analisis perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan desa siaga
TRANSCRIPT
ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA
DI DESA MARGOMULYO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran
Oleh :
Arie Patramanda
06711135
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
BEHAVIOR ANALYSIS OF CLEAN AND HEALTHY LIVING
(PHBS) ON THE IMPLEMENTATION OF DESA SIAGA
IN THE MARGOMULYO VILLAGE
Papers scientific
To Meet Some Requirements
Getting a Bachelor Degree of Medicine
By :
Arie Patramanda
06711135
MEDICAL FACULTY
INDONESIAN ISLAMIC UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Z
Untuk papa yang selalu memberi motivasi dalam hidup dan tauladan bagiku ..
Untuk mama yang selalu sabar mendidik aku hingga seperti ini ..
Semua yang sudah aku jalani adalah persembahan untuk papa dan mama ..
Tidak ada yang tidak mungkin didunia ini....
Jika kita yakin, maka kita pasti bisa...
Sukses tidak butuh pengorbanan...
Sukses itu butuh perubahan...
Niat, semangat, kerja keras, dan doa kuncinya...
iii
ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA
DI DESA MARGOMULYO
Oleh :
Arie Patramanda
06711135
Telah diseminarkan pada tanggal : 18 Februari 2010
Dan disetujui oleh :
Pembimbing Utama
dr. Sunarto, M.Kes
Penguji
drg. Punik Mumpuni Wijayanti, M.Kes
Disahkan
Dekan
Prof. Dr. dr. H. Rusdi Lamsudin, M.Med.Sc, Sp.S (K)
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Februari 2010
Arie Patramanda
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT,
Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga karya tulis ini
akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Analisis Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Terhadap Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo ” ini disusun
sebagai salah satu syarat akademik untuk memperoleh derajat sarjana kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, serta motivasi baik moril
maupun materil didalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, diantaranya kepada :
1. Prof. Dr. dr. Rusdi Lamsudin, M.Med. Sc, Sp.S(K), selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2. dr. Sunarto, M.Kes, selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih atas
ide-ide cemerlang yang sangat berarti bagi saya, dan atas kesediannya
meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing saya, sehingga karya
tulis ini dapat terselesaikan.
3. drg. Punik Mumpuni Wijayanti, selaku dosen penguji, terima kasih atas
masukan-masukannya.
4. Pihak Dinkes Propinsi Yogyakarta, Dinkes Kabupaten Sleman dan
Bapeda Sleman, terima kasih atas izin dan bantuannya.
5. Orang tua yang sangat aku cintai, papaku M. Mawardi, S.E dan
mamaku Siti Hajar, tiada kata yang dapat mewakili ucapan rasa terima
kasih dan syukurku atas semua yang telah diberikan.
6. Kepada Niken Kristyana yang menjalani penelitian bersama, kerja keras
dan usaha kita mulai dari pengajuan judul, konsultasi, saling berbagi
informasi, hilir – mudik dari kampus ke desa, bahkan hujan dan teriknya
matahari diperjalanan tidak bisa membuat semangat kita berkurang.
Inilah hasil dari semua kerja keras kita selama ini.
vi
7. Kepada Dwi Yuliana yang bersedia meluangkan waktunya untuk
menjadi tempat berbagi cerita, menemani setiap saat, melakukan hal-hal
yang menyenangkan, sampai menunggang kuda bersama. Terima kasih
atas semua yang telah diberikan selama ini.
8. Kepada Ade rahmayanti, Soipe, Erma, Isti, Asri Yoanita, Dyah arum
Kusumaningtyas, Dewi Aryanti , Dwi Aprilia, Tria Arisanti, yang sudah
mau berbagi tawa bersama.
9. Kepada Eko Arya Sandi, Syaiful bin Usman, Inandra Prayogi, Dian
Hertisa, Try Kurniawan yang selalu ada waktu buat saling mengkritik
dan memberi masukan satu sama lain.
10. Kepada teman futsal baik tim FK UII ( Rendra, Abdul haris, Hairul Asri,
Adit, Okky, Dhani, Bayu, dkk) ataupun tim Qunnilingus (Ari Setiawan,
Rizky Kurniawan, Rizky Al Fajar, Jerrisky, Sufron, dkk) dan tim
Bandminton FK UII (Dhani, Prima, Mufti, Yusuf, Ihsan, dkk) yang
sudah mau menjadi tempat refreshing dan bercanda gurau.
11. Dan kepada teman yang tidak bisa disebutkan semuanya, terima kasih
banyak atas dukungan kalian selama ini.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna bekal di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 19 Februari 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSEMBAHAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
LAMPIRAN xii
INTISARI xiii
ABSTRACT xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Penelitian 4
1.4. Keaslian Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku 7
2.2. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 10
2.2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 10
2.2.2. Tujuan PHBS 11
2.2.3. Manfaat PHBS 11
2.2.4. Sasaran PHBS 11
2.2.5. Indikator PHBS 12
2.3. Konsep Dasar Desa Siaga 12
2.3.1. Definisi Desa Siaga 12
2.3.2. Tujuan Desa Siaga 12
2.3.3. Sasaran Desa Siaga 13
viii
2.3.4. Pentahapan Pengembangan Desa Siaga 13
2.3.5. Penilaian 15
2.4. Kerangka Konsep 17
2.5. Pertanyaan Penelitian 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian 19
3.2. Subyek dan Obyek Penelitian 19
3.2.1. Subyek Penelitian 19
3.2.2. Obyek Penelitian 20
3.3. Jenis dan Sumber Data 20
3.4. Instrumen Penelitian 21
3.5. Teknik Pengumpulan Data 21
3.5.1. Observasi 21
3.5.2. Wawancara 23
3.5.3. Dokumentasi 22
3.5.4. FGD 22
3.5.5. Triangulasi 23
3.6. Teknik Analisis Data 22
3.7. Persiapan Penelitian 26
3.7.1. Penentuan Tempat dan Narasumber Penelitian 26
3.7.2. Proses Pengambilan data 26
3.8. Pelaksanaan Penelitian 27
3.9. Etika Penelitian 28
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1. Desa Margomulyo 29
4.2. Data Narasumber 30
4.3. PHBS dalam Desa Siaga 30
4.4. Dukungan Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 33
4.5. Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 36
4.6. Evaluasi Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga 38
ix
4.7. Saran dan Tanggapan 43
BAB V. SIMPULAN dan SARAN
5.1. Simpulan 44
5.2. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Skematik Sikap dan Perilaku 8
Gambar 2. Hubungan perilaku, lingkungan, dan individu 8
Gambar 3. Faktor Penentu Perilaku 9
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian 17
Gambar 5. Triangulasi “teknik” pengumpulan data 24
Gambar 6. Triangulasi “sumber” pengumpulan data 24
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Susunan Pentahapan Desa Siaga 13
Tabel 2. Batas Wilayah Desa Margomulyo 29
Tabel 3. Sumber Biaya 33
Tabel 4. Rincian Penggunaan Biaya 34
Tabel 5. Permasalahan penggunaan jamban sehat 41
Tabel 6. Permasalahan pengelolaan sampah 42
xii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Narasumber
Lampiran 2. Pedoman Umum Wawancara Mendalam
Lampiran 3. Panduan Wawancara
Lampiran 4. Pedoman Umum FGD
Lampiran 5. Panduan Umum Observasi
Lampiran 6. Laporan Hasil Observasi
Lampiran 7. Susunan Pengurus Poskesdes Desa Siaga Desa Margomulyo
Lampiran 8. 20 Indikator PHBS
Lampiran 9. Koding
Lampiran 10. Transkrip Wawancara
Lampiran 11. Transkrip FGD
Lampiran 12. Foto Penelitian
xiii
INTISARI
ANALISIS PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
TERHADAP PELAKSANAAN DESA SIAGA
DI DESA MARGOMULYO
Latar belakang : Departemen Kesehatan mencanangkan gerakan pembangunan
berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat. Salah satu pilar penting
dalam paradigma sehat adalah perilaku sehat, karena menentukan 30 % derajat
kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku sehat tersebut dibentuklah program
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) 2010 dengan adalah upaya memfasilitasi
pencapaian derajat kesehatan tersebut melalui desa siaga.
Tujuan : untuk mengetahui bagaimana penerapan PHBS terhadap pelaksanaan
desa siaga di Desa Margomulyo dan apakah ada faktor pendukung dan hambatan
dalam pelaksanaannya.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan
penelitian studi kasus dengan analisis kualitatif. Subyek yang diteliti adalah
pelaku pelaksanaan program PHBS di Desa Margomulyo dengan obyek penelitian
adalah situasi sosial dalam pelaksanaan program PHBS. Narasumber ditentukan
dengan metode purposive dan snowball effect jika diperlukan. Pengumpulan data
dengan cara observasi non partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, focus
discussion group (FGD), dan triangulasi.
Hasil : pelaksanaan PHBS sudah baik dilihat dari sudah berjalannya beberapa
indikator yang ada, keberhasilan pencapaian >75%, kinerja kader dan peran
puskesmas yang baik. Keberhasilan pelaksanaan PHBS belum diikuti dengan
keberhasilan pelaksanaan desa siaga, ditinjau dari belum berfungsinya poskesdes
yang ada serta belum tercapainya semua indikator yang ada.
Simpulan : Program PHBS sudah berjalan dengan baik, tetapi tidak diikuti oleh
pelaksanaan desa siaga yang masih dirasakan kurang.
Kata Kunci : Perilaku hidup bersih dan sehat, desa siaga, PHBS di Desa siaga.
xiv
ABSTRACT
BEHAVIOR ANALYSIS OF CLEAN AND HEALTHY LIVING
(PHBS) ON THE IMPLEMENTATION OF DESA SIAGA
IN THE MARGOMULYO VILLAGE
Background: The Department of Health launched the movement of health-
oriented development paradigm based on health. One of the important pillars in
the paradigm of health is a healthy behavior, because it determines the health of
30%. To realize these health behaviors established behavior program clean and
healthy life (PHBS) is an effort in 2010 to facilitate the achievement of the health
status through desa siaga.
Objective: how the application of the implementation PHBS of Desa Siaga in the
village Margomulyo and whether there supporting factors and obstacles in its
implementation.
Methods: This study was a descriptive study using a case study research design
with qualitative analysis. Subjects in the study was the perpetrator of the program
in the Village Margomulyo PHBS with the object of research is the social
situation in the implementation of PHBS program. Resource persons determined
by the method of purposive and snowball effect if necessary. The collection of
data by way of non-participatory observation, depth interviews, documentation,
focus group discussion (FGD), and triangulation.
Result: the implementation of good PHBS already seen from the already passed
some existing indicators, the success of achieving> 75%, the performance of
cadres and the role of good health. Successful implementation of PHBS not
followed by successful implementation of the standby village, not in terms of the
functioning of the existing village health post, and not the achievement of all
existing indicators.
Conclusions: PHBS program has been running well, but not followed by the
implementation of the standby village which is still considered missing.
Keywords: behaviour of life clean and healthy, desa siaga, PHBS in the village
margomulyo.
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan
gerakan pembangunan berwawasan kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.
Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif
bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti
pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2004).
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010,
dimana ada 3 pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata (Depkes,
2004). Untuk perilaku sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara
dan meningkatkan kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Untuk
menjawab tantangan itu Departemen Kesehatan menetapkan visi “ masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat ” dan misi “membuat rakyat sehat” dengan
strategi “ menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat “
melalui upaya fasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan dengan
mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa yang disebut Desa Siaga.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan Desa Sehat
(Depkes, 2008). Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut
telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Salah satu bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan
sehat pada setiap tatanan dalam masyarakat.
Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tatanan tempat-tempat umum.
Prioritas program PHBS dalam era otonomi daerah diserahkan kepada kebijakan
masing-masing pemerintah daerah sehingga tiap-tiap daerah dapat
2
mengadaptasikan program PHBS agar lebih sesuai dengan kondisi atau
perkembangan masyarakat setempat.
Setiap anggota masyarakat sudah pasti berada dalam rumah tangga, oleh
karena itu program PHBS tatanan rumah tangga akan langsung berkaitan dengan
tatanan-tatanan yang lainnya. Dengan demikian, penekanan pada program PHBS
rumah tangga menjadi kunci keberhasilan bagi program PHBS pada tatanan
lainnya.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta
adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit
akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan
sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak tidak hanya
dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan
merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan
faktor perilaku secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.
Masalah kesehatan terus berkembang, penyakit baru bermunculan dan
persebarannya cenderung menjadi ancaman global seperti SARS, HIV-AIDS, dan
Flu Burung. Sedangkan penyakit lainnya yang akut dan berpotensi menjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Demam Berdarah, Polio, dan Diare serta Gizi
Buruk pada balita.
Pengembangan Desa Siaga penting untuk dilaksanakan karena Desa Siaga
merupakan basis bagi Indonesia Sehat 2010. Pengembangan Desa Siaga
dilaksanakan dengan pendekatan penggerakan dan pengorganisasian masyarakat
agar kelestariannya lebih terjamin. Untuk keberhasilan pengembangan Desa
Siaga, Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan Dinkes Kabupaten / Kota
perlu direvitalisasi. Berbagai pihak yang bertangung jawab untuk pengembangan
Desa Siaga (stakeholders) diharapkan dapat berperan optimal sesuai tugasnya,
agar pengembangan Desa Siaga berhasil (Depkes, 2004).
Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup bersih dan
sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri
3
dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
( Depkes, 2008).
Dalam proses pengembangannya diharapkan dapat menghasilkan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai
ancaman terhadap kesehatan seperti gangguan kesehatan dan kematian ibu
hamil/bersalin dan bayi/balita, kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), kejadian bencana,
kecelakaan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup
bersih dan sehat. dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat secara
gotong royong. Pendekatan edukasi menjadi pilihan tepat untuk mewujudkan
proses yang dimaksud.
Prestasi yang telah dicapai masyarakat DIY saat ini adalah berbagai
kegiatan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) yang telah berjalan
dengan baik (Dinkes Propinsi DIY, 2009). Bentuk-bentuk UKBM seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, dana sehat, desa siap-antar-jaga, Poskestren
dan lain sebagainya telah ada dan menjadi dasar potensial dalam pengembangan
Desa Siaga.
Melihat potensi tersebut, maka konsep pengembangan Desa/Kelurahan
Siaga disamping perlu diperluas ke lingkup yang lebih mikro yaitu Dusun/RW
Siaga juga pembentukan jaringan kemitraan antara UKBM dengan sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya
pernyataan bahwa di Yogyakarta telah terbentuk seluruh desa menjadi Desa Siaga
perlu adanya pembuktian berupa penilaian dan pemantauan pelaksanaan Desa
Siaga dengan mengambil salah satu desa sebagai lokasi penelitian yaitu Desa
Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
Peneliti memilih Desa Margumolyo atas beberapa pertimbangan yaitu desa
ini sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi DIY sebagai Desa Siaga.
Selain itu, desa ini juga diduga memiliki sumber data dan informasi mengenai
permasalahan PHBS yang dapat dimasukkan kedalam penelitian ini. Pemilihan
desa ini pun disarankan oleh instansi setempat, sering dijadikan obyek penelitian
lainnya, dan dijadikan sebagai desa percontohan.
4
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang
masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut :
1) Bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap pelaksanaan Desa
Siaga di Desa Margomulyo ?
2) Apakah ada faktor pendukung dan hambatan yang ditemukan pada
program PHBS dalam pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo ?
1.3. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Mengetahui penerapan PHBS terhadap pelaksanaan Desa Siaga di Desa
Margomulyo
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui sejauh mana pengetahuan warga desa tentang PHBS
dan desa siaga
b) Mengetahui tingkat keberhasilan program PHBS dalam desa siaga
c) Mengetahui bagaimana penerapan program PHBS dalam desa
siaga
d) Mengetahui peran serta individu, keluarga, masyarakat dan
pemerintahan dalam program PHBS terhadap pelaksanaan desa
siaga
e) Mengetahui faktor pendukung dan hambatan yang ditemukan pada
program PHBS terhadap pelaksanaan desa siaga
1.4. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Analisis Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Sebagai Komponen Desa Siaga di Desa Margomulyo” belum
pernah dilakukan. Adapun penelitian tentang PHBS dan desa siaga yang pernah
dilakukan adalah ;
1) Djonny (2005) “ Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi kasus di
Kabupaten Bantul “ .
5
Penelitian ini untuk memberi gambaran tentang pelaksanaan program PHBS baik
dari segi variabel implementasi program, tindakan kebijakan pemerintah (SDM,
pembiayaan dan sarana), dan dukungan masyarakat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program PHBS dapat terlaksana dengan baik jika ada
dukungan dari masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan pukesmas yang
mempunyai dukungan masyarakat yang baik seperti komite kesehatan dusun
ternyata mampu melaksanakan implementasi program PHBS secara baik. Pada
penelitian ini peneliti hanya mengetahui pelaksanaan program PHBS di
Kabupaten bantul, sedangkan penulis meneliti PHBS sebagai indikator
pelaksanaan desa siaga, dan lokasinya di Desa Margomulyo.
2) Hermansyah (2008) “ Persepsi Stakeholder Terhadap Pelaksanaan Desa siaga di
Kabupaten Sambas “.
Persepsi stakeholder sudah baik walaupun dukungan kebijakan masih kurang.
Desa siaga di Kabupaten Sambas telah berjalan sejak awal tahun 2007 dengan
dukungan dari Dinkes kabupaten, aparat pemerintah, dan masyarakat. Kegiatan
yang telah berjalan dengan baik yaitu posyandu, poskesdes, tabulin, ambulan
desa, kelompok donor darah, penggalangan dana masyarakat, surveillan, tim
siaga bencana, kebersihan lingkungan, pencatatan dan pelaporan. Perbedaan
dengan penulis adalah tujuan penelitianyaitu untuk mengetahui persepsi
Stakeholder terhadap pelaksanaan desa siaga, sedangkan tujuan penulis adalah
mengetahui penerapan PHBS dalam pelaksanaan desa siaga di Desa
Margomulyo.
3) Polisiri (2008) “ Implementasi Desa Siaga di Kota Tidore Kepulauan Propinsi
Maluku Utara “.
Pelaksanaan desa siaga di Tidore sudah berjalan sejak 2007 dengan dukungan
dari Dinkes walaupun belum ada petunjuk teknis pelaksanaan secara khusus.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain ambulan desa, warung obat desa,
poskesdes, posyandu, tabulin, kelompok donor darah, serta kebersihan
lingkungan. Perbedaan dengan penelitian penulis adalah yang diteliti hanya
kegiatan desa siaga secara keseluruhan, sedangkan penulis meneliti tentang salah
satu indikator keberhasilan desa siaga yaitu PHBS.
4) Anis (2009) “ Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pengembangan Desa Siaga di
Desa Ngemplak Kecamatan Kartasura”.
6
Persepsi kepala keluarga terhadap pengembangan desa siaga di Desa Ngemplak
Kecamatan Kartasura yang meliputi kebijakan pengembangan desa siaga,
pelaksanaan desa siaga, tanggap dan peduli terhadap pengembangan desa siaga,
serta pola hidup bersih sudah baik. Hal ini berarti tiap-tiap kepala keluarga telah
mampu memahami apa yang dimaksud dengan desa siaga beserta upaya-upaya
yang harus dilakukan dalam membentuk serta mengembangkan desa siaga.
Perbedaan dengan penelitian penulis adalah metode yang digunakan metode
kualitatif deskriptif bukan kuantatif dengan kuesioner dan juga tujuan penelitian
untuk mengetahui penerapan PHBS dalam pelaksanaan desa siaga di Desa
Margomulyo.
1.5. Manfaat Penelitian
1) Bagi peneliti sendiri
a. Memberi pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
b. Menganalisa atau mengidentifikasi penerapan PHBS terhadap
pelaksanaan desa siaga.
2) Bagi profesi dokter
Memberi gambaran mengenai tingkat keberhasilan desa siaga melalui strategi-
strategi yang sudah dicanangkan pemerintah, salah satunya dengan melalui
sasaran PHBS.
3) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan baru tentang informasi kesehatan
khususnya PHBS.
4) Bagi peneliti lain
Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam
bidang yang sama.
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas makhluk hidup yang
bersangkutan. Sedangkan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang memiliki cakupan yang sangat luas
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme
yang bersangkutan baik stimulus internal maupun eksternal (Walgito,2003). Oleh
karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme
dan kemudian organisme tersebut merespon. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
respon manusia yaitu kebutuhan seseorang, informasi tentang objek atau subjek
yang dimiliki, dan kelompok dimana dia berada (Samsunumiyati, 2006). Respon
ini dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu dan menimbulkan respon-
respon yang relatif tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup.
Respon ini juga mencakup perilaku emosional yang disebabkan hal-hal
yang menyenangkan atau menyedihkan.
2) Operant respons atu instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsangan ini akan memperkuat respon yang telah dilakukan oleh
organisme. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya,
maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert
8
behavior) dan perilaku yang tampak (overt bahaviour). Perilaku yang tidak
tampak ialah berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan. Sedangkan
perilaku yang tampak antara lain berjalan, berpakaian dan berbicara (Machfoedz
dkk, 2005).
Gambar 1. Konsepsi Skematik Sikap & Perilaku
(Azwar, 2002 diadaptasi dari Ajzen & Fishbein, 1988)
Walgito (2003) mengemukakan suatu formulasi mengenai perilaku dan
sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana perilaku itu terhadap
lingkungan dan terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulasi
berwujud B= behavior, E= environment, P= person. Perilaku, lingkungan dan
individu itu saling berinteraksi satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa perilaku
individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, di samping itu perilaku juga
berpengaruh pada lingkungan, demikian pula lingkungan dapat mempengaruhi
individu, demikian sebaliknya.
B
E P
Gambar 2. Hubungan perilaku, lingkungan, dan individu (Walgito, 2003)
Samsunuwiyati (2006) menyebutkan ada tiga faktor penentu perilaku
(behavior) yaitu : a) faktor predisposisi (predisposing), adalah faktor yang
menunjukkan alasan atau motivasi untuk berprilaku seperti minat, persepsi,
pengetahuan, norma-norma, dan sebagainya yang ada dalam diri individu dan
masyarakat, b) faktor pendukung (enabling), adalah faktor yang memungkinkan
STIMULUS
(individu, situasi,
isu sosial,
kelompok sosial,
dan objek lainnya )
KONATIF
KOGNITIF
AFEK
RESPON
s/
Sikap/
SIKAP
9
terlaksananya suatu kegiatan atau perilaku seperti keterampilan, sarana, fasilitas,
dana, dan sebagainya, c) faktor pendorong (reinforcing), adalah yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perubahan perilaku, seperti pengaruh teman,
lingkungan, keluarga, dan lainnya.
Gambar 3. Faktor penentu perilaku
(Samsunuwiyati, 2006 didaptasi dari Green, 1991)
Notoatmodjo (2003) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia dapat menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
1) Faktor internal
Merupakan kumpulan dari unsur-unsur kepribadian yang secara stimultan
mempengaruhi perilaku manusia dan sebagainya terbentuk secara genetika
atau dibawah dari sifat fisik maupun jiwa.
Faktor internal terdiri dari :
a) Keturunan
Perilaku yang diturunkan dari sifat-sifat yang diperoleh orang
tuanya.
b) Motif
Dalam hal ini manusia berbuat sesuatu karena adanya
dorongan/motif tertentu.
2) Faktor eksternal
Merupakan faktor yang berada diluar dari manusia, namun secara langsung
mempengaruhi perilakunya
Faktor eksternal terdiri dari :
BEHAVIOUR
Reinforcing
Enabling
Predisposing
10
a) Lingkungan keluarga
Nilai yang berkembang dalam keluarga serta kecenderungan
umum dan pola sikap kedua orang tua terhadap anak akan sangat
mempengaruhi tahap pertumbuhannya.
b) Lingkungan sosial
Nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan membentuk
piranti sosial, ekonomi atau sesuatu yang kemudian disebut
dengan budaya akan menggerakkan perilaku umum seseorang.
c) Lingkungan pendidikan
Institusi pendidikan serta non formal termasuk media masa telah
mengambil banyak waktu pertumbuhan seseorang sehingga
mempengaruhi perilaku seseorang sesuai dengan nilai dan
kecenderungan yang berkembang dalam lingkungan tersebut.
2.2. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh
karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota
rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berarti
mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah
tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
untuk hidup sehat (Depkes, 2007).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk menghasilkan kemandirian dibidang kesehatan baik pada
11
masyarakat maupun pada keluarga, yang artinya harus ada komunikasi antara
kader dengan keluarga/masyarakat untuk memberikan informasi dan melakukan
pendidikan kesehatan. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota
beserta jajaran sektor terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga
agar dapat dijalankan secara efektif (Machfoedz, 2005).
2.2.2 Tujuan PHBS
Tujuan umum dari PHBS adalah meningkatnya rumah tangga sehat di desa,
kabupaten/kota diseluruh Indonesia, dan tujuan khususnya untuk meningkatkan
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan anggota rumah tangga untuk melakukan
PHBS serta berperan aktif dalam gerakan PHBS dimasyarakat (Depkes, 2007).
2.2.3 Manfaat PHBS
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi rumah tangga adalah setiap
rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat
dan cerdas, produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, dan dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga.
Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat antara lain
masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, masyarakat mampu
mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan, masyarakat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, masyarakat mampu
mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) seperti
Posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (Tabulin), arisan
jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain (Dinkes DIY, 2008).
2.2.4 Sasaran PHBS
Sasaran PHBS dirumah tangga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan
ibu menyusui, anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Depkes, 2007).
12
2.2.5 Indikator PHBS
Pembinaan PHBS dirumah tangga dilakukan untuk mewujudkan rumah
tangga sehat. Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 10
indikator yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, meliputi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eklusif, penimbangan bayi dan balita,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, rumah bebas jentik, makan buah dan sayur setiap
hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok didalam rumah.
Indikator ini dapat ditambahkan oleh masing-masing provinsi/kabupaten sesuai
dengan kondisi wilayahnya (Dinkes DIY, 2008).
2.3. Konsep Dasar Desa Siaga
2.3.1. Definisi Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat (Depkes, 2008).
Pengertian Desa Siaga yang diterapkan di Propinsi DIY (2008) adalah
desa atau kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri yang pada hakekatnya
terdiri dari Dusun/RW Siaga.
2.3.2. Tujuan Desa Siaga
Tujuan umum Desa Siaga adalah terwujudnya masyarakat desa/kelurahan
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya,
khususnya meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat
tentang pentingnya kesehatan, meningkatkan kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk mandiri di bidang kesehatan, meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap resiko dan bahaya
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawatdaruratan, dsb), meningkatnya keluarga sadar gizi, keluarga berperilaku
13
hidup bersih dan sehat serta menerapkan upaya perbaikan lingkungan sehat
(Dinkes DIY, 2008).
