artikel jlsuboptimal

Upload: wiwik-septiani

Post on 06-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keragaman Genetik Ganoderma spp Pada Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Pasang Surut

TRANSCRIPT

1

Keragaman Genetik Ganoderma spp Pada Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Pasang Surut

Genetic Diversity of Ganoderma spp in Crops Oil Palm from Tidal Area

Wiwik Septiani1*)1Mahasiswi Program Pasca sarjana Universitas SriwijayaJl. Padang Selasa 524 Bukit Besar Palembang, Sumatera Selatan*)Telp.+6285380081170email: [email protected]

ABSTRACTGanoderma spp is a major disease in oil palm plantations in Indonesia and Malaysia that are pathogenic on palm oil which result in the death of the population and the decline of oil production, but some kind of Ganoderma spp known to play a role in treating cancer, tumors, to decrease cholesterol. This study aimed to analyzed the genetic diversity of Ganoderma spp on oil palm trees from tidal area in South. There was a relationship between the genetic and phenotipik of Ganoderma spp on palm oil from tidal area with Ganoderma lucidium. The study was conducted in tidal area located in South Sumatra, the method of work was done by sampling and identification of Ganoderma spp, isolation of chromosomes and genetic analysis, then isolation Ganoderma spp and analysis of genetic diversity with ITS amplification and electrophoresis. Conclusions of various studies indicated that Ganoderma spp isolates derived from oil palm plantations pathogenicity optimal land which indicated the level of diversity that was nearly identical with Ganoderma lucidium, so it can be used as a traditional medicine.Keywords: cancer; ganoderma; palm oil; pathogenicity; tidal land;

ABSTRAK

Ganoderma spp merupakan penyakit utama di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia yang bersifat patogenitas pada kelapa sawit yang mengakibatkan kematian populasi dan penurunan produksi sawit, namun beberapa jenis Ganoderma spp diketahui berperan dalam mengobati kanker, tumor, hingga penurunan kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa keragaman genetik Ganoderma spp pada tanaman kelapa sawit di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Terdapat hubungan genetik maupun phenotipik antara Ganoderma spp pada kelapa sawit di lahan pasang surut dengan Ganoderma lucidium. Penelitian dilakukan di lahan pasang surut yang terdapat di Sumatera Selatan, metode kerja dilakukan dengan pengambilan sampel dan identifikasi Ganoderma spp, isolasi kromosom dan analisis genetik, kemudian Ganoderma spp di isolasi dan di analisis keragaman genetik dengan amplifikasi ITS dan elektroforesis. Kesimpulan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa isolat Ganoderma spp yang berasal dari patogenitas kelapa sawit di perkebunan lahan optimal yang menunjukkan tingkat keragaman yang hampir serupa dengan Ganoderma lucidium, sehingga dapat digunakan sebagai obat tradisional.Kata kunci: ganoderma; kanker; kelapa sawit; lahan pasang surut; patogenitas;Pendahuluan

