93%
dengan rata rata 22,722 %. Hal ini mengindikasikan bahwa bank swasta umum nasional
devisa pada periode 2004-2008 dengan rata-rata yang tinggi berarti bank memiliki
kemampuan yang tinggi pula untuk dapat menyembunyikan kerugiannya atas aktiva yang
beresiko yang dimilikinya.
Variabel NPL dengan nilai minimum 0,17 % dapat dikatakan bahwa bank umum
devisa pada periode 2004-2008 memiliki tingkat kredit bermasalah yang cukup rendah.
Sedangkan nilai maksimum NPL sebesar 29,58 % memperlihatkan banyak bank yang
kurang berhati hati dan waspada terhadap penyaluran kredit. Nilai rata rata NPL sebesar
3,52% memperlihatkan bahwa sebagian besar bank di Indonesia sudah memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam pengelolaan kredit yang bermasalah.
Variabel ROA memiliki nilai maksimum sebesar 7,66 %, nilai minimum sebesar -
152,99%. Nilai ROA yang menunjukkan negatif ini membuktikan bahwa pada periode
pengamatan bank tahun 2004 – 2008 terdapat bank yang mengalami kerugian. Variabel
ROE memiliki nilai minimum sebesar -165,09%, nilai maksimum 42,70% dan nilai rata-
ratanya 10,01%. Semakin tinggi nilai ROE yang diperoleh maka akan semakin kecil pula
16
kemungkinan bank tersebut mengalami kebangkrutan hal ini bias dilihat dari angka nilai
minimum sebesar -165,09%. Variabel BOPO dengan nilai minimum 50,63%, nilai
maksimum sebesar 253,735 dan nilai rata-rata 88,83%. Dapat dilihat dari nilai maksimum
sebesar 253,73 % maka mengindikasikan bahwa masih terdapat bank yang belum
menjalankan efisiensi usahanya, namun jika dilihat dari nilai rata-rata sebesar 88,38% maka
dapat dilihat pula bahwa bank umum swasta nasional devisa sebagian besar sudah cukup
baik dalam menjalankan kegiatan usahannya dan kemampuan operasinya.
Variabel LDR dengan nilai minimum sebesar 21,35%, nilai maksimum sebesar
110,90% dengan nilai rata-rata sebesar 69,64%. Jika dilihat dari nilai maksimum sebesar
110,90% maka mengindikasikan bahwa masih ada bank yang belum memperlihatkan
likuiditasnya. Dengan angka lebih besar dari 110% maka memperlihatkan bahwa bank
belum mampu memasarkan dananya dalam bentuk kredit. Variabel NIM dengan nilai
minimum -9,99%, nilai maksimum sebesar 18,68% dan nilai rata-rata sebesar 5,413%.
Dapat dilihat dengan angka nilai maksimum sebesar 18,68% maka mengindikasikan bahwa
kemampuan bank umum swasta nasional dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih cukup baik.
4.2 Analisis Data
Pengujian penelitian ini menggunakan regresi logistik dengan variabel CAR, ROA,
ROE, NPL, NIM, BOPO, dan LDR. Pengujian ini menggunakan pengujian Kolmogorov
Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui normalitas data, apabila data tidak normal
kemudian menggunakan uji Mann Whitney U setelah itu menggunakan uji regresi logistik
karena variabel dependennya adalah data yang berbentuk dummy yaitu dengan
mengkategorikan bahwa variabel “1” untuk kategori bank bangkrut/ yang diprediksi
bangkrut dan variabel “0” untuk kategori bank yang sehat. Penghitungan statistik dan
pengujian hipotesis ini dengan regresi logistik menggunakan program komputer SPSS versi
16.
4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji ini digunakan untuk mengetahui jenis alat yang digunakan untuk melakukan uji
beda (nonparametrik dan parametrik).
17
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDifference between observed
and predicted probabilitiesN 135Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .37016496Most ExtremeDifferences
Absolute .256Positive .256Negative -.081
Kolmogorov-Smirnov Z 2.969Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai dari uji Kolmogorov Smirnov
sebesar 2,969 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai residual tidak
terdistribusi secara normal. Dengan demikian uji beda dilakukan dengan menggunakan uji
nonparametrik (Mann-Whitney U).