2.3.3. Sasaran Desa Siaga
Sasaran dalam pelaksanaan Desa Siaga adalah semua individu dan
keluarga di wilayah desa/kelurahan, pihak-pihak yang mempunyai pengaruh
terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim
yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, tokoh
agama, perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan, dan pihak-pihak
yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, dana, tenaga, sarana
dan lain-lain, seperti camat, kepala desa, kepala dusun/RW, pejabat terkait, LSM,
swasta, donatur dll (Depkes 2007).
2.3.4. Pentahapan Pengembangan Desa Siaga
Pentahapan merupakan pencerminan peningkatan kualitas yang terlihat
dari proses perkembangan indikatornya. Syarat awal pembentukan Desa Siaga
adalah memiliki minimal satu Poskesdes. Pentahapan diharapkan akan memicu
upaya perbaikan berkelanjutan (Soeparmanto, 2006).
Tabel 1. Susunan Pentahapan Desa Siaga menurut Depkes (2007)
Desa/Kelurahan Siaga Dusun/RW Siaga Keterangan
Tingkat I Purwa Purwa Tahap pemula/permulaan
Tingkat II Madya Madya Tahap pengembangan Tingkat III Waskita Waskita Tahap penyempurnaan
Tingkat IV Wijaya Wijaya Tahap berkelanjutan
2.2.4.1. Tahap Purwa
Tahap purwa merupakan tahap dasar bagi tahap-tahap selanjutnya.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menciptakan dan
memperkuat lembaga dan sistem pengelolaannya. Kekuatan pokok pada
tahap purwa ini masih terletak di tangan pengelola forum kesehatan warga.
Puskesmas dalam hal ini akan masih berperan cukup dalam berbagai hal.
14
2.2.4.2. Tahap Madya
Tahap madya ditandai dengan tumbuhnya kemampuan dan
kemandirian dalam membangun dan mengelola. Program-program kerja
mulai dijalankan dengan baik. Aktifitas Poskesdes mulai terlihat nyata dan
kemitraan dengan sarana pelayanan kesehatan mulai dibentuk. Penguatan
lembaga masih diperlukan diikuti dengan perbaikan. Aktifitas pengelola
forum kesehatan dan Poskesdes masih perlu mendapat dukungan penuh
puskesmas.
2.2.4.3. Tahap Waskita
Mulai tercipta kemampuan kritis dalam evaluasi dan
penyempurnaan kegiatan. Kerjasama dan mekanisme koordinasi semakin
kuat dan menjadi basis dalam pengelolaannya. Posko kesehatan desa
semakin aktif dan berperan lebih besar dan semakin baik pula mekanisme
koordinasi dengan forum kesehatan maupun dengan mitra sarana
kesehatan. Kegiatan inovatif mulai lahir dari hasil pendalaman kebutuhan
di masyarakat. Otonomi semakin kuat dikarenakan perikatan dan inisiasi
dari internal yang semakin baik. Kemampuan Poskesdes dan forum
kesehatan semakin sempurna.
2.2.4.4. Tahap Wijaya
Mempertahankan kesempurnaan kegiatan, kemandirian dan inovasi
dengan semakin kuatnya bentuk kemitraan dengan sarana pelayanan
kesehatan adalah ciri dari tahap ini. Posko kesehatan desa semakin aktif
berperan dalam memfasilitasi kebutuhan masyarakat dan semakin kuat
dalam koordinasinya dengan dusun/RW siaga. Otonomi di tahap ini juga
semakin kuat, dikarenakan inisiasi dari internal sudah cukup kuat.
Kekuatan pokok telah berpindah dari pengelolaan menjadi milik
masyarakat secara keseluruhan dan pengelola bersifat memfasilitasi
inisiatif.
15
2.3.5. Penilaian
Untuk menilai pentahapan digunakan klasifikasi beberapa indikator
sederhana diantaranya sebagai berikut:
1) Penilaian Dusun/RW Siaga
a) Kegiatan forum kesehatan warga dusun/RW
Bahwa dusun/RW telah melaksanakan kegiatan pertemuan/forum yang
secara khusus membahas kesehatan. Kegiatan forum tersebut melekat
dalam lembaga yang telah ada di dusun/RW seperti pertemuan RW/dusun.
Dinilai berdasarkan jumlah aktifitas (frekuensi) pertemuan pembahasan
kesehatan.
b) UKBM (Posyandu)
Pengembangan UKBM khususnya Posyandu. Forum kesehatan warga dan
kader kesehatan akan bekerjasama dalam pengembangan Posyandu dan
UKBM lain yang ada di dusun/RW. Dinilai dengan melihat klasifikasi
kegiatan Posyandu (pratama, madya, purnama, mandiri).
c) Kegiatan surveilans berbasis masyarakat tingkat dusun/RW
Ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kesehatan di
wilayah dusun/RW. Dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengelolaan,
analisis dan menyimpulkan dan mendiseminasikan informasi kepada
masyarakatnya. Indikator penilaian dengan melihat jumlah jenis surveilans
misalnya surveilans ibu hamil, balita, DBD, bencana dll.
d) Kegiatan kesiapsiagaan bencana dan kegawatdaruratan
Adalah kemandirian dalam bentuk kesiapan menghadapi kejadian bencana
dan atau kegawatdaruratan sehari-hari dengan aktifitas pembentukan unit-
unit di tingkat dusun/RW berdasarkan jenis kemampuan khusus yang
dikembangkan. Penilaian didasarkan kepada jumlah dari unit yang berhasil
dikembangkan. Semakin banyak unit semakin tinggi skor yang diperoleh.
Unit-unit tersebut akan mengemban kemampuan dan pemberdayaan,
dengan aktifitas misalnya perlindungan diri dan pencegahan infeksi,
pertolongan pertama cedera trauma, keracunan, gigitan binatang,
tatalaksana pra rujukan penyakit jantung, pembuluh darah dan syok,
16
tatalaksana pra rujukan obstetric (siap antar jaga), tatalaksana
perlindungan kesehatan terhadap bencana alam, tatalaksana kejadian luar
biasa keracunan dan penyakit menular.
e) Kesehatan lingkungan
Adalah keadaan lingkungan yang sehat minimal meliputi indikator
tersedianya jamban sehat dan air bersih. Dinilai dengan mengamati jumlah
indikator kesehatan lingkungan dimaksud. Dihitung dengan menggunakan
presentase jumlah rumah yang memenuhi syarat dari indikator yang dipilih
dibagi dengan jumlah keseluruhan rumah tangga.
f) PHBS
Dinilai dengan melihat klasifikasi/strata PHBS (merah, kuning, hijau, biru)
dengan indikator yang disepakati di kabupaten/kota. Tatacara penilaian
sesuai dengan aturan penilaian yang berlaku dalam penilaian posyandu.
2) Penilaian desa/kelurahan Siaga
a) Forum kesehatan desa/kelurahan
Dinilai berdasarkan keberadaan dan aktifitas (frekuensi) pertemuan untuk
membahas kesehatan dalam satu tahun.
b) Dusun/RW siaga
Dinilai dengan melihat presentase dusun/RW di wilayah desa yang telah
masuk dalam klasifikasi/pentahapannya. Disusun dalam empat tingkat
(skor), bagi desa yang memiliki presentase dusun dengan kriteria purwa
>75% dari dusun yang ada di desa tersebut diberikan nilai/skor 1. Skor 2
diberikan jika jumlah dusun siaga purwa 50-75%, skor 3 jika 25-49%
dusun adalah purwa dan skor 4 jika <25% dusun memiliki kriteria purwa.
c) Pembinaan Posyandu mandiri
Posko kesdes akan berfungsi sebagai koordinator pengembangan posyandu
tingkat desa/kelurahan. Sebagai indikator penilaian digunakan presentase
posyandu yang ada di desa/kelurahan berdasarkan status strata mandiri
(tertinggi). Tujuannya adalah memberikan gambaran kepada pengelola
mengenai perkembangan sehingga diharapkan akan memacu motivasi
17
upaya perbaikan dengan berkoordinasi dengan pengelola Dusun/RW
Siaga. Nilai 1 diberikan jika <25% Posyandu di desa/kelurahan yang
berstrata mandiri, nilai 2 diberikan jika 26-50% Posyandu mandiri, nilai 3
jika 51-75% Posyandu mandiri dan nilai 4 jika >75% Posyandu mandiri.
d) Jumlah UKBM selain Posyandu yang dibina
Poskesdes juga berfungsi sebagai koordinator pengembangan UKBM
selain Posyandu. Sebagai indikator penilaian digunakan jumlah UKBM
selain Posyandu yang dibina oleh Poskesdes. Maksud tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran kepada pengelola Desa Siaga mengenai
perkembangan pembinaan UKBM sehingga diharapkan akan mengenai
perkembangan pembinaan UKBM sehingga diharapkan akan memicu
kepada upaya perbaikan. Nilai 1 diberikan jika hanya 1 UKBM selain
posyandu yang dibina, nilai 2 jika 2 UKBM,nilai 3 jika 3 UKBM dan nilai
4 jika lebih dari 3 UKBM dibina.
e) Sarana pelayanan kesehatan
f) Keikutsertaan jaminan pemeliharaan kesehatan
g) Memiliki kegiatan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan
h) Kegiatan surveilans berbasis masyarakat tingkat desa/kelurahan
2.4. Kerangka Konsep
Gambar 4. Kerangka konsep penelitian
Program
PHBS dalam
Desa Siaga
Kebijakan
Tingkat Pencapaiannya
Dukungan
Masyarakat
Pelaksanaannya
Hambatan Pelaksanaan
18
2.5. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang PHBS dalam Desa Siaga di
Desa Margomulyo?
2. Bagaimana dukungan dalam pelaksanaan program PHBS dalam Desa
Siaga di Desa Margomulyo?
3. Bagaimana pelaksanaan program PHBS dalam Desa Siaga di Desa
Margomulyo?
4. Bagaimana evaluasi pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga di Desa
Margomulyo ? Adakah ada hambatan penerapan PHBS dalam pelaksanaan
Desa Siaga?
5. Bagaimana saran dan tanggapan masyarakat terhadap program PHBS
dalam Desa Siaga di Desa Margomulyo?
19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan rancangan
penelitian studi kasus (case study). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
menggunakan analisis kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikostruksikan menjadi hipotesis atau teori dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian ini muncul karena
terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala.
Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik,
kompleks, dinamis dan penuh makna (Sugiyono, 2008).
3.2. Subyek dan Obyek Penelitian
Menjelaskan obyek dan informan (subyek) penelitian kualitatif adalah
menjelaskan obyek penelitian yang fokus dan fokus penelitian yaitu apa yang
menjadi sasaran. Informan penelitian merupakan subyek yang memahami
informasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami
obyek penelitian (Bungin, 2007).
3.2.1. Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2008), penelitian kualitatif itu tidak menggunakan
istilah populasi tetapi dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri
dari tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity)
yang berinteraksi secara sinergis.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi karena
penelitian berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan
hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi tetapi ditransferkan ke tempat
lain pada situai sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus
20
yang dipelajari. Demikian pula sampel dalam penelitian kualitatif bukan
dinamakan responden tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman
dan guru dalam penelitian (Sugiyono, 2008).
1) Tempat : Desa Margomulyo, Kecamatan Seyegan, Kabupaten
Sleman
2) Pelaku : Masyarakat setempat, tokoh masyarakat, kader PHBS,
tenaga kesehatan dan bidan.
3) Aktivitas : Pelaksanaan program PHBS
3.2.2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang ingin diteliti adalah situasi sosial dalam
pelaksanaan program PHBS, sehingga peneliti dapat mengamati secara mendalam
aktivitas (activity), dan orang-orang (actors) yang ada pada Desa Margomulyo
(place).
3.3. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber, berbagai
setting dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan sumber data sekunder dan sumber data primer.
1) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara
mendalam untuk mengetahui pendapat subyek penelitian, dalam hal ini adalah
masyarakat, tokoh masyarakat, kader PHBS, tenaga kesehatan, dan bidan.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Data sekunder ini diperoleh dengan melakukan
penelusuran dokumen yang dilakukan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan program PHBS di Desa Margomulyo.
21
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti
sendiri. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaaan wawasan terhadap bidang
yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri melalui
evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan
teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal
memasuki lapangan.(Sugiyono,2008)
Untuk mendukung proses pengumpulan data diperlukan juga instrumen
pendukung, antara lain ;
1) Pedoman wawancara
2) Rekorder
3) Alat tulis
4) Buku catatan
5) Kamera
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Observasi
Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipatif , dalam teknik
ini peneliti berada diluar kegiatan yang seolah-olah sebagai penonton. Peneliti
datang ditempat kegiatan yang diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat
kesimpulan tentang perilaku.
3.5.2. Wawancara
Teknik yang kedua adalah wawancara tidak terstruktur, jenis wawancara ini
sudah termasuk dalam kategori in-depth interview dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis garis besar
22
permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun yang akan diwawancara antara lain
kepala desa, bidan, tokoh masyarakat, kader, dan masyarakat setempat.
3.5.3. Dokumentasi
Teknik yang ketiga adalah dokumentasi, ini merupakan cara pengumpulan
data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan bukan
berdasarkan perkiraan. Sebagian besar dokumen yang tersedia adalah dalam
bentuk tulisan atau gambar. Dokumen dalam bentuk tulisan dapat berupa catatan
harian, biografi, surat-surat dan sebagainya. Dokumen dalam bentuk gambar
misalnya foto gambar hidup, sketsa dan sebagainya. Teknik dokumen ini
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
3.5.4. Focus Group Discussion (FGD)
Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan
hasil diskusi yang terpusat pada permasalahan tertentu. Dibangun berdasar
asumsi:
1) Keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidaktahuan kelemahan
pribadi tersebut
2) Masing-masing anggota kelompok saling memberi pengetahuan suatu
dengan lainnya dalam pergaulan kelompok
3) Setiap individu dikontrol oleh individu lain sehingga ia berupaya agar
menjadi yang terbaik
4) Kelemahan subyektif terletak pada kelemahan individu yang sulit
dikontrol oleh individu yang bersangkutan
5) Intersubyektif selalu mendekati kebenaran yang terbaik
Dengan demikian maka kebenaran informasi bukan lagi kebenaran perorangan
(subyektif) namun menjadi kebenaran intersubyektif, karena selama diskusi
berlangsung masing-masing orang tidak hanya memperhatikan pendapatnya
23
sendiri namun ia juga mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh peserta FGD
lainnya. Bahan pertimbangan siapa saja yang akan menjadi anggota FGD :
1) Keahlian atau kepakaran seseorang dalam kasus yang akan didiskusikan
2) Pengalaman praktis dan kepedulian terhadap fokus masalah
3) Pribadi terlibat dalam fokus masalah
4) Tokoh otoritas terhadap kasus yang didiskusikan
5) Masyarakat awam yang tidak tahu dengan masalah tersebut namun ikut
merasakan persoalan sebenarnya
Kemungkinan peserta FGD adalah kader, bidan, dan masyarakat setempat.
Sedangkan tokoh masyarakat dan dosen pembimbing selaku pakar penelitian
kualitatif ditempatkan sebagai pengamat.
Pelaksanaan diskusi dipimpin oleh seorang pemimpin diskusi, dan juga
dapat dibantu oleh sekretaris yang akan mencatat jalannya diskusi, namun dapat
juga pimpinan diskusi yang mencacat jalannya diskusi itu sendiri. Pada awal
diskusi pimpinan diskusi mengarahkan fokus dan jalannya diskusi serta hal-hal
yang akan dicapai pada akhir diskusi. Peserta benar-benar dihadapkan pada satu
fokus persoalan dan dibahas bersama sasaran diskusi dapat dirumuskan sendiri
oleh pimpinan diskusi agar peserta dapat melakukan diskusi secara terfokus dan
pada saat diskusi berlangsung pimpinan diskusi selain katalisator ia juga menjaga
dinamika diskusi (Darmawan, 2008).
3.5.5. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti sekaligus
menguji kredibilitas data.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda dengan sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi
non partisipatif, wawancara mendalam, dokumentasi, dan FGD. Triangulasi
24
sumber berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.
Gambar. 5 Triangulasi “teknik” Pengumpulan Data
Gambar. 6 Triangulasi “sumber” pengumpulan data
3.6. Teknik Analisis Data
Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2000).
Dalam penelitian ini, aktivitas dalam analisa data dilakukan secara
interaktif dan terus menerus hingga tuntas sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisa data antara lain :
1) Reduksi data (Data reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak sehingga perlu
segera dilakukan reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum memilih
Sumber
data
sama
Observasi
non partisipatif
Wawancara
mendalam
Dokumentasi
Wawancara
Mendalam
A
B
C
25
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari
pola dan temanya, dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer,
dengan memberi kode pada aspek-aspek tertentu.
2) Penyajian Data (Data display)
Data yang telah diperoleh hasil wawancara kemudian ditulis dalam
bentuk catatan hasil wawancara (transkripsi verbatim) yang sedemikian
rupa sehingga terdapat kolom yang cukup di sebelah kiri dan kanan
verbatim untuk melakukan penomeran secara kontinu pada baris per baris
dan pemadatan informasi pada uraian hasil wawancara. Ini adalah tahap
awal pengkodean.
Transkripsi verbatim di analisis dengan langkah-langkah analisis
yang disarankan oleh Strauss & Corbin yang membagi langkah koding
kedalam 3 bagian yakni (a) Open coding (kode terbuka), (b) Axial coding
(koding aksial) dan (c) Selective coding (koding selektif). Koding terbuka
memungkinkan untuk mengidentifikasi kategori-kategori, properti-properti
dan dimensi-dimensinya. Pada tahap berikutnya, koding aksial
mengorganisasi data dengan cara baru melalui dikembangkannya
hunbungan-hubungan (koneksi) di antara kategori-kategori atau diantara
kategori dengan sub kategori dibawahnya. Tahap terakhir adalah koding
selektif, melalui mana peneliti menyeleksi kategori yang paling mendasar,
secara sistematis menghubungkannya dengan kategori-kategori lain dan
memvalidasi hubungan tersebut (Poerwandari, 2005).
3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/Verivication)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
26
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan maslah tetapi mungkin juga tidak. Kesimpulan
kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal, hipotesis atau teori.
3.7. Persiapan Penelitian
3.7.1. Penentuan Tempat dan Narasumber Penelitian
Penelitian ini akan mengambil tempat di Desa Margomulyo, Kecamatan
Seyegan, Kabupaten Sleman sebagai lokasi pengambilan data, dengan
pertimbangan bahwa desa ini sudah ditetapkan sebagai desa siaga dan terdapat
data atau informasi mengenai PHBS yang dapat diteliti oleh penulis sebagai
rumusan masalah.
Menemukan narasumber untuk penelitian ini menggunakan metode
purposive, sebelumnya peneliti telah memiliki daftar calon narasumber yang
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh peneliti atas beberapa pertimbangan.
Namun, untuk mendapatkan gambaran dan calon narasumber yang lebih banyak
dan kompeten, peneliti dibantu oleh seksi kemasyarakatan desa setempat yang
mengetahui data-data calon narasumber. Setelah mendapatkan beberapa
narasumber, peneliti masih menggunakan snow ball effect, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan lebih banyak calon narasumber dan untuk jaga-jaga apabila sesuatu
hal yang tidak diinginkan terjadi sehingga menghambat peneliti untuk
mendapatkan data dan informasi dari salah satu narasumber, sehingga peneliti
dapat memperoleh informasi dari narasumber lain yang ditunjukkan oleh
narasumber sebelumnya.
3.7.2. Proses Pengambilan data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan. Peneliti
perlu menyiapkan alat bantu berupa pedoman wawancara, rekorder, pena dan
kertas. Setelah itu, peneliti membuat kesepakatan dengan narasumber untuk
27
menentukan waktu pelaksanaan wawancara. Peneliti sebagai pihak yang
membutuhkan bantuan dan informasi, menyerahhkan sepenuhnya kepada
narasumber untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara yang
akan dilakukan. Hal ini dilakukan agar narasumber mendapatkan suasana dan
tempat yang nyaman saat wawancara berlangsung.
Peneliti juga mengadakan suatu forum diskusi yang bertujuan untuk
memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat
pada permasalahan tertentu. Dalam persiapan pelaksanaan forum diskusi ini
peneliti dibantu oleh kader, tenaga kesehatan dan kepala dusun setempat. Waktu
pelaksanaan diskusi dilakukan pada siang hari karena menyesuaikan jam kerja dan
mata pencaharian sebagian besar msyarakat Desa Margomulyo yaitu bertani.
3.8 Pelaksanaan Penelitian
Secara umum penelitian berlangsung sejak Desember 2009 hingga
Februari 2010. Diawali dengan penyusunan latar belakang masalah, studi
pendahuluan dari literatur dan artikel di internet untuk menunjang penelitian,
pengumpulan teori-teori serta penentuan metode penelitian dan anlisis data yang
akan dipakai. Namun akhirnya pada bulan Desember baru dimulai adanya
pengumpulan data dan pada bulan Februari 2010 akan dilakukan forum diskusi
yang mengakhiri rangkaian kegiatan pengumpulan data.
Keseluruhan narasumber penelitian ini berdomisili di Desa Margomulyo.
Pengumpulan data dengan cara wawancara di mulai pada tanggal 19 Desember
sampai 30 Januari 2010. Waktu yang diperlukan untuk wawancara mungkin
adalah waktu yang cukup lama untuk melakukan pengumpulan data, hal ini
karena peneliti tidak bisa berkunjung atau mengumpulkan data setiap hari
dikarenakan jadwal kuliah yang padat, disamping itu ada beberapa narasumber
yang sulit ditemui.
Wawancara dilakukan di rumah masing-masing dan ditempat kerja
narasumber dengan waktu yang berbeda-beda. Sebelum melakukan wawancara,
peneliti berkunjung ke narasumber masing-masing untuk menentukan jadwal
wawancara dan dalam proses ini juga peneliti berusaha membangun rapport untuk
28
menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif dan efektif ketika wawancara
dilakukan sehingga responden bisa dengan nyaman, tidak tegang dan terbuka apa
adanya memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti sehingga dilakukan
penyampaian maksud dan tujuan penelitian saja.
Agar wawancara berlangsung tidak kaku dan nyaman, peneliti berusaha
tidak menggunakan bahasa yang sulit untuk dimengerti oleh narasumber, peneliti
menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh narasumber baik itu bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia sehingga mempermudah pengertiannya peneliti telah
berusaha menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Untuk proses
pengambilan data selama wawancara peneliti menggunakan rekorder agar
nantinya mudah dalam pencatatan dan analisis data.
Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
atau interview guide yang sudah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Selain
pertanyaan yang diperoleh dari interview guide, peneliti juga mengajukan
beberapa pertanyaan tambahan yang berkaitan dengan tema penelitian, tidak
kepada semua narasumber diberikan pertanyaan tambahan, pertanyaan ini
dimaksudkan untuk lebih memperdalam data atau informasi yang ingin diperoleh
dari narasumber.
3.9. Etika Penelitian
Peneliti berusaha memperhatikan narasumber sebagai subyek penelitian
yang meliputi:
1. Informed Consent. Memberikan informasi tentang mekanisme atau proses
penelitian sehingga nara sumber mampu memahami perannya dan
diharapkan dapat berpartisipasi secara sukarela tanpa usur paksaan atau
tekanan, lalu akan diberi lembar persetujuan yang akan ditandatangani
oleh calon responden.
2. Anonimity. Untuk menjaga kerahasiaan subyek, peneliti akan memberikan
nomor atau kode narasumber.
3. Confidentially. Peneliti akan menjamin kerahasiaan informasi yang
diberikan oleh nara sumber.
29
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1. Desa Margomulyo
Desa Margomulyo adalah salah satu dari lima desa di Kecamatan Seyegan,
Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Memiliki luas wilayah
519 Ha dengan batas wilayah ;
Tabel 2. Batas wilayah Desa Margomulyo
Sebelah utara Desa Caturharjo
Sebelah timur Desa Sumberadi
Sebelah selatan Desa Margodadi
Sebelah barat Desa Margoagung
Untuk pembagian wilayahnya sendiri, terdiri dari 13 dusun yaitu Sawahan,
Jumeneng, Gerjen, Ngemplak, Kamal Kulon, Sompokan, Kregolan, Mangsel,
Daplokan, Kasuran, Mriyan, Jingin, dan Jamblangan.
Dari hasil pendataan tahun 2008 total penduduknya 12.186 jiwa
didominasi oleh kelompok umur 60 tahun keatas dengan jumlah 1.141 jiwa dan
paling sedikit kelompok umur 15-19 tahun dengan jumlah 558 jiwa. Agama Islam
paling banyak dianut oleh masyarakat, dengan pekerjaan sebagian besar adalah
karyawan dan buruh tani serta 2.976 orang yang belum bermata pencaharian.
Fasilitas pendidikan di Desa Margomulyo terdiri dari 7 TK, 8 SD, 1 SLTP,
dan 1 SMA. Untuk fasilitas kesehatan memiliki 1 Puskesmas pembantu, 1
Poskesdes, 4 Bidan praktek swasta, 1 Dokter praktek swasta, 13 Posyandu balita,
12 Posyandu lansia.
Peneliti mengambil Desa Margomulyo sebagai lokasi penelitian adalah
dengan dasar beberapa pertimbangan :
1) Sudah ditetapkan sebagai Desa Siaga oleh Propinsi DIY
2) Rekomendasi dari pihak Dinkes
3) Memiliki sumber data dan informasi PHBS yang dijadikan tema penelitian
4) Dijadikan sebagai desa percontohan
5) Sering dijadikan obyek untuk penelitian lainnya
30
4.2. Data Narasumber
Narasumber penelitian ini sebanyak 9 orang dengan karakteristik yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Narasumber yang ada terbagi menjadi 2 yaitu : (a)
yang diwawancarai (narasumber 1,2,3,4) dan (b) sebagai anggota dalam
FGD/Focus Group Discussion (narasumber 5,6,7,8,9) dengan uraian ;
1) Narasumber 1 : Tn. CP, 25 tahun (Bagian promosi kesehatan puskesmas)
2) Narasumber 2 : Ny.RW, 42 tahun (Bidan desa dan koordinator desa siaga)
3) Narasumber 3 : Ny. NS, 60 tahun (Kader PHBS)
4) Narasumber 4 : Tn. SN, 54 tahun (Tokoh masyarakat)
5) Narasumber 5 : Ny. SR, 48 tahun (Masyarakat)
6) Narasumber 6 : Ny. WN, 38 tahun (Kader)
7) Narasumber 7 : Ny. SG, 60 tahun (Kader)
8) Narasumber 8 : NY. BS, 50 tahun (Kader posyandu)
9) Narasumber 9 : Ny. ZN, 37 tahun (Masyarakat)
4.3. PHBS dalam Desa Siaga
PHBS merupakan tema yang diambil untuk dalam wawancara. Dengan
mengetahui seberapa besar pemahaman para narasumber terhadap PHBS
diharapkan narasumber dapat memberikan pandangannya terhadap pelaksanaan
Desa Siaga dengan baik, sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Diawali dengan pertanyaan “ apa yang anda ketahui tentang PHBS?”,
beberapa narasumber mengutarakan :
“....secara prinsip PHBS itu masyarakat tahu, mau dan mampu untuk berprilaku
yang sehat supaya mereka mampu menjaga diri sendiri dari ancaman penyakit...(CP
142-146)".
