ardani fito print
TRANSCRIPT
Skrining Fitokimia
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I
SKRINING FITOKIMIA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn)
OLEH :
NAMA : ARDANI NUGRAHA SALAM
STB : 15020110266
KLPK : I (SATU)
KELAS : 59
ASISTEN : ASRIL LALANGKO
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2013
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava Linn) tumbuh alami di daerah
tropis Amerika yang mudah di jumpai di seluruh daerah tropis dan
subtropis. Psidium guajava Linn, yang termasuk famili myrtaceae telah
banyak digunakan sebagai pengobatan. Daun jambu biji mengandung
essensial yang kaya akan sineol, tannin dan triterpen. Tiga senyawa
flavonoid yaitu Quersetin, Axicularin, dan Guaijavarin telah di isolasi
dari daun jambu biji.
Kandungan senyawa fenolik fitokimia yang melimpah dalam
daun jambu biji. Dapat menghambat reaksi peroksida dalam tubuh,
sehingga dapat mencegah berbagai penyakit kronis seperti diabetes,
kanker dan penyakit hepar.
Bagian yang sering digunakan adalah daun dan buah. Dimana
daun mengandung tannin , minyak atsiri (eugenol), minyak lemak,
damar, dan zat samak, triterpenoid, flavonoid, asam malat, dan asam
apfel. Sedangkan buah mengandung asam amino (tritofan, lisin),
pectin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang dan
vitamin (A, B1, dan C).
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Ekstrak daun jambu biji mempunyai aktivitas antiradikal yang
potensial. Peningkatan asupan seimbang ekstrak daun jambu biji
dapat meningkatkan kesehatan. Metabolit sekunder seperti
Quersetin (yang juga terdapat dalam daun jambu biji). Sudah
dipastikan mempunyai aktivitas antiradikal, sedangkan komponen
tannin sebagai komponen utama juga menunjukkan aktivitas yang
potensial sebagai antiradikal. Dari uraian tersebut maka praktikan
melakukan identifikasi simplisia, uji kemurnian, dan skrining fitokimia
sehingga dapat diketahui kemurnian dan senyawa apa saja yang
terkandung dalam simplisia tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara uji pendahuluan dan
mengidentifikasi komponen kimia pada tanaman daun
(Psidium guajava Linn).
1.2.2 Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi golongan komponen kimia dengan
cara reaksi warna dan reaksi pengendapan pada tanaman
(Psidium guajava Linn).
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan
1. Klasifikasi (K.Heyne edisi III : 1987)
Regnum : Plantae
Subregnum : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrales
Famili : Mytaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava
2. Nama lain (Tjitrosoepomo, 1989)
Jambu biji ini akrab juga dengan nama Psidium guajava
(Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa);
Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura).
3. Morfologi Tanaman (Tjitrosoepomo, 1989) :
1. Daun (Folium)
Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi
sebagai alat pengambilan zat – zat makanan (reabsorbsi),
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
asimilasi transpirasi dan respirasi.Daun jambu biji tergolong
daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan
helaian saja disebut daun bertangkai.
Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai
berikut :
a. Bangun daun (Circumscription)
Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian
terlebar daunya berada ditengah–tengah dan memiliki
bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya
adalah ½ - 2 : 1
b. Ujung (epex)
Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang
semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju
kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 900
c. Pangkal (basis folii)
Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi
terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka
pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus)
d. Susunan tulang–tulang daun (nervation atau vanation)
Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang
menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu
tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
tulang–tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan
kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan.
e. Tepi daun (margo)
Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
B. Teori Umum
Analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang
mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang
terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau
bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya
(Moelyono, 1996).
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah
berkembang menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara
kimia organik bahan alam dan biokimia tumbuhan, serta berkaitan
dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai
struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebarannya secara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne,
1984).