Uji Mann Whitney U
Test Statisticsa
CAR NPL ROA ROE NIM BOPO LDRMann-Whitney U 1.604E3 1.516E3 839.500 869.000 1.432E3 954.000 1.472E
3Wilcoxon W 2.234E3 6.566E3 1.470E3 1.499E3 2.062E3 6.004E3 6.522E
3Z -.736 -1.175 -4.572 -4.423 -1.599 -3.997 -1.398Asymp. Sig. (2-tailed) .462 .240 .000 .000 .110 .000 .162
a. Grouping Variable: prediksi bank bankrupt
Berdasarkan tabel diatas hanya variabel ROA, ROE dan BOPO yang memiliki nilai
signifikansi < 0,05. Hal ini berarti bahwa hanya ROA, ROE dan BOPO yang dapat
membedakan antara bank bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut. Sedangkan variabel
CAR, NPL, NIM, dan LDR (signifikansi > 0,05) tidak dapat membedakan antara bank
bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut.
18
4.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)
Uji Model Fit
Uji Model Fit Hasil-2 Log Likelihood -2 Log Likelihood Block
Number 0154,516
-2 Log Likelihood BlockNumber 1
117,376
Cox & Snell R SquareNagelkerke R Square
Cox 0,241Negel 0,353
Hosmer and Lemeshow Test Chi Square 13,820Sig 0,087
Model fit dapat dinilai dari nilai statistik –2 LogL yaitu tanpa variabel hanya
konstanta saja sebesar 154,516 setelah dimasukan variabel baru maka nilai -2 LogL turun
menjadi 117,376 atau terjadi penurunan sebesar 37,14 penurunan ini signifikan atau dapat
dibandingkan dengan t tabel dengan df (selisih df dengan konstanta saja dengan df dengan 7
variabel). Df 1 = (n-k) = 135 dan df2 = 135 – 7 = 128. Jadi selisih df = 135 – 128 = 7 dari t
tabel dengan df = 7 didapat angka 2,3646. Oleh karena penurunannya 37,14 lebih besar dari
t tabel maka dapat dikatakan bahwa selisih penurunan -2 LogL signifikan, hal ini berarti
penambahan variabel independen ke dalam model memperbaiki model fit. Hosmer and
Lemeshow’S Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat
dikatakan Fit). Nilai statistik Hosmer itu sebesar 13,820 dengan probabilitas signifikansi
0,087 yang nilainya jauh di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat
diterima.
4.5 Uji Overall Model Fit
Pengujian Overall Model Fit dilakukan dengan membandingkan -2 LogLikelihood
pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number =
1) untuk mengetahui apakah model fit dengan data.
Hosmer and Lemeshow Goodness FitStep Chi-square Df Sig.1 13.820 8 .087
19
Iteration Historya,b,c
Iteration-2 Log
likelihood
Coefficients
ConstantStep 0 1 154.714 -.963
2 154.516 -1.0483 154.516 -1.0504 154.516 -1.050
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 154.516c. Estimation terminated at iterationnumber 4 because parameterestimates changed by less than .001.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood (Block
Number = 0) adalah sebesar 154,516 % setelah dimasukkan kelima variabel independen,
maka nilai -2 Log Likelihood (block Number = 1) mengalami penurunan menjadi 117,316%.
Penurunan Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain
model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Uji koefisiensi regresi secara overall model dari kelima prediktor dapat dilakukan
dengan menggunakan omnibus test of model coefficient.
Model Koefisien Omnibus
Omnibus Tests of Model CoefficientsChi-square df Sig.
Step 1 Step 37.140 7 .000Block 37.140 7 .000Model 37.140 7 .000
Sumber: data diolah dengan SPSS
Berdasarkan diatas diperoleh hasil omnibus maka nilai Chi Square 37,140 dengan
signifikasi sebesar 0,000 ini berarti nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 dapat
disimpukan bahwa kondisi bermasalah dapat diprediksi oleh variabel rasio keuangan CAR,
NPL, ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO.
4.6 Uji Koefisien Secara Parsial
Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dapat dilihat dengan menggunakan uji
Wald.