“...keluarga itu bisa berperilaku dengan apa memenuhi standar kesehatan...
Perilaku itu ya dalam keluarga itu tidak merokok, buang Air BAB di WC, terus rumah
berlantai bukan tanah, balita tidak di bawah garis merah (RW 150-158)”.
Narasumber sebagian besar sudah mengetahui tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, yang intinya adalah perilaku masyarakat yang tahu, mau, dan
mampu untuk berprilaku sehat sesuai dengan standar kesehatan untuk
31
menghindari dari ancaman penyakit. Ini hampir sama dengan konsep PHBS oleh
Departemen Kesehatan (2007) yaitu sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Program PHBS dibagi dalam lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga,
sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tatanan tempat-tempat umum. Setiap
anggota masyarakat sudah pasti berada dalam rumah tangga, oleh karena itu
program PHBS tatanan rumah tangga akan langsung berkaitan dengan tatanan-
tatanan yang lainnya. Dengan demikian, penekanan pada program PHBS rumah
tangga menjadi kunci keberhasilan bagi program PHBS pada tatanan lainnya.
Untuk mendukung keberhasilan program PHBS dibutuhkan masyarakat yang siap
siaga untuk menjalankannya yang diwujudkan melalui desa siaga.
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat (Depkes,
2008). Sebuah desa dikatakan menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah
memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Salah satu
bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat pada
setiap tatanan dalam masyarakat.
Konsep Desa Siaga menurut Depkes (2008) diatas senada dengan yang
diutarakan beberapa narasumber :
“….. menurut saya desa siaga itu adalah desa yang masyarakatnya tahu, mau,
dan mampu mengenali masalah kesehatannya sendiri dan mampu untuk memecahkan
masalahnya sesuai dengan sumber daya yang ada terutama untuk masalah
penanggulangan kegawatdaruratan serta bencana dan penyakit menular,
…….. selain itu kesehatan ibu dan anak juga termasuk (CP 8-16)”.
“....Desa Siaga itu Desa yang Masyarakatnya mampu mendeteksi dan
mengetahui lebih awal tentang kesehatan dan bencana alam, agar bisa, di harapkan bisa
menanganiiii dan mendeteksi lebih awal...(RW 19-30)
Tujuan yang ingin dicapai oleh Desa Siaga adalah masyarakat yang tau,
mau, dan mampu untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan
32
berjalannya kegiatan yang ada dalam desa siaga meliputi forum kesehatan desa,
Posko kesehatan desa, upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
seperti Posyandu, surveillan, KADARZI, PHBS, pendataan ibu hamil, dan lain-
lain sehingga dapat terpantau kesehatan seluruh masyarakat.
PHBS merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan Desa
Siaga, walaupun ada beberapa indikator yang lain. Untuk menilai pelaksanaan
PHBS sendiri ada beberapa indikator penilaian, seperti yang diungkapkan
narasumber dibawah ini :
“...untuk indikator PHBS sendiri,,yang pertama persalinan oleh tenaga
kesehatan,,teruss,,pemberian ASI eklusif, terus cuci tangan pake sabun, terusss,
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok
didalam rumah, menimbang balita setiap bulan, terus,,,eeeee,,,,, Terus yang tambahan
dari sleman yaitu PUS yang ikut KB, kepemilikan jaminan kesehatan, imunisasi,
kebiasaan gosok gigi secara teratur, kepemilikan TOGA....(CP 152-173)”.
“....tidak merokok yang saya hapal, balita tidak dibawah garis merah, terus
lantai berdinding, penerangan, BAB tidak di kali,.....(RW 163-172)”.
Berdasarkan hasil temuan, Kabupaten Sleman menerapkan 20 indikator
pelaksanaan PHBS, yang secara umum sudah diketahui oleh masyarakat tetapi
hanya beberapa yang dapat diingat narasumber dalam penuturan diatas, antara lain
persalinan oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eklusif, cuci tangan pakai sabun,
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari,
tidak merokok didalam rumah, menimbang balita setiap bulan, PUS ikut KB,
kepemilikan jaminan kesehatan, imunisasi, kebiasaan gosok gigi, kepemilikan
toga, dan masih ada beberapa indikator lainnya yang dapat dilihat lebih jelas pada
lampiran.
Indikator tersebut lebih banyak dari indikator yang ditetapkan oleh pusat yang
hanya 10 indikator dikarenakan prioritas program PHBS dalam era otonomi
daerah diserahkan kepada kebijakan masing-masing pemerintah daerah sehingga
tiap-tiap daerah dapat mengadaptasikan program PHBS agar lebih sesuai dengan
kondisi atau perkembangan masyarakat setempat. Pencapaian dari indikator inilah
yang nantinya akan menggambarkan tingkat keberhasilan program PHBS.
33
4.4. Dukungan Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga
Pelaksanaan Desa Siaga membutuhkan dukungan baik dari sumber daya
manusia yang ada maupun pembiayaan. Pembiayaan pelaksanaan PHBS tidak
sedikit karena berbagai kegiatan harus dilakukan secara berkelanjutan. Biaya yang
digunakan tidak hanya berasal dari pemerintah namun juga ada sumber-sumber
lain,baik dari masyarakat ataupun swasta meskipun untuk Desa Margomulyo
masih tergantung dana pemerintah. Berbagai sumber pembiayaan dapat dilihat
pada tabel 3.
Terdapat 5 jenis sumber biaya yaitu dari pemerintah melalui Dinas
Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Bappeda, swadaya kader,
bantuan pemerintah desa, swadaya masyarakat. Dana dari Dinas Kesehatan
diberikan kepada puskesmas sekali dalam setahun.
Tabel 3. Sumber Biaya
Jenis Sumber Biaya Alokasi biaya
Pemerintah Melalui Dinas Kesehatan Diberikan kepada puskesmas dan
dilanjutkan ke pemerintah dusun, diberikan sekali dalam setahun
Pemkab Sleman melalui Bappeda Diberikan berdasarkan proposal yang
diajukan oleh pemerintah desa Swadaya Kader Digunakan untuk membeli buku, alat tulis,
senter untuk pemberantasan jentik nyamuk
Bantuan Pemerintah Desa Diberikan jika ada acara yang berkaitan
dengan program desa Swadaya masyarakat Masyarakat turut memberikan iuran rutin
seperti PKK, arisan, dll yang nanti akan
dipergunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan
Data diatas sesuai dengan yang diungkapkan beberapa narasumber :
“....oleh kabupaten sleman sendiri, Dinkes DIY juga memberikan kontribusi,
terus dari desa juga memberikan kontribusi.... (CP 94-96)”.
“....Dari Pusat....Dari Puskesmas itu mengajukan minta dana dari Desa...Kalau
dari Pemerintah Daerah....Ada (RW 132-143)”.
“...Dari APBDes, ada APBDes Desa lho nanti ditunjang dari Dinkes itu memang
untuk menunjang pertemuan rutin diselenggarakan barusan kemarin kita ngadakan
pertemuan (NS 97-100)”.
34
Aliran dana untuk pelaksanaan Desa Siaga yang nanti didalamnya juga
termasuk pelaksanaan program PHBS mulai dari Pemerintah Pusat yang akan
memberikan ke Provinsi DIY, kemudian akan diberikan ke masing-masing
kabupaten/kota yang akan disalurkan ke Desa Siaga diwilayahnya. Kabupaten
sleman juga turut memberikan kontribusi melalui Bappeda yang mengacu pada
jumlah kebutuhan dana yang diajukan melalui proposal, yang akan
dipertimbangkan dan ditindaklanjuti kemudian dana yang disetujui akan diberikan
ke desa setempat. Di tingkat desa, juga ada anggaran sendri dari APBDes, yang
nantinya dana diberikan kepada puskesmas setiap setahun sekali berdasarkan
rencana anggaran yang diajukan puskesmas untuk pelaksanaan programnya.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber diatas digunakan untuk
kegiatan yang ada , meliputi PHBS dan kegiatan desa siaga lainnya. Penggunaan
biaya antara lain untuk pelatihan yang diadakan oleh Puskesmas, biaya
operasional, biaya pertemuan masyarakat, transportasi, dan lain-lain. Beberapa
rincian penggunaan biaya yang diperoleh dari hasil penelurusan dokumen seperti
dibawah ini :
Tabel 4. Rincian penggunaan biaya
Tanggal Kegiatan Anggaran
8-9 Januari 2008 Pelatihan Pengurus Poskesdes 3.550.000
05 Mei 2008 Operasional Desa Siaga Margomulyo 200.000
07 April 2008 Pertemuan MMP di Margomulyo 750.000
22 April 2008
Transport dalam rangka Monitoring dan Evaluasi
300.000
Total Anggaran
Anggaran yang belum digunakan
1.650.000
1.000.000
Pembiayaan di Desa Margomulyo terbilang cukup baik, ini dilihat dengan
sudah tercukupinya kebutuhan anggaran setiap tahunnya. Dapat dilihat dari total
anggaran Rp. 1.650.000,- yang digunakan, masih ada Rp. 1.000.000,- yang belum
digunakan. Begitu juga dalam pertanggungjawaban penggunaan biaya sudah
terkoordinasi dengan baik, mulai dari pendataan oleh bendahara, pelaporan oleh
koordinator Desa Siaga, yang akan berlanjut ke tingkat desa, kecamatan,
kabupaten dan sampai ke pemerintah pusat.
35
Dukungan dalam pelaksanaan program PHBS juga didapatkan dari semua
masyarakat, baik dari instansi terkait seperti kepala desa, Kesra, Puskesmas dan
juga dari tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri. Ini sesuai dengan yang
diungkapkan narasumber :
“....Selama ini karena sebagai pemegang promosi kesehatan, jadi setiap ada
pelatihan dan pembinaan untuk topik PHBS selalu yang menyampaikan saya.Terus
pemetaan dan dukungan diposyandu, kampanye PHBS sudah saya coba gerakkan dengan
penjadwalan. ... Terus terakhir itu mencoba melobi desa supaya mau menyelenggarakan
pelatihan PHBS untuk meningkatkan kapasitas dari seksi PHBS dimargomulyo (CP 283-
297)”.
“.. kalau saya sebagai bidan ..... membantu yaitu tentang pendataan-pendataan
itu, jadi saya nggak repot terjun ke Dusun karena sudah ada Kader-kadernya itu... (RW
267-281)”.
“...dalam bentuk Yandu, kalau ada balita yang apa itu kurang gizi saya anjurkan
ke Puskesmas untuk periksa. Atau kurang berat badan itu nanti oleh Puskesmas nanti
dikasih PMT....Ya nanti to mencatat Balita......dan mengarahkan untuk hidup sehat itu.
(NS 155-179)”.
Semua elemen masyarakat sangat mendukung pelaksanaan program
PHBS, ini dilihat dari dukungan pihak promosi kesehatan yang memberikan
pelatihan dan pembinaan, pemetaan PHBS, penjadwalan, kampanye, dan ikut
member pertimbangan dalam hal kebijakan. Bidan desa sebagai koordinator desa
siaga pun memberikan dukungan dalam pendataan-pendataan yang dilakukan
meski tidak terlepas dari peran kader yang ada, seperti melakukan Posyandu,
pendataan di Posyandu, dan mengarahkan masyarakat dengan terjun langsung di
masyarakat.
Dari pengamatan peneliti, dukungan masyarakat juga sangat baik, dengan
seringnya mengikuti kegiatan Posyandu yang ada, berperan aktif dalam kegiatan,
bekerjasama dengan kader dalam memberikan informasi untuk pendataan, dan
lainnya. Dukungan dari semua elemen masyarakat sangat diperlukan guna
tercapainya keberhasilan program PHBS dan kegiatan desa siaga lainnya yang
nantinya akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan Desa Siaga itu sendiri.
36
4.5. Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga
Pelaksanaan PHBS tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan Desa Siaga
lainnya. Narasumber sudah mengetahui kegiatan Desa Siaga yang ada, seperti
diungkapkan dibawah ini :
“....disesuaikan dengan seksinya itu meliputi kesehatan ibu dan anak,
penanggulangan kegawatdaruratan bencana, teruuus seksi posyandu, bank darah,
ambulan desa, pengamatan penyakit, perilaku hidup bersih dan sehat, serta kesehatan
lingkungan....oiya satu lagi, keluarga sadar gizi…(CP 21-25)”.
“....Ya kan dari pertama itu mengadakan SMD ( Survey Mawas Diri )
dimusyawarahkan di MMD bagaimana cara mengatasi masalah yang ada di
Dusun....Setelah itu setiap bulannya di harapkan itu ada pertemuan tentang mengadakan
kegiatan bersih-bersih, bersih-bersih Dusun, pendatan Ibu hamil, terus apa, nanti
mendeteksi itu apa faktor resiko Ibu Hamil, balita Gizi buruk, nanti kalau udah kader
mengetahui nanti di rujuk ke pemberitahuan ke Bidannya koordinatornya...(RW 36-59)”.
Kegiatan Desa Siaga menurut narasumber antara lain meliputi kesehatan
ibu dan anak, penanggulangan kegawatdaruratan bencana, bank darah, Posyandu,
pengamatan penyakit, PHBS, KADARZI, kesehatan lingkungan. Langkah awal
yaitu melakukan SMD (survey mawas diri) untuk mengetahui pelaksanaan
kegiatan sudah sejauh mana dan permasalahan yang ditemukan selama
pelaksanaan. Permasalahan yang ada akan dimusyawarahkan dalam MMD
(musyawarah masyarakat desa) untuk dicari pemecahan masalahnya yang nanti
diharapkan akan ada pertemuan untuk menindaklanjutinya, lalu akan ada
pelaporan dari kader ke bidan koordinator Desa Siaga.
Pelaksanaan program PHBS yang ditemukan peneliti di Desa Margomulyo
melibatkan seluruh komponen masyarakat dan stakeholder yaitu pembina dari
kecamatan, kepala desa, kesra, kader, bidan desa, tokoh masyarakat, dan
masyarakat sendiri. Ini sesuai dengan penuturan beberapa narasumber :
“...yang terlibat,,,tidak hanya dari desa saja tapi juga melibatkan stakeholder.
meliputi pembinanya dari kecamatan sendiri, Pembina teknis kesehatan dari puskesmas,
terus pelaksananya dari kader sendiri, dukungan pembinaan dari kepala desa serta tokoh
masyarakat diwilayah desa siaga tersebut (CP 28-35)”.
“....Yang terlibat dalam PHBS adalah seluruh masyarakat....(N3, 53-57)”.
37
“....Yang terlibat seperti kami Tokoh Masyarakat, terus ada Kader yang ditunjuk
Desa, terus ada Bidan Desa. Yang paling bertanggung-jawab Kepala Desa dan
Kesra...(SN 46-52)”.
Koordinasi dari masing-masing pihak yang terlibat sudah cukup berjalan
dengan adanya penindaklanjutan dari setiap kegiatan yang ada. Ini sesuai dengan
pengamatan peneliti dilapangan yaitu ketika ada permasalahan kesehatan seperti
TBC di Desa Margomulyo, masyarakat akan langsung melaporkannya ke kader
yang bersangkutan atau kader terdekat, kemudian akan diinformasikan ke bidan
desa, bidan akan berusaha memberikan pelayanan kesehatan, namun apabila
dibutuhkan pelayanan lanjutan maka akan dirujuk ke Puskesmas. Permasalahan
ini nantinya akan dibawa ke Posko koordinasi desa, untuk dikoordinasikan ke
stakeholder yang lain untuk menindaklanjuti seperti melakukan pengamatan
penyakit, melakukan pendataan masyarakat dan lingkungan yang beresiko terjadi
KLB (kejadian luar biasa), dan juga mempertimbangkan jika Puskesmas
membutuhkan rujukan lanjutan ke RSUD.
Koordinasi yang terjadi antara masyarakat, kader, bidan, Puskesmas, dan
stakeholder lainnya tentunya tidak terlepas dari sosialisasi yang dilakukan.
Beberapa narasumber mengatakan :
“...kalau untuk semua masyarakat sosialisasi itu oleh depkes melalui media
massa seperti media elektronik, terus yang kedua dari tingkat kabupaten kota melalui
tulisan dikoran, atau eeee……leaflet, atau poster dan disebarkan keseluruh puskesmas.
..Kalau untuk pelaksanaannya sendiri jelas lewat pelatihan pengurus desa siaga
utamanya meliputi kades, kesra, sama kader derta tokoh masyarakat yang mempunyai
pengaruh didesa...(CP 52-61)”.
“....pertama itu kan sosialisasi dalam MMD Itu nanti per Dusun ada Kadernya.
Lewat kader sosialisasinya, jadi nggak mengumpulkan masyarakat langsung (RW 94-
106)”.
“.....haa seluruh komponen masyarakat, lembaga dan seluruh komponen
masyarakat itu diundang ke kantor Desa dan diberi penjelasan terus dikembangkan di
Dusun harus ada lagi...(SN 54-62)”.
Sosialisasi Desa Siaga sudah baik, ini dilihat dari sudah dilakukannya
berbagai upaya sosialisasi diantaranya melalui media elektronik berupa iklan dan
38
himbauan oleh Departemen Kesehatan, informasi melalui media cetak salah
satunya koran oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, diadakannya pertemuan
ditingkat desa yang mengundang seluruh komponen masyarakat yang nantinya
akan kembali ditindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi ditingkat dusun yang
dilakukan oleh kader. Semua kader yang ada melakukan pertemuan dalam MMD
yang akan membahas tentang strategi sosialisasi PHBS dan Desa Siaga,
perencanaan, dan lainnya. Poster dan leaflet juga turut digunakan sebagai sarana
sosialisasi oleh Puskesmas.Ini menggambarkan peran aktif kader dan Puskesmas
dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Puskesmas juga memiliki peran besar baik dalam sosialisasi dan
pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga. Pelatihan pengurus desa siaga dilaksanakan
oleh Puskesmas bekerjasama dengan dinas kesehatan. Pelatihan PHBS, Pemetaan
PHBS, dan kampanye PHBS di sekolah dan masyarakat juga dilaksanakan oleh
puskesmas. Peneliti mengamati peran puskesmas selama penelitian, dan terlihat
bahwa Puskesmas selalu turut serta hampir dalam semua kegiatan desa siaga, ini
tidak terlepas dari fungsi Poskesdes yang hanya sebagai sarana koordinasi yang
akan dibahas selanjutnya.
4.6. Evaluasi Pelaksanaan PHBS Dalam Desa Siaga
Semua hasil pelaksanaan PHBS dan kegiatan Desa Siaga lainnya akan
dilakukan evaluasi. Program PHBS dievaluasi setiap semester, untuk semester
pertama pada bulan Mei-Juni dan semester dua pada bulan November-Desember.
Hasil evaluasi diserahkan kepada bidan koordinator, dan akan dilaporkan kepada
kepala desa sebagai penanggungjawab Desa Siaga, setelah itu akan dilanjutkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman sebagai laporan kegiatan Poskesdes Desa
Margomulyo.
Peneliti menemukan pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah baik,
seperti yang diungkapkan beberapa narasumber :
“.....pelaksanaannya sejauh ini pihak puskesmas memetakan tentang PHBS ....
Dari hasil pemetaan tersebut bisa dijadikan masukan dari masalah-masalah tertinggi
yang ada, misalnya rokok, terus buang air besar dan kecil tidak dijamban...Terus setelah
39
itu dari pihak puskesmas melakukan kampanye PHBS melalui posyandu,.....(CP 205-
224)”.
“...Kinerjanya ya,,,, kalau semua Kadernya sudah berjalan dengan baik, terus
laporan-laporannya sudah masuk semua, ada laporan ibu hamil, laporan gizi buruk,
laporan PHBS, itu kan PHBS tiap rumah harusnya ada to. Terus sama ini juga ada di
tempel di rumah....(RW 185-190)”.
“....sudah ada yang dijalankan untuk mengurangi merokok, apa cuci tangan
pakai sabun..... (SN 183-187)”.
Pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah baik, dengan sudah
berjalannya sebagian besar indikator yang ada diantaranya persalinan ditolong
tenaga kesehatan, pemberian ASI eklusif, penimbangan balita setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
memberantas jentik nyamuk dirumah, makan sayur dan buah setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, gizi seimbang, memeriksakan kehamilan
sesuai standar, memiliki jaminan kesehatan, imunisasi lengkap pada bayi, PUS
ikut KB, lantai rumah bukan dari tanah, pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan,
memiliki TOGA dan kebiasaan gosok gigi, kinerja kader yang sudah baik dalam
hal pendataan, yang nantinya hasil pendataan kader akan dijadikan pemetaan
PHBS oleh puskesmas sehingga dapat dijadikan masukan untuk permasalahan
PHBS yang ada yang kemudian akan dilakukan kampanye PHBS melalui
posyandu dan sekolah dasar.
Berdasarkan penelusuran dokumen yang ada, peneliti menemukan bahwa
pencapaian pelaksanaan PHBS di Desa Margomulyo sudah >75%, dan dari
pengamatan kinerja kader dalam hal pemetaan sudah cukup baik, dan juga sudah
dilakukannya kampanye PHBS di posyandu dan sekolah dasar di Desa
Margomulyo. Temuan peneliti dilapangan sesuai dengan yang diungkapkan oleh
narasumber.
Keberhasilan pencapaian program PHBS yang sudah baik masih belum
diikuti oleh keberhasilan dari semua kegiatan desa siaga yang ada seperti
pengamatan penyakit, kesehatan lingkungan, Poskesdes, dan lainnya. Posyandu
sebagai salah satu UKBM di Desa Margomulyo yang sudah berjalan dengan baik,
dengan seringnya kegiatan Posyandu yang dilakukan oleh semua dusun dan rutin
40
setiap bulan dengan jadwal berbeda yang terdiri dari Posyandu lansia dan balita
dan program KADARZI juga sudah baik, dimana untuk pembahasan penerapan
KADARZI sudah dilakukan dalam penelitian yang lain.
Desa Margomulyo ditetapkan menjadi desa siaga sejak 17 Desember 2007
berdasarkan surat keputusan Kepala Desa Margomulyo Kecamatan Seyegan
Nomor. 11/2007/Tentang pembentukan Poskesdes di Desa Margomulyo.
Poskesdes sebagai pilar utama dalam pelaksanaan desa siaga di Desa Margomulyo
belum berfungsi dengan maksimal. Peneliti mengamati selama penelitian,
Poskesdes yang terletak di Puskesmas pembantu Sompokan ini belum
dimanfaatkan sepenuhnya oleh pengurus desa siaga. Konsep awal Poskesdes
adalah Posko kesehatan desa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Namun kenyataannya, Poskesdes di Desa Margomulyo hanya
digunakan sebagai sarana koordinasi antar pengurus Desa Siaga sehingga diubah
namanya menjadi Posko kesdes (pos koordinasi kesehatan desa).
“....tapi nggak melayani cuma koordinasi aja,,, Kan dulu Poskesdes sekarang
jadi Pos Koordinasi Kesehatan Desa....(RW 61-77)”.
Peneliti menemukan bahwa untuk pelaksanaan Desa Siaga di Desa
Margomulyo pelayanan kesahatan bukan prioritas utama, ini dikarenakan akses ke
Puskesmas yang dekat dan bisa dijangkau dengan mudah oleh masyarakat, sudah
mencukupinya jumlah tenaga kesehatan di Desa Margomulyo, setiap dusun sudah
ada Puskesmas pembantu yang ikut membantu memberikan akses pelayanan
kesehatan dengan bidan sebagai tenaga kesehatannya, sehingga Poskedes
berfungsi hanya sebagai sarana koordinasi saja.
Program PHBS dalam desa siaga tentunya tidak lepas dari hambatan yang
ada. Hambatan yang ditemukan berupa hambatan teknis mulai dari pendanaan,
saran promosi, dan lain-lain serta hambatan non teknis berupa kerjasama tim yang
kurang, hubungan antar personil kurang, dan komitmen kesra kurang (CP, 230-
250). Kurangnya kesadaran masyarakat juga menjadi hambatan dalam
pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga. Adapun beberapa permasalahan PHBS
yang ditemukan peneliti adalah penggunaan jamban sehat, tidak merokok didalam
rumah, dan pengelolaan sampah.
41
Penggunaan jamban sehat belum sepenuhnya diterapkan oleh seluruh
masyarakat. Seperti diungkapkan narasumber dalam wawancara dibawah ini :
Tabel 5. Permasalahan penggunaan jamban sehat
Penggunaan Jamban Sehat Adanya kepercayaan bahwa BAB harus
kesungai dan memiliki sungai yang besar
(WN)
Sudah diberikan bantuan tetapi tidak bisa menggunakan (ZN)
Kepercayaan bahwa BAB harus kesungai
dan sudah diberikan bantuan tapi belum dilaksanakan (BS)
Belum cukupnya bantuan yang diberikan
dan jarak kesungai yang dekat (SG)
Masyarakat masih banyak yang belum menggunakan jamban sehat,
beberapa narasumber mengatakan tentang masih adanya kepercayaan bahwa BAB
harus di sungai dan ada juga beberapa masyarakat yang belum bisa menggunakan
jamban. Pemerintah sudah memberikan bantuan jamban gratis untuk masyarakat,
namun berdasarkan pengamatan peneliti masih banyak warga yang sudah
menerima bantuan jamban tetapi belum menggunakan karena masih menganggap
kurang bantuan yang ada dan juga jarak ke sungai yang tidak terlalu jauh
membuat masyarakat lebih memilih ke sungai daripada menggunakan jamban.
Ini berarti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat
penggunaan jamban, cara penggunaan jamban, cara perawatan, dan lainnya.
Sehingga perlu adanya pemberian informasi kemasyarakat salah satunya melalui
penyuluhan penggunaan jamban sehat.
Permasalahan PHBS selanjutnya yang ditemukan peneliti adalah tidak
merokok didalam rumah. Ini merupakan indikator yang paling sulit diterapkan
didalam masyarakat. Kebanyakan pelaku yang merokok adalah pria, beberapa ibu
rumah tangga mengeluhkan sulitnya untuk menerapkan tidak merokok didalam
rumah karena selalu saja ada alasan yang diberikan oleh suaminya, seperti
pernyataan narasumber berikut :
“.....suami saya sendiri merokok, kalau enggak merokok tidak bisa mikir jernih
gitu…..pernah disuruh berhenti, 2 bulan balik lagi mas….(WN 166-169)”.
