analisis usaha industri tape skala rumah tangga …/analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong...

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SK ANALI KALA RU UN ISIS USA UMAH T SUK S Hendy A H FAKULT NIVERSITA SU AHA IND TANGGA KOHARJ SKRIPSI Oleh : Adiemas Se H 0305018 TAS PERTA AS SEBELA URAKARTA 2013 DUSTRI A DI KAB JO tyawan ANIAN AS MARET A TAPE BUPATE T EN

Upload: nguyenthuan

Post on 17-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SK

ANALI

KALA RU

UN

ISIS USA

UMAH T

SUK

S

Hendy AH

FAKULTNIVERSITA

SU

i

AHA IND

TANGGA

KOHARJ

SKRIPSI

Oleh : Adiemas SeH 0305018

TAS PERTAAS SEBELA

URAKARTA2013

DUSTRI

A DI KAB

JO

tyawan

ANIAN AS MARETA

TAPE

BUPATE

T

EN

Page 2: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Juru

ANAL

SKALA R

Unt

guna m

usan/ Progr

UN

LISIS USA

RUMAH T

SUK

tuk memenu

memperoleh

di Fak

Universi

am Studi So

Hendy A

FAKULT

NIVERSITA

SU

ii

AHA IND

TANGGA

KOHARJ

Skripsi

uhi sebagian

h derajat Sa

kultas Perta

itas Sebelas

osial Ekono

Oleh:

Adiemas Set

H0305018

TAS PERTA

AS SEBELA

URAKARTA

2013

DUSTRI TA

DI KABU

JO

n persyarat

arjana Perta

anian

s Maret

omi Pertania

tyawan

ANIAN

AS MARET

A

APE

UPATEN

an

anian

an/ Agrobis

T

snis

Page 3: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE

SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN

SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Hendy Adiemas Setyawan

H0305018

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal: 28 Desember 2012

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Januari 2013

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 19801 1 001

Ketua Ir. Rhina Uchyani F.,MS NIP 19570111 198503 2 001

Anggota I Erlyna Wida Riptanti, SP.MP NIP 19780708 200312 2 002

Anggota II Wiwit Rahayu SP.MP NIP 19711109 199703 2 004

Page 4: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia,

rahmat dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian dengan judul “Analisis

Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo”, merupakan

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya

bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala yang telah diberikan kepada Penyusun.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian UNS yang telah memberikan kesempatan kepada Penyusun

untuk menimba ilmu di Fakultas Pertanian dan terima kasih atas semua

fasilitasnya.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani ,MP selaku Komisi

SarjanaJurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih,MS selaku Dosen Pembimbing Utama

dan Pembimbing Akademik, terima kasih atas semua waktu yang telah

diberikan, nasehat, kritikan, saran dan bimbingan dalam penelitian.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP.MP. selaku Dosen Pembimbing

Pendamping,yang dengan sabar memberikan nasehat, saran, kritikan dan

masukan-masukan, serta bimbingannya.

7. Ibu Wiwit Rahayu, SP.MP selaku Dosen Penguji Tamu yang telah

memberikan saran, masukan dan arahan bagi penyusun.

Page 5: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta, atas ilmu yang telah diberikan.

9. Bapak dan Ibu staff Administrasi Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi/Agrobisnis yang telah membantu dalam perizinan berkaitan

dengan studi dan penyusunan skripsi ini.

10. Ketua BPS Kabupaten Sukoharjo beserta Staf, terima kasih atas data-data

pendukungnya.

11. Bapak Camat Kecamatan Polokarto, Kecamatan Bulu beserta staf.

12. Seluruh Responden pengusaha tape di Kabupaten Sukoharjo yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penyusun.

13. Buat kedua orang tua, Bapak Mulyono BSC dan Ibu Endang Suardini,

terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang diberikan

sehingga Penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Adikku Siska Adieningtyas Putri ,terima kasih atas semua perhatian, doa

dan dukungannya.

15. Sahabatku Surya, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa dan

bantuannya.

16. Buat teman-teman seperjuangan, terima kasih atas semua kisah indahnya.

Penyusun menyadari bahwa di dalam penulisan penelitian ini masih banyak

kekurangan. Penyusun berharap semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan dan tambahan referensi dalam penulisan penelitian dimasa yang akan

datang. Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penyusun harapkan

demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga penelitian ini dapat bermanfaat

bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

Penyusun

Page 6: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi

RINGKASAN ...................................................................................... xiii

SUMMARY ......................................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 9

II. LANDASAN TEORI ........................................................................... 10

A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10

B. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 11

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah.............................................. 23

D. Pembatasan masalah........................................................................ 29

E. Asumsi ............................................................................................ 29

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................. 29

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 31

A. Metode Dasar Penelitian ................................................................. 31

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ......................................... 31

C. Metode Pengambilan Responden .................................................... 31

D. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 32

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 33

F. Metode Analisis Data ...................................................................... 33

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ................................... 38

A. Keadaan Alam ................................................................................. 38

Page 7: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

B. Keadaan Penduduk .......................................................................... 40

C. Keadaan Sarana Perekonomian ....................................................... 47

D. Keadaan Usaha Pembuatan Tape .................................................... 48

E. Keadaan Perindustrian .................................................................... 50

F. Keadaan Sarana Perhubungan ......................................................... 51

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 53

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri .............................. 53

B. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga ....................... 63

C. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga ........... 70

D. Analisis Nilai Tambah .................................................................... 73

E. Kendala .......................................................................................... 74

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 77

A. Kesimpulan ..................................................................................... 77

B. Saran ................................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..80

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Unit Usaha Industri Besar, Menengah, dan Kecil di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 3

2. Kandungan Zat Gizi 100 gram Ubi Kayu ............................................. 4

3. Komposisi Gizi Tape Singkong (dalam 100 gram bahan) .................... 5 4. Kelompok Sentra Industri Kecil dan Jumlah Unit Usaha

Industri Pengolahan Hasil Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ........................................................................................... 6

5. Jumlah Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 32

6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di

Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 40 7. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo ................. 41

8. Komposisi Penduduk Menururt Jenis Kelamin, Sex Ratio di

Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Tahun 2010 ................................................................................... 42

9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2010 .................................................................... 44 10. Keadaan Penduduk Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .................. 45 11. Keadaan Penduduk Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 .................................... 45

12. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 .......................................................................... 46

13. Sarana Perekonomian Di Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ............................................... 48

14. Luas Panen dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo .................................................... 49

Page 9: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

15. Nilai Investasi Industri Besar, Menengah dan Kecil di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 ........................................................ 50

16. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Status Jalan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 (Km) ..................................... 51

17. Karakteristik Responden Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo .............................................................. 53

18. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten

Sukoharjo .............................................................................................. 55

19. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 56

20. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 57

21. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 63

22. Rata-rata Biaya Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo Untuk Satu Kali Produksi .................................. 64

23. Rata-rata Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga

Kabupaten Sukoharjo Selama Satu Bulan Produksi ............................. 66 24. Rata-rata Penerimaan Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 68 25. Rata-rata Pendapatan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 68

26. Efisiensi Usaha Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 69

27. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 70

28. Nilai Tambah Per Bahan Baku Singkong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo......................................... 73

Page 10: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Analisis Usaha Industri Tape Skala

Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo............................................................................ 28

Gambar 2. Skema Pembuatan Tape Pada Industri Tape Skala Rumah

Tangga Di Kabupaten Sukoharjo........................................ 62

Page 11: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1. Karakteristik Responden Pengusaha Tapae Skala Rumah

Tangga di Kabupaten Sukoharjo ........................................................... 82 2. Biaya Bahan Baku pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 84

3. Biaya Penolong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 85

4. Biaya Bahan Bakar pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 86

5. Biaya Pengemasan pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 87

6. Biaya Transportasi pada Industri Tape Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 88 7. Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten

Sukoharjo ............................................................................................. 89 8. Penerimaan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga di

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 91

9. Pendapatan dan Efisiensi Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo ............................................................... 92

10. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

Kabupaten Sukoharjo ............................................................................ 93 11. Perhitungan Risiko Usaha .................................................................... 94 12. Nilai Tambah Per Bahan Baku pada Industri Tape Skala

Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo .................................................. 95

13. Kuesioner ............................................................................................. 96

14. Foto Penelitian ...................................................................................... 110

15. Peta Kabupaten Sukoharjo .................................................................... 113

Page 12: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

16. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 114

Page 13: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

RINGKASAN

Hendy Adiemas Setyawan. H0305018. 2013. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, di bawah bimbingan Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih, MS dan Erlyna Wida Riptanti, SP.MP

Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam di indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras dan jagung, dengan kandungan karbohidrat adalah 34,7%. Namun pada kenyataannya singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya pemanfaatan singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Salah satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain menghasilkan produk pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi , usaha pembuatan tape ini diharapkan nantinya mampu menghasilkan tape singkong yang dapat dijadikan sebagai produk makanan khas kabupaten sukoharjo. Dalam menjalankan usahanya, industri tape di Kabupaten Sukoharjo menghadapi berbagai kendala. Diantaranya adalah penurunan permintaan saat musim penghujan, jumlah modal yang terbatas, rendahnya harga jual dan risiko usaha yang ditanggung oleh pengusaha tape tersebut. Di tengah ketatnya persaingan dalam industri pangan, industri tape di Kabupaten Sukoharjo tetap dapat bertahan dan telah diusahakan selama puluhan tahun secara turun temurun. Hal inilah yang mendorong peneliiti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai industri tape di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, penerimaan, pendapatan usaha yang diterima, tingkat efisiensi usaha, risiko usaha yang dihadapi dan nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp1.280.090,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp 360.125,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

Page 14: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan bagi pengusaha tape sebaiknya membentuk semacam kelompok usaha bersama untuk mewadahi masing-masing pengusaha dalam memasarkan produk tape yang dihasilkan dan perluasan pasar yang lebih optimal serta perlunya inovasi pengemasan yaitu dengan menggunakan besek atau bambu yang di dalamnya dibungkus dengan menggunakan daun pisang sehingga akan memberikan aroma yang menggugah selera, daya tahan yang lebih lama. Bagi pemerintah hendaknya memberikan bantuan berupa modal, penyuluhan atau pembinaan kepada responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

Page 15: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

SUMMARY

Hendy Adiemas Setyawan. H0305018. 2013. The Analysis Of Home

Industry Of Tape In Sukoharjo Sub-Province. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University In Surakarta under guidance of Ir. Rhina Uchyani Fajarningsih., MS and Erlyna Wida Riptanti SP.MP

Cassava represent the commodity of agricultural produce which is many planted in Indonesia and represent the source of important carbohydrate after rice and maize, obstetrically is carbohydrate is 34,7%. Althought practically cassava less is so exploited. for that need the existence of cassava exploiting in order to become the food owning value nutrition which high enough. one of the cassava exploiting form conducted by tape entrepreneur residing in Sukoharjo Sub-Province. Besides yielding food product owning high value nutrition , effort this tape making is expected later can yield the cassava tape able to be made by as typical food product of Sukoharjo Sub-Province. In running its effort, tape industry in Sukoharjo Sub-Province face various constraint. Among others is degradation of request of moment of rain season, amount of limited capital, lower the price sell and effort risk which is accounted by the tape entrepreneur. In the middle of tightening emulation in food industry, industrial of tape in Sukoharjo Sub-Province remain to can stay and have been laboured by during tens of year hereditaryly. This matter push the researcher to know more circumstantial regarding the tape industry in Sukoharjo Sub-Province.

This research aims at analyzing of the amount scale of cost, income, degree of efficiency, risk, and other additional values produced from the industry of tape in Sukoharjo.

The research is descriptive analysis. The object observation was chosen randomly (purposive), that is home industry of tape in Bulu and Polokarto regency. The researcher uses primary and secondary data. The techniques of collecting data are interview, observation, and admistering. The result of the research shows that the average of total cost of home industry is Rp. 1.164.974,57/month. Total income is Rp. 2.445.065,22 so the net income is Rp. 1.280.090,65. The efficiency of home industry is 2,1. It means that the home industry runs efficiency, every one rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 2,1 times from the spending cost.

The amount of coefficient variant (CV) is 0,36 with low limit income is Rp. 360.125,39. It can be concluded that home industry of tape in Sukoharjo is low risk. The scale of home industry in Sukoharjo produces Rp. 1.240,21 as additional value for each row of cassava used.

Pursuant to research which have been conducted by hence can be suggested to tape entrepreneur better form a kind of group of this effort with to place the each entrepreneur in marketing tape product yielded and more optimal market extension and also the importance of packaging innovation that is by using bamboo bucket or bamboo which’s in it wrapped by using banana leaf so that will give the smell of good which inspire the appetite, longer endurance. To

Page 16: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

government shall give the aid in the form of capital, counselling or construction to industrial responder of tape of household scale in Sukoharjo Sub-Province.

Page 17: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix  

ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Hendy Adiemas S1), Rhina Uchyani F2), Erlyna Wida R2)

RINGKASAN

Naskah publikasi ini disusun berdasarkan skripsi, yang bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan, tingkat efisiensi, risiko serta nilai tambah yang dihasilkan pada industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Daerah penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Sukoharjo karena terdapat sentra industri tape skala rumah tangga di Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan pencatatan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya total dari industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.164.974,57 per bulan. Besarnya penerimaan total rata-rata per bulan Rp 2.445.065,22 sehingga pendapatan yang diterima pengusaha tape adalah sebesar Rp1.280.090,65. Efisiensi usaha yang dijalankan sebesar 2,1 yang berarti usaha yang dijalankan sudah efisien. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri tape memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

Besarnya nilai koefisien variasi (CV) adalah 0,36 sedangkan besarnya nilai batas bawah pendapatan Rp 360.125,39. Hal ini dapat diartikan bahwa industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berisiko kecil. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21 untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

Kata kunci : tape,Kabupaten Sukoharjo, pendapatan, risiko usaha, nilai tambah 1)Mahasiswa jurusan Sosial Ekonomi Pertanian 2)Dosen jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Page 18: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian bangsa

Indonesia. Hampir semua sektor yang ada di Indonesia tidak lepas dari sektor

pertanian. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia menjadi negara

yang subur dengan beraneka ragam flora dan fauna yang dapat tumbuh dan

berkembang. Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia

menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu

perlu adanya pembangunan nasional yang bertumpu pada pembangunan

pertanian. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional.

Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam penyediaan pangan,

penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor dan devisa negara,

penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan

pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian

harus lebih ditingkatkan agar dapat terwujud pembangunan ekonomi yang

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah satunya yaitu

dengan adanya pengolahan hasil pertanian. Produk pertanian mempunyai

sifat mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga perlu adanya suatu proses

pengolahan agar dapat memberikan nilai tambah produk.

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia belum setinggi seperti yang

diharapkan, namun kualitas pertumbuhan itu sendiri sudah semakin baik.

Selain makin mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri, peranan

kreatifitas diseluruh daerah semakin besar dalam pembangunan. Banyaknya

usaha-usaha kecil menengah dan usaha mikro yang tumbuh pesat di setiap

daerah setelah krisis, mencerminkan bahwa peran kreatifitas masyarakat

sudah mulai besar dalam pembangunan. Perekonomian yang dihela

kreatifitas masyarakat inilah yang perlu dikembangkan kedepan sesuai

dengan amanah reformasi. Pembangunan yang dihela oleh kreatifitas akan

1

Page 19: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mampu mewujudkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan

pembangunan secara sekaligus ( Saragih, 2004 ).

Sejak tahun 1983, pemerintah secara konsisten telah melakukan

berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan

restrukturisasi perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir

deregulasi di bidang perdagangan dan investasi tidak memberi banyak

keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah, bahkan justru perusahaan

besar dan konglomerat yang mendapat keuntungan. Studi empiris

membuktikan bahwa pertambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh

perusahaan skala kecil, sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala

konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati

kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan

(Kuncoro dan Abimanyu, 1995).