20
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diperoleh persamaan Logistik Regression
sebagai berikut:
Ln (p/1 – p) = -0,509 – 0,060 CAR + 0,006 NPL + 0,155 ROA – 0,147 ROE
+0,300 NIM +0,015 BOPO – 0,014 LDR
Atau
p/(1-p) = e(-0,509 – 0,060 CAR + 0,06 NPL+0,155 ROA – 0,147 ROE + 0,300 NIM + 0,015 BOPO – 0,014 LDR)
= e(-0,509) x e(- 0,060) x e(0,006) x e(0,155) x e(- 0,147) x e(0,300) x e(0,015) x e(-0,014)
Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio rasio keuangan CAR, ROA,
ROE, NIM, NPL, BOPO dan LDR terhadap prediksi kebangkrutan bank umum swasta
devisa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Persamaan Variabel Uji Logit
Keterangan Prediksi B Sig EXP (B)CAR Negatif -0,60 0,17 0,942NPL Positif 0,006 0,957 1,006ROA Positif 0,155 0,008 1,167ROE Negatif -0,147 0,003 0,863NIM Positif 0,300 0,050 1,350
BOPO Positif 0,015 0,540 1,015LDR Positif -0,014 0,389 0,987
Konstanta -0,509 0,873 0,601Sumber: data sekunder yang diolah
Variabels in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)Step 1a CAR -.060 .025 5.716 1 .017 .942
NPL .006 .110 .003 1 .957 1.006ROA .155 .058 7.068 1 .008 1.167ROE -.147 .049 9.105 1 .003 .863NIM .300 .153 3.850 1 .050 1.350BOPO .015 .024 .376 1 .540 1.015LDR -.014 .016 .742 1 .389 .987Constant -.509 3.179 .026 1 .873 .601
a. Variabel(s) entered on step 1: CAR, NPL, ROA,ROE, NIM, BOPO, LDR.
Sumber: data diolah dengan SPSS
21
a. Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar -0,509
menunjukkan variabel dianggap konstan, maka probabilitas (odds ) kondisi
bermasalah bisa naik dengan faktor 0,601 dapat menaikan konstanta.
b. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai CAR adalah sebesar – 0,60
memiliki koefisiensi negatif, dengan nilai CAR tersebut maka tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan suatu bank. Hal ini
ditunjukkan oleh tingkat signifikansi sebesar 0,17 yang lebih besar 0,05 dalam hasil
regresi dapat disimpulkan bahwa bahwa NPL, ROA, ROE NIM, BOPO, dan LDR
dianggap konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka Hipotesis satu
ditolak.
c. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh bahwa nilai NPL positif yaitu sebesar
0,006. Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki pengaruh yang siginifikan
terhadap prediksi kebangkrutan bank swasta nasional. Selain itu dapat dilihat dari
nilai signifikansinya yang sebesar 0,957 yang lebih besar dari 0,05. Dari hasil regresi
maka hubungan antara odds bank bermasalah dengan variabel NPL jika CAR, ROE,
ROA, NIM, BOPO, dan LDR dianggap konstan maka odds bank bangkrut akan naik.
Maka hipotesis dua ditolak.
d. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh nilai ROA sebesar 0,155 dan dapat
disimpulkan bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi
kebangkrutan bank. Selain itu dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,008
yang lebih kecil dari 0,05. dilihat dari hasil regresi dapat dilihat antara odds bank
bangkrut terhadap variabel ROA jika CAR, NPL, ROE, NIM,BOPO, dan LDR
dianggap konstan maka odds bang bangkrut akan turun. Maka hipotesis tiga
diterima.
e. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh nilai ROE negatif yaitu sebesar -0,147 dan
dapat disimpulkan bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
prediksi kebangkrutan bank. Selain itu dapat dilihat pula dari nilai signifikansinya
sebesar 0,003 yang jauh lebih kecil daripada 0,05. Maka jika dilihat dari hasil regresi
hubungan antara odds bank bangkrut dengan variabel jika CAR, ROA, NPL, BOPO
dan LDR dianggap konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis empat diterima.
f. Berdasarkan Tabel diatas maka dapat diperoleh nilai NIM positif yaitu berada pada
nilai 0,300 dan dapat dilihat bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap prediksi kebangkrutan bank. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
22
sebesar 0,050. jika dilihat dari hasil regresinya maka hubungan antara odds bank
bangkrut dengan variabel jika CAR, ROA, ROE, NPL BOPO dan LDR dianggap
konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka hipotesis lima diterima.
g. Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh bahwa nilai BOPO positif yaitu
berada pada nilai 0,015 dan dapat dilihat bahwa variabel tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank, hal ini ditunjukkan pada nilai
signifikansinya yang mencapai 0,540. dari hasil regresi maka terlihat hubungan odds
bank bangkrut dengan variabel, jika CAR, ROA, ROE, NPL,NIM, dan LDR
dianggap konstan maka odds bank terhadap variabel akan mengalami penurunan.
