bab 2 landasan teori 2.1 teori-teori umum 2.1thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2007-3-00500-si bab 2.pdf6....
TRANSCRIPT
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori umum
2.1.1 Pengukuran Kinerja
Pengukuran sendiri berarti suatu proses atau aktifitas perbandingan objek-objek
tertentu dengan memberikan bobot kepada objek tersebut dengan menggunakan cara-
cara tertentu.
Menurut Niven (2002, p114) “Performance measures are the tools to determine
whether we are meeting our objectives and moving toward the successful
implementation of our strategy.” Yang artinya alat yang digunakan untuk menentukan
apakah kita telah mendapatkan tujuan kita dan menuju pengimplementasian strategi
yang sukses.
Menurut Yuwono et al. (2006, p23) menyimpulkan bahwa pengukuran kinerja
adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai
nilai yang ada pada perusahaan.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah alat yang
digunakan oleh manajemen dalam mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang dilaksanakan
kesehariannya sehingga dapat tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
2.1.2 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross (1993) yang ditulis dalam Yuwono et al. (2006, p29)
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:
8
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan
lebih dekat lagi kepada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi
ikut terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai
pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret
sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
2.1.3 Tujuan Pengukuran Kinerja
Tujuan pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi personel untuk mencapai
sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar menghasilkan tindakan yang diinginkan oleh organisasi. Penilaian kinerja juga
digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya diinginkan, melalui umpan
balik hasil kerja pada waktu serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun
ekstrinsik. [Http 5]
9
2.1.4 Pengertian Visi
Menurut Gaspersz (2005, p4) Visi adalah suatu pernyataan menyeluruh tentang
gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang.
Karakteristiknya:
1. Diciptakan melalui konsensus.
2. Gambaran ideal di masa depan yang mempengaruhi mental orang-orang agar
berusaha mencapainya.
3. Menggambarkan sesuatu yang mungkin, tidak perlu harus dapat diperkirakan.
4. Memberikan arah dan fokus.
5. Mempengaruhi orang untuk menuju ke visi tersebut.
6. Tidak memiliki batas waktu.
2.1.5 Pengertian Misi
Menurut Gaspersz (2005, p4) Misi adalah suatu pernyataan bisnis dari
perusahaan. Karakteristiknya:
1. Menyatakan sejumlah alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan tersebut.
2. Tidak menyatakan suatu hasil.
3. Tidak ada batasan waktu atau pengukuran.
4. Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-sumber daya
dan penetapan tujuan yang tepat.
5. Mendefinisikan bisnis sekarang dan masa depan dalam bentuk produk, skor,
pelanggan, alasan-alasan dan pasar.
10
2.1.6 Pengertian Strategi
Menurut Gaspersz (2005, p8) Strategi adalah suatu pernyataan tentang apa yang
harus dilakukan oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik ke titik yang lain. Strategi
merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang
organisasi, yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang
memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan. Strategi biasanya
dikembangkan pada tingkat atas organisasi, tetapi dilakukan oleh tingkat bawah
organisasi.
2.2 Teori-teori khusus
2.2.1 Balanced Scorecard
2.2.1.1 Pengertian Balanced Scorecard
Menurut Niven (2002, p12) “we can describe the Balanced Scorecard as a
carefully selected set of measures derived from an organization’s strategy.” Yang
artinya kita dapat mendeskripsikan Balanced Scorecard sebagai suatu set pengukuran
terpilih secara teliti yang diperoleh dari strategi organisasi.
Menurut Gaspersz (2005, p9) Balanced Scorecard adalah suatu konsep
manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam tindakan yang lebih dari
sekadar suatu sistem pengukuran operasional atau taktis.
Pada dasarnya Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen bagi
perusahaan untuk berinvestasi dalam jangka panjang, untuk pelanggan (customer),
pembelajaran dan pertumbuhan pegawai termasuk manajemen (learning and growth),
proses bisnis internal (system) demi memperoleh hasil-hasil finansial yang
11
memungkinkan perkembangan organisasi bisnis daripada memacu hasil-hasil jangka
pendek.
Terdapat empat perspektif Balanced Scorecard yang dikaitkan dengan visi dan
strategi organisasi, yaitu: (1) perspektif finansial, (2) perspektif pelanggan, (3) perspektif
proses bisnis internal, (4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pegawai,
manajemen dan organisasi (Gaspersz, 2005, p3). Balanced Scorecard sebagai suatu
sistem manajemen kinerja ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran
kinerja manajemen atau sistem manajemen strategis yang diturunkan dari visi, misi dan
strategi yang merefleksikan aspek-aspek terpenting dalam suatu bisnis (Gaspersz, 2005,
p9).