Dalam konstelasi inilah, perhatian untuk menumbuhkembangkan

industri kecil dan rumah tangga (IKRT) setidaknya dilandasi oleh tiga alasan.

Pertama, IKRT menyerap banyak tenaga kerja. Kecenderungan menyerap

banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak IKRT juga intensif dalam

menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di

pedesaan, pertumbuhan IKRT akan menimbulkan dampak positif terhadap

peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan,

pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di

pedesaan. Dari sisi kebijakan, IKRT jelas perlu mendapat perhatian karena

tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja

Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan

kemiskinan. Di perdesaan, peran penting IKRT memberikan tambahan

pendapatan, dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk

miskin. Dengan demikian, IKRT juga berfungsi sebagai strategi

mempertahankan hidup (survival strategy) di tengah krisis moneter (Kuncoro

dan Widjajanto, 2001).

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten yang

memprioritaskan perkembangan sektor industri dalam pembangunan

Page 20: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

ekonominya setelah sektor pertanian sebagai sektor utama. Terdapat

beraneka ragam industri yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten tersebut

mulai dari industri kecil , menengah maupun industri besar yang dapat dilihat

pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Unit Usaha Industri Besar, Menengah dan Kecil di Kabupaten Sukoharjo

No Golongan Industri

Kelompok Industri Jumlah IAHH ITA IKLME 2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010

1. Besar 35 40 13 17 10 18 58 75 2. Menengah 105 113 31 41 51 56 187 210 3. Kecil 6766 6806 4240 4259 5290 5312 16296 16377

Jumlah 6906 6959 4284 4317 5351 5386 16541 16662 Sumber : Dinas Perindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Sukoharjo

Keterangan :

IAHH = Industri Agro dan Hasil Hutan

ITA = Industri Tekstil dan Aneka

IKLME = Industri Kimia, Logam, Mesin dan Elektro.

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok usaha industri agro dan hasil

hutan (IAHH) merupakan industri dengan unit usaha paling banyak

dibandingkan dengan kelompok industri ITA (industri tekstil dan aneka) dan

IKLME (industri kimia, logam, mesin dan elektro).

Terdapat sekitar 36 persen UMKM di Kabupaten Sukoharjo berskala

mikro, 31 persen berskala kecil dan 33 persen berskala menengah. Dilihat

dari aspek usia usaha, usia usaha rata-rata UMKM di Kabupaten Sukoharjo

adalah 19 tahun. Sementara jika dilihat dari dimensi sektor usaha, terdapat

sekitar 71 persen UMKM di Kabupaten Sukoharjo bergerak di sektor industri

pengolahan, selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian sebesar 13 persen;

sektor perdagangan sebesar 10 persen; sektor jasa sebesar 4 persen; serta

sektor pertambangan dan sektor pengangkutan, masing-masing sebesar 1

persen.

Di Kabupaten Sukoharjo terdapat beraneka ragam industri pengolahan

yang termasuk dalam kelompok industri agro dan hasil hutan, salah satunya

Page 21: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

adalah industri pembuatan tape. Industri pembuatan tape merupakan industri

pengolahan yang menggunakan singkong sebagai bahan baku utamanya.

Singkong merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak ditanam

di Indonesia dan merupakan sumber karbohidrat yang penting setelah beras,

dengan kandungan karbohidrat adalah 34,7%. Namun pada kenyataannya

singkong kurang begitu dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya pemanfaatan

singkong agar menjadi makanan yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi.

Singkong dapat disajikan sebagai makanan pokok pengganti nasi

(Jawa=tiwul), gatot, roti, biskuit, tape, pati dan berbagai macam makanan

lainnya (Soetanto, 2001). Tape singkong merupakan salah satu usaha

diversivikasi singkong yang dapat memberikan nilai tambah.

Singkong merupakan bahan makanan yang mengandung karbohidrat.

Semua bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi

makanan khas yang disebut tape. Tape merupakan salah satu jenis makanan

hasil fermentasi yang mengandung cukup gizi diantaranya energi, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1 dan air. Nutrien yang

terdapat di dalam setiap 100 gram ubi kayu ada dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kandungan Zat Gizi 100 gram Ubi Kayu Nutrisi Kadar

Kalori 146,00 kal Air 62,50 gram Phospor 40,00 mg Karbohidrat 34,00 gram Kalsium 33,00 mg Vitamin C 30 mg Protein 1,20 gram Besi 0,70 mg Lemak 0,30 mg Vitamin B1 0,06 mg Berat dapat dimakan 75,00

Sumber : www.asiamaya.com

Tapai (sering dieja sebagai tape) adalah salah satu makanan tradisional

Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan

berkarbohidrat, seperti singkong. Tape dibuat dari beras, beras ketan, atau

dari singkong (ketela pohon). Berbeda dengan makanan-makanan fermentasi

Page 22: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

lain yang hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama,

seperti tempe atau minuman alkohol, pembuatan tape melibatkan banyak

mikroorganisme (Wikipedia,2010).

Tape singkong mempunyai cita rasa dan tampilan yang sedikit berbeda

dibandingkan dengan tape ketan. Selain memberikan cita rasa khas, singkong

juga banyak mengandung komponen kaya manfaat bagi pengkonsumsi.

Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan vitamin B1 (tiamina)

hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan

sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena mengandung

berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai dapat

digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Komposisi gizi yang

terdapat dalam tape singkong dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Komposisi Gizi Tape Singkong (dalam 100 gram bahan) Zat gizi Kadar

Energi 173 kkal Protein 0,5 g Lemak 0,1 g Karbohidrat 42,5 g Kalsium 30 mg Fosfor 30 mg Besi 0 mg Vitamin B1 0,07 mg Air 56,1 g

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI

Adapun kelompok-kelompok sentra industri pengolahan hasil

pertanian yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 4

berikut ini.

Page 23: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Tabel 4. Kelompok Sentra Industri Kecil dan Jumlah Unit Usaha Industri Pengolahan Hasil Pertanian Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008

No. Bidang Usaha Jumlah Unit

Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi (Kg)

1. Industri tempe 500 1.422 3.496.500 2. Industri tahu 297 831 8.589.700 3. Industri emping mlinjo 570 1.235 689.000 4. Industri kerupuk 107 521 498.000 5. Industri pengolahan kacang tanah 60 240 900.000 6. Industri jenang 61 219 475.000 7. Industri tape 88 167 400.000 8. Industri rengginan 16 40 22.000 9. Industri marrneng jagung 10 45 150.000

Sumber : Disperindag Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel 4 diatas yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 dapat diketahui bahwa

Kabupaten Sukoharjo cukup potensial dalam industri pengolahan hasil

pertanian, khususnya industri pangan. Salah satunya adalah industri tape. Di

Kabupaten Sukoharjo terdapat industri tape dengan jumlah unit sebanyak 88

unit usaha dengan 167 tenaga kerja dan kapasitas produksi 400.000 Kg. Hal

ini menunjukkan bahwa industri tape skala rumah tangga cukup banyak

menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo sehingga dapat membantu

pemerintah daerah dalam mengurangi angka pengangguran di Kabupaten

Sukoharjo.

Industri tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri rumah tangga

yang sudah bertahun-tahun dijalankan secara turun temurun yang mana

lemah permodalan dan lemah manajemen seperti industri-industri rumah

tangga lain pada umumnya. Nilai kapasitas produksi dan daya serap akan

tenaga kerja seperti yang terlihat pada Tabel 4, mendorong peneliti untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai industri tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Tape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan

dari proses peragian (fermentasi) bahan pangan berkarbohidrat, seperti

singkong dan ketan. Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya

Page 24: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dinamakan tapai singkong. Umumnya, tape diproduksi oleh industri kecil dan

menengah sebagai kudapan atau hidangan pencuci mulut. Selain sebagai

makanan yang dapat dikonsumsi langsung, tape juga biasa digunakan sebagai

bahan campuran dalam aneka minuman.

Industri tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri yang sudah

cukup lama diusahakan secara turun temurun. Industri usaha pembuatan tape

di Kabupaten Sukoharjo adalah industri berskala rumah tangga dengan

penggunaan teknologi sederhana. Tape produksi Kabupaten Sukoharjo ini

merupakan produk makanan yang bebas bahan pengawet sehingga makanan

tradisional ini adalah makanan yang aman untuk dikonsumsi. Proses

pembuatan tape hingga menjadi tape siap konsumsi membutuhkan waktu 36

jam dengan tenaga kerja minimal sebanyak 3 orang. Tape ini kemudian dijual

seharga Rp 3.000,00 – Rp 5.000,00 per kg. Pemasaran produk masih bersifat

lokal, yaitu masih terbatas pada pasar-pasar tradisional Sukoharjo.

Dalam proses produksi, tentu tidak lepas dari adanya unsur biaya yang

meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Penjumlahan biaya tetap dan biaya

variabel yang dikeluarkan dalam proses produksi dinamakan biaya total.

Penelitian ini menggunakan konsep pendapatan dengan tujuan agar dapat

mengetahui kondisi riil usaha yang sedang dijalankan. Selisih rupiah yang

diterima antara penerimaan dengan biaya total dinamakan pendapatan.

Apabila margin antara penerimaan dengan biaya total semakin besar maka

pendapatan yang diterima pelaku usaha akan semakin besar. Disinilah

dituntut adanya efisiensi produksi untuk menekan biaya-biaya yang

dikeluarkan atau dengan masukan sejumlah input yang sama dapat

menghasilkan output lebih besar sehingga dapat memperbesar penerimaan.

Industri tape, dalam menjalankan usahanya tentu menghadapi berbagai

macam risiko. Risiko-risiko tersebut misalnya adalah risiko produksi, risiko

harga dan risiko pasar. Dengan demikian, pelaku usaha dituntut untuk

mengetahui risiko-risiko apa yang akan dihadapi. Pelaku usaha yang mampu

mengelola risiko dengan baik akan dapat menghindarkan usaha dari derita

kerugian sehingga usaha tetap dapat berjalan dengan baik. Fluktuasi harga

Page 25: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

bahan baku seperti harga singkong sebagai bahan baku utama merupakan

salah satu kendala yang dihadapi oleh pengusaha tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo. Disamping itu, terdapat kendala lain yaitu

menurunnya permintaan pasar dan lemahnya kemampuan manajerial pelaku

usaha. Menurunnya permintaan disebabkan karena adanya penurunan minat

beli masyarakat atau perubahan selera konsumsi masyarakat yang disebabkan

semakin ketatnya persaingan industri makanan, sehingga produk-produk

makanan yang ada di pasaran sangat beragam.

Industri pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu

usaha diversifikasi produk dari hasil pertanian yaitu singkong. Dengan

adanya proses pengolahan bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dan

manfaat dari bahan baku singkong.

Dari uraian diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Berapa besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo?

3. Berapa besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo?

4. Berapa besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape di

Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diterima dari industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menganalisis besarnya tingkat efisiensi usaha dari industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menganalisis besarnya risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo.

Page 26: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4. Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pembuatan tape

di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

wawasan, pengetahuan dan pengalaman selain untuk memenuhi

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pelaku usaha, diharapkan penelitian ini bisa menjadi masukan dalam

menjalankan usahanya sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan

kesejahteraan pelaku usaha.

3. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu

kebijakan di sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan

agroindustri.

4. Bagi pihak lain, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber

informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk

penelitian sejenis.

Page 27: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Janani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Usaha Jenang

Ketan Pada Sentra Industri Rumah Tangga di Kabupaten Ponorogo”

menunjukkan bahwa total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh produsen

jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo selama satu bulan

produksi adala sebesar Rp 6.283.371,71. Penerimaan rata-rata yang diperoleh

produsen jenang ketan seesar Rp 11.345.000,00 dan keuntungan rata-rata yang

diperoleh sebesar Rp 5.061.628,29 per bulan. Usaha jenang ketan tingkat

rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang dijalankan selama ini sudah

efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,81

yang berarti setiap satu rupiah biaya akan mendapatkan penerimaan sebesar

1,81 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 0,32

dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp 1.838.28,6. Hal ini dapat

diartikan bahwa usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang dijalankan di

Kabupaten Ponorogo mempunyai risiko rendah.

Hidayat (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Usaha

Dodol Pisang Di Kabupaten Purworejo” dimana menganalisis tentang

keuntungan, risiko usaha serta tingkat efisiensi usaha menunjukkan bahwa

selama satu bulan produsen dodol pisang di Kabupaten Purworejo

memperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 1.783.142,86 dengan biaya total

Rp 1.468.478,89 per bulan, sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh

pengusaha dodol pisang di Kabupaten Purworejo adalah sebesar Rp

314.663,97 per bulan. Nilai efisiensi dari usaha dodol pisang di Kabupaten

Purworejo ini adalah sebesar 1,23. Besarnya nilai koefisien variasi / CV

adalah 0,6 dan nilai batas bawah keuntungan / L adalah –Rp 63.64,81.

Sedangkan dalam penelitian Widati (2007) yang berjudul ”Analisis

Usaha Kerupuk Ubi Kayu Patilo Pada Kelompok Usaha Bersama Ngudi

Lestari di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul”

10

Page 28: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dimana menganalisis tentang biaya, penerimaan, pendapatan serta kontribusi

pendapatan rata-rata anggota dari memproduksi kerupuk patilo terhadap total

pendapatan rumah tangga menunjukkan bahwa selama satu bulan total biaya

yang dikeluarkan KUB Ngudi Lestari untuk memproduksi kerupuk patilo

sebesar Rp 3.991.050 sedangkan penerimaan total KUB Ngudi Lestari sebesar

Rp 9.339.700. kontribusi pendapatan rata-rata anggota dari memproduksi

kerupuk patilo terhadap total pendapatan rumah tangga adalah sebesar 31,52%

dan pembuatan kerupuk patilo ini memberikan nilai tambah sebesar Rp

2.471,74 per kilogram ubi kayu segar yang digunakan.

Dari penelitian Janani tentang Analisis Usaha Jenang Ketan di

Kabupaten Ponorogo menyatakan bahwa usaha pembuatan jenang tersebut

merupakan usaha yang menguntungkan dan efisien dengan risiko rendah.

Sedangkan pada penelitian Hidayat menjelaskan bahwa usaha yang dijalankan

meski sudah berjalan efisien dan memberikan keuntungan bagi pengusaha,

tapi mempunyai risiko usaha lebih besar. Keuntungan yang diperoleh pun

lebih kecil. Sedangkan pada penelitian Widati menyebutkan bahwa

pengolahan ubi kayu memberikan nilai tambah sebesar Rp 2.471,74 per

kilogram ubi kayu segar yang digunakan. Alasan dari pengambilan penelitian-

penelitian tersebut diatas sebagai referensi atau landasan dari penelitian ini

adalah karena adanya kesamaan metode analisis yang digunakan dalam

menganalisis besarnya tingkat pendapatan usaha, risiko usaha dan efisiensi

usaha. Studi kelayakan merupakan kajian analisis usaha yang lebih detail,

mendalam dan kompleks.

B. Tinjauan Pustaka

1. Singkong

Singkong atau ubi kayu atau ketela pohon termasuk tumbuhan

berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang

bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian

tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa

mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaanya mudah dan produktif. Ubi

Page 29: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas

permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian

daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun

sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau

merah.

Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon dalam bahasa

inggris bernama cassava adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari

keluarga Euphoibiaceae. Umumnya dikenal luas sebagai makanan pokok

penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau

akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan

panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging

umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak

tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala

kerusakan dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam

amino sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Adapun klasifikasi tanaman ketela pohon dalam tata nama taksonomi

tumbuh-tumbuhan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilisima

(Purwati, 2006).