42
Dan para ibu rumah tangga juga sungkan untuk menyuruh tamu pria yang datang
kerumah untuk tidak merokok atau merokok diluar rumah,
“....tapi ya kalau ada tamu itu tadi, masa ga disuruh merokok atau disuruh
merokok diluar, kan ga enak mas.... (SR 177-179)”.
Untuk permasalahan PHBS tidak merokok didalam rumah sampai
sekarang masih dicari solusinya, karena membutuhkan peran dan partisipasi
seluruh anggota keluarga dalam pelaksanaannya.
Pengelolaan sampah juga menjadi permasalahan PHBS didesa
Margomulyo. seperti yang dikutip dari pernyataan narasumber berikut :
”..Terus pengelolaan sampah.... banyak kendalanya (NS 139-140)”.
“...paling...pengolahan sampah...(SN 269-270)”.
Ini senada dengan informasi yang didapatkan dari FGD berikut ini :
Tabel 6. Permasalahan Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah Kebiasaan membuang sampah dikebun (WN)
Masih kurangnnya kesadaran masyarakat (ZN)
Dibuatkan lubang pembuangan tapi masih kurang dimanfaatkannya sampah yang ada (BS)
Banyaknya sampah yang ada (SG)
Beberapa masalah yang menyebabkan masih kurangnya pengelolaan
sampah yaitu kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah di kebun,
masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah yang ada, sudah
dibuatkan lubang pembuangan tetapi masih belum dimanfaatkannya sampah yang
ada, dan banyaknya produksi sampah setiap harinya.
Pengelolaan sampah di Desa Margomulyo belum berjalan maksimal
karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dan pengetahuan masyarakat
bahwa sampah yang ada tidak hanya dibuang, tapi dapat dimanfaatkan untuk
didaur ulang atau dijadikan pupuk. Untuk itu perlu adanya pendekatan lebih
kemasyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka dan memberikan informasi
tentang cara dan manfaat pengelolaan sampah salah satunya melalui penyuluhan.
Pelaksanaan PHBS sejauh ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi
masyarakat, ini terlihat dengan adanya peningkatan PHBS masyarakat dari
semenjak sebelum adanya desa siaga sampai sekarang dibuktikan dengan
43
perbaikan yang bertahap dari permasalahan PHBS yang ada, pencapaian PHBS
yang terus meningkat setiap tahunnya, dan masyarakat mau berperan aktif dalam
pelaksanaan PHBS di lingkungannya.
4.5. Saran dan Tanggapan
Dalam pelaksanaannya, program PHBS membutuhkan masukan dan saran
agat dapat berjalan lebih baik untuk kedepannya. Beberapa saran yang diberikan
narasumber antara lain perlunya dukungan dari ketua Desa Siaga, perlu
diadakannya pelatihan khusus untuk calon kader, adanya pendekatan lebih ke
kader terutama untuk memberikan motivasi dan perlunya penyuluhan kembali,
dukungan bidan desa siaga perlu ditingkatkannya koordinasi antar pengurus Desa
Siaga dan antar instansi yang terkait
Beberapa narasumber menyampaikan tanggapan mereka tentang
pelaksanaan desa siaga, dimana mereka menyambut baik adanya Desa Siaga.
Berikut kutipan wawancaranya :
“.....Desa siaga sangat baik sekali untuk mengatasi masalah kesehatan dan
penanggulangan bencana jika berjalan dengan efektif...(N2, 294-300)”.
“.....Dengan adanya desa siaga masyarakat merasakan peningkatan terutama
kualitas kesehatan salah satunya pertumbuhan penduduk, masyarakat sudah sadar untuk
berobat ke tenaga kesehatan.....(N4, 303-316)”.
“......Setiap orang dalam struktur desa siaga harus mengetahui tugasnya masing-
masing (N1, 254-266)”.
Semua narasumber menyambut baik dengan adanya Desa Siaga, karena
masyarakat dapat mengatasi masalah kesehatannya sendiri, menanggulangi
bencana, dan juga meningkatkan kualitas kesehatan.
44
BAB V. SIMPULAN dan SARAN
5.1. Simpulan
1. Pengetahuan tentang PHBS dalam Desa Siaga sudah baik, dilihat dari
masyarakat yang sudah mengetahui mulai dari konsep PHBS, konsep Desa
Siaga, tujuan dan indikatornya.
2. Dukungan pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga sudah baik, dilihat dari
pembiayaan yang sudah mencukupi dan terorganisir, serta dukungan dari
semua stakeholder, instansi terkait, dan masyarakat.
3. Pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga mulai dari kegiatan, pihak yang
terlibat, koordinasi, sosialisasi, dan peran Puskesmas sudah berjalan
dengan baik.
4. Evaluasi pelaksanaan PHBS dalam Desa Siaga didapatkan pelaksanaan
PHBS sudah baik dilihat dari sudah berjalannya beberapa indikator yang
ada, keberhasilan pencapaian >75%, kinerja kader dan peran Puskesmas
yang baik. Keberhasilan pelaksanaan PHBS tidak diikuti dengan
keberhasilan pelaksanaan Desa Siaga, dinilai dari belum berfungsinya
Poskesdes yang ada serta belum tercapainya semua indikator yang ada dan
ditemukan beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
5. Masyarakat menyambut baik dengan adanya Desa Siaga karena dapat
menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri, menanggulangi bencana,
dan meningkatkan kualitas kesehatannya.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi masyarakat
Pelaksanaan desa siaga tujuannya adalah untuk masyarakat yang lebih baik
baik dalam segi kesehatan maupun lingkungan. Jadi kesadaran dan peran
serta dari masyarakat sangat dibutuhkan terutama untuk aktif dan
berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan yang ada.
45
5.2.2. Bagi pengurus Desa Margomulyo
1. Perlunya pelatihan dan pendekatan lebih ke kader untuk
meningkatkan kemampuan kader dan memberikan motivasi kembali.
2. Perlu adanya pembinaan antar personil agar dapat terjalin koordinasi
yang lebih baik lagi.
3. Poskesdes diharapkan dapat berjalan sehingga dapat mendukung
terlaksananya kegiatan desa siaga.
5.2.3. Bagi pemerintah
Pemerintah diharapkan dapat mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan
Desa Siaga terutama di Desa Margomulyo, agar dalam pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik.
5.2.4. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan tema ataupun
metode yang sama disarankan agar mengadakan pendekatan yang lebih
mendalam dan mengenali kepribadian narasumber, sehingga dapat lebih
mudah berinteraksi serta menggali informasi yang lebih lengkap.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anis. 2009. Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pengembangan Desa Siaga di
Desa Ngemplak Kecamatan Kartasura. FK UII. Yogyakarta
Azhar, Taufik. 2008. Pelaksanaan Desa Siaga Percontohan di Puskesmas Cibatu
Kabupaten Purwakarta. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Pustaka pelajar
offset. Yogyakarta
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Darmawan. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/metodologi-
penelitian/metodologi-penelitian-kualitatif. Download tanggal 26
Desember 2009, pukul 22.35 WIB.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 747/Menkes/SK/VI/2007.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Paket Pelatuhan Kader Kesehatan dan
Tokoh Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Siaga.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku I Petunjuk Teknis Desa Siaga
Propinsi DIY.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY. 2008. Buku II Pedoman Umum Desa Siaga
Propinsi DIY.
Djonny. 2005. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi kasus di
Kabupaten Bantul. FK UGM, Yogyakarta
47
Hermansyah. Agus. 2008. Persepsi Stakeholder terhadap Pelaksanaan Desa
Siaga di Kabupaten Sambas tahun 2007. Tesis. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Machfoedz, Ircham dkk. 2005. Pendidikan Promosi Bagian Dari Promosi
Kesehatan. Fitramaya: Jakarta
Matsum. 2008. Determinan Perilaku. matsum.blogspot.com/2008/05/determinan-
perilaku.html-. Download tanggal 29 Desember 2009, pukul 23.11 WIB.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. PT.
Rosadakarya: Bandung.
Muhadjir, H.N. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin: Jakarta.
Notoadmojdo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka
Cipta: Jakarta.
Nurjasmi, E. 2007. Peran Bidan dalam Pelaksanaan Desa Siaga. Majalah
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan BPPSDM, Kes, Vol.3,
No.2 April, hal 9-11.
Poewandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia: Jakarta.
Polisiri. 2008. Implementasi Desa Siaga diKota Tidore Kepulauan Provinsi
Maluku Utara. FK UGM. Yogyakarta
Riasmini, M. 2007. Peran Tenaga Kesehatan dalam Pemberdayaan Masyarakat
untuk Mewujudkan Desa Siaga . Majalah Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan BPPPSDM, Kes, Vol 3, No.1 Januari, hal
26-28.
Ridwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Samsunuwiyati. 2006. Perilaku Manusia. PT Refika Aditama:Bandung.
48
Soeparmanto, S.A. 2006. Desa Siaga Benteng Utama Menganggulangi Masalah
Kesehatan di Indonesia. Mediakom Departemen Kesehatan- edisi 03. Des.
hal 10-13.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung.
Utarini, A. 2007. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan. Modul Mata
Kuliah Minat Utama Perilaku dan Promosi Kesehatan. Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Pascasarjana. Universitas Gadja Mada.
Yogyakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2002. Dasar-Dasar Metodologi penelitian Klinis.
Binarupa Aksara: Jakarta.
LAMPIRAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI NARASUMBER PENELITI
Untuk penelitian dengan judul “ Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Terhadap Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo”
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………………………………………
Umur : …………………………………………………………
Pendidikan : .………………………………………………………...
Pekerjaan : …………………………………………………………
Alamat : …………………………………………………………
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat penelitian,
identitas narasumber akan dirahasiakan, dan informasi yang diberikan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian, dengan ini saya menyatakan bersedia
berpartisipasi menjadi narasumber penelitian yang dilakukan oleh saudara Arie
Patramanda dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa paksaan dari
siapapun.
Yogyakarta, ………………2010
Peneliti Narasumber
Arie Patramanda ………………………
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PEDOMAN UMUM WAWANCARA MENDALAM
A. Pengantar
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri sebagai pewawancara
3. Mengucapkan terima kasih atas kesediaan wawancara
B. Penjelasan
1. Menjelaskan maksud wawancara mendalam
2. Identitas narasumber akan dirahasiakan/pemberian inisial
3. Informasi yang didapatkan akan dirahasiakan dan digunakan hanya
untuk kepentingan penelitian
4. Narasumber bebas menyatakan pendapat karena peneliti ingin
mendapatkan semua maksud dari informan
5. Dalam proses wawancara tidak ada pendapat yang salah atau benar
C. Prosedur
1. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri
2. Pewawancara memperkenalkan diri dan menjelaskan maksudnya
3. Pewawancara membangun rapport/hubungan yang baik dengan
narasumber
4. Pewawancara mengajukan beberapa pertanyaan untuk ditanggapi oleh
narasumber
5. Narasumber dipersilahkan member tanggapan seluas-luasnya tanpa
rasa takut mengungkapkan pendapatnya, apakah itu salah atau benar
6. Pernyataan dari pewawancara dan narasumber dicatat dan kalau
diijinkan direkam menggunakan recorder
7. Setelah selesai, pewawancara mengucapkan terima kasih
8. Wawancara dapat dilakukan tidak hanya sekali jika diperlukan
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PANDUAN WAWANCARA
Narasumber
- Bidan
- Kader PHBS
- Tokoh masyarakat
- Masyarakat
1. Bagaimana pengetahuan tentang konsep desa siaga
2. Tanggapan terhadap kebijakan desa siaga
3. Apa saja kegiatan desa siaga dan siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaannya
4. Bagaimana sosialisasi desa siaga di Desa Margomulyo dan target
pencapaiannya
5. Sistem pendanaan dalam pelaksanaan desa siaga
6. Dukungan yang diberikan selama ini dalam pelaksanaan desa siaga
7. Tanggapan tentang desa siaga dalam menyelesaikan masalah kesehatan
8. Adakah faktor pendukung dan hambatan dalam pelaksanaan desa siaga?
9. Bagaimana pengetahuan tentang PHBS dan sarana PHBS yang tersedia
10. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan PHBS
11. Sistem pembiayaan untuk pelaksanaan program PHBS
12. Target pencapaian PHBS diDesa Margomulyo
13. Bagaimana pelaksanaan PHBS sejauh ini
14. tanggapan terhadap pelaksanaan desa siaga ditinjau dari segi PHBS
15. Apakah dengan adanya desa siaga ada peningkatan PHBS
16. Adakah faktor pendukung dan hambatan dalam pelaksanaan PHBS diDesa
Margomulyo
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PANDUAN UMUM FGD (Focus Group Discussion)
1. Tahap Awal
a. Pembukaan
i. Mengucapkan salam kepada peserta yang hadir
ii. Mengucapkan terima kasih atas kesediaan hadir dalam
pertemuan diskusi
b. Penjelasan
i. Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan diskusi
kelompok terarah
ii. Peserta bebas untuk menyampaikan pendapat, pengalaman
dan saran
iii. Pendapat, pengalaman, dan saran dari peserta sangat
bernilai
iv. Pernyataan yang diutarakan tidak ada yang benar dan salah
v. Semua pendapat dijamin kerahasiaannya dan hanya untuk
kepentingan penelitian
vi. Sampaikan pada peserta bahwa FGD akan sirekam guna
membantu pencatatan
c. Prosedur
i. Diskusi dipimpin oleh seorang fasilitator, dan dibantu oleh
seorang asisten dan pengamat. Pencatatan kegiatan
dilakukan oleh asisten yang meliputi hal yang penting serta
bahasa verbal dan nonverbal peserta diskusi
ii. Fasilitator memperkenalkan diri dan anggota tim dalam
FGD dan sebaliknya
iii. Fasilitator akan mengajukan beberapa pertanyaan untuk
ditanggapi peserta
iv. Peserta dipersilahkan menyampaikan pendapat dan
pengalamannya secara bergantian, tidak saling memotong
pembicaraan
v. Semua pendapat dan pengalamannya akan direkam dengan
recorder dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Diskusi
Fasilitator melontarkan pertanyaan/masalah kepada peserta berkaitan
dengan hal-hal berikut ;
Peserta FGD
- Kader
- Masyarakat
Pengamat
- Tokoh masyarakat
- Pakar penelitian kualitatif, dalam hal ini dosen pembimbing
Topik Pembahasan Tujuan
Apakah Bapak/ibu tahu tentang desa siaga
? siapa saja yang terlibat ? apa saja
kegiatannya ? adakah faktor pendukung
dan hambatan dalam pelaksanaannya ?
Untuk mengetahui pemahaman tentang
desa siaga
Bagaimana bentuk dukungan Bapak/ibu
terhadap kegiatan desa siaga ditempat
tinggal masing-masing
Mengetahui dukungan pengembangan desa
siaga
Menurut bapak/ibu pelayanan apa yang
dibutuhkan untuk pengembangan desa
siaga selanjutnya ? dan harapan anda?
Mengetahui pelayanan yang dibutuhkan
dalam pengembangan desa siaga dan
harapan maayarakat
Menurut bapak/ibu siapa yang bertanggung Mengetahui dukungan informal leader
jawab terhadap pelaksanaan desa siaga?
Apakah bapak/ibu tahu tentang PHBS ?
siapa saja yang terlibat ? apa saja
kegiatannya ? adakah faktor pendukung
dan hambatan dalam pelaksanaannya?
Mengetahui pemahaman tentang PHBS
Bagaimana dukungan Bapak/ibu terhadap
pelaksanaan program PHBS
Mengetahui dukungan dalam pelaksanaan
program PHBS
Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap
pelaksanaan program PHBS selama ini?
Mengetahui sejauh mana pelaksanaan
program PHBS
Bagaiman tanggapan bapak/ibu tentang
pelaksanaan desa siaga ditinjau dari PHBS
nya?
Mengetahui tingkat keberhasilan desa siaga
ditinjau dari pelaksanaan PHBS
3. Tahap Penutup
a. Sebelum diskusi diakhiri, peserta dipersilahkan untuk
menyampaikan tambahan atas pendapat dan tanggapan yang telah
disampaikan
b. Fasilitator menutup acara diskusi dengan mengucapkan terima
kasih atas partisipasi peserta dalam diskusi
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PANDUAN OBSERVASI
Ada Tidak
Kegiatan Desa Siaga
1. Forum Masyarakat Desa
2. Poskesdes
3. UKBM
Posyandu
Polindes
WOD/POD
SBH
Poskestren
4. Suveilans
5. Kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan
dan bencana
Kegiatan Masyarakat
Kegiatan Tenaga Kesehatan
6. Lingkungan Sehat
7. Pengembangan Kadarzi
8. PHBS
Sumber Pendanaan
1. Dana Sehat
Iuran
Sumbangan
Jimpitan
Arisan
Tabulin
Arisan Jamban Keluarga
Jambulin
Dasolin
Artamas
Dana Dasawisma (Penyisihan hasil usaha)
2. Dana Pasif
Dana sosial keagamaan
Dukungan Masyarakat terhadap pelaksanaan desa siaga
Pelaksanaan PHBS
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Bayi diberi ASI eklusif
Penimbangan bayi dan balita
Mencuci tangan dengan air dan sabun
Menggunakan air bersih
Menggunakan jamban sehat
Rumah bebas jentik
Makan buah dan sayur setiap hari
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok didalam rumah
Peran Pukesmas dalam pelaksanaan desa siaga
Kebijakan desa siaga dan otonomi daerahnya
LAPORAN HASIL OBSERVASI
17-23 Januari 2010
1. Kebijakan Desa Siaga
Untuk kebijakan desa siaga di desa Margomulyo sudah mulai
dibentuk menjadi desa siaga untuk pertama kalinya diantara 5 desa
yang disusul dengan desa margoagung. Diresmikan sejak tanggal
17 Desember sebagai hasil dari musyawarah masyarakat desa
(MMD) dibalai desa margomulyo yang disahkan dengan surat
keputusan kepala desa Margomulyo kecamatan Seyegan No 11/
2007.
2. Sosialisasi Desa Siaga
Untuk sosialisasi desa siaga diidesa margomulyo sendiri sudah
dilakukan dengan memanfaatkan komponen desa yang ada. Mulai
dari pertemuan para perangkat tiap desa ditingkat kecamatan, nanti
tiap desa akan koordinasi dengan kader untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat.
3. Pendanaan
Pendanaan Desa Siaga didesa Margomulyo sebagian besar
didapatkan dari pemerintah pusat yang disalurkan melalui provinsi,
Pemerintah kabupaten sleman juga turut andil membantu
pendanaan, dan juga beberapa dana didapatkan dari anggaran
pendapatan dan belanja desa (APBDes).
4. Komponen Desa Siaga
a. Forum Kesehatan desa
Didesa margomulyo sendiri untuk forum kesehatan desa dibentuk
secara sukarela atas dasar kepedulian sesama diantaranya oleh
tokoh masyarakat, kepala dukuh, bidan, kader, dan unsure desa
yang terkait. Tidak ada jadwal rutinitas untuk forum kesehatan ini
karena biasanya permasalahan yang ada akan langsung dibahas di
dalam musyawarah masyarakat desa (MMD)
b. Poskesdes ( Pos Kesehatan Desa)
Untuk poskesdes didesa margomulyo digantikan oleh Poskokesdes
(Pos Koordinasi Kesehatan Desa) dengan asumsi Poskokesdes
sebagai tempat koordinasi dan tidak memberikan pelayanan
kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan sendiri masyarakt dapat
memanfaatkan Pustu (Puskesmas Pembantu) yang ada satu disetiap
desa atau langsung mendapatkan pelayanan kesehatan
dipuskesmas. Poskokesdes sendiri awalnya berpusat dibalai desa,
tapi semenjak bulan februari 2010 dipindah di Pustu dusun
Sompokan dikarenakan gedung Poskokesdes yang lama sudah
dialihgunakan. Poskokesdes sendiri sudah dibentuk
kepengurusannya mulai dari Pembinanya Camat Seyegan dan
Kepala UPTD Puskesmas, Penanggung jawab oleh Kepala Desa,
Koordinator oleh bidan desa, Sekertaris, Bendahara, dan Seksi tiap
bidang yang melibatkan 15 orang kader dan 31 masyrakat
setempat. Poskesdes didesa Margomulyo ada jadwal jaga rutin 3
orang kader setiap hari secara bergiliran yang ditetapkan melalui
MMD.
c. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)
Untuk UKBM didesa margomulyo yang sudah dibentuk antara lain
Posyandu, Ambulan desa, Donor darah, Tim kegawatdaruratan
bencana, Pengamatan penyakit, Kesehatan ibu dan anak, Kesehatan
lingkungan, Keluarga sadar gizi (KADARZI), perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). Didesa Margomulyo Posyandu berjalan
dengan sangat baik dengan kegiatan rutin setiap 2 bulan sekali
yang terdiri dari Posyandu balita dan Posyandu Lansia.
d. Suveilans
Untuk Surveillans didesa Margomulyo lebih dititikberatkan
ditingkat dusun, sedangkan ditingkat desa hanya sebagai
koordinator. Surveillans yang sedang gencar dilakukan akhir-akhir
ini adalah tentang ibu hamil, balita, DBD, dan TBC
5. Peran Puskesmas
Peran Pusekesmas sendiri didalam desa siaga ini adalah sebagai
mitra pelayanan kesehatan, kerena seperti yang disebutkan diatas
tadi Poskokesdes didesa margomulyo tidak memberikan pelayanan
kesehatan. Puskesmas berkoordinasi dalam hal pendataan, promosi
kesehatan, pemberian pelayanan kesehatan, dan turut memberikan
dukungan seperti tempat pemberian pelatihan, seminar, dll.
Program Puskesmas sendiri sejalan dengan program Desa Siaga
seperti Kesehatan lingkungan, PHBS, Kesehatan ibu dan anak,
gizi, dll.
6. Dukungan Masyarakat
Berdasarkan hasil observasi dari beberapa masyarakat
margomulyo, semuanya mendukung kebijakan desa siaga karena
mereka mengharapkan ada perbaikan bahkan penigkatan dari
sebelumnya. Mulai dari mayarakat setempat, para tokoh
masyarakat, kader, bidan, kepala desa semuanya mendukung
pelaksanaan desa siaga ini. Ini dapat dilihat dari masyarakat yang
antusias untuk datang ketika ada kegiatan seperti Posyandu,
Penyuluhan, Pertemuan didesa, bahkan ketika ada penelitian yang
meminta informasi disana mereka sangat menyambut baik.
7. Pelaksanaan Program PHBS
Program PHBS dimargomulyo sudah dijalankan sejak awal.
Program yang diberikan dari pusat dengan 10 indikator nya
mendapatkan beberapa penyesuaian kembali oleh pemerintah
kabupaten Sleman dengan penambahan 10 indikator lagi menjadi
20 indikator antara lain ;
i. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
ii. Pemberian ASI eklusif
iii. Penimbangan balita setiap bulan
iv. Penggunaan air bersih
v. Mencuci tangan dengan air beesih dan sabun
vi. Menggunakan jamban sehat
vii. Bebas jentik nyamuk
viii. Makan sayur dan buah detiap hari
ix. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
x. Tidak merokok didalam rumah
xi. Gizi seimbang
xii. Memeriksakan kehamilan sesuai standar
xiii. Memiliki jaminan kesehatan
xiv. Imunisasi lengkap pada bayi
xv. PUS ikut KB
xvi. Lantai rumah bukan dari tanah
xvii. Pemanfaatan saran pelayanan kesehatan
xviii. Pengelolaan sampah
xix. Pemilkan TOGA
xx. Kebiasaan gosok gigi
Pelaksanaan program PHBS didesa Margomulyo sudah
cukup baik walaupun masih belum semua indikator terpenuhi,
diantaranya masih banyak ditemukan kebiasaan merokok, belum
terkelolanya sampah dengan baik, kebiasaan mandi disungai, dll.
Sudah dibahas dalam MMD dengan beberapa alternative
pemecahan masalah dan sedang diusahakan untuk penerapannya.
