askep rhinitis & sinusitis

27
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Rhinitis 2.1.1 Definisi Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ). Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk rinitis viral ( Common cold ) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural, neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. ( Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 547-548 ). Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan istilah peradangan mukosa. 2.1.2 Etiologi 1.Belum Jelas.

Upload: tiya-m-khusna

Post on 02-Jun-2017

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep rhinitis & sinusitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1  Rhinitis

2.1.1 Definisi

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ). Rhinitis adalah

istilah untuk peradangan mukosa.

Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin

dikelompokan baik sebagai rinitis alergik atau nonalergik. Rinitis non-alergik paling

sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas, termasuk rinitis viral ( Common cold )

dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai akibat masuknya benda asing kedalam

hidung, deformitas structural, neoplasma, dan massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi

alergi, dimana kasus ini disebut sebagai rhinitis alergik. ( Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal

547-548 ).

Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung.

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan istilah

peradangan mukosa.

2.1.2 Etiologi

1. Belum Jelas.

2. Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :

a. Reaksi makanan

b. Emosional

c. Pekerjaan

d. Hormon

e. Kelainan anatomi

f. Penyakit imunodefisiensi

g. Interaksi dengan hewan

h. Temperatur

2.1.3 Patofisiologi

Page 2: askep rhinitis & sinusitis

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan diendapkan pada mukosa

hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu

individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin

lokal (IgE ).

Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil,

eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi

fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang,

gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan

hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan non spesifik suatu pengaruh persiapan.

2.1.4 Klasifikasi

1. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi :

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran

mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus

dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu

waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi

pada awal musim hujan dan musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis

vasomotor.

2. Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi:

a. Rhinitis alergi

Merupakan  penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan

dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran

hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,

serbuk/tepung sari yang ada di udara.

Macam-macam  rhinitis alergi, yaitu:

1) Rinitis alergi musiman (Hay Fever),

Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak

dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan

Page 3: askep rhinitis & sinusitis

yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi

udara atau asap.

2) Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi

sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen

yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang

peliharaan serta bau-bauan yang menyengat

b. Rhinitis Non Alergi

Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas karena masuknya

benda asing kedalam hidung, deformitas struktural, neoplasma, dan massa,

penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain

dan anti hipertensif.

Macam-macam rhinitis non alergi, yaitu:

1) Rhinitis vasomotor

Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan

mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas

parasimpatis.

2) Rhinitis medikamentosa

Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa

gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian

vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung)

dalam waktu lama dan berlebihan.

3) Rhinitis atrofi

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan

tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka.

2.1.5 Manefestasi Klinis

1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya

bersin lebih dari 6 kali).

2. Hidung tersumbat.

Page 4: askep rhinitis & sinusitis

3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi

biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau

kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen

sekret hidung.

2. Pemeriksaan in vivo

Dilakukan dengan uji kulit (skin test) yaitu, prick test maupun patch test.

2.1.7 Penatalaksanaan

Belum adanya yang baku. Penatalaksanaan ditunjukkan untuk menghilangkan etiologi,

selain gejalanya dapat dilakukan secara konservatif atau operatif. Secara konservatif

dapat diberikan:

1. Antibiotic presprektum luas atau sesuai uji resistensi kuman sampai gejala hilang.

2. Obat cuci hidung agar bersih dari krusta dan bau busuk hilang dengan larutan

betadine satu sendok makan dalam 100 cc air hangat.

3. Preparat Fe

4. Pil dan semprotan antihistamin

5. Leukotriene antagonis

6. Semprotan kortikosteroid

7. Pil dan semprotan dekongestan

8. Imunoterapi alergen

9. Pengobatan sinusitis, bila terdapat sinusitis.

2.1.8 Komplikasi

1. Polip hidung

Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

2. Otitis media

Page 5: askep rhinitis & sinusitis

Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama

kita temukan pada pasien anak-anak.

3. Sinusitis kronik

Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi

melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase

2.2 Sinusitis

2.2.1 Definisi

Sinusitis adalah radang sinus. (Kumala, Poppy. 1998). Sinusitis adalah merupakan

penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus. (Doenges, M. G. 2000).

Sinusitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada sinus. Sinus sendiri adalah

rongga udara yang terdapat di area wajah yang terhubung dengan hidung. Fungsi dari

rongga sinus adalah untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga pertukaran udara di

daerah hidung.