2. Tape

Fermentasi tapai dapat meningkatkan kandungan vitamin B1

(tiamina) hingga tiga kali lipat. Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf,

sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi dengan baik. Karena

mengandung berbagai macam bakteri “baik” yang aman dikonsumsi, tapai

Page 30: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dapat digolongkan sebagai sumber probiotik bagi tubuh. Cairan tapai dan

tapai ketan diketahui mengandung bakteri asam laktat sebanyak ± satu juta

per mililiter atau gramnya. Produk fermentasi ini diyakini dapat

memberikan efek menyehatkan tubuh, terutama sistem pencernaan, karena

meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan mengurangi jumlah bakteri

jahat. Kelebihan lain dari tapai adalah kemampuannya tapai mengikat dan

mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau

racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini

banyak kita jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap.

Konsumsi tapai dalam batas normal diharapkan dapat mereduksi aflatoksin

tersebut. Di beberapa negara tropis yang mengkonsumsi singkong sebagai

karbohidrat utama, penduduknya rentan menderita anemia. Hal ini

dikarenakan singkong mengandung sianida yang bersifat toksik dalam

tubuh manusia. Konsumsi tapai dapat mencegah terjadinya anemia karena

mikroorganisme yang berperan dalam fermentasinya mampu

menghasilkan vitamin B12 (Wikipedia, 2010).

3. Fermentasi

Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan

anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu

bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas

yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan

anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.

Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil

fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa

komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan

aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi

untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol lainnya.

Fermentasi ada tiga, yaitu :

Page 31: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

A. Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan

glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan karbondioksida. Organisme

yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk pembuatan

tape, roti atau minuman keras. Reaksi Kimia:

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan :

118 kJ per mol)

Dijabarkan sebagai Gula (glukosa, fruktosa atau sukrosa)

Alkohol (etanol) + Karbondioksida + Energi (ATP)

B. Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel

hewan atau manusia, ketika kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat

bekerja terlalu berat

Di dalam sel otot asam laktat dapat menyebabkan gejala kram

dan kelelahan. Laktat yang terakumulasi sebagai produk limbah dapat

menyebabkan otot letih dan nyeri, namun secara perlahan diangkut

oleh darah ke hati untuk diubah kembali menjadi piruvat.

C. Fermentasi asam cuka

Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam

keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka

(acetobacter aceti) dengan substrat etanol. Energi yang dihasilkan 5

kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol

secara anaerob.

(Wikipedia, 2012).

Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan

sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya

terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh

bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada

pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat.

Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam

pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada

Page 32: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan

sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni

ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur campuran.

Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses

fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di

lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan

fermentasi alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape

merupakan produk fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur

campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui sehingga hasilnya

sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus dikembangkan dari kultur

murni. Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam

fermentasi dengan sifat-dan karaktersitik yang diketahui dengan pasti

sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas yang jelas.

Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal

ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal adalah

Lactobacillus casei pada fermentasi susu sedang contoh campuran kultur

murni adalah pada fermentasi kecap, yang menggunakan Aspergillus

oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan

bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii.

( Hidayat, 2009 ).

4. Industri rumah tangga

Industri merupakan suatu unit usaha yang melakukan kegiatan yang

bersifat ekonomi yang merubah barang atau jasa yang pada akhirnya dapat

menghasilkan barang atau jasa yang lebih bernilai untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat atau konsumen. Berdasarkan jumlah mesin dan

tenaga kerja yang digunakan dalam suatu kegiatan industri maka industri

dapat dibagi dalam kelompok sebagai berikut :

a. Industri besar yakni perusahaan industri yang menggunakan tenaga

kerja sama dengan atau lebih besar dari seratus orang apabila tidak

menggunakan mesin atau suatu perusahaan industri yang

Page 33: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

menggunakan mesin dengan tenaga kerja sama dengan lima puluh

orang atau lebih.

b. Industri sedang yakni industri yang menggunakan tenaga kerja dua

puluh sampai dengan sembilan puluh sembilan orang tanpa

menggunakan mesin atau menggunakan mesin dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak empat puluh sembilan dan sedikitnya sepuluh orang.

c. Industri kecil yakni perusahaan yang menggunakan tenaga kerja lima

sampai dengan sembilan orang.

d. Industri rumah tangga yakni perusahaan industri yang menggunakan

tenaga kerja maksimal empat orang

(Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, 2003).

Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang

menghasilkan produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan

baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan konsumen akhir.

Dalam arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan kumpulan

perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang

(cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi.

Menurut undang-undang usaha mikro, kecil dan menengah (UU

UMKM) Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 definisi UMKM adalah

sebagai berikut :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam UU ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tak

langsung dari usaha menengah atau bukan usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha sebagaimana dimaksud dalam UU ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

Page 34: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dimaksud

dalam UU ini.

1) Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

2) Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

2.500.000.000,- ( dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh

milyar rupiah).

Industri kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam.

Pertama, tidak adanya pembagian yang jelas antara bidang administrasi

Page 35: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang

merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan serta

memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua,

rendahnya akses imdustri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal,

sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari

modal sebdiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang

perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian usaha kecil ditandai dengan

belum memiliki status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994), dari

jumlah perusahaan kecil sebanyak 124.990 ternyata 90,6 persen

merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen

tergolong perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah

mempunyai badan hukum (PT atau NV, CV, Firma) (Kuncoro,2007).

5. Biaya dan penerimaan

Biaya produksi akan selalu muncul dalam kegiatan ekonomi dimana

usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannya itu sangat

dikaitkan dengan diperlukannya input (faktor produksi) yang digunakan

dari kegiatan produksi tersebut. Pada hakikatnya biaya adalah sejumlah

uang tertentu yang diputuskan dengan pembelian dan pembayaran input

yang diperlukan, sehingga tersedia jumlah uang (biaya) itu telah benar-

benar diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung.

Biaya menurut pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus

ditanggung untuk menyediakan barang agar siap dipakai konsumen. Biaya

dalam perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya

tetap.

Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya berubah-

ubah sesuai dengan kuantitas produk yang dihasilkan. Semakin besar

kuantitas produksi makin besar pula jumlah biaya variabel. Yang termasuk

biaya variabel ini adalah biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung

dan bahan bakar minyak, kerusakan kecil-kecil dan biaya perawatan

lainnya. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dengan

besar kecilnya kuantitas produk yang dihasilkan, bahkan apabila untuk

Page 36: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

suatu produksi ini dihentikan biaya tetap harus dibayar dalam jumlah yang

sama. Yang termasuk dalam biaya ini adalah tenaga kerja administrasi,

penyusutan mesin, gedung dan alat-alat lainnya, dan keuntungan normal

yang dihitung sebagai persentase tertentu dari faktor produksi tetap

(Soedarsono, 1986).

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan

harga jual. Secara matematis dapat ditukiskan sebagai berikut :

PrT = Y x H

Dimana :

PrT : penerimaan total (Rupiah)

Y : jumlah produk yang dihasilkan

H : harga (Rupiah)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi

harga per unit produk bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima

produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan

sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima oleh

produsen semakin kecil ( Soekartawi, 1995).

Dalam kondisi jangka pendek (short run), sebuah perusahaan dalam

semua struktur pasar bisa mendapat keuntungan normal, dibawah normal,

dan diatas normal. Adanya keuntungan diatas normal akan mengandung

masukan yang menutupi keuntungan tersebut. Perusahaan yang mengalami

keuntungan dibawah normal akan keluar, sehingga penawaran turun, harga

naik dan produksi akan berhenti hingga semua produsen mendapat

keuntungan normal. Kondisi keuntungan normal ini merupakan kondisi

jangka panjang yang stabil. Artinya, perusahaan akan selalu menuju

kondisi normal

(Sunaryo, 2001).

6. Efisiensi

Efisiensi adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan dengan

menggunakan smber-sumber seminimal mungkin. Dalam praktek efisiensi

Page 37: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

selalu dikaitkan dengan perbandingan output atau hasil dengan biaya

(Hernanto, 1993).

Menurut Rahardi (1999) penerimaan yang tinggi tidak selalu

menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan penerimaan yang

besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai

tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksudkan

untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan

mempertahankan produksi yang telah dicapai untuk memperbesar

produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan.

Soekartawi (2001) mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi

penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana

menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam

terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan

menjadi 3 macam, yaitu :

1) efisiensi teknis.

2) efisiensi alokatif (efisiensi harga).

3) efisiensi ekonomi

R/C rasio menunjukkan pendapatan kotor (penerimaan) yang diterima

untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi sekaligus

menunjang kondisi suatu usaha. Ukuran kondisi tersebut sangat penting

karena dijadikan penilaian terhadap perusahaan dan kemungkinan

pengembangan usaha tersebut. Pendapatan yang tinggi tidak selalu

menunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang

besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai

tujuan memperkecil biaya produksi per satuan produk yang dimaksud agar

memperoleh keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan

mempertahankan tingkat produksi yang telah dicapai atau memperbesar

produksi tanpa meningkatkan biaya keseluruhan.

Page 38: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu

bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa,

sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor

produksi atau input tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan

efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai

menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau

efisiensi alokatif kalau nilai dari produk marginal sama dengan harga

faktor produksi yang bersangkutan dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau

usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga

mencapai efisiensi harga.

Efisiensi produk adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat

diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik ini

kemudian kita nilai dengan uang maka kita sampai pada efisiensi ekonomi

(Mubyarto, 1995).

7. Risiko Usaha

Risiko adalah kerugian dari kejadian yang tidak diharapkan.

Kejadian yang tak diharapkan ini dapat muncul dari berbagai sumber.

Kerugian karena pergerakan harga disebut risiko pasar. Kerugian karena

mitra transaksi (counterparty) tidak memenuhi kewajibannya disebut

risiko kredit. Sedangkan kerugian karena kesalahan proses atau sistem

disebut risiko operasional (Sunaryo,2007).

Pengetahuan tentang hubungan antara risiko dan keuntungan

seyogyanya menjadi bagian yang penting dalam pengelolaan suatu usaha.

Hubungan ini diukur dengan koefisien variasi dan batas bawah

keuntungan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang

harus ditanggung pengusaha dengan jumlah keuntungan rata-rata yang

akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan dalam

proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan

bahwa risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha semakin besar. Batas

bawah keuntungan menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang

mungkin diterima oleh pengusaha. Apabila nilai L≥0, maka pengusaha

Page 39: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

tidak akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila nilai L<0 maka ada

peluang kerugian yang akan diterima pengusaha (Hernanto,1993).

Ketidakpastian (uncertainty) adalah kondisi yang dihadapi seseorang

apabila masa yang akan datang mengandung sejumlah kemungkinan

peristiwa yang tidak kita ketahui. Suatu kondisi yang lebih realistis yang

dihadapi adalah risiko. Dalam pengertian risiko terdapat sejumlah

kemungkinan hasil yang diketahui, atau kemungkinan terjadinya peristiwa

diantara seluruhnya yang mungkin terjadi. Hal ini adalah lebih realistis,

karena pada umumnya kita telah terdidik untuk mengadakan taksiran atau

dugaan yang meliputi suatu rentang (range) kemungkinan terjadinya suatu

peristiwa dari kemungkinan peristiwa ekstrem yang lain. Dengan demikian

maka risiko suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak

tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan atau kemungkinan return

yang diterima menyimpang dari keadaaan yang diharapkan. Makin besar

penyimpangan tersebut berarti makin besar risikonya. Risiko investasi

mengandung arti bahwa return di waktu yang akan datang tidak dapat

diketahui, tetapi hanya dapat diharapkan (Riyanto, 1998).

Ahli-ahli statistik mendefinisikan lebih jelas tentang pengertian

risiko dan ketidakpastian sebagai berikut :

a) Risiko itu ada jika membuat keputusan / perencanaan proyek mampu

mengestimasi kemungkinan-kemungkinan (probabilitas) yang

berhubungan dengan berbagai variasi hasil yang diterima selama

periode investasi sehingga dapat disusun distribusi probabilitasnya.

b) Ketidakpastian ada jika pembuat keputusan tidak memiliki data yang

bisa dikembangkan untuk menyusun suatu distribusi probabilitas

sehingga harus membuat dugaan-dugaan untuk menyusunnya

(Alwi,1994).

Menurut Kadarsan (1992) ada dua macam risiko yang dikenal dalam

perusahaan pertanian seperti halnya dalam perusahaan-perusahaan lainnya.

Pertama, risiko perusahaan; kedua, risiko keuangan. Risiko perusahaan

berhubungan dengan bermacam-macam tingkat pendapatan yang diterima

Page 40: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

akibat bermacam-macam kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu

perusahaan agribisnis. Risiko keuangan adalah risiko menderita kerugian

yang lebih besar akibat bertambahnya pemakaian modal pinjaman dan

modal milik pribadi.

8. Nilai tambah

Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk sebelum

diolah dengan setelah diolah per satuan. Nilai tambah dihitung untuk

mengetahui penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi

suatu produk. Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai

output dengan nilai input ( Alamsyah, 2007).

Pada umumnya yang termasuk dalam nilai tambah dalam suatu

kegiatan produksi atau jasa adalah berupa upah / gaji, laba, sewa tanah,

dan bunga uang yang dibayarkan (berupa bagian dari biaya), penyusutan

dan pajak tidak langsung (netto) (Tarigan, 2004).

Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena

komoditas tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan

dalam suatu proses produksi. Nilai tambah ini merupakan balas jasa

terhadap faktor produksi yang digunakan seperti modal, tenaga kerja, dan

manajemen perusahaan yang dinikmati oleh produsen maupun penjual.

Nilai tambah dari suatu produk dapat menghasilkan / meningkatkan nilai

guna bagi konsumen. Nilai guna (utility) adalah tingkat kepuasan dan

kesenangan individu yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu

barang atau jasa yang dapat ditentukan dan dinikmati oleh konsumen

(Suhendar, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengembangan industri pengolahan di Indonesia didukung oleh sumber

daya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan

berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber

daya alam lokal atau daerah. Di Indonesia terdapat beraneka ragam usaha

pengolahan hasil pertanian, salah satunya adalah industri pembuatan tape .

Page 41: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Usaha pembuatan tape di Kabupaten Sukoharjo merupakan industri

yang masih berskala rumah tangga. Meskipun industri yang dijalankan

masih bersifat industri skala rumah tangga dengan teknologi sederhana, akan

tetapi setiap pelaku usaha pasti mempunyai tujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Penelitian ini menggunakan konsep pendekatan pendapatan,

sehingga yang dimaksud biaya dalam penelitian ini adalah sejumlah uang

yang benar-benar dikeluarkan selama melaksanakan proses produksi hingga

pemasaran produk. Biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan tersebut

meliputi biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku utama dan biaya

penolong, biaya pengemasan dan biaya transportasi. Biaya-biaya tersebut

merupakan biaya tidak tetap (biaya variabel) dalam industri tape skala rumah

tangga. Sedangkan untuk biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan,

biaya bunga modal investasi, biaya tenaga kerja keluarga tidak

diperhitungkan dalam penelitian karena merupakan biaya yang tidak

sebenarnya dikeluarkan oleh pengusaha tape rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo. Dengan demikian nilai total biaya pada usaha industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

Biaya Total = Biaya Produksi + Biaya Pengemasan + Biaya Transportasi

Dimana :

Biaya total : biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Biaya produksi : biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dalam

industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Biaya pengemasan : biaya yang dikeluarkan untuk proses pengemasan

pada industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Biaya transportasi : biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan dan

pemasaran produk pada industri tape skala rumah

tangga (Rupiah)

Untuk mengetahui besarnya penerimaan dari usaha industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan mengalikan jumlah

Page 42: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

produk yang dihasilkan dengan harga jual produk tersebut. Secara matematis

dirumuskan sebagai berikut :

PrT = Y x H

Dimana :

PrT : penerimaan total industri tape skala rumah tangga ( Rupiah)

Y : jumlah produk yang dihasilkan (kg)

H : harga produk (Rp/kg)

Setelah diketahui besarnya biaya total dan penerimaan total maka

besarnya pendapatan dapat dicari dengan menggunakan rumus :

Pendapatan = PrT – BT

Dimana :

PrT : Penerimaan total usaha industri tape skala rumah tangga

(Rupiah)

BT : Biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Efisiensi usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan

usaha industri tape dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ꩸gumul矫mu� 江䀐

dimana :

R = penerimaan total usaha industri tape skala rumah tangga

(Rupiah)

C = biaya total usaha industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti usaha industri tape skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien,

R/C ≤ 1 berarti usaha industri tape skala rumah tangga yang dijalankan

tidak efisien.

