benarkah islam tersebar dengan pedang

25
BENARKAH ISLAM TERSEBAR DENGAN PEDANG Telaah Sosial-Historis Dinasti Umayyah Doni Herdiyansyah Stap Pengajar TIM PPBA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract The reality that Islam is the biggest reliogion in the world and the foremost one, it frecuently couses the jealousy around the peoples or groups which are uncontenting with the fact. Therefore, to discredit the Islam, they bring out into view the negative assumption about Islam, that it was appeared with sword. This article tries to find out the answers for the assumption. It by analizing the history of Islam’s authority in Umayyah Dynasty, because in this dynasty the expansion and the dissemination of Islam is to fantastic. It is including three continents; Asia, Africa and Europe (S.W). The writer finds that Islam’s disseminations and its expansions preferences of peacefulness value of Islam. It is rahmatan lil ‘alamin. Key word: dissemination, discredit, Islam, Sword, Pendahuluan Sejak Muhammad saw mengemaban tugas sebagai utusan Allah swt untuk berdakwah –atau dalam istilah bahasa Arabnya dikenal dengan

Upload: ameersabry

Post on 02-Aug-2015

36 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

BENARKAH ISLAM TERSEBAR DENGAN PEDANG

Telaah Sosial-Historis Dinasti Umayyah

Doni Herdiyansyah

Stap Pengajar TIM PPBA

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstract

The reality that Islam is the biggest reliogion in the world and the foremost one, it frecuently

couses the jealousy around the peoples or groups which are uncontenting with the fact.

Therefore, to discredit the Islam, they bring out into view the negative assumption about Islam,

that it was appeared with sword. This article tries to find out the answers for the assumption. It

by analizing the history of Islam’s authority in Umayyah Dynasty, because in this dynasty the

expansion and the dissemination of Islam is to fantastic. It is including three continents; Asia,

Africa and Europe (S.W). The writer finds that Islam’s disseminations and its expansions

preferences of peacefulness value of Islam. It is rahmatan lil ‘alamin.

Key word: dissemination, discredit, Islam, Sword,

Pendahuluan

Sejak Muhammad saw mengemaban tugas sebagai utusan Allah swt untuk berdakwah –atau

dalam istilah bahasa Arabnya dikenal dengan istilah Rasulullah-, yaitu ketika usia Beliau

menginjak 40 tahun atau tepatnya sejak diturunkannya ayat pertama al-Qur’an pada tanggal 17

Ramadhan 611 M, Islam sebagai agama yang “baru” dikalangan arab Qurays, lahir. Agama yang

dibawa oleh Muhammad ini adalah agama yang mengemban misi atau ajakan kepada ummat

manusia untuk meng-esakan Tuhan yang pada masa jahiliah waktu itu benar-benar tercemarkan

dan ternodai oleh penyembahan yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah kepada “Tuhan” Latta,

Uza, Hubal dan Manat yang sesungguhnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri.

Selanjutnya dakwah untuk meng-esakan Tuhan dan mempersaksikan bahwa Beliau

(Muhammad) adalah utusan Allah, mulai berjalan bermula dari ajakan kepada keluarga dan

kerabat Beliau. Inilah sesungguhnya awal atau cikal bakal –yang pada tahapan-tahapan

Page 2: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

berikutnya setelah kewafatan Beliau, baik itu pada masa khulafa’ur rasyidin, dinasti Umayyah,

dinasti Abbasyiah dan yang lainnya- menjadi motivasi atau ruh dilakukannya dakwah islamiyah

dan perluasan daerah kekuasaan Islam atau ekspansi-ekspansi yang bahkan mencapai kawasan

Eropa pada masa dinasti Umayyah. Namun, tentu dengan da’wah bil hikmah wal mauizoh

hasanah seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an (QS, 16:125), bukan dengan kekerasan apalagi

dengan pedang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa kejayaannya, Islam pernah menjadi negara

“adidaya/adikuasa” yang sangat disegani oleh dunia. Sehingga sampai saat ini dapat kita

saksikan bahwa Islam tetap menjadi agama terbesar yang dianut oleh mayoritas penduduk dunia.

