aplikasi strategy business triangle stv (strategic, …

37
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105 Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019 1 Ahmad Nurdin Hasibuan, 2 Andri Faisal, 3 Reny Andriyanty * LPPM 84 IBI-K57 APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, TACTIC, VALUE) DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN JARINGAN KOMUNITAS MEBEL 1 Ahmad Nurdin Hasibuan, 2 Andri Faisal, 3 Reny Andriyanty * Email: 1 [email protected], 2 [email protected] 3 [email protected] 1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi 2 Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer 3 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi *Corresponding author Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957 ABSTRACT The research objection is to analyze the strategies, tactics and values of local furniture craftsmen do within a community networks framework. The research methods is descriptive method with constructivist paradigm with case study research. Findings.The application of marketing communication in KIKM that is applied by KIKM with the vertical and legacy marketing in the dimensions of segmentation, targeting, and positioning. It has clear and directed real framework based on geographic segmentation at one point in the location of the Klender center. The community is simply formed and headed for middle and upper class family targets. The positioning of KIKM center itself is in the East Jakarta area. In terms of tactics of marketing communication carried out by KIKM furniture center craftsmen are still focused on the product. The interaction pattern in the community is a horizontal internal relationship that interacts with each other in a direct or indirect partnership between craftsmen. The business communication model is "word of mouth" and moves horizontally towards geographic segmentation and ends and goes to the location of PPIKM building. Kata Kunci: Komunikasi Pemasaran Business Triangle, Koperasi Industri Kayu dan Mebel I. PENDAHULUAN Produk lokal kerajinan atau Kriya Nusantara secara keseluruhan perkembangannya dipengaruhi pola ragam hias dan budaya masyarakat Indonesia yang bermitologis dan bercorak agraris dalam proses perwujudannya didukung craftmenship (kecekatan tangan yang tinggi), oleh karenanya kehadiran seni kriya digolongkan dalam kelompok seni adiluhung. Beragam corak ragam hias, seperti dalam lembaran kain sehingga menjadi batik, pada anyaman rotan menjadi keranjang, patung dan ukiran kayu pada perabot/ mebel rumah atau kantor, bahkan juga pakaian adat. Mebel atau perabotan rumah tangga merupakan kebutuhan

Upload: others

Post on 23-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 84 IBI-K57

APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, TACTIC, VALUE) DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN JARINGAN

KOMUNITAS MEBEL

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty* Email: [email protected], [email protected]

[email protected] 1Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi

2Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer 3Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi *Corresponding author

Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957

ABSTRACT The research objection is to analyze the strategies, tactics and values of local furniture craftsmen do within a community networks framework. The research methods is descriptive method with constructivist paradigm with case study research. Findings.The application of marketing communication in KIKM that is applied by KIKM with the vertical and legacy marketing in the dimensions of segmentation, targeting, and positioning. It has clear and directed real framework based on geographic segmentation at one point in the location of the Klender center. The community is simply formed and headed for middle and upper class family targets. The positioning of KIKM center itself is in the East Jakarta area. In terms of tactics of marketing communication carried out by KIKM furniture center craftsmen are still focused on the product. The interaction pattern in the community is a horizontal internal relationship that interacts with each other in a direct or indirect partnership between craftsmen. The business communication model is "word of mouth" and moves horizontally towards geographic segmentation and ends and goes to the location of PPIKM building. Kata Kunci: Komunikasi Pemasaran Business Triangle, Koperasi Industri

Kayu dan Mebel

I. PENDAHULUAN

Produk lokal kerajinan atau Kriya Nusantara secara keseluruhan

perkembangannya dipengaruhi pola ragam hias dan budaya masyarakat

Indonesia yang bermitologis dan bercorak agraris dalam proses

perwujudannya didukung craftmenship (kecekatan tangan yang tinggi), oleh

karenanya kehadiran seni kriya digolongkan dalam kelompok seni

adiluhung. Beragam corak ragam hias, seperti dalam lembaran kain

sehingga menjadi batik, pada anyaman rotan menjadi keranjang, patung

dan ukiran kayu pada perabot/ mebel rumah atau kantor, bahkan juga

pakaian adat. Mebel atau perabotan rumah tangga merupakan kebutuhan

Page 2: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 85 IBI-K57

integratif di tatanan masyarakat. Salah satu pusat mebel di DKI Jakarta

adalah di kawasan Klender yang tersebar di sekitar jembatan layang

Klender di Jl. Pahlawan Revolusi dan Jalan I Gusti Ngurah Rai. Sejarah

Klender tumbuh sebagai pusat pengrajin mebel kayu jati rumahan dimulai

pada tahun 1950-an. Cikal bakalnya dimulai dari daerah sekitar Jatinegara

Kaum dan Pulo Kambing. Menurut hasil survei yang dilakukan majalah

Kontan disebutkan, bahwa omset rata-rata pengrajin sentra mebel Klender

bisa mencapai Rp 500 juta per tahun diasumsikan bahwa pengrajin mebel

di sentra mebel Klender lebih menggunakan limbah dari sisa-sisa kayu yang

ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya, hal inilah yang disinyalir memompa

keuntungan pengusaha rumahan di sentra mebel Klender. Ditambahkan

pula bahwa jumlah pengrajin sentra mebel Klender yang telah tergabung

menjadi anggota KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel) saat ini telah

mencapai 275 anggota, dengan jumlah unit usaha 160 unit usaha. Para

pengrajin ini tersebar di hampir setiap tiga kecamatan, dan kini ada sekitar

560 orang lagi yang ingin bergabung (Apidianto & Rakhmanita, 2012).

Kekuatan usaha kecil dan menengah merupakan pelaku bisnis yang

tumbuh secara signifikan di Indonesia dan perlu dikembangkan strategi

bisnisnya agar dapat menembus pasar yang lebih luas (Ariwibowo,

Manajemen, & 2018; Ariani & Utomo, 2017).

Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan DKI Jakarta melalui struktur

organisasi KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel) menyediakan (space)

ruang pamer bagi komunitas pengrajinnya di gedung PPIKM (Pusat

Promosi Industri Kayu dan Mebel) yang terletak di jalan Jatinegara Kaum,

selain itu eksistensi komunitas KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel)

juga turut serta dalam setiap program pameran-pameran keliling yang

diadakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang bertajuk: Pekan Raya

Jakarta (PRJ), Pekan Pesona Budaya, Festival Klender, Jakarta Timur Fair.

Pameran-pameran tersebut diadakan dengan tujuan menonjolkan ikon

pariwisata, budaya dan tradisi masyarakat asli Jakarta. Mulai dari berbagai

atraksi kesenian Betawi, seperti atraksi ondel-ondel, musik Betawi Samrah,

Page 3: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 86 IBI-K57

lagu- lagu Betawi, aneka tarian, makanan asli dan batik betawi, lomba

marawis, hingga pameran mebel sentra Klender

(http://timur.jakarta.go.id,2018).

Hal tersebut menunjukkan kesadaran berwirausaha sentra Klender

yang dikelompokkan pada jaringan komunitas mendapatkan income

(pendapatan) yang signifikan. Hal itu ditandai semakin menguatnya

masyarakat tingkat kelas menengah, meledaknya jumlah pelaku bisnis, dan

maraknya berbagai produk lokal yang turut meramaikan segmen pasar.

Kondisi tersebut menuntut para pelaku wirausaha untuk benar-benar sadar

berkomunitas, yang tujuannya adalah agar basis kolaborasi antar pelaku

usaha terjalin dan bersifat simbiosis mutualisme (Sant’Anna & Nelson,

2017; Barkhatov, Pletnev, & Campa, 2016). Jaringan sosial sebagai salah

satu unsur modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi dan

interaksi. Jaringan sosial yang erat akan memperkuat bentuk kerja sama

(Akintimehin et al., 2019; Hernández-carrión, Camarero-izquierdo, &

Gutiérrez-cillán, 2019; Sözbilir, 2018; Arshad, Noor, & Yahya, 2015; Meutia

& Ismail, 2012; Ozkan-Canbolat, 2011). (Meutia & Ismail, 2012)Unsur

modal sosial lainnya adalah kepercayaan. Kepercayaan dapat didefinisikan

sebagai rasa saling mempercayai antar individu dan antar kelompok.

Kepercayaan dapat membuat orang-orang bekerja sama secara lebih

efektif. Kepercayaan memegang peran yang vital dalam memperoleh akses

jaringan sosial (Field, 2010: 86). Peran jaringan sosial ini akan mampu

meningktakan komunikasi pemasaran yang efektif (Fink, Koller, Gartner,

Floh, & Harms, 2018; Lima & da Silva Müller, 2017; Mráček & Mucha, 2015,

2015; Zaušková, Bezáková, & Grib, 2015). Konsumen akan memahami

pesan yang disampaikan dan tertarik untuk membeli produk atau jasa yang

ditawarkan jika pemasar melakukan komunikasi pemasaran yang efektif

(Siswantini, Ayuni, & Mulyana, 2017). Definisi dari komunikasi pemasaran

adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program

komunikasi persuasif kepada pelanggan secara berkelanjutan (Ukko,

Nasiri, Saunila, & Rantala, 2019; Tura et al., 2019; Dzian, Triznova, Kaputa,

Page 4: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 87 IBI-K57

& Supin, 2015). Komunikasi pemasaran dapat diidentifikasikan sebagai

mengidentifikasi pasar dan kebutuhan konsumen atau persepsi konsumen

(Sipahi & Enginoglu, 2015), menggambarkan dan mengoperasionalisasikan

gambaran hasil dari tujuan target group (de Man & Luvison, 2019),

mengevaluasi sejauh mana perilaku yang tergambar diyakini dapat

mencapai tujuan dan mempertanyakan apakah ada penghalang (gap)

antara harapan ideal dengan tampilan produk (performance) (Fernández,

Iglesias-Antelo, López-López, Rodríguez-Rey, & Fernandez-Jardon, 2019;

Akintimehin et al., 2019; Onken, Miklos, Dorsey, Aragon, & Maria, 2019;

smaeel, Zakuan, Jamal, & Taherdoost, 2018; Kotane & Kuzmina-Merlino,

2017; Arsezen- Otamis, Arikan-Saltik, & Babacan, 2015; E Zamecnik &

Rajnoha, 2015). Komunikasi pemasaran adalah tindakan yang dilakukan

guna untuk memperkenalkan produk kepada pasar dengan cara persuasif

yang bersifat komunikatif dan dibuat sedemikian kreatif untuk menarik minat

dan perhatian masyarakat luas terhadap produk (Ukko et al., 2019).