Untuk pengukuran risiko usaha dari industri tape skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo menggunakan koefisien variasi dengan rumus

sebagai berikut :

Page 43: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

䀐ꨰ � ꨰ꩸

CV : koefisien variasi usaha tape

V : simpangan baku pendapatan usaha tape (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah)

Untuk mengukur koefisien variasi, sebelumnya harus mencari

pendapatan rata-rata usaha dan simpangan baku terlebih dahulu.

Pendapatan rata-rata usaha dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : ꩸ � ∑ ꩸u矫u妮谜矫

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah)

Ei : pendapatan usaha tape yang diterima pelaku usaha (Rupiah)

n : jumlah pelaku usaha

Selanjutnya adalah mencari simpangan baku. Simpangan baku

merupakan akar dari ragam, dengan demikian simpangan baku dapat dicari

dengan menggunakan rumus : ꨰ � 税ꨰ㽘

Rumus dari ragam adalah : ꨰ㽘 � ∑ 纵꩸u 石꩸邹㽘矫u妮谜纵矫石谜邹

V2 : ragam

n : jumlah pelaku usaha

E : pendapatan rata-rata usaha tape (Rupiah)

Ei : pendapatan usaha yang diterima (Rupiah)

Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui

dengan menggunakan rumus : t � ꩸ 石㽘ꨰ

L : batas bawah pendapatan usaha (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha (Rupiah)

V : simpangan baku pendapatan (Rupiah)

Page 44: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa

risiko usaha tape yang harus ditanggung pengusaha semakin besar.

Kriteria yang digunakan adalah :

a. apabila nilai 固.屎0,5 atau 拐驶0 menyatakan bahwa pelaku usaha akan

selalu terhindar dari kerugian.

b. apabila nilai 固.使0,5 atau 拐矢0 menyatakan bahwa pelaku usaha

berpeluang mengalami kerugian.

Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar dapat

dirumuskan sebagai berikut : 僵蒋� 僵姜石僵饯 Dimana :

NT : Nilai tambah (Rp/kg)

NO : Nilai output (Rp/kg)

NI : Nilai input (Rp/kg)

Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk

memberikan nilai tambah dan jika NT ≤ 0, maka produk tidak memberikan

nilai tambah. Untuk menghitung nilai tambah perlu dihitung terlebih

dahulu nilai output dan nilai input dirumuskan sebagai berikut : 僵姜� 酱时剑轿⩸搠搠 僵饯� 搠搠 十搠t蕉u矫⩸搠搠

Dimana :

NO : Nilai output tape (Rp/kg)

Y : Jumlah tape yang dihasilkan (bungkus)

Hy : Harga tape (Rp/bungkus)

JBB : Jumlah bahan baku (kg)

BB : Biaya bahan baku + Biaya penolong

Blain : Biaya bahan bakar + Biaya pengemasan + Biaya transportasi

Page 45: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Alur kerangka pemikiran penelitian dalam analisis usaha industri

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat digambarkan

dengan bagan berikut:

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo.

Industri Tape

Penerimaan Total

Keluaran (output) : · Tape

Biaya Total

Analisis usaha : § Pendapatan usaha § Efisiensi usaha § Risiko usaha § Nilai tambah

Proses produksi

Masukan (input) : Ø Biaya Produksi :

· Bahan baku · Bahan penolong

Ø Biaya bahan bakar Ø Biaya pengemasan

Risiko harga

Risiko pasar

Risiko produksi : § Kerusakan

kualitas produksi

Page 46: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dibatasi pada pengrajin tape singkong skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo.

2. Data penelitian yang dianalisis adalah data produksi tiap pengrajin tape

skala rumah tangga dari proses produksi hingga produk siap dipasarkan.

3. Pengambilan data produksi dalam penelitian ini dilakukan pada bulan

Agustus-September 2010.

4. Harga, input dan output menggunakan harga yang berlaku pada saat

penelitian di daerah penelitian.

5. Biaya yang dikeluarkan selama proses produksi tape adalah biaya yang

benar-benar dikeluarkan.

E. Asumsi

1. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi berasal dari luar

(pembelian).

2. Variabel-variabel yang tidak diamati dalam penelitian dianggap tidak

berpengaruh.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Industri tape adalah usaha pembuatan tape dari bentuk bahan baku

singkong sampai menjadi produk siap konsumsi yang siap dipasarkan.

2. Analisis usaha adalah penelitian terhadap kelangsungan suatu usaha

dengan meninjau beberapa aspek meliputi biaya, penerimaan, pendapatan,

risiko usaha dan efisiensi usaha.

3. Responden adalah orang yang mengusahakan pembuatan tape mulai dari

bahan baku, proses produksi sampai penjualan produk.

4. Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi yang merupakan penjumlahan dari biaya produksi, biaya

pengemasan dan biaya transportasi.

5. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku utama dan bahan penolong.

Biaya bahan baku utama adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

Page 47: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

ubi kayu sedangkan biaya bahan penolong adalah biaya untuk pembelian

ragi, dinyatakan dalam rupiah.

6. Biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengemas tape

ke dalam suatu kemasan tertentu, dinyatakan dalam satuan rupiah.

7. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

pengadaan bahan maupun untuk pemasaran, dinyatakan dalam satuan

rupiah.

8. Penerimaan total adalah keseluruhan nilai produk yang diterima yang

merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi fisik kali harga produk

tersebut yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total dan

dinyatakan dalam satuan rupiah.

10. Efisiensi usaha adalah besaran nilai yang menunjukkan perbandingan

antara penerimaan dengan biaya total.

11. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan diterima oleh pelaku

usaha industri tape.

12. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara simpangan baku

pendapatan usaha dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh.

13. Nilai tambah adalah peningkatan nilai karena adanya perubahan bentuk

dari produk primer (contoh: ubi kayu) yang melalui proses pengolahan,

pengangkutan dan penyimpanan menjadi produk sekunder (contoh: tape).

Nilai tambah adalah selisih antara nilai produk akhir (nilai output) dengan

nilai input, dinyatakan dalam rupiah.

14. Nilai produk akhir adalah nilai output (tape) yang merupakan hasil

perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk yang

kemudian dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan, dinyatakan

dengan satuan rupiah.

15. Nilai input adalah nilai yang diperoleh dari penjumlahah biaya produksi,

biaya pengemasan dan biaya transportasi kemudian dibagi dengan jumlah

bahan baku yang digunakan, dinyatakan dalam satuan rupiah.

Page 48: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analitis melalui survei dan observasi. Metode deskriptif

analitis merupakan metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang

aktual, dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisis (Surakhmad, 2001).

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara sengaja

(purpossive), yaitu pengambilan daerah penelitian secara sengaja berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah

penelitian yang diambil adalah Kabupaten Sukoharjo untuk kemudian dipilih

dua kecamatan yaitu Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu dengan

pertimbangan bahwa sentra industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo terletak di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Bulu dan Kecamatan

Polokarto. Selain itu Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil

singkong yang produktif sehingga bisa menunjang perkembangan industri dan

kontinuitas usaha industri tape yang ada.

Masing-masing kecamatan terdapat satu desa sentra yang

memproduksi tape, maka seluruhnya diambil sebagai sampel dalam penelitian

ini agar dapat memberikan gambaran umum tentang industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo. Desa yang terpilih menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah Desa Sanggang dan Desa Tepisari.

C. Metode Pengambilan Responden

Kabupaten Sukoharjo memiliki dua sentra industri tape yang terletak di

dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Desa

Sanggang merupakan desa sentra industri tape di Kecamatan Bulu, sedangkan

pada Kecamatan Polokarto terdapat di Desa Tepisari. Jumlah populasi

31

Page 49: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang. Data mengenai jumlah

responden industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Jumlah Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

Desa/Kelurahan Jumlah populasi

industri tape rumah tangga

Jumlah responden

Sanggang 16 16 Tepisari 7 7

Jumlah 23 23 Sumber : Data Primer

Pada sentra industri tape di Desa Tepisari terdapat 7 pengusaha tape

yang masih aktif berproduksi, sedangkan di Desa Sanggang terdapat 16

pengusaha tape skala rumah tangga sehingga total keseluruhan pengusaha tape

di Kabupaten Sukoharjo berjumlah 23 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka

pengambilan responden dalam penelitian ini tidak melakukan pengambilan

sampel melainkan dilakukan dengan menggunakan metode sensus, yaitu

teknik pengambilan responden secara keseluruhan.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh

dari sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini

melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah

disiapkan.

Sedangkan data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu

dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara

sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-

lembaga yang terkait dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo (Dispertan),

Page 50: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo (Disperindag),

serta lembaga-lembaga lain yang terkait di dalamnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui

wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan

(kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai objek yang akan diteliti.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu

dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini.

F. Metode Analisis Data

1. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan dari Usaha Industri Tape di Kabupaten Sukoharjo a. Nilai total biaya pada industri tape skala rumah tangga adalah

penjumlahan dari biaya produksi dengan biaya pengemasan dan biaya

transportasi yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi tape. Secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Biaya Total = Biaya Produksi + Biaya Pengemasan + Biaya

Transportasi

Dimana :

Biaya Total : biaya total industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Biaya Produksi : biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dalam

industri tape skala rumah tangga (Rupiah)

Biaya Pengemasan : biaya yang dikeluarkan untuk proses pengemasan

produk pada industri tape skala rumah tangga

(Rupiah)

Page 51: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Biaya Transportasi : biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan

dan pemasaran produk pada industry tape skala

rumah tangga (Rupiah)

b. Untuk mengetahui penerimaan dari usaha industri tape di Kabupaten

Sukoharjo yaitu dengan mengalikan jumlah tape yang dihasilkan

dengan harga tape tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

PrT = Y x H

Dimana :

PrT : penerimaan total usaha tape skala rumah tangga ( Rupiah)

Y : jumlah tape yang dihasilkan (Kg)

H : harga tape (Rp/Kg)

c. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Pendapatan = PrT – BT

Dimana :

PrT : Penerimaan total industri tape (Rupiah)

BT : Biaya total industri tape (Rupiah)

2. Efisiensi Usaha

Untuk mengetahui efisiensi usaha industri kecil tape di Kabupaten

Sukoharjo yang telah dijalankan selama ini adalah dengan menggunakan

perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio

atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya.

Efisiensi usaha industri kecil tape di Kabupaten Sukoharjo dapat

dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan usaha industri

kecil tape dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Efisiensi = CR

dimana :

R = penerimaan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Page 52: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

C = biaya total usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah :

R/C > 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan

sudah efisien,

R/C ≤ 1 berarti usaha tape skala rumah tangga yang dijalankan

belum efisien.

3. Risiko Usaha

Risiko usaha industri kecil tape di Kabupaten Sukoharjo dapat

diketahui dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas

bawah pendapatan. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara

simpangan baku dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh, secara

matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : �. 䄠 .刮

CV : koefisien variasi usaha tape skala rumah tangga

V : simpangan baku pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Untuk mengukur koefisien variasi, sebelumnya harus mencari

pendapatan rata-rata usaha dan simpangan baku terlebih dahulu.

Pendapatan rata-rata usaha dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut : 䅀 䄠 ∑ 䅀骄矫骄妮谜矫

Keterangan :

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Ei : pendapatan usaha tape skala rumah tangga yang diterima pengrajin

(Rupiah)

n : jumlah pengrajin tape skala rumah tangga

Selanjutnya adalah mencari simpangan baku dengan menggunakan

analisis ragam. Simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu : 䄠 税 원

Page 53: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Ragam dirumuskan sebagai berikut : 원 䄠 ∑ 纵䅀骄石䅀邹원矫骄妮谜纵矫石谜邹

Keterangan :

V2 : ragam

n : jumlah pengrajin tape skala rumah tangga

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Ei : pendapatan usaha tape skala rumah tangga yang diterima pengrajin

(Rupiah)

Sedangkan batas bawah pendapatan usaha tape dapat diketahui dengan

menggunakan rumus : ú 䄠 䅀石원

Keterangan :

L : batas bawah pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

E : pendapatan rata-rata usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

V : simpangan baku pendapatan usaha tape skala rumah tangga (Rupiah)

Semakin besar nilai koefisien variasi (CV) menunjukkan bahwa risiko

yang harus ditanggung pengrajin semakin besar. Batas bawah pendapatan

(L) menunjukkan nilai terendah yang mungkin akan diterima oleh

pengrajin. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai �. 屎0,5 atau 拐驶0 menyatakan bahwa pelaku usaha akan selalu terhindar dari kerugian.

Sedangkan apabila nilai �. 使0,5 atau 拐矢0 berarti pelaku usaha

berpeluang mengalami kerugian.

4. Nilai tambah

Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk sebelum diolah

dengan setelah diolah per satuan. Nilai tambah dihitung untuk mengetahui

penambahan nilai dari proses pengolahan bahan baku menjadi suatu produk.

Nilai tambah pembuatan tape terhadap ubi kayu segar dapat dirumuskan

sebagai berikut : 僵蒋䄠僵Ė石僵饯 Dimana :

Page 54: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

NT : Nilai tambah (Rp)

NO : Nilai output (Rp/kg)

NI : Nilai input (Rp/kg)

Kriteria analisis yang digunakan adalah : jika NT > 0, maka produk

memberikan nilai tambah dan jika NT ≤ 0, maka produk tidak memberikan

nilai tambah. Untuk menghitung nilai tambah perlu dihitung terlebih dahulu

nilai output dan nilai input dirumuskan sebagai berikut : 僵Ė䄠 酱时剑轿鰘鰘 僵饯䄠 鰘鰘十鰘ú蕉骄矫鰘鰘

Dimana :

NO : Nilai output tape (Rp/Kg)

Y : Jumlah tape yang dihasilkan (Kg)

Hy : Harga tape (Rp/Kg)

JBB : Jumlah bahan baku (Kg)

BB : Biaya bahan baku + Biaya penolong

Blain : Biaya bahan bakar + Biaya Pengemasan + Biaya transportas

Page 55: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SUKOHARJO

A. Keadaan Alam

1. Lokasi / Daerah Penelitian

Kabupaten Sukoharjo dilihat dari segi koordinatnya terletak pada

110o57’33,70” BT sampai 110o42’6,79” BT dan 7o32’7,00” LS sampai

7o49’32,00” LS. Letak Kabupaten Sukoharjo berbatasan dengan 6 (enam)

kabupaten / kota yaitu sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan Kabupaten

Wonogiri

Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa

Tengah, dengan luas wilayah 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas wilayah

Propinsi Jawa Tengah. Secara administrasi, Kabupaten Sukoharjo terbagi

menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 167 desa / Kelurahan. Kecamatan

Polokarto adalah kecamatan terluas di Kabupaten Sukoharjo yaitu 6,218

Ha (13%), sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Kartasura

dengan luas 1,923 Ha (4%) dari luas Kabupaten Sukoharjo.

Kecamatan Polokarto merupakan satu diantara 12 kecamatan yang

ada di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan ini terletak di dataran tinggi

dengan tinggi 96 meter diatas permukaan laut. Keadaan iklim di

Kecamatan Polokarto mempunyai temperatur rata-rata 280 C dengan rata-

rata curah hujan 167 mm dalam 1 (satu) tahun. Kecamatan Polokarto

berbatasan dengan 4 (empat) kecamatan lain yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Mojolaban

Sebelah Timur : Kecamatan Karanganyar

Sebelah Selatan : Kecamatan Bendosari

Sebelah Barat : Kecamatan Grogol

38

Page 56: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kecamatan Polokarto terbagi menjadi 17 Desa. Desa Tepisari

merupakan salah satu Desa lokasi penelitian. Desa Tepisari mempunyai

luas 616 Ha atau 9,91 % dari luas Kecamatan Polokarto. Desa Tepisari

terdiri dari 9 RW dan 20 RT.