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Perspektif Proses Bisnis Internal
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Perspektif Pelanggan
Tujuan Ukuran Target InisiatifVisi dan Strategi
Perspektif Finansial
Tujuan Ukuran Target Inisiatif
Gambar 2.1 Model Balanced Scorecard
(Gaspersz, 2005, p3)
12
2.2.1.2 Perspektif Finansial
Menurut Gaspersz (2005, p38) untuk membangun suatu Balanced Scorecard,
unit-unit bisnis harus dikaitkan dengan tujuan finansial yang berkaitan dengan strategi
perusahaan. Tujuan finansial berperan sebagai fokus bagi tujuan-tujuan strategis dan
ukuran-ukuran semua perspektif dalam Balanced Scorecard.
Menurut Yuwono et al. (2006, pp31-32) Pengukuran kinerja keuangan akan
menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang
mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam
sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur,
pertumbuhan usaha dan nilai pemegang saham.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu:
1. Growth
Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan di mana perusahaan memiliki produk
atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di sini,
manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa
baru, membangun dan mengembangkan suatu produk atau jasa dan fasilitas
produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrakstruktur
dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
2. Sustain
Tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi
dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan
mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika
13
mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk mengembangkan
kapasitas dan meningkatkan perbaikan opersional secara konsisten.
3. Harvest
Tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benar memanen atau menuai hasil
investasi di tahap-tahap sebelumnya. Sasaran-sasaran keuangan dianggap paling
utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur adalah memaksimumkan
arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2.2.1.3 Perspektif Pelanggan
Menurut Gaspersz (2005, p52) dalam perspektif pelanggan dari Balanced
Scorecard, perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana
mereka akan berkompetisi. Elemen yang paling penting dalam suatu bisnis adalah
kebutuhan pelanggan. Karena itu, identifikasi secara tepat kebutuhan pelanggan sangat
diperlukan.
Menurut Yuwono et al. (2006, pp32-35) Filosofi manajemen terkini telah
menunjukkan peningkatan pengakuan atas pentingnya customer focus dan customer
satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi, jika pelanggan tidak puas,
mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang
buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun
saat ini kinerja keuangan terlihat baik.
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran Utama Pelanggan (Customer Core Measurement)
Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:
14
a. Pangsa Pasar (Market Share)
Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan
pasar yang ada, yang meliputi antara lain: jumlah pelanggan, jumlah penjualan
dan volume unit penjualan.
b. Tingkat Retensi Pelanggan (Customer Retention)
Mengukur di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
konsumen.
c. Tingkat Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition)
Mengukur di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau
memenangkan bisnis baru.
d. Tingkat kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction)
Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik
dalam value proposition.
e. Profitabilits Pelanggan (Customer Profitability )
Mengukur laba bersih dari seseorang pelanggan atau segmen setelah dikurangi
biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut.
2. Proporsi Nilai Pelanggan (Customer Value Proposition)
Customer value proposition memiliki tiga komponen pengukuran, yaitu:
a. Atribut produk atau jasa (Product/ service attribut)
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitas.
b. Hubungan dengan Pelanggan (Customer Relationship)
Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yang
ditawarkan perusahaan.
15
c. Pemikiran dan Reputasi (Image and Reputation)
Menggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk
berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat
dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
2.2.1.4 Perspektif Proses Bisnis dan Internal
Menurut Gaspersz (2005, p59) Dalam perspektif proses bisnis internal
Balanced Scorecard, manajer harus mengidentifikasi proses-proses yang paling kritis
untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan
tujuan peningkatan nilai bagi pemegang saham (perspektif finansial). Banyak organisasi
memfokuskan untuk melakukan peningkatan proses-proses operasional. Yang biasa
digunakan untuk Balanced Scorecard adalah model lima rantai nilai proses bisnis
internal yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1. Proses Inovasi
Dalam proses ini, diidentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang
serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan itu.
2. Proses Operasional
Proses ini mengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam proses operasional
serta mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam proses operasional itu
demi meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk dan proses,
memperpendek waktu siklus sehingga meningkatkan penyerahan produk berkualitas
tepat waktu dan lain-lain.
16
3. Proses Pelayanan
Proses ini berkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti: pelayanan purna
jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada pelanggan dalam kesempatan
pertama secara cepat, melakukan tindak lanjut secara proaktif dan tepat waktu,
memberikan sentuhan pribadi (personal touch) dan lain-lain.
2.2.1.5 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Gaspersz (2005, p62) Tujuan-tujuan dalam perspektif Pembelajaran
dan Pertumbuhan merupakan pengendali untuk mencapai keungggulan outcome ketiga
perspektif finansial, pelanggan dan proses bisnis internal.
Terdapat tiga kategori yang sangat penting dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, yaitu: (1) kompetensi pegawai, (2) infrastruktur teknologi dan (3) kultur
perusahaan.
Menurut Kaplan dan Norton dalam Yuwono et al. (2006, p39) learning lebih
dari sekedar training karena pembelajaran meliputi proses mentoring and tutoring,
seperti kemudahan dalam komunikasi di seluruh pegawai yang memungkinkan mereka
untuk siap membantu jika dibutuhkan.