Menurut Kotler et al, pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses

itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuh kan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,

Kartajaya, & Setiawan, 2017). Terkait hal tersebut, diperlukan penelitian

pola komunikasi pemasaran seperti apa yang dilancarkan komunitas mebel

jika dikaitkan model bisnis triangle. Dalam buku Rethinking Marketing karya

Philip Kotler dan Hermawan Kartajaya untuk merancang sebuah peluang

bisnis perusahaan harus membangun apa yang dikenal dengan

architecture perusahaan. Architecture perusahaan ini memiliki tiga

komponen penting yakni Strategic, Tactic dan Value.

Penelitian ini menggunakan pendekatan langsung kepada pengrajin

anggota KIKM di Gedung PPIKM. Pendekatan ini diperlukan untuk

menganalisis konsep pemahaman arti sentra industri lokal dan konsep

pemahaman jaringan komunitas. Dan yang berhubungan langsung dengan

komunikasi pemasaran dalam upaya strategi dan taktik pengrajin

Page 5: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 88 IBI-K57

memasarkan produk mebel. Adapun dengan mengeksplorasi model teori

strategi manajemen triangle dan dipadukan dengan model 7P Kotler dalam

penerapan strategi komunikasi pemasaran berangkat dari suatu strategi,

taktik dan value sehingga terbentuk bisnis model jaringan komunitas mebel

yang bisa menjawab seputar permasalahan dan pemecahan masalahnya

terhadap suatu bisnis mebel di sentra mebel Klender PPIKM (Pusat

Promosi Industri kayu dan Mebel). Adapun tujuan penelitian adalah

memahami strategi, taktik dan value seperti apa yang dilakukan pengrajin

mebel lokal dalam kerangka kerja berupa jaringan komunitas agar income

yang cukup signifikan bagi pendapatan masyarakat Klender pada

umumnya dan pengrajin sebagai anggota KIKM di gedung PPIKM.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berparadigma

konstruktivis dengan riset studi kasus. Desain penelitian yang digunakan

adalah studi kasus tunggal terjalin. Dikarenakan memiliki beberapa unit

analisis terkait manajemen strategi yang akan dilancarkan dalam

komunikasi pemasaran dan strategic bussiness triangle. Analisis data

dilakukan secara kualitatif, analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa

yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain (Moleong, 2007).

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan

fokus adalah pengrajin mebel lokal sebagai anggota KIKM di gedung

PPIKM. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara mendalam,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Selanjutnya peneliti

memasukkan elemen-elemen aplikasi pada dimensi komunikasi

Page 6: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 89 IBI-K57

pemasaran tujuh “P” Phillip Kotler ke dalam tabel analisis yang kemudian

unit-unit analisisnya ditelaah dan dikaji secara mendalam. Dimensi yang

dianalisis adalah Strategic, Tactics and Values dan model bauran

pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari Product, Price, Place and

Promotion Physical Evidence, Process, People atau Partisipan dengan

instrumen pertanyaan seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 1. Dimensi Dan Instrumen Pertanyaan Penelitian

NO DIMENSI BAHASAN/PERTANYAAN

1 Strategic Seputar langkah-langkah strategi pengembangan yang dilakukan oleh sentra KIKM dalam mempromosikan produk melalui STP (segmentation, targeting, dan positioning)

2 Tactics Pelaksanaan promosi dan pemasaran kepada konsumen dan sesama pengrajin terhadap produk mebel lokal

3 Value Nilai atau kekuatan moral yang ada di dalam pemasaran yang dilakukan oleh komunitas dalam pola interaksi dengan sesama pengrajin dan konsumen

4 Product Keunikan produk yang terkesan kepada konsumen

5 Places Penempatan sentra industri mebel menentukan arah dan tujuan dari pemasaran yang hendak dilakukan.

6 Prices Harga yang menjadi takaran brand yang akan menempel pada produk yang dimaksud

7 Promotion Pemasaran yang menjadi ciri khas mebel lokal yang menjadi brand dari produk tersebut

8 People Subyek, siapa-siapa saja kah yang melakukan kegiatan komunikasi pemasaran.

9 Physical Evidence Lingkungan seperti apa yang mendukung komunitas mebel lokal dalam hal ini sarana dan prasarana

10 Process/ Participant Hubungan timbal balik pola interaksi yang terjadi dan dilakukan komunitas mebel lokal melalui relasi hubungan

Sumber: Hasil modifikasi Peneliti dalam mengadopsi Model Strategic Management Model; STV dan 7P Marketing Mix:2019

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh bahwa sejarah perkembangan sentra Klender

tumbuh sebagai pusat pengrajin mebel kayu jati rumahan dimulai pada

tahun 1950-an. Cikal bakalnya dimulai dari daerah sekitar Jatinegara Kaum

dan Pulo Kambing. Di daerah itu banyak pengusaha kecap yang memesan

tahang (tempat air) dari kayu jati untuk tempat kecap kepada penduduk

sekitar. Lambat laun jumlah pesanan semakin banyak dan merangsang

kreativitas penduduk pengrajin kayu itu untuk mengembangkan bentuk

Page 7: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 90 IBI-K57

produk lain di samping tahang kecap. Mulailah mereka membuat lemari,

meja, dan tempat tidur dari kayu jati. Sejak saat itu, industri mebel kayu jati

terus mengalami perkembangan dan menjadi alternatif pilihan bagi warga

DKI Jakarta yang mencari mebel kayu jati dengan harga murah, rapi, halus

dan tahan lama (sumber: Kuncoro, 2002). Kawasan Klender di Jakarta

Timur dengan jumlah 24 sentra mebel ada di 3 (tiga) kecamatan: Cakung,

Duren Sawit, Pulogadung. Di sentra ini menurut data yang diperoleh

masing-masing kecamatan tersebar 5000 pengrajin dan pengusaha mebel

dan diperkirakan menyerap tenaga kerja lebih dari 6000 tenaga kerja yang

menunjang sektor permebelan dan kerajinan. Dilokasi ini juga banyak

terbentuk koperasi-koperasi yang ada diwilayah ini, seperti: Kompak Jaya

(Koperasi Mebel dan Pengrajin Kayu), Kopindo (Koperasi Pemuda

Indonesia) Mebel, KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel). Dengan

menjamurnya koperasi-koperasi yang ada sehingga Pemerintah Kota

Jakarta Timur mampu menanggulangi pengangguran melalui sentra Mebel

Klender ini. (Anonim, Koperasi Industri Kayu dan Mebel, 2014).

Terbentuknya Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM), yang

sekretariatnya beralamat pada gedung Pusat Promosi Kayu dan Mebel

(PPIKM) di Jl. Raya Bekasi KM.17 RT.003 RW.02 No.2. Kelurahan

Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan usaha permebelan di Jakarta Timur yang terbentuk menjadi

sentra-sentra mebel yang berjumlah 24 (dua puluh empat) sentra mebel

menjadikan Jakarta Timur sebagai sentra mebel terbesar di Jakarta. Pusat

Promosi Industri Kayu dan Mebel (PPIKM ) diresmikan pertama kali sejak

dibukanya “Pameran Produk Pengrajin Jakarta-Timur” pada tanggal 1

Desember 2005 oleh Bapak DR. H Koesnan A Halim, SH. Selaku Walikota

Jakarta-Timur. Berdiri diwilayah Jatinegara Kaum, gedung PPIKM melalui

Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) Jakarta Timur secara rutin dan

berkesinambungan mengadakan pameran produk pengrajin mebel yang

diagendakan sebelumnya dan terus menerus mengadakan publikasi dan

Page 8: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 91 IBI-K57

promosi kepada masyarakat Jakarta yang bekerja sama dengan

Pemerintah Kota Madya Jakarta-Timur dan Pemerintah Provinsi DKI.

Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) adalah sebuah sentra

industri mebel lokal bentukan Pemerintah Jakarta Timur yang menaungi

gedung PPIKM (Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel). Menurut UU

No.25/ 1992 , Koperasi ini didefinisikan sebagai berikut: “Badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus

sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”

(Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2007). Struktur organisasi pada

koperasi hampir dibentuk sedemikian rupa sesuai dengan ideologi dan

strategi (kegiatan) pengembangan untuk memperoleh “Strategic

competitiveness” (strategi persaingan) sehingga setiap koperasi boleh

mempunyai bentuk yang berbeda secara fungsional karena menyesuaikan

dengan strategi yang sedang dikembangkan tetapi secara basic (dasar)

ideologi terutama terkait dengan perangkat organisasi koperasi yang akan

menunjukkan kesamaan (Koperasi Industri Kayu dan Mebel,2019). Pada

dasarnya bagan struktur organisasi koperasi menggambarkan susunan, isi,

dan luas cakupan koperasi, serta menjelaskan posisi daripada fungsi

beserta tugas maupun kewajiban setiap fungsi, hubungan kerja dan

tanggung jawab yang jelas. Termasuk pada Koperasi Industri Kayu dan

Mebel yang secara umum memiliki mengenal tiga perangkat organisasi

yang jamak digunakan adalah rapat anggota tahunan, pengurus koperasi

dan pengawas. Tugas dan wewenang Rapat Anggota Tahunan adalah 1)

membahas dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus dan

Pengawas untuk tahun buku yang bersangkutan, 2) membahas dan

mengesahkan Rencana Kerja dan RAPB tahun buku berikutnya, 3)

membahas dan menetapkan AD, ART dan atau Pembubaran Koperasi, 4)

memilih dan memberhentikan Pengurus dan Pengawas dan 5) menetapkan

pembagian Sisa Hasil. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya 3 orang yang

terdiri dari Ketua Koperasi, Bendahara dan Sekretaris yang membawahi

Page 9: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 92 IBI-K57

beberapa Ketua Bidang pada struktur organisasi Koperasi Industri Kayu

dan Mebel ( KIKM). Pengawas terdiri dari 5 (lima) orang yang sesuai

dengan AD (anggaran dasar) Koperasi Industri Kayu dan Mebel ( KIKM)

yang juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan mebel sentra

Klender.

Ketiga unsur di atas juga sering kita sebut sebagai perangkat

manajemen koperasi. Bentuk ini tentu berbeda dengan organisasi

perusahaan swasta berbentuk, PT, CV misalnya, Perbedaan mendasar ini

tidak saja dipengaruhi oleh ideologi akan tetapi juga aplikasi operasional

manajemen. Berikut penjelasan singkat terkait dengan fungsi dan peran

perangkat organisasi Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) yang

didirikan sesuai akta notaris UU no.17 tahun 2012 sebagai koperasi

produsen yang berlaku (Koperasi Industri Kayu dan Mebel).