Wilayah lahan basah yang terdapat di pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera merupakan wilayah lahan basah yang suboptimal. Keberadaan wilayah lahan basah di Indonesia begitu banyak, lahan basah yang berguna untuk pertanian mencapai 25,40 juta ha, saat ini telah menjadi lahan sawah sebesar 8,50 juta ha, dan tersisa sekitar 16,90 juta ha yang terdiri dari lahan rawa dan lahan nonrawa (Djaenudin, 2008). Pengelolaan lahan suboptimal di Indonesia khususnya di pulau Sumatera dan Kalimantan saat ini menjadi objek perhatian khusus oleh pemerintah untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, salah satunya di lahan pasang surut. Sebagaimana dijelaskan Suriadikarta dan Teddy (2007) luas keseluruhan lahan pasang surut yang ada di Indonesia diperkirakan mencapai 20,10 juta ha, dan sekitar 20-30% memiliki potensi sebagai lahan pertanian. Saat ini sekitar 3-4 juta ha lahan rawa di wilayah pasang surut yang sudah di reklamasi. Lahan pasang surut baik itu lahan rawa atau gambut memiliki sifat yang rapuh, oleh karena itu untuk membuka lahan pasang surut sebagai lahan pertanian perlu adanya perencanaan yang matang dan tata kelola lahan serta ruang yang baik supaya tidak mengalami kegagalan.Sementara pemanfaatan lahan pasang surut sebagai wilayah perkebunan umumnya dimanfaatkan untuk perkebunan karet, cokelat, sawit, dan lain sebagainya. Firmansyah (2014) sebaran adaptasi dari tanaman kelapa sawit tercakup cukup luas di Indonesia, serta dapat tumbuh dengan baik di berbagai kondisi agroekosistem dan tanaman kelapa sawit juga menghasilkan produktivitas produksi yang optimal, baik tanaman kelapa sawit yang di tanam di lahan kering dengan kandungan jenis tanah Ultisol, Inceptisol, Oxisol hingga tanah-tanah yang terdapat di wilayah agroekosistem rawa pasang surut yaitu gambut, dan sulfat masam. Pembukaan lahan pasang surut untuk perkebunan kelapa sawit juga tidak luput menimbulkan permasalahan baru seperti tercantum dalam jurnal nature Indonesia (Suwondo et al, 2011) efek pembukaan lahan menyebabkan terjadinya perubahan profil horizon pada lahan gambut dalaman, lahan yang fibrik menjadi horizon hemik dan saprik membuat lahan pasang surut menjadi semakin dangkal dengan semakin bertambahnya umur suatu tanaman kelapa sawit, menyebakan terjadinya perubahan ketebalan gambut, kenaikan muka air tanah dan kadar air, semakin lama umur tanam perkebunan sawit akan semakin rendah kadar air pada lahan gambut tersebut, serta menurunkan emisi CO2 yang berakibat pada meningkatnya kadar CO2 di lingkungan, sehingga menimbulkan permasalahan efek rumah kaca. Pembukaan areal perkebunan dengan pembersihan dan pembakaran lahan gambut di musim kemarau yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar, tetapi bila pembukaan lahan pasang surut untuk perkebunan sawit dimanfaatkan dengan baik dan adanya peraturan yang tegas dari pemerintah pusat maupun daerah kepada petani maupun pemilik perkebunan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu perlu adanya pembagian lahan gambut yang dikonservasi sebagai kawasan hutan lindung,wilayah lahan gambut tempat peresapan air, dan lahan gambut yang potensial untuk pembangunan dan pertanian secara bijak yang dibarengi dengan perencanaan tata kelola air yang baik dan cocok untuk lahan pasang surut. Wahyunto et al (2010) sebagian lahan gambut yang telah atau pernah dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan dan pertambangan, saat ini menjadi lahan terlantar yang tidak produktif. Namun sebagian