arsitektur masa kolonial
TRANSCRIPT
Arsitektur Masa Kolonial di IndonesiaTsabit Azinar Ahmad
Arsitektur Kolonial Perkembangan arsitektur kolonial bersama dengan masuknya pengaruh barat di Nusantara Mereka membangun rumah, namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Pada mulanya mereka membangun dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asal mereka.
Arsitektur Kolonial Setelah memiliki pengalaman yang cukup mereka mulai memodifikasi bangunan mereka dengan bentukbentuk yang lebih tepat. Arsitektur awal kolonial dimulai dari didirikannya benteng-benteng sebagai pertahanan untuk pos perdagangan
Benteng Portugis di Banda
Benteng-Benteng Kuno
Benteng Kalumata di Ternate
Benteng Rotterdame di Makassar
Benteng-Benteng Kuno
Benteng Victoria di Ambon
Benteng di Banten
Kota dan Perkembangan ArsitekturKota pesisir sebagai pusat perdagangan perkembangan awal Ambon, Batavia (Jakarta), Banten, Cirebon, Palembang, Surabaya, Semarang, Ujung Pandang
Perkembangan Kota Kolonial
Kota-Kota baru sebagai penyangga
Bandung, Medan, Balikpapan, Malang
Kota-kota asli yang diadopsi
Yogyakarta, Banten, Cirebon, Surakarta dan Banda Aceh
Periodisasi Perkembangan ArsitekturAbad XVI-1800 an Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Tahun 1902 sampai tahun 1920-an Tahun 1920 sampai tahun 1940-anMasih bergaya Belanda Belum menunjukkan ciri yg jelas
The Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa Indishe Architectuur mengua
Vernocular dan memasukkan unsur tropis
Arsitektur Abad XVI-1800 an masih bergaya Belanda bentuknya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan dindingdepan bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. Bangunan ini tidak mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas, atau tidak beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat. Kediaman
Arsitektur Abad XVI-1800 an
Kediaman Reine de Klerk (sebelumnya Gubernur Jenderal Belanda) di Batavia
Arsitektur Tahun 1800-an sampai tahun 1902 perkembangan kemajuan arsitektur modern di Belanda tidak sampai gemanya ke Indonesia Gaya arsitektur neoklasik yang melanda Eropa (terutama Prancis) yang diterjemahkan secara bebas.
Balai Kota Medan
Arsitektur Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan dengan lingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada masa itu Budaya Indis.
Rumah Bergaya Indis
Arsitektur Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Bangunan-bangunan yang berkesan grandeur (megah) Denah simetris dengan satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan belakang (ruang makan) didalamnya terdapat serambi tengah yang mejuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lainnya. Pilar menjulang ke atas ( gaya Yunani) dan terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan belakang. Menggunakan atap perisai.
Arsitektur Tahun 1800-an sampai tahun 1902
Arsitektur Tahun 1800-an sampai tahun 1902
Tahun 1902 sampai tahun 1920-an Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan bangunan Penggunaan Tower pada bangunan Penggunaaan Dormer pada bangunan Ventilasi yang lebar dan tinggi. Membuat Galeri atau serambi sepanjang
Tahun 1902 sampai tahun 1920-an
Dormer
Gable
Tahun 1920 sampai tahun 1940-an Muncul aliran baru yang memasukkan unsurunsur yang terutama dirancang untuk mengantisipasi matahari hujan lebat tropik. juga memasukkan unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia sehingga menjadi konsep yang eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine Pont seperti kampus Technische Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di Kediri.
Gereja Poh Sarang
Karya Maclaine Pont
Gaya Yang MempengaruhiGaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun 1800) Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis (sesudah tahun 1900)
Gaya yang mempengaruhi
Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900 Nieuwe Bouwen / International Style (sesudah tahun 1900-an) Art Deco
Pengaruh Neoklasik Denah simeteris penuh dg 1 lantai atas dan beratap perisai Temboknya tebal, Langit-langit tinggi, Lantainya dari marmer Berada depan dan belakang sangat luas dan terbuka Di ujung beranda terdapat barisan pilar bergaya yunani Terdapat gevel dan mahkota di berada depan dan belakang Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan da belakang, kri kanannya terdapat tempat tidur Daerah servis di bagian belakang dihubungan dengan rumah induk oleh galeri Bernda belakang sebagai ruang makan Terletak di tanah luas dengan kebun di sekelilingnya
Pengaruh Neoklasik
Model Baroque
Gereja Blenduk
Pengaruh Vernacular Belanda dn Penyesuaian Iklim Tropis Penggunaan gevel (gable) pada tampak depan bangunan Penggunaan tower pada bangunan Penggunaan dormer pada bangunan Penyesuaian terhadap iklim teropis Denah tipus bentuk bangunan ramping banyak bukaaan untuk aliran udara Galeri sepanjang bangunan untuk menghindari tampias hujan dan sinar matahari langsung Layout bangunan menghadap utara selaran dengan orientasi tepat terhadap sinar matahari tropus timur barat
Pengaruh Vernacular Belanda dn Penyesuaian Iklim Tropis
Pengaruh Neogothic Denah tidak salib tapi kotak Tidak ada penyangga karena atap tidak tinggi Di depan denah terdapa tangga di kanan dan kiri Terdapat 2 menara Jendela kaca busur lancip Lafonkhas gotik dari besi
Pengaruh Nieuwe Bouwen Atap Datar Gevel horisontal Volume bangunan bebentuk kubus Berwarna putih
Gedung Papak
Pengaruh Art Deco Berkesan mewah dan menimbulkan romantisme Pemakaian bahan dasar yang langka dan material mahal Bentuk massif beratap datar Peletakan asimeteris dalam bentukan geometris Dominasi garis lengkung plastis
Pengaruh Art Deco