Satu hal yang penting dan pertimbangan mendasar dalam
mendesain prosedur pada fitokimia adalah seleksi dalam pelarut yang
tepat untuk ekstraksi seringkali sulit umumnya atau diharapkan
mengikuti aturan kelarutan untuk pemberian kelas pada fitokonstituen
karena mereka menyajikan substansi dalam ekstrak tumbuhan kasar
pada efek kelarutan (Wilcox, 1995).
Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai peranan yang
mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
penting dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah
dimanfaatkan dalam kajian biologis (Robinson, 1991).
Penapisan kimia merupakan tahap awal dari pengujian secara
kimia metode yang digunakan harus bersifat sederhana,
pengerjaannya cepat menggunakan peralatan yang minimum,
mengggunakan reagen yang selektif terhadap suatu golongan
senyawa tertentu, memiliki limit deteksi yang rendah dan memberikan
informasi tambahan mengenai ada atau tidaknya gugus fungsi tertentu
(Harborne, 1984).
Senyawa bahan alam adalah hasil metabolisme suatu organisme
hidup (tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit primer dan sekunder.
Senyawa metabolit sekunder merupakan sember bahan kimia yang
tidak akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan
dan pengembangan obat-obat baru ataupun untuk menunjang
berbagai kepentingan industri. Selain sebagai bahan obat, senyawa
metabolit sekunder juga didayagunakan oleh manusia untuk
menunjang kepentingan industri seperti industri kosmetik dan industri
pembutan pestisida dan insektisida (Putra, 2005).
Metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis
oleh beberapa organisme tertentu yang tidak merupakan kebutuhan
pokok untuk hidup dan tumbuh. Meskipun demikian, metabolik
sekunder dapat berfungsi sebagai nutrien darurat untuk pertahanan
hidup (Judoamdjojo, 1990).
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada
tanaman adalah : alkaloid, flavanoid, steroid, saponin, terpenoid dan
tanin (Harborne, 1984).
1. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas
hampir pada semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung
paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan pada biji,
daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-tumbuhan. Kadar alkaloid
dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid kebanyakan
bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam
pengobatan. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering
kali bersifat optik aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya
sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotin) pada suhu kamar
(Sabirin, 1994).
Strukutur KImia Alkaloid
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
2. Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang
ditemukan di alam terutama pada jaringan tumbuhan tinggi.
Senyawa ini merupakan produk metabolik sekunder yang terjadi
dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat racun.
Flavanoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus
hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid
cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol
dan air (Markham, 1982).
Strukutur KImia Flavanoid
Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan
aglikon flavonoid. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol
ialah direduksi dengan serbuk Mg dan HCl pekat. Diantara
flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan warna merah ceri
kuat (Harborne,1984).
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
3. Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk
dari sistem cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid
merupakan golongan senyawa metabolik sekunder yang
banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada
umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam
terutama dalam tumbuhan (Djamal, 1988).
Strukutur Kimia Steroid
4. Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti
sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa yang stabil dalam air dan menghomolisis sel
darah merah. Dari segi pemanfaatan, saponin sangat ekonomis
sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid, tetapi saponin
kadang-kadang dapat menyebabkan keracunan pada ternak
(Robinson, 1991).
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
C. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur : H – O – H
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
2. Besi (III) Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : FERII (III) CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) Klorida
Rumus Molekul : FeCl3
Cl
Rumus Struktur : Fe Cl
Cl
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, hiam kehijauan
bebas warna jingga dari garam hidrat.
Kelarutan : larut dalam air, larutan beropalesensi
berwarna jingga
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
3. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum cloridum
Nama Lain : Asam klorida
Rumus Molekul : HCl
Rumus struktur : H Cl
Berat Molekul : 36,36
Pemerian : cairan tidak berwarna, berasap dan bau
merangsang
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pereaksi
4. Kalium Hidroksida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Potassium Hydroxide
Nama Lain : Kalium hidroksida
Rumus Molekul : KOH
Berat Molekul : 56,11
Pemerian : Kristal putih, higroskopik, deliquescent,
menyerap karbondioksida
kelarutan : larut dalam 0,9 bagian air: 2,3 bagian
gliserin.