lainnya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat petani transmigrasi apabila dilakukan perbaikan lahan dengan sistem tata kelola pembagian lahan dan perencanaan yang baik.Budidaya sawit mencapai 22 provinsi di Indonesia terutama pulau Sumatera sebagain tempat perkembangan awal, namun budidaya sawit mulai terkendala dengan keterbatasan lahan, sehingga alternatif lain dengan memanfaatkan lahan pasang surut. Sasongko (2010) tingkat keberhasilan budidaya sawit ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sumberdaya lahan yang terpenuhi, budaya petani/pekebun dalam mengatur tata kelola dan perencanaan budidaya dengan baik, serta permintaan pasar yang dapat terpenuhi. Lahan yang digunakan untuk budidaya harus memiliki lokasi spesifik dan kondisi geografi dapat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Kelapa sawit adalah sebagai bekal sumber makanan kepada manusia, sumber bahan mentah industri global terutama negara-negara yang sedang berkembang apabila dikelola dan dikontribusi dengan baik. Kendala terbesar dalam budidaya kelapa sawit adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) atau basal stem rot (BSR) yang disebabkan Ganoderma spp. Purnamasari et al (2012) BPP atau BSR bisa mengakibatkan kematian dan penurunan produksi pada tanaman kelapa sawit atau terkena busuk pada pangkal batang. Sumber infeksi BPB biasanya berasal dari sisa-sisa tunggul kelapa sawit yang berserakan di lahan gambut, tunggul ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Ganoderma spp dimana spora jamur ini dapat menyebar dengan cepat pada bibit kelapa sawit yang masih muda dan kelapa sawit yang dalam masa produksi (Alviodinasyari et al, 2015). Insiden BPB biasanya terjadi lebih dari 80%, mengakibatkan kerugian ekonomi karena dapat mengurangi berat dan jumlah tandan buah kelapa sawit yang terinfeksi meskipun tanaman inangnya tetap hidup (Chong et al, 2011). Sedangkan menurut pendapat Aeny (2010) kerugian bisa mencapai 50%, karena jumlah produksi, berat, dan jumlah buah dalam setiap tandan mengalami penurunan. Pada kasus lainnya kelapa sawit hanya menghasilkan buah yang sedikit bahkan tidak berbuah. Kasus BPB pada kelapa sawit di Sumatera Utara bisa mencapai lebih dari 35% di lahan gambut, dan di kebun Tanjung Selamat mencapai 63% (Susanto et al, 2008). Terdapat 15 spesies Ganoderma yang teridentifikasi memiliki sifat patogenitas pada kelapa sawit, diantaranya G. boninense, G. chalceum, G. miniactocinctum, G. tornatum, dan G. zonatum Susanto et al (2013).Suryanto et al (2005) di Cina dan Jepang, Ganoderma lucidium dikenal sebagai jamur Ling Zhi yang digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisional, sejalan dengan pendapat Batra et al (2013) Ganoderma lucidium dimanfaatkan sebagai suplemen kesehatan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, senyawa aktif jamur ini adalah polisakarida, serat, oligosakarida, triterpenoid, peptida dan protein, alkohol dan fenol, vitamin dan asam amino, serta mineral seperti seng, tembaga, yodium, selenium dan zat besi. Park et al (2012) Ganoderma lucidium dapat mengobati penyakit imunologi, hipertensi dan tumorigenesis. Namun terdapat kesulitan dalam mengidentifikasi, klasifikasi taksonomi, dan pemisahan genus dari spesies Ganoderma.Dengan membandingkan keragaman genetik Ganoderma spp pada tanaman kelapa sawit di lahan pasang surut Sumatera Selatan dengan G. lucidium yang memiliki peran sebagai obat tradisional, diharapkan di antara genus Ganoderma indigenous dapat memliki peran yang sama. Sehingga penelitian ini dapat dikenalkan kepada masyarakat, petani atau pemilik kebun sawit untuk menilai Ganoderma spp sebagai aset penting dalam bidang kesehatan dan bukan dianggap sebagai patogenitas kelapa sawit.