Dalam perspektif ini, perusahaan melihat tolak ukur: kemampuan pegawai
(employee capabilities), motivasi (motivation), kekuasaan (empowerment) dan
kesejajaran (alignment) (Yuwono et al., 2006, p42).
2.2.2 Analisis Industri (Analisis Porter)
Menurut Porter (1993, pp3-12) Pokok perumusan strategi bersaing adalah
menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya. Intensitas persaingan dalam suatu
17
industri bukanlah masalah kebetulan atau nasib buruk. Sebaliknya, persaingan dalam
suatu industri berakar pada struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan diluar
perilaku pesaing-pesaing yang ada.
Keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan
persaingan pokok, yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 Gabungan dari kelima kekuatan
ini menentukan potensi laba akhir dalam industri, dimana potensi laba diukur dalam
bentuk laba atas modal yang ditanamkan (return on invested capital) jangka panjang.
Gambar 2.2 Kekuatan-kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri
(Porter, 1993, p4)
Tujuan strategi bersaing untuk suatu unit usaha (Business Unit) dalam sebuah
industri adalah menemukan posisi dalam industri tersebut dimana perusahaan dapat
melindungi diri sendiri dengan sebaik-baiknya terhadap tekanan (gaya) persaingan atau
dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif.
Lima kekuatan persaingan – masuknya pendatang baru, ancaman produk
pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok
PENDATANG BARU POTENSIAL
PEMBELI
PRODUK PENGGANTI
PEMASOK
PARA PESAING INDUSTRI
Persaingan di antara perusahaan yang ada
Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Ancaman Produk atau Jasa Pengganti
18
(suppliers), serta persaingan diantara para pesaing yang ada mencerminkan kenyataan
bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada.
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk
merebut bagian pasar, serta seringkali juga sumber daya yang besar. Akibatnya harga
dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan.
Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri tergantung pada rintang
masuk yang ada, digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah dapat
diperkirakan oleh si pendatang baru. Ada tujuh sumber utama rintangan masuk
(Barriers To Entry):
a. Skala Ekonomis (Economies of Scale)
Skala ekonomis menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa
mereka untuk masuk pada skala besar dan mengambil resiko menghadapi reaksi
yang keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi
dengan tingkat biaya yang tidak menguntungkan.
Di sini pendatang baru harus melakukan integrasi atau harus menghadapi biaya
yang tidak menguntungkan, selain itu kemungkinan tertutupnya masukan atau
pasar bagi produknya jika sebagian besar pesaing yang telah mapan terintegrasi.
b. Diferensiasi Produk
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru
mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada.
Usaha ini biasanya menyebabkan kerugian disaat awal (start-up losses) dan
sering kali bertahan untuk waktu yang cukup panjang.
c. Kebutuhan Modal
19
Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar dapat
bersaing menciptakan hambatan masuk, khususnya jika modal tersebut
diperlukan untuk periklanan garis depan yang tidak dapat kembali atau untuk
kegiatan penelitian dan pengembangan yang penuh risiko.
d. Biaya beralih Pemasok (Switching Costs)
Hambatan masuk tercipta dengan adanya biaya beralih pemasok, yaitu biaya satu
kali (one time costs) yang harus dikeluarkan bilamana dari produk pemasok
tertentu ke produk pemasok lainnya.
e. Akses ke Saluran Distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang
baru untuk mengamankan distribusi produknya.
f. Biaya Tak Menguntungkan Terdapat dari Skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang tidak
dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk, tidak peduli berapapun
besarnya dan berapapun pencapaian skala ekonomis dari pendatang baru ini.
g. Kebijakan Pemerintah
Sumber utama hambatan masuk yang terakhir adalah kebijakan pemerintah.
Pemerintah dapat membatasi atau bahkan menutup kemungkinan masuk ke
dalam industri dengan peraturan-peraturan seperti persyaratan lisensi dan
membatasi akses ke bahan baku.
2. Tingkat Rivalitas diantara Para Pesaing yang ada
Menurut Porter (1993, p16) Rivalitas (rivalry) di kalangan pesaing yang ada,
berbentuk pertumbuhan untuk mendapatkan posisi dengan menggunakan taktik-
20
taktik seperti persaingan harga, perang iklan, introduksi produk dan meningkatkan
pelayanan atau jaminan kepada pelanggan.
3. Tekanan dari Produk Pengganti (Substitute Product)
Menurut Porter (1993, pp21-22) Produk pengganti membatasi laba potensial dari
industri dengan menetapkan harga pagu (Ceiling Price) yang dapat diberikan oleh
perusahaan dalam industri. Semakin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh
produk pengganti, semakin ketat pembatasan laba industri.
Mengenali produk-produk subtitusi (pengganti) adalah persoalan mencari produk
lain yang dapat menjalankan fungsi-fungsi yang sama seperti produk dalam industri.
Produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk-produk
yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik
ketimbang produk industri atau dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi.
4. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Menurut Porter (1993, pp22-24) Pembeli bersaing dengan industri dengan cara
memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan
yang lebih baik, serta berperan sebagai pesaing satu sama lain. Semuanya dengan
mengorbankan kemampulabaan industri. Kelompok pembeli disebut kuat jika situasi
berikut terjadi:
1. Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif terhadap
penjualan pihak penjual.
2. Produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau pembelian
yang cukup besar dari pembeli.
3. Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi.
4. Pembeli menghadapi biaya pengendalian yang kecil.
21
5. Pembeli mendapatkan laba kecil.
6. Pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik.
7. Produk industri tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli.
8. Pembeli mempunyai informasi lengkap.
5. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok
Menurut Porter (1993, pp24-25) Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-
menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikan harga
atau menurunkan mutu produk atau jasa yang dibeli. Kondisi-kondisi yang membuat
pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli kuat.
Kelompok pemasok dikatakan kuat jika terdapat hal-hal berikut:
1. Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi
ketimbang industri dimana mereka menjual.
2. Pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri.
3. Industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok.
4. Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli.
5. Produk kelompok pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya
peralihan.
6. Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk
melakukan integrasi maju.
2.2.3 Value Analysis
Value analysis terdiri dari tiga bagian yaitu: Value chain, value shop dan value
network. Tiga model konfigurasi nilai yang berbeda-beda tersebut diperlukan untuk
22
memahami dan menganalisa level organisasi nilai kreasi logik antara luasnya wilayah
industri dan perusahaan.
Dikutip dari Thompson (1967) yang ditulis oleh Mulya (pp 413-415)
berdasarkan topologi long-linked, intensive and mediating technology kita mengeksplor
ide bahwa: Value Chain model adalah aktifitas dari long-linked teknologi di mana pada
model Value Shop perusahaan, nilai dihasilkan dengan memobilisasi sumber daya dan
aktifitas untuk menyelesaikan kembali masalah-masalah yang dihadapi oleh pelanggan
dan model Value Network perusahaan menghasilkan nilai dengan memfasilitasi jaringan
hubungan antara pelanggan mereka dengan menggunakan teknologi perantara.
Rumah sakit, perusahaan penyedia jasa profesional dan institusi pendidikan
adalah contoh perusahaan yang mengandalkan teknologi intensif. Contoh perusahaan
yang menghasilkan nilai dengan memfasilitasi pertukaran diantara pelanggan mereka
adalah perusahaan telepon, perusahaan transportsi, asuransi dan bank. Tabel 2.1 di
bawah ini merangkum perbedaan utama dari tiga konfigurasi nilai tersebut.
Tabel 2.1 Tampilan Konfigurasi Nilai (Mulya, 1998, p 415)
Chain Shop Network
23
Nilai kreasi logik
Transformasi input
menjadi produk
Manangani masalah
pelanggan
Hubungan dengan
pelanggan
Teknologi utama Hubungan jangka panjang Intensif Mediasi
Kategori aktifitas
utama
a. Inbound logistic
b. Operasi
c. Outbound logistic
d. Marketing
e. Pelayanan
a. Menemukan
masalah dan akuisisi
b. Pemecahan masalah
c. Memilih
d. Menjalankan
e. Kontrol/evaluasi
a. Jaringan promosi dan
kontrak manajemen
b. Layanan provisioning
c. Operasi infrastruktur
Hubungan
interaktif utama
yang logik
Sekuensial/ berurutan Cyclical, spiralling Serentak, paralel
Aktifitas utama
yang saling
tergantung
a. Pooled
b. Sekuensial
a. Pooled
b. Sekuensial
c. Reciprocal
a. Pooled
b. Reciprocal
Kunci biaya
a. Skala
b. Kapasitas penggunaan
a. Skala
b. Kapasitas penggunaan
Kunci nilai
Reputasi a. Skala
b. Kapasitas penggunaan
Struktur sistem
nilai bisnis
Rantai yang
menghubungkan
Referred shops Layered dan jaringan yang
saling terhubung
Tiga nilai kreasi teknologi dengan hubungan model nilai konfigurasi nilai yang
berbeda menyajikan pondasi untuk teori dan framework untuk menganalisa keunggulan
kompetitif perusahaan.
2.2.3.1 Value Network Analysis
Karena perusahaan yang penulis bahas dalam penulisan skripsi ini adalah
perusahaan jasa maka penulis akan memfokuskan pembahasan terhadap value network
karena value network cocok digunakan untuk menganalisa proses bisnis internal
perusahaan jasa.
24
Value network [Http 1] adalah sebuah jaringan relasi yang menghasilkan nilai
ekonomis dan keuntungan lain melalui pertukaran dinamik yang kompleks antara dua
atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Setiap organisasi atau grup dari organisasi
berhubungan dengan kedua pertukaran itangible dan tangible yang dapat dilihat sebagai
value network, baik industri pribadi, pemerintah ataupun sektor publik.
Dalam model bisnis ada dua pertukaran ekonomi yang harus diperhatikan:
1. Tangible value exchanges – melibatkan seluruh pertukaran barang, jasa ataupun
pendapatan, termasuk semua transaksi yang melibatkan kontrak dan invoices, surat
pemesanan, permintaan proposal, konfirmasi pembayaran.
