bestari epaper edisi 261/april/2010

24
ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987 ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987 No. 261 /TH.XXIII/APRIL/2010 No. 261 /TH.XXIII/APRIL/2010 Menyoroti Fenomena ACFTA Menyoroti Fenomena ACFTA MENANGKIS TARING MACAN ASIA MENANGKIS TARING MACAN ASIA Hal. 12 Hal. 12 LAPORAN LAPORAN UTAMA UTAMA Menelusuri Jejak Cucak Hijau Menelusuri Jejak Cucak Hijau MASKOT YANG KINI TERLUPAKAN MASKOT YANG KINI TERLUPAKAN Hal. 16 Hal. 16 PERNIK MALANG PERNIK MALANG Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27 Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27 SUARA KAMPUS SUARA KAMPUS Hal. 8 Hal. 8 LARANG NIKAH SIRI, LARANG NIKAH SIRI, HARAMKAN BUNGA BANK? HARAMKAN BUNGA BANK? Hari Ulang Tahun BESTARI ke-23 LOMBA Hal. 19

Upload: bestari

Post on 10-Mar-2016

323 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Bestari-koran kampus umm-edisi 261/april/2010

TRANSCRIPT

Page 1: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

ISSN

:021

5-20

6X

STT

:SK

Men

pen

No.

1147

/SK/

Ditje

n PP

G/ST

T/19

87 T

gl.2

7 O

ktob

er 1

987

ISSN

:021

5-20

6X

STT

:SK

Men

pen

No.

1147

/SK/

Ditje

n PP

G/ST

T/19

87 T

gl.2

7 O

ktob

er 1

987

No. 261 /TH.XXIII/APRIL/2010No. 261 /TH.XXIII/APRIL/2010

Menyoroti Fenomena ACFTAMenyoroti Fenomena ACFTAMENANGKIS TARING MACAN ASIAMENANGKIS TARING MACAN ASIAHal. 12Hal. 12

LAPORANLAPORAN UTAMAUTAMA

Menelusuri Jejak Cucak Hijau Menelusuri Jejak Cucak Hijau MASKOT YANG KINI TERLUPAKANMASKOT YANG KINI TERLUPAKANHal. 16Hal. 16

PERNIK MALANGPERNIK MALANG

Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27SUARA KAMPUSSUARA KAMPUS

Hal. 8Hal. 8

LARANG NIKAH SIRI,LARANG NIKAH SIRI,HARAMKAN BUNGA BANK?HARAMKAN BUNGA BANK?

Hari Ulang Tahun BESTARI ke-23

LOMBAHal. 19

Page 2: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

2 BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 JENDELA

Salam Redaksi

Dapur RedaksiDapur Redddaaakkkssiip

T E R A

BESTARIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Gedung Student Center Lt. 1 Kampus III UMM, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang Telp. (0341) 464318 Psw. 199 Fax. (0341) 464320 e-mail: [email protected], homepage: www.bestari-umm.co.cc

Penanggungjawab: Muhadjir Effendy. Pengarah: Mursidi, Sujono. Pemimpin Redaksi: Joko Widodo. Pemimpin Usaha: Agus Santoso. Wakil Pemimpin Redaksi: Nurudin. Sidang Redaksi: Santi Prastiyowati, Cekli Setya Pratiwi, Moch. Wakid, Warsono, Hany Handajani, Azhar Muttaqin, M. Salis Yuniardi, Nur Alif M, Djoni Djunaedi, Sugeng Puji Leksono, Indah Dwi Pratiwi. Redaksi Pelaksana: Nur Alifah, Devi Anggraini O., Silvia Ramadhani, M. Zakiya Al Khalim Staf Redaksi/Reporter: Lilis Lianatus S., Fibriana Eka C., Ropidin, Siti Yuliana, Annisa Rosyidah, Ika Romika, Multi Rahma, Nina Nurruwaida A.P., M. Rajab. Setting Lay-Out/Desain Grafis: Muhibbuddin. Tata Usaha/Sirkulasi: Siswanto.

Redaksi menerima tulisan para akademis Mahasiswa dan Praktisi melalui karya tulis secara bebas dan kreatif. Tulisan tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan. Redaksi berhak menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa merubah isi. Pengiriman tulisan Paling lambat tanggal 10 tiap bulan. Iklan baris Rp.5000/brs, maksimal 5 baris. Iklan Kolom: minimal 1/16 halaman Rp. 155.000 (bw). Ukuran lain, silahkan datang ke kantor Redaksi Bestari. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Biaya ganti cetak Rp. 1.750/eks

Cover Design: Muhibbuddin

ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987ISSN:0215-206X STT:SK Menpen No.1147/SK/Ditjen PPG/STT/1987 Tgl.27 Oktober 1987

hib/Bestarihib/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Jelang Diklat: Kesibukan kru Bestari saat memeriksa data peserta Diklat jurnalistik 2010.

Dalam sebuah organisasi, regenerasi adalah sebuah keniscayaan. Kepengurusan akan selalu berganti, generasi yang lebih muda menggantikan yang lebih tua. Inilah hu kum yang berlaku jika menginginkan tongkat estafet keberlangsungan pembelajaran, kepemimpinan, dan tang-gung jawab tersampaikan dan terdelegasikan dengan baik dalam roda perputaran kehidupan. Begitu pula dalam koran kampus ini.

Diklat dasar jurnalistik dan perekrutan anggota baru akan segera dilaksanakan bulan Mei. Segala persiapan su-dah dilaksanakan jauh-jauh hari dengan harapan tak ada satu pun yang terselip dan terlewat sehingga mengganggu jalannya kegiatan dan tujuan yang hendak dicapai nanti. Oleh karena itu, April bisa dikatakan bulan yang sibuk bagi seluruh reporter dan semua yang ada di jajaran kepengurusan Bestari.

Namun, dalam kesibukan tersebut, kami masih setia menghadirkan rubrik-rubrik seperti biasa. ACFTA yang menjelma menjadi perwujudan hegemoni ekonomi Cina terhadap negara-negara ASEAN dikupas dalam Laput 261 ini. Serambi Kampus hadir dengan pusat studi Asia Timur, CEAS. Sementara itu, Pernik mencoba mengangkat tempat penangkaran burung ikon Kabupaten Malang, cucak hi-jau, yang justru terbengkalai. Tidak lupa, mendekati Piala Dunia 2010, Polling kali ini mengangkat pendapat maha-siswa tentang persepakbolaan Indonesia.

Setelah berita-berita laporan, tidak ketinggalan Suka yang selalu menghadirkan berita up to date seputar kampus. Sayang kalau dilewatkan bagaimana jalannya Munas Tarjih Muhammadiyah yang dilaksanakan di Malang, pengelolaan sampah UMM yang bekerja sama dengan Belanda, sampai pada kegiatan mahasiswa dalam memperingati Hari Bumi.

“Bumi ini bukan warisan nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita.” Ini adalah ungkapan yang tekenal dalam dunia kepecin taalaman. Nah, masih be-ranikah kita sewenang-wenang terhadap tempat yang hanya pinjaman ini? Tam paknya, kita juga perlu me-minjam "mantra" yang wajib dihafal dan dipraktekkan para penelusur gua, “don’t take anything but picture, don’t leave anything but footprint, and don’t kill anything but time.” Terjemahan dan tafsir bebasnya, sebagai manusia tak layak kita mengeksploitasi berlebihan terhadap tanah pijakan kita, tak layak kita meninggalkan kerusakan tanpa upaya pemulihan, dan tak layak kita membuang-buang waktu tanpa melakukan sesuatu yang berguna dalam kehidupan.

Maka, selain regenerasi, sebuah keniscayaan pula jika kita tidak berkawan dengan bumi, bumi akan bersedia berkawan dengan kita. Selamat membaca!

Redaksi

Sebuah Keniscayaan

Indonesia sering disebut sebagai bangsa terlambat menyadari. Rakyat dan bangsa ini baru sadar jika peristiwa demi peristiwa sudah bertubi-tubi menghantamnya. Bahkan, meski sudah dihantam bertubi-tubi pun kadang tidak membuat sadar. Lihatlah bagaimana pemerintah menyikapi banjir. Banjir selalu datang setiap waktu, tetapi tak banyak perbaikan revolusioner dilakukan.

Bagaimana dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)? Kita pernah terpukul dengan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN yang dulu biasa kita sebut ASEAN Free Trade Area (AFTA). Banyak hal yang sudah menimpa Bangsa Indonesia ini tanpa persiapan matang, sehingga kita mengalami berbagai macam kerugian. Belum selesai kerugian akibat AFTA sudah datang ACFTA. Kebijakan kerjasama ASEAN-China ini juga menimbulkan problem yang belum terpecahkan. Ada pihak yang minta ditunda, namun ada pula yang menghendaki untuk diteruskan.

Pihak yang setuju ACFTA ditunda mengatakan ACFTA perlu ditinjau ulang. Alasannya, hanya akan merugikan rakyat Indonesia, nasib produk lokal akan semakin terenggut oleh barang-barang impor. Lihat saja, produk-produk China sudah mulai membanjiri di sekitar kita mulai dari sepeda motor, ba-rang-barang elektronik, dan lain-lain. Toh itu kebijakan warisan presiden sebelumnya (Megawati).

Sementara yang setuju diterapkan mengatakan bahwa ACFTA adalah suatu keniscayaan sejarah, sesuatu yang harus diterima dengan berbagai konsekuensinya. Apa kita mampu menolak AFCTA? Apa pemerintah sudah tidak punya muka lagi di mata negara-negara ASEAN dan China? ACFTA justru berdampak positif karena mendorong pemerintah untuk segera mengambil kebijakan lebih konkrit terkait ACFTA, perkara ada kekurangan itu hal yang biasa.

Masalahnya akan sangat merepotkan jika kita telah telanjur menjadi bangsa yang serba terlambat menyadari, ACFTA adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri kehadirannya, ia tidak bisa ditolak begitu rupa. Namun demikian, kelewat aneh jika bangsa ini tidak segera mengambil langkah yang bijak untuk menyongsongnya.

Hal yang paling penting dan utama dan perlu dilakukan segera adalah melindungi produk-produk dalam negeri. Tentu saja, pemerintah perlu melakukan proteksi atas produk da-lam negeri dan kalau perlu bertanggung jawab untuk me-ngembangkannya di masa datang. Tidak bisa dibenarkan jika bangsa ini justru mengimpor beras dari Thailand, misalnya. Mungkin saja karena alasan harganya lebih murah. Apakah bisa terjadi? Bisa. Dengan adanya ACFTA memungkinkan barang-barang luar negeri masuk ke Indonesia tanpa terkena bea impor. Jika pemerintah tidak melindungi para petani, dampaknya bak petani “mati di lumbung sendiri”.

Sudah lama petani kita terombang-ambingkan oleh harga dasar gabah, tidak saja oleh para tengkulak, pengijon, tetapi juga permainan para pedagang. Dengan kata lain, harga dasar gabah di petani relatif murah, sementara ketika sudah sampai

Buah Simalakama ACFTAkonsumen harganya selangit. Jika suatu saat para petani yang sudah telanjur menjual gabahnya itu kehabisan beras, mereka juga harus membeli sesuai harga konsumen. Cukup ironis bukan?

Tak terkecuali harga pupuk dan pembasmi hama juga kelewat mahal. Bahkan, menurut laporan Biro Pusat Statistik (BPS) awal tahun 2010, nilai tukar petani terus merosot. Produksi memang naik, tetapi pendapatan riil tidak meningkat.

Saya mempunyai teman di Magelang, Dia produsen mebel yang diekspor ke Jepang dengan harga yang tidak begitu mahal. Setelah sampai di Jepang barang tersebut diberi label perusahaan yang memesannya. Jadilah produk bukan made in Indonesia tetapi made in Japan. Bukan tidak mustahil barang-barang yang beredar di Indonesia berasal dari negara ini tetapi dengan label luar negeri. Hal-hal kecil seperti ini harus diperhatikan oleh pemerintah. Bagaimana jika perusahaan luar negeri itu mendadak tidak mau lagi dikirimi barang-barang itu? Siapa yang kemudian bertanggung jawab? Kenapa pemerintah tidak memproteksi barang-barang Indonesia kemudian memberikan kemudahan untuk diekspor?

Kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah berada di pihak paling depan, dialah pengambil kebijakan bangsa ini di masa datang. Hanya, peran pemerintah perlu mendapat dukungan kalangan dewan. Sebab, secara riil politik para anggota dewan yang terhormat itulah yang sebenarnya sedang berkuasa. Bagaimana dengan wakil rakyat itu sendiri? Kita tidak bisa berharap terlalu besar. Mereka sedang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, yakni sibuk mengurusi bagaimana mereka tetap berkuasa dengan gaji yang melimpah, sampai-sampai rangkap jabatan saja dilanggengkan. Semua serba politis. Sementara itu, masyarakat kecil sendiri tidak tahu menahu apa sesungguhnya yang terjadi.

Pembentukan ACFTA sebenarnya sudah agak terlambat. Jika kita meneruskan program Bung Karno dan Gus Dur, kita tidak akan menjadi bangsa “pembebek”. Bung Karno punya ide membentuk poros Jakarta-Peking-Pyongyang untuk menyaingi kedigdayaan Amerika dan Uni Soviet. Intinya, bagaimana kita berdiri di atas kaki sendiri.

Demikian juga pada era Gus Dur pernah akan dibentuk blok perdagangan antara Indonesia-China-India, yang mana kita ketahui sekarang negara China dan India adalah sedikit dari bangsa-bangsa di dunia yang tidak terpengaruh krisis finansial yang baru saja dialami negara-negara lain di dunia akibat ketidakstabilan perekonomian Amerika. Kita bisa membayangkan bagaimana jika tiga negara dengan jumlah penduduk terbesar ini bersatu dalam perdagangan? Amerika saja barangkali tidak bisa berbuat banyak. Namun, ide itu terus digerogoti oleh kepentingan individu atau kelompok politik yang tidak suka dengan program mereka. Akhirnya, kita tetap menjadi bangsa “pembebek”.

Yang jelas, ACFTA seperti buah simalakama. Diterima merugikan, tidak diterima juga merugikan. Apakah kita akan tetap menjadi bangsa yang terlambat untuk mengantisipasi keadaan? Atau apakah menunggu sesuatunya hancur terlebih dahulu?

NurudinWapemred BestariFoto: Agus Santoso

Page 3: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

3BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010SERAMBI KAMPUS

Asia Timur merupakan salah satu ob jek kajian jurusan Hubungan Inter-na sional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP). Bagi sebagian mahasiswa HI, kajian tentang Asia Timur adalah obyek yang menarik untuk dipelajari. Sadar akan hal tersebut, UMM mendirikan Centre for East Asian Studies (CEAS). Pusat kajia n HI UMM ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memperdalam kajian tentang Asia Timur.

Banyaknya mahasiswa yang berminat mengkaji Asia Timur men-jadi dorongan utama bagi Tonny Dian Effendi dan Victor Pradhitama serta beberapa dosen lain untuk membuat pusat kajian tentang Asia Timur di jurusan HI FISIP 2008 silam. Oleh karenanya, keduanya kemudian men-dirikan pusat kajian HI yang diberi nama CEAS.

Dyah Estu Kurniawati, Kepala Jurusan HI menegaskan, banyaknya ma hasiswa yang mempunyai mi-nat untuk mengkaji Asia Timur me mang menjadi alasan uta ma di -dirikannya CEAS. Hingga saat ini, keberadaan CEAS sangat mendukung perkembangan jurusan HI. Oleh ka-renanya, jurusan secara pe nuh men-dukung baik dari sisi mo ril maupun materiil. “Kami akan men dukung setiap kegiatan baik yang sifatnya akademik maupun non-akademik,” jelas wanita asal La mongan tersebut.

Berhasil mendirikan CEAS, Victor Pradhitama, Sekretaris CEAS juga berharap akan ada keseimbangan an-tara pusat kajian Asia Timur dengan Timur Tengah. Pasalnya, beberapa mahasiswa juga ada yang berminat un tuk mengkaji Timur Tengah. “Ke-ber hasilan CEAS diharapkan bisa diikuti oleh peminat kajian yang lain,” ujarnya.

Lebih Fokus pada BudayaSejak awal berdirinya, CEAS ba-

nyak mengkaji berbagai nilai bu daya, sosial, serta pendidikan negara-negara Asia Timur seperti Cina, Jepang, Korea Utara dan Korea Selatan. Pengkajian menitikberatkan pada budaya, sosial,

Mulai dari Diskusi Hingga Belajar DiplomasiCentre for East Asian Studies (CEAS) HI FISIP

politik dan pendi di kan. “Akan te tapi pendidikan tidak dikaji secara khu-sus, yang dikaji hanya bagaimana pendidikan ikut membangun budaya,” ujar Victor.

Dipilihnya budaya sebagai kajian utama karena hingga saat ini budaya masih menjadi daya tarik terbesar bagi mahasiswa. “Yang pen ting mahasiswa senang dulu. Setelah itu baru mengkaji hal lain. Hal ini mengingat sebagian mahasiswa justru tertarik pada budaya Asia Timur karena awalnya senang menonton film Cina atau Jepang,” paparnya.

Ungkapan Victor diamini Vicky Angelina, salah satu mahasiswi yang menaruh perhatian pada kajian Asia Timur. Mahasiswi semester de-lapan HI FISIP tersebut mengaku ingin fokus mengkaji Asia Timur, khususnya Cina. Hal ini lantaran Cina yang dulunya merupakan negara komunis bisa maju dalam waktu singkat. “Pasti ada hal menarik yang bi sa kita pelajari dari negara tersebut (Cina.Red),” tandasnya.

Lebih lanjut, wanita asal Malang tersebut berharap, dengan adanya CEAS peluang beasiswa luar negeri da-pat terbuka lebih lebar. “Saya berharap nanti ada informasi-infor masi beasiswa ke negara-negara di Asia Timur,” ucapnya.

Senada dengan Vicky, Ferry Fadly, salah satu anggota CEAS berharap dengan adanya pusat studi tersebut peluang untuk belajar di luar negeri terbuka lebih lebar. Tak cukup itu, mahasiswa HI tersbut juga berharap CEAS bisa menghasilkan karya-karya yang dapat dinikmati oleh mahasiswa HI khususnya dan mahasiswa UMM umumnya.

Kegiatan yang MenyenangkanSebagai pusat studi yang konsen

pada Asia Timur, CEAS pernah mengadakan kunjungan ke Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Surabaya. Tak hanya kunjungan, CEAS juga pernah menyelenggarakan pameran budaya internasional. Pameran budaya juga pernah dibarengkan de-

ng an acara HI Fiesta, sebuah acara tahunan jurusan HI. Dalam aca ra pameran semua bo leh menikmati dan ikut dalam kegiatan ter sebut. “Tidak ter-ba tas pada anggota yang mendaftar di CEAS,” ungkap Victor. “Pameran budaya tera-khir yang digelar oleh CEAS bertempat di kampus I UMM,” tam-bahnya.

Selain beberapa kegiatan di atas, kegiatan lain yang pernah di lakukan pusat kajian tersebut ada lah seminar internasional yang men datangkan Konjen Jepang dan Cina di Aula BAU UMM. Kegiatan-kegiatan berupa ka jian juga sering dilaksanakan, se perti diskusi-diskusi seputar budaya, sosial, dan politik Asia Timur. Terkadang juga mendatangkan Konjen dari ne gara-negara Asia Timur. Kajian atau dis-kusi ini dilaksa nakan secara ber kala seminggu sekali.

Vicky yang telah tercataat sebagai anggota tetap di pusat studi tersebut me rasa bersyukur dengan adanya CE-AS. Pasalnya, di usianya yang ma sih terbilang muda, CEAS telah banyak me-nyelenggarakan berbagai kegiatan. “Ada diskusi, talkshow dan banyak lagi,” kata Vicky.

Secara garis besar, pusat kajian ter-sebut telah banyak memberikan ke-mudahan kepada mahasiswa HI untuk me nambah wawasan tentang Asia Ti-mur. Selain itu CEAS juga membantu mahasiswa untuk mengembangkan il mu yang didapat dari kuliah. “Saya men-dapat wawasan lebih dengan adanya pusat studi ini,” ujar Vicky.

Menurut Ferry Fadly, salah satu mahasiswa yang aktif di pusat ka-jian tersebut, CEAS tidak hanya mem berikan wahana diskusi-disku si saja. Lebih dari itu CEAS juga me-ngajari bagaimana metode me neliti dan menulis yang baik. “Tentunya

Sebagai Pusat Kajian Asia Timur yang baru didirikan 2008 lalu, CEAS telah memberikan banyak kontribusi bagi mahasiswa HI, khususnya yang berminat pada kajian Asia Timur. Untuk menge tahui CEAS lebih jauh, berikut ha sil wawancara reporter Bestari, Muham mad Ra jab, dengan Tonny Dian Effendi, Ketua CEAS.

Mengapa CEAS didirikan?Tujuannya untuk mewadahi

mahasiswa yang tertarik mem-pelajari negara-negara Asia Timur. Dengan CEAS kita berha rap akan ada satu komunitas belajar bagi yang mahasiswa yang senang mengkaji Asia Timur. Sebenarnya, Asia Timur merupakan salah satu fokus kajian HI yang diminati mahasiswa. Pada mulanya, maha-siswa banyak yang berminat pada budayanya, dari situ merembet ke aspek lain seperti politik dan sosialnya.

Apa saja kegiatan yang telah di-lakukan?

Kegiatan yang telah dilakukan cukup banyak, seperti se minar inter-nasional, kunjungan ke Konsulat Jen-deral (Konjen) Jepang di Surabaya, dan diskusi-diskusi rutin tentang Asia Timur.

Perluas Peluang Beasiswa Asia Timur

Manfaat CEAS bagi mahasiswa?Secara akademik CEAS hanya

membantu mahasiswa, khususnya bagi yang mengambil fokus kajian Asia Timur. Mereka secara tidak langsung akan mendapatkan wawa san tambahan.

Manfaat nyata yang sebenarnya didapat mahasiswa dari keeradaan CEAS adalah penga laman. Ketika mereka bertemu deng an diplomat-

diplomat Asia Timur misalkan, mereka bisa lebih percaya diri. Hingga saat ini CEAS telah beberapa kali mengadakan kunjungan ke konsulat dan diplomat Asia Timur.

Kita sebenarnya mempelajari budaya mereka untuk mengambil pel ajaran dari mereka. Seperti sikap kerja keras dan semangat. Manfaat ini nampak dari para anggota CEAS

yang lebih semangat dalam kuliah. Tapi tidak menafikan ma hasiswa yang lain ju ga. Sebagai contoh lagi, ketika kita mengadakan kunjungan ke Konjen Je pang kita tambah se ma ngat dan gairah untuk mempelajarinya semakin besar.

Dalam hukum inter-nasio nal yang diterapkan dalam konsulat dan ke-dutaan adalah aturan me-re ka. Jadi di sana yang diberlakukan ada lah sistem dan atu ran Jepang, sehing-ga secara tidak langsung kita langsung tahu ba gaimana cara kerja mereka.

Selain itu, di sana kita juga mengadakan diskusi dengan Konjen Jepang. Jadi kita bisa mendapatkan

dua keutungan, yaitu wawasan tentang Asia Timur sendiri dan pengetahuan yang mendukung ma ta kuliah diplomasi. Mereka ta hu langsung bagaimana cara berko munikasi dalam diplomasi.

Hasil lainnya misalnya, sekarang sudah ada beberapa anak CEAS se mester enam yang sudah mulai mengerjakan skripsi lebih dini meski sifatnya informal. Mereka mengangkat tentang isu-isu Asia

tentang penelitian yang terkait dengan Asia Timur,” ucapnya. Ma-hasiswa asal Kalimantan Timur itu mengaku telah dua kali mengadakan penelitian bersama CEAS. “Tentang nasionalisme dan penjualan pulau-pulau,” ungkapnya.

Ferry yang masih duduk di semester empat itu bahkan meng aku paham dasar-dasar bahasa Mandarin karena ikut CEAS. Hal ini tidak lain karena meski tidak secara resmi membuka kursus bahasa Mandarin, tapi CEAS memfasilitasi mahasiswa untuk belajar bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.

Tak cukup pada kajian dan diskusi saja, komunitas belajar yang biasanya dikenal dengan diskusi-diskusi dan penelitian tersebut juga mempunyai grup vokal yang pantas diperhitungkan. Dengan menyandang nama Vocal Group CEAS, mereka bahkan pernah tampil di Malang Town Square (Matos) dalam acara Pameran Kesehatan Gizi November 2009 lalu.

Terbuka untuk yang LainSejak awal berdirinya CEAS su-

dah satu kali melakukan rekrutmen . Proses pendaftaran untuk menjadi ang gota CEAS tidak sulit. Cukup mendaftarkan diri saat rekrutmen. Prosesnyapun tidak seformal acara seminar dan diklat-diklat yang lain. Pro ses rekrutmen hanya diawali de-ngan out bond di lapangan terbuka, dilanjutkan dengan pemberian materi kepada mahasiswa tentang Asia Timur.

Menurut Victor, keanggotaan CEAS tidak tertutup untuk mahasiswa HI, akan tetapi terbuka untuk ma ha-siswa UMM yang lain juga. Meski de-mikian, mahasiswa HI tetap menjadi bidikan utama pusat kajian ini. Hal tersebut lantaran fokus kajian CEAS le bih mendukung peminatan mata ku li ah di Jurusan HI. “Kalau ada ma hasiswa selain HI yang mau ikut, monggo,” ujar pria asal Lumajang tersebut mempersilahkan. rjb

Para anggota: sedang berdiskusi dalam pertemuan rutin tiap minggunya, untuk membahas perkembangan terkini seputar negara se-Asia Timur.

heni/Bestariheni/Bestari

Ti mur. Mereka bisa mengumpulkan ba han-bahan dan informasi tentang Asia Timur dengan lebih leluasa.

Apa rencana CEAS ke depan?Saya mencari banyak peluang di luar.

Sebagai contoh Jepang. Je pang itu mau bantu membuat corner de ngan syarat minimal kita pu nya puast kajian tentang mereka. Oleh ka renanya, kami sedang meng usahakan kerjasama dengan Jepang seperti pertukaran mahasiswa, karena kami melihat banyak kesem-patan di sana. Tidak hanya itu, kami juga sedang berusaha mencoba men cari ker-jasama yang lebih luas di sana agar informasi-informasi tentang pen-didikan, misalnya informasi beasiswa terbuka lebih lebar. Minimal kalau bisa kita nanti bisa mempunyai for-mulir beasiswa, tapi bukan berarti lewat kita, kita hanya menyediakan saja. Kami mencoba menghubungi beberapa institusi di Jepang yang membutuhkan publikasi dan kita bisa mewadahinya.

Selain itu juga kami juga be renca-na men gumpulkan tulisan-tulis an ha-sil pe nelitian mahasiswa ten tang Asia Timur. Harapannya, has il karya ter -sebut dapat menjadi doku men CEAS sehingga CEAS bisa men ja di pu-sat informasi Asia Timur di UMM, khususnya jurusan HI

dok. pribadi

Page 4: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

4 SUARA KAMPUSBESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Sebagai kampus yang memiliki labo ratorium energi alternatif, seper-ti Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro (PLTMH) dan Biogas, tidak salah jika UMM dijadikan sebagai tujuan wisata kampus. Untuk per ta-ma kalinya, Sekolah Dasar (SD) Mu-hammadiyah 4 Surabaya berkunjung

Kenalkan Energi Alterna f Sejak DiniKunjungan Sekolah Teladan Nasional

ke Kampus Putih (27/3) dalam rangka pengenalan energi alternatif kepada 239 siswa-siswinya yang se-dang duduk di bangku kelas III.

Sebelum berkeliling kampus, selu-ruh peserta wisata kampus di terima di tribun stadion UMM oleh ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup, Wahyu

Prihanta. “Kita akan mengajak para sis-wa mengunjungi Lab. Puspa, PLTMH, Green House, Biogas, dan ter akhir Lab. Perikanan,” ungkap Wahyu.

Ketua rombongan wisata kampus, Novita Utami mengungkapkan bahwa kunjungannya ke UMM bertujuan meng enalkan para siswa pada energi alternatif. “Pembelajaran tentang en er-gi al ternatif sejak dini sangat penting untuk perkembangan ilmu pe ng e-tahuan anak ke depannya,” tu tur Novita yang juga alumnus UMM ter-sebut.

Selain itu, ia menambahkan bahwa pe-mi lihan tujuan wisata tersebut didasarkan pada keberhasilan UMM men ciptakan dan mengembangkan la bo ratorium energi alter-natif. “PLTMH dan Biogas itu kan sudah berhasil dikembangkan UMM,” ucapnya mencontohkan.

Salah satu peserta wisata kampus, Danendra Irza Ramadhan sangat bangga bisa turut serta ke UMM. “Senang bisa ke sini, alat-alatnya leng kap, mas jidnya juga megah,” tutur siswa sekolah yang mendapat predikat Sekolah Teladan Nasional itu ka gum. mg_mam

Wawasan: Siswa SD saat melihat Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Menyambut Muktamar Muham-madiyah Abad ke-1 di Yogyakarta Bulan Juli mendatang, Pusat Kajian Islam dan Filsafat (PSIF) UMM bekerjasama dengan Ma’arif Institut Jakarta dan Penerbit Gramedia me ngadakan bedah novel (5/4). Kegiatan yang bertempat di Ruang Sidang Rektorat itu diikuti 120 peserta.

Novel yang dibedah, Si Anak Kam-poeng, menceritakan otobiografi tokoh bang sa serta mantan Ketua Umum Muhammadiyah, A. Syafi’i Ma’arif sejak kecil hingga menjadi orang ‘luar biasa’ di negeri ini. Acara tersebut dihadiri pengarang novel, Damien Dematra, Saryono, dan Ajang Bu-diman selaku pembanding serta Pra-dana Boy ZT selaku moderator.

“Begitu kuatnya cinta segitiga an-ta ra Syafi’i, ibu, dan bapaknya. No-vel ini banyak menggambarkan cin ta kasih mereka,” ujar Ajang kagum.

Sedangkan bagi Joko, kisah dalam novel tersebut patut dijadikan benteng atas kemerosotan moral yang terjadi di Indonesia. “Novel ini mengisahkan seorang tokoh bangsa, sehingga bisa dijadikan pondasi mo ralitas bangsa,” puji Guru Besar Universitas Negeri Malang itu.

“Anak Kampoeng” Inspirator Tunas Bangsa

Tiga Kementerian Indonesia, yak ni Kementerian Hukum dan Hak Asa-si Manusia (HAM), Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dan Kementerian Riset dan Teknologi menunjuk UMM sebagai pengembang inovasi berbasis Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). UMM dinilai se ba-gai universitas yang memiliki pro duk-tivitas karya inovasi dan in telektual yang tinggi.

Dengan demikian, UMM diper-caya pemeri ntah untuk menjadi pe lo-por sosialisasi, penyelenggaraan pen-di dikan, penelitian, pengkajian, dan peng abdian kepada masyarakat serta pemanfaatan informasi HKI.

Muhadjir sendiri selaku rek tor te-lah menan da tangani nota kese pa-haman tentang pengem bangan ino-vasi Berbasis HKI de ngan Direktur Jenderal HKI Ke men terian Hukum dan HAM, Andy Someng di Graha Pangayoman Kan tor Kementrian Hu-kum dan HAM, Jakarta (24/2) lalu.

Acara pe nan da tanga nan yang

UMM, Ditunjuk Tiga Menteri Indonesia

Hadirnya novel yang rampung hanya dalam waktu empat hari itu, di akui Damien, adalah karena cin-tanya kepada Syafi’i. Baginya, Syafi’i dan Abdurrahman Wahid merupakan guru spiritual serta dua sosok yang sangat dikaguminya. “Mereka adalah tokoh dan guru spiritual saya,” tutur lelaki yang juga baru meluncurkan novel Sejuta Hati untuk Gusdur tersebut.

“Buku ini saya tulis dalam waktu empat hari, termasuk istirahat serta

akti vitas lainya. Tapi, tujuh bulan dalam research,” terang pria yang te-lah menghasilkan 58 novel itu. Ia men jelaskan, otobiografi yang di-tulisnya itu nantinya dipublikasikan dalam empat jilid. “Jilid ke-2, Si Anak Panah akan segera segera diterbitkan,” ungkapnya.

“Untuk menginspirasi tu n as bang sa guna mencapai pendi dikan setinggi-tingginya,” jawabnya saat ditanya tentang tujuan hadirnya novel ter sebut. mg_jun

Bagi Cerita: Damien Dematra, penulis novel Si Anak Kampoeng menceritakan pengalamannya dalam menulis karya.

Memperingati 100 hari wafatnya Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Putu Wijaya mengadakan road show bersama Teater Mandiri di Dome UMM (16/4). Tak sedikit mahasiswa UMM yang turut menyaksikan aksi sastrawan berdarah bangsawan itu.

Acara tersebut menampilkan dra ma dimana Mpu Putu, sapaan akrab Putu Wijaya, menjadi peme-ran utamanya. Adegan yang di- setting dalam keadaan gelap itu tampak khidmat sekaligus mene-gangkan.

Kemunculan lima lakon mem-buka drama yang mengangkat ke -pah lawanan Gus Dur tersebut. Se-lang beberapa menit, Putu keluar lengkap dengan kostum jubah hi-tam, peci, serta sorban yang me-lingkar di lehernya.

Putu tampak sangat meng hayati perannya sebagai anak bangsa yang mengagumi sosok mantan pre-siden RI ke-4 itu. Amarah dan kesedihan berhasil dibangunnya. Apalagi, ketika ia berkata “Gus, semua orang harus pergi, tapi kalau engkau pergi siapa lagi yang akan memberikan komentar-komentar ter hadap ke anehan-keanehan ne-ge ri ini?” tutur sastrawan dari Pulau Dewata itu.

Dalam adegan tersebut, dice-ritakan bagaimana perasaan Putu

diikuti lima per gu ruan tinggi negeri dan swasta tersebut disak sikan Menteri Hu kum dan HAM Patrialis Akbar, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, dan Wakil Mendiknas Fasli Jalal.

“Saat ini Kementerian Pendi dikan Nasi -o nal sangat serius men sosia lisasikan HKI pada masyarakat. Hal itu ditunjukkan de-ngan dimasuk kannya un sur perolehan atau aplikasi HKI oleh perguruan tinggi dalam penilaian akreditasi institusi,” terang Muhadjir. Pada poin itu, suatu perguruan tinggi memperoleh nilai A apabila telah mendaftarkan atau melakukan aplikasi HKI sejumlah 10 judul.

Menurut penulis Profesionalisme Mi li-ter: Profesionalisasi TNI itu, UMM telah memiliki sekitar 20 judul aplikasi HKI pada saat akreditasi institusi tahun 2007. “Hingga tahun 2010 ini, aplikasi HKI UMM naik mencapai 40 judul,” tan dasnya.

Kepala Sentra HKI UMM, Maf-tuchah mengaku bersyukur karena per ha-tian pemerintah terha dap HKI semakin

baik, sehing ga Kementerian Pen di dikan Na sio nal telah mengeluarkan prog ram insentif pembinaan dan pen da ftaran HKI bagi para peneliti di lingkungan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). ”Hal ini se bagai bagian dari reformasi hu kum di Indonesia sehingga proses peng u ru-san HKI semakin cepat dan ter buka,” ujarnya.

Wanita yang akrab disapa Uchah itu menjelaskan, melalui nota kese-pahaman tersebut, UMM de ngan Kemendiknas akan men jadi pusat pe mahaman dan pemanfaatan sistem hak kekayaan inte lektual. Wanita yang per nah menjabat Kepala Pusat Studi Biotek UMM itu juga menambahkan, Indo nesia memiliki potensi HKI yang cukup tinggi. Selain memiliki puluhan ribu dosen dan temuan riset, banyak usaha kecil menengah yang kreatif serta kekayaan budaya yang khas. “Hal ini memerlukan keseriusan kita semua untuk melindunginya,” pungkasnya. mg_ros

Road Show Teater Mandiri

Kenang Gus Dur, Putu Wijaya Menangis

ketika orang yang dikaguminya telah tiada. Bahkan menurut ceri-tanya, Putu sempat kehilangan gairah dalam hidup. “Aku hanya diam, menangis, menangis dan menangis. Kemanakah orang besar itu telah pergi?,” kenang Putu sembari meneteskan air mata.