Saat dilarutkan dalam air dan alkohol dan
larutan asam akan menghasilkan panas.
Kegunaan : Membentuk garam kalium dari ester yang
larut dalam air.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
.
5. Etanol 95% (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Ethyl Alcohol
Nama Lain : Etanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak
berwarna, bersifat mobile/dan
bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau
penenang, rasa membakar, padat pada suhu
kurang dari -30°C.
Kelarutan : Campur dengan air dan pelarut organik
Kegunaan : Sebagai pelarut untuk alkohol terdenaturasi
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
D. Cara Kerja (Anonim; 2013)
1 Reaksi Identifikasi katekol
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau.
b. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
katekol akan terjadi endapan.
2 Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
b. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
pirogalotanin akan terjadi endapan.
3 Reaksi identifikasi terhadap Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditetesi dengan KOH 10% P b/v dalam etanol 95% P, jika
mengandung dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah
4 Reaksi Identifikasi terhadap alkaloid
Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam masing-masing
tabung reaksi kemudian ditetesi :
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
1. HCl 0,5 N dan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning.
2. HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid
maka akan menghasilkan endapan coklat.
3. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid
maka akan menghasilkan endapan warna jingga.
5 Reaksi Identifikasi terhadap steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama
15 menit lalu disaring filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak
kering ditambahkan eter setelah berlebih dahulu disusupensikan
dengan sedikit air, bagian larut eter dipisahkan. Lapisan eter
kemudian ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchard jika
mengandung steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
6 Reaksi identifikasi terhadap saponin
serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi , ditambahkan
10 ml air panas, didinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10
detik, terbentuk buih , lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N,
buih tidak hilang.
7 Reaksi identifikasi terhadap flavanoid
Serbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi
warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
8 Reaksi identifikasi terhadap suberin, kutin, minyak lemak, dan
minyak atsiri.
Tempatkan simplisia diatas kaca objek, tambahkan beberapa
tetes larutan sudan III P, simplisia uji dapat dijernihkan terlebih
dahulu dengan larutan kloralhidrat P. kecuali simplisia mengandung
minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam dalam
bejana tertutup berisi etanol (90%) P, terjadi warna jingga
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
BAB III
PROSEDUR KERJA
III.1. Alat dan bahan
A. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam uji Pendahuluan
yaitu aluminium foil, batang pengaduk, bunsen, cawan porselin,
gelas kimia, kompor listrik, rak tabung dan tabung reaksi
B. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada uji
Pendahuluan yaitu Aquades, Etanol 95% P, FeCl3 , HCl, KOH,
metanol, pereaksi bauchardat, pereaksi dragendroff, pereaksi
lieberman, pereaksi mayer, tissue, sampel (Psidium Guajava
Linn).
III.2. Prosedur Kerja dan Pengolahan Sampel
1. Pengambilan
Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) diambil dari hutan
asal desa parang loe, Kec. Duri loe Kab.Gowa, Sulawesi
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Selatan. Simplisia daun diambil pada saat terjadi fotosintesis
maksimum yaitu pada pukul 08.00-11.00.
III.3. Uji pendahuluan
Semua sampel yang diperoleh dapat diklasifikasikan,
dimana akan diserbukkan sampel lunak dan keras dan
mereaksikan dengan beberapa pengujian seperti :
a. Identifikasi tanin
sampel dibasahi dengan FeCl3 jika mengandung katekol
berwarna hijau, dan jika berwarna biru mengandung
pirogalotanin
b. Identifikasi dioksiantrakinon
serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi
KOH 10% jika menghasilkan warna merah mengandung
dioksiantrakinon.
c. Identifikasi alkaloid
1. serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung
alkaloid menghasilkan endapan kuning
2. serbuk ditambahkan pereaksi Bauchardat, jika
mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
3. serbuk ditambahkan pereaksi Dragendrof, jika
mengandung alkaloid menghasilkan endapan jingga
d. Identifikasi fenol
1. serbuk dimasukkan dalam vial
2. ditutupi dengan kaca objek dan diberi kapas yang telah
dibasahi air.