SUSUNAN PENGURUS POSKESDES DESA SIAGA
DESA MARGOMULYO
Pembina : Camat Seyegan
Kepala UPTD Puskesmas Seyegan
Penanggungjawab : Kepala Desa Margomulyo
Koordinator : Bidan Rismawati
Sekretaris : Prasetyo Sujanarko
Bpk. Marsudi
Bendahara : Ny. Sutardjo
Ny. Dwi Erni Rahayuningsih
Seksi-seksi :
1. Kegawatdaruratan Bencana
2. Pengamatan Penyakit
3. Kesehatan Ibu dan Anak
4. Bank Darah
5. Ambulan Desa
6. Kesehatan Lingkungan
7. Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
8. PHBS
9. Posyandu
20 INDIKATOR PHBS SLEMAN
1. Persalinan ditolong tenaga kesehatan
2. Memberikan ASI eklusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik nyamuk dirumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok didalam rumah
11. Gizi seimbang
12. Memeriksakan kehamilan sesuai standar
13. Memiliki jaminan kesehatan
14. Imunisasi lengkap pada bayi
15. PUS ikut KB
16. Lantai rumah bukan dari tanah
17. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
18. Pengelolaan sampah
19. Memiliki TOGA
20. Kebiasaan gosok gigi
KODING
KATEGORI SUB
KATEGORI
TEMA / KOMENTAR
WAWANCARA FGD
PHBS dalam
desa siaga
Konsep PHBS
Konsep desa siaga
PHBS itu adalah
masyarakat tahu, mau, dan
mampu menjaga diri sendiri dari ancaman
penyakit dengan perilaku
sehat (N1, 142-148)
PHBS adalah perilaku
hidup bersih dan sehat, dimana keluarga bisa
berprilaku dengan
memenuhi standar
kesehatan (N2,150-158)
PHBS adalah perilaku
hidup bersih dan sehat terutama dalam keluarga
dan kesehatan lingkungan
(N3, 45-50)
Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya tahu,
mau, dan mampu untuk mengenali masalah
kesehatannya sendiri dan
mampu memecahkan masalahnya sesuai dengan
sumber daya yang ada
terutama masalah
penanggulangan kegawatdaruratan,bencana,
penyakit menular, dan
KIA ( N1, 8-16) Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya
mampu mendeteksi lebih dini dan menangani sendiri
masalah kesehatan dan
bencana alam (N2, 19-30)
Desa siaga adalah desa yang masyarakatnya siap
untuk mengatasi masalah /
kejadian yang darurat (N3, 8-16)
PHBS berarti
menerapkan kehidupan
yang bersih dan sehat sesuai dengan standar
kesehatan didalam
rumah tangga dan lingkungan
Arti dan konsep Desa
Siaga yang diketahui adalah pelaporan
masalah kesehatan ke
poskesdes yang dilanjutkan ke
puskesmas oleh kader
Dukungan Pelaksanaan
PHBS dalam
desa siaga
Tujuan desa siaga
Indikator PHBS
Pendanaan
Dukungan
Masyarakat
Target umum yang ingin dicapai adalah masyarakat
tahu, mau, dan mampu
mengatasi masalah kesehatannya sendiri
(N1, 68-82)
Tujuan khusus yang ingin
dicapai adalah tercapainya tujuan tiap program yang
ada
( N1, 84-85) Target yang ingin dicapai
didesa margomulyo adalah
pendataan yang baik untuk ibu hamil, berjalan
rutinnya penimbangan
untuk balita ke posyandu
(N2, 232-252) Target yang ingin dicapai
adalah terpantaunya
kesehatan seluruh masyarakat
(N4, 64-77)
Indikator PHBS untuk
kabupaten sleman ada 20 indikator meliputi 10
indikator dari pusat dan 10
indikator tambahan lainnya (N1, 152-173)
Indikator PHBS meliputi
tidak merokok, balita tidak
dibawah garis merah, BAB tidak di kali, lantai
berdinding, dll
(N2, 163-171)
Pendanaan desa siaga
mulai dari pusat, kabupaten sleman,
DINKES DIY, dan dari
desa sendiri (N1, 91-99)
Dana didapatkan dari puskesmas (N3, 60-62)
Dukungan diberikan oleh pemerintah, lembaga desa
maupun lembaga
masyarakat (N4, 210-216)
Ada 20 indikator PHBS
yang diketahui
Pelaksanaan PHBS dalam
desa siaga
Kegiatan desa siaga
Yang terlibat kegiatan PHBS
dalam desa siaga
Dukungan puskesmas yaitu memberikan
pelatihan dan pembinaan
PHBS, pemetaan dan kampanye PHBS
(N1,283-297)
Dukungan bidan desa
adalah menjadi koordinator untuk desa
siaga dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan desa siaga
( N2, 267-281)
Dukungan kader PHBS adalah mengadakan
posyandu, melakukan
pendataan, mengajak
masyarakat langsung (N3, 155-179)
Program desa siaga meliputi KIA,
penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana, posyandu, bank
darah, ambulan desa,
pengamatan penyakit,
PHBS, kesehatan lingkungan dan
KADARZI (N1, 20-25)
Kegiatan desa siaga antara lain SMD/survey mawas
diri, MMD/musyawarah
masyarakat desa,
Pertemuan rutin, pendataan, dll (N2,36-59)
Kegiatan desa siaga
meliputi penanganan ibu hamil, pencegahan
penyakit endemis, dan
penyekit yang ditimbulkan oleh penyebab yang lain
lebih dini (N4, 17-37)
Yang terlibat dalam PHBS
adalah seluruh masyarakat
(N3, 53-57) Yang terlibat dalam desa
siaga adalah para
stakeholder meliputi
Koordinasi
Sosialisasi
Pembina dari kecamatan, puskesmas, kader, kepala
desa, dan tokoh
masyarakat (N1, 28-35) Yang terlibat dalam desa
siaga meliputi Tokoh
masyarakat, kader, bidan
desa, kepala desa dan kesra (N4, 46-52)
Koordinasi antar stakeholder sudah baik ini
terlihat dengan adanya
penindaklajutan setiap kegiatan yang ada (N1, 38-
48)
Koordinasi desa siaga dari
masyarakat, kader, bidan koordinator, Poskesdes
hanya sebagai koordinasi
bukan pelayanan sehingga dirubah menjadi
Poskokesdes, dan jika
dibutuhkan bidan akan merujuk kepuskesmas
(N2,52-83)
Sosialisasi desa siaga oleh depkes melalu media
elektronik, tulisan dikoran
oleh kabupaten kota, leaflet atau poster oleh
puskesmas, dan melalui
pelatihan
(N1, 52-61) Sosialisasi desa siaga
sudah baik melalui
pertemuan seluruh komponen masyarakat
ditahap desa kemudian
ditahap dusun (N4, 54-62) Sosialisasi desa siaga
sudah berjalan baik,
berupa pertemuan salah
satunya melalui MMD dan untuk tingkat dusun
sosialisasi dilakukan oleh
kader (N2, 94-116)
Sosialisasi desa siaga
Evaluasi
pelaksanaan
PHBS dalam desa siaga
Peran Puskesmas
Pertanggungjawaban
pelaksanaan
program PHBS
Keberhasilan
program PHBS
dalam desa siaga
sudah baik salah satunya melalui pelatihan-
pelatihan yang diadakan
oleh puskesmas (N2, 32-42)
Pelatihan pengurus desa
siaga oleh puskesmas (N1, 58-63)
Pelatihan diberikan oleh
puskesmas, dan dinas kesehatan (N2, 352-356)
puskesmas memberikan
pelatihan dan pembinaan PHBS, pemetaan dan
kampanye PHBS
(N1,283-297)
Kepala desa bertanggung
jawab terhadap
pelaksanaan program PHBS dengan bidan
membantu dalam
bimbingan teknis kesehatan dan sistem
kepengurusan organisasi
(N1, 190-202)
Pertanggungjawaban desa siaga mulai dari kader,
bidan koordinator,
poskesdes (N2, 193-195) Jika ada masalah
kesehatan, maka akan
bidan akan menangani
lebih dulu, kalau diperlukan akan dirujuk
kepuskesmas, dan jika
parah akan dibawa ke RSUD (N4, 81-89)
Evaluasi desa siaga tiap
semester (N2, 361-363)
Pelaksanaan program
PHBS dari pihak
puskesmas sudah cukup bagus dan terorganisir,
mulai dari pemetaan,
perumusan masalah,
sosialisasi berupa kampanye PHBS
Pelaksanaan PHBS
sudah baik dengan sudah berjalannya sebagian
besar indikator yang ada
Hambatan
pelaksanaan PHBS
dalam desa siaga
(N1, 205-224) PHBS sudah berjalan
dengan baik dilihat dari
kinerja kader yang baik, adanya pelaporan, dll.
(N2, 185-190)
Pelaksanaan program
PHBS sudah berjalan cukup baik dengan sudah
terlaksananya beberapa
indikator yang ada (N3, 183-187)
Untuk pelaksanaan desa
siaga masih dirasakan kurang (N1, 225-228)
Belum semua kegiatan
yang berjalan didesa siaga,
baru dibentuk poskesdes dan kepengurusan
(N3, 17-28)
Pelaksanaan desa siaga sudah cukup berjalan
dilihat dari sering
diadakannya pertemuan rutin, posyandu, dan
program lainnya (N4, 148-
159)
Hambatan dalam pelaksanaan desa siaga
meliputi teknis mulai dari
pendanaan, saran promosi,
dll serta non teknis berupa kerjasama tim yang
kurang, hubungan antar
personil kurang, dan komitmen kesra kurang
(N1, 230-250)
Hambatan dalam pelaksanaan desa siaga
antara lain kurangnnya
dukungan dari pihak desa,
pertemuan yang selalu diundur, dll
(N2, 205-220)
Kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya
kesadaran dari masyarakat
(N3, 77-82) Hambatan yang ditemukan
Hambatan dalam
pelaksanaan PHBS adalah masih kurangnya
kesadaran dari masyrakat
Saran dan
Tanggapan
Permasalahan PHBS
Peningkatan PHBS
dalam desa siaga
Saran
Tanggapan
yaitu kurangnya koordinasi antara pihak
desa dan pihak rumah sakit
salah satunya dalam hal pengajuan jamkesmas (N4,
220-234)
Permasalahan PHBS yang paling banyak adalah tidak
merokok didalam rumah
dan jaminan kesehatan (N1, 279-282)
Permasalahan PHBS yang
ditemukan adalah tidak merokok didalam rumah
dan pengelolaan sampah
(N3, 93-150)
Ada peningkatan PHBS
dengan adanya desa siaga
(N1, 307-314) Dengan adanya desa siaga
ada peningkatan PHBS
masyarakat (N3, 206)
saran untuk pelaksanaan
PHBS dan desa siaga yaitu
perlunya dukungan dari ketua desa siaga, adanya
pelatihan khusus untuk
calon kader, dan dukungan
bidan desa siaga (N1,317-335)
Saran untuk desa siaga
yaitu perlu ditingkatkannya
koordinasi (N2, 314-322)
Saran untuk pelaksanaan
desa siaga antara lain perlu adanya pendekatan lebih
ke kader terutama untuk
memberikan motivasi dan perlunya penyuluhan
kembali
(N4, 326-338)
Dengan adanya desa siaga
sangat baik sekali untuk
mengatasi masalah kesehatan dan
Permalahan PHBS yaitu
tidak merokok didalam
rumah, penggunaan jamban sehat, dan
pengelolaan sampah
Pelaksanaan program
puskesmas diharapkan sampai tuntas, jangan
berhenti ditengah jalan
penanggulangan bencana jika berjalan dengan
efektif.
(N2, 294-300) Dengan adanya desa siaga
masyarakat merasakan
peningkatan terutama
kualitas kesehatan salah satunya pertumbuhan
penduduk, masyarakat
sudah sadar untuk berobat ke tenaga kesehatan
(N4, 303-316)
Setiap orang dalam struktur desa siaga harus
mengetahui tugasnya
masing-masing
(N1, 254-266)
TRANSKRIP WAWANCARA dan FGD
Narasumber Pertama
A. Identitas Narasumber
Nama : N1
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Pendidikan : S1 Kesehatan Masyarakat
Pekerjaan : PNS ( Promosi Kesehatan Puskesmas)
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Waktu : 30 Januari 2010, pukul 12.17 WIB
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Seyegan
C. Keterangan
Pewawancara : Arie Patramanda
P : Pewawancara
N : Narasumber
Setting :
Wawancara dilakukan di ruang pertemuan Puskesmas Seyegan,
saat itu diruangan ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti.
Suasana diruangan cukup tenang, tidak ada suara berisik karena ruangan
tertutup dan hanya terdengar suara pendingin ruangan. Peneliti duduk
disebelah narasumber dan wawancara dimulai pukul 12.17 dengan seluruh
pembicaraan direkam menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti.
Wawancara selesai pada pukul 12.53 WIB.
Baris Hasil Wawancara Tema
1
5
10
P : Assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh
N : waalaikum salam
P : Kemaren kita sudah janjian mas, saya akan
wawancara tentang penelitian saya tentang
PHBS dan Desa Siaga, apa mas bersedia ?
N : oke
P : Sepengetahuan mas, apa itu desa siaga ?
N : Desa siaga y,,eeee….. menurut saya desa
siaga itu adalah desa yang masyarakatnya
Pembukaan
Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya tahu,
mau, dan mampu untuk
mengenali masalah
15
20
25
30
35
40
45
50
55
tahu, mau, dan mampu mengenali masalah
kesehatannya sendiri dan mampu untuk
memecahkan masalahnya sesuai dengan
sumber daya yang ada terutama untuk
masalah penanggulangan kegawatdaruratan
serta bencana dan penyakit menular,,ummm
(berfikir) …….. selain itu kesehatan ibu dan
anak juga termasuk.
P : dari penjelasan mas tadi,,apa saja program
desa siaga yang mas tahu ??
N : kalau sesuai dengan,,apa
namanya…..eeee…..
disesuaikan dengan seksinya itu meliputi
kesehatan ibu dan anak, penanggulangan
kegawatdaruratan bencana, teruuus seksi
posyandu, bank darah, ambulan desa,
pengamatan penyakit, perilaku hidup bersih
dan sehat, serta kesehatan lingkungan.
N : oiya satu lagi, keluarga sadar gizi…
P : umm..terus siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan program ini ?
N : yang terlibat,,,eeee….kalau dalam desa
siaga itu kan tidak hanya dari desa saja tapi
juga melibatkan stakeholder. Stakeholder
ditingkat desa siaga itu meliputi pembinanya
dari kecamatan sendiri, Pembina teknis
kesehatan dari puskesmas, terus pelaksananya
dari kader sendiri, dukungan pembinaan dari
kepala desa serta tokoh masyarakat diwilayah
desa siaga tersebut.
P : bagaimana hubungan kerjasama antara
orang-orang yang bertanggung jawab tadi
mas?
N : kalau selama iniiiiiiiiiiii,,,,,,bisa dikatakan
bagus, karena setiap kali ada kegiatan atau
setiap kali ada koordinasi selalu
menindaklanjuti,jadi tidak dibiarkan begitu
saja….
P : contohnya seperti apa mas?
N : contohnya setiap ada koordinasi kita gak
Cuma dari desa aja, tapi juga dari puskesmas,
kecamatan, terus setiap kader dan bidannya
selalu dilibatkan dan mau berperan aktif,
walaupun dalam kenyataan dilapangan tidak
seratus persen seperti yang diharapkan.
P : bagaimana sosialisasi desa siaga ini mas
kesehatannya sendiri dan
mampu memecahkan
masalahnya sesuai dengan
sumber daya yang ada
terutama masalah
penanggulangan
kegawatdaruratan,
bencana, penyakit
menular, dan KIA ( N1,
8-16)
Program desa siaga
meliputi KIA,
penanggulangan
kegawatdaruratan dan
bencana, posyandu, bank
darah, ambulan desa,
pengamatan penyakit,
PHBS, kesehatan
lingkungan dan
KADARZI
(N1, 20-25)
Yang terlibat dalam desa
siaga adalah para
stakeholder meliputi
Pembina dari kecamatan,
puskesmas, kader, kepala
desa, dan tokoh
masyarakat (N1, 28-35)
Koordinasi antar
stakeholder sudah baik
(N1, 38-48)
Sosialisasi desa siaga oleh
depkes melalu media
elektronik, tulisan dikoran
oleh kabupaten kota,
leaflet atau poster oleh
60
65
70
75
80
85
90
95
100
terutama didesa margomulyo?
N : eee…….sejauh ini kan tidak mungkin kita
sosialisasi kesemua masyarakat, kalau untuk
semua masyarakat sosialisasi itu oleh depkes
melalui media massa seperti media elektronik,
terus yang kedua dari tingkat kabupaten kota
melalui tulisan dikoran, atau eeee……leaflet,
atau poster dan disebarkan keseluruh
puskesmas.
Kalau untuk pelaksanaannya sendiri jelas
lewat pelatihan pengurus desa siaga
utamanya meliputi kades, kesra, sama kader
derta tokoh masyarakat yang mempunyai
pengaruh didesa.
P : pelatihan itu siapa yang memberikan mas?
N : pelatihan itu dari puskesmas.
P : ummm begitu…terus target yang ingin
dicapai terutama desa margomulyo sendiri
apa mas?
N : target secara umum atau spesifik ?
P : secara umum saja dulu mas,,
N : ummm……kalau tujuan secara umum itu
masyarakat mau mengenali masalah
kesehatan diwilayahnya..
P : dari mau dulu ya mas?
N ; iya dari mau dulu, karena itu level
terendah dari masyarakat…eehh tahu dulu
terus mau..
Setelah mau ya targetnya mereka mampu
untuk mengatasinya sendiri dengan
kemampuan meskipun ada dukungan dari
puskesmas, tapi prinsipnya mereka mau untuk
mengenali masalahnya. Karena selama ini kan
setiap ada masalah kesehatan semua
dipasrahkan ke puskesmas, dokter, atau
pelayanan kesehatan yang lain seperti rumah
sakit. Jadi tidak merasa bahwa masalah itu
bisa diatasi oleh masyarakat itu sendiri.
P : oke….kalau tujuan khususnya tadi mas??
N : kalau khususnya,,,emmmm.,…….lebih ke
tiap program yang saya sebutkan tadi.
P : oke..mungkin nanti saya akan lebih
memprioritaskan tentang PHBS nya ya mas..
N : oke,,,,
P : terus,,bagaimana sistem pendanaan yang
mas tahu?
puskesmas, dan melalui
pelatihan (N1, 52-61)
Pelatihan pengurus desa
siaga oleh puskesmas
(N1, 58-63)
Target umum yang ingin
dicapai adalah masyarakat
tahu, mau, dan mampu
mengetasi masalah
kesehatannya sendiri
(N1, 68-82)
Tujuan khusus yang ingin
dicapai adalah
berdasarkan tiap
programyang ada
( N1, 84-85)
Pendanaan desa siaga
mulai dari pusat,
kabupaten sleman,
DINKES DIY, dan dari
desa sendiri
(N1, 91-99)
105
110
115
120
125
130
135
140
145
N : kalau dari,,,,,(berfikir) dari,,,,,,pusat
kedaerah sampai sejauh ini ada, Cuma sampai
kelevel tingkat pelaksanaan desa diwujudkan
dalam pelatihan dan sosialisasi, itu
diwujudkan oleh kabupaten sleman sendiri,
DINKES DIY juga memberikan kontribusi,
terus dari desa juga memberikan kontribusi
karena kita kan mengadvokasi mereka supaya
mau menganggarkan, kalau gak gitu kan pada
gak mau….
Hehehe….(tertawa)
P : hehehe….(tertawa)
Terus mas, untuk menilai target desa siaga itu
sudah tercapai atau belum dilihat dari
indikator apa aja mas??
N : kalau indikator kita melihat dari indikator
input, proses, dan output sesuai dengan
kriteria yang dibuat oleh departemen
kesehatan.
P : bisa dijelaskan mas indikatornya
tersebut??
N : kalau indikator input meliputi ada
tidaknya forum masyarakat desa, minimal
desa itu memiliki forum yang mau
bertanggung jawab untuk masalah kesehatan
diwilayahnya.
Yang kedua,,ada tidaknya upaya kesehatan
bersumber masyarakat yang berfungsi dan
dibutuhkan. UKBM itu kan meliputi
posyandu, POD, UKK, UKGS, UKGMD,
teruuus SBH, TOGA, dan sebagainya…
Dan selanjutnya untuk input ada banyak
ya,,tapi prinsipnya itu, ada dulu sumber daya
manusia atau kader yang mau.
P : terus prosesnya mas?
N : prosesnya,,eeee….berjalan tidaknya atau
frekuensi dari FMD itu berapa kali dalam
setahun, sebaiknya semakin sering karena
berarti semakin aktif desa tersebut.
Kedua berjalan tidaknya UKBM tadi, karena
prinsip dari desa siaga itu adalah
mengkoordinir dari UKBM yang ada.
Terus,,eeeee……berjalannya sistem
pengamatan berbasis masyarakat, maksudnya
kalau ada penyakit menular yang seperti
DBD ada pelaporannya dari RT, lurah, atau
Indikator desa siaga
meliputi indikator input,
proses, dan output
(N1, 105-107)
Indikator input meliputi
ada tidaknya forum
masyarakat desa, UKBM,
dll (N1, 109-120)
Indikator proses meliputi
berjalan tidaknya dan
frekuensi FMD, berjalan
tidaknya UKBM,
berjalannya sistem
pengamatan berbasis
masyarakat, dan
berjalannya program dari
tiap seksi (N1, 122-134)
Indikator output meliputi
berapa angka kematian
ibu, angka kematian bayi,
usia harapan hidup, dan
derajat kesehatan lainnya
(N1, 135-139)
PHBS itu adalah
masyarakat tahu, mau,
150
155
160
165
170
175
180
185
190
kader ke puskesmas itu berjalan.
Terus berjalannya semua program yang ada
dalam tiap seksi desa siaga tersebut.
Terus ouputnya dari berapa angka kematian
ibu, berapa angka kematian bayi, terus eee,,,,
berapa usia harapan hidupnya, kan outputnya
diharapkan menggambarkan derajat kesehatan
diwilayah tersebut.
P : Oke,,berhubung tema saya tentang PHBS
mas,,jadi PHBS itu yang seperti apa mas??
N : kalau definisi secara lengkap tidak perlu
ya, karena bisa dilihat dibuku. Tapi secara
prinsip PHBS itu masyarakat tahu, mau dan
mampu untuk berprilaku yang sehat supaya
mereka mampu menjaga diri sendiri dari
ancaman penyakit.
P : perilaku yang seperti apa mas?
N : perilaku yang sehat tentunya…
Kebetulan disleman kan indikatornya tidak
sama dengan dipusat.
P : oke,,,baiklah….
untuk indikator PHBS sendiri dari pusat itu
ada 10 indikator tapi disleman itu sendiri ada
20 indikator mas,,mungkin saya bisa
dijelaskan tentang indikatornya??
N : kalau indikator yang dari pusat mungkin
agak acak ya,,yang pertama persalinan oleh
tenaga kesehatan,,teruss,,,,,apa
namanya,,,,eeeee,,,,,,pemberian ASI eklusif,
terus cuci tangan pake sabun,
terusss,,,,,eeeee,,,,,
mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari,
aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok
didalam rumah, menimbang balita setiap
bulan, terus,,,eeeee,,,,,
Terus yang tambahan dari sleman yaitu PUS
yang ikut KB, kepemilikan jaminan
kesehatan, imunisasi, kebiasaan gosok gigi
secara teratur, kepemilikan TOGA,
ummmmm……..(berfikir)…..maap agak
lupa…
Tapi intinya indikator itu ditambahkan oleh
kabupaten sleman supaya ada keinginan agar
lebih spesifik dan lebih menggambarkan
PHBS disleman sendiri, karena yang dari
pusat kan masih umum….
dan mampu menjaga diri
sendiri dari ancaman
penyakit dengan perilaku
sehat (N1, 142-148)
Indikator PHBS untuk
kabupaten sleman ada 20
indikator meliputi 10
indikator dari pusat dan
10 indikator tambahan
lainnya (N1, 152-173)
Sarana PHBS didesa
margomulyo berupa keran
air dan cuci tangan pake
sabun serta posyandu
dirasakan masih kurang
(N1, 178-182)
Kepala desa bertanggung
jawab terhadap
pelaksanaan program
PHBS dengan bidan
membantu dalam
bimbingan teknis
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
P : oooo…iya…mungkin bisa saya liat data
lebih lengkapnya ??
N : oooiy,,,ada….nanti saya ambilkan….
P : oke mas,,terus untuk sarana PHBS didesa
margomulyo ??
N : kalau sarana ditingkat sekolah dasar,
mereka sudah mau membuat keran air dan
cuci tangan pake sabun….
Dan kalau didesa yaaaaa,,,,,,ada posyandu
untuk menimbang balita setiap bulan…..
P : untuk penggunaan air apakah sudah
menggunakan air bersih semua??
N : belum,,,belum 100 persen.
Kalau sesuai dengan idealnya sesuai
pemetaan seperti dari segi fisika, kimia,
biologi, dan lainnya.
P : terus siapa yang bertanggung jawab
terhadap PHBS ini mas?
N : tentu saja kepala desa
P : terus dibawah kepala desa ?
N : ada sekretaris dan kepengurusan,,,ketua,
sekretaris, bendahara, terus seksi-seksi,,,
P : terus yang mengkoordinir atau
bertanggung jawab terhadap PHBS mas??
N : kalau bertanggung jawab jalan tidaknya
ya kepala desa, tapi kan di tiap desa itu ada
bidan desanya walaupun bidannya bidan
puskesmas, dia membantu dalam segi
bimbingan teknis kesehatan. Kalau belum ada
bimbingan teknis dia bertanggung jawab,
kalau sudah berjalan ya kepala
desanya…hehehe ( tertawa)
P : hehehe….(tertawa)
Terus pelaksanaan PHBS sejauh ini mas??
N : kalau pelaksanaannya sejauh ini yang
pertama dari pihak puskesmas kami
memetakan tentang PHBS , bagaimana
kondisi PHBS dari seluruh desa terutama
tentang margomulyo. Pemetaan dilakukan 2
kali dalam setahun setiap akhir semester,
biasanya mei-juni disemester pertama serta
bulan November-desember disemester kedua.
Dari hasil pemetaan tersebut bisa dijadikan
masukan dari masalah-masalah tertinggi yang
ada, misalnya rokok, terus buang air besar
dan kecil tidak dijamban, dan sebagainya.
kesehatan dan sistem
kepengurusan organisasi
(N1, 190-202)
Pelaksanaan program
PHBS dari pihak
puskesmas sudah cukup
bagus dan terorganisir,
mulai dari pemetaan,
perumusan masalah,
sosialisasi berupa
kampanye PHBS
(N1, 205-224)
Untuk pelaksanaan desa
siaga masih dirasakan
kurang (N1, 225-228)
Hambatan dalam
pelaksanaan desa siaga
meliputi teknis mulai dari
pendanaan, saran
promosi, dll serta non
teknis berupa kerjasama
tim yang kurang,
250
255
260
265
270
275
280
285
290
Terus setelah itu dari pihak puskesmas
melakukan kampanye PHBS melalui
posyandu,,kampanye itu buka kampanye
seperti partai ya,,,hahahahha(tertawa)….
tapi dalam arti kita selalu mensosialisasikan
ketika posyandu kita datangi, kita sampaikan
poin dalam PHBS bukan keseluruhan.
Terus juga kita kampanye PHBS disekolah, di
SD terutama margomulyo.
Selanjutnya dari desa siaga sendiri jujur saja
belum jalan, karena inisiatif untuk
mengkoordinir PHBS dari tingkat desa
siaganya relatif ada hambatan sehingga tidak
bisa berjalan sebagaimana mestinya.
P : apa saja hambatannya mas?
N : kalau dari saya ya, sebagai sudut pandang
puskesmas itu hambatan teknis dan non
teknis.
Hambatan teknisnya pendanaan kurang
dibandingkan dari idealnya…
Teruuus,,,eeeee,,,,,sarana yang dibutuhkan
juga kurang karena PHBS itu erat kaitannya
dengan media terutama informasi seperti
Poster, video, dll.
Terus dari segi non teknis masih kurangnya
kerjasama tim dari seksi itu,,terus hubungan
antar personil yang relative kurang, dukungan
dan komitmen kesra relatif kurang, dan
lainnya.
Kalau peluang yang kita berikan besar sekali,
setiap pelatihan kita ikut sertakan terus, kalau
ada pelatihan dari provinsi selalu kita ikutkan
yang dari margomulyo, malah yang lain
enggak karena margomulyo adalah yang
pertama.
P : oooo margomulyo yang pertama,,jadi dari
pertama memang belum jalan ya mas?
N : yaaaaa,,,,kalau kita katakana jalan
sebenarnya sebagian jalan. Karena jalannya
desa siaga itu masing masing person dalam
struktur itu tahu bagaimana seharusnya
tugasnya dalam kepengurusan tersebut.
Misalnya ketuanya, dia yang bertanggung
jawab mengarahkan, kalau dari kesranya
harus selalu mengingatkan ada dana yang
disalurkan kepada desa siaga, terus dari
hubungan antar personil
kurang, dan komitmen
kesra kurang (N1, 230-
250)
Setiap orang dalam
struktur desa siaga harus
mengetahui tugasnya
masing-masing
(N1, 254-266)
Desa siaga sangat
membantu dalam
pelaksanaan program
PHBS ( N1, 269-276)
Permasalahan PHBS yang
paling banyak adalah
tidak merokok didalam
rumah dan jaminan
kesehatan
(N1, 279-282)
295
300
305
310
315
320
325
330
335
masing-masing seksi sudah tahu fungsinya.
