analisis wacana kumpulan geguritan …/analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

129

Click here to load reader

Upload: hoangdat

Post on 06-Feb-2018

284 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

ANALISIS WACANA

KUMPULAN GEGURITAN PAGELARAN

KARYA J.FX HOERY

(KAJIAN KOHESI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

Ika Dewi Murwantari

C0107025

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

Hidupku adalah petualanganku ( Penulis)

Tak ada yang paling pandai dan paling bodoh di dunia ini karena setiap yang pandai bisa

jadi bodoh dan setiap yang bodoh bisa jadi pandai (Anonim)

Page 6: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk

Bapak dan Ibu tercinta

Adikku Vina dan Arul yang tersayang

Sahabat dan teman dalam setiap

kesempatan

Page 7: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan

hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyususn skripsi ini

merupakan tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada

Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini peneliti sadari bahwa banyak

hambatan atau kesulitan yang dihadapi, baik bersifat teoretik atau praktis. Dengan bekal

keyakinan yang kuat dan usaha yang tulus serta adanya dukungan dari berbagai pihak,

segala hambatan dan kesulitan dapat diatasi. Oleh karena itu, dengan kesadaran dan

kerendahan hati yang tulus, dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

yang telah memberikan kesempatan untuk menyususn skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M. Hum. selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan

Seni Rupa dan selaku pembimbing akademik yang telah memberi ijin kepada

peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

3. Drs. Sri Supiyarno, M. A selaku pembimbing pertama yang dengan tekun, teliti

dan disiplin pula telah membimbing peneliti hingga selesainya skripsi ini.

Page 8: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

4. Prof. Dr. H. Sumarlam, M. S selaku pembimbing kedua yang telah membantu

proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen jurusan Sastra Daerah, terimakasih atas ilmu

yang di berikan kepada peneliti.

6. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi, terimakasih atas doa, motivasi, serta

nasihat-nasihatnya.

7. Kawan-kawan UKM Wiswakarman

8. Kawan-kawan angkatan 2007 (Astri, Dian, Iffa, Ilafi, Rara, Novi, Ucup, Wisnu,

Aris, Jampes, Puput) kenangan indah bersama kalian takkan pernah terlupakan.

9. Kawan-kawan sepermainan Indra, Donny, Say, Yani, Kethip, Aplek terimakasih

atas bantuan dan semangat yang kalian berikan kepadaku.

Semoga amal kebaikan dari semua pihak yang telah peneliti sebutkan diatas

mendapat balasan dari Allah S.W.T.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, masih banyak kekurangan dan batasan ilmu. Oleh karena itu, peneliti berharap

kritik dan saran yang membangun guna penyempurnan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat baik bagi penyususn secara pribadi atau pada pembaca pada

umumnya.

Surakarta,

Ika Dewi Murwantari

Page 9: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN

Daftar Tanda

Cetak miring : Menandakan data tidak menggunakan bahasa

nasional

Cetak tebal : Menandakan data yang dianalisis

(Ø) : Menandakan pelesapan

’...’ : Gloss sebagai pengapit terjemahan

( ) : Tanda Kutipan

Daftar Singkatan

(AAP,II,8) : Geguritan Apa Abamu Panggurit bait ke 2 baris ke 8

AAP : Apa Abamu Panggurit

AB : Alun-alun Bojonegoro 1982

Ant : Antonimi

BWP : Ballada Wong-wong Pengeboran

CAP : Cumondhokmu ing Ati Papa

Ekv : Ekuivalensi

Elps : Elipsis

GP : Geguritan Pagelaran

Hip : Hiponimi

KG : Kali Grindulu

Kj : Konjungsi

Kol : Kolokasi

Page 10: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

KP : Kidung Pambiwara

KSD : Kabar Saka Desa

M : Manunggal

N : Natal

PD : Pengacuan Demonstratif

PK : Pengacuan Komparatif

Pn : Panandhang

PP : Pengacuan Persona

Pr : Prasetya

PS : Prawan Sunthi

Pt : Pitakon

R An : Repetisi Anadiplosis

RA : Repetisi Anafora

RM : Repetisi Mesodiplosis

RT : Repetisi Tautotes

RU : Repetisi Utuh

Sin : Sinonimi

Sl : Slenca

STM : Sugeng Tindak Mitra

Sub : Substitusi

T : Tarub

Tk : Tekamu

Tl : Teleng

U : Upeti

Page 11: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

PERSETUJUAN .............................................................................................. ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO ........................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN......................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

INTISARI ........................................................................................................ xxii

SARI PATHI.................................................................................................... . xxiii

ABSTRACT.................................................................................................... ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ........................................................................ 5

C. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

Page 12: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

1. Manfaat Teoretis ........................................................................ 5

2. Manfaat Praktis .......................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 8

A. Pengertian Wacana............................................................................ 8

B. Jenis-jenis Wacana ........................................................................... 10

C. Kohesi ............................................................................................... 14

1. Kohesi Gramatikal .................................................................. 14

a. Pengacuan........................................................................... 14

1) Pengacuan Persona......................................................... 14

2) Pengacuan Demonstratif................................................ 15

3) Pengacuan Komparatif .................................................. 15

b. Penyulihan ......................................................................... 15

c. Pelesapan ........................................................................... 16

d. Perangkaian ....................................................................... 16

2. Kohesi Leksikal ..................................................................... 16

a. Repetisi .............................................................................. 17

b. Sinonimi ............................................................................ 17

c. Kolokasi ............................................................................ . 18

d. Hiponimi ............................................................................ 18

e. Antonimi ............................................................................ 18

f. Ekuivalensi ........................................................................ . 19

Page 13: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

D. Geguritan Modern/Puisi ................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 21

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 21

B. Alat Penelitian .............................................................................. 21

C. Data dan Sumber Data ................................................................ 21

D. Populasi dan Sampel .................................................................... 22

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 23

F. Metode dan Teknik Analisis Data ................................................ 24

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data.......................................... 26

BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................ 27

A. Analisis Kohesi.................................................................. ............. 27

1. Analisis Kohesi Gramatikal .................................................... 27

a. Referensi ........................................................................... 28

1) Pengacuan Persona ......................................................... 28

a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………... 28

b) PP dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 … . 29

c) PP dalam Geguritan Tarub …………………… ........ 31

d) PP dalam Geguritan Teleng………………… ............ 32

e) PP dalam Geguritan Prawan Sunthi ………………... 33

f) PP dalam Geguritan Ballada Wong-wong Pengeboran … 33

Page 14: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

g) PP dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 33

h) PP dalam Geguritan Slenca …………………………… 34

i) PP dalam Geguritan Upethi …………………………… 35

j) PP dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ………….. 35

k) PP dalam Geguritan Prasetya ………………………… 36

l) PP dalam Geguritan Tekamu ………………………….. 37

m) PP dalam Geguritan Natal ………………………… .. 38

n) PP dalam Geguritan Pitakon …………………………… 39

o) PP dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa….. 39

p) PP dalam Geguritan Kidung Pambiwara ……………….. 40

2) Pengacuan Demonstratif ................................................ 41

a) PD dalam Geguritan Kali Grindulu …………………. 41

b) PD dalam Geguritan Kabar Saka Desa …….. ........... 41

c) PD dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982 … .. 42

d) PD dalam Geguritan Tarub………………………… 43

e) PD dalam Geguritan Teleng ………..………………… 44

f) PD dalam Geguritan Prawan Sunthi …………………. 44

g) PD dalam Geguritan Ballada Wong-wong Pengeboran… 45

h) PD dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ............... .. 45

i) PD dalam Geguritan Slenca …………………………… 46

Page 15: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

j) PD dalam geguritan Upethi …………………………….. 46

k) PD dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit …………… 46

l) PD dalam Geguritan Prasetya …………………………… 47

m) PD dalam geguritan Panandhang ……………………… 47

n) PD dalam Geguritan Tekamu ………………………….. 47

o) PD dalam Geguritan Natal …………………………….. 48

p) PD dalam Geguritan Manunggal ………………………. 49

q) PD dalam Geguritan Pitakon ………………………… 49

r) PD dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa … 49

s) PD dalam Geguritan Kidung Pambiwara ………………. 49

3) Pengacuan Komparatif …………………………………….. 50

a) PK dalam Geguritan Teleng ……………………………. 50

b) PK dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 51

b. Substitusi …………………………………………………... 51

1) Sub dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………… 51

2) Sub dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 …… 51

3) Sub dalam Geguritan Tarub …………………………… 52

4) Sub dalam Geguritan Prawan Sunthi …………………… 52

5) Sub dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 53

6) Sub dalam Geguritan Upethi …………………………… 53

Page 16: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

7) Sub dalam Geguritan Prasetya ……………………… 53

8) Sub dalam Geguritan Tekamu ………………………… 54

9) Sub dalam Geguritan Natal …………………………… 54

c. Elipsis ……………………………………………………… 55

1) Elps dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………… 55

2) Elps dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 …… 56

3) Elps dalam Geguritan Tarub …………………………… 57

4) Elps dalam Geguritan Teleng ………………………… 58

5) Elps dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ………… 59

6) Elps dalam Geguritan Slenca …………….…………… 60

7) Elps dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ……….. 61

8) Elps dalam Geguritan Prasetya ……………………… 63

9) Elps dalam geguritan Panandhang …………………… 65

10) Elps dalam Geguritan Natal …………………………… 66

11) Elps dalam geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa … 67

12) Elps dalam geguritan Kidung Pambiwara …………….. 69

d. Konjungsi ………………………………………………….. 70

1) Kj dalam Geguritan Kali Grindulu …………………… 70

2) Kj dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………….. 71

3) Kj dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 …….. 71

Page 17: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

4) Kj dalam Geguritan Tarub …………………………… 72

5) Kj dalam Geguritan Teleng ……...…………………… 72

6) Kj dalam Geguritan Prawan Sunthi …………………. 72

7) Kj dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran … 72

8) Kj dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 73

9) Kj dalam Geguritan Slenca …………….……………… 73

10) Kj dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit …………… 74

11) Kj dalam Geguritan Prasetya ………………………… 74

12) Kj dalam geguritan Panandhang ……………………… 75

13) Kj dalam geguritan Tekamu …………………………. 75

14) Kj dalam Geguritan Natal ……………………………. 75

15) Kj dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa …. 76

16) Kj dalam Geguritan Kidung Pambiwara ……………… 76

2. Analisis Kohesi Leksikal ........................................................... 77

a. Repetisi ................................................................................ 77

1) Repetisi Utuh ...................................................................... 77

a) RU dalam Geguritan Upethi ......................................... 77

b) RU dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ................ 78

c) RU dalam Geguritan Prasetya ....................................... 78

d) RU dalam geguritan Tekamu ......................................... 78

Page 18: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

2) Repetisi Tautotes ................................................................... 79

a) RT dalam Geguritan Natal ............................................. 79

3) Repetisi Anafora ................................................................... 79

a) RA dalam Geguritan Prawan Sunthi ............................... 79

b) RA dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra ..................... 80

c) RA dalam Geguritan Slenca ............................................. 80

d) RA dalam Geguritan Upethi ............................................ 81

e) RA dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit ................... 81

f) RA dalam Geguritan Prasetya ......................................... 82

g) RA dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa .... 83

h) RA dalam Geguritan Manunggal .................................... 84

4) Repetisi Mesodiplosis ……………………………………… 84

a) RM dalam Geguritan Tekamu …………………………. 84

5) Repetisi Anadiplosis ………………………………………. 85

a) R An dalam Geguritan Kali Grindulu ………………… 85

b) R An dalam geguritan Apa Abamu Panggurit ………… 85

b. Sinonimi …………………………………………………… 85

1) Sin dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 …… 85

2) Sin dalam Geguritan Tarub …………………………… 86

3) Sin dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 86

4) Sin dalam Geguritan Teleng ………………………… 87

Page 19: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

5) Sin dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 87

6) Sin dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit …………. 87

7) Sin dalam Geguritan Prasetya ………………………… 88

8) Sin dalam Geguritan Natal …………………………… 89

c. Antonimi …………………………………………………… 89

1) Ant dalam Geguritan Kali Grindulu …………………… 90

2) Ant dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran .. 90

3) Ant dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 91

4) Ant dalam Geguritan Slenca …………………………... 91

5) Ant dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit …………. 91

6) Ant dalam Geguritan Prasetya ………………………… 92

7) Ant dalam Geguritan Tekamu ………………………… 92

8) Ant dalam Geguritan Natal …………………………… 93

9) Ant dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa … 93

10) Ant dalam Geguritan Kidung Pambiwara …………… 94

d. Kolokasi …………………………………………………..... 94

1) Kol dalam Geguritan Kali Grindulu …………………… 95

2) Kol dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………… 95

3) Kol dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982 …… 95

4) Kol dalam Geguritan Tarub …………………………… 95

Page 20: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

5) Kol dalam Geguritan Teleng ………………………… 96

6) Kol dalam Geguritan Prawan Sunthi ………………… 96

7) Kol dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 96

8) Kol dalam Geguritan Prasetya ………………………… 97

9) Kol dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa … 97

e. Hiponimi ……………………………………………………. 98

1) Hip dalam Geguritan Tarub …………………………… 98

2) Hip dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 98

3) Hip dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………… 98

f. Ekuivalensi ………………………………………………….. 99

1) Ekv dalam Geguritan Kali Grindulu …………………. 99

2) Ekv dalam Geguritan Kabar Saka Desa ……………… 99

3) Ekv dalam Geguritan Tarub ………………………… 100

4) Ekv dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran… 100

5) Ekv dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra …………. 100

6) Ekv dalam Geguritan Prasetya ……………………….. 100

7) Ekv dalam Geguritan Panandhang …………………… 101

8) Ekv dalam Geguritan Tekamu ………………………… 102

9) Ekv dalam Geguritan Natal …………………………… 102

10) Ekv dalam Geguritan Manunggal ................................. 102

Page 21: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxi

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 103

A. Simpulan ..................................................................................... 103

B. Saran ........................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104

LAMPIRAN .................................................................................................... 106

Page 22: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxii

INTISARI

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah

bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery? (2) Bagaimanakah

bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.F.X Hoery?

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dan

kohesi leksikal pada wacana geguritan bahasa Jawa..

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah

data tulis yang berupa beberapa geguritan yang telah dipilih oleh peneliti yang

didalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam kumpulan

geguritan karya J.F.X Hoery. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kumpulan geguritan “Pagelaran” karya J.F.X Hoery. Populasi penelitian ini adalah semua

tuturan dalam beberapa geguritan karya J.F.X Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang

telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi leksikal yang

terdapat pada sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa geguritan yang

telah dipilih oleh peneliti yang mengandung kohesi leksikal dan kohesi gramatikal yang

dapat mewakili poulasi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode distribusional. Metode distribusional

dengan teknik dasar Bagi Unsur Langsung (BUL), dengan teknik lanjutan berupa teknik

lesap. Adapun metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan

metode informal.

Berdasarkan hasil analisis data dapat di simpulkan sebagai berikut : 1.) Bentuk

kohesi gramatikal dalam wacana geguritan meliputi (a) pengacuan (referensi), (b)

penyulihan (subtitusi), (c) pelesapan (elipsis), (d) perangkaian (konjungsi). 2.) Bentuk

kohesi leksikal dalam wacana geguritan meliputi (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi

(padan kata), (c) kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan atas bawah), (e)

antonimi (lawan kata), dan (f) ekuivalensi (kesepadanan)

Page 23: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiii

SARI PATHI

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

“Pagelaran” Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pêrkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn inggih punika (1) Kados pundi

wujudipun kohesi gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery ? (2)

Kados pundi wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery?

Ancasipun panalitèn punika kanggé: (1) Ngandharakên wujudipun kohesi

gramatikal wonten ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery, (2) Ngandharakên

wujudipun kohesi leksikal wontên ing wacana geguritan karya J.F.X Hoery.

Jênisipun panalitèn inggih punika deskriptif kualitatif . Data wontên panalitèn

mênika data tulis ingkang arupi wacana geguritan kang sampun dipunpilih ingkang

ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên ing kêmpalan gêguritan

”PAGELARAN” anggitanipun J.F.X Hoery. Sumber data ingkang dipunginakakên

wontên panalitèn inggih mênika kêmpalan gêguritan ”PAGELARAN” anggitanipun

J.F.X Hoery. Populasi panalitèn inggih punika sadaya ukara wujudipun wacana gêguritan

ingkang ngêmu kohesi gramatikal lan kohesi leksikal wontên sumber data. Sampel ing

panalitèn inggih punika ukara wujudipun wacana gêguritan ingkang ngêmu kohesi

gramatikal lan kohesi leksikal ingkang sagêd minangka wakil populasi. Pangêmpalipun

data metode simak kalihan catat. Metode analisis ingkang dipun ginakakên inggih

mênika metode distribusional kalajênganipun kalihan metode mênika, mila

dipunginakakên teknik dasar kagêm unsur langsung. Mênawi teknik lanjutanipun arupi

teknik lesap. Dene metode andharan asiling panaliten ngginakakên metode formal saha

informal.

Lêlandhêsan kasil analisis data saged ngasilakên dudutan kalajênganipun 1.)

wujud kohesi gramatikal wontên wacana geguritan sadaya bab (a) pengacuan (referensi),

(b) penyulihan (substitusi),(c) pelesapan (elipsis), lan (d) perangkaian (konjungsi).

2.) wujud kohesi leksikal (a) repetisi (pengulangan), (b) sinonimi (padan kata), (c)

kolokasi (sanding kata), (d) hiponimi (hubungan atas bawah), (e) antonimi (lawan kata)

lan (f) ekuivalensi (kesepadanan).

Page 24: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiv

ABSTRACT

Ika Dewi Murwantari. C0107025. Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

Pagelaran Karya J.F.X Hoery (Kajian Kohesi). Thesis: Department of Regional

Literature Faculty of Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta.

Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms of discourse

cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the form of lexical cohesion discourse

Geguritan work Hoery JFX?.

Purpose of this study is to describe the form of grammatical cohesion and lexical

cohesion in the Java language Geguritan

This type of qualitative research is descriptive. The data in this study is the data

written in the form of some Geguritan chosen by the researchers in which there are

grammatical markers of cohesion and lexical cohesion in a collection of works Geguritan

Hoery JFX. Source of data used in this study is a collection Geguritan "performances" by

JFX Hoery. The study population was all speech within a few Geguritan JFX Hoery first

printing works in 2003 which has been chosen by the researchers that contain

grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the data source. The sample

in this study are some of Geguritan chosen by the researchers that contain lexical

cohesion and grammatical cohesion that can represent poulasi. The data was collected by

the method see and record. Data analysis methods used are distributional methods.

Distributional methods with basic techniques for Elements Direct (BUL), with advanced

engineering techniques in the form disappeared. The method of presenting the results of

data analysis using methods of formal and informal methods.

Based on the results of data analysis can be summarized as follows: 1.)

Grammatical form of cohesion in discourse Geguritan include (a) reference (reference),

(b) substitution, (c) ellipsis, (d) coupling (conjunctions ). 2.) Forms of lexical cohesion in

discourse Geguritan include (a) reps (repetitions), (b) synonymy (matching words), (c)

co-location (collocation), (d) hiponimi (link on the bottom), (e) antonymy (opposite), and

(f) equivalence (equivalence)

Page 25: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS WACANA

KUMPULAN GEGURITAN PAGELARAN

KARYA J.FX HOERY

(KAJIAN KOHESI)

Ika Dewi Murwantari1

Drs. Sri Supiyarno, M.A2 Prof. Dr. H. Sumarlam, M.S

3

ABSTRACT

2011. Thesis: Department of Regional Literature Faculty of

Literature and Fine Arts University of Sebelas Maret Surakarta.

Problems discussed in this study were (1) How grammatical forms

of discourse cohesion Geguritan JFX work Hoery ? (2) how is the

form of lexical cohesion discourse Geguritan work Hoery JFX?.