3. kemudian dipanaskan, jika terbentuk uap pada kaca objek
ditambahkan FeCl3 akan menghasilkan wrna biru hitam
bila memngandung fenol
e. Identifikasi steroid
serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan
selama 15 menit, disaring, filtrate diuapkan sampai kering.
Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu
disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan.
Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard
menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid.
f. Identifikasi Saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan, dan dikocok selama
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1 tetes asam klorida 2 N,
buih tidak hilang, mengandung saponin.
g. Identifikasi flavanoid
Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika
terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pada sampel daun Daun jambu biji (Psidium
guajava Linn) sebagai berikut:
No Golongan Komponen
Kimia Pereaksi / Perlakuan hasil Ket
.
1.
2.
3.
Tanin
a. Katekol
b. Pirogalotanin
Dioksiantrakinon
Alkaloid
Sampel + FeCl3 1 N
Sample + FeCl3 1 N
Serbuk + KOH 10% b/v + (dalam
etanol 95 % P)
Ekstrak + Metanol :
a. HCl 0,5 N + Pereaksi Mayer
b. HCl 0,5 N + Pereaksi
Bauchardat
hijau
biru
merah
endapan
kuning
endapan
coklat
Hijau
Hijau
Kehitaman
Coklat
Endapan
Kuning
Endapan
+
_
_
+
+
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
4.
5.
6.
Saponin
Flavonoid
steroid
c. HCl 0,5 N + Pereaksi
Dragendorff
Sampel + air panas + dikocok
kuat + HCl 2 N
Serbuk + FeCl3 + HCl P
Serbuk + etanol -> dipanaskan
slma 15 menit + disaring + filtrat
+ eter + suspensi air -> dipisah
eter -> ditetesi prx lieberman-
bauchard.
endapan
jingga
buih tidak
hilang
merah
merah
jambu
coklat
Endapan
jingga
Berbuih
Kuning
kehijauan
Merah
bata
+
+
_
_
Keterangan :
(-) : tidak mengandung senyawa kimia yang dimaksud.
(+) : mengandung senyawa kimia yang dimaksud
Perhitungan :Sampel :
% susut pengeringan adalah
Berat sampel (basah)- berat sampel kering x 100% Berat sampel basah
= 1.000 g - 600 g x 100 % 1.000 g
= 400 g x 100% 1.000 g
= 40 %
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
MAYER ALKALOID
SAPONIN + HCl2n SAPONIN
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
DIOKSIANTRAKINON FLAVA, Fecl3+HCL pekat
KATEKOL + FeCl3 PIROGALOTANIN
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
BAB V
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui senyawa yang
terdapat pada sampel yang digunakan yaitu (Psidium guajava Linn) serta
mengetahui pelarut dan metode yang sesuai dengan sampel yang
diidentifikasi. Pengambilan dan pengolahan sampel merupakan tahap
awal dalam melakukan percobaan selanjutnya. Dalam pengambilan
bahan alam diperlukan cara khusus, karena sampel yang akan diambil
memiliki sifat yang berbeda-beda dengan sampel lainnya, begitupula
dengan waktu pengambilannya, alat yang digunakan pada saat
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
pengambilan serta cara pengolahannya setelah masa pengumpulan telah
dilakukan.
Pertama-tama yang harus dilakukan yaitu, memetik sampel
berdasarkan karakteristiknya yaitu sampel yang akan diambil
perlakuannya berbeda pada setiap bagian tanaman yang akan diambil.
Setelah dipetik kemudian dilakukan sortasi basah (pencucian dengan air).