Peradangan mukosa sinus dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid,

sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut

multisinusitis, dan bila semua sinus terkena disebut pansinusitis.

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung yaitu:

1. Sinus Frontal, terletak di atas mata dibagian tengah dari masing-masing alis.

2. Sinus Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat disamping hidung.

3. Sinus Ethmoid, terletak diantara mata, tepat di belakang tulang hidung.

4. Sinus Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan dibelakang mata.

Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi

udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing.

Fungsi sinus paranasal adalah :

1. Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara

sehingga bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang

akan terdesak.

2. Sebagai pengatur udara (air conditioning).

3. Peringan cranium.

Page 6: askep rhinitis & sinusitis

4. Resonansi suara.

5. Membantu produksi mukus.

2.2.2 Etiologi

Terjadinya sinusitis dapat merupakan perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi

dan gusi (dentogen), faring, tonsil serta penyebaran hematogen walaupun jarang. Sinusitis

juga dapat terjadi akibat trauma langsung, barotrauma, berenang atau menyelam.

Sinusitis dapat disebabkan oleh:

1. Bakteri: Streptococcus pneumonia, Haemaphyllus influenza, Staphylocuccus

aureus, Neisseria, Klebsiella, Basil gram, Pseudomonas.

2. Virus: Rhinovirus, Influenza virus, Parainfluenza virus

3. Bakteri anaerob: Fusobakteria

4. Jamur

2.2.3 Patofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan kelancaran

klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM). Disamping itu mukus juga

mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan

terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem, sehingga mukosa

yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan silia tidak dapat bergerak

dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini menimbulkan tekanan negatif

didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi atau penghambatan

drainase sinus. Efek awal yang ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang

dianggap sebagai sinusitis non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan.

Bila tidak sembuh maka sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media

yang paten untuk tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi

purulen yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik. Jika

terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia dan bakteri

anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan perubahan kronik dari

mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

Page 7: askep rhinitis & sinusitis

2.2.4 Epidemiologi

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari,

bahkan dianggap sebagai salah satu gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia.

Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan lebih dari 30 juta

individu yang di diagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat alergi atau asma

berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis. 1,2 revalensi sinusitis tertinggi pada usia dewasa

18 – 75 tahun dan kemudian anak-anak berusia 15 tahun. Pada anak-anak berusia 5 – 10

tahun, infeksi saluran pernafasan di hubungkan dengan sinusitis akut. Sinusitis jarang

pada anak-anak berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum berkembang dengan baik.

Sinusitis maxilla paling sering terjadi daripada sinusitis paranasal lainnya, karena:

1. Ukuran sinus paranasal yang terbesar

2. Posisi ostium sinus maxilla lebih tinggi daripada dasarnya sehingga aliran secret

atau drainasenya hanya tergantung dari gerakan silia.

3. Letak ostium sinus maxilla berada pada meatus nasi medius disekitar hiatus

semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.

4. Letak dasar sinus maxilla berbatasan langsung dengan dasar akar gigi (processus

alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinus maxilla.

2.2.5 Klasifikasi

1. Secara klinis, sinusitis dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Sinusitis akut, yaitu suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung

selama 3 minggu. Macam-macam sinusitis akut adalah sinusitis maksila

akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut

b. Sinusitis kronis, yaitu suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung

selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan

bahkan bertahun-tahun.

2. Sedangkan berdasarkan penyebabnya, sinusitis dapat dibagi menjadi:

a. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu

yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis.

Page 8: askep rhinitis & sinusitis

b. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering

menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan

molar).

2.2.6 Manifestasi Klinis

1. Sinusitis maksila akut

Gejala : demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada

pipi, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan

bercampur darah.

2. Sinusitis etmoid akut

Gejala  : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan

pusing.

3. Sinusitis frontal akut

Gejala : demam, sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang

setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

4. Sinusitis sphenoid akut

Gejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring.

5. Sinusitis Kronis

Gejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang

berbau, selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain

misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan

sering demam.