Kecamatan Bulu terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 118 meter

diatas permukaan laut, dengan luas wilayah 43,86 km2. Keadaan iklim di

Kecamatan Bulu mempunyai temperatur rata-rata 260 C dengan rata-rata

curah hujan 117 mm dalam 1 (satu) tahun. Adapun batas-batas Kecamatan

Bulu yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Nguter

Sebelah Timur : Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri

Sebelah Selatan : Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri

Sebelah Barat : Kecamatan Tawangsari

Selain di Desa Tepisari, penelitian juga dilakukan di Desa

Sanggang. Desa Sanggang mempunyai luas 574 Ha atau 13,09% dari luas

Kecamatan Bulu. Desa Sanggang terdiri dari 9 RW dan 19 RT dan 14

Dukuh.

2. Keadaan iklim

Faktor iklim mencakup antara lain aspek lamanya musim kemarau

dan musim penghujan serta banyaknya curah hujan dan hari hujan akan

berpengaruh terhadap lingkungan seperti terhadap tingkat kesuburan

lahan, kekeringan, banjir dan sebagainya. Data mengenai banyak hari

hujan dan curah hujan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 6

berikut:

Page 57: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 6. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No. Bulan Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

21 17 18 10 12 5 4 4 15 11 14 16

307 258 339 203 239 88 43 64 233 248 271 331

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan

tertinggi di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2010 terjadi pada bulan

Maret yaitu sebesar 339 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 18 hari.

Rata-rata curah hujan terendah pada bulan Juli sebesar 43 mm dan rata-

rata hari hujan terendah pada bulan Juli dan Agustus sebanyak 4 hari.

Banyak hari hujan dan curah hujan berpengaruh pada proses produksi

industri tape di Kabupaten Sukoharjo.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Penduduk merupakan sumber daya manusia yang berperan dalam

pembangunan perekonomian daerah. Salah satu tujuan utama dari

pembangunan adalah mewujutkan kesejahteraan penduduk. Pembangunan

dan kesejahteraan penduduk mempunyai hubungan yang erat dengan

jumlah penduduk. Besarnya jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk

dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Page 58: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 7. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Persentase Pertumbuhan (%)

2006 826.289 0,62 2007 834.613 0,64 2008 837.279 0,68 2009 843.127 0,70 2010 846.978 0,46

Jumlah 4.188.286 3,1 Rata-rata 826.297 0,62

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah

penduduk di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2006 adalah 826.289 jiwa,

pada tahun 2007 adalah 834.613 jiwa, pada tahun 2008 adalah 837.279

jiwa, dan meningkat pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing berjumlah

843.127 jiwa dan 846.978 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk di

Kabupaten Sukoharjo disebabkan karena jumlah penduduk yang lahir dan

penduduk yang datang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang mati dan penduduk yang keluar dari Kabupaten Sukoharjo.

Rata-rata jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo selama 5 tahun

terakhir sebesar 826.297 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,62% per

tahun.

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi dua (2) faktor,

yaitu faktor alami dan faktor perpindahan penduduk. Untuk faktor alami,

penurunan jumlah penduduk disebabkan karena jumlah penduduk yang

lahir lebih kecil daripada jumlah penduduk yang mati. Sedangkan untuk

faktor perpindahan penduduk, penurunan jumlah penduduk terjadi karena

adanya perpindahan penduduk keluar daerah misalnya untuk alasan

mencari pekerjaan dan sebagainya.

Kabupaten Sukoharjo mempunyai kepadatan rata-rata 1.794

jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kartasura

yaitu sebanyak 4.681 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena Kecamatan

Kartasura berdekatan dengan kota Surakarta sehingga mempunyai sarana

Page 59: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

perekonomian yang lebih baik dibanding kecamatan lain di Kabupaten

Sukoharjo.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sex ratio di suatu daerah dapat diketahui besarnya dengan cara

membandingkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Oleh sebab

itu perlu diketahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Komposisi

penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai

berikut :

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menururt Jenis Kelamin, Sex Ratio di Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Tahun 2010

Daerah Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

Weru 32.909 33.984 66.893 0,96 Bulu 25.272 26.146 51.418 0,96 Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak

29.163 42.046 32.191 33.560 37.365 39.571 51.978 26.667 24.190

29.722 43.120 32.337 34.174 37.535 39.856 52.077 26.388 24.582

58.885 85.166 64.528 67.734 74.900 79.427 104.055 53.055 48.772

0,98 0,97 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 1,01 0,98

Kartasura 44.526 47.619 92.145 0,93 Jumlah 419.438 427.540 846.978 0,98

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2011

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa penduduk Kabupaten Sukoharjo

pada tahun 2010 berjumlah 846.978 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-

laki berjumlah 419.438 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 427.540

jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2010 adalah

sebesar 0,98 yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 98 penduduk laki-laki.

Penduduk Kecamatan Polokarto pada tahun 2010 berjumlah 74.900

jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 37.365 jiwa dan

penduduk perempuan berjumlah 37.535 jiwa. Rasio jenis kelamin di

Page 60: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Kecamatan Polokarto pada tahun 2010 adalah sebesar 0,99 yang berarti

bahwa dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-

laki.

Penduduk di Kecamatan Bulu pada tahun 2010 berjumlah 51.418

jiwa yang terdiri dari 25.272 jiwa penduduk laki-laki dan 26.146 jiwa

penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin di Kecamatan Bulu pada tahun

2010 adalah sebesar 0,96 yang berarti bahwa dalam setiap 100 penduduk

perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

3. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan

untuk mengetahui besarnya penduduk yang terbagi dalam usia produktif

dan non produktif, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk meninjau

besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) di daerah tersebut. Definisi

dari Angka Beban Tanggungan (ABT) atau Dependency Ratio adalah

angka yang menunjukkan jumlah penduduk pada usia non produktif yang

harus ditanggung oleh penduduk usia produktif.

Menurut Mantra (2003), kelompok umur 0-14 tahun dianggap

sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok

penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok

penduduk umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang sudah

tidak lagi produktif, maka Angka Beban Tanggungan (ABT) dapat diukur

dengan rumus sebagai berikut :

ABT = 㲠elpupuku屏ur凐难能㎰Ǵ迫萍邹嫩㲠elpupuku屏ur凐鹏淖闹迫萍邹㲠elpupuku屏ur凐㎰闹能淖Ǵ迫萍邹 时诡

Keterangan :

k = Konstanta, yang besarnya adalah 100

Keadaan penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut umur dan jenis

kelamin adalah sebagai berikut :

Page 61: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 9. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Umur (th)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

ABT

1. 0-14 203.861 24,07 2. 15-64 574.275 67,80 47,49 3. >65 68.842 8,18 Jumlah 846.978 100,00

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

menurut kelompok umur yang terbesar di Kabupaten Sukoharjo adalah

kelompok umur 15-64 tahun dimana kelompok umur tersebut termasuk

dalam kategori penduduk produktif, yaitu sebanyak 574.275 jiwa atau

sebesar 67,80% dari jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo.

Sedangkan kelompok penduduk non produktif ( kelompok umur 0-14

tahun dan kelompok umur ≥65 tahun ) di Kabupaten Sukoharjo berjumlah

203.861 jiwa, atau sebesar 24,07% dari jumlah penduduk di Kabupaten

Sukoharjo seluruhnya. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung

besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Sukoharjo,yaitu

:

ABT Kabupaten Sukoharjo = ᷰ4ᷰ.4难脑闹4Ǵ.ᷰ4闹时100 = 47,49

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Sukoharjo yang

diperoleh adalah sebesar 47,49 dimana angka tersebut mengandung arti

bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Sukoharjo harus

menanggung atau member penghidupan kepada 48 penduduk usia non

produktif.

Keadaan penduduk Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo

menurut umur dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Page 62: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Umur (th)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

ABT

1. 0-14 10.011 26,79 2. 15-64 24.767 66,28 50,87 3. >65 2.587 6,92 Jumlah 37.365 100,00

Sumber : Kecamatan Polokarto Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas

penduduk Kecamatan Polokarto merupakan penduduk usia produktif yaitu

penduduk yang berusia antara 15-64 tahun yaitu sebanyak 24.767 jiwa

atau sebesar 66,28% dari jumlah penduduk di Kecamatan Polokarto.

Angka Beban Tanggungan (ABT) yang ditunjukkan sebesar 50,87 yang

berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Kecamatan Polokarto

menanggung 51 penduduk usia non produktif. Sebagian besar penduduk

yang berusia produktif di Kecamatan Polokarto ini dapat memberikan

gambaran mengenai keadaan tenaga kerja pada usaha pembuatan tape,

yaitu bahwa tenaga kerjanya berada pada usia produktif. Dari penelitian

diketahui bahwa penduduk yang aktif dalam usaha pembuatan tape adalah

penduduk dalam usia produktif.

Keadaan penduduk Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo menurut

umur dapat dilihat dari Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Umur (th)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

ABT

1. 0-14 6.842 23,46 2. 15-64 19.567 67,09 49,04 3. >65 2.754 9,44 Jumlah 29.163 100,00

Sumber : Kecamatan Bulu Dalam Angka 2011

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan

Bulu yang paling besar berada pada kelompok usia produktif yaitu pada

kelompok umur 15-64 tahun sebanyak 19.567 jiwa atau sebesar 67,09%

Page 63: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dari jumlah penduduk di Kecamatan Bulu seluruhnya. Angka Beban

Tanggungan yang diperoleh yaitu sebesar 49,04 yang berarti bahwa setiap

100 penduduk usia produktif di Kecamatan Bulu menanggung 49

penduduk usia non produktif.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat

menggambarkan kesejahteraan penduduk. Keadaan penduduk di suatu

daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya yang tersedia,

keadaan sosial ekonomi masyarakat seperti ketrampilan yang dimiliki,

tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan ketersediaan modal.

Jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha utama di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2010 adalah sebagai berikut.

Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No. Jenis Lapangan Usaha

Laki-laki

Perempuan Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1 Pertanian 48.719 27.193 75.912 18,95 2 Pertambangan dan

Galian 0 0 0 0

3 Industri 47.277 61.033 108.310 27,04 4 Listrik, Gas dan Air 1.417 0 1.417 0,35 5 Konstruksi 30.118 707 30.825 7,69 6 Perdagangan 46.681 54.791 101.472 25,24 7 Komunikasi 14.031 3.545 17.576 4,39 8 Keuangan 5.460 2.936 8.396 2,09 9 Jasa 30.799 25.819 56.618 14,14

Jumlah 224.502 176.024 400.526 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui penduduk di Kabupaten

Sukoharjo paling banyak bermata pencaharian di sektor industri yaitu

sebanyak 108.310 jiwa atau 27,04%. Sektor perdagangan menyerap tenaga

kerja terbesar kedua yaitu sebanyak 101.472 jiwa atau 25,24%. Persentase

lapangan usaha utama yang terkecil adalah adalah sektor listrik gas dan air

yaitu sebanyak 1.417 jiwa atau sebesar 0,35%.

Mata pencaharian di sektor pertanian menempati persentase terbesar

ketiga dalam penyerapan tenaga kerja yaitu menyerap tenaga kerja

Page 64: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

sebanyak 75.912 jiwa atau 18,95%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan

perekonomian daerah Kabupaten Sukoharjo. Banyaknya penduduk yang

bekerja di sektor pertanian akan mendorong sektor usaha lain semakin

meningkat, terutama sektor usaha industri yang menggunakan bahan baku

dari hasil-hasil pertanian sehingga tidak akan terjadi masalah mengenai

ketersediaan bahan baku industri. Salah satu usaha industri yang berbahan

baku dari hasil pertanian di Kabupaten Sukoharjo adalah usaha industri

tape yang menggunakan ketela pohon (singkong) sebagai bahan baku

utama dalam usaha pembuatan tape. Industri tape skala rumah tangga

termasuk dalam sektor industri yang menempati urutan terbesar dalam

penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo. Penduduk di Kabupaten

Sukoharjo yang bekerja di sektor industri dan perdagangan lebih besar

dibanding sektor pertanian yang disebabkan karena semakin meningkatnya

perindustrian dan kemajuan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo. Hal

ini terjadi karena sektor industri menjadi prioritas utama dalam

pembangunan perekonomian Kabupaten Sukoharjo.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Perkembangan

perekonomian dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang

memadai. Sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga

perekonomian baik yang disediakan pemerintah maupun pihak swasta serta

dari swadaya masyarakat setempat. Semakin baik sarana perekonomian suatu

daerah akan mendorong kegiatan perekonomian di daerah tersebut untuk

tumbuh dan berkembang. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan ekonomi dapat

berjalan lancar sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat.

Sarana perekonomian di kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu

dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini.

Page 65: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 13. Sarana Perekonomian Di Kecamatan Polokarto dan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No. Jenis Sarana Perekonomian

Jumlah Kec. Polokarto Kec. Bulu

1 Pasar umum 2 4 2 Minimarket 2 0 3 Toko kelontong 436 235 4 Kedai makanan 189 71 5 Koperasi 33 18

Jumlah 653 328 Sumber : Kecamatan Polokarto Dalam Angka 2011

Kecamatan Bulu Dalam Angka 2011

Pasar merupakan salah satu sarana perekonomian yang dapat

menunjang jalannya roda perekonomian di suatu daerah, sebab di pasar inilah

terjadi transaksi jual beli barang maupun jasa. Berdasarkan Tabel 13 dapat

dilihat bahwa di Kecamatan Bulu terdapat 4 pasar umum, 235 toko

kelontong, 71 kedai makanan dan 18 unit koperasi sedangkan di Kecamatan

Polokarto terdapat 2 pasar umum, 2 minimarket, 436 toko kelontong, 189

kedai makanan dan 33 koperasi. Di Kecamatan Polokarto terdapat

minimarket dan lebih banyak unit usaha seperti toko kelontong dan kedai

makanan dibanding Kecamatan Bulu disebabkan karena Kecamatan

Polokarto mempunyai batas geografis lebih dekat dengan pusat kabupaten.

Koperasi merupakan sarana penunjang dalam perkembangan perekonomian

suatu daerah karena berperan dalam memacu perkembangan sektor usaha

khususnya usaha kecil menengah (UKM) yaitu dengan memberikan

kemudahan pengajuan pinjaman modal (kredit) bunga rendah. Banyaknya

pasar umum dan kedai makanan yang ada di Kecamatan Polokarto dan

Kecamatan Bulu mempermudah pengusaha tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo dalam memasarkan hasil produksinya.

D. Keadaan Usaha Pembuatan Tape

Hingga saat ini, industri pembuatan tape skala rumaha tangga di

Kabupaten Sukoharjo berjumlah 23 unit usaha. Berdasarkan lampiran dari

analisis data primer diperoleh bahwa besarnya kebutuhan bahan baku

singkong yang dibutuhkan industri tersebut adalah 24.740 Kg singkong segar

Page 66: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tiap bulannya. Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah penghasil ketela

pohon dengan produktivitas cukup tinggi, sehingga dengan demikian dapat

mendukung kontinuitas usaha industri tape yang dijalankan. Ketela pohon

merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam industri pembuatan

tape. Luas panen dan rata-rata produksi ketela pohon menurut kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 14 berikut

ini.