Hal ini bertujuan untuk membersihkan sampel dari benda-benda asing
seperti lumpur, tanah dan batu serta untuk membuang bagian sampel
yang rusak atau tidak dikehendaki. kemudian dilakukan proses
pengeringan dengan cara mengangin–anginkan dengan tidak terkena
sinar matahari langsung, dikhawatirkan jangan sampai ada zat yang
terkandung dalam sampel yang dapat terurai dan dapat mempengaruhi
kestabilan senyawa aktifnya oleh sinar matahari. Tujuan dilakukannya
pengeringan untuk menghilangan molekul-molekul air, ini dilakukan
karena air merupakan medium yang mudah ditumbuhi mikroba atau
jamur.
Selanjutnya dilakukan sortasi kering untuk memisahkan komponen
lain setelah proses pengeringan sehingga simplisia yang diperoleh benar-
benar murni, dan dibuatlah rajangan. Pada proses ekstraksi, sampel
dipotong-potong kecil, maksudnya yaitu sampel digunting hingga ukuran
kecil atau sesuai dengan standar rajangan yaitu dengan derajat halus
4/18, setelah itu kemudian ditimbang sebanyak yang diinginkan, sampel
diangin-anginkan hingga diperoleh susut pengeringan 10 %, tujuannya
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
agar kadar air yang demikian ini diharapkan dapat menghentikan proses
enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat aktif simplisia selain itu
juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil pemisahan yang sempurna
pada proses ekstraksi.
Pengeringan harus dilakukan dalam keadaan yang terawasi untuk
mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus
dikeringkan secepat-cepatnya tanpa menggunakan suhu yang tinggi, lebih
baik dengan aliran udara yang baik. Proses pengeringan ini berlangsung
selama kurang lebih 2 minggu. Setelah sampel benar-benar kering maka
dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk membersihkan sampel dari
bagian-bagian lain yang tidak diperlukan untuk selanjutnya benar-benar
siap untuk diekstraksi. Kemudian dilakukan penimbangan kering, dan
sampel siap untuk diekstraksi. Sampel yang siap untuk diekstraksi
disimpan pada suhu kamar dalam wadah kering dan terlindung dari
cahaya matahari.
Disaat penimbangan sampel diperoleh bobot sampel untuk daun
jambu biji (Psidium guajava Linn) dengan berat awal (berat basah) yaitu
1000 gram dan berat akhir (berat kering) yaitu 600 gram. Sehingga %
susut pengeringan pada sampel Daun jambu biji yaitu 40 %. Setelah
dilakukan lagi susut pengeringan untuk mencapai standar sampel harus
10 % atau kurang dari 10 %. Dalam hal ini kadar sampel (Psidium guajava
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Linn) telah mencapai standar yaitu kurang dari 10 % dengan sisa kadar air
yang belum hilang adalah 10%.
Kemudian dilakukan uji pendahuluan berupa uji organoleptik
meliputi bentuk, warna dan rasa tanaman serta uji identifikasi apakah
sampel yang diperoleh mengandung senyawa kimia atau tidak. Dimana
hasil yang diperoleh yaitu pada uji pendahuluan bahwa sampel Daun
jambu biji (Psidium guajava Linn) mengandung senyawa tanin (katekol)
dan flavanoid yang masuk dalam golongan metabolit sekunder.
Pada Percobaan uji pendahuluan ini dilakukan pengujian terhadap
tanin, dioksiantrakinon, alkaloid, saponin, steroid dan yang terakhir
flavanoid.
Pada pengujiian tanin, sampel dihaluskan untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit
sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sampel
dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N dimana menghasilkan warna hijau
pada reaksi identifikasi katekol. Jadi dapat disimpulkan bahwa daun daun
jambu biji positif mengandung tanin katekol. Sedangkan untuk tanin
pirogalotanin setelah sampel ditambahkan dengan FeCl31 N
menghasilkan warna hijau kehitaman hal ini menunjukan bahwa daun
daun jambu biji tidak mengandung pirogalotanin.