Sastrawan bernama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya itu sengaja menciptakan naskah dra-ma yang secara khusus diper-sembahkannya kepada almar hum Gus Dur. Bagi Putu, Gus Dur adalah sosok pahlawan besar yang patut dikenang selama-lamanya. “Jika dulu Indonesia me nyatakan akan memasang bendera sete ngah tiang karena kepergian Gus Dur, menurutku itu belum cukup. Ha-rusnya bendera setengah tiang itu dipasang sebulan,” ungkap Putu bernada tinggi.

Penjiwaan Putu malam itu mam pu membuat penonton terce-ngang menyaksikan adegan demi ade gan yang ditampilkannya. “Gus-, Gus, Gus, saat kau masih ada, ba nyak orang yang tidak men-dengarmu, banyak orang yang tuli dan pura-pura buta. Tapi seka rang, mereka sadar jika kaulah ‘orang besar’ itu,” ratapnya sembari me-meluk boneka raksasa berwarna pu tih yang melambangkan sosok pujaannya. sya

Selain dari SD Muhammadiyah 4 Surabaya, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) UMM juga menjadi tujuan kun-jungan maha siswa Uni versitas Ne ge ri Malang (UM). Kali ini, PLTMH Kampus Putih menjadi la han belajar mahasiswa semester empat Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin dan Otomotif UM.

Pendamping rombongan, Wa-kidi, mengungkapkan kunjungan dalam rangka studi banding ter-sebut adalah untuk memenuhi mata kuliah Teknik Tenaga Listrik yang di ampunya. Se hingga, kun-jungan rutin mereka ke PLTMH UMM selama satu bulan (13/3 - 17/4) menjadi lahan survei lang-sung terkait materi mata kuliah tersebut.

Baginya, UMM mudah dijangkau oleh peserta didiknya, “Ada PLTMH

UMM Jadi Lahan Belajar Mahasiswa UM

lain, tapi keberadaanya sulit di-jangkau karena berada di pelosok. Sedangkan UMM memiliki itu dan mudah dijangkau oleh mahasiswa UM,” terang lelaki asal Trenggalek ter sebut

Riski Maulana, mahasiswa se-mester empat Jurusan Otomotif UM, meng aku iri dengan adanya PLTMH yang dimiliki UMM. ”Mahasis wa di sini terfasilitasi dengan baik,” komentarnya.

Sedangkan Wakidi berharap mereka terinspirasi dengan adanya PLTMH, Pembangkit Listrik Te naga Surya (PLTS), serta Reaktor Bio Gas UMM yang mereka tinjau tersebut. “Semoga mereka dapat me ma hami serta membangunnya di dae rah masing-masing karena dari sekian mahasiswa ini, 70 persen berasal dari luar Kota Malang,” harapnya optimis. mg_jun

Sang Empu: Aksi Putu Wijaya ketika bermain monolog di basement Dome UMM.

umam/Bestariumam/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

Bagi Cerita Damien Dematra pen lis no el Si Anak Kampoeng menceritakan

umam/Bestariumam/Bestari

Page 5: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

5 SUARA KAMPUS BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Dengan misi memperpendek masa tunggu lulusan Fakultas Psikologi (Fapsi) UMM melalui peningkatan ke trampilan dan keahlian di du nia kerja, Career Center (CC) kembali menggelar rekrutmen yang bertempat di Kantor CC Gedung Kuliah Bersama (GKB) I lantai IV (6/4).

Pembina sekaligus Penanggungja-wab CC Fapsi UMM, Zaka rija Ach-mat me nerangkan, tahun ini CC diproyeksikan memenuhi dua hal. “Per -tama, CC sebagai pusat penge mbangan karier Fapsi dan kedua, sebagai tempat pembelajaran tim CC sendiri yang notabene adalah mahasiswa,” ujarnya.

Peserta rekrutmen yang ber jumlah 18 orang, selain diharuskan meleng-kapi persyaratan administratif pada akhir Maret, juga harus menjalani tes wawancara sebagai bagian dari proses seleksi. Diungkapkan Zakarija, rekrutmen tahun ini diharapkan akan menghasilkan tim yang solid dan siap menjadi garda terdepan Fapsi di bidang informasi dan pengembangan karier.

“Sebagai langkah awal, ide-ide maha siswa (Tim CC, red.) akan ditampung dan digabungkan, lalu disusun program yang sifatnya rutin dan insidental,” papar Zakarija yang juga menjabat Pembantu Dekan (PD) III Fapsi kepada Bestari.

Selain dengan Pe ng embangan Karier Mahasiswa dan Alumni

Rekrutmen Tim CC 2010

Proyeksikan Tim Solid Garda Depan

(PKMA) UMM, CC juga bekerjasama dengan alumni dan pe rusaha an-perusahaan besar yang membu-tuhkan tenaga sarjana Psikologi. “Ki ta sa ling bertukar informasi de-ngan PKMA dan alumni. Semua untuk bisa mewujudkan misi CC, memperpendek masa tunggu,” ujar ahli Psikologi Industri dan Or gani-sasi itu panjang lebar.

Salah seorang staf CC, Fauzan Syari fuddin berharap tenaga

magang hasil rekrutmen kali ini lebih potensial sehingga dapat mewujudkan visi bes ar CC. “Akan diselenggarakan rapat bersama, sehingga Tim CC siap mew u-judkan program kerja,” ujar pria penghobi desain itu.

“Nanti juga direncanakan pem berian kuliah oleh alumni suk ses sebagai bukti konkret kesu-k sesan alumni di dunia kerja,” pungkasnya. mg_osa

mg_osa/Bestarimg_osa/Bestari

Wawancara CC Fakultas Psikologi: Zakarija Achmat, Pembina sekalgus Penanggung Jawab CC tengah mewawancarai calon magang CC

Untuk memfasilitasi ekspresi bakat dan minat mahasiswanya, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) menggelar kembali event tahunan Dekan Cup. Acara tersebut dibuka oleh Pembantu Dekan III FT, Alik Ansyori Alamsyah di Gedung Tehnik GKB III (3/4).

Acara yang akan berlangsung selama satu bulan itu mengusung te-ma “Datang, Mainkan, Menangkan dengan Sportivitas”.

Ketua BEM-FT, King Kiarto menjelaskan, visi tersebut bermaksud me narik partisipasi mahasiswa FT agar bermain dengan sportif. “Spor -tif lebih diutamakan dalam ber-kompetisi,” ungkapnya.

Selain itu, Dekan Cup kali ini juga bertujuan mengeratkan kem bali ja linan silaturahmi antar pengu rus lembaga intra, birokrasi FT, dan khu-susnya antar mahasiswa FT sendiri.

Kompe si untuk Spor vitas dan Silaturahmi

Tak hanya itu, tahun ini ada dua bidang perlombaan baru, yakni keagamaan dan penulisan. Keduanya baru dilombakan pada Dekan Cup FT tahun ini. “Ide munculnya dua bidang perlombaan itu karena meli-hat adanya mahasiswa Teknik yang mendapatkan juara dalam bidang tersebut pada acara Student Day (acara untuk mahasiswa baru, red.) tahun lalu,” ungkapnya.

Ajang kompetisi itu direspon baik oleh mahasiswa, terlebih dalam bi dang olah raga, khususnya futsal. ”Peserta sudah terdaftar sampai batas maksimal yaitu 32 tim futsal,” jelas King sumringah.

Ia berharap, kegiatan Dekan Cup di tahun yang akan datang le-bih inovatif. ”Strategi untuk me-narik minat mahasiswa harus lebih kre atif dan ditingkatkan lagi,” ha-rapnya. mg_ihe

Sebagai wujud pembelajaran lang sung, Fakultas Psikologi UMM mengirim 60 mahasiswanya untuk melakukan kunjungan ke Desa Baba-ran Kecamatan Ngajum, Malang dan Desa Tosari Kecamatan Tengger, Probolinggo (4 & 10/4).

Kunjungan tersebut sebagai prak-tek Mata Kuliah Psikologi Lintas Budaya (PLB). Ketua Program se ka-ligus dosen mata kuliah PLB, Salis Yuniardi menuturkan bahwa visi kunjungan tersebut adalah un tuk memperkuat praktikal skill mahasis-wa. “Mahasiswa mengapli kasikan teori yang telah dibekalkan untuk menganalisis kemudian meng-in tervensi masalah budaya di

Iku Ritual Sesaji, Perdalam PsikologiIndonesia secara langsung,” pa-par nya.

Tempat tujuan kunjungan, ditutur-kan Salis, haruslah yang memiliki nilai kebudayaan tinggi. Di Ngajum, 85 persen penduduknya menganut agama Hindu Jawa. “Disinilah letak nilai budayanya. Di era sekarang, sulit menemukan satu tempat yang hampir seluruh penduduknya beragama Hin-du. Apalagi, mayoritas penduduk In do nesia menganut Islam,” terang Salis.

Sedangan di Tengger, keunikan terdapat pada kepercayaan mereka akan hal-hal gaib. Hal itu ditandai de ngan penyelenggaraan Upacara Ka sodo, yakni upacara sesembahan

sesaji kepada arwah nenek moyang mereka. “Ini juga merupakan satu nilai berkebudayaan tinggi,” tam bah-nya.

Mantan Ketua Bimbingan Kon seling (BK) UMM itu juga me maparkan kegiatan lapangan yang dilakukan mahasis wa sesam painya di kedua lokasi tersebut. Di an taranya, peng-galian langsung nilai budaya di masyarakat itu, seperti relijiusitas, konsep per kawinan, rit ual kea-gamaan dan pola asuh. “Setelah mela kukan analisis, maka tugas mahasiswa adalah mencari hubungan nilai-nilai budaya dan pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat,” tan-das nya. sya

Menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia tak membuat Fakultas Psikologi (FP) UMM melupakan mutu pelayanan. Dengan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMFA) Psikologi sebagai fasilitator, Dialog Dekanat-Mahasiswa FP 2010 digelar di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin (10/4).

Acara yang berlangsung selama setengah hari itu dihadiri seluruh dosen serta dekan Fakultas Psikologi, Tulus Winarsunu beserta para pem-bantu dekan. Sepanjang dialog, forum difokuskan pada tanya jawab seputar peningkatan mutu dan kualitas pela-yanan fakultas. Pembahasan se putar akademik menjadi pusat perhatian mahasiswa berbagai angkatan.

Imroatul Mudzakkirah, mahasiswi Psikologi angkatan 2007, menyoroti kurang efektifnya proses pembelajaran saat ini. “Salah satu yang harus di-tingkatkan adalah kualitas asisten dosen,” ujarnya bersemangat.

Maha siswi English Class FP itu menanyakan perihal kompetensi asis-ten dosen dalam membantu kelan-caran akade mik mahasiswa.

Menanggapi kritik tersebut, Pem-ban tu Dekan (PD) III FP, Zakarija Achmat menerangkan fungsi dan pe-ran asisten pada seluruh mahasiswa.

Dialog Dekanat-Mahasiswa Psikologi 2010

Soro Kualitas Pelayanan Akademik

Diuraikannya, asisten memang di fo-kus kan membantu pelayanan admi-ni s trasi meski ada beberapa yang membantu pelayanan akademik bagi mahasiswa. “Tentu, ke depannya pi hak fakultas dan segenap jajaran dosen akan meningkatkan kualitas asis ten dosen dan seluruh bidang se-cara serius sesuai moto FP UMM ya itu Menjaga Reputasi dengan Inovasi,” tegasnya.

Dekanat juga menerima kritik mahasiswa perihal kualitas dosen dan orientasi kurikulum. “Hari ini me-mang condong ke bidang akademik ya?” ujar Zakarija menanggapi, di-sam but gelak tawa mahasiswa.

Meski banyak dikritisi, pihak deka-nat dan dosen memuji kesungguhan dan se ma ngat mahasiswa untuk maju dan memberi kontribusi bagi fakultas melalui ide yang kritis namun tetap sopan dan membangun.

Di akhir acara, Ketua Umum SEMFA Psikologi, Syafa’atul Irna-wati berkomentar, hasil dialog kali ini harus segera ditindaklanjuti oleh jajaran dekanat dan para dosen demi menjadikan FP UMM lebih baik. “Saya harap hasilnya akan dijadikan pertimbangan untuk perbaikan fakul-tas,” harapnya mengakhiri. mg_osa

Bertempat di Aula Kampus II, 14 mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UMM menjalani proses Pelantikan dan Sumpah Dokter Periode III (10/4). Mahasiswa angkatan ke-7 tersebut resmi terikat oleh janji-janji profesi dan bersiap menghadapi Uji Kom petensi Dokter Indonesia Mei mendatang.

Dekan FK UMM, Irma Suswati menuturkan, pelantikan dan sum-pah merupakan langkah awal mem-persiapkan kewenangan praktik ker-ja. Setelah disumpah, dokter harus mendapatkan sertifikat kompetensi. “Tahun ini saja, dari 120 dokter, 92 persen telah lulus uji kompetensi. Ka-mi optimis mereka juga bisa melalui ujian tersebut,” tuturnya.

Irma mengingatkan, ketika telah berwenang melakukan praktik, dok ter harus melindungi masyarakat. Harus

Pelan kan dan Sumpah Dokter UMM

Komunikasi, Kunci Keberhasilan Dokterada komunikasi dua arah di antara keduanya.

“Tak jarang dokter mendominasi cara kerja, padahal seharusnya ti-dak boleh ada ketimpa ngan dalam ko munikasi. Dokter dan masyarakat harus seimbang,” terangnya.

Kesembuhan pasien, kata Irma, dipengaruhi oleh perlakuan dokter. Pola komunikasi aktif dan kesetaraan dapat mempercepat pemulihan. “Dok-ter wa jib membimbing dan beke r -ja sama dengan pasien. Pasien juga harus aktif mengungkapkan pera-saan nya untuk memudahkan kerja dokter,” paparnya.

Untuk meningkatkan kualitas dokter lulusan UMM, Kampus Putih tengah menyiapkan rumah sakit pen-didikan. Dalam sambutannya, Pem -bantu Rektor (PR) III Joko Widodo menjelaskan, globalisasi dan per -

saingan bebas memperberat tan-ta ngan dokter masa kini. “Dokter harus senantiasa mengasah diri dan mengikuti perkembangan. Kendati RS pendidikan mulai dikerjakan, UMM tetap bekerja sama dengan RS lain demi menjaga mutu,” ungkapnya.

Salah satu dokter muda, Anna Mariana, mengungkapkan jika penga-laman dan pelajaran ketika melakukan praktik di rumah sakit bisa menjadi bekal utama menghadapi ujian. “Se-lama praktik, kami mendapat ilmu yang tidak kami peroleh di bangku kuliah. Kami sangat berterima kasih kepada bapak ibu dosen atas ilmu dan bimbingannya,” ujarnya.

Pada pelantikan itu, diumumkan pula tiga dokter terbaik, yakni Novita Sari Indramega dengan IPK 3.25, Anna Mariana dengan IPK 3.23, dan Zulfan Fahrizal dengan IPK 3.06. mg_abi

Setelah diluncurkan pada awal Maret lalu, Program Tutorial Idealis 2010 genap berjalan satu bulan. Dengan tujuan meningkatkan kualitas tutor program andalan Fakultas Psikologi tersebut, Tim Pembina Tutorial Idealis menyelenggarakan Pembinaan Tutor dengan mengha-dirkan trainer nasional, Ashofro Abiry (10/4).

Bertempat di taman baca rekto-rat, pria yang akrab disapa Ifir itu mengupas tuntas konsep manusia berkualitas. Dengan menjadi manusia berkualitas, tantangan hidup seberat apapun akan siap dihadapi. Bagi para tutor, akan lebih tangguh dalam mengemban tugasnya jika telah menginternalisasikan konsep tersebut dalam diri masing-masing.

Menurutnya, ada beberapa kriteria penting yang harus dipahami terkait konsep tersebut; selalu bergerak dalam hal positif, manajemen waktu yang selalu lebih baik, berkomitmen

Pembinaan Tutor – Tutorial Idealis 2010

Persiapkan Tutor Man Jadda Wajada

kuat, bertanggung jawab dan punya tujuan hidup.

“Di dunia ini ada banyak cara dan banyak solusi. Selama punya komitmen, dan berusaha menjadi manusia berkualitas, tujuan ke depan akan seimbang dengan hidup kita,” himbaunya.

Pada kesempatan yang berlang-sung selama 2 jam itu, Trainer Terbaik Beyond Circle Centra Time (BCCT) ting kat nasional itu menekankan pen-tingnya muhasabah dan upaya ke-ras dalam menggapai cita-cita. “Ta-namkan modal keyakinan yang ku at. Bismillah, terus kejar hingga ber hasil karena selalu ada harapan da lam hi-dup kita. Man Jadda Wajada,” ujar pria asal Pangkal Pinang itu berapi-api.

Pada sesi akhir, acara diisi dengan dialog antara Ifir dan para tutor. Selain itu, Tim Pembina juga menyajikan beberapa game menarik seputar kerja sama yang diikuti para tutor dengan antusias. mg_osa

Page 6: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

Film, Jangan Hanya Ditonton

6 SUARA KAMPUSBESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Demi menjaga dan meningkatkan kualitas mahasiswanya, Jurusan Pe -ri ka nan Fakultas Pertanian-Pe-ternakan (FPP) memberikan so-siali sasi menge nai prosedur Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Gedung Kuliah Bersama (GKB) II Kampus III UMM (5/4).

Sosialisasi tersebut diikuti oleh mahasiswa baru. Ketua Jurusan (Kajur) Perikanan, Sri Dwi Hastuti menyatakan pentingnya pembekalan kepada mahasiswa sebelum terjun ke lapangan. ”Mahasiswa harus di-be ri tahu dulu mengenai realitas di lapangan sebelum mereka benar-

Field Trip Sebagai Bekal Lapanganbenar terjun ke lapangan,” ungkap wanita yang akrap disapa Wiwik itu.

Wiwik juga memaparkan bentuk pembekalan mahasiswa Perikanan UMM sudah dilakukan turun-temu-run melalui field trip. Field trip adalah kuliah lapangan di mana ma hasiswa di a jak ber keliling tempat-tempat yang berkaitan dengan jurusan. Menu-rutnya, field trip yang dilakukan selama ini sangat terasa manfaatnya. “Untuk itu, kegiatan ini akan selalu menjadi agenda rutin Jurusan Perikanan,” katanya.

”Field trip sangat membantu Ju-rusan (Perikanan, red.) dalam menja-

lin kerja sama dengan instansi-instansi yang nantinya menjadi tempat PKL mahasiswa, sehingga mahasiswa ti-dak kesulitan mencari tempat PKL lagi,” jelas wanita yang menjabat Ka jur Perikanan selama dua periode berturut-turut itu.

Untuk itu, Jurusan Perikanan te-lah menjalin beberapa kerja sama, di antaranya dengan Balai Induk U dang Gala di Bangil, Balai Benih Ikan Tawar di Kepanjen, Balai Be sar Budidaya Laut di Bali, Unit Pelak-sana Pembenihan Udang Windu di Si tu bondo, serta beberapa Dinas Pe ri-kanan di Jawa dan luar Jawa. sya

“Film tidak hanya untuk sekadar ditonton karena di dalamnya juga me-ngandung pesan-pesan moral yang ingin disampaikan”, ujar Cindy Pri-hesti, salah satu pembedah pada aca ra Festival Film (6/4). Acara yang di motori Kine Club itu bertempat di Gedung Student Center (SC) UMM dan diikuti sekitar 30 peserta.

Acara tersebut membedah tiga film, Cheng-Cheng Poo, Sarung Peta rung, dan Persona. Ketiganya me ru pakan kategori film favorit ver si Malang Film Video Festival (Maf vifest) Maret lalu.

Cheng-Cheng Poo merupakan film dengan latar belakang perbedaan budaya. Dipaparkan Cindy, film ber-du rasi 30 menit tersebut berusaha me nyatukan perbedaan budaya Cina, Ja wa, dan Papua dalam persahabatan anak-anak Sekolah Dasar (SD).

Sedangkan Sarung Petarung me-ngu sung pesan agar anak-anak usia Sekolah Menengah Atas (SMA) menjauhi pergaulan bebas, terutama free sex. “Film ini menjadi nominasi film dokumenter terbaik karena ide ce ritanya banyak diminati anak muda sekarang,” ungkap Cindy.

Sementara Persona merupakan ka tegori stop motion berdurasi tiga me nit. Walaupun singkat, film ber te-makan cinta dan kasih sayang sesa-ma manusia itu berhasil menyentuh hati para pecinta film hingga menjadi salah satu film favorit.

“Secara keseluruhan, ketiga film tersebut sudah memenuhi syarat teknis pembuatan film. Ketiganya patut ditonton siapa saja karena selain ide-ide yang disajikan sangat kreatif, pesan yang disampaikan pun dalam,” ujarnya mengakhiri. sya

Dialog akademik mahasiswa kem-bali digelar. Kali ini, giliran maha-siswa Jurusan Teknik Industri (TI) menyampaikan aspirasinya. Acara ter sebut diselenggarakan di Aula BAU (5/4). Dialog membahas akre-ditasi jurusan, kurangnya kualitas laboratorium, dan beberapa masalah tek nis jurusan seperti kewajiban ma -hasiswa untuk membeli jurnal ju-rusan.

Dalam kesempatan tersebut, ba-nyak mahasiswa melontarkan keke-cewaannya terhadap Akreditasi C yang disandang Jurusan TI. Akreditasi ter-sebut dianggap mem buat masya rakat memandang Jurusan TI de ngan sebelah mata. Me nu rut me reka, hal itu bukan hanya terkait alumnus atau mahasiswanya, namun kredibilitas jurusan pun diperta nya kan.

Para mahasiswa berharap akre-di tasi dapat segera ditingkatkan. Be berapa yang sudah melakukan Prak tek Kerja Nyata (PKN) menge-luh kan status akreditasi yang cukup men jadi kendala bagi mereka di la pa ngan, terutama pandangan pi hak perusahaan tempat PKN.

Dialog Akademik Mahasiswa TI

Tuntut Akreditasi Jurusan ”Ka mi kurang dianggap dan cende-rung dikesampingkan dibanding ma-hasiswa dari kampus lain yang nilai akreditasinya lebih baik,” ungkap Amelia, mahasiswa semester akhir.

Menanggapi hal itu, pihak jurusan yang diwakili Ketua Jurusan TI, An-nisa Kesy Garside, mengatakan da-lam waktu dekat ini memang belum ada rencana peningkatan akreditasi. Namun, tim visitasi sudah terbentuk sejak awal. ”Yang sekarang kami bu-tuhkan adalah kerja sama dari semua pihak, termasuk mahasiswa sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, menurut penutu-ran Kepala laboratorium TI, Dyah Retno P., berkas borang (formulir akreditasi, red.) sudah dikirim sejak 2009 lalu. Namun, karena peraturan dan tata tertib untuk tahun 2010 ini berubah, maka berkas-berkas borang itu pun harus disesuaikan dengan tata tertib borang terbaru.

”Untuk itu jurusan harus me-nyu sun ulang semua berkas akre-ditasi. Mudah-mudahan dalam wa ktu dekat bisa ter laksana,” harapnya. sya

Sebagai upaya mempertahankan prestasi dalam pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) , Biro Kemahasiswaan UMM menghadirkan Ketua Direktorat Penelitian Pendi-dikan Tinggi (Dikti), Sundani untuk mensosialisasikan Pekan Ilmiah Nasi-onal (Pimnas) 2010 (3/4).

Bertempat di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin, acara tersebut dihadiri Pembantu Rektor III Joko Widodo, Kepala Biro Kemahasiswaan Atok Miftachul Huda, beberapa de-

Fun English Course yang dise-leng garakan Jurusan Bahasa Ing-gris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tampak ber be-da pada tahun 2010. Selain mem-buka lebih banyak kelas, kursus Ba hasa Inggris yang ditujukan bagi sis wa young learner (siswa SD) ter sebut menerapkan tujuh metode pem-belajaran yang jarang digunakan secara penuh di sekolah-sekolah.

Ketujuhnya adalah song, telling story, games, role play, demonstration, procedure, dan reading big book. “Dengan tujuh metode tersebut, siswa akan me ngua sai Bahasa Inggris secara lebih cepat, menyeluruh dan benar-benar me-ng alami learning by doing,” terang Ketua Jurusan Bahasa Inggris FKIP UMM, Fardini Sabilah. “Ke-banyakan pengajaran Bahasa Inggris di sekolah masih banyak yang text book oriented (hanya merujuk pada buku teks, red.),” ungkapnya kepada Bestari.

Pelaksanaan kursus yang dimulai 4 April lalu itu bertempat di Lantai 5 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I Kampus III UMM. Seratus instruktur yang merupakan mahasiswa semester VIII dan tengah menempuh mata ku-liah English for Young Learner (EYL)

Fun English Course FKIP UMM

Fun dengan Tujuh Metode Pembelajaran

III mendampingi para siswa belajar Bahasa Inggris hingga pertengahan Juni nanti. “EYL itu mata kuliah yang mengajarkan mahasiswa agar mampu menjadi guru Bahasa Inggris untuk anak usia SD,” terang Fardini.

Salah satu instruktur kursus, Linda Mayasari menerangkan bahwa kursus kali ini akan lebih memudahkan siswa belajar dengan cepat dan fun. Pasalnya, selain tiap kelas masing-masing diampu oleh 3 instruktur, 3 orang advisor juga ditugaskan untuk membantu kebutuhan siswa. “Advisor membantu murid-murid kalau ada yang menangis, kurang paham proses pembelajaran, ti-dak bisa mewarnai, atau mau ke belakang (kamar mandi, red.),” ujar mahasiswi asal Jember itu.

Kelas kursus dibagi menjadi 5 jenjang dan masing-masing diisi mak simal 25 siswa. Tujuannya, un tuk memberikan kesempatan siswa berkembang dan mendapat perhatian penuh pada proses belajar-mengajar. Linda berharap, selain mendapat i lmu yang bermanfaat, para siswa me rasakan nikmatnya belajar Bahasa Inggris dengan berbagai metode yang ada. mg_osa

Bertempat di Aula BAU, Jurusan Ilmu Komunikasi mengadakan kuliah tamu bertema “Penerapan Metodologi Penelitian Fenomenologi dalam Studi Komunikasi” (6/4). Kuliah tersebut meng hadirkan Engkus Kuswarno, Gu ru Besar Komunikologi Universitas Padjajaran.

Membuka pembahasan, Engkus men jelaskan tiga paradigma penelitian yang harus dibangun sebelum me nga -dakan penelitian. Ketiganya ada lah klasik (menempatkan peneli tian pada ilmu alam atau sebagai hu kum sebab akibat), konstruktivis (penelitian seba-gai analisis sistematis yang dilakukan melalui pengamatan lang sung tentang pelaku sosial), dan kritis (me nem pat-kan penelitian se bagai proses kritis).

Kajian Fenomenologi untuk Skripsi KomunikasiIa menyarankan agar penelitian

diawali dengan penentuan cara pan-dang. “Cara pandang atau para digma mem pengaruhi metode penelitian. Akhir-nya, hasil penelitian juga ter pengaruh,” ucap pria berkacamata tersebut.

Bagi penulis Buku Fenomenologi itu, penelitian fenomenologi meng-ung kapkan suatu fenomena yang ter-sembunyi untuk dijadikan fakta. Ia bisa dikatakan memiliki kriteria baik jika konsisten dengan paradigma, relevan dengan metode, dan diker ja-kan sampai tuntas. “Penelitian jika ti dak dikerjakan hing ga selesai tidak akan berguna dan tidak bernilai apa-apa,” ujarnya.

Dalam fenomenologi, kata Eng-kus, informan didapat dari beberapa

individu (several individuals). Tidak ada aturan jumlah minimal atau maksimal. “Hanya dengan satu informan saja, kita bisa menyelesaikan penelitian. Fe no menologi tidak pernah me mun-culkan hipotesis., tapi secara hati-hati mengamati pengalaman sese orang,” paparnya mengutip pendapat tokoh komunikasi, Little John.

Selain itu, fenomenologi juga tidak memberikan batasan waktu. Pene litian fenomenologi bisa dise le-sai kan meskipun hanya dalam se hari. Peneliti juga tidak harus terjun lang-sung menemui informan. “Kita bisa diwa kili orang lain. Namun, tentu saja ia harus mampu mengungkap fe no mena yang tersembunyi,” tegas-nya. mg_abi/ihe

Sosialisasi Pimnas 2010

Mempertahankan Prestasi Lima Tahunkan dan para pembantunya serta ma-ha siswa penerima hibah Dikti PKM 2010.

Dalam sambutannya, Joko me-nyam paikan beberapa hal berkaitan dengan Pimnas 2010. Diantaranya, UMM harus mempertahankan pres-tasi yang telah bertahan lima tahun terakhir. “Mempertahankan memang le bih sulit, tapi melihat pekem ba-ngan nya, alhamdulillah UMM mam -pu me ningkatkan pering katnya men-jadi urutan 8, dari sebelumnya yang

berada di peringkat 10,” terang nya.Joko juga memberikan dorong an

kepada mahasiswa untuk meman-faatkan sebaik-baiknya kesempatan berkarya melalui PKM karena PKM adalah salah satu pintu gerbang menuju Pimnas. “Mari kita tunjukkan kreativitas melalui program ini dan manfaatkannya untuk menembus Pim-nas tahun ini,” ajaknya bersemangat.

Joko berharap sosialisasi Pim nas tersebut dapat memberikan pe ng a-rahan dan pembekalan pada maha-siswa yang PKM-nya telah lolos pem bia yaan agar mampu menembus Pimnas. "Kiranya pada kesempatan ini Bapak Sundani memberikan bekal pada mahasiswa kami, begitu juga dengan para dosen mohon dapat membimbing mahasiswanya secara cermat,” pintanya.

”Berhasil lolos Tahap I adalah bukti bahwa Anda kreatif,” ujar Sun-dani di sela-sela sosialisasi.

“Kreativitas bisa timbul dari pikiran yang berpijak pada imajinasi per sepsi nalar. Pikiran saja ti dak cu-kup. Perlu perasaan dan ketra mpilan,” tambahnya.

Ia juga menekankan pentingnya ori sinalitas karya mahasiswa. “Apa-pun hasilnya, sesuatu itu akan menarik ji ka karya sendiri,” tegasnya. ans/mg_ihe

Donor Darah KSR PMI UMM

Ak vitas Sosial Tanpa SosialisasiBekerjasama dengan PMI Kota

Malang, Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) UMM kembali mengadakan donor darah (18/3). Acara tersebut dilaksanakan tanpa sosialisasi dan menargetkan 50 pendonor.

Khunaipi, ketua pelaksana acara tersebut, mengungkapkan sosialisasi tidak dilakukan karena acara tersebut diselenggarakan secara rutin setiap satu setengah bulan. “Karena sudah rutin, kami yakin banyak orang yang menge tahuinya,” tutur mahasiswa Hu-

bu ngan Internasional itu.Bertempat di Lantai 2 Gedung

Stu dent Center, kegiatan tersebut ber langsung selama empat jam. Tak ha nya mahasiswa, beberapa dosen turut men jadi pendonor. “Kami tidak mem batasi peserta. Yang penting harus me menuhi syarat,” papar mahasiswa se mester enam tersebut.

Sebagian peserta, dijelaskannya, terpaksa ditolak karena tidak me-menuhi syarat. Tidak hanya berat badan, panitia juga memeriksa te-

kanan darah dan kadar hemoglobin calon pendonor. “Masalah yang pa ling sering yaitu kekurangan atau kelebihan hemoglobin. Kami ter paksa menolak untuk menjaga kualitas darah,” terang mahasiswa asal Cirebon itu.

Saat mendaftar, calon peserta diminta untuk mengisi identitas dan data kesehatan. Blangko tersebut menanyakan informasi riwayat pe-nya kit yang pernah diderita calon pendonor. “Data-data tersebut sebagai acuan kami dalam menilai kualitas da-rah pendonor,” pungkasnya. mg_abi

Motivasi: Sundani (kanan) memberikan pengarahan dan kiat-kiat lolos Pimnas

Page 7: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 7SUARA KAMPUS

Menulis fiksi bukan hal mudah, apalagi jika dilakukan oleh seorang akademisi. Namun, tidak bagi Pra-dana Boy ZTF. Dia membuktikan bahwa siapa saja bisa menulis, fik-si maupun non fiksi. Novel per ta-manya, Sang Penakluk Ombak dibe-dah dalam Forum Studi Pustaka (Forstupa) di Ruang Sidang Ekonomi (13/4).

Dosen Sastra Indonesia, Arief Budi Wurianto yang saat itu bertindak sebagai pembanding mengaku harus mengacungkan jempol untuk novel berlatar budaya Lamongan itu. “Novel ini perlu mendapat apresiasi karena tidak mudah bagi seorang ilmuwan untuk menulis fiksi,” pujinya kepada Boy, panggilan akrab Pradana Boy.

Pendidikan Harus Tetap DiperjuangkanNovel tersebut bercerita tentang

seorang anak pesisir yang berjuang de mi pendidikan, yang tidak lain ada lah Boy sendiri. Ia menuturkan ki sah nyatanya pada novel yang mu -lai dicetak Maret lalu. Bagi Boy, pengalaman masa kecilnya, keti ka ia tidak mendapat tempat yang ba-ik dalam pendidikan, perlu dibe-ritahukannya kepada orang lain.

“Saya rasa semua orang harus tahu bahwa pendidikan harus diper-juangkan setinggi-tingginya. Buku ini men ceritakan perjuangan saya mela-wan kemiskinan demi pendidikan dan cita-cita dengan latar belakang bu da ya pesisir utara Lamongan yang terbuka dan egaliter,” aku dosen Syari’ah UMM tersebut.

Arif menyebut novel Boy terma suk dalam sastra tutur, sehingga tidak ter-la lu menggambarkan konflik. “Tidak ter dapat konflik kuat dalam novel ini, hanya berupa penuturan penulis ten-tang pengalaman pribadinya,” ung-kap dosen yang suka menulis puisi tersebut.

Meski demikian, Arif tetap meng-akui kehebatan Boy dalam menulis sebuah novel. Apalagi novel itu adalah cerita pribadinya sendiri. “Setidaknya da pat menjadi pemantik semangat dan gairah berkarya di kalangan ma-hasiswa dan dosen UMM,” ujarnya.

“Kita adalah kampus besar dan harus menghasilkan karya-karya dan gagasan-gagasan besar,” harap Arif yang segera diamini Boy. sya

Depot Film untuk UMM

Bertempat di Lantai 3 Perpus takaan Pusat UMM, Yayasan Kam pung Halaman (YKH) dengan menggandeng

UMM me-launching Depot Film (13/3). Acara tersebut dihadiri per-wakilan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, dosen komunikasi dan sekretaris Perpustakaan Pusat UMM, serta diikuti beberapa komunitas film kampus di Malang, antara lain Kine klub (UMM) dan Societo (Universitas Brawijaya).

Depot Video merupakan sebuah komputer berisi database video ko-munitas, yang penempatannya masih terbatas. Di Indonesia baru ada lima lokasi, salah satunya Malang, tepatnya UMM. Depot Video itu diharapkan bisa menunjang pendidikan di kalangan mahasiswa maupun para dosen. Demikian diungkap Sekretaris Perpustakaan pusat UMM, Tri Wahyuni, saat membuka acara tersebut.

Satu Depot Video berisi 50 vi-deo dari 15 daerah berbeda. Pihak

Baru: Mahasiswa UMM saat menikmati fasilitas depot video yang ada di perpustakaan pusat UMM.

YKH mengajak para peserta untuk mengirimkan video hasil karya mereka ke YKH. “Video yang lulus seleksi akan dimasukkan ke dalam Depot Video. Videonya juga bisa diper banyak dan disebarluaskan,” terang perwakilan YKH, Saskia Nur Anggraini.

Kam pung Halaman adalah yaya-san yang mewadahi video-video komunitas dan saat ini membidik anak-anak muda untuk berkreasi. “Kampung Halaman bekerja bareng anak-anak muda untuk mengangkat kisah-kisah yang ada di lingkungan atau komunitas mereka,” jelasnya.