Dari data yang dihimpun saat ini Koperasi Industri Kayu dan Mebel

(KIKM) memiliki jumlah unit usaha sebanyak 7500 yang tersebar diwilayah

Jakarta-Timur per tahun 2014. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap

adalah sekitar 700 orang. Jumlah nilai produksi yang dihasilkan 23.500.000

dan penjualan per tahun adalah senilai dengan Rp 444.190.500.000.

Gedung Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel (PPIKM)

menyematkan ikon “kursi Betawi berukuran raksasa” sebagai identitas lokal

masyarakat Jakarta untuk dipergunakan sebagai gedung yang menjadi

pusat promosi industri kayu dan mebel diwilayah Klender Jakarta Timur.

Gedung Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel (PPIKM), yang luas serta

besar dan megah juga yang paling utama adalah tersedianya fasilitas ruang

pameran yang sangat luas bagi pengrajin atau pengusaha bagi sentra

Klender. Tak hanya gedung yang megah dan menjulang tinggi yang

menjadi ikon namun pada logo KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel)

tertanda simbol dari visi dan misi ke depannya lembaga Koperasi ini, yakni

lambang padi dan kapas, yang artinya memiliki tujuan keadilan bagi seluruh

anggota lembaga koperasi tersebut. Selain sebagai ruang pameran

(showcase) dan pusat promosi hasil industri kayu, Pusat Promosi Industri

Page 10: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 93 IBI-K57

Kayu dan Mebel ( PPIKM) digunakan pula sebagai sarana pelatihan secara

teknis maupun non teknis, seperti pelatihan desain mebel, manajemen

administrasi, keuangan (pembiayaan) dan pelatihan ketrampilan seperti

packing (pembungkusan) dan finishing (pengecatan mebel) bagi para

anggotanya yang tergabung pada Koperasi Industri Kayu dan Mebel.

Adapun jenis-jenis kegiatan dan lamanya waktu yang telah ditetapkan

selama 1 (satu) tahun telah disusun pihak-pihak terkait dari Dinas Koperasi,

UMKM dan Perdagangan melalui bagan struktur organisasi KIKM. Untuk

selanjutnya jenis-jenis kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi Industri Kayu

dan Mebel dalam kurun waktu 2014-2019, Di bawah ini foto dan dokumen

sertifikat pelatihan yang didapat peneliti dari pengrajin pemilik usaha

dagang Allia Furniture.

Sentra industri KIKM adalah sentra industri bentukan yang

berhubungan dengan orang banyak dalam bentuk pemasaran produk

secara langsung kepada konsumen melalui sistem penjualan langsung.

Saat ini gedung PPIKM (Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel) telah

menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya Jakarta-Timur karena saat ini

keberadaannya berangsur-angsur telah banyak dikunjungi oleh masyarakat

tidak hanya dari Jakarta-Timur saja melainkan dari luar pulau Jawa juga

bahkan luar negeri, khususnya seperti: negara-negara Asean

(Aisyah:2014). Manfaat yang paling dirasakan bagi para pengrajin mebel

khusus bagi mereka yang tidak memiliki toko maupun ruang pamer, dan

langsung bisa memasarkan produknya langsung kepada pembeli tanpa

melalui perantara (makelar atau broker). Ditunjang oleh kenyamanan bagi

para pengunjung dan fasilitas umum seperti: gedung yang megah, lahan

parkir yang luas dan ruangan sejuk ber-AC (Air Conditioner ) serta memadai

bagi pengrajin. Setiap tahun rutin diadakan Festival Klender di gedung

PPIKM. Awal diresmikan kegiatan festival ini pada saat masa pemerintahan

Gubernur DKI Sutiyoso. Kemudian hingga saat ini, setiap setahun sekali

kegiatan ini terus berlangsung. Biasanya berlangsung di tiga bulan pertama.

Tahun 2019 “Festival Klender” tampil berbeda dalam pembukaannya

Page 11: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 94 IBI-K57

disertai pula bersamaan diresmikannya “Festival Furniture Craft 2019”

(FFC) yang pelaksanaannya diadakan selama 5 hari, dimulai pada tanggal

28 November sampai dengan 3 Desember 2018 dan direncanakan nantinya

akan dilaksanakan FFC setiap tahunnya di tempat yang sama guna

memperkenalkan produk-produk mebel anggota KIKM.

Gambar 2. Gedung PPIKM Sebagai Tempat Pelaksanaan Festival Klender dan FFC 2018

Sumber: Festival Furniture and Craft 2018 di Sentra Klender dokumentasi pribadi; 2018

Pemahaman pengrajin tentang jaringan komunitas dan sentra industri

mebel dan KIKM, saat ini adalah adanya pemahaman bahwa konsumen

terhubung satu sama lain, berdaya, dan secara aktif mencari informasi.

Lebih dari itu konsumen dan produsen mulai membentuk komunitas, saling

mempengaruhi, dan berbagi informasi dengan adanya jaringan sosial.

Perusahaan harus cepat beradaptasi dengan pergeseran pola konsumsi,

maka dari itu saat ini banyak perusahaan yang berlomba membuat

komunitas, mereka berlomba untuk memelihara komunitas atau komunitas

hobi (interest community). Promosi dalam komunikasi pemasaran suatu

perusahaan bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi

masyarakat untuk lebih mengenal produk dan membeli.

Page 12: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 95 IBI-K57

Promosi merupakan salah satu variabel penting dalam bauran

pemasaran (promotional mix) yang digunakan oleh perusahaan untuk

mengadakan komunikasi dan pasarnya. Meski bagus suatu produk atau

jasa yang ditawarkan kepada konsumen, bila konsumen tersebut belum

pernah mendengar ataupun merasakan dari produk jasa tersebut sehingga

mereka tidak akan membeli. Berbagai macam upaya dilakukan pemerintah

kota Jakarta Timur untuk mendukung perkembangan promosi mebel sentra

Klender ini, antara lain dengan mengadakan pameran setiap hari bagi

mereka yang tergabung sebagai komunitas anggota KIKM di Gedung

PPIKM. Menurut ibu Yayah, salah seorang pengrajin mebel asli Betawi

yang menjual sofa mebel jati, berikut komentar narasumber 3 mengenai

sentra:

“Sentra itu adalah pusat, pusat perdagangan permebelan atau pusat pemasaran dan berada di pusat dimana tempat berkumpulnya pengrajin atau pedagang, mereka gabung jadi satu supaya bisa jualin produk barangnya….. yah contohnya seperti dagangin mebel disini, di Klender ini” (hasil wawancara pengrajin mebel lokal tanggal 26 Juni 2019)

Istilah “sentra” sebagai terjemahan dari kata dalam Bahasa Inggris

“center” diartikan sebagai tempat yang terletak di tengah-tengah.

Sementara itu, istilah “center” mengandung pengertian sebagai: place or

group of buildings forming a central point or a main area for an activity; point

of concentration or dispersion; nucleus or source. Istilah lain yang menjadi

sinonim dalam bahasa Indonesia adalah “pusat”. (Basuki Antariksa, 2011).

Istilah lainnya, yaitu “sentra/pusat, adalah suatu wilayah yang merupakan

pusat atau tempat dikonsentrasikannya atau sumber suatu kegiatan.

(sumber: Jurnal Zona Kreatif Kementerian Ekonomi Kreatif). Dari

pernyataan Ibu Yayah di atas pemahaman pengrajin sentra mebel Klender

dikatakan mengetahui keberadaan sentra ada ditengah-tengah usaha kecil

menengah (UKM) sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat (pengrajin)

lokal.

Page 13: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 96 IBI-K57

Kemudian jawaban selanjutnya dari paparan interview yang dilakukan

peneliti terhadap Ibu Yayah pengrajin usaha dagang “Yuni Jaya Furniture“

mengomentari kehadiran sentra industri KIKM:

“Dengan adanya Sentra ini (KIKM), yah bagi yang belum punya toko sangat ngebantu yah pak! Soalnya daripada orang-orang yang mau beli mebel keluar masuk Klender kebengkel-bengkel sama showroom yang ada khan cape terlalu jauh belum lagi jalan panas-panasan, harga enggak terpaut jauh mendingan pembeli ambil mebel disini! udah tempatnya lega, parkiran luas, gak usah kemana-mana lagi, produknya komplit udah banyak pengrajinnya dikumpulin jadi satu lagi” (hasil wawancara pengrajin mebel lokal tanggal 26 Juni 2018).

Hal tersebut menunjukkan adanya indikasi, terbentuknya suatu

jaringan sosial komunitas antara sesama pengrajin yang dikumpulkan

menjadi satu segmentasi lokasi sehingga bauran pemasaran yang meliputi

price, product , promotion, place, physical Evidence dan process/participant

sehingga para pengrajin secara bersama-sama dapat berinteraksi

berhubungan dan berbagi saling berkumpul satu sama lain pada suatu

wilayah sentra industri lokal yang melibatkan berbagai pihak termasuk

pengrajin mebel anggota KIKM. Berikut hasil jawaban selanjutnya

wawancara kembali dengan Ibu Ida, pengrajin sentra Klender pemilik usaha

dagang “Dina Amelia Furniture”:

“Semua produk kumpul disini sehingga gak usah cari mebel diluaran disini semua ada! Disini anggota pengrajin dijadikan satu! sehingga lebih efektif untuk kita jual produk disini…..ada juga sih seperti teman-teman pengrajin lain yang punya order diluaran mengajak pengrajin di Koperasi (KIKM) bantuin buatin mebel” (hasil wawancara pengrajin mebel lokal tanggal 26 Juni 2018)

Mengutip dari hasil jawaban keduanya, baik yang berhubungan

dengan Ibu Yayah juga Ibu Ida diatas, terdeteksi adanya suatu hubungan,

kontak atau proses (proses/participants) dan People (subyek) proses

komunikasi yang terjalin dan terbentuk pemahaman adanya suatu sentra

(bentukan baru) dan jaringan (sosial), dalam komunitas. Jaringan sosial

adalah salah satu unsur modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya

komunikasi dan interaksi. Jaringan sosial yang erat akan memperkuat

Page 14: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 97 IBI-K57

bentuk kerja sama. Seperti halnya yang terbentuk dan terjalin pada

Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM). KIKM adalah salah satu lembaga

yang sesuai dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Hal ini

dikarenakan koperasi memiliki nilai-nilai prinsip gotong-royong, rasa

kebersamaan dan rasa kepercayaan, kekeluargaan. (Anonim, Koperasi

Industri Kayu dan Mebel). Organisasi koperasi sebagai modal sosial atau

jaringan sosial yang secara makro dapat dilihat peranan komunitasnya

secara utuh semakin melembaga dalam perekonomian, antara lain:

meningkatnya koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang

lebih mendalam terhadap asas, sendi, serta tata kerja koperasi;

meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan, memberdayakan

segenap lapisan masyarakat, sehingga dapat mengatasi kemiskinan.