Purpose of this study is to describe the form of grammatical

cohesion and lexical cohesion in the Java language Geguritan

This type of qualitative research is descriptive. The data in this

study is the data written in the form of some Geguritan chosen by

the researchers in which there are grammatical markers of cohesion

and lexical cohesion in a collection of works Geguritan Hoery JFX.

Source of data used in this study is a collection Geguritan

"performances" by JFX Hoery. The study population was all

speech within a few Geguritan JFX Hoery first printing works in

2003 which has been chosen by the researchers that contain

grammatical cohesion and lexical cohesion are contained in the

data source. The sample in this study are some of Geguritan chosen

by the researchers that contain lexical cohesion and grammatical

cohesion that can represent poulasi. The data was collected by the

method see and record. Data analysis methods used are

distributional methods. Distributional methods with basic

techniques for Elements Direct (BUL), with advanced engineering

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C0107025

2 Dosen Pembimbing I

3 Dosen Pembimbing II

techniques in the form disappeared. The method of presenting the

results of data analysis using methods of formal and informal

methods.

Based on the results of data analysis can be summarized as

follows: 1.) Grammatical form of cohesion in discourse Geguritan

include (a) reference (reference), (b) substitution, (c) ellipsis, (d)

coupling (conjunctions ). 2.) Forms of lexical cohesion in discourse

Geguritan include (a) reps (repetitions), (b) synonymy (matching

words), (c) co-location (collocation), (d) hiponimi (link on the

bottom), (e) antonymy (opposite), and (f) equivalence

(equivalence)

Page 26: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai suatu sistem yang khas mampu menjembatani pikiran dan

perasaan manusia lainya. Begitu pula dengan bahasa Jawa yang merupakan

lambang identitas daerah dan juga sebagai alat komunikasi yang memegang

peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa untuk mengadakan interaksi

dengan sesamanya dan yang menjadi buah pikiran maupun perasaannya. Wujud

bahasa sebagai alat komunikasi dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.

Pada peristiwa komunikasi, bahasa berfungsi ideasional dan interpersonal.

Sedangkan untuk merealisasikan dan mewujudkan adanya wacana, bahasa

berfungsi tekstual. Dalam hal ini, para partisipan (penutur dan mitra-tutur,

pembicara dan mitra-bicara) berkomunikasi dan berinteraksi sosial melalui bahasa

dalam wujud konkret berupa wacana (lisan atau tulis) (Sumarlam, 2003:4).

Dengan adanya wacana untuk berkomunikasi dan melakukan interaksi sosial,

dapat ditegaskan bahwa fungsi tekstual pada hakikatnya merupakan sarana bagi

terlaksananya kedua fungsi lainnya, yaitu fungsi ideasional dan fungsi

interpersonal. Dalam fungsi tekstual, yang menjadi objek kajian penelitian ini

salah satu contohnya adalah dalam bentuk kajian geguritan (puisi).

Geguritan (puisi) merupakan hasil budi manusia yang dinyatakan dengan

bahasa dalam bentuk lisan atau tulis, dan mengandung keindahan. Keindahan

dalam puisi amatlah luas mungkin keindahan karena isi, bahasa atau unsur-unsur

pembentuknya. Memahami keindahan bahasa dan isi dalam geguritan sama saja

Page 27: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

memahami daya bayang (imajinasi) pengarang yang menceritakan tentang sesuatu

yang mungkin pernah dialami atau yang pernah dilihat oleh pengarang.

Hal yang menarik hati peneliti untuk meneliti geguritan karena bahasa

yang singkat memberikan tantangan kepada peneliti untuk mengetahui maksud

dari geguritan yang diteliti. Karena mungkin saja geguritan yang dibuat penyair

berbeda penafsiran dengan peneliti.

Pagelaran merupakan kumpulan puisi yang diciptakan oleh J.FX Hoery

dan merupakan satu dari sekian banyak kumpulan geguritan yang telah

diterbitkan. Bahasa jawa dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery kalau

dilihat dari tataran kebahasaan adalah wacana yang memiliki makna dan amanat

yang disampaikan kepada pembaca. Dalam kumpulan geguitan ini ada 190

geguritan yang telah diciptakan oleh penyair dan karya-karyanya itu telah terbit di

majalah-majalah berbahasa jawa seperti Panjebar Semangat, Kumandhang, Djaka

Lodang, Jaya Baya, Parikesit, dan Dharma Nyata.

Peneliti tertarik dengan karya J.FX Hoery karena geguritan-geguritan yang

terdapat didalam kumpulan geguritan Pagelaran bertemakan tentang kehidupan

sosial manusia, mulai dari masalah percintaan hingga masalah hubungan manusia

dengan penciptanya. Disamping itu juga banyak terdapat aspek kohesi gramatikal

dan kohesi leksikal pembentuk puisi yang sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti.

Geguritan sebagai sebuah wacana dituntut adanya kekohesian informasi

dalam kalimat-kalimat yang berelasi satu sama lain. Penanda kohesi sebagai

bagian dari wacana bukan hanya berkedudukan sebagai alat penghubung unit

terstruktur melainkan juga membawa fungsi semantis. Jadi tidak berlebihan jika

Page 28: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dikatakan bahwa penanda kohesi berhubungan dengan aspek bentuk tetapi juga

berhubungan dengan aspek makna. Wacana kohesi akan membawa pengaruh pada

kejelasan hubungan antar satuan bentuk kebahasaan yang satu dengan yang lain,

sehingga ide dalam wacana dapat lebih terarah secara jelas dan utuh. Peranan dan

fungsi penanda kohesi secara formal yaitu sebagai alat penjalin keselarasan dan

kepaduan hubungan juga berimplikasi pada kelancaran pemahaman wacana.

Ketepatan penempatan dan penggunaan penanda kohesi pada sebuah wacana akan

menghindarkan gangguan salah tafsir bagi pembaca (penulis) maupun pendengar,

karena dengan ketepatan itu jalinan antar proposisi yang satu dengan yang lainnya

memiliki hubungan yang selaras.

Penanda kohesi yang terdapat dalam geguritan dibedakan menjadi dua

yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Contoh penanda kohesi gramatikal

pada geguritan bisa dilihat seperti berikut,

(1) selagine Ø sesalaman ajak prasetya

‘sewaktu Ø bersalaman mengajak setia’

Pada tuturan di atas terjadi pelesapan subjek yaitu aku lan kowe ( aku =

J.F.X Hoery / panggurit dan kowe = sumitra / kawan).

Sedangkan penanda kohesi leksikal dalam geguritan dapat diamati dari

contoh berikut,

(2) Selagine sesalaman ajak prasetya

‘Sewaktu saling berjabat tangan mengajak janji’

(3) Ing langit mendhung gumandhul sumpah

‘Di langit yang mendung bergantung sumpah’

(4) Laku iki jangkah panuntut

‘Laku ini langkah penuntut’

Page 29: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Terlihat pada tuturan di atas kata prasetya (janji) pada bersinonim dengan

kata sumpah (sumpah) pada, sedangkan pada tuturan kata laku (laku) bersinonim

dengan kata jangkah (langkah).

Penelitian tentang wacana telah banyak dilakukan dalam kaitanya dengan

pendekatan kohesi, diantaranya sebagai berikut,

1. Analisis Wacana Obrolan Rujak Cingur dan Warung Tegal

dalam Majalah Panjebar Semangat” ( Kajian Kohesi ) oleh Marningsih

(2009) sebuah skripsi yang membahas tentang bentuk penanda kohesi

leksikal maupun gramatikal dan tentang ke khasan kohesi gramatikal dan

leksikal.

2. Wacana Berita Bahasa Jawa di TVRI Semarang Jawa Tengah

( Kajian Kohesi dan Koherensi ) oleh Tri Suhartanti tahun 2004 berupa

skripsi hasil penelitian yang membahas tentang penanda kohesi dan

koherensi dalam berita Bahasa Jawa TVRI Semarang Jawa Tengah.

3. Analisis Wacana Puisi Jawa “Jaka Ijo & Tresnawulan” Karya

N. Sakdani Tinjauan dari Segi Konteks Kultural dan Situasi serta

Aspek Gramatikal dan Leksikal oleh Dr. H. Sumarlam, M. S.

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut diatas berfungsi

sebagai acuan bagi pemulis dan digunakan sebagai pembanding penanda wacana

pada wacana yang berbeda ragamnya.

Bedasarkan penelitian-penelitian tersebut, menunjukan bahwa penelitian

tentang análisis wacana kohesi yang terdapat dalam kumpulan geguritan

PAGELARAN belum pernah dilakukan sehingga sangat menarik untuk diteliti.

Page 30: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Adapun penelitian ini di beri judul Analisis Wacana Kumpulan Geguritan

PAGELARAN Karya J.FX Hoery (Analisis Kohesi).

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian

terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan

masalah dalam penelitian ini adalah pada analisis kohesi wacana geguritan, baik

dari kohesi gramatikal maupun kohesi leksikal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk kohesi gramatikal wacana geguritan karya

J.F.XHoery?

2. Bagaimanakah bentuk kohesi leksikal wacana geguritan karya J.FX

Hoery ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bentuk kohesi gramatikal dalam wacana geguritan

karya J.FX Hoery.

2. Mendeskripsikan bentuk kohesi leksikal dalam wacana geguritan karya

J.FX Hoery.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengkaji geguritan-

geguritan karya J.FX Hoery dari segi yang lain.

Page 31: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan sumbangan materi pembelajaran tentang

deskripsi wacana geguritan bagi guru atau pengajar Bahasa Jawa

mengenai kajian wacana.

b. Dapat digunakan sebagai temuan materi baru yang berupa

penelitian kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan.

c. Hasil penelitian ini dapat membantu pembaca dalam mengapresiasi

kohesi gramatikal dan kohesi leksikal wacana geguritan dari

sumber yang lain.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai

berikut,

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sitematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian wacana, jenis-jenis

wacana, pengertian puisi, pengertian kohesi meliputi kohesi gramatikal dan kohesi

leksikal.

Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data,

alat penelitian, populasi dan sample, metode pengumpulan data, analisis data,

metode analisis data, metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Analisis Data, mengenai kohesi gramatikal dan kohesi leksikal

Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

Page 32: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 33: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Sarana bahasa yang digunakan pada wacana itu dibedakan menjadi dua,

yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan adalah bahasa yang diungkapkan

secara lisan. Bahasa tulis ialah bahasa yang dituliskan atau dicetak, berupa suatu

karangan. Dengan demikian, bahasa tulis dalam sebuah puisi merupakan bagisn

dari suatu karangan. Penelitian ini juga menggunakan puisi berbahasa Jawa tulis

(Ramlan 1993:1 dalam Titik Indiyastini 2005:2).

A. Pengertian Wacana

Secara etimologis, kata wacana berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti

„bacaan‟. Kata wacana di dalam bahasa Jawa Baru itu diserap secara utuh ke

dalam bahasa Indonesia yang berarti „komunikasi verbal, percakapan‟

(Wedhawati, 2006).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1265) dinyatakan bahwa

wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti: (a) ucapan,

perkataan, tuturan; (b) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (c)

satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh,

seperti novel, buku, atau artikel.

Analisis wacana adalah salah satu altenatif dari analisis isi selain analisis

isi kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih

menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada

“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana

dapat diketahui bagaimana isi teks berita dan pesan itu disampaikan. Dengan

Page 34: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan yang meliputi kata, frase,

kalimat, dan lainnya, analisis wacana dapat melihat makna yang tersembunyi dari

suatu teks. (Eriyanto, 2001:xv)

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan

seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur

lahirnya(dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya

(dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2009:15).

Jamess desse (1994:267) dalam karyanya Thought into Speech: the

Psychology of a language, seperti dikutip oleh Henry Guntur Tarigan (1987:25)

menyatakan bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan

untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau

pembaca harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu.

Menurut Abdul Chaer (1994:267) wacana ditekankan pada satuan bahasa

terlengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar. Ada dua pokok dalam definisi ini yaitu wacana sebagai

satuan bahasa yang terlengkap berarti di dalam wacana terdapat konsep, gagasan,

pikiran atau ide pendengar (dalam wacana lisan) dan sebagai satuan gramatikal

tertinggi dan terbesar berarti wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang

memenuhi persyaratan gramatikal.

Pendapat Mulyana (2005: 1) menyatakan bahwa wacana merupakan unsur

kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Dalam batasan

tersebut Mulyana tidak sekedar memberikan definisi apa itu wacana, tetapi juga

menjelaskan bahwa keutuhan wacana harus mengandung aspek-aspek yang

terpadu dan menyatu. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain adalah kohesi,

Page 35: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

koherensi, topik wacana, aspek leksikal, aspek gramatikal, aspek fonologis dan

aspek semantis.(2005: 25-26).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka wacana dapat berarti wacana

merupakan hasil kreatifitas manusia yang ditiuangakan dalam bentuk tulisan yang

mempunyai keterkaitan hubungan secara kohesif dan koheren.

B. Jenis-jenis Wacana

Sumarlam (2003:15-21) mengklasifikasikan wacana menjadi beberapa

jenis menurut dasar pengklasifikasiannya. Klasifikasi jenis-jenis wacana yersebut

adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya,

wacana dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Wacana bahasa nasional (Indonesia),yaitu wacana yang diungkapkan

dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana pengantarnya.

b. Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura,

dan sebagainya), yaitu wacana yang diungkapkan dengan menggunakan

bahasa lokal atau daerah sebagai sarana pengantarnya.

c. Wacana bahasa internasional (Inggris), yaitu wacana yang diungkapkan

dengan menggunakan bahasa inggris sebagai sarana pengantarnya.

d. Wacana bahasa lainya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan

sebagainya, yaitu wacana yang diungkapkan dengan menngunakan

bahasa lainya.

2. Berdasarkan media yang digunakan maka wacana dapat dibedakan atas,

a. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis

atau melalui media tulis.

Page 36: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Wacana lisan, yaitu wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau

media lisan

3. Beradasarkan sifat atau jenis pemakainya wacana dapat dibedakan antara lain,

a. Wacana monolog, yaitu wacana yang disampaikan oleh seorang diri

tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi. Wacana monolog

sifatnya searah dan tidak interaktif.

b. Wacana dialog, yaitu wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua

orang atau lebih secara langsung. Wacana dialog bersifat dua arah dan

masing-masing pelaku secara aktif berperan dalam komunikasi tersebut

sehingga disebut komunikasi interaktif.

4. Berdasarkan bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk,

a. Wacana prosa, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa

(Jawa: gancaran). Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana

tulis atau lisan.

b. Wacana puisi, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi

(Jawa: geguritan). Wacana berbentuk puisi ini dapat nerupa wacana

tulis atau lisan.

c. Wacana drama, yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,

dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun lisan.

5. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparanya, dapat dibagi menjadi,

a. Wacana narasi atau wacana penceritaan, yaitu wacana yang

mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau

ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku

Page 37: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dan seluruh bagiannya diikat secara kronologis, umumnya terdapat pada

berbagai fiksi.

b. Wacana deskripsi, yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,

menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.

c. Wacana eksposisiatau wacana pembeberan yaitu wacana yang tidak

mementingkan waktu dan pelaku.

d. Wacana argumentasi yaitu wacana yang berisi ide atau gagasan yang

dilengkapi dengan data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan

pembaca akan kebenaran ide dan gagasannya.

e. Wacana persuasi, yaitu wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat,

biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempenaruhi

secara kuat peda pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau

ajaran tersebut.

6. Berdasarkan penyusunan isi dan sifatnya diklasifikasikan menjadi,

a. Wacana naratif, yaitu rangkaina tuturan yang mencerutakan atau

menyajikan suatu hal atau kejadian melalui penonjolan tokoh atau

pelaku (orang pertama tau orang ketiga) dengan maksud memperluas

pengetahuan pendengar atau penbaca. Kekuatan wacana ini terletak

pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang

diatur melalui alur (plot).

b. Wacana ekspositorik, yaitu rangkaian tuturan yang bersifat

memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskan

lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya.

Tujuan pokok dari wacana ini adalah tercapainya tingkat pemahaman

Page 38: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

terhadap sesuatu secara lebih jelas, mendalam, dan luas daripada

sekedar sebuah pertanyaan yang bersifat umum atau global. Wacana

ekspositorik ini hampir sama dengan wacana eksposisi yang telah

dijelaskan.

c. Wacana prosedural, yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu

secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsur-unsurnya karena

urgensi unsur terdahulu menjadi landasan unsur yang berikutnya.

d. Wacana hortatorik, yaitu tuturan yang isinya bersifat ajakan atau

nasihat, kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar

lebih meyakinkan. Tokoh penting di dalamnya adalah orang. Wacana

ini hampir sama dengan wacana persuasif.

e. Wacana deskriptif, yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan atau

melukiskan sesuatu, baik bertdasarkan pengalaman maupun

pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini

adalah tercapainya pengamatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu

sehingga pembaca atau pendengar merasakan seolah-olah ia sendiri

mengalami atau mengetahui secara langsung.

Dari penklasifikasian di atas maka wacana geguritan merupakan wacana

lokal yang menggunakan sarana bahasa Jawa, wacana geguritan berdasarkan

medianya termasuk wacana tulis karena disampaikan dengan bahasa tulisan atau

media tulis, wacana geguritan berdasarkan sifatnya merupakan wacana monolog

karena disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut

berpartisipasi, wacane geguritan berdasarkan bentunya merupakan wacana puisi.

Page 39: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

C. Kohesi

Menurut Sumarlam (2003:23) hubungan bentuk (form) antar bagian

wacana disebut kohesi (cohesion). Mulyana (2005:26) menyataka bahwa kohesi

dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk

ikatan sintaktikal.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kohesi

adalah hubungan bentuk (form) antar wacana yang baik dan utuh yang

mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif.

1. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal adalah analisis wacana yang dilihat dari segi bentuk

atau struktur lahir wacana. Kohesi gramatikal wacana berupa referensi, subtitusi,

elipsis, dan konjungsi.

a. Pengacuan (referensi)

Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal

yang berupa satuan lingual tertentu dengan mengacu pada satuan lingual

lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Satuan

lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa

persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan

komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur

yang satu dengan unsur lainnya).

1) Pengacuan Persona

Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona

(kata ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona I),

kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun

Page 40: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

jamak. Pronomina persona I tunggal, II tunggal, dan III tunggal ada

yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang

terikat (morfem terikat). Selanjutnya yang berupa bentuk terikat

ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat

di sebelah kanan (lekat kanan).

2) Pengacuan Demonstratif

Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu pengacuan waktu (temporal) dan

tempat (lokasional). Pengacuan demonstrativa waktu terdiri atas

waktu kini (, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu

netral. Adapun pengacuan tempat yaitu, dekat dengan penutur,

agak dekat, jauh, serta menunjuk secara eksplisit.

3) Pengacuan Komparatif

Pengacuan Komparatif (perbandingan) ialah salah satu jenis

kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih

yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud,

sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang secara

umum digunakan untuk membandingkan.

b. Penyulihan (substitusi)

Substitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah

disebut dengan satuan lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan

lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal adalah

penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan

satuan lingual lain yang juga berkategori nomina, subtitusi verbal adalah

Page 41: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan

satuan lingual lain yang juga berkategori verba, subtitusi frasal adalah

penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan

satuan lingual lain yang berupa frasa, dan klausal.

c. Pelesapan (ellipsis)

Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang

telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat

berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Adapun fungsi pelesapan dalam

wacana antara lain ialaha untuk (1) menghasilkan kalimat yang efektif

(untuk efektivitas kalimat), (2) efisiensi, yaitu untuk mencapai nilai

ekonomis dalam pemakaian bahasa, (3) mencapai aspek kepaduan wacana,

(4) bagi pembaca/pendengar berfungsi untuk mengaktifkan pikirannya

terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa, dan (5)

untuk kepraktisan berbahasa terutama dalam berkomunikasi secara lisan.

d. Perangkaian (konjungsi)

Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara

menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur yang dirangkaikan

dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf.

2. Kohesi Leksikal

Kohesi Leksikal adalah alat pemandu kalimat-kalimat yang berupa sistem

leksikal, aspek leksikal diwujudkan dengan pengulangan, sinonimi, antonimi,

hiponomi, kolokasi, dan ekuivalensi.

Page 42: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

a. Repetisi (pengulangan)

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai (Sumarlam, 2001:35). Berdasarkan tempat satuan lingual

yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi

delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke,

mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128)

b. Sinonimi (padan kata)

Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama;

atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain (Chaer

dalam Sumarlam 2003:39). Secara garis besar, kata-kata sinonim adalah kata-kata

yang sama artinya. Namun sebenarnya tidak ada dua kata yang seratus persen

bersinonim. Hal ini diungkapkan Keraf (1984:131) bahwa antara dua kata selalu

terdapat perbedaan, walaupun sedikit saja; entah perbedaan itu berupa perasaan

kata saja maupun perbedaan makna dan perbedaan lingkungan yang dapat

dimasukinya. Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung

kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan

antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.

Berdasarkan wujud satuan lingualnya, sinonimi dapat dibedakan menjadi

lima macam yaitu, (1) sinonimi antara morfem (bebas) dengan morfem (terikat),

(2) kata dengan kata (3) kata dengan frase atau sebaliknya, (4) frasa dengan frasa,

(5) klausa/kalimat dengan klausa/kalimat.

Page 43: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan

pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang

berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau

jaringan tertentu, misalnya dalam jaringan pendidikan akan digunakan kata-kata

yang berkaitan dengan masalah pendidikan dan orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Kata-kata seperti guru, murid, buku, sekolah, pelajaran, dan alat tulis

misalnya, merupakan contoh kata-kata yang cenderung dipakai secara

berdampingan dalam domain sekolah atau jaringan pendidikan.

d. Hiponimi (hubungan atas-bawah)

Hiponimi (hubungan atas-bawah) diartikan sebagai satuan bahasa (kata,

frase, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan

lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau

satuan lingual yang berhiponim itu disebut ”hipernim” atau “superordinat”.

e. Antonimi (lawan kata)

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan

satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi

makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya

kontras makna saja.

Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial,

dan oposisi majemuk. Oposisi makna atau antonimi juga merupakan salah satu

Page 44: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan wacana secara semantis

(Sumarlam, 2003:40).

f. Ekuivalensi (kesepadanan atau paradigma)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah

kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama yang menunjukkan adanya

hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli,

membelikan, dibelikan,, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang

sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan

pelajaran yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan

ekuivalensi.

D. Geguritan Modern / Puisi

Puisi Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan seni geguritan sekarang

tidak jauh berbeda dengan bentuk puisi modern sepeti yang kita kenal saat ini.

Pada umumnya isi dari geguritan tersebut adalah pandangan dari penulis geguritan

terhadap keadaan sosial masyarakat sekitar. Namun ada kalanya juga berisi

ungkapan cinta, harapan, keluhan dan lain-lain.

Geguritan adalah hasil karta sastra yang bahasanya pendek, berinti dan

indah. Geguritan berasal dari kata “gurit” yang berarti lagu atau tulisan.

Sedangkan geguritan disini berarti kumpulan lagu yang memiliki aturan yang

sudah ada yaitu :

1. jumlah gatra tidak tentu, tetapi selalu 4 gatra

2. setiap gatra guru lagu dan guru wilangan sama, runtut berdasarkan

purwakanthi guru swara

Page 45: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. biasanya diawali dengan kata “sun gegurit”

Geguritan ini termasuk puisi Jawa modern, karena tidak terikat aturan

seperti lagu. Geguritan biasanya tercipta karena adanya ilham atau inspirasi.

Geguritan adalah wujud karya sastra yang bersifat pribadi, maka geguritan ciptaan

satu dan satunya berbeda. Inpirasi yang ada dipikiran penyair selanjutnya diolah

supaya menjadi geguritan yang seperti diinginkan penyair. Oleh karena itu,

geguritan itu bahasanya terlihat indah, dapat menggunakan purwakanthi

dwipurwa, seselan dll.

1. pendek yaitu tidak menggunakan bahasa yang panjang lebar

2. inti yaitu kata mempunyai makna yang berarti

3. indah karena terdapat purwakanthi guru swara, sastra, maupun basa

4. kata-katanya merupakan kata pilihan.

Page 46: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mencapai deskriptif

kualitatif ada tiga tahapan strategi penelitian bahasa yaitu (1) tahap pengumpulan

data, (2) tahap analisis data, (3) tahap penyajian hasil data.

B. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang paling

dominan dalam dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data,

Sedangkan alat bantu penelitian berupa bolpoint, pensil, kertas, komputer, dan

buku-buku acuan.

C. Data dan Sumber Data

Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan

langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992:5). Data dalam

penelitian ini adalah data tulis berupa 190 geguritan yang telah diciptakan oleh

penyair yang di dalamnya terdapat penanda kohesi gramatikal dan kohesi leksikal

dalam kumpulan geguritan karya J.FX Hoery.

Sumber data adalah penghasil atau pencipta bahasa sekaligus yang

pencipta atau penghasil data tersebut, biasa disebut dengan narasumber

(Sudaryanto, 1990:35). Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah

kumpulan geguritan PAGELARAN karya J.FX Hoery.

Page 47: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik populasi

pada umumnya keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan dalam 19 geguritan karya

J.FX Hoery cetakan pertama tahun 2003 yang terpilih oleh peneliti.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara

keseluruhan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

acak, yang kemudian dianggap dapat mewakili semua populsi. Sampel dalam

penelitian ini adalah geguritan yang mengandung kohesi gramatikal dan kohesi

leksikal. Adapun sampel yang dimaksud adalah:

1. Geguritan no. 1 berjudul “Kali Grindulu” Panjebar Semangat tahun

1971

2. Geguritan no.11 berjudul “Kabar Saka Desa” Dharma Nyata Maret

tahun 1976

3. Geguritan no.21 berjudul “Alun-alun Bojonegoro 1982” Jayabaya

Februari 1983

4. Geguritan no.31 berjudul “Tarub” Panjebar Semangat 25 April 1987

5. Geguritan no.41 berjudul “Teleng” Panjebar Semangat 27 November

1993

6. Geguritan no.51 berjudul “Prawan Sunthi” Dharma Nyata April 1974

7. Geguritan no.61 berjudul “Ballada Wong-wong Pengeboran”

Jayabaya 1980

Page 48: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

8. Geguritan no.71 berjudul “Sugeng Tindak Mitra” Djaka Lodang 7

Mei 1988

9. Geguritan no.81 berjudul “Slenca” Jayabaya 24 Oktober 1993

10. Geguritan no.91 berjudul “Upeti” Kumandhang 1973

11. Geguritan no.101 berjudul “Apa Abamu Panggurit” Kumandang Juni

1976

12. Geguritan no.111 berjudul “Prasetya” Bojonegoro 1982

13. Geguritan no.121 berjudul “Panandhang” Padangan – Bojonegoro

akhir tahun 1988

14. Geguritan no.131 berjudul “Tekamu” Panjebar Semangat 2

September 1995

15. Geguritan no.141 berjudul “Natal” Dharma Nyata Desember 1976

16. Geguritan no.151 berjudul “Manunggal” Panjebar Semangat 5 Juli

1986

17. Geguritan no.161 berjudul “Pitakon” Panjebar Semangat 3 Mret

1989

18. Geguritan no.171 berjudul “CumondhokMu Ing Ati Papa” Desember

1991

19. Geguritan no.181 berjudul “Kidung Pambiwara” Bojonegoro akir

tahun 1997

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini mengikuti prosedur yang digunakan Sudaryanto (1988:57),

yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Page 49: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pada tahap pengumpulan data dilakukan penghimpunan dan pengklasifikasian

data dengan menggunakan metode simak yang diikuti oleh teknik catat.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis data dilakukan penelaahan data terhadap yang telah

diklasifikasi. Dari tahap analisis data bertujuan untuk mengetahui bentuk penanda

kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam geguritan

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian yang dipakai adalah

metode distribusional. Metode distribusional atau metode agih menurut

Sudaryanto, yaitu menganalisis sistem bahasa atau keseluruhan kaidah yang

bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas

kebahasaan satuan-satuan lingual tertentu. Teknik yang digunakan ialah teknik bagi

unsur langsung (BUL). Teknik lanjutan berupa teknik lesap. Adapun contoh penerapan

adalah sebagai berikut dari segi kohesi gramatikal,

(5) Marga donyaku lan donyamu padha

„karena duniaku dan duniamu sama‟

Pada tuturan diatas terdapat konjungsi marga “karena” yang merupakan

hubungan kausalitas yang menyatakan makna sebab akibat, konjungsi tersebut

menjelaskan bahwa karena dunia pengarang dan sumitra (kawan/ pembaca ) sama,

maka menyebabkan pengarang menulis geguritan yang diambil dari hati sumitra

itu. Sedang konjungsi lan “dan” pada tuturan diatas, menyatakan makna

penambahan/ adiktif, yang berfungsi menghubungkan secara setara/ koordinatif

antara klausa yang berada disebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata

lan “dan” itu sendiri.

Pada data diatas selanjutnya diuji dengan teknik BUL, yaitu wacana dibagi

atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut,

Page 50: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

(5a) Marga // donyaku lan donyamu padha

‟karena duniaku dan duniamu sama‟

Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan

donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya

adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.

Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan satuan-satuan

gramatikal yang berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi

donyaku lan donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau

donyaku // lan donyamu padha.

Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”

lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung karena

konjungsi lan ‟dan‟ berfungsi sebagai penghubung secara setara/koordinatif antar

kata.

Kemudian data diatas diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui kadar

keintian unsur yang dilesapkan (Sudaryanto, 1992:42)

(5b) donyaku Ø donyamu padha

‟duniaku Ø duniamu sama‟

Hasil analisis pada data diatas diuji dengan teknik lesap ternyata pada kata

lan ‟dan‟ wajib hadir karena apabila kata itu dilesapkan tidak terlihat

pengabungan kata secara koordinatif.

Contoh penerapan dari segi kohesi leksikal,

(5c) Marga donyaku lan donyamu padha

„karena duniaku dan duniamu sama‟

Page 51: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dari kata diatas merupakan antonimi atau lawan kata yaitu kata donyamu

„duniamu‟ dan donyaku „duniaku‟ yang beroposisi hubungan antara duniaku dan

duniamu.

Unsur langsung pada kalimat tersebut adalah ”marga” dan ”donyaku lan

donyamu padha”, terdapat jeda diantara kedua unsur langsung, tahap berikutnya

adalah menentukan unsur langsung dari kontruksi ”donyaku lan donyamu padha”.

Ada beberapa kemungkinan untuk memperlihatkan keabsahan yang

berkemungkinan untuk memberikan jeda diantaranya menjadi donyaku lan

donyamu // padha; atau donyaku lan // donyamu padha; atau donyaku // lan

donyamu padha.

Berdasarkan pertimbangan kepaduan semantik ”donyaku lan donyamu”

lebih padu dan berdasarkan pemenggalan jedanya lebih mendukung.

G. Metode Penyajian Hasil Data

Penyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan informal.

Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan

lambang atau tanda-tanda, sedangkan metode informal yaitu metode penyajian

hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar

mudah dipahami (Sudaryanto,1993:145)

Page 52: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Page 53: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Kohesi

Yang pertama akan dibahas adalah pemanfaatan kohesi dalam wacana

kumpulan geguritan karya J.F.X. Hoery. Pendekatan kohesi ini terdiri atas kohesi

gramatikal yang berkaitan dengan segi bentuk sebagai struktur lahir bahasa.

Penanda kohesi gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu: pengacuan

(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian

(conjunction).

Di samping keempat jenis kohesi gramatikal di atas, terdapat kohesi

leksikal, yaitu hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik. Kohesi

leksikal ini terdiri atas: pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata

(antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), serta

kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi).

1. Analisis Kohesi Gramatikal

Dalam wacana GP banyak terdapat pemarkah aspek gramatikal yang

berfungsi mendukung kepaduan atau kekohesifan sebuah wacana. Penanda aspek

gramatikal itu ialah: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan

(ellipsis), serta perangkaian (conjunction). Penerapan analisis wacana geguritan

dari segi kohesi gramatikal dapat dilihat sebagai berikut.

Page 54: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

a. Referensi

Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan

acuan) yang mendahului atau mengikutinya.

1) Pengacuan Persona

Pengacuan yang berupa pronomina persona dapat dilihat pada wacana di

bawah ini:

a) PP dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(6) Daktampa kabar saka desa (KSD,I,1)

‟saya terima kabar dari desa‟

(7) Njajagi pangrasamu (KSD,I,13)

‟menjajahi perasaanmu‟

(8) Bumiku dudu pangungsene kasepen (KSD,I,14)

‟bumiku bukan tempat pengungsian sepi‟

(9) Marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,I,15)

‟karena di lorong ini pernah saya temui‟

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (6)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora

karena acuannya berada di luar teks. Hal yang sama juga terjadi pada pemakaian

unsur dak-, pada satuan lingual dakprepegi „saya temui‟ (9).

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual pangrasamu „perasaanmu‟ (7)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona kedua tunggal bentuk

Page 55: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

terikat lekat kanan yang mengacu pada pembaca, merupakan jenis kohesi

pengacuan eksofora.

Unsur –ku , pada satuan lingual bumiku „bumiku‟ (8) merupakan

pengacuan pronominal persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan

realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya, jika disini

mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi gramatikal

pengacuan eksofora.

b) PP dalam Geguritan Alun-Alun Bojonegoro 1982

(10) Aku ora ngerti karepmu Nimas

(AB,I,1)

„saya tidak mengerti keinginanmu Nimas‟

(11) Apa atimu ora kabukak kanggo aprasetya

(AB,I,2)

„apa hatimu tidak terbuka untuk kesetyaan‟

(12) Panggrahitaku kadhung tumangsang ing panyawang

(AB,I,3)

„pikiranku terlanjur tergantung dipandangan‟

(13) Nalika aku midak plataran kang kapisan

(AB,I,4)

„ketika aku pertama kali menginjak halaman‟

(14) Nalikane aku aweh salam “kula nuwun”

(AB,I,8)

„ketika aku memberi salam permisi‟

(15) Aku ora kuwawa njajagi sedyamu, Nimas

(AB,II,1)

„aku tidak kuasa menduga kesediaanmu Nimas‟

(16) Apa mangsa kang nguyak kadhewasanmu

(AB,II,2)

„apa zaman yang mengejar kedewasaanmu‟

(17) Nalika aku bali aweh prasapa

(AB,II,3)

„ketika aku kembali memberi sumpah‟

Page 56: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(18) Wedhak pupurmu pratanda gorehing ati

(AB,II,4)

„bedakmu pertanda terlukanya hati‟

(19) Aku ora keduga miyak warana ing dhadhamu (AB,II,3)

„aku tidak menduga membuka sekat di dadamu‟

(20) Ing ngendi kapribadenmu?

(AB,III,5)

„dimana kepribadianmu? „

(21) Nalika daktampa salam pangiring ”sugeng tindak”

(AB,III,8)

„ketika saya terima salam pengiring sugeng tindak

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa „saya terima‟ (21)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora.

Unsur –mu, pada satuan lingual karepmu „keinginanmu‟ (10), atimu

„hatimu‟ (11), sedyamu „kesediaanmu‟ (15), kadhewasanmu „kedewasaanmu‟

(16), pupurmu „bedakmu‟ (18), dhadhamu „dadamu‟ (19) dan kapribadhenmu

„kepribadianmu‟ (20) merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona kedua

tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada Nimas, merupakan jenis

kohesi pengacuan endofora.

Unsur –ku , pada satuan lingual panggrahitaku „pikiranku‟ (12)

merupakan pengacuan pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat

kanan dengan realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya,

jika disini mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi

gramatikal pengacuan eksofora.

Page 57: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Unsur aku, pada data nomor (10), (13), (14), (15), (17), (19) merupakan

referensi pronomina persona pertama tunggal bentuk bebas dengan realitas yang

diacu tergantung siapa penuturnya, dalam geguritan ini mengacu pada pengarang

J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu eksofora.

c) PP dalam geguritan Tarub

(22) Sidane aku ora bisa ketemu sliramu (T,-,2)

„akhirnya saya tidak bisa bertemu dirimu‟

(23) Aku mung bisa sedheku marikelu (T,-,5)

„saya hanya bisa terduduk haru‟

(24) Dakusap kijing maesanmu (T,-,6)

„saya usap batu nisanmu‟

(25) Kang pucet tininggal guritanmu (T,-,7)

„ yang pucat tinggal tulisanmu‟

(26) Tumrap kasetyanmu marang bumi kinasih (T,-,8)

„terhadap kesetiaanmu kepada bumi terkasih‟

(27) Mili getih abang dinamu (T,-,13)

„darah merah mengalir di harimu‟

(28) Marga luku lan doran prasetyamu (T,-,14)

„karena bajak dan cangkul kesetiaanmu‟

(29) Napas lan panguripanmu (T,-,16)

„nafas dan kehidupanmu‟

Unsur -ne, pada satuan lingual sidane „akhirnya‟ (22) merupakan referensi

pronomina persona ketiga tunggal bentuk terikat dengan realitas yang diacu

tergantung siapa penuturnya, dalam geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX

Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu eksofora yang bersifat

kataforis.

Unsur aku „saya‟, pada data nomor (22) dan (23) merupakan referensi

pronomina persona pertama tunggal bentuk bebas dengan realitas yang diacu

Page 58: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tergantung siapa penuturnya, dalam geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX

Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu eksofora.

Unsur –mu, pada satuan lingual maesanmu „nisanmu‟ (24), guritanmu

„tulisanmu‟ (25), kasetyanmu „kesetiaanmu‟ (26), dinamu „harimu‟ (27),

prasetyanmu „janjimu‟ (28), dan panguripanmu „kehidupanmu‟ (29) merupakan

referensi (pengacuan) pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat

kanan yang mengacu pada Kadang „teman‟, merupakan jenis kohesi pengacuan

endofora.

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual dakusap „saya usap‟ (24)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.F.X Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora.

d) PP dalam Geguritan Teleng

(30) Kapangku marang bumi kelairan (Tl,II,1)

„rinduku kepada bumi kelahiran‟

(31) Amarga tresnane anak marang ombak segara (Tl,I,6)

„karena cintanya anak kepada ombak laut‟

Unsur –ku , pada satuan lingual kapangku „rinduku‟ (30) merupakan

pengacuan pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan

realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya, jika disini

mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi gramatikal

pengacuan eksofora.

Pemakaian unsur -ne, pada satuan lingual tresnane „cintanya‟ (31)

merupakan referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk terikat dengan

Page 59: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

realitas yang diacu tergantung kata yang mengikuti setelahnya, dalam geguritan

ini mengacu pada anak, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu endofora

yang bersifat kataforis

e) PP dalam Geguritan Prawan Sunthi

(32) Kene-kene dakkanthi (PS,-,9)

„kesini saya gandeng‟

(33) Prawan sunthi daksimpen jroning ati (PS,-,11)

„perawan kecil saya simpan dalam hati‟

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual dakkanthi „saya gandeng‟ (32)

dan daksimpen „saya simpan‟ (33) merupakan referensi (pengacuan) pronomina

persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu

berpindah-pindah, tergantung pada siapa penuturnya, dalam geguritan diatas

satuan lingual dak- mengacu pada pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan

jenis kohesi gramatikal eksofora.

f) PP dalam Geguritan Ballada Wong-wong Pengeboran

(34) Ing pundhakmu (BWP,I,6)

„dibahumu‟

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual pundhakmu „ bahumu‟ (34)

merupakan referensi ( pengacuan ) pronomina persona kedua tunggal bentuk

terikat lekat kanan yang mengacu pada wong-wong pengeboran „orang-orang

pengeboran‟, merupakan jenis kohesi pengacuan eksofora.

g) PP dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(35) Sepimu uga tanpa binuncang pawarta panandhang

(STM,III,3)

„sepimu juga tanpa terhempas berita menderita‟

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual sepimu „sepimu‟ (35)

merupakan referensi ( pengacuan ) pronomina persona kedua tunggal bentuk

Page 60: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

terikat lekat kanan yang mengacu pada mitra ‟teman‟, merupakan jenis kohesi

pengacuan eksofora.

h) PP dalam Geguritan Slenca

(36) Dakpasrahake panjerit, rembulanku (Sl,I,1)

„saya pasrahkan jerit, rembulanku

(37) Lali prasetyane marang langit (Sl,I,4)

„lupa kesetiaan kepada langit‟

(38) Bareng pinerese martabat lan hak asasine (Sl,II,4)

„bersama terperasnya martabat dan hak asasinya‟

(39) Ora bisa linacak ing ngendi dununge (Sl,III,2)

„tidak bisa dilacak dimana tempatnya‟

(40) Miris rikala kaatag keantepane (Sl,IV,4)

„miris ketika di tantang kemantapanya‟

(41) Supaya miyak dhadha cinatet jatidhirine (Sl,IV,5)

„agar membuka dada tercatat jatidirinya‟

(42) Ginambar eyub edhum prabawane (Sl,V,2)

„tergambar teduh sejuk wibawanya‟

(43) Ing pamburine mung rasa pamurina (Sl,V,4)

„dibelakangnya hanya rasa kecewa‟

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual dakpasrahake „saya

pasrahkan‟ (36) merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama

tunggal bentuk terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah,

tergantung pada siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak-

mengacu pada pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi

gramatikal eksofora.

Unsur -ne, pada data nomor (37), (38), (39), (40), (41), (42), (43)

merupakan referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk terikat dengan

realitas yang diacu tergantung siapa penuturnya, dalam geguritan ini mengacu

Page 61: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

pada pengarang J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu

eksofora yang bersifat kataforis.

i) PP dalam Geguritan Upethi

(44) Iki salamku (U,I,2)

„ini salamku‟

(45) Dhuweku mung pangarep (U,II,4)

„yang aku punya hanya harapan‟

Unsur –ku , pada satuan lingual salamku „salamku‟ (44) dan dhuweku

„yang aku punya‟ (45) merupakan pengacuan pronomina persona pertama tunggal

bentuk terikat lekat kanan dengan realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung

siapa penuturnya, jika disini mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang

merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan eksofora.

j) PP dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(46) Apa abamu panggurit (AAP,I,1)

„apa pesanmu penulis‟

(47) Lintang sore tetangisan ing lambene Kenya kemencur

(AAP,I,4)

„bintang sore saling menangis dimulutnya gadis kecil‟

(48) Musna lisane panglocita dhek bengi (AAP,I,5)

„hilang cerita perasaan hati tadi malam‟

(49) Aku kepengin melu nyekseni (AAP,I,9)

„aku ingin ikut menjadi saksi‟

(50) Sejatine bumimu wis suwe mendhem trahing sabda jati

(AAP,I,13)

„sebenarnya bumimu sudah lama memendam keturunan

sabda jati‟

(51) Mung ing pepundakmu (AAP,II,8)

„hanya dipundak-pundakmu‟

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual abamu „pesanmu‟ (46),

bumimu „bumimu‟ (50), dan pepundakmu „pundak-pundakmu‟ (51) merupakan

Page 62: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

referensi (pengacuan) pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat

kanan yang mengacu pada panggurit „penulis‟, merupakan jenis kohesi pengacuan

eksofora.

Unsur -ne, pada satuan lingual lambene „mulutnya‟ (47) dan lisane

„ceritanya‟ (48) merupakan referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk

terikat lekat kanan dengan realitas yang diacu tergantung siapa penuturnya, dalam

geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi

gramatikal mengacu eksofora yang bersifat kataforis.

Unsur aku „saya‟, pada nomor (49) merupakan referensi pronomina

persona pertama tunggal bentuk bebas dengan realitas yang diacu tergantung siapa

penuturnya, dalam geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX Hoery, ini

merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu eksofora.

k) PP dalam Geguitan Prasetya

(52) Daktulis geguritan iki sumitra (Pr,I,1)

„saya tulis puisi ini kawan‟

(53) Daktimba saka keburing atimu (Pr,I,2)

„saya ambil dari lubuk hatimu‟

(54) Marga donyaku lan donyamu padha (Pr,I,3)

„karena duniaku dan duniamu sama‟

(55) Kowe kang duwe swara (Pr,I,5)

„kamu yang punya suara‟

(56) Aku kang ngendhem pangrasa (Pr,I,6)

„saya yang memendam rasa‟

Pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktulis “saya tulis” (52)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

Page 63: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora. Hal

yang sama juga terjadi pada pemakaian unsur dak-, pada satuan lingual daktampa

‟saya terima‟ (53).

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual atimu ‟hatimu‟ (53) dan

donyamu ‟duniamu‟ (54) merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona

kedua tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada sumitra ‟kawan‟,

merupakan jenis kohesi pengacuan endofora.

Unsur –ku , pada satuan lingual donyaku ‟duniaku‟ (54) merupakan

pengacuan pronominal persona pertama tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan

realitas yang diacu berpindah-pindah tergantung siapa penuturnya, jika disini

mengacu pada pengarang J.FX Hoery. Yang merupakan jenis kohesi gramatikal

pengacuan eksofora.

Satuan lingual kowe „kamu‟ pada kalimat kowe kang duwe swara ‟ kamu

yang punya suara‟ (55) merupakan referensi pronominal persona kedua tunggal

bentuk bebas yang mengacu pada sumitra ‟kawan‟ merupakan kohesi gramatikal

pengacuan endofora.

Sementara itu, satuan gramatikal aku kang ngendhem rasa ‟saya yang

menyimpan rasa‟ (56) merupakan referensi pronominal persona pertama tunggal

bentuk bebas dengan realitas yang diacu tergantung siapa penuturnya, dalam

geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi

gramatikal mengacu eksofora.

l) PP dalam Geguritan Tekamu (Kanggo: Gunoto Sapari)

(57) Tekamu (Tk,I,1)

„kedatanganmu‟

Page 64: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

(58) Sing mesthine nguntap gumlewange wengi (Tk,I,4)

„yang seharusnya mengatar menuju malam‟

Sedangkan pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual tekamu

„kedatanganmu‟ (57) merupakan referensi ( pengacuan ) pronomina persona

kedua tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada Gunoto Sapari,

merupakan jenis kohesi pengacuan endofora.

Unsur -ne, pada satuan lingual mesthine „seharusnya‟ (58) merupakan

referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk terikat dengan realitas yang

diacu tergantung siapa penuturnya atau mengacu pada Gunoto Sapari yaitu teman

dari pengarang geguritan, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu

eksofora yang bersifat anaforis.

m) PP dalam Geguritan Natal

(59) Aku teka nggawa pitakon (N,I,1)

„saya datang membawa pertanyaan‟

(60) Ing kene dudu panggonane antri panguripan (N,II,2)

„disini bukan tempatnya antri kehidupan‟

(61) Daksawang saka kaca pangilon (N,III,1)

„saya lihat dari kaca‟

(62) Saiki, wis wayahe nyeleh ati (N,IV,4)

„sekarang, sudah saatnya berpasrah‟

Satuan gramatikal aku „saya‟ (59) merupakan referensi pronominal

persona pertama tunggal bentuk bebas dengan realitas yang diacu tergantung siapa

penuturnya, dalam geguritan ini mengacu pada pengarang J.FX Hoery, ini

merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu eksofora.

Unsur dak-, pada satuan lingual daksawang „saya lihat‟ (61) merupakan

referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat

kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada siapa

Page 65: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada pengarang

yaitu J.F.X Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora.

Unsur -ne, pada satuan lingual panggonane „tempatnya‟ (60) dan wayahe

„waktunya‟ (62) merupakan referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk

terikat lekat kanan dengan realitas yang diacu tergantung pada antiseden

sesudahnya, ini merupakan jenis kohesi gramatikal mengacu endofora yang

kataforis.

n) PP dalam Geguritan Pitakon

(63) Nalika kayu pamenthangan dakukir (Pt,-,1)

„ketika kayu penyalipan saya ukir‟

Unsur dak-, pada satuan lingual dakukir „saya ukir‟ (63) merupakan

referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk terikat lekat

kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada siapa

penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada pengarang

yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora yang bersifat

kataforis.

o) PP dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-ati Papa

(64) Tumetes grimis katresnanMU nelesi ati (CAP,-,2)

„tertetes gerimis cintaMU membasahi hati‟

(65) Bukaken jendhelaning sukmamu (CAP,-,6)

„bukalah jendela sukmamu‟

(66) Bukaken slambu senthonging kalbumu (CAP,-,7)

„bukalah selambu tempat penyimpanan kalbumu‟

(67) Marga bakal sinilir angin wengiMU (CAP,-,8)

„karena akan sejuk angin malamMU‟

(68) Ing kene klakon dak prepegi (CAP,-,16)

„disini tercapai saya temui‟

Page 66: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

(69) cumondhokMU ing ati-ati papa (CAP,-,17)

„berjumpaMu di hati-hati papa‟

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual katresnanMU „cintaMU‟ (64),

wengiMU „malamMU‟ (67), dan cumondhokMU „tujuanMu‟ (69) merupakan

referensi (pengacuan) pronomina persona kedua tunggal bentuk terikat lekat

kanan yang mengacu pada Tuhan Yesus, merupakan jenis kohesi pengacuan

eksofora.

Pemakaian unsur –mu, pada satuan lingual sukmamu „ragamu‟ (65) dan

kalbumu „kalbumu‟ (66) merupakan pengacuan pronomina persona kedua

tunggal bentuk terikat lekat kanan yang mengacu pada sumitra, merupakan jenis

kohesi pengacuan endofora.

Sedangkan unsur dak-, pada satuan lingual dakprepegi „saya temui‟ (68)

merupakan referensi (pengacuan) pronomina persona pertama tunggal bentuk

terikat lekat kiri, dengan realitas yang diacu berpindah-pindah, tergantung pada

siapa penuturnya, dalam geguritan diatas satuan lingual dak- mengacu pada

pengarang yaitu J.FX Hoery, ini merupakan jenis kohesi gramatikal eksofora yang

bersifat kataforis.

p) PP dalam Geguritan Kidung Pambiwara

(70) Wis pinurba bumi saisine (KP,-,17)

„sudah dikuasai bumi beserta isinya‟

Unsur -ne, pada satuan lingual saisine „beserta isinya‟ (70) merupakan

referensi pronomina persona ketiga tunggal bentuk terikat lekat kanan dengan

realitas yang diacu tergantung pada antiseden sebelumnya, ini merupakan jenis

kohesi gramatikal mengacu endofora yang anaforis.

Page 67: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2) Pengacuan Demonstratif.

Pengacuan lain yang terdapat dalam wacana ini adalah pengacuan

demonstratif. Pengacuan demonstratif ini meliputi pengacuan waktu dan tempat,

seperti:

a) PD dalam Geguritan Kali Grindulu

(71) Ing mangsa ketiga (KG,I,2)

„di musim kemarau‟

(72) Pereng tebane pangarep (KG,I,4)

„kebun yang menjadi pengharapan‟

(73) Mangsane udan tumiba (KG,II,1)

„musim hujan datang‟

(74) Kentir kerem ing segara (KG,II,6)

„hanyut tenggelam di laut‟

(75) Puputing mangsa (KG,II,7)

„akhirnya zaman‟

Pada data nomor (71), (73) dan (75) diatas, terlihat penggunaan unsur ing

mangsa ketiga „di musim kemarau‟, mangsane udan „musinya hujan‟, dan mangsa

„musim‟ yang mengacu pada realitas waktu secara eksplisit waktu terjadinya

peristiwa, jadi tersebut merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu

menunjuk secara eksplisit.

Pada tuturan (72) dan (74) , terlihat penggunaan unsur pereng „sawah‟ dan

ing segara „di laut‟ yang mengacu pada realitas tempat secara eksplisit tempat

terjadinya peristiwa.

b) PD dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(76) Daktampa kabar saka desa (KSD,-,1)

„saya terima kabar dari desa‟

(77) Wingi (KSD,-,1)

„kemarin‟

Page 68: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

(78) Sorene gegojegan karo rembulan ing iringan omah

(KSD,-,8)

„sorenya bercanda dengan bulan disamping rumah‟

(79) Bumiku dudu pangungsen kasepen (KSD,-,14)

„bumiku bukan tempat pengungsian sepi‟

(80) Marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,-,15)

„karena dilorong ini pernah saya temui‟

Pada tuturan (77) dan (78) diatas, terlihat penggunaan unsur sorene

„sorenya‟, dan wingi „kemarin‟ yang mengacu pada realitas waktu secara lampau

dan netral waktu terjadinya peristiwa, jadi tersebut merupakan pengacuan

pronomina demonstratif waktu menunjuk secara eksplisit.

Pada tuturan (76), (79) dan (80) , terlihat penggunaan unsur saka desa „dari

desa‟ bumiku „bumiku‟ dan ing lurung iki „dilorong ini‟ yang mengacu pada

realitas tempat secara eksplisit tempat terjadinya peristiwa, jadi tersebut

merupakan pengacuan pronominal demonstratif tempat yang menunjuk secara

ekplisit.

c) PD dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(81) Nalika aku midhak plataran kang kapisan (AAB,I,4)

„ketika aku pertama kali menginjak halaman‟

(82) Rikalane rembulan mlangkring panging plamboyan

(AAB,I,9)

„saat rembulan bersandar dahan flamboyan‟

(83) Iku kabeh wingi (AAB,I,11)

„itu semua kemari‟

(84) Nalikane aku aweh salam „kulanuwun‟ (AAB,I,13)

„ketika aku member salam permisi‟

(85) Dina iki (AAB,III,6)

„hari ini

(86) Saiki (AAB,III,7)

„sekarang‟

Page 69: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pada tuturan (81) terlihat penggunaan unsur plataran „halaman‟ yang

mengacu pada realitas tempat secara eksplisit tempat terjadinya peristiwa, jadi

tersebut merupakan pengacuan pronominal demonstratif tempat yang menunjuk

secara ekplisit.

Pada tuturan (82), (83), (84), (85), dan (86) diatas, terlihat penggunaan

unsur rikalane „saat‟, wingi „ kemarin‟, nalikane „ketika‟, dina iki „hari ini‟, dan

saiki „sekarang‟ yang mengacu pada realitas waktu secara kini waktu terjadinya

peristiwa, jadi tersebut merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu

menunjuk secara eksplisit.

d) PD dalam Geguritan Tarub

(87) Nalika ngancik tlatah Tarub ing wengi surup (T,-,3)

„ketika sampai di Tarub menjelang malam‟

(88) Mblander ing tengah tegal sawah (T,-,11)

„menjadi sumbu ditengah pematang sawah‟

(89) Kang dina iki nyawiji (T,-,17)

„yang hari ini menjadi satu‟

Pada tuturan (87) terdapat kalimat nalika ngancik tlatah Tarub ing wengi

surup „ketika sampai daerah Tarub di hari menjelang malam‟. Didalamnya

terdapat kata nalika „ketika‟ dan ing wengi surup „dihari menjelang malam‟ yang

mengacu pada realitas waktu kini waktu terjadinya peristiwa. Sedangan kata

ngancik tlatah Tarub „sampai didesa Tarub‟ mengacu pada realitas tempat (ruang)

secara eksplisit tempat terjadinya peristiwa.

Pada tuturan (88) terdapat kalimat ing tengah tegal sawah „ditengah

pemetang sawah‟ yang mengacu pada relitas tempat secara eksplisit merupakan

tempat terjadinya peristiwa.

Page 70: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Pada tuturan (89), penggunaan unsur dina iki „hari ini‟ yang mengacu pada

realitas waktu (temporal) kini waktu terjadinya peristiwa yaitu ketika pengarang

sampai di daerah Tarub.

e) PD dalam Geguritan Teleng

(90) Kali Sundeng kemricik iline (Tl,I,1)

„sungai Sudeng kemricik aliranya‟

(91) Nalika ngungak sungapan Teleng (Tl,I,3)

„ketika menampung luapan Teleng‟

(92) Ing papan iki nate dhinedher gurit (Tl,I,5)

„ditempat ini pernah tertanam tulisan‟

(93) Kapangku marang bumi kelairan (Tl,II,1)

„rinduku kepada bumi kelahiran‟

Tampak pada tuturan diatas, penggunaan unsur Kali Sudeng „ sungai

Sudeng‟ (90), Teleng „Teleng‟ (91), ing papan iki „ditempat ini‟ (92), dan bumi

kelairan „bumi kelahiran‟ (93) yang mengacu pada relitas tempat (ruang) secara

eksplisit tempat terjadinya peristiwa.

Sedangkan penggunaan unsur nalika „ketika‟ (91) yang mengacu pada

realitas waktu (temporal) secara kini menerangkan waktu terjadinya peristiwa

yaitu ketika Kali Sudeng menampung luapan dari Teleng.

f) PD dalam Geguritan Prawan Sunthi

(94) Wis wengi (PS,-,1)

„sudah malam‟

Tampak pada tuturan diatas, penggunaan unsur wis wengi „sudah malam‟

(94) yang mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan waktu malam

saat bulan bersinar terang.

Page 71: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

g) PD dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(95) Nalika kloneng ngumandhang tengah wengi

(BWP,I,1)

„ketika suara genta bersuara tengah malam‟

(96) Pangangen ing dina esuk (BWP,I,14)

„kerinduan di pagi hari‟

(97) Ing kene tresnane wong wong pengeboran (BWP,I,18)

„disini cintanya orang orang pengeboran‟

(98) Saka dina iki, sesuk, lan (BWP,II,5)

„mulai hari ini, besok, dan

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur nalika „ketika‟ (95), tengah

wengi „tengah malam‟ (95), ing dina esuk „dihari esok‟ (96), dina iki, sesuk „hari

ini, besok‟ (98) yang mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan

waktu terjadinya peristiwa.

Pemakaina unsur ing kene „disini‟ (97) yang mengacu pada realitas tempat

yang dekat dengan pengarang menerangkan tempat terjadinya peristiwa.

h) PD dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(99) Nalika bumi ketiga wiwit nela

(STM,I,1)

„ketika kemarau bumi mulai retak‟

(100) Saka pategalan dhele dhemangir

(STM,I,3)

„dari perkebunan kedelai demangir‟

(101) Kang krasa mung sepining bledug Kuwu

(STM,I,6)

„yang terasa hanya sepi bledug Kuwu‟

(102) Kang ngranuhi mung kumriwiking kali Lusi

(STM,I,7)

„yang ditemui hanya kemercik kali Lusi‟

(103) Saiki kari naskah-naskah transkripsi

(STM,II,1)

„sekarang tinggal naskah-naskah transkripsi‟

Page 72: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur nalika „ketika‟ (99), dan

saiki „saat ini‟ (103) yang mengacu pada realitas waktu secara kini menerangkan

waktu terjadinya peristiwa.

Pemakaian unsur pategalan „perkebunan‟ (100), bledug Kuwu „bledug

Kuwu‟ (101), dan Kali Lusi „kali Lusi‟ (102) yang mengacu pada realitas tempat

secara eksplisit menerangkan tempat terjadinya peristiwa.

i) PD dalam Geguritan Slenca

(104) Ing kene tlatah sing wis ora kaglape (Sl,I,2)

„disini tempat yang sudah tidak dianggap‟

Pada wacana (104) satuan lingual ing kene „disini‟ yang menunjukkan

bahwa tempat itu dekat dengan penutur. Yang mengacu pada realitas tempat yang

dekat dengan penutur menerangkan tempat terjadinya peristiwa.

j) PD dalam Geguritan Upethi

(105) Sugeng esuk, bapak (U,I,1)

‟selamat pagi, bapak‟

Pada wacana (105) satuan lingual sugeng esuk „selamat pagi‟ yang

menunjukkan wacana tersebut menerangkan pada pagi hari yang mengacu pada

realitas waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya peristiwa.

k) PD dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(106) Musna lisane panglocita dhek bengi

(AAP,I,5)

„hilang cerita perasaan hati tadi malam‟

(107) Urip iki dudu bedhug ndhrandhang dhek wingi

(AAP,II,8)

„hidup ini bukan bedug berderang kemarin‟

Page 73: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur dhek bengi „tadi

malam‟ (106), dan dhek wingi „kemarin‟ (107) yang mengacu pada realitas

waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya peristiwa.

l) PD dalam Geguritan Prasetya

(108) Getering panggurit ing bumi rengka (Pr,I,8)

„getar penulis di bumi retak‟

(109) Dina iki perlu isi (Pr,II,5)

„hari ini perlu isi‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur dina iki „hari ini‟ (109)

yang mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya

peristiwa.

Pada tuturan (108) penggunaan unsur ing bumi rengka „di bumi bengkah‟

yang mengacu pada realitas tempat secara eksplisit tempat terjadinya peristiwa.

m) PD galam Geguritan Panandhang

(110) Ing mburi kelir dasamuka bali lair (Pn,II,5)

„dibelakang layar dasamuka kembali lahir‟

Pada wacana (110) satuan lingual ing mburi kelir „dibelakang layar‟ yang

menunjukkan bahwa tempat itu dekat dengan penutur. Yang mengacu pada

realitas tempat yang dekat dengan penutur menerangkan tempat terjadinya

peristiwa.

n) PD dalam Geguritan Tekamu

(111) Mbokcangking angin sore (Tk,I,3)

„kamu bawa angin sore‟

(112) Sing mesthine nguntap gumlewange wengi

(Tk,I,4)

„yang seharusnya mengantar menuju malam‟

Page 74: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

(113) Saora-orane jumangkah ing dalan simpang

(Tk,II,4)

„setidak-tidaknya melangkah dijalan simpang‟

(114) Nguntapake endahe bun esuk tumetes

(Tk,III,9)

„mengantarkan indahnya embun pagi menetes‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur sore „sore‟ (111), wengi

„malam‟ (112), dan esuk „pagi‟ (114) yang mengacu pada realitas waktu secara

netral menerangkan waktu terjadinya peristiwa.

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur ing dalan „dijalan‟ (113)

yang mengacu pada realitas tempat secara eksplisit menerangkan tempat

terjadinya peristiwa.

o) PD dalam Geguritan Natal

(115) Ing kene dudu panggonane antri panguripan (N,II,2)

„disini bukan tempat antri kehidupan‟

(116) Wengi iku wengi kang winengku (N,IV,1)

„ malam itu malam yang dikuasai‟

(117) Saiki, wis wayahe nyeleh ati (N,IV,4)

„sekarang sudah saatnya berpasrah‟

Pada wacana (115) satuan lingual ing kene „disini‟ yang menunjukkan

bahwa tempat itu dekat dengan penutur. Yang mengacu pada realitas tempat yang

dekat dengan penutur menerangkan tempat terjadinya peristiwa.

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur wengi „malam‟ (116) yang

mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya

peristiwa.

Pada tuturan (117) penggunaan unsur saiki „sekarang‟ yang mengacu pada

realitas waktu kini atau sekarang waktu terjadinya peristiwa.

Page 75: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

p) PD dalam Geguritan Manunggal

(118) Gemonthanging swara gentha sangisoring kayu palang

(M,-,1)

„berbunyinya suara genta dibawah kayu salip‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur sangisoring „dibawah‟

(118) yang mengacu pada realitas tempat secara eksplisit menerangkan tempat

terjadinya peristiwa.

q) PD dalam Geguritan Pitakon

(119) Nalika kayu pamenthangan dakukir (Pt,-,1)

„ketika kayu salip saya ukir‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur nalika „ketika‟ (119) yang

mengacu pada realitas waktu secara kini menerangkan waktu terjadinya peristiwa.

r) PD dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa

(120) Ing pucuking wengi sing wis suwe karanti

(CAP,-,1)

„di akhir malam yang sudah lama dinanti‟

(121) Ing kene klakon dak prepegi (CAP,-,16)

„disini tercapai saya temui‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur wengi „malam‟ (120) yang

mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya

peristiwa.

Pada wacana (121) satuan lingual ing kene „disini‟ yang menunjukkan

bahwa tempat itu dekat dengan penutur. Yang mengacu pada realitas tempat yang

dekat dengan penutur menerangkan tempat terjadinya peristiwa.

s) PD dalam Geguritan Kidung Pambiwara

(122) Langit wengi kekuwungan kamulyan (KP,-,9)

„langit malam berpelangikan kemulyaan‟

(123) Wiwit mula ana, saiki, lan (KP,-,15)

Page 76: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

„sejak ada, sekarang, dan‟

Tampak pada tuturan diatas penggunaan unsur wengi „malam‟ (122) yang

mengacu pada realitas waktu secara netral menerangkan waktu terjadinya

peristiwa.

Sedangkan pada tuturan (123) penggunaan unsur saiki „sekarang‟ yang

mengacu pada realitas waktu kini atau sekarang waktu terjadinya peristiwa.

3) Pengacuan Komparatif

Pengacuan ini berfungsi membandingkan dua hal atau lebih yang

mempunyai kemiripan atau kesamaan wujud, sikap, sifat, watak, perilaku, dan

sebagainya. Berikut adalah penerapan pengacuan komparatif yang ditemukan.

a) PK dalam Geguritan Teleng

(124) kaya nalika Syeh Subakir ngajawa (Tl,I,7)

„seperti ketika Syeh Subakir pergi ke Jawa‟

Pada tuturan diatas dilukiskan pengacuan perbandingan (komparatif) kaya

„seperti‟ (124) yaitu membandingkan antara cintanya anak terhadap ombak laut

yang seperti cintanya Syeh Subakir ketika tiba di tanah Jawa.

b) PK dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(125) kaya nalika angin ketiga teka lungo tanpa pepoyan

(STM,III,2)

‟seperti angin kemarau datang pergi tanpa berpamitan‟

Pada tuturan diatas dilukiskan pengacuan perbandingan (komparatif) kaya

„seperti‟ (125) yaitu membandingkan antara semua akan kembali kepada

kenyataan seperti angin kemarau yang datang dan pergi.

Page 77: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Substitusi

Substitusi adalah penggantian unsur tertentu yang telah disebut dengan

unsur yang lain yang mengacu pada realitas yang sama. Kohesi gramatikal

substitusi, misalnya tampak pada tuturan berikut,

1) Sub dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(126) Sliramu isih setya irah (KSD,-,5)

„dirimu masih setia Irah‟

(127) Sukarman Sastrodiwirya kang lagi nggiring ati

(KSD,-,16)

„Sukarman Sastradiwirya yang sedang menggiring hati‟

Terlihat pada tuturan diatas dapat diketahui Sliramu „dirimu‟ (127)

disubstitusikan dengan nama Sukarman Sastradiwirya (128) yang menunjuk pada

relitas tokoh. Disini Sukarman Sastradiwirya merupakan unsur terganti,

sedangkan unsur sliramu merupakan unsur pengganti.

2) Sub Dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(128) Iku kabeh wingi (AB,I,11)

„itu semua kemarin‟

(129) Wis kawuri (AB,I,12)

„sudah berlalu‟

(130) Dina iki (AB,II,6)

„hari ini‟

(131) Saiki (AB,II,7)

„sekarang‟

Terlihat pada tuturan diatas wingi „kemarin‟ (129) disubstitusikan dengan

unsur kawuri „terlewati‟ (130). Demikian pula pada unsur dina iki „hari ini‟ (131)

disubtitusikan dengan unsur saiki „sekarang (132).

Page 78: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

3) Sub dalam Geguritan Tarub (Marang: Sukarman

Sastradiwirya)

(132) Kadang (T,-,1)

„teman‟

(133) Sidane aku ora bisa ketemu sliramu (T,-,2)

„akhirnya saya tidak bisa bertemu dirimu‟

(134) Kang pucet tininggal guritanmu (T,-,7)

„yang pucat tertinggal tulisanmu‟

(135) Sing kadhung lungkrah campur naskah (T,-,10)

„yang telah tak terpelihara bercampur naskah‟

(136) Guritan-guritan tinumpuk (T,-16)

„tulisan-tulisan bertumpuk‟

Pada tuturan diatas dapat diketahui bahwa nama Sukarman Sastradiwirya

disubstitusikan beberapa kali dengan unsur yang berbeda-beda yaitu unsur kadang

„teman‟ (133) dan unsur sliramu „dirimu‟ (134). Sedangakan unsur guritanmu

„tulisanmu‟ (135) disubtitusikan dengan unsur naskah „naskah‟ (136) dan unsur

guritan-guritan „tulisan-tulisan‟ (137) yang merupakan subtitusi berkategori

nomina (kata benda).

4) Sub dalam Geguritan Prawan Sunthi

(137) Prawan sunthi durung bali (PS,-,2)

„perawan kecil belum pulang‟

(138) Ya gene cah ayu ? (PS,-,7)

„kenapa anak cantik ?‟

(139) Ya gene cah manis ? (PS,-,8)

„kenapa anak manis ?‟

Pada tuturan diatas diketahui unsur prawan sunthi „prawan sunthi‟ (138)

disubstitusikan berkali-kali dengan unsur berbeda yaitu unsur cah ayu „anak

cantik‟ (139) dan unsur cah manis „anak manis‟ (140).

Page 79: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

5) Sub dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(140) Banjur ngendheg jangkah menggak lelakon

(STM,I,9)

„lalu menghentikan langkah menolak perjalanan‟

(141) Kaselak kukut sadurunge surup mangsa

(STM,III,4)

„tersedak tutup sebelum menjelang petang hari‟

(142) Ngantepi puputing sesanggeman

(STM,III,4)

„mempertahankan tertutupnya kemampuan‟

Pada tuturan diatas unsur ngendheg „menghentikan‟ (141) bersubstitusi

dengan menggak „menolak‟ (141), sedangkan unsur jangkah „langkah‟ (141)

bersubstitusi dengan unsur lelakon „perjalanan‟ (141).

Sedangakan pada unsur kukut „tutup‟ (142) bersubstitusi dengan unsur

puputing „tertutupnya‟ (143).

6) Sub dalam Geguritan Upethi

(143) Sugeng esuk, bapak (U,I,1)

„selamat pagi, bapak‟

(144) Salame penggurit kasatan mangsi (U,I,3)

„salamnya penulis kehabisan tinta‟

(145) Salame seniman ing panggung rengka (U,I,4)

„salamnya seniman di panggung tua‟

(146) Kayadene sliramu (U,II,5)

„seperti dirimu‟

Pada tuturan diatas terlihat unsur bapak „bapak‟ (144) yang disubstitusikan

dengan unsur sliramu „dirimu‟ (147), sedangkan unsur penggurit „penulis‟ (145)

disubstitusikan dengan unsur seniman „seniman‟ (146).

7) Sub dalam Geguritan Prasetya

(147) Daktulis geguritan iki sumitra (Pr,I,1)

„saya tulis puisi ini kawan‟

Page 80: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

(148) Kowe kang duwe swara (Pr,I,5)

„kamu yang mempunyai suara‟

Pada tuturan diatas unsur sumitra „kawan‟ (148) disubstitusikan dengan

unsur kowe “kamu‟ (149). Dari substitusi tersebut dapat diketahui bahwa

keduanya merupakan kata benda jadi merupakan kategori substitusi nomina.

8) Sub dalam Geguritan Tekamu (kanggo: Gunoto Sapari)

(149) Wis dadi tlatah cengkar (Tk,I,8)

„sudah menjadi tempat luas‟

(150) Papan sing sakawit bawera (Tk,I,9)

„tempat yang semula luas‟

Pada tuturan diatas unsur tlatah „tempat‟ (150) merupakan kata nomina

yang disubstitusikan dengan unsur papan „tempat‟ (151) yang juga berkategori

sama, maka substitusi tersebut merupakan substitusi nomina.

9) Sub dalam Geguritan Natal

(151) Daksawang kaca pangilon (N,III,1)

„saya lihat kaca‟

(152) Katatap kang murba kelakon (N,III,2)

„tertatap yang menjadikan segala-galanya hidup‟

(153) Sawangen, lintang panjer wengi mangku bayi

(N,IV,3)

„pandanglah bintang malam bersinar memangku bayi‟

Pada tuturan diatas unsur daksawang „saya pandang‟ (152) merupakan

kata kerja (verba) yang disubstitusikan dengan unsur katatap „terpandang‟ (153)

dan sawangen „pandanglah‟ (154) yang berkategori sama, maka substitusi

tersebut merupakan substitusi verba.

Page 81: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Elipsis

Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang telah

disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat berupa kata,

frasa, klausa, atau kalimat. Contoh pelesapan dalam wacana geguritan

diantaranya:

1) Elps dalam Geguritan Kabar saka desa

(154) Isih setya (KSD,-,6)

„masih setia‟

Pada tuturan isih setya „masih setia‟ (155) terdapat pelesapan lingual

berupa kata, yaitu kata sliramu „dirimu‟ dan Irah „Irah‟ yang seperti dalam baris

sebelumnya. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan

konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka

peristiwa pelesapan pada tuturan (155) dapat dipresentasikan menjadi (155a) dan

apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa

adanya pelesapan maka akan tampak seperti (155b) sebagai berikut.

(155a) Ø isih setya Ø

„Ø masih setia Ø‟

(155b) sliramu isih setya irah

„dirimu masih setia Irah‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (155) atau (155a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

Page 82: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

(155b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (155) dan

(155a).

2) Elps dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(155) Ing ngendi kapribadhenmu ? (AB,III,5)

‟dimana kepribadianmu‟

(156) Dina iki (AB,III,6)

‟hari ini‟

(157) Saiki (AB,III,7)

‟sekarang‟

Pada tuturan saiki „sekarang‟ (158) terdapat pelesapan lingual berupa

kalimat, yaitu kalimat Ing ngendi kapribadhenmu ? ‟dimana kepribadianmu ?‟

yang seperti dalam kalimat sebelumnya (156). Dalam análisis wacana, unsur yang

dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya

pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan pada tuturan (158) dapat

dipresentasikan menjadi (158a) dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam

bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka akan tampak seperti (158b)

sebagai berikut.

(156a) Ø

„Ø‟

Saiki

„sekarang‟

(156b) Ing ngendi kapribadhenmu ?

‟dimana kepribadianmu‟

Saiki

‟sekarang‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (158) atau (158a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

Page 83: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(158b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (158) dan

(158a).

3) Elps Dalam geguritan Tarub (marang: Sukarman

Sastrodiwirya alm)

(158) Dak usap kijing maesanmu (T,-,6)

‟saya usap batu nisanmu‟

(159) Sing kadhung lungkrah campur naskah (T,-,10)

‟yang terlanjur tak berdaya bercampur naskah‟

Pada tuturan dak usap kijing maesanmu „saya usap batu nisanmu‟ (159)

terdapat pelesapan lingual berupa kata, yaitu kata kadang „teman‟ yang seperti

dalam baris puisi sebelumnya, begitu juga dalam tuturan sing kadhung lungkrah

campur naskah „yang telah lelah bercampur naskah‟ (160). Dalam análisis

wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada

tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan pada

tuturan (159) dapat dipresentasikan menjadi (159a) dan apabila tuturan itu

kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka

akan tampak seperti (159b) begitu juga pada tuturan (160) sebagai berikut.

(159a) Ø Dak usap kijing maesanmu

‟Ø saya usap batu nisanmu‟

(159b) kadang dak usap kijing maesanmu

‟kawan saya usap batu nisanmu‟

(160a) Ø sing kadhung lungkrah campur naskah

‟Ø yang terlanjur tak berdaya bercampur naskah‟

Page 84: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(160b) aku sing kadung lungkrah campur naskah

‟saya yang terlanjur takberdaya bercampur naskah‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (159) atau (159a) dan (160) atau (159a), maka tuturan itu

menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi

pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta

praktis dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan

pada tuturan (159b) dan (160b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau

lengkap daripada (159) atau (159a) dan (160) atau (160b).

4) Elps dalam Geguritan Teleng.

(160) Masang astana genthong tumbal bumi wengker kidul

(Tl,I,8)

‟memasang kuburan genthong tumbal bumi angker

selatan‟

Pada tuturan masang astana genthong tumbal bumu wengker kidul

„memasang kuburan gentong bumu angker selatan‟ (161) terdapat pelesapan

lingual berupa subjek Syeh Subakir, yang seperti disebutkan dalam baris

sebelumnya. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan

konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka

peristiwa pelesapan pada tuturan (161) dapat dipresentasikan menjadi (161a) dan

apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa

adanya pelesapan maka akan tampak seperti (161b) sebagai berikut.

(161a) Ø Masang astana genthong tumbal bumi wengker

kidul

‟Ø memasang kuburan genthong tumbal bumi angker

selatan‟

(161b) Syeh Subakir masang astana genthong tumbal bumi

wengker kidul

Page 85: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

‟Syeh Subakir memasang kuburan genthong tumbal

bumi angker selatan‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (161) atau (161a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(161b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (161) atau

(161a).

5) Elps dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra (Kanggo

Suwargi Sukarman Sastrodiwiryo)

(161) Gumlethak ing guludan lan pategalan (STM,II,3)

‟tergeletak di kebun dan persawahan‟

Pada tuturan gumlethak ing guludan lan petegalan „tergeletak di kebub

dan persawahan‟ (162) terdapat pelesapan lingual berupa subjek naskah-naskah

„naskah-naskah‟, yang seperti disebutkan dalam baris sebelumnya. Dalam análisis

wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada

tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan pada

tuturan (162) dapat dipresentasikan menjadi (162a) dan apabila tuturan itu

kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka

akan tampak seperti (162b) sebagai berikut.

(162a) Ø gumlethak ing guludan lan pategalan

‟Ø tergeletak di kebun dan persawahan‟

(162b) Naskah-naskah gumlethak ing guludan lan pategalan

‟naskah-naskah tergeletak di kebun dan persawahan‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (162) atau (162a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

Page 86: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(162b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (162) atau

(162a).

6) Elps dalam Geguritan Slenca

(162) Sing wis kadhung mruntus atus (Sl,II,3)

‟yang sedah terlanjur terperas habis‟

Pada tuturan sing wis kadhung mruntus atus „yang sudah terlanjur menetes

habis‟ (163) terdapat pelesapan lingual berupa subjek luh „air mata‟, yang seperti

disebutkan dalam baris sebelumnya. Dalam análisis wacana, unsur yang

dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya

pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan pada tuturan (163) dapat

dipresentasikan menjadi (163a) dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam

bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka akan tampak seperti (163b)

sebagai berikut.

(163a) Ø sing kadung mruntus atus

‟Ø yang terlanjur terperas habis‟

(163b) luh sing wis kadung mruntus atus

‟air mata yang sudah terlanjur terperas habis‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (163) atau (163a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

Page 87: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

(163b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (163) atau

(163a).

7) Elps dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(163) Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati

(AAP,I,13)

‟sebenarnya bumimu sudah lama menyimpan sabda jati‟

(164) Sadurunge cemara thukul sangisoring kayu

pamenthangan (AAP,I,15)

‟sebelum cemara tumbuh dibawah kayu penyalipan‟

(165) Sadurunge sada kalam maknani jarwaning urip

(AAP,I,16)

‟sebelum sada kalam memaknai arti hidup‟

(166) Sadurunge watu padhas nindhih anggane Yudas

(AAP,I,17)

‟sebelum batu kapur menindih raga Yudas‟

(167) Sadurunge mapag tekane para sakhabat

(AAP,I,18)

‟sebelum menjemput datangnya para sahabat‟

(168) Sadurunge lembu nandhini mundhi janji (AAP,I,19)

‟sebelum sapi nandini memenuhi janji‟

Pada tuturan (166), (167), (168), (169) terdapat pelesapan berupa kalimat

Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati ‟sejatinya bumi sudah lama

menyimpan sabda jati‟, yang seperti disebutkan dalam baris sebelumnya. Dalam

análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero (Ø)

pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan

pada tuturan (166) dapat dipresentasikan menjadi (166a) dan apabila tuturan itu

kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka

akan tampak seperti (166b) begitu juga yang lainnya seperti berikut.

(164a) Ø

Sadurunge cemara thukul sangisoring kayu

pamenthangan‟

Page 88: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

‟sebelum cemara tumbuh dibawah kayu penyaliban‟

(164b) Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati

‟sejatinya bumi sudah lama menyimpan sabda jati‟

Sadurunge cemara thukul sangisoring kayu

pamenthangan

‟sebelum cemara tumbuh dibawah kayu penyaliban‟

(165a) Ø

Sadurunge sada kalam maknani jarwaning urip

‟sebelum sada kalam memaknai arti hidup‟

(165b) Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati

‟sejatinya bumi sudah lama menyimpan sabda jati‟

Sadurunge sada kalam maknani jarwaning urip

‟sebelum sada kalam memaknai arti hidup‟

(166a) Ø

Sadurunge mapag tekane para sakhabat

‟sebelum menjemput datangnya para sahabat‟

(166b) Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati

‟sejatinya bumi sudah lama menyimpan sabda jati‟

Sadurunge mapag tekane para sakhabat

‟sebelum menjemput datangnya para sahabat‟

(167a) Ø

Sadurunge lembu nandhini mundhi janji

‟sebelum sapi nandini memenuhi janji‟

(167b) Sejatine bumi wes suwe mendhem trahing sabda jati

‟sejatinya bumi sudah lama menyimpan sabda jati‟

Sadurunge lembu nandhini mundhi janji

‟sebelum sapi nandini memenuhi janji‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (166) atau (166a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

Page 89: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

(166b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (161) atau

(161a) begitupun pada tuturan lainya.

8) Elps dalam Geguritan Prasetya

(169) Kanggo nasionalisme (Pr,II,9)

„untuk nasionalisme‟

(170) Kanggo Demokrasi (Pr,II,10)

„untuk demokrasi‟

(171) Sajroning kabebasan (Pr,III,9)

„di dalam kebebasan‟

(172) Sajroning kaadilan (Pr,III,10)

„di dalam keadilan‟

(173) Sajroning Kadhamaian (Pr,III,11)

„di dalam kedamaian‟

Pada tuturan kanggo nasionalisme „untuk nasionalisme‟ (170) dan kanggo

demokrasi „untuk demokrasi‟ (171) terdapat pelesapan satuan lingual berupa

klausa yaitu selagine sesalaman ajak prasetya „selagi bersalaman mengikat janji‟,

ing langit mendhung gumandul sumpah „dilangit mendung tergantung sumpah‟,

marang kang Maha Agung „kepada yang Maha Agung‟. Sedangkan pada tuturan

(172), (173), dan (174) terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa klausa yaitu

subjek pen Gerang „pena tua‟, predikat Isih sanggup nggrangsang ngoyak „masih

sanggup berusaha mengejar‟, objek Rasa kapang „rasa kangen‟, dan keterangan

keadaan Nyawiji ing kamardikan. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan

biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu.

(170a) Ø

Kanggo nasionalisme

(170b) Selagine aku lan kowe sesalaman ajak prasetya

Ing langit mendhung gumandhul sumpah

Page 90: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Marang kang Maha Agung

Kanggo nasionalisme

(171a) Ø

Kanggo demokrasi

(171b) Selagine aku lan kowe sesalaman ajak prasetya

Ing langit mendhung gumandhul sumpah

Marang kang Maha Agung

Kanggo demokrasi

(1672a) Ø

Sajroning kabebasan

Ø

(172b) Pen gerang isih sanggup nggrangsang

Ngoyak rasa kapang

Sajroning kabebasan

Nyawiji

Ing kamardhikan

(173a) Ø

Sajroning kaadilan

Ø

(173b) Pen gerang isih sanggup nggrangsang

Ngoyak rasa kapang

Sajroning kaadilan

Nyawiji

Ing kamardhikan

(174a) Ø

Sajroning kadhamaian

Ø

(174b) Pen gerang isih sanggup nggrangsang

Ngoyak rasa kapang

Sajroning kadhamaian

Nyawiji

Ing kamardhikan

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (170) atau (170a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

Page 91: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(170b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (170) atau

(170a) begitupun pada tuturan lainnya.

9) Elps dalam Geguritan Panandhang

(174) Ngisis siyunging ngirit bala bacingah (Pn,II,6)

‟menunjukan taring mengarak laskar tentara campur‟

Pada tuturan Ngisis siyunging ngirit bala bacingah ‟mengangin-anginkan

taring menghemat laskar tantara campur‟ (175) terdapat pelesapan lingual berupa

subjek dasamuka, yang seperti disebutkan dalam baris sebelumnya. Dalam

análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan konstituen zero (Ø)

pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan

pada tuturan (175) dapat dipresentasikan menjadi (175a) dan apabila tuturan itu

kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka

akan tampak seperti (175b) sebagai berikut.

(175a) Ø Ngisis siyunging ngirit bala bacingah

‟Ø menunjukan taring mengarak laskar tentara

campur‟

(175b) Dasamuka ngisis siyunging ngirit bala bacingah

‟dasamuka menunjukan taring mengarak laskar

tentara campur‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (175) atau (175a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

Page 92: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

(175b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (175) atau

(175a).

10) Elps dalam Geguritan Natal

(175) Ana sepi ana janji (N,IV,2)

‟ada sepi dan ada janji‟

(176) Ing kene langit lan bumi (N,IV,5)

‟disini langit dan bumi‟

Pada tuturan ana sepi ana janji „ ada sepi ada janji‟ (176) terdapat

pelesapan lingual berupa kata, yaitu kata wengi iki „malam ini‟ yang seperti dalam

baris sebelumnya, begitu pula pada tuturan ing kene langit lan bumi „disini langit

dan bumi‟ terdapat pelesapan satuan lingual ing kene „disini‟ seperti pada kata

sebelumnya. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan

konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka

peristiwa pelesapan pada tuturan (176) dapat dipresentasikan menjadi (176a) dan

apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa

adanya pelesapan maka akan tampak seperti (176b) begitu juga pada tuturan

lainnya seperti sebagai berikut.

(176a) Ø ana sepi Ø ana janji

„Ø ada sepi dan Ø ada janji‟

(176b) wengi iki ana sepi wengi iki ana janji

„malam ini ada sepi dan mala mini ada janji

(177b) ing kene langit lan Ø bumi

„disini langit dan Ø bumi‟

(177b) ing kene langit lan ing kene bumi

„disini langit dan disini bumi‟

Page 93: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (176) atau (176a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(176b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (176) atau

(176a) begitupun pada tuturan lainnya.

11) Elps Dalam gegurutan Cumondhokmu ing Ati-ati

Papa

(177) Bukaken lawanging jiwamu (CAP,-,5)

‟bukalah pintu jiwamu‟

(178) Bukaken jendhelaning sukmamu (CAP,-,6)

‟bukalah jendela sukmamu‟

(179) Bukaken slambumu senthonging kalbumu

(CAP,-,7)

‟bukalah selambu tempat penyimpanan kalbumu‟

Pada tuturan (178), (179), (180) terdapat pelesapan lingual yaitu ing kana

uga dumeling pangundang „disana juga berpesan ucapan‟ yang seperti dalam baris

sebelumnya dan marga bakal sinilir angin wengiMU „karena akan sejuknya angin

malamMU‟ pada bagian akhir,. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan

biasa ditandai dengan konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu.

Dengan cara itu maka peristiwa pelesapan pada tuturan (178) dapat

dipresentasikan menjadi (178a) dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam

bentuknya yang lengkap tanpa adanya pelesapan maka akan tampak seperti (178b)

begitu juga pada tuturan lainnya seperti sebagai berikut.

Page 94: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

(178a) Ø

Bukaken lawanging jiwamu

‟bukalah pintu jiwamu‟

Ø

(178b) Ing kana uga dumeling pangundang

„disana juga berpesan ucapan‟

Bukaken lawanging jiwamu

‟bukalah pintu jiwamu‟

Marga bakal sinilir angin wengiMU

„karena akan sejuknya angin malamMU‟

(179a) Ø

Bukaken jendhelaning sukmamu

‟bukalah jendela sukmamu‟

Ø

(179b) Ing kana uga dumeling pangundang

„disana juga berpesan ucapan‟

Bukaken jendhelaning sukmamu

‟bukalah jendela sukmamu‟

Marga bakal sinilir angin wengiMU

„karena akan sejuknya angin malamMU‟

(180a) Ø

Bukaken slambumu senthonging kalbumu‟

‟bukalah selambu tempat penyimpanan kalbumu‟

Ø

(180b) Ing kana uga dumeling pangundang

„disana juga berpesan ucapan‟

Bukaken slambumu senthonging kalbumu

‟bukalah selambu tempat penyimpanan kalbumu‟

Marga bakal sinilir angin wengiMU

„karena akan sejuknya angin malamMU

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (178) atau (178a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

Page 95: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(178b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (178) atau

(178a) begitupun pada tuturan lainnya.

12) Elps dalam Geguritan Kidung Pambiwara

(180) Mbarengi kumandhanging kidung pambiwara

(KP,-,2)

‟bersamaan berkumandangnya lagu pembuka‟

(181) Para jambur, para suci lan nabi (KP,-,6)

„para orang pandai, para orang suci dan nabi‟

Pada tuturan mbarengi kumandhanging kidung pambiwara „bersaman

berkumandangnya lagu pembuka‟ (181) terdapat pelesapan lingual yaitu angin

wengi „angin malam‟ dan pada tuturan para jambur, para suci lan nabi „para

orang pandai, para orang suci dan nabi‟ terdapat pelesapan kaya kang nate

wineca „seperti yang pernah dikatakan sebenarnya‟ yang seperti dalam baris

sebelumnya. Dalam análisis wacana, unsur yang dilesapkan biasa ditandai dengan

konstituen zero ( Ø ) pada tempat terjadinya pelesapan itu. Dengan cara itu maka

peristiwa pelesapan pada tuturan (181) dapat dipresentasikan menjadi (181a) dan

apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa

adanya pelesapan maka akan tampak seperti (181b) begitu juga pada tuturan

lainnya seperti sebagai berikut.

(181a) Ø Mbarengi kumandhanging kidung pambiwara

‟Ø bersamaan berkumandangnya lagu pembuka‟

(181b) angin wengi mbarengi kumandhanging kidung

pambiwara

‟angin malam bersamaan berkumandangnya lagu

pembuka‟

Page 96: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

(182a) Ø Para jambur, Ø para suci lan Ø nabi

„Ø para orang pandai, Ø para orang suci dan Ø nabi‟

(182b) kaya kang nate wineca para jambur, kaya kang nate

wineca para suci lan kaya kang nate wineca nabi

„seperti yang pernah dikatakan sebenarnya oleh para

orang pandai, seperti yang pernah dikatakan

sebenarnya oleh para orang suci dan seperti yang

pernah dikatakan sebenarnya oleh nabi‟

Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa

pelesapan, seperti pada (181) atau (181a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif,

efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih

kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam

berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan

(181b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (181) atau

(181a) begitupun pada tuturan lainnya.

d. Konjungsi

Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara

menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur yang dirangkaikan

dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf. Berikut ini beberapa

konjungsi yang dimanfaatkan dalam wacana geguritan.

1) Kj dalam Geguritan Kali Grindulu

(182) Kari cuwa lan panalangsa (KG,II,8)

‟tinggal kecewa dan penderitaan‟

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (183) menyatakan makna penambahan

(aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang

berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu

sendiri atau klausa berikutnya.

Page 97: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

2) Kj dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(183) Banjur ati iki (KSD,-,3)

„lalu hati ini‟

(184) Apa isih kudu ngasak panguripan (KSD,-,4)

„apa masih harus mencari yang tertinggal dari

kehidupan‟

(185) Marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,-,9)

„karena dilorong ini pernah saya temui‟

(186) Sinambi ngudang doran lan buntutan (KSD,-,7)

„sambil menimang pacul dan bajak‟

Konjungsi banjur „lalu‟ pada wacana (184) menyatakan makna urutan

(sekuensial). Konjungsi apa „apa‟ pada wacana (185) menyatakan makna pilihan

(alternatif). Konjungsi marga „karena‟ pada wacana (186) berfungsi untuk

menyatakan hubungan akibat-sebab, konjungsi tersebut menjelaskan bahwa

penulis pernah bertemu dilorong ini.

Sedangkan konjungsi lan „dan‟ pada wacana (187) menyatakan makna

penambahan (aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara

klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan

„dan‟ itu sendiri atau klausa berikutnya.

3) Kj dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(187) Banjur ringin kurung kang aweh paseksen

(AB,I,7)

„lalu ringin kurung yang memberi saksi‟

(188) Apa mangsa kang nguyak kadhewasanmu

(AB,II,2)

„apa jaman yang mengejar kedewasaanmu‟

Konjungsi banjur „lalu‟ pada wacana (188) menyatakan makna urutan

(sekuensial). Konjungsi apa „apa‟ pada wacana (189) menyatakan makna pilihan

(alternatif).

Page 98: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

4) Kj dalam Geguritan Tarub

(189) Marga luku lan doran prasetyamu (T,-,14)

„karena bajak dan cangkul kesetiaanmu‟

(190) Napas lan panguripanmu (T,-,15)

„nafas dan kehidupanmu‟

Konjungsi marga „karena‟ pada wacana (190) berfungsi untuk menyatakan

hubungan akibat-sebab, sedangkan Sedangkan konjungsi lan „dan‟ pada wacana

(191) menyatakan makna penambahan (aditif), yaitu berfungsi menghubungkan

secara koordinatif antara klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa

yang mengandung kata lan „dan‟ itu sendiri atau klausa berikutnya.

5) Kj dalam Geguritan Teleng

(191) Amarga tresnane anak marang ombak segara (Tl,I,6)

„karena cintanya anak kepada ombak laut‟

(192) Eling yen ta trahing Buwana Keling (Tl,II,4)

„ingat jikalau keturunan Bumi Hindia‟

Konjungsi marga „karena‟ pada wacana (192) berfungsi untuk menyatakan

hubungan akibat-sebab, sedangkan konjungsi yen „jika‟ (19) berfungsi untuk

menyatakan hubungan syarat.

6) Kj dalam Geguritan Prawan Sunthi

(193) Apa sing mboklari ? (PS,-,3)

„apa yang kau kejar‟

Konjungsi apa „apa‟ pada wacana (194) menyatakan makna pilihan

(alternatif) yaitu menyatakan pertanyaan apa yang dicari oleh perawan sunthi.

7) Kj Dalam geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(194) Lan gemonthaning pipi-pipa jinunjung (BWP,I,10)

„dan bergemanya angkatan pipa-pipa‟

(195) Iki maknaning urip lan panguripan (BWP,I,12)

„Ini maknanya hidup dan kehidupan‟

Page 99: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(196) Kanggo rerungkutan lan lemut pinggir lokasi

(BWP,I,17)

„untuk rerumputan dan nyamuk pinggir lokasi

(197) Kanggo ombak lan camar kang dhumampar

(BWP,I,15)

„untuk ombak dan camar yang terdampar‟

(198) Kanggo sesanggeman lan kang ngranu wektu

(BWP,II,3)

„untuk kesanggupan dan yang merindukan waktu‟

(199) Saka dina iki, sesuk lan (BWP,II,5)

„mulai hari ini, besuk dan‟

(200) Lan lumpur mesthi wira-wiri (BWP,II,9)

„dan lumpur selalu kesana kemari

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (195), (196), (197), (198), (199), (200),

dan (201) menyatakan makna penambahan (aditif), yaitu berfungsi

menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang berada di sebelah kirinya

dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu sendiri atau klausa berikutnya.

8) K j Dalam geguritan Sugeng Tindak Mitra

(201) Gumlethak ing guludan lan pategalan (STM,II,3)

„tergeletak di kebun dan persawahan‟

(202) Ora kuwagang sumendhe ing luku lan doran

(STM,II,5)

„tidak kuasa bersandar di bajak dan cangkul‟

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (202) dan (203) menyatakan makna

penambahan (aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara

klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan

„dan‟ itu sendiri atau klausa berikutnya.

9) Kj dalam Geguritan Slenca

(203) Bareng pinerese martabat lan hak asasine

(Sl,II,4)

Page 100: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

„bersama terperasnya martabat dan hak asasinya‟

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (204) menyatakan makna penambahan

(aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang

berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu

sendiri atau klausa berikutnya.

10) Kj dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(204) Yen ana kang nempil urip sewu taun (AAP,I,10)

„jika ada yang ingin hidup seribu tahun‟

(205) Banjur yen lintang sore angslup (AAP,II,5)

„lalu kalau bintang sore tenggelam‟

Konjungsi yen „jika‟ (205) dan (206) berfungsi untuk menyatakan

hubungan syarat. Sedangkan konjungsi banjur „lalu‟ pada wacana (201)

menyatakan makna urutan (sekuensial).

11) Kj dalam Geguritan Prasetya

(206) Marga donyaku lan donyamu padha (Pr,I,3)

„karena duniaku dan duniamu sama‟

Konjungsi marga „karena‟ (207) yang merupakan hubungan kausalitas

yang menyatakan makna sebab akibat, konjungsi tersebut menjelaskan bahwa

karena dunia pengarang dan sumitra (kawan/ pembaca ) sama, maka

menyebabkan pengarang menulis geguritan yang diambil dari hati sumitra itu.

Sedangkan konjungsi lan „dan‟ (207), menyatakan makna penambahan/ adiktif,

yang berfungsi menghubungkan secara setara/ koordinatif antara klausa yang

berada disebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu

sendiri.

Page 101: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

12) Kj dalam Geguritan Panandhang

(207) Marga bocah-bocah padesan wis ora jethungan

(Pn,II,3)

„karena anak-anak desa sudah tidak bermain petak

umpet‟

(208) Encek lan takir katut kendhang kasingkir

(Pn,II,4)

„encek dan takir ikut kendang tersingkir‟

Konjungsi marga „karena‟ (208) yang merupakan hubungan kausalitas

yang menyatakan makna sebab akibat. Sedangkan konjungsi lan „dan‟ (209)

menyatakan makna penambahan/ adiktif, yang berfungsi menghubungkan secara

setara/ koordinatif antara klausa yang berada disebelah kirinya dengan klausa

yang mengandung kata lan „dan‟ itu sendiri.

13) Kj dalam Geguritan Tekamu

(209) Ora nate dinuga marga tanpa cecala (Tk,III,2)

„tidak pernah diduga karena tanpa pesuruh‟

(210) Iku marga ana rasa pangrasa (Tk,III,3)

„itu karena ada rasa penasaran‟

(211) Supaya tembang-tembang bali rerambatan ing pang

(Tk,III,8)

„agar bunga-bunga kembali merambat di dahan‟

Konjungsi marga „karena‟ (210) dan (211) yang merupakan hubungan

kausalitas yang menyatakan makna sebab akibat. Sedangkan konjungsi supaya

„agar‟ (212) merupakan konjungsi yang menyatakan makna tujuan.

14) Kj dalam Geguritan Natal

(212) Ing kene, langit lan bumi (N,IV,5)

„disini langit dan bumi‟

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (213) menyatakan makna penambahan

(aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang

Page 102: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu

sendiri atau klausa berikutnya.