Tapi paling tidak ada sistem yang berjalan
dari masyarakat, kader, RT, lurah, tapi belum
merasa desa siaga padahal kan desa siaga ya
yang seperti itu.
P : terus program PHBS itu sudah ada
sebelum desa siaga itu sendiri kan mas??
N : hoo ohh,,kalau boleh saya tambahkan
program PHBS itu kan sebenarnya dari
kementrian kesehatan, dengan adanya desa
siaga ini kan seperti keran, kalau sebelumnya
tanpa desa siaga kerannya dari puskesmas,
tapi kalau sekarang ada desa siaga dan seksi
PHBS sendiri jadi ada keran tersendiri,
tentunya setelah mendapat informasi tentang
PHBS seharusnya menyampaikan kepada
masyarakat.
P : untuk permasalahan PHBS sendiri yang
cukup menonjol di margomulyo apa ya mas?
N : sebetulnya tidak merokok didalam rumah,
point kesepuluh dari PHBS karena tertinggi.
Yang kedua seingat saya jaminan kesehatan
kalau gak salah.
P : terus, bagaimana peran dan dukungan mas
dalam pelaksanaan PHBS dan desa siaga?
N : nanti bisa dibilang narsis
ya,,,,hehehe,,,,tapi nanti bisa disimpulkan
sendiri ya.
Selama ini karena sebagai pemegang promosi
kesehatan, jadi setiap ada pelatihan dan
pembinaan untuk topik PHBS selalu yang
menyampaikan saya.
Terus pemetaan dan dukungan diposyandu,
kampanye PHBS sudah saya coba gerakkan
dengan penjadwalan. Nanti hasilnya saya
confirm kembali kepengurus.
Terus terakhir itu mencoba melobi desa
supaya mau menyelenggarakan pelatihan
PHBS untuk meningkatkan kapasitas dari
seksi PHBS dimargomulyo.
P : tanggapan mas, dengan adanya desa siaga
apakah ada perbaikan atau peningkatan
PHBS?
N : begini mas, kalau PHBS itu diukurnya
mungkin bisa dikatakan naik. Tapi
kendalanya karena dibentuk 2007 akhir
Dukungan yang diberikan
yaitu memberikan
pelatihan dan pembinaan
PHBS, pemetaan dan
kampanye PHBS
(N1,283-297)
Ada peningkatan PHBS
dengan adanya desa siaga
(N1, 307-314)
saran untuk pelaksanaan
PHBS dan desa siaga
yaitu perlunya dukungan
dari ketua desa siaga,
adanya pelatihan khusus
untuk calon kader, dan
dukungan bidan desa
siaga
(N1,317-335)
indikatornya berbeda dengan 2008 karena
sebelumnya ada 15 tapi sekarang 20.
Kalau kita mengukurnya bukan dari indikator
tapi dari proses, ada peningkatan.
P : mungkin wujudn peningkatanya mas??
N : kalau benar benar dianggarkan bagus
untuk menigkatkan kapasitas kader
memahami dalam memetakan dan
memberikan promosi PHBS terhadap
masyarakat.
Terus mulai terkoordinirnya program PHBS
ditingkat desa. Terus,,,masyarakat desa mulai
memperhatikan bahwa PHBS itu penting
untuk masyarakat.
P : apakah mas ada saran, masukan tentang
PHBS
dan desa siaga?
N : banyak sebenarnya mas, tapi kok sekarang
yang muncul Cuma satu dua,,,,hehehe,,,,,
Eeeeeeee,,,,yang pertama itu tadi, dukungan
terhadap program PHBS dari ketua desa siaga
itu lebih kuat. Wujudnya dengan memberi
anggaran lebih untuk PHBS.
Yang kedua,,,emmmmmm,,,,,eeeeeeee,,,,,,
seharusnya ada pelatihan khusus bagi calon
kader PHBS ditingkat desa margomulyo agar
mampu memberikan pemetaan yang tepat dan
akurat, karena jika hasilnya tidak bagus kita
akan memandangnya keliru. Data sampah
keluarnya sampah, supaya lebih bagus dan
dapat menyampaikan kemasyarakat.
Terus dukungan bidan desa siaga khususnya
masrgomulyo kan besar untuk perjalanan desa
siaga, jadi harus selalu ada. Tanpa ada
dukungan dari bidan jujur saja jalannya bisa
pincang bahkan stop.
P : yaaah itu saja dulu mas,,kalau ada data
yang kurang nanti bisa saya tanyakan lagi…
Terima kasih ya mas….wasalamualaikum
mas….
N : oiya,,,waalaikumsalam
Penutup
Narasumber Kedua
A. Identitas Narasumber
Nama : N2
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : D3
Pekerjaan : PNS ( Bidan desa)
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Waktu : 1 Februari 2010, pukul 10.05 WIB
Lokasi : PUSTU margomulyo
C. Keterangan
Pewawancara : Arie Patramanda
P : Pewawancara
N : Narasumber
Setting :
Wawancara dilakukan di Pustu margomulto, saat itu diruangan ada
peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana diruangan
cukup bising karena kendaraan lalu lalang, dan beberapa pasien yang
datang untuk berobat. Peneliti duduk disebelah narasumber dan
wawancara dimulai pukul 10.05 dengan seluruh pembicaraan direkam
menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti. Wawancara selesai
pada pukul 10.41 WIB.
Baris Hasil Wawancara Tema
1
5
10
P : Assalamualaikum
warahmatullahiwabarakatuh
N : waalaikum salam
P : Nama saya Ari Patramanda, saya Fakultas
Kedokteran UII Bu, ini sebagai tugas akhir
saya Bu, judul penelitian saya tu Bu, Analisa
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap
pelaksanaan Desa Siaga di Desa Margomulyo.
Insya Allah ini sebagai tugas akhir nanti
identitas Ibu akan dirahasiakan ya bu ya,
Pembukaan
15
20
25
30
35
40
45
50
55
maka saya akan pakai inisial saja ya Bu. Terus
informasinya hanya untuk kepentingan
penelitian saja. Apakah ibu bersedia Bu?
N : Ya.
P : Bisa tolong isi identitasnya. ( sambil
menunggu mengisi identitas )
P : Mungkin ada beberapa point-point yang
ingin saya tanyakan Bu. Pertama, ini tentang
Desa Siaga ya bu ya, eee,,, sejauh mana Ibu
tau tentang Desa Siaga?
N : Desa Siaga. Artinya Desa Siaga ya ? Desa
Siaga itu Desa yang Masyarakatnya,
penduduknya itu mampu mendeteksi dan (
batuk ) pokoe meee apa itu mengetahui lebih
awal tentang kesehatan. Tentang Kesehatan
dan bencana alam, agar bisa, di harapkan bisa
menanganiiii dan mendeteksi lebih awal.
P : Biasanya lebih dini intinya ya Bu ya?
N : eee,,, bisa menangani, lebih mendeteksi,
berarti nggak usah nunggu dari bantuan dari
luar, tapi Masyarakatnya itu agar bisa
menangani sendiri.
P : Oke, berarti intinya Masyarakatnya ya Bu
ya?
N : ya he e.
P : Terus Ibu, apa saja kegiatan Desa Siaga
yang Ibu tau Bu?
N : Kegiatan Desa Siaga? Dari awal?
P : Ya dari awal.
N : Ya kan dari pertama itu mengadakan SMD
( Survey Mawas Diri ) itu kan, mee apa,
mendeteksi ada apa di wilayah tersebut,
masalah apa yang ada di masyarakat tersebut.
P : Ibu bisa contohkan Bu SMD seperti apa?
N : SMD itu misalnya di Dusun ini ada Balita
yang Gizi buruk, ada penderita TBC, adaaa
apa penyakit Demam Berdarah, itu nanti kan
kalau sudah di apa, dikumpulkan data-
datanya, masalahnya, itu nanti dirembuk
dalam MMD.
P : Ooo di rembuk dalam MMD ya Bu ya?
N : He e SMD dulu, nanti dimusyawarahkan
di MMD. Nah itu nanti di MMD itu nanti
mengadakan musyawarah bagaimana cara
mengatasi masalah yang ada di Dusun.
P : Ibu kegiatan yang lain mungkin Bu?
Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya
mampu mendeteksi lebih
dini dan menangani
sendiri masalah kesehatan
dan bencana alam (N2,
19-30)
Kegiatan desa siaga
antara lain SMD (survey
mawas diri), MMD
(musyawarah masyarakat
desa), Pertemuan rutin,
pendataan, dll (N2,36-59)
60
65
70
75
80
85
90
95
100
N : Setelah itu ya itu setelah MMD ya itu
nanti kan setiap bulannya itu di harapkan itu
ada pertemuan tentang mengadakan kegiatan
bersih-bersih, bersih-bersih Dusun, pendatan
Ibu hamil, terus apa, nanti mendeteksi itu apa
faktor resiko Ibu Hamil, balita Gizi buruk,
nanti kalau udah kader mengetahui nanti di
rujuk ke pemberitahuan ke Bidannya
koordinatornya.
P : Dari Kader ke Bidan Koordinator?
N : Di sini Bidan koordinator kan, nanti di
Poskesdes kan nggak bisa menangani to mas,
kan Cuma Posko pos koordinasi.
P : O jadi disini Cuma koordinasi Bu?
N : Ha a, Koordinasi bukan pelayanan.
P : Soalnya tadi tulisannya kan biasanya ada
Pelayanan Bu?
N : Itu yang Poskesdes. Nggak, nggak
pelayanan ( penekanan dengan intonasi tinggi
)
P : O nggak ada pelayanan di sini ya Bu ya?
N : Kan dulu Poskesdes sekarang di jadi
Poskokesdes jadi Pos Koordinasi Kesehatan
Desa.
P : O Poskokesdes jadinya ya Bu ya?
N : Iya Poskokesdes he e, tapi nggak melayani
cuma koordinasi aja, nanti kalau ada kasus,
baru Bidannya menindaklanjuti baru dirujuk
ke Puskesmas.
P : Oke Bu ya, jadi dari Kader ke Bidan,
Poskesdes, nanti baru ke Puskesmas?
N : Tapi kalau uda bisa menangani ya nggak
usah di rujuk. Kalau batas Bidannya bisa ya
nggak usah dirujuk, kan di Pustu juga bisa, di
sini.
P : Terus siapa saja yang terlibat yang bisa
saya ke ini Bu ke jenjang yang lebih jauh?
N : Ya Kader, pertama kan Kepala Desa,
kepala Puskesmas, terus kan dibentuk
koordinatornya kan Bidan, terus ada
pengurus-pengurusnya itu, terus ada 3 Kader
yang stand by di Poskokesdes.
P : Jadi minimal harus 3 kader di sana ya Bu
ya?
N : Iya.
P : Oke, ini sosialisasi Desa Siaga di Desa
Koordinasi desa siaga
dari masyarakat, kader,
bidan koordinator,
Poskesdes hanya sebagai
koordinasi bukan
pelayanan sehingga
dirubah menjadi
Poskokesdes, dan jika
dibutuhkan bidan akan
merujuk kepuskesmas
(N2,52-83)
Poskesdes hanya sarana
koordinasi dan tidak
memberikan pelayanan
kesehatan sehingga
dirubah menjadi
Poskokesdes
(N2, 61-77)
Yang terlibat dalam desa
siaga antara lain kepala
desa, bidan koordinator,
kepengurusan, dan kader
(N2, 86-90)
Sosialisasi desa siaga
sudah berjalan baik,
berupa pertemuan salah
satunya melalui MMD
dan untuk tingkat dusun
105
110
115
120
125
130
135
140
145
Margomulyo ini gimana Bu, sudah di
sosialisasi Bu?
N : Ya sudah.
P : Warga sudah tau semua Bu?
N : Sudah, sudah tau semua.
P : Mungkin bentuk sosialisasinya apa-apa
saja Bu kemarin?
N : Kemarin tuh pengenalan, terus apa
pertama itu kan sosialisasi, pembentukan,
terus itu ke MMD SMD itu, terus kan nanti
ada dalam MMD itu ada Donor darah, ada
Ambulance Desa, ada macam-macam to, itu
kan nanti otomatis masyarakatnya sudah pada
tau.
P : Oke, kalau kayak pengumuman, Plank-
plank, brosur gitu?
N : Nggak, nggak pakai.
P : Jadi langsung lewat sosialisasi langsung
ya?
N : Itu nanti per Dusun ada Kadernya. Lewat
kader sosialisasinya, jadi nggak
mengumpulkan masyarakat langsung nanti per
Dusun ada Kadernya. Tiap Dusun ada 2.
P : O jadi tiap Dusun minimal 2 ya Bu ya?
N : Iya, tapi nggak stand by di Kelurahan, di
Poskesdes itu 3, satu Kelurahan 3, tapi tiap
Dusun ada 2 Kader.
P : Ini 3 yang stand by itu emang ada jadwal
rutin piketnya atau gimana Bu?
N : Iya ada.
P : Emang ada jadwal piket-piketnya ya Bu
ya.
P : Itu Kadernya yang milih siapa Bu?
N : Ya rembukan waktu SMD itu.
P : Sudah pergantian pengurusnya sudah
berapa kali Bu?
N : Belum, belum sama sekali.
P : Tapi ada nggak Bu penjadwalan kayak
Kader ini berapa tahun?
N : Nggak, nggak ada. Itu yang mau aja, kan
jarang to yang mau, ya Cuma dikit to nggak
ada gajinya.
P : Kalau pendanaanya sendiri Bu, untuk
pendanaan Desa Siaga ini dari mana?
N : Dari Pusat.
P : Hanya dari Pusat aja Ibu?
sosialisasi dilakukan oleh
kader
(N2, 94-116)
Pendanaan desa siaga
berasal dari pusat,
pemkab sleman, dan
anggaran dari desa sendiri
(N2, 132-146)
150
155
160
165
170
175
180
185
190
N : Iya. Kalau dari Desa ini baru mau
mengajukan yang tahun ini.
P : Jadi Desa itu mengajukan?
N : Dari Puskesmas itu mengajukan minta
dana dari Desa.
P : Jadi selama ini hanya dari Pusat ya ibu ya?
N : Dari Pusat.
P : Kalau dari Pemerintah Daerah nggak ada
ya Bu ya, kayak dari Bappeda?
N : Ada tapi kan saya nggak tau ini dari mana-
dari mana ya nggak tau, Cuma ini ada dana
segini ntar dimasukan ke rekening tapi saya
nggak tau dari mana-dari mana.
P : La terus ini Bu, berhubung saya tentang
PHBS ya Bu ya, jadi saya mau sedikit
bertanya tentang PHBS. PHBS itu menurut
Ibu apa?
N : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
P : Perilaku yang seperti apa?
N : Perilaku itu ya dalam keluarga itu tidak
merokok, buang Air BAB di WC, terus rumah
berlantai bukan tanah, balita tidak di bawah
garis merah.
P : Jadi konsepnya apa intinya Bu?
N : Konsepnya? Yo keluarga itu bisa
berperilaku dengan apa memenuhi standar
kesehatan.
P : PHBS kan ada indikatornya?
N:Gimana?
P : PHBS kan ada indikatornya, ada 20 kalau
nggak salah, mungkin Ibu ada yang Ibu tau?
N : Ya tau, tapi nggak hapal e, saya itu cuma
tidak merokok yang saya hapal, balita tidak
dibawah garis merah, terus lantai berdinding,
penerangan, BAB tidak di kali, kuku tidak
panjang kalau dulu itu lho mas, tapi sekarang
saya kan nggak tahu. Sekarang kan sudah ada
jobnya sendiri-sendiri kalau dulu saya harus
tahu tapi sekarang kan sudah ada yang
megang sendiri-sendiri. Ya itu yang saya tau
cuma itu.
P : Terus Bu, ini Bu. penilaian Desa Siaga
sendiri Bu sejauh ini?
N : Penilaian itu ada, tingkat-tingkatannya
atau kinerjanya?
P : Ya dari tingkatannya dulu Bu?
PHBS adalah perilaku
hidup bersih dan sehat,
dimana keluarga bias
berprilaku dengan
memenuhi standar
kesehatan seperti tidak
merokok, buang air di
WC, balita tidak dibawah
garis merah, dll (N2,150-
158)
Indikator PHBS meliputi
tidak merokok, balita
tidak dibawah garis
merah, BAB tidak di kali,
lantai berdinding, dll
(N2, 163-171)
Pentahapan desa siaga
meliputi permulaan,
pengembangan, lanjut,
dan mandiri (purnama)
(N2, 180-183)
PHBS sudah berjalan
dengan baik dilihat dari
kinerja kader yang baik,
adanya pelaporan, dll.
(N2, 185-190)
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
N : Tingkatannya itu ada Warsa, tapi nggak
urut ya mas. Ada Warsa, Karya, Madya,
Purnama.
P : Karya, Madya, Purnama?
N : Ha a, kalau nggak itu Permulaan terus
Pengembangan, terus tindak lanjut ya kalau
yang terakhir itu kalau sudah terlaksana
dengan lancar. Udah.
P : Ya kalau penilaian kinerjanya Bu?
N : Kinerjanya ya kalau semua Kadernya
sudah berjalan dengan baik, terus laporan-
laporannya sudah masuk semua, ada laporan
ibu hamil, laporan gizi buruk, laporan PHBS,
itu kan PHBS tiap rumah harusnya ada to.
Terus sama ini juga ada di tempel di rumah.
P : Itu laporannya tanggung jawabnya kepada
siapa Bu?
N : Ya yang Kader itu, yang 3 Kader itu terus
nanti saya. Nanti kan posisinya kalau ada
membutuhkan laporan-laporan itu langsung ke
Poskesdes itu.
P : Kalau Margomulyo sendiri masuk dalam
tingkatan yang mana nih menurut Ibu?
N : Nih baru hehehe ( sambil tertawa ).
P : Ya menurut Ibu? Sejauh ini menurut ibu
aja.
N : Tadi pembentukan sudah, ya masuk
pengembangan aja, ke tingkat pengembangan.
Kan sudah di bentuk tinggal pengembangan
aja.
P : Sejauh ini dalam jalannya Desa Siaga ini,
mungkin ada hambatan-hambatan yang di
temukan?
N : Hambatannya, kalau hambatannya itu
kayakyna nggak ada, tapi kalau saya itu kalau
selalu minta pertemuan, itu besok-besok. Jadi
malah ketinggalan terus gitu lho mas. Padahal
rencana kan Desa itu kan mau mengadakan
sendiri disini di Pustu ini.
P : Oh ya yang tangal 4 itu ya?
N : iya, nanti kan itu saya tentukan tiap
minggu pertama hari kamis, tiap bulan. Nanti
targetnya kena nggak, kalau nggak ya 2 bulan
sekali di minggu pertama hari kamis. Kan
nanti nggak usah Cuma nanti buat undangan
ke pak lurah. Biar saya udah nggak usah
Pertanggungjawaban desa
siaga mulai dari kader,
bidan koordinator,
poskesdes (N2, 193-195)
Hambatan dalam
pelaksanaan desa siaga
antara lain kurangnnya
dukungan dari pihak
desa, pertemuan yang
selalu diundur, dll
(N2, 205-220)
Faktor yang mendukung
yaitu selalu adanya dana
(N2, 223-226)
Target yang ingin dicapai
didesa margomulyo
adalah pendataan yang
250
255
260
265
270
275
280
285
290
kapan saya minta waktu untuk pertemuan kan
tergantung kelurahan selama ini, jadi saya
tergantung sama pak lurah, iya besok saya
cariin waktu jadi kesannya ulur-ulur terus gitu
lho mas.
P : Oke, itu kan hambatan tuh ya Ibu ya, kalau
faktor yang mendukung selama ini Bu sejauh
ini?
N : Mendukung, dananya selalu ada.
P : Oh dananya selalu ada?
N : Iya. Hehehehe ( sambil tertawa ) iya
dananya selalu ada terus. Kan Kadernya yo
pada mau gitu lho mas. Ini Pak Lurahnya kan
ganti, selama ini kan Pak Lurah kan belum
mengenal ini.
P : Nah ini Bu, target pencapaian, kan saya
bicara di Margomulya saja nih ya Bu ya.
Target yang ingin dicapai di Margomulyo itu
sendiri?
N : Targetnya? Target dari saya itu pendataan
Ibu hamil, itu sesuai dengan apa adanya gitu
lho mas data Riil.
P : Maksudnya apa adanya Bu? Apa ada
masalah selama ini?
N : Kan selama ini kan nganu yang di
Puskesmas saja, jadi Ibu hamil yang di
Puskesmas saja, kan ada yang meriksa di
dokter mana gitu kadang nggak terdata. Terus
kadang Balita yang, balita itu kan jarang
penimbangan itu ya dapat berjalan dengan
lancar.
P : Minimal Balitanya tiap?
N : Kalau Dusunnya tiap 2 bulan sekali tapi
kan ada yang nggak nimbang.
P : Emang 2 bulan itu dimana Bu?
N : Di Posyandu.
P : Jadi Posyandu itu rutin tiap 2 bulan ya Bu?
N : Kalau tiap Dusun itu tiap bulan, tapi yang
dikunjungi Puskesmas itu kan tiap 2 bulan
sekali.
P : Tiap bulan boleh tau tanggal-tanggal
berapa Bu?
N : Ya nggak hapal saya.
P : Oh beda-beda ya tiap bulan bu?
N : Iya beda-beda, di sana tanggal berapa di
Dusun sini tanggal berapa.
baik untuk ibu hamil,
berjalan rutinnya
penimbangan untuk balita
ke posyandu (N2, 232-
252)
Dukungan yang diberikan
adalah menjadi bidan
koordinator untuk desa
siaga dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaan
desa siaga
( N2, 267-281)
295
300
305
310
315
320
325
330
335
P : Oh iya di Margomulyo ini banyak
Dusunnya ya Bu ya?
N : Iya kan ada 14 Dusun.
P : Nah ini Bu, kita bicara tentang Ibu,
dukungan yang selama ini Ibu berikan dalam
perjalanan Desa Siaga? Utarain aja Bu nggak
apa-apa..hehehehehe.
N : ya hahahaha.. kalau saya tuh kerja sendiri
ngga bisa. Harus ada Kader tuh yang bantu,
kalau selama ini saya itu dengan adanya Desa
Siaga saya merasa senang kan saya bisa
membantu yaitu tentang pendataan-pendataan
itu, jadi saya nggak repot terjun ke Dusun
karena sudah ada Kader-kadernya itu.
P : Kalau posisi ibu sendiri di Desa Siaga ini
mungkin bisa jelaskan selain sebagai
koordinator ?
N : Kalau saya kan tinggalnya nggak disini,
jadi nggak bisa memantau. Saya kan
tinggalnya di Margoagung, ini kan
Margomulyo. Harusnya itu kan Desa Siaga itu
kan Bidannya tinggal di situ, tapi untuk
sementara ini kan sudah ada Bidan yang mau
menggantikan yang rumahnya sini.
P : Jadi Margoagung siapa penanggung
jawabnya Bu?
N : Margoagung ada mba dewi. Tapi mba
dewinya juga nggak tinggal di situ, tapi kan
sudah disediakan Polindes. Di sini kan nggak
ada Polindes.
P : Bu, tadi kan Desa Siaga untuk menangani
masalah kesehatan, sudah efektif nggak Bu
selama ini?
N : Efektif saja.
P : Dari sebelum adanya Desa Siaga ini
apakah sama dengan sesudah adanya Desa
Siaga kalau Ibu bandingin?
N : Kalau bisa berjalan lancar itu bagus,
efektif, karena masyarakat bisa menentukan
oh ini bahaya ini apa, kan nanti di situ kan ada
penanggulangan bencana, kalau ada banjir ada
puting beliung kan Kadernya udah di latih jadi
sudah tau. Di latihnya kan di Dinas
Kesehatan, kalau bisa berjalan kan bagus
efektif.
P : Sejauh ini?
Dengan adanya desa
siaga sangat baik sekali
untuk mengatasi masalah
kesehatan dan
penanggulangan bencana
jika berjalan dengan
efektif.
(N2, 294-300)
Saran untuk desa siaga
yaitu perlu
ditingkatkannya
koordinasi (N2, 314-322)
340
345
350
355
360
365
N : Sejauh ini kan alhamdulillah tuh nggak
ada bencana-bencana.
P : Nggak ada bencana ya bu? Dulu- dulu?
N : Kan dahulu pernah tahun berapa tuh ada
puting beliung.
P : Nah ini Bu, kan ibu koordinator Desa
Siaga nih. Desa Siaga di Dusun Margomulyo
itu bisa dikatakan baik atau gimana Bu?
N : Ya di tengah-tengah, sedang gitu aja, baik
banget itu yo nggak.
P : Ibu ada masukan, saran atau masukan
untuk Desa Siaga?
N : Saran saya kalau untuk Desa Siaga, kalau
benar-benar jalan itu bagus, tapi khusus untuk
koordinasi, tapi bukan untuk, karena orang
taunya kan untuk pelayanan kesehatan, tapi
selama ini kan pelayanan kesehatan yang
diharapkan kan Cuma pertolongan pertama
saja, soale anu di di Poskesdes itu ada
persediaan obat itu Cuma paracetamol
betadin, Cuma itu. Kan selama ini saya mau
ini lho mas apa kantornya itu pindah.
P : Kantor yang mana tuh Bu?
N : Poskesdes. Iya, ini kan ada tempat kosong.
Selama ini kan kelurahan juga baru mau
bangun kan masih digunakan tempat yang
lain.
P : Ini yang di Balai Desa tuh ya Bu?
N : He e.
P : Semuanya mau dipindah disini ya Bu ya?
N : iya kalau boleh. Tapi kemarin saya uda
bilang sama Pak Lurah sudah mengijinkan,
kepala Puskesmas sudah mengijinkan, kan
saya bisa sewaktu-waktu koordinasi sama
kader-kader yang lain.
P : Mungkin ini udah hampir-hampir akhir Bu
pertanyaannya. Eeee ntar Bu. Nah Bu, dengan
adanya Desa Siaga ini apa ada peningkatan
Bu?
N : Ya ada, lah itu masyarakatnya itu bisa
mendeteksi lebih dini tentang kegawatan.
P : Oh itu benar Bu, bisa mendeteksi?
N : Iya, selama ini ada. Misalnya ada yang
melaporkan kepada saya, ini ada Ibu hamil
umur kehamilannya segini tapi koq
mengelurkan darah. Itu laporannya kepada
Dengan desa siaga ada
peningkatan untuk
masyarakat terutama
dalam hal mendeteksi
lebih dini tentang
kegawatdaruratan
(N2, 338-349)
Pelatihan diberikan oleh
puskesmas, dan dinas
kesehatan
(N2, 352-356)
Evaluasi desa siaga tiap
semester
(N2, 361-363)
Penutup
saya. Jadi masyarakatnya lapor ke kadernya
nanti kadernya lapor kepada saya. Terus ada
juga masyarakat yang hamil koq anaknya
umur segini koq belum bisa merangkak,
belum bisa berjalan itu lapor kepada saya. Jadi
ada fungsinya gitu lho.