2. Intangible value exchanges – melibatkan dua sub kategori utama: pengetahuan dan
keuntungan termasuk pertukaran informasi strategi informasi, pengetahuan
perencanaan, proses pengetahuan, desain kolaborasi, kebijakan pengembangan dan
lain-lain. Keuntungan intangible adalah keuntungan yang dapat ditawarkan dari satu
individu ke individu lainnya. Contohnya organisasi akan meminta waktu dan
kemampuan seseorang secara sukarela untuk menyelesaikan suatu proyek dalam
pertukaran sebuah keuntungan intangible dari keanggotaan. Keuntungan intangible
memunculkan faktor motivasi sebenarnya dari seseorang untuk dapat mempunyai
keterlibatan dalam hubungan dan aktifitas. (Allee, 2002, p3)
Lingkungan yang moderen dikarakteristikkan dengan kompleksnya hubungan
potensial antara aktor, orang dan organisasi. Hubungan dan hasil nilai dalam value
network adalah organisasi dan fasilitas untuk pertukaran antar pelanggan. Hubungan
tersebut dapat berupa hubungan langsung seperti dalam layanan telepon yang
menghubungkan dua atau lebih partisipan atau hubungan tidak langsung seperti pada
25
retail banking di mana satu pelanggan tidak terhubung langsung dengan pelanggan
lainnya tetapi sebuah grup pelanggan terhubung karena menjadi nasabah.
2.2.3.1.1 Menyajikan nilai kreasi
1. Aktifitas utama (primary activities)
Deskripsi aktifitas utama ini diinspirasi oleh kegunaannya dalam telekomunikasi
karena telekomunikasi lebih umum sebagai bentuk dari perantara dan karena model
uraian aktifitas nyata lebih menentukan level mikro dari komunikasi peer-to-peer
dan level industri dalam membuat aktor industri. Aktifitas utama dari value network
adalah:
a. Jaringan promosi dan manajemen kontrak
Terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan mengundang pelanggan potensial
untuk bergabung dalam jaringan, memilih pelanggan yang akan masuk dan
inisialisasi, manajemen dan terminasi kontrak mengatur perlengkapan dan biaya.
b. Perlengkapan layanan
Terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan menentukan, menjaga dan
menterminasi hubungan antara pelanggan dan daftar untuk penerimaan nilai.
Hubungan tersebut dapat disinkronisasikan seperti pada layanan telepon atau
pada layanan e-mail. Daftar tersebut membutuhkan pengukuran penggunaan
kapasitas jaringan baik dalam jumlah dan waktu oleh pelanggan.
c. Operasi infrastruktur jaringan
26
Terdiri dari aktifitas yang berhubungan dengan proses menjaga dan menjalankan
infrastruktur fisik dan informasi. Aktifitas ini menjaga hubungan tetap dalam
siklus siaga dan siap untuk melayani permintaan pelanggan.
2. Aktifitas pendukung (support activities)
Aktifitas ini terbagi dua yaitu pengembangan infrastruktur jaringan dan
pengembangan layanan. Pengembangan infrastruktur jaringan terdiri dari aktifitas
yang berhubungan dengan desain, pengembangan dan implementasi infrastruktur
jaringan. Pengembangan layanan terdiri dari keseluruhan proses modifikasi set yang
luas dari kontrak pelanggan. (Mulya, 1998, pp 429- 430)
2.2.3.1.2 Diagram konfigurasi nilai
Tabel 2.2 menunjukkan diagram jaringan nilai utama. Tiga kategori aktifitas
utama bertujuan untuk menunjukkan hubungan antar aktifitas dalam kategori aktifitas
utama dan aktifitas pendukung. Kurangnya arahan untuk menghasilkan nilai dimana
tidak ada anak panah yang mengidentifikasi pelanggan akhir yang menyatakan bahwa
pekerjaan menghasilkan nilai dengan menggunakan perantara antar pelanggan. (Mulya,
1998, p 430)
Infrastruktur perusahaan
27
Manajemen sumber daya manusia Pengembangan teknologi Procurement
2.2.3.1.3 Organisasi sebagai Value Network
Value Network adalah sebuah jaringan relasi yang menampilkan nilai
tangible dan intangible melalui pertukaran ekonomi kompleks yang dinamik antara dua
individu atau lebih, grup, atau organisasi. Setiap organisasi atau grup dari organisasi
berhubungan dengan kedua pertukaran intangible dan tangible yang dapat dilihat
sebagai value network, baik industri pribadi, pemerintah ataupun sektor publik.
Perspektif value network membutuhkan pendekatan yang berbeda terhadap analisa dan
model bisnis dimana setiap pertukaran nilai didukung oleh beberapa mekanisme atau
media untuk memungkinkan terjadinya transaksi. Sebagai contoh bila seseorang ingin
memberitahu perubahan jadwal pertemuan, kita dapat menggunakan mekanisme dari e-
mail ataupun voice mail untuk mendukung pemberitahuan perubahan.