Ditanya alasan penempatan Depot Video di Kampus Putih, wanita lulusan S1 Antropologi itu mengaku, UMM adalah kampus

swasta terunggul dan komunitas filmnya juga bagus. "Selain itu, sineas muda Malang biasanya ngumpul-nya di Kampus Putih,” ujarnya.

Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi UMM, Novin Farid Styo Wibowo memaparkan pentingnya video komu nitas. “Dengan video komunitas, maka kita akan mengetahui kondisi daerah-daerah di Indonesia yang selama ini tidak cukup terekspos,”ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut juga ditayang kan tayangan video ka r ya mahasiswa Universitas Is-lam Jambi berjudul Susah Tapi Lalu dan video berjudul Aja Kawin Muda yang mengisahkan kebiasaan kawin muda di Indramayu. mg_ynm

Bertempat di Lapangan Parkir Masjid A.R. Fachruddin, UMM meng-gelar Pasar Minggu Kewirausahaan Mahasiswa dan Wisata Kampus (11/4). Pasar yang buka perdana terse-but di mu lai pukul 06.00 hingga tengah hari.

Hafid Friadi, panitia penyeleng-gara, mengungkapkan pasar minggu yang digagas Fakultas Ekonomi (FE) UMM itu merupakan tempat un tuk mengasah kemampuan wira-usa ha mahasiswa. Tidak hanya menyediakan berbagai stan, pasar itu juga menyajikan hiburan live music.

“Pasar ini diselenggarakan oleh Ju ru san Ilmu Ekonomi dan Studi Pem bangunan (IESP). Namun, pe ser -ta tidak dibatasi dari kalangan ma ha-siswa UMM saja, warga lain juga bi sa bergabung di sini. Biar sedikit rileks, kami suguhkan hiburan,” ujar Hafid.

Pada pembukaan itu, pasar ming-gu menampilkan 74 stan. Selain ma-kanan ringan dan berat, ada stand yang menampilkan hasil karya maha-siswa. “Alhamdulillah, meski baru pertama kali, seluruh stand terisi penuh. Bahkan, karena banyaknya permintaan, insya’allah minggu depan

Pasar Minggu Kewirausahaan Mahasiswa

Wadahi Minat Usaha Wirausahawan Muda

kami menambah jumlah stan,” tuturnya.

Bagi mahasiswa atau warga umum yang ingin bergabung, biaya se wa stand dipatok Rp. 15 ribu per harinya. Namun panitia memberi diskon jika menyewa selama satu bulan, yaitu cukup membayar Rp. 50 ribu. “Jika berminat, mahasiswa atau warga sekitar bisa mendaftarkan diri di stan kami,” tambahnya.

Pembukaan dihadiri Pembantu Rektor II UMM, Mursidi. Saat mem-berikan sambutan, ia mengung kapkan bahwa pasar yang digelar ming guan tersebut merupakan a jang pembelajaran. “Usaha besar berawal dari usaha kecil yang terus dikembangkan. Mudah-mudahan pa ra mahasiswa bisa jadi peng-usaha yang handal di masa depan,” harapnya.

Mahasiswa, tambahnya, harus ber-usaha optimal dan sungguh-sungguh. Ia secara tegas mendukung dan mengapresiasi adanya pasar minggu tersebut. “Semoga kegia tan ini terus berlangsung dan ber kem bang. Selamat berbisnis dan ber da gang,” ucapnya mengakhiri sambutan. mg_abi

Kampus Putih mampu mengukir pres tasi di dunia olahraga tidak hanya dari mahasiswanya. Dalam per tandingan persahabatan yang ber-tempat di Dome UMM (3/4), Tim Veteran Persatuan Bulutangkis (PB) UMM yang terdiri dari dosen dan karyawan berhasil mengimbangi tim profesional PB Panderman dengan agregat 7-7.

PB UMM yang dipunggawai 16 atlet mampu bermain ketat dan mencetak tujuh kemenangan pada laga persahabatan melawan PB profesional asal Kota Batu tersebut.

Pada tiga partai pertama, PB UMM berhasil memborong kemenangan dari PB Panderman. Pasangan Mimin-Kholis menang dengan skor 30-9, Suroto-Irji’i dengan

PB UMM Imbangi PB Profesional Pandermanskor 30-12, dan pasangan Nurudin-Sumali mampu unggul setelah bersaing ketat dengan skor 30-21.

Sementara itu, 5 pasangan UMM lainnya yaitu Yoyok-Heri, Wahid-Sutrisno, Sudjalil-Suwignyo, Su-priyadi-Ridlo, dan Baiduri-Faqih harus legowo menerima kekalahan setelah berlaga menghadapi atlet pro-fessional persatuan bulutangkis yang bermarkas di Jalan Panderman itu.

Di enam game terakhir, pasangan dari Kampus Putih berhasil mengejar ketinggalan setelah pasangan Wahid-Ridlo, Sumali-Sudjalil, Ridlo-Heri, dan Mimin-Baiduri berhasil memetik kemenangan dengan skor masing-masing 30-11, 30-13, 30-29, dan 30-25. Sedangkan pasangan Suroto-Supriadi kalah dengan skor 15-30

dan pasangan Sumali-Sudjalil yang bermain untuk kedua kalinya ternyata harus berakhir pada skor 24-30.

Dengan memenangkan tujuh per-tandingan dari total 14 partai, Sudjalil mengaku merasa bangga sekaligus puas dengan laga persaha batan yang berakhir tengah malam itu. “Dengan olahraga, dosen dan karyawan UMM dapat hidup lebih sehat sekaligus menjalin kekelu argaan. Jadi, kami tidak hanya mengejar kemenangan,” ujar dosen senior Fakul tas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM itu antusias.

PB Panderman dalam kesempatan tersebut memuji kepiawaian Tim Veteran PB UMM. Pasalnya, meski terbilang sudah tidak muda lagi,

atlet veteran Kampus Putih mampu bermain enerjik dan kompak sehingga mampu mengimbangi PB yang terdiri dari atlet profesional itu. “Dengan

bulutangkis kita jadi sehat dan pasti panjang umur,” ujar Gunawan Yuwono, atlet PB Panderman kepada Bestari usai pertandingan. mg_osa

Sukarelawan asing asal Amerika yang tergabung dalam Peace Corp kembali mengadakan koordinasi rutin dua minggu-an. Mereka mengikuti pembekalan yang diadakan di Aula Sidang Pembantu Rektor I (2/4).

Acara bertema “Lets Go to The Hub” tersebut diikuti oleh 20 orang sukarelawan dari berbagai negara bagian Amerika. Menurut penuturan koordinator mukim sukarelawan, Achmad Habib, selama tiga bulan ini mereka akan tinggal di desa-desa yang tersebar di Kota Batu yaitu Junrejo, Tlekung, dan Bumiaji. Tiap dua minggu diadakan koordinasi di pusat.

Pada kesempatan itu, para sukare-lawan mendapatkan materi mengenai hal-hal teknis yang terangkum dalam tujuh rangkaian materi, yaitu:

Koordinasi Ru n Peace Corp

Bekali Sukarelawan dengan Pengetahuan GenderCommunity Meeting, Police Address, Gender Roles, First Aid and Avian Flu, Safe Transportation, Infectious Disease Medical Box, dan Debrief School Visit.

Beberapa akademisi UMM ditun-juk men jadi pemateri. Salah satunya Fardini Sabilah yang berbicara mengenai gambaran gender di Indo-nesia. Sedangkan materi yang sifatnya teknis disampaikan oleh pakar di bidangnya, seperti Sukmawan dari kepolisian yang memberikan arahan tentang keamanan dalam berpergian.

Menurut penuturan Habib, UMM hanya sebatas mitra kerja dan untuk pe nempatan sukarelawan menjadi urusan pemerintah. “Usai pelatihan ini, mereka akan tinggal selama dua tahun di berbagai wilayah di Jawa Timur,” ungkapnya.

Dosen FISIP ter sebut menam-bahkan, peserta akan dikenalkan me ngenai budaya, bahasa, dan cara pe nga jaran. “Mereka nantinya akan ada yang mengajar. Untuk itu, kami be kerjasama dengan SMU 8 dan MAN 3 Malang, ” terang Homestay Coordinator Peace Corp tersebut.

Salah satu peserta bernama Col-lins mengungkapkan, motivasinya ber -gabung dengan Peace Corp ada lah ingin menciptakan sesuatu yang berbeda di dunia ini.

Wanita berusia 61 tahun itu mengaku tertarik men jadi sukarelawan setelah putrinya bergabung lebih dulu dan ditempatkan di Malawi, Afrika. “Saya sudah tua tapi semangat saya masih muda,” ujar nya dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata. ans

Ramai: Meskipun pertama dibuka, pasar minggu UMM langsung ramai dikunjungi mahasiswa dan masyarakat umum.

umam/Bestariumam/Bestari

umam/Bestariumam/Bestari

dok/Bestaridok/Bestari

Berpose: Tim bulu Tangkis PB UMM sesusai pertandingan

Page 8: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 SUARA KAMPUSSUARA KAMPUS8

Kerjasama segitiga antara Peme-rin tah Belanda, Kota Malang, dan UMM tentang landfill telah memasuki babak baru. Pemerintah Belanda yang diwakili oleh Willem Maaskant secara resmi menandatangani Memo ran dum of Un derstanding (MoU) dengan UMM dan memperpanjang kontrak kerjasama dalam pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Malang (24/3).

Selain itu, pada hari yang sama, Border Gateway Protocol (BGP) Engi-neering Belanda juga menyerah kan Laboratorium Flaring System ke pa-da Kota Malang dan UMM se bagai pengelola, dalam Kuliah Ta mu Tek-nik Sipil yang berlangsung di Au-ditorium Fakultas Ekonomi UMM. Pihak BGP Engineering telah me-ngalokasikan dana sekitar 200 ribu USD untuk proyek yang bertujuan me ng u rangi pemanasan global dan pen c e gahan perubahan iklim tersebut.

Laboratorium untuk sistem pem-bakaran sampah tersebut merupa kan satu-satunya di Indonesia sebagai pu-sat pembelajaran dan penelitian ma-hasiswa, dosen, serta pihak peme rin-tah dari berbagai daerah di Indo nesia.

“Ada mata kuliah Solid Waste Ma-na gement bagi mahasiswa Fakultas Tek nik dan Ekonomi. Mereka bisa mem praktekkan ilmunya di labora to-ri um itu,” terang Sekretaris Centre for E ner gy Environment and Regional De-velopment (CEERD) UMM, Can tika Yuli.

Rektor UMM, Muhadjir Effendy, dalam sambutannya berharap agar

UMM, Center of Point Penanganan Sampah Indonesia

la bo ratorium tersebut dimanfaatkan ma hasis wa UMM dan pemerintah dae rah sebagai pusat pembelajaran dan pe nelitian gas metan. “Bagi UMM, yang terpenting adalah un tuk pendidikan dan pene litian,” ungkap-nya.

Sementara itu, Direktur PT. Daya Eco Carpenter, Laode M. Kama-ludddin, dengan meli batkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang menar getkan UMM sebagai center of point di Indonesia dalam menangani masalah sampah dengan sistem Solid Waste Management.

“UMM nantinya bisa menjadi

percontohan bagi pemerintah daerah di Indonesia sebagai pengelola sam-pah yang bisa menghasilkan energi listrik,” paparnya.

BGP Engineering merupakan pe ru -sahaan Belanda yang bergerak di bi dang pembaruan energi. Pe rusahaan tersebut memberikan pela tihan yang dilakukan di Belanda bagi tujuh dosen UMM.

Tidak hanya itu, Kampus Putih ju -ga mendapatkan kesempatan da ri pe -merintah Belanda untuk mengi rim kan mahasiswanya ke sana. “Su a tu saat dosen dan mahasiswa UMM menda-patkan ke sem patan belajar ke Belanda,” ujar Laode. mg_umam/abi

Ketua Majelis Pemberdayaan Masya rakat Pimpinan Pusat Muham-madiyah, Said Tahuleley kembali mengunjungi UMM (26/3).

Dalam kajian singkat bersama beberapa jajaran dekanat UMM dan perwakilan lembaga intra UMM itu, ia menga takan Muhammadiyah harus mulai mendekati realitas kehidupan masyarakat dan mencari akar keti-dakadilan sosial di Indonesia yang berujung pada kemiskinan.

Kedatangan Said ke Kampus Pu-tih bersamaan dengan acara “Muham-madiyah Update” menjelang Muk-tamar 2010.

Dijelaskan Said, pada Muk tamar Muhammadiyah 2005, dite tapkan empat bidang pen ting yang akan ditangani oleh gerakan Muham-madiyah, yakni bidang pendi dikan, persyarikatan petani, publik advokasi, dan pusat penanganan bencana.

Program-program yang banyak berorientasi pada masyarakat kecil tersebut menurutnya harus terus diso sialisasikan. Satu cara yang harus ditempuh untuk membantu

“Deka Realitas, Temukan “Deka Realitas, Temukan Akar Ke dakadilan”Akar Ke dakadilan”

pe ta ni misalnya dengan melakukan pendampingan dan penyuluhan tentang pengurangan biaya pro-duksi. “Hal ini bisa dimulai dengan mendampingi petani untuk mengu-rangi penggunaaan pupuk kimia, sehing ga mereka tidak terikat dengan para penyedia pupuk,” jelasnya.

Selain itu, Dosen Universitas Muham madiyah Yogyakarta itu juga menying gung tentang pola siklus hasil pertanian di Indonesia. “Ketika membeli pupuk, harga pupuk ditetap-kan oleh penjual. Namun saat panen, harga beras ditentukan oleh pembeli. Dengan pola seperti ini maka para petani di Indonesia akan tetap miskin,” paparnya prihatin.

Selain itu, dikatakan Said, saat ini kemampuan masyarakat untuk melakukan publik advokasi (pengam-bilan keputusan publik. red) lemah sehingga pola-pola ketidakadilan sosial masih terus bercokol di Indo-nesia, “Bahkan, kita seringkali menjadi rakyat-rakyat yang terjepit pada kebijakan-kebijakan dewan yang tidak realistis,” ujarnya. mg_ynm

umam/Bestariumam/Bestari

Ayo Bangkit: Said Tuhuleley (tengah) memberikan dorongan semangat kepada gerakan mahasiswa UMM untuk turut serta berperan aktif dalam masyarakat.

Semangat menyongsong Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta Juli mendatang, sekaligus sebagai usaha merumuskan konsep Tajdid Muhammadiyah, Musya warah Nasional (Munas) Tarjih Muham madiyah ke-27 dihelat di UMM (1-4/4). Sebanyak 160 ulama Tarjih Muhammadiyah se-Indonesia hadir untuk merumuskan solusi permasalahan fikih serta agenda besar Muhammadiyah di usianya yang kedua abad nanti.

Pada Pembukaan Munas yang bertema Tajdid Sosial yang Berkeadilan Menuju Masyarakat Utama (1/4), Dir-jen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam, Nasaruddin Umar hadir mewakili Menteri Agama Republik Indonesia, Surya Dharma Ali.

Munas Tarjih Muhammadiyah ke-27

Larang Nikah Siri, Haramkan Larang Nikah Siri, Haramkan Bunga BankBunga Bank

Turut hadir pula Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, serta jajaran Ketua PP Muhammadiyah yakni Haedar Nashir, Yunahar Ilyas, juga Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Syamsul Anwar serta Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Syafiq Mughny.

Dalam iftitah (pembukaan, red.) Majelis Tarjih, Syamsul Anwar memaparkan perihal problem sosial yang coba dipecahkan dalam Munas, mulai dari masalah HAM, gender, hingga solusi menuju masyarakat utama.

Syamsul menghimbau kepada seluruh elemen Muhammadiyah agar senantiasa memberikan bimbingan

dan pencerahan kepada masyarakat sesuai cita-cita luhur Muhammadiyah.

Sementara itu, Din yang juga memberikan sambutan memperinci fikih-fikih yang akan digodok Munas selama 4 hari, diantaranya fikih perempuan, fikih tata kelola dan fikih al-Ma’un yang menjadi ciri khas Muhammadiyah. “Semuanya itu demi tujuan mulia untuk memberikan pencerahan, solusi, dan pemecahan problem ketidakadilan sosial dalam masyarakat,” ujarnya.

Fatwa yang dihasilkan kemudian di antaranya pengharaman bunga bank swasta dan pemerintah karena termasuk riba, juga fatwa tentang rekrutmen yang sehat dalam pengisian posisi atau jabatan dalam organisasi pemerintahan yang diharapkan akan menyehatkan kondisi politik di Indonesia.

Beberapa fatwa lainnya adalah pelarangan nikah siri dan sanksi bagi yang melanggarnya, kewajiban khitan, kewajiban suami memenuhi nafkah keluarga serta penentuan kembali waktu salat subuh.

“Untuk menentukan waktu salat subuh bagi umat muslim diperlukan fatwa bahwa awal salat subuh di Indonesia harus memperhatikan posisi matahari 20 derajat di bawah ufuk,” papar Din saat membahas perihal wacana terlalu awalnya waktu salat subuh di Indonesia.

Rangkaian acara Munas ditutup dini hari (4/4). Beberapa rekomendasi penting yang ditelurkan kemudian nantinya akan dibawa ke Yogyakarta untuk ditindaklanjuti keputusannya. sya/mg_osa

umam/Bestariumam/Bestari

Setelah sebelumnya mendapat kunjungan Kepala Bidang Rumah Susun Menengah dan Me wah, Kementerian Perumahan Rakyat beberapa bulan lalu (26/10), Rusu-nawa kembali mendapat kunjungan langsung dari Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Suharsono Monoarfa (26/2).

Dalam kunjungan tersebut, Suhar sono berkesempatan menyam-pai kan kuliah tamu dan berdialog dengan peserta Pembentukan Ke pri-ba dian dan Kepemimpinan (P2KK) Angkatan ke-22. Di depan para peserta P2KK, Suharsono menga ta-kan, masyarakat Indonesia akan terus berkembang dan lahan permukiman semakin sempit. Hal tersebut men-jadikan rumah susun sebagai satu solusi alternatif di tengah semakin padatnya pemukiman.

“Oleh karena tanah semakin sempit, maka rumah masa depan akan cenderung berbentuk rumah susun atau rumah vertikal seperti ini,” ungkap Menpera yang pernah menjadi murid Malik Fadjar pada tahun 70-an itu.

Menjawab pertanyaan salah seorang peserta P2KK tentang ada

Rumah Ver kal, Rumah Rumah Ver kal, Rumah Masa DepanMasa Depan

tidaknya kemungkinan pendirian rusunawa di setiap universitas oleh Kementerian Perumahan Rakyat, Suharsono menjawab hal tersebut memang menjadi harapan Pemerintah. Namun, karena keter-batasan dana, sebagai langkah awal pemerintah menstimulasi beberapa universitas terlebih dahulu.

“Hari ini, konsep rumah idaman itu adalah baiti jannati (rumahku surgaku). Berdasarkan Undang-undang Dasar (UUD) Nomor 28 H, rumah menjadi bagian dari hak-hak asasi manusia, di mana setiap pemukiman harus diusahakan untuk menjadi hunian yang nyaman dan sehat,” tutur menteri yang pernah tinggal di Malang itu.

Didampingi Rektor UMM, Muhadjir Efendy dan Mantan Rektor UMM, Malik Fadjar, Suharsono menyampaikan pemerintah akan berusaha mewujudkan setiap keluarga Indonesia mempunyai hu nian yang sesuai dengan UUD. “Pemerintah mengusahakan dua juta rumah setiap lima tahun ke depan untuk keluarga Indonesia. Namun, sebenarnya itu masih jauh dari cukup,” ujarnya. nin

Serah terima: Rektor UMM, Muhadjir Effendy didampingi Laode M. Kamaluddin menerima laboratorium flaring system dari Pemerintah Belanda.

umam/Bestariumam/Bestari

Said Tahuleley:

Jelang Muktamar: Imam Baihaqie saat menjadi pemateri dalam lokakarya muktamar Muhammadiyah.

Page 9: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010SKETSASKETSA 9

Bagi Boy, sapaan akrab Pradana Boy ZTF, menuntut ilmu adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini ia buktikan dengan menyabet beasiswa studi Strata 3 ke Singapura pertenga-han tahun 2010 ini.

Diakui Boy, meski ini adalah ini adalah kali kedua keberangkatannya ke luar negeri melalui program beasiswa, meraih scholarship bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk berhasil mendapatkannya, dibutuhkan sebuah perjuangan. “Beasiswa harus dicari. Kita tidak boleh berfikir instan,” tutur dosen yang juga saat ini aktif di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM tersebut.

Demi kecintaannya pada ilmu pe-ng e tahuan, pria kelahiran Lamongan tiga puluh empat tahun silam ini mengkaji lintas disiplin ilmu, tidak berhenti pada satu bidang saja. Meski demikian, bukan berarti dirinya tidak memiliki satu fokus disiplin ilmu.

“Mempelajari berbagai bidang ilmu bukan berarti kita belajar se-tengah-setengah. Tetap harus ada satu bidang ilmu yang dikuasai. Kemudian, dari sinilah kita bisa membandingkan antara satu ilmu dengan ilmu lain,” papar dosen yang sering mengisi berbagai seminar nasional hingga internasional tersebut.

Usahanya dalam mengkaji ber bagai ilmu tak lantas ber-jalan mulus tanpa hambat an. Pria yang dianggap sebagian orang berpikiran liberal ini mengatakan ia tidak bisa menolak penilaian orang lain terhadap dirinya. “Itu kan penilaian orang dan orang berhak menilai apa saja. Bila dikatakan liberal dalam pemikiran, memang iya, tapi, hal ini tidak sampai merambah pada wilayah ibadah,”

Bosan yang Ilmiah, Rambah FiksiBosan yang Ilmiah, Rambah Fiksitegas lulusan Master of Arts (Asian Studies) dengan beasiswa Pemerintah Australia di bi dang gerakan dan pemikiran Islam kontemporer di Asia Tenggara tersebut.

Lebih lanjut, Boy menegaskan tidak ada salahnya liberal dalam pe-mikiran asalkan tidak melampaui ba-tas-batas yang seharusnya. “Pertama, tidak sampai merambah akhlak. Ke-dua, liberal tidak boleh terjadi pada wilayah ibadah. Ketiga, liberalisasi di sini adalah tentang bagaimana hubungan agama dengan sosial masyarakat agar dapat berjalan beriringan,”tegas Boy.

Selain mantap mengkaji berbagai ilmu hingga ke berba-gai negeri, Boy juga aktif menulis di berbagai media dan mengha-silkan karya dalam bentuk buku. Pria yang berasal dari latar belakang pendidikan Muhammadiyah tersebut mengaku, kegemarannya menulis su-dah muncul sejak duduk di bang-ku Sekolah Dasar (SD).

Dikisahkan Boy, untuk novel pertamanya, Sang pe-nakluk Ombak menceritakan tentang pertarungan anak pesisir melawan kemiskin-an, keterbelakangan, dan

k e a n g k u h a n .

Keangkuhan telah melahirkan hi-naan dan cemoohan kepada kelom-pok yang miskin dan terbelakang. Tetapi, hinaan dan cemoohan itu telah menjadikan Abdul, tokoh uta-ma dalam novel ini, bertekad me-nyejajarkan diri dengan para peng-hinanya.

Kisah perjuangan yang digam-barkan dalam novelnya

akhirnya mengan-tarkann ya m e n -

j a d i sosok Boy yang sekarang. Kini, ia menjadi penu l i s, do -sen , dan pem-bicara di berba-

gai seminar “Untuk me-

lanjutkan ku-liah S1

di sini dulu, Ayah saya sampai harus menjual tanah dan sapi. Hal ini kare-na memangterganjal persoalan dana,” kenangnya.

Dulu, awalnya Boy berkeinginan un-tuk mengambil Jurusan Bahasa Inggris FKIP. Namun, karena keterbatasan dana, akhirnya ia mengambil Jurusan Syari’ah FAI UMM.

Dengan bekal ilmu yang didapat sejak duduk di bangku Madrasah (Se-tingkat Sekolah Dasar) hingga SMA Muhammadiyah, Boy akhirnya berge-lut pada bidang ilmu yang pada akhir-nya menjadikan ia sebagai pemikir pada bidang Ilmu Hukum Islam.

Kini, dosen yang menulis tesis-nya tentang tentang pertarungan pe-mikiran di Muhammadiyah antara

Untuk menjadi penulis, yang dibu-tuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktek-kannya. Orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya m a k a ia sama saja den-gan bermimpi untuk memili-ki mobil tan-pa ada usaha

Tak Cukup Hanya dengan "Ingin"dan kerja keras untuk memilikinya. Ung-kapan Penulis terkenal asal Amerika, Stephen King itulah yang kemudian berusaha dipraktekkan oleh Muham-mad Rajab

Mahasiswa yang memiliki motto “Hidup Sekali, Hiduplah yang Berar-ti” ini sudah mulai menulis sejak du-duk di bangku SMA. Akan tetapi, saat itu keinginan untuk mempublikasikan tulisannya tidak terfasilitasi. Hal ini tidak lantas membuat mahasiswa Ju-rusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam itu berhenti menulis.

Saat ini, mahasiswa yang juga anggota Student’s Cultural Studies Club Lembaga Kebudayaan UMM terse-but telah banyak menulis artikel dan mengirimkannya ke berbagai media.

keberhasilan yang diraihnya seka-rang diawali dengan banyaknya

kegagalan tulisannya menembus media waktu itu. Namun, hal ini justru membuat pria berku-lit sawo matang tersebut ter-tantang untuk terus menulis dan mencari tahu dimana letak kekurangannya.

Man jadda wajada, sia-pa yang bersungguh-sung-guh dia akan berhasil. se-

telah ke ga galan demi ke gagalan, ker ja

keras dan usaha Rajab pun

akhirnya terbayar. Beberapa tulisan hasil karyanya mendapat pengakuan dari media.

Saat ini, mahasiswa yang selalu tampil sederhana itu telah menulis tidak kurang dari 150 artikel yang dimuat baik di media lokal maupun media nasional.

Berbagi pengalamannya, Rajab men jelaskan bahwa buku yang saat ini telah banyak tersedia di beberapa toko buku tersebut, mulai ditulisnya sejak menempuh semester tiga. Terhitung sekitar satu tahun buku itu selesai dikerjakannya.

Tidak puas hanya dengan menulis di media, mahasiswa asal Madura ini bersama seorang temannya bertekad menulis buku. akhirnya, dari tangan dingin keduanya, lahirlah The Secret of Friendship.

Berbagi pengalamannya, Rajab menjelaskan bahwa buku yang saat ini sudah tersedia di beberapa toko buku ini mulai ditulisnya sejak semester tiga. terhitung agak lama, satu tahun, buku tersebut akhirnya berhasil disele-saikannya juga.

Selama proses itu bukannya tanpa lika-liku. setelah buku selesai ditulis, Rajab masih harus berjuang keras untuk meyakinkan pihak penerbit. Lelah menunggu jawaban, Rajab dan temannya hampir putus asa dan hendak menarik kembali tulisannya dari penerbit pertama untuk dicoba di penerbit lain.

Namun, tepatnya pada bulan Agustus 2009, ia mendapat konfirmasi dari pihak penerbit yang bersedia

untuk menerbitkan tulisannya. Akhir-nya, setelah satu tahun mengendap di penerbit, pada bulan Maret 2010 buku pertama mahasiswa yang tengah menempuh semester enam itu, di-launching.

The Secrets of Friensdship merupa-kan sebuah buku motivasi yang menggambarkan keadaan sosial ma-syarakat dan makna sebuah per-sahabatan. Tidak hanya itu, buku ter sebut juga mengulas bagaimana menjaga hubungan tersebut yang ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu Islam, sosiologi, dan psikologi.

Bagi pria kelahiran Sumenep dua puluh tiga tahun silam ini, kunci utama untuk menjadi penulis adalah memiliki keinginan dan mau memulai. Selanjutnya, harus ada ada kontinuitas yang melekat dalam diri si penulis. Hal ini menegaskan, baginya keinginan saja tidak cukup tanpa se-gera memulai menulis.

“Setelah memulai menulis pun se-ringkali muncul kejenuhan dan tiba-ti-ba berhenti. Di sinilah kemauan untuk tetap melanjutkan atau kontinuitas itu perlu,” papar peraih Juara I lomba Debat Bahasa Arab PIMNAS 2008 Unisula Semarang itu.

Untuk mengatasi kejenuhan dan men cari inspirasi, cara yang di pilih-nya adalah dengan banyak mem baca. “Dengan banyak memba ca, ide-ide itu nanti muncul dengan sendirinya,”ujarnya.

Disamping itu, sebagai mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi, ke-sibukan lain juga menjadi kendala tersendiri. “Perlu manajemen wak tu

BIODATARiwayat PendidikanMI Muhammadiyah 05 Mencorek-Brondong-Lamongan (1989)MTs Muhammadiyah 02 Sedayulawas-Brondong-Lamongan (1992)SMA Muhammadiyah 09 Sedayulawas-Brondong-Lamongan (1995)S-1 hukum Islam, FAI Universitas Muhammadiyah Malang (1999)S-2 The Australian National University Canberra, Australia (2007)

Pekerjaan dan Pengalaman Organisasi- Dosen FAI, Universitas Muhammadiyah Malang (2001-skrg).- Anggota presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).- Ketua Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat (LPAM) Pemuda Muhammadiyah Kota Malang.- Direktur Eksekutif Center for Religious and Social Studies (RëSIST) Malang.- Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.- Ikatan Remaja Muhammadiyah.

Karya-Karya Terbaru- Sang Penakluk Ombak (Novel) diterbitkan oleh RESIST Literacy Malang, 2010- Semua Umatku Masuk Surga, Kecuali... (Masmedia Buana Pustaka, 2009).- Para Pembela Islam: Pertarungan Konservatif-Progresif di Tubuh Muhammadi-yah (Gramata Publishing, Jakarta, 2009).- Fiqih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-masalah Masyarakat Kontemporer (Grafindo Media Pratama, Jakarta, 2008).- Era Baru Gerakan Muhammadiyah (UMM Press, Malang, 2008).

antara organisasi dan kuliah dengan kegiatan menulis. yang ter penting tentukan deadline,” ungkapnya.

nin

akhirnya mengan-tarkann ya m e n -

j a d i sosok Boy yang sekarang. Kini, ia menjadi penu l i s, do -sen , dan pem-bicara di berba-

gai seminar “Untuk me-

lanjutkan ku-liah S1

stiMlunb

nm

tuk berhasil kan sebuah arus dicari. stan,” tutur tif di Pusat SIF) UMM

da ilmu pe-Lamongan silam ini

lmu, tidak aja. Meski irinya tidak n ilmu. ai bidang belajar se-us ada satu Kemudian,

bandingkan ilmu lain,”

ng mengisi nal hingga

engkaji s ber-at an. Priaan i

dua, liberal tidak boleh terjadi pada wilayah ibadah. Ketiga, liberalisasi di sini adalah tentang bagaimana hubungan agama dengan sosial masyarakat agar dapat berjalanberiringan,”tegas Boy.

Selain mantap mengkajiberbagai ilmu hingga ke berba-gai negeri, Boy juga aktif menulis di berbagai media dan mengha-silkan karya dalam bentuk buku. Pria yang berasal dari latar belakang pendidikan Muhammadiyah tersebut mengaku, kegemarannya menulis su-dah muncul sejak duduk di bang-ku Sekolah Dasar (SD).

Dikisahkan Boy, untuk novel pertamanya, Sang pe-nakluk Ombak menceritakan ktentang pertarungan anak pesisir melawan kemiskin-an, keterbelakangan, dan

k e a n g k u h a n .

Pradana Boy ZTF

heni/Bestariheni/Bestari

heni/Bestariheni/Bestari Muhammad Rajab

Nama : Muhammad RajabNIM : 07110037Jurusan : Tarbiyah FAI UMMTTL : Sumenep, 24 Juni 1986Alamat : Angon-Angon Arjasa SumenepMotto Hidup : Hidup Sekali, Hiduplah yang Berarti

Riwayat Pendidikan- SDN Angon-Angon 1 Arjasa Sume-nep lulus 2000- Mts YPPMI Kalikatak Arjasa Sume-nep lulus 2003- Ponpes dan MA Al-Ishlah Bondowo-so lulus 2006- Jurusan Tarbiyah FAI UMM Sampai Sekarang

Prestasi yang pernah diraih- Juara 1 lomba Debat Bahasa Arab PIMNAS 2008 Unisula Semarang- Lolos PIMNAS LKTM al-Quran 2009 Brawijaya Malang- Artikel tersebar di berbagai media nasional dan lokal (+ 150 artikel)- Menulis Buku The Secrets of Friend ship, di ter bitkan oleh PRESTASI Ja karta

Pengalaman organisasi- Imaratus Syuunith Thalabah (IST) 2002-2003- Ikatan Santri Al-Ishlah (ISLAH) 2004- 2005- Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) 2006-2007- IMM Tamaddun FAI UMM 2008- 2010- Forum Studi Islam (Forsifa) 2008- 2010- Anggota Student’s Cultural Studies Club Lembaga Kebudayaan UMM 2010

BIODATA

kelompok yang berorientasi liberal (progresif) dengan konservatif ini tengah sibuk mempersiapkan novel keduanya.

“Novel selanjutnya akan bercerita tentang kisah perjalanan kuliah saya di Australia, termasuk liku-liku perja-lanan ketika anak pertama saya lahir di Canberra. Sangat menegangkan. ketika harus membagi waktu untuk studi dan keluarga, sementara stu-dinya sendiri juga sangat ketat dan memerlukan konsentrasi tinggi,” ungkap dosen muda yang mengaku menulis novel karena merasa bosan menulis karya ilmiah, aktivitas yang selama ini dilakukannya. nin

Page 10: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

“Bagaimanapun, da lam diri manusia ada jahanamnya. Ha-nya saja ada orang yang sang gup untuk ti -dak men jalan kan nya,” ka ta Sole man yang ma lam itu di perankan o leh Nuvanggit Ri-a n s y a h z u d h i t y a , maha sis wa Jurusan Ba ha sa Indonesia Fa ku l tas Keguruan dan Il mu Pendidikan (FKIP) UMM pada Pen tas Teater Kata ma-ti dengan lakon Malam Jahanam (29/3).

Bertempat di Lorong lan tai 1 Mas jid A.R. Fachruddin dan dihadiri oleh undangan dari SD dan SMP Muhammadiyah se-Malang, salah satu Lembaga Semi Otonom (LSO) FKIP itu menyuguhkan pentas teater yang terbilang unik.

Dikisahkan, Mat Kontan (dipe-ran kan Eka Yusriansyah, mahasis-wa Bahasa Inggris 2009) adalah

10 SUARA KAMPUSBESTARI No. 260 /TH.XXII/MARET/2010

Berupaya mewadahi mahasiswa un tuk lebih mengenal Islam, Unit Kegiatan Mahasiswa kerohanian Ja-maah A.R. Fachruddin (UKMK-JF) menggelar acara Training Dienul Islam Intensif (Tradisi) II yang ber lang sung di Ru ang Multimedia Lt. 2 Masjid A.R. Fachruddin (12-14/3).

Ketua panitia training, Ahyan Fu adi menjelaskan, kegiatan pencari an ka-der tersebut merupakan pro gra m ker ja kepengurusan ke-12 Dep artemen Pe-ngembangan Pemberdayaan Sumber Daya Muslim (PPSDM) yang kedua kalinya setelah Tradisi I pada Oktober (9-11) tahun lalu. “Selain mencari kader, kami bermaksud mengajak te man-teman untuk bersama-sama mem perbaiki diri menjadi muslim yang sesuai dengan keten tuan Islam,” ungkap pria asal Balik-papan itu.

Kenali Islam, Perbaiki Iman dan Takwa

Selain seminar, acara yang berisi materi keislaman itu dikemas da lam bentuk kegiatan outbond dan nonton bareng. “Hal itu untuk memper mu-dah peserta dalam me ma hami dan mengenal Islam lebih jauh,” terang Ahyan.