Fakta sejarah membuktikan kepada kita bahwa pada abad ke tujuh hingga abad ke delapan

masehi, pasukan Islam atas nama khalifah berhasil menduduki wilayah-wilayah kristen. Mereka

berhasil menduduki kerajaan Byzantium di Syiria, yaitu dengan menduduki provinsi-provinsi

yang menjadi wilayah kekuasaan Byzantium pada waktu itu. Begitu juga dengan Mesir, Holy

Land, Afrika Selatan, Spanyol dan Sisilia (Albert Hourani, 1996:07). Bahkan pada masa

pemerintahan al-Walid l (705-715 M), arus ekspansi Islam mencapai puncaknya, -yang

sebelumnya memang sudah dirintis oleh pendahulu-pendahulu Beliau sejak masa Khulafa’ ar-

Rasyidin (Abu Bakar)-, yaitu meliputi wilayah jazirah Arab dan sekitarnya, yang dikepalai oleh

Gubernur Jendral Ummar II, al-Masyrik (Front Timur) yang dikepalai oleh Hajjaj ibnu Yusuf,

dan al-Magrib (Front Barat) di bawah pimpinan Musa ibnu Nusair. Bahkan wilayah

kekuasaannya meluas di wilayah timur sampai ke daerah anak benua India (Pakistan sekarang)

dan perbatasan Cina. Sementara di bagian utara meliputi Aleppo (di barat laut), Asia Kecil,

Cecnia dan Armenia sampai timur laut. Termasuk daerah-daerah yang sekarang disebut negara

Turmenistan, Kirgistan, Uzbekistan, Kazakstan di Asia Tengah termasuk juga Afganistan di

Persia. Di bagian barat, Islam menguasai seluruh Afrika Utara sampai semenanjung Liberia

(Spanyol dan Portugal) dan sebagian Prancis serta kepulauan di laut tengah (Karim, 2009:120).

Realita bahwa Islam pada akhirnya menjadi agama yang memiliki peranan dan pengaruh besar di

dunia –baik dalam bidang politik, sosial maupun ekonomi- yang merupakan dampak dari

kejayaan historik Islam masa lampau, melahirkan kecemburuan-kecemburuan bahkan

pandangan-pandangan miring dan miris dari segelintir orang dan golongan, terutama para

orientalis dan Nasraniyyun yang memang sejak awal mula penyebarannya, Islam menjadi

masalah bagi kaum Kristiani di Eropa. Bahkan sejak awal dikuasainya Byzantium oleh

Page 3: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

kekuasaan Islam, kaum Kristiani Eropa menganggap setiap pemeluk Islam adalah musuh. Albert

Hourani (1996: 7) mengatakan “From the time it first appeared, the religion of Islam was the

problem for the Cristian Europe. Those who belived in it were the enemy on the frontire”.

Sehingga tidaklah mengherankan jika pada akhirnya keluar statment-stantment miring bahwa

sejak awal, Islam disebarkan dengan pedang. Tentu masih segar dalam ingatan kita ketika Paus

Benekdetus XVI dalam kuliah umumnya di Universitas Regenberg Jerman, 12 September 2006

lalu. Paus yang menyebut Kristen sebagai agama logika telah menyerang ajaran Islam tentang

Jihad. Ia mengatakan kekerasan tidak sejalan dengan jiwa ketuhanan dan spiritual, sedangkan

jihad dalam agama Islam adalah ajaran kekerasan yang tidak sesuai dengan ketuhanan. Paus

lantas mengutip pernyataan Kaisar Bizantium Manuel II Paleologus yang berkata kepada salah

seorang ulama Muslim. Ia mengatakan: “Tunjukkan kepadaku bahwa Muhammad membawa hal

yang baru selain kekerasan dan tindakan yang tidak manusiawi. Ia datang untuk menyebarkan

Islam dengan pedang.” (UCA News dalam http://mirifica.net). Dengan kata lain Islam identik

dengan kekerasan. Hal ini tentu diperparah [jika dikaitkan dengan fenomena dan realita saat ini,

ada bom bali, JW marriot, Rich Calton dll-] dengan banyaknya aksi pengeboman oleh para

teroris yang berkedok agama (Islam).

Dalam tulisan ini penulis ingin mengajak para pembaca untuk melihat ke belakang,

“bernostalgia” dengan kejayaan Islam masa lampau, untuk kemudian mencoba membaca dan

menganalisa kembali kejayaan Islam khususnya pada masa Dinasti Umayyah. Telah diketahui

bahwa pada masa ini banyak dilakukan ekspansi-ekspansi termasuk salah satunya adalah apa

yang dilakukan oleh Khalifah al-Walid. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan-kemajuan,

prestasi-prestasi dan motif dari beberapa ekspansi yang terjadi pada masa dinasti Umayyah ini.

Apakah ekspansi-ekspansi yang dilakukan tersebut semata-mata dilakukan hanya untuk

menyebarkan dan memperluas daerah kekuasaan Islam? Ataukah memang ada motif-motif lain

yang melatar belakangi ekspansi-ekspansi yang dilakukan tersebut. Selanjutnya dari analisa ini

penulis berharap bisa menjadi jawaban yang empiris terhadap tuduhan-tuduhan negatif yang

dialamatkan terhadap Islam.

Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menguraikan bagaimana berdirinya dinasti Umayyah,

perkembangan dan juga sekilas penyebab keruntuhannya. Dalam uraian tentang perkembangan

Dinasti Umayyah, akan dipaparkan kondisi sosial dan ekspansi-ekspansi yang terjadi di beberapa

periode kekhalifahan. Penulis tidak akan membahas keseluruhan kekhalifahan yang pernah

Page 4: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

memimpin pada masa dinasti ini, melainkan beberapa saja yang memiliki prestasi atau kontribusi

besar terhadap kemajuan Islam.

Lahirnya Dinasti Umayah

Dinasti Umayyah dimulai sejak Muawiyyah ibnu Abi Sofian menjabat sebagai khalifah. Sahabat

Nabi yang juga putra Abu Sofian ini sebelumnya menjabat sebagai Gubernur di Damaskus di

masa khalifah Ali bin Abi Thalib. Namun, dalam perjalanannya ia melakukan pemberontakan

terhadap Ali. Puncak pemberontakan yang ia lakuakan adalah terjadinya perang Shiffin pada

tanggal 26 Juli 657 M, antara Muawiyyah sendiri dengan khalifah Ali bin Abi Thalib. Perang ini

bearkhir dengan diadakanya tahkim atau arbitrase yang lebih dikenal dengan tahkim dummatul

jandal. Tahkim ini merupakan bentuk “kelihaian dan kelicikan” Muawiyyah, meskipun

sebenarnya muncul atas usulan Amr bin Ash ketika pasukan Ali hampir saja memenangkan

peperangan. Pada akhirnya tahkim dummatul jandal ini menjadi titik balik bagi Muawiyyah,

karena setelah tahkim tersebut pasukan Ali terpecah menjadi dua kubu yaitu khawarij dan syi’ah,

yang berujung pada terbunuhnya Ali oleh salah seorang pasukan dari anggota khawarij yang

tidak menyetujui diadakannya tahkim.

Selanjutnya kekuasaan dapat diambil alih oleh Muawiyyah. Hal ini disebabkan karena Hasan Ali

bin Ali yang dibaiat menggantikan Ali, tidak terlalu cakap dalam memerintah. Apalagi ditambah

dengan situasi politik yang memang sedang tidak stabil sejak kematian Ali. Akhirnya Husein

putra Ali Bin Thalib dapat dikalahkan oleh Umayyah dalam pertempuran di Karbala.

Memasuki awal kekuasaan Muawiyyah (661-680 M), dinasti Umayyah bermula. Sampai kurang

lebih 90 tahun. Nama Diansti Umayyah sendiri diambil dari nama Umayyah ibnu Abdi Syam

ibnu Abdi Manaf. Ia adalah orang yang cukup dikenal dalam persukuan di masa Jahiliyah,

bersaing dalam hal sosial-politik dengan pamannya Hasyim ibnu Adbi Manaf. Namun, dalam

persaingan tersebut Umayyah selalu lebih dominan dari pada Hasyim, karena ia adalah

pengusaha sukses dan memiliki harta kekayaan lebih banyak.

Umayyah adalah pedagang yang besar dan kaya, yang mempunyai 10 anak laki-laki yang

semuanya mempunyai kekuasaan dan kemuliaan, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.

Dan Abu Sofyanlah yang pernah menjadi pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi pada perang

Badar Kubra. Dilihat dari sejarahnya, Bani Umayyah memang begitu kental dengan kekuasaan.

Page 5: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

Pada realitanya banyak sejarawan yang memandang negatif terhadap Muawiyah, karena

keberhasilannya dalam perang siffin dicapai melalui cara abitrase yang curang. Dia juga dituduh

sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam. Karena dialah yang

mengubah model suksesi kepala negara dari proses demokrasi menuju system monarkhi.

Pemerintahan yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun

temurun), yaitu setelah al-Hasan bin 'Ali Radhiallahu ‘anhuma menyerahkan jabatan

kekhalifahan kepada Muawiyah ibnu Abu Sufyan Radhiallahu ‘anhu dalam rangka mendamaikan

kaum muslimin yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman ibnu Affan

Radhiallahu ‘anhu, perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-khawarij dan syi'ah.

Namun demikian, Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, baik

politik, sosial, kebudayaan, seni, maupun ekonomi dan militer, serta teknologi komunikasi.