Tiga elemen penting dalam Mapping adalah bentuk oval yang
menggambarkan peranan peserta, inti dari network. Peserta mengirim output ke peserta
lain. Tanda panah menandakan arah dari pengiriman yang terjadi dalam transaki yang
spesifik. (Allee, 2002, pp 6-8)
2.2.4 Analisis SWOT
Jaringan promosi dan manajemen kontrak
Perlengkapan layanan
Operasi infrastruktur
Tabel 2.2 Diagram Value Network (Mulya, 1998, p430)
28
2.2.4.1 Definisi SWOT
Menurut Rangkuti (2004, pp18-19) SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan Strengths (Kekuatan) dan Opportunities (Peluang),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan Weaknesses (Kelemahan) dan Threats
(Ancaman). Berikut penjelasan dari SWOT:
1. Strenght (Kekuatan)
Kekuatan adalah sumber, keahlian, atau keuntungan relatif lainnya bagi pesaing
dan kebutuhan pasar akan pelayanan perusahaan. Kekuatan juga merupakan
kemampuan khusus memberikan keuntungan relatif bagi perusahaan di pasaran.
Kemungkinan, kekuatan memiliki hubungan dengan sumber-sumber keuangan,
pemimpin pasar, hubungan pembeli atau penyalur dan faktor lain.
2. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan pada sumber, keahlian dan
kemampuan yang secara serius menghalangi keberhasilan pelaksanaan. Fasilitas,
sumber keuangan, kemampuan manajemen dan keahlian pemasaran dapat menjadi
salah satu sumber kelemahan.
3. Opportunity (Peluang)
Suatu peluang adalah situasi paling menguntungkan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Kecenderungan adalah salah satu sumber peluang. Identifikasi tanpa
melihat segmen pasar yang terdahulu, perubahan dalam persaingan atau pengaturan
keadaan, perubahan teknologi dan mempertinggi pembelian atau hubungan penyalur
dapat menggambarkan peluang bagi perusahaan.
4. Threats (Ancaman)
29
Ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan dalam
tingkat tertentu. Ancaman merupakan halangan utama yang berlaku untuk semua
perusahaan atau posisi yang diinginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar
yang lambat, peningkatan daya tawar menawar dari pembeli atau penyalur,
perubahan teknologi dan perubahan pengaturan dapat menggambarkan ancaman bagi
kesuksesan perusahaan.
2.2.4.2 Matriks SWOT
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan
alternatif strategis yang dapat dilihat pada Tabel 2.3. (Rangkuti, 2004, pp31-32).
Tabel 2.3 Matriks SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
• Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal
WEAKNESS (W)
• Tentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan
internal
OPPORTUNITIES (O)
• Tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
THREATS (T)
• Tentukan 5-10 faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan ancaman
a. Strategi SO
30
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.2.4.3 Faktor Strategi
2.2.4.3.1 EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary)
Menurut Rangkuti (2004, pp22-23) cara penentuan faktor strategi eksternal
(EFAS) adalah:
a. Susunlah dalam kolom 1, faktor-faktor peluang maupun ancaman perusahaan.
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting)
sampai 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan
dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating dalam kolom 3, untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating
31
untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4,
tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman
kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar ratingnya adalah 1,
sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit, ratingnya 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating 3, untuk memperoleh faktor pembobotan
dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang
nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
e. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh skor pembobotan bagi
perusahaan. Skor total 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan
cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-
ancaman di pasar industrinya. Sementara itu, total 1,0 menunjukkan bahwa
perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari
ancaman-ancaman eksternal.
2.2.4.3.2 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)
Menurut Rangkuti (2004, pp24-25) tabel IFAS disusun untuk merumuskan
faktor-faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Tahapannya adalah:
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam
kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala 1,0 (paling penting) sampai
0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut tersebut terhadap
posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh lebih dari
1,0.
32
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh
faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang
bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari
+1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan rata-rata industri atau
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor
pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-
masing faktor, nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor).
e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan, nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Nilai
rata-rata adalah 2,5 jika nilainya di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal
perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukkan
posisi internal yang kuat.
2.2.4.3.3 Diagram Analisis SWOT
Kombinasi dari Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal
(EFAS) akan menghasilkan posisi relatif perusahaan terletak pada kuadran ke berapa,
dilihat dari titik (x,y) dinyatakan dalam diagram analisis SWOT yang disajikan pada
Gambar 2.3.
33
Gambar 2.3Diagram Analisis SWOT
(Rangkuti, 2004 p19)
Keterangan:
Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan organisasi tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented
Strategy).
Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang
dengan cara strategi diversifikasi produk atau jasa.
Kuadran 3: Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak
oganisasi menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus
34
strategi organisasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
2.2.5 Strategy Map
Menurut Kaplan dan Norton (2004, p9) Strategy Map adalah tampilan secara
visual dari hubungan sebab-akibat antara komponen strategi organisasi yang mana
memberikan pengaruh langsung ke eksekutif seperti Balanced Scorecard.