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Penyakit busuk pangkal batang (BPB) atau BSR yang disebabkan oleh G. boninense merupakan kendala terpenting dalam industri budidaya kelapa sawit. Darmono et al. (1998) menyatakan bahwa G. boninense yang terdapat di Indonesia mempunyai perbedaan secara molekuler. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komponen abiotik dari setiap daerah di Indonesia baik dari perbedaan komposisi tanah yang optimal dan suboptimal; perbedaan suhu air, udara, dan tanah; kadar salinitas dan sedimentasi di dalam air; serata intensitas cahaya yang mempengaruhi perkembangan Ganoderma spp di Indonesia. Lelong et al (2010) patogenitas Ganoderma dapat dideteksi dengan diagnosa pengamatan gejala visual, sehingga diharapkan PBP pada kelapa sawit dapat di deteksi lebih awal keberadaannya dan pengamatan (Aeny, 2010) yang menghambat pertumbuhan Ganoderma dengan mengaplikasi jamur Trichoderma spp. Sebenarnya keberadaan Ganoderma pada sawit tidak dapat dicegah karena reproduksinya secara spora yang lebih cepat pola sebarannya dan memiliki sistem perakaran yang kuat, sehingga tanaman kelapa sawit yang terpatogenitas Ganoderma tidak akan mampu selamat.Pemilihan wilayah pasang surut sebagai tempat pengamatan Ganoderma spp pada tanaman kelapa sawit karena unsur karbon yang merupakan media terbaik dalam budidaya Ganoderma spp. Alviodinasyari et al (2015) jamur membutuhkan senyawa karbon dalam jumlah besar untuk pertumbuhannya yang merupakan nutrisi penting daripada senyawa unsur hara atau substrat lainnya.Ningsih et al (2009) kandungan ekstrak G. lucidium dan ekstrak etanol 96% mampu menurunkan kadar gula darah pada mencit, hal ini mengindikasikan bahwa Ganoderma lucidium mampu mengobati penyakit diabetes mellitus (DM) dimana kasus penderita penyakit DM ini terus mengalami peningkatan. Sementara Suprapti et al (2008) menemukan dibeberapa kota di Indonesia jamur G. lucidium telah lama dikonsumsi namun jamur tersebut merupakan produk impor yang dikemas dalam bentuk irisan tubuh buah kering, kapsul, salep, pasta gigi, minuman dan cairan injeksi pengobatan. Pada dosis tertentu Ganoderma lucidium mampu mengobati tumor dengan persentase tingkat penghambatan pertumbuhan antara 80-90% (Liu et al, 2002).Fujita et al (2005) peningkatan penggunaan obat herbal sebagai obat alternatif mengalami peningkatan terutama pasien kanker dan Ganoderma lucidium sebagai salah satu ramuan yang dicampur dengan obat herbal lainnya untuk pengobatan pasien kanker prostat. Hal ini menjadi dasar untuk meneliti keragaman genetik Ganoderma spp di lahan pasang surut yang memiliki kegunaan yang sama dengan Ganoderma lucidium. Ganoderma sendiri memilliki perbedaan genetik sesuai dengan kandungan unsur hara atau substrat yang di dapat untuk pertumbuhan, sejalan dengan pendapat Wicaksono et al (2011) bahwasannya isolat Ganoderma boninense yang berasal dari empat kebun sawit di PT. SMART Tbk. Bogor menunjukkan tingkat keragaman yang tinggi, keragamannya tampak dari warna permukaan basidiokarp, pola permukaan, pola pelekatan, dan pola tepi basidiokarp.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang menginspirasi saya untuk mengambil tema jurnal ilmiah ini dan saya ucapakan terima kasih kepada peneliti-peneliti sebelumnya yang memberikan bahan referensi kepada saya.