P : Terus pelatihan Kader gitu, biasanya dari
siapa yang ngasih?
N : Dari Puskesmas ada dari Dinas Kesehatan
ada.
P : Biasanya di mana Bu pelatihannya?
N : Di sini Dusun Margomulyo, dulu pertama
di Puskesmas ada terus per desa kan ada di
kelurahan terus di Dinas Kesehatan ada.
P : Untuk evaluasinya sendiri Bu tentang Desa
Siaga tiap berapa hari Bu?
N : Selama ini?
P : Iya.
N : Selama ini, ya baru 6 bulan sekali.
P : Per semester berarti Bu?
N : Iya. ( ada gangguan di panggil sama
perawat )
P : Ya uda itu aja dulu mungkin Bu, uda
semuanya Bu, ya mungkin nanti kalau ada
data yang kurang bisa saya tanya-tanya lagi ya
Bu ya. Makasih ya Bu.
Narasumber Ketiga
A. Identitas Narasumber
Nama : N3
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : Tsanawiyah
Pekerjaan : Kader PHBS
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Waktu : 6 Februari 2010, pukul 13.36 WIB
Lokasi : Ruang tamu rumah
C. Keterangan
Pewawancara : Arie Patramanda
P : Pewawancara
N : Narasumber
Setting :
Wawancara dilakukan di ruang tamu rumah narasumber, saat itu
diruangan ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana
diruangan cukup tenang, sesekali terdengar suara alaram jam dinding.
Peneliti duduk disebelah narasumber dan wawancara dimulai pukul 13.36
dengan seluruh pembicaraan direkam menggunakan rekorder dan dicatat
dibuku peneliti. Wawancara selesai pada pukul 13.56 WIB.
Baris Hasil Wawancara Tema
1
5
10
P : Assalamu alaikum Bu.
N : Waalaikum salam..
eee,,, ini penelitian saya tentang PHBS bu,
berhubung Ibu Kader PHBS,jadi saya akan
menanyakan tentang PHBS dan Desa Siaga.
Pertama Desa Siaganya dulu Bu
N : Desa Siaga yang baru kemarin itu ya.
P : Menurut Ibu Desa Siaga itu yang seperti
apa?
N : Desa Siaga itu yanggggg,,, kemarin ya,
dulu baru diberitahu kalau Desa Siaga itu to
Pembukaan
Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya siap
untuk mengatasi masalah
/ kejadian yang darurat
15
20
25
30
35
40
45
50
55
untuk mempersiapkan kalau ada warga yang
mau ke Rumah Sakit umpamanya Ibu hamil
atau sakit mendadak, atau kecelakaan itu apa
lapor ke Desa Siaga itu supaya di antar ke
Rumah Sakit atau di Puskesmas gitu.
P : Jadi ini kalau ada kayak kejadian-kejadian
darurat itu Bu ya?
N : Ya.
P : Nek kegiatannya yang ibu tahu apa aja Bu
Desa Siaga?
N : Belum ada kegiatan e.
P : Oh belum ada kegiatan?
N : Belum ada e.
P : Yang seharusnya programnya apa aja Bu?
N : Programnya ya itu ada yang bantu - bantu
kalau ada kecelakaan mendadak.
P : Tapi sebelumnya belum jalan ya Bu?
N : Belum. Baru di bentuk apa pengurus.
Dulu aja tempatnya di tentukan di Balai Desa
koq. Kemarin ada di sana ya saya nggak tahu.
P : Ya udah, udah di pindah di Pustu sekarang
ya Bu ya?
N : Oh ya.
P : Sosialisasinya gimana Bu Desa Siaga?
N : Sosialisasi Siaga sudah pernah
mempraktekan kalau ada kecelakaan, atau ada
ituuuuuu yang darurat itu tadi.
P : Dalam bentuk apa Bu sosialisasinya?
N : Ya tanya jawab atau ituu praktek,
P: Sama prakteknya Ibu ya?
N : Iya. Praktek pertolongan gitu.
P : Tuh dimana Bu pelatihannya?
N : Di Margoagung.
P : Margoagung. Itu yang memberi
Pelatihannya siapa Bu?
N : Itu dari Puskesmas.
P : Terus Bu, ehem PHBS itu sendiri Bu.
Menurut Ibu PHBS itu apa Bu?
N : PHBS itu singkatan dari Perilaku Hidup
Bersih, Sehat kalau Nggak salah itu.
P : Itu apa tujuannya Bu?
N : Tujuannya untuk mengetahui keluarga,
apakah disitu ada yang merokok, umpamanya
lho itu, kebersihan lingkungan.
P : Nah ini Bu yang turut andil Bu yang
berperan serta dalam program PHBS siapa
(N3, 8-16)
Belum ada kegiatan yang
berjalan didesa siaga,
baru dibentuk poskesdes
dan kepengurusan
(N3, 17-28)
Sosialisasi desa siaga
sudah baik salah satunya
melalui pelatihan-
pelatihan yang diadakan
oleh puskesmas
(N2, 32-42)
PHBS adalah perilaku
hidup bersih dan sehat
terutama dalam keluarga
dan kesehatan lingkungan
(N3, 45-50)
Yang terlibat dalam
PHBS adalah seluruh
masyarakat
(N3, 53-57)
60
65
70
75
80
85
90
95
100
saja Bu?
N : Yo, masyarakat. Dianjurkan untuk itu tadi,
melaksanakan atau mengetahui dirumah itu
ada yang merokok atau ada yang
seumpamanya ada yang kukunya panjang-
panjang gitu, tapi panjang itu belum tentu
kotor. Iyo to.
P : Terus Ibu, dari dananya sendiri bu yang
Ibu tahu dananya dari mana Bu untuk
program ini?
N : Dananya ya, koq belum ada dana untuk
PHBS. Oh dari anu, dari Puskesmas, sering
ada anu abate itu untuk jentik-jentik, terus ada
seperti reksol itu. Reksol untuk bersih-bersih
lantai atau penghindar tikus.
P : Kalau untuk pelatihannya sendiri Bu,
Kader itu ada pelatihan rutin gitu Bu?
N : Nggak.
P : Nggak ada ya Bu ya?
N : Setahu saya baru sekali tuh di
Margoagung itu.
P : Itu pertama kali terbentuk itu ya Bu ya?
N : Heem.
P : Terus Ibu, target yang ingin dicapai apa
Bu?
N : Target? Ya kebersihan dalam rumah
tangga atau kebersihan lingkungan atau ya
untuk mengurus rumah tangga itu. Intinya
bersih gitu.
P : Terus ini Bu, ada hambatan nggak selama
perjalanan proses ini, kendala mungkin,
kendalanya dimana?
N : Yo, mungkin ada saja to kendalanya,
umpamanya untuk apa memisahkan sampah
saja sukarela, umpamanya yang daun tempat
satu yang plastik ada sendiri, sekarang masih
susah e, biasanya campur terus dimasukan di
kubangan gitu lho. Terus diberi tong sampah
sama KKN gitu kemarin.
P : Kalau masalah PHBS Bu yang paling
tinggi didaerah sini apa Bu?
N : Apa ya?
P : Mungkin ada permasalahannya gitu. Ini
kan saya punya point-pointnya Bu, mungkin
Ibu bisa lihat, ini ada 20 point Bu.
N : Hallah Nggak kelihatan e.
Dana didapatkan dari
puskesmas (N3, 60-62)
Belum ada pelatihan rutin
untuk kader (N3, 65-67)
Target yang ingin dicapai
adalah kebersihan dalam
rumah tangga dan
kesehatan lingkungan
(N3, 72-74)
Kendala yang dihadapi
adalah masih kurangnya
kesadaran dari
masyarakat (N3, 77-82)
105
110
115
120
125
130
135
140
145
P : Oh nggak kelihatan ya Bu ya? Saya bacain
ya Bu?
Pertama persalinan di tolong oleh Tenaga
Kesehatan, gimana apa sudah bagus Bu ya?
N : Sudah.
P : Terus, ASI eksklusif?
N : Yo satu dua, karena melahirkan kan
ibunya kerja dipabrik atau dimana gitu kan
tidak bisa eksklusif, dirumah ya dibantu
mbahnya yang momong ya nggak bisa.
P : Terus menimbang Balita setiap Bulan?
N : Ya bagus, rutin.
P : Terus menggunakan air bersih?
N : Ya.
P : Terus mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun?
N : Ya.
P : Jamban sehat Bu?
N : Sudah, karena ada bantuan juga sini.
P : Oh ada bantuan jamban Bu ya? Dari mana
Bu?
N : Dari Desa, dari Kelurahan.
P : Terus yang dapat bantuan itu siapa saja
Bu?
N : Woh banyak sini, hampir yang jauh dari
kalen-kalen itu dikasih, ditengah-tengah itu
kan jauh dari kalen-kalen di beri jamban.
P : Terus jentik dirumah Bu, memberantas
jentik nyamuk?
N : Wah masih ada e, ditempat saya aja masih
ada e, dulu tau-tau buka itu koq keliatan ada
jentiknya.
P : Itu programnya yang abate keamrin itu ya?
N : Iya.
P : Terus makan sayur dan buah?
N : Iya ada.
P : Aktifitas fisik?
N : Ya baik itu, ya nyapu-nyapu yo senang.
P : Tidak merokok dalam rumah?
N : Juga masih ada, kalau yang bapaknya
nggak merokok yo nggak yo bahaya yang
nggak merokok.
P : gizi seimbang Bu?
N : Ya.
P : Memeriksakan kehamilan Bu?
N : Ya.
Permasalahan PHBS yang
ditemukan adalah tidak
merokok didalam rumah
dan pengelolaan sampah
(N3, 93-150)
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
P : Memiliki jaminan kesehatan?
N : Itu, kartu askes udah banyak.
P : Terus Imunisasi lengkap?
N : Iya uda banyak itu.
P : Terus pasangan usia subur ikut KB Bu?
N : Ya sudah.
P : Terus lantai rumah bukan dari tanah?
N : Ya, sudah nggak ada yang dari tanah.
P : Terus pengelolaan sampah?
N : Ya itu yang banyak kendalanya.
P : Terus Toga?
N : Toga ya sudah ada, ini mau dimulai lagi
lomba besok.
P : Oh ada lomba Bu?
N : Iya acaranya PKK, sini kejatuhan ya PKK
banyak toganya besok.
P : Terus gosok gigi Bu? Kebiasaan gosok
gigi?
N : Oh ya udah biasa, dari kecil udah nganu,
udah dilatih.
P : Jadi itu ya Bu tadi, merokok dengan
pengelolaan sampah yang masih agak kurang
ya Bu ya.
P : Terus nah ini agak berhubungan dengan
Ibu nih Bu ya. Dukungan yang Ibu berikan
biar program ini bisa berjalan? Mungkin ibu
memberikan dukungan dalam bentuk apa
gitu?
N : Apa ya? Ya anu dalam bentuk itu Yandu,
kalau ada balita yang apa itu kurang gizi saya
anjurkan ke Puskesmas untuk periksa. Atau
kurang berat badan itu nanti oleh Puskesmas
nanti dikasih PMT.
P : Memberikan pengarahan penyuluhan gitu
Bu?
N : Ada sendiri itu dari Puskesmas.
P : Oh ada sendiri Bu bukan dari Kadernya Bu
ya?
N : Ya kalau nggak.
P : Kalau Kader Bu, yo dari atas itu
memberikan tugas Kader itu apa Bu? Ya ini
yang perlu saya tahu, Ibu tuh ditugaskan apa?
N : Ya Kader Yandu itu. Ya nanti to mencatat
Balita, ibunya ya lengkap anak siapa, umur
berapa.
P : Oke mendata ya Ibu ya?
Dukungan yang diberikan
adalah mengadakan
posyandu, melakukan
pendataan, mengajak
masyarakat langsung (N3,
155-179)
Pelaksanaan program
PHBS sudah berjalan
cukup baik
(N3, 183-187)
200
205
210
215
220
225
230
N : Ya mendata Balita.
P : Nah kalau tugas Ibu sebagai Kader PHBS
sendiri Bu?
N : Ya Cuma mengarahkan untuk hidup sehat
itu.
P : Ya mengarahkannya dalam wujud apa Bu?
Mungkin Ibu sering?
N : Ya Cuma ngajak-ngajak bersih-bersih.
P : Oh mengajak langsung Bu?
N : Iya. Cabut-cabut rumput itu, kalau,tapi yo
nggak tiap minggu setengah bulan sekali
bersama muda-mudi kelompok sinoman itu.
P : Terus Ibu, ini pelaksanaan PHBSnya
sejauh ini Bu dari pertama kali dicanangkan
dulu sampai sekarang gimana Bu jalannya
PHBS?
N : Ya satu dua sudah ada yang dijalankan
untuk mengurangi merokok, apa cuci tangan
pakai sabun, kalau ngasih maam anak atau
balita itu sambil duduk aja nggak diajak jalan
kemana-mana, kalau makan diajak berdoa.
P : Terus targetnya Bu? Ada tergetnya nggak
untuk PHBS itu sendiri?
N : Nggak, nggak ada tergetnya.
P : Terus nah, ini kan programnya Desa Siaga
kan Bu ya PHBS tuh dengan adanya Desa
Siaga ada peningkatan nggak Bu dari
dibandingkan dengan sebelum adanya Desa
Siaga? Mungkin dari sebelum 2007 Ibu kan
sudah lama kayaknya disini?
N : PHBS iki 2009.
P : Haah 2009?
N : Ee 2008.
P : Tapi bukannya Program PHBS itu udah
ada dari dulu ya Bu ya?
N : Oh ya sudah, Desa Siaganya itu yang
baru.
P : Desa Siaganya yang baru kan Bu ya, nah
sebelum adanya Desa Siaga sama sesudah
adanya Desa Siaga sekarang ada kemajuan
nggak Bu? Peningkatan nggak Bu ya?
N : Yo ada sedikit-sedikit, sukar e ngajak
masyarakat.
P : Nah ini yang terakhir nich ya Bu ya, biar
simple-simple aja Bu? Ibu ada saran atau
masukan nggak Bu untuk program PHBS
Dengan adanya desa siaga
ada peningkatan PHBS
masyarakat (N3, 206)
Pelaporan program PHBS
oleh kader langsung
kepuskesmas (N3, 219-
221)
Penutup
nanti kan bisa saya paparkan saran Ibu?
N : Gimana ya?
P : Masukan aja yang Ibu rasakan selama ini,
ada yang kurang atau gimana?
N : Yo, masih banyak kurangnya to heeeheee,
karena hidup di Dusun ya bersih sekali juga
nggak bisa. Iya to.
P : Masukan-masukan yang lain Bu?
N : Nggak ada e mas. Kayaknya sudah cukup
e mas.
P : Ibu kalau PHBS itu nanti lapor ke siapa?
Nanti Bu?
N : Ke Puskesmas ya bagian kebersihan itu.
P : Berarti dari Ibu nanti lapor ke Puskesmas.
N : Iya.
P : Ya sudah Bu ya, mungkin maaf ya Bu
sekali lagi ngerepotin Ibu.
N : Saya ya juga masih banyak
kekurangannya ya, minta maaf aja.
P : Saya juga minta maaf Bu mendadak. Ya
mungkin gini Bu, besok ibu ada waktu nggak
Bu?
N : Minggu? Minggu ke yo.
P : Sekitar jam-jam duaan gitu, soalnya jam 2
itu saya gini Bu, ada diskusi sedikit. Atau
saya wawancara lagi ulang besok Bu kalau
ada data yang kurang
N : oiya
P : makasih ya bu,,asslamualaikum
Narasumber Keempat
A. Identitas Narasumber
Nama : N4
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS ( Perangkat desa)
B. Waktu dan Lokasi Wawancara
Waktu : 6 Februari 2010, pukul 11.10 WIB
Lokasi : Ruang tamu rumah
C. Keterangan
Pewawancara : Arie Patramanda
P : Pewawancara
N : Narasumber
Setting :
Wawancara dilakukan di ruang pertemuan tamu, saat itu diruangan
ada peneliti, narasumber, dan seorang teman peneliti. Suasana diruangan
cukup tenang, sesekali terdengar suara kendaraan lewat karena rumah
terletak dipersimpangan jalan. Peneliti duduk disebelah narasumber dan
wawancara dimulai pukul 11.10 dengan seluruh pembicaraan direkam
menggunakan rekorder dan dicatat dibuku peneliti. Wawancara selesai
pada pukul 12.53 WIB.
Baris Hasil Wawancara Tema
1
5
10
P : Assalamu alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Terima kasih Pak atas
waktunya. Pertama Pak, ini kan Bapak
sebagai Tokoh masyarakat ya Pak.
Pengetahuan Bapak tentang konsep Desa
Siaga gimana Pak?
N : Bagus bagi kami, ini sangat mendukung
bagi masyarakat pedesaan untuk lebih tau
tentang kesehatan dan kebersihan
lingkungan.
Pembukaan
Desa siaga adalah desa
yang masyarakatnya dapat
melakukan penanganan
lebih dini tentang
15
20
25
30
35
40
45
50
55
P : Desa Siaga tuh yang seperti apa Pak yang
Bapak tahu?
N : Ee,,,, penanganan lebih dini baik itu
pasien maupun ee tentang kesehatan
masyarakat, jadi lebih dini.
P : Terus kegiatan Desa Siaga apa aja pak
yang bapak tahu?
N : Ee bagi masyarakat Desa kami
kegiatannya untuk ee mengetahui langkah-
langkah awal terutama yang sekarang ibu-
ibu hamil, terus pencegahan penyakit-
penyakit baik itu yang bersifat endemis,
terutama itu yang endemis ataupun yang
lainnya, penyakit yang ditimbulkan oleh
penyebab yang lain.
P : Di sini endemis apa Pak?
N : DB.
P : DB?
N : Iya, itu setiap musim hujan mesti ada
sehingga kami harus siaga, terus memang
ada komunikasi antar petugas-petugas.
P : Lah sekarang kan musim hujan niih pak?
Sudah ada yang kejadian Pak?
N : Belum, alhamdulillah karena kita ada
komunikasi.
P : Oh iya kemarin juga dikasih brosur-
brosur gitu ya Pak?
N : Iya selain itu juga anu ada abate-abate,
itu yang saya maksud lebih dini kita untuk
melangkah.
P : Berarti udah mencegah?
N : Iya, ada komunikasi antar petugas Desa
Siaga, karena memang Desa Siaga kan ada
Poskesdes.
P : Oh yang di Balai Desa Ya Pak ya?
N : Iya, itu kan kalau dikampung-kampung
kan juga digalakan.
P : Itu siapa aja pak yang koordinasi yang
Bapak bilang tadi?
N : Yang terlibat seperti kami Tokoh
Masyarakat, terus ada Kader yang ditunjuk
Desa, terus ada Bidan Desa. Yang paling
bertanggung-jawab Kepala Desa dan Kesra.
P : Kepala Desa dan Kesra?
N : Heem. Kepala Desa dan Kesra.
P : Terus Pak, sosialisasi Desa Siaganya
kesehatan masyarakat dan
kebersihan lingkungan
(N4, 7-14)
Kegiatan desa siaga
meliputi penanganan ibu
hamil, pencegahan
penyakit endemis, dan
penyekit yang ditimbulkan
oleh penyebab yang lain
lebih dini (N4, 17-37)
Yang terlibat dalam desa
siaga meliputi Tokoh
masyarakat, kader, bidan
desa, kepala desa dan kesra
(N4, 46-52)
Sosialisasi desa siaga
sudah baik melalui
pertemuan seluruh
komponen masyarakat
60
65
70
75
80
85
90
95
100
sendiri Pak dari pertama kali terbentuk Pak?
N : Kebetulan semua diundang ke Desa, haa
seluruh komponen masyarakat, lembaga dan
seluruh komponen masyarakat itu diundang
ke kantor Desa dan diberi penjelasan terus
justru setelah itu dibentuk di Dusun-dusun
juga harus ada, sehingga benar mengadakan.
P : Pertemuannya di Desa ya Pak ya?
N : Iya di Desa terus dikembangkan di
Dusun-dusun di Dusun harus ada lagi.
P : Targetnya Pak, target yang ingin dicapai?
N : Kami ingin Masyarakat semua terpantau
kesehatannya.
P : Kalau ada satu dua orang tidak terpantau
itu gimana Pak?
N : Kita memang berusaha maksimal tapi
kalau memang ada satu dua wajar karena
kadang-kadang memang tak terdeteksi oleh
keluarga apapun. Anak ini sebetulnya kena
penyakit apa, keluarga tak segera lapor
sehingga disangkanya masuk angin nggak
tahunya kena penyakit yang lebih parah.
Orang banyak biasanya nggak kurang jeli,
terus biasanya itu di kira masuk angin
cuman dikerok setelah hari berikutnya e kita
yang repot harus bawa kesana.
P : Terus selama ini gimana Pak kalau ada
yang sakit gimana urutannya? Mungkin sakit
dia langsung ke Puskesmas atau ke Bidan
dulu?
N : Ee kita pake mekanisme, Bidan dulu
setelah Bidan memutuskan kita bawa ke
Puskesmas tapi kalau penyakitnya cukup
kronis kita bawa ke Rumah- Sakit. Tetap
lewat mekanisme.
P : Bidan itu ngobatin juga nggak Pak?
N : Bidan iya iya siap obat setelah
memeriksa, setelah memang mungkin untuk
diobati disitu ya diobati di situ, secara
kebutulan Bidan di sini itu komunikatif.
P : Di sini ada berapa Bidan Pak?
N : Satu, satu Desa cuman satu. Terus jadi
ada empat, satu penanggung jawab Desa
terus kan dibagi ada tiga wilayah atu
wilayah satu, satu Desa itu empat Bidan.
P : Nah ini lagi Pak, pendanaan Desa Siaga
ditahap desa kemudian
ditahap dusun (N4, 54-62)
Target yang ingin dicapai
adalah terpantaunya
kesehatan seluruh
masyarakat
(N4, 64-77)
Jika ada masalah
kesehatan, maka akan
bidan akan menangani
lebih dulu, kalau
diperlukan akan dirujuk
kepuskesmas, dan jika
parah akan dibawa ke
RSUD
(N4, 81-89)
Pendanaan desa siaga dari
105
110
115
120
125
130
135
140
145
itu dari mana Pak?
N : Dari APBDes, ada APBDes Desa lho
nanti ditunjang dari Dinkes itu memang
untuk menunjang pertemuan rutin
diselenggarakan barusan kemarin kita
ngadakan pertemuan.
P : Kemarin di mana Pak?
N : Bareng sini Yandu.
P : Oh Yandu Pak?
N : Iya bareng sini Ibu-Ibu kan banyak
sampe siang banget itu, iya dari pagi sampe.
P : Terus nah kita masuk ke intinya Pak,
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pak. Apa
itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pak?
N : Nah itu ada sepuluh kriteria itu.
P : Sepuluh?
N : Iya ada sepuluh. Sebentar ada sepuluh
macam saya juga lupa e.
P : Intinya aja pak
N : Sebentar saya cuma di PHBS itu ada tapi
Ibu yang hapal.
P : Ini Pak saya punya Pak.
N : Ada, nek mungkin disitu juga ada.
P : Ya mungkin yang Bapak tahu dulu aja,
apa yang Bapak tahu? Sepengetahuan Bapak
aja.
N : Ee saya koq lupa ya. Diantara memang
ada sepuluh. Lupa sekali saya lupa.
P : Pengertian aja dulu pak
N : Pengertian PHBS. Defenisinya berarti?
Itu pengertiannya salah satu keluarga yang
melaksanakan hidup sehat sesuai dengan
ketentuan Kesehatan, nah itu ada sepuluh
dijabarkan tapi saya lupa e.
P : Itu kan sepuluh dari Pusat katanya Pak
ya, untuk yang disini sendiri Pak sama
nggak sepuluh dari Pusat atau ada beberapa
point tambahan?
N : Kelihatannya sepuluh itu sudah semua
masuk.
P : Kalau PHBS Pak, orang-orang yang
dalam program Desa sama nggak dengan
Desa Siaga? Orang-orang yang terlibat?
N : Itu kan memang anu ya, kita memang
dari Desa Siaga itu, itu memang program
kita seluruh warga masyarakat Desa
APBDes, Dinkes (N4, 97-
100)
PHBS berarti keluarga
yang melaksanakan hidup
sehat sesuai dengan
ketentuan kesehatan (N4,
123-127)
Yang terlibat dalam desa
siaga adalah seluruh warga
desa
(N4, 135-145)
150
155
160
165
170
175
180
185
190
Margumulyo, ya kalau disini khususnya di
Dusun Batuan, semua kami menginginkan
semua masyarakat itu sehat, karena Desa
Siaga kan untuk itu, kami memang
memprogramkan semua msyarakat tahu
benar PHBS dan bisa melaksanakan
keseharian sesuai dengan permohonan
sepuluh kriteria tadi sehingga masyarakat
benar-benar melakukan kegiatan sehari-hari
secara sehat.
P : Terus ini Pak, pelaksanaanya sendiri
sejauh ini sudah sampai mana Pak?
N : Kami memang, satu memang ada
pertemuan rutin.
P : Pertemuan rutin?
N : Kita justru malah bukan cuman rutinitas
pada saat Yandu, kita adakan ada Yandu
Balita trus ada Yandu Lansia, dan justru
malah kita adakan senam-senam Lansia itu
kan termasuk didalamnya.
P : Kalau Yandu itu tiap berapa bulan
sekali?
N : Sebulan sekali. Tanggal 27 terus kalau
Lansia itu selapan hari, selapan itu 25 hari,
terus kalau senamnya itu tiap hari senin, itu
tiap senin sore pasti senam.
P : Di mana itu pak?
N : Disana, di RW sana. Kalau kesini jauh,
termasuk didalamnya toh itu kita ee apa kita
memang mengusahakan semaksimal
mungkin untuk menekan kalau boleh saya
bilang sampe angka kematian itu sekecil
mungkin.
P : Nah ini, dari segi bapak sendiri ya pak,
dukungan yang Bapak berikan dalam bentuk
apa Pak?
N : Alhamdulillah materi pun saya berikan
karena untuk khusus pertemuan dikampung
itu tidak diberikan subsidi.
P : Oh nggak ada subsidi?
N : Nggak, kalau tingkat Dusun, yang ada di
Desa. Materi pun saya berikan apalagi kami
yang sifatnya sosialisasi saya gencar dimana
ada pertemuan saya ikut didalamnya, karena
memang ada pertemuan tiap RT atau RW
terus tiap ada pengajian-pengajian itu juga
Pelaksanaan desa siaga
sudah cukup berjalan
dilihat dari sering
diadakannya pertemuan
rutin, posyandu, dan
program lainnya (N4, 148-
159)
Menekan angka kematian
adalah salah satu indikator
keberhasilan desa siaga
(N4, 161-165)
Dukungan yang diberikan
tokoh masyarakat berupa
memsubsidi dana
pertemuan , mengikuti
pelatihan dari puskesmas
dan dinkes, melakukan
sosialisasi, dll
(N4, 169-206)
195
200
205
210
215
220
225
230
235
240
ada, pengajian malam kamis itu, baca
Qur’an, malam selasa Tafsir, tapi kalau
Kadus yang lain saya nggak tahu.