Maka hipotesis enam ditolak.
h. Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh nilai LDR negatif yaitu berada pada
nilai -0,014 dapat disimpulkan bahwa variabel tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank hal ini ditunjukan pada tingkat
signifikansinya yang berada pada nilai0,389 lebih besar dari 0,05. jika dilihat dari
hasil regresi maka terlihat hubungan antara odds bank bangkrut dengan variabel
adalah jika CAR, ROA, ROE, NPL, NIM, dan BOPO dianggap konstan maka odds
bank terhadap variabel akan mengalami kenaikan. Maka hipotesis tujuh ditolak.
23
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio keuangan seperti CAR, ROA, ROE,
NIM, BOPO, LDR dan NPL terhadap prediksi kebangkrutan bank pada Bank Umum Swasta
Nasional Devisa tahun 2004 – 2008. Berdasarkan uji kelayakan dari 27 bank yang terpilih
selama 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 dengan menggunakan regresi logistik maka dapat
disimpulkan bahwa variabel variabel diatas layak untuk menganalisis prediksi kebangkrutan
pada sektor perbankan.
Hasil pengujian hipotesis dan analisis regresi logistik dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Variabilitas variabel dependen (prediksi kebangkrutan) dapat dijelaskan oleh
variabel independen (CAR, ROA, ROE, NPL, NIM, BOPO, dan LDR)
2. Nilai CAR adalah sebesar – 0,60 memiliki koefisiensi negatif dengan nilai CAR
tersebut maka tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi
kebangkrutan suatu Bank Umum Swasta Nasional Devisa 2004 - 2008.
3. Nilai NPL positif yaitu sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki
pengaruh yang siginifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank swasta nasional.
4. Nilai ROA sebesar 0,155 dan nilai signifikansinya 0,008 maka dapat disimpulkan
bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan
bank.
5. Nilai ROE negatif yaitu sebesar 0,147 dan dapat disimpulkan bahwa variabel
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank. Selain itu
dapat dilihat pula dari nilai signifikansinya sebesar 0,003 yang jauh lebih kecil
daripada 0,05.
6. Nilai NIM positif yaitu berada pada nilai 0,300 dan dapat dilihat bahwa variabel
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,050.
7. Nilai BOPO positif yaitu berada pada nilai 0,015 dan dapat dilihat bahwa variabel
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank, hal ini
ditunjukkan pada nilai signifikansinya yang mencapai 0,540.
8. Nilai LDR negatif yaitu berada pada nilai -0,014 dapat disimpulkan bahwa variabel
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank hal ini
ditunjukan pada tingkat signifikansinya yang berada pada nilai 0,389 lebih besar dari
0,05.
24
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah :
1. Bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya 27 bank dengan periode
penelitian lima tahun dan menggunakan bank umum swasta nasional devisa.
2. Data yang ada dalam penelitian ini adalah data tahunan yang diterbitkan untuk
publik.
3. Rasio-rasio yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 7 variabel yaitu CAR,
NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR.
5.3 Saran
Bagi Manajemen
1. Berdasarkan penelitian ini nilai CAR mengeluarkan nilai negatif. Hal ini berarti
kebijakan yang seharusnya diambil oleh bank adalah menjaga ketetapan minimum yang
ditentukan sebelumnya oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%, agar selanjutnya bank
mempunyai kemampuan modal yang cukup untuk menutupi timbulnya risiko akibat
meningkatnya aktiva yang mengandung risiko.
2. Berdasarkan penelitian ini hasil regresi NPL menunjukkan hubungan positif (0,006) yang
menunjukan bahwa semakinh besar nilai rasio ini maka akan semakin besar pula tingkat
prediksi kerugian yang dialami oleh bank tersebut. Maka kebijakan yang harus diambil
bank ialah dengan memenuhi ketentuan yang harus dipenuhi yaitu NPL sebesar 5%. Hal
ini dapat dilakukan dengan lebih baik lagi penyaluran kredit kepada nasabah.
3. Berdasarkan penelitian ini hasil nilai ROA yang bertanda positif maka menunjukkan
semakin besar rasio ini maka akan semakin besar pula tingkat prediksi kebangkrutan
bank tersebut. Maka kebijakan yang perlu diambil adalah semakin meningkatkan
kemampuan manajemen laba dalam memperoleh keuntungan.
4. Berdasarkan penelitian ini diperoleh -0,147 untuk rasio ROE dan memiliki hubungan
positif. Maka pihak bank pun harus memperhatikan kinerja manajemen laba agar
semakin memperoleh keuntungan yang tinggi dan perolehan laba bersih pun meningkat.
