arhtritis reumatoid
TRANSCRIPT
TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN
ARHTRITIS REUMATOID
Kelompok 1
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KELAS 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2013
Nama Anggota Kelompok
1. Ade Bagus Sasongko (10/1558/PD/0003)
2. Adi Purnomo (121440124040001)
3. Afriyanti Retno Sari (121440124050002)
4. Agasira Wisang Kandha (121440124060003)
5. Agustin Setiyaningsih (121440124070004)
6. Aji Setyo Oetomo (121440124080005)
7. Amanatul Khudsiyah (121440124130010)
8. Aniatun Rokhimah (121440124150012)
9. Ayih Puspita Sari (121440124190016)
10. Budianto (121440124200017)
11. Danang Kukuh Pramono (121440124220019)
12. Dandung Kasmaran (121440124230020)
13. Defi Solifah (121440124250022)
14. Deny Aji Saputra (121440124260023)
15. Eka Nur Cahyani (121440124310028)
16. Eko Ully Kurniawan (121440124330030)
17. Eling Tiyasari (121440124340031)
18. Endro Julianto (121440124350032)
19. Eny Hikmawati (121440124360033)
20. Era Raudatul Jannah (121440124370034)
21. Febri Agung wijayanto (121440124450042)
22. Haryana Suyana (121440124480045)
23. Ififah Qosdina (121440124490046)
24. Isnaeni Ernawati (11/2029/PD/0042)
25. Lina Wijayanti (121440124530050)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh.
Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan
lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah
satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan
gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Reumatik dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila
otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut
tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian reumatik
ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak,
namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di
bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan
sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982)
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia lanjut, atau
sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan meningkat dengan
meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati
urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia
>55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey
WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari
pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Bisanya
terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tata laksananya
sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari artritis reumatoid terjadi pada umur
dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki.
Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak
diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat predisposisi
terhadap penyakit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi
Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi progresif, sistemik dan kronis
(Pusdinakes, 1995) synovial.. Arthritis rheumatoid merupakan peradangan yang kronis dan
sistemik pada sendi.
Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA)
merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.
Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan
radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan
tulang.(Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas)
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.( Diane C. Baughman, 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.( Arif Mansjour, 2001 )
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun factor predisposisinya
adalah:
Mekanisme imunitas (antigen-antibodi)
Factor metabolic
Infeksi virus
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis arthritis rheumatoid:
1. Setempat :
a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat laun membengkak, panas, merah, dan lemah.
c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna.
d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, bahu,
rahang).
2. Sistemik :
a. Mudah capek, lemah, dan lesu
b. Demam
c. Takikardia
d. Berat badan turun
e. Anemia
D. Patofisiologi
Inflamasi awal mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongestif vascular,
eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradanagn kronis synovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian terjadi granulasi membentuk panus.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan nutrisi kartilago artikular,
sehingga terjadi nekrotik. Jika kerusakan kartilago sangat luas, akan terjadi ankilosis.
Kerusakan kartilago dan tulang menimbulkan dislokasi. Invasi tulang subkondria
menimbulkan osteoporosis setempat.
E. Pathway
Penyimpangan KDM
Mekanisme imunitas
Factor metabolik
Invasi virus
Pada sendi synovial
Penyebaran yg hematogen
Reaksi antigen-antibodi
Pengaktifan mediator kimiawi
Inflamasi/arthritis reumatoid
Transduksi peningkatan vaskularisasi
Transmisi edema
Modulasi
sendi synovial mjd tebal
Nyeri dipersepsikan terjdi granulasi
Nyeri
membentuk panus
G3 nutrisi pada sendi
nekrotik
kelelahan
osteoporosis local
pembatasan aktivitas klemahan fisik
intoleransi aktivitas Perubahan status kesehatan Imobilitas fisik
Informasi kurang terpajang
Kurang pengetahuan perubahan penampilan
G3 citra tubuh
Potensial cedera g3 konsep diri
BAB III
STUDI KASUS
A. KASUS AR
Nama : Ny. M
Umur : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ungaran
Orang terdekat : Tn. B
Alamat orang terdekat : Ungaran
Tanggal pengkajian : 16 Agustus 2012
I. RIWAYAT KELUARGA
Kelayan dalam kehidupan berkeluarga menikah dua kali, suami yang pertama
meninggal dan memiliki lima anak tetapi 4 anaknya juga meninggal dan seorang
anaknya yang terlah berkeluarga dan dikaruniai dua orang cucu. . Kelayan tinggal di
Panti Werdha Wisma Werkudoro sekitar 4 tahun dan menikah lagi dengan penghuni
panti yang bernama Tn. B dan sekarang hidup bersama dengan suaminya. Kelayan
sering mengatakan merasa kecewa dengan anak yang telah dibesarkannya.