Ia menambahkan, dengan lebih mengenal Islam diharapkan peserta mampu meningkatkan kualitas ke-imanan dan ketakwaannya sebagai seo rang muslim. "Berakhlak mu-lia me r upakan kesempurnaan i -man se bab akan me mbuahkan ba nyak hikmah dalam ke hidupan ki ta. Sudah sepatutnya ki ta menjaga komit men keislaman kita, seperti dengan be ribadah dan berahklak baik,” te rang Mursidi, Pembantu Rektor II UMM saat menyampaikan stadium general. mg_ineh

Puluhan anak muda berlari dan melompat lincah di taman. Layaknya atlet profesional, mereka melompati pagar dan berguling cepat. Aksi melompat-lompat selincah Jackie Chan tersebut dilakukan sekelompok pemuda Parkour Cabang Malang saat melangsungkan latihan rutin di area Kampus Putih, (25/3).

Kelompok bernama “Play-On” itu beranggotakan lebih dari 50 orang. Beberapa mahasiswa UMM tergabung di dalamnya dan menjadi anggota tetap olahraga yang diciptakan David Belle itu. Misal saja Syukron, salah satu alumnus Kampus Putih yang saat ini menjadi salah satu anggota terbaik Play-On dan kerap melatih anggota baru agar dapat melakukan gerakan

Ak vitas Parkour Kampus Pu h

Bukan Olah Raga Ekstrimdengan benar.

Parkour adalah seni bergerak dan metode latihan natural yang bertujuan mem bantu manusia bergerak cepat dan efisien. Menurut pelatih Play-On, Danial Syafhan, parkour dapat mem-buat pikiran dan tubuh menjadi lebih sehat. “Di parkour diajarkan untuk tidak mudah menyerah dan selalu optimis,” ujar atlet 22 tahun itu.

Diungkapkan Danial, jika berlatih parkour dengan baik dan benar, tubuh bisa lebih sehat, pikiran fokus, dan ja-rang sakit. “Setelah rutin mengikuti latihan ini, mereka yang sudah bekerja bisa lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,” terang Dan i al mengutip kesan dari anggota parkour.

Filosofi parkour adalah meng ha-dapi rintangan dengan gerakan yang selaras dengan tubuh. Menilik se-jarahnya, ayah David Belle adalah seorang ahli militer. “Gerakan parkour didasari gerakan serdadu saat mele-wati rintangan di peperangan,” terang Danial.

Ke depan, ia dan segenap pecin ta parkour berusaha secara intensif me-ng enalkan parkour kepada masyara-kat. Dengan parkour, Danial yakin ma syarakat akan lebih bersemangat hi dup dan lebih produktif. “Parkour bukan olahraga yang ekstrim, me lain-kan jenis olahraga yang besar man-faatnya,” pungkasnya. mg_osa

Ada yang berbeda dari aktivitas Divisi Mahasiswa Pecin ta Alam (DIMPA) (31/3). Jika biasanya berekspedisi di alam terbuka, saat itu kelompok pecinta alam Kampus Putih itu menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik 2010 untuk meningkatkan kualitas anggotanya.

Pelatihan yang bertempat di Ru ang Sidang Student Center (SC) lantai IV itu disampaikan oleh Ari ef Hidayatullah.

Pela han Jurnalis k DIMPA 2010

Lahirkan Tulisan Lewat Ekspedisi Alam

“Berita adalah informasi yang disampaikan (ditulis. red) di media massa. Itu definisi jurnalistiknya,” ujar Dosen Ilmu Ko mu nikasi UMM itu kepada peserta pelatihan.

Ia menekankan, berita harus bersifat pasti dan tidak boleh dikarang karena merupakan pelaporan fakta atau persitiwa dengan benar dan se-jelas-jelasnya. Standar penulisannya adalah dengan metode dasar 5W

dan 1H. “Yaitu what (apa), when (kapan), where (di mana), who (siapa), why (kenapa), dan how (bagaimana) terjadinya suatu peristiwa,” lanjut dosen yang ketika mahasiswa menjadi Redaktur Pelaksana Bestari itu seraya memberikan contoh.

Dalam pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu, Arief mengajukan tantangan praktek for mu la 5W dan 1H yang disambut antusias oleh peserta pelatihan. Setelah menuliskan berita dengan for mu la penulisan tersebut, satu per-satu peserta mempresentasikan tulis-annya. “Meski mendadak, tulisan pe ser ta sudah cukup baik untuk ukuran pemula,” ujar Arief saat mengomentari tulisan peserta.

Menurut Ketua Pelaksana Pelati-han, Wiwid Sudarmawan, pelatihan yang merupakan program kerja Sek si Penelitian dan Pengembangan (Lit-bang) DIMPA 2010 itu merupakan persiapan peliputan mandiri kegiatan DIMPA yang tidak terjangkau oleh pihak media. “Ke depan, diharap ang-gota DIMPA mampu menulis kembali dan membuat berita dari kegiatan yang dilakukan sehingga dapat dinikmati teman-teman lain yang tidak ikut kegiatan,” pungkasnya. mg_osa

Belajar: Arif selaku pemateri (berdiri) memberikan kiat-kiat dalam menulis kepada anggota DIMPA.

umam/Bestariumam/Bestari

Tidak seperti biasanya, sejak pagi kampus UMM sepi dari lalu-lalang kendaraan bermotor (22/4). Mahasiswa yang membawa kendaraan bermotor harus memarkirnya di area Dome UMM yang jauh dari aktivitas mahasiswa. Pun, dosen yang selalu membawa masuk kendaraannya ke dalam kampus harus rela berjalan kaki untuk menuju kantornya masing-masing.

Hal tersebut digagas oleh aktivis Divisi Mahasiswa Pecinta Alam (Dimpa) UMM dalam memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April. Mengusung tema “Melangkah Ber-sama, Menyelamatkan Bumi”, Dimpa menunjukkan aksi peduli lingkungan dengan membebaskan kampus dari asap kendaraan bermotor dan rokok.

Meskipun aksi hanya dilakukan di areal kampus III UMM, ketua pelaksana kegiatan, Wiwid Sudar-mawan yakin bahwa yang mereka lakukan bermanfaat bagi bumi. “Meski hanya di kampus, sedikit

Peringatan Hari Bumi 2010

Sehari Tanpa Asap dan Polusi

banyak akan membebaskan bumi dari pengaruh global warming,” ujarnya.

Aksi Dimpa tersebut mendapat dukungan dari jajaran rektorat dan dosen. Hal itu diungkapkan Pembantu Rektor III UMM, Joko Widodo saat membuka upacara peringatan Hari Bumi di depan wall climbing. “Saya dan Pak Rektor sangat mendukung kegiatan mahasiswa yang positif seperti ini. Jangan hanya satu hari saja, kalau bisa ke depannya lebih dari satu hari UMM dibebaskan dari polusi,” ungkapnya.

Selain eliminasi asap polusi, Dimpa juga melakukan operasi semut dengan membersihkan kampus dari sampah, khususnya sampah non organik. Sedangkan di luar kampus, Dimpa melakukan penanaman 2010 pohon di Coban Talun (24/4) yang diikuti mahasiswa pecinta alam se-Malang Raya. mg_umam

Dengan tema “Reaktualisasi Se-mangat Koperasi Mahasiswa (Kopma) UMM demi Terwujudnya Generasi Kreatif, Inovatif, dan Solutif ”, Ra-pat Anggota Tahunan (RAT) IX Kopma UMM dihelat di Ruang Sidang Hukum Lantai II Gedung Kuliah Bersama (GKB) I, (3-4/4). RAT tersebut menghasilkan rencana perluasan lini usahanya.

Seperti diutarakan Ketua Umum Kopma UMM 2009-2010, Agus Widodo, RAT kali ini membahas Laporan Pertanggungjawaban Pengu-rus tahun 2009-2010, rancangan kerja, serta pemilihan pengurus ta hun yang baru. “Diagendakan juga pembangu-nan unit usaha baru. Ada catering dan juga konveksi,” ujar pria asal Jombang itu kepada Bestari.

Untuk mewujudkan visi tema kegiatan “Generasi kreatif, inovatif, dan solutif ”, tahun ini Kopma akan melaku kan perbaikan besar-besaran khususnya dalam bidang usaha meliputi administrasi, keanggotaan dan per baikan lokasi Kopma saat ini. “Kita adalah koperasi, jadi tidak jauh dari usaha. Kami akan ditingkatkan

RAT IX Kopma

Agendakan Perluasan Lini Usaha

pembelajaran akuntansi keuangan agar Kopma lebih baik,” kata Agus menambahkan.

Selain itu, rapat tersebut juga mewa canakan sistem baru ke ang-gotaan Kopma yang akan diber-lakukan bagi seluruh maha siswa UMM. Tujuannya memberikan ke mu dahan pada mahasiswa dan wu jud pengabdian Kopma kepada UMM ke depannya. “Dengan se-mua usaha ini, diharapkan Kopma bi sa semakin berkembang dan te rus maju,” papar Agus yang kini men-jabat Dewan Pengawas Kopma.

Dalam rapat yang dihadiri per-wakilan Kopma se-Malang Raya dan utusan dari Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) itu, Rendy Fau zandy terpilih menjadi Ketua Umum Kopma UMM Periode 2010-2011.

Sementara itu, dalam sambu-tannya, Kepala Bagian (Kabag) Minat Bakat UMM, Joko Siswan-to menyampaikan ucapan selamat sekaligus harapan agar Kopma menjadi lebih baik lagi. mg_osa

Pentas Teater Katama FKIP

“Malam Jahanam” di Masjid A.R. Fachruddin

sosok sombong yang tidak peduli de ngan keluarganya. Setiap hari ia ha nya sibuk mengurus burung beo kesayangannya.

Selanjutnya diketahui bahwa ternyata Mat Kontan adalah pria man dul. Paijah, istri Mat Kontan (diperankan Silvia, mahasiswi Baha sa Indonesia 2009) yang sangat mengi-nginkan anak kemudian berselingkuh

dengan Soleman.Dengan alur cerita

yang unik dan dibumbui la wa kan segar serta aksi na tural, kisah berakhir de ngan kematian Sole-man. Mat Kontan geram ka rena selain membunuh burung beonya, Soleman juga menghamili istrinya. Penuh amarah, Mat Kon-tan pun menghabisi Sole-man karena dianggap te lah meng hancurkan hi-dup nya.

Tepuk tangan riuh beberapa kali terdengar me-ngiringi pementasan. “Ma-lam ini adalah malam paling

jahanam buat Mat Kontan,” ujar Dien Ratna Budiati, Pimpinan Produksi Pen tas Teater Lakon tersebut. “Alham-dulillah, meski anak baru, mereka pintar bereksplorasi. Ke depan, kita akan membawa pentas teater ini menjadi pentas keliling ke Bojonegoro, Ngawi, Madura dan Lumajang,” ungkap Ratna di sela-sela pementasan. mg_osa

Memukau: Pertunjukan teater katamati dengan lakon "Malam Jahanam" membuat penonton terhibur.

umam/bestariumam/bestari

Page 11: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

11SUARA KAMPUS BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Kebutuhan Badan Eksekutif Ma ha sis wa Fakultas Agama Islam (BEM FAI) terhadap pemimpin yang bertanggungjawab mendorong orga-nisasi tersebut mengadakan Latihan Kepemimpinan Manajerial Maha-siswa Tingkat Dasar (LKMMTD). Bertempat di Aula Lantai 1 Masjid A.R. Fachruddin (20/3), kegiatan dibuka oleh Pembantu Dekan III FAI, Muhammad Syarif.

Saat membuka acara, Syarif me-ngemukakan sesungguhnya maha-sis wa memiliki potensi menjadi pemimpin-pemimpin masa depan jika mereka mempunyai kemauan un-tuk melakukan perubahan. “Untuk menjadi pemimpin yang tangguh,

Pembukaan LKMMTD BEM FAIPemimpin Hebat

Perlu Banyak Pertandinganmaka harus sering berlatih. Anda ha-rus sering bertanding agar menjadi pendekar yang tangguh dan menjadi pemimpin besar suatu hari nanti,” pesannya.

Ia menuturkan pula beberapa poin penting tentang kepemimpinan. Pendistribusian tugas dan keper-cayaan pemimpin terhadap bawah-annya adalah dua faktor penting dalam sebuah organisasi. Ia juga me-negaskan pentingnya rasa tanggung jawab. “Pemimpin harus menanggung baik buruknya sebuah organisasi. Na mun, meski demikian, baik bu-ruknya kinerja organisasi bukan hanya di tangan ketua, namun hasil kerjasama,” tuturnya. mg_phi

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fa k ultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM selenggarakan Debat Nasional bertajuk “Berkarya Nyata untuk Bangsa”. Acara yang berlangsung selama tiga hari (28-30/3) itu diikuti 12 kelompok dari berbagai universitas di Indonesia.

Berlangsung di Aula Lantai I Masjid A.R. Fachruddin (28/3), acara dibuka oleh Pembantu Dekan (PD) III FISIP, Abdullah Masmuh. Dalam sambutannya, Mas muh menyam paikan empat kata kunci yang wajib dimiliki mahasiswa yaitu baca, pahami, sampaikan dan kerjakan. “Jika tidak melakukan empat hal itu, bisa jadi hanya menjadi mahasiswa yang no action,” ungkapnya.

Kompetisi tersebut meng gunakan sistem Parlementer Asia. “Dalam sistem ini kedua kelompok yang sedang berdebat menyebut ke lom pok mereka dengan sebutan de wan,” jelas Gandabhaskara selaku ketua tim juri

Debat Nasional FISIPKompe si Nasional, Karya Nyata

untuk Bangsa(adjudicator). Enam orang bertindak sebagai juri, tiga di antaranya berasal dari UMM dan tiga lainnya dari Universitas Negeri Malang (UM).

Babak penyisihan lomba me nyi -sa kan dua kelompok yang berhak melenggang ke babak final. Kedua nya adalah perwakilan dari Universitas Padjajaran (Unpad) yang berang-gotakan Rizki Maulana Rahman, Abraham dan Siska melawan Tim A UMM yang beranggotakan Angga Okta, Rifan Ismail, dan Wildan.

Final dan penutupan dilaksanakan di Ruang Teater Dome (30/3). Mendebatkan topik “Pemuda Bukan sebagai Komoditas Bangsa”, Tim UMM bertindak sebagai kelompok proposisi dan Tim UNPAD di ke-lom pok oposisi. Sesi ber akhir dengan kemenangan Tim Unpad sebagai Juara I, Tim UMM sebagai run ner up serta Siska, anggota Tim Unpad, sebagai best speaker. mg_ynm

Dengan tujuan besar memperta-han kan prestasi UMM sebagai Pergu-ruan Tinggi Swasta (PTS) penghasil proposal Program Kreativitas Maha-siswa (PKM) terbanyak, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Mana-jemen gelar Workshop PKM 2010 (3/4). Bertempat di Auditorium 4 Ge dung Kuliah Bersama (GKB) II, 53 mahasiswa Jurusan Manajemen dibekali tata cara penulisan proposal dan penggalian ide kreatif.

Husamah, salah satu ahli penulisan PKM Kampus Putih, membagi kisi-kisi seputar penggalian ide kreatif da-lam menulis. Menurutnya, motivasi dalam penggalian ide PKM sangatlah penting. Dengan adanya ide yang baik

Workshop Sebagai S mulan Krea vitas Mahasiswadan motivasi yang tinggi, akan lebih mudah menulis PKM dan meraih sukses.

Sedangkan Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi (FE), Warsono mencoba membuka wawasan maha-siswa seputar pengetahuan dasar PKM. Tata cara dan format PKM dikupas tuntas oleh Warsono sehingga memudahkan langkah mahasiswa dalam menyusun proposal.

Dalam workshop yang berlang sung hingga tengah hari itu dilakukan juga pembentukan kelompok PKM secara langsung. Pembentukan ke lo m pok bertujuan agar materi yang didapat peserta bisa segera ditin daklanjuti dengan langkah nyata. Pe ser ta tampak

antusias. Hal itu ditunjukkan dengan segera menggali ide serta menyusun draf proposal bersama kelompok yang terbentuk.

“Bapak Dekan meminta laporan daf tar kelompok PKM, sehingga ke dep an bisa dikontrol dan hasilnya riil,” ujar Octandika Firmandi At ma ja, ketua pelaksana workshop. Harapannya, workshop dan follow-up yang berkelanjutan akan memacu mahasiswa untuk berpartisipasi dalam PKM akhir semester ini. “Dengan adanya acara ini diharapkan banyak minat dari mahasiswa, sehingga da pat mempertahankan prestasi UMM tentunya,” pungkasnya. mg_osa

Tanam Seribu Pohon di Tempat Wisata

Seminar “Brain Computer Interface”

Permudah Komunikasi Penderita TunadaksaFakultas Teknik semakin menu-

njukkan perhatiannya terhadap tek-nologi terbaru. Terbukti, Badan Ekse-kutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) kembali menyelenggarakan Seminar Nasional “Brain Computer Interface (BCI) Solusi Berkomunikasi dengan Penderita Lumpuh Total” dan Workshop Nasional “Microsoft Technology Update” (10/4).

Bertempat di Ruang Teater Dome, kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 300 peserta dan menghadirkan pakar teknologi dan psikologi nasional, di antaranya Mochammad Hariadi dan Amelia Pramono.

BCI merupakan teknologi baru yang mengubah gelombang otak men-jadi sinyal radio, sehingga dengan menggunakan BCI, penderita lumpuh

total sekalipun mampu menulis di kom puter tanpa menggunakan keyboard. Alat tersebut tercipta me lalui EEG (Electro EncephaloGram) Signal yang sifatnya menangkap sinyal dari otak.

Ia mencontohkan implementasi BCI dalam pengendalian komputer dengan sinyal otak pada orang cacat, se hingga mampu berkomunikasi deng-an orang normal. “Tidak diragu kan lagi, BCI mampu menjadi alternatif user interface bagi tunadaksa,” ujar pakar kecerdasan buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu antusias.

Sementara Amelia Pramono, pakar Psikologi Kecerdasan, meng-ung kap kan rahasia kecerdasan dan kreativitas manusia. “Sebenarnya, ti-

dak ada anak cacat atau tidak mam-pu. Yang ada adalah anak yang bel-um dioptimalkan,” terang Direktur Children Leadership Education pada seluruh peserta seminar.

Di akhir pembahasannya, Hariadi menegaskan bahwa alat yang belum berkembang di Indonesia tersebut sebenarnya tidak sulit diciptakan karena alat-alat pendukung dalam pembuatannya sudah tersedia.

Selanjutnya, pada Workshop “Micro soft Teknologi Update”, pe-serta dibuat kagum oleh aksi Tim Advanced Micro Devices (AMD) dan demo teknologi robot dari Microsoft Robotics Studio. Sesi tersebut meru-pakan tindak lanjut seminar sekaligus pemantapan kemajuan teknologi yang harus dipahami peserta. mg_osa/Ihe

Sebagai bentuk kepedulian ter-hadap lingkungan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum (FH) Kampus Putih menurunkan 156 mahasiswa FH UMM dan perwakilan OSIS SMA se-Malang Raya untuk menanam seribu pohon di Coban Rais, Batu (14/2).

Ketua Badan Eksekutif Mahasis-wa (BEM) FH, Jefri Hari Akbar, mengungkapkan, kegiatan tersebut adalah sebagai bentuk sindiran ke pa da pemerintah Indonesia yang menurutnya kurang peduli ter hadap ling kungan. “Karena kenyataannya, belum ada tindakan

nyata untuk mena ngani merosotnya suplai air di Batu,” tandas mahasiswa semester 6 itu.

Selain itu, kegiatan tersebut meru-pakan tindak lanjut kegiatan Forum Penyelamat Lingkungan FH di Universitas Indonesia (UI) Oktober lalu. Salah satu program mereka adalah mendorong mahasiswa dan pelajar untuk tidak melupakan ling-kungan.

Lebih lanjut, Jefri mengatakan, Taman Wisata Coban Rais merupakan tempat pendukung suplai air terbesar di Batu. Jika tidak segera dilakukan reboisasi, maka ke depan suplai air

akan habis. “Keadaan air akhir-akhir ini sudah memprihatinkan. Kalau semakin dicuekin, bagaimana nasib masyarakat nantinya?” ujarnya prihatin.

Selain penanaman seribu po-hon, di lakukan pula penyuluhan ling kungan dari perwakilam tim Greenpeace Indonesia dari Jakarta kepada masyarakat setempat. Dalam penyu luhan itu, masyarakat diberi pe nger tian mengenai pentingnya men jaga lingkungan, terutama men -jaga keutuhan pepohonan agar keseimba ng an suplai air tetap terjaga. sya

Seleksi Mawapres UMM 2010

Sesuai dengan Sistem Penilaian Nasional

UMM kembali mengadakan selek-si Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2010 Tingkat Universitas (17/4). Ajang pres tasi yang diikuti 15 peserta itu akan menentukan siapa yang akan mewakili Kampus Putih ke tingkat Kopertis. Kegiatan itu bertempat di Ruang Sidang Lantai I Masjid A.R. Fachruddin.

“Penyeleksian Mawapres guna menentukan siapa yang bakal mewakili UMM ke tingkat Kopertis Wilayah VII Jawa Timur dan nantinya bersaing dengan seluruh universitas swasta se-Jawa Timur,” jelas Kepala Bagian Bidang Penalaran Kemahasiswaan, Agus Santoso.

Ia mengungkapkan, da lam pe-nyeleksian itu hanya akan diten tu-kan peringkat I, II, III, dan IV. “Tapi

peringkat satu yang akan mewakili UMM di tingkat Kopertis,” terangnya.

Kriteria penilaian, kata Agus, te lah disesuaikan dengan sistem peni laian tingkat nasional. “Melihat peng a la man yang pernah diraih oleh UMM, yaitu 15 Besar Tingkat Nasio-nal di tahun 2007 serta Terbaik I Tingkat Kopertis Wilayah VII tahun 2008, maka kali ini UMM optimis untuk meningkatkan prestasinya,” paparnya.

Menambahkan apa yang disam-paikan Agus, Dyah Ayu Shinta, mahasiswa Fak ultas Kedokteran peserta peringkat I, mengaku bahwa untuk mengikuti seleksi Mawapres ini dibutuh kan persiapan baik dari kar ya tulis mau pun dokumentasi pendu-kung. mg_jun

Pernikahan itu ada ilmunya. Pen-dapat itu ditegaskan Klinik Keluar ga Sakinah dalam Perkuliahan Perni-kahan yang diadakan di Ruang ICMI Kampus II UMM (10/4) bertajuk ”Mengembangkan Kebiasa an Hidup Berkeluarga dengan Tuntunan Agama”. Klinik Pim pinan Daerah Aisyiyah (PDA)Kota Malang itu menegaskan pernikah an harus didasari penge-tahuan yang cukup tentangnya.

Beberapa materi yang diusung adalah Undang-undang Pernikahan, pengenalan karakter pasangan, peran-peran dan penyesuaian diri dalam keluarga, keterampilan mengelola emosi dan masalah kelu arga, serta masalah perawatan dan penting nya

Belajar Dulu, Baru Menikahmenjaga kecantikan, baik sebagai istri ataupun calon istri nanti nya.

”Peserta nantinya akan kami beri pelatihan bagaimana membina ru-mah tangga sesuai dengan jenis ka-rakternya,” ungkap Ketua PDA Kota Malang, Rukmini.

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang, Achmad Taufik Ku suma, saat membuka per kuliahan yang akan berlangsung se lama dua bulan (10/4–5/6) itu mengatakan, pernikahan adalah aktivitas yang melibatkan sese orang dengan Sang Pencipta. "Pernikahan ada lah perjanjian yang sangat besar. Mur ka pernikahan adalah murka Allah,” paparnya usai meng utip Surat Annisa ayat 27 dan 154. sya

Bertempat di Ruang Sidang FISIP UMM, lima mahasiswa Australian Consor tium For In-Country Indo nesian Studies (ACICIS) melakukan “Work in Progress Seminar: 30th Group of ACICIS Student” (14/4).

Thomas Edward Flemons menga-wali seminar dengan presentasi pene-litian nya terhadap novel Durga/Umayi. Ia menilai, bahasa yang dipa-kai dalam novel tersebut cukup sulit dicerna. “Ada 4000 kata dalam Bahasa Indonesia yang sulit diterjemahkan,” papar pria asal London tersebut.

Berbeda dengan Tom, sapaan akrab Thomas, Benita Kali Chudleigh meneliti kurikulum pondok pesantren di Jawa Timur. “Jumlah pondok pesantren tradisional mulai menurun. Namun, saya ingin mengetahui alasan orang tua menye kolahkan anaknya di pondok jenis ini,” jelasnya.

Sementara itu, Lisa Clare Map son, yang meneliti “Malingsia” de ngan studi kasus ‘pencurian’ Reog Po no-rogo. Ia mencoba meng ungkap per-sepsi masyarakat ter hadap pencurian yang dilakukan Ma lay sia. “Orang Po norogo mencintai Reog. Saya i ngin tahu apa peranan Reog dalam ke-hidupan mereka,” jelas nya.

Pesantren Tarik Minat Mahasiswa Asing

Ia menemukan, Reog diajarkan se jak kecil dan menjadi jati diri orang Ponorogo. Namun, tak sedikit orang desa yang tidak tahu dan acuh terhadap kasus penjiplakan tersebut.

Selanjutnya, dalam presentasi keempat, Madi son Nicole mema-parkan pe nelitian nya tentang pem-bangunan per tanian di Indonesia yang menga dopsi SRI (System of Rice Intensification) me lalui peran Sampoer-na.“Keun tungan SRI ini sangat besar. Kalau biasanya petani mendapatkan

beras 5 ton per hektar, sekarang bisa 8 ton,” jelasnya.

Terakhir, Brooke Gabriel Nolan yang meneliti kehidupan nelayan di Pulau Rote. Ia menemukan bahwa ma salah batas perairan Indonesia dengan Australia sering berakibat penangkapan nelayan. “Di daerah Tan jung Pasir, sebagian besar (ne-layan, red.) telah tiga kali ditangkap. Saya ingin mengkaji bagaimana kehi-dupan istri dan anak nelayan saat ditinggalkan,” ujarnya. mg_abi

Hasil Penelitian: Salah satu mahasiswa Acicis sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan dosen pembimbing.

umam/Bestariumam/Bestari

Page 12: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI LAPORAN UTAMALAPORAN UTAMANo. 261/TH.XXIII/APRIL/201012

Pemerintah telah membangun ke-se pakatan internasional dengan Cina terkait area perdagangan bebas antara Cina dan negara-negara ASEAN, atau yang sering disebut dengan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Kesepakatan tersebut ditandatangani pemerintah di Bandar Seri Begawan, Brunei, pada tanggal 6 November tahun 2001 silam.

Melalui perjanjian tersebut, In do -ne sia bersama negara ASEAN lain nya mempersiapkan diri ghadapi pasar bebas kawasan ASEAN-Ci na. dari 10 anggota ASEAN, khusus negara ASEAN-6 (Indonesia, Singapura, Thailand, Ma laysia, Filipina, dan Brunai) bahkan sudah mulai menerapkan bea masuk 0% per Januari 2004 untuk beberapa produk berkategori Early Harvest Package.

Namun, benarkah Indo-nesia sebenarnya belum siap dengan keadaaan itu? Bukan-kah kala itu Indonesia setuju perjanian tersebut dengan tiga alasan? Pertama, penurunan dan peng hapusan tarif serta hambatan non tarif di Cina membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perdagangan ke ne-gara yang penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekono-mi tertinggi di dunia tersebut. Kedua, pen ciptaan rezim investasi yang kom-petitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari Cina. Ketiga, pe-ningkatan kerja sama ekonomi dalam ling kup yang lebih luas membantu In donesia melakukan peningkatan capa city building, technology transfer,dan managerial capability.

Tuntutan ModernisasiDalam konteks gobalisasi, tema

perdagangan bebas dinilai wajar oleh Drs. Sulismadi, M.Si. Pembantu De-kan II Fisip sekaligus dosen mata kuliah Sosiologi Industri Terapan ter se but menjelaskan fenomena per-dagagan bebas menjadi tuntutan se mua negara saat ini. “Sekarang, orang tidak melihat lagi pembedaan antara masyarakat tradisional atau bukan. Semua dipandang siap menuju globalisasi,” terang pria ramah tersebut.

Pria yang akrab disapa Sulis ter-sebut menambahkan, dalam pasar bebas posisi Indonesia sebagai kon-su men. Misalnya dalam bidang tek-no logi industri seperti handphone. “Sej ak sepuluh tahun lalu sebenarnya Indonesia sudah diperingatkan dengan ekspansi produk-produk dalam sarana bidang komunikasi,” tambahnya.

Namun begitu, Sulis menjelaskan mata rantai antara konsumen dan pro-dusen bukanlah hal yang tidak bisa berubah. Dengan proses globalisasi, justru tiap-tiap produk asli akan mem-punyai nilai berbeda. Nilai ter sebut hanya perlu dikemas dengan kualitas dan sumber daya manusia.

Diakui Sulis, kerjasama se mua lapisan masyarakat turut menen tukan keberhasilan proses ter sebut, di an-taranya menanamkan keyakinan dan membuat masyarakat senang dengan produk Indonesia. Fenomena yang diamatinya, selama ini masyarakat lebih percaya dan memfavoritkan produk luar.

Sehubungan dengan proses glo-bali sasi dan kurangnya kesadaran masyarakat, Sulis memisalkan pada peng gunaan produk anak negeri yang

Menangkis Taring Macan AsiaMenangkis Taring Macan AsiaMenyoro Fenomena ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)

Ekspansi ekonomi Cina ditandai dengan keputusan bergabung menjadi anggota World Trade Organization (WTO). Perlahan, posisi Cina semakin kuat bahkan mulai menggeser produk elektronik, garmen, dan mesin-mesin negara lain. Sementara itu, Macan Asia itu kini taring ekonominya semakin menancap kuat di kawasan ASEAN dengan disahkannya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) sepuluh tahun silam

yang mulai berlaku sejak Januari 2010.

kurang diapresiasi. Contohnya, karya atau hasil eksperimen mahasiswa yang selama ini hanya pada siklus teori dan praktek, seharusnya d a p a t

diterapkan.

M e n u r u t n y a , perdagangan bebas sebagai bentuk hegemoni globalisasi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya wacana yang berkembang dalam masyarakat terhadap dampak buruk ekspansi asing muncul dari kalangan industri kelas menengah ke bawah. Padahal, pasar industri tersebut masih dalam taraf lokal yang belum sampai memenuhi permintaan negara lain.

Sulis menambahkan, masyarakat yang terkena dampak perdagangan bebas misalnya sektor ekspor-impor seperti pengusaha pertambangan atau penyedia bahan mentah. “Contohnya Freeport. Dapat dibayangkan siapa yang lebih dirugikan dan diuntungkan. Kita menjual bahan baku, diolah luar negeri, dan diimpor kembali dengan harga berkali lipat,” ungkapnya.

Lahirkan Sistem Out SourcingDampak lain dari pemberlakuan

ACFTA adalah sektor ketenagakerja-an. Sistem out sourcing yang distandar-kan perusahaan asing mulai menjadi perhatian di perusahaan atau lemba-ga-lembaga bertaraf nasional dan in-ternasional. Menurut Sulis, industri kemasyarakatan ini menuntut keah-lian sumber daya manusia.

Pengelolaan sistem out sourcing tampak pada fenomena seperti ter-bentuknya institusi, lembaga, atau CV yang menyediakan tenaga kerja ahli dan terlatih. Karena menjadi tang-gung jawab institusi yang menyedia-kan tenaga kerja maka kontrol, gaji, dan pelatihan ditentukan pula oleh institusi tersebut. Sementara itu, peru-sahaan hanya menentukan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dan eva-luasi terhadap tenaga kerja melalui in-stitusi tadi.

Di Indonesia, sistem out sourcing belum membudaya. Oleh karena itu, hal-hal seperti pembinaan, pendam-pingan, dan pengembangan perlu di-persiapkan. Kunci keberhasilan insti-tusi penyedia sekaligus tenaga kerja itu sendiri adalah konsistensi. “Harus

k o n -sisten dan konsekuen ka-rena sistem ini menuntut kompetensi untuk terus bersaing,” tegasnya.

Kelebihan sistem out sourcing dije-laskan Sulis, misalnya pada kejelasan tenaga kerja yang dalam hal ini di-sebut produk. Perusahaan masa kini berjalan secara sistematis. Dengan ke-jelasan input maka output juga mudah diperhitungkan, sehingga dapat men-capai tujuan perusahaan dengan opti-mal. Input tersebut dalam hal ini tentu saja SDM atau tenaga kerja. Bagi pekerja sendiri, manfaat out sourcing adalah adanya jaminan gaji, asuransi, atau pembagian kerja yang jelas.

Sedangkan kekurangannya misal-nya pekerja hanya akan bekerja dalam ketentuan kontrak administratif, tidak serta merta menjadi pegawai tetap. Jika sewaktu-waktu pekerja dirasa kurang kompetitif, maka perusahaan bisa menghentikan orang tersebut pada instansi penyedia tenaga kerja.

Sulis berharap, masyarakat In-donesia menghapuskan mental dan mindset budaya buruh. Pasar bebas tersebut dapat disikapi positif dengan meningkatkan kualitas, mengangkat nilai diferensial produk dalam negeri, dan yakin terhadap kesamaan ke-mampuan tenaga kerja.

ACFTA dalam Perspektif EkonomiRentang waktu antara pengesahan

dan pemberlakuan ACFTA sebenarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan keadaan sosial dan ekonomi masing-masing negara. Mengomentari hal ini, Sudarti selaku dosen fakultas Eko nomi mengungkapkan kesiapan ter sebut perlu ditinjau hingga ranah pedagang sekalipun. “Bukan hanya produsen, tapi pedagang apakah telah siap dengan serbuan barang asing yang lebih murah,” ujarnya.

Sudarti sepakat tentang penting-nya mengangkat keunggulan kompa-

ratif produk. Menurutnya, efisiensi harus ditinjau dalam proses produksi

namun tetap berusaha menghasilkan produk

yang kompetitif. Kedua as-

pek yaitu

k e u n g g u l a n komparatif dan

kom petitif tersebut akan menye lamatkan kelangsungan

siklus kegia tan ekonomi.Kedua aspek tersebut, ditambah-

kan Sudarti, bisa diusahakan secara makro dan mikro. Wanita berjilbab ter sebut mencontohkan tataran mikro bisa diusahakan perusahaan bagai-mana memroduksi dengan mem-butuhkan modal sedikit namun mem peroleh keuntungan sebanyak-banyak nya. Sedangkan secara makro, pemeri ntah dapat membuat kebijakan dan dorongan-dorongan.

Mencermati posisi Indonesia sebagai konsumen, senada dengan Sulis, Sudarti mengungkapkan itu ka-rena selama ini Indonesia mempro-duksi barang primer. Dengan kata lain, barang mentah seperti hasil pertanian atau pertambangan. Produk primer tersebut hanya bisa dijual dengan harga rendah karena masih memerlukan pengolahan di luar negeri. Ketika barang tersebut diimpor kembali, maka bentuk dan harganya akan berbeda jauh. Fenomena ini menyebabkan keuntungan Indonesia lebih kecil dibanding negara pengolah.

Sudarti menjelaskan, selain pro-duk berkualitas, berdaya saing, dan unggul secara komparatif, produsen harus fokus pada skala prioritas. “Kita harus tahu produk apa yang sedang digemari dan terus membaca peluang pasar,” pungkasnya berpesan.

ACFTA dalam Perspektif HukumSementara itu, menurut Cekly

Setya Pratiwi, dalam prespektif hu-kum, ACFTA sejatinya menjadi kunci untuk Indonesia ke depan. Menurut Pembantu Dekan III Fakultas Hu-kum UMM itu sudah terlambat un-tuk mengatakan Indonesia tidak siap. “Tinggal bagaimana Indonesia me-man faatkan peluang itu,” jelasnya.

Wanita yang merampungkan ku-liah nya di Belanda itu menjelaskan, pada prinsipnya ACFTA menganut prinsip undang-undang internasional, yaitu kebebasan berkontrak. Dalam

hal ini Cina bebas berkontrak dengan siapapun, termasuk dengan ASEAN yang Indonesia menjadi bagian di dalamnya.