Pengujian dioksiantrakinon, sampel yang sudah dihaluskan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10% P b/v
dalam etanol 95% P. Dimana hasil yang didapatkan adalah warna coklat.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Hal ini menandakan bahwa daun daun jambu biji tidak mengandung
senyawa dioksiantrakinon karena warna yang dihasilkan apabila positif
dioksiantrakinon adalah warna merah.
Pada pengujian alkaloid, sampel ditambahkan 9 ml aquadest
ditambahkan 1 ml HCl dipanskan lalu didinginkan saring dengan filtrate
ditambahkan pada 3 gelas arloji ditambahkan pada tabung reaksi
pertama ditambahkan pereaksi mayer. Dimana hasil yang didapatkan
yaitu terdapat endapan kuning Sedangkan pada tabung reaksi kedua
ditambahkan pereaksi bouchardat. Dan hasil yang didapatkan terdapat
endapan coklat. Sedangkan pada tabung reaksi ketiga ditambahkan
pereaksi dragendrof. Dan hasil yang didapatkan yaitu terdapat endapan
jingga. Hal ini menunjukan bahwa daun Daun jambu biji mengandung
alkaloid.
Pada pengujian saponin, yaitu pertama-tama disiapkan satu tabung
reaksi, kemudian di dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan serbuk
daun jambu biji. Setelah itu, ditambahkan 10 ml air panas, kemudian
didinginkan. Kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, dimana setelah
dikocok terdapat buih tinggi 1-10 cm. Kemudian setelah ditambahkan 1
tetes asam klorida 2 N, buihnya ada, berarti dapat disimpulkan bahwa
daun daun jambu biji mengandung saponin.
Pada pengujian flavanoid ini, serbuk ditambahkan dengan FeCl3
kemudian ditambahkan HCl P dimana hasil yang didapatkan berwarna
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
kuning kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa daun jambu biji tidak
mengandung flavonoid. Jika apabila warnanya merah berarti
mengandung flavonoid.
Pada pengujian steroid, serbuk ditambahkan dengan etanol
kemudian dipanaskan selama 15 menit, disaring, difiltrat kemudian
diuapkan sampai kering. Kemudian ditambahkan eter lalu tambahkan
sedikit suspensi air, lapisan eter dipisahkan kemudian ditetesi pereaksi
lieberman-bauchardt dimana hasil yang didapatkan berwarna merah bata.
Hal ini menunjukkan bahwa daun jambu biji tidak mengandung steroid.
Jika apabila warnanya merah jambu akan mengandung steroid.
Berdasarkan hasil percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa
daun jambu biji mengandung tanin terhadapap ketekol, alkoloid dan
saponin.
Tanin adalah senyawa kompleks yang terbentuk dari campuran
polifenol yang sulit dipisahkan karena tidak mengkristal. Umumnya
dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi, hamper setiap suku dan jenis dari
tanaman mengandung tannin. Tannin biasanya terdapat pada bagian
tertentu dari tanaman, seperti daun, buah, batang dan kulit kayu. Sifat
kimia dari tannin salah satunya adalah jika dilarutkan dengan larutan
FeCI3 berwarna biru tua atau hitam kehijauan. Manfaat tannin adalah
sebagai adstrigen, antiseptic, pengawet, sebagai reagensia untuk
mendeteksi gelatin, protein dan alkaloid, sebagai adidotum pada
keracunan dan pengobatan luka bakar.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan kandungan kimia yag
terdapat dalam daun jambu biji yang dapat menyembuhkan peristaltik,
luka bakar dan lain sebagainya.
Alkaloid adalah senyawa organik yang bersifat basa lemah yang
memiliki gugus nitrogen yang terikat dengan cincin heterosiklin dan
biasanya memiliki efek farmakologi. Fungsinya sebagai racun, hasil akhir
dari reaksi detoksifikasi, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan
sebagai cadangan makanan.