15) Kj dalam Geguritan Cumondhokmu ing Ati-Ati Papa

(213) Ing kana uga dumeling pangundang (CAP,-,4)

„disana juga mengingatkan nasehat‟

(214) Marga bakal sinilir angin wengiMU (CAP,-,8)

„karena akan sejuk angin malamMU‟

(215) Kang banjur padha cecawis (CAP,-,9)

„yang kemudian bersedia‟

(216) Lan saka manik-maniking rosary (CAP,-,14)

„dan dari manik-manik rosari‟

Konjungsi uga „juga‟ pada wacana (214) menyatakan makna penambahan

(aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang

berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata uga „juga‟ itu

sendiri atau klausa berikutnya.

Konjungsi marga „karena‟ (215) yang merupakan hubungan kausalitas

yang menyatakan makna sebab akibat. Sedangkan konjungsi banjur „lalu‟ pada

wacana (216) menyatakan makna urutan (sekuensial).

Konjungsi lan „dan‟ pada wacana (217) menyatakan makna penambahan

(aditif), yaitu berfungsi menghubungkan secara koordinatif antara klausa yang

berada di sebelah kirinya dengan klausa yang mengandung kata lan „dan‟ itu

sendiri atau klausa berikutnya.

16) Kj dalam Geguritan Kidung Pambiwara

(217) Awit mung Gusti kang lestari (KP,-,12)

„karena hanya Tuhan yang abadi‟

Page 103: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

(218) Mangku panguwasa lan kamulyan langgeng (KP,-

,13)

„memangku kekuasaan dan kemulyaan yang kekal‟

Konjungsi awit „sebab‟ (218) yang merupakan hubungan kausalitas yang

menyatakan makna sebab akibat. Sedangkan konjungsi lan „dan‟ pada wacana

(219) menyatakan makna penambahan (aditif), yaitu berfungsi menghubungkan

secara koordinatif antara klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa

yang mengandung kata lan „dan‟ itu sendiri atau klausa berikutnya.

2. Analisis Kohesi Leksikal

Kohesi Leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam,

yaitu (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi (sanding

kata), (4) hiponomi (hubungan atas-bawah), (5) antonimi (lawan kata), dan (6)

ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi

Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata,

atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam

sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang

dalam baris, klausa atau kalimat.

1) Repetisi Utuh

Repetisi utuh yang terdapat pada puisi yang dianalisis ini misalnya tampak

pada tuturan berikut.

a) RU dalam Geguritan Upethi

(220) Sugeng esuk, bapak (U,I,1)

„selamat pagi bapak‟

Page 104: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

(221) Sugeng esuk, bapak (U,II,1)

„selamat pagi, bapak‟

Pada tuturan (220) yang terdapat pada bait I kalimatnya diulang secara

penuh paba bait II seperti tampak pada tuturan (221) diatas.

b) RU dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(222) apa abamu panggurit (AAP,I,1)

„apa pesanmu penulis‟

(223) apa abamu panggurit (AAP,II,1)

„apa pesanmu penulis‟

Pada tuturan (222) yang terdapat pada bait I kalimatnya diulang secara

penuh pada bait II seperti tampak pada tuturan (223) diatas.

c) RU dalam Geguritan Prasetya

(224) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,I,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

(225) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,II,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

(226) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,III,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

Pada tuturan (224) yang terdapat pada bait I kalimatnya diulang secara

penuh pada awal bait II dan awal bait III seperti tampak pada tuturan (225) dan

(226)diatas.

d) RU dalam Geguritan Tekamu

(227) tekamu (Tk,I,1)

„kedatanganmu‟

(228) tekamu (Tk,II,1)

„kedatanganmu‟

(229) tekamu (Tk,III,1)

„kedatanganmu‟

Page 105: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Pada tuturan (227) yang terdapat pada bait I kalimatnya diulang secara

penuh pada awal bait II dan awal bait III seperti tampak pada tuturan (228) dan

(229) diatas.

Repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu repetisi

epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan

anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128).

2) Repetisi Tautotes

Repetisi tautotes ialah pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa

kali dalam sebuah konstruksi.

a) RT dalam Geguritan Natal

(230) wengi iki wengi kang winengku (N,IV,1)

‟malam ini malam yang dikuasai‟

(231) ana sepi ana janji (N,IV,2)

‟ada sepi ada janji‟

Dalam tuturan (230) kata wengi ‟malam‟ diulang dua kali dalam sebuah

kontruksi, begitu pula dalam tuturan (231) kata ana ‟ada‟ diulang dua kali dalam

sebuah kontruksi.

3) Repetisi Anafora

Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa

pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Repetisi anafora dapat dilihat

pada wacana berikut ini.

a) RA dalam Geguritan Prawan Sunthi

(232)a. ya gene cah ayu ? (PS,-,7)

„kenapa anak cantik ? „

b. ya gene cah manis ? (PS,-,8)

„kenapa anak manis ? „

Page 106: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Pada tuturan (232a) kata ya gene „kenapa‟ diulang kembali pada (232b),

repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata

yang diulang setiap baris puisi tersebut.

b) RA dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(233)a. ora keprungu ocehing kedhasih sore

(STM,I,4)

„tidak terdengar kicauan kedasih sore‟

b. ora keprungu panjeriting prenjak pager

(STM,I,5)

„tidak terdengar jeritan prenjak pagar‟

(234)a. kang krasa mung sepining bledug Kuwu

(STM,I,6)

„yang terasa hanya sepinya bledug Kuwu‟

b. kang ngranuhi mung kumriwiking kali Lusi

(STM,I,7)

„yang menyapa hanya gemricik sungai Lusi‟

Pada tuturan (233a) frasa ora keprungu „tidak terdengar‟ diulang kembali

pada (233b) juga kata kang „yang‟ (234a) diulang kembali pada (234b), repetisi

anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata yang

diulang setiap baris puisi tersebut.

c) RA dalam Geguritan Slenca

(235)a. kang niyat untup-untup manguk (Sl,IV,1)

„yang berniat melihat dari atas‟

b. kang niyat nggelar pasang giri (Sl,IV,3)

„yang berniat menggelar pasang gunung‟

Pada tuturan (235a) frasa kang niyat „yang berniat‟ diulang kembali pada

(235b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna

kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Page 107: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

d) RA dalam Geguritan Upethi

(236)a. salame penggurit kasatan mangsi (U,I,3)

„salamnya penulis kehabisan tinta‟

b. Salame seniman ing panggung rengka (U,I,4)

„salamnya seniman dipanggung bengkah‟

c. Salame buruh kang keplepegen pega (U,I,5)

„salamnya buruh yang tersedak penat‟

d. Salame kere kasrimpet kasang (U,I,6)

„salamnya gelandangan terjerat benda terlarang‟

Pada tuturan (236a) frasa salame „salamnya‟ diulang kembali pada (236b),

(236c) dan (236d), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan

pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

e) RA dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(237)a. sadurunge cemara thukul sangisoring kayu

pamenthangan (AAP,I,14)

„sebelum cemara tumbuh dibawah kayu penyalipan‟

b. sadurunge sada kalam maknani jarwaning urip

(AAP,I,15)

„sebelum sabda kalam memaknai kehidupan‟

c. sadurunge makara ngrengga wihara (AAP,I,16)

„sebelum udang menghiasi wihara‟

d. sadurunge watu padhas nindhih anggane Yudas

(AAP,I,16)

„sebelum batu kapur menindih raga Yudas‟

e. Sadurunge mapag tekane para sakhabat

(AAP,I,17)

„sebelum menjemput datangnya para sahabat

f. Sadurunge lembu nandhini mundhi janji

(AAP,I,18)

„sebelum sapi nandini menepati janji‟

Page 108: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

(238)a. apa isih kuwagang ngenam lontar-lontar kang padha

sigar (AAP,II,2)

„apa masih sanggup menganyam lontar-lontar yang

sudah terbelah‟

b. apa isih kuwagang metani ngenget ing jiliding

centhini (AAP,II,7)

„apa masih sanggup mengambil kutu dijilidan

centhini‟

Pada tuturan (237a) frasa sadurunge „sebelumnya‟ diulang kembali pada

(237b), (237c), (237d), (237e) dan (237f), repetisi anafora seperti itu berfungsi

untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi

tersebut.

Pada tuturan (238a) frasa apa isih kuwagang „apa masih sanggup‟ diulang

kembali pada (238b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan

pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

f) RA dalam Geguritan Prasetya

(239)a. kanggo nasionalisme (Pr,II,9)

„untuk nasionalisme‟

b. kanggo demokrasi (Pr,II,10)

„untuk demokrasi‟

(240)a. sajroning kabebasan (Pr,III,8)

„didalam kebebasan‟

b. sajroning kabebasan (Pr,III,9)

„didalam kebebasan‟

c. sajroning kaadilan (Pr,III,10)

„didalam keadilan‟

d. sajroning kadhamaian (Pr,III,11)

„didalam kedamaian‟

Page 109: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Pada tuturan (239a) kata kanggo „untuk‟ diulang kembali pada (239b),

repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya makna kata

yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Pada tuturan (240a) kata sajroning „diadalam‟ diulang kembali pada

(240b), (240c), dan (240d), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk

menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

g) RA dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa

(241)a. bukaken lawanging jiwamu (CAP,-,5)

„bukalah pintu jiwamu‟

b. bukaken jendehelaning sukmamu (CAP,-,6)

„bukalah jendela sukmamu‟

c. bukaken slambu senthonging kalbumu (CAP,-,7)

„bukalah selambu penyimpan kalbumu‟

(242)a. bakal dadi paseksen tebaning sesanggeman

(CAP,-,13)

„akan menjadi saksi luasnya kewajiban‟

b. bakal dadi paseksen tebaning kabegjan langgeng

(CAP,-,15)

„akan menjadi saksi luasnya kebahagiaan sejati‟

Pada tuturan (241a) kata bukaken „bukalah‟ diulang kembali pada (241b)

dan (241c), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk menekankan pentingnya

makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

Pada tuturan (242a) frasa bakal dadi paseksen tebaning „akan menjadi

saksi luasnya‟ diulang kembali pada (242b), repetisi anafora seperti itu berfungsi

untuk menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi

tersebut.

Page 110: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

h) RA dalam Geguritan Manunggal

(243)a. gemonthanging gentha ngiring pujian donga angelus

(M,-,3)

„bergemanya genta mengiringi pujian doa halus‟

b. gemonthanging gentha sangisoring cemara wengi

(M,-,5)

„bergemanya genta dibawah cemara malam‟

Pada tuturan (243a) frasa gemonthanging gentha „bergemanya genta‟

diulang kembali pada (243b), repetisi anafora seperti itu berfungsi untuk

menekankan pentingnya makna kata yang diulang setiap baris puisi tersebut.

4) Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis ialah pengulangan satuan lingual di tengah-tengah

baris atau kalimat secara berturut-turut. Analisis repetisi mesodiplosis dapat

dilihat di bawah ini.

a) RM dalam Geguritan Tekamu

(244)a. sedheng tlatah iki (Tk,I,7)

„bersamaan daerah ini‟

b. wis dadi tlatah cengkar (Tk,I,8)

„sudah menjadi daerah luas‟

Pada wacana (244) di atas terdapat pengulangan satuan lingual tlatah

„daerah‟ yang terletak di tengah-tengah kalimat secara berturut-turut. Pengulangan

kata tlatah „tempat‟ dimaksudkan untuk menekankan pentingnya tempat yang

disebutkan.

Page 111: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

5) Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis adalah pengulangan kata/frasa terakhir dari

baris/kalimat itu menjadi kata/frasa pertama pada baris/kalimat berikutnya.

Aanalisis Repetisi Anadiplosis dapat dilihat sebagai berikut.

a) R An dalam Geguritan Kali Grindulu

(245)a. kebak panalangsa (KG,I,3)

„penuh penderitaan‟

b. kari cuwa lan panalangsa (KG,II,8)

„tinggal kekecewaan dan penderitaan‟

Tampak pada puisi diatas kata panalangsa „penderitaan‟ (245a) pada akhir

baris menjadi frasa pertama pada awal baris berikutnya (245b).

b) R An dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(246)a. saiki banjur ana ngendi ? (AAP,I,23)

„sekarang ada dimana ? „

b. ana ngendi ……. ? (AAP,I,24)

„ada dimana ? „

Tampak pada puisi diatas frasa ana ngendi „dimana‟ (246a) pada akhir

baris menjadi frasa pertama pada awal baris berikutnya (246b).

b. Sinonimi

Sinonimi diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama;

atau ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain.

Sinonimi merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan

wacana. Sinonimi berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana.

Page 112: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

1) Sin Dalam geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(247) aku ora ngerti karepmu, Nimas

(AB,I,1)

„aku tidak tahu keinginanmu, Nimas‟

(248) apa atimu ora kabukak kanggo aprasetya

(AB,I,2)

„apa hatimu tidak terbuka untuk kesetiaan‟

(249) Panggrahitaku kadhung tumangsang ing panyawang

(AB,I,3)

„pemikiranku terlanjur tergantung dipandangan‟

Pada tuturan diatas morfem terikat -ku „-ku „ pada (249) bersinonim

dengan morfem bebas aku „saya‟ (247), sedangkan morfem terikat -mu „-mu „

(248) bersinonim dengan morfem bebas nimas „nimas‟ (247).

2) Sin dalam Geguritan Tarub

(250) kadang (T,-,1)

„sahabat‟

(251) aku mung bisa sedheku marikelu (T,-,5)

„aku hanya bida tertunduk haru‟

(252) dakusap kijing maesanmu (T,-,6)

„ku usap batu nisanmu‟

(253) kang pucet tininggal guritanmu (T,-,7)

„yang pucat tertinggal tulisanmu‟

Pada tuturan diatas morfem terikat dak- „ku-„ pada (251) bersinonim

dengan morfem bebas aku „saya‟ (252), sedangkan morfem terikat -mu „-mu „

(253) bersinonim dengan morfem bebas kadang „sahabat‟ (250).

3) Sin dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(254) ing pundhakmu (BWP,I,6)

„di bahumu‟

Page 113: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

(255) oh wong wong pengeboran (BWP,I,7)

„oh orang orang pengeboran‟

Pada tuturan diatas morfem terikat -mu „-mu „ (254) bersinonim dengan

morfem wong wong pengeboran „orang orang pengeboran‟ (235).

4) Sin dalam Geguritan Teleng

(256) kapangku marang bumi kelairan (Tl,II,1)

„rinduku kepada bumi kelahiran‟

(257) eling yen ta trahing Buwana Keling (Tl,II,4)

„ingat jikalau keturunan Bumi Hindia‟

Wacana (256) dan (257) terdapat sinonimi antara kata dan kata, yaitu bumi

„bumi‟ bersinonim dengan buwana „bumi‟.

5) Sin dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(258) nalika bumi ketiga wiwit nela

(STM,I,1)

„ketika bumi kemarau mulai retak‟

(259) rengka nungka laku ngadhang panguripan

(STM,I,2)

„retak lebih dulu jalan menghadang kehidupan‟

(260) ora kuwagang sumendhe ing luku lan doran

(STM,II,5)

„tidak kuasa bersandar dibajak dan cangkul‟

(261) sumeleh ngranti tangan-tangan kumlawe

(STM,II,6)

„bersandar menanti tangan-tangan melambai‟

Wacana (258) dan (259) terdapat sinonimi antara kata dan kata, yaitu nela

„terbelah‟ bersinonim dengan rengka „terbelah‟, dan kata sumendhe „bersandar‟

(260) bersinonim dengan kata sumeleh „bersandar‟ (261).

Page 114: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

6) Sin dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(262) mung sliramu kang kuwawa ngrakit (AAP,I,20)

„hanya dirimu yang sanggup merakit‟

(263) apa isih kuwagang ngenam lontar-lontar kang padha

sigar (AAP,II,2)

„apa masih sanggup menganyam lontar-lontar yang

sudah terbelah‟

Wacana (262) dan (263) terdapat sinonimi antara kata dan kata, yaitu

kuwawa „sanggup‟ bersinonim dengan kuwagang „sanggup‟.

7) Sin dalam Geguritan Prasetya

(264) selagine sesalaman ajak prasetya (Pr,II,6)

„selagi bersalaman mengikat janji‟

(265) ing langit mendung gumandhul sumpah (Pr,II,7)

„dilangit mendung tergantung sumpah‟

(266) laku iki jangkah panuntut (Pr,III,5)

„laku ini langkah penuntut‟

(267) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,I,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

(268) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,II,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

(269) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,III,1)

„saya tulis geguritan ini kawan‟

(270) daktimba saka keburing atimu (Pr,I,2)

„saya timba dari keburan hatimu‟

(271) kowe kang duwe swara (Pr,I,5)

„kamu yang mempunyai suara‟

(272) aku kang ngendhem pangrasa (Pr,I,6)

„saya yang memendam rasa‟

(273) kandhaa, heh sumitra (Pr,III,4)

„bilanglah, wahai kawan‟

Page 115: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

(274) marga donyaku lan donyamu padha (Pr,I,3)

„karena duniaku dan duniamu sama‟

(275) sajroning kabebasan (Pr,III,9)

„didalam kebebasan‟

(276) ing kamardikan (Pr,III,13)

„dalam kemerdekaan‟

Terlihat pada tuturan di atas kata prasetya „janji‟ (264) bersinonim dengan

kata sumpah „sumpah‟ (265) pada, sedangkan pada tuturan kata laku „laku‟ (266)

bersinonim dengan kata jangkah „langkah‟ (266).

Pada tuturan diatas morfem terikat dak- „ku-„ pada (267), (268), (269), dan

(278) bersinonim dengan morfem bebas aku „saya‟ (272), sedangkan morfem

terikat -mu „-mu„ (268) bersinonim dengan morfem bebas sumitra „kawan‟ (267),

(268), (269), dan (274).

Sedangkan frasa sajroning kabebasan „didalam kebebasan‟ (275)

bersinonim dengan frasa ing kamardhikan „dalam kemerdekaan‟ (276).

8) Sin dalam Geguritan Natal

(277) aku teka nggawa pitakon (N,I,1)

„saya datang membawa pertanyaan‟

(278) daksawang kaca pangilon (N,III,1)

„saya pandang kaca‟

Pada tuturan diatas morfem terikat dak- „ku-„ pada (2278) bersinonim

dengan morfem bebas aku „saya‟ (277).

c. Antonimi

Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang

lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan

satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi

Page 116: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya

kontras makna saja.

Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima

macam, yaitu (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub (3) oposisi hubungan, (4)

oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk. Oposisi makna atau antonimi juga

merupakan salah satu aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan wacana

secara semantik.

Beberapa analisis berikut merupakan oposisi makna yang ditemukan

dalam wacana geguritan, diantaranya:

1) Ant dalam Geguritan Kali Grindulu

(279) ing mangsa ketiga (KG,I,2)

„di musim kemarau‟

(280) mansane udan tumiba (KG,II,1)

„musim hujan datang‟

(281) pecahing kamurkan lubering kasangsayan

(KG,II,2)

„pecahnya kemurkaan tumpahnya kesedihan‟

Pada wacana (279) dan (280) diatas terdapat oposisi mutlak antara frasa

mangsa ketiga „musim kemarau‟ (279) dengan frasa mangsane udan „musimnya

hujan‟ (280). Sedangkan pada tuturan pecahing „pecahnya‟ (281) dan lubering

„tumpahnya‟ (281) merupaka oposisi hubungan karena pertentangan yang ada

bersifat melengkapi yaitu adanya pecah mengandaikan adanya tumpah.

2) Ant dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(282) nalika kloneng ngumandhang tengah wengi

(BWP,I,1)

„ketika kloneng berkumandang tengah malam‟

Page 117: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

(283) pangangen ing dina esuk (BWP,I,14)

„kerinduan di pagi hari‟

Wacana (282) dan (283) terdapat oposisi kutub antara kata wengi ‟malam‟

dengan kata esuk ‟pagi‟. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi kutub sebab

terdapat gradasi diantara oposisi keduanya, yaitu adanya realita yang lain, selain

wengi ‟malam‟ dan esuk ‟pagi‟, juga ada rada wengi ‟agak malam‟, wengi banget

‟malam sekali‟, dan rada esuk ‟agak pagi‟, esuk banget ‟pagi sekali‟.