Empat perspektif yang menggambarkan value-creating strategy organisasi
menyediakan sebuah bahasa yang dapat digunakan oleh para eksekutif untuk membahas
arah dan prioritas dari perusahaan mereka. Mereka dapat melihat pengukuran strategi
tidak sebagai indikator kinerja dalam empat perspektif, melainkan sebagai rangkaian
hubungan sebab-akibat dalam empat perspektif Balanced Scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton yang ditulis dalam Tunggal (2002, pp68-69)
Strategy map memberi pegawai suatu garis pandang yang jelas bagaimana pekerjaan
mereka dikaitkan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Strategy map tersebut
memberikan penyajian visual dari tujuan kritikal perusahaan dan hubungan kritikal
antara tujuan tersebut untuk meningkatkan kinerja organisasional.
Strategy map memungkinkan suatu organisasi untuk mendeskripsikan dengan
bahasa yang jelas dan umum, tujuan, rencana tindakan dan target, tolak ukur yang
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan (seperti pangsa pasar dan survei pelanggan)
dan kaitan-kaitan yang merupakan fondasi untuk arahan strategis.
35
Cara terbaik untuk membangun strategy map adalah dari bawah ke atas, mulai
dengan tujuan dan kemudian menggambarkan rata-rata yang mengarahkan ke tujuan
tersebut. Eksekutif kooporat pertama-tama harus menelaah pernyataan misi (mission
statement) mereka dan nilai intinya (core value). Apa sebabnya perusahaan mereka ada
dan apa yang merupakan kepercayaan perusahaan (belive-in).
Strategy map memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Semua informasi strategy map berada dalam satu diagram, untuk mempermudah
melihat hubungan antar perspektif.
2. Strategi-strategi yang dibuat mengacu pada strategi objektif organisasi.
3. Ada empat perspektif yang digunakan sesuai dengan framework Balanced Scorecard
yaitu finansial,pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan.
4. Setiap perspektif memiliki strategi-strategi yang saling berhubungan baik dalam satu
perspektif maupun dengan strategi yang ada di perspektif yang lain.
5. Garis panah menunjukan hubungan sebab akibat (cause and effect relationship)
2.2.6 Skala Likert
Menurut [Http 6] Skala Likert atau metode rating yang dijumlahkan merupakan
teknik skala yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai
skalanya. Skala Likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat/opini dan persepsi
seseorang terhadap fenomena sosial atau psikologis.
Prosedur skala dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh dua asumsi,
yaitu:
36
a. Menyusun pernyataan (item), dimana setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat
disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable (positif) atau pernyataan
yang unfavorable (negatif).
b. Respons yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi
bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden
yang mempunyai sikap negatif.
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan sikap telah
ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala
yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau
ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu:
a. "sangat tidak setuju" (STS)
b. "tidak setuju" (TS)
c. "tidak dapat menentukan" atau "ragu-ragu" (E)
d. "setuju" (S)
e. "sangat setuju" (SS).
Dari kelima macam kategori respons di atas, alternatif penilaian untuk item yang
favorable adalah:
a. sangat tidak setuju 1
b. tidak setuju 2
c. tidak dapat menentukan atau ragu-ragu 3
d. setuju 4
e. sangat setuju 5
Sedangkan alternatif penilaian untuk item yang unfavorable adalah:
37
a. sangat tidak setuju 5
b. tidak setuju 4
c. tidak dapat menentukan atau ragu-ragu 3
d. setuju 2
e. sangat setuju 1
Dalam prosedur ini kita tidak lagi bermaksud meletakkan stimulus (berupa
pernyataan) pada suatu kontinum psikologis akan tetapi kita akan menentukan letak
masing-masing kelima kategori respon pada kontinumnya yang misalnya bergerak
antara angka 0 sampai dengan angka 4. Dalam kedua asumsi dasar yang disebutkan di
atas tidak dikatakan adanya anggapan bahwa jarak antara masing-masing kategori
respon tersebut harus sama besar (equal intervals), akan tetapi kita akan menentukan
jarak antar kategori-kategori respon dalam unit yang berskala interval.
2.2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)
2.2.7.1 Pengertian AHP
Menurut Russell dan Taylor (2003, p327) Analitycal Hierarchy Process is a
quantitative method for ranking decision alternatives and selecting the best one given
multiple criteria. Yang artinya suatu metode kuantitatif untuk menggolongkan alternatif
keputusan dan menyeleksi salah satu kriteria dari beberapa kriteria yang diberikan.
2.2.7.2 Langkah-langkah perhitungan
Langkah-langkah perhitungan AHP menurut Russell dan Taylor adalah:
1. Membuat matriks perbandingan berpasangan, matriks tersebut berciri positif dan
berbalikan, yaitu aij = 1/aij.