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai
struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan
koloidal dalam air dan membui bila dikocok. Glikosida saponin bisa
berupa saponin steroid maupun saponin triterpenoid.
Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan
menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput
lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat
reaksi hemolisis, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin, dan banyak
diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan
menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Ini merupakan suatu
senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat
dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau
beracun seringkali disebut sebagai sapotoksin.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Dalam percobaan ada beberapa faktor kesalahan yang dapat
menyebabkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yaitu
antara lain sebagai berikut:
1. Pipet tetes yang digunakan sudah tidak baik,
2. Kurang sterilnya alat yang digunakan,
3. Kurangnya mutu terhadap bahan-bahan yang digunakan.
4. Kurangnya ketelitian dalam melihat perubahan warna yang terjadi.
5. Kontaminasi dari mikrootaganisme atau timbulnya jamur di sampel
simplisia.
BAB VI
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan uji pendahuluaan dapat disimpulkan bahwa:
Pada uji pendahuluan
1. Daun jambu biji positif mengandung senyawa tanin terhadap
ketekol, alkaloid dan saponin yang sesuai dengan literatur.
2. Pada penimbangan sampel diperoleh bobot sampel untuk daun
jambu biji dengan berat awal (berat basah) yaitu 1000gram dan
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
berat akhir (berat kering) yaitu 600 gram. Sehingga susut
pengeringan pada sampel daun jambu biji yaitu 40 %.
VI.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan dilengkapi agar pengujian identifikasi
dapat berjalan sesuai prosedur penuntun yang ada.
.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013. Penunutun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I.Laboratorium Bahan Alam Fakultas Farmasi.Makassar
Djamal, R. 1988. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden, R.J & J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik. diterjemahkan oleh A.H.Pudjaatmaka. Erlangga : Jakarta.
Harborne, J.B., 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd. London.
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Skrining Fitokimia
Judoamidjojo M., Darwis A.A., Gumbira E., 1990. Teknologi Fermentasi. IPB. Bogor.
K.Heyne.1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi III. Yayasan sarana Warna Jaya. Departemen Kesehatan RI.Jakarta.
Markham, K.R. 1982. Cara Mengidentifikasi Falvanoid . Alih Bahasa : Kosasih Padmawinata. ITB : Bandung.
Moelyono, M.W. 1996. Panduan Praktikum Analisis Fitokimia. Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Putra, S. A. 2005. Bahan Alam, Ujung Tombak Riset Kimia. Indonesia
Robinson, T. 1991. The Organic Constituen of HigherPlants. 6th Edition. Department of Biochemistry. University of Massachusetts
Sabirin, M., Hardjono S., dan Respati S. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik II. UGM : Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G., (1989), Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wilcox, M. F. & C. F. Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. SecondEdition. Perntice Hall. New Jersey
Skema kerja
- tanin terhadap katekol - tanin terhadap pirogalotanin
- Dioksiantrakinon
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
sampel
FeCI3
Hijau
sampel
biru
FeCI3
Skrining Fitokimia
- Alkaloid
- steroid
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
Serbuk (tabung rex)
Ditetesi KOH 10 %
merah
HCI 0,5 N
Pereaksi bouchardat Pereaksi drangedrofPereaksi mayer
Endapan kuning Endapan coklat Endapan jingga
Serbuk + etanol
Di panaskan 15 menit
Disaring, filtrat (kering)
Ditambahkan eter
Skrining Fitokimia
- saponin - flavanoid
Asril Lalangko Ardani Nugraha Salam 150 2011 0 266
serbuk
+ sedikit air
Dipisahkan, di tetesi pereaksi lieberman-Burchard
Merah jambu
Serbuk (tabung rex)
+ 10 ml air panas, didinginkan
Kocok slma 10 detik (buih)
Ditetesi HCI 2 N Buih = hilang merah
+ FeCI3dan HCI