Disadari sepenuhnya bahwa pemahaman nilai-nilai tersebut di atas

tidak dapat terjadi dalam waktu semalam, tetapi melalui suatu proses

interaksi sosial yang bertahap dan berkesinambungan, terutama dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan berupa pendidikan (pelatihan) dan sosialisasi

dengan tetap memberikan tempat bagi perkembangan aspirasi lokal yang

spesifik menyangkut implementasi bahkan pengadaan (enrichment) dari

nilai-nilai koperasi yang universal tersebut di atas. Dengan demikian proses

pengembangan pemahaman nilai-nilai koperasi akan menjadi salah satu

faktor penentu keberadaan Koperasi. Kemudian peran dan manfaat

koperasi akan semakin dirasakan bagi anggota dan masyarakat jika

terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal keanggotaan. Pemahaman

pengrajin mebel terhadap sentra industri mebel lokal dan jaringan

komunitas pada sentra industri KIKM terdapat pada keanekaragaman

produk, peran dan manfaat yang akan diperoleh sebagai partisipan atau

anggota. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan pula bahwa sebetulnya

pengrajin mebel sentra Klender Koperasi Industri kayu dan Mebel (KIKM)

belum memahami sepenuhnya pengertian promosi pada masing-masing

baurannya selain produk sebagai prioritas utamanya dan yang ada dalam

pandangan pengrajin bahwa sentra adalah tempat pusat pemasaran

Page 15: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 98 IBI-K57

produk bagi pengrajin. Dari keterangan di atas, dapat diartikan bahwa

pengrajin memahami promosi hanya sebagai segala bentuk promosi yang

dilakukan dalam memperkenalkan produknya saja, sedangkan bauran

promosi (marketing mix) sebagai salah satu variabel bauran pemasaran

yang harus dilakukan dalam pemasaran tersebut strategi bauran promosi

yang dibuat pun tidak berdasarkan pemahaman yang sebenarnya-

sebenarnya.

Komunikasi Pemasaran Dengan Pendekatan Segmentasi, Taktik dan

Value

Dalam menghadapi persaingan dunia bisnis yang bersifat dinamis dan

selalu mengalami perubahan dan adanya keterkaitan masalah antara satu

dengan lainnya, maka perlu adanya strategi komunikasi pemasaran yang

memiliki peran penting untuk keberhasilan suatu perusahaan atau

pemasaran perusahaan. Manajemen pemasaran perlu melakukan

segmentasi pemasaran karena segmentasi memungkinkan perusahaan

lebih terfokus dalam mengalokasi sumber daya. Serta merupakan basis

untuk menentukan komponen-komponen strategi, yaitu segmentasi, taktik

dan value secara menyeluruh atau keseluruhan (Kotler et al., 2017). Berikut

hasil data jawaban yang diperoleh dari narasumber 7 -Bapak Firdaus

pengrajin dan pemilik usaha Hamka Furnitur mebel sofa:

“Di sini sesama pengrajin ada juga yang saling membantu, Alhamdulillah dapat dikatakan baik, Ada kok! kegiatan Pameran Produk KIKM yang lain ditanggal 28 Desember - 30 Desember yang nanti akan diadakan seperti nanti Januari ada di Kemayoran, kalau kendala sih ya buat saya kurang modal kalau disini kendalanya kurang promosi jadi pembeli kurang tahu event-event KIKM program kegiatan diluarnya apa-apa saja” (hasil wawancara pengrajin mebel lokal tanggal 30 Juni 2018).

Dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh narasumber di atas,

dapat disimpulkan bahwa pihak Pemerintah Jakarta Timur melalui KIKM

dinilai belum maksimal dalam membantu kegiatan promosi pengrajin

mebel. Berdasarkan dari data temuan di lapangan dalam penelitian ini.

Page 16: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 99 IBI-K57

Peneliti menemukan fakta menarik desain–desain produk mebel yang

dikombinasikan menjadi mebel yang beraneka fungsi terutamanya, masih

bersifat standar. Artinya pengrajin mebel sentra KIKM memang

membutuhkan lebih banyak pembinaan atau pelatihan desain, warna,

ukiran hingga pengetahuan berbisnis dan sebagainya. Desain mebel yang

bagus, menarik sangat disukai oleh konsumen terutama kaum hawa

(wanita) dalam hal ini ibu-ibu sebagai konsumen mebel. Hak tersebut

sesuai dengan definisi produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan

ke pasar untuk diberikan perhatian, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi

yang memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler et al., 2017). Definisi

tersebut menjelaskan bahwa produk dibuat ketika ada kebutuhan atau

permintaan oleh konsumen. Untuk memenuhi hal itu, mebel harus

dikombinasikan dengan desain yang menarik disertai bahan serta pewarna

(finishing) yang berkualitas. Untuk mengembangkan semua itu tentunya

para pengrajin membutuhkan pengetahuan, pelatihan serta bimbingan

yang sesuai.

Sebenarnya masih banyak kegiatan maupun acara yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Jakarta-Timur melalui KIKM (Koperasi Industri Kayu dan

Mebel) setempat dengan melibatkan pengrajin mebel sebagai bagian dari

acaranya, hanya saja sosialisasinya kurang maksimal. Menurut penafsiran

dan pemahaman peneliti. Seperti yang dikatakan narasumber 4, Ibu Iis

Sugiyanto pengrajin Klender yang berasal dari Bangsri Jepara, Jawa

Tengah. Hal ini diperjelas dalam suatu jawaban tentang strategi komunikasi

pemasaran di dalam penuturan, kalimatnya:

“Rasanya pemerintah dan KIKM setempat harus bekerja lebih keras lagi ya, apalagi kalau mau memajukan mebel KIKM biar bisa berkompetisi dengan mebel lainnya. Harus lebih serius karena gaungnya kurang terdengar ya, kalau mau mengangkat mebel Klender keluar semua pihak harus kerja sama dong” (wawancara tanggal 29Juli 2019).

Sebagai lembaga yang mengusung ekonomi kerakyatan seharusnya

peran Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) seharusnya melaksanakan

apa yang telah diamanatkan sebagaimana mestinya. Jika masih ada

Page 17: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 100 IBI-K57

program kegiatan pameran mebel yang miskin integritas, maka program-

program dan strategi komunikasi pemasaran yang direncanakan tidak akan

mencapai tujuan yang diharapkan, malah menyengsarakan pihak-pihak

yang seharusnya dibantu, dalam hal ini pengrajin maupun anggotanya.

Strategi komunikasi pemasaran memang memiliki peran penting untuk

keberhasilan suatu perusahaan atau pemasaran. Strategi perusahaan

membutuhkan perencanaan yang konsisten berupa taktik operasional yang

matang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan, tidak tertutup

kemungkinan oleh lembaga Koperasi yang memiliki nilai-nilai integritas

dalam mengimplementasikan suatu rencana pemasaran. Setiap bisnis

membutuhkan strategi dan rencana pemasaran yang matang, yaitu: 1)

perusahaan memiliki visi, misi , dan tujuan yang hendak dicapai. Strategi

ingin memastikan bahwa visi, misi dan tujuan dan sasaran ini dapat

direalisasikan seperti yang direncanakan, 2) dalam merealisasikan tujuan

perusahaan menghadapi risiko pasar karena adanya persaingan dari

perusahaan lain yang menghasilkan produk sejenis maupun produk

substitusi dan 3) dalam menjalankan strategi dan rencana pemasarannya

perusahaan memiliki keterbatasan sumber daya, misalnya permodalan,

kualitas, sumber daya, penguasaan teknologi dan informasi pasar.

Berdasarkan dari uraian di atas jelas, dapat diketahui bahwa suatu

pemasaran dibutuhkan strategi taktik yang tepat sasaran dalam hal ini agar

visi dan misi perusahaan dapat tercapai. Prinsip dasarnya bahwa

komunikasi pemasaran sangat dipengaruhi oleh integritas masing-masing

nilai kebijakan organisasi dan sangat menginduk pada suatu sistem

komunikasi organisasi, contoh kongkretnya seperti strategi komunikasi

pemasaran yang sebaiknya diterapkan pengrajin mebel sentra mebel

Klender, secara otomatis strategi pemasarannya sedikit banyak

dipengaruhi oleh banyaknya frekuensi kegiatan-kegiatan promosi yang

dilancarkan organisasi Koperasi, secara terus menerus (continuity) dan

berkesinambungan (sustainable). Terdapat tiga tujuan dari strategi

komunikasi adalah to secure understanding (memastikan pemahaman), to

Page 18: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 101 IBI-K57

establish acceptance (pembinaan) dan to motivate action (memotivasikan

kegiatan). Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu masukan keperluan

adanya program-program kegiatan yang sangat mendesak urgensinya bagi

pihak KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel) menggunakan dan

memperkuat kembali strategi komunikasi pemasaran yang terus

berkesinambungan (sustainable) dan memiliki suatu integritas (integrity)

dan konsistensi, khususnya terhadap: pemahaman, pembinaan (pelatihan)

dan motivasi terhadap pengrajin.

Sehingga perlu digalakkannya kegiatan-kegiatan yang menstimulasi

taktik promosi pengrajin melalui pendekatan 4P (marketing mix) dan

pendekatan strategy business triangle pendekatan STV (strategic, tactic,

and value) yang di dalamnya terdapat integritas (integrity) elemen-elemen

mulai dari penerapan: Strategi pemasaran yang mencakup segmentasi,

targeting dan positioning di dalamnya. Taktik yang terdapat elemen bauran

pemasaran, selling dan differentiation, value yang terdiri atas komponen

mulai dari: brand, service dan process dalam upaya-upaya

mempromosikan produk pengrajin mebel lokal sentra mebel Klender

melalui struktur organisasi KIKM-nya.

Segmentasi

Segmentasi sebagai bagian daripada strategi pemasaran merupakan

hal yang penting dalam menerapkan suatu struktur pasar. Peranan

segmentasi dalam marketing adalah memungkinkan kita untuk lebih fokus

masuk ke dalam suatu struktur pasar sesuai keunggulan kompetitif

perusahaan kita, mendapatkan input mengenai peta kompetisi dan posisi

kita dipasar. Merupakan basis bagi kita untuk mempersiapkan strategi

marketing selanjutnya, dan sebagai faktor kunci mengalahkan pesaing

dengan memandang pasar dari sudut unik dan cara yang berbeda.