Namun begitu, menurutnya Indo-nesia juga mempunyai kedaulatan untuk mengambil keputusan terhadap perjanjian tersebut. “Jika Indonesia menerima, maka harus siap dengan segala konsekuensinya. Jika merasa tidak siap, ya diperbolehkan untuk menolak. Tentunya juga dengan sega-la konsekuensinya,” terangnya.

Menurutnya, perjanjian tersebut mempunyai dampak multilateral. Ar ti nya, seluruh aspek akan ter-kena im bas nya. “Tidak hanya perdagangan saja yang kena, te-tapi masyarakat juga. Bayangkan saja kalau produk Ci na dengan harga murah membanjiri Indo-nesia; masyarakat jadi konsumtif, mematikan UKM, dan akhirnya banyak terjadi pengangguran. Itu juga harus dipikirkan,” terangnya dengan semangat.

Perjanjian tersebut juga mem-punyai dampak yuridis yang bersifat

me ngi kat. Artinya, kedua belah pi-hak harus menuruti segala isi perjan-jian dan mematuhinya. Maka, segala perundang-undangan harus menyesu-aikan perjanjian. Jika belum ada ke-tentuan tentang isi perjanjian maka harus dibuat, dan jika sudah ada dan tidak relevan, maka undang-undang tersebut harus direvisi atau bahkan dicabut.

Karena alasan di atas, dosen mata kuliah Hukum Internasional itu me-nyarankan mengatur stategi untuk menghadapi ACFTA. Menurutnya, In do nesia masih mempunyai kekua-tan hukum untuk melindungi gem-puran produk Cina. Pertama, dengan memperketat Standar Nasional In-donesia (SNI). Dengan begitu tidak sembarangan produk Cina bisa ma-suk Indonesia. Kedua, mengerahkan (Komisi Pengamanan Perdagangan Indonesia) KPPI untuk mengantisipa-si persaingan pasar yang tidak sehat. Terakhir, dengan terus memotivasi pe-mahaman masyarakat mengenai kua-litas barang.

Berbeda dengan Cekly, M. Isrok.C.N lebih menekankan pada kepas tian hukum dan efisiensi hu-kum di Indonesia. Menurutnya, keti-dakpastian hukum di Indonesia juga bisa menjadi faktor tidak menentunya eko nomi Indonesia akibat ACFTA. “Investor dan para pengusaha pemula dibuat gerah dengan keadaan hukum di sini,” paparnya.

Ia menjelaskan di Cina sudah meng gunakan Economic Analysis of Law in China. Artinya, hukum ti-dak bersifat mempidanakan, tapi merangsang masyarakat untuk me-respon secara ekonomi. “Di Cina, rakyat yang ketahuan berdagang, di-tangkap untuk dibina dan diberi mo-dal. Sedangkan di Indonesia, rakyat kecil untuk izin mendirikan usaha saja ribet peraturannya,” jelasnya mendeskipsikan.

Isrok juga menyarankan kepada pemerintah untuk memproduksi hu-kum yang pasti dan efektif. Tidak hanya itu, semua kebijakan hukum, sebaiknya bisa mendorong masy-arakat untuk merespon secara eko-nomis. “Seperti Cina, listrik yang digunakan untuk rumah tangga le-bih mahal dari pada listrik yang di-gunakan untuk pabrik. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk lebih produktif,” tegas bapak tiga anak itu mengakhiri. Lia/mg_rey/ros

n Cina antara

N, atau SEAN-FTA). angani gawan, vember

In do -ain nyaasar ari

us ,

a an atan luangkatkan ke ne-ar dan ekono-Kedua, g kom-eluang

k lebih ga, pe-dalam

atau hasil eksperimen mahasiswayang selama ini hanyapada siklus teori dan praktek, seharusnya d a p a t

diterapkan.

M e n u r u t n y a , perdagangan bebas sebagai bentuk hegemoni globalisasi tidak k o n -

harus ditinjau dalam proses produksi namun tetap berusaha

menghasilkan produk yang kompetitif.

Kedua as-pek yaitu

k e u n g g u l a n komparatif dan

kom petitif tersebut akan menye lamatkan kelangsungan

siklus kegia tan ekonomi.

siapyangdala

Nnesiuntuperjmensegatidakmenla ko

meAkp

jd

pume

hak jian peruaikatentuharutidaktersedica

Kkulianyar

Page 13: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010BESTARILAPORAN UTAMALAPORAN UTAMA 13

Selama ini ada anggapan, produk luar pasti lebih bagus dari produk lokal. Mengomentari hal ini, Annisa Kesy Garside kurang sepakat. Kepala Jurusan Teknik Industri UMM itu berpendapat, meskipun harga produk Indonesia lebih mahal, tapi banyak produk yang kualitasnya lebih handal. “Misalnya baju Indonesia. Kemarin saya beli buat anak saya produk dari luar, tapi jahitannya ternyata tidak se-kuat barang lokal,” ujar wanita peny-uka warna hijau tersebut.

Menurutnya, persoalan lebih ke-pada banyak industri Indonesia yang belum mampu bersaing dalam kancah ACFTA. Jika hal ini terus terjadi akan memicu penutupan pabrik-pabrik hing ga pemutusan hubungan kerja. Se lain itu, beberapa industri yang se harusnya menjadi mature industry (industri yang dewasa dan kuat) justru bergerak ke arah desentralisasi dan turut memperparah ketakseimbangan tersebut.

Wanita yang mempunyai tiga pu-tra itu menganalisa faktor infrastruk-tur Cina yang lebih siap mem-buat produksi jauh lebih optimal. Misalnya saja tersedianya akses jalan, pelabuhan, dan listrik yang memadai sehingga kecepatan perpindahan ba-rang dan jasa juga tinggi.

“Tahun 1978 total panjang jalan Cina hanya 89.200 km. Tahun 2002 sudah meningkat 170.000 km. Belum lagi jumlah pelabuhan Cina saat ini 3.800 pelabuhan angkut, 300 dianta-ranya mampu menerima kapal berka-pasitas 10.000 MT. Belum listriknya yang sejak 2001 mampu menyedia-kan beban 14,7 triliun kwh dan men-jadi salah satu PLTA terbesar di dunia 2009” jelasnya.

Selain infrastruktur, kondisi in-dus tri Ci na digambarkan Annisa men dukung perkembangan ekonomi. Cina mampu menguasai teknologi kimia dasar sehingga setiap waktu mampu memasok bahan baku ma-nu faktur dengan harga murah tan-pa impor. Selain itu, upah buruh murah, pinjaman bank mudah, dan

Barang Murah, Kualitas “Entahlah”Barang Murah, Kualitas “Entahlah”

penggunaan mesin modern bahkan pada industri kecil dan menengah.

Kesiapan Cina bukan hal yang ins tan. Misalnya, Cina telah me-nyiap kan SDM keluar negeri untuk belajar sejak 1990. “Ada yang ke Har-vard, Stanford, atau MIT. Di Har-vard, ribuan mahasiswa Cina be lajar sistem ekonomi terbuka. Dan me-reka kembali ke asal untuk mengem-bangkan ekonomi Cina,” tegasnya.

Selain itu, Cina memperkuat du-nia penelitian dan riset di universitas-universitas sejak 1986 untuk dikomer-silkan. Hasil riset tersebut berekspansi dalam skala besar, sekaligus berperan sebagai basis pengembangan teknologi industri kecil dan menengah.

Dipaparkan Annisa, usaha kecil dan menengah menjadi perhatian Cina sejak dahulu. Terbukti dengan The Spark Plan, program yang setiap tahun memberi pelatihan 200.000

pemuda desa. “Setelah pelatihan, akan ada riset di tingkat provinsi dan pusat agar lahir teknologi baru yang bisa diterapkan di tingkat desa. Ke-mudian diakhiri dengan program-pro-gram pilot project,” jelasnya.

Menurut wanita yang mengajar mata kuliah Perencaan dan Pengen-dalian Produksi tersebut, pemerintah perlu memaksimalkan peran akade-misi. Penelitian akademisi selama ini digambarkan Annisa kurang membumi hingga ranah industri kecil dan menengah. Padahal, kendala dunia usaha adalah teknologi dan metode yang tidak efisien dibanding luar negeri. Tentu saja pada titik tersebut akademisi dapat menjadi jembatan antara teknologi modern dan pelaku usaha kecil-menengah.

Perlu Tingkatkan TeknologiSementara itu, dari pandangan

pengusaha, perjanjian ACFTA memiliki dampak positif dan negatif. Seperti yang diungkapkan oleh Samuel Molindo selaku Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Malang, jika dilihat secara menyeluruh, perjanjian ACFTA berdampak negatif bagi para pengusaha kecil atau Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kalah saing dengan produk-produk dari Cina.

Menurut Sammy biasa dipanggil, industri kecil yang mendapatkan dampak besar dari perdagangan bebas Cina ke Indonesia di antaranya adalah industri garmen dan sepatu. Industri-industri kecil tersebut tidak mampu menandingi banyaknya produk Cina yang masuk ke Malang.

Walaupun demikian, senada de-ngan Annisa, Sammy melihat produk-produk lokal tidak kalah kualitasnya. Ia mencontohkan, produk-produk

pakaian impor bermerek yang sedang diskon besar-besaran di beberapa mall Kota Malang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan kualitas produk lokal.

“Jangan salah, produk-produk Planet Surf yang lagi sale besar-besaran itu merupakan produk dari Malaysia dan Cina. Kalau dibandingkan dengan produk Indonesia seperti Gabrielle dan Emba, saya jamin milik kita masih lebih bagus. Hanya saja di kalangan muda atau mahasiswa nasionalismenya kan kurang jadi lebih suka barang-barang impor,” jelas bapak dua anak tersebut.

Namun, Sammy mengungkapkan, UKM garmen maupun sepatu di Kota Malang mau tidak mau harus membeli mesin yang lebih baik untuk menghadapi persaingan produk Cina. “Itu mengingat teknologi yang digunakan oleh Cina sudah tinggi. Jadi jika ingin tetap bertahan, maka harus meningkatkan teknologinya menjadi lebih baik,” jelas pria yang menjabat sebagai Manager HRD Pabrik Rokok Cakra Kabupaten Malang tersebut.

Sementara itu, untuk dampak positifnya, Sammy menjelaskan dengan diberlakukannya ACFTA di Indonesia juga memberikan banyak dampak positif bagi pelaku usaha maupun karyawan. Bagi karyawan, dengan semakin banyaknya kasus PHK yang dialami membuat mereka lebih kreatif dalam wirausaha. Sementara bagi pengusaha lebih kreatif dalam mengembangkan usahanya, misalnya saja dengan membuat inovasi-inovasi dalam produknya. Selain itu, mereka akan lebih selektif dalam menerima karyawan yang lebih terampil baik dari bagian personalia maupun yang lainnya.

”Dengan adanya barang-barang Cina yang masuk ke Indonesia, seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha maupun karyawan untuk mempelajari barang produk Cina tersebut. Setelah itu, pengusaha bisa membuat produk yang lebih berkualitas lagi,” harapnya mengakhiri. mg_rey/ros

Dampak ACFTA tidak hanya di-rasakan oleh para produsen barang-barang saja, melainkan juga meram-bah ke berbagai sektor di antaranya pertanian. Salah satunya pengusaha jeruk segar Kota Batu misalnya. In-dah Setyawaty yang merupakan pemilik usaha jeruk segar di Kota Batu mengaku, semenjak jeruk-jeruk dari Cina masuk dengan bebas di Indonesia, ia tidak bisa lagi menjual jeruknya dengan harga yang lebih tinggi. “Untuk sekarang ini sudah agak sulit untuk menaikkan harga jeruk lagi,” ujarnya.

Menurut Indah biasa dipanggil, sebelumnya ia bisa menjual jeruknya dengan harga termahal di Rp. 12.000 rupiah untuk grosir. Namun, pada saat ini ia hanya bisa menjual deng-an harga termahal Rp. 6.500 rupiah. Hal tersebut dilakukannya karena harga jeruk impor dari Cina mema-tok harga di kisaran 12 ribu rupiah sehingga sulit untuk menaikkan har-ga di atas 12 ribu.

Menurut Indah yang memiliki lahan kebun jeruk sekitar 35 hektar di daerah Boro Karangploso, harga jeruk setiap bulannya selalu beru-bah-ubah. Pada awal tahun harga jeruk sering mengalami penurunan dengan harga terendah hingga Rp. 4.500. Itu karena di pasaran persedi-aan jeruk masih banyak. Tetapi jika persediaan jeruk di pasaran sedikit,

Berimbas Pula ke Sektor LainBerimbas Pula ke Sektor Lainmaka harga jeruk bisa mencapai harga tertinggi yaitu Rp. 6.500 rupiah untuk saat ini. “Harga jeruk sesuai perse-diaan di pasar, kalau di pasar perse-diaan sedikit maka harga jeruk bisa tinggi namun jika sebaliknya maka harga jeruk akan rendah,” ungkapnya.

Wa l a u p u n demikian, ia ti-dak me rasa ta kut dengan an caman produk-produk jeruk dari Cina yang masuk di pasaran Indo-nesia, karena ia yakin bah wa jeruk produk lokal teru-tama jeruk Java miliknya masih di butuhkan untuk dikonsumsi oleh balita-balita di In donesia. Selain itu, ia juga memi-liki strategi khu-sus menghadapi serangan jeruk-j e r u k i m p o r yang masuk ke Indonesia tersebut dengan memperluas pasar di setiap kotanya. “Kalau biasanya pengiriman satu ton jeruk untuk satu orang, maka kami akan perluas dengan mengirimkan satu ton jeruk kepada tiga orang di tiap daerah. Dengan begitu pelanggan

kami akan bertambah banyak” jelas wanita asal Blitar tersebut.

Mengenai kualitas jeruk dari Cina, Indah mengakui bahwa kua-litasnya memang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk lokal. Se-

nada dengan Indah, Tatik salah satu konsumen jeruk dari Cina mengata-kan jeruk dari Cina kualitasnya lebih bagus meskipun harganya relatif lebih mahal dari jeruk lokal. “Rasanya lebih manis. Kalau jeruk lokal kadang ada yang masam. Jadi, meskipun lebih mahal saya lebih suka membeli jeruk

impor. Kemasannya juga bagus, kare-na setiap biji dibungkus dengan plas-tik,” ungkapnya sambil memilih jeruk di salah satu kios buah Kota Batu.

Saat ini pun Indah juga berang-gapan bahwa jeruk lokal masih belum

mampu mengua-sai pasar karena jeruk impor selalu masuk dan men-guasai pasar di In-donesia. Namun ia optimis bahwa jeruknya masih tetap bertahan di masyarakat karena sejauh ini pen-jualan jeruknya ke Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Bali masih tetap lancar. “Masuknya Jeruk Cina di pasaran masih belum terla-lu ngefek terhadap penjualan jeruk kami,” tutur wa-nita berkacamata

tersebut.Sementara itu, ia juga berharap

kepada para petani jeruk yang lainnya supaya bersatu untuk mencari peluang agar penjualan jeruk lokal tidak kalah dengan jeruk dari Cina. Bahkan ia menuturkan keinginannya pada sua-tu saat nanti jeruk produk lokal bisa

mengalahkan kualitas jeruk produk Cina.

Lain produsen, lain pula peda-gang. Tak seperti produsen yang merasa sekali adanya imbas ACF-TA, pedagang mainan justru merasa diuntungkan. Menurut Yuli, salah satu pedagang mainan anak-anak di Kota Malang, barang-barang Cina memang murah dan modelnya pun bervariasi. Oleh karena itu, banyak konsumen yang justru lebih memilih produk Cina ketimbang Indonesia.

Hal senada juga diungkapkan Syahrul Latif, salah satu pengusaha dan produsen mebel kalangan men-engah di Kota Malang. Menurutnya, sebagai pengusaha, meskipun ACF-TA sudah diberlakukan sejak awal tahun lalu, tetapi produksi mebelnya tidak terimbas secara signifikan.

Menurut Ayik biasa dipanggil, sejauh ini produk yang paling sering dipesan adalah mebel dari bahan kayu jati karena selain kuat juga bisa tahan sampai puluhan tahun. Oleh karena itu, ia merasa tidak tersaingi oleh mebel-mebel dari Cina. Ia yakin kualitas mebel miliknya jauh lebih bagus.

Ia juga berharap suatu saat pro-duk lokal bisa diekspor ke luar ne-geri. “Produk Cina saja bisa masuk ke Indonesia, harusnya produk lokal harus bisa diekspor ke luar negeri juga,” ujar Ayik berharap. mg_rey/ros

lh5.ggpht.comlh5.ggpht.com

umam/Bestariumam/Bestari

Produk luar: Produk buatan China banyak dipilih masyarakat karena harganya yang murah. Tampak salah satu pengunjung toko mainan anak-anak yang dibanjiri produk asal China.

Page 14: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

14

akar

Jumlah Responden Populasi Taraf Signifikasi Taraf Kesalahan

300 Mahasiswa 98,69 % 1,31 %

Sampel Area: UMM, Polinema, UM, ABM, UB, Uwika, Uniga, Poltekes, ITN, UNITRI, STIKI, UNIGA, Unmer, UIN, UNISMA

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

grafis:hibgrafis:hib

Menilik Dunia Persepakbolaan Indonesia

Kualitas Meningkat, Spor vitas Menurun?

Dalam kancah persepakbolaan Indonesia saat ini terjadi banyak problematika yang meresahkan pa ra pemain dan suporternya. Tri Wahyudi, mahasiswa jurusan ke-dokteran UMM, menilai bahwa liga persepakbolaan di Indonesia sangat buruk karena salah satu ins-titusi memainkan praktek korupsi. “Mana ada wasit main suap,” tandasnya menggebu-gebu.

Perbaiki Seluruh Elemen PersepakbolaanSenada dengan Tri, Aditya maha-

siswa asal Surabaya juga menyatakan agar PSSI ditingkatkan lagi kua-litasnya. “PSSInya saja gak sehat, apalagi konsep liganya,” tambah penggemar sepakbola tersebut.

Meskipun sebagian pendapat responden menilai konsep liga In-do nesia kurang bagus, akan tetapi ada juga yang menilai konsepnya sangat bagus. 12,29 % suara respon-den tersebut diwakili oleh Stenly

Richard, salah satu mahasiswa di Uni versitas Merdeka Malang. “Pertandinganya semakin seru saja, karena ada tingkatan atau divisi-divisi dalam liga Indonesia,” tutur mahasis-wa jurusan ilmu

komunikasi yang juga peng gemar sepak bola tersebut.

Terkait bentuk sportifitas dalam persepakbolaan, Idham Ahmad se-ba gai perwakilan dari 53,16 % res-ponden menyatakan bahwa bentuk sportifitas adalah menerima keka lahan tim serta berusaha berla pang dada atas kekalahan itu. “Hal demikian agar kita dapat mengetahui cara bermain yang baik itu seperti apa dan selalu berusaha memperbaiki kekurangan tim kita,” ujar mahasiswa jurusan Arsitektur Institut Teknologi Malang (ITN) yang hobi menonton bola tersebut.

Berbeda dengan Idham, Atta, ma ha siswi Fakultas Ilmu Kesehatan UMM yang mewakili 8,31% res-ponden, menjelaskan definisi spor-tifitas adalah fair play. “Antar pemain dan suporter harus bisa mene rima kekalahan. Setidaknya dengan mem-berikan ucapan selamat kepada tim pemenang karena inilah sebuah per-

tan dingan yang sportif,” papar maha-siswi semester empat tersebut.

Sedangkan sejumlah 23,59 % responden menyatakan bahwa bentuk sportifitas adalah dengan sadar untuk selalu melakukan perbaikan diri de mi terukirnya prestasi. Sebut saja Yusuf, mahasiswa asal Kalimantan Ti mur itu berpendapat bahwa bentuk sportifitas dapat diwujudkan dengan terus

Pada dasarnya, olahraga se-pa kbola diselenggarakan ber tu juan membangun jiwa sporti vitas dan menjaga tubuh agar tetap sehat. Namun, paradigma ini mulai ber geser menjadi ajang unjuk kekuatan dan persaingan tidak sehat.

Haris Thofly, Sekretaris Um-um PSSI Malang, menje laskan bah wa sepakbola meru pa kan sis-tem yang ber ke si nam bungan an-tara pemain, pelatih, pembina, wa sit, supporter, penga was per-andingan, lembaga atau orga-

nisasi yang menaungi serta dukungan pemerintah. Beberapa sub-sistem ini harus bekerjasama dan bersinergi guna membentuk sis tem yang baik dan benar. “Jika pemainnya hebat dan bertalenta namun tidak didukung pelatih yang berlisensi tinggi dan tidak berkemampuan sesuai dengan pola kepelatihan yang benar, maka ha silnya pun kurang maksimal,” tegas dosen Fakultas Hukum UMM itu.

Selanjutnya, Haris menjelaskan, dalam sepakbola diperlukan adanya sportivitas. Sportif berarti berperilaku dan berpola pikir berda sarkan aturan. “Kalah menang itu biasa, tapi harus tetap menjunjung sportivitas tanpa rasa dendam dengan lawan main,” tutur pria ramah tersebut.

Untuk mendapatkannya, semua pihak harus mengikuti rule of the game. Namun, faktanya tidak semua pihak mengetahui aturan permainan yang benar. “Perlu sosialisasi guna menghindari kesalahpahaman yang sering menyebabkan keributan,” ungkap pria yang hobi berolahraga itu.

“Tugas media juga bukan hanya menyajikan berita bola yang sensasional, tetapi harus memperhatikan isi berita agar tidak memicu konflik,” tegas pria kelahiran 1967 tersebut.

Membandingkan kondisi sepakbola Indonesia di masa lalu dengan sekarang, pria yang juga menjadi ketua Sekolah Sepak Bola (SSB) se-Malang Raya itu memaparkan adanya peningkatan yang tajam. Hal itu dibuktikan dengan semakin digalakkannya SSB guna membina pemain muda sejak dini. Bahkan, hingga kini sudah terdapat 96 SSB di Kota Malang.

Untuk hasil yang lebih maksimal, Haris menghimbau kepada pemerintah segera membentuk liga pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinngi (PT). “Jika permainan sepakbola disinergikan dengan pendidikan, maka akan menghasilkan pemain bermental bagus dan berintelektual. Sepakbola bukan sekadar olah gerak, tapi juga olah pikir yang melibatkan kemampuan IQ untuk membaca dan menganalisa strategi permainan,” ungkap pria asal Sampang itu.

Di akhir Haris berharap dunia persepakbola Indonesia akan lebih berkembang dan semua subsistem berjalan dengan baik. Untuknya, pemerintah harus memberikan dukungan dalam bentuk moril maupun materil.“Yang penting adalah setiap pihak harus ikut menjaga sportivitas,” pungkasnya. mg_uva

Semua Sub Sistem Harus Bersinergi

Tahukah anda tentang perkembangan persepakbolaan di Indonesia?

Tidak tahu

26,25 %

43,85 % 23,26 %

6,64 %

Kurang tahu

Tahu

Sangat tahu

ebanyak 43,85 % responden mengaku hanya sekadar tahu saja tentang perkembangan persepakbolaan di Indonesia. Sebut saja Adi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang itu

melihat perkembangan permainan tim sepak bola Indonesia saat ini cukup baik dibandingkan dulu. Nam un, mahasiswa yang aktif berorganisasi itu menyayangkan banyaknya dominasi pemain asing, sehingga pemain Indonesia yang berbakat kurang mendapatkan kesempatan bermain. “Seharusnya jumlah pemain asing lebih dikurangi, sehingga lebih menggali potensi pemain lokalnya,” jelasnya.

Berbeda dengan Adi, Ertaz yang mewakili 23,26 % responden yang mengaku sangat tahu perkembangan persepakbolaan Indonesia. Mahasiswa Unisma Jurusan Mesin itu berpendapat bahwa PSSI kurang profesional dan masih banyak yang korupsi. “Seharusnya ada perombakan di kepengurusan PSSI,” ujarnya.

Ertaz menambahkan sulitnya Timnas Indonesia menembus kom petisi internasional dikarenakan kualitas permainan liganya masih rendah. “Jika kualitas liganya sudah bagus, maka permainan timnas pasti akan bagus juga,” ungkapnya bersemangat.

Menilai tingkat sportifitas dunia persepakbolaan Indo nesia, 47,51 % menyetujui bahwa sportifitas yang ada di per sepakbolaan Indonesia masih lemah. Rofina Dadi, mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Tribhuwana Tungga dewi berpendapat hal ini karena seringnya terjadi kesalahpahaman antar pemain dan suporter. “Tidak jarang menimbulkan konflik dan keributan,” ujarnya.

Berdasarkan penelusuran tim Bestari, sebesar 39,94 % responden berpendapat sportifitas di dunia persepakbolaan Indonesia memang perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, banyak yang dapat dilakukan, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Viaga Karismanta. “Mengurangi fanatisme su-porter dan pemain dengan cara mengajak diskusi dari hati ke hati,” ungkapnya.

Di sisi lain Amir, mahasiswa Universitas Gajayana Malang yang mewakili 26,17 %n responden berpendapat hal utama yang harus diperbaiki dalam persepakbolaan Indonesia adalah kualitas pemainnya. “Perbaiki liga dulu, sehingga kualitas Timnas juga akan meningkat,” ujar mahasiswa asal Sumenep itu. mg_uva

S

24,92 % Kompetisi antar tim semakin ketat

11,96 % Tim kesebelasan makin berkualitas

47,51 % Kurang sportif karena sering terjadi konflik

10,96 % Biasa saja

4,32 % Lainnya

0,33% Abstain

Sepakbola mampu menyedot perhatian semua tingkatan usia. demi sepakbola, orang rela begadang semalaman untuk menontonnya. geliat aktivitas menggiring si kulit bundar ini pun mulai terasa seiring semakin berkembangnya persepakbolaan Indonesia. Seberapa jauh responden mengetahui perkembangannya dunia persepakbolaan Indonesia? Berikut hasil penelusuran tim Poling BESTARI.

10,47% Lainnya 9,37% Kekompakan sporter 39,94% Sportifitas pemain dan suporter

14,05% Strategi permainan26,17% Kualitas pemainnya

Melihat semakin ketatnya persaingan di kancah persepakbolaan

dunia, menurut anda apa yang perlu diperbaiki dalam

perrsepakbolaan Indonesia?

Tahukah anda tentang perkembangan persepakkbolaan di IIndonesia?

Tidak tahu

26,25 %

43,85 % %6 %23,26

%6,64 %

Kurang tahu

Tahu

Sangat tahu

24,92 % Kompetisi antar tim semakin ketat

11,96 % Tim kesebelasan makin berkualitas

47,51 % Kurang sportif karena sering terjadi konflik

Menurut anda, bagaimana konsep liga sepakbola di Indonesia?

sangat bagus 12,29 %

cukup bagus 55,48 %

kurang bagus 29,57 %

Abstain 2,66 %

melakukan introspeksi diri. “Se-harusnya para pemain selalu ber-usaha melakukan perbaikan dan be-la jar dari sebuah kegagalan. Maka di masa datang akan lahir para pe main yang professional karena kegagalan merupakan awal dari se-buah kesuksesan,” tutur mahasiswa kedokteran UMM yang juga gemar sepak bola tersebut. mg_fik

grafis:hibgrafis:hib

Men

urut

and

a, se

pert

i apa

ben

tuk

spor

tifita

s dal

am p

erse

pakb

olaa

n?

2,99% Abstain

2,99% lainnya

8,97% bermain dengan apik, karena sepakbola selain olahraga tapi juga hiburan

23,59% Sadar untuk memperbaiki diri demi mengukir prestasi dimasa mendatang

8,31% memberi ucapan selamat kepada lawan yang harus dianggap sebagai kawan

53,16% Menerima kekalahan tim dan belajar dari kemenangan tim lain

Haris Thofly

Page 15: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

15

SimpulBESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010

Dalam kancah persepakbolaan Indonesia, dukungan suporter sangat mempengaruhi keberhasilan tim. Hal ini diakui Dewan Adi Praja, maha-siswa Universitas Malang Kucecwara yang mewakili 69,10 % responden lainnya. “Dukungan suporter bisa membangkitkan semangat para pe-main sehingga bisa termotivasi dan efeknya mampu menjadikan per-mainan tim menjadi semakin baik,” tandasnya.

Meski suporter kerap disebut-sebut sebagai pemain ke 13 dalam tim sepak bola, namun keberadaannya juga kerap menjadi pemicu konflik dan kerusuhan yang berujung pada perkelahian.

Beberapa penyebab terja dinya kerusuhan dituturkan 13,60 % lantaran fanatisme suporter. Hal ini diakui Bagus Julianto, Mahasiswa Widyakarya asal Bojonegoro yang mewakil responden lainnya. “Fana-tisme suporter memang men jadi pemicu utama perkelahian dan kerusuhan antar suporter,” ung-kapnya.

Di sisi lain, sebanyak 23,93 % responden menyatakan kepemim-pinan wasit yang kurang adil adalah faktor yang menyebabkan terjadinya konflik dan kerusuhan antar suporter. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hasyim Asy’ari, mahasiswa Jurusan Tarbiyah UMM. “Kurang profesionalnya wasit saat memimpin pertandingan memicu kemarahan dan emosi penonton.

Selain itu, keputusan wasit yang cenderung tidak adil bahkan tidak jarang membuat suporter berlaku anarkis di dalam maupun di luar sta-dion,” tegas mahasiswa asal Malang tersebut.

Sementara, rasa mencintai klub yang berlebihan merupakan penyebab utama suporter menjadi sangat fanatik terhadap klub kebanggaannya. Hal ini diakui Alfa, mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Malang Ku cec wara yang me wakili 69,77 % responden lainnya.

Di samping itu, sebanyak 10,96 % responden menyatakan dengan tidak adanya rasa kekeluargan baik antar klub atau suporter klub lain merupakan penyebab utama suporter bola menjadi sangat fanatik terhadap klub yang didukungnya. mg_hul

Fana sme Berujung Konfl ik

Kesan pertama masyarakat keti-ka per tama kali mendengar kata sepak bola bukan hanya sekadar pertandingannya saja, melainkan cen derung ke suporter anarkis dan kerusuhan. Sepakbola bukan lagi ajang untuk berprestasi dan mengasah sportivitas, tetapi juga ajang adu kekua tan dan permusuhan. Mulai kerusuhan suporter yang disinyalir akibat kekalahan tim yang dibela atau mungkin kepemimpinan wasit yang kurang adil.

Oke Harwanputra, maha-sis wa Jurusan Hukum Universi-tas Brawijaya menyatakan kepri-hatinannya terhadap kondisi pemain dan fasilitas sepakbola Indonesia.

Butuh Perbaikan di Berbagai Aspek“Kurangnya pembinaan pemain muda menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas pemain. Jadi, pembinaan pemain muda sejak dini harus ditingkatkan”, ujarnya.

Mahasiswa semester 4 itu juga menambahkan pentingnya peningkatan fasilitas latihan. “Peningkatan kualitas tempat latihan juga menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi peningkatan kualitas permainan,” tandasnya.

Sementara itu, Dian Kurmasih Wahyu Ari, mahasiswa Fakul tas Ilmu Pendidikan Universitas Ne-geri Malang juga berharap adanya perombakan dari semua subsistem di badan persepakbolaan sebagai

bentuk perbaikan citra persepakbolaan Indonesia. “Bukan hanya kualitas pemain dan lapangan saja. Suporter, wasit, dan manajemen pengelolanya juga harus diperbaharui,” tandasnya.

Diah juga berharap adanya pencarian bakat pemain baru di daerah-daerah yang potensi masyarakatnya belum tergali.

Sedikit berbeda dengan Oke dan Diah, Firmansyah, mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya berharap ada perbaikan di tubuh PSSI yang sekarang ini citranya semakin memburuk.

Melengkapi beberapa harapan lain, Jhonny, mahasiswa UM memiliki harapan, tim Indonesia banyak belajar dari tim luar negeri. “Kualitas pemain lokal bisa menyamai atau bahkan lebih baik dibanding pemain asing,” katanya beralasan. mg_uva

tmosfer persepak-bolaan In do nesia sering diwarnai dengan kon flik dan kerusuhan

antar sup porter. Terkait hal tersebut, Sis wan to, mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerin tahan Universitas Muham-ma diyah Malang memaparkan bah wa kon disi persepakbolaan Indonesia saat ini sudah bagus da lam pembinaan. Masalahnya justru datang dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indo nesia (PSSI) sen diri yang kurang baik dalam menjalankan permainan, misalnya wasit cenderung membela klub yang menjadi tuan rumah dalam pertandingan. Striker Persema Ma-lang juga menjelaskan, sebenarnya perlu ada pembenahan dari dalam tubuh PSSI.

Lebih lanjut mahasiswa semester dua tersebut mengungkapkan, sei ring ketatnya persaingan di

Junjung Tinggi Spor vitaskan cah persepakbolaan dunia, In-do nesia perlu mengadakan pem-bi na an pemain mulai usia dini, memanfaatkan pemain-pemain muda untuk meningkatkan kualitas pemain dan strategi permainan. Harapannya, beberapa tahun yang akan datang persepakbolaan Indonesia mampu bersa ing dengan negara-negara di tingkat internasinal seperti Brazil, Ar-gentina, Italia, Jerman, dan Spa nyol.

Mahasiswa asal Kalimantan Timur itu juga mengungkapkan, pada dasarnya konsep liga sepak bola di Indonesia sudah sangat bagus karena memiliki pengklarifikasian li-ga menurut jenjang umur pemain, misalnya U-21 yakni liga sepak bola yang diperuntukan khusus untuk pe-main yang berusia maksimal 21 tahun, U-12, U-18, U-23, dan yang lainnya.

Siswanto juga menjelaskan, duku-ngan suporter sangat mempengaruhi keberhasilan tim karena semakin banyak dukungan semakin semangat

pula para pemain dan akan timbul rasa percaya diri yang besar dalam diri para pemain sehingga pola permainan mereka akan bertambah baik dan bagus.

Di samping itu, para pemain akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa memenangkan pertandingan tersebut lantaran tidak mau menge-cewakan suporter yang telah men-dukungnya. “Para pemain akan sema-kin bersemangat lantaran adanya suporter yang mendukungnya,” tand-as nya.

Mahasiswa semester dua itu juga mengungkapkan, ada beberapa fak tor yang menyebabkan terjadinya konflik dan kerusuhan antar su por ter. Dian-taranya, tidak adanya ke la pa ngan dada pada diri suporter untuk bisa menerima kekalahan yang dialami oleh tim nya, kepemimpinan wasit yang kurang adil, permainan bola yang tidak sportif, dan adanya fanatisme suporter.

Menurut Siswanto, untuk meng-

atasi permasalahan tersebut perlu ada perjanjian antar ketua suporter untuk tidak lagi membuat konflik dan kerusuhan. Selain itu, juga perlu ada sanksi bagi yang melanggar perjan-jian.

Ia memaparkan, penyebab uta-ma suporter menjadi sangat fanatik terhadap tim atau klub yang didukung dan dibanggakannya bisa lantaran klub tersebut berasal dari daerahnya, permainan tim tersebut bagus, adanya rasa mencintai tim yang berlebihan termasuk kurangnya lapang dada pada diri suporter.

Di akhir Siswanto berharap Indonesia memanfaatkan kehadiran pemain-pemain muda di kancah persepakbolaan nasional. “Dan per lu adanya perbaikan dalam tubuh PSSI dari dalam serta menjunjung tinggi sportifitas per-tandingan,” harap-nya. mg_hul

Warna-warni konflik yang terjadi di dunia persepakbolaan Indonesia akhir-akhir ini memun-culkan beribu pertanyaan menge-nai penyebabnya. Realitanya, pen-dapat yang dilontarkan res ponden juga beragam. Tak sedikit yang menilai kericuhan dan konflik terjadi karena tindakan suporter yang anarkis.

Dikaji lebih lanjut dari sisi psikologi, kericuhan dan konflik bisa ditinjau sebagaimana diungkapkan Tulus Winarsunu. “Pada dasarnya, kericuhan dan konflik muncul akibat adanya sebuah kerumunan masyarakat, bukan karena permainan sepak bolanya,” ungkapnya.