Anaknya tidak mau menghargai dan hidup bersama orang tuanya dan mengusirnya
pergi. Karena. kelayan merasa anaknya telah durhaka akhirnya kelayan tersebut
sering sakit-sakitan. Kelayan kemudian hidup dengan adiknya. Karena sakit
adiknya meni nggal kemudian kelayan tersebut dibawa tetangganya dan dimasukkan
ke Panti Wreda Wening Wardoyo.
II. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Kelayan tinggal di Panti Werdha “ Wening Wardoyo “ di wisma Wekudoro yang
berpenghuni 5 kelayan dimana Ny M tinggal bersama suaminya Tn. B. untuk jumlah
kamar yang ada 3 buah untuk kelayan dan 3 kamar untuk tempat pengasuh dalamnya.
Ny. M adalah satu –satunya kelayan wanita di wisma Werkudoro. Suasana di
wisma seperti layaknya disebuah masyarakat dimana kamar merupakan rumah
dan harus dijaga untuk privasi dan keamanannya. Setiap penghuni kamar yang
meninggalkan tempat selalu menutup kamar masing- masing. Tetangga terdekat
yaitu penghuni wisma Brotonoyo.
III. TINJAUAN SISTEM
1. Umum
Kondisi umum penderita baik, penderita mengatakan kadang tidurnya
terganggu akibat sering kencing dimalam hari, merasa pusing, pilek dan batuk
Tanda vital : Pada hari Senin, 16/08/04
TD : Tidur : 140/80 mmHg
Duduk : 140/80 mmHg
Berdiri : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,50C BB : 55 kg
TB : 151 cm
2. Integumen
Pada tubuh kelayan tidak ada lesi dan luka. Untuk rambut sudah mengalami
perubahan yaitu memutih sebagian. Kuku-kuku pasien bersih dan terpotong rapi.
3. Hemopoetik
Konjungtiva tidak anemis. Kelayan belum dilakukan pemeriksaan
darah/laboratorium
4. Kepala
Pemeriksaan kepala kelayan : bentuk kepala mesocephal, rambut memutih tapi
belum semua, tipis dan sedikit, tidak ada luka, bersih, tidak berkutu.
5. Mata
Kondisi mata kelayan sudah mengalami perubahan dalam penglihatan agak sedikit
kabur. Mata kelayan berwarna putih kemerahan dan terlihat keruh.
6. Telinga
Pendengaran kelayan belum berkurang. Pada saat wawancara kelayan masih bisa
mendengar dengan suara biasa . Kelayan mengatakan belum pernah sakit telinga .
Untuk kebersihan telinga kelayan cukup terjaga.
7. Hidung dan Sinus
Kelayan mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap udara dingin. Kebersihan
hidung terjaga.
8. Mulut dan tenggorok
Kelayan mengatakan sedang batuk dan ditenggorokan seperti ada riak yang tidak
bisa keluar. Mengalami perubahan suara saat batuk menjadi serak. Kelayan
mengatakan jarang menggosok gigi karena giginya sudah mulai ompong
bagian bawah. Klien sering menguap.
9. Leher
Kelayan mengatakan saat ini tidak mempunyai masalah dengan lehernya,
tetapi dulu pernah beberapa kali merasakan berat di tengkuk, terasa pegel. Kelayan
masih bisa menggerakkan leher dengan tidak terbatas. Kelayan tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
10. Payudara
Kelayan mengatakan tidak ada masalah dengan payudaranya hanya sekarang
sudah mulai kempet/mengecil tidak seperti waktu masih gadis.
11. Pernafasan
Kelayan mengatakan tidak pernah sesak napas hanya batuk saja
Hasil pemeriksaan :
Inspeksi : simetris, retraksi dada (-)
Palpasi : simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD : bronkhial
ST : Ronkhi (-) Wheezing (-) Hantaran (+)
12. Kardiovaskuler
Inspeksi : IC tak tampak
Palpasi : IC teraba intercosta 4 – 5 mid 2 cm mid klavikula sinistra
Perkusi : Konfigurasi bergeser
Auskultasi : HR 80 x / menit regular, SI-II murni, bising/gallop (-)
13. Gastro Intestinal
Kelayan nafsu makan baik makan sesuai dengan diit panti. Porsi makan habis.
Minum 6 gelas perhari jenis air putih, the. LILA : 25 cm
14. Perkemihan
Kelayan mengatakan sering BAK, hampir setiap jam BAK diwaktu malam hari
dan sekitar 4 – 6 kali disiang hari. Kelayan tidak mengeluhkan tentang nyeri saat
berkemih. Kelayan mengeluh capek untuk bolak-balik kekamar mandi.
Pengasuh pun mengatakan kalau Ny M sering bolak – balik kamar mandi dan
urinenya tercecer saat mau ke kamar mandi.
15. Genito Reproduksi
Kelayan mengatakan tidak ada masalah, kelayan sudah menopouse dan untuk
kebutuhan seksual terpenuhi karena hidup dengan suaminya di panti.
16. Muskuloskleletal
Kelayan mengeluhkan nyeri pada sendi lutut kanan dan kiri. Lutut bengkak dan
memerah. Aktivitas terganggu dan memerlukan tongkat untuk membantu dalam
berjalan
17. Sistem syaraf pusat
Kelayan mengatakan pernah merasakan sakit kepala dan tengkuk terasa berat.
18. Sistem Endokrin
Kelayan mengatakan masih bisa membedakan antara panas dan dingin, serta masih
bisa merasakan. Kelayan tidak mengalami kebiasaan makan yang berlebihan atau
minum yang berlebihan
B. PengkajianPola Kesehatan dan Fungsional
No Pola Fungsional Sebelum sakit Selama sakit
1 Pola Persepsi
dan
Pemeliharaan
Kesehatan
Klien mengatakan
jarang menggosok
gigi karena giginya
sudah mulai ompong
bagian bawah.
2 Pola Nutrisi dan
Metabolisme
Pasien mengatakan
Makan : nasi, lauk
pauk, sayur,
porsi habis 3
kali makan
sehari.
Minum : 4-5 gelas/hari
air putih
Pasien mengatakan
Makan : Pasien makan
diit sehari 3x
dengan
komposisi nasi,
lauk, sayur dan
kadang-kadang
habis.
Minum : minum 3
gelas/hari jenis
air putih.
3 Pola Eliminasi Pasien mengatakan BAB
sebanyak 1-2x sehari,
konsistensi lunak, warna
dan bau khas dan BAK
4-5x/hari dengan
frekuensi sedikit-sedikit,
warna dan bau khas.
Pasien mengatakan
Pasien tidak BAB, paling
hanya flatus dan BAK
7x/hari dengan frekuensi
sedikit-sedikit berwarna
kuning
4 Pola Aktivitas
dan Latihan
Kemampuan perawatan
diri pasien baik,
dilakukan secara
mandiri baik dalam
makan/minum,
toileting, berpakaian
dan mobilitas fisik
Kemampuan perawatan
diri pasien kurang baik,
semuanya dilakukan
dengan bantuan orang
lain.
5 Pola Tidur dan
Istirahat
Pasien sebelum dirawat
tidur 6-7 jam/hari
Pasien selama dirawat di
RS tidur hanya 3-4 jam
tetapi nyenyak
6 Pola Persepsi
Kognitif
Panca indra pasien
masih berfungsi dengan
baik dan masih normal.
Pasien masih mampu
berbicara dengan baik,
Pasien juga dapat
membuat keputusan
harus menjaga
nutrisinya untuk
mempercepat
kesembuhannya. Beliau
mengetahui bahwa
dirinya menderita PH.
7 Pola Persepsi Pasien berinteraksi Pasien tetap berinteraksi
dan Konsep Diri dengan orang
dilingkungan sekitarnya
dengan sangat baik.
dengan orang lain, beliau
tidak merasa minder
dengan penyakitnya dan
berharap bisa segera
sembuh setelah dirawat
di RS.
8 Pola Hubungan
dan Peran
Pasien mempunyai
hubungan yang baik
dengan keluarga dan
tetangganya.
Pasien mempunyai
hubungan baik dengan
keluarga dan
tetangganya, dilihat dari
keluarga yang selalu
menjaga dan tetangga
yang selalu berkunjung.
9 Pola Reproduksi
Seksual
Pasien berjenis kelamin
laki-laki dan berperan
sebagai suami dari
seorang istrinya dan
bapak dari keenam
orang anaknya.
10 Pola
Penanggulangan
Stress
Pasien dan keluarga
pasien mengatakan jika
pasien ada masalah
selalu bercerita kepada
keluarganya.
11 Pola Tata Nilai
dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam,
sebelum sakit pasien
rajin beribadah.
Sesudah sakit, pasien
tidak rajin beribadah.
C. DiagnosaD. RencanaE. Pembahasan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya
sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan
umum cepat lelah.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya
pada pasien yang menagalami gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan Rheumatoid
Arthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Suratum, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal. EGC :
Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed. 3.EGC : Jakarta
konzled, antok . 2012. Askep Arthritis Reumatoid. http://tvftdvtfvtdtd.blogspot.com/. Html
(diakses tanggal 24 Oktober 2013)
Pasiga, Randan. 2013. Makalah Reumatoid Artritis.
http://randanpasiga.blogspot.com/2013/04/makalah-reumatoid-artritis.html . Oktober 2013
(diakses tanggal 25 Oktober 2013)