Segmentasi adalah sebuah metode bagaimana memandang pasar secara

kreatif. Pengusaha maupun perusahaan, sekalipun pengrajin lokal sudah

pasti melakukan segmentasi berdasarkan segmentasi pasarnya masing-

Page 19: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 102 IBI-K57

masing. Sehingga kemudian dapat diartikan segmentasi adalah bagian

daripada strategi komunikasi pemasaran itu sendiri, selain dimensi lainnya,

yaitu: targeting dan positioning. Dikaitkan dengan dimensi strategi yang

lebih dikenal dengan istilah (STP). Berikut petikan- petikan jawaban dari

narasumber 5. Ibu Nining Pujiati, yang menjawab pertanyaan interview,

seperti di bawah ini:

“Sebagian besar masyarakat Jakarta-Timur mengetahui keberadaan pameran mebel diadakan setiap hari di gedung PPIKM, tapi hanya ramainya sabtu minggu hari keluarga, menurut saya strategi Koperasi sudah bagus dengan menjadikan satu model penempatan lokasi.” (wawancara 27 Juni 2019)

Dari keterangan Ibu Ning di atas, strategi yang dilakukan KIKM

(melalui pengrajin dengan model segmentasi pasar yang berorientasi

tempat atau lokasi usaha. Di sini jelas bahwa pengrajin merasa telah cukup

puas terhadap strategi pengembangan yang diterapkan Pemerintah Kota

Jakarta Timur melalui KIKM melokalisir mereka berkegiatan di gedung

PPIKM). Hanya dalam hal promosi dari dimensi taktik saja yang dirasakan

pengrajin dinilai masih kurang. Disadari baik langsung maupun tidak

langsung apapun bentuk segmentasi dari strategi komunikasi yang

diterapkan. Dipastikan terdapat manfaat dan kelemahan dari segmentasi itu

sendiri, banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas

dasar pengelompokan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau

menyegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum

perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan

meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi

perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan (sustainable) dan

kompetitif (Porter, 1991). Manfaat yang lain dengan dilakukannya

segmentasi pasar, antara lain:

1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai

kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa

berubah.

Page 20: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 103 IBI-K57

2. Dapat mendesing produk yang benar-benar sesuai dengan

permintaan pasar.

3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.

4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang

tepat bagi segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan

yang lebih besar.

5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan

masa atau periode-periode di mana reaksi pasar cukup besar.

Hal yang berkaitan dengan manfaat dan kelemahan yang diperoleh

dari wawancara beberapa narasumber. Ada beberapa hal-hal kelemahan

yang berkaitan dengan segmentasi tempat/lokasi pada sentra Klender

KIKM yang terkonsentrasi dalam satu tempat. Mengemukanya suatu

pendapat sanggahan-sanggahan kepada peneliti seperti penuturan yang

disampaikan oleh Ibu Iis Sugiyanto narasumber no:2 dan Ibu Amoy

narasumber no:6 terhadap persepsi brand mebel Klender yang telah

terbentuk selama ini. Mereka menyanggah sentra industri Klender-KIKM

(Koperasi Industri Kayu dan Mebel) tidak mengarah kepada segmentasi

pasar yang selama ini tercipta dalam benak persepsi khalayak sebagian

masyarakat Jakarta terhadap kualitas, dan harga mebel Klender yang

terkesan murahan. Berikut di bawah ini 2 bentuk penuturannya dari masing-

masing narasumber:

“Bagi saya kurang tepat, Pak! Klender yang murahan abal-abal itu yang disana, yang dibawah kolong jembatan-hehehe flyover yang jual mebelnya kodian- kalau disini kualitas produk kita beda jadi jangan samain yang disana dengan yang didisplay disini.” (wawancara 20 Mei 2019-Ibu Iis Sugiyanto)

“Tidak setuju, mebel disini harganya mahal pak lihat aja kualitas kayunya, kita sebagian memang produk di Klender, kalau yang halus finishingnya seperti ini kita bawa langsung dari Jawa Jepara bukan buatan Klender”, pembeli menilai “Walaupun mahal masih minat untuk membeli karena sesuai dengan segmen nya sendiri, disini ramainya keluarga mengajak suami istri,anak datang sabtu dan minggu“ (wawancara 20 Mei 2019 Ibu Iis Sugiyanto)

Page 21: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 104 IBI-K57

Dari kedua pernyataan di atas yang berkaitan segmentasi dalam suatu

penerapan strategi pemasaran tak akan bisa lepas terhadap dimensi-

dimensi yang mempengaruhinya, salah satunya positioning dari brand

mebel sentra Klender itu sendiri. Positioning pertama kali dipopulerkan oleh

Al Ries dan Jack Trout (Ries & Trout, 2001). Positioning adalah persepsi

yang ada dalam benak konsumen tentang merek produk sehingga

konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya

dengan produk tersebut. Menurut Professor Yoram Wind dari Wharton

University of Pennsylvania, positioning merupakan reason for being atau

alasan bagi eksistensi sebuah produk atau merek sehingga dapat disebut

being strategy (Kotler et al., 2017). Konsep positioning berhubungan erat

dengan bagaimana konsumen memproses informasi.

Perilaku atau tindakan seseorang berkaitan dengan kesadaran

rasional mengenai lingkungannya yang diperoleh melalui Panca Indera.

Proses berpikir (cognitions) melibatkan sesuatu yang disebut persepsi.

Persepsi ini yang menjadi pusat positioning karena salah satu alat untuk

memetakan positioning disebut perceptual maps atau peta persepsi.

Karena positioning adalah apa yang ada dalam benak orang atau

konsumen maka positioning tidak selalu harus ditulis secara terang-

terangan. Positioning adalah tentang mendapatkan kepercayaan

pelanggan. Oleh karena itu, produk harus mempunyai kredibilitas.

Positioning harus didukung pula dengan diferensiasi yang solid.

Diferensiasi merupakan terjemahan dari positioning. Positioning-

Differentiation Brand (PDB) adalah proses yang saling memperkuat terus

menerus (Kotler et al., 2017). Jelas dari pernyataan penuturan kedua

pengrajin di atas, pendekatan segmentasi (lokasi atau tempat yang) erat

berkaitan dengan positioning yang berlangsung secara terus menerus

(continue) terhadap produk yang dipamerkan pengrajin di gedung PPIKM

(Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel). Walaupun realitas di lapangan

yang terjadi tidak demikian pandangannya terhadap sentra mebel Klender.

Page 22: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 105 IBI-K57

Inilah yang diyakini penulis PDB menghasilkan persepsi yang timbul dalam

benak khalayak.

Sesungguhnya hasrat pengrajin melalui sentra KIKM ingin

mengkomunikasikan bahwa mebel yang dipamerkan di gedung PPIKM

(Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel) adalah kualitas terbaik dan

pilihan. Meskipun dari data hasil penelitian diperoleh bahwa produk yang

dipamerkan yang dimaksudkan adalah produk-produk mebel berdesain

khusus atau sesuai permintaan (upon request), pasar sasaran utamanya

(targeting) membidik keluarga kelas ekonomi menengah ke atas dan posisi

secara (positioning) diperuntukkan bagi warga Jakarta, khususnya wilayah

Jakarta Timur. Namun hingga saat ini tidak dapat dipungkiri tetap saja

masih dirasakan brand image yang muncul terhadap keberadaan area

Klender di Jakarta Timur itu sendiri. Adalah bagi mereka pendatang khusus

konsumen yang datang ke area ini secara khusus mencari dan memburu

(hunting) mebel berbahan baku kayu dengan kualitas harga miring atau

harga murahan.

Dari faktor-faktor STP (segmenting, targeting dan positioning) yang

berkaitan dengan segmentasi pasar yang berorientasi pada lokasi.

Terdapat pula manfaat dan kelemahan. Manfaat pengrajin yang diperoleh

telah mampu membidik pasar konsumen dari golongan kelas menengah ke

atas yang telah ada sejak dulu, namun terdapat adanya kelemahan yang

terkait efek simulakra atau persepsi yang tertanam di benak pelanggan

sehingga menjadi kelemahan terkait mebel Klender itu sendiri yang

terkesan kualitas kayu kerupukan dan murahan. Dalam hal ini didapat

keterangan dari pengrajin yang berpegang teguh pada pedoman

segmentasi lokasi yang membedakan mereka dari target sasaran

(targeting) dari segmen yang dituju dari sentra mebel KIKM dibandingkan

sentra mebel Klender yang cenderung segmennya lebih luas, menyangkut

berbagai segmen dari kelas bawah hingga kelas atas. Dapat dipastikan

target poin dari sentra mebel KIKM adalah golongan kelas menengah ke

atas. Manfaat segmentasi pasar adalah: 1) dapat membedakan antara

Page 23: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 106 IBI-K57

segmen yang satu dengan segmen lainnya, 2) dapat digunakan untuk

mengetahui sifat masing-masing segmen, 3) dapat digunakan untuk

mencari segmen mana yang potensinya paling besar dan 4) dapat

digunakan untuk memilih segmen mana yang akan dijadikan pasar sasaran.

Sekalipun tindakan segmentasi memiliki sederetan keuntungan dan

manfaat, namun juga mengandung sejumlah risiko yang sekaligus

merupakan kelemahan-kelemahan dari tindakan segmentasi itu sendiri,

antara lain biaya produksi akan lebih tinggi, karena jangka waktu proses

produksi lebih pendek, biaya penelitian/ riset pasar akan bertambah searah

dengan banyaknya ragam dan macam segmen pasar yang ditetapkan,

biaya promosi akan menjadi lebih tinggi, ketika sejumlah media tidak

menyediakan diskon.