Dekan Fakultas Psikologi UMM ini juga memaparkan, pada dasarnya kerumunan mempunyai energi yang sangat kuat sehingga menimbulkan rasa kebersamaan dan secara tidak langsung akan menghilangkan sifat keindividualistikan. “Berbeda halnya ketika hanya seorang atau dua orang saja yang menyaksikan suatu pertandingan, maka konflik antar suporter tidak akan terjadi,” paparnya.

Selain itu, Sekretaris Bidang Akademik Fakultas Psikologi tersebut menuturkan sebab terjadinya kericuhan juga karena ada rasa ketidakpuasan pada diri suporter. “Bisa jadi lantaran kekalahan tim, merasa dihina, atau bahkan dilecehkan oleh tim lawan,” tutur dosen yang pernah menempuh S2 di Universitas Indonesia tersebut.

Dosen yang telah menempuh S2-nya tahun 2000 tersebut menyarankan mereka harus didewasakan melalui berbagai penya-da r an di antaranya betapa pentingnya arti sebuah perdamaian.

Tulus menilai sportivitas adalah menerima kekalahan tim bahkan mengakui keunggulan lawan main. “Mereka justru bisa belajar dari kekalahan tersebut untuk memperbaiki permainan agar pertandingan selanjutnya menjadi lebih baik,” jelasnya bijaksana.

Berkenaan dengan pengaruh suporter terhadap keberhasilan suatu tim, pria yang pernah menempuh S1 di IKIP Malang tersebut sependapat dengan mayoritas responden. Tulus menilai, keberadaan suporter sangat urgen terhadap keberhasilan tim persepakbolaan. “Semua aktivitas akan berefek positif karena pengaruh lingkungan. Begitu juga dengan suporter sepak bola yang selalu memberikan energi positif tersendiri bagi para pemain,” jelasnya bersemangat.

Kenyataannya suporter itu bisa memberikan reinforcement atau penguatan positif bagi para pemain. “Biasanya pemain yang bertanding di kandang sendiri bisa menang karena mendapat energi dahsyat dari para pendukung seperti suara sorakan semangat,” ujar pria yang pernah menempuh S1 Juru-san Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling tersebut mengakhiri. mg_fik

Ke dakpuasan Menjadi Penyebab Utama

69,1

0 %

San

gat b

erpe

ngar

uh

28,9

0 %

Cuk

up b

erpe

ngar

uh

1,00

% T

idak

ber

peng

aruh

1,00

% A

bsta

in

Menurut anda apakah dukungan dari suporter mempengaruhi keberhasilan tim?

grafis:hibgrafis:hib

Menurut Anda, faktor apa yang menyebabkan terjadinya konflik dan kerusuhan antar suporter?

19,14% Permainan bola yang tidak sehat 23,93% Kepemimpinan wasit yang kurang adil

10,58% Kurang Profesionalnya Kerja panitia3,78% Aparat yang over acting

25,44% Suporter yang anarkis 13,60% Fanatisme suporter

3,53% Lainnya

Sis wan toheni/Bestariheni/Bestari

A

k l i k i h d k

Tulus Winarsunu

tApa penyebab utama suporter bola menjadi sangat fanatik?

1,66% Abstain

7,64% Sekedar ingin eksis

9,97% Persaingan yang tidak sehat

10,96% Tidak ada rasa kekeluargaan baik antar klub atau suporter klub lain

69,77% Rasa mencintai tim yang berlebihan

Page 16: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 PERNIK MALANGPERNIK MALANG16

Sekilas, tidak ada yang istimewa pada cucak hijau. Tubuh yang didominasi warna hijau tua dan paruh kehitaman, bukanlah faktor yang menyebabkan mengapa burung jenis tersebut sangat digemari. Menurut penuturan beberapa penghobi burung, cucak hijau memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh burung jenis lain. Kemampuan cucak hijau un-tuk menirukan berbagai kicauan jenis burung, disebut-sebut sebagai keunikan yang langka. Hal itu pula yang menyebabkan cucak hijau kian diburu dan diminati. Tak heran harga jualnya pun sangat tinggi.

Perawatan burung tersebut terbilang cukup mudah dan tidak re wel. Pakan utama berupa bubur jang krik sangat mudah didapat ka-rena memang banyak dijual di pa-sar-pasar burung maupun toko-toko penyedia pakan ternak. Tak hanya bubur jangkrik, cucak hijau juga ti-dak menolak jika diberi pakan be-rupa buah-buahan seperti pisang dan pepaya. Hanya saja, harus tetap di-selingi pakan utama untuk menjaga kualitas dan keindahan suaranya.

Menurut Suyatno, salah seorang penjual burung di Kota Malang, cucak hijau merupakan salah satu jenis burung kicau yang paling banyak dicari karena keindahan suaranya. Tak jauh berbeda dengan cucak rawa, kerabat dekatnya, cucak hijau juga memiliki kicauan yang sangat khas. “Suara kicauannya bagus, jadi banyak yang mencari. Kalau didekatkan burung nuri, cucak ini dengan sendirinya bisa menirukan suara burung itu, begitu juga jika didekatkan burung lain,” ujarnya.

Meskipun tergolong spesies endemik Malang, jumlah cucak hijau dewasa ini tidaklah banyak. Di alam liar, diperkirakan jumlahnya kini ha-nya tinggal beberapa puluh ekor saja. Kerusakan hutan dan perburuan liar menyebabkan populasinya terus me-nurun drastis. Habitatnya yang me-lingkupi hutan-hutan sekitar wilayah Malang selatan, membuat keberadaan burung tersebut semakin terdesak aki-bat perambahan hutan.

Untuk mencegah kepunahan, Pemerintah Kabupaten Malang be-kerjasama dengan Dinas Pariwisata berupaya untuk melakukan penang-karan, salah satunya dengan men-di rikan Taman Burung Desa Jeru, Ke ca matan Tumpang. Taman yang ber diri mulai tahun 1997 itu di-harapkan mampu meningkatkan kem-bali populasinya.

Seharusnya DilindungiTaman Burung Desa Jeru

merupakan salah satu dari sekian banyak tempat penangkaran yang ada di Kabupaten Malang. Berbagai jenis burung langka seperti kakak tua hitam, kakak tua putih, dan merak dirawat serta dikembangbiakkan di tempat tersebut.

Ada satu hal yang membedakan Taman Burung Desa Jeru dengan taman burung lainnya. Di taman bu rung tersebut terdapat salah sa-tu spesies burung yang menjadi ke-banggaan Kabupaten Malang, yakni cucak hijau. Sejak diresmikan pada tahun 2000 oleh M.Said, yang kala itu menjabat sebagai Bupati Malang, Taman Burung Desa Jeru cukup ba-nyak menyita perhatian publik, ter-lebih menjelang akhir pekan dan libur pan jang. Berbagai event bergengsi se-perti lomba kicau Bupati Cup pun sering diselenggarakan di tempat ter-sebut tiap bulannya.

Selain sebagai sarana wisata

Menelusuri Jejak Cucak Hijau

Maskot yang Kini TerlupakanMaskot yang Kini Terlupakan

pendidikan, tujuan lain berdirinya taman burung tersebut yaitu untuk melestarikan beberapa spesies burung yang hampir punah. Pada perkembangannya, Taman Burung Desa Jeru tidak hanya menangkarkan burung saja, beberapa jenis reptil seperti kura-kura, biawak, buaya, iguana, dan ular juga turut menjadi penghuni taman seluas 116.490 m2 itu. Untuk menarik minat pengunjung, pengelolapun menambahkan berbagai wahana mainan anak kecil. Tiket masuk area taman burung itu juga relatif murah, yakni berkisar Rp 2.500,- untuk pengunjung dewasa.

Menurut Ismail, penjaga taman, pada awal berdirinya taman tersebut menangkarkan sekitar 50 ekor cucak hijau yang dikumpulkan dari 14 kecamatan di Kabupaten Malang. Seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut semakin berkurang akibat tingkat reproduksi yang sangat rendah.

Sebelum memasuki penangkaran, sebenarnya burung-burung tersebut sudah menjalani karantina terlebih dahulu selama beberapa bulan untuk memastikan kondisi kesehatannya. Tidak hanya itu, tim dokter pun disiapkan untuk mengantisipasi jika terdapat burung yang sakit. Namun, langkah preventif yang dilakukan ternyata tetap saja tidak mampu meningkatkan daya reproduksinya. Meskipun perawatan cucak hijau dikatakan mudah, namun burung tersebut sangat sulit beradaptasi dan bereproduksi dalam lingkungan buatan.

Pada pertengahan 2005, keadaan tersebut semakin parah. Sebanyak 41 ekor cucak hijau mati akibat kesalahan pemberian pakan. “Kami ditawari ulat sutra oleh pedagang di pasar, katanya bagus untuk pertumbuhan cucak hi-jau. Setelah diberikan ternyata semua burung mati karena tidak kuat,” ujar bapak dua putra tersebut.

Ismail menambahkan, selain akibat pengelolaan yang kurang, me re baknya virus flu burung ju ga berpengaruh besar terhadap perkem-bangan burung-burung penghuni

taman itu. Banyak di antaranya yang terpaksa dimusnahkan akibat terinfeksi virus ganas tersebut.

Dengan semakin langkanya spesies ini, meskipun sebagian pihak menyatakan bahwa cucak hijau sudah termasuk satwa yang dilindungi, namun belum ada kepastian jelas mengenai perlindungan hukum maupun sanksi bagi yang melanggarnya.

Sebagai warga sekaligus pecinta burung, Dwi Adi merasa sangat kecewa akan kurangnya perhatian pemerintah. Menurutnya, sebagai satwa yang dijadikan maskot, sudah seharusnya cucak hijau mendapat perlindungan hukum untuk menjaga kelestariannya. Selain itu, Adi juga me nyayangkan akan kurangnya per hatian pemerintah terhadap usa ha penangkarannya. “Kalau me mang sudah menjadi maskot, pe-merintah seharusnya benar-benar me lin dunginya dengan undang-undang agar tidak punah. Selain itu, penangkarannya juga harus mendapat perhatian yang serius,” tutur pria asal Batu itu menyayangkan.

Meskipun jumlahnya kian hari kian berkurang, sebagian pe-dagang burung yang berada di Kota Malang ternyata tidak terlalu mem-perdulikannya. Terbukti, salah seo-rang pedagang di pasar burung Ko ta Malang masih bersedia mem-belinya jika ada pengunjung yang menawarkan cucak hijau. Nilai eko-nomis yang tinggi kerap dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk tetap melakukan transaksi jual-beli cucak hijau. “Jika memang ada orang yang mau menjual cucak hijau, saya dengan senang hati mau membelinya, Mas. Harga jualnya lumayan dan pastinya banyak yang mencari. Ka-laupun ketahuan petugas paling hanya dirampas,” ungkap pria yang tidak mau disebutkan identitasnya tersebut sambil tersenyum.

Kini TerlupakanKurangnya perhatian tidak hanya

terjadi pada burung-burung penghuni

Taman Burung Desa Jeru. Nasib penjaga taman, Ismail, juga terlunta-lunta akibat ketidakjelasan statusnya sebagai pengurus taman. Pria berusia 77 tahun tersebut menuturkan, selama ini dirinya hanya digaji 300 ribu rupiah tiap bulannya, padahal Ismail harus menjaga taman tersebut 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Tidak ada istilah hari libur bagi Ismail.

Di usia senjanya, Ismail berharap pengabdiannya selama 13 tahun pada taman tersebut mendapat perhatian yang sepantasnya dari pemerintah. Sejak Taman burung Desa jeru sepi pengunjung, Ismail harus berjuang menjaga dan merawat taman itu seorang diri. “Awalnya ada 8 penjaga lain dari dinas, setelah taman sepi pengunjung, semua penjaga dipindah ke pemandian Wendit,” kenang bapak yang akrab disapa Mbah Mail itu.

Selain gaji yang sangat minim, Ismail juga mengeluhkan ke ter-lambatan pembayaran yang dite-ri manya. Ismail mengaku, kerap pem bayaran baru keluar menjelang per tengahan bulan, padahal ia harus menghidupi istri dan kedua anaknya. Untuk menambah penghasilan, seha-ri-hari Ismail harus bekerja sebagai buruh pencari rumput untuk pakan ternak. Selain itu, Ismail juga bekerja di sebuah peternakan ayam tidak jauh dari taman burung.

Usaha Ismail untuk menambah pundi-pundi keuangannya tidak hanya sebatas itu saja. Merasa penghasilannya masih kurang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Ismail juga menjalani profesi sebagai paranormal. Nama Ismail justru lebih dikenal di kalangan masyarakat karena profesi terakhirnya tersebut. Tidak hanya di Malang, nama Ismail juga dikenal di luar daerah bahkan sampai ke Cilacap.

Sebagai penjaga taman burung seorang diri, risiko yang dihadapi Ismail cukup berbahaya. Merebaknya virus flu burung kala itu bisa saja merenggut nyawanya. Belum lagi ditambah dengan aksi pencurian yang kerap terjadi di sekitar lokasi. Ismail mengaku sempat merasa takut

dan khawatir tertular virus, namun berbekal keyakinan dan rasa ingin mengabdi, ia tetap menjalani profesi tersebut. “Keluarga sempat menyuruh saya berhenti karena takut tertular virus waktu itu, apalagi waktu itu gaji saya hanya 275 ribu, tapi saya tetap ingin mengabdikan hidup saya demi burung-burung yang ada di taman ini,” pungkas Ismail.

Ismail berharap jika suatu saat taman burung tersebut hidup kembali, dirinya masih bisa mengabdi pada taman yang sudah bertahun-tahun ditempatinya tersebut. Kini Ismail mengisi hari-harinya dengan mengurus tiga ekor burung merak yang masih tersisa. Selain itu sehari-hari Ismail juga tetap menjaga kebersihan taman dengan memotong semak belukar yang tumbuh liar di sekitar taman. Harapan terbesar Ismail agar pemerintah segera merealisasikan pembangunan kembali Taman Burung Desa Jeru itu.

Sejak mulai ditinggalkan pengun-jung lima tahun silam, keberadaan Taman Burung Desa Jeru seakan terhapus dari ingatan masyarakat. Lebih ironis lagi, masya rakat sekitar yang sebelumnya menggantungkan hidup dengan berjualan dilokasi, kini tidak tahu lagi apakah taman tersebut masih berpenghuni atau tidak. Terbukti, ketika tim Pernik mencoba menelusuri lokasi, warga sekitar taman seolah bingung mengenai keberadaan taman burung tersebut. Berbekal keterangan dari beberapa warga, akhirnya tim Pernik berhasil menemukan lokasi yang ternyata cukup jauh dari perkampungan warga itu.

Berdasarkan penuturan Isnan Hadi, warga Desa Jeru, masyarakat sudah bertahun-tahun tidak pernah lagi memasuki taman tersebut. Lokasinya yang berada 2 km di luar desa membuat warga enggan untuk sekadar berkunjung, apalagi harus melewati perkebunan tebu dan jalanan berlubang untuk mencapainya. Kini keberadaan taman tersebut ibarat pepatah “hidup segan, matipun tak mau”. rpd/mg _phi

Sebagai maskot Kabupaten Malang, keberadaan burung satu ini bisa dikatakan memprihatinkan. Kerusakan habitat menyebabkan populasinya terus berkurang dari tahun ke tahun. Bagaimanakah sebenarnya kelanjutan keberadaan si cucak hijau ini? Berikut penelusuran tim Pernik.

umam/Bestariumam/Bestari

Kosong: Salah satu kandang

burung tetap dibiarkan kosong

dan tidak terawat sehingga banyak

ditumbuhi tumbuhan liar.

Page 17: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010PERNIK MALANGPERNIK MALANG 17

heni/Bestariheni/Bestari

Pagar tembok tinggi masih berdiri dengan kokoh, berhiaskan kawat berduri yang mengelilinginya. Berbagai jenis semak belukar tumbuh dengan liar, menambah kesan lama tak terjamah dan terlupakan. Demikianlah keadaan Taman Burung Desa Jeru yang sempat menjadi kebanggaan Kabupaten Malang tersebut.

Siapa yang mengira, di balik pagar tembok yang menjulang tinggi terdapat sebuah taman yang sempat menjadi daya tarik masyarakat. Sisa-sisa masa kejayaan taman tersebut dapat terlihat jelas dari bangunan yang sebagian sudah menghijau tertutup lumut itu. Berbagai wahana mainan anak-anak juga tampak mulai berkarat tanpa pernah mendapatkan sentuhan renovasi. Gerbang bertuliskan selamat datang, kini mulai rusak dimakan waktu dan jalan menuju lokasi yang tidak lagi beraspal semakin menguat-kan kesan bahwa taman tersebut telah mati dan dilupakan.

Memasuki bagian depan taman, aneka tanaman hias yang tidak terawat, tetap setia menanti pengun-jung. Aneka bunga dan pohon jambu pun dibiarkan tumbuh tak terarah. Semakin dalam menelusuri taman, tampak kandang-kandang kosong, hanya tinggal sebuah kandang yang dihuni sepasang burung merak. Di kandang tersebut, dulunya beraneka ragam burung pernah hidup dan berkembang biak, tidak terkecuali cucak hijau. Jalan sepanjang taman yang dulunya tertutup paving, kini berganti oleh rerumputan yang tampak tidak pernah dipotong. Taman yang berdiri di atas tanah milik Pemerintah Kabupaten Malang (Pemkab) tersebut memang tidak dikelola lagi secara serius sejak lima tahun silam.

Menurut keterangan Muhammad Gufron Yasin, pegawai Sunrise Holi-days, pusat informasi wisata Mal ang, ke be radaan taman tersebut memang sudah tidak tercantum lagi dalam daftar wisata yang dipromosi kan. Keti dakseimbangan antara dana ope-rasional dengan jumlah pengunjung yang datang memaksa pemerintah menghentikan operasional taman burung yang sudah berdiri sejak 1997

Menunggu Niat Baik PemerintahMenunggu Niat Baik Pemerintah

itu. “Dari awal memang pemerintah sepertinya setengah-setengah dalam mengelola tempat-tempat wisata di Malang. Padahal kalau dikelola deng-an baik, pariwisata Malang bisa man-datangkan PAD yang sangat besar,” ungkap pria yang akrab disapa Gufi itu. Sekadar mengenang, Gufi pun men ceritakan bagaimana taman itu be berapa tahun silam, sebelum ditelan tarkan pemerintah.

Gufi menambahkan, selama ini per hatian pemerintah justru lebih ter kon sentrasi pada wisata-wisata seperti Jatim Park maupun Batu Night Spektakuler (BNS), yang justru kurang menarik minat wisatawan man canegara. “Kalau dibanding dengan Disney Land, Jatim Park ma sih kalah jauh jadi sangat tidak mungkin wisatawan asing akan tertarik. Mereka justru lebih tertarik pada wisata pedesaan dan wisata pen didikan yang memang sangat potensial di Malang. Jadi, harusnya

itulah yang diperhatikan pemerintah,” tandas pria yang juga merangkap sebagai koordinator pelaksana lapa-ngan Himpinan Pramuwisata Indo-nesia (HPI) tersebut.

Menanti RenovasiNamun, kondisi perhatian yang

kurang pada cucak hijau beberapa lama ini tampaknya akan segera mendapat angin segar kembali. Untuk menyambut program Pemerintah Pro-vinsi Jawa Timur yakni Visit East Java 2012, Pemkab Malang berencana menghidupkan kembali Taman Bur-ung Desa Jeru. Nantinya taman tersebut akan menjadikan cucak hijau sebagai maskot utama Kabupaten Malang.

Sebagai langkah awal, pada per-tengahan 2010 akan dilakukan grand opening program tersebut. Untuk mengumpulkan cucak hijau yang berperan sebagai maskot, pemerintah memulai program pencarian cucak

hijau ke berbagai penjuru Kabupaten Malang. Cucak hijau yang sudah terkumpul selanjutnya akan dika-ran tina, sebelum ditangkarkan kem -bali. Proses karantina dimak sudkan untuk mencegah masuknya berbagai macam penyakit pada saat proses penangkaran. Selain untuk meng-hindari penyakit, karantina juga bertujuan untuk mengamati perilaku cucak hijau, dengan harapan nantinya akan dapat bereproduksi dengan baik.

Demi mencegah terulangnya penanganan yang kurang profesional, pemerintah berencana menggandeng sejumlah sukarelawan asal Perancis yang selama ini memang sudah aktif mengelola Volcano Tourism di Poncokusumo. Dengan adanya kerjasama tersebut, diharapkan nan-ti nya Taman Burung Desa Jeru tidak hanya dikenal di Malang, akan tetapi sampai ke luar negeri. Sebagai ajang promosi, pemerintah juga akan men-jadikannya paket wisata terpadu

dengan lokasi-lokasi lain yang berde-katan seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Volcano Tourism sendiri.

Mendengar rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali taman burung di desa Jeru, warga menyambut antusias. Setianingsih, salah satu warga Desa Jeru berharap, dengan kembalinya taman burung, pere ko nomian masyarakat sekitar akan turut terangat seperti keadaan lima tahun silam. Setianingsih yang kala itu berjualan makanan kecil di seki tar lokasi taman, merasakan betul pengaruh tempat wisata itu terhadap perekonomian di Desa Jeru.

Senada dengan Setianingsih, Tri Susanto juga berharap dengan kem-balinya taman burung, dirinya bisa kembali berjualan di tempat tersebut. “Dulu di sini ramai sekali menjelang liburan. Jadi warga bisa berjualan makanan sebagai penghasilan tam-bahan. Mudah-mudahan apa yang direncanakan pemerintah dapat ber-jalan sehingga kami bisa seperti dulu lagi,” harap Tri yang sekarang ber-profesi sebagai penjaga peternakan ayam.

Menghidupkan kembali apa yang sudah pernah ada memang bukan perkara mudah. Menurut Gufi yang sudah enam tahun malang melintang di dunia pariwisata, hal itu jauh lebih sulit daripada membangun tempat wisata yang baru. “Jika sesuatu yang pernah ada ingin dihidupkan kembali, itu memerlukan perjuangan keras dan promosi besar-besaran. Selain itu, kita juga harus mampu menawarkan nilai lebih dibanding dengan keadaan sebelumnya,” pungkas pria asal Probolinggo itu.

Menutup perbincangan, Gufi berharap apa yang diwacanakan peme-rintah tidak hanya menjadi wa cana di atas kertas belaka. Gufi menganggap, sudah saatnya pariwisata Malang kembali bergairah. “Saya sangat berharap pemerintah lebih konsisten dengan apa yang mereka wacanakan. Selama ini peme rin tah hanya bersikap pasif, baru melirik setelah dianggap sukses. Jangan sampai hal itu terulang kembali,” pungkasnya. rpd

Usaha pelestarian cucak hi-jau di Malang memang boleh tid ak berhasil, tapi siapa yang menyangka, ternyata burung ke banggaan ma-sya rakat Malang ter sebut jus-tru su kses ditangkarkan di Jawa Tengah. Seolah mendapat secercah harapan, pemerintah pun kembali bersemangat untuk melestarikannya. Berikut wawan cara Ropidin bersama Budianto Hermawan, S.H.,M.Si, Ke-pala Bi dang Kapasitas Kelembagaan, Ba dan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Malang.

Dengan semakin berkurangnya jum-lah cucak hijau, usaha apa yang su-dah dilakukan pemerintah?

Untuk saat ini, memang be-lum banyak yang bisa dilakukan pemerintah. Setelah melihat keber-hasilan penangkaran di Jawa Teng-ah, kami terilhami untuk kembali mencoba. Rencananya, ke depan kita akan menggandeng berbagai pihak untuk mensukseskan penang-karan tersebut. Adapun pihak yang nantinya akan kami gandeng me li puti komunitas para pecinta burung, LSM-LSM yang bergerak di bidang lingkungan, dan beberapa

“Dari Malang, (Harus) Kembali ke Malang”“Dari Malang, (Harus) Kembali ke Malang”perguruan tinggi. Tujuannya, kami bersama pemerintah ingin me ngem-balikan maskot kebanggaan Kabu-paten Malang tersebut kembali ke sini (Malang, red.).

Adakah bentuk perlindungan hukum untuk mencegahnya dari kepunahan?

Sebenarnya ada, yaitu undang-undang untuk perlindungan satwa langka. Namun, undang-undang ter-sebut masih belum spesifik melindungi cucak hijau. Agar lebih mengerucut, maka dikeluarkanlah Surat Kepu-tusan (SK) Bupati. Dalam SK yang ditelurkan tahun 1997 tersebut, Bu-pati mengamanatkan tentang ikon Kabupaten Malang, yaitu apel dan cucak hijau.

Dengan adanya SK itu, maka secara tidak langsung keberadaan cu cak hijau pun terlindungi pa yung hukum. Namun, lagi-lagi pelak sanaannya me-mang belum sesuai dengan SK tersebut. Buktinya, walau pun SK Bupati sudah jalan sejak 1997, perburuan cucak hijau tetap ramai.

Kenapa pemerintah terkesan lamban dalam menangani kasus cucak hijau ini?

Ya itulah birokrasi. Segala sesua-

tunya harus ada perintah dulu dari atas, baru dilaksanakan. Kami juga tidak mungkin bergerak sendirian, kecuali memang ada perintah dari lembaga yang otoritasnya lebih tinggi. Namun demikian, kami tetap mencoba merangkul berbagai Satuan Kerja (Satker) yang ada di pemerintahan, jangan sampai hal semacam ini hanya menjadi tanggung jawab salah satu pihak. Toh cucak hijau juga menjadi kebanggaan bersama. Kami selalu menghimbau kepada masing-masing Satker agar menyisihkan paling tidak sedikit ruang untuk cucak hijau.

Pernahkah BLH melakukan sweeping

atau sidak?Sejauh ini kita belum pernah

mengadakan sweeping, Sidak, maupun tindakan-tindakan semacamnya. Un tuk melakukan tindakan semacam itu, jelas kita membutuhkan kerjasama dengan instansi lain, paling tidak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

Secara pribadi, saya menganggap hal demikian akan percuma saja. Kita susah-susah melakukan sweeping, begitu ditinggal mereka akan kembali bertransaksi memperjualbelikan cucak hijau. Kami lebih banyak bergerak

untuk menumbuhkan kesadaran ma-sya rakat bahwa ini (cucak hijau) merupakan milik bersama, dan harus dijaga bersama pula. Selama ini masyarakat memang menyayanginya namun dengan cara yang salah, dikurung, diperjualbelikan, dan dipa-kai sebagai ajang per lombaan. Kalau seperti itu, bagaimana mereka akan ber kembang biak?.

Apa harapan Anda untuk kel es tarian cucak hijau ke depannya?

Sebagai seorang yang ber-gerak di bidang ling kungan dan sebagai pri badi yang juga men cin tai kelestarian cu cak hijau, saya sa ngat berharap cucak hijau bi sa kembali men-jadi ke banggaan K a b u p a t e n Malang. Dan setelahnya, s e m o g a t e r j a l i n k e s a -daran

untuk menjaga kelestarian tersebut. Harapan kedua, saya ber harap dan memohon kepada semua pihak untuk lebih peduli, terutama pemerintah. Setelah seluruh ins-tansi pemerintah sadar, ba rulah kita

bersama-sa ma menyadarkan ma sya rakat, sehingga cucak

hi jau tidak hanya lestari sam pai saat ini, akan tetapi berpuluh-puluh tahun ke depan.

Budianto HermawanBudianto Hermawan

Diminati: Burung cucak hijau banyak diburu untuk dipelihara karena keunikannya.

EKSKLUSIF

Page 18: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 POLEMIK18

Dalam dunia pendidikan, kebera-daan perpustakaan merupakan sarana penting untuk meningkatkan mutu pen-didikan. Kepedulian UMM terhadap pengadaan dan perkembangan perpus-takaan terbilang cukup tinggi. Terbukti sejak 1964, Kampus Putih telah men-dirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan yang masih berkembang hingga saat ini. Namun, sekarang per-kembangan tersebut tampaknya kalah cepat dengan semakin bertambahnya jumlah mahasiswa dan kebutuhan yang menyertainya.

Beberapa mahasiswa mengeluh referensi di perpustakaan banyak yang kadaluwarsa, kalaupun ada yang baru jumlahnya terbatas. Misalnya saja, Anas Wijayanto, mahasiswa Fakul-tas Pertanian Peternakan (FPP) itu mengaku koleksi di perpustakaan pu-sat Kampus Putih lumayan lengkap. Namun, untuk buku-buku teori ter-baru sangat terbatas. ”Terkadang kita harus berebut untuk mendapatkan-nya. Bayangkan seangkatan jumlah mahasiswanya misalnya 20 orang, tapi buku di perpustakaan hanya dua,” keluh mahasiswa Agroteknologi itu.

Mahasiswa semester empat ter-sebut menambahkan, jika teori pe-netahuan apalagi mengenai peneli-tian setiap tahun pasti mengalami perubahan. Menurutnya, sebaiknya ada pembaharuan judul buku yang rutin supaya tetap up to date.

Hal senada diutarakan Agus Harianto, selain jumlah koleksi yang minim, pengadaan buku ba-ru sepertinya jarang dilakukan. “Koleksinya banyak yang sudah la-was, sehingga kesulitan mencari re-ferensi terbaru. Padahal, buku-buku perkembangan teori-teori terkini sa-ngat dibutuhkan,” jelas mahasiswa Ba hasa Inggris itu.

Selain koleksi buku yang kurang memadai, beberapa mahasiswa juga merasa kesulitan menemukan buku yang dicari. Yosi, mahasiswi Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) merasa sulit mencari buku yang diinginkan meskipun sudah melalui sistem Online Public Acces Catalog (OPAC). ”Ketika saya lihat melalui OPAC ada, tapi waktu dicari di rak ternyata tidak ada,” keluhnya. Yosi

Perpustakaan Harus Up To DateMenyorot Jumlah dan Ragam Koleksi Perpustakaan

berharap UPT Perpustakaan dapat melakukan pembaharuan secara rutin dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa.

Ketika Bestari meminta tanggapan tentang pengaduan tersebut, bagian pengelolaan bahan pustaka, Ani yang enggan menyebutkan nama leng-kapnya, merespon baik pengaduan tersebut. Wanita yang berdomisili diperumahan IKIP Tegalgondo itu me nyaranakan mahasiswa me nu-liskan semua keluhanya di kotak sa-ran. “Di perpustakan telah tersedia la yanan kotak saran malalui OPAC. An da boleh menulis apa pun di situ,” tandasnya menjelaskan.

Lebih lanjut, Ani menjelaskan proses pengadaan buku berawal dari usulan fakultas yang mengajukan ke Biro Administrasi Akademik (BAA). ”Selanjutnya BAA kroscek ke perpustakaan, apakah buku yang diminta fakultas sudah ada atau belum. Setelah itu, pihak perpustakan memberikan daftar nama buku yang sudah ada dan yang belum ada. Terakhir, BAA melakukan

pembelian buku yang belum ada di perpustakaan.“ terangnya.

Lebih lanjut wanita ramah tersebut menjelaskan, jika ada mahasiswa tidak menemukan referensi yang dicari, bisa mengusulkan pihak Jurusan atau Fakultas untuk merekomendasikan supaya BAA mengadakan buku yang dibutuhkan di perpustakaan.

Hal sama dilontarkan Tri Wah-yuni. Sekretaris Perpustakaan terse-but menjelaskan pengadaan buku ber dasarkan rekomendasi dari dosen. Di samping itu, menurutnya pihak per pustakaan juga berusaha mencari sendiri, tidak semata-mata menunggu rekomendasi para dosen. Misalnya saja, novel, buku computer, dan buku lain yang dianggap menunjang perkuliahan mahasiswa. ”Kita cari sendiri ke Togamas atau Gramedia,” tambah wanita asal Surabaya itu.

Menanggapi keluhan sulitnya men cari referensi bagi para maha-siswa yang diminta dosen di per-pus ta kaan, wanita yang tinggal di Su kun tersebut mengungkapkan ma -hasiswa itu terlalu menurut apa ka-

ta dosen. Ketika dosen menyuruh mencari referensi A karya si B maka mahasiswa hanya terpaku pada hal itu. ”Padahal, di perpustakaan banyak tersedia karya sejenis. Judulnya sama hanya penulisnya beda,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Tri Wahyuni juga menjelaskan di perpustakaan yang diperbanyak bukan jumlah buku da-ri penulis yang sama, tetapi mem-perbanyak jumlah judul buku.

Didik Harianto, bagian sirkulasi menyarankan kepada mahasiswa un-tuk menuliskan semua informasi ten-tang referensi baru yang perlu dia da-kan di perpustakaan. ”Tulis saja di kotak saran, supaya perpustakaan bisa mengusahakannya,” saran pria ramah itu.

Mengenai referensi yang ada di OPAC tapi di rak tidak ada, pria asli Malang itu menjelaskan terkadang ada koleksi yang terbawa ke kampus dua atau kampus satu dan belum terdeteksi. Untuk lebih mu-dahnya, mahasiswa bisa bertanya ke petugas yang menata buku. ”Kalau mahasiswa tanya kami usahakan

untuk membantunya. Masalahnya, terkadang mahasiswa tidak mau tanya. Malu bertanya ya sesat di jalan, Mbak.” ujarnya berkelakar.

Didik menambahkan, koleksi kadang susah dicari karena perbuatan mahasiswa sendiri. Mereka sering meletakkan buku seenaknya dan tidak di tempat semula, padahal sudah disediakan rak tandon. ”Sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa agar mudah dicari. Dalam sehari, kami juga merapikan buku paling tidak tiga kali yaitu pagi, siang, dan sore,” te-rang Didik.

Perihal pengadaan buku baru, Kepala Biro Administrasi Akademik (BAA), Khozin menjelaskan ada be-berapa mekanisme yang ditempuh, di antaranya BAA mengidentifikasi judul buku berdasar silabus program studi, setelah itu mengkonfirmasikan ke Perpustakaan. ”Jadi kalau ada buku yang tidak ditemukan di perpus-takaan, bukannya tidak ada. Tapi me-mang belum diadakan,”ujar pria asal Lamongan itu. Khozin menambah-kan ketiadaan buku kemungkinan bisa karena ada pembaharuan silabus dari dosen dan belum dilaporkan ke BAA

Sementara itu, Tulus Winarsunu, Dekan Psikologi menyarankan supaya pihak perpustakaan proaktif mengik-uti perkembangan buku-buku baru. Menurut Tulus perpustakaan dikelola oleh orang yang berprofesi sebagai pustakawan. ”Semua yang disebut profesi harus profesional, hunting ber-bagai macam buku baru. Kalau fakul-tas hanya sebatas usulan saja. Intinya harus proaktif,” ujar pria ramah terse-but.

Sedangkan menurut Romlah, Pembantu Dekan 1 Fakultas Agama Islam (FAI), untuk mengetahui per-kembangan referensi perkuliahan hen-daknnya pihak perpustakaan secara langsung memberitahukan para dosen untuk melaporkan perkembangan re-ferensi yang dipakai. ”Dengan adanya pemberitahuan tersebut, para dosen bisa langsung merekomendasikan ke kepala jurusan (kajur) masing-masing, sehingga prosesnya lebih cepat, gak ribet karena Kajur bisa langsung me-nyampaikan ke pihak perpustakaan,” usul Romlah. rom/mg_rif

Untuk menunjang kebutuhan re fe-rensi, pengadaan dan pemba haruan buku di perpustakaan harus rutin dilakukan. Hal itu demi menjaga mutu dan kualitas perpustakaan sebagai media pembelajaran mandiri dalam dunia pendidikan. Bagaimana UPT perpustakaan Kampus Putih men jalankan proses tersebut? Beri kut wawancara reporter Bestari Arif Sugianto dengan Kepala UPT Perpustakaan Dr. Erny Iskartati, M.P

Bagaimana Anda menanggapi keluhan mahasiswa tentang kurangnya referensi di perpustakaan?

Sebenarnya kami sangat me nya-yangkan keluhan tersebut karena pihak perpustakaan telah mem-berikan fasilitas kepada mahasiswa dan dosen dengan membuka pro-gram yang dapat diakses untuk mengajukan buku-buku apa saja yang diper gunakan dalam perkuliahan ka-rena mereka lebih mengetahui apa yang dibutuhkan.