2.2.7 Pemeriksaan diagnostik

1. Rinoskopi anterior :

a. Mukosa merah

b. Mukosa bengkak

c. Mukopus di meatus medius

2. Rinoskopi posterior : Mukopus nasofaring

3. Nyeri tekan pipi yang sakit

4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit

Page 9: askep rhinitis & sinusitis

5. X Foto sinus paranasalis :

a. Kesuraman

b. Gambaran “airfluidlevel”

c. Penebalan mukosa

2.2.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Drainage

1) Dengan pemberian obat, yaitu dekongestan local seperti efedrin 1%

(dewasa) ½%(anak) dan dekongestan oral sedo efedrin 3 X 60 mg.

2) Surgikal dengan irigasi sinus maksilaris.

b. Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:

1) Ampisilin 4 X 500 mg

2) Amoksilin 3 x 500 mg

3) Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet

4) Diksisiklin 100 mg/hari.

c. Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500

mg.

d. Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:

1) Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

2) Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)

3) Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).

2. Penatalaksanaan Pembedahan

a. Radikal

1) Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc.

2) Sinus ethmoid dengan ethmoidektomi.

3) Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

b. Non Radikal

Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka

dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Page 10: askep rhinitis & sinusitis

2.2.9 Komplikasi

Sinusitis dapat menyebabkan :

1. Kelainan orbita

2. Kelainan intrakranial

3. Kelainan paru-paru

4. Osteomielitis dan abses subperiosteal biasanya akibat sinusitis frontal dan lebih

banyak terjadi pada usia anak-anak. Osteomielitis akibat sinusitis maksila dapat

menyebabkan fistula oroantral.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Rhinitis

3.1.1 Pengkajian

1. Analisa :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

c. Riwayat peyakit dahulu

d. Riwayat keluarga

2. Pemeriksaan fisik :

a. Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid

b. Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi

3. Pemeriksaan penunjang :

a. Pemeriksaan nasoendoskopi

b. Pemeriksaan sitologi hidung

Page 11: askep rhinitis & sinusitis

c. Hitung eosinofil pada darah tepi

d. Uji kulit alergen penyebab

3.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya sekret yang

mengental

2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan  penyumbatan pada hidung

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore.

3.1.3 Intervensi

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan  obstruksi/ adanya sekret yang

mengental.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

b. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi :

a. Kaji penumpukan secret yang ada

Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan   tindakan selanjutnya

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.

c. Kolaborasi dengan tim medis

Rasional : Kerjasama untuk menghilangkan obat yang dikonsumsi.    

2. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria Hasil : Klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi :

a. Kaji kebutuhan tidur klien.

Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan

istirahat tidur

b. Ciptakan suasana yang nyaman

Page 12: askep rhinitis & sinusitis

Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

Rasional : Pernafasan tidak terganggu

d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat

Rasional : Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung

3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Tujuan : konsep diri baik setelah intervensi

Kriteria Hasil :

a. Pasien mengekspresikan kepercayaan diri dalam kemampuan.

b. Mengekspresikan kepuasan dengan citra tubuh.

c. Mengekspresikan kepuasan dengan rasa berharga.

Intervensi :

a. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan,

perkembangan dan prognosis kesehatan

Rasional : Memberikan minat dan perhatian, memberikan kesempatan

untuk memperbaiaki kesalahan konsep.

b. Ajarkan individu menegenai sumber komunitas yang tersedia, jika

dibutuhkan (misalnya : pusat kesehatan mental)

Rasional : Pendekatan secara komperhensif dapat membantu memenuhi

kebutuhan pasienuntuk memelihara tingkah laku koping.

c. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya

bagaimana individu merasakan, memikirkan, atau memandang dirinya

Rasional : Dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri,

memperbaiki harga diri, mrnurunkan pikiran terus menerus

terhadap perubahan dan meningkatkan perasaan terhadap

pengendalian diri

3.2 Sinusitis

3.2.1 Pengkajian

1. Analisa :

Page 13: askep rhinitis & sinusitis

a. Identitas klien

b. Keluhan utama

c. Riwayat peyakit dahulu

d. Riwayat keluarga

2. Pengkajian psiko-sosio-spiritual

a. Intrapersonal : Perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih).

b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

3. Pola fungsi kesehatan:

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup. 

Contohnya, untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa

memperhatikan efek samping.

b. Pola nutrisi dan metabolisme. 

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

hidung.

c. Pola istirahat dan tidur. 

Adakah indikasi klien merasa tidak dapat istirahat karena sering flu.

d. Pola persepsi dan konsep diri. 

Klien sering flu terus menerus dan berbau yang menyebabakan konsep diri

menurun.

e. Pola sensorik. 