Dari keterangan hasil jawaban interview yang dikemukakan oleh Ibu

Ning Pujiati, dapat diketahui segmentasi lokasi yang diterapkan oleh

Koperasi Industri Kayu dan Mebel dirasakan telah tepat mengarah ke

konsumen. Selain daripada itu, peranan segmentasi berdasarkan geografi

sangat mempengaruhi dan memiliki peranan penting dalam upaya

memasarkan produk kerajinan mebel dan industri kayu pengrajin anggota

KIKM. Segmentasi geografi yang dimaksud adalah wilayah sentra Klender

itu sendiri yang berada di Jakarta. Yang mana segmennya jelas

diperuntukkan bagi masyarakat Jakarta Timur dan secara khusus ingin

mencari mebel di sentra ini. Berikut jawaban dari narasumber Ibu Amoy,

pengrajin mebel usaha dagang “Rossi Furniture” mewakili anggota KIKM

perwakilan komunitas asal Betawi yang menjawab pertanyaan interview,

seperti di bawah ini:

“Disini kebanyakan yang datang keluarga, istri mengajak suami biasanya pasaran hari sabtu minggu ada juga yang mengajak anak-anaknya, oh tidak pak mereka rata-rata bawa mobil sendiri ada juga sih yang bawa motor …iya banyak juga pesanan biasanya pesen set satu kamar pengantin, atau ruang tamu biasanya yang banyak kalau pesen sama saya.“ (wawancara 27 Mei 2019)

Page 24: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 107 IBI-K57

Dari keterangan Ibu Amoy diatas bahwa target sasarannya (targeting)

adalah mereka pengunjung yang telah (akan) berkeluarga demi mencari

perabotan untuk kebutuhan di dalam rumah tangganya. Keterangan di atas

mengeluarkan indikasi-indikasi tujuan target sasaran daripada segmentasi

lokasi tersebut, bahwa strategi yang diterapkan Pemerintah Jakarta-Timur

melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan sengaja memusatkan

promosi pengrajin di satu lokasi terpusat di sentra Klender yang telah

terbentuk sejak lama. Tujuannya jelas dilokalisir dijadikan satu lokasi agar

memudahkan komunitas KIKM (Koperasi Industri Kayu dan mebel) dalam

memantau kegiatan-kegiatan pengrajin dan yang terpenting tidak usah

kembali melakukan riset pasar dan meminimalis biaya-biaya yang berkaitan

dengan promosi. Biaya promosi bisa di tekan dan dialihkan ke biaya-biaya

lain, seperti : pelatihan, dan kegiatan bagi pengrajin. Di sini sekali lagi peran

segmentasi lokasi diciptakan agar komunitas memiliki peran lebih maksimal

berkumpulnya produsen langsung tertuju kepada target pasar, yaitu

konsumen langsung.

Strategi komunikasi pemasaran yang dilancarkan menurut

pemahaman peneliti berdasar segmentasi geografi (lokasi, tempat) telah

tepat sasaran baik dalam hal positioning. Dimana segmentasi lokasi diduga

peneliti disinyalir kuat membentuk suatu sentra (baru) dalam suatu

komunitas. Yang telah memetakan (perceptual maps) secara jelas dibenak

pelanggan maupun target sasaran bahwa sentra Klender dan sentra

Klender KIKM adalah dua sisi area segmentasi lokasi yang berbeda

meskipun terdapat di sentra yang sama. Hal inilah yang membedakan

segmentasi pasar bagi sentra Klender dan bagi sentra bentukan baru KIKM

di gedung PPIKM. Perbedaannya adalah tercermin dari sisi kualitas produk,

dan segmen yang dituju bahwa produk yang ada di sentra KIKM adalah

bukan produk massal/massifikasi (kodian), tidak pasaran, dan khusus

menerima pesanan-pesanan khusus (upon request) atau custom made.

Meskipun dikategorikan mahal konsumen masih berminat untuk

membelinya karena memang produk yang ditampilkan telah sesuai dengan

Page 25: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 108 IBI-K57

segmennya sendiri. Seperti yang dikatakan Bapak Firdaus narasumber 7,

di bawah ini:

“Langganan mebel saya disini tidak masalah dengan harga, sepanjang desain sama finishing dan kualitas jatinya bagus mereka beli saja. Kadang mau nunggu kalau pesanan lama asal bagus. Tentu segmennya beda dong… jelas kelas menengah keatas karena disini bersaing, iya kualitas Enggak Saya jarang kirim buat mebel perkantoran, sama restaurant tapi biasanya kirim perumahan kadang ada pesanan juga buat apartemen”……yah saya lebih pentingin pesanan daripada jual display kalau kebanyakan nyetock mebel butuh modal besar dan duit mati ke barang (wawancara 29 Juni 2019).

Dari keterangan yang telah diberikan Bapak Firdaus, Pemilik usaha

Hamka Furnitur seorang narasumber ketujuh, di atas bahwa beliau memiliki

segmen khusus yang membeli mebel dari kalangan perumahan dan

apartemen. Berarti dapat dipastikan segmen khusus kelas menengah dan

mereka yang pesan perabot atau mebel yang membeli berdasarkan

pesanan khusus atau (custom made). Bagi golongan yang benar-benar

mengerti akan kualitas kayu dan berminat mebel dengan kualitas rapi dan

bagus.

Taktik

Taktik sendiri dalam strategi komunikasi pemasaran merupakan

pelaksanaan daripada strategi promosi itu sendiri. Dalam hal ini taktik yang

digunakan pengrajin dalam pemasaran mebelnya, baik antara sesama

pengrajin dan kepada konsumen. Dari strategi kemudian dilanjutkan

dengan menetapkan taktik pemasaran dalam bentuk diferensiasi, bauran

pemasaran. (marketing mix) (Hermawan Kartajaya; 2004;48). Dalam

strategi model Kotler STV (strategy, tactic, and value), dimensi-dimensi

yang ada baik taktik, strategi maupun value merupakan satu kesatuan

(unity) yang saling terintegrasi tidak bisa dipisahkan satu sama lain atau

dipisah-pisah, maksud daripada keterangan tersebut bahwa yang bisa

menilai atau menganalisis suatu rencana strategi komunikasi pemasaran

telah berjalan dengan baik atau benar-benar belum berjalan, dapat

Page 26: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 109 IBI-K57

diketahui dari kesesuaian komponen-komponen yang ada (Kotler et al.,

2017). Strategi dan taktik yang sudah dibuat harus didukung dengan

rancangan promosi yang benar-benar tepat sasaran. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh: Bapak Rio Setiana S.E, selaku bendahara

umum, KIKM (Koperasi Industri Kayu dan Mebel), berikut penuturannya:

“Disini pengrajin cara berpromosi masih sangat konvensional, mereka masih menawarkan produk ke konsumen menggunakan catalog mebel atau gambar foto yang dikliping, dan cara memasarkan langsung kepada konsumen yang berkunjung”, enggak-enggak mereka belum pakai pemasaran digital via internet. Paling BBM-an (wawancara 26 November 2014)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, berikut penjelasan

yang diberikan oleh Bapak Soleh, selaku Staf KIKM (Koperasi Industri Kayu

dan Mebel), berikut penuturannya:

“Mereka menata barang sesuai space (ruang pamer) semaksimal mungkin menata sebanyaknya produk. Untuk harga produk disini tidak bisa disama-ratakan tergantung finishing (pewarnaan) meskipun barangnya sama tapi kalau finishing bagus harga bisa berbeda dan mahal kuncinya jualan pengrajin di finishing!” (wawancara 20 Juli 2019- Staff KIKM)

Dari analisa data dan keterangan partisipan di atas, berdasarkan dari

strategi kemudian dilanjutkan dengan menetapkan taktik pemasaran setiap

pengrajin dalam bentuk diferensiasi produk (keanekaragaman jenis dan

fungsi mebel), bauran pemasaran dan proses penjualan langsung. Dalam

soal taktik pemasaran dapat dikatakan apa yang dilakukan oleh pengrajin

sentra mebel Klender KIKM masih terdapat kepincangan-kepincangan dan

ketidaksempurnaan dalam hal taktik pemasaran.

Value

Brand adalah suatu alat identitas bagi penjual atau produsen, bisa

berupa nama, logo, trademark (merek dagang), atau berbagai bentuk

simbol yang lain. Brand juga merupakan suatu alat komunikasi, dimana,

dan oleh beberapa organisasi secara sengaja diciptakan dan digunakan

sebagai satu identitas untuk memasarkan barang maupun jasa. Dengan

Page 27: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 110 IBI-K57

secara tidak langsung dengan adanya brand tersebut meningkatkan

penilaian perusahaan atau menghasilkan dukungan terhadap satu masalah

non-profit. Brand (merek) yang hebat akan menggabungkan kepintaran dan

pemahaman dengan imajinasi dan keahlian. Brand merupakan ekuitas

perusahaan yang menambah value (nilai) bagi produk dan jasa yang

ditawarkan. Merek merupakan aset yang menciptakan value bagi

pelanggan dengan memperkuat kepuasan dan pengakuan atas kualitas

(Kotler et al., 2017).

Dari kutipan kedua alinea di atas, diperoleh pengertian bahwa value

merupakan turunan daripada suatu merek (brand) yang ada maupun yang

nilai yang terkandung atau bakal diciptakan baik itu secara kualitas, maupun

nilai-nilai aset yang menciptakan value bagi pelanggan. Dasar penciptaan

dari value itu diciptakan guna meningkatkan kepuasan dan menghargai

suatu kualitas. Definisi ini menggambarkan peran merek yang tidak hanya

sebagai representasi dari produk yang dimiliki, tapi juga dapat berfungsi

untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Value dari sebuah produk maupun

jasa sangat bergantung dari merek yang dimiliki oleh perusahaan. Logika

berpikir cepatnya adalah merek (brand) akan menjadi kuat apabila memiliki

brand equity (ekuitas merek) yang kuat juga. Selanjutnya brand equity yang

kuat akan memberikan value yang baik. Berikut jawaban penjelasan dari

Ibu Nining Pujiati narasumber 4, yang ketika diwawancarai, membuat suatu

pernyataan tentang value yang berkaitan dengan loyalitas pelanggan:

“Saya jual mebel cara-cara kekeluargaan ke setiap pelanggan, bahkan ada pelanggan saya yang khusus beli dari Papua, sengaja khusus datang kalau butuh barang mampir ketoko saya, lucunya pembeli saya tahu di Klender pusat mebel, bahkan tahu diluar harga bisa terpaut murah, alasannya beliau udah cocok beli kesaya, merasa sudah seperti keluarga, bagi saya mungkin kualitas sama servise pelayanan kalau tidak mau ditinggalin pelanggan, kalaupun ada complain semua bisa dibicarakan dengan baik secara 4 mata gimana penyelesaiannya.”

Apabila di perhatikan secara seksama bahwa nilai-nilai yang

terkandung dari merek mebel yang dijual NN Furniture oleh Ibu Ning

Page 28: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 111 IBI-K57

terdapat nilai yang dihasilkan dari hasil proses ramah-tamah (dialog)

melalui tatap muka penjualan langsung (personal selling) dan adanya

komunikasi antar pribadi (interpersonal) sehingga satu sama lain baik

konsumen dan pengrajin ada suatu relasi hubungan yang dekat (intimacy).

Dari keterangan di atas dikatakan kualitas produk dan service atau

pelayanan merupakan faktor utama yang harus dilakukan oleh pengrajin

apabila tidak ingin ditinggalkan pelanggannya. Perusahaan seharusnya

tidak hanya memasarkan produk dengan manfaat fungsional ataupun

manfaat emosional, melainkan harus pula menonjolkan manfaat spiritual

(Kotler et al., 2017).