Dalam bidang yang terakhir ini, Muawiyah mencetak uang, mendirikan dinas pos dan tempat-

tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya disepanjang jalan,

beserta angkatan bersenjatanya yang kuat.

Basis Pemerintahan Umayyah

Keberhasialan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan

diplomasi Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki basis rasional yang solid

bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Adapun faktor keberhasilan tersebut

adalah:

1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syiria dan dari keluarga Bani Umayyah.

2. Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam menempatkan para

pembantunya pada jabatan-jabatan penting.

3. Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai

tingkat (hilm) sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana

seorang manusia hilm seperti Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil

keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.

4. Selain itu kekuasaan Muawiyah pada wilayah Syam telah membuatnya mempunyai basis

rasional untuk karier politiknya. Karena penduduk Syam yang diperintah Muawiyah mempunyai

ketentaraan yang kokoh, terlatih dan terpilih di garis depan dalam melawan Romawi. Mereka

bersama-sama dengan bangsawan Arab dan keturunan Umayyah yang berada sepenuhnya di

Page 6: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

belakang Muawiyah dan memasoknya dengan sumber-sumber kekuatan yang tidak habis-

habisnya, baik moral, manusia maupun kekayaan.

Kondisi Sosial Pada Masa Dinasti Umayyah

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, karena banyak kebijakan

politiknya yang bertumpu kepada usaha perluasan wilayah dan penaklukan. Hanya dalam jangka

90 tahun, banyak bangsa yang masuk kedalam kekuasaannya. Daerah-daerah itu meliputi

Spanyol, Afrika utara, Syria, Palestina Jazirah Arab, Iraq, Persia, Afganistan, Pakistan,

Uzbekistan, dan wilayah Afrika Utara sampai Spanyol seperti yang dipaparkan sebelumnya.

Namun demikian, Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, baik

politik, sosial, kebudayaan, seni, maupun ekonomi dan militer, serta teknologi komunikasi.

Dalam bidang yang terakhir ini, Muawiyah mencetak uang, mendirikan dinas pos dan tempat-

tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya disepanjang jalan,

beserta angkatan bersenjatanya yang kuat.

Sedangkan dalam bidang sosial secara umum, kondisi masyarakat selama 14 periode

kekhalifahan dinasti Umayyah terbagi ke dalam empat strata sosial. Philip K. Hitti (2001:97)

yang dikutip oleh Manshur (2003:173) membagi strata sosial masa Dinasti Umayyah menjadi

empat stratifikasi sosial. Pertama adalah kelas tertinggi yang ditempati oleh kaum Muslimin

yang memegang kekuasaan, dan kaum ningrat dari bangsa Arab. Ke dua adalah kaum neo

Muslim yang atas dasar keyakinan sendiri, mereka memeluk Islam. Secara teori kelompok ini

memliki hak-hak dan kewajiban sebagaimana kaum Muslimin lainnya. Yang ke tiga adalah

kelompok Zimmi atau penganut agama lain seprti Yahudi dan Nasrani, yang memilih tinggal di

wilayah kekuasaan Islam dan bersedia membayar pajak sebagai konsekwensinya. Ke empat

adalah golongan budak-budak yang menempati strata sosial paling rendah.

Kondisi sosial masyarakat Muslimin pada masa Dinasti Umayyah tergolong aman dan damai.

Demikian juga dengan masyarakat non Muslim. Masyarakat Muslim dan non Muslim bisa hidup

berdampingan. Kendatipun Islam pada masa ini berkuasa di seluruh imperium, namun kondisi

masyarakat non Muslim sangat terjamin. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam

kehidupan bernegara. Para Khalifah melindungi gereja, kartedral, candi, sinagog dan tempat-

tempat suci lainnya. Bahkan semua tempat peribadatan yang rusak dibangun kembali dengan

dana yang dikeluarkan dari kas Negara. Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa

terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan

Page 7: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

peradaban Arab Islam di Spanyol khususnya. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga

orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran

agama mereka masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk,

terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi

beragama, komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya

masing-masing.

Keadilan yang diperoleh oleh warga non Muslim pada masa Dinasti Umayyah tidak hanya dalam

hal kebebasan beragama. Akan tetapi, kebebasan dalam bidang hukum dan peradilan juga

mereka terima. Para khalifah memberikan kebebasan bagi mereka untuk menggunakan

kebebasan yuridiksi mereka sebagaimana yang diatur dalam agama mereka masing-masing.

Dalam pelaksanaan hukum, Daulah Bani Umayyah membentuk lembaga yang bernama Nidzam

al Qadai (organisasi kehakiman). Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi kedalam tiga badan

yaitu:

- Al-Qadha’, bertugas memutuskan perkara dengan ijtihadnya, karena pada waktu itu belum ada

“mazhab empat” ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada waktu itu para qadhi menggali hukum

sendiri dari al-kitab dan as-Sunnah dengan berijtihad.

- Al-Hisbah, bertugas menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang

memerlukan tindakan cepat.

- An-Nadhar fil Madhalim, yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding.

Selain itu, Khalifah Bani Umayyah juga mengangkat pembantu-pembantu sebagai pendamping

yang sama sekali berbeda dengan Khalifah sebelumnya. Mereka merekrut orang-orang non

Muslim menjadi pejabat-pejabat dalam pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter

dan kesatuan dalam militer. Hal ini terjadi sejak Muawiyah menjabat sebagai Khalifah, yang

kemudian diwarisi oleh keturunannya. Tetapi pada zaman Umar bin Abdul Azis kebijakan

tersebut dihapus, karena orang-orang non Muslim (Yahudi, Nasrani dan Majusi) yang

memperoleh privilage di dalam pemerintahan banyak merugikan kepentingan umat Islam,

bahkan menganggap mereka rendah.

Dalam lapangan sosial, dapat dikatakan Bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak antara

bangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki

kebudayaan yang telah maju seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara Arab (yang memiliki ciri-ciri Islam) dengan

Page 8: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

tradisi bangsa-bangsa lain yang bernaung dibawah kekuasaan Islam (Amin, 1997:106).

Hubungan tersebut kemudian melahirkan kreatifitas baru yang menakjubkan dibidang seni

bangunan (arsitektur) dan ilmu pengetahuan.

A. Khalifah-khalifah Yang Cukup Berpengaruh pada Masa Daulah Umayyah

Pemerintahan dinasti Umayyah yang berlangsung kurang lebih hampir satu abad ini (90 tahun),

dipimpin oleh empat belas khalifah. Berikut ini akan penulis paparkan secara singkat beberapa

kekhalifahan yang pernah berkuasa pada masa dinasti Umayyah, yang mempunyai prestasi dan

pengaruh besar pada eksistensi dinasti ini khususnya dan kemajuan Islam umumnya. Ini tidak

berarti bahwa khalifah-khalifah yang tidak disebutkan di sini tidak berjasa. Akan tetapi, penulis

hanya ingin memperjelas titik tekan dari pembahasan tulisan ini adalah mengetahui motif atau

modus ekspansi yang terjadi pada kekhalifahan beberapa khalifah berikut ini.

1. Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)

Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan menjabat sebagai Khalifah

pertama. Ia memindahkan ibu kota dari Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam

wilayah Suriah. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam

yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Ia mengirimkan angkatan perangnya di

bawah pimpinan al-Muhallab ibnu Abi Sufrah ke India, seorang pimpinan perang yang terkenal

gagah berani, namun hanya sampai ke Kabul (Ibu kota Afganistan sekarang), dan Multan.

(Karim, 2003: 08) Walau demikian Tunisia dan daerah Kurasan dapat dikuasai.

Pada masa pemerintahan dinasti Umayyah, Mua’wiyah membagi dua kelompok dewan syura

khas (pusat) dan majelis syura sementara. Mua’wiyah juga melakukan pembangunan dan

komunikasi diberbagai provinsi dan kota, berkonsultasi dengan majelis syura. Disini Mua’wiyah

membuka ruang demokrasi dalam system pemerintahannya namun disisi lain dia mempraktekkan

pemerintahan yang monarki dengan mengangkat yazid sebagai putra mahkota. Disamping itu ia

juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di

Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos.

Muawiyah meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di pemakaman

Bab Al-Shagier.

2. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)

Page 9: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

Sebelum kekhalifahan Abdul Malik ibn Marwan, dinasti Umayyah dipimpin oleh Yazid Ibn

Muawiyyah (681-683 M) yang ditunjuk langsung oleh Muawiyyah sebagai penggantinya,

kemudian Muawiyyah Ibn Yazid (683-684 M) yang juga menggantikan ayahnya Yazid. Setelah

itu dinasti Umayyah dipimpin oleh Marwan Ibn al-Hakam (684-685 M), yang hanya memimpin

selama satu tahun.

Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685

M, meskipun sebelumnya terjadi pertikaian antara dia dan Abdullah Ibnu Zubair. Di bawah

kekuasaan Abdul Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang

sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali

kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak, sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di

bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak

kejayaannya. Ia meneruskan ekspansi ke timur yang sebelumnya dilakukan Muawiyah. Ia

mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara,

Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai

Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ia wafat pada tahun 705 M dalam usia

yang ke-60 tahun. Ia meninggalkan karyakarya terbesar didalam sejarah Islam. Masa

pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan.

3. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)

Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban.

Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar,

yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua Eropa,

yaitu pada tahun 711 M. Sesungguhnya ia bukanlah khlifah yang ahli dalam peperangan, akan

tetapi pada masanya muncul para panglima yang terkemuka seperti Musa ibn Nushair, Thariq bin

Ziad yang melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai ke Andalusia (Spanyol),

sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada, Seville, Elvira dan Toledo, kemudian Jendral

Hajjaj ibn yusuf di front timur, Muhammad ibn Qasim dan Quthaibah ibn Muslim yang

menaklukkan Sind-Punjab dan sebagian Sentral Asia (Karim, 2006: 14). Ketika penaklukan

Kordova oleh Thariq ibn Ziyad melalui selat yang selanjutnya dikenal dengan selat Gibraltar

(Jabal Thariq), dan beberapa tempat yang sudah disebutkan tersebut, pasukan Islam memperoleh

kemenangan selain karena semangat pasukan yang dikobarkan oleh Thariq, juga karena

mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa

Page 10: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

sebelumnya (Byzantium) (Badri Yatim, 1998: 43). Dalam pidatonya yang sangat terkenal, Thariq

memerintahkan pasukannya untuk membakar perahu-perahu yang mereka gunakan setibanya di

daratan. Sehingga hanya ada satu pilihan, yaitu maju dan memenangkan pertempuran. Sebab

sudah tidak mungkin lagi untuk mundur karena perahu-perahu sudah dibakar. Pada masa al-

Walid ini peta Islam paling luas dalam sejarah perluasan Islam yaitu meliputi tiga benua, Asia,

Afrika dan Eropa (Barat Daya). Karenanyalah ia dikenal dengan sang penakluk.

Pada era Al-Walid I ini tercatat sebuah keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas

area disekitar masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan

keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al Musayyib sehingga

banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata Said Al-Musayyib : "Sungguh aku

berharap agar rumah Rasulullah tetap dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang

akan datang dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang sederhana".

Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan

besar-besaran selama masa pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Ia membangun

gedung-gedung yamg indah, masjid dan sekolah kedokteran. Ia bahkan memberikan tunjangan

hidup secara cuma-cuma kepada para lansia, orang buta, lumpuh, orang gila dan perempuan-

perempuan yang tidak mampu membiayai sekolah putra-putrinya karena ditinggal mati suami

mereka di medan perang. Selain itu, al-Walid juga membangun armada laut raksasa yang

merupakan lanjutan dari armada laut yang sebelumnya telah dibangun oleh Muawiyyah ibn Abu

Sofian. Khalifah Walid ibn Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah Daulah

Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran dinasti tersebut.

4. Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)

Khalifah sebelum Umar ibn Abdul Aziz adalah Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)

menggantikan al-Walid yang merupakan saudara kandungnya sendiri. Umar ibn Abdul Aziz

menjabat sebagai Khalifah pada usia 37 tahun. Ibunya adalah cucu dari khlifah Ummar Ibn

Khattab, dan kemungkinan karenanyalah yang menjadi salah satu sebab ia dikenal dengan Umar

II. Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak pemerintahan seperti pada

zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan Umar II meninggalkan semua kemegahan Dunia yang

selalu ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah. Padahal dahulu Umar II adalah seorang pangeran

yang hidup dalam gelimang harta yang konon selalu menjadi omongan karena kerapian,

ketampanan, kewangian dan kegemerlapan pakaiannya, bahkan gaya berjalannya diikuti banyak

Page 11: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

orang karena begitu indahnya. Bahkan ia sering terlambat solat karena para pembantunya belum

selesai merawat rambutnya. Ia tidak mau memakai satu pakaian lebih dari satu kali karena

dianggap telah usang. (Abdul Karim, 2009: 122-123).

Amin (1978: 104) mengatakan satu hal yang sangat mencolok dari pemerintahan Umar ibn

Abdul Aziz ini yang berbeda dengan para pendahulunya, yaitu ketika dinobatkan sebagai

Khalifah. Ia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam

wilayah Islam lebih baik daripada menambah perluasannya (Badri Yatim, 1998: 47). Ini

menunjukkan bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri. Akan tetapi, itu tidak

berarti bahwa pada masa Umar ini tidak terjadi ekspansi. Bahkan pada masa Umar II inilah

terjadi penyerangan ke Prancis melalui Pinaree di bawah pimpinan Abd rahman Ibn Abdullah

Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers kemudian dari sana ia mencoba

menaklukkan Tours, walupun pada akhirnya al-Ghafiqi terbunuh. Prestasi lain yang juga sangat

mengesankan dari Umar II ini adalah ia berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga

membari kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan

kepercayaannya. Pajak diperingan. Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab)

disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu pertanda yang

membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu

berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39

tahun, dimakamkan di Deir Simon.

5. Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)

Khalifah sebelum Hisyam adalah Yazid Ibn Abdul Malik yang juga merupakan saudara dari al-

Walid dan Sulaiman. Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia yang ke 35

tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi militer. Namun, pada masa

pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan

Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan

mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan

baru ini mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru,

Bani Abbas. Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak

untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar

kesalahan-kesalahan para pendahulunya, karena gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah

tidak mampu mematahkannya. Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam

Page 12: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua tahun

sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa

pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-

Khalifah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin

mempercepat runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

6. Marwan ibn Muhammad (745-750 M)

Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat

ditumpas, tetapi dia tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat

pendukungnya. Marwan ibn Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun

Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu

mengejarnya. Akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia

mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari Abdullah.

Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian

tamatlah kedaulatan Bani Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani

Abbasiyah.

Dari uraian tersebut, dapat diketahui bahwa ekspansi yang dilakukan oleh orang Islam di masa

Bani Umayyah adalah untuk perluasan wilayah yang memang merupakan tradisi imperium,

sebagai dakwah yang mengemban misi kemanusiaan. Selain itu tindakan ekspansi juga dilakukan

sebagai sesuatu tindakan untuk membela diri (defensif). Perluasan yang dilakukan pada masa

Bani Umayyah meliputi tiga front penting, yaitu daerah-daerah yang telah dicapai dan gerakan

Islam terhenti sampai di situ, ketika masa Khalifah Ustman bin Affan. Ketiga front itu sebagai

berikut :

1) Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil. Dimasa pemerintahan Bani

Umayyah, pertempuran di front ini telah meluas, sampai meliputi pengepungan terhadap kota

Konstantinopel, dan penyerangan terhadap beberapa pulau di laut tengah.

2) Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai ke pantai Atlantik, kemudian menyeberangi selat

Jabal Thariq dan sampai ke Spanyol.

3) Front Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang satu menuju ke utara, ke daerah-

daerah diseberang sungai Jihun (Amru Dariyah). Dan cabang yang kedua menuju ke Selatan,

meliputi daerah Sind, wilayah India di bagian Barat.

Page 13: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

B. Keruntuhan Dinasti Umayyah

Ada beberapa penyebab keruntuhan dinasti Umayyah seperti yang dikemukakan oleh Badri

Yatim (1998:48-49) dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, yaitu:

1. Sisitim pergantian pemerintahan melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru dalam

tradisi Arab, setidaknya semenjak era khulafa’ ar-rasyidun. Sehingga menyebabkan terjadinya

persaingan yang tidak sehat dalam intern keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Umayyah yang tidak terlepas dari konflik-konflik politik

yang terjadi di masa Ali.

3. Terjadinya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dengan Arabia selatan (bani

Kalb) yang semakin meruncing, sehingga sulit untuk menggalang persatguan dan kesatuan.

4. Pola hidup mewah dan foya-foya yang dilakukan oleh beberapa khalifah.

5. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan

diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk ath-

Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke

tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

6. Keterpencilan dan luasnya daerah kekuasaan. Islam di Spanyol bagaikan terpencil dari dunia

Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.

Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen

di sana.

7. Penyebab langsung tergulirnya kekuasaan dinasti ini adalah munculnya kekuatan baru yang

dipelopori oleh keturunan al-Abbas Ibn Abdul Muthalib yang mendapat dukungan dari Bani

Hasyim.

Sebuah Analisa dan Kesimpulan

Selanjutnya dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa argumen untuk menjawab

pertanyaan benarkah Islam disebarkan dengan pedang?. Sebagai replay dari pertanyaan ini dan

landasan pertama untuk kemudian memparkan beberapa argumen berdasarkan fakta empiris

yang penulis temukan, terlebih dahulu penulis mengutip sebuah ayat dalam surat an-Nahl ayat

125 yang berbunyi: أحسن هي بالتى وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل إلى ...أدع

(serulah –manusia- kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan

berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik). Inilah menurut penulis yang menjadi konsep

Page 14: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

dakwah yang menjadi pegangan dalam penyebaran agama Islam yang diajarkan oleh Rasul saw,

bukan bis shaif melainkan bil hikmah, yaitu perkataan yang tegas dan benar yang dapat

membedakan antara yang hak dan yang batil (QS, an-Nahl: 125). pertama. Jika dalam tataran

praksis ada beberapa kelompok yang mempunyai pandangan berbeda dalam memahami konsep

dakwah dalam Islam, seyogyanya tidak bisa dijadikan alasan menjeneralisir, untuk kemudian

menjastifikjasi bahwa Islam tersebar dengan pedang. Oleh karena itu, perlu memahami dan

membedakan antara Islam dan orang yang ber-Islam.

Kedua, jika kita melihat fakta empiris, misalnya salah satu ekspansi yang terjadi pada masa al-

Walid. Kenyataannya adalah rakyat sendiri yang mengharapkan bahkan meminta bantuan kepada

khalifah Islam untuk membebaskan mereka dari penguasa yang lalim pada waktu itu. Dari fakta

ini dapat kita simpulkan bahwa ada misi humanism yang melatar belakangi ekspansi tersebut.

Bukan semata-mata mengadakan perluasan apalagi dakawah bis shaif. Bahkan setelah daerah-

daerah tersebut dikuasai tidak ada pakasaan untuk memeluk Islam bagi rakyat yang masih

memegang teguh keyakinan mereka. Kalaupun ada yang beralih memeluk Islam, itu pure karena

mereka tertarik dengan kemuliaan ajaran Islam. Artinya, Islam akhirnya berhasil masuk dan

melekat sebagai keyakinan masarakat pada waktu itu adalah secara penetration pacifique atau

secara cultural (Ma’arif dalam Karim, 2007: 06). Dengan kata lain peperangan yang terjadi lebih

menunjukkan peran Islam dan inti ajarannya yang mengedepankan nilai-nilai persatuan, nilai-

nilai perdamaian, dan membangkitkan kembali jati diri manusia untuk tetap menjadi manusia

yang bermartabat.

Ketiga, jika dilihat pada masa dinasti Umayyah khususnya, masa ini adalah masa imperium. Dan

sebelum Islam datang, semenanjung arabia merupakan wilayah konflik peperangan antara dua

imperium besar, Romawi dan Persia. Sedangkan orang-orang Arab sendiri ketika itu tercerai-

berai dalam kabilah-kabilah yang tidak sedikit dan di antara mereka sendiri terjadi peperangan

dahsyat yang tidak kunjung habis-habisnya. Jadi sikap saling menduduki dan saling menguasai

antar satu imperialis dengan imperialis yang lain, sudah merupakan suatu tradisi, yang jika hanya

atas dasar itu diklaim Islam tersiarkan dengan pedang, sesungguhnya sangat tidak benar. Sebab

dalam tradisi imperial seperti itu, tentu jika tidak menguasai maka akan dikuasai.

Keempat, jika kita lihat kembali pada masa Rasulullah -sedikit keluar dari konteks pembahasan

tentang dinasti Umayyah-, disetiap peperangan yang akan Rasulullah atau umat Islam lakukan

notabene adalah untuk mempertahankan diri atau untuk merebut kembali apa yang menjadi hak

Page 15: Benarkah Islam Tersebar Dengan Pedang

umat Ilsam sendiri. Dan point yang perlu digaris bawahi adalah sebelum memulai peperangan

Rasulullah selalu memperingatkan untuk tidak membunuh anak-anak, perempuan dan orang-

orang tua/jompo. Inilah beberapa argumen dan hasil analisa yang penulis dapat samapaikan dan

paparkan dari sedikit membaca sejarah perjuangan Islam pada masa dinasti Umayyah.

Wallahu a’lamu bis shawab.

Daftar Referensi

Amstrong, Karen, Islam A Short Story, terj. Surabaya: Ijkon Tranliterasia, 2004.

___________, Mushaf Al-Qur’an Tarjamah, Jakarta: Al-Huda, 2002.

Hourani Albert, Islam in Europan Thaught, Melbourn: Cmberidge Uneversity Press, 1996.

Yatim, Badri, Sejarah Perdadaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persadakerjasama LSIK,

1998.

Manshur, Munawwar, “Pertumbuhan dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Bani

Umayyah”, Yogyakarta: Majalah Humaniora UGM, volume XV, no 2/2003.

Karim, Abdul, Islam di Asia Tengah, Yogyakarta: Bagaskara, 2006.

Karim, Abdul, Islam Nusantara, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.

Karim, Abdul, Sejarah Islam di India, Yogyakarta: Bunga Grafies Prodaction, 2003.

Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,

2009.

Syalabi, A, Sejarah Kebudayaan Islam, jilid II, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983.

http://id.wikipedia.org/wiki/

http://mirifica.net.