DAFTAR PUSTAKA

Aeby, T.N. 2010. Pengaruh Beberapa Isolat Trichoderma spp pada Pertumbuhan in vitro Ganoderma boninense, Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit (Elaeis guneensis). Di dalam: Pengelolaan keragaman hayati tanah untuk menunjang keberlanjutan produksi pertanian tropika. Posiding Seminar Nasional Keragaman Hayati Tanah-I; Bandar Lampung. Universitas Lampung. Hlm 304-316.Alviodinasyari, R., A. Martina., W. Lestari. 2015. Pengendalian Ganoderma boninense Oleh Trichoderma sp. SBJ8 Pada Kecambah Dan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Tanah Gambut. JOM FMIPA. 2(1): 99-107.Batra, P., A.K. Sharma., and R. Khajuria. 2013. Probing Lingzhi or Reishi Medical Mushroom Ganoderma lucidium (Higher Basidiomycetes): A Bitter Mushroom With Amazing Health Benefits. Inetrnational Journal of Medical Mushrooms. 16(1): 127-143.Chong et al. 2011. First Identification Of Ganoderma boninense Isolated From Sabah Based On PCR And Sequence Homology. African Journal of Biotechnology. 10(66):14718-14723.Darmono, T.W. 1998. Variation Among Isolates of Ganoderma sp From Oil Palm in Indonesia: Second International in Workshop on Ganoderma Disease. MARDI, Serdang: Malaysia.Djaenudin, D. 2008. Perkembangan Penelitian Sumber Daya Lahan dan Kontribusinya Untuk Mengatasi Kebutuhan Lahan Pertanian di Indonesia. Jurnal LITBANG Pertanian. 27(4): 137-145.Firmansyah, M.A. 2014. Karakteristik, Kesesuaian Lahan dan Teknologi Kelapa Sawit Rakyat di Rawa Pasang Surut Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14(2): 97-105.Fujita, R., et al. 2005. Anti-Androgenic Activities of Ganoderma lucidum. Journal of Ethnopharmacology. 102(2):107112.Liu, X., et al. 2002. Antitumor Activity of The Sporoderm-Broken Germinating Spores of Ganoderm lucidium. Cancer Letters. 182(2): 155-161.Lelong, C.C.D., et al. 2010. Evaluation of Oil-Palm Fungal Disease Infestation with Canopy Hyperspectral Reflectance Data. Article Sensors. 2010(10):734-747.Ningsih, D., E.S. Rejeki., D. Ekowati. 2009. Aktivitas Antidiabetes Jamur Lingzhi (Ganoderma lucidum) pada Tikus Putih Jantan. Jurnal Farmasi Indonesia. 6(3):12-18.Park, Y.J., et al. 2012. Taxonomy of Ganoderma lucidium from Korea Based on rDNA and Partial -Tubulin Gene Sequence Analysis. Journal of Mycobiology. 40(1): 71-75.Purnamasari, M.I., et al. 2012. Isolasi dan Identifikasi Secara Molekuler Ganoderma spp. yang Berasosiasi dengan Penyakit Busuk Pangkal Batang di Kelapa Sawit. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 8(1):9-15.Sasongko, P.E. 2010. Studi Kesesuain Lahan Potensial Untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Blitar. Jurnal Pertanian MAPETA. 12(2): 72-144.Suprapti, S., Djarwanto, dan R.A. Pasaribu. 2008. Pemanfaatan Kulit Kayu Mangium Dari Limbah Industri Pulp Untuk Media Produksi Ganoderma lucidium. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 26(3): 263-276.Suriadikarta, D.A., dan T. Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi Untuk Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal LITBANG Pertanian. 26(3): 115-122.Suryanto, D., S. Andriani., dan K. Nurtjahya. 2005. Keragaman Genetik Ganoderma spp. dari Beberapa Tempat di Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA. 40(2):70-76.Susanto, A., et al. 2008. Pola Penyebaran Ganoderma boninense Pat. Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Lahan Gambut: Studi Kasus di PT. Anak Tasik Labuhan Batu Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 16(3):135145.Susanto, A., et al. 2013. Ganoderma boninense Penyebab Penyakit Busuk Batang Atas Kelapa Sawit. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 9(4):123126.Wahyunto, W. Supriatna., dan F. Agus. 2010. Land Use Change and Recommendation for Sustainable Development of Peat for Agriculture: Case Study at Kubu Raya and Pontianak Districts, West Kalimantan Indonesia. Journal of Agricultural Science. 11(1): 32-40.Wicaksono, W.A., R.F.B., Elizabeth, C.S. 2011. Analisis Keragaman Genetik Ganoderma boninense Dari Beberapa Perkebunan Berdasarkan Marka Random Amplified Polymorfic Dna (RAPD). Jurnal BioTeknoSawit-Jatropha. 1(1):25-31.

GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Jenis-jenis Ganoderma pada tanaman kelapa sawit(Sumber: Wicaksono, W.A., R.F. Buana., dan E.C. Situmorang., 2011)

Gambar 2. Kehadiran Basidiokarp pada pangkal batang pokok kelapa sawit yang telah tumbang di ladang Pelam, Kedah Malaysia.(Sumber: Chong et al, 2011)

Gambar 3. Tubuh buah jamur yang ditemukan dibawah tanaman kelapa sawit(Sumber: Lelong et al, 2010)

Gambar 4. Keragaman morfologi sejumlah tubuh buah jamur Ganoderma spp yang cukup tinggi.(Sumber: Purnamasari et al, 2012)