Pendekatan pemasaran berbasis nilai-nilai ini diyakini akan

memperoleh hasil yang berbeda dan menurut penulis bisa dikatakan cukup

unik. Karena perusahaan atau pemilik merek tidak sekedar memberikan

kepuasan atau mengincar profitabilitas, melainkan memiliki compassion

dan keberlanjutan (Sustainable). Peneliti menangkap pemahaman adanya

sinyal daya tarik tersendiri bagi pemilik usaha untuk menggiring di jaringan

loyalitas pelanggan, bahwa ada suatu keunikan nilai-nilai (value) yang

ditanam terlebih dahulu, lalu perlahan tumbuh membesar hingga matang

kemudian dipetik hasilnya melalui cara-cara pengrajin berkomunikasi bisnis

dan berinteraksi dalam sentra jaringan komunitas pada gedung PPIKM

(Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel) pada jaringan pelanggannya

masing-masing.

Keunikan dan daya tarik yang dimaksud yaitu pengrajin sentra Klender

KIKM ini tidak semata-mata memperdagangkan produk mebel saja, akan

tetapi pemasaran yang baik harus disertai dan dilandasi nilai-nilai

keindahan (estetika) pada suatu produk dan nilai-nilai kebaikan (nilai-nilai

Koperasi) dalam membina suatu hubungan baik terhadap konsumen

langsung maupun calon konsumen atau calon pelanggan.

Page 29: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 112 IBI-K57

Pola Interaksi Dalam Komunitas KIKM (Koperasi Industri Kayu dan

Mebel)

Interaksi sosial adalah hubungan antar individu, individu dengan

kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam kehidupan

bersama antar individu dengan individu maupun kelompok terjadi hubungan

atau relasi. Melalui hubungan tersebut setiap individu pasti memiliki maksud

dan tujuan dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai

keinginannya tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui

hubungan timbal-balik. Hubungan inilah yang disebut dengan interaksi.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang

menyangkut hubungan antar individu, antara individu dan kelompok, atau

antar kelompok. Terjadinya interaksi karena ada proses aksi dan reaksi,

kontak dan komunikasi. Manusia punya naluri gregariousness, yaitu naluri

untuk selalu hidup berkelompok atau bersama dengan orang lain. Sebagai

makhluk sosial, manusia punya kecenderungan untuk bekerja sama

dengan orang lain. Dari setiap hubungan-hubungan tersebut di atas akan

membentuk dan terjalin suatu pola yang dinamakan pola interaksi sosial

yang terjadi dimasyarakat.

Keberadaan pengusaha kecil dan menengah termasuk usaha

berskala usaha mikro dan koperasi (KUMKM) merupakan wujud kehidupan

ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Pengembangan pengusaha

(KUMKM) mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan

kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural yaitu

dengan meningkatkan daya beli masyarakat. Melihat dari uraian di bawah

ini maka pantaslah bahwa lembaga koperasi (KIKM) merupakan pilar

ekonomi masyarakat lokal dipandang dari sudut jumlah jenis usaha dan

jumlah tenaga yang terserap. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh

Bapak Purwanto, narasumber 9 yang menuturkan:

“Di sini setiap pengrajin wajib mengikuti diadakannya pelatihan oleh KIKM , besok kita ada pelatihan lagi, pak! Ini baru selesai tadi, kalau mau interview lagi jangan pas lusa tanggal 28 sampai 3 Desember soalnya kita lagi sibuk persiapan acara Festival Klender, minggu

Page 30: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 113 IBI-K57

depan aja Pak! Kalau bapa mau foto buat data penelitian datang aja Pak? (wawancara 26 Juni 2019 - Gedung PPIKM).

Berdasarkan hal di atas dapat ditelusuri bahwa ada pola interaksi

hubungan timbal balik dengan kelompok komunitasnya masing-masing

terbentuk secara vertikal kelembagaan pengurus melalui struktur organisasi

KIKM dengan Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan. Interaksi sosial

yang dimaksud berupa feed back atau channel, seperti hal: nilai-nilai

kebersamaan, pemberian pelatihan, adanya program motivasi kegiatan,

tanggung jawab sesama seperti terhadap suatu acara tahunan yang segera

harus dilaksanakan komunitasnya, dalam kegiatan festival Klender akan

segera di jalankan dan di laksanakan komunitas tersebut. Pola interaksi

yang terjadi pada usaha mikro dan usaha kecil (pengrajin) telah fokus

kepada pemberdayaan baik dari aspek manajemen usaha, karena berbagai

pertimbangan, dimana usaha pengrajin dilihat dari sisi mikro ekonomi dan

terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat, dipandang dari tingkat

penyerapan kerja. Mengingat hal yang berkaitan dengan interaksi dianggap

penting dan perlu dikembangkan dalam sarana menyelesaikan masalah

dalam struktur kelembagaan dan menjadi bagian dari gerakan

pengembangan dan pemberdayaan koperasi. Inilah yang diduga kuat

pemikiran peneliti membentuk suatu jaringan komunitas sentra mebel

Klender serta penguatan komunitas lembaga didalam Koperasi Industri

Kayu (KIKM) dan Mebel di gedung PPIKM sebagai Pusat Promosi Industri

Kayu dan Mebel diwilayah Jakarta Timur. Adanya program kegiatan-

kegiatan yang mampu menstimulasi keterlibatan pengrajin mebel sehingga

diantara mereka terjalin kebersamaan dan adanya suatu tujuan bersama.

Pola interaksi yang ada dalam sentra KIKM meliputi hubungan difusi

horizontal internal yang bersifat kemitraan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Interaksi yang berlangsung dicirikan interaksi yang bersifat

informal atau tidak resmi, berbeda sekali dengan hubungan vertikal

terhadap pengurus Koperasi Industri Kayu dan Mebel yang terasa lebih

Page 31: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 114 IBI-K57

formal, pendekatan sesama pengrajin lebih kepada pendekatan-

pendekatan pribadi atau pertemanan.

Mengapa hubungan ini kemudian disebut hubungan langsung dan

tidak langsung yang bersifat horizontal karena hubungan langsung di

komunitas ini terjadi apabila terjalin kerja sama sesama pengrajin dalam

satu komunitas yang bersifat kemitraan (kerja sama) atau partner kerja. Dan

hubungan tidak langsung yang terjadi sesama pengrajin dalam hal

kaitannya sama-sama seprofesi dan tidak sedang melakukan kerja sama

sesama individu di dalam suatu kelompok pengrajin. Berikut penuturan

yang salah seorang narasumber, Ibu Ida pemilik usaha Amelia Furniture:

“Ada juga pengrajin yang minta tolong dicarikan barang sama-sama pengrajin dari sini, kalau saya kalau barang yang dipesan tidak ada disentra Klender saya pesanin cari barangnya ke pengrajin Jepara, pak?” (wawancara 26 November 2014- Gedung PPIKM)

Dari keterangan di atas bahwa dapat ditelusuri bahwa terdapat pola

interaksi hubungan timbal balik hubungan individu dengan individu: antara

sesama pengrajin. Apabila yang bersangkutan mendapatkan dan mampu

memproduksi barang produknya di sentra Klender namun apabila ada

pesanan barang-barang yang tidak pasaran maka pesanan akan dilempar

keluar ke beberapa jaringannya yang lain seperti kepada pengrajin Jepara

Jawa Tengah.

Pola interaksi yang ada dalam sentra KIKM antara pengrajin dengan

konsumen yang terjadi, yaitu saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi

yang berlangsung biasanya sesuai dengan ragam transaksi yang dilakukan

seputar dunia mebel, mulai dari jenis material bahan kayu dan fungsi

produk, warna, bahan, desain, harga. Pokok bahasannya dalam pola

interaksi model ini segala sesuatu yang meliputi dan berkenaan langsung

terhadap pembuatan mebel kapan selesainya hingga pelayanan dalam hal

pengiriman barang (delivery product) yang akan didapatkan pelanggan.

Hubungan horizontal yang terjadi dalam hal ini hubungan horizontal yang

bersifat tatap muka dan to the point berdialog dan secara langsung

Page 32: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 115 IBI-K57

komunikasi antar pribadi. Interaksi difusi horizontal yang berlangsung

dicirikan pola interaksi yang formal terkadang informal tergantung topik-

topik pembicaraan apa saja yang akan dipertimbangkan. Perbincangan

formal diketahui dilakukan pendekatan pengrajin apabila calon pembeli

belum termasuk kategori sebagai langganan atau customer tetap, masih

bersifat sebatas ter-prospects, namun sebaliknya apabila sudah menjadi

pelanggan atau minimal pernah membeli dan bertransaksi sebelumnya.

Telah dikenal baik secara personal oleh pihak-pihak pengrajin. melakukan

pembicaraan yang diselingi pembicaraan informal (tidak resmi). Berikut

penuturan yang salah seorang narasumber, Ibu Yati sebagai salah satu

pelanggan Ibu Ning pemilik usaha NN Furniture:

“Iya Pak saya langganan bu Ning tapi saya disini lagi gak mau beli mebel saya sedang nunggu teman saya yang suaminya orang india, rencana mau ngisi mebel untuk diapartemennya….iya niy saya lagi nanya-nanya tadi sama dia mengenai harga dan berapa lama waktu produksi kalau pesan buat teman saya India itu (wawancara 26 april 2018- Gedung PPIKM)

Telah jelas dari penuturan di atas bahwa pola interaksi yang dilakukan

pengrajin terhadap konsumennya di sentra KIKM. Berkaitan langsung

dengan ragam transaksi untuk kesepakatan (deal) pemesanan mebel

(order) atau transaksi ekonomi yang berkaitan langsung terhadap nilai mata

uang. Dari ketiga model interaksi di atas dilingkup sentra Klender KIKM

(Koperasi Industri Kayu dan Mebel) peneliti mengevaluasi inilah yang

memperkuat atau saling menguatkan di antara pelaku komunikasi untuk

membuka celah jaringan kerja berdasarkan kedekatan komunikasi antar

pribadi melalui ruang dialog.