Daya penciuman klien terganggu kaena hidung buntu akibat flu terus

menerus (baik purulen, serous maupun mukopurulen).

4. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.

b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi

(mukosa merah dan bengkak).

5. Data subyektif

a. Observasi nares:

1) Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya.

2) Riwayat pembedahan hidung atau trauma.

Page 14: askep rhinitis & sinusitis

3) Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah,

frekwensinyya , lamanya.

b. Sekret hidung:

1) Warna, jumlah, konsistensi sekret.

2) Epistaksis.

3) Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.

c. Riwayat sinusitis:

1) Nyeri kepala, lokasi dan beratnya.

2) Hubungan sinusitis dengan musim / cuaca.

d. Gangguan umum lainnya: kelemahan.

6. Data obyektif

a. Demam

b. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus

yang mengalami radang.

c. Kemerahan dan Odema membran mukosa

7. Pemeriksaan penunjung :

a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan.

b. Pemeriksaan rongent sinus.

3.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi / adanya

secret yang mengental.

2. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung.

3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.

5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidungtersumbat, nyeri sekunder

peradangan hidung.

3.2.3 Intervensi

Page 15: askep rhinitis & sinusitis

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adanya sekret

yang mengental.

Tujuan: Jalan nafas efektif setelah sekret dikeluarkan.

Kriteria Hasil:

a.  Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

b. Respiratory Rate 16-20x/menit

c. Suara napas tambahan tidak ada.

d. Ronkhi (-).

e. Dapat melakukan batuk efektif.

Intervensi :

a. Kaji penumpukan sekret yang ada.

Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya

b. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.

c. Ajarkan batuk efektif

Rasional : Mengeluarkan sekret di jalan napas

d. Kolaborasi pemberian nebulizing dengan tim medis untuk pembersihan

secret

Rasional : Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah.

e. Evaluasi suara napas, karakteristik sekret, kemampuan batuk efektif.

Rasional : Ronkhi (-) mengindikasikan tidak ada cairan/sekret pada paru,

jumlah, konsistensi, warna sekret di kaji untuk tindakan

selanjutnya

2. Nyeri : kepala, tenggorokan, sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung.

Tujuan: Nyeri klien berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil:

a. Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.

b. Klien tidak menyeringai kesakitan

Intervensi :

a. Kaji tingkat nyeri klien

Page 16: askep rhinitis & sinusitis

Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan

selanjutnya

b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien  serta keluarganya

Rasional : Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi

dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

c. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

Rasional : Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri

d. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

e. Kolaborasi dngan tim medis :

1) Terapi konservatif :

a) obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

b) Drainase sinus

2) Pembedahan  :  Irigasi Antral  :

3) Untuk sinusitis maksilaris :  Operasi Cadwell Luc.

Rasional : Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

3. Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hidung.

Tujuan: suhu tubuh kembali dalam keadaan normal.

Kriteria hasil:

a. Suhu tubuh normal.

b. Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab

Intervensi :

a. Monitoring perubahan suhu tubuh.

Rasional : Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui

perkembangan dan kemajuan dari pasien.

b. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan

infuse.

Rasional : Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis

(keseimbangan) tubuh.

Page 17: askep rhinitis & sinusitis

c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna mengurangi

proses peradangan (inflamasi).

Rasional : Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses peradangan

(inflamasi).

d. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal

sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar.

Rasional : Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat

kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua benda asing

(antigen) yang masuk.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

nafus makan menurun sekunnder dari peradangan sinus.

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

Kriteria hasil:

a. Klien menghabiskan porsi makannya

b. Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah

Intervensi :

a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien

Rasional : Mengetahui kekurangan nutrisi klien

b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan

Rasional : Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi

meningkatkan pemenuhan nutrisi

c. Catat intake dan output makanan klien.

Rasional : Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien

d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering

Rasional : Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang

berlebihan pada lambung

e. Sajikan makanan secara menarik

Rasional : Mengkatkan selera makan klien

Page 18: askep rhinitis & sinusitis

5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder

peradangan hidung.

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria hasil : Klien tidur 6-8 jam sehari

Intervensi :

a. kaji kebutuhan tidur klien.

Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan

istirahat tidur

b. Ciptakan suasana yang nyaman.

Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut

Rasional : Pernafasan tidak terganggu.

d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat 

Rasional : Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung