bab ii landasan teorilibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/arisandy p 2.pdfif the tools...
TRANSCRIPT
11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Business Process
Business Process menurut Mathias Weske(2010), A business process
consists of a set of activities that are perform ed in coordination in an
organizational and technica l environm ent. These activities jo intly realize a
business goal. Each business process is enacted by single organization, but
it may interact with business processes performed by other organ iza tions.
Proses bisnis didefinisikan oleh Hammer dan Champy (1993) sebagai a
collection of activities that takes one or m ore kinds of input and creates an
output that is of a value to the customer.
Business Process Management menurut Weske(2010), Business process
m anagem ent includes concept, m ethods, and techn iques to support the
design, adm inistration, configuration, enactm ent, and analysis of business
process.The basis of business process m anagement is the explicit
representation of business processes with their activities and the execution
constrain t between them . Once business processes are defined, they can be
subject to analysis, improvement, and enactment.
John Jeston dan Johan Nelis memiliki pandangan tentang BPM yaitu ‘BPM
does not equate to a techno logy tool or initiative for business processes. In
our experience, there is significan t business process improvement that can
12
be achieved without technology. Can BPM invo lve technology, and is
technology a good thing? Absolutely, in the right circum stances and when it
can be justified. If the too ls referred to are process-modeling tools, then yes,
they can be extrem ely useful in this process. In fact, it is difficult to com plete
com plex process improvement projects in a tim e-effective manner without
the use of these tools.
Definisi istilah yang digunakan oleh John Jeston dan Johan Nelis dalam
def inisi tentang BPM :
1. Achievem ent: Mewujudkan tujuan strategis yang dituangkan dalam
rencana strategis organisasi.Pada tingkat proyek, ini adalah tentang
menyadar i manfaat nilai atau usaha sebagaimana dimaksud dalam kasus
bisnis proyek.
2. Organiza tion: Organisasi dalam konteks ini mengacu pada suatu
perusahaan atau bagian perusahaan, m ungkin un it bisnis yang diskrit
dalam dirinya sendiri. Ini adalah bisnis end-to-end proses yang terkait
dengan bagian dari suat u organisasi. Fokus end-to-end akan
memastikan bahwa pendekatan sile tidak berkembang.
3. Objectives: T ujuan dari pelaksanaan berbagai BPM dar i tujuan strategis
organ isasi melalui proses dengan tujuan individu. In i adalah tentang
mencapai hasil bisnis atau tujuan.BPM bukanlah t ujuan itu sendiri,
melainkan sarana untuk mencapai suatu tujuan. Ini bukan 'solusi
mencari masalah'.
13
4. Improvement: Perbaikan adalah tentang membuat proses bisnis lebih
efisien dan efektif.
5. Management: Manajemen mengacu pada proses dan pengukuran
kinerja dan manajemen orang. In i adalah tentang mengorganisir semua
komponen penting dan subkomponen untuk proses Anda. Dengan
maksud mengat ur orang, keterampilan, motivasi, tolok ukur kinerja,
penghargaan, proses itu sendiri dan struktur dan sistem yang diperlukan
untuk mendukung proses.
6. Control: BPM adalah tentang mengelola end-to-end proses bisnis Anda
dan melibatkan siklus penuh rencana tindakan-do-check (Deming
Circle, Walton, 1986). Sebuah komponen penting pada kendali adalah
memiliki kemampuan unt uk mengukur dengan benar.Jika Anda tidak
dapat mengukur sesuatu, Anda tidak dapat mengontrol dan
mengelo lanya.
7. Essential: Tidak setiap proses dalam suatu organisasi memberikan
kontribusi terhadap pencapaian sasaran strategis organ isasi. proses
penting adalah orang-orang yang melakukan.
8. Business: Sebuah implementasi BPM harus memiliki dampak pada
usaha dengan memberikan manfaat. Hal ini harus berfokus pada proses
bisnis inti yang penting untuk aktivitas bisnis utama Anda - proses-
proses yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan strategis
organisasi.
9. Processes: Apa it u proses? Ada banyak definisi sebagai proses karena
ada proses. Sat u kita setuju dengan adalah Roger Burlton, di mana dia
14
mengatakan bahwa "proses yang benar terdiri dari sem ua hal yang k ita
lakukan untuk member ikan seseorang yang peduli dengan apa yang
mereka harapkan untuk menerima '(Bur lton, 2001:72). Hal ini meliputi
proses benar end-to-end, dari pemicu asli untuk proses terhadap
kepuasan stakeho lder utama. Burlton menambahkan bahwa 'ujian akhir
dar i proses kelengkapan adalah apakah proses tersebut memberikan
produk yang jelas atau jasa ke p ihak eksternal atau proses lain internal.
Weske(2010) mengatakan Business process management system is a
generic software system that is driven by explicit p rocess representations to
coordinate the enactm ent of business processes.
Berdasarkan sumber-sum ber diatas bisa disimpulkan bahwa business
process merupakan kegiatan-kegiatan yang saling terhubung dan memiliki
masukan, proses dan keluaran atau hasil yang bertujuan untuk mencapai
target perusahaan atau visi dan misi perusahaan. Business process
management merupakan bagaimana k ita bisa menganalisa berbagai business
process, mendefin isikan, memperbaik i dan mengimplementasikan sehingga
seluruh business process dapat berjalan dengan baik dan perusahaan
mencapai target yang telah ditentukan. Konsep, metode dan teknik
digunakan untuk mengatur business process. Business process management
juga dapat dilakukan tanpa melibatkan teknologi.
15
Sedangkan menurut Harr ington (1991) mengatakan Business Process
Improvement (BPI) consists of four different approach designed to improve
the efficiency, effectiveness, and adaptability of administrative business
process. Business Proses Improvement adalah sebuah metodologi yang di
design untuk membuat sebuah peningkatan di dalam administratice dan
support proses yang menggunakan metode seperti FAST (Fast, Analysis,
Solution And Technique), Process Benchmarking, Process Redesign,
Process Reengineer ing.
2.1.1. Business Process Modeling
BPMN dikembangkan oleh konsorsium industry (BPMI.org) yaitu
konstituen yang mewakili berbagai vendor alat BPM tetapi bukan sebagai
pengguna akh ir, mengemukakan bahwa “The Business Process Modeling
Nota tion (BPM N) is em erging as a standard language for capturing
business processes, especially at the level of domain analysis and high-
level system s design” (BPMI.org, 2006).
“The BPM N working group developed a specification docum ent that
differen tiates the BPM N constructs into a set of core graphica l elem ents
and an extended specialized set. The com plete BPM N specification defines
50 constructs plus attributes, g rouped into four basic ca tegories of
elem ents, viz., Flow Objects, Connecting Objects, Swim lanes and
Artefacts”.
16
1. Flow Objects : event, activities, dan gateways adalah notasi yang
biasa digunakan untuk membuat BPMN models.
2. Connecting Objects : biasa digunakan untuk meng- interkoneksikan
Flow Object melalui beberapa jenis arrows.
3. Swim lanes : biasa digunakan kedalam beberapa grup activities
dengan kategori yang berbeda fungsional atau tanggung jawab /
responsibilities. (berbeda aturan /berbeda departemen).
4. Artefacts : bisa dimasukkan kedalam model dimana model
tersebut dianggap sesuai dalam rangka unt uk menampilkan
informasi lebih lanjut terkait seperti data yang diproses atau
komentar – komentar lain.
2.1.2. Business Process re-engineering
Berdasarkan jurnal dari summaries.com Michael hammer dan james
champy “Reengineering m eans to disregard a ll the assumptions and
traditions of the way business has always been done, and instead develop
a new, process-centered business organization that ach ieves a quantum
leap forward in perform ance.
To achieve reengineering success, a fresh perspective and approach is
required. A clean sheet of paper is taken and, given wha t is curren tly
known about customers and their preferences, a new organization is
developed which will optim ize the process of creating satisfied customers.
17
Reengineering is the process by which the organization that exists today is
retired and the op timal version o f the new organ iza tion is constructed.