38
2. Normalisasi matriks perbandingan berpasangan dan mencari rata-rata baris(weight)
Normalisasi matriks perbandingan berpasangan diperoleh dengan cara: nilai dari
setiap kolom dibagi dengan jumlah masing-masing kolom. Rata-rata baris diperoleh
dengan cara menjumlahkan setiap baris lalu dicari rata-ratanya.
3. Melakukan uji konsistensi atau keseragaman dari matriks perbandingan dengan
melakukan perhitungan terhadap CI dan CR dari matriks tersebut. Untuk mencari CI
dan CR terlebih dahulu kita harus mencari λmax. λmax diperoleh dengan cara sebagai
berikut [Http 3]:
Selesaikan persamaan λi berikut untuk setiap baris i = 1,…,n
wwA ii λ= (dimana Ai adalah baris ke-i dari matriks A)
atau iininii wwawawa λ=+++ K2211
atau i
ii w
wA=λ
Setelah didapatkan λi untuk setiap baris, maka rata–ratakan nilai λi pada setiap baris
untuk mendapatkan λmaks dengan rumus:
)(121max nn
λλλλ +++= K
Selanjutnya kita dapat menghitung nilai CI dan CR dengan rumus:
1max
−−
=n
nCI
λ
Keterangan:
CI = Consistency Index
λmax = nilai eigen terbesar dari matriks ber ordo n
39
Bila CI bernilai nol berarti matriks konsisten, batas ketidakkonsistensi yang
ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan CR, yakni perbandingan CI dengan
nilai RC yang didapat dari Tabel 2.4 di bawah ini. Nilai ini bergantung pada ordo
matriks n, CR dapat dirumuskan:
RCCICR =
Keterangan:
CR = Consistency Ratio
CI = Consistency Index
RC = Random Consistency
Tabel 2.4 Nilai Random Consistency
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9
RC 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45
Ketika CR < 0,10 atau 10% maka matriks perbandingan dapat dilihat memiliki
keseragaman yang memuaskan. Hal ini berarti vector weight dapat diterima atau
diandalkan. Jika tidak, maka matriks perbandingan harus dibuat ulang. Pendekatan
AHP menggunakan skala banding berpasangan. Skala banding berpasangan tersebut
dapat dilihat pada Table 2.5.
40
Tabel 2.5 Skala Penilaian AHP [Http 7] Bobot Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen memberikan kontribusi yang sama
besar terhadap tujuan.
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
ketimbang yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong
satu elemen atas lainnya.
5 Elemen yang satu esensial atau lebih
penting ketimbang elemen lainnya
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat
menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari
elemen yang lainnya
Satu elemen dengan kuat disokong dan
dominannya telah terlihat dalam praktek.
9 Satu elemen mutlak lebih penting
ketimbang elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu dengan
yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi
yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai tengah antara dua pertimbangan
yang berdekatan
Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan
Kebali
kan
Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu
angka bila dibandingkan dengan aktifitas
j, maka j mempunyai nilai kebalikan bila
dibandingkan dengan i
Pengertian nilai tengah adalah jika satu elemen sedikit lebih penting dari elemen
yang lain maka kita seharusnya memberikan nilai 3, namun jika nilai 3 tersebut
dianggap masih terlalu kecil maka nilai 2 yang harus kita berikan untuk prioritas
antara elemen yang satu dengan elemen yang lainnya.
2.2.8 Digital Dashboard
2.2.8.1 Pengertian Digital Dashboard
Digital Dashboard adalah sebuah solusi bagi knowledge workers dengan
menggabungkan berbagai sumber informasi untuk menampilkan informasi kritis sesuai
dengan kebutuhan hanya dalam satu layar. Digital Dashboard ditampilkan dalam web
sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses data-data yang diperlukan dalam
berbagai situasi [Http 4].
41
2.2.8.2 Alasan penggunaan Digital Dashboard
Alasan penggunaan Digital Dashboard karena sebelumnya banyak manajer
(knowledge workers) yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan informasi yang
pantas dan yang terbaru mengenai perusahaan, industri, bahkan tim mereka sendiri.
Dalam beberapa perusahaan, keadaan tersebut telah berubah sebagaimana pegawai dapat
memperoleh data dan informasi dari berbagai sumber, misalnya website, berita, e-mail
dan dokumen dari berbagai tipe dan database perusahaan yang dapat diakses pegawai
[Http 4].
2.2.8.3 Keuntungan Digital Dashboard
Keuntungan Digital Dashboard [Http 4] adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan fasilitas akses dan informasi dari berbagai sumber
Digital Dashboard dapat menggabungkan informasi dari berbagai sumber untuk
memudahkan pengaksesan informasi.
2. Menampilkan informasi yang terintegrasi
Digital Dashboard dapat memberikan tampilan informasi yang yang unik dari
sumber yang berbeda.
3. Membantu pengguna dalam menentukan prioritas informasi yang penting
Digital Dashboard mengurangi informasi yang berlebihan (information overload)
sehingga informasi penting dapat diproses dengan cepat.
4. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
Kemudahan dalam memproses informasi secara cepat dan tepat akan dapat
menghasilkan keputusan dan informasi yang berkualitas.