3) Ant dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(284) kaya angin ketiga teka lunga tanpa pepoyan

(STM,III,2)

‟seperti angin kemarau datang pergi tanpa berpamitan

Pada wacana (284) diatas terdapat oposisi mutlak antara kata teka „datang‟

dengan kata lunga „pergi‟.

4) Ant dalam Geguritan Slenca

(285) ginambar eyub edhum prabawane (Sl,V,2)

‟tergambar teduh sejuk perbawanya‟

Pada tuturan (285) eyub „teduh‟ dan edhum „sejuk‟ merupakan oposisi

hubungan karena pertentangan yang ada bersifat melengkapi yaitu adanya teduh

mengandaikan adanya sejuk.

5) Ant dalam Geguritan Apa Abamu Panggurit

(286) lintang sore tetangisan ing lambene kenya kemencur

(AAP,I,4)

‟bintang sore menangis di mulut gadis kecil‟

(287) musna lisane panglocita dhek bengi (AAP,I,5)

‟hilang cerita perasaan hati tadi malam‟

Wacana (286) dan (287) terdapat oposisi kutub antara kata wengi ‟malam‟

dengan kata sore ‟sore‟. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi kutub sebab

Page 118: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

terdapat gradasi diantara oposisi keduanya, yaitu adanya realita yang lain, selain

wengi ‟malam‟ dan sore ‟sore‟, juga ada rada wengi ‟agak malam‟, wengi banget

‟malam sekali‟, dan rada sore ‟agak sore‟, sore banget ‟sore sekali‟.

6) Ant dalam Geguritan Prasetya

(288) marga donyaku lan donyamu padha (Pr,I,3)

‟karena duniaku dan duniamu sama‟

(289) kowe kang duwe swara (Pr,I,5)

‟kamu yang punya suara‟

(290) aku kang ngendhem pangrasa (Pr,I,6)

‟aku yang memendam rasa‟

Pada tuturan (288) donyaku „duniaku‟ dan donyamu „duniamu‟

merupakan oposisi hubungan karena pertentangan yang ada bersifat melengkapi

yaitu adanya duniaku mengandaikan adanya duniamu. Sedangkan tuturan (289)

dan (290) diatas terdapat oposisi mutlak antara kata kowe „kamu‟ dengan kata aku

„aku‟.

7) Ant dalam Geguritan Tekamu

(291) mbok cangking angin sore (Tk,I,3)

„kamu bawa angin sore‟

(292) sing mesthine nguntap gumlewange wengi

(Tk,I,4)

„yang seharusnya mengantar menuju malam‟

(293) nguntapke endahe bun esuk tumetes (Tk,III,9)

„mengantar indahnya embun pagi menetes‟

(294) siji loro kang isih ndhadhagi (Tk,II,5)

„satu dua yang masih tersisa‟

Wacana (291), (292) dan (293) terdapat oposisi kutub antara kata wengi

‟malam‟, kata sore ‟sore‟ dengan kata esuk ‟pagi‟. Ketiga kata tersebut dikatakan

Page 119: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

beroposisi kutub sebab terdapat gradasi diantara oposisi keduanya, yaitu adanya

realita yang lain, selain wengi ‟malam‟, sore ‟sore‟ dan esuk ‟pagi‟, juga ada rada

wengi ‟agak malam‟, wengi banget ‟malam sekali‟, dan rada sore ‟agak sore‟,

sore banget ‟sore sekali‟ juga rada esuk ‟agak pagi‟, esuk banget ‟pagi sekali‟.

Pada tuturan (294) kata siji ‟satu‟ dan loro ‟dua‟ terdapat oposisi hirarkial

sebab oposisinya menyatakan deret jenjang atau tingkatan, yakni tingkatan

jumlah, bahwa dua lebih besar dari pada satu, dan tentu saja satuan yang lebih

besar menyatakan realitas jumlah yang lebih besar pula.

8) Ant dalam Geguritan Natal

(295) ing kene langit lan bumi (N,IV,5)

‟disini langit dan bumi‟

Pada tuturan (295) langit „langit‟ dan bumi „bumi‟ merupakan oposisi

hubungan karena pertentangan yang ada bersifat melengkapi yaitu adanya langit

mengandaikan adanya bumi.

9) Ant dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa

(296) bukaken lawanging jiwamu (CAP,-,5)

„bukalah pintu jiwamu‟

(297) bukaken jendehelaning sukmamu (CAP,-,6)

„bukalah jendela sukmamu‟

(298) bukaken slambu senthonging kalbumu (CAP,-,7)

„bukalah selambu penyimpan kalbumu‟

Pada tuturan (296), (297), dan (298) terdapat oposisi majemuk sebab

oposisi maknanya terjadi pada beberapa kata, yaitu kata jiwa „jiwa‟ dapat

Page 120: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

dioposisikan dengan sukma „sukma‟, dan keduanya dapat dioposisikan dengan

kalbu „kalbu‟.

10) Ant dalam Geguritan Kidung Pambiwara

(299) langit wengi kekuwung kamulyan (KP,-,9)

„langit malam berpelangikan kemuliaan‟

(300) aweh panantang mberat panandhang (KP,-,10)

„memberikan tantangan menjerat penderitaan‟

Sedangkan tuturan (299) dan (300) diatas terdapat oposisi mutlak antara

kata kamulyan „kemuliaan‟ dengan kata panandhang „penderitaan‟.

d. Kolokasi

Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan

pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang

berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau

jaringan tertentu.

1) Kol dalam Geguritan Kali Grindulu

(301) kumricik tanpa wirama (KG,I,1)

‟gemericik tanpa irama‟

(302) kentir kerem ing segara (KG,II,6)

‟hanyut tenggelam di lautan‟

(303) ing mangsa ketiga (KG,I,2)

‟di musim kemarau‟

(304) Mangsane udan tumiba (KG,II,1)

‟musimnya hujan datang‟

Kata kumricik ‟gemericik‟, kentir ‟hanyut‟, dan kerem ‟tenggelam‟ adalah

kata-kata yang berkolokasi dengan ‟keadaaan‟ yang diceritakan dalam puisi diatas

yang berkaitan dengan judul yaitu Kali Grindulu.

Page 121: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Kata mangsa ketiga ‟musim kemarau‟ dan mangsane udan ‟musimnya

hujan‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan waktu terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam puisi.

2) Kol dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(305) daktampa kabar saka desa (KSD,-,1)

‟saya terima kabar dari desa‟

(306) sorene gegojekan karo rembulan ing iringan omah

(KSD,-,8)

‟sorenya bercanda dengan bulan disamping rumah‟

(307) marga ing lurung iki nate dakprepegi (KSD,-,15)

‟karena dilorong ini pernah saya temui‟

Kata saka desa ‟dari desa‟, ing iringan omah ‟disamping rumah‟, dan ing

lurung iki ‟dilorong ini‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan ‟tempat‟

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam puisi diatas.

3) Ant dalam Geguritan Alun-alun Bojonegoro 1982

(308) aku ora ngerti karepmu, nimas (AB,I,1)

‟aku tidak tahu keinginanmu, nimas‟

Kata aku ‟aku‟ dan nimas ‟nimas‟ adalah kata-kata yang berkolokasi

dengan tokoh utama cerita atau sebagian dari pelibat wacana.

4) Kol dalam Geguritan Tarub

(309) nalika ngancik tlatah Tarub ing wengi surup (T,-,3)

‟ketika sampai di Tarub menjelang malam‟

(310) sedheng bledug Kuwu ora maelu (T,-,8)

‟bersamaan bleduk Kuwu tidak memperhatikan‟

(311) mblander ing tengah tegal sawah (T,-,11)

‟menjadi sumbu ditengah sawah‟

Page 122: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Kata Tarub ‟Tarub‟, bleduk Kuwu ‟bleduk Kuwu‟, dan tegal sawah

‟ladang sawah‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan ‟tempat‟ terjadinya

peristiwa yang diceritakan dalam puisi diatas.

5) Kol dalam Geguritan Teleng

(312) Kali Sundeng kemricik iline (Tl.I,1)

‟Sungai Sundeng gemricik aliranya‟

(313) nalika ngungak sungapan Teleng (Tl,I,3)

‟ketika melihat luapan Teleng‟

(314) masang astana genthong tumbal bumi wengker kidul

(Tl,I,8)

‟memasang makam gentong tumbal bumi angker

selatan‟

Kata Kali Sundeng ‟Sungai Sundeng‟, Teleng ‟Teleng‟, dan bumi wengker

kidul ‟bumi angker selatan‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan ‟tempat‟

terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam puisi diatas.

6) Kol dalam Geguritan Prawan Sunthi

(315) prawan sunthi durung bali (PS,-,2)

‟perawan kecil belum kembali‟

(316) ya gene cah ayu ? (PS,-,7)

‟kenapa anak cantik ?‟

(317) ya gene cah manis ? (PS,-,8)

‟kenapa anak manis ?‟

Kata prawan sunthi ‟perawan kecil‟, cah ayu ‟anak cantik‟ dan cah manis

‟anak manis‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan tokoh utama cerita atau

sebagian dari pelibat wacana.

7) Kol dalam Geguitan Sugeng Tindak Mitra

(318) kang krasa mung sepining bledug Kuwu

(STM,I,6)

‟yang terasa hanya sepi bledug Kuwu‟

Page 123: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

(319) kang ngranuhi mung kuriwiking kali Lusi

(STM,I,7)

‟yang ditemui hanya kericik sungai Lusi‟

(320) gumlethak ing guludan lan pategalan

(STM,II,3)

‟tergeletak di petak kebun dan persawahan‟

Kata bleduk kuwu ‟bledug Kuwu‟, Kali Lusi ‟Sungai Lusi‟, guludan ‟petak

kebun‟ dan pategalan ‟persawahan‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan

‟tempat‟ terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam puisi diatas.

8) Kol dalam Geguritan Prasetya

(321) sajroning kabebasan (Pr,III,9)

‟didalam kebebasan‟

(322) sajroning kaadilan (Pr,III,10)

‟didalam keadilan‟

(323) sajroning kadhamaian (Pr,III,11)

‟didalam kedamaian‟

(324) ing kamardikan (Pr,III,13)

‟di kemerdekaan‟

Kata kabebasan ‟kebebasan‟, kaadilan ‟keadilan‟, dan kadhamaian

‟kedamaian‟ adalah kata-kata yang berkolokasi dengan kamardikan

‟kemerdekaan‟ yaitu bila terciptanya kebebasan, keadilan dan kedamaian adalah

ciri adanya kemerdekaan.

9) Kol dalam Geguritan Cumondhokmu Ing Ati-ati Papa

(325) tumetes grimis katresnanMU nelesi ati (CAP,-,2)

‟tertetes gerimis cintaMU membasahi hati‟

(326) ngumandhanging lagu-lagu asih (CAP,-,3)

‟berkumandangnya lagu-lagu kasih‟

Kata katresnan ‟cinta‟, dan asih ‟kasih‟ adalah kata-kata yang berkolokasi

dengan sifat-sifat cinta.

Page 124: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

e. Hiponimi

Hiponimi (hubungan atas-bawah) diartikan sebagai satuan bahasa (kata,

frase, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan

lingual yang lain. Unsur atau satuan lingual yang mencakupi beberapa unsur atau

satuan lingual yang berhiponim itu disebut hipernim atau superordinat. Penerapan

hiponimi dalam wacana geguritan dapat dilihat seperti berikut.

1) Hip dalam Geguritan Tarub

(327) kang pucet tininggal guritanmu (T,-,7)

„yang pucat tertinggal tulisanmu‟

(328) sing kadhung lungkrah campur naskah (T,-,10)

„yang terlanjur tak berdaya bercampur naskah‟

(329) guritan-guritan tinumpuk (T,-,16)

„tulisan-tulisan tertumpuk‟

Kata naskah ‟naskah‟ yang merupakan hipernim atau superordinatnya.

Hiponim dari naskah (328) dalam wacana tersebut ialah guritanmu ‟tulisanmu‟

(327) dan guritan-guritan ‟tulisan-tulisan‟ (329).

2) Hip dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(330) saka otot-otot kang asung pisungsung (BWP,I,5)

‟dari otot-otot yang memberi angkatan‟

(331) ing pundhakmu (BWP,I,6)

‟di bahumu‟

Kata otot-otot ‟otot-otot‟ (330) dan pundhakmu ‟pundakmu‟ (331)

merupakan anggota dari tubuh manusia sebagai hipernimnya.

3) Hip dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(332) ora kuwagang sumendhe ing luku lan doran

(STM,II,5)

‟tidak sanggup bersandar dibajak dan cangkul‟

Page 125: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Kata luku ‟bajak‟ dan doran ‟cangkul‟ (332) merupakan anggota dari alat-

alat yang digunakan untuk bekerja disawah sebagai hipernimnya.

f. Ekuivalensi

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah

kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama yang menunjukkan adanya

hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli, dibeli,

membelikan, dibelikan,, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang

sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan

pelajaran yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan

ekuivalensi. Penerapan ekuivalensi dalam wacana geguritan dapat dilihat sebagai

berikut.

1) Ekv dalam Geguritan Kali Grindulu

(333) ing mangsa ketiga (KG,I,2)

‟dimusim kemarau‟

(334) mangsane udan tumiba (KG,II,1)

‟musimnya hujan datang‟

Kata mangsane ‟musimnya‟ (334) berekuivalensi dengan kata mangsa

‟musim‟ (333) sebagai kata asal.

2) Ekv dalam Geguritan Kabar Saka Desa

(335) tidhem ing pangangen (KSD,-,10)

‟sabar diangan-angan‟

(336) katrem ing rasa kangen (KSD,-,12)

‟tentram dirasa rindu‟

Kata pangangen ‟diangan-angan‟ (335) berekuivalensi dengan kata kangen

‟rindu‟ (336) sebagai kata asal.

Page 126: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

3) Ekv dalam Geguritan Tarub

(337) ing waliking wiji-wiji dhinedher (T,-,11)

‟dibalik biji-biji disemaikan‟

(338) kang dina iki nyawiji (T,-,17)

‟yang hari ini bersatu‟

Kata nyawiji ‟bersatu‟ (338) berekuivalensi dengan kata wiji ‟biji‟ (337)

sebagai kata asal.

4) Ekv dalam Geguritan Ballada Wong Wong Pengeboran

(339) iki maknaning urip lan panguripan (BWP,I,12)

‟ini makna hidup dan kehidupan‟

Kata panguripan ‟kehidupan‟ berekuivalensi dengan kata urip ‟hidup‟

(339) sebagai kata asal.

5) Ekv dalam Geguritan Sugeng Tindak Mitra

(340) rengka nungka laku ngadhang panguripan

(STM,I,2)

‟terbelah awal jalan menghadang kehidupan‟

(341) banjur ngendheg jangkah menggak lelakon

(STM,I, 9)

‟lalu menghentikan langkah menolak perjalanan‟

Kata lelakon ‟perjalanan‟ (341) berekuivalensi dengan kata laku ‟jalan‟

(340) sebagai kata asal.

6) Ekv dalam Geguritan Prasetya

(342) daktulis geguritan iki sumitra (Pr,I,1)

‟saya tulis puisi ini kawan‟

(343) guritan sapada iki (Pr,I,7)

‟tulisan sebait ini‟

(344) getering panggurit ing bumi rengka (Pr,I,8)

‟getar penulis dibumi yang retak‟

Page 127: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Kata geguritan ‟puisi‟ (342), guritan ‟tulisan‟(343) dan panggurit

‟penulis‟ (344) berekuivalensi dengan kata gurit ‟tulis‟ sebagai kata asal.

(345) aku kang ngendhem pangrasa (Pr,I,6)

‟saya yang memendam perasaan‟

(346) ngoyak rasa kapang

(Pr,III,7)

‟mengejar rasa rindu‟

Kata pangrasa ‟perasaan‟ (345) berekuivalensi dengan kata rasa ‟rasa‟

(346) sebagai kata asal.

(347) kang nggrahita saka wijiling katesnan

(Pr,II,2)

‟yang terpikir dari tumbuhnya kecintaan‟

(348) nyawiji

(Pr,III,12)

‟menjadi satu‟

Kata wijiling ‟tumbuhnya‟ (347), dan nyawiji ‟menjadi satu‟ (348)

berekuivalensi dengan kata wiji ‟biji‟ sebagai kata asal.

(349) marga donyaku lan donyamu padha (Pr,I,3)

‟karena duniaku dan duniamu sama‟

Kata donyaku ‟duniaku‟ dan donyamu ‟duniamu‟ (349) berekuivalensi

dengan kata donya ‟dunia‟ sebagai kata asal.

7) Ekv dalam Geguritan Panandhang

(350) ing mburi kelir dasamuka bali lair

(Pn,II,5)

‟dibelakang layar dasamuka kembali lahir‟

(351) dhuh Gusti, pakeliran durung suwuk

(Pn,II,9)

‟duh Tuhan, pertunjukan belum selesai‟

Kata pakeliran ‟pertunjukan‟ (351) berekuivalensi dengan kata kelir

‟layar‟ (350) sebagai kata asal.

Page 128: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

8) Ekv dalam Geguritan Tekamu

(352) iku marga ana rasa pangrasa

(Tk,III,3)

‟itu karena ada rasa perasaan‟

Kata pangrasa ‟perasaan‟ (352) berekuivalensi dengan kata rasa ‟rasa‟

(352) sebagai kata asal.

9) Ekv dalam Geguritan Natal

(353) daksawang saka kaca pangilon

(Tk,III,1)

‟saya lihat dari kaca penglihat‟

(354) sawangen, lintang panjer wengi mangku bayi

(Tk,IV,3)

‟lihatlah bintang malam bersinar memangku bayi‟

Kata sawangen ‟lihatlah‟ (354) berekuivalensi dengan kata sawang ‟lihat‟

(353) sebagai kata asal.

10) Ekv dalam Geguritan Manunggal

(355) gemonthanging gentha ngiring pujian donga angelus

(M,-,3)

‟bergemanya genta mengiringi pujian doa menghalus‟

(356) nglari panjelih perih kang kuwagang ngiring ati alus

(M,-,4)

‟hancur menjerit perih yang mampu mengiring hati

halus‟

Kata angelus ‟menghalus‟ (355) berekuivalensi dengan kata alus ‟halus‟

(356) sebagai kata asal.

Page 129: ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN …/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ANALISIS WACANA KUMPULAN GEGURITAN FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA commit to useri PAGELARAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Berdasarkan unsur atau peranti wacana kohesi gramatial yaitu

pengacuan (referensi), penggantian (substitusi), pelesapan (ellipsis) dan

perangkaian (konjungsi), maka yang paling dominan digunakan dalam wacana

Kumpulan Geguritan Pagelaran ialah pengacuan persona sebanyak 36%,

pengacuan demonstratif sebanyak 23%, konjungsi 17% penyulihan 12%, dan

pelesapan 12%. Geguritan yang paling dominan mecangkup semua kohesi

gramatikal adalah geguritan Prasetya dengan persentase sebanyak 9% .

1. Berdasarkan unsur atau peranti wacana kohesi leksikal repetisi,

sinonimi , antonimi, kolokasi, hiponimi dan ekuivalensi, maka yang paling

dominan digunakan dalam wacana Kumpulan Geguritan Pagelaran ialah sinonimi

sebanyak 21%, repetisi 19%, ekuivalensi 18%, kolokasi 17%, antonimi 15%,dan

hiponimi 4%. Geguritan yang paling dominan mencakup semua aspek kohesi

leksikal adalah geguritan Sugeng Tindak Mitra 11% dan Prasetya 11%.

B. Saran

Penelitian dengan objek wacana geguritan ini hanya terbatas pada struktur

kohesi saja. Penelitian lanjutan untuk memperdalam, memperluas dan

mendeskripsikan seperti struktur koherensi, unsur sintaksis, atau aspek latar

belakang penciptaan wacana dan seterusnya masih dapat dilakukan.