Reengineering is the opportunity to develop the rules by which business in
the future will be conducted rather than being forced to operate by the
rules im posed by som eone else. As such, reengineering underpins every
attempt to seize and m aintain a true com petitive advantage”.
Re-engineering merupakan pemikiran ulang dan sebuah design radical dar i
semua bisnis proses untuk menciptakan sebuah peningkatan / im provem ent
performa, seperti pada : cost, qua lity, service dan speed.
Gambar 2.1: The Re-engineering Concept
Kunci utama kesuksesan dari re-engineering menurut hammer dan champy
adalah :
1. Always start with the customer and work backwards.
Business process ada semata – mata hanya untuk membuat pelanggan
puas--Tidak ada alas an yang lain. Oleh karena itu, re-eng ineering berarti
penataan ulang kembali seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan
yang t ujuannya untuk memenuhi semua kebutuhan pelanggan.
18
Dari perspective internal, jalan terbaik untuk menghasilkan antusiasme
untuk re-engineering program adalah untuk tujuan yang ambisius jangka
panjang dan tantangan didalam sebuah organ isasi. Orang – orang tidak
akan termotivasi dan mengadopsi re-engineer ing proses sampai mereka
terinspirasi o leh visi perusahaan yang akan terjadi nanti.
2. Move fast.
Reengineering merupakan proses yang sangat dramatis dan radikal. Hal ini
tidak bisa dilakukan dengan per lahan atau secara menyak inkan, jika masih
ada perlawan dari internal organisasi akan membebani dan menghambat
proses.
Reengineering harus dilakukan dengan cepat – semakin cepat semakin
baik. Pengalaman menun jukkan biasanya di 12 bulan awal terbuka
kesempatan untuk membuat inisiative suksesnya reengineering.
3. Tolerate risk.
Change -- and therefore progress -- always involves r isk. Therefore, in
undertaking reengineer ing, the people who are by nature risk-averse will
feel disoriented and disfranchised.
Experience has shown probably the only way to offset the fear of change
within an organization is to demonstrate dramatically the greatest risk o f
all comes from sticking with the status quo. If people can be conv ince d
‘‘business as usual’’ probably means being unemployed very soon, they’ll
suddenly develop a voracious appetite for trying something new.
19
4. Accept imperfections along the way.
No reengineering program ever emerges full-blown right out of the box.
Reengineering is always an iterative process -- where something new is
trailed and expanded on if it works or altered if it doesn’t. That means
there will be partial failures along the way as a normal, expected part of
the process.
The key is not to avoid mistakes but to learn from them and move on.
5. Don’t stop to soon.
Many organizations suspend reengineer ing when they see the first sign of
success. Others stop at the fir st hint of a problem. Both actions are equally
damaging to the long-term success of the organization.
The true breakthroughs always require perseverance and patience.
2.1.3. Davenport Method Davenport membuat sebuah methodology, yang bisa membuat
dampak yang besar pada teknologi informasi. Methodo logy,nya
sangat melekat pada Business Process Reengineering. Disamping
teknologi, davenport juga membuat inovasi yang besar pada sum ber
daya manusia dan organsiasi yang harus menjadi sebuah issues
dalam merubah sebuah konsep budaya bekerja.
20
Davenport Methodology terdir i dari 6 tahap :
1. Visioning and Goal Setting
Pada tahap ini, sebuah Visi bisa dibuat. Didalam sebuah v isi
ini mencakup apa saja tujuan / Goals yang akan dicapai dari Process
Reengineering ini. Davenport berkata bahwa aka nada pengurangan
biaya untuk identifikasi ulang sebagai tujuan dari reengineering
process tersebut, maka dia juga menenkankan bahwa dalam
membuat visioning in i akan sangat berdampak pada v isi yang akan
dibuat. Hal ini akan membuat tujuan – t ujuan yang lain tidak dapat
tercapai dengan baik seperti : peningkatan kepuasan peker ja,
mengurangi / menambahkan proses improvement.
2. Identification Of Business Processes
Pada tahap identification of business process, yang harus
dirubah pada saat reengineering proses adalah sebuah bisnis proses.