Tabel 14. Luas Panen dan Rata-rata Produksi Ketela Pohon Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sukoharjo

No. Kecamatan Luas Panen (Ha)

Produksi Kw/Ha Ton

1 Weru 522 167,05 8.720 2 Bulu 467 166,10 7.757 3 Tawangsari 589 166,40 9.801 4 Sukoharjo 93 165,58 1.540 5 Nguter 778 166,85 12.981 6 Bendosari 786 166,93 13.121 7 Polokarto 676 166,66 11.266 8 Mojolaban 64 162,01 1.037 9 Grogol 0 0 0

Jumlah 3.975 166,89 66.223 2009 3.822 166,81 63.754 2008 3.436 174,54 59.982 2007 5.114 174,54 94.133 2006 5.224 174,54 91.181

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa produktivitas terbesar berada

di Kecamatan Bendosari dengan jumlah produksi ketela pohon sebanyak

13.121 ton. Sedangkan Kecamatan Polokarto menempati produktivitas

terbesar kedua di Kabupaten Sukoharjo dengan hasil produksi sebanyak

11.266 ton. Produktivitas Kecamatan Bulu menempati urutan keenam

dengan jumlah produksi sebanyak 7.757 ton. Kecamatan Bulu dan Polokarto

merupakan daerah sentra penghasil ketela pohon terbesar di Kabupaten

Sukoharjo.

Page 67: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

E. Keadaan Perindustrian

Keadaan perindustrian di suatu daerah dapat digunakan untuk

mengetahui perkembangan dan tingkat kemajuan di daerah tersebut.

Perindustrian di Kabupaten Sukoharjo cenderung mengalami peningkatan

unit dari tahun ke tahun. Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas

utama pembangunan ekonomi. Sektor industri memegang peranan yang

sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Sukoharjo dengan distribusi

terhadap PDRB Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 sebesar 29,10%.

Dibandingkan tahun 2009 jumlah unit usaha (industri) mengalami

peningkatan sebesar 255% menjadi 16.662 unit dan 98,29% diantaranya

adalah industri kecil. Ditnjau dari jumlah tenaga kerja juga mengalami

kenaikan sebesar 2,25% sedangkan nilai investasinya pada tahun 2010

sebesar Rp. 1.948.181,13 (juta) dan nilai produksi sebesar Rp. 6.934.587,807

(juta).

Besarnya nilai investasi dan jumlah unit tenaga kerja industri besar,

menengah dan kecil di Kabupaten Sukoharjo tahun 2010 dapat dilihat pada

Tabel 15 berikut.

Tabel 15. Nilai Investasi Industri Besar, Menengah dan Kecil di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010

No. Golongan Industri

Kelompok Industri JumlahIAHH ITA IKLME N.I (juta)NI (juta) ∑TK NI (juta) ∑TK NI (juta) ∑TK

1 Besar 198.330,81 8.952 1.386.290,69 45.094 123.160,59 57.084 1.707.782,092 Menengah 44.442,32 9.364 31.416,53 4.508 44.056,14 16.107 119.914,993 Kecil 69.904,76 27.171 26.712,81 16.556 23.866,48 65.357 120.484,05

Jumlah 312.677,39 45.487 1.412.187,280 66.158 191.083,21 138.548 1.823.957,830

Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2011

Keterangan :

IAHH : Industri Agro dan Hasil Hutan

ITA : Industri Tekstil dan Aneka

IKLME : Industri Kimia, Logam, Mesin dan Elektro

NI : Nilai investasi

∑TK : Jumlah tenaga kerja

Page 68: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Berdasarkan data pada Tabel 15 dapat diketahui besarnya nilai investasi

secara berurutan mulai dari yang terbesar adalah industri besar, industri kecil

dan industri menengah. Dari tabel terlihat eksistensi dan kontribusi industri

kecil dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk lebih

memperhatikan industri kecil khususnya dalam peran penting pemerintah

daerah sebagai pembina industri kecil agar industri kecil mampu

berkembang, memiliki daya saing sehingga dapat mewujutkan kesejahteraan

penduduk.

F. Keadaan Sarana Perhubungan

Sarana perhubungan merupakan sarana yang sangat bermanfaat bagi

penduduk Kabupaten Sukoharjo dalam melaksanakan kegiatan

perekonomian. Sarana perhubungan dapat memperlancar kegiatan

perekonomian di suatu daerah. Semakin baik sarana perhubungan suatu

daerah, akan semakin memperlancar kegiatan perekonomian.

Keadaan sarana perhubungan Kabupaten Sukoharjo dilihat dari kondisi

jalan dan status jalan tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan dan Status Jalan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 (Km)

Kondisi Jalan

Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten 2009 2010 2009 2010 2009 2010

Baik 13,84 25,19 21,23 7,90 116,03 131,78 Sedang 20,61 26,60 244,22 160,90 Rusak 9,84 18,91 209,82 170,63 Rusak Berat 35,05 141,81

Jumlah 13,84 25,19 51,68 53,41 605,12 605,12 Jenis

Permukaan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten

2009 2010 2009 2010 2009 2010 Diaspal 13,84 25,41 51,68 53,41 585,76 585,76 Kerikil 15,56 15,96 Tanah 3,80 3,80

Jumlah 13,84 25,41 52,68 53,41 605,12 605,52 Sumber : Sub Dinas Bina Marga DPU Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011

Page 69: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 16 menunjukkan bahwa status jalan di Kabupaten Sukoharjo

terbagi menjadi tiga yaitu jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten.

Jalan yang terpanjang adalah jalan kabupaten yaitu sepanjang 605,12 Km.

sebagian besar kondisi jalan kabupaten berada dalam kondisi baik dan

sedang yaitu sepanjang 360,25 Km sehingga dapat menunjang arus

transportasi dan pemasaran tape dari pedagang ke konsumen.

Page 70: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden dan Karakteristik Industri

1. Identitas Responden Industri Tape Skala Rumah Tangga

Identitas responden adalah gambaran umum dari responden

industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo yang masih

aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas

responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur responden,

lama pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga

yang aktif dalam produksi, status usaha serta lama mengusahakan.

Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan metode

sensus yang berjumlah 23 orang, terbagi di dua desa yaitu Desa

Tepisari, dan Desa Sanggang. Metode sensus adalah suatu metode

pengambilan responden secara keseluruhan. Dari penelitian diperoleh

responden sebanyak 7 orang untuk desa Tepisari, dan Desa Sanggang

sebanyak 16 orang. Identitas responden pada industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Karakteristik Responden Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Rata-rata 1. Umur (thn) 57,26 2. Lama pendidikan (thn) 4,61 3. Jumlah anggota keluarga (org) 3,61 4. Jumlah anggota keluarga aktif dalam

produksi (org)

3,13 5. Lama mengusahakan (thn) 26,91

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Menurut Mantra (2003), penduduk berumur kurang dari 15 tahun

termasuk dalam golongan penduduk yang belum produktif, penduduk

berumur 15-64 tahun termasuk golongan penduduk produktif dan umur

65 ke atas termasuk golongan penduduk yang sudah tidak produktif.

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada industri tape skala

rumah tangga, rata-rata umur responden adalah 57,26 tahun. Hal ini

53

Page 71: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

berarti bahwa responden tape skala rumah tangga masih termasuk

dalam penduduk usia produktif. Produktivitas kerja responden tape

cukup tinggi pada saat masih dalam umur produktif. Produktivitas

berkaitan dengan kemampuan fisik responden. Semakin kuat

kemampuan fisik yang dimiliki responden tape maka responden akan

lebih mampu menjalankan dan mengembangkan usaha sesuai dengan

potensi yang dimiliki.

Sebagian besar pengusaha tape di Kabupaten Sukoharjo telah

mengalami pendidikan formal dengan rata-rata pendidikan selama 4,6

tahun atau setara SD. Sedangkan beberapa responden lainnya tidak

mengalami pendidikan formal, terutama bagi kaum wanita, hal ini

disebabkan karena mereka beranggapan membantu orang tua berdagang

di pasar lebih bermanfaat daripada mengenyam ilmu di pendidikan

formal. Meskipun pendidikan formal bukanlah syarat utama dalam

usaha industri tape, namun pendidikan formal akan mempengaruhi pola

pikir responden dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya,

terutama dalam memanfaatkan informasi pasar ataupun dalam

memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan dan pemasaran. Semakin

tinggi tingkat pendidikan responden, maka responden akan lebih dapat

berfikir rasional dalam mengelola dan mengembangkan usahanya

seperti saat pengambilan keputusan dalam menetapkan strategi usaha

yang akan diterapkan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan yang

akan diperoleh responden tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo. Dalam penelitian diketahui adanya perbedaan harga pasar

yang dapat dimanfaatkan pengrajin tape sebagai salah satu peluang

untuk meningkatkan pendapatan yaitu dengan jalan mendistribusikan

hasil produksi ke daerah yang mempunyai harga jual tinggi.

Jumlah rata-rata anggota keluarga responden usaha industri tape

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebanyak 4 orang.

Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga

kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut aktif

Page 72: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dalam kegiatan industri tape. industri tape skala rumah tangga

sedikitnya membutuhkan 3 orang tenaga kerja. Jumlah rata-rata anggota

keluarga yang ikut aktif dalam industri sebanyak 3 orang. Pada

umumnya anggota keluarga yang aktif dalam kegiatan industri tape

adalah suami dan istri, sedang anggota keluarga yang lain bekerja di

luar kota atau sektor lain, masih menempuh pendidikan atau termasuk

usia belum/sudah tidak produktif (anak-anak dan lanjut usia).

Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo telah

diusahakan rata-rata selama 26,91 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

responden sudah cukup lama menjalankan usahanya, sehingga

pengalaman yang dimiliki responden pun sudah cukup banyak.

Semakin lama waktu mengusahakan, maka semakin banyak

pengalaman yang dimiliki. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki,

maka responden semakin mampu menghadapi kendala-kendala yang

muncul selama proses produksi hingga proses pemasaran produk,

seperti naiknya harga bahan baku dan bahan penolong, ataupun karena

cuaca yang tidak menentu.

Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo terbagi

menjadi dua macam status usaha yaitu usaha utama dan usaha

sampingan. Status usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.

Tabel 18. Status Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Status Usaha Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Utama 20 86,96 2. Sampingan 3 13,04 Jumlah 23 100

Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berstatus sebagai usaha utama

yaitu sebesar 86,96 % atau 20 industri tape, sedangkan 3 industri tape

atau 13,04 % berstatus sebagai usaha sampingan. Industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo melakukan produksi setiap hari,

Page 73: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tetapi ada juga yang berproduksi dua hari sekali atau satu minggu dua

kali produksi. Disebut sebagai usaha utama karena anggota keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak ikut aktif dalam proses produksi

dan lebih banyak mencurahkan waktu kerja nya dalam industri ini.

Selain itu pendapatan yang diperoleh dari industri tape merupakan

pendapatan utama yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari. Disebut sebagai usaha sampingan karena mempunyai usaha

lain dengan waktu kerja yang dicurahkan dalam industri tape sama atau

lebih sedikit dibandingkan dengan usaha lain tersebut. Sebagian

responden menjadikan industri tape sebagai usaha sampingan karena

responden mempunyai pekerjaan utama lain seperti pedagang dan

petani.

Responden mengusahakan industri tape dengan berbagai macam

alasan. Data mengenai alasan responden mengusahakan industri tape

dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19. Alasan Mengusahakan Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang)

Persentase (%)

1. 2.

Usaha warisan Menguntungkan

10 3

43,48 13,04

3. Tidak mempunyai pekerjaan lain

10 43,48

Jumlah 23 100 Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo, sebagian besar merupakan

usaha warisan yaitu sebesar 43,48 % atau sebanyak 10 orang. Industri

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo disebut sebagai usaha

warisan karena merupakan usaha yang diperoleh secara turun-temurun.

Sebesar 43,48 % atau sebanyak 10 orang mengusahakan industri tape

karena alasan tidak mempunyai pekerjaan lain. Hal ini disebabkan

karena terbatasnya lapangan pekerjaan lain atau karena pekerjaan

sebelumnya tidak memberikan pendapatan yang layak. Alasan lain

Page 74: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

responden mengusahakan industri tape dengan alasan industri tape

merupakan industri yang menguntungkan yaitu sebesar 13,04 % atau

sebanyak 3 orang.

2. Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

Setiap usaha pasti tidak terlepas dari kebutuhan akan modal.

Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk memulai usaha

maupun untuk menjalankan usaha, seperti untuk membeli peralatan

maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Sumber modal dapat berasal

dari modal sendiri atau dari modal pinjaman. Permodalan pengusaha

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 20. Sumber Modal Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Modal sendiri 23 100 2. Modal pinjaman - - Jumlah 23 100

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan bahwa seluruh responden

industri tape dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri

yaitu sebesar 100% atau sebanyak 23 orang. Pada saat penelitian tidak

ada responden yang menggunakan modal pinjaman dari Bank atau

lembaga keuangan lain.

3. Pengadaan Bahan Baku Industri Tape Skala Rumah Tangga

Singkong merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam

industri pembuatan tape. Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh

pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

menggunakan mekanisme pembelian borongan (tebasan). Sistem

tebasan merupakan sistem pembelian bahan baku singkong dengan

luasan tertentu dan dengan nominal yang disesuaikan dengan harga jual

dan telah disepakati bersama antara pengusaha tape dan petani

singkong. Biasanya pengusaha tape memborong atau menebas sebidang

Page 75: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

lahan singkong siap panen dengan harga Rp 500.000,00 - Rp

800.000,00 untuk digunakan sebagai bahan baku produksi selama satu

bulan. Pembayaran dilakukan secara kontan tetapi ada juga yang

melakukan pembayaran secara kredit (cicilan). Pengambilan singkong

disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki masing-masing

pengusaha tape atau dengan kata lain kuantitas pengambilan bahan

baku hanya untuk satu kali produksi saja. Hal ini bertujuan agar

singkong yang diambil dalam keadaan bagus dan segar sehingga dapat

menghasilkan produk tape yang berkualitas bagus dan manis.

4. Pengadaan Bahan Penolong Industri Tape Skala Rumah Tangga

Bahan penolong yang digunakan dalam industri tape adalah ragi,

dan kayu bakar. Ragi tape banyak dijual di pasar umum ataupun di

pasar-pasar tradisional dengan kisaran harga yang bervariasi antara

Rp2.000,00 hingga Rp3.500,00 per bungkus. Terdapat beberapa macam

ragi yang dijual di pasaran. Namun demikian responden usaha industri

tape di Kabupaten Sukoharjo lebih memilih untuk menggunakan ragi

NKL dengan alasan ragi NKL memberikan cita rasa yang paling baik.

Cita rasa yang baik yaitu menghasilkan produk tape yang manis, warna

terang menarik, struktur yang lembut dan butiran ragi yang halus.

Penggunaan ragi selain ragi NKL dengan harga yang lebih murah

memberikan dampak pada produk tape yang dihasilkan menjadi

berwarna kusam, butiran ragi terlihat kasar dan rasa tape menjadi pahit.

Dalam satu bungkus ragi NKL terdapat 24 butir bola ragi.

Harga kayu bakar di masing-masing daerah penelitian juga

berbeda-beda. Harga kayu bakar berkisar antara Rp 3.000,00 – Rp

5.000,00 per ikat. Perbedaan harga kayu bakar ini terjadi karena tiap

ikat kayu bakar isi dan ukurannya berbeda-beda. Sebagian besar

responden menggunakan kayu bakar dalam proses perebusan ketela

pohon.

5. Peralatan Industri Tape Skala Rumah Tangga

a. Pisau

Page 76: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pisau yang digunakan dalam pembuatan tape menggunakan dua

macam pisau yaitu pisau besar dan pisau kecil. Pisau besar

digunakan untuk memotong singkong dan untuk membersihkan

singkong dari kulitnya. Sedangkan pisau kecil digunakan untuk

membersihkan serat singkong hingga singkong terlihat putih bersih.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tape yang dihasilkan tidak

pahit.

b. Tungku

Tungku merupakan alat yang terbuat dari tumpukan batu bata yang

dibentuk menyerupai kubus dan pada bagian permukaan terdapat 2

lubang sedangkan pada bagian dasar terdapat 1 lubang sebagai

tempat dimana bahan bakar diletakkan. Alat ini digunakan untuk

merebus singkong hingga singkong menjadi empuk dengan

menggunakan kayu sebagai bahan bakar.

c. Tenggok/bakul

Tenggok adalah alat yang terbuat dari anyaman bambu yang

berbentuk seperti keranjang. Tenggok digunakan sebagai wadah

singkong yang telah dicuci bersih ataupun sebagai wadah pada saat

pemeraman (fermentasi). Pencucian bisa dilakukan sampai tiga kali

agar singkong benar-benar bersih sehingga dapat menghasilkan tape

yang berkualitas baik. Air yang digunakan untuk proses pencucian

harus bersih. Penggunaan air yang tidak bersih atau penggunaan air

hujan dapat mengakibatkan kegagalan (tape tidak manis).

d. Ember plastik

Ember plastik digunakan sebagai penampung air. Peralatan ini

digunakan pada saat pencucian singkong yang telah dikupas.

e. Lemper dan muntu

Lemper digunakan sebagai wadah saat menghancurkan dan

menghaluskan butiran-butiran ragi dengan menggunakan muntu.