IV. KESIMPULAN

Penerapan komunikasi pemasaran di KIKM yang diterapkan KIKM

dengan kesesuaian vertikal marketing dan legacy marketing pada dimensi

segmentation, targeting, dan positioning telah memiliki frame work kerja

nyata yang jelas dan terarah berdasarkan segmentasi geografi pada satu

titik lokasi wilayah sentra Klender. Bahkan telah mampu membentuk suatu

Page 33: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 116 IBI-K57

komunitas dan sentra baru juga membidik target sasaran keluarga kelas

menengah ke atas dan positioning sentra KIKM itu sendiri diwilayah

Jakarta-Timur. Namun sangat disayangkan kesesuaian strategi yang telah

tepat sasaran tidak ditunjang dalam hal-hal taktik yang masih terdapat

kepincangan-kepincangan dalam penerapan promotional mix. Dalam hal

taktik (market share), komunikasi pemasaran yang dilancarkan pengrajin

sentra mebel KIKM (Koperasi Industri kayu dan Mebel) masih terfokus

menitikberatkan terhadap produk saja terhadap konsumennya di gedung

PPIKM (Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel). Terlihat jelas fokus

produk bagi setiap pengrajin merupakan hal terpenting dan di atas segala-

galanya daripada elemen-elemen kesesuaian yang lain, seperti: promosi

(promotional mix). Maka dapat disimpulkan strategi komunikasi pemasaran

pengrajin masih memiliki kekurangan atau ketidaksempurnaan guna

memasarkan produk- produknya di gedung PPIKM ( Pusat Promosi Industri

Kayu dan Mebel).

Pola interaksi didalam komunitas KIKM meliputi hubungan secara

horizontal internal yang saling berinteraksi bersifat kemitraan baik secara

langsung maupun tidak langsung antar sesama pengrajin. Untuk pola

hubungan pengrajin dengan pengurus Koperasi berlangsung secara formal

dan vertikal (hierarkis-informatif) guna pengrajin mendapatkan segala

sesuatu informasi yang bermanfaat dari lembaga Koperasi yang

menaunginya, sedangkan hubungan pengrajin terhadap segmentasi

khalayak atau konsumen yang terjadi adalah hubungan langsung dengan

dialogis ber-interactive secara informal mengacu kepada kedekatan

(pertemanan) yang berkelanjutan (suistanable) dan menciptakan jaringan

atau networking. Hubungan timbal-balik inilah yang disinyalir kuat

membentuk suatu jaringan komunitas sentra mebel Klender dan penguatan

komunitas lembaga Koperasi Industri Kayu dan Mebel di gedung PPIKM

sebagai Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel diwilayah Jakarta Timur.

Model Komunikasi Pemasaran Word Of Mouth KIKM membentuk jaringan

komunitas yang juga memiliki jalur akses linkage atau jaringan network dan

Page 34: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 117 IBI-K57

saling memanfaatkan dan saling mengisi dimana relasi antar pribadi dan

personal sangat membantu untuk mencari ketepatan mengenal satu sama

lain untuk meningkatkan efisiensi penjualan mebel. Relasi (hubungan) antar

pribadi yang dimaksud adalah dengan menggunakan word of mouth

marketing. Interaksi tersebut mengutamakan aspirasi lokal dalam

implementasi dari suatu sistem jaringan sosial. Promosi WOMM yang

terjadi bergerak secara horizontal menuju ke segmentasi tempat (geografi)

dan berakhir dan menuju pada lokasi (segmentasi lokasi) di gedung PPIKM

(Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel) bukan pada produk.

DAFTAR PUSTAKA

Apidianto. M dan Rakhmanita, 2012, Peningkatan Desain Mebel di Jakarta Timur, Analisis Hasil Riset; Pusat Penelitian dan Pengembangan Fakultas Arsitektur Universitas Guna Darma.

Akintimehin, O. O., Eniola, A. A., Alabi, O. J., Eluyela, D. F., Okere, W., & Ozordi, E. (2019).

Social capital and its effect on business performance in the Nigeria informal sector. Heliyon, 5(7), e02024. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e02024

Ariani, & Utomo, M. N. (2017). Kajian Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tarakan. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 13(2), 99–118. Retrieved from http://jurnal.ut.ac.id/JOM/article/viewFile/524/575

Ardianto, Eka dan Agus W Soehadi ( 2013, Februari 7) Kolaborasi Perusahaan Komunitas dan Membangun Co Creation Value, Majalah SWA 30-35

Ariwibowo, P., Manajemen, D. I.-J. O. &, & 2018, U. (2018). Kontribusi Usaha Mikro Kecil Dan

Menengah Terhadap Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Dki Jakarta. Jurnal Organisasi Dan Manajemen, 14(1), 41–51. Retrieved from http://jurnal.ut.ac.id/index.php/JOM/article/view/629

Arsezen-Otamis, P., Arikan-Saltik, I., & Babacan, S. (2015). The Relationship Between Paternalistic Leadership and Business Performance in Small Tourism Businesses: The Moderating Role of Affective Organizational Commitment. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 207, 90–97. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.10.150

Page 35: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 118 IBI-K57

Arshad, R., Noor, A. H. M., & Yahya, A. (2015). Human Capital and Islamic-Based Social Impact Model: Small Enterprise Perspective. Procedia Economics and Finance, 31(15), 510–519. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01195-8

Barkhatov, V., Pletnev, D., & Campa, A. (2016). Key Success Factors and Barriers for Small Businesses: Comparative Analysis. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 221, 29–38. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.087

Basuki Antariksa, 2011, Konsep “Indonesia Kreatif Tinjauan Awal Mengenai Peluang dan Tantangannya Bagi Pembangunan Indonesia. Jurnal Nasional ; Analisis Hasil Riset; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

de Man, A. P., & Luvison, D. (2019). Collaborative business models: Aligning and operationalizing alliances. Business Horizons, 62(4), 473–482. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2019.02.004

Dzian, M., Triznova, M., Kaputa, V., & Supin, M. (2015). The Analysis of WOM in Slovak Republic and Impact of WOM on Consumers’ Purchasing Decision. Procedia Economics and Finance, 26(15), 975–981. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00919-3

Esmaeel, R. I., Zakuan, N., Jamal, N. M., & Taherdoost, H. (2018). Understanding of business performance from the perspective of manufacturing strategies: Fit manufacturing and overall equipment effectiveness. Procedia Manufacturing, 22, 998–1006. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2018.03.142

Fernández, E., Iglesias-Antelo, S., López-López, V., Rodríguez-Rey, M., & Fernandez-Jardon, C.

M. (2019). Firm and industry effects on small, medium-sized and large firms’ performance.

BRQ Business Research Quarterly, 22(1), 25–35. https://doi.org/10.1016/j.brq.2018.06.005 Fink, M., Koller, M., Gartner, J., Floh, A., & Harms, R. (2018). Effective entrepreneurial marketing on Facebook – A longitudinal study. Journal of Business Research, (October). https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.10.005

Hernández-carrión, C., Camarero-izquierdo, C., & Gutiérrez-cillán, J. (2019). capital : A multi- network analysis.

http://timur.jakarta.go.id

Kotane, I., & Kuzmina-Merlino, I. (2017). Analysis of Small and Medium Sized Enterprises’ Business Performance Evaluation Practice at

Page 36: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 119 IBI-K57

Transportation and Storage Services Sector in Latvia. Procedia Engineering, 178, 182–191. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.01.093

Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2017). Marketing 4.0: Moving from Traditional to Digital. WILEY-VCH. https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-a

Lima, V. A., & da Silva Müller, C. A. (2017). Why do small businesses innovate? Relevant factors of innovation in businesses participating in the Local Innovation Agents program in Rondônia (Amazon, Brazil). RAI Revista de Administração e Inovação, 14(4), 290–300. https://doi.org/10.1016/j.rai.2017.07.007

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007. Tentang Penanaman Modal, 1–28. https://doi.org/10.1590/s1809- 98232013000400007

Meutia, & Ismail, T. (2012). The Development of Entrepreneurial Social Competence and Business Network to Improve Competitive Advantage and Business Performance of Small Medium Sized Enterprises: A Case Study of Batik Industry in Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 65(ICIBSoS), 46–51. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.089

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung

Mráček, P., & Mucha, M. (2015). The Use of Knowledge Management in Marketing Communication of Small and Medium-sized Companies. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 175, 185–192. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.1190

Onken, J., Miklos, A. C., Dorsey, T. F., Aragon, R., & Maria, A. (2019). Using database linkages to measure innovation , commercialization , and survival of small businesses, 77(August). https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.2019.101710

Ozkan-Canbolat, E. (2011). Social capital influences on business groups’ diversification strategies. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 24, 1436–1443. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.09.047

Raco, J.R. 2010.Metode Penelitian Kualitatif. PT Grasindo. Jakarta.

Ries, A., & Trout, J. (2001). Positioning: The Battle for Your Mind: Amazon.co.uk: Al Ries, Jack Trout: Books. McGraw-Hill Professional, (July), Foundation of Marketing 5th editionFoundation of M. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1523.3120

Sant’Anna, A. D. S., & Nelson, R. E. (2017). Entrepreneurs and the Social and Economic Dynamics of a Small Brazilian Community. Procedia

Page 37: APLIKASI STRATEGY BUSINESS TRIANGLE STV (STRATEGIC, …

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

1Ahmad Nurdin Hasibuan, 2Andri Faisal, 3Reny Andriyanty*

LPPM 120 IBI-K57

Engineering, 198(September 2016), 1– 16. https://doi.org/10.1016/j.proeng.2017.07.069

Sipahi, G. A., & Enginoglu, O. G. D. (2015). Retail Planning Studies: An Application Oriented at Consumers’ Perceptıon of the Quality of Retail Environment. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 177(July 2014), 481–490. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.402 Siswantini, W., Ayuni, D., & Mulyana, A. (2017). Pengaruh Komunikasi Pemasaran, Pengalaman dan Kualitas Jasa Terhadap Citra Dan Kepuasan Serta Dampaknya Pada Loyalitas Wisatawan Nusantara (Survei Tempat Rekreasi Air Terjun di Kabupaten Bogor). Jurnal Manajemen Dan Organisasi, 12(1), 71–85.

Sözbilir, F. (2018). The interaction between social capital, creativity and efficiency in organizations. Thinking Skills and Creativity, 27(December 2017), 92–100. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2017.12.006

Tura, N., Hanski, J., Ahola, T., Ståhle, M., Piiparinen, S., & Valkokari, P. (2019). Unlocking circular business: A framework of barriers and drivers. Journal of Cleaner Production, 212, 90–98. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2018.11.202

Ukko, J., Nasiri, M., Saunila, M., & Rantala, T. (2019). Sustainability strategy as a moderator in the relationship between digital business strategy and financial performance. Journal of Cleaner Production, 236. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.117626

Zamecnik, R., & Rajnoha, R. (2015). Business Process Performance Measurement Under Conditions of Business Practice. Procedia Economics and Finance, 26(15), 742–749. https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)00833-3

Zaušková, A., Bezáková, Z., & Grib, L. (2015). Marketing Communication in Eco-innovation Process. Procedia Economics and Finance, 34(15), 670–675. https://doi.org/10.1016/s2212- 5671(15)01684-6