Pada tahap ini harus bisa mengidentifikasi bisnis proses yang saat ini
sedang berjalan. Karena dar i sinilah inti dari sebuah metode yang
davenport ciptakan. Pada tahap ini bisa dilihat dan diidentifikasi
proses bisnis yang saat ini sedang ber jalan. Yang ditahap selanjutnya
akan bisa dilihat apa saja yang akan ditingkatkan/im prove.
Davenport mengatakan unt uk berkonsentrasi pada 15 proses
maksimum yang menciptakan inti dari perilaku organisasi. Oleh
karena itu davenport menyebutkan bahwa pada proses inilah sebagai
sebuah “proses inti”.
21
3. Understand and Measure Processes
Pada tahap ke tiga ini, sangat menarik karena disini harus
mengerti dan mengukur dari tahap sebelumnya, dimana kesalahan /
kekurangan pada proses bisnis yang sedang ber jalan saat ini tidak
terulang lagi dan membuat sebuah proses bisnis baru yang lebih
baik. Dengan adanya reengineering davenport ingin mencegah
kesalahan yang sudah dilakukan pada proses bisn is sebelumnya. Dan
melihat improvement apa saja yang akan dibuat untuk menghindari
kesalahan kesalahan pada proses bisnis sebelumnya.
4. Information Technology
Pada tahap Information Technology in i, penggunaan
teknologi informasi sangat memungkinkan, untuk meningkatkan
proses bisnis menjadi lebih baik. Sehingga membuat proses bisnis
yang saat ini sedang ber jalan menjadi lebih baik.
5. Process Prototype
Pada tahap ini, tahap dimana pembuatan proses bisnis yang
baru, yaitu sebuah prototype, dimana disin i bisa diuji dari setiap
fungsi – fungsi yang ada sehingga apabila masih ada kekurangan
atau kesalahan didalam prototype ini, system yang baru dibuat masih
bisa diperbaiki.
22
6. Implementation
Pada tahapan yang terakhir atau tahapan implementasi,
dimana pada tahapan sebelumnya yait u proses prototype semua
fungsi sudah diuji coba dan bisa dikatakan berhasil, maka tahapan
terakhir adalah dengan implementasi proses bisnis yang baru dibuat.
Pada tahapan ini biasanya memakan waktu minimal 1 tahun.
Metode in i memilki defin isi yang jelas tentang visi pada faktor – faktor
didalam pembuatan sebuah proses bisnis yang baru / reeng ineering.
Faktor – faktor seperti pengurangan biaya, pengurangan waktu, dan
peningkatan kinerja. Metodo logi ini memiliki dasar yang kuat, hal ini
karena pada tahapan keempat (teknologi informasi) yang bisa dijadikan
andalan dalam membuat sebuah reengineering.
Gambar 2.2: perbandingan antar methodology
23
2.2. Occupational Health Care
Occupational Health Care (OHC) merupakan suat u kegiatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit serta melakukan
pengawasan terhadap kesehatan karyawan selama berkerja di perusahaan.
Hal ini dapat membantu dalam meningkatkan atau menjaga kinerja
karyawan.
More and m ore com panies are implem enting wellness programs in an effort
to facilitate the health of their employees, hop ing to im prove job
performance (O’Donnell, 2002). While im proved job performance is fairly
well accepted as an outcom e of providing wellness program s, evidence tha t
is m ore em pirical is needed to m easure the benefits of well em ployees.
(Sommers-Krause, Exploring The Rela tionship Of Employee Wellness And
Job Perform ance,2007,pp26)
Vanover Porter (2005) reported that the top three reasons companies do no t
offer a wellness program is not having enough staff to run the program, lack
of board support because of the perception of wasting m oney and coddling
employees, and not being ab le to afford to im plement one. (Sommers-
Krause, Exploring The Relationship Of Employee Wellness And Job
Performance,2007,pp27)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sommers-Krause, menyatakan
bahwa ada hubungan antara kesehatan dan k inerja dar i karyawan hal in i
24
dinyatakan berdasarkan kesimpulan dar i penelitian. exercise no t on ly assists
in job perform ance but also improves overall health and decreases deadly
risk factors, organ iza tions should consider implementing wellness program s
that include exercise. This is good for their employees, but also helps them
contro l costs through improved job perform ance and decreased healthcare
expenditures. Organizations benefit when health care costs are contained.