Kami juga menghimbau maha-siswa untuk minta langsung ke pihak perpustakaan melalui kotak saran sehingga kami bisa mengadakannya secara cepat. Sebenarnya, kami a kan sangat terbantu bila ada dosen mau membeli dahulu buku yang di butuh-

Terbuka untuk Usulan Mahasiswakan atau menginformasikan ke pihak kami.

Siapa sebenarnya yang berhak membe-rikan kebijakan pembaharuan dan pe-nambahan referensi di perpustakaan?

Pada dasarnya tidak ada yang menyuruh atau memberi kebijakan, hanya saja universitas memberikan kebijakan bahwa setiap mahasiswa di anggarkan 150 ribu rupiah untuk buku, selain itu jumlah maha siswa yang masuk akan menjadi pertim-bangan pihak keuangan dalam me-ngu curkan dana untuk pengadaan buku.

Namun, kami tidak terlalu kaku misalkan saja ada jurusan yang sedikit mahasiswannya tapi membutuhkan banyak buku, maka akan kami pe-nuhi. Mengenai pengadaan buku pada jurusan tergantung peran serta ma ha-siswa dan dosen dalam meng usulkan pada kami. Intinya, terletak pada usulan dosen dan mahasiswa. Seperti kantin dan aquarium di perpustakaan sebenarnya usulan dari mahasiswa.

Berapa waktu sekali perpustakaan meng-ada kan pembaharuan dan pengadaan referensi ?

Pada awalnya kita merencanakan

setiap semester sekali, akan tetapi berhubung sistem yang telah disepakati tidak berjalan, maka pengadaanya diadakan secepat mungkin.

Untuk meningkatkan animo peng un -jung, bagaimana prinsip-prinsip pela-yanan di sini (perpustakaan, red.)?

Kami berusaha memaksimalkan mahasiswa yang sedang part time untuk melayani mahasiswa. Dengan dilayani sesama mahasiswa akan le-bih komunikatif. Untuk karyawan tetap kami berusaha seminimal mung kin dalam hal pelayanan kepada mahasiswa.

Inovasi apa saja yang dilakukan per -pus takaan untuk meningkatkan kua-litas dan mutu layanan?

Dalam hal ini, inovasi yang di-lakukan lebih pada sistem, misalnya dalam pengadaan buku kami telah menggunakan program online order sistem (OOS). Sayangnya, peng gu-naanya belum dimaksimalkan oleh ma ha siswa. Harapan kami, dengan program ini perpustakaan lebih dekat dengan mahasiswa.

Selain itu, kami juga melakukan kerja sama dengan pihak luar

misalnya pengadaan depot video. Sebentar lagi kita juga akan menambah corner-corner baru kerja sama luar negeri, membuka kerja sama dengan toko buku untuk bedah buku, atau yang lainnya. Kita juga merencanakan di lantai tiga ada studio mini. Selain itu, kami mewajibkan mahasiswa part time sesering mungkin mengadakan kegiatan. Sedang untuk sumber daya manusianya kita mengadakan pela tihan untuk meningkatkan ke-mam puan dalam melayani.

Menurut Anda bagaimana menjadi-kan perpustakaan UMM ideal?

Perpustakaan yang ideal adalah perpustakaan yang membuat nya-man pengunjungnya. Untuk itu, ka mi berusaha memaksimalkan ke nyamanan kepada pengunjung dengan program-program baru. Akan te tapi perlu diketahui bahwa nyaman bagi kita belum tentu nyaman bagi mahasiswa, maka dari itu kita tunggu masukan-masukan dari mahasiswa, karyawan, dan dosen untuk membuat nyaman perpustakaan ini.

heni/Bestariheni/Bestari

Erny Iskartatidok. Perpustakaandok. Perpustakaan

Akses: Mahasiswa sedang menelusuri koleksi buku lewat OPAC

Page 19: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010IPTEK 19

MENERIMA PESANAN JENIS SAYUR:

1. Sawi Daging2. Sawi Caisim3. Kangkung4. Bayam5. Terong6. Lombok Kecil, Besar7. Kubis

8. Brokoli9. Tomat10. Kailan11. Jagung Manis12.Selada13. Kacang Panjang14. Buncis

MARI BUDAYAKAN HIDUP SEHAT DENGAN MENGKONSUMSI HASIL PERTANIAN YANG BEBAS

DARI BAHAN KIMIA (ORGANIK)

SAHABAT ORGANIK@rdl vegetabel product

"Makanan tidak cukup dengan halal tetapi juga baik (Toy ib)"

PANEN 2 KALI SEMINGGUPKM KEWIRAUSAHAAN 2010

Telp : (0341) 8106829Hp : 081233742708

Untuk pemesanan dan kerjasama

hubungi (Ardi)

Semakin pesatnya tekno-lo gi kadang membuat ba nyak orang kurang memahami dengan sek-

sa ma hasil teknologi tersebut. Con-toh, seorang pengemudi mobil yang tidak tahu persis dunia otomotif akhirnya kurang paham tentang kea-manan berkendaraan. Misalnya sa-ja, tentang batas suhu mesin, batas RPM yang aman, kerapatan tiap pintu, pemasangan seat belt dan juga lu pa melepas hand brake sebelum mo bil dijalankan. Itu semua bila di-abaikan bisa berakibat fatal bagi pengendaranya.

Dengan adanya hal tersebut maka perlu dibuat suatu alat bantu “Navigator Keamanan Pengemudi Mobil” yang mam pu bekerja secara otomatis mem beri informasi pengemudi agar aman dalam berkendaraan. Informasi tersebut selain ditampilkan lewat lamp display juga perlu dikeluarkan dalam bentuk suara agar cukup jelas dan mudah dipahami.

Dengan peranca ngan dan pem-buatan alat ini, diharapkan tercipta sistem pengontrol perlengkapan dan keamanan pengemudi dan memonitor kinerja mesin dengan menggunakan microcontroller R8C/13 dan voice proces-sor sebagai media penampil suaranya.

Dalam perancangan alat ini diper-lu kan beberapa komponen elektronik yang digunakan agar dapat bekerja secara maksimal. Komponen utama adalah microcontroller yang berfungsi untuk mengatur semua komponen yang akan digunakan.

Adapun cara kerja microcontroller adalah sebagai berikut: microcontroller akan mengambil data dari hand brake switch (rem tangan), seat belt switch (sabuk pengaman), door switch (pintu), oil pressure switch (tekanan oli), RPM linier (batas kecepatan), fuel tank sensor (tangki bahan bakar) dan, temperature sensor (suhu kendaraan). Kemudian data dari switch-switch yang berupa data digital akan diolah oleh microcontroller

Berkendara Aman dengan Navigator Keamananuntuk dapat ditampilkan lewat loud speaker berupa suara dan lewat isyarat lampu oleh lamp display. Switch-switch dan sensor-sensor akan mendeteksi keadaan bagian-bagian mobil apakah sudah dalam kondisi aman.

Sedangkan cara kerja dari switch-switch dan sensor-sensor diatas adalah sebagai berikut:

Hand brake switch merupakan saklar push off, yaitu jika dalam keadaan normal atau terlepas output tidak akan mengeluarkan tegangan dan saat dalam kondisi terkunci output akan terhubung dengan ground.

Seat belt switch menggunakan reed switch yang cara kerjanya yaitu contact akan terhubung apabila ada medan magnet. Jadi, saat seat belt tidak terpasang atau kurang rapat output akan terhubung dengan ground dan saat seat belt keadaan terpasang dan sudah rapat contact reed switch dengan ground akan terlepas dan output tidak bertegangan.

Door switch merupakan saklar push off. Output akan terhubung dengan ground saat pintu belum rapat dan saat pintu tertutup atau sudah rapat maka contact dengan ground akan terputus atau ouput tidak bertegangan.

Oil pressure switch berprinsip sama dengan saklar push off. Jika volume oli mesin dalam keadaan normal maka output switch akan terhubung dengan ground dan jika volume oli mesin dalam keadaan low atau kurang maka contact dengan ground akan terlepas atau output tidak bertegangan.

RPM limiter memanfaatkan medan magnet yang ditimbulkan coil atau busi. Medan elektromagnetik dari coil atau busi yang ditangkap lilitan pada rangkaian RPM limiter selanjutnya diolah oleh rangkaian sehingga bisa menjadi sinyal digital.

Fuel tank sensor adalah variabel resistor yang keluarannya berupa tala dari ground. Tahanan akan semakin besar apabila volume bensin kurang.

Temperature sensor yang digunakan

adalah jenis NTC (Negative Temperature Coefficient) dimana nilai tahanannya akan berkurang seiring dengan ber-tambahnya temperatur. Tegangan output menghasilkan ground yang ditala karena input terhubung dengan ground.

Data-data dari switch dan sensor kemudian diolah oleh microcontroller Renesas R8C/13. Keluaran/output dari microcontroller merupakan sinyal on dan off berupa kode biner yang telah diatur timer dan urutan kerjanya. Keluaran dari microcontroller yang pertama terhubung dengan rangkaian ISD25120 yang berfungsi memberi suara peringatan yang kemudian diperkuat oleh power amplifier, dan selanjutnya suara dikeluarkan melalui loudspeaker. Keluaran microcontroller yang kedua yaitu lamp display, yaitu peringatan akan ditampilkan juga melalui LED. Keluaran microcontroller yang ketiga terhubung de ngan rangkaian cut-off engine relay, yang berfungsi untuk mematikan mesin jika temperatur mesin melebihi batas normal temperatur mesin.

Untuk lebih jelasnya simak contoh cara kerja komponen-komponen ter-sebut, bila sudah terpasang di mobil:

Biodata PenelitianJudul penelitian : Perencanaan dan Pembuatan Navigator Keamanan Pengemudi Mobil dengan Suara Berbasis Mikrokontroler R8C/13Nama peneliti : Arifin Hadi PrayitnoFakultas/jurusan : Teknik/Teknik ElektronikaDosen Pembimbing : Ir. M. Irfan, MTTahun penelitian : 2009

Switch dan sensor akan diaktifkan saat pengemudi mengaktifkan mobil-nya (kontak mobil ON), karena switch yang dipakai semuanya adalah push off buttton switch, maka kondisi normalnya adalah terhubung dengan ground. Sistem akan selalu memeriksa switch dan sensor secara terus menerus sesuai dengan urutannya. Contohnya jika hand brake belum terlepas dan pintu belum tertutup, maka yang terjadi adalah hand brake switch dan door switch mengirimkan logika rendah ke microcontroller dengan urutan scanning yang telah ditentukan yaitu hand brake switch dahulu kemudian door switch.

Sedangkan untuk tampilan LED dan suara, suara yang dikeluarkan ada lah sesuai dengan switch dan sensor yang aktif. Urutan suara keluar ada lah sesuai dengan scanning dari microcontroller. Saat switch atau sensor dalam keadaan aktif, maka

LOMBALOMBA

Untuk informasi lebih lanjut bisa datang langsung ke kantor redaksi Bestari atau hubungi contact person kami:Lia: 081553549007Ropidin: 085642600849

microcontroller mendapat masukan logika rendah, sehingga pada output microcontroller akan keluar kode biner yang sudah diprogram sesuai dengan konfigurasi dari ISD25120 untuk mengaktifkan suara sesuai dengan data yang diterima dari switch atau sensor yang aktif tadi.

Untuk memastikan pengemudi aman alat ini juga dilengkapi dengan fungsi cut-off engine yakni pemadaman fungsi mesin ketika terjadi panas berlebih pada mesin mobil, namun sebelum mesin dimatikan pengemudi diberikan peringatan selama 5 menit untuk segera menepi dari jalur kendaraan/jalan raya. Setelah batas waktu terlampaui, microcontroller akan mengirimkan pesan ke pulser untuk mematikan mesin dan memberikan waktu untuk mendinginkan mesin. Dengan demikian pengemudi dapat berkendara dengan aman.

Data disunting oleh: Zakiya Al Khalim

grafis: Hibgrafis: Hib

1. Cerpen :- Tema bebas- Minimal 7 halaman- Dikumpulkan dalam bentuk hardcopy (A4) dan softcopy dengan format *.doc atau *.rtf

2. Esai:- Tema “Budaya Lokal Malang”- Minimal 5 halaman- Dikumpulkan dalam bentuk hardcopy (A4) dan softcopy format *.doc atau *.rtf

3. Karikatur:- Tema “Kampus Putih Tercinta”- Menyerahkan karya dalam bentuk A3

4. Fotografi:- Tema “Kebudayaan Malang”- Foto BW atau colour- Rekayasa hanya sebatas yang bisa dilakukan dalam kamar gelap- Ukuran 12R (tanpa list) dan menyerahkan softcopy dalam bentuk CD (format JPEG, skala min.8, ukuran min. 6 Megapixel)- Sertakan nama, alamat, no. telp, Judul foto, peristiwa, lokasi, dan data teknis pada belakang foto- Masukkan karya ke dalam amplop tertutup

Ketentuan Umum:- Peserta mahasiswa UMM- Melampirkan fotokopi KTM- Tiap peserta hanya boleh mengikuti satu kategori- Mengisi formulir (dapat diambil di kantor Bestari, Gedung SC UMM Lt.1)- Karya dimasukkan dalam amplop dan menuliskan jenis/kategori pada kanan atas amplop- Karya milik pribadi dan belum pernah dipublikasikan- Semua karya yang diserahkan menjadi hak milik panitia sepenuhnya.- Batas maksimal pengumpulan tanggal 15 Mei 2010 pukul 17.00 WIB

Hari Ulang Tahun BESTARI ke-23

Page 20: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 KATA MEREKA20 c

Setiap hari kita melihat berita di televisi yang tak pernah kosong dengan aksi demo mahasiswa yang berisi kritikan maupun protes pedas kepada pemerintah maupun instansi tertentu yang selalu di hujat seolah tiada setitik kebaikan di balik keburukan. Parahnya lagi, pengrusakan terhadap fasilitas-fasilitas milik umum telah menjadi hal yang biasa terjadi dalam setiap aksi, Hal itu jelas sangat mengganggu dan merugikan masyarakat pada umum-nya.

Akhirnya, khalayak ramai ber-pendapat bahwa aksi demo itu adalah suatu tindakan tiada guna, hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Pantaslah jika mereka ke mu dian berpendapat lebih baik maha siswa itu belajar saja. Lantas, apakah hanya itu peran mahasiswa sebagai penerus bangsa?

Akibat merebaknya demo maha-siswa yang diwarnai anarkisme, citra mahasiswa di mata masyarakat ja-tuh dan tidak ada harganya, Itu semua hanya mencerminkan suatu kaum intelektual bermental “tempe”. Ironisnya, tidak semua mahasiswa yang berdemonstrasi itu mengerti isi maksud diadakannya aksi tersebut, hanya ikut ikutan agar dicap sebagai aktivis,

Siapakah yang salah sebenarnya? Mahasiswa mengkritik dan menya-lahkan pemerintah sedangkan maha-sis wa itu sendiri pembuat onar. Bukan-nya rampung masalahnya, yang ada malah menambah masalah. Ibaratnya, “maling teriak maling”. Padahal, jika

Dibutuhkan, Mahasiswa yang Kri s dan Solu f

dilihat dari rentetan sejarah, peran pemuda sangatlah vital sebagai motor penggerak perubahan kehidupan bang sa dimulai dari peristiwa sum pah pe muda hingga turunnya pemerin-tahan rezim Soeharto.

Perlu disadari bersama bahwa ti-dak semua yang dilihat, dirasakan, dan dilakukan merupakan suatu ke-benaran, Kita perlu merubah sikap dan pola pikir sendiri menjadi lebih baik sebelum merubah orang lain. Mam pu memberikan solusi dan ide kreatif terhadap suatu masalah yang dihadapi merupakan tindakan positif yang patut ditanamkan kepada setiap in san bernama mahasiswa yang di-

Oleh : Jeffri Lukmana Lazaroni*

*Jurusan Budidaya Perairan 2009

Potret penegakan hukum dan peradilan di Indonesia diwarnai deng -

an berbagai reaksi yang timbul seba-gai respon dari stimulus yang ada. Misalnya saja mengenai ma salah kenaikan BBM, korupsi da na Century, dan berbagai bentuk KKN lainnya yang mengakibatkan pengurangan anggaran departemen hing ga ke berbagai sektor, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, serta sektor-sektor lainnya. Hal ini menjadi per bincangan di seluruh lapisan ma sya rakat, mulai dari kalangan akademisi, politisi, hingga kalangan masyarakat biasa. Tidak heran jika hal tersebut sering dijadikan sebagai top ik pembicaraan yang tidak pernah ada putusnya.

Salah satu reaksi yang muncul se-bagai akibat permasalahan ini adalah menjamurnya aksi demonstrasi di ka langan akademisi yang didasari oleh alasan mewujudkan aspirasi da-lam reformasi. Dalam hal ini, maha-siswa terpilih sebagai pelaku yang memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan yang memiliki tugas se-ba gai kontroling dan penyalur aspi-rasi rakyat. Oleh karena itu, demo dijadikan sebagai wadah dalam me-la kukan kritik terhadap kebijakan pe-me rintah yang tidak memihak rasa kemanusiaan dan kebenaran.

Tak dapat dipungkiri bahwa ma-ha siswa telah menjadi bagian dari per-jalanan suatu bangsa dalam men capai suatu pemerintahan adil makmur. Dalam sejarahpun, peran pemuda khususnya mahasiswa telah termaktub di dalam Sumpah Pemuda. Sehingga, peta sejarah demokrasi Indonesia se-lalu melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan serta pelopor dan penggerak roda reformasi. Maha-siswa tidak selayaknya hanya menjadi kaum akademisi, namun juga harus menjalankan tujuan bangsa Indonesia.

Salah satu yang menjadi karakter

Keterpaduan Moralitas dan IntelektualitasOleh :

Rahmawaty Parman*

mahasiswa adalah idealis yakni so-sok yang memiliki cita-cita dan hara-pan serta tidak terbelenggu oleh pemikiran di luar dirinya namun percaya terhadap pandangan yang dimilikinya secara murni. Mahasiswa bebas memilih dalam menempatkan dirinya pada posisi terbaik tanpa me m i hak kecuali pada kebenaran serta menduduki posisi yang netral tanpa embel-embel lainnya. Dengan dem ikian, akan tercermin peran se-sunggahnya dari mahasiswa tersebut yakni sebagai agent of change atau agen perubahan yang menjadi esensi utama dari sebuah perjuangan.

Namun, jika kemudian timbul per masalahan dalam mencapai esen-si dimaksud, yakni demo yang se-belumnya dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi rakyat berubah fungsi menjadi wadah untuk mewujudkan sikap agresifitas yang berujung pada anarkisme, maka hal ini perlu ditinjau lebih lanjut. Karena

sejauh ini, tidak ada demo mahasiswa yang sengaja diseting untuk anarkisme. Artinya, kita harus melihat lebih jauh mengenai pemicu terjadinya demo anarkis tersebut, apakah karena ke-inginan dari mahasiswa itu sendiri atau karena adanya pemicu di luar mahasiswa yang bermaksud untuk me man faatkannya demi kepentingan pribadi.

Tidak bermaksud untuk menya-lahkan salah satu pihak dan membela pihak lainnya, namun demikianlah yang terlihat secara nyata di kehidupan so sial yang ada. Demo yang berujung pa da kekerasan itu menimbulkan ber bagai kasus seperti bentrok yang terjadi antara mahasiswa dan pihak kepo lisian, pembakaran terhadap aset- aset negara, serta perusakan dan pe nangkapan terhadap para aktivis. Hal ini menimbulkan pertanyaan apa kah adanya demo anarkis yang menga tasnamakan mahasiswa ter-sebut adalah cerminan dari peran mahasiswa sebagai agent of change?

Hal ini tak perlu dijawab panjang lebar, namun sebagai mahasiswa yang memiliki daya pikir kritis yang ting gi, serta sosok yang seharusnya menginterpretasi dan mengangkat feno mena sosial yang ada, maka mari lah kita renungkan bersama apa yang mestinya kita benahi. Sejauh ini apa yang sudah kita berikan un-tuk masyarakat yang menyerahkan kepercayaannya kepada mahasiswa demi tersalurkannya suara mereka da-lam rangka terwujudnya keadilan dan tegaknya hukum di Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perlu ada nya keterpaduan antara mora litas dan intelektualitas demi ter wujudnya harapan bersama yakni men ciptakan masyarakat yang adil dan makmur.

* Mahasiswa Fakultas Psikologi UMM 2009

Demo anarkis mahasiswa, apakah cermin agent of change?

gad ang-gadang menjadi harapan bang-sa ini sehingga terwujud the real agent of change.

Pada dasarnya, masa muda me r upakan masa keemasan un-tuk meng ukir sejarah dalam mem-bangun peradaban dengan berbekal kematangan jasmani, perasaan yang menggebu-gebu, dan pikiran yang masih segar untuk menuangkan gaga-san cemerlang. Tidak mengherankan jika para mahasiswa atau pemuda mempunyai kepekaan yang lebih dibandingkan masyarakat pada um-um nya dalam setiap permasalahn yang dihadapi bangsa ini.

Di masa kebebasan berekspresi untuk berpendapat ini, tidak ada sa-lahnya aksi demo itu dilaksanakan sebagai reminder kepada pemerintah dalam mengambil keputusan atau tindakan yang dinilai merugikan rak-yat. Tentunya, hal itu harus dibatasi dengan koridor etika berpendapat yang sehat. Alternatif lain selain demo untuk menyelesaikan suatu pro-blematika adalah seperti berdialog dengan pihak terkait. Tentu ini lebih mencermikan mahasiswa yang ber-akhlak mulia, tanpa turun ke jalan, lebih hemat, efektif, dan efisien. In-donesia sangat membutuhkan para sosok pejuang aktivis mahasiswa yang menjadi pihak penengah dan me dia tor penyampai aspirasi kepada kalangan atas untuk selalu berbenah diri agar tercipta suatu pemerintahan yang jujur, adil, dan harmonis.

Kepada Yth. Tim BKAssalamu’alaikum wr. wb.Kampus UMM ini adalah kampus yang bernafaskan ide-ide

Muhammadiyah yang notabene adalah ide-ide Islam dan mahasiswanya pun mayoritas muslim. Tapi, dalam konsultasi Biro Konseling di Koran Bestari kami seringkali mendapati solusi yang diberikan oleh Biro Konseling seringkali keluar dari koridor Islam. Salah satu contohnya adalah konsultasi di Koran Bestari No. 260/TH.XXIII/MARET/2010 yang berjudul “Lebih Baik Pacaran”. Di situ klien (Kris) memiliki permasalahan dihantui perasaan dan suasana hati yang dikatakan oleh kebanyakan orang sebagai cinta. Dia (Kris) merasa sangat ingin sekali pacaran tapi terbentur dengan norma dan nilai-nilai yang dia pegang karena dulu dia adalah orang yang cenderung memperdalam pengetahuan dan mengasah akidahnya, yaitu agama Islam. Dengan permasalahan semacam itu, seharusnya dia diberikan solusi yang benar menurut akidah yang dia yakini dan norma yang dia pegang. Tapi, di dalam solusi itu kenapa disebutkan ada istilah “pacaran sehat”?. Bukankah dalam Islam tidak ada solusi pacaran, bahkan diharamkan karena merupakan aktivitas yang mendekati zina? Klien juga disarankan untuk mengikuti hati nurani (dalam wacana tsb, mengarah ke pacaran, dengan kata-kata “Apa salahnya jika sesekali mengikuti hati nurani? Nurani adalah selalu baik untuk diri orang yang mengamininya, apalagi didukung dengan adanya akal sehat ketika menjalaninya, dengan begitu Anda tidak akan merasa terbelenggu dengan apa yang selama ini mengganggu perasaan dan pikiran”. Nurani,hanya cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Kemudian nurani mana yang bisa menerima pacaran sebagai solusi?

Dari sini kami berharap tulisan ini bisa menjadi masukan kepada pengelola Biro Konseling untuk lebih hati-hati menyikapi permasalahan klien dan memberikan solusi yang sesuai dengan Islam, mengingat kampus Muhammadiyah kita tercinta. Kami juga mengajak kepada semua elemen khususnya mahasiswa dan organisasi –organisasi mahasiswa intra kampus untuk tetap kritis menyikapi apa yang terjadi di kampus milik kita bersama ini. Terima kasih kepada Bestari yang telah memuat tulisan ini.

Wassalamu’alaikum wr.wbHanief

Mahasiswa FKIP

Lebih Baik Pacaran?

Kepada Yth. Penjaga Perpustakaan Masjid Banyaknya tugas kuliah membuat kami mau tidak mau sering ke

perpustakaan masjid lantai dua. Namun, kemudian kami mendapati petugas yang berjaga di sana kurang bisa bersikap ramah. Padahal, segala kegiatan aktivitas yang berkaitan dengan interaksi dengan orang lain dan pelayanan membutuhkan—bahkan wajib—senyum dan keramahan. Karena pelayanan yang terkesan ketus dan kurang ramah tersebut, kami sebagai pengunjung sering kali memilih tidak berurusan dengan petugas meskipun kami sebenarnya memerlukan bantuan.

HEMahasiswa FAI

Prinsip Pelayanan kok Kurang Ramah?

Kepada Yth. UPT InternetPemblokiran Facebook di UMM menjadi masalah bagi sebagian

mahasiswa. Pasalnya, sebagian dosen UMM ada yang memanfaatkan Facebook untuk pembelajaran di kelas maupun dalam pemberian tugas kuliah karena memang Facebook dianggap lebih komunikatif dari pada media yang lain.

Saya sebagai mahasiswa yang menerima mata kuliah media pembelajaran dan teknologi pembelajaran sekarang sering mendapatkan tugas memanfaatkan media Facebook dalam pembelajaran, seperti membuat kelas online, grup, dan lain sebagainya.

Selama ini memang ada el-mu. Akan tetapi fasilitas el-mu kurang efektif. Banyak mahasiswa yang tidak mengerti penggunaan el-mu karena sosialisasinya juga kurang merata. Selain itu, el-mu sering bermasalah, kadang susah diakses, bahkan mati. Semoga tulisan ini mendapatkan perhatian dan tanggapan dari UPT Internet. terima kasih

Mahasiswa Teknik UMM

Kuliah juga Butuh Facebook

"Sensus penduduk ideal, sistem de facto atau de jure?"

Tema "Kata Mereka" Edisi 263 (Juni):

Page 21: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010KONSULTASI 21

BKBH

Konseling

BiroNurani

Tim UPT BKMasjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM

Penanggungjawab : Hudaniah, M.Si.,[email protected] : 0341-464318 ext 180

Tim UPT BKBHMasjid AR Fachruddin Lantai I Kampus III UMM

[email protected] : 0341-464318 ext 193

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.Pengasuh Rubrik Konsultasi Hu-

kum Yang saya hormati, saya Anton dari Surabaya. Saya ingin menanyakan permasalahan yang sedang saya hada-pi. Pada tanggal 15 April 2009, saya membuat perjanjian kerja sama dalam bentuk permodalan usaha dengan seseorang bernama AD. Perjan jian tersebut dibuat untuk jangka wak-tu 5 tahun. Dalam perjanjian terse but disepakati bahwa AD akan meng-in vestasikan uangnya sebesar Rp 100.000.000 juta pada usaha jual beli mobil bekas yang saya kelola. Dalam perjanjian tersebut disepakati meng-enai pembagian keuntungan dengan sistem bagi hasil dan saya harus meng-embalikan modal AD secara bertahap dalam jangka waktu 6 bulan sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut.

Beberapa bulan berjalan, saya memenuhi kewajiban saya yaitu me-nye rahkan bagian keuntungan dan cicilan hutang modal pokok kepada AD disertai laporan keuangan dari setiap transaksi yang saya lakukan. Pada bulan Juli 2009, saya mengalami musibah kehilangan 1 unit mobil dengan kerugian kurang lebih Rp 150.000.000, peristiwa tersebut tentu saja mempengaruhi roda usaha saya. Setelah peristiwa tersebut,

Kerja Sama Berbuntut Laporan Polisisaya tidak dapat memberikan bagian keuntungan maupun cicilan hutang modal pokok kepada AD selama 2 bulan. Pada bulan Oktober 2009, AD memperingatkan saya untuk segera melunasi sisa hutang modal pokok dan saya diberi waktu 3 bulan.

Saya sudah mencoba menjelaskan dengan sejujurnya mengenai musibah yang saya alami, namun AD tetap tidak mau mengerti. Saya akhirnya mencari pinjaman kepada saudara saya. Namun uang pinjaman tersebut hanya cukup untuk mencicil sebagian dari sisa hutang modal pokok sampai modal saya pribadi habis (nol). AD ternyata menolak menerima pembayaran cicilan hutang modal pokok dari saya dan hanya mau menerima pembayaran seluruh sisa utang modal pokok.

Saya mencoba melakukan negosiasi dengan AD, namun AD membuat perjanjian baru yang berjudul “ SURAT UTANG ”. Disebutkan dalam surat hutang tersebut saya diberi waktu 3 bulan untuk melunasinya. Namun hingga saat ini terus terang saya belum benar-benar belum bisa melunasinya.

Beberapa saat kemudian datang surat dari kepolisian setempat yang isinya panggilan kepada saya sebagai “ Tersangka Kasus Penipuan, KUHP 378”. Saya benar-benar merasa terjepit dan tertekan. Yang ingin saya tanyakan adalah :

1. Sebagaimana saya ketahui, masalah kerja sama dan utang piutang adalah masuk ranah hukum perdata, mengapa sekarang bisa berubah jadi pidana?

2. Apakah tindakan saya seperti yang saya uraikan di atas mengandung unsur kriminal?

3. Apa yang harus saya lakukan untuk solusi masalah ini?

Demikian konsultasi saya ini, be-sar harapan saya agar mendapatkan jawaban untuk menyelesaikan per-masalahan yang saya hadapi ini. Atas jawaban dan saran pengasuh, saya sampaikan terima kasih.

Jawab :Wa’alaikum salam, Wr.Wb.

Bapak Anton yang saya hormati, saya turut prihatin atas permasalahan yang sedang anda hadapi. Berdasarkan kronologi kasus yang anda uraikan, perlu anda ketahui bahwa hubungan hukum antar anda dengan AD saat ini bukan lagi hubungan kerja sama usaha, tetapi telah berubah bentuk menjadi hubungan utang piutang antara debitur dengan kreditur. Hal ini tentu saja didasari surat utang yang telah anda tanda tangani. Saya memiliki asumsi dan kesimpulan yang sama dengan anda bahwa masalah yang sedang anda hadapi sekarang adalah murni masalah perdata.

Persengketaan yang muncul antara

anda dengan AD adalah murni sengketa perdata, sebagaimana dipertegas dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 11-3-1970 Nomor 93 K/Kr/1969 yang menyatakan bahwa “Sengketa tentang utang-piutang merupakan sengketa perdata”. Dengan demikian, tindakan anda sama sekali tindak mengandung unsur kriminal/unsur pidana.

Namun karena AD terlanjur melaporkan anda kepada kepolisian, maka yang bisa anda lakukan sekarang adalah memenuhi panggilan kepolisian untuk memberikan keterangan dalam status sebagai tersangka. Selanjutnya tung gu saja hasil pengembangan penyi-dikan yang dilakukan kepolisian. Dalam pengembangan penyidikan nantinya, apabila penyidik menemukan fakta bah-wa perkara yang diperiksanya ternyata bukan merupakan tindak pidana, maka penyidik harus menghentikan penyi-dikan, sebagaimana diatur dalam pasal 109 KUHAP. Kalaupun perkara ini nantinya tetap sampai ke Pengadilan, anda masih punya kesempatan un-tuk melakukan pembelaan dalam per-sidangan nantinya.

Perlu diingat, dalam hal seseorang berstatus “tersangka” tidak berarti bah-wa kesalahan yang dituduhkan adalah benar adanya. Seseorang hanya dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan adanya suatu putu-san pengadilan yang berkekuatan hukum

tetap. Kemudian berkaitan dengan peno-

la kan AD atas pembayaran cicilan u tang modal pokok, dalam Pasal 1390 KUHPerdata disebutkan bahwa “Seorang debitur tidak dapat memaksa kredi tur untuk menerima pembayaran utang dengan angsuran, meskipun utang itu dapat dibagi-bagi”. Artinya, meskipun debitur memiliki niat baik membayar hutang tersebut dengan cara mencicil, kreditur memiliki hak untuk menolak pembayaran dengan cara angsuran tersebut. Dalam hal ini sifatnya sangat subjektif sekali karena tergantung pada kemauan dan kebijakan si kreditur kepada debitur.

Saran saya, anda hendaknya tetap melakukan upaya pendekatan secara persuasif kepada AD agar ditemukan jalan tengah yang menguntungkan kedua belah pihak, di samping anda juga harus bersikap kooperatif dengan penyidik. Berikan keterangan yang sebenar-benarnya dan sewajarnya kepada penyidik, tentunya dengan didukung alat bukti yang ada. Demikian jawaban dan saran saya, semoga dapat membantu menyelesaikan permasalahan anda. Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Cerry, panggil saja aku seperti itu, aku mahasiswi yang baru berumur 20 tahun. Sebe-narnya saya ingin cerita banyak secara langsung ke tim BK, namun bingung mau cerita pada siapa dan juga malu kalau bertemu secara langsung dengan tim BK. Begini ceritanya, saya sekarang sedang punya masalah dengan teman satu kamar saya di kos. Mungkin memang bukan masalah yang tidak tampak secara mata, tapi di hati sangat terasa.

Saya sering kali jengkel dengan kebiasaan teman saya yang selalu mengomentari setiap tindak-tanduk saya. Selain itu, saya juga masih menyimpan “ga enak hati” dengannya, gara-gara dia pernah lancang membuka barang titipan dari orang tua saya untuk teman kakak saya yang ada di Malang tanpa sepengetahuan saya, sehingga saya harus memberikan “paket” yang sudah tidak utuh lagi. Saya merasa malu sekali pada teman kakak saya tersebut, karena harus menyerahkan paket yang menurut saya sudah tidak layak lagi untuk diserahkan, saya merasa seperti itu tidak hanya karena dia teman kakak saya namun juga karena teman kakak saya itu adalah orang yang sangat baik terhadap keluarga kami.

Saya benar-benar jengkel. Selain itu, te-man satu kamar saya ini, sangat perhitungan dalam segala hal, ibarat kata Rp 500an pun dihitung, padahal saya sama sekali tidak per-nah perhitungan dengan apapun yang saya miliki. Selain itu, kebiasaan teman saya yang sering kali menerima telepon saat tengah ma-lam sangat mengganggu saya, ditambah lagi suaranya yang “over loud” membuat saya risih. Tidak cukup itu saja, dia juga tidak peduli saat itu saya lagi sakit atau sehat, dia tetap dengan suka hati melakukan kebiasaannya tersebut.

Selain itu, dia tidak pernah bisa berhenti “mengoceh”, sedangkan saya orangnya kurang suka ngobrol, apalagi untuk masalah-masalah yang kurang penting. Meski adakalanya saya mau mendengarkan semua cerita-ceritanya itu. Sampai saat ini, dari sebegitu banyaknya hal yang membuat saya merasa kurang cocok de-ngannya, sering kali saya tidak mau bertemu, apalagi ngobrol-ngobrol, dan hal ini bisa saya lakukan berhari-hari.

Saya benar-benar bosan dengan kebia-saan-kebiasaan teman saya tadi. Apalagi kegemarannya yang selalu berkomentar itu, saya benar-benar gerah dan jenuh. Terus saya harus bagaimana mas / mbak? Apa yang

Teman Sekamarku Cerewet

seharusnya saya lakukan? mohon bantuannya ya... Terima kasih

Jawab:Mbak Cerry yang lagi bingung dan bête.

Terima kasih telah mempercayakan BK sebagai tempat curhat.

Memang tidak mudah memahami dan menerima kekurangan orang lain. Apalagi hampir 24 jam kita bertemu dengannya. Ditambah setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Namun semuanya tak lepas dari komunikasi yang baik antar indi-vidu. Mungkin mbak Cerry belum pernah mengutarakan apa yang dirasakan, sehingga dirasa perlu untuk mengutarakan apa yang menjadi keluhan mbak Cerry selama ini. Minimal beban yang dirasakan sedikit ber-kurang karena temanmu mengetahui apa yang kamu rasakan. Respons yang nantinya timbul pun juga dapat menjadi pembelajaran tersendiri bagi kalian berdua.