5. Berdasarkan pengujian regresi maka diperoleh nilai 0,300 untuk rasio NIM dan memiliki
hubungan positif serta berpengaruh yang signifikan terhadap terhadap prediksi
kebangkrutan bank. Maka seharusnya bank lebih memperhatikan kegiatan operasional
pada tubuh bank tersebut .
6. Berdasarkan pengujian regresi maka rasio BOPO memperoleh tingkat signifikansi 0,540
yang jauh lebih besar daripada 0,05. maka langkah yang seharusnya diambil adalah pihak
25
bank lebih memperhatikan kegiatan operasional dengan memperhatikan biaya
operasionalnya agar dapat mengetahui tingkat efisiensi yang telah dilakukan.
7. Hasil pengujian regresi logistik rasio LDR maka dihasilkan tingkat signifikasi 0,389 yang
lebih besar dari 0,05. bank seharusnya lebih memperhatikan batas toleransi yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 85 – 110%.hal ini bertujuan agar bank
mampu memenuhi permintaan kredit yang diajukan.
Bagi Peneliti selanjutnya
Saran yang disampaikan terkait dengan penelitian ini adalah;
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan yang lebih luas
tidak terbatas hanya pada bank tertentu ataupun perusahaan tertentu.
2. Penelitian selanjutanya diharapkan dapat menggunakan data yang lebih aktual serta
menggunakan lebih banyak variasi variabel sebagai prediktor.(Asmoro, 2010)
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih berkembang sebaiknya pada penelitian selanjutnya
dapat dmembedakan antara bank go publik dan belum go publik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Tarmizi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Indikator dalam MemprediksiPotensi Kebangkrutan Bank Indonesia. Jurnal Akuntasi dan Keuangan April 2006.
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio Camel TerhadapPrediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2001 – 2002. JurnalAkuntansi dan Keuangan, Vol. 7 No. 2.
Altman, E.1968. Financial Ratio Diskriminant Analysis and The Prediction of CorporateBankruptcy. Journal of Finance : Vol. XXIII , No. 4.
Anonymous. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang SistemPenilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum di Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.
Arthesa, Ade dan Edia Handiman. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. PTMacanan Jaya Cemerlang. Jakarta.
Aryati Titik dan Hekinus Manao. 2002. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor bank IndonesiaBermasalah di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No.2 : 137 – 147.
Aryati Titik dan Shirin Balafi. 2006. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi TingkatKesehatan Bank Dengan Regresi Logit. Jurnal Riset Akuntansi. 2008.
Bank Indonesia. 2004. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2004.
_____________. 2005. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2005.
_____________. 2006. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2006.
_____________. 2007. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2007.
_____________. 2008. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2008.
Bank Indonesia. 1998. SK Dir BI No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 tentangPerubahan SE BI No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara PenilaianTingkat Kesehatan Bank.
Bank Indonesia. 2005. SE BI No. 7/ 10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 tentang Perubahanatas Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/ 30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Fakhrurozie. 2007. Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman Z-ScoreTerhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta.SkripsiFakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
27
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.
Infobank. No.346. Januari.2008.
_______. No.377. Agustus. 2010
Lely, Ni Ketut. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi III.
Manurung, Mandala. 2004. Uang, perbankan, dan Ekonomi Moneter . Fakultas MoneterFakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.
Nugroho, Fitri dan Dodi Hapsoro. 2007. Pengaruh Ratio Keuangan Camel, Tingkat Inflasidan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di BEJ.Wahana. Vol. 10 No.2.
Pedoman Penyusunan Skripsi dan Pelaksanaan Ujian Akhir Program Sarjana Strata Satu(S1) Fakultas Ekonomi. 2008. Semarang : Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
Siamat, D. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Tiga. Jakarta : Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.
Sihol, Kalvin. 2007. Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode Camel : Studi Kasus PTBPR ABC. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol. 1 no. 2 Agustus 2007.
Sugiyanto, F.X., Prasetiono, dan Hariyanto, Teddy. 2002. “Manfaat Indikator-IndikatorKeuangan Dalam Pembentukan Model Prediksi Kondisi Kesehatan Perbankan”. JurnalBisnis Strategi Vo.10/Desember/Th.VII, pp 11-26
Wilopo. 2001. Prediksi Kebangkrutan Bank. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4 No.2Mei 2001.