There is evidence wellness programs benefit the workplace through
improved employee health, less use o f sick time, and decreased use o f
physician and hospital services (Baun et al, 2000). Reid Psychologica l
System s (RPS) im plem ented a wellness program in response to the rising
cost of health insurance (Maynard, 1997). At the time of im plem entation,
the com pany’s premiums were well above the national average. With in two
years of im plementation, prem ium s had dropped and were abou t 45% below
the nationa l average. This type of occurrence shou ld be encouraging when
organizations are deciding on whether to implement a wellness program.
(Sommers-Krause, Exploring The Relationship Of Em ployee Wellness And
Job Performance,2007,pp114-116)
Perusahaan perlu menerapkan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
bagi seluruh karyawannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sommers-Krause, kesehatan dan kondisi badan dar i karyawan memiliki
hubungan berbanding lurus dengan kiner ja dan produktifitas karyawan. Hal
yang nyata berupa membaiknya kesehatan pekerja, berkurangnya pekerja
yang sakit, berkurangnya waktu yang terbuang karena ketidakhadiran
25
pegawai yang sakit serta berkurangnya biaya yang digunakan untuk
keperluan berobat karyawan. Unt uk menerapkan manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja ini memerlukan pegawai yang ahli dibidangnya.
Pada Perusahan Panasonic di jepang diperkenalkan OHC dimana setiap
perusahaan panasonic memiliki occupational health and safety m anagement
system berdasarkan standar internal perusahaan disetiap negara. Untuk dapat
menjaga keselamatan kerja, kesehatan karyawan dan kenyamanan
lingkungan kerja, panasonic memperkenalkan general hea lth and sa fety
m easures, dan melakukan inspeksi kesehatan dan keamanan kerja pada
fasilitas kerja dan tempat kerja.
2.3. Keselamatan dan kesehatan kerja
Pemerintah Indonesia juga telah memiliki peraturan yang mencakup
keselamatan kerja yang terdapat pada undang-undang nomor 1 tahun 1970
pasal 1 sampai 18 tentang keselamatan kerja dan kesehatan yang terdapat
pada undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 23 tentang kesehatan.
Undang-undang tersebut berguna untuk melindungi hak keselamatan kerja
serta kesehatan karyawan yang juga memiliki dampak positif untuk
perusahaan yaitu berupa produktifitas dan kinerja karyawan yang baik dan
biaya yang dikeluarkan unt uk perawatan dan pengobatan karyawan yang
sakit menjadi lebih berkurang.
26
Berdasarkan penelitian yang dilakukan o leh harrys siregar, “Peranan
keselam atan kerja ditempat kerja sebagai wujud keberhasilan perusahaan
dengan m engikuti dan mentaati ketentuan pada undang – undang
Keseha tan dan Keselamatan Kerja serta peraturannya. Program
Keselamatan dan Keseha tan Kerja sangat perlu karena dapat memperbaiki
kualitas hidup pekerja m elalui jaminan keselamatan dan keseha tan kerja
serta situasi kerja yang aman, tentram dan sehat sehingga dapa t
mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif. Perusahaan dapat
dikatakan berhasil apabila produk yang dihasilkan perusahaan semakin
baik dan berkualitas dan kerugian yang diperoleh perusahaan sem akin kecil
(zero accident)”.
Hubungan timbal balik antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan
pengembangan sumber daya manusia dapat dilihat sebagai berikut :
1. Program Keselamatan dan Kesehatan Ker ja akan memperbaik i
kualitas hidup peker ja melalui jaminan kesehatan dan kesehatan
kerja yang dapat menciptakan situasi ker ja yang aman, tenteram dan
sehat sehingga dapat mendorong peker ja untuk bekerja lebih
produktif.