Pada dasarnya tidak bisa kita menuntut orang lain menjadi apa yang kita inginkan. Na mun semuanya membutuhkan proses dan komu nikasi yang baik untuk dapat menjalin hub ungan dengan orang lain. Setidaknya kita dapat mengambil pelajaran dari masalah yang kita hadapi dan mampu menyelesaikannya, bukan menghindarinya.

Namun jika mbak Cerry merasa tidak ingin mengutarakan apa yang dirasakan, mungkin alternatif lain adalah pindah kamar atau kos. Karena dengan satu kamar satu penghuni, selain mengurangi masalah dengan orang lain, privasi kita juga lebih sedikit terjaga. Meskipun tidak menutup kemungkinan kita menemukan masalah yang baru di tempat yang baru pula. Namun dengan banyaknya pengalaman dalam hidup, membuat kita banyak belajar kok..

Apapun pilihan yang diambil Mbak Cerry, mudah-mudahan itu memang yang terbaik dan telah dipikirkan. Proses belajar dan penye-lesaian yang bijaksana dapat membuat anda menentukan pilihan terbaik bagi anda. Selamat berjuang

Ayat terpanjang dalam Al-Qur’an (Q.S. Al Baqoroh: 282) adalah ayat yang oleh orang-orang Akuntansi disebut sebagai ayatnya Akuntan. Mengapa? Karena ayat ini berbicara tentang kewajiban untuk mencatat transaksi ekonomi (mua malah) oleh juru tulis dan disaksikan oleh 2 orang saksi:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk wak tu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah meng a jarkannya, meka hendaklah ia menu lis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apa bila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun bes ar sampai batas waktu membayarnya. Yang demi kian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apa-bila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqoroh: 282) Lantas, apa kaitannya ayat ini dengan kasus Gayus? Pertama, Gayus tidak ‘mengenal’ ayat ini, atau kalaupun dia tahu, dia tidak memahaminya dengan baik dan benar. Buktinya? Penghujung ayat ini jelas ditutup dengan kalimat “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Kalimat penutup ini mengisyaratkan bahwa memang dalam transaksi ekonomi (baca: muamalah), ruang dan peluang untuk terjadinya ‘penyimpangan’ itu sangat besar. Karena muamalah itu menyangkut kebutuhan, uang, dan dominasi.

Gayus dan Ayat AkuntanKedua, ayat ini secara tegas memerintahkan

adanya 2 orang saksi laki-laki, atau 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Allah telah memberikan rambu-rambu untuk meminimalisir ‘penyimpangan’ dan ‘pertikaian’ dalam aktivitas ekonomi melalui keberadaan saksi yang dituntut oleh Allah untuk berlaku jujur. Dalam konteks ini, jelas yang dilakukan oleh Gayus (dan teman-temannya) telah menyimpang dari aturan Allah. Catatan yang dibuat, saksi yang dihadirkan, dan pengakuan yang disampaikan, tidak bersandar kepada nilai-nilai ketaqwaan sebagaimana dituntut oleh ayat ini.

Ketiga, menjaga dan menyampaikan amanah adalah wajib. Jabatan dan pekerjaan adalah amanah. Maka menjalankan pekerjaan atas suatu jabatan adalah juga suatu kewajiban. Tidak ada alasan yang dapat membenarkan seseorang untuk memperkaya diri melalui jabatan dan pekerjaannya, di luar ketentuan yang memang berlaku atas dirinya. Meskipun, atas pekerjaan dan jabatan itu, dia hanya mendapatkan ‘imbalan’ yang (menurutnya) ‘tidak layak’. Gaji yang diterima Gayus plus remunerasi-nya, mungkin menurutnya masih terlalu kecil untuk kapasitas dan kemampuannya. Namun hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk mencari sumber pendapatan lain dengan memanfaatkan jabatan dan pekerjaannya!!

“Gayus” kah kita?Sebagai catatan penutup, saya ingin mengajak

kepada kita semua untuk menghisab diri masing-masing. Jangan-jangan kita cuma pandai menuding dan mencela tindakan dan perilaku Gayus, namun ternyata kita tidak pandai menilai diri sendiri...

Apakah kita telah tertib menjaga ‘amanah’ dana negara? Apakah kita telah ‘amanah’ terhadap diri kita sendiri? Bagaimana dengan dana-dana hibah yang kita terima tiap tahun itu? Apakah telah sesuai peruntukannya? Apakah kita tidak memanipulasi bukti transaksi? Apakah bukti transaksi yang kita buat itu “sah” di hadapan Allah? Apakah kita ‘me-maksa’ diri kita untuk menganggap bahwa semua itu boleh-boleh saja?

Mari tanyatakan pada hati nurani.......Wallahu a’lam

Ihyaul Ulum MD.Dosen Akutansi dan Pemateri P2KK

Page 22: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

partai muslim tidak hanya lagi terfokus pada pengklaiman perjuangan ideologi Islam dalam tatanan kenegaraan. Bahkan, ada partai politik muslim yang ekstrim untuk memisahkan politik dengan Islam. Orientasi partai tersebut biasanya disebut partai sekuler (nasionalis). Di sisi lain, ada juga partai muslim yang mempertahankan idealitas untuk membangun nilai-nilai Islam dalam tatanan kenegaraan. Dalam proses yang panjang, partai politik sekuler (nasionalis) dan non-sekuler (konservatif) menciptakan perdebatan yang alot untuk mempertahankan identitas dalam tatanan kenegaraan.

Internal partai politik yang non-sekuler (konservativ) mengalami fragmentasi untuk mempertahankan identitasnya dalam tatanan kenegaraan, misalnya PBB, PKB, PKS, PPP, PBR, dan masih banyak yang lainya. Sederetan partai Islam tersebut memiliki metode yang berbeda dalam mencapai tujuan yang sama. Perbedaan motode tersebut seringkali memunculkan perdebatan untuk mendapatkan posisi yang ternama di antara yang lainya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh partai politik yang sekuler untuk mengambil posisi kenegaraan yang sesuai dengan orientasi awal mereka yaitu memisahkan asas Islam dalam perpolitikan. Puncak perjuangan partai politik sekuler mencapai kemenangan dengan di syahkannya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang mempertegaskan asas tunggal, yaitu Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Artinya asas Islam disingkirkan dalam perpolitikan. Dan semua partai muslim yang non sekuler yang berasaskan Islam harus berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

Gerakan intelektual muslim yang non- sekuler untuk melakukan revivalisme nilai- nilai islam dalam perpolitikan, sesungguhnya tidak mampu menembus gerakan kaum intelektual Muslim sekuler yang benar-benar terfokus dalam memperkuat nilai-nilai persatuan (nasionalis) yang tanpa menyibukan diri dalam memperklaimkan kesucian identitas dalam perspektif keagamaan. Pengklaiman kesucian identitas sesungguhnya menghambat dalam mencapai kekuasaan untuk memegang kendali ruang publik. Gerakan yang terfokus dalam bidang politik adalah salah satu strategi untuk mencapai kemenangan.

BESTARI No. 261/TH.XXIII/APRIL/2010 OPINI22

Corak

* Mahasiswa Sosiologi 2009

Betapa. Manusia Indonesia mungkin perlu bersyukur karena dikaruniai imajinasi yang tinggi. Kita perlu mengapresiasi karya anak bangsa yang berkecimpung dalam dunia layar kaca dengan two thumbs up. Kalau perlu jempol kaki sekalian. Bagaimana tidak? Lihatlah (tak perlu sebut merek) betapa sinetron Indonesia begitu beragam. Ada yang penuh intrik seperti telenovela. Ada peran baik selalu baik terus tanpa pernah berbuat cela. Yang jahat juga demikian, selalu jahat terus tanpa ada sisi baiknya. Ada pula sinetron yang dipenuhi bermacam binatang yang bisa berubah-ubah bentuk; dari ular melata yang bisa terbang sampai seluruh jenis isi kebun binatang bisa hadir di sana—yang kalau melihat visual effect-nya hampir-hampir tidak tega. Saya pribadi bahkan tidak tahu apakah harus memutuskan untuk geleng-geleng kepala, tertawa, atau pergi saja. Saya sampai speechless kalau pas duduk di depan televisi dan melihat teman menontonnya. Belum lagi ada sinetron terbaru—yang (sepertinya) mirip salah satu film produksi Bollywood—dengan makhluk asing dari pesawat Unidentified Flying Object (UFO) berbicara “preketek, preketek, preketek….” Oh!

Artis-artisnya juga begitu wah. Tentu saja karena barang-barang yang disandangnya juga lux. HP keluaran merk ternama dan mobil mewah bernuansa serupa.

Lalu, apakah ada di antara kalian pernah melihat drama Korea atau dorama (drama Jepang)? Apa yang menarik di sana? Beberapa mungkin akan menjawab aktor dan aktrisnya, beberapa mungkin menyukai budayanya, dan beberapa lagi mungkin lebih melihat pada alur ceritanya. Sah-sah saja. Toh, melihat me-reka berarti kita suka. Suka berarti menarik. Menarik berarti karena memang dikemas demikian. Dikemas demikian karena ada tujuan. Nah!. Namun, terlepas dari itu semua, ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Apakah itu?

Film paling tidak bisa menjadi sarana. Atau, bisa pula mengandung misi. Lihatlah bagaimana cer diknya Amerika menyuntikkan pemikiran dan bu dayanya lewat film ke Mesir. Negara adidaya ini membantu Mesir menghijaukan negaranya dengan imbalan ijin—yang sepertinya sepele—untuk memasarkan filmnya. Maka, meski negara ini di Indonesia terkenal dengan Al Azhar-nya, ke-hidupannya tak jauh beda dari Jakarta (kata yang pernah ke sana).

Mungkin, mungkin saja ya karena kebetulan saya juga belum pernah berbicara dengan pe-merintah sana, film-film drama Korea ataupun Jepang juga memiliki misinya meski dalam sisi yang berbeda. Ketika sedang asyik menonton, coba perhatikan bagaimana aktor dan aktrisnya be gitu bangga memegang HP merk Samsung atau mengendarai Hyundai. Pun, lihatlah merk Toshiba ataupun Sony yang digunakannya pada barang-barang elektroniknya. Kita luput berpikir ke sana tetapi ternyata tanpa sadar justru itu iklan yang ampuh untuk membuat kita begitu gandrung dengan produk mereka.

Artinya, ternyata lewat film pengaruh bisa ditancapkan dengan kuat. Lantas, apakah Indonesia sudah berpikir untuk menggunakannya sebagai media beriklan? Apakah pemerintah bersama pengusaha per filman sudah duduk semeja saling sepakat be-kerjasama? Semoga saja sudah, toh kita hanya bisa berharap kepada pemerintah dan semua lapisan masyarakat untuk bahu-membahu memajukan industri dalam negeri terutama setelah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mulai berlaku. Semoga saja lewat film ataupun sinetron Indonesia, kita bisa memperkenalkan produk-produk lokal kita dan suatu saat mengekspornya. Dan yang penting—ini yang paling penting dan perlu diingat—semoga saja kita tidak mengekspor ular terbang dengan visual effect-nya yang “………..” ke Cina karena mereka sudah punya Liong (Naga).

Drama Korea dan Dorama Jepang versus

Ular Terbang

Nur AlifahRedaktur Pelaksana

Berangkat dari adanya sikap dis k ri-minasi dan segregasi penguasa kolonial pada abad ke-19, para intelektual muslim membentuk wacana pemikiran yang mampu mendorong umat muslim untuk melawan sikap depotisme dan menerobos spasial ruangan publik yang di bentuk oleh pemguasa kolonial. Lang kah awal yang diambil adalah membentuk kolektifitas yang bersifat reaktif reformis-modernis dalam meng-in terpretasikan hakikat Islam. Langkah ini muncul pada akhir abad ke-19. Pada saat itu intelektual muslim diartikan sebagai ”intelektual pemikir”. Peran yang dimainkan oleh mereka ada-lah peran pembaharuan umat muslim konservatif menuju modernis. Sehingga dengan langkah ini ”intelektual pemi-kir” yakin akan mampu melawan kebi-jakan kolonial yang dianggap diskri-minatif terhadap kaum muslim.

Akhir abad ke-20, gerakan ”intelek-tual pemikir” mulai mem buahkan hasil. Hal ini dibuktikan oleh adanya inte lektual muslim yang menduduki posisi birokrasi dalam institusi negara. Yudi Latif (2005,2) mengatakan signifikansi politik dari intelegensia muslim semakin nyata pada masa pemerintahan (transisi) Habibie, yaitu ketika para anggota kabinet dan pejabat senior birokrasi kebanyakan berasal dari para anggota ICMI. Saat yang bersamaan, kepemimpinan Partai Gol-kar (yang merupakan penerus Orde Baru) mulai didominasi oleh para mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).Capaian politik Intele-gensia Muslim ini memuncak de ngan terpilihnya Almarhum Abdur rahman Wahid (mantan ketua Tanfidziayah Nahdlatul Ulama) sebagai presiden pasca- Habibie, yang disusul dengan penunjukan figur- figur muslim sebagai pejabat- pejabat senior negara.

Dalam waktu yang sama, ke-menangan politik Islam pada akhir abad ke-20 menciptakan ruang disin-tegrasi pergerakan intelektual muslim. Akhirnya kemenangan intelektual mus-lim disebut sebagai kemenangan yang

Sejarah dan Ma nya Gerakan Intelektual Muslim di Indonesia

tidak ”murni”, artinya kemenangan yang hanya menciptakan pemisahan identitas atau ideologi dalam tubuh Islam. Hal ini disebabkan oleh adanya arogansi elit politik Islam. Yudi Latif, mencatat meskipun peran intelegensia muslim pada akhir abad ke-20 telah mampu mencapai kredibilitas intelektual yang lebih kuat, juga menempati posisi- posisi politik dan birokratik yang lebih baik, partai politik muslim secara keseluruhan tak kunjung memperoleh dukungan suara mayoritas. Pada Pemilihan Umum 1998, jumlah suara yang diperoleh oleh semua partai politik muslim, hanya sebesar 37,46% dari total kursi di DPR (yakni, 173 kursi dari total 462 kursi yang ada). Lebih dari itu, saat posisi politik dan birokratik dari intelegensi muslim meningkat, sebagian besar dari para pemimpin senior Islam menjadi kurang terobsesi dengan klaim- klaim Islam.

Era reformasi intelegensi muslim sema-kin menyebar dan bercerai-berai. Hal ini ditan dai oleh munculnya partai-partai poli-tik muslim yang membawa bendera yang berbeda. Perbedaan bendera, sesungguhnya menandai adanya perbedaan metode politik yang diterapkan untuk mencapai tujuan ”suci” seperti yang disebutkan di atas. Partai muslim tersebut dikelompokan oleh Yudi Latif kedalam dua kelompok yaitu partai muslim liberal dan yang non liberal (konservatif). Kondisi tersebut mengundang perdebatan identitas muslim dalam pengklaiman atau pengakuan sebagai identitas yang ”murni” yaitu identitas yang benar atau ekstremnya adalah sebagai identitas yang suci berdasarkan prespektif keagamaan.

Yudi Latif (2005;4) mengatakan pertarungan ideologi dan identitas politik baik antar maupun intra tradisi- tradisi intelektual yang berbeda dan ekspresi yang beragam. Di sini, politik Islam mengalami fragmentasi internal dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, hal ini ditandai oleh banyaknya partai politik Islam yang saling merebut kekuasaan. Sepanjang era reformasi, intelegensia muslim yang pernah bersatu dalam Ikatan Cendekiawa Muslim Indonesia (ICMI) menjadi tercerai- berai kedalam beragam orientasi partai. Orientasi *Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas

Oleh:Salahudin, S.IP*

Kontroversi tentang UU BHP ter-jawab sudah. Selasa 31 Maret 2010 Mah kamah Konstitusi akhirnya mem ba talkan UU BHP yang selama ini meresahkan masyarakat Indone-sia. Beberapa pasal yang dinilai me-rugikan mahasiswa dan calon maha-siswa menjadi landasan bagi MK untuk membatalkan UU no 9 Tahun 2009 tersebut. Kita ketahui bersama kemunculan UU BHP membuat du-nia pendidikan khususnya PTN kelim-pungan dalam hal pendanaan yang akan digunakan untuk operasional PTN tersebut. Kebijakan pemerintah menjadikan lem

Dampaknya, PTN beramai-ramai mengambil langkah yang kurang hum-anis, yaitu membuat kebijakan terkait pembiayaan pendidikan. Beberapa cara pun mulai ditempuh seperti memperluas “kawasan” pendidikan, menaikkan bia-ya kuliah, menerima calon mahasiswa baru dengan beberapa jalur penerimaan sampai membuka profit center untuk menunjang kebutuhan kampus-kampus tersebut. Imbasnya tentu saja menimpa mahasiswa dan calon mahasiswa, karena ketentuan dalam UU BHP menempatkan peserta didik bukan sebagai warga negara yang berhak mendapatkan akses pendidikan.

Sebuah Oase Menuju Pendidikan Humanis

Pembatalan UU BHP

Pendidikan Wong CilikBerbicara pendidikan di Indonesia tidak akan

habis untuk dibicarakan. Ia bak raja ”zalim” yang mengangkangi hak-hak rakyat. Pendidikan tidak pernah berpihak pada rakyat miskin, ia hanya terpaku dan dinikmati kaum berduit. Betapa tidak masuk taman kanak-kanak saja harus mengeluarkan jutaan rupiah, apalagi pendidikan yang lebih tinggi. Solusi yang ditawarkan pun hanya berganti baju namun dengan aplikasi yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya yang kita kenal dengan BHMN. Pencabutan subsi di pen didikan meng-akibatkan perguruan tinggi BHMN menaikkan harga dengan alasan meningkatkan mutu. Alasan peningkatan mutu pendidikan dengan mematok harga tinggi tidak selamanya dapat dibenarkan. Harga mahal tidak berarti peserta didik menjadi mandiri. Salah satu contoh penindas gaya baru dalam UU BHP pada pasal (2) yang menyatakan bahwa ” Semua perguruan tinggi harus menjadi badan hukum perguruan tinggi”. Sebenarnya BHP adalah kelangsungan dari keinginan pemerintah untuk cuci tangan dari masalah pendidikan.

Swastanisasi pendidikan nasional tak ubahnya melanggengkan pendidikan kolonial yang menginginkan adanya korporasi dalam

dunia pendidikan. Artinya, dahulu pendidikan kolonial menghendaki orang dari golongan ningrat saja yang dapat mengenyam pendidikan, sedangkan kaum pribumi tidak boleh sekolah dan hanya di dalam rumah menjadi buruh-buruh kaum majikan. Dengan sistem seperti ini , masyarakat miskin akan semakin msikin dan bodoh yang nantinya akan menjadi tamu di negeri sendiri karena yang kaya akan menindas dengan kepandaiannya. Pemerintah seharusnya mengusahakan subsidi bagi rakyatnya dan segera merealisasikan amanat Undang-Undang untuk anggaran pendidikan sebesar 20%.

Selama ini keputusan yang diambil pe-me rintah justru melanggar konstitusi dan melanggar pasal 31 UUD 1945 yang bermakna pen didikan adalah hak segala bangsa, hak setiap warga negara. Pasal itu menegaskan bahwa pendidikan adalah elemen tak terpisahkan da lam membangun bangsa. Dalam dunia pendidikan kita, rakyat kecil (wong cilik) hanya sebagai pelengkap. Pendidikan yang terjangkau ter nyata ”jauh panggang dari api”. Akibat lebih luas lagi banyak anak didik putus sekolah, ketika semakin banyak anak yang putus sekolah maka tunggulah saat kehancuran bangsa ini. Maka untuk menghadapi realita diatas sudah semestinya langkah MK kita dukung bersama sebagai bentuk kepedulian kita pada nasib pendidikan di Indonesia.

Oleh :Radfan Faisal*

Page 23: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

BESTARI No. 260 /TH.XXII/MARET/2010HUMANIORA

R E S E N S I

23Sebuah Catatan Perjalanan ke Jepang

Ohaiyo Gozaimasu! Ketika pertama kali menjejakkan kaki di negeri yang ketika menjajah Indonesia terkenal dengan Nippon ini, hembusan angin yang tidak terlalu dingin mulai me nerpa wajahku. Namun, keti-ka sampai di Narita sekitar jam 7 pagi, kehangatan mataharilah yang kutemui.

Jalan-jalan lumayan sepi sepanjang rute limousine bus yang membawaku dari Narita ke Tokyo. Jalanan juga sangat bersih. Bahkan, aku hampir tidak pernah mendengarkan suara klak son mo bil berbunyi. Hmm…sesaat pikiranku melayang ke Indonesia. Be tapa kontrasnya. Saat itu hatiku berkata, inilah awal perjalananku di negeri para samurai, Jepang.

Bulan-bulan pertama aku disam-but dengan pemandangan in dah di setiap sudut taman Tokyo. Sisa-sisa akhir musim gugur masih sempat menyapaku dengan hamparan taman-nya yang menyemburatkan aneka ragam warna daun dengan dominasi warna kuning. Kebetulan lembaga penelitian tempatku meneliti ini me-nye diakan sebuah ruangan kantor lengkap untukku. Dari jendela, aku bisa puas memandang panorama indah taman Hibiya yang berada di belakang istana kaisar, kantor Perdana Menteri dan parlemen Jepang.

Alhamdulillah, itulah kalimat yang se lalu aku ucapkan. Jauh di luar du-gaanku, The Japan Institute of Interna-tional Affairs, lembaga tempatku meneliti adalah salah satu lembaga elit di Jepang. Selain itu, hal yang sangat aku syukuri adalah kesempatan bertemu dengan banyak orang penting seperti Perdana Menteri Hatoyama dan berdiskusi dengan Presiden Meksi ko. Aku juga berkesempatan me lihat langsung keluarga Kaisar Je-pang Akihito yang hanya bertemu publik dua kali setahun. Dalam proses penelitian ini, aku mendapatkan ke-sempatan sebagai peneliti di ba wah bimbingan Profesor Furuta dari Uni-versity of Tokyo, universitas terbaik di Jepang sekaligus presentasi di ha-dapan mahasiswa universitas ini.

Penelitian tentang diplomasi pu-blik Jepang, mau tak mau membuatku larut dalam kehidupan masyarakat To kyo. Aku mulai terbiasa berjalan cepat, menyeberang jalan dengan

Aishiteru, Sekelumit Cerita dari Negeri Sakurater tib, tepat waktu, dan kerja keras. Selain itu, penelitian ini juga memba-wa ku masuk dalam bermacam lapisan masyarakat Jepang mulai dari pelajar, mahasiswa, orang biasa, pega wai, politisi, anggota parlemen, dan kementrian. Aku blusukan ke berbagai tempat di Tokyo terutama yang berkaitan dengan masalah pop culture. Satu tempat yang tidak bisa dilewatkan adalah Harajuku! Tempat ini hanya berjarak satu stasiun dari Shi bu ya atau sekitar dua menit per-jalanan. Sementara itu, Shibuya dari apartemenku hanya sekitar 10 menit atau dua stasiun.

Tokyo: Mengunjungi Harajuku, Aki-habara, dan Shibuya

Harajuku seperti yang dikenal di Indonesia adalah pusat fashion Je pang. Harajuku sebenarnya adalah nama sebuah stasiun tua dan pertama di Tokyo. Orang Jepang masih memper-tahankan keaslian bangunan stasiun ini, meskipun di seberang jalannya berdiri bangunan modern. Yang pa-ling terkenal adalah takhesita dori, jalan kecil dengan toko-toko fashion di kanan kiri yang selalu padat dengan pengunjung. Yang menarik dari Hara-juku adalah di belakang stasiun ini terdapat sebuah taman besar dan kuil Meiji. Bisa dikatakan Harajuku merupakan perpaduan dunia modern dan tradisional.

Di depan gerbang kuil Meiji ter-dapat sebuah jembatan besar (jingo bridge). Di situlah biasanya anak mu da Jepang berkumpul dengan dan danan yang kadang aneh yang kita kenal dengan harajuku style. Di sini pula aku membuktikan bahwa diplomasi menjadi indah dilakukan dengan pendekatan budaya, saat pada suatu minggu aku bisa bermain gitar dan bernyanyi lagu Jepang-Indonesia “Eien no Ai” dari Ten 2 Five bersama orang Jepang di sini.

Tempat lain yang menjadi “lang-ganan” selama proses penelitian ada-lah di Akihabara. Akihabara ada lah pusat elektronik, anime, dan manga. Mudah sekali menemukan otaku (peng-gemar anime dan manga) ber ku m pul di sini. Tak perlu heran, di Akihabara, sudah menjadi hal yang bias ajika melihat orang-orang memakai pakaian ala komik dan film kartun Jepang (cosplayer).

Saat itu, mataku menangkap seso-sok yang populer bagi penggemar kartun di tanah airku sendiri. Dengan berpakaian ala Naruto, ia berkeliaran kesana-kemari memberikan brosur. Di sudut lain, maido girl (gadis Jepang yang ber dandan ala gadis Eropa) menawarkan tissue gratis. Ada juga be-b e rapa gadis yang berpakaian seper-ti Sailormoon. Yang paling sering ditemui di segala sudut Tokyo dan Jepang secara keseluruhan adalah para pelajar putri yang bangga sekali memakai jas seragam sekolah mereka. Jas almamater mereka melambangkan geng si dan fashion, maka tidak aneh jika di beberapa sekolah elit, jas al-mamater lengkap dengan seragamnya bisa mencapai 10 ribu Yen atau 1 juta rupiah.

Tahun baru di Tokyo menjadi hal yang baru dan aneh. Aku berkeliling Tokyo mencari tempat yang biasa dipakai orang-orang berkumpul mera-yakan tahun baru, tapi tak satu pun kujumpai. Ternyata, mereka banyak menghabiskan waktu di kafe atau res toran untuk makan bersama dan sebagian yang lain pergi ke kuil untuk berdoa. Makanya, ketika tahun baru tiba, justru beberapa kuil besar seperti di Asakusa ramai dengan orang yang berdoa.

Akhirnya, tahun baru kurayakan di Shibuya, sebuah pusat simpang li ma yang selalu ramai dengan orang. Di tempat ini pula salah satu ade gan film Too Fast Too Furious dibuat. Berbeda dari umumnya yang banyak kutemui, perayaan tahun baru di Shibuya tidak menggunakan perhitungan mundur (count down) mau pun tiupan terompet. Keba nya-kan yang berkumpul di situ adalah orang asing.

Salju, Geisha, dan Bom AtomDi Tokyo sangat jarang turun

sal ju, meskipun dalam bulan Ja nu -a ri–Februari, suhu rata-rata ber ki-sar 1-5 derajat celcius dan ka dang minus. Alhamdulillah aku men da-patkan undangan ke Niigata un tuk menghadiri pertemuan regional ne-gara-negara Asia Timur Laut. Niigata adalah kota pelabuhan Jepang yang

langsung menghadap ke Korea. Di sini baru bisa kujumpai salju-salju tebal menghampiriku dan menemani perjalananku di jalan-jalan kota Nii-gata. Perjalanan Tokyo-Niigata pulang pergi kutempuh dengan Shinkansen, kereta cepat Jepang yang bertingkat. Dalam pikiranku, menumpang kereta ini layaknya naik pesawat terbang.

Kyoto menjadi pilihan selan-jutnya. Ibukota Jepang sebelum be ralih ke Tokyo ini memberikan pe mandangan yang sangat jauh ber-beda dengan Tokyo. Di sana tidak ada gedung-gedung tinggi seperti di Tokyo. Dari be be rapa yang ada, salah satunya ada lah stasiun Kyoto yang memiliki sebuah taman di atas gedungnya.

Perjalanan ke Kyoto membawaku pertama kali ke Kinkaku-ji atau Roku-on-ji, sebuah kuil berlapis emas mur-ni yang bediri di tengah danau. Di sinilah aku mendapatkan cerita bahwa salah satu alasan mengapa Mongolia per nah menyerang Jepang adalah un -tuk mendapatkan emas tersebut. Na-mun akhirnya, ribuan pasukan Mo-ngo lia tewas bukan karena perang namun tenggelam terkena badai ke-ti ka menyeberangi laut dalam per-jalanannya ke Jepang. Peristiwa itulah yang kemudian membuat kamikaze atau angin dewa menjadi ikon penting di Jepang.

Tujuan berikutnya adalah Kiyo-mizu-dera, sebuah kuil yang berada di puncak gunung. Dari sini, peman-dangan kota Kyoto akan jelas terli-hat. Tempat lain yang tidak akan terlupakan adalah jalan-jalan kecil di Gion. Untuk pertama kalinya aku melihat apa yang pernah diceritakan di film dan buku yaitu maiko atau satu tahapan perempuan yang ingin menjadi geisha.

Jalan yang kutapaki di Gion telah berumur ribuan tahun dan masih tetap terjaga asli bahkan rumah-rumahnya. Kyoto membawaku ke satu sisi keh i-dupan lain dari Jepang. Orang berja-lan dengan lebih lambat, tenang, dan tidak banyak orang berteriak mena-warkan barang seperti yang kutemui di Tokyo.

Setelah dari Gion, Hiroshima menjadi tujuan akhir perjalanan me-nyusuri Honshu. Tentu saja tempat yang tidak kulewatkan adalah memo-

rial park dari bom atom dan juga Hiroshima dome. Salah satu yang mem-buat bangga adalah bahasa Indo nesia ternyata menjadi salah satu bahasa penga ntar penjelasan isi museum ter-sebut. Sebelum meninggalkan Hiro-shima, tidak lupa kutorehkan tanda tangan dan pesan untuk mendukung per damaian dunia bebas senjata nuklir.

Setelah kembali ke Tokyo, aku ti dak ingin melewatkan tempat ber -sejarah penting lain yaitu kuil Yasu-kuni. Kuil ini menjadi penting karena pernah menjadi sumber permasalahan antara Jepang-China dan Korea. Hu-bungan Jepang dengan dua negara tetangga tersebut sempat memanas karena PM. Koizumi mengunjungi kuil ini. Sebenarnya, kuil ini diper-sembahkan untuk arwah para tentara Jepang yang berjuang demi tanah airnya.

Bunga sakura mulai mekar di mana-mana menjelang hari-hari tera-khir ku di sana. Warnanya yang indah menyemarakkan setiap sudut taman kota Tokyo. Di bawahnya, banyak orang berkumpul untuk makan dan minum yang dikenal dengan tra disi hanami. Orang-orang tersebut meng-gelar tikar di bawah pohon sakura, ngobrol, dan makan-minum untuk me-rayakan cherry blossom dan plum blos-som. Mereka melakukan tradisi ini ti dak hanya di siang hari namun juga di malam hari (yosakura). Biasanya, mereka ditemani lentera atau lampion yang berdiri dan berjejer dengan in-dah.

Jepang, sebuah negeri yang mem-pe sona dengan masyarakat yang ma k -mur dan sangat menghargai tra disi. Kehidupan di Jepang ba nyak meng-inspirasiku untuk ber fikir kembali tentang bagaimana seharusnya hi-dup berjalan. Banyak pelajaran yang kuda pat dari negeri Matahari Terbit ini. Akhirnya, hanya bisa kuucap rasa terima kasih yang tak terhingga atas kesempatan berharga ini. Arigatou Gozaimasu.

*Penulis adalah dosen Hubungan Inter-nasional UMM, sekaligus peneliti visiting fellow pada The Japan Institute of International Affairs.

“...seorang yang ingin me ngikat tali kasih dengan sahabatnya harus berani berkorban, baik berupa harta, tenaga, pikiran, dan lain sebagai nya karena suatu saat sahabat kita pasti membutuhkan bantuan kita.”

Itulah penggalan isi buku dari penulis yang salah satunya masih ber status sebagai mahasiswa Fa-kul tas Agama Islam UMM itu. Bahasanya sederhana, kupasannya ringkas dan sistematis, namun uraian nya begitu mendalam. Tak hanya persahabatan, The Secrets of Friend ship juga menawarkan kiat praktis membangun keharmonisan hu bu ngan sosial dalam masyarakat

Buku karya dua penulis yang me mang sudah bersahabat ini menggam barkan makna hakiki se buah persahabatan sejati. Tak hanya melulu pengalaman dan pen dapat pribadi, penulis juga mem perkayanya dengan nasihat para sahabat nabi, untaian mutiara kata Khalil Gibran, khasanah per sahabatan dalam Islam, dan butiran kalimat penuh hikmah dari Al-Qur’an. Dengan bahasa

Judul Buku : The Secrets of Friendship, 40 Pintu Sukses Membangun PersahabatanPenulis : Muhammad Rajab, Abdul Wahid ShomadCetakan : Cetakan Pertama, Maret 2010 / Rabi’ul Awwal 1431 HTebal Buku : 174 Halaman Penerbit : PRESTASI Peresensi : Demosa Neva Sukmono, Mahasiswa Fakultas Psikologi UMM

Menyelam Bebas dalam Indahnya Samudra Menyelam Bebas dalam Indahnya Samudra Persahabatan Tanpa BatasPersahabatan Tanpa Batas

penyampaian yang “mengena”, buku ini mengajak kita untuk lebih meng-hargai makna hadirnya sahabat di samping kita.

Sejak terlahir ke dunia, pada dasarnya manusia sudah bersahabat. Keluarga adalah sahabat pertama. Ka rena kasih sayang mereka, seorang bayi dapat hidup dan tumbuh sebagai manusia dewasa. Ketika anak mulai tumbuh, sahabat bisa muncul dalam wujud seorang ayah, saudara, guru, ataupun teman bermain. Merekalah sumber cahaya dalam kegelapan dan saat diri kehilangan arah dalam kehi-dupan.

Namun, seiring berjalannya wak-tu, manusia sering kali lupa makna penting persahabatan dan nilai lu-hur sahabat itu sendiri. Bahkan, tidak jarang dijumpai persahabatan berubah menjadi permusuhan akibat kurangnya ilmu dan rasa saling memahami (tafahum). Padahal, hadir-nya sahabat merupakan kebutuhan jiwa tiap insan.

Pada bagian awal buku pertama Muhammad Rajab ini, pembaca diajak menyelami makna lautan

persahabatan. Apa itu persahabatan, indahnya persahabatan, cinta dalam persahabatan, hingga arti penting seorang sahabat dijabarkan penulis de ngan begitu dalam dan indah.

Pada bagian kedua, giliran penulis me nyaji kan kiat-kiat membangun

sim pati dan kepercayaan orang lain ka rena persahabatan yang dibangun dengan nilai-nilai luhur akan terasa lebih indah dan langgeng. Pada bagian selan jutnya, penulis mengungkap

raha sia penting persahabatan, bagai-mana menjaganya agar tetap kokoh karena manusia pasti tidak lepas dari salah dan dosa. Sahabat pun pasti pernah berbuat salah atau menyakiti kita, begitu juga sebaliknya.

Penulis juga menguraikan bahwa menjaga persahabatan bukanlah sua-tu hal yang mudah. Orang yang ti-dak pandai menjaga persahabatan akan terus dilanda kesulitan dan ke-sedihan akibat kehilangan makna per-sahabatan yang dibangunnya. Untuk itu, pada bagian akhir, dengan sema-ngat berbagi yang begitu terasa da lam tiap kalimatnya, penulis men jabarkan rahasia menjaga persahabatan agar tetap utuh sehingga mampu mem-perkaya ruh kejiwaan seseorang.

Tak lupa, dalam tiap penjabaran,

penulis selalu men cantumkan sumber gagasannya se hing ga memudahkan kita untuk menelusuri lebih dalam suatu topik yang disajikan dalam daftar pustaka.

Akhirnya, melalui serangkaian kata bijak yang mudah dicerna, kita sebagai seorang manusia akan di-rang kul untuk memasuki dunia per-sahabatan yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Dengan hadirnya buku ini pula, kita akan mendapat kesempatan untuk meng gali solusi kehidupan bermasyarakat dewasa ini yang mulai sarat krisis moral dan pudarnya nilai ketulusan persahabatan. Sayang jika buku yang satu ini dilewatkan. Selamat mem baca dan menyelami samudra persahabatan tanpa batas!

Oleh:Tonny Dian Effendi*

Page 24: Bestari Epaper edisi 261/April/2010

calendar design by. zackcalendar design by. zack