P : Terus kalau pelatihan-pelatihan gitu Pak?
Bapak kan pasti sering dapat pelatihan, itu
sapa yang sering memberikan pelatihan
materinya?
N : Dari, mesti dari dinkes, ha a Dinkes.
mesti itu. Dinkes tu kan nanti menunjuk dari
Puskesmas itu pasti akan datang Dinkes
langsung nanti didamping dari Puskesmas.
Tapi kalau sifatnya pelatihan gitu di Desa
langsung, itu kan hemat biaya, waktu dan
biaya karena memerlukan biaya banyak.
P : Itu rutin Pak?
N : Iya. Oh nganu nggak itu, akh kalau yang
pertemuan itu bisa rutin, tapi kalau dari
Puskesmas itu rutin.
P : Yang dari Dinkesnya?
N : Ha a itu rutin itu. Itu terus di wakilkan
Puskesmas. Ha a rutin itu, itu nganu kalau
disini alhamdulillah semua pertemuan yang
menyangkut dengan kesehatan itu itu semua
Pak, Bu, baik Pemerintah Desa, Puskesmas
sendiri dan Tokoh Masyarakat. Tidak ada
pertemuanpun nanti Tokoh Masyarakat atau
Kader-kader biasanya ibu-ibu itu nanya
kenapa kita tidak ada pertemuan.
P : Oh lah justru malah ditanya ya Pak?
N : Iya. Kenapa tidak ada pertemuan. Kalau
terjadi kasus kritis gimana. Nah
alhamdulillah itu ada komunikasi.
P : Terus ini Pak, apakah ada faktor-faktor
yang membantu turut terlaksananya, dari
Desa Siaga dan PHBS sendiri Pak? Yang
faktor pendukungnya?
N : Faktor pendukung? Kalau dari faktor
pendukung kami kira kami memang semua
sudah cukup didukung oleh elemen-elemen
baik itu oleh Pemerintah maupun dari
lembaga-lembaga Desa udah saling
mendukung bahkan Pemerintah Desa
maupun lembaga yang tidak menangani
kalau dulu kan LKMD, LPMD sekarang kan
itu justru ketuanya itu gigih banget, nah itu
semua pendukung walaupun itu bersifat
Dukungan diberikan oleh
pemerintah, lembaga desa
maupun lembaga
masyarakat
(N4, 210-216)
Hambatan yang ditemukan
yaitu kurangnya koordinasi
antara pihak desa dan pihak
250
255
260
265
270
275
280
285
290
nganu pendukung moral tapi dia gigih
banget, terus kalau dana ya maksimal dari
APBDes itu. Ada yang memang kalau
berbenturan dengan biaya kami justru malah
sering mengeluh biaya, artinya kami
mengirim beberapa miskin ke Rumah Sakit
kadang-kadang terbentur masalah itu yang
bikin repot, kadang-kadang sok tidak
mendapatkan pelayanan sesuai dengan apa
yang ditentukan dengan aturan disitu.
P : Itu masuk ke hambatan ya Pak ya?
N : Iya hambatan.
P : Jadi kalau dana nih maksudnya kalau kita
kirim keluarga miskin ke Rumah Sakit.
N : Kadang-kadang disitu kan ada
jaminannya, orang miskin kan Jamkesmas
itu, Jamkesda, kadang-kadang Rumah Sakit
ada permainan didalamnya.
P : Tidak ditrima atau gimana Pak?
N : Diterima tapi suruh beli obat.
P : Oh obatnya bayar lagi?
N : Iya, padahal itu kan operasi pun seharga
seratus jutapun gratis. Iya kadang suruh beli
obat.
P : Itu masuk yang mana Rumah sakit
Daerah mana?
N : Iya Residen. Temuan baru pada kami
kebetulan akh di Rumah Sakit Sarjito di sana
mau operasi nganu mau belum operasi suruh
tanda-tangan suruh masuk ke ini harus ke
minta jaminan ke nganu ke apotik Sleman.
Karena apa kita minta jaminan, karena
apotik Sleman kadang-kadang nggak mau
bayar. Nah kita temuan itu temuan itu.
P : Dari Kabupaten nggak mau bayar ya
pak?
N : Iya dari Dinkes Sleman nggak mau
bayar
P : Sempat dilaporin Pak, nggak
maksudnya?
N : Ini pertemuan baru nanti rapat
koordinasi nanti muncul kalau saya, mesti
muncul.
P : Nah ini pak, ini yang baru saya
keluarkan, ini kan ada point-point indikator
ya Pak untuk PHBS, ada persalinan yang
rumah sakit salah satunya
dalam hal pengajuan
jamkesmas (N4, 220-234)
Permasalahan PHBS yang
ada antara lain pengelolaan
sampah dan tidak merokok
(N4, 269-273)
295
300
305
310
315
320
325
330
335
ditolong tenaga kesehatan biar lebih baik,
menurut bapak tapi yang paling prioritas
yang paling banyak permasalahannya di
Masyarakat yang mana Pak, coba bapak
lihat dulu Pak dari point-point ini pak, yang
mana yang kira-kira jadi masalah disini Pak?
Ada itu ASI, jamban besih sehat, jentik di
rumah, olahraga,tidak merokok, gizi
seimbang?
N : Paling nganu kalau saya itu pengolahan
tanah, kalau Toga ada ya. Pengolahan
sampah, cuman ini to. semua ada, air bersih,
menimbang tiap bulan, ASI eksklusif, dan
yang merokok ini, merokok ini susah.
Karena saya bilang susah karena saya tidak
merokok dan itu kalau saya setiap
pertemuan, disitu orang merokok semua.
Hahahahh
N : Itu yang sebelah barat itu. Itu meninggal
gara-gara perokok berat. dan itu saya
sampaikan pada masyarakat setiap hari, tapi
ya karena memang mereka suka ngeyel ya
salah sendiri ya namanya koq kalau nggak
ngerokok susah e Pak, nggak sehat, lemas.
Tapi untuk gambaran, dari sekecil apapun
celah saya selalu memberikan pengertian
secara tidak langsung maupun langsung
pasti. Jadi masalah saya Cuma pengolahan
sampah sama merokok itu tadi. Asi, orang
sudah sadar karena ada penyuluhan terus
menerus, yang persalinan ditolong Bidan
memang sini karena anu seratus persen
ditolong Bidan.
P : Seratus persen Pak?
N : Iya seratus Persen. Kami tidak mau anu.
Seratus Persen ditolong Bidan. Dan tidak
ada lagi persalinan yang dotolong oleh
dukun-dukun.
P : Tapi disini masih ada dukun-dukun Pak?
N : Nggak, nggak ada lagi, ada sebelah sana
tapi itu saja masyarakat cuman kalau
bayinya sering nangis kan itu biasanya
sering capek. Kalau untuk persalinan nggak
saya jangan, biasanya kalau melahirkan kan
Bidannya ke rumah. Secara kebutulan Bidan
itu juga Bidan sini. Secara kebetulan.
Dengan adanya desa siaga
masyarakat merasakan
peningkatan terutama
kualitas kesehatan salah
satunya pertumbuhan
penduduk, masyarakat
sudah sadar untuk berobat
ke tenaga kesehatan
(N4, 303-316)
340
P : Terus dengan adanya Desa Siaga, kerasa
nggak Pak ada peningkatan?
N : OOO Yah..( Dengan penuh semangat )
terasa banget, yang paling terasa justru
malah ee dari sisi Keluarga Berencana.
Paling, paling itu kerasa, saya selama 20
tahun pertumbuhan penduduk saya itu tidak
ada seratus dari angka datang pergi mati
lahir itu tidak ada seratus, dari tahun, ee ada
seratus dulu saya masuk tahun 90 itu 663
sekarang 773 sampai hari ini, e seratus
sepuluh to persis. Kemarin akhir tahun saya
cek, itu paling kerasa dan yang saya paling,
ada kalau itu nganu dari kesehatan iya
kerasa sekali kesadaran dari masyarakat itu
sangat.. sangat.. sangat tinggi. Satu,
persalinan tidak ke dukun tapi ke bidan,
kalau sakit mesti ke apa ke ke Puskesmas.
P : Ini terakhir ini mungkin ya Pak ya.
N : Iya.
P : Saran dari Bapak untuk pelaksanaan
Desa Siaga dan PHBS ini Pak, saran atau
masukan?
N : Kalau untuk Desa Margomulyo, khusus
untuk di kampung saya, saya nilai cukup,
bukan karena Ibu-ibu tapi karena udah
diberikan pengertian yang cukup ee bagi
tempat saya cukup tapi untuk Desa
Margomulyo karena Kader-Kadernya
pengetahuan kan tidak imbang, itu memang
perlu ada pendekatan-pendekatan lebih
kepada Kader-Kader dari Dusun yang lain,
karena kami kan 13 Dusun, 13 Dusun 3
Wilayah, wilayah Utara, Tengah, Selatan itu
memang Kadernya mau kompak apalagi ini
kan ada yang mau memang peduli, masa
bodoh, itu ada dan bahkan yang Pak Dukuh
mungkin ada istilah terbagi atau tercapai ya
masa bodoh. Saran dari kami ya ada, ada
semacam biar itu lebih giat lagi ada
penyuluhan kembali untuk menyemangatkan
bagi Kader maupun Bapak-bapak
penanggung jawab di wilayah, kalau bagi
kami itu, karena kader kami cukup proaktif
P : Okeh, sekian dulu wawancaranya…..
terima kasih banyak ya Pak ya.
Kendala yang dihadapi
antara lain masih
kurangnnya pengetahuan
para kader
(N4, 324-328)
Saran untuk pelaksanaan
desa siaga antara lain perlu
adanya pendekatan lebih ke
kader terutama untuk
memberikan motivasi dan
perlunya penyuluhan
kembali
(N4, 326-338)
Penutup
Focus Group Discussion
A. Waktu dan Lokasi
Waktu : 7 Februari 2010, pukul 15.04 WIB
Lokasi : Ruang pertemuan pedukuhan
B. Keterangan
Pemimpin diskusi (P) : Arie Patramanda
Notulen : Niken Khrystiana
Anggota : 5 orang, terdiri dari kader dan masyarakat
A1 (WN), A2 (ZN), A3 (BS), A4 (SR), A5 (SG)
Setting :
Diskusi dilakukan di ruang pertemuan pedukuhan, ruangan cukup
luas sekitar 7 x 7 meter dengan tempat duduk mengelilingi meja. Saat itu
hujan deras sehingga sedikit mempersulit proses perekaman. Diskusi
dimulai pukul 15.04 dengan suasana yang santai, pemimpin diskusi lebih
dahulu menjelaskan tentang tujuan diskusi, cara jalannya diskusi, dan
ketentuan dalam diskusi. Seluruh pembicaraan direkam menggunakan
rekorder dan dicatat oleh notulen. Diskusi selesai pada pukul 16.30 WIB.
Baris Hasil Diskusi Tema
1
5
10
15
Assalamualaikum wr wb..
pertemuan kali namanya Focus Group
Diskussion (FGD), jadi hasil dari wawancara
kemaren dikonfirmasi lagi dengan pertemuan
kali ini.Jadi nanti topik pembahasannya tidak
jauh beda dengan wawancara saya, nanti
setiap orang bebas mengutarakan pendapatnya
secara bergantian untuk setiap topik
pembahasan.
Berhubung hujan, jadi dimohon untuk
berbicara sedikit keras. Baiklah, kita mulai aja
ya bu..
P : Bagaimana pandangan ibu sekalian tentang
desa siaga?
A1 : eeee,,,,desa siaga itu,,anu,,, (berfikir
lama)…
Saya lupa e,,,hehe
Pembukaan
Pemahaman tentang desa
siaga sudah baik
20
25
30
35
40
45
50
55
60
A2 : Saya belum tau juga…..
A3 : masih sama,,,saya juga belum tau…hehe
A4 : Desa siaga kalau gak salah desa yang
siap menghadapi masalah kesehatan.
A5: Desa siaga itu desa yang siaga
menghadapi masalah kesehatan, dan apabila
ada warganya yang sakit bisa lapor ke
poskesdes lalu dilanjutkan kepuskesmas
diantar kadernya.
P : terus untuk PHBS nya sendiri, Apa itu
perilaku hidup bersih dan sehat?
A1: ummm,,,prinsipnya kita harus
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
dengan kehidupan yang sehat dan bersih
A2 : kita menerapkan kebersihan dalam
keluarga, masakan harus bersih, rumah harus
bersih, lingkungan harus bersih, dah itu saja.
A3 : hehehehe…..perilaku hidup bersih dan
sehat yaitu kita harus bisa menerapkan
eee,,,,perilaku yang ada didalam PHBS
diantaranya orang sakit dibawa ke rumah
sakit, orang hamil diperiksakan kebidan, ada
jamban, dilarang merokok, balita dibawa
keposyandu,,,apa lagi ya,,,lupa saya…..ga
hapal semuanya…..
Hehehe….(tertawa)
A1, A2, A4, A5 : hahahhaa…..( ketawa
bersamaan)
A4 : menjaga kebersihan lingkungan, tidak
membuang sampah sembarangan, eee,,,,lali
aku…
Udah mas…..hehehe (tertawa)
A5 : kalau saya, perilaku hidup sehat yang
saya terapkan dirumah ituuu,,,,harus hidup
sehat, bersih lingkungan, makan sebisa
mungkin bergizi, mandi dua kali sehari,
sikatan tiga kali sehari, kalau punya balita
harus ditimbangkan ke penimbangan balita….
P : dari hasil saya kemaren kan PHBS itu dari
pusat ada 10 kan bu,,,,,,
(Memotong pembicaraan) ,,
A1, A2 ,A5 : yakin,,,bukannya ada 20 ya mas
??
A3 : 15 mas,,,
Pemahaman tentang
PHBS juga sudah
lumayan baik
Persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan sebagai
65
70
75
80
85
90
95
100
105
P : bentar bu, saya jelaskan dulu, dari pusat
kan ada 10, lalu pertama kali disini ada 15,
terus sekarang ditambah jadi 20. Iya kan bu??
A1,2,3,4,5 : iya……(menyahut bersamaan)
P : kebetulan saya sudah dapat poin-poinnya,
ini yang akan saya tanyakan dahulu apakah
sudah berjalan dengan baik atau belum, kalau
belum tolong dijelaskan permasalahannya ya
bu,,,
Poin pertama, persalinan ditolong tenaga
kesehatan?
A1 : sudah (menjawab spontan) ..
A2,3,5 :sudah baik (mengiringi jawaban dari
A1)
A4 : sudah (menjawab terlambat dengan
masih ragu-ragu)
P : terus, memberi bayi ASI eklusif ?
A2,3,4,5 : baik, baik…..
A1 : sudah…
P : Menimbang balita setiap bulan?
A1 : iya…..
A2,3,4,5 : baik, baik..
P : menggunakan air bersih ?
A1 : iya,
A2,4,5 : sudah….
A3 : sudah dilaksanakan….
P : Kalau ada permasalahan tolong dibilang
aja ya bu, biar data yang saya dapatkan bisa
akurat. Kalau mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun ?
A1,2,3,4,5 : iya sudah dilaksanakan….
P : Menggunakan jamban sehat
A1,3 : nah itu, ada yang sudah pakai ada yang
belum
A2,4 : tersenyum
A5 : hehehe….(tertawa)
A3 : ada yang sudah punya jamban tapi ga
bisa pake…
P : nah,,,,akan saya tanyakan satu persatu ya
bu. Mulai dari yang pertama,
A1 : permasalahannya kan, yaaa,, kepercayaan
indikator pertama PHBS
sudah berjalan baik
Pemberian ASI eklusif
sebagai indikator kedua
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Penimbangan balita
setiap bulan sebagai
indikator ketiga PHBS
sudah berjalan dengan
baik
Penggunaan air bersih
sebagai indikator
keempat PHBS sudah
berjalan dengan baik
Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun
sebagai indikator kelima
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Menggunakan jamban
sehat sebagai indikator
keenam PHBS belum
berjalan dengan baik
dikarenakan kebiasaan
warga kesungai, sudah
memiliki jamban tapi
tidak bisa menggunakan,
sudah mendapatkan
bantuan bagi yang tidak
memiliki jamban tapi
tidak kunjung
direalisasikan
110
115
120
125
130
135
140
145
150
155
orang dulu yang katanya “maap ini
ya”,,,,kalau tidak kesungai tidak bisa keluar
katanya,,,,,
Ada juga yang belum memiliki jamban, nanti
kesungai dan kebetulan sungai disini kan
besar.
A2 : kalau yang orang tua jaman dulu yang
kepercayaannya gitu, udah diberi bantuan tapi
alasannya “ alah, kekali aja deket, lagian kalau
ke kloset saya tidak bisa….”
A1,3,4,5,P : hahaha…..(tertawa bersamaan)
A3 : coba diulangi lagi pertanyaannya
P : permasalahan jamban sehat disini bu,
kenapa masih ada yang belum
menggunakan??
A3 : permasalahannya,,,ee,,,ada yang tidak
bisa keluar kalau ke wc yang dalam, bisanya
ke wc yang
panjang..hehehe…..(tertawa)…ada juga yang
pemerintah itu sudah memperhatikan dengan
memberi bantuan jamban tapi tidak
dilaksanakan dan dipasang,,,karena mereka
berfikir “ kenapa kita susah susah buat wc
kalau kali aja deket?”…..
Itu bagi orang yang ortodok, bagi orang kuno
dulu…jadi kalau mau berak ke wc tidak bisa
keluar…
A4 : Sama kalau saya……hahahaha (tertawa)
A1,2,3,5 : hahahahaha……(tertawa
bersamaan)
A5 : kalau tempat saya ya itu tadi orang-orang
yang belum punya wc dan deket kali
cenderung kesungai, sudah diberi bantuan saja
belum mau membikin, katanya diberi bantuan
itu saja belum cukup….gitu
P : terus kalau memberantas jentik nyamuk
dirumah ?
A1,2,3,4,5 : sudah…..(menjawab kompak)
P : makan sayur dan buah setiap hari?
A1,2,4 : oooh enggak…….
A1 : kalau sayur biasanya masak pengen yang
praktis, tahu tempe itu kan lauk ya mas, tapi
sama kita orang desa dijadikan sayur….
gitu….hahaha (tertawa)
Memberantas jentik
nyamuk dirumah sebagai
indikator ketujuh PHBS
sudah berjalan dengan
baik
Makan buah dan sayur
setiap hari sebagai
indikator kedelapan
PHBS belum berjalan
dengan baik dikarenakan
terkendala masalah
ekonomi
160
165
170
175
180
185
190
195
200
untuk buah-buahan kalau kita punya uang ya
beli…..hahaha (tertawa)
ya kembali ke ekonomi lagi mas…
A2 : kalau saya kalau sayur ya setiap hari, tapi
kalau buah-buahan kalau ga musim buah atau
dikasih tetangga saya gak pernah beli…..
Soalnya kan yang penting ada nasi dan sayur
dulu, buahnya belakangan……hahaha
(tertawa)
A3 : kalau saya buah-buahan saya makan,
terutama pisang….dan anak saya itu sekali
makan tiga….hehe…..(tertawa)
Kalau untuk sayuran anak-anak saya juga suka
sekali…
A4 : kalau saya sayuran tidak setiap hari, dan
kalau buah juga kalau ada uang….kadang
kadang saja…..(tersenyum)
A5 : kalau saya ya sebisa mungkin
diusahakan, dan menunya bervariasi setiap
hari……
Oseng-oseng kangkung, rambutan, papaya,
salak, dll….hehehe (tertawa)
P : bagaimana dengan aktivitas fisik setiap
hari ?
A1,2,3,4,5 : sudah………
P : tidak merokok didalam rumah ??
A1,2,3,4,5 : waaaaaaaahh………(saling
memandang satu sama lain)
A3 : kalau itu elek-elek e mas…..hehe
(tertawa)
P : nah gimana itu bu,,bisa dijelaskan ??
A1 : suami saya sendiri merokok, kalau
enggak merokok tidak bisa mikir jernih
gitu…..pernah disuruh berhenti, 2 bulan balik
lagi mas….hehe (tertawa)
A2 : kalau suami saya juga merokok. Kan
suami saya pedagang keliling mas, jadi
sembari nunggu pembeli ga da kerjaan ya
merokok.
A3 : kalau saya alhamdulilah suami saya
tidak pernah merokok, tapi tamunya yang
merokok…..
Hehehe ( tertawa )
A4 : kalau saya alhamdulilah tidak ada yang
Melakukan aktivitas fisik
setiap hari sebagai
indikator kesembilan
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Tidak merokok didalam
rumah sebagai indikator
kesepuluh PHBS belum
berjalan dengan baik
dikarenakan ada anggota
keluarga yang tetap
merokok dengan alasan
tertentu, dan kebiasaan
tamu yang berkunjung
untuk merokok
Pemberian gizi seimbang
sebagai indikator
kesebelas PHBS sudah
berjalan dengan baik
Memeriksakan kehamilan
sesuai standar sebagai
205
210
215
220
225
230
235
240
250
merokok, tapi ya kalau ada tamu itu tadi, masa
ga disuruh merokok atau disuruh merokok
diluar, kan ga enak mas…hehe (tertawa)
A5 : Kalau ditempat saya alhamdulilah suami
tidak merokok, menantu saya itu yang
merokok tapi diluar rumah……
P : Pemberian gizi seimbang ?
A1,2,3,4,5 : ya itu tadi,,kadang seimbang
kadang tidak…..hehe (tertawa) balik ke
ekonomi tadi…
P : untuk memeriksakan kehamilan sesuai
standar?
A1,2,3,4,5 : sudahhh……sudah dilaksanakan
P : Memiliki jaminan kesehatan ??
A1,3,4,5 : adaaa…….
A3 : jamkesmas ada, jamkesos ada, jamsostek
ada, jamkesda ada…..
A2 : kalau saya tidak ada……
P : kenapa bu?? Tidak ada pendataan gitu
bu??
A2 : katanya ga ada datanya katanya mas, itu
kan udah data jaman kapan mas, terus kerjaan
orang sekarang itu apa ???? kok ga ada
pembaharuan??? Sudah coba diurus oleh pak
dukuh, tapi ga tau mas ga bisa lagi tuh
katanya…
P : terus imunisasi lengkap pada bayi ??
A1,2,3,4,5 : sudahh…..sudah diterapkan….
P : pasangan usia subur ikut KB ??
A1,2,3,4,5 : sudahh…….
P : Lantai rumah bukan dari tanah ??
A1,2,3,4,5 : sudah…….
A3 : sekarang kan ada program lantainisasi,
udah lama itu mas….
A5 : dulu malah swadaya masyarakat, yang
belum ada lantainisasi dilakukan bareng-
bareng..
P : pemanfaatan sarana kesehatan ?
A1,2,3,4,5 :sudahh……dipuskesmas mas
indikator kedua belas
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Memiliki jaminan
kesehatan sebagai
indikator ketiga belas
PHBS belum berjalan
dengan baik, kendala
yang ditemukan adalah
tentang pendataan yang
ingin memiliki jaminan
kesehatan
Imunisasi lengkap pada
bayi sebagai indikator
keempat belas PHBS
sudah berjalan dengan
baik
PUS ikut KB sebagai
indikator kelima belas
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Lantai rumah bukan dari
tanah sebagai indikator
keenam belas PHBS
sudah berjalan dengan
baik didukung dengan
adanya program
lantainisasi dan swadaya
masyarakat
Pemanfaatan sarana
kesehatan sebagai
indikator ketujuh belas
PHBS sudah berjalan
dengan baik salah
satunya adalah
puskesmas…
Pengelolaan sampah
sebagai indikator
kedelapan belas PHBS
belum berjalan dengan
255
260
P : pengelolaan sampah bu ??
A1 : soalnya kalau didesa kebunnya kan luas
luas mas,,,untuk buang sampah….hehe
(tertawa)
A2 : yang jelas kesadaran masyarakat untuk
itu masih kurang mas…kalau buang sampah
dimarahin tetangga kan ga buang lagi
mas….hehe (tertawa)
A3 : Kalau ditempat saya dibuatkan lubang
pembuangan sampah…tapi itu berarti kan ga
dimanfaatkan mas…seharusnya dipisah untuk
kertas sendiri, daun sendiri, untuk plastik
sendiri seperti dikota itu mas,,tapi kan untuk
dikampung susah mas….hehehe (tertawa)
A4 : (tersenyum saja)
A5 : kalau ditempat saya itu, kalau tidak 3 kali
sehari saya sapu, bisa kotor semua….
P : kalau memiliki TOGA ?
A5 : punya, banyak mas….tapi ga dikelola….
A2,4 : iya mas,,,,,,memang belum dikelola….\
A1 : kemaren itu KKN mau bikin TOGA
katanya…tapi belum dilaksanakan…..
A3 : kalau saya habis semuanya karena musim
kemarau…..
P : untuk kebiasaan gosok gigi setiap hari ??
A1,2,4,5 : sudah biasa kalau itu mas…
A3 : iya sudah biasa,,,3 kali sehari malah
mas….
P : berarti sejauh ini sudah cukup baik
PHBSnya ya bu….
Nah mungkin ibu mau memberi masukan /
saran ??
A1 : ini aja mas, tolong bilang
kepuskesmasnya untuk memberi PMT
mas……
A2 : kalau saya yaaa,,,untuk program tolong
jalannya jangan setengah setengah……
A3,4,5 : (manggut manggut)
P : ok,,,baiklah kalau begitu bu…
Terima kasih atas informasinya….
Saya tutup dengan assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh…..
baik dikarenakan
kebiasaan warga yang
membuang sampah
dilahan kosong dan
belum dikelolanya
sampah dengan baik
Memiliki TOGA sebagai
indikator kesembilan
belas PHBS belum
berjalan dengan baik
dikerenakan banyaknya
tanaman obat yang belum
dikelola/ dimanfaatkan
Kebiasaan gosok gigi
setiap hari sebagai
indikator kedua puluh
PHBS sudah berjalan
dengan baik
Saran masyarakat untuk
puskesmas adalah dalam
menjalankan program
diharapkan sampai tuntas,
jangan berhenti ditengah
jalan
Penutup
Pelatihan Kader
Wawancara mendalam
dengan narasumber
Pelaksanaan FGD
Puskesmas pembantu Sompokan
Sekaligus Poskesdes
Pelayanan Kesehatan
di Pustu Sompokan
Pelayanan kesehatan di
Puskesmas Seyegan
Permasalahan Pengelolaan
sampah
Sungai yang digunakan warga
untuk BAB, mandi, dan mencuci