2. Melalui program Keselamatan dan Kesehatan kerja terjadinya
kerugian dapat dihindarkan sehingga perusahaan dapat
mengembangkan usahanya dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
3. Program keselamatan dan kesehatan kerja menurut peker ja dan
pengusaha untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, seperti:
27
a. Kemampuan keahlian untuk meneliti dan mendesain
teknologi yang bebas resiko kecelakaan kerja dan mendesain
peralatan pengamanan.
b. Kemampuan pengusaha untuk memproduksi dan
menciptakan peralatan yang lebih aman dan canggih sesuai
dengan tuntutan konsumen dan persaingan besar.
c. Kemampuan pekerja unt uk mengoperasikan alat – alat
produksi dan alat – alat pengamanan dengan baik dan tepat.
d. Menuntut adanya organisasi dan manajemen yang mantap
dan dinamis dengan unit fungsional yang bert ugas
mengkoordinasikan program keselamatan dan kesehatan
kerja atau yang bersifat adhoc seperti P2K3, termasuk
diadakannya program pendidikan, baik bagi operator
peralatan kerja/produksi, maupun bagi mereka yang secara
khusus bertugas mencegah kecelakaan ker ja.
Produktifitas adalah perbandingan antara input dan output, sedangkan
efisiensi adalah pemberdayaan sumber – sum ber (resource) yang ada
diperusahaan seperti : manusia, waktu, dana dan lainnya yang bisa
dimanfaatkan secara efektif dan menekan pengeluaran dengan sekecil –
kecilnya. Produktifitas adalah pertumbuhan yang bisa meningkatkan
pendapatan yang pada akhirnya bisa meningkatkan kemakmuran.
Antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktifitas terdapat
korelasi yang nyata. Sebagai contoh : seorang pekerja yang mendapatkan
kecelakaan atau penyak it akibat kerja, biasanya keh ilangan produktivitas
28
kerja nya secara nyata, dan bahkan produktivitasnya bisa dikatakan menjadi
nol(0) atau hilang sama sekali.
Pekerja yang produktifitasnya akan menurun. Tentu akan berpengaruh pada
produktivitas perusahaan yang menurun hal ini terjadi karena pengaruh dar i
lingkungan ker ja yang buruk terhadap kesehatan ker ja karyawan.
Demi terwujudnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilingkungan kerja,
maka sasaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mencegah secara preventif terjadinya kecelakaan.
2. Mencegah secara preventif timbulnya penyakit akibat kerja.
3. Mencegah / mengurangi angka kematian.
4. Mencegah / mengurangi cacat tetap/ seumur h idup ( invaliditet).
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan
bangunan – bangunan, alat – alat kerja, mesin – mesin, dll.
6. Meningkatkan produktifitas ker ja tanpa memeras tenaga ker ja dan
menjamin kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pem borosan tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber-
sumber produksi lainnya sewaktu ker ja.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman.
Pada umumnya disetiap industry untuk mengontrol seberapa besar tingkat
kecelakaan ker ja yang terjadi di lokasi kerja, maka diperlukan sebuah audit
system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang fungsinya unt uk
29
menganalisa, mengidentifikasi dan mengcontrol bahaya atau kecelakaan
kerja yang akan terjadi di lokasi kerja.
Pelaksanaan K-3 sebagai usaha memelihara tenaga kerja dari hal – hal yang
berhubungan dengan kesalahan manusia maupun alat, sangat diperlukan
realisasinya sebagai upaya mawas diri khususnya masalah kedisiplinan dan
pengertian terhadap pemeliharaan tenaga kerja dar i kecelakaan dan
kesehatan kerja.
1. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas
Keselamatan, kesehatan, kerja dalam kondisi seperti sekarang in i,
hampir seluruh kegiatan operasional dilaksanakan dengan alat
modern dan canggih, sebagaimana yang terjadi pada perusahaan
industry, dengan perkembangan tersebut maka produktifitas kerja
yang optimal merupakan t untutan yang harus dicapai yaitu input dan
outputnya member ikan nilai kebih kepada perusahaan /penyelenggara
kerja dan merupakan konsekuensi logis dari terlaksananya program
K-3 dilingkungan kerja. Dengan tercapainya tujuan perusahaan yait u
produktifitas ker ja meningkat maka Keselamatan kesehatan Kerja
karyawan suatu perusahaan pun akan meningkat.