Page 77: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

f. Saringan

Alat ini digunakan pada saat menaburkan ragi yang berfungsi agar

ragi yang ditaburkan benar-benar lembut dan halus. Ragi yang

mulanya berbentuk bola-bola ragi dihaluskan terlebih dahulu baru

kemudian ditaburkan dengan menggunakan penyaring.

g. Periuk

Periuk adalah alat yang terbuat dari aluminium yang digunakan

sebagai wadah pada saat perebusan singkong.

6. Proses Produksi Pembuatan Tape

Bahan baku utama dalam pembuatan tape adalah ketela pohon

(singkong). Untuk mendapatkan hasil tape yang berkualitas baik maka

singkong yang digunakan harus dalam kondisi baik dan bagus, bersifat

empur. Singkong yang bagus atau baik dapat dilihat dari tampilan

fisiknya pada saat pemanenan. Singkong yang menonjol keluar dari

tanah biasanya kurang bagus dan bersifat kenyal.

Pembuatan tape dimulai dengan proses sortasi singkong yaitu

memilih singkong yang bagus, empur. Singkong yang bagus untuk

dibuat tape adalah yang berumur 10 bulan, dan baru saja dicabut dari

kebun. Penggunaan bahan baku singkong yang berumur kurang dari 7

bulan akan menghasilkan rasa asam pada tape yang dihasilkan. Jika

singkong yang digunakan sebagai bahan baku berumur lebih dari 12

bulan akan lebih banyak mengandung serat, kurang baik jika digunakan

sebagai bahan baku karena akan mengakibatkan tape yang dihasilkan

kurang manis. Singkong yang mempunyai sifat kenyal harus dipisahkan

terlebih dahulu. Tahap selanjutnya adalah pengupasan kulit singkong

dan membuang bonggol singkong. Setelah tahap pengupasan kulit

singkong selesai, tahap selanjutnya adalah pengerikan dan pemotongan.

Setelah singkong dikerik hingga putih bersih dan dipotong-potong

kemudian singkong kembali dicuci hingga bersih. Setelah proses

pencucian, singkong yang telah dicuci bersih diletakkan ke dalam

periuk untuk proses perebusan. Perebusan singkong dilakukan hingga

Page 78: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

singkong mengalami perubahan warna menjadi kekuningan dan

merekah. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih empat jam.

Setelah itu singkong didinginkan kurang lebih selama dua jam.

Sambil menunggu singkong menjadi dingin, tahapan selanjutnya

adalah menghancurkan dan menghaluskan bola-bola ragi dengan

menggunakan muntu dan lemper. Setelah singkong benar-benar dingin,

ragi mulai ditaburkan pada singkong secara merata dengan

menggunakan saringan, agar ragi yang ditaburkan benar-benar lembut

dan halus. Setelah ragi ditaburkan secara merata, tahap selanjutnya

adalah menutup permukaan singkong yang telah diletakkan di dalam

tenggok dengan menggunakan daun pisang atau plastik dengan rapat.

Apabila permukaan singkong tidak ditutup rapat akan dapat

mengakibatkan kegagalan dalam pembuatan tape yang disebabkan oleh

enzim pada ragi saccharomyces cereviceae tidak pecah apabila terdapat

udara yang mengganggu proses pemecahan enzim tersebut. Proses

fermentasi berlangsung kurang lebih membutuhkan waktu dua malam.

Setelah proses fermentasi selesai, tahap selanjutnya adalah mengemas

tape menggunakan daun pisang atau plastik dan memasarkan ke

pedagang ataupun konsumen.

Page 79: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 2. Skema Pembuatan Tape Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Di Kabupaten Sukoharjo

Singkong

Sortasi

Baik

Pengupasan kulit singkong &pengerikan

Kenyol (bonggol besar, umbi keluar

dari tanah waktu pemanenan)

Direbus lebih lama (diletakkan pada bag plg dasar)

Pencucian

Perebusan ±4jam

Dinginkan pada wadah

Taburkan ragi dengan penyaring

Fermentasi ± 36 jam

Tape (daya tahan 2 hari)

Pemasaran

Page 80: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

7. Pemasaran

Pemasaran produk industri tape di Kabupaten Sukoharjo masih

terbatas di dalam kota, yaitu dipasarkan di pasar-pasar yang ada di

Sukoharjo seperti Pasar Tawangsari, Pasar Polokarto, Weru, Krisak dan

Nguter. Data mengenai jalur distribusi industri tape di Kabupaten

Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 21 berikut:

Tabel 21. Jalur Pemasaran Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Dipasarkan sendiri 23 100 2. Lewat pedagang 0 0

Jumlah 23 100 Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 21 menunjukkan bahwa 100% responden atau sebanyak 23

orang responden memasarkan tape yang dihasilkan dengan cara

dipasarkan sendiri ke konsumen akhir. Daerah pemasaran hasil

produksi masih terbatas di dalam kota saja yaitu di pasar-pasar dan

warung terdekat antara lain di Pasar Bulu, Pasar Krisak, Pasar

Tawangsari, Pasar Nguter, Pasar Polokarto, Pasar Weru dan Pasar

Notokan. Pemasaran biasa dilakukan setiap 2 hari sekali yaitu pada

pasaran pon dan legi. Produsen lebih memilih untuk menjual langsung

ke konsumen tanpa melalui pedagang perantara dengan alasan untuk

mendapatkan harga yang lebih tinggi.

B. Analisis Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga

1. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan

a. Biaya

Biaya merupakan sejumlah uang atau korbanan yang

dikeluarkan dalam proses produksi. Biaya dalam penelitian ini

adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk proses pembuatan

tape hingga pemasaran tape. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan

biaya variabel. Karena dalam penelitian ini menggunakan konsep

pendekatan pendapatan maka biaya dalam penelitian ini adalah

Page 81: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

biaya yang benar-benar dikeluarkan (biaya variabel) sedangkan

untuk biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan peralatan, biaya

bunga modal investasi, ataupun biaya tenaga kerja keluarga tidak

diperhitungkan karena merupakan biaya yang tidak sebenarnya

dikeluarkan oleh pengusaha tape rumah tangga. Biaya variabel

adalah biaya yang digunakan dalam industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo yang besarnya berubah-ubah sesuai

dengan jumlah tape yang dihasilkan. Biaya dalam industri tape

meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya

pengemasan dan biaya transportasi.

Dalam satu bulan rata-rata pengrajin tape skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo melakukan produksi sebanyak 15 kali

proses produksi. Mayoritas pengrajin tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo melakukan proses produksi dua hari sekali.

Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan pengrajin tape di

Kabupaten Sukoharjo untuk satu kali produksi dapat dilihat pada

Tabel 22 berikut ini.

Tabel 22. Rata-rata Biaya Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo Untuk Satu Kali Produksi

No

Uraian

Fisik

Biaya (Rp)

Persentase (%)

1. Produksi Bahan Baku Singkong(Kg) 71,73 35.680 43,53 Bahan Penolong Ragi (pack) 1,66 5.775 7,05 2. Bahan bakar (ikat) 4,58 18.320 22,35 3. Pengemasan a.Daun pisang/plastik kecil

(pack) 6,7 13.400 16,35

b.Plastik (pack) 3,47 6.940 8,47 4. Transportasi 1,13 7.627,5 9,31 Biaya yang dikeluarkan 81.967,5 100,00

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 22 diatas menunjukkan besarnya rata-rata

biaya yang dikeluarkan pengrajin tape skala rumah tangga di

Page 82: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Kabupaten Sukoharjo setiap kali proses produksi sebesar Rp

81.967,50. Besarnya biaya dipengaruhi oleh volume produksi tape

yang dihasilkan, semakin besar volume produksi tape yang

dihasilkan maka biaya yang dikeluarkan semakin besar, begitu juga

sebaliknya.

Biaya dengan proporsi terbesar dalam industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo berasal dari biaya bahan

baku. Rata-rata biaya bahan baku yang dikeluarkan pengrajin tape

dalam satu kali produksi adalah sebesar Rp 35.680,00 atau sebesar

43,53% dari total biaya yang dikeluarkan. Pengrajin tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo melakukan pengadaan bahan

baku singkong dengan menggunakan sistem tebasan. Kuantitas

pengambilan bahan baku disesuaikan dengan kapasitas produksi

tape yang akan dihasilkan. Hal tersebut bertujuan agar bahan baku

singkong yang digunakan dalam keadaan segar dan bagus sehingga

akan menghasilkan tape dengan kualitas bagus dan manis.

Berdasarkan Tabel 22 tersebut diatas dapat diketahui besarnya rata-

rata bahan baku yang dibutuhkan pengrajin tape skala rumah tangga

di Kabupaten Sukoharjo dalam satu kali proses produksi adalah

sebanyak 71,73 Kg singkong segar.

Biaya pembelian bahan bakar menempati proporsi kedua,

yaitu sebesar Rp 18.320,00 dalam satu kali proses produksi atau

sebesar 22,35% dari jumlah total biaya yang dikeluarkan. Bahan

bakar yang digunakan dalam industri tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo adalah kayu bakar. Pengadaan kayu bakar

dilakukan dengan cara pembelian dengan tingkat harga yang

bervariasi di masing-masing daerah mulai dari harga Rp 2.500,00 –

Rp 4.000,00. Kebutuhan bahan bakar tergantung banyaknya bahan

baku (singkong) yang direbus, semakin banyak singkong yang

direbus maka waktu perebusan akan semakin lama sehingga

kebutuhan kayu bakar juga semakin banyak.

Page 83: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Sedangkan biaya terkecil yang dikeluarkan oleh pengrajin tape

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah digunakan

untuk pembelian bahan penolong. Bahan penolong yang digunakan

dalam industri tape berupa ragi yang diperlukan untuk proses

fermentasi. Pengrajin tape di Kabupaten Sukoharjo lebih suka

menggunakan ragi merk NKL dibanding ragi merk lain karena ragi

merk tersebut memberikan cita rasa paling baik, yaitu memberikan

rasa manis, butiran ragi merata halus, struktur lembut dan warna

yang terang cerah. Rata-rata biaya bahan penolong yang

dikeluarkan oleh pengrajin tape dalam satu kali proses produksi

adalah sebesar Rp 5.775,00 atau sebesar 7,05% dari total biaya yang

dikeluarkan.

Sedangkan rata-rata biaya total yang dikeluarkan pada industri

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan

produksi dapat dilihat pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23. Rata-rata Biaya Total Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo Selama Satu Bulan Produksi

No

Uraian

Rata-rata per responden/bulan

Persentase(%) Fisik

Biaya (Rp)

1. Produksi Bahan baku

singkong (Kg) 1.075,87 537.934,78 46,18

Bahan penolong Ragi (pack) 24,68 86.389,13 7,42 2. Bahan bakar (ikat) 68,70 201.167 17,27 3. Pengemasan a. Daun

pisang/plastik kecil (pack)

100,46

162.693

13,97

b. Plastik (pack) 52,06 93.882,61 8,06 4. Transportasi Bensin/

Angkutan umum (Liter)

16,91

116.718,75

10,02

Jumlah 1.164.974,57 100,00 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 7

Page 84: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Berdasarkan Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa rata-rata

biaya usaha per responden industri tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar Rp 1.164.974,57. Proporsi

biaya terbesar dikeluarkan dalam proses produksi adalah untuk

pembelian bahan baku singkong yaitu sebesar Rp 537.934,78 atau

46,18% dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Selain untuk

pembelian bahan baku, pengeluaran terbesar kedua dan ketiga

secara berturut-turut adalah untuk biaya bahan bakar dan pengemas

yaitu sebesar Rp 201.167,00 atau 17,27% dari total biaya yang

dikeluarkan dan Rp 162.693,00 atau 13,97% dari keseluruhan biaya

yang dikeluarkan.

Biaya transportrasi menempati proporsi keempat. Dari tabel

diatas dapat diketahui besarnya rata-rata biaya transportasi yang

dikeluarkan oleh pengrajin tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo selama satu bulan produksi adalah sebesar

Rp 116.718,75 atau 10,02% dari keseluruhan biaya yang

dikeluarkan. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengrajin

tape ini berupa biaya untuk pemasaran dengan menggunakan

angkutan umum menuju pasar serta biaya transportasi untuk

pengadaan bahan baku. Biaya transportasi ini dikeluarkan setiap 2-3

hari sekali dalam satu minggu, yaitu pada hari pasaran pon dan legi.

Sebagian pengrajin menggunakan kendaraan pribadi dalam

melakukan pemasaran menuju pasar.

b. Penerimaan

Penerimaan adalah keseluruhan nilai produk yang diterima

yang merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi fisik dengan

harga produk tersebut. Besarnya penerimaan yang diterima

pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

dilihat pada Tabel 24 berikut.

Page 85: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 24. Rata-rata Penerimaan pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah 1. Output (Kg) 642,59 2. Harga satuan (Rp/kg) 3.913,04 3. Penerimaan (Rp) 2.445.065,22

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 8

Berdasarkan Tabel 24 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata

industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

menghasilkan tape sebanyak 642,59 kg untuk satu bulan produksi.

Harga satuan tape rata-rata di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar

Rp 3.913,04 per kilogram, sehingga penerimaan rata - rata yang

diterima pengusaha tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo sebesar Rp 2.445.065,22. Besar kecilnya penerimaan

pengrajin tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo juga

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya permintaan pasar. Biasanya

permintaan akan meningkat pada waktu-waktu tertentu (hari besar)

seperti bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan akan mengalami

penurunan permintaan pada waktu musim penghujan.

c. Pendapatan

Pendapatan yang diterima pengusaha industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah selisih antara penerimaan

total dengan biaya total industri tape skala rumah tangga yang telah

dikeluarkan. Rata-rata pendapatan usaha industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Tabel 25. Rata-rata Pendapatan Pengusaha Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) 2.445.065,22 2. Biaya total (Rp) 1.164.974,57 Pendapatan (Rp) 1.280.090,65

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 25 di atas dapat diketahui bahwa besarnya

rata-rata penerimaan yang diterima pengusaha tape skala rumah

Page 86: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tangga di Kabupaten Sukoharjo selama satu bulan produksi adalah

sebesar Rp 2.445.065,22 dengan rata-rata biaya total yang

dikeluarkan sebesar Rp 1.164.974,57. Pendapatan merupakan

selisih (margin) antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan,

dengan demikian dapat dihitung besarnya rata-rata pendapatan

pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo adalah Rp 1.280.090,65.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah rasio antara output dengan input yang digunakan

yang dimana rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa efisien

pengusaha dalam menjalankan usahanya khususnya dalam penggunaan

masukan.

Tabel 26. Efisiensi Usaha pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah 1. Penerimaan (Rp) 2.445.065,22 2. Biaya total (Rp) 1.164.974,57

Efisiensi 2,1 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 26 diatas dapat diketahui besarnya nilai

efisiensi usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo sebesar 2,1. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang

dijalankan oleh pengusaha tape rumah tangga sudah efisien

berdasarkan kriteria penilaian efisiensi, yaitu apabila nilai efisiensi

lebih dari satu berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. Nilai R/C

rasio 2,1 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh

pengusaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

memberikan penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang dikeluarkan.