2. Tindakan Preventif
Didalam sebuah industry K3 merupakan aspek yang sangat penting.
Masalah keselamatan kerja yang sangat tergantung pada factor
30
manusia, yang menuntut kedisiplinan terhadap aturan – aturan
ditempat kerja.
3. Langkah – langkah pencegahan / preventive tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut :
(a) Substitusi.
Penggantian mesin lama yang apabila diperbaiki secara manual
berbahaya dan dapat diganti dengan mesin baru yang lebih
modern.
(b) Isolasi.
Mesin – mesin yang memiliki tingkat kebisingan yang sangat
tinggi, yang bisa mengggangu pendengaran. perlu adanya
isolasi tempat atau ditempatkan ditempat yang terbuka.
(c) Pengendalian secara teknis.
Diber ikan pelindung bagi mesin – mesin yang berputar, dan
memantau secara berkala tingkat kebisingan dan radiasi panas
yang terjadi atau ditimbulkan oleh mesing tersebut
(d) Pemakaian alat pelindung perorangan
Personal protektif, alat pelindung yang digunakan seseorang
setiap melaksanakan pekerjaan untuk melindungi dari sumber
bahaya tertentu.
(e) Sumber bahaya dan alat pelindung ditempat kerja.
Alat pelindung digunakan unt uk mengurangi intensitas kontak
langsung dan perlu diketahui berbagai sum ber bahaya ditempat
kerja, agar asal suatu bahaya potensial terhadap keselamatan
31
dan kesehatan kerja yang bersifat mekanik, fisik, kimia,
bio logis, fisiologis dan psikologis.
(f) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja
Petunjuk tentang sumber bahaya perlu dipasang disekitar
tempat kerja agar dapat mengingatkan kembali kepada para
karyawan yang melaksanakan tugas
2.4. E – Health
E-health didefinisikan sebagai aplikasi dari Internet dan teknologi terkait
lainnya dalam industri kesehatan untuk meningkatkan akses, efisiensi,
efektivitas,dan kualitas bisn is klin is dan proses digunakan oleh organisasi-
organ isasi kesehatan, praktisi, pasien, dan konsumen dalam upaya untuk
meningkatkan status kesehatan pasien.e-health mencakup banyak dimensi:
1. Pengir iman informasi penting kepada mitra kesehatan
2. Penyediaan jasa pengiriman informasi kesehatan
3. Fasilitasi interaksi antara penyedia dan pasien
4. Fasilitasi integrasi bisnis industri kesehatan yang berhubungan
dengan proses
5. Baik akses lokal dan terpencil untuk informasi kesehatan
6. Dukungan untuk majikan dan karyawan, wajib dan penyedia
Menurut Gunther Eysenbach didalam Journal of Medical Internet
Research mengatakan “e-health is an em erging field in the intersection o f
m edical informatics, pub lic health and business, referring to health services
and information delivered or enhanced through the Internet and related
32
technologies. In a broader sense, the term characterizes no t only a technical
development, but also a state-of-mind, a way of thinking, an attitude, and a
commitment for networked, globa l thinking, to improve hea lth care locally,
regiona lly, and worldwide by using inform ation and communication
technology.”
“ e-health is the instrum ent for productivity gains in the contest of the
existing Healthcare systems but also provide the backbone for the future
citizen centered healthcare environment” ( J. claude healey – WHO
September 2004 )
E-health involves the use of information and comm unications technolog ies
to improve health in general and the healthcare system in particular
(Alvarez, 2002; Chau & Hu, 2004; Roger & Pendharkar,2000).
Jadi e-health bisa ditarik kesimpulan bahwa perluasan dari suatu teknologi
yang tidak hanya dipakai sebagai fasilitas untuk mempermudah pengiriman
informasi tetapi juga sebagai peningkatakan akses informasi yang bisa
digunakan unt uk efektifitas, efisiensi dan proses bisnis pada organisasi –
organisasi kesehatan.
33
Gambar 2.3: e-Health Environment
Gambar 2.4: Health Information System 1
34
Gambar 2.5: Health Information System 2