Sebagai contoh, apabila dalam produksi tape tersebut pengrajin

mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000,00 maka pengrajin akan

memperoleh penerimaan sebesar Rp 210.000,00. Dengan demikian

terlihat bahwa rata-rata penerimaan pengrajin tape skala rumah tangga

Page 87: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

di Kabupaten Sukoharjo mampu menutup biaya total yang telah

dikeluarkan dalam industri tape.

C. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga di Kabupaten Sukoharjo

Risiko usaha industri tape skala rumah tangga di Kabupaten

Sukoharjo merupakan kemungkinan merugi yang dihadapi pengusaha

industri tape dalam menjalankan usahanya yang dapat diketahui

kemungkinannya. Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Oleh

sebab itu, penting bagi pengusaha industri tape untuk mengetahui seberapa

besar risiko yang ditanggung dalam menjalankan usahanya.

Besarnya risiko dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan

koefisien variasi (CV) dan batas bawah pendapatan (L). koefisien variasi

merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan

jumlah pendapatan yang akan diperoleh. Semakin besar nilai koefisien

variasi berarti risiko yang ditanggung semakin besar dibandingkan

pendapatan yang diterima. Sedangkan batas bawah pendapatan

menunjukkan nilai nominal pendapatan terendah yang mungkin diterima

pengusaha. Risiko usaha industri tape dan batas bawah pendapatan industri

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel

27 berikut.

Tabel 27. Analisis Risiko Usaha Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah 1. Pendapatan (E) 1.280.090,65 2. Batas bawah pendapatan (L) 360.125,39 3. Simpangan baku pendapatan(V) 459.982,63 4. Koefisien variasi (CV) 0,36

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 10

Berdasarkan Tabel 27 diatas dapat dikk etahui besarnya pendapatan

rata-rata yang diterima oleh pengusaha tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo sebesar Rp 1.280.090,65 Batas bawah pendapatan

sebesar Rp 360.125,39. Simpangan baku pendapatan sebesar Rp

459.982,63. Koefisien variasi sebesar 0,36. Dengan demikian, dapat

Page 88: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

diketahui bahwa usaha industri tape skala rumah tangga mempunyai nilai

CV≤0,5 atau L≥0. Hal tersebut menunjukkan bahwa industri tape di

Kabupaten Sukoharjo mempunyai risiko kecil, karena setidaknya

pengusaha tape akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp 360.125,39.

Besarnya risiko yang harus ditanggung pengusaha industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh berbagai risiko

yang ada,yaitu :

a) Risiko harga

Risiko harga yang dihadapi oleh pelaku usaha industri tape

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah pada waktu-

waktu tertentu harga bahan baku mengalami fluktuasi harga.

Adanya industri-industri pembuat produk keripik singkong ataupun

tepung tapioka turut mempengaruhi ketersediaan bahan baku yang

ada. Keterbatasan bahan baku akan berakibat pada terjadinya

fluktuasi harga bahan baku singkong. Kenaikan harga bahan-bahan

akan mengakibatkan biaya produksi industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo semakin meningkat sehingga akan

berpengaruh pada menurunnya pendapatan yang akan diterima.

Sementara itu harga jual tape cenderung selalu stabil. Pengusaha

tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo tidak mampu

untuk menaikkan harga jual tape. Dengan demikian salah satu

langkah yang dapat ditempuh pengusaha industri tape adalah

dengan jalan memperkecil ukuran potongan tape dalam setiap

bungkusnya dan tetap menjaga mutu tape yang dihasilkan apabila

terjadi kenaikan harga bahan.

b) Risiko produksi

Risiko produksi adalah risiko adanya kemungkinan terjadi

kegagalan produksi yang ditanggung pengusaha industri tape skala

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo. Sebagai contoh kegagalan

produksi meliputi rasa pahit/masam pada tape yang dihasilkan,

sehingga merusak mutu produk tape yang dihasilkan. Keadaan

Page 89: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

cuaca/iklim secara tidak nyata turut mempengaruhi kegiatan

produksi industri tape. Terlebih beberapa tahun terakhir cuaca

semakin sulit diprediksi. Musim penghujan dapat mempengaruhi

kualitas produksi tape yang dihasilkan. Oleh sebab itu pengrajin

tape harus memperhatikan ketelitian dan senantiasa menjaga

kebersihan selama kegiatan produksi baik dari alat ataupun dari

bahan yang digunakan harus bersih, terutama dari lemak dan

minyak. Alat-alat yang berminyak jika dipakai untuk mengolah

bahan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Kebersihan

yang kurang terjaga akan mempengaruhi kualitas tape yang

dihasilkan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual dan

penerimaan yang diperoleh produsen.

Pada waktu musim penghujan, pengrajin tape harus

memperhatikan kebersihan air yang digunakan. Penggunaan air

yang telah terkena air hujan akan dapat mengakibatkan tape yang

dihasilkan menjadi tidak manis. Hal tersebut tentunya akan

menurunkan mutu tape yang dihasilkan karena tape yang

dihasilkan tidak berada pada kualitas prima, yang akan

berpengaruh pada menurunnya harga jual dan penerimaan

pengrajin tape.

c) Risiko pasar

Risiko pasar adalah ketidakpastian karena adanya perubahan

kebiasaan masyarakat. Risiko pasar yang dihadapi pengusaha

industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo antara

lain dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan / selera masyarakat.

Kondisi permintaan pasar pada saat musim penghujan menjadi

berkurang dibandingkan permintaan pada saat musim kemarau.

Oleh sebab itu pengrajin tape akan menurunkan kuantitas produksi

tape yang dihasilkan agar tidak mengalami kerugian karena

terjadinya penurunan permintaan.

D. Analisis Nilai Tambah

Page 90: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa

yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi. Analisis nilai

tambah berguna untuk mengetahui berapa besarnya tambahan nilai yang

terdapat pada suatu satuan output (keluaran) yang dihasilkan (nilai tambah

produk). Untuk mengetahui besarnya nilai tambah pada usaha industri tape

skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 28

berikut.

Tabel 28. Nilai Tambah Per Bahan Baku Singkong Pada Industri Tape Skala Rumah Tangga Kabupaten Sukoharjo

No. Uraian Jumlah 1. 2. 3. 4.

Jumlah tape yang dihasilkan (Kg) Harga jual tape (Rp) Jumlah bahan baku (Kg) Biaya bahan baku (Rp)

642,59 3.913,04 1.075,87

537.934,78 5. Biaya penolong (Rp) 86.389,13 6. Biaya bahan bakar (Rp) 201.166,39 7. Biaya pemasaran (Rp) 354.683,39 8. Nilai produk (Rp/Kg) 2.337,16 9. Nilai input (Rp/Kg) 1.096,95 10. Nilai tambah per bahan baku (Rp/Kg) 1.240,21

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 12

Berdasarkan Tabel 28 diatas diketahui bahwa produksi tape dalam

satu bulan adalah 642,59 Kg dan untuk menghasilkan produk tersebut

diperlukan 1.075,87 Kg singkong, dengan demikian konversinya sebesar

0,59, berarti dari 100 Kg singkong akan dihasilkan 59 Kg tape. Nilai

tambah suatu produk dapat dihitung dari selisih nilai produk yang

dihasilkan dengan nilai input yang digunakan dalam suatu proses produksi.

Berdasarkan Tabel 28 diatas dapat diketahui bahwa besarnya nilai produk

pada industri tape adalah sebesar Rp 2.337,16 sedangkan nilai inputnya

sebesar Rp 1,096,95. Dengan demikian dapat diketahui besarnya nilai

tambah per bahan baku yang digunakan adalah sebesar Rp 1.240,21. Hal

ini berarti bahwa pembuatan tape pada industri tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo memberikan tambahan sebesar Rp 1.240,21 untuk

setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

Page 91: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Disamping industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo

memberikan nilai tambah secara finansial terhadap pendapatan, industri

tape skala rumah tangga yang telah dijalankan secara turun-temurun

tersebut juga memberikan nilai tambah karena mengurangi tingkat

pengangguran di Kabupaten Sukoharjo, khususnya bagi warga penduduk

Desa Sanggang dan Desa Tepisari.

E. Kendala

Kendala yang dihadapi oleh pengusaha tape skala rumah tangga di

Kabupaten Sukoharjo meliputi turunnya permintaan tape pada saat musim

penghujan, rendahnya harga jual, serta keterbatasan modal dan akses

terhadap lembaga pembiayaan untuk mengembangkan usaha.

Pada saat musim penghujan, terjadi penurunan permintaan tape. Hal

ini terjadi karena adanya perubahan selera konsumen. Perubahan selera

konsumen terjadi karena tape yang dihasilkan pada saat musim penghujan

tidak semanis dibandingkan pada saat musim kemarau. Fermentasi yang

baik dilakukan pada suhu 28-300C. Suhu dingin akan membuat tape yang

dihasilkan menjadi keras sedangkan suhu yang panas akan membuat tape

yang dihasilkan menjadi lembek. Suhu yang dingin juga memperlambat

proses fermentasi. Apabila mikroba bekerja tidak dalam suhu optimum

maka akan mengakibatkan kerja mikroba dalam proses fermentasi menjadi

terhambat sehingga penguraian molekul-molekul pati menjadi dekstrin dan

gula sederhana tidak bisa maksimal. Hal inilah yang mengakibatkan hasil

produksi tape yang diperoleh pada saat musim penghujan menjadi kurang

manis. Sejauh ini pengrajin tape hanya melakukan pengurangan produksi

tape pada saat musim penghujan untuk meminimalisir kerugian. Kendala

ini dapat diatasi dengan diversifikasi produk dan perluasan pasar dengan

bantuan sosialisasi dan pelatihan dari pemerintah daerah setempat, yaitu

dengan memasarkan produk tape masuk ke pasar-pasar modern. Di pasar

modern dapat dijumpai aneka makanan tape yang mampu menggugah

minat dan selera konsumen yang mana tidak hanya berasal dari daerah

lokal saja, tapi berasal dari Jawa Timur. Salah satu diantara nya adalah

Page 92: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

tape Bondowoso. Tape tersebut menggunakan variasi kemasan dari besek,

bambu, maupun kotak karton untuk menarik minat pelanggan, dengan

seluruh bagian tape dibungkus dulu dengan daun pisang yang bertujuan

untuk memunculkan aroma menggugah selera. Penggunaan besek sebagai

pengemas merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan

yang lebih lama, tidak cepat masam dibandingkan apabila menggunakan

bahan plastik sebagai pengemas. Selain variasi kemasan, pengusaha tape

rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo juga dapat mengadopsi variasi

produk yang dilakukan pengusaha tape Bondowoso yaitu tape bakar. Pada

produk tersebut, bagian tengah tape disisihkan yang kemudian diisi dengan

gula merah, selai buah ataupun coklat, yang kemudian dioleskan dengan

mentega dan selanjutnya dibungkus dengan daun pisang. Dengan adanya

variasi produk tersebut diharapkan minat beli konsumen pada saat musim

penghujan akan tetap stabil.

Rendahnya harga jual dapat diatasi dengan memanfaatkan informasi

pasar. Kendala dapat diatasi dengan cara pembentukan semacam

kelompok usaha bersama yang mewadahi masing-masing produsen tape

dalam memasarkan hasil produksi merek, sehingga diharpkan ada

pertukaran informasi pasar yang mampu memberikan harga jual lebih baik

sehingga bisa meningkatkan pendapatan. Pengusaha tape khususnya yang

berada di Kecamatan Polokarto, dapat mendistribusikan hasil produksinya

ke daerah atau pasar yang memberikan harga jual lebih tinggi, yaitu ke

daerah-daerah yang dekat dengan pusat kabupaten. Dengan mendapatkan

harga jual yang lebih tinggi maka semakin tinggi pula penerimaan dan

pendapatan yang akan diterima pengrajin tape.

Keterbatasan modal, adalah kendala yang sering dijumpai untuk

kalangan usaha skala kecil terutama skala rumah tangga. Permasalahan ini

dapat teratasi dengan adanya peran aktif dari pemerintah daerah, yaitu

dengan memberikan pinjaman bergilir tanpa bunga, sehingga diharapkan

usaha industri tape skala rumah tangga tetap dapat berproduksi dan

Page 93: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

berkembang yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para

pelaku usaha.

Page 94: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan yaitu:

1. Biaya total rata-rata yang dikeluarkan pada industri tape skala rumah

tangga di Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar Rp 1.164.974,57 per

bulan. Penerimaan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 2.445.065,22

sehingga pendapatan rata-rata yang diterima pengusaha tape adalah

sebesar Rp 1.280.090,65.

2. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki

nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 2,1 dengan demikian dapat

dikatakan bahwa usaha industri tape ini sudah efisien. Setiap Rp 1,00

biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan industri tape memberikan

penerimaan sebesar 2,1 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

3. Industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo memiliki

nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,36 dan nilai batas bawah

pendapatan (L) sebesar Rp 360.125,39. Semakin besar nilai koefisien

variasi menunjukkan bahwa risiko usaha yang harus ditanggung

semakin besar demikian pula sebaliknya. Nilai koefisien variasi yang

kurang dari 0,5 dan nilai batas bawah pendapatan lebih dari nol

menunjukkan bahwa usaha tape yang dijalankan berisiko kecil dengan

jumlah pendapatan terendah yang dapat diperoleh pengusaha sebesar

Rp 360.125,39.

4. Industri tape skala rumah tangga yang dijalankan memberikan nilai

tambah per bahan baku sebesar Rp 1.240,21 yang berarti bahwa

pembuatan tape akan memberikan nilai tambah sebesar Rp 1.240,21

untuk setiap kilogram singkong segar yang digunakan.

77

Page 95: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah :

1. Dalam upaya menghadapi risiko dan upaya meningkatkan pendapatan

usaha sebaiknya produsen tape membentuk semacam kelompok usaha

bersama untuk mewadahi masing-masing pengusaha dalam

memasarkan produk tape yang dihasilkan sehingga produsen tape

rumah tangga akan lebih maksimal dalam memanfaatkan informasi

pasar, dengan melakukan pemasaran produk ke daerah-daerah yang

memberikan nilai jual lebih tinggi. Selain itu pengusaha sebaiknya

melakukan pemasaran produk tidak hanya bergantung pada pasaran

pon dan legi saja, tapi juga ke pasaran yang lain untuk meningkatkan

pendapatan yang diterima.

2. Untuk meningkatkan pendapatan usaha, produsen tape sebaiknya

melakukan inovasi pengemasan dan perluasan pasar untuk

meningkatkan penjualan produk, yaitu dengan melakukan variasi

kemasan menggunakan besek atau bambu yang di dalamnya dibungkus

dengan menggunakan daun pisang. Penggunaan besek atau bambu

merupakan salah satu cara agar tape mempunyai daya tahan yang lebih

lama dan tidak mudah berganti rasa menjadi masam. Sedangkan

penggunaan daun pisang bertujuan untuk memberikan aroma yang

menggugah selera.

3. Sebaiknya pemerintah daerah turut berperan aktif sebagai pembina

industri kecil dan rumah tangga, yaitu dengan secara berkala

memberikan sosialisasi dan inovasi produk, misalnya adalah tape

peuyem ataupun keripik kulit singkong sehingga terobosan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan minat beli konsumen yang dapat

meningkatkan permintaan dan pendapatan produsen, tidak hanya

sebagai makanan khas di bulan suci Ramadhan.

4. Sebaiknya pemerintah memberikan bantuan kredit bergilir bagi

produsen tape untuk menguatkan permodalan, sehingga diharapkan

industri tape skala rumah tangga di Kabupaten Sukoharjo dapat

Page 96: ANALISIS USAHA INDUSTRI TAPE SKALA RUMAH TANGGA …/Analisis... · satu bentuk pemanfaatan singkong tersebut dilakukan oleh pengusaha tape yang berada di kabupaten sukoharjo. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

bertahan dan berkembang karena usaha pembuatan tape di Kabupaten

Sukoharjo mampu memberikan nilai tambah produk.